tinjauan pustaka stemi.docx
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
1/31
8
SINDROM KORONER AKUT
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sirkulasi
Efisiensi jantung sebagai pompa bergantung pada nutrisi dan oksigenasi
otot jantung melalui sirkulasi koroner. Sirkulasi koroner meliputi seluruh
permukaan epikardium jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium
melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. 4
Arteri koronaria adalah percabangan pertama sirkulasi sistemik. Arteri
koronaria utama terletak pada permukaan jantung dan arteri-arteri kecil
menembus permukaan masuk dalam massa otot jantung. Darah hampir seluruhnya
melalui arteri-arteri ini sehingga jantung menerima penyediaan darah nutritifnya.
Hanya 75 sampai 100 mikrometer bagian dalam permukaan endokardium yang
dapat memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup berarti langsung dari darah
dalam ruang jantung, sehingga sumber nutrisi ini bersifat kecil sekali. Arteri
koronaria kiri terutama menyuplai bagian anterior dan lateral ventrikel kiri,
sedangkan arteri koronaria kanan menyuplai sebagian besar ventrikel kanan serta
bagian posterior ventrikel kiri pada 80 sampai 90% orang.
Gambaran pembuluh
koroner pada jantung dapat dilihat pada gambar 2.1. 3
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
2/31
9
Gambar 2.1 Pembuluh koroner
Sebagian besar aliran darah vena dari ventrikel kiri meninggalkan sinus
koronarius (yang merupakan 75% dari aliran darah koroner total) dan sebagian
besar darah vena dari ventrikel kanan mengalir melalui vena kardiakus anterior
kecil langsung melalui atrium kanan, tidak melalui sinus koronarius. Sebagian
kecil darah koroner mengalir kembali ke dalam jantung melalui vena thebesi yang
sangat kecil yang mengosongkan darahnya langsung ke semua ruang jantung. 3
Terdapat anastomosis antara cabang arteria yang sangat kecil dalam
sirkulasi koronaria. Walaupun saluran antar-koroner tidak berfungsi dalam
sirkulasi normal, tetapi menjadi sangat penting sebagai rute alternatif atau
sirkulasi kolateral untuk mendukung miokardium melalui aliran darah. Setelah
terjadi oklusi mendadak, sirkulasi ini akan berfungsi dalam beberapa hari atau
lebih dari itu. Pada penyempitan pembuluh darah secara bertahap, akan terbentuk
pembuluh darah fungsional besar secara terus menerus di antara pembuluh darah
yang mengalami penyumbatan dan yang tidak. Pembuluh darah kolateral ini
Sumber: Guyton, A. C, J. E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed X. Jakarta.
2007
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
3/31
10
sering berperan penting dalam mempertahankan fungsi miokardium saat terdapat
oklusi pembuluh darah. 4
Aliran darah normal koroner waktu istirahat pada manusia biasa rata-rata
sekitar 225 ml/menit, yaitu kira-kira 0,7 sampai 0,8 ml/gram otot jantung atau 4
sampai 5 % curah jantung total. Pada kerja fisik yang berat, jantung seorang
dewasa muda akan meningkat curah jantungnya 4-7 kali lipat, dan memompa
darah ini melawan tekanan arteri yang lebih tinggi daripada normal. Akibatnya,
hasil kerja jantung pada keadaan luar biasa dapat meningkat 6-8 kali lipat. Aliran
darah koroner meningkat 3-4 kali lipat guna menyediakan makanan tambahan
yang diperlukan oleh jantung. 3
Sistem kardiovaskuler banyak dipersarafi oleh serabut-serabut sistem saraf
otonom. Sistem saraf otonom dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem
parasimpatis dan simpatis dengan efek yang saling berlawanan untuk
mempengaruhi perubahan pada denyut jantung. 4
Perangsangan saraf ke jantung dapat mempengaruhi aliran darah koroner
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung merupakan hasil
dari kerja langsung bahan-bahan transmiter saraf, asetil kolin dari nervus vagus
dan norepinefrin dari saraf simpatis pada pembuluh darah koroner itu sendiri.
