tinjauan pustaka drainase
DESCRIPTION
drainase lingkunganTRANSCRIPT
![Page 1: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/1.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI DAN KEGUNAAN DRAINASE
Pengertian drainase dapat ditentukan berdasarkan lingkup atau batasan dari sistem
drainase itu sendiri (Moduto, 1998), antara lain :
Drainase permukaan, yaitu suatu sistem drainase yang menangani semua permasalahan
kelebihan air di atas atau pada permukaan tanah, terutama masalah kelebihan air hujan.
Drainase bawah permukaan, yaitu suatu sistem drainase yang menangani permasalahan
kelebihan air di bawah permukaan tanah atau di bawah lapisan tanah, misalnya untuk
menurunkan permukaan air tanah yang tinggi agar daerah tersebut terbebas dari masalah
kelembaban yang tinggi.
Drainase perkotaan, yaitu suatu sistem drainase yang menangani permasalahan kelebihan
air di wilayah perkotaan yang meliputi drainase permukaan dan drainase bawah
permukaan.
Selain itu juga diartikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi pada suatu kawasan,
sehingga fungsi kawasan tersebut tidak terganggu. Drainase juga meliputi usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas (Suripin. 2004).
Drainase pada prinsipnya terbagi atas 2 macam yaitu: drainase untuk daerah perkotaan
dan drainase untuk daerah pertanian. Drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang
mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan fisik dan sosial budaya kawasan tersebut (Kodoatie. J. Robert dan Roestam S.
2005).
2.2 JENIS DRAINASE
2.2.1 Menurut Sejarah Terbentuknya, (Hadihardja, Joetata. 1997) yaitu:
1. Drainase alamiah : Terbentuk secara alami.
2. Drainase Buatan : Drainase yang dibuat oleh manusia dan memerlukan
bangunan-bangunan khusus seperti saluran pasangan batu kali, gorong-
gorong, dll.
Rafif Fuadi21080113130100
II-1
![Page 2: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/2.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
2.2.2 Menurut Letak Bangunan, (Hadihardja, Joetata.1997) yaitu:
1. Drainase Permukaan Tanah : Berfungsi mengalirkan air limpasan
permukaan.
2. Drainase Bawah Permukaan Tanah : Mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media di bawah permukaan tanah, dikarenakan alasan-alasan
tertentu, misal tuntutan artistik.
2.2.3 Menurut Fungsinya, (Hadihardja, Joetata.1997) yaitu:
1. Single Purpose : Berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, seperti air
hujan, air limbah domestik, atau air limbah industri.
2. Multi Purpose : Saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa macam air
buangan baik tercampur maupun secara bergantian.
2.2.4 Menurut Konstruksinya, (Hadihardja, Joetata.1997) yaitu:
1. Saluran Terbuka : Saluran untuk drainase air hujan yang terletak di daerah
yang mempunyai luasan yang cukup, atau untuk drainase air non-hujan yang
tidak membahayakan kesehatan atau lingkungan.
2. Saluran Tertutup : Saluran untuk aliran air kotor, yang mengganggu
kesehatan lingkungan, atau untuk saluran di tengah kota.
2.3 SISTEM HIDROLOGI
Perencanaan sistem drainase berkaitan erat dengan aspek hidrologi. Hujan
sangat berpengaruh terutama dalam penentuan dimensi saluran drainase, karena air
hujan inilah yang harus segera dibuang atau dialirkan melalui saluran drainase.
Intensitas hujan yang tinggi pada suatu kawasan dapat menyebabkan terjadinya
genangan air pada jalan, tempat parkir, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Oleh karena itu,
harus direncanakan suatu sistem drainase yang diharapkan mampu mengatasi
kelebihan air dalam jumlah besar.
2.3.1 Karakteristik Air Hujan
Hujan pada tiap-tiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing sesuai
dengan kondisi wilayah tersebut. Karakteristik hujan antara lain :
1. Durasi hujan, adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian) yang
diperoleh dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis.
