tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan bagi...
TRANSCRIPT
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA
(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Fitriyatuz Zahroh
NIM: 21412022
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp: 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Fitriyatuz Zahroh
NIM : 214-12-022
Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN
MUDHARABAH BERJANGKA(Studi Kasus di BMT
Tumang Cabang Salatiga)
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 20September 2016
Pembimbing,
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag
NIP. 19670115 199803 2002
iii
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL
SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA
(Studi Kasus Di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Oleh:
Fitriyatuz Zahroh
NIM: 214-12-022
Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari’ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, tanggal 29
September 2016, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam
Dewan Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang : Prof. Dr. H. Muh Zuhri, MA. ........................................
Sekretaris Sidang : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. .........................................
Penguji I : Evi Ariyani, M.H. ..........................................
Penguji II : Sukron Ma’mun, M.Si. ..........................................
Salatiga, 29 September 2016
Dekan Fakultas Syari’ah
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP. 19670115 199803 2002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fitriyatuz Zahroh
Nim : 214-12-022
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Syari’ah
Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN
MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT
Tumang Cabang Salatiga)
Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari
karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 September 2016
Yang menyatakan
Fitriyatuz Zahroh
NIM. 214-12-022
v
HALAMAN MOTTO
1. Orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan,
kesenangan atau kenyamanan, tetapi mereka dibentuk
dari tantangan dan air mata.
2. Dimana ada keinginan, pasti ada jalan menuju
kesuksesan.
3. Orang yang ingin sukses tak akan pernah mengeluh,
bagaimana kalau gagal, namun berusaha bagaimana
untuk berhasil.
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiyah berupa skripsi ini
kepada:
1. Ayahku tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta
pengorbanan selama ini.
2. Suamiku tersayang, Heri Purnomo Hasan, yang telah mendoakan,
menyemangati dan mendukung dalam proses belajar ini.
3. Kakakku tercinta, Nur Hidayati yang selalu mendoakan agar selalu tetap
semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.
4. Pak Guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis
sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan
penuh kesabaran.
5. Sahabat-sahabatku jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Angkatan 2012,
terimakasih untuk semua hal, semua kenangan indah yang kita lalui
bersama-sama selama 4 tahun ini.
6. Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis
banggakan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI
HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT
Tumang Cabang Salatiga)”.
Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad
yang telah membawa umat dari zaman kebodohan ke zaman yang tahu akan ilmu.
Semoga selalu mendapatkan Syafa’at dari beliau di dunia maupun di akhirat nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
peran berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan
pengarahan. Dengan segala ketulusan hati penyusun menyampaikan rasa
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah.
4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang
terbaik.
viii
5. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
mendidik, meberikan arahan, dan bimbingan dari awal hingga akhir skripsi ini
selesai.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang selalu
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa
halangan apapun.
7. Sahabat- sahabatku Siti Jamilatun, Iva Ekowati, Masadah, Dwi Astuti,
Zakiyatur Rafi’ah yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.
8. Teman-temanku S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012, yang selalu
memberikan dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Bapak Ni’am, selaku Manager BMT Tumang Cabang Salatiga yang telah
berkenan memberikan izin penelitian di BMT Tumang Cabang Salatiga serta
jajaran pegawai yang telah memberikan informasi yang berkaitan dengan
penulisan skrispsi ini.
Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi
pembaca pada umumnya.
Salatiga, 20 September 2016
Penulis
ix
ABSTRAK
Zahroh, Fitriyatuz, 2016. TinjauanHukum Islam Terhadap Pelaksanaan Bagi
Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka Studi Kasus di BMT Tumang Cabang
Salatiga. Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Ibu Dra. Siti Zumrotun,
M.Ag.
Kata Kunci: Tinjauan, Hukum Islam, Praktek, Bagi Hasil Simpanan Mudharabah
Berjangka.
Kegiatan Bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya merupakan
perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki
pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga melainkan atas
dasar prinsip bagi hasil.Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan
seseorang untuk menabung atau mendepositokan uangnya pada bank. Tingkat
bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung atau
mendepositokan uangnya dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk
dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Peneliti melakukan penelitian mengenai
bagaimana pelaksanaan Bagi Hasil simpanan mudharabah berjangka dan
Tinjauan Hukum Islamnya terhadap pelaksanaan Bagi Hasil simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga.
Jenis penelitian yang digunakan nanti adalah penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata
dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dalam penelitian
kualitatif ini, metode yang bisaa digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan
pemanfaatan dokumen.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya BMT
Tumang mengelola dana simpanan mudharabah anggota sesuai dengan prinsip
mudharabah muthlaqah. Jadi dana simpanan mudharabah anggota akan dikelola
dan dimanfaatkan oleh pihak BMT dalam bentuk produk-produk pembiayaan
yang ditawarkan kepada masyarakat karena pihak shahibul maal telah sepenuhnya
mempercayakan simpanannya untuk dikelola oleh BMT Tumang dengan harapan
untuk mendapatkan bagi hasil
x
DAFTAR ISI
JUDUL… ............................................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING… ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN... ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN… ............................................................ iv
HALAMAN MOTO … ......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN… ....................................................................... vi
KATA PENGANTAR… ....................................................................................... vii
ABSTRAK… ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI… ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR…
................................................................................................................................. xi
v
DAFTAR TABEL… ............................................................................................. xv
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah… ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian… .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah… ..................................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka… ..................................................................................... 9
G. Metode Penelitian….................................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan… ............................................................................. 20
BAB IIKERANGKA TEORI
A. Konsep Akad Mudharabah... ...................................................................... 22
1. Pengertian Mudharabah... ..................................................................... 22
2. Landasan Hukum Mudharabah... .......................................................... 25
xi
3. Jenis-jenis Mudharabah... ..................................................................... 26
4. Rukun dan Syarat Mudharabah... ......................................................... 30
5. Berakhirnya Mudharabah... .................................................................. 32
6. Manfaat dan ResikoMudharabah... ....................................................... 33
B. Deposito (Simpanan Mudharabah) ............................................................. 34
1. Pengertian Deposito Mudharabah... ..................................................... 35
2. Landasan Hukum Deposito Mudharabah... .......................................... 36
3. Jenis- jenis Deposito Mudharabah... .................................................... 38
4. Sifat- sifat Deposito Mudharabah... ...................................................... 40
5. Deposito dalam Fatwa DSN-MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Deposito... ............................................................................... 41
C. Konsep Bagi Hasil Dalam Islam ................................................................. 42
1. Pengertian Bagi Hasil... ......................................................................... 43
2. Dasar Hukum Bagi Hasil... ................................................................... 47
3. Macam-macam Bagi Hasil... ................................................................. 47
4. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah.................................................... 51
D. Implementasi Prinsip Mudharabah Dalam Produk Deposito ..................... 53
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil… ...................................... 54
BAB III BMT TUMANG DAN SISTEMNYA
A. Gambaran Umum BMT Tumang Cabang Salatiga ..................................... 57
1. Sejarah BMT Tumang Cabang Salatiga... ............................................. 57
2. Profil KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga... ..................................... 59
3. Kelengkapan Organisasi........................................................................ 60
4. Visi Dan Misi BMT Tumang Cabang Salatiga... .................................. 61
5. Keunggulan BMT Tumang Cabang Salatiga... ..................................... 61
6. Kondisi Sumber Daya Insani (SDI) ... .................................................. 62
7. Struktur Organisasi BMT Tumang Cabang Salatiga... ......................... 64
B. Produk-produk BMT Tumang Cabang Salatiga... ...................................... 74
xii
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL
SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA DI BMT TUMANG
A. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga ..................................................................... 86
1. Operasional Deposito Mudharabah di BMT Tumang Cabang
Salatiga ........................................................................................... 86
a. Strategi Pemasaran Produk SimpananMudharabah Berjangka
di BMT Tumang Cabang Salatiga ............................................ 87
b. Prosedur Pembukaan Rekening dan Ketentuan Yang Berlaku
dalam SimpananMudharabah Berjangka di BMT Tumang
Cabang Salatiga ....................................................................... 89
c. Pengelolaan Dana Simpanan Mudharabah Berjangka ............. 91
d. Kelebihan dari Simpanan Mudharabah Berjangka ................. 92
e. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka
di BMT Tumang Cabang Salatiga ............................................ 93
2. Pengambilan Simpanan Mudharabah Berjangka sebelum Jatuh
Tempo yang Sudah di Tentukan oleh BMT Tumang Cabang
Salatiga ........................................................................................... 95
B. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga Dalam Perspektif Hukum Islam .................. 98
C. Pengambilan Simpanan Mudharabah Berjangka sebelumjatuh tempo
di BMT Tumang Cabang Salatiga DalamPerspektif Hukum Islam..114
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan… ........................................................................................... 117
B. Saran… ...................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Mudharabah Muthlaqah ............................................. 27
Gambar 2.2 Skema Mudharabah Muqayyadah .......................................... 30
Gambar 3.1Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang ................................. 65
Gambar 3.2 Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang Cabnag Salatiga .... 74
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Pengelola BMT Tumang sampai Bulan Oktober 2015 ... 63
Tabel 3.2 Nisbah Simpanan Mudharabah Berjangka ................................ 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia dapat dibagi menjadi dua
fase, yaitu sebelum tahun 1998 dan fase setelah tahun 1998. Fase pertama
ini diawali dengan berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992, namun
jauh sebelum berdirinya Bank Muamalat konsep Perbankan Syariah ini
sudah merupakan bahan diskusi ulama, cendekiawan islam pada awal
tahun 1980-an. Bahkan pada saat itu juga dilakukan uji coba terhadap
bentuk lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip bagi hasil, yaitu Baitul
Tamwil Salman Bandung dan koperasi Ridho Gusti di Jakarta.
Fase kedua adalah setelah dikeluarkannya Undang- undang Nomor
10 tahun 1998, di mana pemerintah semakin menunjukkan komitmennya
kepada Perbankan Syariah dengan memberikan landasan hukum yang kuat
dengan mengizinkan perbankan konvensional untuk membuka unit usaha
Syariah (Pasal 1 UU No. 10 tahun 1998), kebijakan ini tentu saja
membuka jalan bagi perkembangan Perbankan Syariah, karena sejak Bank
Muamalat didirikan pada tahun 1992, tidak ada lagi Bank Syariah yang
berdiri. Namun sejak dikeluarkannya Undang- undang tersebut, beberapa
bank konvensional mulai membuka unit- unit Syariahnya.Maraknya unit-
unit Syariah yang dibuka pasca undang- undang tersebut juga didorong
oleh kenyataan bahwa Bank Syariah terbukti tidak mengalami goncangan
2
yang signifikan pada saat krisis pada pertengahan tahun 1997.
(Hasanuddin, 2008: 154).
Kegiatan Bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya
merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan
dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem
bunga melainkan atas dasar prinsip bagi hasil.Tingkat bunga merupakan
salah satu pertimbangan seseorang untuk menabung atau mendepositokan
uangnya pada bank. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang
untuk menabung atau mendepositokan uangnya dan mengorbankan
konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Dimana
para penabung atau deposan bersifat profit motif, yang mana
mengandalkan keuntungan disaat bunga bank tinggi.
Konsep mengenai bunga adalah sangat berlawanan dengan konsep
yang ada pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah
menekankan pada profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang
ditabung atau didepositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan
untuk pembiayaan ke sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau
keuntungan yang didapat akan di bagi menurut nisbah yang disepakati
bersama. Konsekuensi dari sistem mudharabah adalah adanya untung rugi,
jika keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga
besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung risiko atas usaha
tersebut. Dari uraian di atas mengenai penabung atau deposan bersifat
profit motif adalah dilihat dari segi tingkat suku bunga bank konvensional,
3
jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil maka nasabah
memilih untuk menyimpan uangnya di bank konvensional dan sebaliknya
jika tingkat bagi hasil lebih besar dari tingkat suku bunga maka nasabah
memilih untuk menyimpan uangnya di bank syariah. Pada masyarakat
sekarang lebih memilih untuk mendepositokan uangnya dari pada
menabung bisaa dengan alasan bahwa keuntungan yang di dapat adalah
lebih besar walaupun memang risiko yang di hadapi cukup besar juga.
(Muhammad Faozan dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Bagi
Hasil terhadap peningkatan volume deposito mudharabah pada BRI
Syariah Cirebon” Tahun 2012).
Salah satu dari akad mudharabah adalah tabungan Mudharabah,
dimana pihak yang kelebihan dana untuk menyalurkan dananya tersebut
kepada pihak Bank yang kemudian Bank tersebut mengelola dana dengan
akad yang sesuai dengan kesepakatan bersama, sehingga pihak yang
kelebihan dana atau pihak pihak yang menyalurkan dananya ke Bank
tersebut akan mendapatkan bagi hasil yang jumlahnya telah disepakati
kedua belah pihak. Dalam hal ini Bank harus benar- benar mengelola
dengan baik dana yang telah disalurkan oleh pihak yang menyediakan
dananya tersebut. Menurut Undang- undang Perbankan Syariah No. 10
tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Sudarsono, 2003: 25)
4
Dalam mengaplikasikan mudharabah, penyimpan atau deposan
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai
mudharib (pengelola).Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan
pembiayaan mudarabah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu.
Kemudian hasil usaha tersebut akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah
yang telah disepakati berasama. Apabila bank menggunakan untuk
melakukan pembiayaan mudharabah, maka Bank bertanggung jawab atas
kerugian yang terjadi. (Sudarsono, 2003: 65)
Dari uraian diatas, masyarakat di harapkan supaya lebih kritis dan
jeli dalam usaha berinvestasi, yaitu dengan meneliti realitas penghasilan
yang mungkin diperoleh dan metode yang diterapkan oleh institusi
pemutar uangnya.Nampaknya metode bagi hasil yang diterapkan oleh
bank syariah lebih logis dan fair bagi mereka, sehingga keberadaan bank
syariah bisa berkembang dengan pesat. (Wibowo, Edi dan Untung Hendy
Widodo dalam bukunya yang berjudul “Mengapa memilih Bank
Syariah?.Tahun 2005).
Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Cabang Tumang Salatiga
ini adalah salah satu Lembaga Keuangan Syariah yang bergerak di bidang
penyedia jasa simpanan dan pembiayaan bagi para nasabahnya.Di tengah-
tengah persaingan yang sangat ketat Bank- bank pemerintah maupun
swasta, Koperasi Jasa Keuangan Syariah ini selalu berusaha untuk
mengembangkan usahanya.Salah satu produk simpanan di Koperasi Jasa
Keuangan Syariah BMT Cabang Tumang Salatiga adalah
5
simpananmudharabah berjangka.Dalam simpanan mudharabah berjangka
ini merupakan simpanan dengan berbagai macam variasi jangka waktunya
seperti 1, 3, 6 maupun 12 bulan.Produk simpanan mudharabah ini di
jalankan dengan menggunakan akad mudharabah, yang mana keuntungan
antara kedua belah pihak ini berdasarkan presentase yang di dapat BMT
Cabang Tumang Salatiga itu sendiri. Besar dari presentase itu adalah 70%
untuk BMT sebagai pengelola dananya sedangkan 30% untuk nasabah
sebagai pemilik dana. Mengenai pemberian bagi hasil terhadap produk
simpanan mudharabah ini mempunyai karakteristik seperti: tidak
diperbolehkan menjanjikan keuntungan secara pasti di muka, penentuan
keuntungan yaitu pada waktu akad atau perjanjian dengan pedoman
kemungkinan untung, rugi dan besarnya presentase adalah berdasarkan
jumlah keuntungan yang di peroleh, dan juga pemberian bagi hasil tersebut
selalu berubah- ubah setiap bulannya. Di sini juga ada perjanjian diawal
apabila dalam pengambilan bagi hasil seorang nasabah sebelum jatuh
tempo tiba, maka dengan pasti besarnya bagi hasil tersebut tidak keluar
atau hangus.
Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud mnengadakan
penelitian terhadap pelaksanaan bagi hasil pada produk simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Dengan judul
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi
Kasus Di BMT Tumang Cabang Salatiga)”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berkut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah
berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga?
2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan bagi
hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang
Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan bagi hasil simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga.
2. Ingin mengetahui tentang bagaimana pandangan hukum islam terhadap
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka berjangka di
BMT Tumang Cabang Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
a. Untuk menambah pengalaman dan wawasan serta dapat
membandingkan antara praktek teori yang diperolah dibangku
perkuliahan dengan praktek langsung dilapangan yang
sesungguhnya.
7
b. Untuk mengetahui secara langsung tentang bagaimana praktek bagi
hasil deposito berjangka ini sudah sesuai dengan syariat islam atau
belum.
2. Bagi BMT Tumang Salatiga
Sebagai referensi dalam membuat terosan produk- produk baru
serta pemakaian strategi yang tepat dalam pemasaran produk-produk
pendanaan maupun produk- produk pembiayaan.Serta dapat di
gunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi kembali sistem kinerjanya
yang mungkin belum efisien.
3. Bagi IAIN Salatiga
Dari penelitian yang disampaikan dalam bentuk laporan ini
diharapkan dapat memperbanyak referensi bagi perpustakaan IAIN
Salatiga, bagi Mahasiswa dan Mahasiswi yang akan melakukan
penelitian.
E. Penegasan Istilah
1. Hukum Islam
Hukum Islam adalah ketetapan-ketetapan Allah sebagaimana
yang tercantum didalam AlQur’an dan sunah Rasul untuk dipatuhi oleh
setiap muslim dan haram barang siapa yang tidak berhukum dengan apa
yang diturunkan oleh Allah, mereka termasuk golongan orang kafir,
kejam dan fasik. (Mujieb, 1994:156)
8
2. Mudharabah (Bagi Hasil)
Mudharabah adalah sebuah akad kerja sama antar pihak, yaitu
pihak pertama (shahibul al-mal) menyediakan seluruh modalnya,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Abdurrahman Al-Jaziri yang memberikan arti
mudharabah sebagai ungkapan pemberian harta dari seseorang kepada
oran lain sebagai modal usaha. Namun, keuntungan yang diperoleh
akan dibagi di antara mereka berdua, dan jika rugi akan ditanggung oleh
pemilik modal.