Pengaruh tidak langsung terjadi akibat perubahan sekunder pada aliran darah
koroner yang disebabkan oleh kenaikan atau penurunan aktivitas jantung. 3
Pengaruh tidak langsung memainkan peranan yang jauh lebih penting
dalam pengaturan normal aliran darah koroner. Rangsangan simpatis, yang
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
4/31
11
melepaskan norepinefrin, meningkatkan frekuensi dan kontraksi jantung
maupun derajat metabolismenya. Selanjutnya, kenaikan aktivitas jantung akan
mengaktifkan mekanisme pengaturan aliran darah lokal guna mendilatasikan
pembuluh koroner, dan aliran darah meningkat sebanding dengan kebutuhan
metabolik otot jantung. Sebaliknya, perangsangan vagus, yang melepaskan
asetilkolin, akan memperlambat jantung dan memberi sedikit pengaruh penekanan
pada kontraktilitas jantung. Kedua pengaruh ini menurunkan konsumsi oksigen
jantung dan secara tidak langsung menyebabkan konstriksi koroner. 3
2.2 Definisi Sindrom Koroner Akut
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang
digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan proses
penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil (unstable angina/UA), infark
miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST
elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau
infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial
infarction/STEMI). 1
Bagan 2.1 Ruang Lingkup Sindrom Koroner Akut
Sindrom
Koroner Akut
Tanpa elevasi
segmen-ST
APTS
NSTEMI
Elevasi
segmen-STSTEMI
UA
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
5/31
12
Sumber : Muchid, A. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung
Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta. 2006.
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Sindrom Koroner Akut
Penyebab terjadinya SKA secara teoritis dapat disebabkan oleh:2
1. Trombosis koroner
Pada penelitian angiographi dan studi pasca-mati yang dilakukan pada
pasien segera setelah timbulnya keluhan menunjukkan lebih dari 85%
didapatkan adalah oklusi thrombus pada arteri penyebab. Trombus yang
terbentuk merupakan campuran trombus putih dan trombus merah.
2. Retakan plak
Trombosis koroner umumnya terjadi dihubungkan dengan retakan plak.
Perubahan yang tiba-tiba dari angina stabil menjadi tidak stabil atau infark
miokard umumnya berhubungan dengan retakan plak pada titik dimana
tekanan shear stressnya tinggi dan seringkali dihubungkan dengan plak
aterosklerosis yang ringan. Plak yang mengalami robekan kemudian
merangsang agregasi trombosit yang selanjutnya akan membentuk trombus.
Faktor risiko SKA adalah sebagai berikut:
1. Aterosklerosis dengan pembentukan sumbatan trombus.
a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi. 4
http://emedicine.medscape.com/article/150916-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/150916-overview -
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
6/31
13
1)UsiaLaki-laki berusia 45 tahun perempuan berusia 55 tahun atau
menopause prematur tanpa terapi penggantian estrogen.
2)Riwayat penyakit arteri koroner pada keluarga.3)Infark miokard pada ayah atau saudara laki-laki sebelum berusia 55
tahun, pada ibu atau saudara perempuan sebelum berusia 65 tahun.
b. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi. 4,5
1)Hiperlipidemia (LDL-C) yaitu 160 mg/dl.2)HDL-C rendah yaitu, 40 mg/dl3)Hipertensi4)Merokok5)Diabetes mellitus6)Obesitas7)Ketidakaktifan fisik8)Hiperhomosisteinemia
2. Faktor-faktor nonatherosklerosis. 4,5
1)Vaskulitis
2)Emboli koronaria3)Anomali koronaria kongenital4)Trauma koronaria5)Faktor-faktor yang meningkatkan pemakaian oksigen, seperti kegiatan
jasmani berat, demam atau hipertiroidisme.
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
7/31
14
6)Faktor-faktor yang menurunkan pengantaran oksigen, sepertihipoksemia pada anemia berat.
2.4 Patofisiologi Sindrom Koroner Akut
a. Iskemia
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh
darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia miokardium
lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel
pada tingkat sel dan jaringan serta menekan fungsi sel miokardium. 4
Berkurangnya kadar oksigen mendorong miokardium untuk mengubah
metabolisme aerob menjadi metabolisme anaerob. Hasil akhir metabolisme
anaerob yaitu asam laktat akan tertimbun sehingga pH sel menurun. 4
Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia dan asidosis,
dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Menurunnya fungsi ventrikel kiri
dapat mengurangi curah jantung dengan berkurangnya volume sekuncup. Selain
itu, gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia akan menjadi abnormal.
Hal itu akan menyebabkan perubahan hemodinamika. Pada iskemia, manifestasi
hemodinamika yang sering terjadi adalah peningkatan ringan tekanan darah dan
denyut jantung sebelum timbul nyeri. Ini merupakan respon kompensasi simpatis
terhadap berkurangnya fungsi miokardium. Penurunan tekanan darah merupakan
tanda bahwa miokardium yang terserang iskemia cukup luas atau merupakan
suatu respon vagus. 4
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
8/31
15
Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium.
