tinj pustaka-jptanteari

Upload: indah-lestarini

Post on 02-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    1/29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Katarak masih merupakan penyebab utama kebutaan di negara berkembang.

    Prevalensi kebutaan di Indonesia tahun 1998 sebesar 1,62% dengan kebutaan

    karena katarak sebesar 1,88%.1 Katarak terjadi karena lensa mata berubah menjadi keruh

    dengan berbagai penyebab terutama proses ketuaan atau katarak senilis. Dengan bertambahnya

    angka harapan hidup maka diperkirakan pada tahun 2010 prevalensinya akan meningkat

    menjadi dua kali.1 Selain proses penuaan katarak senilis juga dipengaruhi berbagai faktor antara

    lain: gangguan metabolisme, penyakit sistemik, paparan sinar ultra violet-B, kurangnya intake

    vitamin dan mineral, indeks masa badan, riwayat pemakaian obat jangka panjang, dan asap

    rokok.4,5,7

    Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus

    cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat

    dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan

    akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk

    kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.2 Seorang penderita katarak

    mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan

    tidak terletak di bagian tengah lensa matanya. Namun, katarak terjadi secara

    perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur.

    Katarak tidak disebabkan oleh pemakaian mata yang berlebihan dan tidak

    mengakibatkan kebutaan permanen apabila diatasi dengan pengobatan atau

    operasi. Gejala utama adalah penglihatan mata kabur, daya penglihatan

    berkurang secara progressif, adanya selaput tipis yang menghalangi pandangan,

    sangat silau jika berada di bawah sinar cahaya yang terang, mata tidak sakit dan

    tidak bewarna merah. Pada pekembangan selanjutnya penglihatan semakin

    memburuk, lensa akan tampak bewarna putih sehingga refleks cahaya masuk

    pada mata menjadi negatif.3 Penderita juga merasa silau pada siang hari atau

    jika terkena sinar lampu mobil.4 Penglihatan pada malam hari lebih baik. 4,5,8,10

    1

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    2/29

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    3/29

    tetapi melindungi mata terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat

    memperlambat terjadinya gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata

    reguler yang dapat menghalangi sinar ultraviolet sebaiknya digunakan ketika

    berada diruang terbuka pada siang hari. Radiasi Ultraviolet (UV B) dari

    matahari berperan dalam mempengaruhi kimia lensa yang selanjutnya menjadi

    katarak.6 Tindakan operasi perlu dilakukan apabila katarak telah menyebabkan

    hilangnya penglihatan atau mengganggu kegiatan rutin sehari-hari. Pencegahan

    utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan

    menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.

    Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari

    bisa mengurangi jumlah sinar violet yang masuk ke dalam mata. Berhentimerokok juga bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    3

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    4/29

    2.1. Definisi

    Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau

    bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologis lensa

    dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein

    lensa. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa

    yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada

    retina. 2,8,10

    Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein

    lensa, proses penuaan (degenaratif). Katarak tidak jarang ditemui pada orang muda, bayi baru

    lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubella) di masa pertumbuhan janin, genetik dengan

    pertumbuhan penyakit mata, cedera pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan

    pemaparan sinar ultra violet berlebihan. Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes

    melitus, rokok, alkohol dan obatobatan steroid serta glaukoma (tekanan bola mata yang

    tinggi), dapat menyebabkan resiko terjadinya katarak. 3

    2.2. Klasifikasi katarak

    Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:8,9

    a. katarak perkembangan (developmental)

    b. katarak kongenital: katarak juvenil, katarak senil

    c. katarak komplikata

    d. katarak traumatika

    Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat:

    8,9

    1. primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.

    2. sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.

    3. komplikasi penyakit lokal ataupun umum

    4

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    5/29

    Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam:8,9

    1. Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah setahun

    2. Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia diatas setahun dan di

    bawah 40 tahun

    3. Katarak pre senil, yaitu katarak sesudah usia 30 40 tahun

    4. Katarak senil, yaitu katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

    Dalam perkembangannya, katarak primer dibagi menjadi: 9

    1. Stadium insipien

    2. Stadium imatur3. Stadium matur

    4. Stadium hipermatur (katarak Morgagni)

    1. Stadium insipien

    Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.

    Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak

    teratur. Pasien mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat

    ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses degenerasi

    belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat

    bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi

    biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam

    penglihatan pasien belum terganggu.4

    2. Stadium imatur

    Dimana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap

    cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung.

