tinjauan kebijakan moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran...
TRANSCRIPT
TinjauanKebijakan MoneterEkonomi, Moneter, dan Perbankan
Jun
i 2
01
2
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
1
Tinjauan Kebijakan MoneterJuni 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)
pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,
September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai
media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan
penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi
moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian
Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang
dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara
triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.
Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan
terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama
bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang
ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Ronald Waas Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3
II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5
Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................8
Inflasi ................................................................................................9
Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................11
Perkembangan Sektor Keuangan ...................................................13
Pasar Keuangan Internasional .....................................................13
Suku Bunga .................................................................................13
Kredit ..........................................................................................15
Uang Beredar ..............................................................................16
Pasar Saham ................................................................................16
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................17
Pasar Reksadana ..........................................................................18
Kondisi Perbankan .......................................................................19
III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................20
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
3
I. STATEMENT KebIJaKan MoneTeR
Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 12 Juni 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%.
Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan prakiraan
inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran
yang ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2012 dan 2013. Untuk
mengelola tekanan pelemahan nilai tukar dari memburuknya krisis di Eropa
dan sentimen negatif pasar keuangan global, Bank Indonesia mendorong
peningkatan pasokan valuta asing ke pasar agar pergerakan rupiah
tetap sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan Asia dan kondisi
fundamental perekonomian Indonesia. Di samping menjaga kecukupan
likuiditas baik di pasar rupiah maupun pasar valuta asing, Bank Indonesia
juga memperkuat operasi moneter dan pendalaman pasar keuangan,
termasuk melalui pengembangan instrumen moneter valuta asing.
Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global, Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik sejauh ini masih baik. Prospek perekonomian global masih dihadapkan
pada krisis Eropa yang memburuk dan semakin tidak pasti, kondisi
perekonomian AS yang masih rentan, serta pertumbuhan ekonomi
China dan India yang diprakirakan melambat sebagai dampak krisis di
Eropa. Dalam kondisi perekonomian global yang demikian, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II 2012 dan secara keseluruhan tahun 2012
diprakirakan masih dapat mencapai kisaran 6,3-6,7%, meskipun dengan
risiko bias ke batas bawah kisaran. Sumber pertumbuhan terutama
ditopang dari permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi yang
tetap kuat. Di sisi lain, sumber pertumbuhan dari eksternal diprakirakan
menurun dengan melambatnya ekspor akibat melemahnya permintaan
dunia dan penurunan harga komoditas global, sementara impor masih
tumbuh cukup tinggi sejalan dengan kuatnya permintaan domestik.
neraca Pembayaran Indonesia diprakirakan membaik pada triwulan II 2012, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan kembali mencatat surplus. Di sisi transaksi berjalan, masih kuatnya
impor di tengah melambatnya ekspor menyebabkan transaksi berjalan
diprakirakan masih mengalami defisit meskipun dengan tingkat yang lebih
rendah dari triwulan sebelumnya. Di sisi lain, meskipun terdapat tekanan
arus modal keluar akibat sentimen global, surplus transaksi modal dan
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
4
finansial diprakirakan masih cukup tinggi untuk menutup defisit transaksi
berjalan. Cadangan devisa sampai dengan akhir Mei 2012 mencapai 111,5
miliar dolar AS, atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran
utang luar negeri Pemerintah. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai 6,4
bulan impor, jauh lebih tinggi dari threshold IMF sebesar 3-4 bulan impor.
nilai tukar rupiah mengalami tekanan depresiasi terkait dengan faktor eksternal. Pada Mei 2012, rupiah secara point-to-point melemah
sebesar 2,23% (mtm) ke level Rp9.400 per dolar AS atau secara rata-rata
melemah 0,95% (mtm) menjadi Rp9.254 per dolar AS. Tekanan terhadap
nilai tukar rupiah disebabkan oleh permintaan valuta asing yang tinggi
untuk memenuhi kebutuhan impor, utamanya impor BBM, pembayaran
utang luar negeri, dan repatriasi pendapatan pihak asing, ditengah
meningkatnya permintaan valas terkait portfolio rebalancing oleh pelaku
nonresiden akibat adanya sentimen global sehubungan penyelesaian krisis
di Eropa. Untuk menjaga keseimbangan pasar valuta asing, Bank Indonesia
terus mengambil langkah-langkah untuk menjaga kecukupan likuiditas
pasar, antara lain didukung dengan penguatan operasi moneter melalui
pengembangan instrumen moneter valuta asing seperti term deposit valuta
asing, serta memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk memitigasi
dampak negatif dari risiko pemburukan ekonomi global.
Perkembangan inflasi pada Mei 2012 tetap terkendali, dengan inflasi inti yang terus menurun. Inflasi IHK pada Mei 2012 tercatat
0,07% (mtm) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 4,45% (yoy).
Inflasi yang terkendali tersebut sejalan dengan inflasi inti yang terjaga
pada level yang rendah (4,14%, yoy) seiring dengan penurunan harga
komoditas global dan tetap terkendalinya permintaan domestik.
Sementara itu, harga bahan pangan mengalami deflasi didukung pasokan
yang memadai terkait dengan musim panen. Di sisi lain, tekanan dari
administered prices masih minimal seiring dengan tidak adanya kebijakan
Pemerintah di bidang harga komoditas barang dan jasa yang bersifat
strategis. Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan tetap terjaga dan
diperkirakan tetap berada dalam kisaran sasarannya.
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai dengan fungsi intermediasi yang meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Industri perbankan menunjukkan kinerja
yang baik sebagaimana tercermin pada meningkatnya rasio kecukupan
modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum
8% serta rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross yang
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
5
terjaga di bawah 5%. Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus
membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir April
2012 mencapai 25,7% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup tinggi,
sebesar 28,8% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas
perekonomian. Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi
masing-masing tumbuh sebesar 27,7% (yoy) dan 20,5% (yoy).
Ke depan, Dewan Gubernur tetap fokus pada langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian ekspektasi inflasi. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat
bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh
selama ini. Respon kebijakan suku bunga BI Rate tetap diarahkan untuk
mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan
makroekonomi ke depan. Sementara itu penguatan operasi moneter
dan kebijakan makroprudensial, termasuk dengan menjaga kecukupan
likuiditas dan mendorong pendalaman pasar keuangan, ditujukan untuk
stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menjaga ekspektasi inflasi. Koordinasi
dengan Pemerintah terus diperkuat baik dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK)
maupun dalam pengendalian inflasi melalui forum TPI maupun TPID.