Mekanisme pastinya belum jelas, namun diduga reseptor saraf nyeri terangsang
oleh metabolit yang tertimbun, oleh suatu zat kimia antara yang belum diketahui,
atau oleh stress mekanik lokal akibat kelainan kontraksi miokardium. Nyeri
biasanya digambarkan sebagai suatu tekanan substernal, kadang-kadang menyebar
turun ke sisi medial lengan kiri. Tangan yang menggengam dan diletakkan di atas
sternum melukiskan pola angina klasik, seperti yang terlihat pada gambar 2.2. 4
Gambar 2.2 Pola Khas Nyeri yang Dijalarkan Angina Pektoris
b. Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium
yang mengalami infark akan berhenti berkontraksi secara permanen. Ukuran
infark akhir bergantung pada nasib daerah iskemik daerah tersebut. Bila pinggir
daerah ini mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar,
sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis. 4
Sumber : Price, S. A, L. M. Wilson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit Ed VI. Jakarta. 2006.
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
9/31
16
Secara morfologis, infark miokardium dapat berupa transmural atau sub-
endokardial. Infark transmural mengenai seluruh dinding miokardium dan terjadi
pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada infrak sub-
endokadial, nekrosis hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan
umumnya berbercak-bercak. Gambaran kedua jenis infark tersebut dapat dilihat
pada gambar 2.3. 4
Gambar 2.3 Infark Subendokardial dan Transmural
SKA merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis dari PJK akibat
utama dari proses aterotrombosis. Aterotrombosis terdiri dari aterosklerosis dan
trombosis. Aterosklerosis merupakan proses pembentukan plak (plak
aterosklerotik) akibat akumulasi beberapa bahan seperti lipid-filled macrophages
(foam cells), massive extracellular lipid dan plakfibrous yang mengandung sel
otot polos dan kolagen.Perjalanan penyakit SKA terlihat pada gambar 2.4: 1,2
Sumber : Price, S. A, L. M. Wilson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit Ed VI. Jakarta. 2006.
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
10/31
17
Gambar 2.4 Perjalanan penyakit SKA
Sumber : Antman,et al.ACC/AHA Guidelines for the Management of
Patients With ST-Elevation Myocardial Infarction. Philadelphia. 2004
Gambar (1) dan (2) merupakan inisiasi dan akumulasi lipid ekstraseluler
ke intima. Kemudian (3) berevolusi menjadi lapisan fibrofatty dan (4) lesi
progresif yang melemahkanfibrous cap. SKA terjadi ketika plak yang rentan atau
berisiko tinggi pecah merusak fibrous cap (5), kerusakan tersebut memicu
terjadinya trombogenesis. Penyerapan trombus tersebut diikuti oleh akumulasi
kolagen dan pertumbuhan sel otot polos (6). Mekanisme inilah yang
mengakibatkan terjadinya iskemia dan perasaan tidak nyaman pada dada. 6
2.5 Diagnosis Sindrom Koroner Akut
Ada tiga komponen untuk diagnosis infark miokard, yaitu : 8
(1) Penampilan klinis, dinilai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
(2) Pemeriksaan EKG
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
11/31
18
(3) Peningkatan biomarker kimiawi.
2.5.1 Anamnesisdan pemeriksaan fisik
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis
secara cermat apakah nyeri dada berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika
dicurigai nyeri dada berasal dari jantung perlu dibedakan apakah nyerinya berasal
dari koroner atau bukan. Perlu dianamnesis pula apakah ada infark miokard
sebelumnya serta faktor-faktor risiko antara lain hipertensi, diabetes mellitus,
dislipidemia, merokok, stress atau sakit koroner pada keluarga. 5
Nyeri dada yang sering dikeluhkan oleh pasien adalah:5
Khas :
Dideskripsikan sebagai sensasi penekanan pada bagian substernal yang
digambarkan juga sebagai sensasi diperas, terbakar atau sensasi
tertusuk-tusuk.
Lama serangan:
Terus menerus, umumnya lebih dari 30 menit, sesuai dengan luasnya
infark.
Penjalaran :
Penjalaran nyeri ke bahu atau leher sebelah kiri
Faktor yang memperberat dan mengurangi:
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
12/31
19
Rasa sakit bertambah dengan aktivitas dan berkurang pada saat istirahat
dan pemberian nitrogliserin.
Gejala penyerta :
Nyeri dada disertai mual, muntah, diaphoresis, dispneu, kelelahan atau
palpitasi.
Untuk membedakan nyeri dada karena SKA dengan yang lain, perlu
disingkirkan gejala khas penyakit lain, yaitu:5
Gejala emboli pulmonal
- Sesak nafas yang datang mendadak- Nafas cepat-
Nyeri seperti tertusuk pada bagian tengah dada dan semakin nyeri jika
bernafas dalam.