Keuntungan usaha secara mudharabah, dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.Apabila rugi, ditanggung
oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si
pengelola.Seandainya kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian atau
kecurangan pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian yang terjadi. (Zainuddin Ali, 2008: 25)
3. Simpanan
Simpanan menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998
adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainya yang dipersamakan
dengan itu. (Kashmir, 2004:57)
4. Deposito mudharabah, adalah simpanan masyarakat di bank syariah
yang pengambilannya sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh bank
9
syariah. Variasi deposito mudharabah ini diklasifikasikan ke dalam
deposito: 1, 3, 6 dan 12 bulan. (Muhamad, 2001: 6-7)
5. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan dengan
prinsip mudharabah. (Karim, 2010: 347)
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian yang ada. Karena penelitian yang akan penulis teliti
mendiskripsikan analisis pelaksanaan praktek bagi hasil pada produk
deposito berjangka, dimana produk ini berbeda dengan simpanan bisaa
karena ada aturan dan jangka waktu yang disepakati dalam pengambilan
uang nasabah. Dengan bermunculannya lembaga-lembaga keuangan
syariah pada saat ini, bermunculan pada para pemikir islam serta ekonom-
ekonom islam yang menuangkan karyanya mengenai lembaga-lembaga
keuangan syariah tersebut. karya-karya tersebut dituangkan melalui
literatur-literatur tertulis maupun sebuah buku. Hal ini tentu akan
bermanfaat sekali bagi penulis, karena nantinya dapat di jadikan sebagai
referensi guna mendukung penulisan skripsi ini. Diantara buku-buku atau
penelitian-penelitian tersebut tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Resti (2011), dalam
penelitiannya yang berjudul “ Produk Tabungan Muamalat di Bank
Muamalat Indonesia Capem Salatiga”, yang bertujuan untuk
mengetahui sistem perhitungan bagi hasil pada tabungan muamalat
10
di Bank Muamalat Indonesia dan sejauh mana perkembangan atau
peningkatan tabungan syariah di Bnak Muamalat Capem Salatiga.
Menyimpulkan bahwa dengan melakukan analisis langsung serta
dilengkapi dengan teknik perhitungannya, maka dengan mudah
dapat diketahui bagaimana caranya untuk perhitungan bagi hasil
tabungan muamalat. Selain itu, peneliti juga menggunakan data-data
yang diperoleh dari wawancara langsung kepada pegawai yang
bersangkutan mengenai rumus Hi-1000 dan rumus bagi hasil serta
perkembangan nasabah tabungan muamalat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perhitungan bagi hasil pada bank syariah
berpedoman pada Hi-1000. Sehingga hasil yang didapatkan oleh
nasabah setiap bulannya selalu berbeda. Dari sini terlihat bahwa
bank syariah terdapat sistem bagi hasil yang adil, sedangkan dalam
Bank konvensional belum terdapat prinsip keadilan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suryo Wicaksono Mawasid (2012)
dalam skripsinya yang berjudul “tinjauan Hukum Islam pengelolaan
dana deposito syariah di BNI Cabang Surakarta”. Penelitian ini
menjelaskan bahwa dalam operasional pengelolaan dana deposito
syariah, bank menghimpun dana dari nasabah yang tertuang pada
akad pembukaan rekening yang kemudian dana tersebut dikelola dan
disalurkan kepada pembiayaan atau usaha yang sesuai dengan
syariah, dengan tujuan memaksimalkan keuntungan dengan tetap
memelihara kecukupan ikuiditas dan keamanan dalam melakukan
11
investasi, kemudian bank menghitung pendapatan dari penyalur dana
dan menentukian bagi hasil kepada nasabah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Daryani (2011), dalam tugas
akhirnya yang meneliti tentang “Sistem dan prosedur Produk
simapanan di BMT Berkah Makmur Klero Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang”, yang bertujuan untuk mengetahui sistem dan
prosedur produk simpanan di BMT Berkah Makmur. Berdasarkan
obsevarsi dan studi kepustakaan maka diperoleh kesimpulan bahwa
sebagai lembaga pelayanan simpanan dan pinjaman, BMT Berkah
Makmur memiliki berbagai macam jenis simpanan. Keputusan atas
simpanan yang diajukan, maka akan berpengaruh pada penyimpan
atau penyedia simpanan. Berdasarkan analisa pengamatan yang
penulis lakukan bahwa sistem dan prosedur produk simpanan pada
BMT Berkah Makmur sudah bagus dan tidak jauh dari teori yang
ada. Maka dibutuhkan komitmen untuk menjaga hubungan baik serta
meningkatkan interaktif antara pihak BMTdengan anggota atau
dengan calon anggota agar nasabah tersebut tidak mudah untuk
memutuskan dari pada lembaga penyedia simpanan yang lain.
Sedangkan untuk perkembangan nasabah simpaann di BMT Berkah
Makmur walaupun mengalami pasang surut akan tetapi sejauh ini
jumlah nasabah BMT Berkah Makmur mengalami peningkatan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Irma Suryani (2005) dalam
skripsinya yang berjudul “konsep dan aplikasi system bagi hasil
12
Deposito Mudharabah Study kasus pada BMT Fajar Sidiq.” Skripsi
ini menerangkan bahwa deposito mudahrabah merupakan suatu
investasi yangdijadikan sebagai alat penghimpun dana oleh bank dan
berdasarkan prinsip bagi hasil, yang mana penarikannya pada saat
jatuh tempo. Sedangkan penerapan akad akad mudharabah mutlaqah
dalam produk deposito mudharabah pada BMT Fajar Sidiq ini
memberikan kebebasan pada BMT untuk mengelola dana deposan
ke dalam aktiva produktif tanpa adanya batasan. Sistem bagi hasil
yang ditetapkan oleh BMT Fajar Sidiq ini adalah revenue sharing,
dengan alasan agar manajemen lebih hati-hati dan produktif demi
mendapatkankeuntungan yang besar.
Dilihat dari beberapa hasil penelitian- penelitian yang sudah ada,
terlihat bahwa adanya kedekatan ataupun kemiripan judul penelitian yang
penulis lakukan.Namun penelitian yang penulis lakukan ini berbeda
dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya.Di sini letak
perbedaanya ada pada titik permasalahan yang penulis fokuskan.Penulis
menitkberatkan pada bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap
pelaksanaan bagi hasil pada simpanan mudharabah berjangka yang terjadi
di BMT Tumang Cabang Salatiga, apakah dalam pelaksanaanya itu sudah
sesuai denganhukum Islam atau belum.
G. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian yang akan penulis teliti ini adalah sebagai
berikut:
13
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a) Pendekatan
Dalam penelitian ini nanti, penulis menggunakan
pendekatan hukum empiris, Artinya dengan medekati masalah
yang di teliti dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial
yang sesuai dengan kenyatan hidup dalam masyarakat.
Penelitian hukum yang berparadigma sebagai fakta sosial yang
mana hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi hukum di
masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat
kepatuhan masyarakat terhadap hukum. (Utsman, 2014:2-3)
Pendekatan hukum ini,dimaksudkan untuk memahami
gejala hukum yang akan diteliti di BMT Tumang Cabang Saltiga
yang berhubungan dengan pelaksanaan bagi hasil simpanan
mudharabah berjangka, apakah dalam kenyataanya sudah sesuai
dengan hukum Islam atau belum.
b) Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakannanti adalah penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan
bahasa denganmemanfaatkanberbagai metode ilmiah. Dalam
penelitian kualitatif ini, metode yang bisaa digunakan adalah
14
wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. (Moleong,
2011:6)
Penelitian ini adalah usaha untuk mengetahui serta mendalami
bagaimana tinajuan hukum Islam terhadap pelaksanaan bagi
hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang
Salatiga, kami sebagai peneliti memilih metode kualitatif dipilih
karena dipandang cocok untuk mendeskripsikan temuan kasus-
kasus yang berkaitan dengan pelaksanaan bagi hasil mudharabah
tersebut dengan terjun langsung kelapangan yaitu di BMT
Tumang Cabang Salatiga.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindaksebagai
pengumpul di lapangan, dengan menggunakan alat penelitian
aktif dan mengumpulkan data- data di lapangan. Selain itu alat
yang dijadikan untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-
dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian nanti serta
alat- alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya
penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempatdi mana lokasi penelitian
iu akan dilakukan. Dalampenelitian yang akan penulis teliti
adalah di koperasi jasa keuangan BMT Tumang Cabang
Salatiga.
15
Penulis memilih lokasi inikarena ingin mengetahui bagaimana
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di
BMT Tumang Cabang Salatiga, sehingga penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dan mengungkap kebenaran bagaimana
dalam pelaksanaan praktek bagi hasil simapanan
mudharabahberjangka ini apakah sudah sesuai dengan syariat
Islam atau belum.
4. Sumber Data
Sumber data penelitian nanti, penulis menggunakan
sumber data penelitian berupa:
a) Sumber Data Primer
Adalah sumber data yang langsung didapatkan dari
lapangan atau lokasi penelitian.
(i) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan
informasi tentang hal- hal yang berhubungan dengan
penelitian.Dalam penelitian nanti yang menjadi
informan adalah Manager BMT Tumang Cabang
Salatiga ini dan juga nasabahnya.
(ii) Dokumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-
data primer, yaitu dokumen- dokumen yang
berhubungan dengan BMT Tumang Cabang Salatiga,
16
yang di antaranya adalah struktur organisasi di BMT
Tumang Cabang Salatiga, data- data berupa tabungan-
tabungan deposito dari para nasabah tersebut.
b) Sumber Data Skunder
Bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema
sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung
penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-
buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang
meneliti hal serupa.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan
penelitian yaitu sebagai berukut:
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secar langsung dan sistematis
terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139). Dalam
observasi nanti, data yang ingin peneliti peroleh secara langsung
dari BMT Tumang Cabang Salatiga dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada
obyek penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar
BMT Tumang Cabang Salatiga dalam proses pemberian bagi
17
hasil simpanan mudharabah berjangka, serta fasilitas yang ada
di BMT Tumang Cabang Salatiga.
b. Interview
Interview adalah cara memperoleh keterangan atau data
dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada
pihak BMT Tumang Cabang Salatiga kepada pihak Manager,
pegawai, dan nasabah yang mendepositokan uangnya di BMT
Tumang Cabang Salatiga tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan, menyusun dan
mengelola dokumen- dokumen tertulis yang terdapat di BMT
Tumang Cabang Salatiga dan kegiatan- kegiatan yang di anggap
berguna untuk dijadikan sebagai bahan keterangan yang
berhubungan denga penelitian nanti.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
deskriptif analisis.Analisis data yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif terhadap data primer dan skunder.Selanjutnya diuraikan
dan disimpulkan dengan memakai metode berfikir induktif yaitu
pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyatan atau fakta- fakta
khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum. (Sudjana,
1988:7)
18
Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus
berdasarka pengamatan di lapangan untuk menilai apakah
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga ini sudah sesuai dengan syariat Islam atau
belum.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu
penelitian, sehingga untuk mendapatkan data yang valid
diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data.
Dalam penelitian nanti, penulis menggunakan
pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik
triangulasi. Menurut Sugiyono (2010:274) Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber yaitu untuk menguji kreadilitas data
dilakukan data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kreadibitasdata
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu yaitu pengecekan data dengan wawancara
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda.
19
Dalam penelitian nanti, penulis menggunaan teknik
triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara dan
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
8. Tahap- tahap penelitian
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan
sebelum melakukan penelitian seperti penulis menentukan
topic penelitian, mencari informasi tentang pelaksanaan akad
mudharabah pada produk simpanan mudharabah berjangka di
BMT Tumang Cabang Salatiga, pembuatan proposal
penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang
harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke
lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti
wawancara kepada informan, melakukan observasi dn
dokumentasi.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan
dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-
data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga
bisa memberi arti pada obyek yang akan diteliti.
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah
terkumpul dan dianalisa serta dikonsultasikan kepada
20
pembimbing maka yang akan dilakukan penulis selanjutnya
adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan
pedoman penulis yang telah ditentukan.
9. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil penelitian nanti adalah sebagai
berikut:
Bab 1 Pendahuluan yang merupakan garis-garis besar
pembahasan isi pokok penelitian yang terdiri atas: latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, meliputi tinjauan umum tentang
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka menurut
hukum Islam. Dijelaskan pula mengenai tentang mudharabah (bagi
hasil), tinjauan umum tentang deposito berjangka, dan juga
tentang bagi hasil deposito berjangka dalam DSN MUI No.
03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito
Bab III Paparan Data dan Temuan penelitian- penelitian
yaitu mendeskripsikan tentang pelaksanaan bagi hasil simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada
bab ini dijelaskan sekilas tentang objek penelitian seperti sejarah
berdirinya, struktur organisasi beserta tugas-tugasnya, dan visi-
misinya di BMT Tumang Cabang Salatiga.
21
Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang tinjauan
hukum islam terhadap pelaksanaan bagi hasil simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada
bab ini menguraikan tentang jawaban terhadap pokok
permasalahan dari penelitian yaitu tentang pelaksanaan praktek
bagi hasil deposito berjangka, apakah cara pelaksanaanya sendiri
sudah sesuai hukum Islam atau belum.
Bab V adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan
saran- saran mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab-
bab sebelumnya. Kemudian pada akhir dari skripsi ini nanti daftar
pustaka dan lampiran- lampiran
22
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Konsep Akad Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berati memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya
(Antonio, 2009: 95).
Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua belah
pihak atau lebih dimana pihak pertama (shahibul al-mal) menyediakan
seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai penyuntik sejumlah dana
sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek), sedangkan nasabah
sebagai pengelola (mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan
dan untuk ini nasabah sebagai pengelola (mudharib) menyediakan
keahliannya (Rivai, 2007: 471).
Menurut istilah Syara’, mudharabah dikenal sebagai suatu
akad atau perjanjian atas sekian uang untuk di pertimbangkan oleh
amil (pengusaha) dalam perdagangan, kemudian keuntungan
dibagikan diantara keduanya menurut syarat-syarat yang ditetapkan
terlebih dahulu, baik dengan sama rata maupun dengan kelebihan
yang satu atas yang lain (wiroso, 2005: 33-34).
23
Dalam Fiqh muamalah, definisi terminologi (istilah) bagi
mudharabah diungkapkan secara bermacam-macam. Diantaranya
menurut Madzhab Hanafiyah (dalam Haroen: 2007) mendefinisikan
mudharabah adalah suatu perjanjian untuk bersero di dalam
keuntungan dengan kapital (modal) dari salah satu pihak dan skill
(keahlian) dari pihak yang lain.
Mudharabah adalah akad kerjasama antara shahibul maal
(pemilik modal) dengan mudharib (yang mempunyai keahlian) untuk
mengelola suatu usaha yang produktif dan halal, keuntungan dibagi
sesuai kesepakatan bersama, jika terjadi kerugian ditanggung shahibul
maal (pemilik modal).
(http://economicvalueoftime.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-
skema-dan-contoh-mudharabah_1545.html)
Dari beberapa definisi sebenarnya secara global dapat
dipahami dan dapat kita simpulkan bahwa Mudharabah adalah kontrak
antara dua belah pihak di mana satu pihak yang disebut investor
mempercayakan modal atau uang kepada pihak kedua yang disebut
mudharib untuk menjalankan usaha niaga.Mudharib menyumbangkan
tenaga, ketrampilan, dan waktunya untuk mengelola perseroan mereka
sesuai dengan syarat-syarat kontrak.
Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa
keuntungan jika ada akan dibagi antara investor dan mudharib
berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian jika
24
ada akan ditanggung sendiri oleh si investor. Secara teknis, al-
mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana
pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola.
Mudharabah terdiri dari 2 (dua) jenis:
a) Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu
mudharabah yang di mana pemilik dana memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya.
b) Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yaitu
mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan pada
pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi.
Misalnya, pengelola dana diperintahklan untuk:
a) Tidak mencampurkan dana pemilik dengan dana lainnya.
b) Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan
cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan.
c) Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi
sendiri tanpa melalui pihak ketiga.
Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik maupun pengelola
dan apabila bank bertindak sebagai pemilik dana maka dana yang
disalurkan disebut pembiayaan Mudharabah. Apabila bank sebagai
pengelola dana maka dana yang diterima:
25
a) Dalam Mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan
perubahan investasi terikat sebagai investasi.
b) Dalam Mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca
sebagai investasi tidak terikat. (Osmad, 2012:147-149)
2. Landasan hukum Mudharabah
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam
ayat-ayat dan hadits berikut ini:
a. Al-Qur’an
ري ي ٱهلل ي ر ي و ض ر و ض ري و ض و ر وو ي ر ي ٱض ي و ض ر ر وو و و او ر وو
Artinya:"…dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah SWT…” (Al-
Muzzammil: 20)
b. Ijma
Diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,
mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak
seorangpun mengingkari mereka.Karenanya, hal itu dipandang
sebagai ijma. (Zuhaily, 1989: 838)
c. Selain itu mengenai deposito ini juga telah diatur dalam fatwa DSN
No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1April 2000 yang menyatakan
bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan
dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan. Salah satu
26
produk perbankan di bidang penghimpunan dana dari masyarakat
adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
nasabah penyimpan dengan baik. (DSN MUI&BI, 2006: 18-19)
3. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Mudharabah Muthlaqah
Penerapan mudharabah muthlaqah dapat berupa tabungan
dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu:
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan
prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan
dana yang dihimpun.
Ketentuan umum:
1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai
nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dana atau
pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan
dari penyimpanan dana, yang dicantumkan dalam akad.
2) Untuk tabungan mudharabah bank dapat memberikan buku
tabungan sebagai bukti penyimpanan. Untuk deposito
mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda
penyimpanan deposito kepada deposan.
27
3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh
penabungan sesuatu dengan perjanjian yang disepakati, namun
tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.
4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan
jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang
diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama
seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan
perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.
5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan deposito
atau tabungan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan syariah.
Gambar 2.1
Skema Mudharabah Muthlaqah
1. Investasi dana 2. pembiayaan
4. bagi hasil 3. Bagi Hasil
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah pada dasarnya sama dengan
persyaratan di mudharabah mutlaqah. Perbedaannya adalah terletak
BANK DEPOSAN
(PENABUN
G)
USER OF
FUND
28
pada adanya pembatasan penggunaan modal sesuai dengan perm
intaan pemilik modal.
Dalam praktik perbankan jenis mudharabah jenis ini terbagi pula
menjadi dua jenis yaitu:
1) Mudharabah Muqayyadahon Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus dimana
pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus
dipenuhi oleh bank.
Karakteristik jenis simpanan ini meliputi:
(a) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus
diikuti oleh bank.
(b) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana
mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan.
(c) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti
simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari
rekening lain.
(d) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan
sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan.
2) Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran
danamudharabah langsung kepada pelaksana usahanya,
dimana bank bertindak sebagai perantara yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana
29
usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat
tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari
kegiatan usah yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya.
Adapun karakteristik dari jenis mudharabah seperti
ini meliputi:
(a) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti
simpanan khusus.
(b) Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.
(c) Rekening khusus dicatat pada pos tersendiri dalam
rekening administrative.
(d) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara
langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik
dana.
(e) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan
kedua pihak.
(f) Antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku
nisbah bagi hasil. (Sumar’in, 2012: 72-74)
30
Gambar 2.2
Skema Mudharabah Muqayyadah
1. Proyek tertentu
4. Penyaluran Dana
5. Bagi Hasil
2.hubungi
Investo
6. Bagi hasil 3. Invest
Dana
4. Rukun dan syarat Mudharabah
a. Rukun mudharabah antara lain:
1) Ijab dan Qabul
Yang dimaksud dengan Ijab dan qabul adalah perkataan yang
diucapkan oleh pihak pertama yang menghendaki terjalinannya
akad mudharabah.Sedangkan Qabul ialah jawaban yang
mengandung persetujuan yang diucapkan oleh pihak kedua
yang mewakilinya.
2) Pemodal dan Pelaku usaha
Orang yang dibolehkan untuk menjalani akad mudharabah
ialah orang yang memenuhi empat criteria yaitu: merdeka,
SPECIAL PROYEK
BANK
Mudharib
(Pengelola)
INVESTOR
Shahibul maal
(Pemilik Dana)
31
baligh, berakal sehat, dan mampu membelanjakan hartanya
dengan baik dalam hal-hal yang berguna. (M. Arifin, 2009:
137-138)
3) Modal
Yang dimaksud dengan mdal adalah harta milik pihak pertama
kepada pihak kedua guna membiayai usaha yang dikerjakan
oleh pihak kedua. (M. Arifin, 2009: 141-14)
4) Usaha
Secara global akad mudharabah yang terjalin antara dua orang
atau lebih, dapat dibagi menjadi dua bagian, selaras dengan
perjanjian antara kedua belah pihak.
5) Keuntungan
Tujuan utama diadakan akad mudharabah adalah keuntungan,
sehingga kedua belah pihak terkait mendapatkan kemanfaatan
materi, pemodal diuntungkan karena dananya berkembang,
sebagaimana pengusaha beruntung, karena mendapatkan
bagian dari hasil. (M. Arifin, 2009: 149)
b. Syarat Mudharabah, antara lain:
1) Modal
a. Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya,
seandainya modal berbentuk barang maka barang tersebut
harus dihargakan dengan harga semasa dalam uang yang
beredar.
32
b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
c. Modal harus diserahkan kepada mudharib, untuk
memungkinkannya melakukan usaha.
2) Keuntungan
a. Pembagain keuntungan harus dinyatakan dalam presentase
dari keuntungan yang mungkin dihasilkan nanti.
b. Kesepakatan rasio presentase harus dicapai melalui
negoisasi dan dituangkan dalm kontrak.
c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah
mudharib mengembalikan seluruh (atau sebagian) modal
kepada rab al-mal.
3) Al –Musyarakah
Al-Musyarakah adalah kerja sama antara dua belah pihak
atau lebih pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai
suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut, yang tidak harus
sama dengan penguasa modal masing-masing pihak. Dalam hal
terjadi kerugian, maka pembagian kerugian dilakukan sesuai
penguasa modal masing-masing. (warkum, 1997: 32-33)
5. Berakhirnya Akad Mudharabah
Mudharabah menjadi batal apabila ada perkara-perkara sebagai
berikut:
a. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudharabah
33
b. Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai
pengelola modal atau pengelola berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan tujuan akad.
c. Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia atau salah
seorang pemilik modal meninggal dunia, mudharabah menjadi
batal. (Hendi, 2010: 143)
6. Manfaat dan Risiko Mudharabah
a. Manfaat mudharabah antara lain:
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan
atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spreat.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan
nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yng
benar, halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan
yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima
34
pembiayaan atau nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan
terjadi krisis ekonomi.
b. Risiko Mudharabah antara lain:
Risiko yang terdapat dalam al-mudharabah, terutama pada
penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi. Di antaranya:
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak.
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya
tidak jujur. (M. Syafi’i Antonio, 2001: 97-98).
B. Deposito (Simpanan Mudharabah)
Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk
deposito.Seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan)
bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku mudharib.Penerapan
mudharabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian yang terdapat di
antara keduanya. Misalnya, seperti yang dikemukakan di atas bahwa akad
mudharabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antra penyetoran dan
penarikan agar dana itu bisa diputarkan. Tenggang waku ini merupakan
salah satu sifat deposito, bahkan dalam deposito terdapat pengaturan
waktu, seperti 30 hari, 90 hari, dan seterusnya. (M. Syafi’i Antonio, 2001:
157)
35
Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah
minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan hasilnya lebih tinggi dari pada
tabungan.Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu
dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat
mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk penghimpun dana ini
bisaanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan dana, sehingga
selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah
satu sarana berinvestasi (Nurianto, 2010: 35).
1. Pengertian Deposito Mudharabah
Deposito adalah harta benda atau uang yang diberiakan ke
dalam pengusaha bank untuk pengamatan, investasi atau sebagai
agunan. Bila seseorang mendepositokan uang ke suatu bank, maka
uang tersebut merupakan harta milik bank dan hubungan antara bank
dengan orang tersebut sama dengan hubungan antara pihak utang
dengan pihak piutang. (Rivai, dkk, 1999: 122)
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan Bank. (http://rudyyalianto.wordpress.com)
Deposito menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik.
(kasmir, 2004: hlm 61).
36
Deposito Mudharabah adalah bentuk simpanan oleh nasabah
kepada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka
waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian, jenis penyimpan ini.
Kepada penyimpan dana diberikan hak untuk memperoleh laba Bank
sesuai dengan presentase yang diperjanjiakan, yang dihitung sesuai
dengan peranan dananya dalam pembentukan laba Bank.
Deposito Mudharabah adalah merupakan investasinya melalui
simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
(jatuh tempo) dengan mendapat bagi hasil.
(Lubis, 2004: hlm. 61)
Deposito investasi Mudharabah adalah dana yang disimpan
nasabah hanya bisaa ditarik berdasarkan jangka waktu, yang telah
ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan
bersama. (Martono, 2004: hlm. 107)
Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga yang
diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya hanya
dapat diakukan pada waktu menurut perjanjian antara penantara
penyimpan dengan bank yang bersangkutan. (Rivai, 2007: 417)
2. Landasan hukum Deposito mudharabah
a) Dalam Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
disebutkan:
37
Depsoito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan
atau Unit Usaha Syariah.
b) Dewan Syariah Nasional dalam fatwa Nomor 03/DSN-
MUI/IV/2000 menjelaskan tentang ketentuan umum deposito
berdasarkan akad mudharabah.
Dalam bank syariah, praktik deposito mudharabah dapat
dijelaskan dengan merujuk pada beberapa aspek berikut:
1) Deposito mudharabah merupakan kategori investasi, sehingga
disebut investment accounts bukan saving accounts
sebagaimana pada tabungan.
2) Dana deposito boleh diperdayakan pihak bank, dan deposan
akan mendapatkan “bagi hasil”.
3) Dana deposito pada prinsip dasarnya tidak boleh diambil
sesuai dengan permintaan deposan (off call), kecuali pada
tanggal telah disepakati. Akan tetapi jika deposan berkehendak
untuk tetap mengambil dana investasi pada tanggal yang tidak
sesuai perjanjian maka akan dikenakan “denda” sesuai dengan
kebijakan bank.
4) Penentuan jangka waktu berdasarkan “regulasi perbankan”
yaitu 1,3,6 serta 12 bulan.
38
5) Terdapat deposito bisaa, maksudnya jika tanggal waktu
deposito habis maka perjanjian akan habis pada tepat waktunya
dan tidak diperpanjang, dengan atau tidak pemberitahuan dari
deposan.
6) Automatic Roll Over merupakan model lain dari deposito
bisaa. Maksudnya jika tanggal waktu deposito habis,
sedangkan deposan tidak ada pemberitahuan maka secara
otomatis pihak bank akan memperpanjang waktu deposito.
7) Perjanjian atau akad mencantumkan shahibul maal yaitu
nasabah sebagai pihak pertama, mudharib yaitu bank sebagai
pihak kedua. (A. Dahlan, 2012: 150-152)
3. Jenis-jenis Deposito
Untuk mencairkan deposito yang dimiliki deposan dapat
menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito, dalam
prakteknya terdapat paling tiga jenis deposito, yaitu deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan deposito on call. Masing- masing
jenis deposito memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dan
khususnya deposito berjangka diterbitkan pula dalam mata uang asing.
Berikut ini jenis-jenis simpanan deposito yang ada di Indonesia saat ini.
(kasmir, 2003: hlm. 62)
1. Deposito berjangka
Deposito berjangka (DB) merupakan deposito yang diterbitkan
dengan jenis jangka waktu tertentu.Jangka waktu deposito
39
berjangka bisaanya berfariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai
dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik
perseorangan maupun lembaga, artinya di dalam bilyet deposito
tercantum nama perorangan atau lembaga si pemilik deposito
berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka yang diterbitkan
dalam valuta asing, bisanya diterbitkan oleh Bank devisa.
Perhitungan, penerbitan umum. Penerbitan deposito berjangka
dalam valas bisanya diterbitkan dalam valas yang kuat, seperti US
dollar, Yen Jepang, DM Jerman atau mata uang yang kuat lainnya.
2. Sertifikat deposito
Sama seperti halnya deposito berjangka, sertifikat deposito
diterbitkan atas untuk dalam bentuk sertifikat serta dapat diperjual-
belikan atau dipindah-tangankan kepada pihak lain.
Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat
dilakukan di muka baik tunai disamping setiap bulan atau jatuh
tempo.Kemudian penerbiatan nilai sertifikatdeposito sudah dicetak
dalam berbagai nominal dan bisaanya dalam jumlah yang
bulat.Sehingga, nasabah dapat membeli dalam lembaran yang
bervariasi untuk jumlah yang diinginkan.
3. Depsosito on Call
Depsoito on Call (DOC) merupakan deposito digunakan untuk
deposan yang memiliki jumlah uang dalm jumlah uang yang besar
dan sementara waktu yang belum digunakan.Penerbitan deposito
40
on Call memiliki jangka waktu minimal 7 hari dan paling lama
kurang dari 1 bulan. DOC diterbitkan atas nama pencairan bunga
dilakukan pada saat pencairan deposito on Call. Namun,
sebelumnya sudah membriatahukan Bank penerbit bahwa yang
bersangkutan akan mencairkan DOC-nya. Besarnya bunga DOC
bisaanya dihitung perbulan dan untuk menentukan jumlah bunga
yang diberlakukan terlebih dahulu dilakukan negoisasi antara
nasabah dengan pihak bank.
4. Sifat-sifat Deposito
a) Deposito mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi
mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan jatuh tempo yang
mendapatkan bagi hasil.
b) Imbalan dibagi dalam bentuk berbagai pendapatan (revenue
sharring) atas penggunaan dana tersebut secara syariah dengan
proporsi pembagian, misalnya: 70:30, 70% untuk deposan dan 30%
untuk bank.
c) Deposito mudharabah berjangka berkisar antara 1, 3, 6, dan 12
bulan. (Parwiraatmadja, K. A., 1992: 20-21)
d) Perbedaan suku bunga atas deposito berjangaka 24 bulan, sejak
Januari 1978, didasarkan atas pertimbangan bahwa kepada para
penabung dengan nilai kecil harus diberikan imbalan lebih besar
41
karena menurut catatan 75% dari seluruh penabung adalah
penabung dengan nilai dibawah Rp 2,5 juta. (Pangestu, J.E. P.,
1984: 75)
5. Deposito dalam fatwa DSN MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Deposito
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 03/DSN-
MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000, menetapkan tentang:
Pertama : Deposito ada dua jenis:
1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang
berdasarkan perhitungan bunga.
2. Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip
Mudharabah.
kedua : ketentuan Umum Deposito berdasarkan Mudharabah:
1. Dalam transkasi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukana)
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
42
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.(Abdul Ghofur,
2007: 80)
C. Konsep Bagi hasil dalam Islam
Kegiatan utama dari sebuah lembaga keuangan adalah
penghimpunan dan penyaluran dana, dimana penyaluran dana hanya dapat
dilakukan apabila dana telah dihimpun, penghimpunan dana ini perlu
dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan
dengan penggunaan dana tersebut. bank maupun lembaga keuangan non
bank seperti BMT sendiri mempunyai empat alternative untuk
menghimpun dana guna kepentingan usahanya, yaitu: Dana sendiri, dan
dari masyarakat, dana pinjaman, dansumber dana lain.
Salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan
menyediakan produk simpanan deposito berjangka dengan sistem bagi
hasil. Simpanan deposito ini dimaksudkan untuk menghimpun dana dari
para nasabah dengan cara membuka rekening deposito. Selanjutnya dana
deposito tersebut akan dijadikan sebagai modal bagi BMT untuk
menjalankan usahanya. Dana yang telah dikumpulkan oleh BMT dari
simpanan deposito berjangka, perlu dikelola dengan penuh amanah dan
43
istiqomah. Dengan harapan dana tersebut mendatangkan keuntungan yang
besar, baik untuk nasabah maupun BMT. Sehingga BMT dapat
memberikan bagi hasil kepada nasabah.
1. Pengertian Bagi hasil
Bagi hasil menurut tertimologi asing (inggris) dikenal dengan
profit sharing.Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai
laba. Secara definitive profit sharing diartikan:” Distribusi beberapa
bagian dari laba para pegawai dari suatu perusahaan.” Lanjut laba
dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai
tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun
sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.
(Muhammad, 2001: 18)
Dalam dunia perbankan Muhammad lebih lanjut menjelaskan
bahwa profit sharing (bagi hasil) adalah suatu sistem yang meliputi
tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana (shahibul maal)
engan mengelola dana (mudharib). (Muhammad, 2000: 52)
Pembagian hasil usaha ini terjadi antara pihak bank (mudharib)
dengan penyimpan dana (shahibul maal), amupun antara bank dengan
nasabah penerima dana (pengusaha). Hasil usaha bank yang dibagikan
kepada nasabah penyimpan dana adalah laba usaha bank yang dihitung
selama priode tertentu. Sedangkan hasil usaha nasabah penerima dana
yang dibagi dengan bank ialah laba usaha yang dihasilkan nasabah
44
penerima dana dari salah satu usahanya yang secara utuh dibiayai
bank. (Djazuli dan Yadi, 2002: 63)
Dalam ekonomi syariah, teori bagi hasil mempunyai ciri dan
karakteristik yang berbeda denga perhitungan bunga seperti pada bank-
bank konvensional. Ciri atau karakteristik bagi hasil adalah sebagai
berikut:
a) Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu
akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
b) Besarnya bagi hasil berdasarkan nisbah dan keuntungan yang
diperoleh.
c) Bagi hasil sangat bergantung pada proyek yang dibiayai. Bila
proyek merugi kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak.
d) Jumlah pembagian hasil meningkat sesuai dengan peningkatan
pendapatan.
e) Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Sedangkan perhitungan bunga mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
a) Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus
selalu untung.
b) Besarnya presentase berdasarkan jumlah uang atau modal yang
dipinjammkan.
45
c) Pembayaran bunga selalu tetap sesuai dengan perjanjian tanpa
mempertimbangkan apakah proyek yang dibiayai untung atau rugi.
d) Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah
keuntungan berlipat-lipat atau ekonomi dalam keadaan booming.
e) Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk agama
Islam. (Muhamad Ridwan, 2007: 65)
Bank berdasarkan bagi hasil tetap meguntungkan semua pihak
yang terlibat, yaitu nasabah (debitur dan deposan) dan Bank (pemegang
saham). Keuntungan yang diperoleh bukan berdasarkan pada bunga yang
dihitung berdasarkan pada bunga yang dihitung berdasarkan saldo
tabungan,, deposito pembiayaan, tetapi berdasarkan persen dari
pendapatan riil nasabah debitur dari Bank. Pendapatan Bank diakui pada
saat bagi hasil diterima (cash based) bukan bunga yang masih akan
diterima (accrual based).
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan
deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan
Mudharabah dan deposito Mudharabah. Pada Bank bagi hasil, besar
kecilnya pendapatan yang diperoleh deposan bergantung pada:
(Muhammad, 2006: 58)
a) Pendapatan Bank
b) Nisbah bagi hasil antara nasabah dan Bank
c) Nominal deposan Mudharabah
d) Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada Bank
46
e) Jangka waktu deposito
Berdasarkan prinsip bagi hasil tidak ada pembatasan bagi Bank
dalam menggunakan dana yang dihimpun teknik perbankan: (Heri, 2003:
66)
a) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah
dan tata cara pemberian keuntungan dan atau pembagian keuntungan
secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpan dana. Apabila
telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam
akad.
b) Untuk tabungan mudharabah, Bank dapat memberikan buku tabungan
sebagai bukti penyimpanan serta kartu ATM atau alat penarikan
lainya kepada nasabah untuk deposito mudharabah. Bank wajib
memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito
kepada deposan.
c) Tabungan Mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai
dengan perjanjian yang disepakati namun tidak diperkenankan
mengalami saldo negative.
d) Deposito Mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati, 1, 3, 6, dan 12 bulan. Deposito yang
diperpanjang setelah jatuh tempo akandiberlakukan sama seperti
deposito yang baru, tetapi nilai pada akad sudahtercantum nilai
perpanjangan otomatis maka tidak tidak perlu dibuat akad yang baru.
47
e) Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan denga tabungan dan deposito
tetap berlaku dan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
2. Dasar hukum bagi hasil
Setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem
bagi hasil, hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat
An-Nisa’ ayat 29:
ي و وي يإرلهلل يأوويتوكر وو طر ر مي رٱلض و نوكر مي ويض لوكر يأو ض و لر كريتو ض نر يلو ي و و هواي لهللذر و
مض ي نكر ي م ..…تر و و ةي و يتو و ض
Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu.”. (Q.S. an-Nisa’ ayat 29)
3. Macam-macam Bagi hasil
Pada bank Islam, kepentingan nasabah penyimpan dana, bank
dan debitur dapat diharmonisasikan karena dengan menggunakan
metode bagi hasil, kepentingan pihak ketiga tersebut paralel, yaitu
memperoleh imbalan bagi hasil sesuai dengan keadaan yang benar-
benar terjadi. Untuk itu manajemen bank akan berusaha
mengoptimalkan keuntungan pemakaian dana.(Edi & Untung, 2005:
39)
Secara umum, prinsip bagi hasil dalm perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu: al-mudharabah, al-
musyarakah, al-muzara’ah dan al-musaqah. (Antonio, 2001: 90)
48
a) Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berati memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya
adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan
usaha.