Rafif Fuadi21080113130100
II-2
![Page 3: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/3.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
2. Intensitas hujan, adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu.
3. Lengkung intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan antara
intensitas hujan dengan durasi hujan.
4. Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air
dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan
di bagian hilir suatu saluran. Rumus untuk menghitung waktu konsentrasi :
tc = to + td
Waktu konsentrasi terdiri atas dua komponen, yaitu :
Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir di atas
permukaan tanah menuju saluran drainase. Untuk menghitung to pada daerah
pengaliran yang kecil dengan panjang limpasan sampai dengan ± 300 meter,
menggunakan rumus :
to =
3 ,26 x (1,1−C ) xLo0,5
So1/3
keterangan :
to = inlet time (menit)
C = koefisien pengaliran
Lo = panjang aliran limpasan (m)
So = kemiringan (%)
Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.
Penentuan td dengan rumus :
td =
Ld
V d
keterangan :
td = conduit time (menit )
Ld = panjang saluran (m)
Vd = kecepatan air dalam saluran (m/detik)
Rafif Fuadi21080113130100
II-3
![Page 4: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/4.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Kecepatan air dalam saluran tergantung kepada kondisi salurannya. Untuk
saluran alami, sifat-sifat hidroliknya sulit ditentukan sehingga td dapat ditentukan
dengan menggunakan perkiraan kecepatan air seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kecepatan untuk Saluran Alami
Kemiringan Rata-rata Dasar Saluran (%)
Kecepatan Rata-rata (m/detik)
<11 – 22 – 44 – 66 – 1010 – 15
0,400,600,901,201,502,40
Sumber : Drainase Perkotaan, 1997
2.3.2 Data Hujan
Data curah hujan di Indonesia dikumpulkan oleh dinas meteorologi dan
Geofisika, Dephub. Dari sini penggunaan data curah hujan untuk :
1. Perhitungan dimensi saluran, baik yang tertutup maupun terbuka, dengan
lining atau tanpa lining
2. Perhitungan dimensi bangunan pelengkap dan lintasan (gorong-gorong
atau sipon)
3. Perhitungan bentang jembatan
4. Perhitungan waduk pengendali banjir mikro dan makro
Analisa curah hujan yaitu dengan memproses data curah hujan mentah, diolah
menjadi data yang siap dipakai untuk perhitungan debit aliran. Dalam hal ini analisa
dilakukan dengan berbagai metode yang sering dipakai dalam analisa curah hujan
yang diterangkan langkah per langkah seperti dibawah ini.
a. Melengkapi Data Curah Hujan Yang Hilang
Data hujan hasil pencatatan yang ada biasanya ada dalam kondisi yang
tidak menerus atau terputus rangkaiannya. Menghadapi kondisi tersebut perlu
adanya pengisian data yang kosong (hilang). Untuk melengkapi data hujan yang
hilang dapat dengan cara mengambil data dari stasiun pengamat tetangga terdekat,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Rafif Fuadi21080113130100
II-4
![Page 5: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/5.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Jika selisih antara hujan tahunan normal dari stasiun yang datanya tdak
lengkap dengan hujan tahunan normal semua stasiun kurang dari 10 %, maka
perkiraan data yang hilang bisa mengambil harga rata-rata hitung dari stasiun–
stasiun yang mengelilinginya atau metode aritmatik .
Jika selisihnya lebih dari pada 10 %, maka dapat menggunakan metoda
perbandingan rasio normal, yaitu ;
di mana :
rx = curah hujan yang dilengkapi
Rn = rata-rata curah hujan pada stasiun pengamat yang salah satu tinggi
curah hujannya sedang dilengkapi.
n = Banyaknya stasiun pengamat hujan untuk perhitungan n > 2
ri = Curah hujan pada tahun yang sama dengan rx pada stasiun
pembanding.