Gejala perikarditis
- Nyeri tajam dan terbakar di bagian tengah dada, makin sakit dengan nafasdalam
- Disertai dengan batuk, demam, sesak nafas dan sakit ketika menelansebelum nyeri dada muncul.
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
13/31
20
Gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh Canadian Cardiovascular
Society (CCS)sebagai berikut:7
Klas I : Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik tangga 1-2lantai dan lain-lain tidak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul
pada latihan berat, berjalan cepat serta terburu-buru berpergian.
Klas II : Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya angina pektorisdapat timbul bila melakukan aktivitas lebih berat dari biasanya, seperti jalan
kaki 2 blok, naik tangga lebih dari satu lantai.
Klas III : Aktivitas sehari-hari nyata terbatas. Klas IV : Angina pektoris bisa timbul waktu istirahat sekalipun.
2.5.2 Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG 12 sadapan harus dilakukan pada semua pasien dengan
nyeri dada atau keluhan yang dicurigai SKA. Pemeriksaan ini harus dilakukan
segera dalam 10 menit sejak kedatangan di IGD. Pada pasien UA dan NSTEMI,
adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan adanya iskemia
akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda iskemia atau NSTEMI.
Perubahan gelombang ST dan T nonspesifik seperti depresi segmen ST kurang
dari 0,5 mm dari garis isoelektrik dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm
seperti pada gambar 2.5, tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat disebabkan
karena hal lain. Pada 4 % pasien UA dan 1-6% pasien NSTEMI memiliki
gambaran EKG normal. 7
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
14/31
21
Gambar 2.5 Depresi segmen-ST
Sumber :www.trombosisadviser.com..
Pada pasien STEMI, pemeriksaan EKG di IGD merupakan landasan dalam
menentukan keputusan terapi karena gambaran elevasi segmen ST lebih dari 2
mm dari garis isoelektrik seperti gambar 2.6 mengidentifikasi pasien yang
bermanfaat untuk dilakukan terapi reperfusi. Jika pemeriksaan EKG awal tidak
diagnostik untuk STEMI tetapi pasien tetap simptomatik dan terdapat kecurigaan
kuat STEMI, EKG serial dengan interval 5-10 menit atau pemantapan EKG 12
sandapan secara kontinyu harus dilakukan untuk mendeteksi potensi
perkembangan elevasi segmen ST. Pada pasien dengan STEMI inferior, EKG sisi
kanan harus diambil untuk mendeteksi infark pada ventrikel kanan. 7
Gambar 2.6 Elevasi segmen-ST
Sumber :www.trombosisadviser.com.
http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/ -
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
15/31
22
Gambaran EKG pasien SKA terlihat pada gambar 2.7 dan 2.8 berikut.
Gambar 2.7 Gambaran EKG pasien SKA
Sumber :www.trombosisadviser.com.
Gambar 2.8 EKG pasien STEMI
Sumber : Antman,et al.ACC/AHA Guidelines for the Management of
Patients With ST-Elevation Myocardial Infarction. Philadelphia. 2004
http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/http://www.trombosisadviser.com/ -
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
16/31
23
Daerah miokardium yang mengalami infark tergantung pada arteri
koronaria mana yang tersumbat dan seberapa luas aliran darah kolateralnya.
Hampir semua infark miokardim mengenai ventrikel kiri karena ventrikel kiri
merupakan ruang jantung yang paling muskuler dan bertugas melakukan sebagian
besar pekerjaan sehingga sangat rentan terhadap gangguan pasokan darah.
Beberapa infark inferior juga mengenai sebagian ventrikel kanan. Perubahan EKG
khas pada infark hanya terjadi pada sadapan-sadapan yang memonitor atau dekat
infark, seperti yang dapat dilihat sebagai berikut:4,8
1. Infark inferior mengenai permukaan diafragma jantung. Infark ini sering
disebabkan oleh oklusi arteri koronaria kanan atau cabang desendensnya.
Perubahan EKG yang khas infark dapat ditemukan pada sadapan II, III dan
aVF inferior.
2. Infark dinding lateral mengenai dinding lateral kiri jantung. Infark ini sering
disebabkan oleh oklusi arteri sirkumfleksa kiri. Perubahan-perubahan akan
terjadi pada sadapan I, aVL, V5, dan V6 kiri.
3. Infark anterior mengenai permukaan anterior ventrikel kiri dan biasanya
disebabkan oleh penyumbatan arteri desendens anterior kiri. Salah satu dari
sadapan prekordial (V1 sampai dengan V6) dapat menunjukkan perubahan.
