tinjauan kebijakan moneter - maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli...
TRANSCRIPT
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
1
Tinjauan Kebijakan MoneterMaret 2013
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)
pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,
September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai
media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan
penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi
moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian
Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang
dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara
triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.
Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan
terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama
bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang
ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Ronald Waas Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3
II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5
Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................8
Inflasi ................................................................................................9
Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................11
Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Keuangan ...........12
Moneter .....................................................................................12
Kinerja Perbankan ........................................................................14
Pasar Keuangan ..............................................................................16
Pasar Saham ................................................................................16
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................17
III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................18
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
3
I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Maret 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan
sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% + 1%. Kinerja
perekonomian Indonesia masih baik meski terdapat indikasi moderasi
pada kegiatan investasi yang berlangsung sejak triwulan IV 2012. Ke
depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan inflasi terutama
yang bersumber dari harga pangan (volatile foods). Bank Indonesia
meyakini bahwa dengan penguatan bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial, serta langkah-langkah koordinasi yang solid dengan
Pemerintah, akan mampu mencapai sasaran inflasi dan mendorong
tercapainya keseimbangan eksternal dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 akan tumbuh sesuai prakiraan 6,2%, didukung terutama oleh kuatnya permintaan domestik. Konsumsi tumbuh cukup kuat sejalan dengan keyakinan
konsumen dan daya beli masyarakat yang membaik. Sementara itu,
berbagai indikator menunjukkan moderasi pertumbuhan investasi
khususnya pada investasi nonbangunan di tengah investasi sektor
bangunan yang masih cukup kuat. Indikasi moderasi tersebut juga terlihat
pada melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal. Di
sisi lain, kinerja ekspor ke berbagai negara mitra dagang utama, khususnya
China, Amerika Serikat (AS) dan India, diprakirakan membaik. Untuk
keseluruhan tahun 2013, setelah memperhitungkan aktivitas ekonomi
pada triwulan-triwulan selanjutnya, termasuk pengeluaran untuk persiapan
Pemilihan Umum (Pemilu) 2014, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan
cenderung mengarah ke batas bawah kisaran 6,3%-6,8%.
Di sisi eksternal, defisit transaksi berjalan diprakirakan menurun pada triwulan I 2013. Defisit transaksi berjalan yang menurun tersebut
didukung oleh ekspor yang cenderung meningkat sejalan dengan
membaiknya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor
nonmigas diprakirakan cenderung melemah di tengah risiko semakin
meningkatnya impor migas yang perlu terus diwaspadai. Di sisi lain, arus
modal masuk, baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun investasi
portofolio, diprakirakan masih cukup tinggi di tengah masih besarnya
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
4
kebutuhan likuiditas valas domestik, antara lain untuk keperluan impor
migas. Dengan perkembangan tersebut di atas, cadangan devisa sampai
dengan akhir Februari 2013 mencapai 105,2 miliar dolar AS atau setara
dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di
atas standar kecukupan internasional.
Pada Februari 2013, tekanan depresiasi terhadap rupiah cenderung mereda sehingga mencapai rata-rata Rp9.680 per dolar AS. Dibandingkan dengan posisi awal tahun 2013, rupiah menguat sebesar
0,31%. Kebijakan stabilisasi nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia,
termasuk penguatan mekanisme intervensi valas dan pembentukan
referensi nilai tukar rupiah di pasar domestik, mampu meningkatkan
kepercayaan pasar. Selain itu, stabilitas nilai tukar juga didukung dengan
masuknya aliran dana nonresiden ke instrumen rupiah yang mencapai
Rp27,6 triliun. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian.
Inflasi IHK Februari 2013 mencapai 0,75% (mtm) atau 5,31% (yoy). Inflasi inti tetap terkendali 4,29% (yoy) sejalan dengan harga komoditas
global nonmakanan yang terkendali dan stabilitas nilai tukar rupiah yang
terjaga. Di sisi lain, tekanan inflasi terutama berasal dari tingginya inflasi
harga pangan (volatile foods) antara lain sebagai dampak gangguan cuaca
dan terbatasnya pasokan komoditas hortikultura yang berasal dari impor.
Sementara itu, inflasi administered prices yang cukup tinggi disumbang
oleh kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Tekanan inflasi diprakirakan akan
mereda seiring dengan siklus panen dan secara keseluruhan tahun 2013
diprakirakan akan tetap terkendali pada kisaran sasarannya. Ke depan,
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah
melalui forum TPI (Tim Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim Pengendalian
Inflasi Daerah) guna mengamankan pasokan dan distribusi barang.
Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid
tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy
Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit
bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara
itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Januari 2013 mencapai 23,0% (yoy),
relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kredit modal kerja
dan kredit investasi masih tumbuh cukup tinggi sebesar 24,0% (yoy) dan
25,5% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 19,8% (yoy). Ke
depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
5
terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat
seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional.
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER
Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaPerekonomian Indonesia diprakirakan masih tumbuh kuat pada triwulan I 2013 sesuai prakiraan yakni sebesar 6,2%. Masih kuatnya
permintaan domestik dan proses pemulihan kinerja eksternal secara
bertahap diprakirakan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.
Konsumsi rumah tangga masih tumbuh tinggi sejalan dengan keyakinan
konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat.
Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan pola
percepatan serapan anggaran pada awal tahun. Sementara itu, investasi
diprakirakan masih tumbuh kuat meski terindikasi mengalami moderasi
khususnya investasi nonbangunan di tengah investasi bangunan yang
masih tumbuh cukup kuat. Indikasi moderasi tersebut juga terlihat pada
melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal. Di sisi
lain kinerja ekspor diprakirakan membaik seiring dengan membaiknya
perekonomian berbagai negara mitra dagang utama, khususnya China,
AS, dan India, kembali naiknya harga komoditas internasional dan
pemulihan ekspor pertambangan yang lebih cepat dari prakiraan.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh kuat, meski berpotensi sedikit melambat dari prakiraan. Hal
tersebut sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia
yang masih tercatat kuat sampai dengan Februari 2013, meskipun sedikit
menurun (Grafik 2.1). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh lebih
rendahnya indeks keyakinan atas kondisi ekonomi saat ini dibandingkan
6 bulan yang lalu. Sejalan dengan IKK Bank Indonesia, Indeks Tendensi
Konsumen (ITK) BPS juga mengalami penurunan pada triwulan I 2013. Laju
pertumbuhan penjualan eceran pada Januari 2013 juga sedikit melambat
yang bersumber dari kelompok makanan & minuman, peralatan rumah
tangga, komunikasi dan barang lainnya (pakaian) (Grafik 2.2). Namun,
memasuki Februari 2013 penjualan eceran diprakirakan meningkat
sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan
���
���
���
���
��
��
��
���� ���� ���� ���� ���� ���������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ���
����������������
������
������������
���
���������
���������������������������������������������������
Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 2.2 Indeks Penjualan Eceran Bank Indonesia (IPE BI)
������
���
���
�
��
��
��
��
��
���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ����� ��� ���� �����
������������
�������������������
����������
��������������
�����������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
6
indeks ketepatan pembelian barang tahan lama meningkat pada bulan
tersebut. Penjualan mobil mengalami kenaikan memasuki awal tahun,
namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai
dengan akhir Januari 2013 (Grafik 2.3). Meskipun demikian, adanya
ekspektasi kenaikan harga ke depan, berdasarkan Survei Konsumen Bank
Indonesia, memberikan insentif pada konsumen untuk berbelanja lebih
awal.
Peningkatan penghasilan, yang didukung dengan inflasi yang terjaga, diprakirakan mampu menopang daya beli konsumen tetap kuat. Keyakinan atas pendapatan saat ini dan ekspektasi pendapatan
ke depan tercatat stabil pada level indeks yang tinggi. Daya beli buruh
formal diprakirakan meningkat, sejalan dengan kenaikan UMP riil pada
tahun 2013 yang secara rata-rata meningkat sebesar 18,3%. Pada sisi
pembiayaan, kredit konsumsi riil dari perbankan, sebagai salah satu
sumber pendanaan konsumsi, masih tumbuh relatif tinggi yang diikuti
dengan tren penurunan suku bunga kredit konsumsi. Pembiayaan
konsumsi dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) juga menunjukkan
peningkatan.
Investasi pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh kuat, meskipun mengalami moderasi. Kinerja investasi tersebut sejalan
dengan konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh tinggi disertai
dengan potensi perbaikan kinerja ekspor secara bertahap. Selain itu,
prospek positif investasi tercermin dari optimisme pelaku usaha yang masih
kuat di tengah iklim usaha yang kondusif. Hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) menunjukkan nilai investasi yang diprakirakan meningkat
pada semester I 2013 dan didominasi oleh investasi baru (Grafik 2.4).
Sektor ekonomi yang berencana melakukan investasi yaitu sektor industri
pengolahan dan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan. Namun,
pertumbuhan investasi berpotensi termoderasi, sejalan dengan konsumsi
rumah tangga yang tumbuh tidak setinggi prakiraan sebelumnya.
Melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal yang
berlanjut pada Januari 2013 merupakan sinyalemen tertahannya akselerasi
investasi.
Kinerja investasi ditopang oleh masih baiknya pertumbuhan investasi bangunan. Investasi bangunan tumbuh meningkat merespons
aktivitas ekonomi seperti tercermin dalam kegiatan penjualan properti
yang masih marak. Indikator kegiatan konstruksi antara lain terlihat dari
pertumbuhan penjualan semen yang relatif masih tinggi (Grafik 2.5).
Grafik 2.4 Nilai Investasi – SKDU
Grafik 2.5 Investasi Bangunan dan Indikatornya
Grafik 2.3 Penjualan Eceran dan Kendaraan Bermotor
������
��������������������������������
��������������
���������������������
���������������
����
����
����
�
��
��
��
��
��
��
���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ����
��
��
��
��
��
��
��
�
��������������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����
���� ���� ����
���������������������������������
����������������
�������������� ������
����������������
���
��
��
��
��
�
���
���
���� ���� ����
����
������ ������
�������������������������������������
�������������������������
����������������������
������������������������������
��������������������������������
��
��
��
�
���
���
������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
7
Penjualan alat berat untuk konstruksi juga menunjukkan perbaikan meski
masih tumbuh negatif. Besarnya potensi peningkatan investasi di bidang
properti tercermin dari kenaikan peringkat ibukota Jakarta menjadi tujuan
investasi teratas di Asia Pasifik tahun 2013 dari posisi 11 pada tahun
sebelumnya (hasil survei Emerging Trends in Real Estate Asia Pasifik 2013
menurut Price Waterhouse Coopers dan Urban Land Institute). Dari sisi
investasi nonbangunan, investasi mesin berpotensi tumbuh lebih rendah
terindikasi dari realisasi impor barang modal yang menurun pada Januari
2013 terutama impor mesin dan peralatan transportasi untuk industri.
Sementara itu, investasi alat angkutan masih tumbuh baik terindikasi dari
impor mobil penumpang (sebagai barang modal) dan penjualan kendaraan
komersial yang stabil. Namun, impor suku cadang kendaraan dan impor
kendaraan untuk industri melambat pada awal tahun 2013.
Kinerja ekspor diprakirakan membaik pada triwulan I 2013 sejalan dengan ekspektasi pemulihan perekonomian dunia. Membaiknya
harga komoditas ekspor dan perekonomian negara mitra dagang
utama, khususnya China, AS, dan India mendorong perbaikan kinerja
ekspor Indonesia. Pergerakan indikator penuntun juga mengindikasikan
ekspor berada pada fase ekspansi memasuki tahun 2013. Hal tersebut
sejalan dengan terus membaiknya ekspektasi pemulihan perekonomian
global terutama pada emerging economies seperti China dan India.