Secara tekhnis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainya
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola.Seandainya kerugian itu
diakibatkan Karen akecuranagn atau kelalaian si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. (Antonio, 2001: 97)
Jenis perjanjian ini berlawanan dengan musyarakah.Dalam
musyarakah juga ada bagi hasil, tetapi semua pihak berhak untuk
turut serta dalam pengambilan keputusan manajerial.Sedang dalam
mudharabah, pemilik mdal tidak diberikan peran dalam
manajemen perusahaan. Secara umum mudharabah ini terbagi
menajdi dua jenis: mudharabah muthlaqah dan mudharabah
muqayyadah.
Akad mudharabah ini biasanya diterapkan pada produk-produk
penghimpunan dana, seperti:
49
(1) Simpanan/ tabungan mudharabah, adalah simpanan tabungan
pemilik dana yng penyetorannya dan penarikannya dapat
dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya.
(2) Deposito mudharabah, adalah simpanan masyarakat di bank
syariah yang pengambilannya sesuai waktu yang telah
ditetapkan oleh bank syariah. Variasi deposito mudharabah ini
diklasifikasikan ke dalam deposito: 1, 3, 6 dan 12 bulan.
(Muhamad, 2001: 6-7)
b) Musyarakah
Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. (Antonio, 2001: 90)
Secara garis besar Musyarakah dapat dibagi kepada syarikah
amlak dan syarikah uqud.Syarikah amlak berarti eksistensi suatu
perkonsian tidak pelu kepada suatu kontrak membentuknya tetapi
terjadi dengan sendirinya.Sedangkan syarikah uqud berarti
perkongsian yang terbentuk karena suatu kontrak.(Muhamad, 2001:
29)
Akad musyarakah biasa diaplikasikan oleh Bank syariah untuk:
a) Pembiayaan proyek
50
Bank biasa mengaplikasikan akad musyarakah ini untuk
pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. setelah
proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
b) Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, al-musyarakah
diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal
dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu bank
melakukan investasi atau menjual bagian sahamnya, baik
secara singkat maupun bertahap.
c) Al-Muzara’ah
Al-muzara’ah adalah akad kerjasama dalam pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana pemilik lahan
menyediakan tanah untuk dikelola (ditanami dan dipelihara ) oleh
penggarap dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. (Hasan
Ali, 2003: 280)
Dapat dikatakan bahwa al-muzara’ah ini merupakan bentuk
kerjasama mudharabah dalam bidang pertanian.Artinya petani
mengelola suatu lahan pertanian berdasarkan prinsip bagi hasil
panen.Bank atau BMT menyerahkan kepada petani lahan yang
dimilikinya atau yang bukan dalam pemilikan mereka.Kapling
51
tanahnya harus benar-benar ditentukan dalam perjanjian.Hasil
panen dari lahan itu dibagi antara bank dan petani sesuai dengan
proporsi yang telah disepakati. (K. Lewis, 2007: 74)
d) Al-Musaqah
Al-Musaqah adalah akad antara pemilik kebun/tanaman dan
pengelola (penggarap) untuk memelihara dan merawat
kebun/tanaman pada masa teretntu sampai tanaman itu
berbuah.Penggarap berhak memperoleh nisbah tertentu dari hasil
panen. (Hasan Ali, 2003: 280)
Al-musaqah merupakan bentuk kerjasama musyarkah dalm urusan
pemeliharaan buah-buahan.Kedua belah pihak bersepakat
menanam serta merawat pohon buah-buahan.Hasil panen buah-
buahan atau kebun dibagi antara pihak-pihak yang terlibat dalam
perjanjian (bank dan petani) dengan rasio tertentu sesuai dengan
kontribusi mereka masing-masing. (K. Lewis, 2007: 74)
4. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah
Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk
ditentukan diawal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang
akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini
tidak dilakukan, maka berati telah menjadi gharar, sehingga transaksi
menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam praktek dilapangan terdapat istilah revenue sharing dan
profit sharing.Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil
52
bank syariah dan yang dipraktekkan selama ini adalah pendapatan
dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini bisa
dinamakan dengan gross profit. Sedangkan profit sharing adalah
perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil net dari total
pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan tersebut. (Yaya dkk, 2009: 370-371)
Penentuan bagi hasil yang berlaku dapat ditentukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
b) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh.
c) Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak
ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan
adanya kerelaan dari masing-masing pihak tanpa adanya unsur
paksaan.
d) Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan
sekiratnya itu tidak mendapat keuntungan maka kerugian
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
e) Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan
jumlah pendapatan. (Muhammad, 2002: 110)
53
D. Implementasi Prinsip Mudharabah dalam produk Deposito
Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan
syariah menggunakan skema mudharabah.Hal ini sejalandengan tujuan
dari nasabah menggunakan instrument deposito yakni sebagai sarana
investasi dalam memperoleh keuntungan. (Anshori, 2007:95)
Secara tekhnis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam
produk deposito sebagai instrument penghumpunan dana dari masyarakat
pada bank syariah telah diatur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia No.
7/46/PBI/2005 tentang akad penghinmpunan dan penyaluran dana bagi
bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito
berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan sebagai berikut:
1. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana.
2. Dana disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah
nominal.
3. Pembagian keuntungan dari pengglongan dan investasi dinyatakan
dalam bentuk nisbah.
4. Pada akad tabungan berdasrakan mudharabah, nasabah wajib
menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan
oleh bank dan tidak dapat ditaik oleh nasabah kecuali dalam rangka
penutupan rekening.
5. Nasabah tidak boleh menarik dana diluar kesepakatan.
54
6. Bank adalah mudharib menutup biaya operasional tabungan atau
deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
7. Bank tidak boleh mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa
persetujuan naasabah yang bersangkutran.
8. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam
perundang-undangan yang berlaku. (Karim, 2004: 277)
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil di Bank syariah
1. Faktor langsung
Di antara faktor-faktor langsung yang memepengaruhi perhitungan
bagi hasil adalah invsetmen rate, jumlah dana yang tersedia, dan
nisbah bagi hasil.
a. Investmen rate ratio merupakan prosentase actualdana yang
diinvestasikan dari total dana dialokaiskan untuk memenuhi
likuiditas.
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Dana tersebut dapat dihitung melalui metode:
1) Rata-rata saldo minimum bulanan
2) Rata-rata saldo harian
Investmen rate dikalikan dengan jumlah dana yang
tersedia untuk diinvestasikan akan mengahsilkan
jumlah dana actual yang digunakan.
55
c. Nisbah (profit sharing ratio)
1) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang
harus ditentukan dan disetujui pada waktu
perjanjain.
2) Nisbah antara satu Bank lainya dapat berbeda.
3) Nisbah juga dpat berbeda dari waktu ke waktu
dalam satu Bank, misalkan deposit 1, 3, 6, dan 12
bulan.
4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan
account yang lain, sesuai dengan besar dana dan
jatuh temponya.
2. Faktor tidak langsung
Faktor tidak langsung yang mempengaruhi bagi hasil adalah:
a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
biaya. Pendapatan yang dibagihasilakn merupakan pendapatan
yang diterima dikurangi dengan biaya-biaya.
2) Jika semua bank ditanggung Bank, maka hal ini disebut dengan
reventue sharing.
b. Kebijakan accounting (prinsip dan metode akuntansi)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktifitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan
pendapatan dan biaya. (Muhammad, 2002: 106)
56
BAB III
BMT TUMANG DAN SISTEMNYA
A. Gambaran Umum BMT Tumang Cabang Salataiga
1. Sejarah BMT Tumang Cabang Salatiga
Sistem perekonomian dan tatanan kehidupan yang
dikedepankan pada masa orde baru, ternyata tidak bisa memberikan
jawaban akan harapan terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
Sebagian besar dari mereka tinggal diperkotaaan, sehingga putaran
uang dan aktivitas perekonomian berpusat di kota. Sementara
masyarakat desa, yang nota bone merupakan mayoritas dari penduduk
negeri ini, tidak mendapat kesempatan dan perhatian yang
proporsional, baik dari pemerintah maupun dari para praktisi dunia
usaha, sehingga masyarakat desa hanya ditempatkan sebagai obyek
perlengkapan dari sistem pembangunan ekonomi nasional. Lembaga
keuangan selama ini belum mampu diakses mesyarakat secara
luas.Disamping itu belum adanya komitmen dari lembaga perbankan
untuk menciptakan usaha yang lebih adiluntuk lebih mensejahterakan
masyarakat.Bunga Bank yang menjadi dasar operasional perbankan
(konvensional) juga masih menjadi perdebatan dikalangan umat Islam.
Menyadari akan hal tersebut, timbul kesadaran untuk mencoba
memikirkan bentuk alternative sebagai wujud peran serta dalam
pembangunan masyarakat. Akhirnya disepakati untuk merintis
57
berdirinya Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) di Tumang Cabang
Salatiga.
Tahap pertama yang menjadi target program BMT adalah
merekrut anggota masyarakat yang dianggap sukses secara ekonomi,
untuk diajak bergabung menjadi anggota pendiri. Setiap anggota
pendiri diwajibkan menyimpan Simpanan Pokok sebesar Rp.
500.000,00.Dengan modal awal dari anggota pendiir sebesar Rp.
7.050.000,00 BMT “TUMANG” mulai beroperasi yaitu pada tanggal 1
Oktober 1998. Sejak tanggal tanggal 10 bulan April tahun 1999 BMT
berbadan hukum Koperasi Serba Usaha, yang kemudian lebih dikenal
dengan nama KSU BMT Tumang. Agar lebih fokus terhadap bidang
usaha yang dijalanakan maka KSU BMT Tumang sejak tahun 2011
berubah menjadi KJKS BMT Tumang yang Anggaran Dasarnya oleh
Dinas Koperasi dan UKM Prop. Jawa Tengah dengan No.
242/BH/KDK.11. 25/IV/1999 yang sebelumnya wilayah kerja hanya di
Kabupaten Boyolali maka semenjak tahun 2011 telah berbadan hukum
tingkat Jawa Tengah dan berkantor pusat di Jalan Boyolali-Magelang
Km. 10 dan sampai dengan saat ini sudah mempunyai 9 Kantor
Cabang.
KJKS BMT Tumang didirikan selain untuk memenuhi tuntutan
masyarakat, juga mempunyai tujuan yang lebih besar, yaitu membantu
masyarakat kecil menengah supaya mampu mandiri berani
bersaingdengan kekuatan ekonomi yang lain tentunya dalam rangka
58
meningkatkan kkesejahteraan anggotanya. KJKS BMT Tumang telah
membuktikan bahwa keberadaannya sudah diterima oelh masyarakat.
Dengan anggota yang semakin bertambah serta wilayah kerja yang
semakin luas menggambarkan akan perannya cukup besar menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat. Hal terpenting adalah kesungguhan
semua komponen baik di jajaran Manajemen baik itu Pengurus,
Pengawas, maupun Pengelola.Anggota dengan komitmen yang tinggi
untuk mengupayakan pengelolan lembaga yang professional, amanah
dan adil.
2. Profil KJKS BMT Tumang
a. Nama Lembaga : KJKS BMT TUMANG
b. Tanggal Pendirian : 1 Oktober 1998
c. Alamat Kantor Pusat :Jl. Boyolali-Magelang Km. 10. Cepogo,
Boyolali 57362 Telp. (0276) 323 454 Faks. (0276) 323 336
d. Alamat Kantor Cabang:
1) TUMANG
Jl. Melati, Tumang, Cepogo, Boyolali Telp. (0276) 323335
2) CEPOGO
Jl. Boyolali-Magelang Km. 10. Cepogo, Boyolali Telp. (0276)
323454
3) AMPEL
Jl. Raya Ampel (Depan Ps. Ampel) Telp. (0276) 33066
4) KARTASURA
59
Jl. Ahmad Yani No. 83 (Depan Pasar Kartasura) Kartasura
Telp. (0271) 784385
5) BOYOLALI
Jl. Boyolali-Semarang Km. 1 (Barat Terminal Boyolali-Perum
Galaxy Land)
6) ANDONG
Jl. Raya Kacangan (Barat Psr. Kacangan) Andong, Boyolali
Telp. (0271) 7893025
7) SALATIGA
Jl. Sukowati No. 9 Salatiga Telp. (0298) 312729
8) DELANGGU
Jl. Raya Solo-Jogja Km. 21 (Selatan Pasar Delanggu)
Delanggu, Klaten Telp. (0272) 554358
9) SELO
Jl. Boyolali-Magelang Km. 18, Selo, Boyolali Telp. (0276)
329540
3. Kelengkapan Organisasi
a. Badan Hukum : 242/BH,KKDK.11.25/IV/1999
b. Badan Hukum PAD : 02/PAD/XIV/1/2011
c. Nomor Pokok Wajib Pajak : 02.014.0381.4-527.000
d. SIUP : 063/11.32/PK/X/2012
e. TDP : 113324600215
f. Jangkauan pelayanan : Wilayah Jawa Tengah
60
g. Waktu Operasional : Hari Senin-Jum’at
Jam 07.30-16.30 WIB
4. Visi Dan Misi BMT TUMANG
a) Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang Mandiri, Modern,
dan Sejahtera
b) Misi
(1) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syariah mandiri, modern,
amanah, dan sejahtera
(2) Mengembangkan SDM yang tangguh, professional, dan
berdaya saing tinggi
(3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung operasional BMT.
5. Keunggulan BMT TUMANG
a) Sistem dan kinerja BMT berpegang pada prinsip dasar yang
berlandaskan Syariah.
b) BMT menjauhkan dari sistem riba, masysir, gharar: yang
melanggar prinsip fiqh al ghunmu bil ghurmi (keunggulan muncul
bersama resiko) atau al kharaj bi dhaman (hasil muncul bersama
beban) yaitu dengan sistem bagi hasil.
c) Dengan menitipkan dana di BMT TUMANG dana aman,
bermanfaat dan insyaAllah barokah.
d) Pelayanan maksimal, siap mengambil dan mengantar.
61
6. Kondisi Sumber Daya Insani (SDI)
a) Pengawas Syariah
a. Drs. MM. Munir Asrori
b. HM. Saefudin. Zuhri
c. HM. Ali Sya’ni, BA
b) Pengawas Manajemen
a. H. Soeryanto, SH
b. Edi Darmasto, SE.Akt
c. H. Sismanto. SE
d. HM. Muchlas, SH, MH
e. Aris Munandar, SE
c) Pengurus
a. Ketua : Dwi Rochmiathy, S.Pd, MM
b. Sekretaris : Rofiq Ridhoni, S.Kep
c. Bendahara : HM.Wasil, SE,MM
d. Anggota : H.Munawar, A.Ma.Pd. dan Nanang Ibrahim, ST
d) Direksi
a. H. Adib Zuhairi, S.Sos, MM : Direktur Utama
b. Joko Sriyanto : Direktur Operasional
c. Harun Santoso, SE, M.Sy : Direktur Marketing
e) Pengelola
Jumlah pengelola sampai dengan bulan Oktober 2015 adalah 125
orang dengan spesifikasi dan distribusi sebagai berikut :
62
Tabel: 3.1
Jumlah pengelola sampai bulan Oktober 2015
No Jabatan / Peran Jumlah Keterangan
1. Direktur Utama 1 Kantor Pusat
2. Direktur
Operasional
1 Kantor Pusat
3. Direktur Marketing 1 Kantor Pusat
4. Manajer Personalia 1 Kantor Pusat
5. Manajer Maal 1 Kantor Pusat
6. Manajer Cabang 10 Kantor Cabang
7. Koordinator 3 Kantor Pusat
8. Legal Officer 1 Kantor Pusat
9. Marketing 44 Kantor Cabang
10. Teknologi
Informasi
2 Kantor Pusat
11. Teller / CSBO/BO 18 Kantor Pusat dan cabang
12. Staf 7 Kantor Pusat dan Cabang
13. Accounting 1 Kantor pusat dan Cabang
14 Auditor 2 Kantor Pusat
15 Internal Keamanan 11 Kantor Pusat dan Cabang
16 Office Boy 1 Kantor Pusat dan Cabang
17 Driver 1 Kantor Pusat dan Cabang
18 Magang 19 Kantor Pusat dan Cabang
Jumlah 125
Sumber : Profil KJKS BMT Tumang
63
7. Struktur Organisasi BMT Tumang
Organisasi adalah wadah atau wahana yang menjamin
terciptanya aktivitas orang yang telah bersepakat dalam kerja sama
guna mencapai tujuab yang telah ditetapkan. Untuk menghindari
terjadi tumpang tindih dalam pembagian tugas yang hanya
menimbulkan tidak adanya kesatuan perintah, terutama dalam
pendelegasian wewenang, maka diperlukan adanya struktur organisasi
yang baik dan jelas.Struktur organisasi adalah kerangka yang
menggambarkan pola tetap dari hubungan di antara bidang-bidang
kerja yang ada di dalam organisasi.Struktur organisasi ini harus
disesuaikan dengan keadaan kemampuan dan perkembangaan dari
organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi dapat diketahui
sampai di mana wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki
seseorang dalam menjalankan tugasnya.
64
Gambar 3.1
Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang
RAPAT ANGGOTA
PENGURUS
Sumber: KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga
Perusahaan membutuhkan adanya struktur organisasi yang
tepat dan jelas sebagai dasar untuk menjelaskan aktivitas sehari-
hari.Adapun struktur organisasi yang digunakan pada KJKS “BMT
PENGAWAS
SYARIAH
PENGAWAS
MANAJEMEN
N
MANAJER
UTAMA
AUDIT
INTERNAL
MANAJER
OPERASIONAL
DIREKTUR
MARKETING
MANAGER
PERSONALIA
MANAGER
KEUANGAN
MANAGER
CABANG
MANAGER
MAAL
65
Tumang” adalah struktur organisasi garis, yaitu struktur yang
menunjukkan suatu rangkaian dari kekuasaan perintah dari
manajemen ke bawah melalui bermacam-macam bagian sampai pada
tingkat kekuasaan atau tanggung jawab terendah. Adapun keterangan
dari struktur organisasi diatas adalah:
a) Rapat Anggota
Merupakan lembaga tertinggi pada Koperasi dan akan mengadakan
rapat setahun satu kali. Tugasnya antara lain:
(1) Mengevaluasi kinerja koperasi secara keseluruhan selama 1
(satu) tahun
(2) Memberikan catatan hasil kinerja selama 1 (satu) tahun kepada
pemangku kepentingan.