4. Infark posterior mengenai permukaan posterior jantung dan biasanya
disebabkan oleh penyumbatan arteri koronaria kanan. Tidak ada sadapan
yang memonitor dinding posterior. Karenanya diagnosis harus dibuat dengan
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
17/31
24
mencari perubahan-perubahan resiprokal pada sadapan-sadapan anterior,
terutama V1.
Sumber: www. compharm.net.
2.5.3 Peningkatan biomarker kimiawi
Alat diagnostik terakhir adalah pelepasan dan peningkatan penanda
biokimiawi serum pada cedera sel jantung. Kedua penanda biokimia digunakan
dalam penegakan diagnosis cedera miokardium akut. Penanda tersebut adalah
kreatinin kinase (creatinin kinase, CK) serta isoenzimnya yaitu creatinin kinase
MB (CK-MB), dan troponin yaitu cardiac-specific troponin T (cTnT) dan
cardiac-spesific troponin I (cTnI). 4
Kreatinin kinase merupakan suatu enzim yang dilepaskan saat terjadi
cedera otot dan memiliki tiga fraksi isoenzim, yaitu CK-MM, CK-BB dan CK-
MB. CK-BB paling banyak terdapat pada jaringan otak. CK-MM dijumpai dalam
Gambar 2.9 Aksis EKG
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
18/31
25
otot skelet dan paling terbanyak dalam sirkulasi. CK-MB paling banyak terdapat
pada miokardium dan merupakan penanda cedera otot yang paling spesifik seperti
pada infark miokardium.4
Troponin jantung-spesifik juga merupakan petunjuk adanya cedera
miokardium. Troponin-troponin ini merupakan protein regulator yang
mengendalikan hubungan aktin dan myosin yang diperantarai kalsium. Tidak
adanya troponin saat peningkatan CK cenderung menyingkirkan adanya cedera
miokardium. Troponin-troponin ini merupakan protein regulator yang
mengendalikan hubungan aktin dan myosin yang diperantarai kalsium. Tidak
adanya troponin saat peningkatan CK cenderung menyingkirkan adanya infark
miokardium. Pada tabel 2.1 dan gambar 2.5 terlihat peningkatan biomarker
jantung. 4
Tabel 2.1 Biomarker jantung
Biomarker Molecular
weight
Range of
Times to Initial
Elevation
Mean time to
peak elevation
Time to return
to normal
range
CK-MB
cTnI
cTnT
86000
23500
33000
3-12 hours
3-12 hours
3-12 hours
24 hours
24 hours
12 hours - 2 days
48-72 hours
5-10 days
5-14 days
Sumber : Antman,et al.ACC/AHA Guidelines for the Management of
Patients With ST-Elevation Myocardial Infarction. Philadelphia. 2004
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
19/31
26
Gambar 2.10 Peningkatan biomarker jantung
Sumber : Antman,et al.ACC/AHA Guidelines for the Management of
Patients With ST-Elevation Myocardial Infarction. Philadelphia. 2004
Secara garis besar, diagnosis SKA dapat dilihat pada tabel 2.2. 4
Tabel 2.2 Diagnosis Sindrom Koroner Akut
Jenis Nyeri dada EKG Enzim Jantung
Angina
Pektoris
Tidak
Stabil
Angina pada waktu
istirahat/aktivitas ringan
(CCS III-IV). Cresendo
angina. Hilang dengan nitrat
Depresi segmen T,
Inversi gelombang
T, Tidak ada
gelombang Q
Tidak
meningkat
NSTEMI Lebih berat dan lama (> 30 Depresi segmen Meningkat
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
20/31
27
menit). Tidak hilang dengan
nitrat, perlu opium
ST, Inversi
gelombang T
minimal 2 kali
nilai batas atas
normal
STEMI Lebih berat dan lama (> 30
menit) tidak hilang dengan
nitrat, perlu opium
Elevasi segmen T,
Gelombang Q,
Inversi gelombang
T
Meningkat
minimal 2 kali
nilai batas atas
normal
Sumber: Muchid, A. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung
Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta. 2006.
2.6 Penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut
2.6.1 Penatalaksanaan Pra Rumah Sakit
Tujuan penatalaksanaan SKA adalah mengembalikan aliran darah koroner
untuk menyelamatkan jantung dari infark miokard, membatasi luasnya infark
miokard, dan mempertahankan fungsi jantung. Penderita SKA perlu penanganan
segera mulai sejak di luar rumah sakit sampai di rumah sakit. Diagnosis SKA
dalam keadaan dini merupakan kemampuan yang harus dimiliki dokter/tenaga
medis karena akan memperbaiki prognosis pasien.1
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan sebelum sampai ke rumah sakit
prinsipnya adalah sebagai berikut : 2
Nilai dan berikan bantuan ABC
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
21/31
28
Berikan oksigen, aspirin, nitrogliserin, klopidogrel dan morfin jika
diperlukan
Pemeriksaan EKG 12-sadapan dan interpretasi Melakukan ceklis terapi fibrinolitik
Menyiapkan pemberitahuan sebelum sampai ke IGD.