Perlambatan ekspor pada awal tahun 2013 berpotensi tertahan oleh
mulai meningkatnya ekspor manufaktur, pertanian dan pertambangan,
meskipun masih dalam kisaran yang terbatas (Grafik 2.6). Perbaikan
ekspor manufaktur didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor Tekstil
dan Produk Tekstil (TPT), Crude Palm Oil (CPO) dan produk karet. Ekspor
pertambangan membaik, didorong oleh masih kuatnya kenaikan ekspor
batubara dan tembaga. Di sisi lain, kontraksi ekspor minyak dan gas akibat
masih belum tercapainya target lifting minyak diprakirakan masih berlanjut
pada tahun 2013.
Pertumbuhan impor pada triwulan I 2013 diprakirakan sedikit melandai, namun masih dalam level yang cukup tinggi. Level
pertumbuhan impor yang masih cukup tinggi tersebut sejalan dengan
masih kuatnya permintaan domestik dan berangsur membaiknya ekspor.
Prakiraan tersebut didukung oleh pergerakan indikator penuntun impor
yang masih berada dalam fase ekspansi yang didukung oleh perbaikan
permintaan eksternal dan permintaan domestik yang tetap solid. Impor
bahan baku pada awal triwulan I 2013 mengindikasikan peningkatan, Grafik 2.6 Nilai Riil Ekspor Nonmigas
�����
������������
���������
����������
������
���������������������
������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� � ��� ��� ���
���� � ���� �������� ����
���
���
���
�
��
��
��
��
��
���
���
��
�
��
��
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
8
terutama bahan baku untuk keperluan manufaktur, antara lain bahan
baku dalam bentuk makanan dan minuman jadi untuk industri (processed
food & beverages for industry) (Grafik 2.7). Sebaliknya, impor barang
konsumsi dan barang modal terindikasi masih dalam tren menurun pada
hampir seluruh komponennya, terkecuali komoditas peralatan transportasi
non industri serta komoditas barang modal di luar peralatan transportasi.
Impor migas masih berpotensi meningkat, merespons belum optimalnya
produksi minyak pada awal tahun serta rencana pemerintah untuk tidak
menaikkan harga BBM yang mendorong tingginya penyediaan minyak
melalui jalur impor.
Dari sisi sektoral, kinerja perekonomian pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh baik. Sektor manufaktur diprakirakan
masih tumbuh baik didukung oleh permintaan domestik yang masih
kuat dan pemulihan kinerja ekspor. Sektor pertanian tumbuh menguat
didorong oleh membaiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan
(tabama) karena efek tertundanya musim hujan pada triwulan sebelumnya.
Masih cukup banyaknya curah hujan pada triwulan I 2013 menyebabkan
subsektor tabama lebih produktif karena menggunakan sistem sawah
tadah hujan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diprakirakan
masih tumbuh baik dan berpeluang di atas prakiraan. Kinerja sektor
PHR tersebut didukung oleh aktivitas domestik yang baik dan pulihnya
perdagangan ekspor yang lebih tinggi dari prakiraan. Demikian pula
untuk kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi, diprakirakan masih
tumbuh tinggi didukung oleh masih baiknya kinerja angkutan udara dan
besarnya potensi komunikasi data. Kinerja sektor bangunan masih tumbuh
kuat seiring dengan masih tingginya aktivitas konstruksi dan investasi.
Sementara itu, sektor pertambangan diprakirakan turun melambat akibat
menurunnya produksi minyak dan gas.
Neraca Pembayaran IndonesiaDi sisi eksternal, defisit transaksi berjalan diprakirakan menurun pada triwulan I 2013. Defisit transaksi berjalan yang menurun tersebut
didukung oleh ekspor yang cenderung meningkat sejalan dengan
membaiknya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor
nonmigas diprakirakan cenderung melemah di tengah risiko semakin
meningkatnya impor migas yang perlu terus diwaspadai. Di sisi lain,
arus modal masuk, baik dalam bentuk investasi langsung (foreign direct
Grafik 2.7 Nilai Impor Riil Nonmigas
�����
���������
������������
����������
������
���������
���
���
���
�
��
��
��
��
��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� � ��� ��� ���
���� ���� ���� � ���� ����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
9
investment-FDI) maupun investasi portofolio, diprakirakan masih cukup
tinggi di tengah masih besarnya kebutuhan likuiditas valas domestik,
antara lain untuk keperluan impor migas. Dengan perkembangan tersebut
di atas, cadangan devisa sampai dengan akhir Februari 2013 mencapai
105,2 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran
utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional.
I n f l a s iInflasi IHK pada Februari 2013 mencapai 0,75% (mtm) atau 5,31% (yoy). Inflasi inti tetap terkendali pada level 4,29% (yoy), sejalan
dengan komoditas global nonmakanan yang terkendali dan stabilitas
nilai tukar rupiah yang terjaga (Grafik 2.8). Di sisi lain, tekanan inflasi
terutama berasal dari tingginya inflasi harga pangan (volatile foods)
antara lain sebagai dampak gangguan cuaca dan terbatasnya pasokan
komoditas hortikultura yang berasal dari impor. Sementara itu, inflasi
administered prices yang cukup tinggi disumbang oleh kenaikan Tarif
Tenaga Listrik (TTL). Tekanan inflasi diprakirakan akan mereda seiring
dengan siklus panen dan secara keseluruhan tahun 2013 diprakirakan
akan tetap terkendali pada kisaran sasarannya. Bank Indonesia akan
terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah melalui forum TPI (Tim
Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) guna
mengamankan pasokan dan distribusi barang.