Ri = Curah hujan rata-rata tahunan pada stasiun pengamat hujan
pembanding
b. Uji Konsistensi Data Curah Hujan
Suatu rangkaian data curah hujan bisa mengalami ketidakkonsistensian
atau non homogenitas yang bisa mengakibatkan hasil perhitungan menjadi tidak
tepat. Ketidakkonsistensian data curah hujan disebabkan :
Perubahan mendadak pada sistem lingkungan
Pemindahan alat ukur
Perubahan cara pengukuran
Ketidakkonsistensian data hujan ditandai dengan beloknya grafik garis
lurus yang terdiri dari :
Absis, yaitu oleh harga rata-rata curah hujan dari paling sedikit 5
(lima) stasiun hujan yang datanya dipakai dalam perhitungan
perencanaan sistem drainase .
Ordinat, yaitu oleh curah hujan dari stasiun yang diuji konsistensiannya.
Rafif Fuadi21080113130100
II-5
rR
=1( N −1)
(∑i=1
n rnRn
−rxRx
)
![Page 6: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/6.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Keduanya harus dalam tahun yang bersamaan dan diplot dalam koordinat
kartesius, yang dimulai dari data yang terbaru. Harga rata-rata yang diplot
merupakan harga kumulatif .
Konsistensi data hujan diuji dengan garis massa ganda (double mass curves
technique). Dengan metoda ini dapat juga dilakukan koreksi datanya. Dasar
metoda ini adalah membandingkan curah hujan tahunan akumulatif dari jaringan
stasiun dasar. Curah hujan yang konsisten seharusnya membentuk garis lurus,
namun apabila tidak membentuk garis lurus, maka diadakan koreksi sebagai
berikut :
Fk =
tg βtgα
=TBTL
Rk = Fk. R
dimana :
α dan β = sudut kemiringan data hujan dari stasiun yang dicari
Fk = faktor koreksi
R = curah hujan asli
Rk = curah hujan setelah dikoreksi
Gambar. 2.9. Daerah dengan Stasiun Hujan A, B, dan C
Gambar. 2.10. Grafik data hujan stasiun A konsisten
Rafif Fuadi21080113130100
B
C
A
II-6
![Page 7: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/7.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Gambar. 2.11. Data Hujan Stasiun A yang tidak konsistenc. Uji Homogenitas Hujan
Suatu array data dapat bersifat tidak homogen. Ketidakhomogenan ini
dapat terjadi karena:
Perubahan kondisi atmosfer karena pencemaran
Adanya hujan buatan yang bersifat insidentil
Menurut Moduto, 1998, “Uji coba homogenitas hidrologi hujan/debit
biasanya untuk DPS regional yang luas atau secara regional, yaitu bila data-data
pokok untuk proyek itu diperoleh dari sekitar lebih dari sepuluh stasiun pengamat
hujan/debit. Untuk DPS kecil, tidak perlu diadakan uji coba homogenitas
hidrologi.” Namun untuk menyempurnakan perhitungan dan untuk mengikuti
prosedur yang berlaku, maka uji homogenitas perlu dilakukan.
d. Menghitung Hujan Wilayah Rata-rata Daerah Aliran
Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di
beberapa titik adalah sebagai berikut :
Cara Rata-rata Aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam
dan di sekitar daerah yang bersangkutan.