Semua pasien dengan kecurigaan atau diagnosis pasti SKA harus dikirim
dengan ambulan dan fasilitas monitoring dari tanda vital. Pasien harus diberikan
penghilang rasa sakit, nitrat dan oksigen nasal. Pasien harus ditandu dengan posisi
yang menyenangkan, dianjurkan elevasi kepala 40 derajat dan harus terpasang
akses intravena. Sebaiknya digunakan ambulan/ambulan khusus. 1
2.6.2 Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
Pasien-pasien yang tiba di UGD, harus segera dievaluasi karena SKA
berpacu dengan waktu dan bila makin cepat tindakan dilakukan hasilnya akan
lebih baik. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infark miokard ataupun
membatasi luasnya infark dan mempertahankan fungsi jantung. 1
Manajemen yang dilakukan adalah sebagai berikut : 2
1. Segera berikan oksigen 4L/menit nasal kanul, pertahankan saturasi oksigen>90%
2. Berikan aspirin 160-325 mg3. Nitrogliserin sublingual atau semprot atau IV4. Morfin IV jika nyeri dada tidak berkurang
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
22/31
29
5. Monitoring tanda vital dan evaluasi saturasi oksigen6. Pasang jalur IV7. Kaji EKG 12-sadapan8. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik9. Lakukan ceklis terapi fibrinolisis, perhatikan kontraindikasi.10. Lakukan pemeriksaan enzim jantung, elektrolit dan evaluasi system
pembekuan darah.
11. Foto toraks
2.6.3 Penatalaksanaan lanjutan di Rumah Sakit
2.6.3.1 UA/NSTEMI
Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan pada setiap pasien
NSTEMI/UA yaitu: 7
1. Terapi antiiskemia
Untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada berulang,
dapat diberikan terapi awal mencakup nitrogliserin (NTG) dan penyekat beta. 2
Tablet nitrogliserin diberikan sublingual 0,4 mg sampai 3 kali dengan
interval 3-5 menit jika tidak terdapat kontraindikasi. Nitrogliserin adalah
venodilator dan penggunaannya harus berhati-hati pada keadaan di bawah ini: 2,6
a. Infark inferior atau infark ventrikel kanan
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
23/31
30
b. Hipotensi dibawah 90 mmHg atau tekanan darah turun lebih dari 30mmHg, bradikardi (< 40x per menit), atau takikardi (> 140x per menit).
c. Penggunaan obat penghambat phospodiesterase ( contoh: viagra) dalamwaktu < 24 jam.
Penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi jantung 50-60
kali/menit. Jika nyeri dada menetap walaupun dengan pemberian nitrogliserin
intravena, morfin sulfat dengan dosis 1-5 mg dapat diberikan tiap 5-30 menit
sampai dosis total 20 mg. 7
2. Terapi Antitrombotik
Oklusi thrombus subtotal pada koroner mempunyai peran utama dalam
patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan pembentukan
thrombin-activated fibrinbertanggungjawab atas perkembangan klot. Oleh karena
itu, terapi antiplatelet dan anti trombin menjadi komponen kunci dalam
perawatan. 7
3. Terapi Antiplatelet
a. Aspirin
Aspirin diberikan 160-325 mg dikunyah untuk pasien yang belum
mendapat aspirin dan tidak ada riwayat alergi dan tidak ada bukti perdarahan
lambung saat pemeriksaan. Peran penting aspirin adalah menghambat
siklooksigenase-1 yang telah dibuktikan dari penelitian klinis sehingga aspirin
menjadi tulang punggung dalam penatalaksanaan UA/NSTEMI. 2,7
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
24/31
31
b. Clopidogrel dan ticlopidin
Derivat tinopiridin ini menghambat agregasi platelet, memperpanjang
waktu perdarahan, dan menurunkan viskositas darah dengan cara menghambat
aksi ADP (adenosine diphosphate) pada reseptor platelet., sehingga menurunkan
kejadian iskemi.Clopidogrel sama efektifnya dengan Ticlopidine bila dikombinasi
dengan Aspirin, namun tidak ada korelasi dengan netropenia dan lebih rendah
komplikasi gastrointestinalnya, meskipun tidak terlepas dari adanya risiko
perdarahan. Clopidogrel direkomendasikan sebagai obat lini pertama pada
UA/NSTEMI, kecuali mereka dengan risiko tinggi perdarahan. 10
c. Glycoprotein IIb/IIIa Inhibitor(GPIIb/IIIa-I)
Efek GPIIb/IIIa-I ialah menghambat agregasi platelet dan cukup kuat
terhadap semua tipe stimulan seperti trombin, ADP, kolagen, dan serotonin 17.
GPIIb/IIIa-I secara intravena jelas menurunkan kejadian koroner dengan segera,
namun pemberian peroral jangka lama tidak menguntungkan, bahkan dapat
meningkatkan mortalitas. Guideline ACC/AHA menetapkan pasien-pasien risiko
tinggi terutama pasien dengan troponin positif yang menjalani angiografi,
mungkin sebaiknya mendapat antagonis GP IIb/IIIa. 7,10
4. Terapi Antikoagulan
a. Unfractionated Heparin (UFH)
Obat ini sudah mulai ditinggalkan karena ada preparat-preparat baru yang
lebih aman (tanpa efek samping trombositopenia) dan lebih mudah
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
25/31
32
pemantauannya (tanpa aPTT). Heparin mempunyai efek menghambat tidak
langsung pada pembentukan trombin, namun dapat merangsang aktivasi platelet.
10
b.Low Molecular Heparin Weight Heparin ( LMWH)
Diberikan pada UA/NSTEMI dengan risiko tinggi. LMWH mempunyai
kelebihan dibanding dengan UFH. 10
BerdasarkanACC/AHA, secara keseluruhan penatalaksanaan UA/NSTEMI
dapat dilihat pada bagan 2.2.
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
26/31
33
Bagan 2.2 Algoritma penatalaksanaan UA/NSTEMI
Sumber : Pollack.C, Eugene.B.2007 Update to the ACC/AHA Guidelines for the
Management of Patients With Unstable Angina and NonST-Segment Elevation
Myocardial Infarction: Implications for Emergency Department Practice.
Philadelphia. 2007
N eri dada
- Clopidogrel- Glycoprotein IIb/IIIa Inhibitor- PCI (Percutaneous Coronary
Intervention), CABG
(Coronary Artery Bypass
Grafting Surgery), atau
manajemen medis sesuaiindikasi
- NTG dan morfin untukmengatasi gejala
- Penyekat beta- Antikoagulan
Terus ulangi terapi
sebelumnya saat onset gejala
- NTG- Morfin jika diperlukan- Penyekat beta- Antikoagulan- Clopidogrel- Inisiasi Glycoprotein
IIb/IIIa Inhibitor
Normal atau non-
diagnostik
Penanganan STEMI
Positif
Oksigen, ASA
EKG
Segmen-ST
Segmen-ST
Troponin
TroponinNegatif
Berikan tes
provokatif
Pulangkan pasien
- Penyekat beta-
Antikoagulan
Negatif
Konsul kardiologi
Positif
PositifNegatif
Negatif Positif
Terus ulangi terapi
sebelumnya saat onset gejala
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
27/31
34
2.6.3.2 STEMI
Pada pasien nyeri dada, pemeriksaan EKG harus segera dilakukan dalam
10 menit pertama. Jika didapatkan STEMI, keputusan apakah pasien akan diterapi
dengan trombolisis atau Primary PCI harus dibuat 10 menit berikutnya.
Keberhasilan penanganan pada pasien STEMI adalah jika dapat mencapai waktu
door-to-drugyaitu 30 menit dan waktu door-to-ballonpada 90 menit. 5
Prinsip penatalaksanaan adalah : 5
1. Menyeimbangkan antara suplai oksigen dengan pemakaian untuk mencegah
iskemia berlanjut.
2. Menghilangkan rasa nyeri.
3. Mencegah dan menangani komplikasi.
Penatalaksanaan pada pasien STEMI adalah sebagai berikut: 1
1) Pasang infus intravena: dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
2) Pantau tanda vital: setiap jam sampai stabil, kemudian tiap 4 jam atau
sesuai dengan kebutuhan, catat jika frekuensi jantung < 60 kali/mnt atau >
110 kali/mnt; tekanan darah < 90 mmHg atau > 150 mmHg; frekuensi
nafas < 8 kali/mnt atau > 22 kali/mnt.
3) Aktifitas istirahat di tempat tidur dengan kursi commode di samping tempat
tidur dan mobilisasi sesuai toleransi setelah 12 jam.
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
28/31
35
4). Medikamentosa :
Oksigen nasal mulai 2 l/mnt: dalam 2-3 jam pertama; dilanjutkan jika
saturasi oksigen arteri rendah (< 90%)
Mengatasi rasa nyeri: Morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap
lima menit sampai dosis total 20 mg, atau Petidin 25-50 mg intravena, atau
Tramadol 25-50 mg intravena. Nitrat sublingual, intravena jika nyeri
berulang dan berkepanjangan.
