tinjauan kebijakan moneter - maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli...

21

Upload: voquynh

Post on 23-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

1

Tinjauan Kebijakan MoneterMaret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,

September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai

media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan

penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi

moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian

Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang

dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara

triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.

Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan

terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama

bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang

ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5

Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................8

Inflasi ................................................................................................9

Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................11

Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Keuangan ...........12

Moneter .....................................................................................12

Kinerja Perbankan ........................................................................14

Pasar Keuangan ..............................................................................16

Pasar Saham ................................................................................16

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................17

III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................18

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

3

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Maret 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan

sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% + 1%. Kinerja

perekonomian Indonesia masih baik meski terdapat indikasi moderasi

pada kegiatan investasi yang berlangsung sejak triwulan IV 2012. Ke

depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan inflasi terutama

yang bersumber dari harga pangan (volatile foods). Bank Indonesia

meyakini bahwa dengan penguatan bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial, serta langkah-langkah koordinasi yang solid dengan

Pemerintah, akan mampu mencapai sasaran inflasi dan mendorong

tercapainya keseimbangan eksternal dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan.

Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 akan tumbuh sesuai prakiraan 6,2%, didukung terutama oleh kuatnya permintaan domestik. Konsumsi tumbuh cukup kuat sejalan dengan keyakinan

konsumen dan daya beli masyarakat yang membaik. Sementara itu,

berbagai indikator menunjukkan moderasi pertumbuhan investasi

khususnya pada investasi nonbangunan di tengah investasi sektor

bangunan yang masih cukup kuat. Indikasi moderasi tersebut juga terlihat

pada melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal. Di

sisi lain, kinerja ekspor ke berbagai negara mitra dagang utama, khususnya

China, Amerika Serikat (AS) dan India, diprakirakan membaik. Untuk

keseluruhan tahun 2013, setelah memperhitungkan aktivitas ekonomi

pada triwulan-triwulan selanjutnya, termasuk pengeluaran untuk persiapan

Pemilihan Umum (Pemilu) 2014, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan

cenderung mengarah ke batas bawah kisaran 6,3%-6,8%.

Di sisi eksternal, defisit transaksi berjalan diprakirakan menurun pada triwulan I 2013. Defisit transaksi berjalan yang menurun tersebut

didukung oleh ekspor yang cenderung meningkat sejalan dengan

membaiknya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor

nonmigas diprakirakan cenderung melemah di tengah risiko semakin

meningkatnya impor migas yang perlu terus diwaspadai. Di sisi lain, arus

modal masuk, baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun investasi

portofolio, diprakirakan masih cukup tinggi di tengah masih besarnya

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

4

kebutuhan likuiditas valas domestik, antara lain untuk keperluan impor

migas. Dengan perkembangan tersebut di atas, cadangan devisa sampai

dengan akhir Februari 2013 mencapai 105,2 miliar dolar AS atau setara

dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di

atas standar kecukupan internasional.

Pada Februari 2013, tekanan depresiasi terhadap rupiah cenderung mereda sehingga mencapai rata-rata Rp9.680 per dolar AS. Dibandingkan dengan posisi awal tahun 2013, rupiah menguat sebesar

0,31%. Kebijakan stabilisasi nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia,

termasuk penguatan mekanisme intervensi valas dan pembentukan

referensi nilai tukar rupiah di pasar domestik, mampu meningkatkan

kepercayaan pasar. Selain itu, stabilitas nilai tukar juga didukung dengan

masuknya aliran dana nonresiden ke instrumen rupiah yang mencapai

Rp27,6 triliun. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai

tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian.

Inflasi IHK Februari 2013 mencapai 0,75% (mtm) atau 5,31% (yoy). Inflasi inti tetap terkendali 4,29% (yoy) sejalan dengan harga komoditas

global nonmakanan yang terkendali dan stabilitas nilai tukar rupiah yang

terjaga. Di sisi lain, tekanan inflasi terutama berasal dari tingginya inflasi

harga pangan (volatile foods) antara lain sebagai dampak gangguan cuaca

dan terbatasnya pasokan komoditas hortikultura yang berasal dari impor.

Sementara itu, inflasi administered prices yang cukup tinggi disumbang

oleh kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Tekanan inflasi diprakirakan akan

mereda seiring dengan siklus panen dan secara keseluruhan tahun 2013

diprakirakan akan tetap terkendali pada kisaran sasarannya. Ke depan,

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah

melalui forum TPI (Tim Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim Pengendalian

Inflasi Daerah) guna mengamankan pasokan dan distribusi barang.

Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid

tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy

Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit

bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara

itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Januari 2013 mencapai 23,0% (yoy),

relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kredit modal kerja

dan kredit investasi masih tumbuh cukup tinggi sebesar 24,0% (yoy) dan

25,5% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 19,8% (yoy). Ke

depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

5

terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat

seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional.

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER

Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaPerekonomian Indonesia diprakirakan masih tumbuh kuat pada triwulan I 2013 sesuai prakiraan yakni sebesar 6,2%. Masih kuatnya

permintaan domestik dan proses pemulihan kinerja eksternal secara

bertahap diprakirakan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

Konsumsi rumah tangga masih tumbuh tinggi sejalan dengan keyakinan

konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat.

Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan pola

percepatan serapan anggaran pada awal tahun. Sementara itu, investasi

diprakirakan masih tumbuh kuat meski terindikasi mengalami moderasi

khususnya investasi nonbangunan di tengah investasi bangunan yang

masih tumbuh cukup kuat. Indikasi moderasi tersebut juga terlihat pada

melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal. Di sisi

lain kinerja ekspor diprakirakan membaik seiring dengan membaiknya

perekonomian berbagai negara mitra dagang utama, khususnya China,

AS, dan India, kembali naiknya harga komoditas internasional dan

pemulihan ekspor pertambangan yang lebih cepat dari prakiraan.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh kuat, meski berpotensi sedikit melambat dari prakiraan. Hal

tersebut sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia

yang masih tercatat kuat sampai dengan Februari 2013, meskipun sedikit

menurun (Grafik 2.1). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh lebih

rendahnya indeks keyakinan atas kondisi ekonomi saat ini dibandingkan

6 bulan yang lalu. Sejalan dengan IKK Bank Indonesia, Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) BPS juga mengalami penurunan pada triwulan I 2013. Laju

pertumbuhan penjualan eceran pada Januari 2013 juga sedikit melambat

yang bersumber dari kelompok makanan & minuman, peralatan rumah

tangga, komunikasi dan barang lainnya (pakaian) (Grafik 2.2). Namun,

memasuki Februari 2013 penjualan eceran diprakirakan meningkat

sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan

���

���

���

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ���

����������������

������

������������

���

���������

���������������������������������������������������

Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 2.2 Indeks Penjualan Eceran Bank Indonesia (IPE BI)

������

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ����� ��� ���� �����

������������

�������������������

����������

��������������

�����������������

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

6

indeks ketepatan pembelian barang tahan lama meningkat pada bulan

tersebut. Penjualan mobil mengalami kenaikan memasuki awal tahun,

namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai

dengan akhir Januari 2013 (Grafik 2.3). Meskipun demikian, adanya

ekspektasi kenaikan harga ke depan, berdasarkan Survei Konsumen Bank

Indonesia, memberikan insentif pada konsumen untuk berbelanja lebih

awal.

Peningkatan penghasilan, yang didukung dengan inflasi yang terjaga, diprakirakan mampu menopang daya beli konsumen tetap kuat. Keyakinan atas pendapatan saat ini dan ekspektasi pendapatan

ke depan tercatat stabil pada level indeks yang tinggi. Daya beli buruh

formal diprakirakan meningkat, sejalan dengan kenaikan UMP riil pada

tahun 2013 yang secara rata-rata meningkat sebesar 18,3%. Pada sisi

pembiayaan, kredit konsumsi riil dari perbankan, sebagai salah satu

sumber pendanaan konsumsi, masih tumbuh relatif tinggi yang diikuti

dengan tren penurunan suku bunga kredit konsumsi. Pembiayaan

konsumsi dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) juga menunjukkan

peningkatan.

Investasi pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh kuat, meskipun mengalami moderasi. Kinerja investasi tersebut sejalan

dengan konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh tinggi disertai

dengan potensi perbaikan kinerja ekspor secara bertahap. Selain itu,

prospek positif investasi tercermin dari optimisme pelaku usaha yang masih

kuat di tengah iklim usaha yang kondusif. Hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) menunjukkan nilai investasi yang diprakirakan meningkat

pada semester I 2013 dan didominasi oleh investasi baru (Grafik 2.4).

Sektor ekonomi yang berencana melakukan investasi yaitu sektor industri

pengolahan dan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan. Namun,

pertumbuhan investasi berpotensi termoderasi, sejalan dengan konsumsi

rumah tangga yang tumbuh tidak setinggi prakiraan sebelumnya.

Melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal yang

berlanjut pada Januari 2013 merupakan sinyalemen tertahannya akselerasi

investasi.

Kinerja investasi ditopang oleh masih baiknya pertumbuhan investasi bangunan. Investasi bangunan tumbuh meningkat merespons

aktivitas ekonomi seperti tercermin dalam kegiatan penjualan properti

yang masih marak. Indikator kegiatan konstruksi antara lain terlihat dari

pertumbuhan penjualan semen yang relatif masih tinggi (Grafik 2.5).

Grafik 2.4 Nilai Investasi – SKDU

Grafik 2.5 Investasi Bangunan dan Indikatornya

Grafik 2.3 Penjualan Eceran dan Kendaraan Bermotor

������

��������������������������������

��������������

���������������������

���������������

����

����

����

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ����

��

��

��

��

��

��

��

��������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����

���� ���� ����

���������������������������������

����������������

�������������� ������

����������������

���

��

��

��

��

���

���

���� ���� ����

����

������ ������

�������������������������������������

�������������������������

����������������������

������������������������������

��������������������������������

��

��

��

���

���

������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

7

Penjualan alat berat untuk konstruksi juga menunjukkan perbaikan meski

masih tumbuh negatif. Besarnya potensi peningkatan investasi di bidang

properti tercermin dari kenaikan peringkat ibukota Jakarta menjadi tujuan

investasi teratas di Asia Pasifik tahun 2013 dari posisi 11 pada tahun

sebelumnya (hasil survei Emerging Trends in Real Estate Asia Pasifik 2013

menurut Price Waterhouse Coopers dan Urban Land Institute). Dari sisi

investasi nonbangunan, investasi mesin berpotensi tumbuh lebih rendah

terindikasi dari realisasi impor barang modal yang menurun pada Januari

2013 terutama impor mesin dan peralatan transportasi untuk industri.

Sementara itu, investasi alat angkutan masih tumbuh baik terindikasi dari

impor mobil penumpang (sebagai barang modal) dan penjualan kendaraan

komersial yang stabil. Namun, impor suku cadang kendaraan dan impor

kendaraan untuk industri melambat pada awal tahun 2013.

Kinerja ekspor diprakirakan membaik pada triwulan I 2013 sejalan dengan ekspektasi pemulihan perekonomian dunia. Membaiknya

harga komoditas ekspor dan perekonomian negara mitra dagang

utama, khususnya China, AS, dan India mendorong perbaikan kinerja

ekspor Indonesia. Pergerakan indikator penuntun juga mengindikasikan

ekspor berada pada fase ekspansi memasuki tahun 2013. Hal tersebut

sejalan dengan terus membaiknya ekspektasi pemulihan perekonomian

global terutama pada emerging economies seperti China dan India.

Perlambatan ekspor pada awal tahun 2013 berpotensi tertahan oleh

mulai meningkatnya ekspor manufaktur, pertanian dan pertambangan,

meskipun masih dalam kisaran yang terbatas (Grafik 2.6). Perbaikan

ekspor manufaktur didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor Tekstil

dan Produk Tekstil (TPT), Crude Palm Oil (CPO) dan produk karet. Ekspor

pertambangan membaik, didorong oleh masih kuatnya kenaikan ekspor

batubara dan tembaga. Di sisi lain, kontraksi ekspor minyak dan gas akibat

masih belum tercapainya target lifting minyak diprakirakan masih berlanjut

pada tahun 2013.

Pertumbuhan impor pada triwulan I 2013 diprakirakan sedikit melandai, namun masih dalam level yang cukup tinggi. Level

pertumbuhan impor yang masih cukup tinggi tersebut sejalan dengan

masih kuatnya permintaan domestik dan berangsur membaiknya ekspor.

Prakiraan tersebut didukung oleh pergerakan indikator penuntun impor

yang masih berada dalam fase ekspansi yang didukung oleh perbaikan

permintaan eksternal dan permintaan domestik yang tetap solid. Impor

bahan baku pada awal triwulan I 2013 mengindikasikan peningkatan, Grafik 2.6 Nilai Riil Ekspor Nonmigas

�����

������������

���������

����������

������

���������������������

������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� � ��� ��� ���

���� � ���� �������� ����

���

���

���

��

��

��

��

��

���

���

��

��

��

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

8

terutama bahan baku untuk keperluan manufaktur, antara lain bahan

baku dalam bentuk makanan dan minuman jadi untuk industri (processed

food & beverages for industry) (Grafik 2.7). Sebaliknya, impor barang

konsumsi dan barang modal terindikasi masih dalam tren menurun pada

hampir seluruh komponennya, terkecuali komoditas peralatan transportasi

non industri serta komoditas barang modal di luar peralatan transportasi.

Impor migas masih berpotensi meningkat, merespons belum optimalnya

produksi minyak pada awal tahun serta rencana pemerintah untuk tidak

menaikkan harga BBM yang mendorong tingginya penyediaan minyak

melalui jalur impor.

Dari sisi sektoral, kinerja perekonomian pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh baik. Sektor manufaktur diprakirakan

masih tumbuh baik didukung oleh permintaan domestik yang masih

kuat dan pemulihan kinerja ekspor. Sektor pertanian tumbuh menguat

didorong oleh membaiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan

(tabama) karena efek tertundanya musim hujan pada triwulan sebelumnya.

Masih cukup banyaknya curah hujan pada triwulan I 2013 menyebabkan

subsektor tabama lebih produktif karena menggunakan sistem sawah

tadah hujan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diprakirakan

masih tumbuh baik dan berpeluang di atas prakiraan. Kinerja sektor

PHR tersebut didukung oleh aktivitas domestik yang baik dan pulihnya

perdagangan ekspor yang lebih tinggi dari prakiraan. Demikian pula

untuk kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi, diprakirakan masih

tumbuh tinggi didukung oleh masih baiknya kinerja angkutan udara dan

besarnya potensi komunikasi data. Kinerja sektor bangunan masih tumbuh

kuat seiring dengan masih tingginya aktivitas konstruksi dan investasi.

Sementara itu, sektor pertambangan diprakirakan turun melambat akibat

menurunnya produksi minyak dan gas.

Neraca Pembayaran IndonesiaDi sisi eksternal, defisit transaksi berjalan diprakirakan menurun pada triwulan I 2013. Defisit transaksi berjalan yang menurun tersebut

didukung oleh ekspor yang cenderung meningkat sejalan dengan

membaiknya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor

nonmigas diprakirakan cenderung melemah di tengah risiko semakin

meningkatnya impor migas yang perlu terus diwaspadai. Di sisi lain,

arus modal masuk, baik dalam bentuk investasi langsung (foreign direct

Grafik 2.7 Nilai Impor Riil Nonmigas

�����

���������

������������

����������

������

���������

���

���

���

��

��

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� � ��� ��� ���

���� ���� ���� � ���� ����

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

9

investment-FDI) maupun investasi portofolio, diprakirakan masih cukup

tinggi di tengah masih besarnya kebutuhan likuiditas valas domestik,

antara lain untuk keperluan impor migas. Dengan perkembangan tersebut

di atas, cadangan devisa sampai dengan akhir Februari 2013 mencapai

105,2 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional.

I n f l a s iInflasi IHK pada Februari 2013 mencapai 0,75% (mtm) atau 5,31% (yoy). Inflasi inti tetap terkendali pada level 4,29% (yoy), sejalan

dengan komoditas global nonmakanan yang terkendali dan stabilitas

nilai tukar rupiah yang terjaga (Grafik 2.8). Di sisi lain, tekanan inflasi

terutama berasal dari tingginya inflasi harga pangan (volatile foods)

antara lain sebagai dampak gangguan cuaca dan terbatasnya pasokan

komoditas hortikultura yang berasal dari impor. Sementara itu, inflasi

administered prices yang cukup tinggi disumbang oleh kenaikan Tarif

Tenaga Listrik (TTL). Tekanan inflasi diprakirakan akan mereda seiring

dengan siklus panen dan secara keseluruhan tahun 2013 diprakirakan

akan tetap terkendali pada kisaran sasarannya. Bank Indonesia akan

terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah melalui forum TPI (Tim

Pengendalian Inflasi) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) guna

mengamankan pasokan dan distribusi barang.

Inflasi inti masih cukup stabil meskipun terdapat dampak lanjutan dari tingginya inflasi volatile foods. Inflasi inti Februari 2013 mencapai

0,30% (mtm) atau 4,29% (yoy), relatif stabil jika dibandingkan dengan

bulan sebelumnya yang sebesar 4,32% (yoy). Dampak lanjutan dari inflasi

volatile foods terlihat pada inflasi inti pangan yang meningkat dari 5,51%

(yoy) pada bulan lalu menjadi 5,78% (yoy). Tingginya inflasi inti pangan

dapat diimbangi oleh relatif menurunnya inflasi inti nonpangan menjadi

3,64% (yoy) dari 3,85% (yoy) pada bulan sebelumnya. Dari sisi eksternal,

menurunnya harga emas dan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah

menyebabkan melambatnya inflasi inti tradable nonpangan sehingga

dapat mengurangi dampak dari tingginya inflasi inti pangan (Grafik 2.9).

Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan masih terjaga karena

masih memadainya sisi produksi dalam merespons sisi permintaan. Hal

tersebut tercermin dari kapasitas produksi terpakai yang masih berada

dalam level moderat (Grafik 2.10) dan stabilnya inflasi barang manufaktur.

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi

������

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������������������������

���

��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Grafik 2.9 Inflasi Inti dan Faktor Eksternal

����

����

����

������ ������

������

��

����

��

����

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ����

����������

���������

����������������������������������������

�������������������������������������������������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Grafik 2.10 Kapasitas Produksi Terpakai

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�������

�����

����

�������

�����

����

�������

�����

����

�������

�����

�������

�����

����

�������

�����

����

�������

�����

����

�������

�����

����

�������

�����

����

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

10

Tabel 2.1Penyumbang Inflasi Volatile Food

Komoditas Inflasi(%, mtm)

Kontribusi(%, mtm)

Februari 2013

Bawang PutihTomatBawang MerahCabe MerahCabe RawitTelur AyamJerukDaging

29,86 0,12 39,37 0,10 13,30 0,07 9,89 0,04 16,09 0,03 2,62 0,02 3,31 0,02 1,58 0,01

Sumber : BPS

Namun, tekanan inflasi yang bersumber dari ekspektasi inflasi harus di

waspadai terkait dengan kenaikan administered prices, peningkatan Upah

Minimum Provinsi (UMP) tahun 2013, dan harga aset properti. Mulai

meningkatnya ekspektasi inflasi tercermin dari ekspektasi harga pedagang

eceran dalam Survei Penjualan Eceran (SPE, Grafik 2.11), sementara

ekspektasi inflasi berdasarkan Consensus Forecast dan Survei Konsumen-

Bank Indonesia masih cukup stabil.

Masih tingginya tekanan inflasi volatile foods pada Februari 2013 disebabkan oleh terganggunya pasokan akibat faktor cuaca dan dampak dari kebijakan pembatasan impor, khususnya komoditas hortikultura. Inflasi volatile foods tercatat sebesar 2,32% (mtm) atau

11,02% (yoy), merupakan inflasi yang tertinggi pada periode yang sama

dalam 10 tahun terakhir. Sumbangan inflasi volatile foods terhadap

IHK Februari 2013 sebesar 0,46% dan hampir seluruh sumbangannya

bersumber dari komoditas hortikultura yakni sebesar 0,43%, meningkat

dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,34%. Kenaikan inflasi terjadi

pada komoditas seperti bawang putih, bawang merah, cabe, dan aneka

sayuran (Tabel 2.1). Tingginya inflasi volatile foods tersebut disebabkan

oleh adanya gangguan produksi dan distribusi di beberapa daerah akibat

intensitas hujan yang tinggi. Selain itu, kebijakan pengendalian impor

hortikultura (berupa pembatasan pintu masuk impor, pengaturan ijin

impor, dan penutupan sementara impor 13 komoditas) juga berdampak

pada meningkatnya inflasi pada kelompok ini (Grafik 2.12). Sementara itu,

harga beras sejauh ini masih terkendali yang didukung dengan pasokan

yang memadai dan masih berlanjutnya pelaksanaan operasi pasar beras.

Perkembangan harga pangan global cenderung stabil pada bulan laporan,

kecuali harga CPO yang terus merangkak naik meski belum berdampak

pada harga minyak goreng dalam negeri.

Inflasi administered prices mengalami peningkatan yang disumbang oleh kenaikan harga Tenaga Tarif Listrik (TTL) pada Januari 2013. Kenaikan TTL tahap I sebesar 4,3% yang mulai tercatat pada rekening

listrik Februari 2013 telah mendorong inflasi kelompok administered prices

mencapai 0,75% (mtm) atau 2,91% (yoy). Dengan adanya kenaikan TTL

tersebut, kontribusi inflasi administered price terhadap IHK sebesar 0,12%.

Dari kontribusi inflasi administered prices tersebut, sebesar 0,08% di

antaranya disumbang dari kenaikan TTL tahap I (Tabel 2.2).

Grafik 2.11 Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran

������ ������

���������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Grafik 2.12 Inflasi Komoditas Hortikultura dengan Pengaturan Impor

������

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

����

��������������������������������������������������������������������������������������

�����������������������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

11

Tabel 2.2Penyumbang Inflasi Administered Prices

Komoditas Inflasi(%, mtm)

Kontribusi(%, mtm)

Februari 2013

Tarif ListrikBahan Bakar Rumah TanggaRokok Filter

3,54 0,08 0,60 0,01 0,47 0,01

Sumber : BPS

Nilai Tukar RupiahTekanan depresiasi nilai tukar rupiah cenderung mereda pada Februari 2013. Nilai tukar rupiah secara rata-rata mencapai level Rp9.680

per dolar AS (Grafik 2.13). Sementara itu, secara point-to-point nilai

tukar mengalami penguatan sebesar 0,35% dan ditutup pada level

Rp9.664 per dolar AS dari posisi akhir bulan sebelumnya Rp9.698 per

dolar AS. Dibandingkan dengan posisi awal tahun 2013, nilai tukar rupiah

menguat sebesar 0,31% (ytd). Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang

ditempuh Bank Indonesia, termasuk penguatan mekanisme intervensi

valas dan pembentukan referensi nilai tukar rupiah di pasar domestik,

mampu meningkatkan kepercayaan pasar. Selain itu, stabilitas nilai tukar

juga didukung dengan masuknya aliran dana nonresiden ke instrumen

rupiah yang mencapai Rp27,6 triliun. Ke depan, Bank Indonesia terus

menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental

perekonomian.

Selain faktor domestik, faktor eksternal juga turut memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Kekhawatiran mengenai prospek

kebijakan fiskal Amerika Serikat dan kelanjutan program pembelian aset

oleh bank sentral AS (the Fed), masih tingginya ketidakpastian terkait

prospek penanganan krisis Eropa, perlambatan ekonomi kawasan dan

Jepang, serta meningkatnya tensi politik di Italia menjelang pelaksanaan

Pemilu menjadi faktor-faktor yang memberikan tekanan pada pergerakan

nilai tukar rupiah pada periode laporan. Namun, meningkatnya aliran dana

asing ke ekonomi domestik terutama bursa saham dan surat berharga

negara (SBN) selama periode laporan mampu menahan pelemahan rupiah

lebih lanjut. Faktor risiko global mengalami konsolidasi, namun meningkat

pada akhir periode laporan seiring dengan kekhawatiran mengenai hasil

Pemilu di Italia dan batas waktu pemotongan anggaran AS. Eskalasi

kekhawatiran tersebut tercermin pada pergerakan Volatility Index (VIX) dan

Morgan Stanley Capital International (MSCI) World yang meningkat pada

akhir Februari 2013 (Grafik 2.14).

Indikator risiko domestik selama Februari 2013 relatif stabil. Hal tersebut tercermin dari stabilnya pergerakan Credit Default Swap

(CDS) Indonesia dan imbal hasil akibat rilis data pertumbuhan ekonomi

Indonesia tahun 2012 yang ditanggapi positif oleh pelaku pasar (Grafik

2.15). Perekonomian Indonesia mampu tumbuh di atas 6% di tengah

perlambatan perekonomian global. Dari sisi daya saing, imbal hasil

berinvestasi di aset keuangan denominasi rupiah relatif lebih kompetitif

Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

����

����

��������

����

����

����

����

����

����

������� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����� �� � � � ����������������������������

��������

�������

����

����

���� ��������

��������

���� ��������

�������������������������������

Grafik 2.14 Indeks Risiko Global (VIX, MSCI World)

��

��

��

��

��

��

����

����

����

����

����

����

������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

������ ������

����������������������������������������

��������������� ���������������������

Grafik 2.15 CDS Indonesia dan Selisih Imbal Hasil

���������������������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

� ���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����������������������

�������������������������

�������������������

��������������� ���������������

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

12

Grafik 2.16 Uncovered Interest Parity (UIP)

dibandingkan dengan negara kawasan. Hal tersebut menjadi daya tarik

bagi investor asing sehingga pada akhirnya mampu menahan pelemahan

nilai tukar rupiah lebih lanjut. Imbal hasil yang tercermin dari selisih antara

suku bunga dalam negeri dengan luar negeri (Uncovered Interest Parity

– UIP) masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara kawasan (Grafik

2.16). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko perekonomian domestik,

yang tercermin dari imbal hasil obligasi Indonesia dan US T-Note,

berinvestasi di aset domestik masih memberikan keuntungan yang lebih

baik dibandingkan dengan beberapa negara kawasan (Grafik 2.17).

Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Keuangan

MoneterPada Februari 2013 suku bunga di pasar uang antar bank (PUAB) relatif stabil. Suku bunga PUAB Overnight (PUAB O/N) bergerak stabil

pada batas bawah koridor dengan rata-rata sebesar 4,17% (17 bps di atas

suku bunga Deposit Facility – DF O/N) sebagaimana bulan sebelumnya.

Perkembangan tersebut tidak terlepas dari strategi operasi moneter Bank

Indonesia yang melaksanakan lelang Term Deposit/Reserve Repo SBN

jangka pendek (dibawah 1 bulan) dengan frekuensi yang cukup sering.

Relative spread suku bunga PUAB O/N terhadap BI Rate pada Januari 2013

stabil pada level 90,4% tidak jauh berbeda dengan bulan sebelumnya

sebesar 90,5%. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor lebih

panjang bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N dengan volatilitas

yang sedikit meningkat sehubungan dengan volume transaksi yang

terbatas (Grafik 2.18).

Persepsi risiko di PUAB relatif terjaga dan masih di bawah ambang batas

(threshold) rata-rata dalam kondisi normal. Hal itu tercermin dari rata-rata

selisih (spread) antara suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah pada

Februari 2013 sebesar 5 bps, lebih rendah dibandingkan dengan bulan

sebelumnya sebesar 8 bps dan masih di bawah ambang batas rata-rata

kondisi normal sebesar 32 bps. Sementara itu, volume transaksi di PUAB

pada Februari 2013 menurun dibandingkan dengan Desember 2012,

sejalan dengan pola historis tahun-tahun sebelumnya pada bulan yang

sama.

Grafik 2.17 Covered Interest Parity (CIP)

����������������������������������������������

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��������� �������� ����� ��������

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

��������� �������� ����� ��������

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Grafik 2.18 Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N

����

� ����

����������������������

�����

���

���

���

���

���

���������������������������

�����������������������������������������������������������

���� ����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

13

Melalui penguatan operasi moneter, Bank Indonesia berupaya mengendalikan tekanan inflasi jangka pendek dan mendukung langkah stabilisasi nilai tukar rupiah. Bank Indonesia menerapkan

strategi moneter berupa pelaksanaan lelang Term Deposit (TD) dan

Reverse Repo (RR) SBN berjangka pendek, yaitu di bawah satu bulan,yang

dilakukan secara intensif. Dengan melaksanakan strategi tersebut, suku

bunga instrumen moneter pada Februari 2013 bergerak sejalan dengan

perubahan suku bunga PUAB O/N yang stabil. Suku bunga instrumen

moneter untuk tenor 7 hari sampai dengan 9 bulan tidak banyak

mengalami perubahan dibandingkan dengan suku bunga pada Januari

2013. Berlanjutnya upaya penguatan operasi moneter tersebut juga

memberikan dampak pada struktur imbal hasil (yield) SBN yang relatif

stabil (flattening yield curve), volatilitas nilai tukar rupiah yang rendah, dan

membaiknya ekspektasi inflasi. Selain melakukan pengelolaan likuiditas

rupiah, Bank Indonesia juga melakukan pengelolaan likuiditas valuta asing

dengan menggunakan instrumen Term Deposit Valas (TD Valas) guna

menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sepanjang Februari 2013, suku bunga

rata-rata tertimbang TD Valas untuk tenor 7 hari dan tenor 14 hari masing-

masing sebesar 0,12% dan 0,13%, tidak berubah dibandingkan dengan

suku bunga bulan sebelumnya.

Di sisi suku bunga perbankan, pada Januari 2013, suku bunga deposito mengalami penurunan sementara suku bunga kredit relatif stabil sehingga selisih suku bunga deposito dan kredit sedikit meningkat. Suku bunga deposito 1 bulan turun sebesar 9 bps menjadi

5,49% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sedangkan rata-rata

suku bunga kredit relatif stabil pada level 12,06% (Grafik 2.19). Dengan

perkembangan tersebut, selisih suku bunga kredit dan deposito 1 bulan

sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi

6,57%. Dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya

(6,41%), selisih suku bunga tersebut juga mengalami pelebaran. Selisih

suku bunga yang masih lebar tersebut memberikan ruang bagi potensi

penurunan suku bunga kredit, sejalan dengan perbaikan efisiensi

operasional perbankan dan efisiensi penyaluran dana perbankan.

Meski secara rata-rata suku bunga kredit stabil, suku bunga kredit konsumsi (KK) menurun. Suku bunga KK menurun sebesar 18 bps

menjadi 13,4% dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 13,6%.

Sementara itu, suku bunga kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja

(KMK) relatif stabil dengan masing-masing tercatat sebesar 11,3% dan

11,5% (Grafik 2.20 dan Tabel 2.3).

Grafik 2.19 Suku Bunga Perbankan

Grafik 2.20 Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan

� �

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ��������

���� ���� ���� ���� ���� �������� ����

���� ����

���� ���� ���� ���� �������� ����

���� ���� ���� ���� ��������

����

����

����

�������� ���� ���� ���� ����

��������

��������

���������������������������������

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����

���

�������������������������

�����

��������������������������������������������������������������������������

��

��

��

��������������������������

�����������������������

�������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

14

Likuiditas perekonomian mengalami penurunan. Pada Januari

2013, pertumbuhan M2 melambat menjadi 12,8% (yoy), dibandingkan

dengan bulan sebelumnya sebesar 14,9% (yoy) (Grafik 2.21). Seiring dengan

perlambatan pertumbuhan M2, pertumbuhan M1 juga menurun menjadi

13,2% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 16,4% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan likuiditas perekonomian (M2 dan M1) tersebut

disebabkan oleh sumbangan giro rupiah yang menurun. Selain itu penurunan

M2 juga disebabkan oleh adanya peningkatan modal bank umum dan BPR,

sebagaimana tercermin pada penurunan sumbangan Net Domestic Asset

(NDA), di tengah stabilnya sumbangan Net Claims on Central Government

(NCG) pada likuiditas perekonomian.

Kinerja PerbankanStabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid

tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy

Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit

bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara

itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Januari 2013 sebesar 23,03% (yoy),

relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Kredit modal kerja dan kredit

investasi masih tumbuh cukup tinggi sebesar 24,0% (yoy) dan 25,5%

(yoy). Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 19,8% (yoy). Dinamika

rasio-rasio seperti meningkatnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang diiringi

dengan tren penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) menunjukkan

aktivitas intermediasi perbankan yang tetap tumbuh dan diiringi dengan

peningkatan efisiensi. Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem

Tabel 2.3Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Suku Bunga (%)

6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 5,42 5,58 5,49 n.a 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 11,70 11,68 11,61 11,49 11,49 n.a 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 11,35 11,36 11,29 11,24 11,27 11,29 n.a 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92 13,69 13,67 13,60 13,53 13,58 13,40 n.a

BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (rata-rata tertimbang)Kredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)Kredit Konsumsi (KK

2012 20132011

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

Grafik 2.21 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian

��������

�����

�����

������ �

�����������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

��

��

��

��

�������������������������

���� ���� ���� ���������� ������ ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ���

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

15

keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan

yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian

nasional.

Tabel 2.4Kondisi Umum Perbankan

IndikatorUtama

Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp)LDR* (%) NPLs Bruto* (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%)

3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,4 3.891,1 3.902,5 3.923,8 4.009,4 4.028,8 4.103,5 4.262,6 4.211,0 2.770,6 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 2.984,1 3.050,0 3.070,6 3.130,5 3.225,2 3.204,5 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 2.510,6 2.555,9 2.585,4 2.631,0 2.707,9 2.687,4 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1 83,8 84,2 84,0 84,0 83,9 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1 2,2 2,0 1,9 2,0 18,4 18,4 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,3 17,4 17,3 17,4 17,4 19,2 6,1 5,4 5,2 5,3 5,3 5,4 5,4 5,4 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 3,7 3,6 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1

2012 2013

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan

* tanpa channeling

Laju pertumbuhan kredit perbankan pada Januari 2013 stabil. Hal

tersebut sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik di tengah

perlambatan sektor eksternal. Pertumbuhan kredit, tidak termasuk

channeling tercatat sebesar 23,03% (yoy), stabil dibandingkan dengan

bulan sebelumnya sebesar 23,08% (yoy) (Grafik 2.22). Secara level,

penyaluran kredit di Januari 2013 mengalami kontraksi sebesar Rp20,5

triliun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut sesuai

dengan pola historis, dengan besaran yang lebih kecil dibandingkan

dengan kontraksi tahun sebelumnya di bulan yang sama.

Meningkatnya sumbangan kredit modal kerja (KMK) merupakan faktor pendorong utama pertumbuhan kredit. KMK tumbuh

meningkat sebesar 24,0% (yoy) menjadi Rp1.292 triliun dibandingkan

dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 23,2% (yoy). Sementara itu,

pertumbuhan kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) melambat

menjadi 25,5% dan 19,8% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 27,4% dan 20,0% (yoy) (Grafik 2.23). Dengan

perkembangan itu posisi KI menjadi Rp593 triliun dan KK menjadi sebesar

Rp803 triliun. Meskipun pertumbuhan KI melambat, peran kredit produktif

(KMK dan KI) relatif masih cukup besar, yaitu menyumbang 17% dari

pertumbuhan total kredit sebesar 23,03% (yoy).

Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama disumbang oleh pertumbuhan kredit sektor lainnya. Pada Januari 2013, kredit sektor

lainnya meningkat menjadi 16,7% (yoy) dibandingkan dengan bulan

Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit, DPK, BI Rate

Grafik 2.23 Kredit Berdasar Jenis Penggunaan

�����

���������

�������������

��

��

��

��

��

��

��

��

�������� ��� �������������������

���� ���� ���� ���� ���� ����

��� ������ ���

������

��� ������ ���

������

��� ������ ���

������

��� ������ ���

������

��� ������ ���

������

���

��

����

����

����

������

���������������

��

��

��

��

���������������������

���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

16

sebelumnya sebesar 13,7% (yoy). Kredit sektor pertanian juga meningkat

menjadi 29,2% dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 29,0%

(yoy). Sementara itu, kredit pada beberapa sektor produktif lainnya seperti

sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor konstruksi dan

sektor jasa dunia usaha mengalami perlambatan pertumbuhan.

Dari sisi penawaran kredit, sumber dana untuk kredit yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) bergerak searah dengan pertumbuhan kredit. Pada Januari 2013 pertumbuhan DPK sebesar 15,7% (yoy) relatif

stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 15,8% (yoy).

Pertumbuhan DPK di awal tahun ditopang oleh sumbangan dari tabungan

yang meningkat, sementara sumbangan giro sedikit menurun sesuai pola

musiman. Berdasarkan valuta, pertumbuhan DPK terutama ditopang oleh

meningkatnya pertumbuhan DPK valas. Pada Januari 2013, pertumbuhan

DPK valas meningkat menjadi 21,9% (yoy) dibandingkan dengan bulan

sebelumnya sebesar 21,0% (yoy). Sementara itu, DPK rupiah turun

menjadi 14,6% (yoy) mencapai Rp2,720 triliun dibandingkan dengan

bulan sebelumnya sebesar 15,0% (yoy).

Pasar Keuangan

Pasar SahamIHSG mencatat level tertinggi sepanjang sejarah bursa domestik pada Februari 2013. Penguatan bursa domestik selama Februari 2013

terutama dipicu oleh meningkatnya optimisme pelaku pasar terhadap

kondisi ekonomi domestik dan rilis laporan keuangan emiten yang positif

serta adanya sentimen positif terkait hasil penilaian lembaga pemeringkat

Fitch Ratings yang tetap mempertahankan peringkat layak investasi.

IHSG ditutup di level 4.795,79 (Grafik 2.24), merupakan level indeks

tertinggi yang pernah dicapai, serta menjadi bursa dengan kinerja terbaik

dibandingkan dengan Vietnam, Thailand dan Filipina.

Pertumbuhan bursa domestik didorong oleh pergerakan sektoral yang bervariasi. Selama Februari 2013, sebagian besar indeks sektoral

mengalami penguatan kecuali sektor pertambangan. Sektor properti

mengalami penguatan tertinggi sebesar 14,9% diikuti sektor keuangan

sebesar 11,3%, sementara sektor lainnya menguat pada kisaran 0,6% -

9,9% (Grafik 2.25). Tingginya minat investor terhadap sektor properti dan Grafik 2.24 IHSG dan BI Rate

����

����

����

����

����

����

��

�������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������ �

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

17

perolehan laba perbankan menjadi pendorong peningkatan harga saham

di kedua sektor tersebut. Sementara itu, sektor pertambangan mengalami

penurunan terbesar menyusul penurunan harga beberapa komoditas

global.

Stabilnya fundamental ekonomi domestik dan kinerja emiten yang cukup baik mendorong kepemilikan investor nonresiden di pasar saham domestik meningkat cukup tajam. Pelaku nonresiden

melakukan pembelian selektif pada beberapa emiten yang tergolong

undervalued yaitu emiten yang mencatat pertumbuhan cukup tinggi

namun dengan pertumbuhan harga saham yang relatif terbatas.

Perkembangan tersebut menyebabkan investor asing membukukan beli

neto sebesar Rp11,24 triliun pada Februari 2013, atau tumbuh tinggi

jika dibandingkan dengan Januari 2012 yang mencatat beli neto sebesar

Rp5,70 triliun.

Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Kinerja SBN mengalami penguatan di seluruh tenor. Secara

keseluruhan pergerakan imbal hasil SBN pada Februari 2013 menurun

sebesar 8,25 bps ke level 5,35% dibandingkan dengan Januari 2013

sebesar 5,33% (Grafik 2.26). Imbal hasil SBN untuk tenor pendek,

menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 15,28 bps, 5,65

bps dan 4,07 bps. Imbal hasil SBN 10 tahun relatif stabil meski sedikit

meningkat sebesar 2,10 bps ke level 5,35% dibandingkan dengan Januari

2013 sebesar 5,33%. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan negara

kawasan seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam, imbal hasil SBN

di Indonesia masih relatif menarik (Grafik 2.27).

Investor nonresiden menambah kepemilikannya di seluruh tenor. Aksi beli asing antara lain didasari oleh pertimbangan bahwa aset domestik

masih memberikan hasil investasi yang cukup menarik. Sementara itu,

kepemilikan SBN oleh bank dan asuransi juga mengalami peningkatan

selama Februari 2013. Dengan perkembangan tersebut, selama Februari

2013, investor nonresiden mencatat beli neto sebesar Rp7,84 triliun, lebih

tinggi dibandingkan dengan Januari 2013 yang mengalami beli neto

sebesar Rp2,66 triliun.

Grafik 2.25 IHSG dan Perkembangan Sektoral

Grafik 2.26 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan

Grafik 2.27 Imbal Hasil di Negara Kawasan

�����������������

��������������������

����������������������������

�������������������

�����������������

��� �� �� ��� ��� ���

����

����

�����

�����

����

����

����

����

����

�����

����������������

� ���

�����

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

� � � � � � � � � �� �� �� ��

�������������������������������������

��

��

�������� ������� �������� �������� ���������

���

���

��� ���

���

�������

���������������

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

18

III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Maret 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%.

Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi

tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% + 1%. Kinerja perekonomian

Indonesia masih baik meski terdapat indikasi moderasi pada kegiatan

investasi yang berlangsung sejak triwulan IV 2012. Ke depan, Bank

Indonesia akan mencermati perkembangan inflasi terutama yang

bersumber dari harga pangan (volatile foods). Bank Indonesia meyakini

bahwa dengan penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial,

serta langkah-langkah koordinasi yang solid dengan Pemerintah,

akan mampu mencapai sasaran inflasi dan mendorong tercapainya

keseimbangan eksternal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan.

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013 · konsumen yang kuat dan potensi perbaikan daya beli masyarakat. ... namun penjualan sepeda motor masih berada dalam tren menurun sampai dengan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2013

19

Indikator Terkini

1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SEKTOR KEUANGAN

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

INDIKATOR KUARTALAN

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp)Uang PrimerM1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) Tagihan kepada Sektor LainnyaTagihan pada Sektor Swasta

Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4)

Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor

3,82 3,83 3,93 4,24 4,32 4,46 4,54 4,67 4,75 4,77 4,80 4,84 - 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 5,42 5,58 5,49 - 6,52 6,31 6,00 5,89 5,76 5,67 5,61 5,69 5,66 5,81 5,76 5,89 - 3,93 3,81 3,81 3,83 4,10 4,17 4,29 4,24 4,27 4,29 4,32 4,30 - 3.985 4.122 4.181 3.833 3.956 4.142 4.060 4.263 4.350 4.276 4.317 4.454 4.796

578.964 586.034 596.592 604.979 627.359 634.993 657.955 638.869 648.106 647.979 704.843 664.007 - 683.253 714.258 720.924 749.450 779.416 771.792 772.429 795.518 774.983 801.403 841.721 778.293 - 280.103 287.046 290.861 294.768 314.670 315.375 327.059 325.566 326.119 327.069 361.967 317.262 - 403.150 427.212 430.064 454.682 464.746 456.417 445.370 469.952 448.864 474.334 479.755 461.031 - 2.849.796 2.911.920 2.927.259 2.992.057 3.050.355 3.054.534 3.089.011 3.125.533 3.161.726 3.205.129 3.304.645 3.211.409 - 2.150.808 2.182.891 2.190.885 2.227.527 2.254.329 2.269.809 2.304.474 2.318.559 2.376.102 2.393.320 2.452.503 2.422.287 - 1.848.124 1.875.257 1.887.124 1.900.824 1.915.625 1.926.046 1.960.339 1.968.062 2.009.812 2.022.975 2.092.654 2.050.590 - 998.643 1.022.038 1.020.792 1.027.151 1.016.060 1.017.021 1.030.262 1.030.830 1.060.357 1.058.871 1.066.527 1.048.933 - 849.481 853.219 866.332 873.673 899.565 909.025 930.077 937.232 949.456 964.105 1.026.127 1.001.657 - 145.623 148.649 148.486 159.186 164.762 170.722 171.517 180.380 187.859 190.178 177.508 173.616 - 157.061 158.984 155.275 167.516 173.942 173.041 172.617 170.117 178.430 180.166 182.341 198.081 - 15.735 14.771 15.450 15.081 16.610 12.932 12.108 11.457 10.640 10.406 10.420 10.829 - 2.403.464 2.464.483 2.519.946 2.586.786 2.653.871 2.668.447 2.696.876 2.758.170 2.791.363 2.833.571 2.920.934 2.846.751 - 2.138.727 2.189.236 2.230.960 2.289.504 2.361.812 2.378.914 2.406.188 2.471.071 2.504.939 2.504.347 2.584.819 2.505.704 -

0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,70 0,95 0,01 0,16 0,07 0,54 1,03 0,75 3,56 3,97 4,50 4,45 4,53 4,56 4,58 4,31 4,61 4,32 4,30 4,57 5,31

9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 9.485 9.560 9.588 9.615 9.605 9.670 9.698 9.667 12.594 13.565 12.698 13.315 12.420 13.168 11.238 13.011 12.636 13.202 12.313 - - 11.894 12.296 12.381 13.363 12.918 13.282 10.366 11.733 13.053 12.479 11.715 - -

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

2012 2013

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

2012

6,3 6,4 6,2 6,1 5,0 5,5 4,5 3,9 10,0 12,3 9,8 7,3 164,1 108,7 -9,5 94,6 7,9 2,2 -2,6 0,5 8,0 10,9 -0,2 6,8