R =
1n (R1 + R2 + R3 + …+Rn)
di mana :
R = curah hujan daerah (mm)
n = jumlah titik (pos-pos) pengamatan
R1 , R2 , R3… Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
Rafif Fuadi21080113130100
II-7
![Page 8: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/8.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Gambar. 2.12 Cara aljabar
Cara Polygon Thiessen
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka
cara perhitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah
pengaruh tiap titik pengamatan (Varshney, R.S., Engineering Hydrology, India,
1979). Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sbb :
R = A1R1 + A2R2 + A3R3 + …+ AnRn
A1 + A2 + A3 + … + An
= A1R1 + A2R2 + A3R3 + …+ AnRn
A
= W1R1 + W2R2 + W3R3 + …+ WnRn
dimana :
R = curah hujan daerah
R1, R2, R3,…Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumlah titik-
titik pengamatan
A1, A2, A3,…An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
Gambar. 2.13 Cara Thiessen
Rafif Fuadi21080113130100
R III
R II
EDCBA
II-8
![Page 9: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/9.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Dimana :
I = Stasiun I dengan luas Poligon A1
II = Stasiun II dengan luas poligon A2
III = Stasiun III dengan luas poligon A3
A1 = Luas daerah yang dibatasi POQ
A2 = Luas daerah yang dibatasi POR
A3 = Luas daerah yang dibatasi ROQ
Cara Isohyet
Peta ishoyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan (interval) 10
sampai 20 mm berdasarkan data curah hujan titik-titik pengamatan di dalam dan di
sekitar daerah yang dimaksud. Jadi garis ini menghubungkan titik-titik dengan kontur
tinggi hujan yang sama.
Gambar 2.14 Cara Isohyet
Kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan
nilai rata-ratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang nilai kontir, sbb :
d=
d0+d1
2A1+
d1+d2
2A2+. .. ..+
dn−1+dn
2An
A1+ A2+.. . ..+ An
Dengan :
A = A1 +A2 +…+An = luas areal total
d = tinggi curah hujan rata-rata areal
d0, d1, d2,…,dn = curah hujan pada isohyet 0,1,2,…,n
A0, A1, A2,…,An = luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet yg
bersangkutan
Rafif Fuadi21080113130100
AAAAAAAAAAAAAAAAAA
II-9
![Page 10: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/10.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
e. Analisa Curah Hujan Maksimum
Analisa hujan harian maksimum dapat menggunakan beberapa cara yaitu :
Metode Gumbel
Hujan harian maksimum metode Gumbel dirumuskan sebagai berikut :
RT = R +σR/σN (Yt – Yn)
dimana :
RT = HHM rencana dengan, PUH = 1 tahun
R = Presipitasi rata-rata dalam kisaran data HHMS (mm/24jam)
σR = Standard Deviasi
σN= Expected Standard Deviasi
Yn = Expected Mean Reduced Variate
Yt = Reduced Variated untuk PUH = t tahun
Tabel 2.2.Reduced Variate (Yt) pada PUH t tahun
PUH = t TAHUN
REDUCED VARIATED
2 0,36655 1,499910 2,250225 3,198550 3,9019100 4,6001
Sumber : Nemec, J., Engineering Hydrology, Tata-McGraw Hill Publishing Company,
Ltd., New Delhi, 1972
Persamaannya adalah :
Rk = t(a). Se
Dimana :
Rk = rentang keyakinan (mm/24 jam)
T(a) = fungsi a
Untuk a = 90%, t(a) = 1,64
Untuk a = 80%, t(a) = 1,282
Untuk a = 68%, t(a) = 1,00
Se = Probality error (eror deviasi)
= b σR
√N
Rafif Fuadi21080113130100
II-10
![Page 11: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/11.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
b = √1+1,3 k+1,1 K 2
k =
Yt−YnσN
N = Jumlah data tahun pengamatan
Metode Log Pearson Tipe III
Parameter-parameter statistik yang diperlukan oleh distribusi Person Tipe
III adalah :
- Nilai tengah (mean)
- Standar Deviasi
- Koefisien Kepencengan
Langkah-langkah perhitungannya :
- Menyusun data-data curah hujan ( R ) mulai dari harga yang terbesar sampai
dengan harga terkecil
- Merubah sejumlah N data curah hujan ke dalam bentuk logaritma
Xi = log Ri
Menghitung besarnya harga rata-rata besaran tersebut dengan persamaan:
X=∑ Xi
N
Menghitung besarnya Cs dengan rumus :
Cs= nx ( Xi−X )3
(n−1 )(n−2 )(δx )3
Harga Cs yang didapat digunakan untuk mencari nilai Kx pada tabel yang
telah disediakan sesuai dengan PUH yang ditentukan.