Inflasi inti masih cukup stabil meskipun terdapat dampak lanjutan dari tingginya inflasi volatile foods. Inflasi inti Februari 2013 mencapai
0,30% (mtm) atau 4,29% (yoy), relatif stabil jika dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yang sebesar 4,32% (yoy). Dampak lanjutan dari inflasi
volatile foods terlihat pada inflasi inti pangan yang meningkat dari 5,51%
(yoy) pada bulan lalu menjadi 5,78% (yoy). Tingginya inflasi inti pangan
dapat diimbangi oleh relatif menurunnya inflasi inti nonpangan menjadi
3,64% (yoy) dari 3,85% (yoy) pada bulan sebelumnya. Dari sisi eksternal,
menurunnya harga emas dan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah
menyebabkan melambatnya inflasi inti tradable nonpangan sehingga
dapat mengurangi dampak dari tingginya inflasi inti pangan (Grafik 2.9).
Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan masih terjaga karena
masih memadainya sisi produksi dalam merespons sisi permintaan. Hal
tersebut tercermin dari kapasitas produksi terpakai yang masih berada
dalam level moderat (Grafik 2.10) dan stabilnya inflasi barang manufaktur.
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi
������
��
��
�
�
��
���
���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
������������������������������������
���
��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
Grafik 2.9 Inflasi Inti dan Faktor Eksternal
����
����
����
������ ������
������
��
����
��
����
���
���
���� ���� ���� ���� ���� ����
����������
���������
����������������������������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������
��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
Grafik 2.10 Kapasitas Produksi Terpakai
�
��
��
��
��
��
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�������
�����
����
�������
�����
����
�������
�����
����
�������
�����
�������
�����
����
�������
�����
����
�������
�����
����
�������
�����
����
�������
�����
����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
10
Tabel 2.1Penyumbang Inflasi Volatile Food
Komoditas Inflasi(%, mtm)
Kontribusi(%, mtm)
Februari 2013
Bawang PutihTomatBawang MerahCabe MerahCabe RawitTelur AyamJerukDaging
29,86 0,12 39,37 0,10 13,30 0,07 9,89 0,04 16,09 0,03 2,62 0,02 3,31 0,02 1,58 0,01
Sumber : BPS
Namun, tekanan inflasi yang bersumber dari ekspektasi inflasi harus di
waspadai terkait dengan kenaikan administered prices, peningkatan Upah
Minimum Provinsi (UMP) tahun 2013, dan harga aset properti. Mulai
meningkatnya ekspektasi inflasi tercermin dari ekspektasi harga pedagang
eceran dalam Survei Penjualan Eceran (SPE, Grafik 2.11), sementara
ekspektasi inflasi berdasarkan Consensus Forecast dan Survei Konsumen-
Bank Indonesia masih cukup stabil.
Masih tingginya tekanan inflasi volatile foods pada Februari 2013 disebabkan oleh terganggunya pasokan akibat faktor cuaca dan dampak dari kebijakan pembatasan impor, khususnya komoditas hortikultura. Inflasi volatile foods tercatat sebesar 2,32% (mtm) atau
11,02% (yoy), merupakan inflasi yang tertinggi pada periode yang sama
dalam 10 tahun terakhir. Sumbangan inflasi volatile foods terhadap
IHK Februari 2013 sebesar 0,46% dan hampir seluruh sumbangannya
bersumber dari komoditas hortikultura yakni sebesar 0,43%, meningkat
dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,34%. Kenaikan inflasi terjadi
pada komoditas seperti bawang putih, bawang merah, cabe, dan aneka
sayuran (Tabel 2.1). Tingginya inflasi volatile foods tersebut disebabkan
oleh adanya gangguan produksi dan distribusi di beberapa daerah akibat
intensitas hujan yang tinggi. Selain itu, kebijakan pengendalian impor
hortikultura (berupa pembatasan pintu masuk impor, pengaturan ijin
impor, dan penutupan sementara impor 13 komoditas) juga berdampak
pada meningkatnya inflasi pada kelompok ini (Grafik 2.12). Sementara itu,
harga beras sejauh ini masih terkendali yang didukung dengan pasokan
yang memadai dan masih berlanjutnya pelaksanaan operasi pasar beras.
Perkembangan harga pangan global cenderung stabil pada bulan laporan,
kecuali harga CPO yang terus merangkak naik meski belum berdampak
pada harga minyak goreng dalam negeri.
Inflasi administered prices mengalami peningkatan yang disumbang oleh kenaikan harga Tenaga Tarif Listrik (TTL) pada Januari 2013. Kenaikan TTL tahap I sebesar 4,3% yang mulai tercatat pada rekening
listrik Februari 2013 telah mendorong inflasi kelompok administered prices
mencapai 0,75% (mtm) atau 2,91% (yoy). Dengan adanya kenaikan TTL
tersebut, kontribusi inflasi administered price terhadap IHK sebesar 0,12%.
Dari kontribusi inflasi administered prices tersebut, sebesar 0,08% di
antaranya disumbang dari kenaikan TTL tahap I (Tabel 2.2).
Grafik 2.11 Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran
������ ������
���������������������������������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�
�
��
��
��
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
Grafik 2.12 Inflasi Komoditas Hortikultura dengan Pengaturan Impor
������
�����
�����
�����
���
����
����
����
����
����
��������������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������������������������������������������
���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
11
Tabel 2.2Penyumbang Inflasi Administered Prices
Komoditas Inflasi(%, mtm)
Kontribusi(%, mtm)
Februari 2013
Tarif ListrikBahan Bakar Rumah TanggaRokok Filter
3,54 0,08 0,60 0,01 0,47 0,01
Sumber : BPS
Nilai Tukar RupiahTekanan depresiasi nilai tukar rupiah cenderung mereda pada Februari 2013. Nilai tukar rupiah secara rata-rata mencapai level Rp9.680
per dolar AS (Grafik 2.13). Sementara itu, secara point-to-point nilai
tukar mengalami penguatan sebesar 0,35% dan ditutup pada level
Rp9.664 per dolar AS dari posisi akhir bulan sebelumnya Rp9.698 per
dolar AS. Dibandingkan dengan posisi awal tahun 2013, nilai tukar rupiah
menguat sebesar 0,31% (ytd). Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang
ditempuh Bank Indonesia, termasuk penguatan mekanisme intervensi
valas dan pembentukan referensi nilai tukar rupiah di pasar domestik,
mampu meningkatkan kepercayaan pasar. Selain itu, stabilitas nilai tukar
juga didukung dengan masuknya aliran dana nonresiden ke instrumen
rupiah yang mencapai Rp27,6 triliun. Ke depan, Bank Indonesia terus
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental
perekonomian.