Wewenangnya antara lain:
(1) Mengesahkan rencana kerja dan rencana anggaran dan
Pendapatan Koperasi untuk tahun buku berikutnya dan
peninjauan Anggaran belanja untuk tahun buku yang berjalan.
(2) Penetapan pembaian Sisa hasil Usaha (SHU)
(3) Pemilihan dan pengangkatan anggota pengurus (jika masa
jabatannya telah selesai
b) Pengurus
Tugasnya antara lain:
(1) Menyelenggarakan RAT
66
(2) Menyususn atau merumuskan kebijakan umum untuk mendapat
persetujuan Rapat Anggota.
(3) Menyelenggarakan Rapat Pengurus untuk:
(a) Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT
Tumang
(b) Menentukan dan membuat kebijakan strategi BMT
Tumang
(4) Menandatanganidokumen dan surat yang berhubungan dengan
BMT Tumang
Wewenangnya antara lain:
(1) Bersama pengurus yang lain mengangkat, member sanksi dan
memberhentikan pengelola BMT Tumang
(2) Menyetujui atau menolak mengenai:
(a) Pembiayaan yang nilainya diatas wewenang Manager
Utama
(b) Kebijakan baru BMT Tumang dengan pertimbangan dari
sekretaris dan bendahara
(c) Kerjasama dengan pihak lain (investor dari luar) yang
diusulkan Manager
(3) Menegsahkan laporan bulanan yang diajukan Manager Utama
c) Pengawasan Manajemen
Tugasnya antara lain:
67
(1) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal minimal
satu kali dalam satu tahun
(2) Memberikan pengarahan terhadap pengangkatan Pengelola,
penyusunan anggaran dan rencana kerja
(3) Memberikan pengarahan terhadap permohonan pembiayaan
yang tidak dapat diputuskan oelh pengurus
Wewenangnya yaitu: mengawasi dan memeriksa laporan keuangan
dan aspek manajemen lainnya.
d) Pengawas Syariah
Tugasnya antara lain:
(1) Melakukan monitoring setiap dan audit internal minimal satu
kali dalam satu bulan
(2) Memberikan masukan dan pengarahan terhadap pengangkatan
pengelola, penyususnan anggaran dan rencana kerja
(3) Memonitor kegiatan BMT dan memberikan arahan yang
berkaitan dengan aspek syariah
Wewenangnya : Memotivasi dan memeriksa kegiatan BMT agar
sesuai dengan kaidah syariah islam.
e) Manajer Utama
Tugasnya antara lain:
(1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui
Pengurus, dan untuk hal-hal prinsipil disetujui oleh Pengawas
atau Rapat Anggota
68
(2) Menyusun dan mengususlkan rancangan anggaran BMT dan
rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada
pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada rapat anggota
(3) Menyusun dan meminta persujuan Pengurus tentang
pembukaan Rekening Bank dan penandatanganan Rekening
simpanan BMT pada Bank secara bersama-sama
(4) Membuat laporan secara periodi kepada pengurus
(5) Menyampaikan laporan keuangan dan laporan tingkat
kesehatan BMT secara periodic kepada Pengawas Manajemen
Wewenangnya antara lain:
(1) Menyetujui pembiayaan sampai dengan jumlah Rp.
150.000.000,00,-, dan lebih dari jumlah tersebut harus dengan
persetujuan Rapat Pengurus
(2) Mengajuakan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan
(3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian
pengelola
f) Internal Auditor
Tugasnya antara lain:
(4) Pengumpulan data atau informasi mengenai pencatatan,
klarifikasi, penyusunan laporan keuangan yang etrdiri dari
Neraca, Daftar Laba/Rugi, Arus Kas, Perubahan Modal, Car,
serta laporan ini yang diperlukan
69
(5) Memastikan bahwa semua kebijakan, rencana dan prosedur
koperasi telah benar-benar ditaati
(6) Memastikan bahwa semua harta milik koperasi telah
dipertanggungjawabkan dan dijaga dari semua kerugian
(7) Menerima pemberitahuan tentang adanya proses nota debet /
nota kredit
Wewenangnya antara lain:
(1) Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat control
mekanisme operasional
(2) Memibta data atau informasi yang berkenaan dengan hal audit
kepada manajemen koperasi
g) Manajer Operasional
Tugasnya antara lain:
(1) Terselenggaranya pelayanan yang emmuaskan kepada
anggota BMT Tumang
(2) Terevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang
ada dalam operasional BMT Tumang
(3) Terbitnya laporan keuangan, laporan perkembangan
pembiayaan dan laporan mengenai penghimpunann dana
secara lengkap, akurat dan sah baik harian, bulanan maupun
sesuai dengan periode yang dibutuhkan.
Wewenangnya antara lain:
70
(1) Mengeluarkan biaya operaisional rutin dalam batas
wewenang
(2) Menyetujui pengeluaran kas untuk penarikan tabungan dalam
batas wewenang
(3) Melakukan control terhadap kehadiran pengeloal
(4) Memeriksa seluruh laporan dalam bidang operasional.
h) Manajer Marketing
Tugasnya antara lain:
(1) Pencapaian target marketing baik funding meupun lending
(2) Penyelenggaraan rapat marketing dan penyelesaian
permasalahan ditingkat marketing
(3) Penilaian dan evaluais kinerja bagain marketing
Wewenangnya antara lain:
(1) Memberikan usulan untuk pengembangaan pasar
(2) Menentukan target funding maupun lending bersama dengan
Manager Utama
i) Manajer Cabang
Tugasnya antara lain:
Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah
disetujui Manager Utama
a) Menyusun dan mengusulkan nrancangan BMT cabang dan
rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada
Manajer Utama
71
b) Menyusun dan meminta persetujuan Manajer Utama tentang
peraturan wewenang Komite Pembiayaan
c) Mengajuakan usul kepada Manajer Utama tentang jenis atau
produk baru untuk disetujui penggunaanya.
d) Membuat laporan secara periodic kepada Manajer Utama
Wewenangnya antara lain:
(1) Menyetujui pembiayaaan sampai dengan jumlah Rp.
25.000.000,-, dan lebih dari jumlah tersebut harus mendapatkan
persetujuan Mananger Utama
(2) Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan
(3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian
Pengelola BMT cabang
j) Kepala Devisi Maal
Tugasnya antara lain:
(1) Menyiapak konsep pengelolaan baitul maal secara tepat yang
disesuaikan dengan kondisi ummat yang ada disetiap
lingkungan dengan tetap mengacu pada kaidah baku syariah
Islam, dan menjadikan sebagai bagian dari dakwah.
(2) Menyiapkan seluruh dokumen yang diperlukan agar setiap
transaksi tecatat dengan rapi, baik dan dapat
dipertanggungajwabkan
72
(3) Mengatur pemasukan dan pengeluaran dana Maal, serta
membuat laporan secara teratur kepada Manajer Utama atau
donator bila diperlukan
Wewenangnya antara lain:
(1) Menghubungi anggota masyarakat untuk dakwah
(2) Menetapkan pendistribusian Maal kepada yang berhak
k) Kepala Bidang Personalia
Tugasnya antara lain:
(1) Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan hubungan
eksternal BMT atau Koperasi
(2) Melakukan pengadministrasian dan pemeliharaan data
karyawan, serta hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan,
pendidikan, pelatihan, karir dan hubungan antar karyawan.
Wewenangnya antar lain:
(1) Membuat kebijakan yang berkaitan dengan hal-hal umum
(2) Melakukan pencairan dana utuk kebutuhan pengadaan
inventaris kantor
l) Manajer Keuangan
Tugasnya antara lain:
(1) Memberikan pelayanan kepada masing-masing cabang dalam
hal kebutuhan rumah tangga
(2) Mengatur dalam pengeluaran kebutuhan disetiap cabang
meliputi buku simpanan, slip setoran, akad, warkat, dll
73
Wewenangnya antara lain:
(1) Mengatur pola administrasi
(2) Mengajukan anggaran untuk kebutuhan administrasi
Gambar 3.2
Struktur Organisasi BMT Tumang Cabang Salatiga
Sumber: KJKS Tumang Cabang Salatiga
B. Produk-produk BMT TUMANG
a) Produk Pendanaan (Funding)
1) Simpanan Mudharabah Al Muthlaqah
Simpanan MudharabahAl Muthlaqah adalah simpanan
berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al muthlaqah,
dimana mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT
TUMANG untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan
MANAJER CABANG
Marketing
Finance
Marketing
Funding
Customer
Service
Back Office
Teller Security
74
dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan
manfaat pada anggota yang lain secara halal dan professional.
Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT
sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di awal.Simpanan ini
dapat diambil sewaktu-waktu. Simpanan mudharabah al-
muthlaqah memiliki manfaat sebagai berikut:
(a) Aman, manfaat, menguntungkan dan insyaAllah barokah
(b) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan
ketentuan syariah
(c) Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda
(d) Bebas biaya administrasi
Syarat pembukaan Rekening Simpanan mudharabah al-
muthlaqah adalah sebagai berikut:
(a) Menjadi anggota BMT Tumang
(b) Membayar simpanan pokok Rp. 10.000,- dan simpanan
wajib Rp. 5.000,-
(c) Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,-
(d) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan
rekening
(e) Perorangan melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri
lainnya
(f) Lembaga menyerahkan identitas yang ditentukan oleh
KJKS
75
Bagi hasil SimpananMudharabah Al Muthlaqah:
(a) insyaAllah halal dan barokah
(b) anggota penyimpan akan mendapatkan bagi hasil
simpanan sesuai dengan kesepakatan.
(c) Besarnya bagi ahsil simpanan ditetapkan menurut
keuntungan KJKS BMT Tumang dengan nisbah antara
BMT : anggota adalah 70 : 30
(d) Bagi hasil yang dimaksud akan diperhitungkan setiap
akhir bulan dan akan ditambahkan secara otomatis ke
rekening simpanan anggota setiap awal bulan.
Jenis-jenis Simpanan Mudharabah Al Muthlaqah:
(a) Simpanan Sukarela (Sikala)
(b) Simpanan Idul Fitri
(c) Simpanan Idul Adha (Qurban)
(d) Simpanan Pendidikan
(e) Simpanan Haji
(f) Simpanan Menikah
(g) Simpanan Sadranan (Si mandra)
2) Simpanan Mudharabah Berjangka
Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito) adalah
simpanan berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al-
muthlaqah, dimana mudharib memberikan kepercayaan
kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana yang dapat
76
digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat
memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan
professional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota
dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di
awal. Manfaat Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito)
antara lain:
(a) Aman, manfaat, menguntungkan dan InsyaAllah barokah
(b) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan
ketentuan syariah
(c) Menolong sesama tanpa harus emngurangi keuangan
anda
(d) Bebas biaya administrasi
Syarat pembukaan Rekening Simpanan Mudharabah
Berjangka (Deposito):
(a) Menjadi anggota BMT Tumang
(b) Simpanan minimal Rp. 1.000.000,-
(c) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan
rekening
(d) Melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya.
Bagi hasil Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito):
(a) insyaAllah halal dan barokah
(b) Bagi hasil akan dipindahbukukan ke rekening
simpanana mudharabah bisaa setiap tanggal 1
77
(c) Ketentuan nisbah bagi hasil yang ditawarkan adalah
Jangka Waktu . Nisbah Penyimpan**
i. 1 Bulan 35%
ii. 3 Bulan 40%
iii. 6 Bulan 42,5%
iv. 12 Bulan 45%
**Waktu dan Nisbah bisa disepakati antara BMT dan Pentimpan
3) Simpanan Mudharabah Berjangka Untuk Masa Depan (Si
Muda MaPan)
Si Muda MaPan adalah produk simpanan di BMT Tumang
dengan prinsip akad mudharabah muthlaqah, yaitu perjanjian
mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu
(investasi tidak terikat). Simpanan tersebut direncanakan
khusus untuk kebutuhan anggota di waktu yang akan dating.
Manfaat Si Muda Mapan antara lain:
a) Dengan akad Mudharabah Muthlaqah penyimpan
dapat memperoleh bagi haisl dari hasil usaha
BMT Tumang yang insyaAllah halal dan Barokah
b) Bagi hasil yang diterima setiap bulannya akan
ditambahkan ke simpanan, yang secara otomatis
akan menambah bagi ahisl secara proporsional
c) Untuk simpanan jangka waktu minimal 3 tahun
akan mendapatkan manfaat khusus yaitu akan
78
dimasukkan ke dalam keluarga peduli pendidikan,
diantaranya:
(a) Setiap tahun ajaran baru akan
mendapatkan bingkisan peralatan sekolah
(b) Anggota yang sakit (0pname) akan
emndapatkan santunan Rp. 200.000,-
(c) Anggota yang meningal dunai akan
mendapatkan santunan sebesar Rp.
1.000.000,-
(d) Setiap anak didik yang berprestasi disa
diusulkan mendapatkan bea siswa dari Devisi
Maal BMT Tumang
Ketentuan Si Muda Mapan:
a) Menjadi anggota BMT Tumang
b) Setoran minimal setiap bulan Rp. 50.000,-
c) Jangka waktu dan ketentuan nisbah bagi ahsil penyimpan
Jangka waktu Nisbah
Penyimpan
i. 1 tahun 35%
ii. 2 tahun 40%
iii. 3-5 tahun 45%
iv. 6-9 tahun 46%
v. 10-12 tahun 47,5%
79
vi. Labih dari 12 tahun 48%
Dari bagi hasil yang seharusnya diterima, 2,5%nya disisihkan
untuk infaq sosial yang akan dimasukkan ke bagian Maal
BMT Tumang. Ilustrasi penerimaan bagi hasil Si Muda
Mapan Simpanan : Rp. 100.000,- per bulan Waktu : 6 tahun
Nisbah : 46%
b) Produk Pembiayaan
(1) Investasi
Transaksi pembiayaan investasi dapat dilakukan dalam 2jenis
transaksi, yakni Mudharabah dan Musyarakah.
(a) Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/
perniagaan antara pihak pemilik dana (shahibul maal)
sebagai pihak yang menyediakanmodal dana sebesar
100% dengan pihak pengelola modal (mudharib), untuk
diusahakan dengan porsi keuntungan akan dibagi
bersama (nisbah) sesuai dengan kesepakatan dimuka dari
kedua belah pihak,sedangkan kerugian (jika ada) akan
ditanggung pemilik modal, kecuali jika ditemukan
adanya kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola
dana (mudharib), seperti penyelewengan,kecurangan,
dan penyalahgunaan dana.
80
Akad kerjasama Mudharabah ini dibedakan dalam 2
jenis, yakni:
(i) Mudharabah Muthlaqah, akad ini adalah perjanjian
mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian
tertentu (investasi tidak terikat), misalnya dalam ijab
si pemilik modal tidak mensyaratkan kegiatan usaha
apa yang ahrus dilakukan dan ketentuan-ketentuan
lainnya, yang pada intinya memberikan kebebasan
kepada pengelola dana untuk melakukan
pengelolaan investasinya.
(ii) Mudharabah Muqayyadah, akad ini mencantumkan
persyaratan-persyaratan tertentu yang ahrus dipenuhi
dan dijalankan oleh sipengelola dana yang berkaitan
dengan tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek
investasinya (investasi yang terikat). Sebagai
contoh: pengeloal dana dipersyaratkan dalam
kerjasama untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
(a) Tidak mencantumkan dana mudharabah yang
diterima dengan dana lainnya.
(b) Tidak melakukan investasi pada kegiatan usaha
yang bersifat sistem jual beli cicilan, tanpa adanya
penjamin dan atau tanpa jaminan.
81
(c) Si pengelola dana harus melakukan sendiri
kegiatan usahanya dan tidak diwakilkan kepada
pihak ketiga.
(b) Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah (Syirkah) adalah suatu
bentuk akad kerjasama perniagaan antara beberapa
pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam
suatu usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai
hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen
usaha tersebut.Keuntungan dibagi menurut proporsi
penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan
bersama.Musyarakah dapat diartikan pula sebagai
pencampuran dana untuk tujuan pembagian
keuntungan.
Jenis-jenis Musyarakah:
(i) Syirkah Kepemilikan (Amlak), syirkah yang terjadi karena
warisan, wasiat atau faktor lainnya yang mengakibatkan
pemilikan asset oleh kedua orang atau lebih, serta berbagi
dalam kepemilikan asset ril tersebut atas keuntungan yang
dihasilkan daripadanya.
(ii) Syirkah Akad/ Kontrak (Uqud), syirkah yang terjadi
karena kesepakatan dua orang mitra atau lebih yang
bekerjasama dalam permodalan, kerja, dan atau keahlian
82
serta berbagi keuntungan dan kerugian dari kemitraan
tersebut. syirkah Akad/ Kontrak ini memiliki berbagai
jenis dan variasi, yakni:
(2) Pembiayaan Jual-Beli
Ada beberapa konsep jual beli yang diperbolehkan
dalam Islam, antara lain adalah Murabahah, Salam dan
Istisna
(a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
(harga perolehan) dengan tambahan keuntungan
(marjin) yang disepakati oleh keduabelah pihak
(Penjual dan Pembeli).Karakteristiknya adalah penjual
harus memberitahu berapa harga produk yang dibeli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahannya.Cara pembayaran dan jangka waktu
disepakati bersama, dapat secara lumpsum ataupun
secara angsuran.Murabahah dengan pembayaran secara
angsuran ini disebut dengan Bai” Bitsaman Ajil.
(b) Pembiayaan Salam
Salam adalah akad pembelian jual-beli yang dilakukan
dengan cara pembeli melakukan pemesanan pembelian
83
terlebih dahulu atas barang yang dipesan/ diinginkan
dan melakukan pembayaran dimuka atas barang
tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus
ataupun dengan cara mencicil, yang keduanya harus
diselesaikan pembayarannya (dilunasi) sebelum barang
yang dipesan/ diinginkan diterima kemudian.