II. PeRKeMbanGan eKonoMI Dan KebIJaKan MoneTeR
Pertumbuhan ekonomi IndonesiaPerekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 diprakirakan akan tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi. Konsumsi rumah
tanggadan investasi diprakirakan masih menjadi motor penggerak
pertumbuhan ekonomi. Relatif stabilnya indeks penjualan eceran (Survei
Penjualan Eceran/SPE BI) dan membaiknya indeks keyakinan konsumen
(Survei Konsumen/SK BI) mengindikasikan tetap tingginya pertumbuhan
konsumsi rumah tangga. Sementara itu, investasi diprakirakan akan
tetap tumbuh positif didukung oleh optimisme dunia usaha yang masih
tinggi sejalan dengan iklim usaha yang semakin kondusif. Kinerja belanja
pemerintah diprakirakan akan tumbuh membaik seiring dengan perbaikan
serapan anggaran, khususnya belanja barang dan modal. Di sisi lain ekspor
diprakirakan melambat. Perlambatan kinerja ekspor sudah mulai terlihat
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
6
pada triwulan I 2012 dipengaruhi oleh menurunnya daya serap negara
mitra dagang utama akibat berlanjutnya pelemahan ekonomi global
dan penurunan harga komoditas ekspor. Sejalan dengan perlambatan
tersebut, impor diprakirakan masih tetap kuatuntuk memenuhi permintaan
domestik. Pada sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan ekonomi
pada triwulan II 2012 diprakirakan masih ditopang oleh sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor
pengangkutan dan komunikasi.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2012 diprakirakan tumbuh stabil pada level yang tinggi. Tetap kuatnya konsumsi rumah tangga
terindikasi dari indeks penjualan eceran riil yang relatif stabil memasuki
triwulan II 2012 (Grafik 2.1). Indeks penjualan eceran pada subkelompok
non makanan yang tumbuh cukup tinggi, khususnya perlengkapan rumah
tangga dan komunikasi mendorong indeks penjualan riil bergerak stabil,
di tengah turunnya penjualan perlengkapan suku cadang kendaraan
bermotor. Meningkatnya penjualan barang perlengkapan rumah tangga
sejalan dengan terus meningkatnya konsumsi barang tahan lama.
Sementara itu, penurunan penjualan suku cadang kendaraan bermotor
sejalan dengan penjualan sepeda motor yang masih tumbuh negatif.
Meskipun demikian, hal itu tidak diikuti oleh penjualan mobil yang masih
menunjukkan peningkatan (Grafik 2.2).
Masih kuatnya konsumsi rumah tangga juga didorong oleh membaiknya
keyakinan konsumen (Grafik 2.3). Indeks Keyakinan Konsumen Mei 2012
menguat didorong oleh peningkatan yang terjadi pada kedua komponen
pembentuknya, yakni indeks keyakinan konsumen terhadap kondisi
ekonomi saat ini dan indeks ekspektasi konsumen terhadap perekonomian
pada enam bulan mendatang. Peningkatan optimisme konsumen tersebut
dipengaruhi oleh meredanya sentimen negatif setelah rencana kenaikan
harga BBM bersubsidi dibatalkan. Selain itu, daya beli konsumen juga
terjaga tercermin dari peningkatan indeks penghasilan dan ekspektasi
penghasilan pada Survei Konsumen BI. Dari sisi sumber pendanaan
konsumsi, dengan dukungan suku bunga riil yang sedikit menurun, kredit
dan pembiayaan konsumsi riil masih tumbuh positif (Grafik 2.4).
Kinerja investasi (Pembentukan Modal Tetap bruto/PMTb) pada triwulan II 2012 diprakirakan masih tetap bagus dan tumbuh relatif stabil. Kinerja investasi tersebut didukung oleh optimisme pelaku
usaha yang tetap kuat seiring dengan iklim usaha yang kondusif. Survei
Keyakinan Dunia Usaha (SKDU) memprakirakan kegiatan bisnis akan
Grafik 2.2 Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Sepeda Motor
Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen - SK BI
Grafik 2.1 Indeks Penjualan Eceran
�����������
�����������������
����������
����������������������������
�������������������
����������
��������������
�������
������
���
���
���
�
��
��
��
��
���� ���� ���� ����
� � � � � � � � � ���� �� � � � �� � � � � � � � � � ������ � � � ���
������
��������������������
��������������
���������������
������������
������������������
���������������
�������������
����
�
��
��
��
��
���
���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � �
������
�������
�������������
������
�����������������������������������������
��
��
��
��
���
���
���
���
���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � ��
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
7
terus meningkat. Nilai investasi pada semester I 2012 diprakirakan akan
meningkat, terutama disumbang oleh investasi baru (Grafik 2.5). Aktivitas
usaha yang meningkat juga tercermin dari optimisme pelaku usaha
menurut indeks tendensi bisnis BPS yang terus menunjukkan penguatan
sejak triwulan I 2012 (Grafik 2.6).
Kinerja investasi ditopang oleh pertumbuhan investasi nonbangunan. Investasi nonbangunan diprakirakan tumbuh meningkat
merespons tetap tingginya permintaan domestik. Investasi mesin tumbuh
meningkat sejalan dengan meningkatnya impor barang modal terutama
mesin dan kelengkapan transportasi untuk industri. Demikian juga
investasi alat angkut meningkat sejalan dengan impor alat angkut untuk
industri yang meningkat.
Pertumbuhan investasi bangunan diprakirakan masih cukup baik,
tercermin dari masih baiknya indikator penjualan semen dan impor bahan
bangunan pada April 2012, di tengah aktivitas pembangunan infrastruktur
yang diprakirakan meningkat pada tahun 2012. Di samping itu, serapan
belanja barang dan modal pemerintah pada triwulan I 2012 yang membaik
juga turut mendukung tumbuhnya kinerja investasi.
Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi didominasi oleh modal
sendiri dan penyisihan laba, kredit modal kerja dan investasi swasta serta
pemerintah, di samping pasar modal dan dana asing.
ekspor pada triwulan II 2012 diprakirakan sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sejalan dengan masih lemahnya perekonomian global. Terbatasnya daya serap negara
mitra dagang utama sebagai imbas dari kontraksi perekonomian Eropa
menghambat ekspansi ekspor. Prospek perbaikan ekonomi Amerika Serikat
dan Jepang belum mampu mengangkat ekspektasi pemulihan ekonomi
global. Sementara itu, harga komoditas ekspor juga terus menurun sejalan
dengan masih lemahnya perekonomian global.
Berdasarkan komponennya, ekspor non migas pada April 2012 tumbuh
stabil ditopang oleh meningkatnya ekspor pertambangan dan pertanian
yang dapat mengimbangi penurunan ekspor manufaktur (Grafik 2.7).
Melambatnya ekspor manufaktur unggulan seperti CPO, Tekstil dan
Produk Tekstil (TPT), elektronik, dan kimia menahan laju pertumbuhan
ekspor. Sementara itu, ekspor pertambangan tumbuh meningkat didukung
oleh tingginya pertumbuhan komoditas nikel dan bauksit.
Grafik 2.4 Kredit Konsumsi Riil & Suku Bunga Riil Kredit Konsumsi
Grafik 2.5 Nilai Investasi – SKDU BI
Grafik 2.6 Indeks Tendensi Bisnis – BPS
�������������������
������
����������������������������������������
�����������������������������
������ �
�
�
��
��
��
��
��
��
��
���� ���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � �
�
�
�
�
�
��
��
��
���������������
����������������������
���� ���� ���� ������� ���� ��� ���� ��� ���� ����
�����
�����
���������� ����� �����
����
������ ������
������������
��
��
���
���
���
���
��
��
��
��
���
���
���
� �� ��� �� � �� ��� �� � ������� ���� ����
��������������������������������� ������������������������ ���������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
8
Di tengah ekspor yang sedikit melambat, kinerja impor pada triwulan II 2012 diprakirakan tetap kuat, meski tumbuh sedikit melambat. Impor diprakirakan tetap tumbuh tinggi didorong oleh
masih kuatnya permintaan domestik termasuk investasi. Meskipun impor
bahan baku tumbuh melambat memasuki triwulan II 2012, kenaikan
pertumbuhan impor barang modal dan barang konsumsi meredam
perlambatan pertumbuhan impor secara keseluruhan. Hal tersebut
ditengarai oleh meningkatnya prospek aktivitas investasi dan adanya
penambahan pasokan barang konsumsi sebagai persiapan menjelang
kenaikan permintaan pada musim liburan sekolah dan bulan Ramadhan.
Indikasi tersebut terlihat dari pertumbuhan impor komoditas nonmakanan
berupa kendaraan penumpang dan barang non-durable goods yang
meningkat (Grafik 2.8).
Pada sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 diprakirakan masih ditopang oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan
diprakirakan masih dapat tumbuh cukup tinggi, di tengah melemahnya
perekonomian global, ditopang oleh kuatnya perekonomian domestik.
Sejalan dengan aktivitas domestik yang masih baik, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan juga masih akan tumbuh tinggi.
Pertumbuhan yang tinggi juga akan terjadi di sektor pengangkutan
dan komunikasi seiring dengan membaiknya kinerja angkutan udara.
Peningkatan kinerja angkutan udara sejalan dengan adanya penambahan
pesawat udara pada beberapa maskapai penerbangan. Sementara itu,
kinerja subsektor komunikasi diprakirakan masih meningkat sebagaimana
terindikasi oleh meningkatnya komunikasi data dan internet serta tingginya
investasi pada subsektor ini.
neraca Pembayaran IndonesiaKinerja neraca Pembayaran Indonesia (nPI) pada triwulan II 2012 diprakirakan lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Neraca transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan masih tetap kuat
dan mencatat surplus meskipun sempat terkoreksi akibat meningkatnya
sentimen negatif di pasar keuangan global. Arus masuk investasi langsung
dan portofolio masih menopang surplus neraca TMF tersebut. Neraca
transaksi berjalan (TB) diprakirakan masih mencatat defisit sejalan dengan
Grafik 2.7 Nilai Ekspor Riil Migas & Non Migas
Grafik 2.8 Nilai Impor Riil Migas & Non Migas
������ ������
���
���
���
�
��
��
��
��
���� ���� ���� ����
���
���
�
��
��
��
��
���
� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � �
��������������
����������������
������ ������
��
���
���
���
�
��
��
��
���
���� ���� ���� ����
������������������������������
� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � �
�����
���������
�����������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
9
masih meningkatnya impor di tengah perekonomian domestik yang kuat.
Sampai dengan akhir Mei 2012, posisi cadangan devisa mencapai 111,5
miliar dolar AS atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri pemerintah.
neraca transaksi berjalan triwulan II 2012 diprakirakan masih mencatat defisit. Hal tersebut didorong oleh melemahnya kinerja
ekspor di tengah menurunnya permintaan eksternal. Di sisi lain, masih
berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik berdampak pada peningkatan
impor. Defisit neraca jasa dan pendapatan mengalami peningkatan
searah dengan masih tingginya harga minyak dunia dan aktivitas impor.
Sementara itu, defisit neraca pendapatan diprakirakan tetap tinggi
disebabkan oleh besarnya pembayaran keuntungan dari investasi asing,
pembayaran bunga, dan pembayaran dividen.
neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2012 diprakirakan akan mencatat surplus yang tinggi. Peningkatan surplus
tersebut bersumber dari tingginya aliran masuk dana dalam bentuk
investasi langsung maupun portofolio.
I n f l a s iInflasi IHK sampai dengan Mei 2012 terkendali, dengan inflasi inti yang cenderung menurun. Peningkatan permintaan yang terjadi
sejauh ini masih dapat direspons secara memadai dari sisi penawaran,
sebagaimana tercermin pada kenaikan indeks produksi yang diikuti
oleh kapasitas utilisasi yang masih relatif stabil. Hal tersebut terlihat dari
tekanan inflasi inti yang relatif rendah. Perlambatan inflasi inti terutama
dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas global dan langkah Bank
Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar di tengah melemahnya nilai
tukar rupiah pada akhir periode. Rendahnya realisasi inflasi IHK bulan Mei
2012 juga didorong oleh penurunan harga kelompok bahan makanan
sejalan dengan pasokan yang memadai akibat masih berlangsungnya
panen. Inflasi IHK pada bulan laporan tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau
4,45% (yoy) (Grafik 2.11), melambat dari bulan lalu yang sebesar 0,21%
(mtm) atay 4,50% (yoy). Deflasi yang terjadi pada kelompok volatile food
terutama dipengaruhi oleh koreksi harga cabai dan beras. Selain itu,
menurunnya tekanan inflasi IHK juga disebabkan oleh rendahnya inflasi
administered prices akibat penurunan harga BBM non subsidi dan lebih
rendahnya kenaikan harga rokok.
Grafik 2.10 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial
Grafik 2.9 Perkembangan Transaksi Berjalan
���������������
����
����
���
�
�
��
��
���� ���� ���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �
������������ �������������� �������������������������������������������
���������������
����
���
�
�
��
��
���� ���� ���� ���� ����
���������������������������������������������������������������������������������������������������������
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �
Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi
������
��
��
��
�
�
�
��
��������������������������
��������������������������������������
����
��������
����
���� ���� ���� ����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
10
Deflasi kelompok volatile food pada bulan laporan sejalan dengan memadainya pasokan akibat masih berlangsungnya panen (Grafik 2.12). Kelompok volatile food mencatatkan deflasi sebesar -0,25%
(mtm) atau 7,20% (yoy), yang terutama dipengaruhi oleh penurunan
harga cabai rawit dan beras. Penurunan harga cabai rawit dipengaruhi
oleh melimpahnya pasokan akibat panen, khususnya di Jawa Tengah.
Sementara itu, musim panen raya beras yang umumnya terjadi sampai
dengan April, tahun ini masih terjadi panen cukup besar pada Mei 2012.
Kondisi tersebut menyebabkan harga beras masih mengalami deflasi
hingga bulan Mei, berlawanan dari pola historisnya. Deflasi volatile food
pada bulan tersebut juga disebabkan adanya koreksi harga bumbu-
bumbuan, khususnya cabai dan bawang putih. Koreksi harga bawang
putih diduga akibat kembali masuknya pasokan yang berasal dari impor.
Sementara itu, harga minyak goreng yang beberapa bulan terakhir
mengalami peningkatan, mulai menunjukkan penurunan sejalan dengan
perkembangan harga CPO.
Inflasi inti sampai dengan Mei 2012 cenderung menurun. Pada
Mei 2012, inflasi inti tercatat sebesar 0,18% (mtm) atau 4,14% (yoy),
melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,23%
(mtm) atau 4,24% (yoy). Perlambatan inflasi inti terutama dipengaruhi
oleh penurunan harga komoditas global khususnya emas dan relatif
minimalnya tekanan dari permintaan domestik. Penurunan harga global
terjadi baik untuk komoditas pangan maupun nonpangan. Namun, di
sisi lain, ekspektasi inflasi masih menunjukkan peningkatan. Kenaikan
ekspektasi inflasi terjadi baik di pasar keuangan maupun di sektor riil.
Berdasarkan Consensus Forecast bulan Mei 2012, ekspektasi inflasi tahun
2012 meningkat dari 5,2% (yoy) ke 5,3% (yoy), sementara untuk tahun
2013 meningkat dari 5,6% (yoy) ke 5,8% (yoy). Peningkatan ekspektasi
inflasi tersebut ditengarai karena ketidakpastian terkait kebijakan energi.
Sementara itu, ekspektasi inflasi konsumen jangka pendek juga mengalami
sedikit peningkatan mengantisipasi perayaan hari besar keagamaan
(Grafik 2.13). Sebaliknya, ekspektasi inflasi pedagang masih menunjukkan
kecenderungan yang menurun.
Inflasi administered prices Mei 2012 tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya. Inflasi administered price tercatat sebesar 0,09% (mtm),
jauh melambat dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,24% (mtm)
(Grafik 2.14). Namun secara tahunan, inflasi administered prices Mei
2012 sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 2,97% dibandingkan dengan bulan
Grafik 2.12 Inflasi Volatile Food (mtm)
Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Konsumen
Grafik 2.14 Inflasi Administered Prices
������
��
��
��
�
�
�
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�����������������
����� ����
�����
������
���
���
���
���
���
���������������������������
���� ���� ���� ����
������
��
��
�
�
������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
���
���
���
�
��
��
��
��������������������������������
��� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ���������
���� ���� ���� ���� ����
������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
11
sebelumnya sebesar 2,92%. Rendahnya inflasi tersebut dipengaruhi oleh
inflasi rokok yang lebih rendah dibandingkan dengan pola historisnya.
Secara gabungan, rokok hanya mencatatkan inflasi sebesar 0,39% (mtm),
sementara rata-rata historis pada bulan Mei sebesar 0,52% (mtm). Selain
itu, harga bensin nonsubsidi juga terkoreksi mengikuti perkembangan
harga global. Harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax turun 1,51% pada
bulan laporan. Namun, terdapat tekanan dari harga bahan bakar rumah
tangga yang meningkat meskipun hanya terkonsentrasi di sejumlah daerah
karena pengendalian kuota yang dilakukan pemerintah. Tekanan tersebut
tercermin dari inflasi bahan bakar rumah tangga yang lebih tinggi dari
historisnya.
nilai Tukar RupiahSelama Mei 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan terkait dengan faktor eksternal. Eskalasi faktor risiko di kawasan Eropa terkait
dengan berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis utang, fiskal dan
perbankan serta perkembangan politik terkini telah memicu penyesuaian
aliran dana non residen di instrumen keuangan domestik. Selain itu,
indikasi pelemahan ekonomi China juga turut menambah tekanan pada
nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah secara rata-rata melemah sebesar
0,95% (mtm) ke level Rp9.254 per dolar AS dari Rp9.166 per dolar AS
pada bulan sebelumnya (Grafik 2.15). Sementara secara point to point,
nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 2,23% (ptp) dan ditutup pada level
Rp9.400 per dolar AS. Pergerakan rupiah tersebut diiringi juga dengan
volatilitas yang meningkat. Adanya kebijakan stabilisasi Bank Indonesia
telah mampu menahan kenaikan volatilitas nilai tukar lebih lanjut.
Pergerakan nilai tukar rupiah tersebut relatif sejalan dengan mayoritas
mata uang negara kawasan yang juga melemah, kecuali Yen (Grafik 2.16).
Jika dibandingkan dengan negara kawasan, depresiasi nilai tukar rupiah
tidak sebesar depresiasi yang dialami oleh mata uang negara kawasan.
Selama Mei 2012, tekanan nilai tukar rupiah terutama berasal dari kembali
meningkatnya kekhawatiran terhambatnya laju pemulihan ekonomi global.
Beberapa faktor eksternal yang memberikan tekanan bagi pergerakan
nilai tukar diantaranya adalah (1) Meningkatnya kekhawatiran akan
keberhasilan penerapan program penghematan anggaran di kawasan
Eropa seiring dengan kemenangan partai oposisi pada Pemilu Perancis dan
pemilu putaran pertama di Yunani di tengah perkembangan ekonomi yang
Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.16 Apresiasi & Depresiasi Mata Uang Regional dan Eropa
�������
������������������������������������������������
����
����
����
����
����
����
����
��������
����
�������������������������������
����
��� ������ ������ ��� ��� ��� ������������ ������������
����
����
����
����
����
����
����
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�
������������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
���������
��������������
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
12
terus melemah; (2) Meningkatnya kemungkinan Yunani keluar dari zona
Eropa. Hasil Pemilu putaran pertama Yunani yang tidak dapat konklusif
menghasilkan kebuntuan pada upaya pembentukan pemerintahan
koalisi akibat pertentangan beberapa partai utama sehubungan dengan
penerapan program penghematan anggaran. Kemungkinan unggulnya
partai oposisi pada pemilu mendatang menyiratkan kekhawatiran
bahwa Yunani tidak akan mampu memenuhi persyaratan penghematan
anggaran yang telah disepakati untuk memperoleh dana bail out. Hal
tersebut dapat berujung pada kemungkinan Yunani akan mengalami
default dan keluar dari zona Eropa; (3) Belum jelasnya penanganan
krisis perbankan Spanyol; (4) Indikasi moderasi perekonomian China
seperti tampak pada melemahnya ekspor, penjualan eceran, dan sektor
manufaktur; dan (5) Pemotongan credit rating Jepang oleh Fitch seiring
dengan meningkatnya profil risiko kredit Jepang akibat meningkatnya rasio
utang publik. Perkembangan tersebut memicu peningkatan faktor risiko
dan kecenderungan investor beralih ke aset aman berdenominasi dolar.
Tingginya faktor risiko selama bulan laporan tercermin dari peningkatan
indeks MSCI World dan VIX serta Credit Default Swap (CDS) negara utama
Eropa (Grafik 2.17).
Dari sisi domestik, gejolak yang terjadi di pasar keuangan global serta
ketidakseimbangan di pasar valas membentuk persepsi meningkatnya
faktor risiko domestik. Hal tersebut tercermin dari perkembangan CDS
dan premi swap Indonesia yang meningkat (Grafik 2.18 dan 2.19).
Namun, imbal hasil berinvestasi di instrumen rupiah masih relatif
kompetitif dibandingkan dengan negara kawasan. Indikator imbal hasil
yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri
(UIP - Uncovered Interest Parity) berada pada tren menurun seiring
dengan pemotongan suku bunga acuan, namun masih relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan beberapa negara kawasan (Grafik 2.20). Jika
memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih
tetap lebih baik dibandingkan dengan Korea, Malaysia, dan Filipina.
Grafik 2.17 Indeks Risiko Global (MSCI World, VIX)
Grafik 2.18 CDS Indonesia &Selisih Imbal Hasil
Grafik 2.19 Premi Swap
Grafik 2.20 Uncovered Interest Parity (UIP)
������������������������������������������
��
��
��
��
��
��
��
��
��
������
������������������������������������������
����
����
����
����
����
����
����
�����
����
��������
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����
�����
�����
����
�����
�����
����
�����
�����
����
�����
�����
����
�����
�����
�������������������������������
������������������
���������������
������������������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
������������������������������
������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�
�
�
�
�
�
�
�
�������������������������
������������������
�������������������
���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�
����������������������������������������������
���� ���� ������� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��������� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ���
�����������������
�������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
13
Perkembangan Sektor Keuangan
Pasar Keuangan Internasional Pasar keuangan internasional mengalami tekanan akibat semakin
meningkatnya kompleksitas penyelesaian krisis Eropa, khususnya yang
terjadi di Yunani. Gejolak politik di Eropa, kekhawatiran akan keluarnya
Yunani dari keanggotaan Uni Eropa, serta berbagai spekulasi akan
memburuknya kondisi perbankan di Spanyol meningkatkan ketidakpastian
prospek ekonomi negara kawasan Eropa. Indikator risiko baik di negara
maju maupun di negara emerging markets mengalami peningkatan
sehingga memicu pengalihan aset oleh investor ke safe haven currency,
utamanya di Amerika Serikat, yang kemudian menyebabkan pelemahan
mata uang negara emerging markets.
Selain berdampak pada penurunan kinerja bursa saham internasional dan
pelemahan mata uang regional, berkembangnya sentimen negatif dipasar
keuangan internasional turut berimbas pada harga komoditas global yang
menurun, terutama komoditas minyak. Harga minyak sempat ditutup
di bawah US$90/barel disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran
penurunan permintaan sejalan dengan pelemahan ekonomi global yang
masih terus berlanjut. Hal tersebut dibarengi dengan pulihnya pasokan
minyak OPEC dan meningkatnya persediaan minyak di AS.
Respons kebijakan moneter di negara maju masih cenderung akomodatif,
sedangkan respons kebijakan moneter di negara emerging markets
cenderung netral seiring dengan meningkatnya tekanan inflasi dan
tingginya ketidakpastian di pasar keuangan. Bank sentral China
menurunkan giro wajib minimum, sementara itu bank sentral di kawasan
Amerika Selatan melakukan berbagai kebijakan makroprudensial seperti
menaikkan giro wajib minimum, dan melakukan Swap valuta asing untuk
menjaga stabilitas mata uangnya.
Suku BungaSuku bunga di pasar uang antar bank (PUab) Rupiah mengalami peningkatan. Rata-rata suku bunga PUAB O/N (Over Night) pada Mei
2012 tercatat sebesar 3,78%, meningkat 2 bps dari bulan sebelumnya
yang mencapai 3,76%. Suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih
panjang dari O/N turut bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
14
Peningkatan terjadi di seluruh tenor dengan kenaikan tertinggi terjadi pada
tenor 1 bulan. Dengan perkembangan tersebut, suku bunga PUAB dengan
tenor lebih panjang dari ON berada pada kisaran antara 3,78% - 4,15%.
Aktivitas di pasar uang antar bank mengalami peningkatan. Rata-rata
volume transaksi PUAB seluruh tenor pada Mei 2012 meningkat cukup
besar dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Selain itu, frekuensi
transaksi juga mengalami peningkatan, terutama untuk tenor ON.
Peningkatan volume dan frekuensi tersebut terkait dengan adanya
penarikan dana nasabah yang digunakan untuk melakukan pelunasan
obligasi korporasi yang jatuh tempo serta melakukan pembayaran pajak.
Di sisi lain, persepsi risiko di pasar uang antar bank masih tetap terjaga,
sebagaimana tercermin pada selisih (spread) suku bunga PUAB O/N
tertinggi dan terendah yang hanya sebesar 0,1% pada Mei 2012.
Penurunan suku bunga perbankan masih terus berlanjut. Rata-rata
suku bunga deposito 1 bulan pada April 2012 turun sebesar 24 bps dari
bulan sebelumnya menjadi 5,42%. Sejalan dengan penurunan suku bunga
simpanan, rata-rata suku bunga kredit mengalami penurunan sebesar 8
bps dari 12,59% pada Maret 2012 menjadi 12,51% pada April 2012.
Suku bunga kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit
konsumsi (KK) masing-masing turun sebesar 15, 6 dan 3 bps menjadi
11,86%, 11,56% dan 14,10% dibandingkan dengan bulan sebelumnya
(Tabel 2.1 dan Grafik 2.21).
Penurunan suku bunga kredit yang lebih terbatas dibandingkan dengan
suku bunga deposito menyebabkan selisih (spread) di antara kedua
suku bunga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan selisih
pada bulan sebelumnya. Selisih yang masih relatif lebar tersebut masih
Tabel 2.1Perkembangan berbagai Suku bunga
Suku bunga (%)
6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,53 5,42 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,24 11,12 n.a 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10
BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (rata-rata tertimbang)Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)Kredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)Kredit Konsumsi (KK)
2011 2012
apr Mei Jun Jul ags Sep okt nov Des Jan Feb Mar apr
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
15
memberikan ruang bagi penurunan suku bunga kredit lebih lanjut sejalan
dengan efisiensi penyaluran dana perbankan serta perbaikan efisiensi
operasional perbankan.
berdasarkan kelompok bank, penurunan terbesar suku bunga deposito 1 bulan1 tercatat pada kelompok bPD yang memiliki level
suku bungapaling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya.
Penurunan suku bunga deposito 1 bulan pada kelompok BPD tercatat
sebesar 40 bps, sedangkan kelompok bank asing, bank swasta dan bank
persero masing-masing tercatat sebesar 20, 25 bps dan 20 bps. Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok bank asing yang juga memiliki level suku bunga paling tinggi dibandingkan
dengan kelompok bank lainnya. Pada April 2012, kelompok bank asing
menurunkan suku bunga KMK dan KK masing-masing sebesar 21 dan
37 bps. Sementara itu, kelompok bank swasta, BPD dan bank persero
menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 5, 6 dan 10
bps.
KreditPertumbuhan kredit masih terus terakselerasi sejalan dengan penurunan suku bunga kredit. Pada April 2012, pertumbuhan kredit
(tidak termasuk kredit chaneling) mencapai 25,7% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2012 sebesar 24,9%
(yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi dan kredit
modal kerja masih tumbuh tinggi sejalan dengan penurunan suku bunga
kredit investasi dan kredit modal kerja. Sementara itu, kredit konsumsi
tercatat tumbuh relatif stabil dari bulan sebelumnya (Grafik 2.22). Selain
pertumbuhannya yang meningkat, pangsa kredit modal kerja dan kredit
investasi dari total kredit juga meningkat dari bulan sebelumnya. Hal
tersebut memberikan gambaran kualitas penyaluran kredit yang membaik.
Secara sektoral, penyaluran kredit pada sektor produktif meningkat. Sektor listrik, air dan gas bahkan mencatat akselerasi
pertumbuhan yang cukup tinggi sehingga peningkatan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian (Grafik 2.23).
Di tengah melambatnya ekspor, permintaan terhadap kredit secara umum masih meningkat terutama untuk mendukung aktivitas
Grafik 2.21 Perkembangan Berbagai Suku Bunga
Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 2.23 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektor
�
��
��
��
��
��
�
�
�
���� ���� ���� ���� ����� � �� � � ��� � � ��� � � ��� ��
���������������������������������������
�������������������������������
1 Biaya dana utama bank
��
��
��
��
��
�
���
�����
����������
������
���� ���� ���� ���� ���������� ��� ��� ��������������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������������
����������
����������������������������
���������������������������������
���������������������
���������������������������������������
���������������������
����������������������������
��������������������
�
�������������������������������
������������������
�� �� �� �� ��
��
��
����
��
��
�
��
��
��
��
��
����
��
��
��
��
��
��
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��������
����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
16
ekonomi yang masih kuat. Masih lemahnya perekonomian dunia yang
berimbas pada melambatnya ekspor Indonesia hanya berdampak pada
permintaan kredit investasi, yang sedikit mengalami penurunan meskipun
tidak terlalu signifikan. Namun, secara keseluruhan, pada April 2012
permintaan terhadap kredit tetap meningkat. Dari sisi penawaran kredit,
kemampuan bank untuk menyalurkan kredit masih cukup besar didukung
dengan masih tingginya likuiditas perbankan. Selain itu, Dana Pihak Ketiga
(DPK) perbankan masih cukup besar sebagaimana tercermin pada data
April 2012 yang mencatat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yakni sebesar 21,4% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan
giro dan deposito yang meningkat masing-masing menjadi 24,1% dan
19,0% (yoy).
Uang BeredarPertumbuhan uang primer relatif stabil. Pada bulan Mei 2012,
pertumbuhan uang primer relatif stabil pada level 15,0% (yoy)
dibandingkan bulan April sebesar 14,6% (yoy). Sementara itu,
pertumbuhan uang kartal (currency outside bank / COB) juga masih berada
dalam tren yang stabil sebesar 16,8% (yoy), meskipun secara bulanan
mengalami peningkatan dari sebesar 14,5% (yoy) pada April 2012 (Grafik
2.24).
Likuiditas perekonomian masih berada dalam trenmeningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada April 2012,
pertumbuhan M2 meningkat menjadi 20,2% (yoy) dibandingkan Maret
2012 sebesar 18,8%. Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh
pertumbuhan deposito dan tabungan rupiah di tengah kontribusi aliran
modal asing (NFA) yang menurun akibat ketidakpastian ekonomi global
yang meningkat. Sementara itu, pertumbuhan M1 di periode yang sama
mencapai 23,3% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2012
sebesar 23,0% (yoy) terkait dengan peningkatan giro rupiah (Grafik 2.25).
Pasar SahamMeningkatnya eskalasi tekanan di pasar keuangan global, menyebabkan kinerja pasar saham domestik turut mengalami tekanan. Sentimen negatif di pasar keuangan global akibat kekhawatiran
akan dampak dari krisis di Eropa menyebabkan investor mencari outlet-
outlet yang dianggap aman (safe haven assets) untuk menghindari risiko.
Grafik 2.24 Pertumbuhan Uang Primer
Grafik 2.25 Pertumbuhan Uang Beredar
�����������������
��������������������
��������������
���������������
������
��������������������
���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�����������
�������������
����
����
����
�����
�����
�����
�����
������
��������������������
�
��
��
��
��
��
�
�
�
��
��
��
�
���� ���� ������� ������ ������ ��� ��� ��� ������ ������ ��� ������ ������ ��� ��� ��� ������ ������ ��� ���������
�� �� �������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
17
Perilaku flight to quality investor menyebabkan penurunan indeks di
beberapa negara emerging markets, termasuk di Indonesia. Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami penurunan dari bulan
sebelumnya sebesar 8,3% dan ditutup pada level 3.833 (Grafik 2.26).
Di tengah minimnya sentimen positif yang berasal dari eksternal, masih
solidnya kondisi fundamental perekonomian domestik memberikan
sentimen positif yang mampu menahan pelemahan indeks lebih lanjut.
Sejumlah sentimen positif domestik antara lain berasal dari laporan kinerja
keuangan kuartal I-2012 dari beberapa emiten domestik dan keputusan
Pemerintah yang belum akan memberlakukan pembatasan konsumsi BBM
bersubsidi.
Memburuknya kondisi pasar keuangan internasional memicu tingginya
sentimen negatif yang mendorong investor non-residen melakukan
penjualan aset-asetnya yang dianggap berisiko dan beralih pada aset-aset
yang dianggap lebih aman. Pada Mei 2012, investor non-residen mencatat
jual neto cukup besar, berkebalikan dengan perilaku di bulan sebelumnya
yang mencatat beli neto.
Selama Mei 2012, seluruh indeks sektoral mengalami pelemahan
dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pelemahan terbesar dialami oleh
sektor pertambangan sebesar 19,9% yang dipicu oleh penurunan harga
komoditas, kemudian diikuti oleh sektor properti dan perdagangan yang
melemah sebesar 10,9% dan 9,8% serta sektor lainnya yang melemah
dikisaran 1,2%-8,8% (Grafik 2.27).
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Sejalan dengan pasar saham, perkembangan di pasar Sbn turut mengalami tekanan. Tekanan di pasar SBN tercermin pada peningkatan
imbal hasil SBN yang terjadi pada seluruh tenor. Secara keseluruhan, imbal
hasil SBN selama Mei 2012 tercatat sebesar 6,16% atau naik sebesar
56 bps jika dibandingkan dengan bulan April 2012 (Grafik 2.28 dan
2.29). Namun, peningkatan imbal hasil SBN tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan saat krisis 2008 yang berkisar antara 60-120 bps.
Pada perkembangannya, pembelian oleh perbankan serta pelaku lain
(long-term investor) mampu meredam tekanan kenaikan imbal hasil SBN.
Tekanan di pasar SBN disertai dengan volume transaksi perdagangan
yang menurun. Secara keseluruhan, pada Mei 2012, investor non residen,
mencatat jual neto terutama untuk aset-aset yang berjangka pendek dan
Grafik 2.26 IHSG dan Perkembangan Bursa Global
Grafik 2.27 Perkembangan Saham Sektoral
��� ��� � ���
����������������
����������������
�����������������
��������������������
��������������
�������������������
�����������������
���
������
�����
�����
�����
�����
�����
�����
������
�����
�����
Grafik 2.28 Imbal Hasil SBN dan BI Rate
�
�
��
��
��
��
�
����������������������
���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����������������
��� ��� �� � ��
�����������������������
����������������������
����������������������������������
��������������������������������������
����������������������������
�����������������������������
������������ �����
����������
������
������
����������
�����
����������
�����
����������
����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
18
menengah. Sementara itu, untuk aset dengan tenor jangka panjang justru
terjadi beli neto oleh investor non-residen sekitar Rp 2 triliun.
Pasar ReksadanaSejalan dengan kinerja di pasar saham dan pasar SBN, kinerja pasar reksadana selama Mei 2012 menunjukkan penurunan. Kinerja
reksadana yang tercermin dalam NAB mengalami penurunan sebesar
2,9% dibandingkan dengan NAB pada April 2012 (Tabel 2.2). Penurunan
tersebut terjadi pada hampir semua jenis reksadana kecuali reksadana
terproteksi yang masih meningkat sebesar 0,5%.
Tabel 2.2Perkembangan Reksadana
1 2 3 4 2011 5 6 7 8 9 10 11 122012 1 2 3 4 5
Saham MTMPasar Uang Campuran Pendapatan
Tetap Terproteksi IndeksETF-
Saham
ETF-Pendapatan
Tetap Syariah Total
Mei 2012 -Desember 2011
1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3% -1,5% 7,7% -1,2% 0,1% -1,9% 12,6% -11,4% -1,0% -1,2% -0,6% 0,3% 6,3% -32,9% -20,9% 1,7% 15,3% -10,3% 88,7% 6,1% -9,2% -0,7% -5,1% -6,8% -6,5% 0,5% -7,8% -0,6% -2,3% -9,4% -2,9%
-4,8% 22,3% -0,5% 8,7% -0,8% 26,5% 37,4% 107,4% 1,6% 1,2%
Grafik 2.29 Perubahan Imbal Hasil SBN - Bulanan
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�����
����
����
����
����
����
��������������������������������������������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� �������� ���� ����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
19
Kondisi PerbankanSecara umum, kinerja perbankan dalam negeri tetap terjaga di tengah meningkatnya risiko akibat dari kondisi eksternal yang masih diliputi oleh ketidakpastian. Permodalan perbankan
sebagaimana tercermin pada angka rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio / CAR) per April 2012 terjaga di kisaran 17% - 18%.
Perkembangan intermediasi perbankan atau kredit perbankan
mengalami peningkatan dan tercatat tumbuh 25,7% (yoy) pada April
2012. Sementara itu, di sisi risiko kredit meskipun mengalami sedikit
peningkatan, namun masih tetap terjaga di tengah rasio LDR (Loan to
Deposit Ratio) yang meningkat. Rasio kredit bermasalah (Non Performing
Loan/NPL) selain kredit channeling baik gross maupun neto tercatat rendah
dan stabil dari bulan sebelumnya sebesar 2,3% dan 0,6% (Tabel 2.3). Di
sisi profitabilitas perbankan, indikator Return on Asset (ROA) tetap stabil
pada kisaran 3%.
Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan
IndikatorUtama
Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp)LDR* (%) NPLs Gross* (%) NPLs Net * (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%)
3.065,8 3.195,1 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 2.351,4 2.438,0 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 1.814,8 1.950,7 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 77,2 80,0 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 2,8 2,7 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 0,5 0,6 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 17,6 17,0 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 3,1 3,1 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0
2011 2012
Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar apr
* tanpa channeling
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
20
III. ReSPonS KebIJaKan MoneTeR
Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 12 Juni 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%.
Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan prakiraan
inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran
yang ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2012 dan 2013. Untuk
mengelola tekanan pelemahan nilai tukar dari memburuknya krisis di Eropa
dan sentimen negatif pasar keuangan global, Bank Indonesia mendorong
peningkatan pasokan valuta asing ke pasar agar pergerakan rupiah
tetap sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan Asia dan kondisi
fundamental perekonomian Indonesia. Di samping menjaga kecukupan
likuiditas baik di pasar rupiah maupun pasar valuta asing, Bank Indonesia
juga memperkuat operasi moneter dan pendalaman pasar keuangan,
termasuk melalui pengembangan instrumen moneter valuta asing.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012
21
Indikator Terkini
* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
SEKTOR KEUANGAN
H A R G A
SEKTOR EKSTERNAL
INDIKATOR KUARTALAN
SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
BESARAN MONETER (miliar Rp)Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah Tagihan kepada Sektor LainnyaTagihan pada Sektor Swasta
Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)
Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor
7,36 7,36 7,28 6,78 6,28 5,77 5,22 5,04 4,88 3,82 3,83 3,93 - 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 - 6,91 6,95 6,88 6,90 7,05 7,11 6,99 6,81 6,68 6,52 6,31 6,00 - 6,50 6,45 6,37 6,11 5,61 5,30 4,87 4,67 4,43 3,93 3,81 3,81 - 3.837 3.889 4.131 3.842 3.549 3.791 3.715 3.822 3.942 3.985 4.122 4.181 3.833
525.857 541.624 555.008 625.440 565.149 566.282 568.783 613.488 594.078 578.964 586.034 596.592 - 611.791 636.206 639.688 662.806 656.096 665.000 667.587 722.991 696.323 683.253 714.258 717.111 - 254.066 261.504 275.437 324.725 279.224 281.341 279.066 307.760 286.242 280.103 287.046 287.047 - 357.725 374.702 364.251 338.081 376.872 383.659 388.521 415.231 410.082 403.150 427.212 430.064 - 2.475.286 2.522.784 2.564.556 2.621.346 2.643.331 2.677.787 2.729.538 2.877.220 2.854.978 2.849.796 2.911.920 2.923.091 - 1.853.915 1.876.446 1.914.444 1.943.770 1.973.573 2.000.315 2.047.205 2.139.840 2.145.246 2.150.808 2.182.891 2.190.530 - 1.590.187 1.618.287 1.646.959 1.683.246 1.703.621 1.725.881 1.753.123 1.846.002 1.842.815 1.848.124 1.875.257 1.886.769 - 878.771 887.394 909.234 923.986 933.931 953.045 956.480 981.445 993.655 998.643 1.022.038 1.020.787 - 711.416 730.893 737.725 759.260 769.690 772.836 796.643 864.557 849.160 849.481 853.219 865.982 - 120.104 117.576 124.321 126.436 130.714 129.685 135.589 140.518 141.171 145.623 148.649 148.486 - 143.625 140.584 143.163 134.088 139.238 144.749 158.494 153.320 161.260 157.061 158.984 155.275 - 9.580 10.131 10.424 14.770 13.663 12.472 14.746 14.388 13.409 15.735 14.771 15.450 - 2.345.602 2.395.077 2.429.810 2.480.140 2.498.955 2.535.630 2.579.204 2.722.313 2.700.399 2.688.438 2.748.499 2.759.155 -
2.045.007 2.109.138 2.140.515 2.205.555 2.249.588 2.283.424 2.337.812 2.383.823 2.374.862 2.403.464 2.464.483 2.519.441 - 1.809.801 1.864.834 1.888.437 1.946.476 1.989.000 2.024.718 2.068.037 2.118.376 2.106.449 2.138.727 2.189.236 2.230.455 -
0,12 0,55 0,67 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 5,98 5,54 4,67 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79 3,65 3,56 3,97 4,50 4,45
8.537 8.597 8.508 8.578 8.823 8.835 9.170 9.068 9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 14.562 14.720 13.589 15.021 13.558 14.187 13.507 13.460 12.006 12.771 13.643 - - 11.159 11.754 12.374 11.346 11.440 12.184 12.015 12.614 11.680 12.020 10.138 - - 96,95 96,56 99,32 100,79 93,80 89,68 89,08 88,57 88,84 87,74 89,93 94,46 92,55
Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
2011 2012
Tw. II Tw. III Tw. IV* Tw. I*
2011 2012
6,5 6,5 6,5 6,3 4,6 4,6 4,6 5,0 9,3 7,1 11,5 9,9 133,5 16,7 -8,7 163,1 17,2 17,8 7,9 7,8 15,3 14,0 10,1 8,2