Menentukan harga Xt dengan rumus :
Xt = X + Kx.x
Harga Xt yang didapatkan, diantilogkan, maka akan didapatkan nilai dari
HHM yang dicari.
Rt = Antilog Xt
Distribusi Normal
Distribusi ini mempunyai probability density function sebagai berikut :
Rafif Fuadi21080113130100
II-11
![Page 12: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/12.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
P ' ( X )=1
σ √2 πe
[−( x−μ )2 ]2 τ2
dimana:σ = varian
μ = rata-rata
Sifat khas lain yaitu nilai asimetrisnya hampir sama dengan nol dengan
kurtosis tiga. Selain itu kemungkinan :
P( x−σ )=15 , 87 %P ( x )=50 %P( x+σ )=84 ,14 %
Dengan demikian kemungkinan varian berada pada daerah ( x−ω ) dan
( x−σ ) adalah 68,27%. Sejalan dengan itu maka yang berada antara ( x−2 σ ) dan
( x+2 σ ) adalah 95,44%
Distribusi Log Normal
Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal,
yaitu dengan mengubah nilai variat X menjadi nilai logaritmik variant X. Distribusi
Log Pearson Tipe III akan menjadi distribusi log normal apabila nilai koefesien
kemencengan CS = 0,00. Secara matematis distribusi log-normal di tulis sebagai
berikut:
P(X)=
1( log X )(S )(√2 π )¿ exp
{12 ( log X−X
S )2}P(X) = Peluang log normalX = nilai variant pengamatan
X = nilai rata-rata dari logaritmik variat X, umumnya dihitung nilai rata-rata
geometriknya
X = {(X1)(X2)(X3)…(Xn)}1/n
S = deviasi standar dari logaritmik nilai variat X
Rafif Fuadi21080113130100
II-12
![Page 13: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/13.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas peluang logaritmik (logarithmic
probability paper) akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan
sebagai model matematik dengan persamaan :
Y = Y+k.S
Keterangan :
Y = nilai logaritmik nilai X,atau In X
Y = rata-rata hitung (lebih baik rata-rata geometrik) nilai Y
S = deviasi standar nilai Y
K = karakteristik distribusi peluang log-normal nilai variabel reduksi Gauss.
Distribusi Log Normal Dua Parameter
Distribusi log normal dua parameter mempunyai persamaan transformasi :
Log X = log X +k , S log XKeterangan :
Log X = nilai variat X yang diharapkan tarjadi pada peluang atau periode tertentu
log X = rata- rata nilai X hasil pengamatan
S log X = deviasi standar logaritmik nilai X hasil pengamatan
k = karakteristik dari distribusi normal.
Momen peringkat 1 dari X terhadap titik asal adalah :
M0 = eμn+( σn2
2 )Varian dari X :
σ 2=μ2. (eσn2−1)
Distribusi Log Normal Tiga ParameterDistribusi log normal tiga parameter memiliki batas bawah tidak selalu sama
dengan nol, oleh karena itu perlu di modifikasikan suatu parameter dengan nilai
sebagai batas bawah.
Fungsi dari pada distribusi log normal 3 parameter adalah :
P ( X )= 1In ( X−β )√2 π
e12 {in ( X−β )−μn
σn }
Rafif Fuadi21080113130100
II-13
![Page 14: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/14.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Keterangan :
P(X) = fungsi densitas peluang log normal variat X
X = variabel random kontinyu
β = parameter batas bawah π = 3,14159
e = 2,71828
µn = rata rata populasi , trnsformasi dari variant In ( X−β )
σn = deviasi standar populasi ,transformasi dari variant IN ( X −β )
Dengan demikian diperlukan tiga parameter untuk penyelesaian, yaitu
parameter:
Persamaan garisnya merupakan model matematik :
Y = Y +k . SKeterangan :
Y = logaritma dari kejadian , pada periode ulang tertentu.