(c) Pembiayaan Istisna
Istisna adalah akad bersama pembuat untuk suatu
pekerjaan tertentu dalam tanggungan atau akad jual beli
suatu barang yang akan dibuat terlebih dahulu oleh
pembuat yang juga sekaligus menyediakan kebutuhan
bahan baku barangnya. Jika bahan baku disediakan oleh
pemesan, akad ini menjadi akad Ujrah (upah)
(3) Pembiayaan Jasa-Sewa
(a) Pembiayaan Ijarah
Ijarah adalah pemilikan hak atas manfaat dari
penggunaan sebuah asset sebagai ganti dari
pembayaran. Pengertian Sewa (Ijarah) adalah sewa atas
manfaat sari sebuah asset, sedangkan sewa-beli (jarah
wa Iqtina) atau disebut juga Ijarah Muntahiya bi Tamlik
adalah sewa yang diakhiri dengan pemindahan
kepemilikan.
84
(b) Pembiayaan Muntahiya Bitamlik
Ijarah Muntahiya Bitamlik adalah fasilitas pembiayaan
dengan sistem sewa atas suatu objek sewa antara Bank
dan nasabah dalam periode yang ditentukan dan
diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan nasabah
(4) Pembiayaan Qordh
Pembiayaan Qordh adalah meminjamkan harta kepada
orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam litelatur
fiqh, Qordh dikategorikan sebagai akad tathawwu yaitu
akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.
Dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial,
Lembaga Keuangan Syariah dapat memberikan fasilitas
yang disebut Al-Qardhul Hassan, yaitu penyediaan
pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk
mendapatkannya.
85
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL
SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA STUDY KASUS DI
BMT TUMANG CABANG SALATIGA
A. PelaksanaanBagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga
1. Operasional Deposito Mudharabah di BMT Tumang Cabang
Salatiga
Kegiatan utama dari sebuah lembaga keuangan adalah
penghimpunan dana, salah satunya adalah penghimpunan dana dari
masyarakat, penghimpun dana dari masyarakat ini dilakukan guna
membantu permodalan awal dari pada pendiri, adapun salah satu cara
untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan menyediakan
produk deposito berjangka. Secara umum, deposito berjangka adalah
simpanan perorangan atau badan usaha yang hanya dapat diambil setelah
jatuh tempo.Sehingga, deposito berjangka merupakan suatu simpanan
yang berbeda dengan simpanan lainnya, seperti tabungan, yang sewaktu-
waktu dapat diambil oleh nasabahnya.
Produk deposito yang disediakan oleh BMT Tumang Cabang
Salatiga ini adalah deposito berjangka, dengan jangka waktu 3 bulan, 6
bulan, dan 12 bulan. Dimana dalam produk deposito ini akad yang
86
digunakan adalah akad wadiah yad dhamanah, pengelola beralasan bahwa
semua simpanan uang dari masyarakat pada prinsipnya adalah sebuah
titipan yang wajib dijaga dan dikembalikan sesuai dengan prosedur yang
ada di BMT Tumang Cabang Salatiga. (wawancara dengan Bapak Ni’am
selaku Manager BMT Tumang Cabang Salatiga pada Hari Jum’at tanggal
22 Juli 2016 jam 13.30)
Adapun operasional deposito mudharabah di BMT Tumang
Cabang Salatiga ini meliputi: strategi pemasaran produk deposito
mudharabah, prosedur pembukaan rekening dan ketentuan yang berlaku
didalamnya, dan pengelolaan dana deposito di BMT Tumang Cabang
Salatiga.
a) Strategi pemasaran Produk Simpanan Mudharabah Berjangka
(Deposito Mudharabah)
Tehnik yang dijalankan untuk mensosialisasikan produk-produk pada
saat pendirian BMT TUMANG Cabang Salatiga adalah:
1. Menggunakan 2 strategi perkenalan yang pertama, “Gebyar” yaitu
semua marketing dari berbagai cabang dikumpulkan menjadi satu
dan semua dikerahkan ke daerah-daerah sekitar Salatiga, seperti
masjid, instalasi pendidikan, kecamatan dan rumah-rumah warga.
Yang kedua “Soft Opening” yaitu mengadakan acara perkenalan
atau sosialisasi dengan mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat
(ketua RT/RW), para pejabat, dan warga masyarakat yang tergolong
ahniyah (orang kaya). Sehingga dengan cara itu diharapkan
87
bisaterjalin kerja sama yang baik antara msyarakat dengan BMT
Tumang Cabang Salatiga.
2. Selain menggunakan cara di atas, dalam memperkenalkan pendirian
BMT Tumang Cabang Salatiga juga dengan pembuatan pamplet,
liflet dan juga setangkai bunga mawar dengan tulisan BMT Tumang
Cabang Salatiga, untuk diberikan kepada warga masyarakat sebagai
promosi telah dibukanya BMT Tumang Cabang Salatiga. Serta
disebarkan di tempat-tempat umum seperti amsjid dan pasar-pasar
agar dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Berikut pendapat beberapa anggota terhadap simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga:
(1) Nama : Zaenal Arifin
Simpanan :Rp. 3.000.000
Beliau mengungkapkan bahwa prosedur pengajuan
simpanan mudharabah berjangka yang ditetapkan oleh BMT
Tumang Cabang Salatiga tidaklah terlalu sulit dan berbelit-belit.
Beliau juga senang dan puas dengan simpanan mudharabah
berjangka yang mempunyai jangka waktu yang bervariatif yaitu
1,3,6 dan 12 bulan.
(2) Nama : Ibu Marwah
Simpanan : Rp. 5.000.000
Beliau menmgungkapkan dengan adanya simpanan
mudharabah berjangka, beliau bisa menyimpan uangnya dengan
88
aman dan bisa diperpanjang secara otomatis walaupun beliau
tidak memberitahukan kepada pihak BMT akan diperpanjang.
b) Prosedur pembukaan rekening dan ketentuan yang berlaku dalam
Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito Mudharabah) di
BMT Tumang Cabang Salatiga
(1) Prosedur Pembukaan Rekening Deposito
(a) mMenjadi anggota KJKS BMT TUMANG
(b) Menyetorkan uang yang akan didepositokan minimal Rp.
1.000.000,-
(c) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening
(d) Melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya
(e) Memilih jangka waktu yang akan digunakan: 3, 6, atau 12
bulan.
(2) Ketentuan yang berlaku dalam produk deposito (Simpanan
Mudharabah Berjangka)
(a) Jangka waktu penyimpanan adalah 1, 3, 6, dan 12 bulan
dengan diberikan bagi hasil sesuai ketentuan yang berlaku
(b) Penarikan simpanan sebelum jatuh waktunya berakhir
dikenakan Bagi Hasil sesuai dengan ketentuan BMT Tumang
Cabang Salatiga.
(c) Bagi hasil akan dibayarkan setiap bulan sesuai tanggal jatuh
temponya
89
(d) Jika dikehendaki setelah jatuh waktunya, simpanaan ini dapat
diperpanjang secara otomatis dengan dikenakan Nisbah Bagi
Hasil yang berlaku saat perpanjangan
(e) Simpanan atas nama tidak dapat dipindahtangankan, simpanan
atas pembawa dapat dipindahtangankan.
(f) Bila pemilik simpanan meninggal dunia uang simpanannya
akan dibayarkan kepada ahli warisnya yang sah.
(g) BMT Tumang Cabang Salatiga menjaminkan seluruh harta dan
kekayaannya untuk pembayaran kembali hak pemilik
simpanan ini.
(h) Dalam hal terjadi sertifikat simpanan hilang harus segera
melaporkan kepada yang berwajib dan memberitahukan
kepada BMT Tumang Cabang Salatiga (membawa surat
laporan kehilangan dari kepolisian)
(i) Setiap perubahan nama, alamat dan tanda tangan pemilik
simpanan harus segera diberitahukan kepada BMT Tumang
Cabang Salatiga.
(j) Segala sesuatu yang belum diatur dalam ketentuan ini akan
ditetapkan kemudian. (Dikutip dari Data Syarat dan Ketentuan
Pembukaan Rekening Simpanan Mudharabah Berjangka di
BMT Tumang Cabang Salatiga)
90
c) Pengelolaan Dana Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito
Mudharabah)
Simpanan Mudharabah Berjangka adalah simpanan berdasarkan
kaidah syari’ah mudharabah al-muthlaqah, dimana mudharib
memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan
dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif,
dapat memberikan manfaat pada anggota sesuai dengan ketentuan
syariah. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT
sesuai dengan nisbah (bagi hasil) yang sudah disepakati diawal.
Menurut Bapak Ni’am selaku manager BMT Tumang Cabang
Salatiga bahwa dana Deposito ini sangat berguna sekali bagi BMT. Hal
ini dikarenakan sifat dari rekening deposito yang hanya dapat diambil
setelah jatuh tempo baik itu 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan. Dengan
demikian, sehingga BMT dapat memaksimalkan dana tersebut
semaksimal mungkin untuk memperoleh keuntungan dari pengelolaan
dan simpanan mudharabah berjangka (Deposito Mudharabah) tersebut.
Dalam mengelola dana Deposito yang sudah terkumpul, BMT
Tumang Cabang Salatiga ini mengelolanya dengan cara menyalurkan
melalui produk-produk pembiayaan kepada pihak ketiga yang telah
disediakan antara lain:
(1) Pembiayaan Mudharabah
(2) Pembiayaan Musyarakah
(3) Pembiayaan Murabahah
91
(4) Pembiayaan Ba’I Bitsaman Ajil
Penyaluran dana dengan penyediaan produk pembiayaan ini
merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan dana deposito yang
telah terkumpul. Yang mana nantinya diharapkan dapat menghasilkan
keuntungan bagi semua pihak. Yang mana keuntungan tersebut akan
dibagikan antara BMT dengan para anggota pembiayaan (kreditur),
sehingga BMT dapat memberikan keuntungan pula kepada anggota
debitur dalam hal ini adalah anggota simpanan deposito atau deposan.
(Wawancara dengan Bapak Ni’am pada hari Senin tanggal 25 Juli 2016
jam 10.15 )
d) Kelebihan dari Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito
Mudharabah)
Adapun kelebihan dari Deposito Mudharabah ini antara lain:
(1) Dari bagi hasil yang didapat BMT sudah sekalian memotong zakat,
jadi nantinya yg diterima sudah bersih.
(2) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuia dengan ketentuan
syariah
(3) Tidak dikenakan biaya administrasi
(4) Untuk deposito yang belum jatuh tempo, tetapi dicairkan oleh
anggota maka tidak ada denda bagi nasabah deposan.
92
e) Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka
(Deposito Mudharabah) di BMT Tumang Cabang Salatiga
Simpanan Mudharabah Berjangka yang jumlah setoran minimal
Rp. 1.000.000,- dengan tidak ada batas maksimal. Jangka waktu 1, 3, 6,
dan 12 bulan dan dapat diperpanjang sesuai dengan perjanjian yang
sudah disepakatai.
Praktek Bagi hasil deposito Mudharabah di BMT Tumang
Cabang Salatiga adalah berdasarkan pada kesepakatan antara deposan
dengan pihak BMT.Kesepakatan tersebut adalah kesepakatan dalam
pemilihan jangka waktu atau lamanya deposito. Yang mana perolehan
besar kecilnya bagi hasil yang akan diterima nasabah tergantung pada
besar kecilnya simpanan yang disetorkan oleh deposan, karena
pemberian keuntungan adalah berdasarkan presentase dari uang yang
didepositokan dan lamanya jangka waktu yang dipilih oleh nasabah.
(1) Perhitungan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga dipengaruhi oleh 4 sumber dana di BMT,
yaitu:
(a) Jumlah simpanan yang ada di BMT Tumang Cabang Salatiga
(b) Jumlah simpanan mudharabah berjangka yang masuk
(c) Kewajiban jangka panjang
(d) Modal
(2) Nisbah yang diterapkan di BMT Tumang Cabang Salatiga masing-
masing sesuai jangka waktu yang sudah ditentukan:
93
Tabel 3.2
Nisbah simpanan mudharabah berjangka
Jangka waktu Nisbah penyimpan
1 bulan 35%
3 bulan 40%
6 bulan 42,5%
12 bulan 45%
** waktu dan nisbah bisa disepakati antara BMT dan penyimpan
Sumber: Data diolah untuk penelitian (2016)
Rumus hasil di BMT Tumang Cabang Salatiga:
= Saldo rata-rata simpanan mudharabah berjangka : ∑ jumlah
akumulatif simpanan mudharabah berjangka x Nisbah x Porsi
bagi hasil
Keterangan:
(a) Saldo rata-rata simpanan mudharabah berjangka yaitu jumlah
nominal simpanan mudharabah berjangka yang nasabah
depositokan di BMT Tumang
(b) Akumulatif simpanan mudharabah berjangka yaitu jumlah
keseluruhan simpanan mudharabah berjangka yang ada di BMT
Tumang
(c) Nisbah yaitu presentase bagi hasil antara BMT dengan nasabah
94
(d) Porsi bagi hasil yaitu porsi rupiah bagi hasil untuk simpanan
mudharabah berjangka.
Contoh Perhitungan Bagi Hasil Deposito:
Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito) pak Ali sebesar Rp.
1.000.000,- dengan jangka waktu 3 bulan. Kesepakatan nisbah bagi
hasil antara anggota: BMT adalah 40:60. Bila total outsanding
pembiayaan BMT (saldo dana BMT yang dipinjam anggota) adalah Rp.
900.000.000,- dan pendapatan bagi hasil pembiayaan BMT adalah Rp.
23.000.000,0- maka perhitungan bagi hasil yang akan didapat oleh Pak
Ali bulan tersebut adalah:
1.000.000 x 23.000.000 x 40%= 10.222,22
900.000.000
Maka jumlah bagi hasil yang diterima bulan tersebut adalah :Rp.
10.222,22
2. Pengambilan Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito
Mudharabah) sebelum jatuh tempo yang sudah ditentukan oleh
BMT TUMANG Cabang Salatiga
Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa kegiatan utama
dari BMT adalah penghimpunan dana dari masyarakat, dan salah satu
cara untuk menghimpun dana dari masyarakat tersebut adalah dengan
menyediakan layanan simpanan deposito berjangka. Simpanan deposito
95
berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu teretentu berdasarkan perjanjian anggota penyimpan dengan
BMT. Simpanan deposito berjangka merupakan sumber dana yang
paling utama dan sangat penting bagi sebuah perusahaan dan lembaga
keuangan baik lembaga keuangan konvensional maupun lembaga
keuangan syariah. hal ini dikarenakan sifat dari simpanan tersebut yang
mempunyai tempo atau jangka waktu tertentu didalam penarikannya,
sehingga bank atau lembaga keuangan yang menerima simpanan
deposito berjangka tersebut dapat lebih efisien dalam memanfaatkan
simpanan tersebut, yang mana simpanan deposito tersebut dapat
dijadikan sebagai modal untuk menjalankan usahanya. BMT bisaanya
memberikan bunga yang besar untuk nasabah simpanan deposito
berjangka sesuai jangka waktu yang dipilihnya. Jangka waktu yang
diberikan bisaanya variatif yaitu: 1, 3, 6, 12 bulan tergantung jangka
waktu yang dipilih oleh nasabah. Jangka waktu yang ditentukan inilah,
maka dana nasabah akan mengendap di BMT, sehingga bank
mempunyai waktu yang cukup lama untuk memanfaatkan dana
simpanan tersebut guna keperluan pembiayan jangka pendek yang dapat
menghasilkan keuntungan.
BMT Tumang Cabang Salatiga sebagai lembaga keuangan
syariah non Bank juga menawarkan produk deposito berjangka
sebagaimana produk deposito berjangka pada umumnya dengan akad
yang digunakannya adalah akad mudharabah.Deposito yang seperti ini
96
termasuk jenis deposito mudharabah muqayyadah dimana mudharib
dibatasi dengan waktu yaitu harus mengembalikan uang simpanan
shahibul maal pada waktu yang telah diperjanjikan mereka. Setelah
nasabah deposan sudah memilih jangka waktu yang diinginkan maka
sebagai tanda bukti nasabah deposan akan mendapatkan sertifikat
deposito. Dimana pada sertifikat tersebut tertulis ketentuan bahwa
simpanan hanya dapat dicairkan pada waktu tertentu sesuai perjanjian
antara mudharib dengan shahibul maal.
Dalam ketentuan Simpanan Mudharabah Berjangka ini
terdapat perjanjian pada akad kerja mudharabah berjangka yang
merupakan salah satu produk BMT Tumang Cabang Salatiga apabila
anggota ingin menarik uangnya sebelum jatuh tempo tidak dikenakan
pinalti atau denda. Aturan ini telah merubah ketentuan sebelumnya
yang mana dalam ketentuan sebelumnya dinyatakan nasabah akan
dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 25.000,-. Artinya tidak ada
denda administrative yang akan dikenakan kepada nasabah. Akan tetapi
nasabah hanya akan mendapat perubahan besarnya porsi bagi hasil. Hal
ini dikarenakan bagi hasil yang akan diberikan adalah berdasarkan
jangka waktu atau lamanya uang tersebut didepositokan. (Wawancara
dengan Bapak Ni’am selaku Manager di BMT Tumang pada hari
Jumat tanggal 22 Juli 2016 pukul 13.15)
97
B. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga Dalam Perspektif Hukum Islam
Islam menganjurkan dan membolehkan mudharabah karena
mengandung manfaat di dalamnya.Seseorang terkadang mempunyai harta
banyak tetapi tidak berkemampuan untuk mengelolanya. Sebaliknya, ada
pula orang yang tidak memiliki harta tetapi ia mempunyai kemampuan
untuk mengelolanya. Sehingga syariat membolehkan sistem ini supaya
kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya dengan berbagai hasil
atas usaha kerjasama tersebut.
BMT Tumang Cabang Salatiga dalam kegiatannya mempraktekan
dua bentuk simpanan mudharabah, yaitu tabungan mudharabah dan
deposito mudharabah.Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah
adalah simpanan masyarakat (nasabah) di BMT yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian.Dalam
hal ini, BMT bertindak sebagai mudharib (yang mengelola modal) dan
deposan sebagai shahib al-maal (pemilik modal). BMT Tumang sebagai
mudharibakan membagi keuntungan kepada shahib al-maal sesuai dengan
nisbah yang telah disetujui bersama. Sedangkan deposito mudharabah
merupakan investasi melalui simpanan nasabah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan mendapatkan
imbalan bagi hasil dari pendapatan (revenue sharing).
98
Bahwa mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu mudharabah
muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.Terkait dengan jenis akad
mudharabah yang digunakan pada produk simpanan mudharabah
berjangka ini dapat diketahuai bahwa pada produk ini termasuk jenis
mudharabah muthlaqah. Hal ini dikarenakan pemilik dana memberikan
otoritas dan hak sepenuhnya kepada pihak BMT Tumang untuk
menginvestasikan atau mempergunakan dananya dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain pihak pengelola diberi kuasa
penuh untuk menjalankan usaha tanpa larangan atau gangguan apapun
yang berkaitan dengan usaha tersebut. Dari pernyataan di atas sudah jelas
bahwa pernyataan tersebut sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI NO.