5). Terapi reperfusi (trombolitik) streptokinase atau tPa
Berdasarkan pada asumsi bahwa infark miokardium akut
disebabkan oleh trombosis koroner pada sebagian besar pasien, intervensi
ditujukan untuk mengatasi trombosis koroner segera setelah awitan infark
miokardium akut untuk memulihkan miokardium (menurunkan ukuran
akhir infark). Reperfusi dilakukan dengan sekelompok obat yang disebut
fibrinolitik. Obat-obatan ini mencakup streptokinase, urokinase, aktivator
plasminogen jaringan (tissue plasminogen activator, TPA), dan
rekombinan reteplase. Dengan berbagai mekanisme, obat-obat ini memicu
konversi plasminogen menjadi plasmin. Melalui degradasi fibrin oleh
plasmin, terjadi lisis bekuan dan aliran darah kembali mengalir ke arteri
koronaria yang mengalami oklusi secara akut. Setelah terapi fibrinolitik,
biasanya diberikan antikoagulasi dengan heparin dan terapi antitrombotik
untuk mencegah terjadinya trombosis.
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
29/31
36
6). Antitrombotik :
Aspirin (160-325 mg hisap atau telan)
Heparin
7). Mengatasi rasa takut dan cemas: diazepam 3 x 2-5 mg oral atau intravena.
8). Obat pelunak tinja: laktulosa (laksadin) 2 x 15 ml.
9).Terapi tambahan: Penyekat beta; jika tidak ada kontraindikasi. Penghambat
ACE terutama pada: IMA luas atau anterior, gagal jantung tanpa hipotensi,
riwayat infark miokard.
2.7 Komplikasi Sindrom Koroner Akut
Jika tidak mendapat penatalaksanaan segera, SKA bisa mengakibatkan
berbagai komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain gagal jantung
kongestif, syok kardiogenik, disritmia dan perikarditis. 4
2.8 Prognosis Sindrom Koroner Akut
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis infark miokard:
1. Klasifikasi Killip
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan pemeriksaan fisikbedside sederhana; S3
gallop, kongesti paru dan syok kardiogenik. 7
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
30/31
37
Tabel 2.3 Klasifikasi Killip
Klas Definisi Mortalitas (%)
I
II
III
IV
Tak ada tanda gagal jantung kongestif
+ S3 dan/atau ronkhi basah
Edema paru
Syok Kardiogenik
6
17
30-40
60-80
Sumber : Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Ed IV.
Jakarta. 2006.
2. TIMI risk score
Ini merupakan sistem prognostik paling akhir yang menggabungkan
anamnesis sederhana dan pemeriksaan fisik yang dinilai pada pasien STEMI
yang mendapat terapi antitrombolitik.
7
Tabel 2.4 Skor Risiko untuk pasien STEMI
Faktor Risiko (Bobot) Skor risiko/ Mortalitas 30 hari (%)
Usia 65-74 tahun (2 poin)
Usia > 75 tahun (3 poin)
Diabetes mellitus/hipertensi atau angina (1
poin)
Takanan darah sistolik 100 mmHg (2 poin)
Klasifikasi Killip II-IV (2 poin)
0/(0,8)
1/(1,6)
2/(2,2)
3/(4,4)
4/(7,3)
5/(12,4)
6/(16,1)
7/(23,4)
-
7/27/2019 tinjauan pustaka stemi.docx
31/31
38
Berat < 67 kg (1 poin)
Elevasi ST anterior atau LBBB (1 poin)
Waktu ke reperfusi > 4 jam (1 poin)
8/(26,8)
>8/(35,9)
Sumber : Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Ed IV.
Jakarta. 2006.
Sementara untuk pasien NSTEMI, skor risiko TIMI adalah mencakup
sebagai berikut (masing-masing dinilai 1 poin):11
Usia 65 tahun Stenosis koroner 50% Deviasi segmen-ST pada pemeriksaan EKG Minimal 2 serangan dalam 24 jam Penggunaan ASA selama 7 hari Minimal ada 3 faktor risiko penyakit arteri koroner ( pria, hipertenssi,
adanya riwayat keluarga, hiperlipidemia, obesitas, merokok dan DM)
Peningkatan biomarker jantung serum
Berdasarkan poin tersebut, stratifikasi risiko pasien, yaitu:11
Rendah, jumlah poin 0-2 risiko mortalitas 5-8% Intermediet, jumlah poin 3-4 risiko mortalitas 13-20% Tinggi, jumlah poin 5-7 risiko mortalitas 26-41%.