Y = rata rata kejadian Y
S = deviasi standar kejadian Y
K = karakteristik dari distribusi log normal 3 parameter
Atau dapat ditulis sbb:
In ( X−β )=μ( X− β )+k . σ ( X−β )
Dengan metode momen, maka untuk menghitung adalah :
β=μ− σCVt
dimana :
Rafif Fuadi21080113130100
II-14
![Page 15: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/15.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
keterangan : CV = koefesien variasi dari kejadian
CVt = koefesien variasi dari
Untuk menghitung μn dan σn
σn=σ ( X− β )={In (CVt 2+1 )12}
μn=μ ( X−β )=In( σCVt )−1
2In ( CVt2+1 )
Berdasarkan perhitungan keenam jenis metoda tersebut, maka yang
dipilih untuk menentukan intensitas hujan berdasarkan hasil analisa frekuensi
adalah yang mempunyai penyimpangan maksimum yang terkecil.
2.4 DASAR PERENCANAAN SALURAN
Faktor – faktor yang dipertimbangkan untuk perancangan saluran tahan erosi adalah :
1. Jenis material yang membentuk tubuh saluran untuk menentukan koefisien
kekasarannya.
2. Kecepatan aliran minimum yang diijinkan agar tidak terjadi pengendapan
apabila air mengandung lumpur dan sisa – sisa kotoran.
3. Kemiringan dasar dan dinding saluran.
Penampang yang efisien, baik yang hidrolis maupun empiris.
Beberapa kriteria perancangan dapat diuraikan berikut ini :
a. Koefisien larian (run off)
Ketepatan dalam menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan melalui saluran
drainase pada daerah tertentu, sangatlah penting dalam penentuan dimensi saluran.
Menghitung besarnya debit rancangan drainase perkotaan pada umumnya digunakan metode
rasional dan modifikasinya (Joetata Hadihardjaja, 1995).
Besarnya koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut.
Rafif Fuadi21080113130100
II-15
![Page 16: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/16.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Tabel 2.3.1 Koefisien Pengaliran Berdasarkan Jenis Permukaan dan Tata Guna Tanah
Jenis Permukaan / Tata Guna Tanah Koefisien Pengaliran
1. Daerah Pertanian2. Daerah Perkebunan3. Tanah Kuburan4. Tempat Bermain5. Jalan Aspal6. Daerah Pertanian7. Daerah Perkebunan8. Tanah Kuburan9. Tempat Bermain10. Jalan Aspal11. Jalan Beton12. Jalan Batu13. Perumputan
Tanah pasir, slope 2 % Tanah pasir, slope 2 – 7 % Tanah pasir, slope 7 %
14. Business Pusat kota Daerah pinggiran
15. Perumahan Kepadatan 20 rumah / Ha Kepadatan 20 – 60 rumah / Ha Kepadatan 60 – 160 rumah /Ha
16. Daerah Industri Industri Ringan Industri Berat
`0,45 – 0,550,20 – 0,300,10 – 0,500,20 – 0,350,70 - 0,950,45 – 0,550,20 – 0,300,10 – 0,500,20 – 0,350,70 - 0,950,80 – 0,950,70 – 0,85
0,05 – 0,100,10 – 0,150,15 - 0,20
0,75 – 0,950,50 – 0,70
0,50 – 0,600,60 – 0,800,70 – 0,90
0,50 – 0,800,60 – 0,90
(Sumber : Imam Subarkah,1980)
b. Bentuk – bentuk saluran
Bentuk – bentuk untuk saluran drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan saluran
air untuk irigasi pada umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat
memperoleh dimensi penampang yang ekonomis (Joetata Hadihardjaja, 1995).
c. Macam material
Lapisan dasar dan dinding saluran drainase tanah erosi bisa dibuat dari : beton,
pasangan batu kali, pasangan batu merah, aspal, kayu, besi cor, baja, dan lain – lain. Pilihan
material tergantung pada tersedianya lahan serta harga bahan konstruksi saluran. Penampang
Rafif Fuadi21080113130100
II-16
![Page 17: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/17.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
melintang saluran drainase perkotaan pada umumnya berbentuk segi empat, karena dipandang
lebih efisien di dalam pembebasan tanahnya jika dibandingkan dengan trapezium (Joetata
Hadihardjaja, 1995).
d. Kemiringan saluran
Yang dimaksud dengan kemiringan saluran adalah kemiringan dasar saluran dan
kemiringan dinding saluran.