    Pada stadium ini terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai

    katarak intumesen. Pada stadium ini terdapat miopisasi akibat

    lensa yang cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perluka

    5

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    6/29

    camata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris

    terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan

    sempit atau tertutup. Pada katarak imatur maka penglihatan mulai

    berangsur-angsur menjadi kurang, hali ini diakibatkan media

    penglihatan tertutup oleh kekeruhan lensa yang menebal. Pada

    stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan

    uji bayangan iris atau Shadow test akan terlihat bayangan iris pada

    lensa. Uji bayangan iris positif.4

    3. Stadium matur

    Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi

    kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudahkeadaan seimbang dengan cairan mata sehingga ukuran lensa akan

    menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam

    posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan

    terbuka normal,dan uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan

    sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.4

    4. Stadium hipermatur

    Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks

    lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam

    korteks lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini juga terjadi

    degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks

    lensa yang mencair keluar dan masuk ke bilik mata depan. Pada

    stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada

    normal, yang akan mengakibatkan iris trimulans, dan bilik mata

    depan terbuka. Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun

    seluruh lensa telah keruh sehingga pada stadium ini disebut uji

    bayangan iris pseudopositif. Bayangan iris terbentuk pada kapsul

    lensa anterior yang telah keruh dengan lensa yang telah mengecil.

    6

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    7/29

    Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi

    jaringan uvea berupa uveitis.4,9

    2.3 Katarak senil

    Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun. Kedua mata dapat terlihat

    dengan derajat kekeruhan yang sama atau berbeda. Patogenesis katarak senil

    sangat multifaktorial dan belum sepenuhnya dipahami. Seketika lensa menua,

    lensa akan bertambah berat dan ketebalannya dan menurun daya akomodasinya.

    Seketika lapisan serabut kortikal terbentuk secara konsentris, nukleus lensa

    mengalami kompresi dan pengerasan (sklerosis nuklear). Lensa protein diubah

    oleh modifikasi dan agregasi protein menjadi protein dengan berat molekulyang lebih tinggi. Akibat protein beragregasi menyebabkan fluktuasi tiba tiba

    pada indeks refraktif lensa, hamburan sinar, dan mengurangi transparansi.

    Modifikasi kimia dari protein lensa nuklear menyebabkan pigmentasi

    progressif. Lensa akan semakin menguning atau menjadi coklat seiring dengan

    penuaan. Perubahan lainnya pada lensa adalah menurunnya konsentrasi

    gluthation dan kalium, meningkatnya konsentrasi natrium dan kalsium dan

    meningkatnya hidrasi. Ketiga jenis katarak senil ini terbagi menjadi katarak

    nuklear, kortikal, subkapsuler. 4,10

    Katarak Nuklear

    Sklerosis pada inti lensa yang menyebabkan kapasitas sentral pada

    lensa. Berjalan lambat, bilateral/unilateral. Inti homogen tanpa lapisan

    selular. Gejalanya penglihatan lebih terang bila melihat pagi

    hari/malam hari.

    Katarak Kortikal

    7

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    8/29

    Perubahan komposisi ionik pada korteks lensa yang

    menyebabkan opasitas korteks. Biasanya asimetris. Gejalanya

    penglihatan berasap dan diplopia monoculer.

    Katarak Subkapsular Posterior

    Opasitas granular seperti plak pada korteks. Etiologi: Trauma,

    kortikosteroid sistemik dan topikal, inflamasi, radiasi. Gejala:

    Pandangan silau, visus menurun ditempat terang, diplopia monokuler.

    2.4. Gambaran Klinis

    Gambaran klinis yang dapat ditemui antara lain adalah:

    1. Penurunan ketajaman visus

    Katarak secara klinis relevan jika menyebabkan penurunan signifikan pada

    ketajaman visual, baik itu dekat maupun jauh. Biasanya akan ditemui penurunan

    tajam penglihatan dekat signifikan dibanding penglihatan jauh, mungkin

    disebabkan oleh miosis akomodatif. Jenis katarak yang berbeda memiliki tajam

    penglihatan yang berbeda pula. Pada katarak subkapsuler posterior dapat sangat

    mengurangi ketajaman penglihatan dekat menurun daripada penglihatan jauh.

    Sebaliknya katarak nuklear dikaitkan dengan tajam penglihatan dekat yang tetap

    baik dan tajam penglihatan jauh yang buruk. Penderita dengan katarak kortikal

    cenderung memperoleh tajam penglihatan yang baik.4,10

    2. Silau

    Seringkali penderita mengeluhkan silau ketika dihadapkan dengan sinar

    langsung. Biasanya keluhan ini ditemukan pada katarak subkapsuler posterior

    dan juga katarak kortikal. Jarang pada katarak nuklearis.4,10

    3. Sensitivitas kontras

    Sensitivitas kontras dapat memberikan petunjuk mengenai kehilangan

    signifikan dari fungsi penglihatan lebih baik dibanding menggunakan

    8

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    9/29

    pemeriksaan Snellen. Pada pasien katarak akan sulit membedakan ketajaman

    gambar, kecerahan, dan jarak ruang sehingga menunjukkan adanya gangguan

    penglihatan. 4,10

    4. Pergeseran miopia

    Pasien katarak yang sebelumnya menggunakan kacamata jarak dekat akan

    mengatakan bahwa ia sudah tidak mengalami gangguan refraksi lagi dan tidak

    membutuhkan kacamatanya. Sebaliknya pada pasien yang tidak menggunakan

    kacamata, ia akan mengeluhkan bahwa penglihatan jauhnya kabur sehingga ia

    akan meminta dibuatkan kacamata. Fenomena ini disebut pergeseran miopia

    atau penglihatan sekunder, namun keadaan ini bersifat sementara dan terkait

    dengan stadium katarak yang sedang dialaminya.

    4,10

    5. Diplopia monokuler.

    Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang ia lihat,

    ini dikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki indeks refraksi

    berbeda akibat perubahan pada stadium katarak. Selain itu, dengan

    menggunakan retinoskopi atau oftalmoskopi langsung, akan ditemui perbedaan

    area refleks merah yang jelas terlihat dan tidak terlalu jelas.10

    2.5. Penatalaksanaan10

    - Medikasi (temporer)

    a. Penggunaan kacamata bantu dengan koreksi akurat

    b. Meningkatkan cahaya pada saat membaca

    c. Dilatasi pupil dengan pengobatan midriasis

    d. Pengobatan katarak dengan penyebab DM dengan aldolase reduktase

    inhibitor

    - Alat Bantu Lihat Kekuatan Rendah

    a. Alat bantu lihat monokuler genggam dengan kekuatan 2,5x, 2,8x, dan 4x

    dapat memperjelas objek jarak jauh. Sedangkan untuk objek jarak dekat

    9

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    10/29

    seperti membaca menggunakan kaca pembesar dan lup teleskop. Katarak

    mengurangi ketajaman cahaya dan menyebabkan silau, oleh karena itu

    dianjurkan juga menggunakan kacamata yang berwarna dengan harapan

    menyerap sinar dengan spektrum warna tertentu yang menyebabkan silau

    tersebut.10

    - Operasi

    Indikasi operasi katarak :

    2. Mengganggu pekerjaan

    3. Rehabilitasi visus (terapetik)

    4. Diagnostik segmen posterior5. Mencegah komputasi (glaucoma ambiliopia)

    6. Kosmetik

    a. Operasi dilakukan apabila pasien meminta agar diperbaiki ketajaman

    penglihatannya, terapi bedah untuk penyakit mata (glaukoma karena lensa,

    dislokasi lensa ke bilik mata depan, atau uveitis), membantu untuk

    mengobati penyakit mata segmen posterior (diabetes retinopati).10

    b. Pasien dengan katarak stadium lebih lanjut lebih diutamakan untuk

    dioperasi bila ia memiliki katarak monookuler atau binokuler. Waktu jeda

    untuk operasi katarak mata sebelahnya harus berbeda dan tidak boleh

    bersamaan untuk menjamin keamanan dan keberhasilan operasi pertama

    sebelum operasi kedua direncanakan. Pada pasien dengan katarak

    monokuler, keputusan untuk dilakukan bedah lebih kompleks. Apabila

    ditemui mata yang sehat tidak menunjukkan gangguan penglihatan yang

    berat, maka operasi dapat ditangguhkan. 10

    10

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    11/29

    Sebelum operasi harus dilakukan beberapa pemeriksaan:

    1. Fungsi retina harus baik, yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar, dimana

    retina disinari dari semua arah, dan arahnya itu harus dapat ditentukan

    oleh penderita dengan baik.

    2. Tidak boleh ada infeksi pada mata dan jaringan sekitarnya. Jangan lupa

    melakukan tes Anel. Bila tes Anel (-) tidak boleh dilakukan operasi karena

    kuman dapat masuk kedalam mata.

    3. Tidak boleh ada glaukoma. Pada keadaaan glaukoma, pembuluh darah

    retina telah menyesuaikan dengan tekanan intraokuler yang tinggi. bila

    dilakukan operasi, saat kornea dipotong, sekonyong-konyong tekanan

    intraokuler turun, pembuluh darah pecah dan timbul perdarahan hebat,dapat juga terjadi prolaps isi bulbus okuli.

    4. Visus, setelah dikoreksi batasnya pada orang buta huruf 5/50 dan pada

    orang terpelajar 5/20.

    5. Keadaan umum harus baik. tidak boleh ada hipertensi, diabetes melitus,

    batuk menahun dan sakit jantung.

    2.6. Jenis-jenis bedah katarak

    1. Insisi Linier

    dilakukan pada katarak cair

    insisis pada limbus 2 6 mm

    kapsul anterior di insisi, masa lensa di aspirasi

    penyulit: uveitis fakoanafilaktik, glaukoma sekunder, katarak

    sekunder.

    2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler

    dilakukan pada katarak lunak

    insisi pada limbus 10 12 mm

    11

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    12/29

    kapsulotomi anterior

    ekspresi nukleus dan sisa masa lensa diaspirasi

    keuntungan: dapat dilakukan insersi lensa tanam, mencegah prolaps

    badan kaca, ablasi retina, distropi kornea dan mengurangi infeksi ke

    intraokular.

    3. Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler

    biasanya dilakukan pada katarak yang keras

    insisi pada limbus 14 15 mm

    lensa dijepit dengan cryoprobe atau cryopencil pada kapsul lensa

    kemudian diluksasi kekanan kekiri sehingga zonulla Zinii terlepas dan

    lensa dapat ditarik keluar

    resiko terjadi prolaps badan kaca dan infeksi intraokular

    4. Fakoemulsifikasi

    merupakan cara pembedahan paling mutakhir yang dilakukan dengan

    menggunakan getaran ultrasonik

    insisi limbus 35 mm

    fakofragmentasi dengan vibrasi ultrasonik

    irigasi dan aspirasi kepingan-kepingan lensa

    2.7. Ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK)

    Operasi katarak jenis ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK) merupakan

    teknik yang dahulu sering digunakan sebelum diperkenalkannya ekstraksi

    katarak ekstrakapsuler (EKEK). Sejak diperkenalkannya mikroskop, sistem

    aspirasi bedah yang terbaru, dan lensa intraokuler maka operasi EKEK menjaditerpopuler digunakan hampir di seluruh dunia.10

    Keuntungan EKIK:

    12

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    13/29

    1. Tidak membutuhkan bedah tambahan karena hanya mencabut lensa

    2. Lebih sedikit dibutuhkan instrumen yang lebih canggih

    3. Perbaikan visus dapat segera dicapai setelah operasi dengan

    penggunaan lensa ekstraokuler sebesar 10 Dioptri

    Kerugian EKIK berkaitan dengan insisi 160-180 pada limbus:

    1. Luka yang lama sembuh

    2. Perbaikan visus yang lebih lama

    3. Astigmatisme dapat terjadi

    4. Inkarserasi iris

    5. Inkarserasi vitreous6. Luka kurang sempurna tertutup

    7. Edema kornea, terjadi karena endotel kornea yang terlipat selama

    pengangkatan lensa

    8. Edema makuler kistoid

    9. Terlepasnya retina (retinal detachment)

    10. Glaukoma sudut terbuka

    Indikasi:

    Apabila ditemui kondisi seperti:

    1. Kamar operasi dengan fasilitas bedah menggunakan mikroskop sangat

    minimal

    2. Katarak dengan stadium intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi

    3. Apabila pada operasi EKEK ditemukan zonula Zini tidak utuh

    Kontraindikasi:

    Operasi katarak intra kapsuler merupakan kontraindikasi absolut apabila

    ditemukan keadaan berikut:

    1. Anak-anak dan remaja

    13

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    14/29

    2. Ruptur kapsul traumatik

    Sedangkan kontraindikasi relatif, seperti:

    1. Miopia tinggi

    2. Sindrom Marfan

    3. Katarak Morgagni

    4. Vitreous berada pada ruang anterior

    2.8 Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EKEK)

    IndikasiOperasi ekstraksi katarak ekstrakapsuler dilakukan dengan pengeluaran

    nukleus lensa merupakan langkah besara kemajuan dalam bedah katarak

    modern. Pemilihan teknik ini tergantung dari ketersediaan alat, keterampilan

    yang dimiliki ahli bedah mata tersebut, dan ketebalan nukleus lensa tersebut.10

    Operasi EKEK melibatkan pengangkatan nukleus lensa dan korteks melalui

    pembukaan kapsul anterior, meninggalkan kapsul posterior di tempatnya.

    Teknik ini memiliki beberapa keuntungan yang lebih banyak daripada operasi

    EKIK karena dilakukan melalui insisi yang kecil. Oleh karena itu,

    keuntungannya berupa:

    1. Kurang traumatik pada endotel kornea

    2. Lebih sedikit kejadian astigmatisme

    3. Luka yang lebih stabil dan aman

    4. Berkurangnya resiko kehilangan vitreous dari tempatnya intraoperatif

    5. Mengizinkan fikasi lensa intra okuler lebih baik secara anatomis

    6. Mengurangi insidensi edema makuler kistoid, terlepasnya retina, dan edema

    korna

    7. Mengurangi mobilitas iris dan vitreous yang terjadi pada gerakan sakadik

    14

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    15/29

    8. Menyediakan penghalang yang mencegah terjadinya pertukaran cairan pada

    vitreous dengan cairan akuos

    9. Mengurangi jalur bakteri melalui rongga vitreous

    10. Mengurangi komplikasi jangka pendek dan jangka panjang akibat perlekatan

    vitreous kepada iris, kornea, dan insisi

    Akhirnya, akan lebih mudah dan aman dilakukannya operasi mata di

    kemudian hari untuk pemasangan lensa intraokuler sekunder, transplantasi

    kornea, perbaikan luka pada mata karena kapsul posterior yang masih

    dipertahankan.

    Kontraindikasi

    Operasi ekstraksi katarak ekstrakapsuler membutuhkan keutuhan zonula

    untuk pengangkatan nukleus dan materi korteks. Oleh karena itu, bila zonula

    tidak utuh maka perlu direncanakan operasi ekstraksi katarak intrakapsuler atau

    lensektomi pars plana.

    2.9. Prosedur Preoperasi

    Dilatasi pupil merupakan penentu kesuksesan operasi EKEK. Obat-obatan

    sikloplegik atau midriasis, harus diberikan preoperasi sehingga memberikan

    dilatasi pupil yang efektif, sedangkan obat antiinflamasi nonsteroid dapat

    membantu mempertahankan dilatasi pupil selama pembedahan

    2.10. Prosedur Paska Operasi

    Pengawasan paska operasi EKIK, afakia pada lensa dapat dikoreksi potensi

    visusnya dengan lensa +10D hingga +12D.

    15

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    16/29

    Sama seperti pada operasi EKIK, perlu diawasi paska operasi EKEK untuk

    mengevaluasi keadaan mata pasien apakah terjadi komplikasi atau mata pasien

    dalam keadaan tenang sesuai yang diharapkan. Hal-hal yang perlu diawasi

    berupa:

    1. Ketajaman visus pada hari pertama harus konsisten dengan keadaan

    refraksi awal mata pasien

    2. Kejernihan kornea dan media refraksi mata lainnya

    3. Potensi visus retina dan saraf optik

    Selain pengaruh visus, setelah operasi akan ditemui tanda-tanda peradangan

    yang merupakan keadaan yang pasti ditemui tapi dalam derajat yang minimaldan perubahan fisiologis mata. Pada hari pertama, hal-hal tersebut harus

    diperhatikan secara menyeluruh seperti:

    1. Adanya edema dan eritema pada kelopak mata

    2. Flap pada konjungtiva akan mengalami injeksi dan sedikit bengkak

    3. Kornea jernih dan bebas dari striae dan edema

    4. Bilik mata depan tidak dangkal dan dalam, tidak masalah ditemui

    reaksi seluler ringan

    5. Kapsul posterior harus jernih dan utuh, selain itu lensa tanam harus

    terposisi baik dan tidak berubah posisinya

    6. Refleks merah harus kuat dan jernih

    7. Peningkatan tekanan intraokuler bisa disebabkan vitreoelastisitas yang

    tertahan

    8. Antibiotik topikal dan kortikosteroid dianjurkan diresepkan paska

    operasi

    Dalam 2 minggu, kenyamanan, perbaikan visus dan kenyamanan dari hari

    pertama seperti reaksi radang yang menurun. Pada paska operasi 6-8 minggu,

    refraksi menjadi stabil, selain itu kacamata dapat diresepkan bila ada perubahan.

    16

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    17/29

    Apabila ditemukan astigmatisme sepanjang sumbu insisi, maka jahitan dapat

    diangkat secara selektif setelah minggu keenam dengan dibantu melalui

    keratometri atau topografi kornea.

    2.11 Anestesi untuk operasi katarak

    1. Sejarah

    Pada awal dilakukannya bedah katarak, tidak dilakukan anestesi sama

    sekali. Karl Koller kemudian mempelopori anestesi kokain topikal yang

    diberikan pada daerah limbus di akhir tahun 1800. Anestesi retrobulber pertama

    kali diperkenalkan oleh Herman Knapp pada 1884 dengan caramenginjenksikan kokain 4% untuk anestesi okuler sebelum dilakukan bedah

    enukleasi. Teknik modern dari anestesi retrobulber diperkenalkan oleh Walter

    Atkinson pada 1945, yang sekarang digunakan untuk bedah intraokuler dengan

    anestesi lokal.10

    2. Anestesi umum

    Anestesi umum dilakukan apabila ditemui:

    a. Pasien anak-anak atau remaja

    b. Pasien dengan demensia

    c. Retardasi mental

    d. Batuk yang tidak bisa dikontrol

    e. Tremor kepala

    Oleh karena itu, sebelum teknik anestesi dipilih maka ahli bedah mata

    tersebut harus menilai intelektualitas dan status psikologis.

    3. Anestesi lokal

    17

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    18/29

    Anestesi retrobulber digunakan bersama atau tanpa dilakukan anestesi

    regional pada saraf kranial VII (nervus fasialis). Anestesi ini akan memberikan

    akinesia okuler dan anestesi daerah tersebut.

    Anestesi retrobulber memberikan komplikasi walaupun jarang ditemukan

    seperti:

    a. Perdarahan retrobulber

    b. Penetrasi bola mata

    c. Trauma saraf optik

    d. Injeksi intravena sehingga menyebabkan aritmia jantung

    e. Injeksi intravena sehingga menyebabkan kejang

    f. Henti nafasg. Anestesi batang otak

    Selain anestesi retrobulber, juga dikenal anestesi peribulber. Anestesi ini

    dilakukan melalui injeksi multipel atau tunggal. Teknik ini diketahui secara

    teoritis mengurangi angka kejadian cedera saraf optik dan efek samping pada

    SSP dari injeksi tidak sengaja pada intradural. Meskipun begitu, teknik ini tidak

    mengurangi kemungkinan terjadinya penetrasi bola mata dan teknik ini juga

    kurang efektif dibanding retrobulber untuk memberikan efek anestesi dan

    akinesia. Selain itu, mula kerja teknik anestesi ini juga lebih lambat.

    3. Anestesi Topikal

    Anestesi topikal berkembang bersamaan dengan teknik insisi kornea dan

    implantasi lensa intraokuler untuk bedah katarak. Anestesi topikal diberikan

    bersamaan dengan atau tanpa sedasi intravena. Anestesi topikal juga sering

    dilakukan dengan lidokain bebas pengawet intrakamera. Beberapa jenis teknik

    termasuk penggunaan infiltrasi minimal dengan anestesi lokal. Keuntungan

    teknik anestesi ini adalah berkurangnya resiko perforasi okuler dan sedikitnya

    penggunaan sedasi intravena pada beberapa pasien. Diplopia dapat tidak

    18

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    19/29

    ditemui karena tidak ada akinesia otot okuler. Pasien dapat meninggalkan

    ruangan operasi tanpa harus dipandu karena tidak ada blokade kelopak mata.

    Karena anestesi topikal menyediakan anestesi tanpa akinesia, kerjasama

    pasien untuk tidak banyak bergerak sangat diperlukan. Kemudian, anestesi

    topikal tidak tepat digunakan pada pasien dengan situasi:

    a. Gangguan pendengaran

    b. Kesulitan menerjemahkan bahasa

    c. Penderita sulit mengontrol emosi selama operasi

    d. Blefarospasme

    e. Tremor kepala

    f. Nistagmusg. Apabila ditemui operasi akan lebih lama dari jadwal

    Secara umum, hanya sedasi minimal dibutukan untuk penggunaan anestesi

    topikal. Ahli anestesi juga harus mengenal derajat sedasi yang dibutuhkan untuk

    bedah katarak dan menghindari terjadinya overdosis sedasi.

    19

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    20/29

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    3.1. IDENTIFIKASI

    Nama : Ny. Muminah

    Umur : 54 tahun

    Jenis Kelamin : perempuan

    Alamat : Jl. Karya I no. 260 rt 25 rw 07, Lebong Gajah , Kecamatan Sako

    Palembang

    Agama : Islam

    Bangsa : IndonesiaMed. Rec :105113

    3.2. ANAMNESIS (autoanamnesis pada tanggal 27 desember 2007)

    Keluhan Utama:

    Kedua mata kabur sejak 2 tahun yang lalu

    Riwayat Perjalanan Penyakit:

    Sejak kurang lebih dua tahun yang lalu, penderita mengeluh matakirinya semakin kabur. Penderita merasa pandangannya seperti melihat asap dan

    berkabut, penglihatan terasa silau pada siang hari (+), penglihatan lebih terang

    pada malam hari daripada siang hari, penglihatan kembar (-), mata merah tidak

    ada, kotoran mata tidak ada, mata berair-air tidak ada, nyeri kepala hebat

    disertai mual dan muntah tidak ada, dan nyeri pada mata kiri tidak ada.

    Sejak kurang lebih sepuluh bulan yang lalu, penderita masih

    mengalami keluhan yang sama pada mata kirinya. Mata kanan penderita juga

    mulai kabur, semakin lama semakin kabur, penderita merasa pandangannya

    seperti melihat asap dan berkabut, penglihatan terasa silau pada siang hari (+),

    penglihatan lebih terang pada pagi hari daripada siang hari, penglihatan kembar

    20

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    21/29

    (-), mata merah tidak ada, kotoran mata tidak ada, mata berair-air tidak ada,

    nyeri kepala hebat disertai mual dan muntah tidak ada, dan nyeri pada mata kiri

    tidak ada.

    Sejak kurang lebih tiga bulan yang lalu, penderita mengeluh mata

    kirinya hanya bisa melihat sinar, sedang mata kanannya masih bisa melihat

    bayangan pada jarak satu meter. Kemudian penderita berobat ke RSMH.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Riwayat memakai kacamata disangkal

    Riwayat penyakit DM disangkal

    Riwayat darah tinggi disangkalRiwayat trauma pada mata disangkal

    3.3. PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis

    Keadaan Umum : baik

    Kesadaran : Kompos Mentis

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

    Pernafasan : 20 x/menit

    Temperatur : 36,40C

    Status Oftalmologikus

    OD OS

    21

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    22/29

    Visus 1/300 1/ PSB

    TIO 15,6 mm Hg 18,5 mm Hg

    KBM Ortoforia

    GBM

    Segmen Anterior

    - Alis mata

    - Kelopak atas

    - Kelopak bawah

    - Bulu mata

    - Konjungtiva tarsal

    atas

    - Konjungtiva tarsal

    bawah

    - Konjungtiva bulbi

    - Kornea

    - BMD

    - Iris

    - Pupil

    - Lensa

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Jernih

    Sedang, jernih

    Gambaran baik

    Bulat, sentral, refleks

    cahaya (+), 3 mm

    Keruh, ST (-)

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Tenang

    Jernih

    Sedang, jernih

    Gambaran baik

    Bulat, sentral, refleks

    cahaya (+), 3 mm

    Keruh, ST (+)Segmen Posterior

    - Refleks fundus

    - Papil

    - Makula

    - Retina

    (-)

    Tidak bisa dinilai

    Tidak bisa dinilai

    Tidak bisa dinilai

    (-)

    Tidak bisa dinilai

    Tidak bisa dinilai

    Tidak bisa dinilai

    22

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    23/29

    3.4. DIAGNOSIS KERJA

    Katarak Senilis matur OD + katarak senilis hipermatur OS.

    3.5. PENATALAKSANAAN

    Pro EKEK + pemasangan LIO (lensa intra okuler) OS dengan anestesi topikal

    3.6. RENCANA PEMERIKSAAN

    - Keratometri

    - Biometri

    - Periksa Lab: Darah rutin (hemoglobin, trombosit, leukosit, waktu bekuan,

    waktu perdarahan), kimia klinik (gula darah sewaktu/BSS).

    - Konsul PDLs

    3.7. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad functionam : bonam

    23

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    24/29

    24

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    25/29

    BAB IV

    ANALISIS KASUS

    Seorang perempuan berusia 54 tahun datang dengan keluhan kedua mata

    kabur sejak 2 tahun yang lalu. Penderita katarak biasanya akan didapatkan gejala

    klinis yaitu pandangan seperti berasap/berkabut, penurunan visus makin lama

    makin berat, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat melihat dobel pada satu mata,

    memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca, tampak kekeruhan

    lensa dalam bermacam-macam bentuk, tingkat dan lokasi. Dari anamnesis

    didapatkan keluhan mata kirinya mulai kabur, penderita merasa pandangannya

    seperti melihat asap berkabut dan silau pada penglihatan di siang hari. Hal inisesuai dengan teori bahwa pada pemeriksaan subjektif katarak, seperti: pe

    nurunan visus, silau, sensitivitas kontras, pergeseran miopia, sedangkan

    penglihatan ganda atau diplopia monokuler tidak didapatkan yang berarti keluhan

    ini tidak semua orang memiliki persepsi sama dan pasien ini sudah tidak

    menangkap objek secara detail.10

    Dari pemeriksaan objektif diperoleh visus mata kanan 1/300 sedangkan visus

    mata kirinya 1/ PSB. RAPD pada kedua mata negatif. Secara teori, penderita

    katarak akan mengeluh pandangan kabur untuk melihat jauh atau dekat dan uji

    pinhole akan positif, sementara pada pasien ini untuk melihat jauh dan dekat

    mengalami kesulitan yang berarti kekeruhan pada lensa yang sulit untuk

    membedakan jarak dekat dan jauh dan sulit untuk dilakukan uji pinhole. Pada

    pasien ini ditemui Relative Afferent Pupil Defect (RAPD) negatif pada kedua

    pupil mata sehingga dikatakan bahwa tidak ditemukan kelainan pada jalur saraf

    afferen penglihatan.11

    Pada pemeriksaan segmen anterior mata pada lensa ditemukan kekeruhan

    dengan shadow test yang negatif pada mata kanan dan shadow test positif pada

    mata kiri. Ini menunjukkan tanda katarak matur pada mata kanan dan hipermatur

    25

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    26/29

    pada mata kiri. Secara teori, katarak matur ditemukan shadow test yang negatif,

    sedangkan pada katarak hipermatur ditemukan shadow test yang positif. Pada

    mata kiri pasien ini dikatakan hipermatur karena didapatkan pula gambaran

    kerutan pada lensa selain kekeruhan dan bayangan iris yang utuh sehingga

    membedakannya dengan katarak imatur.4,9

    Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas, penderita ini didiagnosis

    dengan katarak senilis matur OD dan katarak senilis hipermatur OS. Untuk terapi

    katarak tidak ada pilihan lain selain dengan pembedahan. Pertimbangan pemilihan

    EKEK adalah karena ukuran insisi yang diperlukan lebih kecil sehingga

    timbulnya trauma pada pada endotel kornea lebih sedikit; kapsul posterior yang

    intak dapat menempatkan pemasangan LIO pada posisi anatomis yang lebih baik,mengurangi mobilitas iris dan vitreus, serta mengurangi insiden edema makular

    kistoid, ablasi retina, dan edema kornea. Kapsul posterior yang utuh juga

    mencegah masuknya bakteri dan mikroorganisme, yang mungkin terdapat pada

    bilik mata depan saat operasi, ke dalam badan vitreus dan menyebabkan

    endoftalmitis. Pemasangan LIO dilakukan karena dianggap lebih praktis jika

    dibandingkan dengan lensa kontak atau kacamata afakia yang suatu saat harus

    diangkat, dibersihkan atau dipasang kembali oleh pasien dan berhubungan dengan

    pekerjaan pasien. Selain itu, pemasangan LIO tidak ada kontraindikasi kecuali orang

    yang menderita uveitis. Pada penderita dengan uveitis, akan terjadi reaksi

    proliferatif atau adhesi pada lensa tanam yang akan membentuk lapisan pupiler

    atau siklitik bahkan glaukoma.10

    Keratometri dan biometri dilakukan persiapannya sebelum operasi untuk

    mengukur kekuatan kornea dan kekuatan lensa introkuler. Keduanya dilakukan

    agar refraksi paska operasi diharapkan mendekati atau sama dengan refraksi

    penglihatan orang normal.10

    Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam struktur

    anatomis mata, sehingga quo ad vitam bonam.

    26

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    27/29

    Fungsi mata penderita dapat kembali normal tergantung pembedahan dan

    penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada penderita ini prognosis quo ad

    functionam bonam. Secara teori, apabila tidak ditemui penyulit lain seperti

    kontraindikasi relatif, maka fungsi penglihatan dapat dikembalikan ke penglihatan

    normal.10

    Direncanakan EKEK + pemasangan LIO mata kiri bertujuan agar katarak

    dalam stadium yang lebih lanjut untuk didahulukan terlebih dahulu dengan

    harapan perbaikan fungsi tajam penglihatan yang sudah banyak berkurang pada

    mata kiri dibanding mata kanan dan pencegahan komplikasi katarak pada mata

    kiri berupa glaukoma fakolitik.9,10

    27

  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    28/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Gunawan, W.S. Kadar Asam Urat Serum pada Penderita Katarakpenelitian kasus-

    kontrol. Cermin Dunia Kedokteran No. 132, 2001.

    2. Anonym. http://www.erfilts.multiply.com.journalitem43-19k. American

    Academy of opthamology.

    3. Ana Indrayati. Mata Sehat, Bebas Katarak. http://www.pikiran-

    rakyat.com/cetak/09042/cakrawala/utama/01.htm. diakses tanggal 3 januari

    2008

    4. Langston, Pavan D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition

    (July 2002). USA.Lippincott, Williams & Wilkins

    5. Yong, M.H.M.Masalah Katarak.

    http://www.infosihat.gov.my/Risalah/Penyakit

    %20Mata/Ris_Mata_Katarak_BM/katarak_BM.pdf. Diakses pada : 3 Januari

    2008

    6. Anonymous. Katarak.

    http://www.medika.blockspot.com/2007/04/katarak.html. diakses tanggal 3

    januari 2008

    7. Anonymous.Katarak.

    http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?iddtl=65&idktg=16.

    Diakses pada : 3 Januari 2008

    8. James, Bruce, et al. 2006. Lecture Notes Ophtalmology, 9th eds. Jakarta:

    Erlangga.

    9. Ilyas SD.Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia. 2005.

    10. Daniel J, Garrett M, Straus H, et al. Lens and Cataract: Section 11. Basic and

    Clinical Science Course: American Academy of Ophtalmology. USA. 2001-2002

    11. Daniel J, Garrett M, Straus H, et al. Neuroophtalmology. Basic and Clinical

    Science Course: American Academy of Ophtalmology. USA. 2001-2002

    28

    http://www.erfilts.multiply.com.journalitem43-19k/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/09042/cakrawala/utama/01.htmhttp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/09042/cakrawala/utama/01.htmhttp://w3.spancity.com/yosrihttp://www.infosihat.gov.my/Risalah/Penyakit%20Mata/Ris_Mata_Katarak_BM/katarak_BM.pdfhttp://www.infosihat.gov.my/Risalah/Penyakit%20Mata/Ris_Mata_Katarak_BM/katarak_BM.pdfhttp://www.medika.blockspot.com/2007/04/katarak.htmlhttp://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?iddtl=65&idktg=16http://www.erfilts.multiply.com.journalitem43-19k/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/09042/cakrawala/utama/01.htmhttp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/09042/cakrawala/utama/01.htmhttp://w3.spancity.com/yosrihttp://www.infosihat.gov.my/Risalah/Penyakit%20Mata/Ris_Mata_Katarak_BM/katarak_BM.pdfhttp://www.infosihat.gov.my/Risalah/Penyakit%20Mata/Ris_Mata_Katarak_BM/katarak_BM.pdfhttp://www.medika.blockspot.com/2007/04/katarak.htmlhttp://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?iddtl=65&idktg=16
  • 7/27/2019 Tinj Pustaka-jptanteari.

    29/29

    Presentasi Kasus

    KATARAK SENILIS

    Oleh:

    Ary Rachmanto, S.Ked

    Ermalinda, S.Ked

    Julius Parlin, S.Ked

    Pembimbing:

    dr. Alie Solahudin, Sp.M

    DEPARTEMEN MATA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

    2007

    29