07/DSN-MUI/IV/2000 karena dalam fatwa tersebut sudah dijelaskan
bahwa mudharib boleh menggunakan atau melakukan berbagai macam
usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan
Lembaga Keuangan Syariah tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan
atau usaha tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan.
Dalam hal metode perhitungan bagi hasil yang diterapkan di BMT
Tumang ini adalah dengan menggunakan konsep bagi hasil revenue
sharing. Revenue sharing yakni perhitungan bagi hasil yang didasarkan
atas pendapatan kotor atas usaha kerjasamanya sebelum dikurangi biaya.
Dari pernyataan tersebut sudah terlihat jelas bahwa metode perhitungan
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka yang diterapkan
99
di BMT Tumang ini sudah sesuai dengan prinsip syari’ah, hal ini sesuai
dengan fatwa DSN-MUI No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip
distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syari’ah, karena dalam
fatwa tersebut tertulis bahwa pada dasarnya, Lembaga Keuangan Syari’ah
boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing) maupun
Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra
(nasabah)-nya dan juga Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini,
pembagian bagi hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net
Revenue Sharing)
Dalam ketentuan mudharabah telah dijelaskan seperti rukun dan
syarat dalam akad mudharabah. Di dawah ini penulis akan mencoba
melakukan analisis terhadap praktek bagi hasil mudharabah yang
dilakukan oleh BMT Tumang ditinjau secara hukum Islam.
1. Rukun mudharabah, terdiri dari:
Adapun rukun dari simpanan mudharabah berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga adalah sebagai berikut:
a) Adanya pelaku usaha
Yang dimaksud pelaku disini yakni shahibul maal (pemilik
modal) dan mudharib (yang menjalankan modal), yang mana
shahibul maal yang menitipkan uang atau modalnya kepada
pihak BMT Tumang, dan BMT sendiri bebas menggunakan
uang tersebut untuk produk pembiayaan bagi anggota nasabah
lain yang akan membutuhkan uang tersebut. Selain itu para
100
pelaku usaha ini harus memenuhi 4 kriteria yakni merdeka,
baligh, berakal sehat, dan mampu membelanjakan hartanya
dengan baik dalam hal yang berguna. Dari penjelasan rukun ini
sudah sesuai dengan prinsip syariah seperti yang diterangkan
oleh M. Arifin, 2009: 137-138)
b) Modal atau amal
Harta pokok atau modal dari anggota deposan yang di gunakan
BMT Tumang untuk melaksanakan kegiatan kerjasama
pembiayaan bagi nasabah lain sehingga dapat menghasilkan
keuntungan antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Dan
modal disini harus bentuk tunai dan juga bukan piutang dan
apabila barang tersebut berupa barang maka harud di uangkan
dahulu. Dari penjelasan ini, sudah sesuai dengan prinsip syariah
seperti yang dijelaskan dalam fatwa DSN-MUI No.03/DSN-
MUI /IV/2000, karena dalam fatwa tersebut menjelaskan bahwa
modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
c) Usaha
Akad mudharabah yang terjalin antara dua belah pihak yang
bersangkutan yaitu mudharib dengan shahibul maal untuk
melakukan suatu kerjasama yang sudah di sepakati antara
kedua belah pihak tersebut.Dalam usaha ini BMT Tumang
bebas melakukan suatu usaha yang mereka kehendaki asalkan
101
dengan ketentuan syariah.dari pernyataan tersebut sudah sesuai
dengan prinsip syariah seperti yang dijelaksn dalam fatwa
DSN-MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000, karena dalam fawa
tersebut menjelaskan bahwa dalam kapasitasnya, bank sebagai
mudharib, dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
d) Keuntungan
Pembagian keuntungan yang di berikan pihak BMT Tumang
harus sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal dan di
tuangkan dalam akad dan harus disetujui antara kedua belah
pihak antara shahibul maal dengan mudharib.Dari pernyataan
tersebut sudah sesuai dengan prinsip syariah sesuai dengan
fatwa DSN-MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000, karena dalam
fatwa tersebut menejlaskan bahwa pembagian keuntungan
harus dinyatakan dengan nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
e) Ijab Qabul
Lafadz atau bukti persetujuan antara kedua belah pihak yang
bersangkutan yang ditunjukkan dengan adanya pengisian
formulir dari pihak BMT Tumang sebagai bukti kerjasama yang
sah.Dari pernyataan ini sudah sesuai dengan prinsip syariah
seperti yang di terangkan oleh M. Arifin, 2009: 137-138),
102
karena dalam pernyataan tersebut dijelaskan bahwa ijab dan
Qabul ini hal yang paling ppenting dalam suatu kerjasama,
apabila ingin menghendaki kerjasama yang sah.
2. Syarat mudharabah, terdiri dari:
Adapun syarat dari simpanan mudharabah berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga adalah sebagai berikut:
a) Pihak yang berakad:
(1) Para pihak yang melakukan akad harus beragama Islam
(2) Para pihak yang melakukan akad mudharabah dalam
simpanan mudharabah berjangka harus dalam kondisi
cakap hukum. Dari ketentuan syarat tersebut di BMT
Tumang sudah sesuai dengan prinsip syariah, seperti yang
diterangkan oleh M. Arifin, 2009: 137-138)
b) Modal
Modal disini harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya,
seandainya modal tersebut berbentuk barang maka barang
tersebut harus dihargakan dahulu dengan uang yang(1) beredar,
sedangkan apabila modal tersebut berbentuk uang maka uang
tersebut harus jumlahnya tunai dan bukan bentuk piutang. Dari
penjelasan ini, sudah sesuai dengan prinsip syariah seperti yang
dijelaskan dalam fatwa DSN-MUI No.03/DSN-MUI /IV/2000,
karena dalam fatwa tersebut menjelaskan bahwa modal harus
103
dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.
c) Penentuan nisbah
Besarnya nisbah yang ditentukan berdasarkan kesepakatan
masing-masing pihak yang berkontrak.Jadi, angka besaran
nisbah muncul sebagai hasil tawar menawar antara shahibul
maal dan mudharib. Dengan demikian, angka nisbah bervariasi,
bisa 50:50, 60:40, 70:30, dan lain-lain. Tetapi di BMT Tumang
ini sudah melakukan kesepakatan antara kedua belah pihak
namun dengan kesepakatan baku. Kalau misalnya semua calon
nasabah yang akan melakukan transaksi di BMT harus
melakukan kesepakatan bersama maka akan memerlukan
banyak waktu. Jadi bisaanya para calon nasabah melakukan
kesepakatan dengan kesepakatan baku. Karen hal itu bisa lebih
mempersingkat waktu. Pernyataan tersebut belum sesuai dengan
fatwa DSN-MUI.No.07/DSN-MUI/IV/2000 karena dalam fatwa
tersebut tertulis keuntungan mudharabah adalah jumlah yang
didapat sebagai kelebihan dari modal.Dan syaratnya harus
diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh
disyarakan satu orang saja, bagian keuntungan proporsional
bagin bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada
waktu kontrak disepakati.
104
Syarat dan ketentuan pelaksanaan akad mudharabah pada simpanan
mudharabah di BMT Tumang adalah sebagai berikut:
(1) Jangka waktu penyimpanna adalah 1,3,6 dan 12 bulan dengan
diberikan bagi hasil sesuai ketentuan yang berlaku
(2) Penarikan simpanan sebelum jatuh tempo berakhir dikenakan
bagi hasil sesuai dengan ketentuan BMT Tumang Cabang
Salatiga
(3) Bagi hasil akan dibayarkan setiap bulan sesuai tanggal jatuh
temponya
(4) Jika dikehendaki setelah jatuh waktunya, simpanan ini dapat
diperpanjang secara otomatis dengan dikenakan nisbahbagi
hasil yang berlaku saat perpanjangan
(5) Simpanan atas nama tidak dapat dipindahtangankan, simpanan
atas pembawa dapat dipindahtangankan
(6) Bila pemilik simpanan meninggal dunia uang simpanannya
akan dibayarkankepada ahli warisnya yang sah
(7) BMT Tumang Cabang Salatiga menjaminkan seluruh harta dan
kekayaannya untuk pembayaran kembali hak pemilik simpanan
ini
(8) Dalam hal terjadi sertifikat simpanan hilang harus segera
melaporkan kepada yang berwajib dan memberitahukan kepada
BMT Tumang (membawa surat laporan kehilangan dari
kepolisian)
105
(9) Setiap perubahan nama, alamat dan tanda tangan pemilik
simpanan harus segera diberitahukan kepada BMT Tumang
Cabang Salatiga
(10) Segala sesuatu yang belum diatur dalam ketentuan ini akan
ditetapkan kemudian
Berdasarkan penjelasan syarat dan ketentuan simpanan
mudharabah di atas yang di lakukan oleh BMT Tumang sudah
memenuhi kriteria yang ada dalam hukum Islam dan dalam ketentuan
BMT Tumang juga sudah dijelaskan dengan selengkap-lengkapnya.
Walaupun juga masih ada sedikit ketentuan yang belum sesuai dengan
syariah yaitu dalam pemberian nisbah dalam BMT Tumang tidak di
tuangkan dalam pembukaan akad rekening padahal kalau di ketentuan
syariah pemberian nisbah langsung dituangkan dalam akad pembukaan
rekening.
Tentang Deposito Mudharabah bahwa deposito yang dibenarkan
adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip mudharabah.
Selanjutnya ketentuan nisbah keuntungan dalam akad mudharabah
adalah sebagai berikut:
a. Presentase, artinya nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam
bentuk presentase, bukan dinyatakan dalam betuk nominal
tertentu. (Karim: 2011, 2006). Dalam pembagian keuntungan
boleh sepakat bahwa 40 % dari keuntungan riil manjadi bagian
shahibul maal dan 60% menjadi bagian mudharib atau
106
sebaliknya. Dari pernyataan diatas sudah sesuai dengan fatwa
DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 karena didalam fatwa
tersebut juga diterangkan bahwa bagian keuntungan
proporsional bagi setiap bank juga harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam
bentuk presentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai dengan
kesepakatan. Perubahan nisbah harus sesuai dengan
kesepakatan.
b. Bagi untung dan bagi rugi, artinya dalam kontrak mudharabah,
yang termasuk dalam kontrak investasi return dan timing cash
flow tergantung kepada kinerja sector riilnya. Jika laba
bisnisnya besar, sebaliknya jika laba bisnisnya kecil, maka
mareka akan mendapatkan bagian laba ynga kecil pula. Jadi
besarnya keuntungan yang diperoleh bersifat fluktuatif. Jika
dalam bisnis akad mudharabah mengalami kerugian dan
kerugian yang terjadi hanya murni diakibatkan oleh resiko
bisnis bukan akibat kelalaian maupun kecurangan mudharib,
maka pembagian kerugian bukan didasarkan atas nisbah, tetapi
berdasarkan porsi modal masing-masing pihak. Kalau
pernyataan diatas dilakukan dengan kesepakatan antara kedua
belah pihak dan tidak ada paksaan maka pernyataan tersebut
sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-
MUI/IV/2000 karena didalam fatwa tersebut menerangkan
107
bahwa bagian keuntungan bagi setiap pihak harus diketahui
dan disepakati pada waktu kontrak dan keuntungan sesuai
dengan kesepakatan.
c. Menentukan besarnya nisbah, artinya masing-masing pihak
yang berkontrak. Jadi angka besaran nisbah muncul sebagai
hasil tawar menawar antara shahibul maal dan mudharib.
Dengan demikian, maka nisbah dapat bervariasi, bisaanya
antara 50:50, 60:40, 70:30, dan lain-lain. Namun, para ahli fiqh
sepakat bahwa nisbah 100:0 tidak diperbolehkan. (Ascarnya:
2012, 207). Untuk analisis perhitungan bagi hasil tersebut,
bahwa perhitungan bagi hasil yang dipraktekkan sudah sesuai
dengan ketentuan nisbah yang dipraktekkan pada akad
mudharabah. Hal ini dikarenakan nisbah keuntungan
dinyatakan dalam bentuk prosentase dari keuntungan BMT
itusendiri. Namun apabila penyerahan bagi hasil tersebut
diberikan di awal maka pernyataan tersebut belum sesuai
dengan prinsip Islam, menurut Ibnu Qudamah sebagaimana
dikutip oleh Wahbah Zuhaily dalam bukunya Fiqh al-Islamiy
wa Adillatuhu bahwa keuntungan adalah kelebihan dari modal
pokok, dan sesuatu yang tidak sebagai kelebihan dari modal
pokok maka itu tidak disebut keuntungan. Apabila modal
pokok belum dikelola atau diputar untuk kegiatan pembiayaan,
maka secara otomatis belum ada keuntugan atas modal pokok
108
tersebut. dengan demikian harus ada tenggang waktu antara
dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena
melakukan investasi dengan memutarkan dana diperlukan
waktu yang cukup lama.
3. Bagi hasil simpanan mudharabah berjangka
Konsep bagi hasil dan pemberian bonus telah banyak diterapkan
oleh lembaga-lembaga keuangan syariah terutama lembaga perbankan
syariah yang telah lama ada dan dikenal sebagai bank bagi hasil. Dalam
dunia perbankan, bagi hasil diartikan sebagai suatu sistem yang
meliputi tata cara pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank
dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan penerima dana.
BMT Tumang sebagai sebuah lembaga keuangan syariah non bank
selalu berusaha menerapkan konsep bagi hasil dalam setiap
operasionalnya. Termasuk diantaranya adalah BMT Tumang Cabang
Salatiga yang senantiasa berusaha mempraktekkan sistem bagi hasil
pada produk-produk simpanan dan pembiayaan yang ada. Usaha untuk
mempraktekkan sistem bagi hasil tersebutlah yang akan penulis analisa
dalam bab ini.
Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya
bahwasannya BMT Tumang Cabang Salatiga adalah sebuah lembaga
keuangan yang dalam operasionalnya selalu berusaha menerapkan
prinsip-prinsip syariah dengan cara menggunakaan sistem bagi hasil.
Dengan sistem bagi hasil ini BMT Tumang berusaha menghimpun dana
109
dari masyarakat luas dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan pinjaman modal untuk usahanya. Dengan demikian maka
dapat dikatakan BMT Tumang merupakan sebuah lembaga yang
mencoba menggerakkan perekonomian masyarakat tersebut adalah
dengan menyediakan layanan simpanan deposito berjangka.
Sebagaimana kita ketahui bahwa simpanan deposito berjangka ini
merupakan sumber dana yang paling utama dan sangat penting bagi
seluruh perusahaan dan lembaga keuangan baik lembaga keuangan
konvensional maupun lembaga keuangan syariah. Hal ini dikarenakan
sifat dari simpanan tersebut yang mempunyai tempo atau jangka waktu
tertentu di dalam penarikannya, sehingga bank atau lembaga keuangan
yang menerima simpanan deposito berjangka tersebut dapat efisien
dalam memanfaatkan simpanan tersebut, yang mana simpanan deposito
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menjalankan usahanya.
BMT Tumang selalu memberi bagian keuntungan yang adil kepada
semua pihak yang terlibat, yaitu nasabah (debitur dan deposan) dan
BMT.Keuntungan diperoleh bukan berdasarkan pada bunga yang
dihitung terhadap saldo tabungan atau deposito atau pembiayaan,
namun persen dari pendapatan riil nasabah debitur dan BMT Tumang
itu sendiri. Pendapatan bagi hasil yang diperoleh BMT Tumang berasal
dari hasil penempatan dana pihak ketiga melalui pembiayaan. Hasil dari
pendapatan tersebut dibagihasilkan kepada nasabah pemilik dana
(deposan). Yang perlu diperhatikan bahwa untuk membagihasilkan
110
pendapatan tersebut harus dilihat perbandingan antara jumlah dan yang
dikelola – modal sendiri, tabungan, deposito dan kewajiban lainnya
dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan. Apabila jumlah
pembiayaan lebih kecil dari total dana masyarakat, maka pendapatan
tersebut seluruhnya dibagihasilkan antara nasabah dengan BMT
Tumang. Sebaliknya jika pembiayaan jumlahnya lebih besar dari total
dana masyarakat, maka BMT Tumang juga harus memperoleh bagian
pendapatan.
Berikut contoh perhitungan bagi hasil deposito oleh nasabah di
BMT Tumang Cabang Salatiga:
Bapak Anton memiliki Deposito dengan Nominal Rp.
10.000.000,00. Jangka waktu 1 bulan (1 Januari-1 Februari 2016).
Nisbah bagi hasil= Deposan 30% : Bank 70%. Jika keuntungan yang
diperoleh untuk deposito dalam 1 bulan sebesar Rp. 30.000.000,00 dan
rata-rata saldo deposito jangka waktu satu bulan adalah Rp.
950.000.000,00. Maka bagi hasil yang diperoleh Pak Anton pada bulan
Februari adalah
Jawab: Rp. (10.000.000 : 950.000.000) x Rp. 30.000.000 x 30%=
94.736,70
Kesimpulan:
Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh deposan bergantung pada:
111
a) Pendapatan BMT
b) Nisbah bagi hasil antara nasabah dengan BMT
c) Nominal deposito nasabah
d) Rata-rata saldo deposan untuk jangka waktu tertentu yang ada
pada BMT
e) Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya
investasi.
Hasil analisis yang didapatkan oleh peneliti tentang perhitungan
bagi hasil pada BMT Tumang Cabang Salatiga menggunakan rumus
bagi hasil, dimana bagi hasil tersebut didapat dari bagi hasil:
saldo rata-rata simpanan mudharabah berjangka : ∑ akumulatif
simpanan mudharabah berjangka x Nisbah x Porsi bagi hasil.
Untuk presentase nisbah BMT Tumang Cabang Salatiga sudah
ditentukan sesuai jangka waktu simpanan mudharabah berjangka.
Untuk porsi bagi hasil di dapatkan dari jumlah simpanan mudharabah
berjan gka di bagi total sumber dana, dan porsi bagi hasil di dapatkan
dari porsi bagi hasil dikalikan pendapatan operasional BMT Tumang
sendiri. Bagi hasil yang diperoleh anggota setiap bulannya bisa
berubah-ubah sesuai perolehan pendapatan operasional BMT Tumang.