Kemiringan dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0,005 – 0,008
tergantung pada bahan saluran yang digunakan. Kemiringan yang lebih curam dari 0,002 bagi
tanah lepas sampai dengan 0,005 untuk tanah padat akan menyebabkan erosi (Joetata
Hadihardjaja, 1995).
e. Kecepatan yang diijinkan
Kecepatan minimum yang diijinkan adalah kecepatan terkecil yang tidak
menimbulkan pengendapan dan tidak merangsang pertumbuhan tanaman akuatik serta lumut.
Pada umumnya dalam praktek kecepatan sebesar 0,60 – 3,0 m/det dapat digunakan dengan
aman apabila prosentase lumpur yang ada di air cukup kecil.
Kecepatan maksimum yang diijinkan berdasarkan material :
1. Untuk saluran berdinding tanah : v maks = 0,75 m/det
2. Untuk saluran berdinding batu : v maks = 2,5 m/det
3. Untuk saluran berdinding beton : v maks = 3 m/det
f. Jagaan (freeboard)
Yang dimaksud dengan jagaan dari suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak
tanggul sampai permukaan air pada kondisi perencanaan. Jagaan direncanakan untuk dapat
mencegah peluapan air akibat gelombang serta fluktuasi permukaan air, akibat gerakan angin
serta pasang surut. Jagaan tersebut direncanakan antara 5 % sampai dengan 30 % dari
dalamnya aliran (Joetata Hadihardjaja, 1995).
g. Koefisien kekasaran Manning
Dari macam – macam jenis saluran, baik berupa saluran tanah maupun dengan
pasangan, besarnya koefisien mengacu pada tabel berikut :
Tabel 2.3.2 Koefisien Kekasaran Manning
Rafif Fuadi21080113130100
II-17
![Page 18: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/18.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
Tipe Saluran Kondisi
baik cukup buruk
Saluran buatan :1. Saluran tanah, lurus beraturan2. Saluran tanah, digali biasanya3. Saluran batuan, tidak lurus dan
tidak beraturan4. Saluran batuan, lurus beraturan5. Saluran batuan, vegetasi pada
sisiknya6. Dasar tanah, sisi batuan koral7. Saluran berliku – liku kecepatan
rendah Saluran alam :
1. Bersih, lurus, tetapi tanpa pasir dan tanpa celah
2. Berliku, bersih, tetapi berpasir dan berlubang
3. Berliku bersih, tidak dalam, kurang beraturan
4. Aliran lambat, banyak tanaman dan lubang dalam
5. Tumbuh tinggi dan padat Saluran dilapisi
1. Batu kosong tanpa adukan semen2. Batu kosong dengan adukan semen3. Lapisan beton sangat halus4. Lapisan beton biasa dengan
tulangan baja5. Lapisan beton dengan tulangan
kayu
0,0200,0280,040
0,0300,030
0,0300,025
0,028
0,035
0,045
0,060
0,100
0,0300,0200,011
0,014
0,016
0,0230,0300,045
0,0350,035
0,0300,028
0,030
0,040
0,050
0,070
0,125
0,0330,0250,012
0,014
0,016
0,0250,0250,045
0,0350,040
0,0400,030
0,033
0,045
0,065
0,080
0,150
0,0350,0300,013
0,015
0,018
( Sumber : Joetata, 1997)
2.5 PEHITUNGAN DIMENSI SALURAN
Sebelum merencanakan dimensi saluran, langkah pertama yang harus diketahui adalah
berapa debit rencananya. Untuk menghitung debit rencana perlu diketahui berapa luas daerah
yang harus dikeringkan oleh saluran tersebut. Perhitungan besar air yang dibuang adalah
berdasarkan tata guna lahan. Langkah pertama adalah merencanakan tata letak. Tata letak
direncanakan berdasarkan peta kota dan peta topografi. Tentukan letak – letak saluran –
saluran, kemudian hitung beban saluran – saluran tersebut, dari yang terkecil sampai ke
saluran induk. Setelah debit masing - masing saluran diketahui, barulah dilakukan perhitungan
Rafif Fuadi21080113130100
II-18
![Page 19: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/19.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
dimensi saluran. Untuk merencanakan dimensi penampang saluran drainase digunakan
pendekatan rumus – rumus aliran seragam (Joetata Hadihardjaja, 1995).