Selain faktor domestik, faktor eksternal juga turut memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Kekhawatiran mengenai prospek
kebijakan fiskal Amerika Serikat dan kelanjutan program pembelian aset
oleh bank sentral AS (the Fed), masih tingginya ketidakpastian terkait
prospek penanganan krisis Eropa, perlambatan ekonomi kawasan dan
Jepang, serta meningkatnya tensi politik di Italia menjelang pelaksanaan
Pemilu menjadi faktor-faktor yang memberikan tekanan pada pergerakan
nilai tukar rupiah pada periode laporan. Namun, meningkatnya aliran dana
asing ke ekonomi domestik terutama bursa saham dan surat berharga
negara (SBN) selama periode laporan mampu menahan pelemahan rupiah
lebih lanjut. Faktor risiko global mengalami konsolidasi, namun meningkat
pada akhir periode laporan seiring dengan kekhawatiran mengenai hasil
Pemilu di Italia dan batas waktu pemotongan anggaran AS. Eskalasi
kekhawatiran tersebut tercermin pada pergerakan Volatility Index (VIX) dan
Morgan Stanley Capital International (MSCI) World yang meningkat pada
akhir Februari 2013 (Grafik 2.14).
Indikator risiko domestik selama Februari 2013 relatif stabil. Hal tersebut tercermin dari stabilnya pergerakan Credit Default Swap
(CDS) Indonesia dan imbal hasil akibat rilis data pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2012 yang ditanggapi positif oleh pelaku pasar (Grafik
2.15). Perekonomian Indonesia mampu tumbuh di atas 6% di tengah
perlambatan perekonomian global. Dari sisi daya saing, imbal hasil
berinvestasi di aset keuangan denominasi rupiah relatif lebih kompetitif
Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
����
����
��������
����
����
����
����
����
����
������� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����� �� � � � ����������������������������
��������
�������
����
����
���� ��������
��������
���� ��������
�������������������������������
Grafik 2.14 Indeks Risiko Global (VIX, MSCI World)
��
��
��
��
��
��
����
����
����
����
����
����
������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ����
������ ������
����������������������������������������
��������������� ���������������������
Grafik 2.15 CDS Indonesia dan Selisih Imbal Hasil
���������������������������������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
� ���
��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ����������������������
�������������������������
�������������������
��������������� ���������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
12
Grafik 2.16 Uncovered Interest Parity (UIP)
dibandingkan dengan negara kawasan. Hal tersebut menjadi daya tarik
bagi investor asing sehingga pada akhirnya mampu menahan pelemahan
nilai tukar rupiah lebih lanjut. Imbal hasil yang tercermin dari selisih antara
suku bunga dalam negeri dengan luar negeri (Uncovered Interest Parity
– UIP) masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara kawasan (Grafik
2.16). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko perekonomian domestik,
yang tercermin dari imbal hasil obligasi Indonesia dan US T-Note,
berinvestasi di aset domestik masih memberikan keuntungan yang lebih
baik dibandingkan dengan beberapa negara kawasan (Grafik 2.17).
Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Keuangan
MoneterPada Februari 2013 suku bunga di pasar uang antar bank (PUAB) relatif stabil. Suku bunga PUAB Overnight (PUAB O/N) bergerak stabil
pada batas bawah koridor dengan rata-rata sebesar 4,17% (17 bps di atas
suku bunga Deposit Facility – DF O/N) sebagaimana bulan sebelumnya.
Perkembangan tersebut tidak terlepas dari strategi operasi moneter Bank
Indonesia yang melaksanakan lelang Term Deposit/Reserve Repo SBN
jangka pendek (dibawah 1 bulan) dengan frekuensi yang cukup sering.
Relative spread suku bunga PUAB O/N terhadap BI Rate pada Januari 2013
stabil pada level 90,4% tidak jauh berbeda dengan bulan sebelumnya
sebesar 90,5%. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor lebih
panjang bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N dengan volatilitas
yang sedikit meningkat sehubungan dengan volume transaksi yang
terbatas (Grafik 2.18).
Persepsi risiko di PUAB relatif terjaga dan masih di bawah ambang batas
(threshold) rata-rata dalam kondisi normal. Hal itu tercermin dari rata-rata
selisih (spread) antara suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah pada
Februari 2013 sebesar 5 bps, lebih rendah dibandingkan dengan bulan
sebelumnya sebesar 8 bps dan masih di bawah ambang batas rata-rata
kondisi normal sebesar 32 bps. Sementara itu, volume transaksi di PUAB
pada Februari 2013 menurun dibandingkan dengan Desember 2012,
sejalan dengan pola historis tahun-tahun sebelumnya pada bulan yang
sama.
Grafik 2.17 Covered Interest Parity (CIP)
����������������������������������������������
���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�
��������� �������� ����� ��������
����
����
����
����
����
����
����
�����
�����
�
��������� �������� ����� ��������
���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
Grafik 2.18 Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N
����
� ����
����������������������
�����
���
���
���
���
���
���������������������������
�����������������������������������������������������������
���� ����
����
����
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
13
Melalui penguatan operasi moneter, Bank Indonesia berupaya mengendalikan tekanan inflasi jangka pendek dan mendukung langkah stabilisasi nilai tukar rupiah. Bank Indonesia menerapkan
strategi moneter berupa pelaksanaan lelang Term Deposit (TD) dan
Reverse Repo (RR) SBN berjangka pendek, yaitu di bawah satu bulan,yang
dilakukan secara intensif. Dengan melaksanakan strategi tersebut, suku
bunga instrumen moneter pada Februari 2013 bergerak sejalan dengan
perubahan suku bunga PUAB O/N yang stabil. Suku bunga instrumen
moneter untuk tenor 7 hari sampai dengan 9 bulan tidak banyak
mengalami perubahan dibandingkan dengan suku bunga pada Januari
2013. Berlanjutnya upaya penguatan operasi moneter tersebut juga
memberikan dampak pada struktur imbal hasil (yield) SBN yang relatif
stabil (flattening yield curve), volatilitas nilai tukar rupiah yang rendah, dan
membaiknya ekspektasi inflasi. Selain melakukan pengelolaan likuiditas
rupiah, Bank Indonesia juga melakukan pengelolaan likuiditas valuta asing
dengan menggunakan instrumen Term Deposit Valas (TD Valas) guna
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sepanjang Februari 2013, suku bunga
rata-rata tertimbang TD Valas untuk tenor 7 hari dan tenor 14 hari masing-
masing sebesar 0,12% dan 0,13%, tidak berubah dibandingkan dengan
suku bunga bulan sebelumnya.
Di sisi suku bunga perbankan, pada Januari 2013, suku bunga deposito mengalami penurunan sementara suku bunga kredit relatif stabil sehingga selisih suku bunga deposito dan kredit sedikit meningkat. Suku bunga deposito 1 bulan turun sebesar 9 bps menjadi
5,49% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sedangkan rata-rata
suku bunga kredit relatif stabil pada level 12,06% (Grafik 2.19). Dengan
perkembangan tersebut, selisih suku bunga kredit dan deposito 1 bulan
sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi
6,57%. Dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya
(6,41%), selisih suku bunga tersebut juga mengalami pelebaran. Selisih
suku bunga yang masih lebar tersebut memberikan ruang bagi potensi
penurunan suku bunga kredit, sejalan dengan perbaikan efisiensi
operasional perbankan dan efisiensi penyaluran dana perbankan.
Meski secara rata-rata suku bunga kredit stabil, suku bunga kredit konsumsi (KK) menurun. Suku bunga KK menurun sebesar 18 bps
menjadi 13,4% dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 13,6%.
Sementara itu, suku bunga kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja
(KMK) relatif stabil dengan masing-masing tercatat sebesar 11,3% dan
11,5% (Grafik 2.20 dan Tabel 2.3).
Grafik 2.19 Suku Bunga Perbankan
Grafik 2.20 Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan
� �
��
��
��
��
��
��
��
��
�
���
�
���
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
���� ��������
���� ���� ���� ���� ���� �������� ����
���� ����
���� ���� ���� ���� �������� ����
���� ���� ���� ���� ��������
����
����
����
�������� ���� ���� ���� ����
��������
��������
���������������������������������
���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�����
���
�
�������������������������
�����
��������������������������������������������������������������������������
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
��
��
��������������������������
�����������������������
�������������������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
14
Likuiditas perekonomian mengalami penurunan. Pada Januari
2013, pertumbuhan M2 melambat menjadi 12,8% (yoy), dibandingkan
dengan bulan sebelumnya sebesar 14,9% (yoy) (Grafik 2.21). Seiring dengan
perlambatan pertumbuhan M2, pertumbuhan M1 juga menurun menjadi
13,2% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 16,4% (yoy).
Perlambatan pertumbuhan likuiditas perekonomian (M2 dan M1) tersebut
disebabkan oleh sumbangan giro rupiah yang menurun. Selain itu penurunan
M2 juga disebabkan oleh adanya peningkatan modal bank umum dan BPR,
sebagaimana tercermin pada penurunan sumbangan Net Domestic Asset
(NDA), di tengah stabilnya sumbangan Net Claims on Central Government
(NCG) pada likuiditas perekonomian.
Kinerja PerbankanStabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid
tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy
Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit
bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara
itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Januari 2013 sebesar 23,03% (yoy),
relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Kredit modal kerja dan kredit
investasi masih tumbuh cukup tinggi sebesar 24,0% (yoy) dan 25,5%
(yoy). Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 19,8% (yoy). Dinamika
rasio-rasio seperti meningkatnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang diiringi
dengan tren penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) menunjukkan
aktivitas intermediasi perbankan yang tetap tumbuh dan diiringi dengan
peningkatan efisiensi. Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem
Tabel 2.3Perkembangan Berbagai Suku Bunga
Suku Bunga (%)
6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 5,42 5,58 5,49 n.a 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 11,70 11,68 11,61 11,49 11,49 n.a 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 11,35 11,36 11,29 11,24 11,27 11,29 n.a 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92 13,69 13,67 13,60 13,53 13,58 13,40 n.a
BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (rata-rata tertimbang)Kredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)Kredit Konsumsi (KK
2012 20132011
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
Grafik 2.21 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian
��������
�����
�����
������ �
�����������������������������������������������������������������������������������
�
�
��
��
��
��
��
�
�
�
��
��
�������������������������
���� ���� ���� ���������� ������ ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ���
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
15
keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan
yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian
nasional.
Tabel 2.4Kondisi Umum Perbankan
IndikatorUtama
Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp)LDR* (%) NPLs Bruto* (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%)
3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,4 3.891,1 3.902,5 3.923,8 4.009,4 4.028,8 4.103,5 4.262,6 4.211,0 2.770,6 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 2.984,1 3.050,0 3.070,6 3.130,5 3.225,2 3.204,5 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 2.510,6 2.555,9 2.585,4 2.631,0 2.707,9 2.687,4 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1 83,8 84,2 84,0 84,0 83,9 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1 2,2 2,0 1,9 2,0 18,4 18,4 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,3 17,4 17,3 17,4 17,4 19,2 6,1 5,4 5,2 5,3 5,3 5,4 5,4 5,4 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 3,7 3,6 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1
2012 2013
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
* tanpa channeling
Laju pertumbuhan kredit perbankan pada Januari 2013 stabil. Hal
tersebut sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik di tengah
perlambatan sektor eksternal. Pertumbuhan kredit, tidak termasuk
channeling tercatat sebesar 23,03% (yoy), stabil dibandingkan dengan
bulan sebelumnya sebesar 23,08% (yoy) (Grafik 2.22). Secara level,
penyaluran kredit di Januari 2013 mengalami kontraksi sebesar Rp20,5
triliun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut sesuai
dengan pola historis, dengan besaran yang lebih kecil dibandingkan
dengan kontraksi tahun sebelumnya di bulan yang sama.
Meningkatnya sumbangan kredit modal kerja (KMK) merupakan faktor pendorong utama pertumbuhan kredit. KMK tumbuh
meningkat sebesar 24,0% (yoy) menjadi Rp1.292 triliun dibandingkan
dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 23,2% (yoy). Sementara itu,
pertumbuhan kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) melambat
menjadi 25,5% dan 19,8% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 27,4% dan 20,0% (yoy) (Grafik 2.23). Dengan
perkembangan itu posisi KI menjadi Rp593 triliun dan KK menjadi sebesar
Rp803 triliun. Meskipun pertumbuhan KI melambat, peran kredit produktif
(KMK dan KI) relatif masih cukup besar, yaitu menyumbang 17% dari
pertumbuhan total kredit sebesar 23,03% (yoy).
Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama disumbang oleh pertumbuhan kredit sektor lainnya. Pada Januari 2013, kredit sektor
lainnya meningkat menjadi 16,7% (yoy) dibandingkan dengan bulan
Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit, DPK, BI Rate
Grafik 2.23 Kredit Berdasar Jenis Penggunaan
�����
���������
�������������
�
��
��
��
��
��
��
��
��
�
�
�
�
�
�
�
�������� ��� �������������������
���� ���� ���� ���� ���� ����
��� ������ ���
������
��� ������ ���
������
��� ������ ���
������
��� ������ ���
������
��� ������ ���
������
���
��
����
����
����
������
���������������
�
��
��
��
��
���������������������
���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
16
sebelumnya sebesar 13,7% (yoy). Kredit sektor pertanian juga meningkat
menjadi 29,2% dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 29,0%
(yoy). Sementara itu, kredit pada beberapa sektor produktif lainnya seperti
sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor konstruksi dan
sektor jasa dunia usaha mengalami perlambatan pertumbuhan.
Dari sisi penawaran kredit, sumber dana untuk kredit yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) bergerak searah dengan pertumbuhan kredit. Pada Januari 2013 pertumbuhan DPK sebesar 15,7% (yoy) relatif
stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 15,8% (yoy).
Pertumbuhan DPK di awal tahun ditopang oleh sumbangan dari tabungan
yang meningkat, sementara sumbangan giro sedikit menurun sesuai pola
musiman. Berdasarkan valuta, pertumbuhan DPK terutama ditopang oleh
meningkatnya pertumbuhan DPK valas. Pada Januari 2013, pertumbuhan
DPK valas meningkat menjadi 21,9% (yoy) dibandingkan dengan bulan
sebelumnya sebesar 21,0% (yoy). Sementara itu, DPK rupiah turun
menjadi 14,6% (yoy) mencapai Rp2,720 triliun dibandingkan dengan
bulan sebelumnya sebesar 15,0% (yoy).
Pasar Keuangan
Pasar SahamIHSG mencatat level tertinggi sepanjang sejarah bursa domestik pada Februari 2013. Penguatan bursa domestik selama Februari 2013
terutama dipicu oleh meningkatnya optimisme pelaku pasar terhadap
kondisi ekonomi domestik dan rilis laporan keuangan emiten yang positif
serta adanya sentimen positif terkait hasil penilaian lembaga pemeringkat
Fitch Ratings yang tetap mempertahankan peringkat layak investasi.
IHSG ditutup di level 4.795,79 (Grafik 2.24), merupakan level indeks
tertinggi yang pernah dicapai, serta menjadi bursa dengan kinerja terbaik
dibandingkan dengan Vietnam, Thailand dan Filipina.
Pertumbuhan bursa domestik didorong oleh pergerakan sektoral yang bervariasi. Selama Februari 2013, sebagian besar indeks sektoral
mengalami penguatan kecuali sektor pertambangan. Sektor properti
mengalami penguatan tertinggi sebesar 14,9% diikuti sektor keuangan
sebesar 11,3%, sementara sektor lainnya menguat pada kisaran 0,6% -
9,9% (Grafik 2.25). Tingginya minat investor terhadap sektor properti dan Grafik 2.24 IHSG dan BI Rate
�
����
����
����
����
����
����
�
�
�
�
�
�
��
�������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
������ �
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
17
perolehan laba perbankan menjadi pendorong peningkatan harga saham
di kedua sektor tersebut. Sementara itu, sektor pertambangan mengalami
penurunan terbesar menyusul penurunan harga beberapa komoditas
global.
Stabilnya fundamental ekonomi domestik dan kinerja emiten yang cukup baik mendorong kepemilikan investor nonresiden di pasar saham domestik meningkat cukup tajam. Pelaku nonresiden
melakukan pembelian selektif pada beberapa emiten yang tergolong
undervalued yaitu emiten yang mencatat pertumbuhan cukup tinggi
namun dengan pertumbuhan harga saham yang relatif terbatas.
Perkembangan tersebut menyebabkan investor asing membukukan beli
neto sebesar Rp11,24 triliun pada Februari 2013, atau tumbuh tinggi
jika dibandingkan dengan Januari 2012 yang mencatat beli neto sebesar
Rp5,70 triliun.
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Kinerja SBN mengalami penguatan di seluruh tenor. Secara
keseluruhan pergerakan imbal hasil SBN pada Februari 2013 menurun
sebesar 8,25 bps ke level 5,35% dibandingkan dengan Januari 2013
sebesar 5,33% (Grafik 2.26). Imbal hasil SBN untuk tenor pendek,
menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 15,28 bps, 5,65
bps dan 4,07 bps. Imbal hasil SBN 10 tahun relatif stabil meski sedikit
meningkat sebesar 2,10 bps ke level 5,35% dibandingkan dengan Januari
2013 sebesar 5,33%. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan negara
kawasan seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam, imbal hasil SBN
di Indonesia masih relatif menarik (Grafik 2.27).
Investor nonresiden menambah kepemilikannya di seluruh tenor. Aksi beli asing antara lain didasari oleh pertimbangan bahwa aset domestik
masih memberikan hasil investasi yang cukup menarik. Sementara itu,
kepemilikan SBN oleh bank dan asuransi juga mengalami peningkatan
selama Februari 2013. Dengan perkembangan tersebut, selama Februari
2013, investor nonresiden mencatat beli neto sebesar Rp7,84 triliun, lebih
tinggi dibandingkan dengan Januari 2013 yang mengalami beli neto
sebesar Rp2,66 triliun.
Grafik 2.25 IHSG dan Perkembangan Sektoral
Grafik 2.26 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan
Grafik 2.27 Imbal Hasil di Negara Kawasan
�����������������
��������������������
����������������������������
�������������������
�����������������
��� �� �� ��� ��� ���
����
����
�����
�����
����
����
����
����
����
�����
����������������
� ���
�����
�
���
�
���
�
���
�
���
���
���
���
���
��
�
�
��
� � � � � � � � � �� �� �� ��
�������������������������������������
�
�
�
�
�
�
��
��
�������� ������� �������� �������� ���������
���
���
��� ���
���
�������
���������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
18
III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Maret 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%.
Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi
tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% + 1%. Kinerja perekonomian
Indonesia masih baik meski terdapat indikasi moderasi pada kegiatan
investasi yang berlangsung sejak triwulan IV 2012. Ke depan, Bank
Indonesia akan mencermati perkembangan inflasi terutama yang
bersumber dari harga pangan (volatile foods). Bank Indonesia meyakini
bahwa dengan penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial,
serta langkah-langkah koordinasi yang solid dengan Pemerintah,
akan mampu mencapai sasaran inflasi dan mendorong tercapainya
keseimbangan eksternal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013
19
Indikator Terkini
1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
SEKTOR KEUANGAN
H A R G A
SEKTOR EKSTERNAL
INDIKATOR KUARTALAN
SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
BESARAN MONETER (miliar Rp)Uang PrimerM1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) Tagihan kepada Sektor LainnyaTagihan pada Sektor Swasta
Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)
Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4)
Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor
3,82 3,83 3,93 4,24 4,32 4,46 4,54 4,67 4,75 4,77 4,80 4,84 - 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 5,42 5,58 5,49 - 6,52 6,31 6,00 5,89 5,76 5,67 5,61 5,69 5,66 5,81 5,76 5,89 - 3,93 3,81 3,81 3,83 4,10 4,17 4,29 4,24 4,27 4,29 4,32 4,30 - 3.985 4.122 4.181 3.833 3.956 4.142 4.060 4.263 4.350 4.276 4.317 4.454 4.796
578.964 586.034 596.592 604.979 627.359 634.993 657.955 638.869 648.106 647.979 704.843 664.007 - 683.253 714.258 720.924 749.450 779.416 771.792 772.429 795.518 774.983 801.403 841.721 778.293 - 280.103 287.046 290.861 294.768 314.670 315.375 327.059 325.566 326.119 327.069 361.967 317.262 - 403.150 427.212 430.064 454.682 464.746 456.417 445.370 469.952 448.864 474.334 479.755 461.031 - 2.849.796 2.911.920 2.927.259 2.992.057 3.050.355 3.054.534 3.089.011 3.125.533 3.161.726 3.205.129 3.304.645 3.211.409 - 2.150.808 2.182.891 2.190.885 2.227.527 2.254.329 2.269.809 2.304.474 2.318.559 2.376.102 2.393.320 2.452.503 2.422.287 - 1.848.124 1.875.257 1.887.124 1.900.824 1.915.625 1.926.046 1.960.339 1.968.062 2.009.812 2.022.975 2.092.654 2.050.590 - 998.643 1.022.038 1.020.792 1.027.151 1.016.060 1.017.021 1.030.262 1.030.830 1.060.357 1.058.871 1.066.527 1.048.933 - 849.481 853.219 866.332 873.673 899.565 909.025 930.077 937.232 949.456 964.105 1.026.127 1.001.657 - 145.623 148.649 148.486 159.186 164.762 170.722 171.517 180.380 187.859 190.178 177.508 173.616 - 157.061 158.984 155.275 167.516 173.942 173.041 172.617 170.117 178.430 180.166 182.341 198.081 - 15.735 14.771 15.450 15.081 16.610 12.932 12.108 11.457 10.640 10.406 10.420 10.829 - 2.403.464 2.464.483 2.519.946 2.586.786 2.653.871 2.668.447 2.696.876 2.758.170 2.791.363 2.833.571 2.920.934 2.846.751 - 2.138.727 2.189.236 2.230.960 2.289.504 2.361.812 2.378.914 2.406.188 2.471.071 2.504.939 2.504.347 2.584.819 2.505.704 -
0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,70 0,95 0,01 0,16 0,07 0,54 1,03 0,75 3,56 3,97 4,50 4,45 4,53 4,56 4,58 4,31 4,61 4,32 4,30 4,57 5,31
9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 9.485 9.560 9.588 9.615 9.605 9.670 9.698 9.667 12.594 13.565 12.698 13.315 12.420 13.168 11.238 13.011 12.636 13.202 12.313 - - 11.894 12.296 12.381 13.363 12.918 13.282 10.366 11.733 13.053 12.479 11.715 - -
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
2012 2013
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
2012
6,3 6,4 6,2 6,1 5,0 5,5 4,5 3,9 10,0 12,3 9,8 7,3 164,1 108,7 -9,5 94,6 7,9 2,2 -2,6 0,5 8,0 10,9 -0,2 6,8