tinjauan kebijakan moneter - juni 2011...kinerja ekspor pada triwulan ii 2011 diprakirakan masih...
TRANSCRIPT
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
1
Tinjauan Kebijakan MoneterJuni 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada
setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,
dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan
Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas
asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon
kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan
Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April,
Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil
evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan
kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon
kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3
II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 5
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 5
Neraca Pembayaran Indonesia ..................................................... 7
Inflasi .......................................................................................... 8
Nilai Tukar Rupiah ........................................................................ 9
Transmisi Kebijakan Moneter ..................................................... 10
Suku Bunga.......................................................................... 10
Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 11
Pasar Saham......................................................................... 13
Pasar SBN ............................................................................. 13
Pasar Reksadana ................................................................... 14
Kondisi Perbankan................................................................ 15
III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 16
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
3
I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER
Dewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestikDewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestikDewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestikDewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestikDewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestik
menunjukkan kinerja yang terus membaikmenunjukkan kinerja yang terus membaikmenunjukkan kinerja yang terus membaikmenunjukkan kinerja yang terus membaikmenunjukkan kinerja yang terus membaik. Pada triwulan II-2011, ekspansi
ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut dan lebih kuat dari
prakiraan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan kinerja ekspor
seiring dengan tingginya volume perdagangan dunia dan kenaikan harga
komoditas internasional. Sementara itu, kegiatan investasi dan konsumsi
rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh tinggi didukung oleh optimisme
yang masih kuat serta kenaikan daya beli masyarakat. Secara sektoral,
ekspansi ekonomi masih ditopang oleh pertumbuhan sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor industri, dan sektor keuangan.
Terus meningkatnya aktivitas ekonomi domestik mengonfirmasi prakiraan
pertumbuhan ekonomi yang berpotensi mengarah ke batas atas kisaran
6,0%-6,5% untuk keseluruhan tahun 2011.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakan
masih akan mencatat surplus yang relatif besarmasih akan mencatat surplus yang relatif besarmasih akan mencatat surplus yang relatif besarmasih akan mencatat surplus yang relatif besarmasih akan mencatat surplus yang relatif besar. Menguatnya kegiatan
ekonomi domestik dan eksternal telah mendorong kenaikan impor
terutama migas untuk memenuhi konsumsi BBM dalam negeri. Kondisi
tersebut menyebabkan penurunan surplus transaksi berjalan dibanding
triwulan sebelumnya. Di sisi transaksi modal dan finansial, persepsi positif
investor terhadap semakin kuatnya fundamental perekonomian Indonesia
di tengah menariknya imbal hasil mendorong tingginya penanaman
modal asing langsung (FDI) serta aliran investasi portofolio. Tingginya
aliran masuk modal asing tersebut mendorong surplus transaksi modal
dan finansial yang lebih tinggi dari triwulan I-2011 dan dapat
mengimbangi penurunan surplus transaksi berjalan. Sejalan dengan itu,
cadangan devisa pada akhir Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar
AS, atau setara dengan 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri Pemerintah.
Tren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkatTren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkatTren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkatTren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkatTren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkat
yang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modalyang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modalyang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modalyang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modalyang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modal
asingasingasingasingasing. Pada bulan Mei 2011, nilai tukar Rupiah menguat 0,33% (ptp) ke
level Rp 8.536 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga. Tren
apresiasi nilai tukar Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia
untuk meredam tekanan inflasi, khususnya dari imported inflation,
dengan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap pertumbuhan
ekonomi. Bank Indonesia memandang bahwa penguatan Rupiah yang
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
4
sejalan dengan tren apresiasi mata uang di kawasan Asia tersebut sejauh
ini tidak memberikan tekanan pada kinerja ekspor, seperti terlihat pada
tetap kuatnya pertumbuhan ekspor sejalan dengan masih tingginya harga
komoditas internasional dan kuatnya permintaan luar negeri.
Tren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi intiTren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi intiTren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi intiTren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi intiTren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi inti
cenderung meningkatcenderung meningkatcenderung meningkatcenderung meningkatcenderung meningkat. Inflasi IHK pada Mei 2011 tercatat sebesar 5,98%
(yoy), atau 0,12% (mtm), terutama karena berlanjutnya koreksi inflasi
bahan pangan. Sementara itu, inflasi administered prices relatif rendah
seiring dengan tidak adanya kebijakan harga komoditas strategis dari
Pemerintah. Namun, kelompok inflasi inti masih dalam tren meningkat,
tercatat sebesar 4,64% (yoy) atau 0,27% (mtm) pada Mei 2011. Masih
terus meningkatnya inflasi inti didorong oleh peningkatan harga
komoditas global, meningkatnya permintaan domestik, serta masih relatif
tingginya ekspektasi inflasi. Bank Indonesia terus mewaspadai berbagai
faktor risiko terhadap tekanan inflasi inti tersebut maupun tekanan inflasi
yang dapat terjadi sehubungan dengan kebijakan Pemerintah terkait
subsidi BBM dan listrik.
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasiStabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasiStabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasiStabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasiStabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasi
pertumbuhan kreditpertumbuhan kreditpertumbuhan kreditpertumbuhan kreditpertumbuhan kredit. Industri perbankan menunjukkan perkembangan
yang tetap stabil sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan
modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) jauh di atas minimum 8% dan
terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di
bawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan
perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit yang
hingga akhir Mei 2011 mencapai 23,3% (yoy). Bank Indonesia akan tetap
mencermati kondisi industri perbankan dan mendorong peningkatan
efisiensi agar fungsi intermediasi dapat terus dioptimalkan.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dewan
Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang
disertai dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan
nilai tukar Rupiah meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan
inflasi cenderung menurun, khususnya dengan berlanjutnya koreksi harga
pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang
berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya
masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan
domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012.
Bank Indonesia akan terus memperkuat penerapan bauran kebijakan
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
5
moneter dan kebijakan makroprudensial lanjutan, dengan penekanan
pada pengendalian aliran masuk modal asing dan likuiditas domestik, di
samping apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi nilai tukar
kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga
stabilitas makro dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan,
yaitu 5%+1% pada tahun 2011 dan 4,5%+1% pada tahun 2012.
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DANKEBIJAKAN MONETER
Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaPDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. Dari
sisi permintaan, sumber utama pertumbuhan PDB diprakirakan berasal
dari kinerja ekspor yang meningkat didukung oleh kinerja investasi yang
tetap kuat. Kinerja ekspor diprakirakan tetap tumbuh tinggi terkait
dengan masih meningkatnya volume perdagangan dunia, membaiknya
sentimen bisnis negara-negara Eropa, dan peningkatan harga komoditas.
Seiring dengan kinerja ekspor, impor juga diprakirakan akan tumbuh
tinggi. Konsumsi rumah tangga diprakirakan juga tetap kuat sejalan
dengan optimisme konsumen yang masih tinggi. Sementara itu,
pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II 2011 diprakirakan
akan meningkat. Investasi diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan
triwulan I 2011 sejalan dengan masih kuatnya permintaan, baik domestik
maupun eksternal. Sementara itu, dari sisi produksi, sektor utama yang
menyumbang pertumbuhan PDB adalah sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan
komunikasi.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuh
kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. Konsumen masih
menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap ekspektasi ekonomi enam
bulan mendatang maupun terhadap kondisi ekonomi saat ini (Grafik 2.1).
Hal tersebut juga sejalan dengan hasil Survei Tendensi Konsumen dari BPS.
Indeks Tendensi Konsumen untuk triwulan I 2011 meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan diperkirakan berlanjut
pada triwulan II 2011 (Grafik 2.3). Penjualan mobil dan sepeda motor
pada April 2011 masing-masing tumbuh sebesar 6,94% dan 7,53%
Grafik 2.1 Indeks KeyakinanKonsumen - SK BI
Grafik 2.2 Indeks Harga 6 BulanMendatang - SK BI
Grafik 2.3 Indeks Tendensi Konsumen - BPS
IndeksIndeks
0
20
40
60
80
100
120
140
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II*
80
85
90
95
100
105
110
115
Pendapatan RT Tk Konsumsi BeberapaKom. Makanan
Kaitan Inflasi dg Konsumsisehari-hari ITK (rhs)
Sumber : BI
Indeks
130,0
140,0
150,0
160,0
170,0
180,0
190,0
200,0
2008 2009 2010 20111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5* 7 9 11
Indeks Ekspektasi Harga (3bln)
Indeks Ekspektasi Harga (6bln)Indeks Ekspektasi Harga (3bln) Terbobot
Indeks Ekspektasi Harga(6bln) Terbobot
Indeks
Optimis
Pesimis
Sumber : BI
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
110,0
120,0
130,0
140,0
2008 2009 2010 20111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5*
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Ekspektasi Ekonomi 6bln
Indeks Keyakinan KonsumenKondisi Ekonomi Saat Ini (Terbobot)
Ekspektasi Ekonomi 6bln Mendatang(Terbobot)
IKK (Terbobot)
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
6
(Grafik 2.4). Penjualan mobil tersebut menurun apabila dibandingkan
dengan triwulan I 2011 terkait keterbatasan pasokan pasca bencana
tsunami Jepang. Keterbatasan pasokan mobil tersebut diperkirakan hanya
bersifat temporer. Penjualan motor juga mengalami perlambatan pada
April 2011 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar
17,58%. Sementara itu, indeks penjualan eceran cenderung stabil hingga
April 2011 untuk semua kelompok barang.
Kinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggiKinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggiKinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggiKinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggiKinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggi
didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. Permintaan domestik
dan eksternal masih berpotensi mendorong pertumbuhan investasi. Hal
tersebut sejalan dengan tren peningkatan utilisasi kapasitas sektor industri
pengolahan mulai awal tahun 2010, baik yang didasarkan pada hasil
Survei Produksi dan SKDU (Grafik 2.5). Dari hasil Survei Produksi, kapasitas
produksi terpakai industri pengolahan tanpa migas pada Maret 2011
berada pada level 78,22%, sedikit diatas rata-rata historis tahun 2010
yang sebesar 76,55%. Kenaikan kapasitas terpakai terutama ditopang oleh
kenaikan utilisasi pada subsektor kertas dan barang cetakan. Namun,
investasi kelompok bangunan mengalami perlambatan (Grafik 2.6).
Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.
Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume
perdagangan dunia dan harga komoditas serta membaiknya sentimen
bisnis negara-negara Eropa. Kinerja ekspor yang masih solid diprakirakan
akan terjadi terutama untuk ekspor nonmigas (Grafik 2.7). Secara sektoral,
ekspor yang tumbuh tinggi tersebut akan tercermin pada sektor industri
pengolahan yang merespons membaiknya tren sentimen bisnis di Eropa,
serta di sektor pertambangan yang merespons peningkatan harga
komoditas internasional. Kapasitas produksi di kedua sektor ini
diprakirakan masih mampu merespons peningkatan permintaan terkait
dengan utilisasi kapasitas yang masih memadai.
Sejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulan
II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. Masih tingginya prakiraan
pertumbuhan impor terkait dengan masih kuatnya permintaan eksternal
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal, kenaikan
impor BBM, serta respons terhadap menguatnya nilai tukar. Selain itu,
potensi kenaikan pertumbuhan impor juga akan muncul dari penghapusan
bea masuk. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 80/2011 (13
April 2011), Pemerintah menghapus Bea Masuk 182 pos tarif yang terkait
dengan kelompok bahan baku dan barang modal. PMK ini bertujuan
Grafik 2.4 Penjualan Eceran, Mobil dan Motor
Grafik 2.5 PMTB Non-Bangunan & KapasitasUtilisasi
Grafik 2.6 PMTB Bangunan
% yoy% yoy
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
Pert. Bangunan (sk.kanan)
Impor Manuf. Kaca dan Produk Kaca
Impor Manuf. Produk Mineral Non Metal
Konsumsi Semen (sk.kanan)
Konsumsi Listrik Bisnis
2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
%
50
55
60
65
70
75
80Total Kapasitas UtilisasiPMTB Non Bangunan (sk.kanan)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
-30-20-10010203040506070
yoy
Sumber : CEIC
(40,00)
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2008 2009 2010 20112 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4*
Penjualan MobilPenjualan Speda MotorPenjualan Eceran
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
7
untuk mempertahankan daya saing produk-produk manufaktur yang
banyak menggunakan bahan baku maupun barang modal.
Perekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untuk
tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011. Hal tersebut ditopang oleh
prakiraan akan tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor pertambangan, serta sektor
keuangan, persewaan, serta jasa-jasa. Faktor yang memengaruhi
pertumbuhan tersebut yaitu kondisi permintaan eksternal dan permintaan
domestik yang solid. Selain itu, perbaikan cuaca dan pergeseran puncak
panen juga berpengaruh positif pada sektor tradables terutama sektor
pertanian dan sektor pertambangan.
Neraca Pembayaran IndonesiaNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakan
masih akan mencatat surplus yang besar. masih akan mencatat surplus yang besar. masih akan mencatat surplus yang besar. masih akan mencatat surplus yang besar. masih akan mencatat surplus yang besar. Surplus tersebut ditopang oleh
derasnya aliran investasi asing (Transaksi Modal dan Finansial - TMF),
terutama dalam bentuk investasi portfolio, yang dapat mengimbangi
penurunan surplus Transaksi Berjalan (TB) akibat tingginya impor migas.
Prospek positif perekonomian domestik disertai besarnya selisih imbal
hasil, menjadikan aset dalam rupiah masih menarik bagi investor asing
dan mendorong masih derasnya aliran masuk modal asing sehingga
mampu menopang neraca TMF. Kinerja ekspor diperkirakan tetap solid
sejalan dengan masih kuatnya permintaan dan tingginya harga komoditas
internasional. Sementara itu, impor diperkirakan juga akan tumbuh tinggi,
terutama impor migas, sejalan dengan masih kuatnya permintaan
terutama untuk komoditas minyak. Cadangan devisa sampai dengan akhir
Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar AS atau setara dengan 6,9
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Kinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetapKinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetapKinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetapKinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetapKinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetap
mencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulanmencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulanmencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulanmencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulanmencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulan
sebelumnya akibat tingginya impor. sebelumnya akibat tingginya impor. sebelumnya akibat tingginya impor. sebelumnya akibat tingginya impor. sebelumnya akibat tingginya impor. Laju pertumbuhan impor minyak
diprakirakan lebih tinggi karena tingkat konsumsi BBM yang meningkat
sedangkan harga minyak masih berada pada level tinggi. Selain itu,
gangguan produksi minyak domestik juga menjadi faktor pendorong
lonjakan impor. Namun, penurunan surplus tersebut masih tertahan oleh
kinerja ekspor yang masih positif terutama di sektor nonmigas.
Grafik 2.7 Ekspor Riil Migas & Non Migas
Grafik 2.8 Impor Riil Migas & Non Migas
% yoy
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100Total
Non Migas
Migas (sk.kanan)
2008 2009 2010 20112 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4
-100
-50
0
50
100
150
% yoy
% yoy
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
2008 2009 2010 2011
TotalNon MigasMigas (sk.kanan)
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4-40
-20
0
20
40
60
80
% yoy
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
8
Neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakan
akan mencatat surplus yang besar. akan mencatat surplus yang besar. akan mencatat surplus yang besar. akan mencatat surplus yang besar. akan mencatat surplus yang besar. Surplus yang besar tersebut didorong
oleh faktor fundamental domestik yang kuat dan selisih imbal hasil yang
masih menarik. Struktur aliran modal masih didominasi oleh aliran
portofolio. Meski demikian, prospek usaha dan investasi yang positif
memicu aliran pada investasi langsung (FDI) meningkat lebih besar.
I n f l a s iSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namunSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namunSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namunSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namunSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namun
tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. Laju inflasi IHK
Mei 2011 tercatat sebesar 0,12% (mtm) atau 5,98% (yoy) (Grafik 2.9).
Inflasi pada bulan laporan tersebut sejalan dengan pola historisnya meski
realisasi tersebut lebih rendah karena masih terjadi koreksi harga pada
sejumlah komoditas bahan makanan. Tekanan inflasi pada Mei didorong
oleh kelompok inti dan administered prices, sementara kelompok volatilefood masih memberikan sumbangan deflasi (Grafik 2.10). Kenaikan inflasi
inti antara lain didorong oleh kecenderungan masih meningkatnya harga
komoditas global di tengah tren apresiasi rupiah, serta membaiknya
perekonomian domestik.
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok volatile food volatile food volatile food volatile food volatile food (VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.(VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.(VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.(VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.(VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.
Kelompok tersebut mencatat deflasi sebesar -0,44% (mtm) di tengah
harga beras yang mulai mencatat kenaikan terutama pada dua minggu
terakhir pada bulan Mei. Dengan kondisi tersebut, secara tahunan
kelompok VF mencapai inflasi sebesar 11,00% (yoy) atau melambat jika
dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 12,14% (yoy).
Deflasi pada kelompok ini disebabkan oleh koreksi yang berlanjut dari
komoditas aneka cabai (Grafik 2.11) serta masih berlangsungnya deflasi
pada komoditas bawang merah. Sumbangan deflasi komoditas aneka
cabai dan bawang masing-masing sebesar 0,15% dan 0,01%. Hal tersebut
didukung oleh deflasi aneka bumbu (cabai dan bawang merah) di sentra
produksi Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Tidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang danTidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang danTidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang danTidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang danTidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang dan
jasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasijasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasijasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasijasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasijasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasi
dari kelompok dari kelompok dari kelompok dari kelompok dari kelompok administered prices. administered prices. administered prices. administered prices. administered prices. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar
0,20% (mtm) atau 5,47% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan
bulan sebelumnya. Komoditas administered yang berkontribusi pada inflasi
bulan laporan adalah bensin dan rokok yang masing-masing memberikan
sumbangan sebesar 0,01% (mtm) dan 0,12% (mtm). Inflasi bensin
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi MenurutKelompok Barang dan Jasa (%, mtm)
Grafik 2.11 Inflasi Cabai Merah
%, mtm
60,050,040,030,020,010,00,0
-20,0-30,0-40,0
-10,0
Rata-rata Inflasi Cabai Merah (2002-2010)Inflasi Cabai Merah Th 2010Inflasi Cabai Merah Th 2011
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
0,55
0,35
0,15
-0,05
-0,25
-0,45
Inti Vol. Food Adm. Prices
0,27 0,29
0,14
-0,44
0,2 0,24
Mei»2011 Rata-rataInflasi Mei *)
Mei»2011 Rata-rataInflasi Mei *)
Mei»2011 Rata-rataInflasi Mei *)
%, yoy
24
18
12
6
-1
-7
2007 2008 2009 2010 20115311197531119753111975311197531
IHKIntiVolatile FoodAdministeredPrices
4,46
11,00
5,475,56
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
9
disebabkan oleh kenaikan harga BBM non subsidi pada bulan Mei
sebanyak dua kali yaitu pada awal dan pertengahan bulan sejalan dengan
meningkatnya harga minyak internasional.
Secara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatanSecara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatanSecara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatanSecara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatanSecara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan dengan bulan sebelumnya. dibandingkan dengan bulan sebelumnya. dibandingkan dengan bulan sebelumnya. dibandingkan dengan bulan sebelumnya. dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Inflasi inti tercatat sebesar
0,27% (mtm) atau 4,64% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yang sebesar 0,25% (mtm) atau 4,62% (yoy).
Penyumbang inflasi dari kelompok inti antara lain didorong oleh emas
perhiasan sejalan dengan harga emas internasional yang masih cenderung
meningkat. Namun, dampak kenaikan harga emas internasional lebih jauh
dapat diredam sejalan dengan nilai tukar yang masih cenderung menguat.
Terkait sisi permintaan, kenaikan permintaan ditengarai belum
memberikan tekanan yang signifikan pada inflasi yang didukung oleh
respons sisi penawaran yang masih memadai, baik yang bersumber dari
domestik maupun impor.
Nilai Tukar RupiahTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meskiTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meskiTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meskiTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meskiTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meski
dengan laju yang melambat. dengan laju yang melambat. dengan laju yang melambat. dengan laju yang melambat. dengan laju yang melambat. Kuatnya sentimen positif apresiasi nilai tukar
menyebabkan secara umum rupiah bergerak menguat di tengah risiko
ketidakpastian global yang meningkat. Fundamental domestik yang
kondusif, indikator risiko yang relatif stabil, dan imbal hasil berinvestasi
yang relatif tinggi merupakan beberapa faktor yang menopang laju
penguatan rupiah. Sementara sentimen risiko global yang meningkat
seiring dengan kekhawatiran penanganan krisis Eropa yang berdampak
pada aksi portfolio switching investor ke safe heaven asset berdominasi
dolar mengakibatkan sedikit tertahannya penguatan rupiah. Nilai tukar
rupiah selama Mei 2011 secara rata-rata menguat 1,06% dari level
Rp8.649 per dolar AS ke level Rp8.559 per dolar AS (Grafik 2.13). Pada
akhir bulan Mei, rupiah ditutup pada level Rp8.536 per dolar AS atau
menguat 0,33% dari penutupan bulan sebelumnya. Penguatan tersebut
diikuti dengan level volatilitas yang menurun. Tingkat volatilitas rupiah
pada bulan laporan menjadi 0,25% dari 0,30% pada bulan sebelumnya
(Grafik 2.14).
Penguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masukPenguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masukPenguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masukPenguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masukPenguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masuk
dana asing. dana asing. dana asing. dana asing. dana asing. Melimpahnya likuiditas global pasca pelonggaran kuantitatif
di masa krisis masih menjadi sumber aliran dana ke negara berkembang.
Indikator imbal hasil rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam
Grafik 2.12 Inflasi Inti: Tradable VsNon-Tradable
Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.14 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
% IDR/USD
-0,20,40,60,81,01,21,41,61,82,0
2010 2011Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
Vol harianRata2 VolatilitasKurs Harian (Rp/USD)-rhs
8550
8650
8750
8850
8950
9050
9150
9250
9350
84508550865087508850895090509150925093509450
9335
9175
8949
9048
8708
8560
2010Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr
20112 3 4 5 6 91011121316171819202324252627
Mei
%
12,0
10,0
0,0
6,0
4,0
2,0
0,0Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Core TradeableCore Non-TradeableCore Tradeable oxcl. emas
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
10
negeri dan luar negeri (UIP - Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia (Grafik
2.15). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi
dalam rupiah masih tetap tinggi. Hal tersebut tercermin dari tren indikator
CIP (Covered Interest Parity) yang terus meningkat sejak tahun 2010
(Grafik 2.16). Penguatan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh ekspektasi
stabilnya pergerakan rupiah ke depan terlihat dari pergerakan premi swapdi berbagai tenor yang relatif stabil. Hal tersebut mengakibatkan minat
investor asing terhadap rupiah masih cukup tinggi. Membaiknya minat
investor juga ditopang oleh perbaikan risiko secara keseluruhan yang
terlihat dari indikator Credit Default Swap (CDS) yang terus bergerak
menurun (Grafik 2.17).
Transmisi Kebijakan Moneter
Suku BungaPergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Sejak April 2011
hingga periode laporan, rata-rata suku bunga PUAB O/N masih tercatat
stabil pada level 6,19%. Suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang juga
bergerak stabil. Rata-rata seluruh tenor hanya meningkat 1 bps dari bulan
sebelumnya menjadi sebesar 6,62%. Persepsi risiko likuiditas (counterpartyrisk) PUAB masih terjaga sebagaimana tercermin pada rata-rata spread suku
bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang berada pada level 29 bps,
atau relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 27 bps.
Berbagai perkembangan tersebut tak lepas dari strategi operasi moneter
yang terus difokuskan untuk menjaga suku bunga PUAB O/N sebagai
sasaran operasional kebijakan moneter tetap berada di sekitar BI Rate.
Berbagai langkah penguatan manajemen moneter juga dilakukan
terutama terkait dengan manajemen capital inflow, , , , , seperti optimalisasi
penyerapan likuiditas melalui Term Deposit (TD) jangka pendek dan jangka
panjang menggantikan SBI, penerapan 6-month holding period SBI serta
perubahan karakteristik TD menjadi lebih likuid sejak tanggal 13 Mei 2011.
Selain itu, upaya perpanjangan maturity profile juga terus dilakukan
khususnya pada instrumen TD dan SBI. Berbagai strategi operasi moneter
tersebut diharapkan dapat semakin memperkuat manajemen moneter.
Suku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dariSuku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dariSuku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dariSuku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dariSuku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dari
bulan sebelumnya. bulan sebelumnya. bulan sebelumnya. bulan sebelumnya. bulan sebelumnya. Data realisasi per April 2011 menunjukkan rata-rata
Grafik 2.15 UIP (Uncovered Interest Parity)
Grafik 2.16 CIP (Covered Interest Parity)
Grafik 2.17 Indikator Persepsi RisikoIndonesia
%
3,02,82,62,4
2,22,0
1,81,61,41,21,0
bps
400
250
100
Risk Worsen Risk Worsen
Sumber : Bloomberg2010 2011
MeiJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
Yield SpreadCDS Ind (RHS)EMBIG Spread (RHS)
%
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0IndonesiaPhilippinnes
MalaysiaKorea
2007 2008 2009 2010 2011Feb Apr Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt Des Feb AprJun AgsOkt Des Feb AprJun AgsOkt Des Feb Apr
%
-3,0
-1,0
1,0
3,0
5,0
7,0
9,0
11,0
Malaysia
Korea
Filipina
Indonesia
Feb Apr Jun Ags Okt Des Mar Mei Jul Sep Nov Mar Mei Jul Sep NovJan Mar MeiJan
2008 2009 2010 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
11
suku bunga deposito 1 bulan turun tipis sebesar 3 bps dari bulan
sebelumnya (Grafik 2.18), sementara rata-rata suku bunga kredit (rata-
rata dari suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan
Kredit Konsumsi (KK)) hanya turun sebesar 2 bps dari bulan sebelumnya
(Tabel 2.1). Hal tersebut selain disebabkan oleh masih tingginya ekses
likuiditas perbankan, juga dipengaruhi oleh pemberlakuan kebijakan
pengumuman ≈Prime Lending RateΔ dan himbauan untuk menurunkan
suku bunga kartu kredit.
Berdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan sukuBerdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan sukuBerdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan sukuBerdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan sukuBerdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan suku
bunga KI dan KK nya. bunga KI dan KK nya. bunga KI dan KK nya. bunga KI dan KK nya. bunga KI dan KK nya. Pada April 2011, Bank Asing Campuran
menurunkan suku bunga KI sebesar 32 bps dan suku bunga KK sebesar
80 bps. Besarnya penurunan suku bunga KK pada kelompok Bank Asing
dan Campuran tersebut diindikasi terkait dengan himbauan untuk
menurunkan suku bunga kartu kredit bank. Sementara itu, suku bunga
kredit dan deposito pada kelompok bank lainnya tercatat relatif stabil.
Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga
BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,25 7,25 7,25Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,80Base Lending Rate 12,62 12,58 12,50 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 11,98 12,03 11,84 12,21 12,06Kredit Modal Kerja (KMK) 13,42 13,26 13,17 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75 12,72 12,32 12,30Kredit Investasi (KI) 12,62 12,59 12,70 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25 12,20 12,18 12,16Kredit Konsumsi (KK) 15,34 15,23 14,99 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48 14,50 14,83 14,81
Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2 0 1 0Suku Bunga (%)
2011
Grafik 2.18 Perkembangan BerbagaiSuku Bunga
Dana, Kredit, dan Uang BeredarPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan denganPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan denganPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan denganPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan denganPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan dengan
bulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terusbulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terusbulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terusbulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terusbulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terus
berlanjut. berlanjut. berlanjut. berlanjut. berlanjut. Pada April 2011, DPK tercatat tumbuh 18,2% (yoy) tidak jauh
berbeda dari bulan sebelumnya sebesar 18,6% (yoy) (Grafik 2.19). Di sisi
lain, penyaluran kredit (termasuk kredit channeling) pada April 2011 tetap
tinggi mencapai 23,5% (yoy). Pertumbuhan kredit yang tetap tinggi
tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia yang
menerapkan kebijakan GWM (Giro Wajib Minimum) berdasarkan rasio
Loan to Deposit (LDR) bagi perbankan per 1 Maret 2011. Data sementara
pertumbuhan kredit hingga akhir Mei 2011 mencapai 23,3% (yoy).
%
6
8
10
12
14
16
18
20
2005 2006 2007 2008 2009 2010 201112 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
BI Rate Deposito 1 Bulan Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi Kredit Konsumsi
6.8
12.3
12.16
14.81
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
12
Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan akhir tahun 2011 angka
pertumbuhan kredit diperkirakan dapat melebihi Rencana Bisnis Bank
2011 yang berkisar 23,5%. Namun, ekspansi kredit tersebut patut
diwaspadai terkait dengan risiko kredit perbankan, terutama dari sisi NonPerforming Loan (NPL).
Pertumbuhan kredit tersebut sebagian besar masih ditopang oleh KMK
dengan pertumbuhan sebesar 27,2% (yoy), relatif stabil dibandingkan
bulan sebelumnya sebesar 27,1% (yoy). Sejalan dengan itu, pertumbuhan
KK tercatat sebesar 19,2% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan
bulan sebelumnya sebesar 19,6% (yoy). Sementara itu, ekspansi pada KI
belum tampak sebagaimana tercermin pada porsinya yang terkecil dari
total kredit dengan pertumbuhan sebesar 24,8% (yoy) atau melambat
dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 26,8% (yoy) (Grafik 2.20). Jika
dilihat berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh
kredit sektor lainnya. Kredit di sektor lainnya pada April 2011 tumbuh
sebesar 28,0% (yoy), sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya
sebesar 28,8% (yoy). Selain itu, kredit untuk sektor perdagangan, industri
pengolahan dan jasa dunia usaha juga merupakan penopang utama
pertumbuhan kredit.
Pertumbuhan uang kartalPertumbuhan uang kartalPertumbuhan uang kartalPertumbuhan uang kartalPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada dalam tren yangdan uang primer masih berada dalam tren yangdan uang primer masih berada dalam tren yangdan uang primer masih berada dalam tren yangdan uang primer masih berada dalam tren yang
meningkat. meningkat. meningkat. meningkat. meningkat. Sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan uang kartal dan uang
primer masih berada dalam tren yang meningkat sejalan dengan aktivitas
ekonomi yang membaik. Namun, secara bulanan pertumbuhan uang
kartal tercatat menurun menjadi sebesar-17,5% (yoy) dibandingkan
dengan bulan sebelumnya sebesar 19,1% (yoy). Uang primer juga tumbuh
melambat pada Mei 2011 menjadi 34,2% (yoy) dari bulan sebelumnya
sebesar 35,1% (yoy) (Grafik 2.21).
Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Pada
April 2011 pertumbuhan M1 dan M2 masing-masing tercatat sebesar
18,2% (yoy) dan 15,0% (yoy) mencapai Rp584,6 triliun dan Rp2.435
triliun (Grafik 2.22). Meskipun masih berada pada tren yang meningkat,
pertumbuhan M1 dan M2 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
bulan sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh menurunnya DPK (giro dan
uang kuasi) terkait dengan pola penyerapan pajak yang besar di awal
tahun (khususnya pajak perusahaan pada April 2011). Pertumbuhan M1
terutama disumbang oleh pertumbuhan giro yang masih lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan uang kartal. Hal tersebut
menunjukkan indikasi yang positif bagi kegiatan ekonomi di sektor riil
Grafik 2.20 Pertumbuhan Kredit per JenisPenggunaan
Grafik 2.19 Pertumbuhan Kredit,DPK, dan BI Rate
Grafik 2.21 Pertumbuhan Uang Primer danUang Kartal
%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
3
4
5
6
7
8
9
10Kredit
DPKBI Rate
23.5
18.2
2008 2009 2010 2011Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar
% yoy
-10
0
10
20
30
40
50
60KMKKIKK
27.124.819.2
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan
% yoy
-20
-10
0
10
20
30
40
50
M0 (GWM 5%)M0Currency
GWM SR
GWM 8%GWM LDR
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
2007 2008 2009 2010 2011
Data DSM, olah Tim 4-BKM
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
13
sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus ekspansif. Sementara itu,
likuiditas M2 yang sebagian besar merupakan komponen deposito dan
tabungan rupiah menunjukkan besarnya likuiditas perekonomian yang
belum dimanfaatkan secara optimal.
Pasar SahamKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% danKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% danKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% danKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% danKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% dan
realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif olehrealisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif olehrealisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif olehrealisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif olehrealisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif oleh
pelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan dayapelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan dayapelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan dayapelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan dayapelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan daya
tarik pasar saham bagi investor. tarik pasar saham bagi investor. tarik pasar saham bagi investor. tarik pasar saham bagi investor. tarik pasar saham bagi investor. Pada Mei 2011, IHSG bergerak pada
kisaran level 3.700 - 3.800 sebelum akhirnya ditutup pada level 3.836
atau mencatat penguatan sebesar 0,5% secara bulanan (Grafik 2.23).
IHSG bahkan sempat mencatat rekor tertinggi pada level 3.872 pada 20
Mei 2011. Penguatan IHSG terutama bersumber dari persepsi investor
terhadap perekonomian domestik yang terus membaik, prospek kinerja
emiten ke depan yang baik serta sentimen positif investor yang didorong
oleh realisasi data inflasi yang melambat. Pertumbuhan IHSG sempat
terkendala oleh isu eksternal seperti berlarutnya krisis utang eropa, rilis
data perekonomian AS yang menunjukkan kinerja lebih rendah dari
perkiraan, kekhawatiran krisis Jepang, dan penurunan credit ratingYunani.
Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral, pertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang olehpertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang olehpertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang olehpertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang olehpertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang oleh
hampir seluruh sektor. hampir seluruh sektor. hampir seluruh sektor. hampir seluruh sektor. hampir seluruh sektor. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor
pertanian dan aneka industri yang mengalami penguatan masing-masing
sebesar 8,3% dan 5,5% (Grafik 2.24). Penguatan indeks sektoral tersebut
didukung oleh kondisi fundamental kinerja ekonomi dan mikro emiten
yang cukup baik pada masing-masing sektor.
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Kinerja pasar SBN terus membaik. Kinerja pasar SBN terus membaik. Kinerja pasar SBN terus membaik. Kinerja pasar SBN terus membaik. Kinerja pasar SBN terus membaik. Penurunan yield SBN terjadi pada
seluruh tenor terkait dengan kondisi fundamental makro ekonomi
Indonesia yang cukup solid, nilai tukar yang relatif stabil serta meredanya
tekanan inflasi. Secara bulanan, yield SBN dengan tenor jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang masing-masing tercatat menurun
sebesar 3 bps, 22 bps dan 7 bps, atau secara rata-rata turun sebesar 11
bps.
Grafik 2.22 Pertumbuhan Uang Beredar
Grafik 2.23 IHSG dan BI Rate
Grafik 2.24 Pertumbuhan Indeks SahamberdasarkanSektor
Perubahan Bulanan
-10% -5% 0% 5% 10%
-0,7%
-0,6%
-1,9%
1,2%
5,5%
0,4%
3,4% 8,3%
0,5%
Infrastruktur
Pertambangan
Keuangan
Industri Dasar
Industri Lai-lain
Konsumsi
Perdagangan
Pertanian
Properti
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500IHSG
BI RATE
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
4
5
6
7
8
9
10
11
%, yoy %, yoy
Per April 20110
5
10
15
20
25
30
35M2M1BI Rate (RHS)
15.0
18.2
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan
4
6
8
10
12
14
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
14
Berbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luarBerbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luarBerbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luarBerbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luarBerbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukannegeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukannegeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukannegeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukannegeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukan
pembelian neto pada instrumen SBNpembelian neto pada instrumen SBNpembelian neto pada instrumen SBNpembelian neto pada instrumen SBNpembelian neto pada instrumen SBN. Pembelian neto asing di pasar SBN
diikuti oleh perilaku investor asing yang cenderung keluar dari tenor
jangka pendek dan masuk ke tenor jangka panjang. Motivasi asing
tersebut terkait dengan optimisme investor terhadap perekonomian
domestik yang masih tinggi, premi risiko yang relatif terjaga, tingginya
imbal hasil yang ditawarkan, serta ekspektasi inflasi yang stabil.
Pasar ReksadanaPada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Secara
umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam (Nilai Aktiva Bersih) NAB
tumbuh sekitar 7,3% dibandingkan dengan akhir tahun 2010 (Tabel 2.2).
Peningkatan NAB reksadana tersebut terutama ditopang oleh produk
reksadana berbasis saham. Dalam hal ini, portofolio asset bentukan
manajer investasi untuk produk reksadana saham mampu membukukan
kinerja yang lebih terjaga dibandingkan kinerja IHSG. Sementara itu, untuk
reksadana pendapatan tetap, kinerja justru dibawah underlying asset-nya.
Grafik 2.25 Yield SBN dan BI Rate
Grafik 2.26 Perubahan Yield SBN Bulanan
Tabel 2.2Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
1 -2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%2 1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%3 0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%4 5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%5 -1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%
2010 6 -4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%7 -1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%8 -1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%9 9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%
10 5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%11 2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%12 8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%1 1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%
2011 2 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7%3 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7%4 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9%
Apr»2011Des»2010 18,2% 4,9% 13,7% -2,3% 0,9% 62,5% -14,9% 2,7% -9,0% 7,3%
SahamBulanPasarUang Campuran Pendapatan
Tetap Terproteksi IndeksETF-
Saham
ETF-Pendapatan
TetapSyariah Total
0
2
4
6
8
10
12
14
1YR 2YR 3YR 4YR 5YR 6YR 7YR 8YR 9YR 10YR15YR 20YR30YR-0,40
-0,20
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00Deviasi Mei dan AprilMay 31, 2011December 31, 2010April 30, 2011
0
5
10
15
20
25Yield SBN
BI RATE (RHS)
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
4
5
6
7
8
9
10
11
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
15
Kondisi PerbankanKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjagaKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjagaKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjagaKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjagaKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjaga. Berbagai indikator utama
perbankan seperti angka rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/
CAR) meningkat dari bulan sebelumnya menjadi 17,8%. Selain itu, rasio
kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross masih tetap terjaga di
bawah level 5% (Tabel 2.2). Di samping indikator-indikator utama yang
baik tersebut, fungsi intermediasi perbankan juga semakin membaik.
Pertumbuhan kredit per April 2011 telah mencapai 23,5% (yoy) dan pada
akhir tahun diperkirakan dapat melampaui Rencana Bisnis Bank 2011
sebesar 23,5%.
Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan
Total Aset (T Rp) 2.576,3 2.604,4 2.678,3 2.683,5 2.700,2 2.758,1 2.769,4 2.856,3 3.008,9 2.990,7 2.993,1 3.065,8 3.069,1DPK (T Rp) 1.980,5 2.013,2 2.096,0 2.082,6 2.092,8 2.144,1 2.173,9 2.212,2 2.338,8 2.302,1 2.287,8 2.351,4 2.340,2Kredit * (T Rp) 1.516,0 1.561,2 1.615,8 1.627,4 1.670,6 1.689,1 1.705,8 1.736,1 1.796,0 1.776,1 1.803,9 1.844,2 1.872,6LDR* (%) 76,5 77,5 77,1 78,1 79,8 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2 78,8 78,4 80,0NPLs Gross* (%) 3,5 3,6 3,3 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 3,2 3,2NPLs Net * (%) 0,9 1,0 0,8 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 0,9 0,9CAR (%) 19,2 17,8 17,4 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0 18,0 17,6 17,8NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,5ROA (%) 2,9 2,9 2,9 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0 2,8 3,1 3,0
Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2 0 10IndikatorUtama
* dengan channeling
2 0 11
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
16
III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dewan
Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang
disertai dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan
nilai tukar Rupiah meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan
inflasi cenderung menurun, khususnya dengan berlanjutnya koreksi harga
pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang
berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya
masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan
domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012.
Bank Indonesia akan terus memperkuat penerapan bauran kebijakan
moneter dan kebijakan makroprudensial lanjutan, dengan penekanan
pada pengendalian aliran masuk modal asing dan likuiditas domestik, di
samping apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi nilai tukar
kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga
stabilitas makro dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan,
yaitu 5%+1% pada tahun 2011 dan 4,5%+1% pada tahun 2012.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011
17
* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
SEKTOR KEUANGAN
Indikator Terkini
Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 6 bln 1)
Suku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln 2)
Suku bunga deposito 3 bln 2)
JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
BESARAN MONETER (miliar Rp)Base MoneyM1(C+D)
Uang Kartal (C)Uang giral (D)
Broad Money (M2 = C+D+T)Uang kuasi (T)
Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas)
M2 - Rupiah
Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum
Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)
Rp/USD (akhir periode, nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)
Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)
Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (%, yoy)**KonsumsiInvestasi (PMTB)Perubahan StokEksporImpor
INDIKATOR KUARTALAN
H A R G A
SEKTOR EKSTERNAL
- - - 6,83 6,84 6,84 6,70 6,60 6,50 6,71 6,72 7,18 -6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 - -6,95 6,95 6,95 6,96 6,69 6,99 7,03 7,06 6,88 6,82 6,91 - -6,30 6,34 6,32 6,33 6,30 6,16 5,68 5,83 5,97 6,25 6,40 6,48 -
2.797 2.914 3.069 3.082 3.501 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470 3.679 3.820 3.837
391.848 401.435 408.967 426.867 423.809 418.884 483.922 518.447 512.192 502.190 506.785 520.673 -514.005 545.405 539.746 555.495 549.528 555.525 571.352 605.899 604.704 585.981 581.057 584.820 -214.695 222.828 228.239 241.166 229.871 235.698 238.515 260.715 248.016 245.418 242.074 252.199 -299.310 322.577 311.507 314.328 319.657 319.827 332.837 345.184 356.688 340.563 338.984 332.621 -
2.011.683 2.082.394 2.070.257 2.097.385 2.132.063 2.170.461 2.206.524 2.323.439 2.290.917 2.260.122 2.291.288 2.281.650 -1.497.677 1.536.988 1.530.511 1.541.891 1.582.535 1.614.935 1.635.172 1.717.541 1.686.212 1.674.141 1.710.230 1.696.830 -1.373.918 1.412.917 1.402.699 1.410.754 1.450.485 1.480.067 1.500.890 1.587.407 1.562.083 1.550.021 1.581.592 1.574.884 -
789.142 808.099 792.881 789.119 809.958 834.274 842.690 872.921 864.039 854.852 884.802 869.117 -584.776 604.818 609.818 621.635 640.527 645.793 658.200 714.487 698.044 695.168 696.789 705.767 -123.759 124.072 127.812 131.137 132.050 134.868 134.282 130.133 124.129 124.121 128.639 121.945 -
1.887.923 1.958.322 1.942.445 1.966.248 2.000.013 2.035.592 2.072.242 2.193.306 2.166.787 2.136.002 2.162.649 2.159.704 -
1.660.942 1.721.286 1.722.911 1.774.363 1.795.954 1.808.229 1.842.798 1.910.022 1.881.004 1.917.047 1.963.698 1.992.605 -1.461.528 1.511.482 1.518.049 1.561.226 1.583.468 1.598.643 1.626.469 1.684.207 1.662.189 1.690.927 1.726.751 1.761.335 -
0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 0,89 0,13 -0,32 -0,31 0,124,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65 6,16 5,98
9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.057 8.823 8.709 8.574 8.57310.032 10.538 10.815 11.841 10.106 11.924 12.439 13.482 11.824 11.677 13.472 - -8.136 9.045 10.067 9.939 7.478 9.315 10.051 10.723 9.468 9.276 11.445 - -68,54 69,68 70,86 73,93 76,76 79,69 80,72 83,59 82,18 85,05 88,61 92,87 96,95
6,1 6,5 6,44,0 4,3 5,38,5 7,3 10,0
463,1 89,0 -14,9 12,3 8,017,3 15,6 8,3
2 0 1 0
20102011
Tw.I Tw.II*
2 0 1 1