Rumus kecepatan rata – rata pada perhitungan dimensi penampang saluran
menggunakan rumus Manning, karena rumus ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana
tetap.
1. Penampang saluran segi empat
v =1n R
23 S
12
Q = A v = A 1n
R2
3 S1
2
a. Angka kekasaran (n) dapat ditentukan berdasarkan jenis bahan yang dipergunakan.
b. Kemiringan tanah asli = kemiringan dasar saluran (S) dapat diketahui berdasarkan kondisi
topografinya
c. Luas penampang (A) = b×h
d. Keliling basah (P) = b+2h
e. Jari – jari hidrolis ( R ) =
AP
f. Tinggi jagaan = 30 % h
g. Tinggi saluran (H) = h + tinggi jagaan
Untuk menentukan dimensi saluran dianjurkan untuk melakukan pendekatan seperti
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Perbandingan Lebar Dasar Saluran dengan Tinggi Air yang Dianjurkan
Berdasarkan Kapasitas Saluran
Kapasitas Saluran (m3/det) b : h
0,0 – 0,50,5 – 1,01,0 – 1,51,5 – 3,03,0 – 4,54,5 – 6,06,0 – 7,57,5 – 9,09,0 – 11,0
1,01,52,02,53,03,54,04,55,0
(Sumber : Imam Subarkah, 1980 )
2. Penampang Saluran Trapesium
Rafif Fuadi21080113130100
II-19
![Page 20: tinjauan pustaka drainase](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022051223/5695d3eb1a28ab9b029fa440/html5/thumbnails/20.jpg)
Tugas Perencanaan Sistem DrainaseKelurahan Lamper Lor , Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah
v =1n R
23 S
12
Q = A v , dim ana Q = Q rencana
a. Angka kekasaran ditentukan berdasarkan jenis bahan yang digunakan.
b. Kemiringan dasar saluran (S) ditentukan berdasarkan topografi (atau disebut S = 0,0006)
c. Kemiringan dinding saluran berdasarkan bahan yang digunakan, dapat dilihat pada tabel
4.4.
d. Luas Penampang (A) = (b + mh)h
e. Keliling Basah = b + 2h√1 + m2
f. Jari jari hidrolis = A/P
g. Tinggi jagaan = 25 % h
h. Tinggi saluran = h + tinggi jagaan
Tabel 2.6 Kemiringan Dinding Saluran yang Dianjurkan Berdasarkan Bahan yang
Digunakan
Bahan Saluran Kemiringan DindingBatuan cadas
Tanah Lumpur
Lempung keras atau tanah dengan
lapisan beton
Tanah dengan pasangan batu atau tanah
dengan saluran besar
Lempung atau tanah untuk saluran -
saluran kecil
Tanah berpasir lepas
Lumpur berpasir atau lempung porous
Mendekati vertikal
0,25 : 1
(0,5 – 1) : 1
1 : 1
1,5 : 1
2 : 1
3 : 1
(Sumber : Ven Te Chow, 1978)
Rafif Fuadi21080113130100
II-20