Hasil analisis dari penulis ini dapat menyimpulkan bahwa
Praktek perhitungan bagi hasil di BMT Tumang ini sudah dikatakan
sesuai dengan hukum Islam. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh ( M. Syafi’I Antonio, 2001:144) bahwa rumus praktek bagi hasil
112
yaitu nominal deposito : total deposito x nisbah x keuntungan yang
diperoleh. Di samping itu
4. Peruntukan bagi hasil
Peruntukan bagi hasil yang dilakukan di BMT Tumang ini yakni
untuk kedua belah pihak yang bersangkutan antara shahibul maal
(penyedia dana) dan mudharib (yang mengelola dana). Yang mana
pihak shahibul maal mengizinkan pihak mudharib untuk menggunakan
atau memanfaatkan dana yang simpannya untuk keperluan lain seperti
untuk produk-produk pembiayaan bagi anggota nasabah lain yang akan
membutuhkannya, yang nantinya akan mendapatkan bagi hasil dari
kerjasama tersebut dengan perjanjian yang sudah disepakati di awal.
Dari pernyataan tersebut sudah jelas bahwa peruntukan bagi hasil
tersebut sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI NO.07/DSN-
MUI/IV/2000 karena dalam fatwa tersebut sudah dijelaskan bahwa
keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal. Dan syaratnya adalah harus diperuntukan bagi kedua belah
pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak saja, bagian
keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam prosentase
nisbah dari keuntungan sesuai kesepakatan.Perubahan nisbah harus
berdasarkan kesepakatan bersama.
113
C. Pengambilan Simpanan Mudharabah berjangka (Deposito berjangka)
sebelum jatuh tempo di BMT TUMANG Cabang Salatiga dalam
prespektif Hukum Islam
Pengambilan Bagi hasil simpanan mudharabah yang sebelum jatuh
tempo di BMT Tumang Cabang Salatiga ini berdasarkan pada kesepakatan
antara anggota dengan BMT.Kesepakatan tersebut adalah kesepakatan
dalam pengambilan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka yang
sebelum jatuh tempo ditentukan.Bagi anggota yang ingin mengambil bagi
hasilnya sebelum jatuh tempo maka harus mendapatkan persetujuan dari
Manager BMT Tumang Cabang Salatiga dan tidak dikenakan denda.
Pada prinsipnya simpanan deposito berjangka ini tidak bisa diambil
atau dicairkan sebelum jatuh tempo. Namun demikian, pengelola BMT
Tumang Cabang Salatiga tidak akan mengenakan pinalti atau denda bagi
nasabah yang menarik atau mengambil bagi hasil simpanan mudharabah
berjangka sebelum jatuh tempo, akan tetapi dalam hal ini bagi hasil
nasabah penyimpan dana tidak diberikan karena menarik atau mengambil
bagi hasil yang tidak pada waktu yang sudah ditentukan. Hal ini tidak
terlepas dari pengaruh akad yang digunakan, yaitu akad wadi’ah yad
dhamanah, yang dalam akad tersebut nasabah berhak mengambil atau
menarik simpanan kapan saja yang ia kehendaki. Akad tersebut diterapkan
pada produk deposito dikarenakan simpanan deposito dikategorikan
sebagai “titipan” dan nasabah yang wajib diemban dan dijalankan.
114
Berdasarkan akad wadiah yad dhamanah tersebut, maka BMT
Tumang Cabang Salatiga berhak untuk mengelola dana yang dititipkan
(disimpan) oleh nasabah. Segala resiko yang mungkin terjadi akan
ditanggung sepenuhnya oleh pihak BMT Tumang. Namun demikian,
nasabah akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil dan bukan
pemberian bonus sebagaimana dalam teori wadi’ah dalam ekonomi Islam.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengambilan bagi hasil
simpanan mudharabah berjangka yang diterapkan oleh BMT Tumang
Cabang Salatiga ini belum sesuai dengan prinsip syariah. hal ini bisa
dilihat dari pelaksanaan pengambilan bagi hasil simpanan mudharabah
berjangka pada BMT Tumang, yang mana dealam ketentuan BMT
Tumang ini pengambilan bagi hasil simpanan mudharabah yang sebelum
jatuh tempo tidak dikenakan denda, sedangkan dalam ketentuan syariah
seperti yang dijelaskan oleh (A. Dahlan, 2012: 150-152) yang menjelaskan
bahwa dana deposito pada prinsipnya tidak bole2h diambil sesuai dengan
permintaan deposan, kecuali pada tanggal yang sudah disepakati. Akan
tetapi jika deposan berkehendak untuk tetap mengambil dan investasi pada
tanggal yang tidak sesuai perjanjian maka akan dikenakan “denda” sesuai
dengan kebijakan Bank.
Berdasarkan analisa data diatas menurut peneliti yang menjadi
faktor penghambat dalam terlaksanakannya akad mudharabah tersebut
adalah kurangnya sosialisasi tentang fatwa-fatwa yang mengatur tentang
simpanan mudharabah.Dalam hal penyampaian fatwa-fatwa disini
115
kurangnya mensosialisasikan kepada masyarakat.Hambatan bagi pihak
BMT Tumang sendiri adalah sulitnya menerangkan aturan-aturan yang ada
untuk diketahui oleh masyarakat luas, atau lebih tepatnya minimnya
pengetahuan dan informasi dari masyarakat.
Menurut peneliti sebaiknya shahibul maal (pihak bank) bekerja
lebih extra untuk menjelaskan atau memberikan informasi dengan jelas
kepada masyarakat tentang peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah agar masyarakat bisa mengetahui peraturan yang sudah
ada. Pihak bank (pemilik dana) juga dapat menjalankan kewajibannya
sesuai dengan fatwa-fatwa atau ketentuan-ketentaun syariah yang ada.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penelitian sistem bagi hasil pada simpanan mudharabah di
BMT Tumang Cabang Salatiga ini, BMT sendiri sudah sudah menerapkan
dan melaksanakan bagi hasil pada simpanan mudharabah sesuai dengan
hukum Islam tetapi ada juga sedikit ketentaun-ketentuan lainnya yang
tidak sesuai dengan hukum Islam. Sistem bagi hasil yang telah diterapkan
di BMT Tumang Cabang Salatiga ini antara lain:
1. Dalam praktiknya BMT Tumang Cabang Salatiga ini mengelola dana
simpanan mudharabah anggota sesuai dengan prinsip mudharabah
yaitu menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Jadi dana
simpanan mudharabah anggota penyimpan dana di BMT Tumang
akan dikelola dan dimanfaatkan oleh pihak BMT Tumang dalam
bentuk produk-produk pembiayaan yang ditawarkan kepada
masyarakat karena pihak shahibul maal telah sepenuhnya
mempercayakan simpanannya untuk dikelola oleh BMT Tumang
dengan harapan untuk mendapatkan bagi hasil.
2. Ditinjau dari hukum Islam sistem bagi hasil yang dijalankan oleh
BMT Tumang selama ini sudah sesuai dengan Hukum Islam. Hal ini
dilihat dari cara praktiknya dengan rumus yang sudah sesuai dengan
yang dikemukakan oleh M. Syafi’i Antonio sama dengan rumus yang
117
diterapkan di BMT Tumang. Akan tetapi dalam hal pembagian
keuntungan di BMT ini belum sesuai dengan syari’ah karena
pembagian tersebut tidak langsung dituangkan dalam akad pembukaan
rekening, padahal kalau di dalam syariah pembagian keuntungan
tersebut dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
B. Saran-saran
Setelah mengadakan penelitian dan pengamatn keadaan serta situasi di
BMT Tumang Cabang Salatiga, maka peneliti memberikan saran yang
bermanfaat bagi KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga untuk kedepannya,
antara lain:
1. Meningkatkan strategi pemasaran, misalnya pasar sasaran yang lebih
luas, melihat situasi antusiasme mesyarakat terhadap adanya BMT
Tumang ini merupakan salah satu keuntungan bagi pihak BMT untuk
membuka cabang-cabang baru yang akan membantu masyarakat dalam
hal keuangan. Agar masyarakat luas pada umumnya bisa mengetahui
BMT Tumang, serta produk-produk apa saja yang ada di KJKS BMT
Tumang Cabang Salatiga tersebut.
2. Lebih memperbanyak sosialisasi produk-produk pembiayaan dan
pendanaa, tidak hanya melakukan gebyar-gebyar tetapi juga sosialisasi
ke kantor-kantor instansi pemerintah, ke sekolah-sekolah atau ke
pasar-pasar tradisional, agar KJKS BMT Tumang lebih dikenal oleh
118
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan jumlah nasabah baik
pendanaan maupun pembiayaan.
3. Sebaiknya BMT Tumang Salatiga ini dalam menjalankan kegiatan
usahanya baik itu yang bersifat penghimpun (funding), pembiayan
(landing) maupun jasa (service) harus sesuai dengan ketentuan
syari’ah dengan prinsip kehati-hatian agar terwujud bermuamalah yang
bebas riba.
4. Lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang ramah kepada para
anggotanya, sehingga mereka merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan.
5. Meningkatkan pemahaman kepada anggota terhadap sistem bagi hasil
yang diterapkan oleh BMT supaya pemahaman masyarakat terhadap
bagi hasil meningkat dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, Nurianto. 2010. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: CV.
Al Fabeta
Ali, Hasan. 2003. Berbagai Macam Transaksi Dlam Islam (Fiqh Muamalat).
Jakarta: PT RajaGrafindo
Ali, Zainuddin. 2008.Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani
Arifin, Muhammad. 2009. Riba & Tinjauan Perbankan Syariah. Bogor: CV.
Darul Ilmi.
Bukhari, Imam. 1992. Shahih Bukhari, Juz III. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah
Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah Teoritik Praktik Kritik. Yogyakarta: TERAS
Djazuli dan Yadi Janwari. 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat Sebuah
Pengenalan. Jakarta: PT RajaGrafindo
DSN MUI&BI.2006. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Ciputat: CV.
Gaung Persada
Eko Daryani. 2011. Dalam tugas akhirnya yang membahas tentang “Sistem dan
Prosedur Simpanan di BMT Berkah Makmur.”
Ghofur, Abdul. 2007. Payung Hukum Perbankan Syariah di Indonesia.
Yogyakarta: UII Press
Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offse
Heri, Sudarsono. 2003.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
EKONISIA
Hirsanuddin. 2008.Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: GENTA
PRESS
Irma Suryani. 2005. Dalam penelitiannya yang berjudul “konsep dan aplikasi
system bagi hasil deposito mudharabah study kasus pad BMT Fajar
Sidiq”.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo
Kashmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
.2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
.2004.Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Lewis, Marvyn K. 2007. Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek.
Jalarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
Lubis, Suharwadi. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: sinar Grafika
Martono. 2004. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia
Mawasid, Suryo W. 2012. Dalam penelitiannya yang berjudul “Tinjauan hukum
islam terhadap pengelolaan dana deposito syriah di BNI Cabang
Surakarta”
Moloeng, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Muhammad. 2000. Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII
Press
. 2001. Teknik Perhitungan Bagi hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah.
Yogyakarta: UII Press
. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: AMP YKPM
Mujieb, M Abdul. 1994. Kamus istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta: GRAHA
ILMU
Ridwan, Muhammad. 2007. Kontruksi Bank Syariah Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka SM
Rivai.2007. Memasyarakatkan Ekonomi Syariah dan Mensyariahkan Ekonomi
Masyarakat. Jakarta: PT RajaGarafindo
Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dar al-Falah al-Arabiyah
Sudjana, Nana. 1998. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeti
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT RajaGrafindo
Sumar’in. 2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: GRAHA
ILMU
Sumitro, Warkum. 1997. Asas-asas Perbankan Islam dan lembaga-lembaga
Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Ustman, Sabian. 2014. Metodologi Penelitian Hukum. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Wibowo, Edi & Widodo, Untung. 2005. Mengapa memilih Bank Syari’ah. Bogor:
Ghalia Indonesia
Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bnak Syari’ah.
Jakarta: PT Grasindo
Yaya, Rizal. dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarat: Salemba Empat
Yuliana Resti. 2011. Dalam penelitiannya yng berjudul “Produk tabungan
Muamalat di Bank Muamalat Indonesia Capem Salatiga”
Zuhaily, Wahbah. 1989. Fiqih Islam 7, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-
Kattami dkk dalam “al-Islam wa Adilatuhu” jilid IV. Damaskus: Darul
Fikr
Referensi Website:
(http://rudyyalianto.wordpress.com)
http://economicvalueoftime.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-skema-dan-contoh-
mudharabah_1545.html
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Fitriyatuz Zahroh
NIM : 214-12-022
Jurusan : Syari’ah
Fakultas : Hukum Ekonomi Syari’ah
Jenis SKK : Sertifikat Kegiatan
No Tanggal Kegiatan Penyelenggara Sebagai Nilai
1 05-07 September
2012
OPAK STAIN Salatiga DEMA STAIN Salatiga Peserta 3
2 08-09 September
2012
OPAK Jurusan Syari’ah
STAIN Salatiga
HMJ Syari’ah STAIN
Salatiga
Peserta 3
3 10 September 2012 Orientasi Dasar Keislaman CEC dan ITTAQO Peserta 2
4 11 September 2012 Seminar Entrepreneurship dan
Koperasi
Mapala MITAPASA
dan KSEI STAIN
Salatiga
Peserta 2
5 12 September 2012 Achievment Motivation
Training Dengan AMT,
bangun karakter Raih Prestasi
JQH dan LDK STAIN
Salatiga
Peserta 2
6 13 September 2012 Library User Education UPT Perpustakaan
STAIN Salatiga
Peserta 2
7 13 Oktober 2012 Satu Malam Meningkatkan
Integritas Mahasiswa Syari’ah
HMJ Syariah STAIN
SALATIGA
Peserta 2
8 17 Oktober 2012 Mewujudkan potensi berbahasa
dengan Musabaqah Lughoh
“Arobiyah” (MLA) I
ITTAQO STAIN
SALATIGA
Peserta 2
9 27-28 Oktober Akulturasi Bahasa Arab dalam ITTAQO STAIN Peserta 3
2012 menjaga khazanah keilmuan
Islam Mutakhir
SALATIGA
10 29 November 2012 Peran Lembaga Perbankan
Syari’ah dengan adanya
otoritas jasa keuangan
Seminar Nasional
HMJ Syari’ah STAIN
SALATIGA
Peserta 8
11 1 Desember 2012 Muslimah sejati, tetap gaul tapi
syar’i
LDK STAIN Salatiga Peserta 2
12 17 Desember 2012 Penyelesaian sengketa
Ekonomi Syariah dalam
Prespektif Hukum Positif dan
Syariah
Progdi Hukum
Ekonomi Syariah
(HES)
Peserta 2
13 4 Februari 2013 Dalam Diklat Ekonomi Islam
(DEI) atau sharia Economi
Tranning 1 yang Bertema
“Mencetak Generasi
Mahasiswa, Penggerak Roda
Perekonomian Islam”
KSEI STAIN Salatiga Peserta 3
14 30 Maret 2013 Pendidikan Tingkat lanjut
KSEI atau sharia Economics
Training 2 Feat Magang di
BMT Rama Salatiga dengan
Tema “Membangun,
Integritas, Mentalitas dan
Komitmen Ekonomi Robbani”
KSEI STAIN
SALATIGA
Peserta 3
15 30 April 2013
Perjuangan Kaum Perempuan
dalam Kesetaraan Hukum
Islam di Indonesia
Seminar Nasional oleh
Lembaga Percik
Salatiga
Peserta 6
16 4 Juni 2013 Sharia Economics Festival
“Indonesia will Grow and
Shine With Sharia Economics”
Seminar Nasional oleh
KSEI STAIN Salatiga
Peserta 8
17 27 Juni 2013 Penyesuaian Harga BBM
Bersubsidi
Seminar Nasional HMJ
Syariah
Peserta 8
18 21 September 2013 Grand Opening UK-UK (Unit
Kegiatan Usaha KSEI)
KSEI STAIN Salatiga Peserta 2
19 30 September 2013 “Sosialisasi UU No. 1 th 2013,
peran serta Fungsi OJK”
“Peran pemerintah dalam
pengawasan LKM (Lembaga
Keuangan Mikro)”
Sosialisasi dan
Silaturrahim Nasional
HMJ Tarbiyah dan
HMJ Syariah STAIN
Salatiga
Peserta 8
20 20 Oktober 2013 Diklat Ekonomi Islam (DEI)
dengan tema Be The
Generation of Sharia
Econimics
KSEI STAIN Salatiga Panitia 3
21 15 Maret 2014 Komitmen Politik Islam dalam
Menata Arah masa Depan
Bangsa Indonesia
Lembaga Dakwah
Mahasiswa Islam
(LDMI)
Peserta 2
22 09 Mei 2014 Pelatihan Karya Tulis Ilmiah KSEI STAIN Salatiga Panitia 3
23 13 Oktober 2014 Sekolah Pasar Modal Syari’ah KSEI STAIN Salatiga Panitia 2
24 14 Oktober 2014 Tabligh Akbar “Membangun
Karakter Mahasiswa Islamic
Entepreneurship”
KSEI STAIN Salatiga Panitia 2
25 14 Oktober 2014 Optimalisasi Sumber Daya
Insani Terhadap Lembaga
Keuangan Syariah
Seminar Nasional oleh
KSEI STAIN Salatiga
Panitia 8
26 07 Desember 2014 Pendidikan Anggota Dasar
(PAD) AL-KHIDMAH
Kampus Kota Salatiga
Al-Khidmah Kampus
Kota Salatiga
Panitia 3
26 13 Desember 2014 Seminar Regional yang
bertema “Membangun karakter
kepemimpinan KSEI dalam
akselerasi pembumian ajaran
Islam di Bidang Ekonomi”
KSEI STAIN
SALATIGA
Peserta 6
26 13 Oktober 2015 Peran Sistem Ekonomi Islam
dalam meningkatkan Stabilitas
Ekonomi Global dengan
Mensinergikan Sektor Riil dan
Sektor Keuangan
Seminar Nasional oleh
KSEI STAIN Salatiga
Panitia 8
27 4 November 2015 Perbankan Syari;ah di
Indonesia antara teori dan
praktik
Seminar Nasioal oleh
HMJ Hukum Ekonomi
Syariah
Peserta 8
28 02 Juni 2016 Kuliah Umum Fakultas
Syariah IAIN Salatiga
“Gerakan Revivalis Islam
Modern dan Perkembangan
Hukum di Indonesia
Fakultas Syariah IAIN
Salatiga
Peserta 2
JUMLAH 118
Salatiga, 22 Agustus 2016
Mengetahi,
Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama