tingkat partisipasi anggota perkumpulan petani...
TRANSCRIPT
i
TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DALAM
PEMELIHARAAN SALURAN IRIGASI BISSUA KABUPATEN GOWA
OLEH:
ANDI PANGERAN RIVAI
G211 13 336
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DALAM PEMELIHARAAN
SALURAN IRIGASI BISSUA KABUPATEN GOWA
OLEH : ANDI PANGERAN RIVAI
G211 13 336
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada:
Program Studi Agribisnis
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar
2017
Disetujui Oleh :
Dr. Ir. Mujahidin Fahmid, M.T.D. Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing
Tanggal Pengesahan : November 2017
iii
PANITIA UJIAN SARJANA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Judul : TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA PERKUMPULAN
PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DALAM PEMELIHARAAN
SALURAN IRIGASI BISSUA KABUPATEN GOWA
Nama : ANDI PANGERAN RIVAI
Nim : G211 13 336
TIM PENGUJI
Dr. Ir. Mujahidin Fahmid, M.T.D.
Ketua Sidang
Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S.
Anggota
Prof. Dr. Ir. M. Saleh S. Ali, M.Sc.
Anggota
Ir. A. Amrullah, M.Si.
Anggota
Dr. A. Nixia Tenriawaru, S.P, M.Si.
Anggota
Dr. Ir. Saadah, M.Si.
Anggota
Tanggal Ujian : November 2017
iv
RINGKASAN
TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA PERKUMPULAN PETANI
PEMAKAI AIR (P3A) DALAM PEMELIHARAAN SALURAN IRIGASI
BISSUA KABUPATEN GOWA dibawah bimbingan Mujahidin Fahmid
dan Rahim Darma
Irigasi merupakan salah satu sarana infrastruktur yang menunjang
terlaksananya pembangunan ekonomi di sektor petanian dengan fungsinya yaitu meningkatkan produksi pangan terutama beras dan meningkatkan intensitas tanam namun kekurangan dan kehilangan suplai air menjadi salah satu masalah yang terkadang dialami oleh para petani, salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah irigasi adalah membentuk lembaga yang dapat mewadahi kemampuan dan aspirasi petani mengenai pengelolaan air irigasi yakni dengan membentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dengan salah satu fungsinya untuk memelihara saluran irigasi lokal yang dibangun oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota P3A dalam pemeliharaan irigasi yaitu P3A Bunga Biraeng, P3A Abulosibatang dan P3A Julukanaya. Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu dengan mengklasifikasi daerah yang termasuk pada daerah hulu, tengah dan hilir irigasi bendung Bissua. Waktu penelitian yaitu pada bulan Juli hingga Agustus 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Partisipasi petani anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi di Desa Bontoramba (Hulu), Desa Maccini Baji (Tengah) dan Kelurahan Bontonompo (Hilir) memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, kemudian anggota kelompok P3A Bunga Biraeng (desa Bontoramba) memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi dibandingkan anggota kelompok P3A Julukanaya (Bontonompo) dan anggota P3A Abulosibatang (desa Maccini Baji). Selanjutnya, faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, letak sawah, jarak tempat tinggal, luas lahan dan waktu tempuh merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan Kelurahan Bontonompo
Kata Kunci: Partisipasi, Pemeliharaan Irigasi, P3A
v
ABSTRACT
Participation Level of the Association of Water Users Farmers (P3A) in the Maintenance of Bissua Irrigation Canal, Gowa Regency (Case Study of Bontoramba Village, Maccini Baji Village and Bontonompo Village, Gowa Regency) under the guidance of Mujahidin Fahmid and
Rahim Darma
Irrigation is one of the infrastructures that support the
implementation of economic development in the agricultural sector. The
function of irrigation is to increase the production of food, especially rice,
and to increase the intensity of crops. However, the shortage and the loss
of water supply in irrigation canal became a problem to farmers. One
possible solution to address these problems is to establish Association of
Water Users Farmers (P3A) that can accommodate the capabilities and
the aspirations of farmers on the irrigation management. The role of P3A is
to maintain the local irrigation canal that were built by the government.
This study was aimed to determine the participation level of P3A members
in the maintenance of irrigation in Bunga Biraeng, Abulosibatang and
Julukanaya. The research area is purposively (intentionally) determined by
classifying the upstream, the central, and the downstream areas of Bissua
irrigation. This study was conducted from July to August 2017. The results
showed that the participation level of P3A members in the maintenance of
irrigation channels in Bontoramba Village (Upstream), Maccini Baji Village
(Central) and Bontonompo Village (Downstream) was high. P3A members
in Bunga Biraeng (Bontoramba Village) had higher participation level than
P3A members in Julukanaya (Bontonompo Village) and P3A members in
Abulosibatang (Maccini Baji Village). The factors of age, level of
education, number of family dependents, location of the fields, location of
house, land area, and travelling time were affected the participation level
of farmers in the maintenance of the irrigation canal in the Bontoramba
Village, Maccini Baji Village and Bontonompo Village.
.
Keywords: Participation, Irrigation, Maintenance, P3A
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
ANDI PANGERAN RIVAI, dilahirkan di Ujung Pandang,
pada tanggal 08 November 1995. Penulis merupakan anak
dari pasangan Bapak Dr. Andi Muh. Rivai S, M.Si dan Ibu
Prof. Dr. Hj. Mantasiah R, M.Hum. Penulis adalah anak
ketiga dari 3 bersaudara. Selama ini penulis telah menyelesaikan studi
pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Riwayat pendidikan penulis dimulai
pada tahun 2007 menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD
Inpres Pa’bangiang Gowa, tahun 2010 menyelesaikan pendidikan
menengah pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Sungguminasa Gowa, tahun
2013 menyelesaikan pendidikan menengah atas (SMA) di SMA Negeri 3
Sungguminasa Gowa. Pada tahun 2013, penulis menjadi salah satu
mahasiswa di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini, penulis
cukup aktif berorganisasi yaitu sebagai Badan Pengurus Harian
Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (MISEKTA) periode
2015/2016. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diadakan oleh
MISEKTA. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti seminar-seminar baik
ditingkat nasional maupun internasional.
vii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
Yang Maha Kuasa, atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir pada Departemen
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Tak lupa pula shalawat dan salam kepada Junjungan Kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberi tauladan bagi kita semua.
Skripsi ini berjudul Tingkat Partisipasi Anggota Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) Dalam Pemeliharaan Saluran Irigasi Bissua
Kanupaten Gowa. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Tiada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah
milik-Nya. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Menyadari keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki, dengan penuh kerendahan hati penulis
mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca dan semua pihak yang terkait untuk penyempurnaan karya
tulis ini, sekaligus sebagai sumbangan pemikiran kepada penulis.
viii
Akhir kata, semoga percikan pemikiran yang tersaji dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga jasa baik dan amal bakti
kita tercatatkan sebagai pahala di sisi-Nya.
Makassar, November 2017
Penulis
ix
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahi rabbil alamiin, segala puji bagi Allah SWT Rabb
semesta alam, berkat rahmat dan kasih sayang-Nya. Rasa syukur tak
terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT, satu dari berbagai nikmat
yang selalu diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya, yakni
terselesaikannya tugas akhir penulis dalam meraih gelar Sarjana
Pertanian di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada
tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam
sunnahnya hingga akhir jaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
temui mulai dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaian akhir skripsi
ini. Namun, berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan, arahan,
kerjasama, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Rasanya begitu banyak bantuan yang
telah penulis terima, sehingga penulis mendapatkan banyak kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
x
1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Prof. Dr. Hj. Mantasiah R, M.Hum dan
Ayahanda Dr. Andi Muh. Rivai S, M.Si dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
beliau yang merawat, membesarkan, mendidik, memberikan motivasi dan
dorongan, dengan penuh kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan
keikhlasan, curahan rasa cinta dan sayangnya yang tiada berujung,
dan pengorbanan yang tak ternilai. Kepada kakakku Andi Tenriola Rivai,
S.Pd. M.Kes, dan Andi Alamsyah Rivai, S.Pi. M.Si yang selalu
menyemangati dan memberi dukungan untuk penulis. Kepada keluarga
besar penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil
kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Mujahidin Fahmid, M.T.D selaku pembimbing I dan
sebagai Orang Tua pengganti di lingkungan akademik, terima kasih atas
setiap waktu yang diberikan untuk ilmu, motivasi, saran, teguran yang
membangun, dan pemahaman baru mengenai berbagai hal. Penulis
secara pribadi memohon maaf atas segala kekurangan serta kekhilafan
jikalau sempat membuat kecewa selama proses pembimbingan skripsi
selama ini, semoga doa dan dukungan Bapak menjadi berkah untuk
penulis kedepannya, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama
ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
xi
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S. Selaku pembimbing II, terima
kasih atas segala bimbingan, saran, motivasi, serta teguran membangun
sehingga penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih, atas setiap waktu bimbingan yang selalu memberikan
penulis ilmu dan pemahaman baru mengenai berbagai hal baik dalam hal
lain maupun seputar akademik dan penulis mau memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Saleh S. Ali, M.Sc., Bapak Ir. A. Amrullah, M.Si.,
dan Ibu Dr. A. Nixia Tenriawaru, S.P, M.Si. selaku penguji yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
penyusunan tugas akhir ini. Walaupun beliau bukanlah pembimbing
skripsi penulis, namun penulis sangat berterima kasih karena beliau masih
rela untuk meluangkan waktunya dan selalu memperhatikan
perkembangan skripsi, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama
ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Ir. Saadah, M.Si. selaku panitia ujian sarjana dan
Ibu Dr. Letty Fudjaja, S.P, M.Si. selaku panitia seminar proposal dan Ibu
Rasyidah Bakri, S.P, M.Sc selaku panitia seminar hasil, terima kasih
untuk telah meluangkan waktunya dalam memimpin seminar terima kasih
juga telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam
penyempurnaan skripsi serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
xii
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama
ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Ir. Muh Hatta Jamil, S.P., M.Si dan Ibu Dr. A. Nixia
Tenriawaru, S.P., M.Si. selaku Ketua Departemen dan Sekertaris
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberikan
pengetahuan, mengayomi, dan memberikan teladan selama penulis
menempuh pendidikan serta penulis mau memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama
ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan ibu dosen, khususnya Program Studi Agribisnis
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, yang membimbing penulis
sejak pertama kali menginjakkan kaki di Universitas Hasanuddin sampai
penulis merampungkan tugas akhir ini dan penulis mau memohon maaf
yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis
lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh staf dan pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Khususnya Pak Ahmad,
Pak Bahar, Kak Ima, dan Kak Hera terimah kasih telah membantu
penulis dalam proses administrasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Keluarga besar “SELARAS 2013” dalam proses penyusunan skripsi yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas waktu, saran,
serta kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.
xiii
10. Keluarga Besar Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian
(MISEKTA), MISEKTA-ku, wadah komunikasi-ku, curahan bakat minat-ku.
Terima kasih atas segala pengalaman dan pelajaran yang telah diberikan
selama menggeluti organisasi ini.
11. Kakak-kakak dan adik-adik di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
tanpa terkecuali yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis. Terima kasih telah menjadi saudara-saudara terbaik penulis
selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.
12. Saudara-saudariku KKN Reguler Gelombang 93. Terkhusus teman-
teman posko Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Minasate’ne, Kabupaten
Pangkep dan semua teman-teman yang di Kecamatan Minasate’ne.
Terima kasih kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin di momen
KKN. Waktu yang dihabiskan bersama begitu cepat namun memberikan
kenangan terindah selama penulis melaksanakan KKN.
13. Kepada semua pihak yang telah memberi bantuan yang tak mampu
penulis sebutkan satu-persatu.
Demikianlah, semoga segala pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir
semoga Allah SWT memberikan kita kebahagiaan, Amin.
Makassar, November 2017
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
SUSUNAN TIM PENGUJI .................................................................. iii
RINGKASAN ...................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................ v
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xxi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Partisipasi ............................................................... 7
2.2 Faktor-faktor Partispasi ............................................................. 9
2.3 Irigasi Dan Pemeliharaannya .................................................... 12
2.4 Perkumpulan Petani Pemakai Air ............................................. 14
2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................. 18
2.6 Kerangka Pemikiran ................................................................. 20
2.7 Hipotesis ................................................................................... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu................................................................... 23
3.2 Metode Penelitian dan Penentuan Sampel .............................. 23
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 24
3.4 Analisis Data ............................................................................ 25
xv
3.5 Konsep Operasional ................................................................ 28
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Batas Wilayah dan Topografi ...................................................... 31
4.1.1 Desa Bontoramba (Hulu) ................................................ 31
4.1.2 Desa Maccini Baji (Tengah) ........................................... 32
4.1.3 Kelurahan Bontonompo (Hilir) ........................................ 32
4.2 Keadaan Penduduk ................................................................. 33
4.3.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 33
4.3.2 Penduduk Berdasarkan Tngkat Pendidikan ................... 34
4.3.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................... 36
4.3 Sarana dan Prasarana ............................................................ 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Umum Daerah Irigasi Bissua ................................... 42
5.2 Deskripsi Umum (P3A) Lokasi Penelitian ................................ 45
5.2.1 P3A Bunga Biraeng ........................................................ 46
5.2.2 P3A Abulosibatang ......................................................... 46
5.2.3 P3A Julukanaya ............................................................. 47
5.3 Identitas Petani Responden ........................................................ 47
5.3.1 Umur .............................................................................. 48
5.3.2 Tingkat Pendidikan ......................................................... 49
5.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ....................................... 51
5.3.4 Luas Lahan Usahatani ................................................... 52
5.3.5 Jarak Tempat Tinggal ..................................................... 54
5.3.6 Letak Sawah Dari Saluran Irigasi ................................... 55
5.3.7 Waktu Tempuh ............................................................... 56
5.4 Tingkat Partisipasi Responden ................................................ 58
5.4.1 Desa Bontoramba (Hulu) ................................................ 60
5.4.2 Desa Maccini Baji (Tengah) ........................................... 62
5.4.3 Kelurahan Bontonompo (Hilir) ........................................ 64
xvi
5.5 Faktor-faktor Dalam Pemeliharaan Saluran Irigasi .................. 66
5.5.1 Desa Bontoramba (Hulu) ................................................ 66
5.5.2 Desa Maccini Baji (Tengah) ........................................... 70
5.5.3 Kelurahan Bontonompo (Hilir) ........................................ 73
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 77
6.2 Saran ....................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
No. Nama Tabel Halaman
1. Interval koofisien dan tingkat keeratan hubungan antar variabel independen dan dependen
28
2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017
33
3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017
34
4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
34
5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017.
35
6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017.
35
7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
36
8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017.
37
9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017.
38
10. Kisaran Rata-rata Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
38
11. Jumlah Sarana Dan Prasarana Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017.
39
12. Jumlah Sarana Dan Prasarana Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017
40
xviii
13.
Jumlah Sarana Dan Prasarana Di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
41
14.
Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017
49
15.
Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017
50
16.
Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji, Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
51
17.
Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji, Kelurahan Bontonmpo, Kabupaten Gowa, 2017
53
18.
Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal Dari Saluran Irigasi Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017
54
19.
Jumlah Dan Persentase Responden Berdasarkan Letak Sawah Dari Saluran Irigasi Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017
55
20.
Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Waktu Tempuh Ke Lahan Usahatani (Sawah) Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji, Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017
57
21.
Hasil Analisis Hubungan antara Partisipasi dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Faktor Fisik Usahatani Dalam Pemeliharaan Saluran Irigasi Di Desa Bontoramba, Kabupaten Gowa
66
xix
22.
Hasil Analisis Hubungan antara Partisipasi dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Faktor Fisik Usahatani Dalam Pemeliharaan Saluran Irigasi Di Desa Maccini Baji, Kabupaten Gowa
70
23.
Hasil Analisis Hubungan antara Partisipasi dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Faktor Fisik Usahatani Dalam Pemeliharaan Saluran Irigasi Di Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa
73
xx
DAFTAR GAMBAR
No. Nama Gambar Halaman
1. Struktur Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Berdasarkan Peraturan Pemerintah
16
2. Skema Kerangka Pemikiran
21
3.
.Peta Kabupaten Gowa ( D.I. Bissua)
31
4. Peta Umum Proyek Irigasi Bili-bili 42
5. Peta Saluran D.I Bissua 43
6. Peta Wilayah Kerja GP3A/P3A D.I Bissua 45
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Nama
1.
Hasil perhitungan Kuesioner 48 Responden di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa.
2.
Skor Tingkat Partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017.
3.
Skor Tingkat Partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017
4.
Skor Tingkat Partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonomp, Kabupaten Gowa, 2017.
5.
Hasil Perhitungan Tabel Frekuensi Umur, Pendidikan, Tanggngan, Luas Lahan, Jarak Tenpat Tinggal, Letak Sawah Dan Waktu Tempuh.di desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, kabupaten Gowa
6.
Hasil Perhitungan Tabel Frekuensi Umur, Pendidikan, Tanggngan, Luas Lahan, Jarak Tenpat Tinggal, Letak Sawah Dan Waktu Tempuh.di desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, kabupaten Gowa
7.
Hasil Perhitungan Tabel Frekuensi Umur, Pendidikan, Tanggngan, Luas Lahan, Jarak Tenpat Tinggal, Letak Sawah Dan Waktu Tempuh.di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, kabupaten Gowa
8.
Hasil Perhitungan SPSS Antara Umur Dengan Tingkat Partisipasi, Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Partisipasi, Tanggungan Keluarga Dengan Tingkat Partisipasi, Luas Lahan Dengan Tingkat Partisipasi, Jarak Tempat Tinggal Dari Irigasi Dengan Tingkat Partisipasi, Letak Sawah Dari Irigasi Dengan Tingkat Partisipasi Dan Waktu
xxii
Tempuh Dengan Tingkat Partisipasi di desa Bontoramba, kecamatan Pallangga, Gowa
9.
Hasil Perhitungan SPSS Antara Umur Dengan Tingkat Partisipasi, Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Partisipasi, Tanggungan Keluarga Dengan Tingkat Partisipasi, Luas Lahan Dengan Tingkat Partisipasi, Jarak Tempat Tinggal Dari Irigasi Dengan Tingkat Partisipasi, Letak Sawah Dari Irigasi Dengan Tingkat Partisipasi Dan Waktu Tempuh Dengan Tingkat Partisipasi di desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa
10.
Hasil Perhitungan SPSS Antara Umur Dengan Tingkat Partisipasi, Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Partisipasi, Tanggungan Keluarga Dengan Tingkat Partisipasi, Luas Lahan Dengan Tingkat Partisipasi, Jarak Tempat Tinggal Dari Irigasi Dengan Tingkat Partisipasi, Letak Sawah Dari Irigasi Dengan Tingkat Partisipasi Dan Waktu Tempuh Dengan Tingkat Partisipasi di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa
11.
Hasil Perhitungan SPSS koefisien kontingensi Desa bontoramba, Kecamatan Pallangga, Gowa.
12.
Hasil Perhitungan SPSS koefisien kontingensi Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Gowa.
13.
Hasil Perhitungan SPSS koefisien kontingensi Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Gowa. .
14.
Tabel frekuensi pemeliharaan saluran irigasi (Tahunan) di Desa Bontoramba, kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017
15.
Tabel frekuensi pemeliharaan saluran irigasi (Tahunan) di Desa Maccini Baji, kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017
16.
Tabel frekuensi pemeliharaan saluran irigasi (Tahunan) di Kelurahan Bontonompo, kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017
xxiii
1
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris yang berarti
mayoritas penduduknya banyak bekerja di sektor pertanian.Badan Pusat
Statistik mencatat pada Februari 2012 penduduk Indonesia yang bekerja
dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian sekitar 36,5% (41,20
juta orang) dari 112,80 juta pekerja penduduk di Indonesia (Kompasiana,
2012). Berdasarkan hasil statistik tersebut, diketahui bahwa jumlah
penduduk Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian cukup tinggi.
Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mampu
menyejahterakan petani dan mengembangkan pembangunan pertanian di
Indonesia.
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional, diantaranya adalah penyediaan pangan nasional,
mendorong kesempatan berusaha dan membuka lapangan kerja, serta
penyumbang devisa Negara. Dengan demikian, sektor pertanian
diharapkan mampu mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Selanjutnya, untuk mewujudkan pembangunan ekonomi pertanian
berkelanjutan, kebijakan pembangunan pertanian diarahkan pada
peningkatan infrastruktur yang meliputi pengadaan sarana transportasi,
media informasi, pengadaan sarana pengairan, dan sebagainya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Asnawi (1995) bahwa salah satu sarana
2
infrastruktur yang menunjang terlaksananya pembangunan di sektor
pertanian adalah pengadaan irigasi, dengan maksud untuk:
1) Meningkatkan produksi pangan terutama beras, 2) meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi, 3) meningkatkan intensitas
tanam, 4) meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam
pembangunan jaringan irigasi pedesaan.
Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 pada Pasal 2 ayat 1 Tentang Irigasi,
yang menyatakan bahwa Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha
tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan
pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang
diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi. Oleh karena itu,
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi bertujuan mewujudkan
pemanfaatan air dalam bidang pertanian.
Pengelolaan sumberdaya air dan irigasi dipandang sebagai salah
satu komponen kunci untuk peningkatan ketahanan pangan. Oleh sebab
itu, perbaikan irigasi dan pengelolaan air diangkat menjadi salah satu
komponen dari Special program for food security (SPFS),
(Saptana, dkk, 2001).
3
Sarana irigasi sejak awal dibangunnya diperuntukkan untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan di sektor pertanian dalam hal
penyediaaan kebutuhan air, khususnya pada pertanian disawah. Hingga
saat ini peranan irigasi di Indonesia tetap sebagai pemasok kebutuhan air
terpenting pada sektor pertanian (Asnawi, 1995).
Air sangat berhubungan erat dengan irigasi pada sektor pertanian.
Sarana irigasi dimanfaatkan untuk mendukung penyediaaan kebutuhan
air, khususnya pada pertanian disawah. Frekuensi suplai air pada sistem
irigasi sangat mempengaruhi kondisi tanaman petani.
Kekurangan suplai air menjadi salah satu masalah yang terkadang
dialami oleh para petani. Menurut Fagi dkk dalam Asmawati (2009) bahwa
kinerja pengelolaan air irigasi pada level usahatani masih jauh dari
optimal, bahkan cenderung masih boros, sementara itu kehilangan air
yang terjadi di saluran juga sulit di tekan. Kondisi ini merupakan salah satu
penyebab utama rendahnya realisasi areal tanam dan panen padi yang
bermuara pada rendahnya perolehan produksi. Oleh karena itu,
diperlukan alokasi sumberdaya air (irigasi) pada lahan sawah terkait. Hal
ini senada dengan hasil penelitian Saptana dkk (2001) menyatakan bahwa
sistem jaringan irigasi salah satu simpul kritis dalam pengelolaan air
irigasi.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah
irigasi adalah membentuk lembaga-lembaga yang dapat mewadahi
kemampuan dan aspirasi petani mengenai pengelolaan air irigasi yakni
4
membentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pemerintah
mendorong terwujudnya kelembagaan Petani Pemakai Air (P3A) untuk
melaksanakan fungsi-fungsi berikut: (a) sebagai pengelola air yang
mengatur pembagian dan penggunaan air untuk kepentingan kegiatan
usahatani; dan (b) untuk memelihara saluran irigasi lokal yang dibangun
oleh pihak pemerintah (Rachman, 2009).
Terbentuknya P3A diharapkan mampu meningkatkan pengelolaan
irigasi yang akan meningkatkan produksi pertanian. Namun, dalam
pelaksanaannya, fungsi-fungsi tersebut tidak sepenuhnya dapat
dilaksanakan dengan baik. Salah satunya adalah konflik dalam
pembagian air irigasi ke petak-petak sawah petani (Isharyanto dkk, 2016).
Kurangnya partisipasi pengguna air pada pengambilan keputusan,
manajemen, dan pemeliharaan saluran irigasi adalah alasan utama
rendahnya tingkat efisiensi air di negara-negara berkembang (Omid et al.,
dalam Taqipour et.al, 2015).
Berdasarkan fakta-fakta yang dikemukakan diatas, maka penulis
berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat
Partisipasi Anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Dalam
Pemeliharaan Saluran Irigasi Bissua Kabupaten Gowa” (Studi kasus
pada Perkumpulan Petani Pemakai air (P3A) di Desa Bontoramba (Hulu),
Kecamatan Pallangga, Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng (Tengah)
dan Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo (Hilir), Kabupaten
Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan)
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat partisipasi anggota P3A di Desa Bontoramba
(Hulu), Desa Maccini Baji (Tengah) dan Kelurahan Bontonmpo (Hilir),
dalam pemeliharaan saluran irigasi?
2. Bagaimana perbandingan partisipasi anggota P3A di Desa
Bontoramba (Hulu), Desa Maccini Baji (Tengah) dan Kelurahan
Bontonmpo (Hilir), dalam pemeliharaan saluran irigasi?
3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi
anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi?
1.3 Tujuan dan kegunaan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk melihat sejauh mana tingkat partisipasi anggota P3A di Desa
Bontoramba (Hulu), Desa Maccini Baji (Tengah) dan Kelurahan
Bontonmpo (Hilir), dalam pemeliharaan saluran irigasi.
2. Untuk mengetahui perbandingan partisipasi anggota P3A di Desa
Bontoramba (Hulu), Desa Maccini Baji (Tengah) dan Kelurahan
Bontonmpo (Hilir), dalam pemeliharaan saluran irigasi.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
tingkat partisipasi anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi.
6
Sedangkan kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi/masukan bagi anggota P3A dalam usaha
pemeliharaan saluran irigasi
2. Sebagai bahan informasi bagi penentu kebijakan dalam pembangunan
irigasi.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan melaksanakan
penelitian pada objek yang sama di masa yang akan datang.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Partisipasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia partisipasi merupakan
perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran
serta, observasi kegiatan dalam riset, berupa pengamatan yang aktif dan
turut serta dalam kehidupan lapangan atau objek yang diamati.
Selain itu, menurut Hurneyarger dkk dalam Rahmawaty dkk (2006)
partisipasi adalah sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang
dalam suatu kelompok sebagai wahana untuk memberi sumbangsih
terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama
mereka. Sementara Canter dalam Effendi (2002) menyatakan bahwa
peran serta atau partisipasi merupakan proses komunikasi dua arah yang
terus menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu
proses dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang
dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab. Tujuan peran serta atau
partisipasi masyarakat menurut Canter adalah untuk menghasilkan
masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat
berkepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan lingkungan.
8
Menurut Isbandi dalam Ripai (2013) partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang irigasi
disebutkan bahwa “Partisipasi masyarakat petani dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi diwujudkan mulai pemikiran awal,
pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan dalam
pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi”.
Partisipasi adalah efektifitas dari anggota organisasi P3A dalam
pengelolaan dan pemeliharaan irigasi yang mencakup berbagai kegiatan
seperti gotong royong, dalam hal pembayaran IPAIR, pemeliharaan yang
meliputi: Pengamanan, Pembersihan saluran, pencegahan, perbaikan
saluran (Sinaga, 2008).
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut diatas dapat
dikatakan bahwa partisipasi adalah peran serta atau keikutsertaan
anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait dengan
masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan demi kepentingan bersama.
9
2.2 Faktor-faktor Partisipasi dalam pemeliharaan saluran irigasi
Menurut Sumaryanto dalam Asmawati (2009). Umumnya terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi yaitu :
a. Faktor Sosial Ekonomi
1) Umur
Umur petani berpengaruh terhadap kemampuan kerjasama
secara dinamis dan memberikan peluang untuk digerakkan dalam
melakukan pembinaan dan pengembangan potensi diri mereka
serta mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir. Petani
yang memiliki umur muda dan memiliki fisik yang sehat lebih
gampang menerima hal-hal baru yang dianjurkan dan lebih
dinamis dalam bertindak daripada petani yang berumur tua. Petani
yang berumur muda lebih berani dalam mengambil resiko
sedangkan petani yang berumur tua mempunyai kapasitas dalam
pemeliharaan usahataninya dan memiliki lebih banyak
pengalaman pahit yang telah dirasakan sehingga ia sangat
berhati-hati dalam bertindak.
2) Pendidikan
Kurangnya perhatian petani terhadap pemeliharaan saluran
irigasi adalah karena masih kurangnya pengetahuan petani akan
pentingnya pemeliharaan saluran irigasi demi menjaga kelestarian
dari irigasi tersebut. Pendidikan atau pengetahuan yang dimiliki
10
oleh petani berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam
menerima inovasi dan memiliki cara berpikir yang lebih matang.
Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka kemampuan dalam
menerima inovasi baru akan semakin tinggi pula
begitupun sebaliknya.
3) Jumlah tanggungan keluarga
Jumlah tanggungan keluarga yang lebih besar akan lebih
dinamis dalam mengelola usahataninya dibandingkan petani yang
memiliki jumlah tanggungan keluarga yang kecil. Hal ini
disebabkan karena tuntutan hidup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sehingga menyebabkan petani terdorong untuk mengikuti
setiap perubahan yang dianjurkan
4) Luas lahan usahatani
Jumlah produksi lahan sangat ditentukan oleh ukuran luas
lahan garapan yang tentunya didukung oleh penggunaan sarana
produksi. Kriteria lahan dibagi dalam tiga kelompok yaitu lahan
sempit, sedang, dan luas. Semakin luas lahan garapan yang
dikelola, maka makin besar pula kecenderungan petani untuk
berpartisipasi dalam penerapan petunjuk-petunjuk yang dianjurkan
dalam berusahatani.
11
b. Faktor fisik
1) Jarak tempat tinggal dan Letak Sawah
Seseorang yang telah lama menetap pada suatu daerah
dapat memberikan kecenderungan bagi mereka untuk terlibat atau
berpartisipasi pada suatu kegiatan. Kecenderungan berpartisipasi
ini dipengaruhi oleh faktor fisik berupa jarak.Jarak yang dimaksud
adalah jarak tempat tinggal dari tempat berusahatani dari sumber
kegiatan. Semakin jauh jarak kedua faktor tersebut maka
partisipasi petani akan kurang dan begitupun sebaliknya.
2) Waktu tempuh
Waktu tempuh dapat pula memberikan pengaruh pada
tingkat partisipasi seseorang. Terkadang seseorang akan merasa
sengat jenuh apabila waktu yang ditempuh untuk sampai ke
tempat tujuannya lama. Seperti halnya dengan seorang petani
apabila lahannya itu cukup jauh dan membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk sampai ke lahannya maka bisa saja petani
tersebut akan merasa malas.
3) Letak irigasi
Letak irigasi juga mempunyai pengaruh terhadap tingkat
partisipasi seseorang dalam pemeliharaan irigasi.Apabila letak
irigasi tersebut jauh dari tempat tinggal petani atau jauh dari letak
sawah petani maka partisipasi petani untuk pemeliharaan irigasi itu
biasanya kurang.
12
2.3 Irigasi dan Pemeliharaannya
Penjelasan tentang pengertian irigasi dikemukakan oleh
Saptana dkk (2001) bahwa irigasi merupakan usaha mendatangkan air
dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran untuk mengairi lahan
tanaman pangan. Untuk melestarikan swasembda pangan, pembangunan
irigasi perlu dilanjutkan disamping terus meningkatkan kualitas saluran
irigasi yang telah ada.
Jaringan irigasi berfungsi untuk mendistribusikan air dari
sumbernya ke areal pertanian.Irigasi dimaksudkan untuk menjamin target
produksi dapat dicapai dan penggunan air sesuai dengan keperluan air
tanaman dengan biaya operasi dan pemeliharaan minimal (Majuar, 2013).
Irigasi telah dipraktekkan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu
dengan cara mengambil air dari sumber-sumber air yang tersedia seperti
air tanah, mata air atau sungai kemudian diangkut kelahan yang
membutuhkan tambahan air. Pengambilan, pengangkutan dan
penambahan air dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, tergantung
tingkat kemajuan dan penguasaan teknologi serta budaya masyarakat
setempat. Teknologi yang diterapkan dalam kegiatan irigasi bisa berupa
teknologi yang sangat sederhana dan bersifat lokal, hingga teknologi
tinggi yang serba “computerized” sebagaimana yang telah dilakukan oleh
beberapa negara yang telah maju dalam bidang teknologi irigasinya
(Mawardi, 2016).
13
Operasi jaringan irigasi bertujuan untuk memenuhi permintaan air
irigasi dengan kriteria tepat jumlah, waktu dan durasi. Kegiatan operasi
tersebut dapat lestari jika didukung dengan kegiatan pemeliharaan
prasarana jaringan irigasi. Pemeliharaan dapat berupa perawatan,
perbaikan, pencegahan dan pengamanan jaringan irigasi yang dilakukan
secara terus menerus baik rutin maupun berkala termasuk kegiatan
rehabilitasi. Pemeliharaan bertujuan untuk memperlancar operasi dan
mempertahankan kelestariannya (Nurrochmad, 2007).
Menurut Budiman dalam Asmawati (2009) Pemeliharaan sistem
irigasi merupakan suatu pekerjaan dalam pengelolaan irigasi yang bersifat
lestari dan mandiri. Hal ini merupakan pekerjaan pemeliharaan yang
dilaksanakan secara rutin, teratur dan dilakukan secara terus menerus
dalam satuan waktu tertentu (harian, bulanan, musiman, tahunan dan
sebagainya). Pekerjaan pemeliharaan dilakukan oleh petugas operasi dan
pemeliharaan sendiri, sedangkan biaya pemanfaatan dan pemeliharaan
berasal dari petani dan pemerintah serta penerima manfaat lainnya.
Pemeliharaan saluran irigasi penting dilakukan sebagaimana
dikemukakan oleh Pasandaran (2007) bahwa tugas utama dari
pemeliharaan saluran irigasi adalah keharusan yang terus menerus
memperbaiki serta mengelola yang telah dibangun. Salah satu strategi
yang dapat ditempuh, khususnya dalam pemeliharaan saluran irigasi
adalah melalui partisipasi masyarakat tani dengan mengirimkan utusan
14
dari setiap rumah tangga desa yang memanfaatkan sistem irigasi sebagai
anggota pengelola irigasi, salah satunya melalui wadah P3A .
Dari berbagai pendapat diatas dapat diartikan bahwa yang
dimaksud dengan pemeliharaan irigasi adalah upaya yang dilakukan
secara terus menerus untuk menjaga terpeliharanya fungsi irigasi.
2.4 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan kelompok yang
anggotanya adalah petani yang memanfaatkan air sebagai sarana
pengairan sawah mereka.P3A dibentuk untuk memfasilitasi dan mengatur
pembagian air yang didasarkan pada luas areal sawah di daerah irigasi
setempat (Suminta, 2013).
Selanjutnya menurut Katiandagho (2015) perkumpulan petani
pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah
petani pemakai air dalam suatu pelayanan irigasi yang dibentuk oleh
petani pemakai air itu sendiri secara demokratis. Perkumpulan petani
pemakai air merupakan organisasi sosial dari petani yang tidak berinduk
pada golongan maupun partai politik, tetapi organisasi yang bergerak di
bidang pertanian, dalam kegiatan pengelolaan air sehubungan dengan
kepentingan pelaksanaan usahatani wadah Perkumpulan Petani Pemakai
Air merupakan himpunan bagi petani pemakai air yang bersifat sosial
ekonomi, budaya, dan berwawasan lingkungan. P3A dibentuk dari, oleh,
dan untuk petani pemakai air secara demokratis, yang pengurus dan
anggotanya terdiri dari unsur petani pemakai air.
15
Dalam Instruksi Presiden No. 2 tahun 1984 pada pedoman
pelaksanaan pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
dinyatakan bahwa Perkumpulan Petani Pemakai Air (selanjutnya
disingkat P3A) bertujuan mendayagunakan potensi air irigasi yang
tersedia di dalam petak tersier atau daerah irigasi pedesaan untuk
kesejahteraan masyarakat tani. P3A merupakan perkumpulan yang
bersifat sosial dengan maksud menuju ke arah hasil guna pengelolaan air
dan jaringan irigasi di tingkat usaha tani untuk meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Segala pekerjaan yang dilakukan oleh
P3A baik untuk keperluan pendayagunaan air, pemeliharaan, dan
perbaikan jaringan irigasi maupun untuk kegiatan lainnya dibiayai oleh
P3A yang bersangkutan. Sumber biaya P3A terdiri dari iuran anggota,
sumbangan atau bantuan dan usaha-usaha lain yang menurut hukum.
Menurut Astrid dalam Asmawati (2009) bahwa perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) sebagai suatu organisasi yang bertanggung jawab
terhadap peningkatan atau pengelolaan serta pemeliharaan irigasi
sampai saluran bendungan untuk daerah irigasi. Lebih lanjut dinyatakan
oleh Astrid bahwa dengan adanya tanggung jawab tersebut diharapkan
partisipasi petani dalam peningkatan kinerja dan peran serta dari seluruh
anggota P3A, agar dapat diketahui sejauh mana tingkat partisipasi yang
dilakukan oleh P3A sebagai suatu organisasi yang berfungsi sebagai
lembaga penghubung yang efektif dalam hal ini antara pemerintah dan
petani. Dengan demikian, seperti halnya dengan organisasi lainnya,
16
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) juga mengadakan pertemuan
atau rapat. Adanya rapat atau pertemuan kelompok akan menghasilkan
suatu program/rencana kerja yang tertulis dan disahkan oleh pejabat
yang berwenang. Jadi, diharapkan partisipasi petani pemakai air yang
dilakukan oleh P3A sebagai suatu organisasi yang berfungsi sebagai
lembaga penghubung antara pemerintah dan petani dapat lebih
efekif.Struktur organisasi P3A dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Struktur Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Dalam Struktur organisasi P3A diatas ketua P3A bertugas
memimpin dan mengatur kebijakan organisasi, sekretaris bertugas untuk
mencatat semua keperluan administrasi organisasi serta segala kegiatan
P3A, bendahara bertugas mengatur keuangan seperti pengeluaran dan
KETUA
SEKRETARIS WAKIL KETUA BENDAHARA
ULU-ULU
PEMBANTU ULU-ULU
ANGGOTA P3A
17
pemasukan iuran pelayanan air (IPAIR), ulu-ulu dan pembantu ulu-ulu
merupakan suatu lembaga adat yang diharapkan dapat membina watak
dan moral petani agar disiplin dalam menjalankan tugas dengan baik
ulu-ulu juga merupakan budaya yang ada di masyarakat yang difungsikan
untuk membina moral petani agar taat dan patuh dalam melaksanakan
aturan dan petunjuk pengelolaan dan pemeliharaan irigasi
Terdapat pula batasan tugas dan wewenang organisasi P3A
menurut peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982, agar terjadi
pembagian tugas yang jelas, yaitu sebagai berikut :
1. Pengurusan/pengelolaan atas jaringan irigasi primer dan sekunder
dilakukan atau merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah
Daerah Tingkat I yang bersangkutan.
2. Pengurusan/pengelolaan atas jaringan tersier, irigasi desa atau subak
atau irigasi semacam/sejenisnya dilakukan oleh P3A .
Berdasarkan uraian diatas, bahwa tugas organisasi P3A ini adalah
menjalankan fungsi pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi pada
tingkat tersier saja, yaitu pada jaringan yang berhubungan langsung
dengan lahan usahatani para petani.
18
2.5 Penelitian Terdahulu
Dalam hasil penelitian Raintan Mariani Sinaga 2008 yang berjudul
Partisipasi Organisasi P3A dalam pemeliharaan dan pengelolaan irigasi di
kabupaten simalungun (Studi Kasus: Desa Bosar Galugur Kecamatan
Tanah Jawa, Desa Tiga Dolok Kecamatan Dolok Panribuan, Desa Dolok
Hataran Kecamatan Siantar) menyatakan bahwa tingkat partisipasi petani
anggota dalam organisasi P3A adalah Sedang, sedangkan tingkat
partisipasi petani pengurus dalam organisasi P3A adalah tinggi. Masalah-
masalah yang terdapat dalam organisasi P3A dalam pemeliharaan dan
pengelolaan jaringan irigasi adalah Petani anggota P3A yang masih
kurang terbebani, kurangnya partisipasi anggota dalam hal pembayaran
IPAIR, Sistem pembukuan yang tidak transparan, kurangnya rasa memiliki
terhadap jaringan irigasi. Upaya-upaya dalam mengatasi masalah yang
dihadapi dalam pemeliharaan dan pengelolaan irigasi adalah
menyadarkan petani bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan
pemeliharaan dan pengelolaan irigasi bukan tanggung jawab pengurus
saja, menjalankan sanksi-sansi yang ada sesuai dengan anggaran dasar
yang telah dibuat, mengusulkan dalam rapat supaya membuat sistem
pembukuan yang transparan, memberikan kesadaran pada petani agar
mereka ikut gotong-royong sehingga menumbuhkan rasa memiliki
terhadap jaringan irigasi.
Dari hasil Penelitian Ira Mashita Simandalahi 2010 yang
berjudulPartisipasi Anggota P3A Dalam Kegiatan Operasi Dan
19
Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Kasus: P3a Karya Bersama Dan P3a
Sahata Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara) menyatakan
bahwa tingkat partisipasi organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaanjaringan irigasi adalah sedang. Tidak ada hubungan tingkat
partisipasi Organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dengan pendapatan usahatani. Masalah-masalah yang
dihadapi dalam organisasi P3A Sahata yaitu sistem pembukuan yang
tidak transparan dan rendahnya partisipasi petani anggota P3A dalam
ketepatan waktu dalam membayar IPAIR dan mengikuti kegiatan dalam
pemeliharaan dan pembersihan saluran. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh P3A Karya Bersama dalam mengatasi masalah yang dihadapi adalah
pengurus mengaktifkan ulu-ulu dalam memonitor pendistribusian air dan
pengurus menghimbau atau mengajak petani melalui pendekatan
persuasif atau dengan memberikan sanksi kepada mereka sesuai dengan
anggaran dasar. Upaya-upaya yang dilakukan oleh P3A Sahata yaitu
petani/pengurus P3A bermusyawarah, mengusulkan dalam rapat supaya
dibuat sistem pembukuan iuran anggota yang transparan dan dibuat
laporan pertanggung jawaban dan mengajak atau menghimbau petani
melalui pendekatan persuasif agar petani selalu membayar IPAIR dengan
tepat waktu dan mengikuti kegiatan pemeliharaan dan pembersihan
saluran
20
2.6 Kerangka Pemikiran
Organisasi P3A merupakan organisasi dari petani, oleh petani dan
untuk petani pemakai air secara demokratis, yang pengurus dan
anggotanya terdiri dari unsur petani pemakai air, yang mana tujuan dari
organisasi ini adalah untuk membantu petani memperoleh air pengairan
dalam mengelola usahataninya.
Wadah Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan himpunan
bagi petani pemakai air yang bersifat sosial-ekonomi, budaya, dan
berwawasan lingkungan. Wadah ini dibentuk dengan tujuan untuk
mendukung dan meningkatkan hasil hasil pertanian, dengan perlunya
sarana dan prasarana pertanian yang salah satunya melalui irigasi.
Keberadaan P3A sebagai organisasi petani dapat meningkatkan
kemampuan petani dalam mengelola jaringan irigasi. Dalam
melaksanakan kegiatan tersebut, diperlukan partisipasi petani dalam
kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
Mengingat bahwa pengelolaan sumberdaya air dan irigasi
dipandang sebagai salah satu komponen kunci untuk peningkatan
ketahanan pangan, maka pemeliharaan irigasi haruslah
diperhatikan bukan hanya dari pihak pemerintah saja tetapi juga
partisipasi para anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota P3A
dalam pemeliharaan saluran irigasi juga perlu diperhatikan agar dapat
menunjang terlaksananya pembangunan di sektor pertanian.
21
Untuk melengkapi uraian diatas maka peneliti menyajikan kerangka
pikir sebagai berikut :
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Pemeliharaan
Irigasi
BENTUK PARTISIPASI PEMELIHARAAN
Memperbaiki saluran irigasi
Membersihkan saluran irigasi
Pengecekan saluran irigasi
Pengamanan saluran irigasi
Menghadiri penyuluhan
Menghadiri rapat
Membayar iuran pemeliharaan
Faktor Sosial Ekonomi
Pendidikan
Umur
Jumlah tanggungan
Luas lahan
Faktor Fisik
Jarak tempat tinggal
Letak sawah
Waktu Tempuh
Pembangunan Sektor Pertanian
Anggota P3A
Tingkat Partisipasi anggota P3A
dalam pemeliharaan irigasi
22
2.7 HIpotesis
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan pertanian sangat
diperlukan terutama kebijakan tentang pengelolaan dan pemeliharaan
sistem irigasi di tingkat usaha tani, sebagaimana ditetapkan dalam 2 (dua)
landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
dan Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Oleh karena
itu partisipasi P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi merupakan
komponen penting yang harus diperhatikan agar pembangunan di sektor
pertanian dapat terwujud. Dengan demikian peneliti mengajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut.
1. Tingkat Partisipasi anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi
bervariasi (Tinggi, rendah)
2. Anggota kelompok P3A Hulu memiliki tingkat partisipasi yang lebih
tinggi dibanding dengan anggota kelompok P3A lainnya.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam pemeliharaan saluran irigasi adalah umur, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usahatani,
letak sawah dari saluran irigasi, jarak tempat tinggal dari saluran
irigasi dan waktu tempuh.
23
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bontoramba Kecamatan
Pallangga, Desa Maccini Baji Kecamatan Bajeng dan Kelurahan
Bontonompo Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan.Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (Purposive
Sampling) dengan dasar pertimbangan bahwa daerah ini merupakan
daerah aliran irigasi bendung Bissua dan mayoritas penduduknya bekerja
di sektor pertanian, dimana pertanian didaerah ini sudah menggunakan
irigasi dan di setiap daerah irigasi telah dibentuk Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A). Penelitian ini dilaksanakan yakni pada bulan Juli
sampai September 2017.
3.2 Metode Penelitian dan Penentuan Sampel
Menurut Silalahi (2009), Populasi ialah keseluruhan dari objek yang
akan dianalisis karakteristiknya. Sedangkan sampel ialah bagian dari
populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi penelitian. Penarikan
sampel diperlukan jika populasi yang diambil sangat besar dan peneliti
memliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi, maka peneliti
perlu mendefinisikan populasi target dan populasi terjangkau kemudian
menentukan jumlah sampel dan teknik sampling yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Dalam penelitian ini,
studi kasus dilakukan pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
24
Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga, Desa Maccini Baji Kecamatan
Bajeng dan Kelurahan Bontonompo Kecamatan Bontonompo, Kabupaten
Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan untuk melihat bagaimana tingkat
partisipasi anggota P3A tersebut dalam pemeliharaan saluran irigasinya.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang termasuk dalam
anggota P3A Bunga Biraeng (Desa Bontoramba) sebanyak 117 orang,
P3A Abulosibatang (Desa Maccini Baji) sebanyak 122 orang dan P3A Julu
Kanaya (Kelurahan Bontonompo) sebanyak 130 orang.
Jumlah anggota P3A yang dijadikan sampel sebanyak 48 orang
dari 3 kelompok P3A sehingga masing-masing sampel dari setiap P3A
adalah 16 orang, kemudian dari 48 responden ini akan dikelompokkan
menjadi dua kategori yaitu 24 orang anggota P3A yang jarak tempat
tinggal dan letak sawahnya terdekat dari saluran irigasi dan 24 orang
anggota P3A lagi yang jarak tempat tinggal dan letak sawahnya jauh dari
saluran irigasi.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi
secara langsung terhadap realitas yang berpengaruh dan dipengaruhi dari
fenomena dilapangan dan hasil wawancara langsung dengan responden
yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner). Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berasal dari
wawancara langsung kepada para petani terutama data yang berasal dari
25
hasil wawancara langsung dengan menggunakan pertanyaan terstruktur
(kuesioner) dan juga melakukan observasi, yaitu pengamatan secara
langsung ditempat atau dilokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran
umum mengenai penelitian yang akan dilaksanakan. sedangkan data
sekunder berupa dokumen diperoleh dari instansi/lembaga yang terkait
dangan penelitian ini.
3.4 Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang dikemukakan, maka dalam penelitian
ini digunakan metode analisis :
Untuk Hipotesis pertama, dianalisis dengan menggunakan sistem
skoring, yaitu memberikan skor pada setiap item pertanyaan yang
menyatakan tingkat partisipasi responden dalam pemeliharaan sistem
irigasi P3A. Nilai skor terdiri atas 2 tingkatan yaitu:
Skor 2 : Untuk responden yang aktif dalam kegiatan P3A
Skor 1 : Untuk responden yang tidak aktif dalam kegiatan P3A
Partisipasi responden dikategorikan tinggi jika total skor yang
dicapai lebih besar atau sama dengan rata-rata, sebaliknya partisipasi
responden dikategorikan rendah jika total skor yang dicapai lebih kecil dari
nilai rata-rata. Komponen-komponen penilaiannya yaitu yang
berhubungan dengan partisipasi anggota P3A dalam pemeliharaan
saluran irigasi antara lain : (a) memperbaiki saluran, (b) membersihkan
26
saluran, (c) Pengecekan saluran Irigasi, (d) Pengamanan saluran Irigasi,
(e) menghadiri rapat rutin anggota P3A, (f) menghadiri penyuluhan
pertanian dan (g) membayar iuran air.
Untuk hipotesis kedua menggunakan analiiss deskriptif untuk
melihat perbandingan partisipasi anggota P3A dalam pemeliharaan irigasi.
Untuk hipotesis ketiga, digunakan analisis chi-kuadrat. Pengujian ini
dimaksudkan untuk melihat variabel fisik sosial ekonomi dan faktor fisik
sebagai faktor penentu partisipasi yang mempunyai hubungan dengan
tingkat partisipasi anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi.
Pengujian hubungan variabel terhadap tingkat partisispasi anggota P3A
dalam pemeliharaan sistem irigasi meliputi umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, letak sawah dari saluran irigasi,
jarak tempat tinggal dari saluran irigasi. Pengujian ini menggunakan
aplikasi program komputer SPSS/PC (Statistical Packed for Social
Science/Personal Computer).
Rumus dari Chi-Kuadrat :
X2 = ∑(𝑓𝑜−𝑓ℎ)2 𝑓ℎ
Dimana : X2 = Chi-Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasikan
fh = Frekuensi yang diharapkan
Pengujian keberartian hubungan antara partisipasi anggota P3A
dengan faktor penentu partisipasi dilakukan dengan membandingkan nilai
x2 hitung dengan x2 tabel dengan kriteria sebagai berikut:
27
1. Jika x2 hitung lebih besar dari x2 tabel (db = 1 dan ɑ = 0,05), berarti
variabel fisik dan sosial ekonomi mempunyai hubungan dengan
tingkat partisipasi.
2. Jika x2 hitung lebih kecil dari x2 tabel (db = 1 dan ɑ = 0,05), berarti
varibel fisik dan social ekonomi tidak mempunyai hubungan dengan
tingkat partisipasi.
Selanjutnya untuk mengetahui derajat keeratan ubungan antara
variabel fisik dan sosial ekonomi yang disebut juga variabel independen
atau variabel yang berpengaruh (X) dan variabel jenis partisipasi yang
disebut juga variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi (Y)
digunakan koefisien kontingensi dengan rumus :
𝑐 = √𝑥2 x2+n
Nilai C berkisar antara 0 sampai 1,00 makin besar nilai koefisien
kontingensinya berarti hubungan antara dua variabel makin erat.
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien kontingensi digunakan
batasan yang dikemukakan oleh Sugiono (1997), seperti terlihat pada
tabel di bawah ini :
28
Tabel 1 : Interval koofisien dan tingkat keeratan hubungan antar variabel
independen dan dependen
Interval koofisien Tingkat Keeratan Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0.399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,8 – 1,00
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
3.5 Konsep Operasional
Konsep operasional mencakup beberapa pengertian yang
digunakan untuk lebih mengarahkan pelaksanaan penelitian terutama
dalam pengambilan data. Adapun konsep operasional yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. P3A adalah singkatan dari Perkumpulan Petani Pemakai Air yang
merupakan salah satu wadah organisasi petani, dimana
anggotanya terdiri dari petani pemakai air yang mempunyai lahan
usahatani.
2. Irigasi adalah saluran air yang digunakan oleh petani yang
terhimpun dalam perkumpulan petani pemakai air.
3. Partisipasi anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi adalah
suatu bentuk kegiatan yang merupakan keikutsertaan dan
keterlibatan para anggota P3A dalam memelihara sistem irigasi.
29
Keterlibatan dalam pemeliharaan sistem irigasi tersebut adalah
bersifat fisik seperti memperbaiki saluran irigasi apabila ada
kerusakan, membersihkan saluran irigasi, mengontrol saluran
irigasi, pengamanan saluran irigasi, menghadiri rapat rutin anggota
P3A, menghadiri penyuluhan tentang pertanian dan membayar
uang iuran sesuai ketentuan yang ditetapkan bersama oleh
anggota P3A.
4. Tingkat pendidikan satuannya tahun, diukur dengan
membandingkan antara anggota P3A yang berpendidikan tinggi
dengan anggota P3A yang berpendidikan rendah. Anggota P3A
yang dikategorikan berpendidikan tinggi jika lama pendidikan diatas
6 tahun, sedangkan anggota P3A dikategorikan berpendidikan
rendah jika pendidikannya dibawah atau sama dengan 6 tahun.
5. Jumlah tanggungan keluarga satuannya adalah jiwa, diukur dengan
membandingkan antara anggota P3A yang jumlah tanggungannya
banyak dengan anggota P3A yang jumlah tanggungannya sedikit.
Anggota P3A yang dikategorikan memilki tanggungan sedikit
apabila tanggungannya sebanyak 3 orang sedangkan anggota P3A
yang dikategorikan memiliki kategori banyak apabila
tanggungannya lebih banyak dari 3 orang.
6. Luas lahan garapan satuannya Hektar (Ha). Diukur dengan
membandingkan antara anggota P3A yang berlahan luas dengan
anggota P3A yang berlahan sempit. Anggota P3A yang
30
dikategorikan berlahan luas jika ukuran lahannya di atas 0,5 Ha,
sedangkan anggota P3A dikategorikan berlhan sempit jika ukuran
lahannya di bawah atau sama dengan 0,5 Ha.
7. Letak sawah dari saluran irigasi adalah dilihat dari jaraknya dangan
saluran irigasi yang ada di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji
dan Kelurahan Bontonompo satuannya adalah meter (m). Diukur
dengan membandingkan antara letak sawah yang jaraknya jauh
dengan letak sawah yang jaraknya dekat. Letak sawah yang
dikategorikan dekat apabila jaraknya kurang dari 500 m atau sama
dengan 500 m, sedangkan letak sawah yang dikategorikan jauh
apabila jaraknya jauh lebih dari 500 m.
8. Jarak tempat tinggal dari saluran irigasi adalah jarak antara rumah
anggota P3A dengan saluran irigasi yang digunakan untuk mengairi
lahannya, satuannya adalah meter (m). jarak tempat tinggal yang
dikategorikan dekat adalah kurang dari 500 m sedangkan jarak
yang dikategorikan jauh adalah lebih jauh atau sama dengan 500 m
31
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1 Batas Wilayah dan Topografi
Gambar 3. Peta Kabupaten Gowa (Daerah Hulu,Tengah, Hilir D.I Bissua)
4.1.1 Desa Bontoramba (Hulu)
Desa Bontoramba merupakan salah satu desa yang termasuk dalam
kecamatan Pallangga dengan luas wilayah ±832 Ha dan tersebar di 4 dusun
dengan jarak dari ibukota Kabupaten Gowa ±17 Km. Adapun batas-batas
wilayah Desa Bontoramba yaitu:
.Maccini Baji
Tengah
Hulu
HilirBontonompo
BontorambaJulu Pamai
Kampili
PabentenganParaikatte
Julu Kanaya
PanakkukangJulu Bori
Bunga Ejaya ToddotoaParangBanoa
Tetebatu
Pangkabinanga
Jenetallasa
Pallangga
Bontoala
Pannyangkalang
Kalebajeng
Maradekaya
Mataallo
Bontosunggu
Panciro
Lempangan
Bone
Tubajeng
Tangkebajeng
Kalaserena
Bontobiraeng
Romanglasa
Pulogading
Barembeng
Bategulung
Kalabarembeng
KatangkaManjapai
Bontolangkasa
GentunganTanahbangka
Borimatangkasa
Manjalling
Kalemandalle
Mandalle
Romangloe .Bendung Bili-bili.DAM/Bendungan Bili-bili
.Bendung Kampili
Bendung Bissua
32
Sebelah utara berbatasan dangan Desa Kampili
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Borongloe
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pa’bentengan
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Julupamai
4.1.2 Desa Maccini Baji (Tengah)
Desa Maccini Baji merupakan salah satu desa yang termasuk dalam
kecamatan Bajeng dengan luas wilayah ±644,28 Ha dan tersebar di 5 dusun
dengan jarak dari ibukota Kabupaten Gowa 13 Km. Adapun batas-batas
wilayah Desa Maccini Baji yaitu:
Sebelah utara berbatasan dangan Desa Maradekaya
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pa’bentengan
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pannyakalang
Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kalebajeng
4.1.3 Kelurahan Bontonompo (Hilir)
Kelurahan Bontonompo merupakan salah satu desa yang termasuk
dalam kecamatan Bontonompo dengan luas wilayah ±734,75 Ha dan tersebar
di 4 dusun dengan jarak dari ibukota Kabupaten Gowa 16 Km. Adapun batas-
batas wilayah Kelurahan Bontonompo yaitu:
Sebelah utara berbatasan dangan Desa Panyakallang
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tamalayang
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bategulung
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bontobiraeng Utara
33
4.2 Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan konsumen hasil-hasil pertanian sekaligus
menjadi sumber tenaga kerja bagi sektor pertanian dan sektor-sektor ekonomi
lainnya. Jika penduduk pada suatu wilayah cukup banyak maka usaha yang
dikembangkan di wilayah tersebut dapat berkembang karena ada konsumen
yang akan membeli barang atau jasa yang dihasilkan.
4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin memberikan klarifikasi tertentu dalam jenis pekerjaan.
Untuk kaum pria memiliki jenis pekerjaan yang berbeda dengan kaum wanita,
walaupun kadang ada beberapa pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh kaum
pria maupun kaum wanita. Dengan demikian jenis kelamin dapat memberikan
pengaruh terhadap taraf hidup dan kehidupan seseorang. Untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Bontoramba. Desa Maccini Baji
dan Kelurahan Bontonompo menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 2.514 49,22
2 Perempuan 2.594 50,78
Jumlah 5108 100,00
Sumber : Data Sekunder kantor Desa Bontoramba, 2017.
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Bontoramba
adalah sebanyak 5.108 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk berjenis kelamin
laki-laki berjumlah 2.514 orang (49,22%) dan perempuan sebanyak 2.594
orang (50,78%).
34
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 1.760 43,73
2 Perempuan 2.265 56,27
Jumlah 4.025 100,00
Sumber : Data Sekunder kantor Desa Maccini Baji, 2017.
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Maccini Baji
adalah sebanyak 4.025 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk berjenis kelamin
laki-laki berjumlah 1.760 orang (43,73%) dan perempuan sebanyak 2.265
orang (56,27%).
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 2.696 49,18
2 Perempuan 2.786 50,82
Jumlah 5.482 100,00
Sumber : Data Sekunder kantor Lurah Bontonompo, 2017.
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Bontonompo
adalah sebanyak 5.482 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk berjenis kelamin
laki-laki berjumlah 2.696 orang (49%) dan perempuan sebanyak 2.786 orang
(51%).
4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan
tingkat kemajuan suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang
berpendidikan tinggi di suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat
kemajuan wilayah tersebut, begitupula sebaliknya, semakin banyak yang
berpendidikan rendah maka tingkat kemajuan wilayah tersebut
semakin lambat. Untuk lebih jelasnya mengenai rata-rata tingkat pendidikan
35
petani responden di Desa Bontoramba. Desa Maccini Baji dan Kelurahan
Bontonompo dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 806 15,78
2 SMP 1322 25,88
3 SMA 1.829 35,80
4 Diploma 894 17,50
5 S1 243 4,76
6 S2 10 0,19
7 S3 4 0,08
Jumlah 5108 100
Sumber : Data Sekunder kantor Desa Bontoramba, 2017
Berdasarkan pada tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar
penduduk di Desa Bontoramba lulusan SMA yaitu sebanyak 1.829 jiwa
(35,80%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk cukup
memadai, namun masih diperlukan dukungan dari pemerintah guna
meningkatkan motivasi masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang lebih
tinggi agar lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di
desa tersebut.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 500 12,42
2 SMP 830 20.62
3 SMA 1.442 35,82
4 Diploma 953 23,67
5 S1 293 7,27
6 S2 5 0,12
7 S3 2 0,05
Jumlah 4.025 100
Sumber : Data Sekunder kantor Desa Maccini Baji, 2017
36
Berdasarkan data pada tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa sebagian
besar penduduk desa Maccini Baji lulusan SMA yaitu sebanyak 1.442 jiwa
(39,78%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk cukup
memadai, namun masih diperlukan dukungan dari pemerintah guna
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di desa tersebut.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 1064 19,40
2 SMP 1432 26,13
3 SMA 1887 34,43
4 Diploma 732 13,36
5 S1 347 6,32
6 S2 15 0,27
7 S3 5 0,09
Jumlah 5.482 100
Sumber : Data Sekunder kantor Lurah Bontonompo, 2017
Berdasarkan data pada tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa sebagian
besar penduduk Kelurahan Bontonompo lulusan SMA yaitu sebanyak 1.887
jiwa (34,43%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk
cukup memadai, namun masih diperlukan dukungan dari pemerintah guna
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di desa tersebut.
4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata Pencaharian dapat dilihat dari corak kehidupan penduduk
setempat berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Kehidupan penduduk
dapat dibedakan menjadi dua corak kehidupan tradisonal (sederhana) dan
corak kehidupan modern (kompleks). Mata pencaharian penduduk Indonesia
yang memiliki corak sederhana biasanya sangat berhubungan dengan
37
pemanfaatan lahan dan sumber daya alam seperti pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan. Sementara mata pencaharian penduduk yang
memiliki corak modern biasanya lebih mendekati sektor-sektor yang tidak
terlalu berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam,
biasanya mencakup sektor di bidang jasa, perindustrian, transportasi dan
pariwisata.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 1.365 32,37
2 Pedagang 876 20,77
3 PNS/TNI/POLRI 684 16,22
4 Tukang 713 16,90
5 Buruh 580 13,75
Jumlah 4218 100,00
Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Bontoramba, 2017.
Berdasarkan data pada tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa Janis mata
pencaharian penduduk Desa Bontoramba cukup beragam, akan tetapi
penduduknya dominan bekerja sebagai petani dengan persentase yaitu
32,37%, sedangkan buruh merupakan mata pencaharian yang paling kurang
ditekuni oleh penduduk Desa Bontoramba dengan persentase 13,75%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya masih menggantungkan
hidup pada sektor pertanian.
Umumnya mata pencaharian penduduk yang ada di Desa Maccini Baji
adalah bertani, sedangkan yang lainnya adalah pedangang, PNS dan buruh.
Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya
dapat dilhat pada tabel dibawah ini.
38
Tabe 9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 1.942 59,12
2 Pedagang 145 4,41
3 PNS/TNI/POLRI 228 6,94
4 Tukang 275 8,37
5 Buruh 695 21,16
Jumlah 3.285 100,00
Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Maccini Baji, 2017.
Berdasarkan data pada tabel 9diatas dapat dilihat bahwa Janis mata
pencaharian penduduk Desa Maccini Baji cukup beragam, akan tetapi
penduduknya dominan bekerja sebagai petani dengan persentase yaitu
59,12%, sedangkan pedagang merupakan mata pencaharian yang paling
kurang ditekuni oleh penduduk Desa Maccini Baji dengan persentase 4,41%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya masih
menggantungkan hidup pada sektor pertanian.
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 582 34,01
2 Pedagang 477 27,87
3 PNS/TNI/POLRI 425 24,84
4 Tukang 110 6,42
5 Buruh 117 6,84
Jumlah 1.711 100,00
Sumber : Data Sekunder Kantor lurah Bontonompo, 2017.
Berdasarkan data pada tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa Janis mata
pencaharian penduduk Kelurahan Bontonompo cukup beragam, akan tetapi
penduduknya dominan bekerja sebagai petani dengan persentase yaitu
34,01%, sedangkan tukang merupakan mata pencaharian yang paling kurang
39
ditekuni oleh penduduk Kelurahan Bontonompo dengan persentase 6,42%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya masih
menggantungkan hidup pada sektor pertanian.
4.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang keberhasilan dari
aktivitas ekonomi masyarakat suatu daerah. Tingkat kehidupan suatu daerah
sangat ditentukan oleh keadaan ekonominya yang harus ditunjang oleh
ketersediaan sarana dan prasarana. Suatu wilayah dapat dikatakan
mengalami perkembangan jika wilayah tersebut mempunyai sarana dan
prasarana yang memadai, sehingga penduduknya dapat menggunakan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Sarana dan prasarana yang ada di
Bontoramba, Maccini Baji, Bontonompo dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Jumlah Sarana Dan Prasarana Di Desa Bontoramba, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Uraian Jumlah (Unit)
1 Sarana Pendidikan - Taman Kanak-kanak (TK) - SD - SMP - SMA - TPA
2 5 - - 8
2 Sarana peribadatan - Mesjid
8
3 Prasarana Kesehatan - Pustu (Puskesmas Pembantu) - Posyandu
1 6
4 Prasarana pemasaran - Pasar
1
5 Prasarana Penunjang Keamanan - Pos Kamling
8
6 Prasarana Olahraga - Lapangan Sepakbola
1
Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Bontoramba, 2017.
40
Berdasarkan pada tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah sarana dan
prasarana Desa Bontoramba yaitu sarana peribadatan berupa mesjid
sebanyak 8 unit, kemudian sarana pendidikan seperti TK 2 unit, SD 5 unit,
dan TPA 8 unit. Prasarana kesehatan dimana Posyandu ada 6 unit dan
Puskesmas pembantu ada 1 unit, untuk prasarana pemasaran dilengkapi
Pasar sebanyak 1 unit, prasarana keamanan dilengkapi dengan pos kamling
sebanyak 8 unit dan prasaran olahraga dilengkapi dengan lapangan
sepakbola 1 unit.
Tabel 12. Jumlah Sarana Dan Prasarana Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Uraian Jumlah (Unit)
1 Sarana Pendidikan - Taman Kanak-kanak (TK) - SD - SMP - SMA - TPA
2 4 1 - 5
2 Sarana peribadatan - Mesjid - Mushollah
5 -
3 Prasarana Kesehatan - Posyandu
5
4 Prasarana Sosial - PKK
1
5 Prasarana Penunjang Keamanan - Pos Kamling
3
6 Prasarana Olahraga - Lapangan Sepakbola
2
Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Maccini Baji, 2017.
Berdasarkan pada tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah sarana dan
prasarana Desa Maccini Baji yaitu sarana peribadatan berupa mesjid
sebanyak 5 unit, kemudian sarana pendidikan seperti TK 2 unit, SD 4 unit,
SMP 1 unit dan TPA 5 unit. Prasarana kesehatan dimana Posyandu ada 5
41
unit, untuk prasarana social dilengkapi PKK sebanyak 1 unit, prasarana
keamanan dilengkapi dengan pos kamling sebanyak 3 unit dan prasaran
olahraga dilengkapi dengan lapangan sepakbola 2 unit.
Tabel 13. Jumlah Sarana Dan Prasarana Di Kelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
No. Uraian Jumlah (Unit)
1 Sarana Pendidikan - Taman Kanak-kanak (TK) - SD - SMP - SMA - TPA
4 3 1 - 6
2 Sarana peribadatan - Mesjid - Mushollah
6 2
3 Prasarana Kesehatan - Posyandu
5
4 Prasarana Sosial - PKK
1
5 Prasarana Penunjang Keamanan - Pos Kamling
4
6 Prasarana Olahraga - Lapangan Sepakbola
1
Sumber : Data Sekunder Kantor Lurah Bontonompo, 2017.
Berdasarkan pada tabel dapat dilihat bahwa jumlah sarana dan
prasarana Kelurahan Bontonompo yaitu sarana peribadatan berupa mesjid
sebanyak 6 unit, kemudian sarana pendidikan seperti TK 4 unit, SD 3 unit,
SMP 1 unit dan TPA 6 unit. Prasarana kesehatan dimana Posyandu ada 5
unit, untuk prasarana sosial dilengkapi PKK sebanyak 1 unit, prasarana
keamanan dilengkapi dengan pos kamling sebanyak 4 unit dan prasaran
olahraga dilengkapi dengan lapangan sepakbola 1 unit.
42
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Umum Daerah Irigasi Bissua
Gambar 4. Peta Umum Proyek Irigasi Bili-bili
43
Gambar 5. Peta Saluran Daerah Irigasi Bissua
44
Bendung bissua merupakan sumber air baku bagi masyarakat yang
bermukim di sekitarnya dan sebagai sumber irigasi pertanian. Bendung
Bissua terletak pada desa Romangloe kec. Bontoramba kab. Gowa
dengan posisi antara 12o33.19’ – 13o15.17’ BT dan 05o5 – 05o34.7’ LS.
Pada D.I bissua terdapat beberapa bangunan sadap yaitu saluran
primer, saluran sekunder dan saluran tersier, diantaranya 130 buah
bangunan bagi dan 20 buah bangunan bagi sadap.
Daerah Irigasi Bissua dengan luas areal fungsional 10.795 Ha
dengan kapasitas pengambilan 25 m3/det, Daerah irigasi bissua sejak
selesai dibangun pada tahun 2004 telah mengairi persawahan di daerah
Kabupaten Gowa di wilayah Kec. Pallangga, Kec. Bajeng, Kec. Bajeng
Barat, Kec. Barombong, dan Kecamatan Bontonompo,
Pola tanam selama ini di D.I. Bissua yang ditetapkan oleh
pemerintah setempat sesuai hasil kesepakatan (Musrembang), dan
ketersediaan air di bendung adalah Padi – padi – palawija, dengan
intensitas tanam : 225%.
1. Musim tanam (MT) I pada bulan januari – april, dengan luas tanam MT.I
sebesar 100% (10.795 Ha).
2. (MT) II pada bulan mei – agustus dan (MT) III pada bulan september –
desember), pada MT.II hanya berkisar sebesar 75% (8.096,25 Ha)
3. (MT) III pada bulan september – desember) pada MT.III hanya berkisar
sebesar 50% (5.397,5 Ha).
45
5.2 Deskripsi Umum Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Lokasi Penelitian
Gambar 6. Peta wilayah kerja GP3A/P3A D.I. Bissua
46
5.2.1 P3A Bunga Biraeng
Organisasi P3A atau Perkumpulan Petani Pemakai Air Bunga
Biraeng merupakan salah satu organisasi P3A yang ada di desa
Bontoramba, Kecamatan Pallangga, kabupaten Gowa. Organisasi P3A
Bunga Biraeng ini merupakan salah satu anggota dari gabungan P3A atau
GP3A Wiratani dimana GP3A Wiratani ini memiliki 12 anggota P3A dan
salah satunya adalah P3A Bunga Biraeng. P3A Bunga Biraeng memiliki
jumlah anggota sebanyak 117 orang yang diketuai oleh bapak Zainuddin
siala. P3A Bunga Biraeng ini mengelola dan memelihara saluran tersier
yang ada di desa Bontoramba, nama saluran tersier tersebut ialah Lr 1 Ka
1 yang memiliki luas sebesar 60.00 Ha.
5.2.2 P3A Abulosibatang
Organisasi P3A atau Perkumpulan Petani Pemakai Air
abulosibatang merupakan salah satu organisasi P3A yang ada di desa
Maccini Baji, Kecamatan Bajeng, kabupaten Gowa. Organisasi P3A
Abulosibatang ini merupakan salah satu anggota dari gabungan P3A atau
GP3A Hasanuddin dimana GP3A Hasanuddin ini memiliki 10 anggota P3A
dan salah satunya adalah P3A Abulosibatang. P3A Abulosibatang
memiliki jumlah anggota sebanyak 122 orang yang diketuai oleh bapak
Zainuddin Dg Rani. P3A Abulosibatang ini mengelola dan memelihara
saluran tersier yang ada di desa Maccini Baji, nama saluran tersier
tersebut ialah Ba 8 Ka 1 yang memiliki luas sebesar 92.60 Ha.
47
5.2.3 P3A Julukanaya
Organisasi P3A atau Perkumpulan Petani Pemakai Air Julukanaya
merupakan salah satu organisasi P3A yang ada di Kelurahan
Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, kabupaten Gowa. Organisasi P3A
Julukanaya ini merupakan salah satu anggota dari gabungan P3A atau
GP3A Abulosibatang dimana GP3A Abulosibataang ini memiliki 13
anggota P3A dan salah satunya adalah P3A Julukanaya. P3A Juluanaya
memiliki jumlah anggota sebanyak 122 orang yang diketuai oleh bapak
Saripuddin Dg Nompo. P3A Julukanaya ini mengelola dan memelihara
saluran tersier yang ada di Kelurahan Bontonompo, nama saluran tersier
tersebut ialah G 1 Ka yang memiliki luas sebesar 102.60 Ha.
5.3 Identitas Responden
Petani adalah orang yang melakukan pengelolaan usaha dalam
pemenuhan kebutuhan dibidang pertanian dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan, dalam hal ini usahatani padi memegang
peranan penting dalam menunjang ketersediaan komoditi padi
(beras).nSemakin tinggi tingkat pengelolaan dan pemeliharaan dalam
mendayagunakan sumberdaya seperti lahan, teknologi, modal dan tenaga
kerja maka makin tinggi harapan untuk memperoleh produksi yang
mempunyai kualitas yang baik pula. Petani sebagai juru tani,
melaksanakan kegiatan fisik seperti pengolahan lahan, pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit, penyiangan dan kegiatan
pemeliharaan lainnya yang berhubungan dengan usaha taninya.
48
5.3.1 Umur Petani Responden
Tingkat umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam
mengelola usahtaninya maupun usaha-usaha pekerjaan tambahan
lainnya.Semakin tua umur petani maka kemampuannya dalam bekerja
relatif menurun, begitupun sebaliknya.
Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat jasmaninya
mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan petani yang
berumur tua, disamping itu mereka lebih cepat menerima ide-ide baru
yang dianjurkan karena petani yang berumur muda biasanya lebih berani
menanggung resiko walaupun masih kurang memiliki pengalaman-
pengalaman dibanding petani yang berumur tua.
Petani yang berumur relatif tua mempunyai kapasitas pengelolaan
usahatani yang lebih matang serta banyak mengalami pengalaman dalam
berusahatani, baik itu pengalaman baik maupun pengalaman pahit
sehingga mereka akan sangat berhati-hati dalam bertindak.
Umur petani bervariasi antar petani yang satu dengan yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya rincian jumlah petani responden berdasarkan
kemopok umur yang ada di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan
Kelurahan Bontonompo dapat dilihat pada tabel berikut :
49
Tabel 14. Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
Umur
(Tahun) Bontoramba
(P3A Bunga Biraeng) Maccini Baji
(P3A Abulosibatang) Bontonompo
(P3A Julu Kanaya)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
25-45 8 50 6 37,5 5 31,25
46-65 8 50 10 62,5 11 68,75
Total 16 100% 16 100 16 100%
Pada tabel 14 diatas menunjukkan responden yang berada di Desa
Bontoramba petani yang memiliki umur 25-45 tahun sebanyak 8 orang,
sedangkan petani yang memiliki umur di atas 46-65 tahun sebanyak 8
orang sedangkan petani responden yang berada di Desa Maccini Baji
yang memiliki umur 25-45 tahun sebanyak 6 orang, sedangkan petani
yang memiliki umur di atas 46-65 tahun sebanyak 10 orangdan petani
responden yang berada di Kelurahan Bontonompo yang memiliki umur 25-
45 tahun sebanyak 5 orang, sedangkan petani yang memiliki umur di atas
46-65 tahun sebanyak 11 orang.
5.3.2 Tingkat Pendidikan Petani
Pendidikan pada umumnya memberikan pengaruh pada cara
berpikir seseorang. Kecenderungan yang ada semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin rasional dan semakin tinggi kepeduliannya
terhadap inovasi baru. Petani yang mempunyai tingkat pendidikan yang
lebih tinggi umumnya lebih responsif dalam menerima inovasi dan
teknologi baru dalam usahataninya daripada petani yang memiliki tingkat
50
pendidikan yang lebih rendah. Adapun tingkat pendidikan petani
responden yang ada di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan
Kelurahan Bontonompo dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 15. Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
Tingkat
Pendidikan Petani
Bontoramba (P3A Bunga Biraeng)
Maccini Baji (P3A Abulosibatang)
Bontonompo (P3A Julu Kanaya)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
SD 6 37,5 3 18,75 2 12,5
SMP 4 25 4 25 3 18,75
SMA 6 37,5 9 56,25 10 62,5
S1 0 0 0 0 1 6,25
Total 16 100 16 100 16 100
Tabel diatas memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan petani
responden di desa Bontoramba bervariasi, antara petani yang
berpendidikan tinggi dengan petani berpendidikan rendah, dimana petani
responden yang berpendidikan hanya sampai SD sebanyak 6 orang,
sedangkan petani responden yang berpendidikan hanya sampai SMP
sebanyak 4 orang dan petani responden yang mengenyam pendidikan
sampai SMA sebanyak 6 orang, sedangkan tingkat pendidikan petani
responden di desa Maccini Baji yang berpendidikan hanya sampai SD
sebanyak 3 orang, sedangkan petani responden yang berpendidikan
hanya sampai SMP sebanyak 4 orang dan petani responden yang
mengenyam pendidikan sampai SMA sebanyak 9 orang dan tingkat
pendidikan petani responden di Kelurahan Bontonompo bervariasi yang
berpendidikan hanya sampai SD sebanyak 2 orang, sedangkan petani
responden yang berpendidikan hanya sampai SMP sebanyak 3 orang,
51
petani responden yang mengenyam pendidikan sampai SMA sebanyak 10
orang dan petani yang berpendidikan sampai sarjana sebanyak 1 orang.
5.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah semua orang yang biaya hidupnya di
tanggung oleh petani responden. Jumlah tanggungan keluarga bagi petani
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, banyaknya jumlah
orang yang menjadi tanggungan dalam satu keluarga petani
menggambarkan besarnya kebutuhan yang harus disediakan oleh kepala
keluarga untuk kelangsungan hidupnya, disisi lain banyaknya jumlah
tanggungan keluarga juga merupakan sumber tenaga kerja yang potensial
Untuk lebih jelasnya tentang jumlah tanggungan keluarga petani
responden yang ada di desa Bontoramba, Desa Maccini Baji dan
Kelurahan Bontonompo dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 16. Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji, Kelurahan Bontonompo,Kabupaten Gowa, 2017.
Jumlah
Tanggungan Keluarga
Bontoramba (P3A Bunga Biraeng)
Maccini Baji (P3A Abulosibatang)
Bontonompo (P3A Julu Kanaya)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1 -3 Orang 10 62,5 10 62,5 11 68,75
4 – 6 rang 6 37,5 6 37,5 5 31,25
Total 16 100 16 100 16 100
Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah tanggungan
keluarga petani responden Desa Bontoramba bervariasi, petani
responden yang memiliki tanggungan antara 1-3 sebanyak 10 orang dan
petani responden yang memiliki tanggungan keluarga 4-6 orang sebanyak
6 orang. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata jumlah
52
tanggungan keluarga petani responden berkisar 1-3 orang, dimana jumlah
tanggungan tersebut menempati ruang tertinggi, sedangkan jumlah
tanggungan keluarga 4-6 orang yang menempati urutan paling rendah
yakni hanya berjumlah 6 orang saja sedangkan jumlah tanggungan
keluarga petani responden di Desa Maccini Baji yang memiliki tanggungan
antara 1-3 sebanyak 10 orang dan petani responden yang memiliki
tanggungan keluarga 4-6 orang sebanyak 6 orang. Dari data tersebut
terlihat jelas bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani
responden berkisar 1-3 orang, dimana jumlah tanggungan tersebut
mrnrmpati ruang tertinggi, sedangkan jumlah tanggungan keluarga 4-6
orang yang menempati urutan paling rendah yakni hanya berjumlah 6
orang saja dan Pada Tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah
tanggungan keluarga petani responden kelurahan Bontonompo bervariasi,
petani responden yang memiliki tanggungan antara 1-3 sebanyak 11
orang dan petani responden yang memiliki tanggungan keluarga 4-6
orang sebanyak 5 orang. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata
jumlah tanggungan keluarga petani responden berkisar 1-3 orang, dimana
jumlah tanggungan tersebut menempati ruang tertinggi, sedangkan jumlah
tanggungan keluarga 4-6 orang yang menempati urutan paling rendah
yakni hanya berjumlah 5 orang saja.
5.3.4 Luas Lahan Usahatani
Luas lahan usahatani yang dimiliki oleh petani akan mempengaruhi
cara-cara berproduksi dan hasil produksinya. Luas lahan usahatani
menyebabkan petani lebih memungkinkan untuk memaksimalkan tingkat
53
produk sekaligus meningkatkan kualitas produksi usahataninya. Petani
yang memiliki lahan sempit akan susah untuk mengusahakan cabang
usaha yang bermacam-macam sehingga menyebabkan hasil produksinya
pun akan sedikit begitupun sebaliknya. Jumlah produksi lahan sangat
ditentukan oleh ukuran luas lahan usahatani yang tentunya harus
didukung oleh penggunaan sarana produksi yang baik pula. Adapun luas
lahan usahatani yang dimiliki oleh petani responden dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 17.Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji, Kelurahan Bontonmpo, Kabupaten Gowa, 2017.
Luas Lahan
(Ha) Bontoramba
(P3A Bunga Biraeng) Maccini Baji
(P3A Abulosibatang) Bontonompo
(P3A Julu Kanaya)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
≤ 0,5 10 62,5 9 56,25 11 68,75
> 0,5 6 37,5 7 43,75 5 31,25
Jumlah 16 100 16 100 16 100
Tabel diatas memperlihatkan bahwa luas lahan petani responden
yang ada di setiap lokasi rata-rata masih berlahan sempit. Hal ini terlihat
dari jumlah petani responden di Desa Bontoramba yang memiliki luas
lahan lebih kecil atau sama dengan 0,5 Ha sebanyak 10 orang dari jumlah
keseluruhan sedangkan petani responden yang memiliki luas lahan lebih
besar dari 0,5 Ha hanya 6 orang sedangkan luas lahan petani responden
yang ada di Desa Maccini Baji yang memiliki luas lahan lebih kecil atau
sama dengan 0,5 Ha sebanyak 9 orang dari jumlah keseluruhan
sedangkan petani responden yang memiliki luas lahan lebih besar dari 0,5
Ha hanya 7 orang dan luas lahan petani responden yang ada di Kelurahan
54
Bontonompo yang memiliki luas lahan lebih kecil atau sama dengan 0,5
Ha sebanyak 11 orang dari jumlah keseluruhan sedangkan petani
responden yang memiliki luas lahan lebih besar dar 0,5 Ha hanya 5 orang.
5.3.5 Jarak Tempat Tinggal
Faktor fisik berupa jarak tempat tinggal dari jaringan irigasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam
melakukan pemeliharaan saluran irigasi.Menurut Sumaryanto (2006)
bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal petani dari jaringan irigasi maka
semakin kurang tingkat partisipasi petani dan begitupun sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya tentang jarak tempat tinggal petani responden
dari saluran irigasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18. Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal Dari Saluran Irigasi Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji, Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
Jarak
Tempat Tinggal (m)
Bontoramba (P3A Bunga Biraeng)
Maccini Baji (P3A Abulosibatang)
Bontonompo (P3A Julu Kanaya)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
˂ 500 10 62,5 8 50 11 68,75
≥ 500 6 37,5 8 50 5 31,25
Jumlah 16 100 16 100 16 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa petani di desa Bontoramba yang
jarak tempat tinggalnya lebih kecil dari 500 meter dari saluran irigasi
adalah sebanyak 10 orang dan petani yang jarak tempat tinggalnya lebih
besar atau sama dengan 500 meter sebanyak 6 orang. Dari data tersebut
terlihat jelas bahwa rata-rata petani responden Desa Bontoramba yang
memiliki jarak tempat tinggal dari saluran irigasi kurang dari 500 meter
lebih banyak daripada petani yang memiliki jarak tempat tinggal lebih
55
besar atau sema dengan 500 meter dari saluran irigasi, sedangkan petani
responden di desa Maccini Baji yang jarak tempat tinggalnya lebih kecil
dari 500 meter dari saluran irigasi adalah sebanyak 8 orang dan petani
yang jarak tempat tinggalnya lebih besar atau sama dengan 500 meter
juga sebanyak 8 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara petani
responden Desa Maccini Baji yang memiliki jarak dekat dengan jauh dari
saluran irigasi seimbang dan petani responden di Kelurahan
Bontonompoyang jarak tempat tinggalnya lebih kecil dari 500 meter dari
saluran irigasi adalah sebanyak 11 orang dan petani yang jarak tempat
tinggalnya lebih besar atau sama dengan 500 meter sebanyak 5 orang.
Dari data tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata petani responden
Kelurahan Bontonompo yang memiliki jarak tempat tinggal dari saluran
irigasi kurang dari 500 meter lebih banyak daripada petani yang memiliki
jarak tempat tinggal lebih besar atau sema dengan 500 meter dari saluran
irigasi.
5.3.6 Letak Sawah dari Saluran Irigasi
Letak sawah petani responden dari saluran irigasi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 19. Jumlah Dan Persentase Responden Berdasarkan Letak Sawah Dari Saluran Irigasi Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji, Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
Letak
Sawah (m)
Bontoramba (P3A Bunga Biraeng)
Maccini Baji (P3A Abulosibatang)
Bontonompo (P3A Julu Kanaya)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
0-500 12 75 15 93,75 11 68,75
501-1000 4 25 0 0 5 31,25
1000 0 0 1 6,25 0 0
Total 16 100 16 100 16 100
56
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa letak sawah petani
responden Desa Bontoramba bervariasi. Petani yang letak sawahnya
berkisar antara 0-500 meter adalah sebanyak 12 orang dan petani yang
letak sawahnya berkisar antara 501-1000 meter sebanyak 4 orang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya petani di Desa Bontoramba
memiliki letak sawah yang realtif lebih dekat dari Saluran irigasi
sedangkan letak sawah petani responden Desa Maccini Bajijuga
bervariasi. Petani yang letak sawahnya berkisar antara 0-500 meter
adalah sebanyak 15 orang dan petani yang letak sawahnya berkisar
1000 meter sebanyak 1 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
umumnya petani di Desa Maccini Baji memiliki letak sawah yang realtif
lebih dekat dari jaringan irigasi dan letak sawah petani responden di
Kelurahan Bontonompo bervariasi. Petani yang letak sawahnya berkisar
antara 0-500 meter adalah sebanyak 11 orang dan petani yang letak
sawahnya berkisar antara 501-1000 meter sebanyak 5 orang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada umumnya petani di Kelurahan Bontonompo
memiliki letak sawah yang realtif lebih dekat dari saluran irigasi.
5.3.7 Waktu Tempuh ke Lahan Usahatani
Waktu tempuh yang dilalui oleh petani responden untuk sampai ke
sawah mereka berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, hal
ini disebabkan karena jarak rumah mereka dari sawah juga berbeda-beda
dan juga kendaraan yang mereka gunakan untuk sampai ke sawah pun
berbeda-beda.
57
Untuk lebih jelasnya tentang waktu tempu yang dilalui petani
responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 20. Jumlah Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Waktu Tempuh Ke Lahan Usahatani (Sawah) Di Desa Bontoramba, Desa Maccini Baji, Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa, 2017.
Waktu
Tempuh (menit)
Bontoramba (P3A Bunga Biraeng)
Maccini Baji (P3A Abulosibatang)
Bontonompo (P3A Julu Kanaya)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
0 – 10 6 37,5 9 56,25 7 43,75
11 – 20 9 56,25 6 37,5 5 31,25
21 – 30 1 6,25 1 6,25 4 25
Total 16 100 16 100 16 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa petani responden di Desa
Bontoramba yang memiliki waktu tempuh ke lahan usahatani antara
0 – 10 menit adalah sebanyak 6 orang, sedangkan petani yang memiliki
waktu tempuh antara 11 – 20 menit sebanyak 9 orang dan petani yang
memiliki waktu tempuh antara 21 – 30 menit sebanyak 1 orang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya petani di Desa Bontoramba
memiliki waktu tempuh antara 11 - 21 menit ke lahan usahataninya
sedangkan petani responden di Desa Maccini Baji yang memiliki waktu
tempuh ke lahan usahatani antara 0 – 10 menit adalah sebanyak 9 orang,
sedangkan petani yang memiliki waktu tempuh antara 11 – 20 menit
sebanyak 6 orang dan petani yang memiliki waktu tempuh antara 21 – 30
menit sebanyak 1 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
umumnya petani di Desa Maccini Baji memiliki waktu tempuh antara 0 –
10 menit ke lahan usahataninya dan petani responden di Kelurahan
Bontonompo yang memiliki waktu tempuh ke lahan usahatani antara 0 –
58
10 menit adalah sebanyak 7 orang, sedangkan petani yang memiliki waktu
tempuh antara 11 – 20 menit sebanyak 5 orang dan petani yang memiliki
waktu tempuh antara 21 – 30 menit sebanyak 4 orang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada umumnya petani di Kelurahan Bontonompo
memiliki waktu tempuh antara 0 – 10 menit ke lahan usahataninya.
5.4 Tingkat Partisipasi Petani Responden Dalam Pemeliharaan
Saluran Irigasi
Metode yang digunakan untuk melihat tingkat partisipasi petani
dalam pemeliharaan saluran irigasi adalah metode skoring, dimana tingkat
partisipasi petani ini diukur dengan beberapa indikator antara lain :
Keikutsertaan memperbaiki saluran irigasi
Keikutsertaan membersihkan saluran irigasi
Keikutsertaan pengecekan saluran irigasi
Keikutsertaan pengamanan saluran irigasi
Keikutsertaan menghadiri rapat rutin
Keikutsertaan menghadiri penyuluhan
Membayar iuran air dalam pemeliharaan irigasi
Pemahaman tentang penggunaan air irigasi untuk pertanian.
Melakukan pemeliharaan saluran irigasi sesuai dengan petunjuk
teknis irigasi
Manfaat irigasi yang telah dirasakan
59
Berdasarkan indikator tersebut maka dapat ditentukan tingkat
partisipasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Desa Bontoramba,
Desa Maccini Baji dan Kelurahan Bontonompo dengan menggunakan
metode skoring pada setiap item pertanyaan, dimana penggunaan skor
pada setiap item indikator tersebut dibedakan atas dua kategori yaitu :
Apabila petani responden aktif dalam kegiatan pemeliharaan
saluran irigasi maka diberi skor 2.
Apabila petani responden tidak aktif dalam kegiatan pemeliharaan
saluran irigasi maka diberi skor 1
Petani yang dikatakan aktif dalam pemeliharaan yaitu apabila
setiap dilakukan kegiatan pemeliharaan petani tersebut tidak pernah
absen dalam kegiatan tersebut dan petani yang tidak aktif dikatakan
demikian apabila setiap kegiatan pemeliharaan irigasi dilakukan petani
tersebut sama sekali tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut.
Dari hasil kuesioner yang telah di isi oleh petani responden maka di
ketahui bahwa :
Perbaikan saluran irigasi yang dilakukan di setiap daerah lokasi
penelitian berbeda, di Desa Bontoramba melakukan perbaikan
irigasi selama tigakali dalam setahun, Keluahan Bontonompo dua
kali setahun dan Desa Maccini Baji melakukan perbaikan irigasi
hanya sekali dalam setahun.
Pembersihan saluran irigasi di setiap daerah lokasi penelitian
dilakukan sebanyak dua kali setahun.
60
Pengecekan saluran irigasi di setiap daerah lokasi penelitian
berbeda. Di desa Bontoramba pengecekan dilakukan tiga kali
dalam setahun, kelurahan Bontonompo dilakukan sebanyak dua
kali setahun dan di desa Maccini Baji hanya dilakukan satu kali
dalam setahun.
Pengamanan saluran irigasi di setiap daerah lokasi penelitian
berbeda. Di desa Bontoramba pengecekan dilakukan tiga kali
dalam setahun, kelurahan Bontonompo dilakukan sebanyak dua
kali setahun dan di desa Maccini Baji hanya dilakukan satu kali
dalam setahun.
Rapat rutin anggota di setiap daerah lokasi penelitian berbeda. Di
desa Bontoramba rapat rutin dilakukan tiga kali dalam setahun,
desa Maccini Baji dilakukan sebanyak dua kali setahun dan di
kelurahan Bontonompo hanya dilakukan satu kali dalam setahun.
Pembayaran iuran irigasi di setiap daerah lokasi penelitian
masing-masing dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun.
Pembayaran ini dilakukan setiap setelah panen.
5.4.1 Desa Bontoramba (Hulu)
Berdasarkan hasil pengelolahan data mengenai tingkat partisipasi
petani anggota P3A di Desa Bontoramba (P3A Bunga Biraeng) dalam
pemeliharaan saluran irigasi (lampiran 2) diketahui bahwa 12 dari 16
orang petani responden anggota P3A memiliki skor tinggi yaitu dengan
total persentase sebesar 75% dan 4 (25%) orang responden anggota P3A
61
yang memiliki skor rendah, ini menandakan bahwa petani anggota P3A di
Desa Bontoramba memiliki tingkat Partisipasi yang tinggi. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil kuesioner setiap responden anggota P3A (lampiran
2) mengenai keaktifan anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi
diketahui bahwa 15 (93,75%) dari 16 orang responden anggota P3A aktif
dalam perbaikan saluran irigasi, sedangkan 1 (6,25%) dari 16 orang
responden anggota P3A tidak aktif dalam perbaikan saluran irigasi.
Selanjutnya 15 (93,75%) dari 16 orang responden anggota P3A aktif
dalam pembersihan saluran irigasi, sedangkan 1 (6,25%) dari 16 orang
responden anggota P3A yang tidak aktif dalam pembersihan saluran
irigasi. Selanjutnya 15 (93,75%) dari 16 orang responden anggota P3A
yang aktif dalam pengecekan saluran irigasi, sedangkan 1 (6,25%) dari 16
orang responden anggota P3A yang tidak aktif dalam pengecekan saluran
irigasi. Selanjutnya 11 (68,75%) dari 16 orang responden anggota P3A
aktif dalam pengamanan saluran irigasi, sedangkan 5 (31,25%) dari 16
orang responden anggota P3A tidak aktif dalam pengamanan saluran
irigasi. Selanjutnya 13 (81,25%) dari 16 orang responden anggota P3A
aktif dalam menghadiri rapat rutin anggota P3A, sedangkan 3 (18,75%)
dari 16 orang responden anggota P3A tidak aktif dalam menghadiri rapat
rutin anggota P3A. Selanjutnya 13 (81,25%) dari 16 orang responden
anggota P3A aktif dalam menghadiri penyuluhan pertanian sedangkan 3
(18,75%) dari 16 orang responden anggota P3A tidak aktif dalam
menghadiri penyuluhan pertanian. Selanjutnya 14 (87,5%) dari 16 orang
responden anggota P3A aktif dalam pembayaran iuran saluran irigasi,
62
sedangkan 2 (12,5%) dari orang responden anggota P3A tidak aktif dalam
pembayaran iuran saluran irigasi. Selain itu, 16 (100%) dari 16 orang atau
bisa dikatakan semua responden anggota P3A memahami arti penting
dari penggunaan air irigasi untuk meningkatkan hasil pertanian.
Selanjutnya 14 (87,5%) dari 16 responden anggota P3Ayang melakukan
tata cara penggunaan air irigasi yang baik sesuai dengan petunjuk teknis
dan pengalaman dalam pemeliharaan saluran irigasi, sedangkan 2
(12,5%) dari 16 orang responden yang hanya mencoba-coba tata cara
penggunaan air irigasi yang baik dalam pemeliharaan saluran irigasi, dan
16 (100%) dari 16 orang atau semua responden anggota P3A
mengatakan bahwa dengan partisipasi pemeliharaan saluran irigasi yang
baik dapat meningkatkan produksi atau hasil pertanian mereka.
5.4.2 Desa Maccini Baji (Tengah)
Berdasarkan hasil pengelolahan data mengenai tingkat partisipasi
petani anggota P3A di Desa Maccini Baji (P3A Abulosibatang) dalam
pemeliharaan saluran irigasi (lampiran 3) diketahui bahwa 9 dari 16 orang
petani responden anggota P3A memiliki skor tinggi yaitu dengan total
persentase sebesar 56,25% dan 7 (43,75%) orang responden anggota
P3A yang memiliki skor rendah, ini menandakan bahwa petani anggota
P3A di Desa Maccini Baji memiliki tingkat Partisipasi yang tinggi. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil kuesioner setiap responden anggota P3A
(lampiran 3) mengenai keaktifan anggota P3A dalam pemeliharaan
saluran irigasi diketahui bahwa 13 (81,25%) dari 16 orang responden
anggota P3A aktif dalam perbaikan saluran irigasi, sedangkan 3 (18,75%)
63
dari 16 orang responden anggota P3A tidak aktif dalam perbaikan saluran
irigasi. Selanjutnya 15 (93,75%) dari 16 orang responden anggota P3A
aktif dalam pembersihan saluran irigasi, sedangkan 1 (6,25%) dari 16
orang responden anggota P3A yang tidak aktif dalam pembersihan
saluran irigasi. Selanjutnya 12 (75%) dari 16 orang responden anggota
P3A yang aktif dalam pengecekan saluran irigasi, sedangkan 4 (25%) dari
16 orang responden anggota P3A yang tidak aktif dalam pengecekan
saluran irigasi. Selanjutnya 7 (43,75%) dari 16 orang responden anggota
P3A aktif dalam pengamanan saluran irigasi, sedangkan 9 (56,25%) dari
16 orang responden anggota P3A tidak aktif dalam pengamanan saluran
irigasi. Selanjutnya 11 (68,75%) dari 16 orang responden anggota P3A
aktif dalam menghadiri rapat rutin anggota P3A, sedangkan 5 (31,25%)
dari 16 orang responden anggota P3A tidak aktif dalam menghadiri rapat
rutin anggota P3A. Selanjutnya 9 (56,25%) dari 16 orang responden
anggota P3A aktif dalam menghadiri penyuluhan pertanian sedangkan 7
(43,75%) dari 16 orang responden anggota P3A tidak aktif dalam
menghadiri penyuluhan pertanian. Selanjutnya 16 (100%) dari 16 orang
atau semua responden anggota P3A aktif dalam pembayaran iuran
saluran irigasi. Selain itu, 16 (100%) dari 16 orang atau bisa dikatakan
semua responden anggota P3A memahami arti penting dari penggunaan
air irigasi untuk meningkatkan hasil pertanian. Selanjutnya 16 (100%) dari
16 atau semua responden anggota P3A yang melakukan tata cara
penggunaan air irigasi yang baik sesuai dengan petunjuk teknis dan
pengalaman dalam pemeliharaan saluran irigasii, dan 16 (100%) dari 16
64
orang atau semua responden anggota P3A mengatakan bahwa dengan
partisipasi pemeliharaan saluran irigasi yang baik dapat meningkatkan
produksi atau hasil pertanian mereka.
5.4.3 Kelurahan Bontonompo (Hilir)
Berdasarkan hasil pengelolahan data mengenai tingkat partisipasi
petani anggota P3A di Kelurahan Bontonompo (P3A Julukanaya) dalam
pemeliharaan saluran irigasi (lampiran 4) diketahui bahwa 9 dari 16 orang
petani responden anggota P3A memiliki skor tinggi yaitu dengan total
persentase sebesar 56,25% dan 7 (43,75%) orang responden anggota
P3A yang memiliki skor rendah, ini menandakan bahwa petani anggota
P3A di Kelurahan Bontonompo juga memiliki tingkat Partisipasi yang
tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil kuesioner setiap responden
anggota P3A (lampiran 3) mengenai keaktifan anggota P3A dalam
pemeliharaan saluran irigasi diketahui bahwa 16 (100%) dari 16 orang
atau semua responden anggota P3A aktif dalam perbaikan saluran irigasi.
Selanjutnya 16 (100%) dari 16 orang atau semua responden anggota P3A
aktif dalam pembersihan saluran irigasi. Selanjutnya 10 (62,5%) dari 16
orang responden anggota P3A yang aktif dalam pengecekan saluran
irigasi, sedangkan 6 (37,5%) dari 16 orang responden anggota P3A yang
tidak aktif dalam pengecekan saluran irigasi. Selanjutnya 11 (68,75%) dari
16 orang responden anggota P3A aktif dalam pengamanan saluran irigasi,
sedangkan 5 (31,25%) dari 16 orang responden anggota P3A tidak aktif
dalam pengamanan saluran irigasi. Selanjutnya 15 (93,75%) dari 16 orang
responden anggota P3A aktif dalam menghadiri rapat rutin anggota P3A,
65
sedangkan 1 (6,25%) dari 16 orang responden anggota P3A tidak aktif
dalam menghadiri rapat rutin anggota P3A. Selanjutnya 14 (87,5%) dari
16 orang responden anggota P3A aktif dalam menghadiri penyuluhan
pertanian sedangkan 2 (12,5%) dari 16 orang responden anggota P3A
tidak aktif dalam menghadiri penyuluhan pertanian. Selanjutnya 10
(62,5%) dari 16 orang atau semua responden anggota P3A aktif dalam
pembayaran iuran saluran irigasi sedangkan 6 (37,5%) dari 16 orang
responden anggota P3A yang tidak aktif dalam pembayaran iuran saluran
irigasi. Selanjutnya 15 (93,75%) dari 16 orang responden anggota P3A
memahami arti penting dari penggunaan air irigasi untuk meningkatkan
hasil pertanian sedangkan 1 (6,25%) dari 16 orang responden anggota
P3A tidak memahami arti penting dari penggunaan air irigasi untuk
meningkatkan hasil pertanian. Selanjutnya 14 (87,5%) dari 16 orang
responden anggota P3A yang melakukan tata cara penggunaan air irigasi
yang baik sesuai dengan petunjuk teknis dan pengalaman dalam
pemeliharaan saluran irigasii,sedangkan 2 (12,5%) dari 16 orang
responden yang hanya mencoba-coba tata cara penggunaan air irigasi
yang baik dalam pemeliharaan saluran irigasi dan 16 (100%) dari 16
orang atau semua responden anggota P3A mengatakan bahwa dengan
partisipasi pemeliharaan saluran irigasi yang baik dapat meningkatkan
produksi atau hasil pertanian mereka.
66
5.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dan Tidak Berhubungan
Dengan Tingkat Partisipasi Petani Dalam Pemeliharaan Irigasi
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam pemeliharaan irigasi meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan, jarak tempat tinggal dari saluran irigasi,
letak sawah dari saluran irigasi dan waktu tempuh.
Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut dengan tingkat
partisipasi petani dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi kuadrat
yang menggunakan “Statistical Packed For Social Science” atau SPSS.
Untuk lebih jelas tentang hasil analisis faktor-faktor tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut :
5.5.1 Desa Bontoramba (Hulu)
Tabel 21. Hasil Analisis Hubungan antara Partisipasi dengan Faktor Sosial
Ekonomi dan Faktor Fisik Usahatani Dalam Pemeliharaan
Saluran Irigasi di Desa Bontoramba, Kabupaten Gowa.
No Faktor yang berhubungan
X2 Hitung
X2 Tabel
Hubungan Nyata/Tidak
Koefisien C
Keterangan Hubungan
Faktor Sosial Ekonomi
1 Umur 4,667 3,841 Nyata 0,000 Sangat Rendah
2 Tingkat Pendidikan
11,111 3,841 Nyata 0,164 Sangat Rendah
3 Jumlah Tanggungan Keluarga
14,311 3,841 Nyata 0,410 Sedang
4 Luas Lahan 1,778 3,841 Tidak 0,275 Rendah
Faktor Fisik
5 Jarak Tempat Tinggal
5,333 3,841 Nyata 0,055 Sangat Rendah
6 Letak Sawah 4,444 3,841 Nyata 0,164 Sangat Rendah
7 Waktu Tempuh
17,185 3,841 Nyata 0,295 Rendah
67
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari semua 16 orang responden
anggota P3A Bunga Biraeng di lokasi penelitian Desa Bontoramba bahwa
ada enam faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam pemeliharaan irigasi dan satu faktor yang tidak berhubungan
dengan tingkat partisipasi petani dalampemeliharaan irigasi. Adapun
faktor yang berhubungan yakni umur, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal letak sawah dan waktu tempuh
memiliki hubungan nyata dalam pemeliharaan saluran irigasi dan faktor
yang tidak berhubungan yakni luas lahan yang tidak memiliki hubungan
nyata dalam pemeliharaan saluran irigasi. Dimana hubungan ada atau
tidaknya hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai X2 hitung dan X2 tabel,
apabila X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka terdapat hubungan
begitupun sebaliknya apabila X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel maka tidak
terdapat hubungan di antara variabel tersebut
1) Umur dengan Tingkat Partisipasi
Umur merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat
partisipasi.Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka
dapat diketahui bahwa faktor umur berhubungan dengan tingkat
partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dapat dilihat
dari nilai X2 hitung sebesar 4,667 lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841
dengan nilai koofisien kontingensi sebesar 0,000 dengan keeratan
hubungan sangat rendah
68
2) Tingkat Pendidikan dengan tingkat partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa
tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai X2 hitung
sebesar 11,111 lebih besar dari X2 tabel 3,841 dengan keeratan hubungan
(Koofisien Kontingensi) sangat rendah yaitu 0,164.
3) Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan
tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi terbukti dari
hasil yang diperoleh X2 hitung sebesar 14,311 lebih besar dari X2 tabel
yaitu 3,841 dengan nilai koofisien kontingensi sebesar 0,410 dengan
keeratan hubungan sedang.
4) Luas Lahan dengan tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa luas
lahan tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai X2 hitung
sebesar 1,778 lebih kecil dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai koofisien
sebesar 0,275 yang menyatakan keeratan hubungan rendah.
5) Jarak Tempat Tinggal dengan Tigkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa jarak tempat tinggal dari saluran irigasi berhubungan
dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal i
69
ini dapat dilihat dari nilai X2 hitung sebesar 5,333 lebih besar dari X2 tabel
yaitu 3,841 dengan nilai koofisien kontingensi sebesar 0,055 yang
menyatakan keeratan hubungan sangat rendah.
6) Letak Sawah dari saluran irigasi dengan tingkat partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa letak
sawah dari saluran irigasi berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai X2
hitung sebesar 4,444 lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai
koofisien sebesar 0,164 yang juga menyatakan keeratan hubungan
sangat rendah.
7) Waktu Tempuh dengan Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa waktu tempuh berhubungan dengan tingkat partisipasi
petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai X2
hitung sebesar 17,185 lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai
koofisien kontingensi sebesar 0,295 yang menyatakan keeratan hubungan
rendah
70
5.5.2 Desa Maccini Baji (Tengah)
Tabel 22. Hasil Analisis Hubungan antara Partisipasi dengan Faktor Sosial
Ekonomi dan Faktor Fisik Usahatani Dalam Pemeliharaan
Saluran Irigasi di Desa Maccini Baji, Kabupaten Gowa.
No Faktor yang berhubungan
X2 Hitung
X2 Tabel
Hubungan Nyata/Tidak
Koefisien C
Keterangan Hubungan
Faktor Sosial Ekonomi
1 Umur 5,547 3,841 Nyata 0,145 Sangat Rendah
2 Tingkat Pendidikan
15,933 3,841 Nyata 0,054 Sangat Rendah
3 Jumlah Tanggungan Keluarga
20,629 3,841 Nyata 0,440 Sedang
4 Luas Lahan 5,120 3,841 Nyata 0,397 Rendah
Faktor Fisik
5 Jarak Tempat Tinggal
4,013 3,841 Nyata 0,099 Sangat Rendah
6 Letak Sawah 3,200 3,841 Tidak 0,281 Rendah
7 Waktu Tempuh
8,667 3,841 Nyata 0,276 Rendah
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari semua 16 orang responden
anggota P3A Abulosibatang di lokasi penelitian Desa Maccini Baji bahwa
ada enam faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam pemeliharaan irigasi dan satu faktor yang tidak berhubungan
dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan irigasi. Adapun
faktor yang berhubungan yakni umur, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan, jarak tempat tinggal dan waktu tempuh
memiliki hubungan nyata dalam pemeliharaan saluran irigasi dan faktor
yang tidak berhubungan yakni letak sawah yang tidak memiliki hubungan
nyata dalam pemeliharaan saluran irigasi. Dimana hubungan ada atau
71
tidaknya hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai X2 hitung dan X2 tabel,
apabila X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka terdapat hubungan
begitupun sebaliknya apabila X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel maka tidak
terdapat hubungan di antara variabel tersebut
1) Umur dengan Tingkat Partisipasi
Umur merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat
partisipasi.Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka
dapat diketahui bahwa faktor umur berhubungan dengan tingkat
partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dapat dilihat
dari nilai X2 hitung sebesar 5,547 lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841
dengan nilai koofisien kontingensi sebesar 0,145 dengan keeratan
hubungan sangat rendah
2) Tingkat Pendidikan dengan tingkat partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa
tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai X2 hitung
sebesar 15,993 lebih besar dari X2 tabel 3,841 dengan keeratan hubungan
(Koofisien Kontingensi) sangat rendah yaitu 0,054.
3) Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan
tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi terbukti dari
72
hasil yang diperoleh X2 hitung sebesar 20,629 lebih besar dari X2 tabel
yaitu 3,841 dengan nilai koofisien kontingensi sebesar 0,440 dengan
keeratan hubungan sedang.
4) Luas Lahan dengan tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa luas
lahan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan
saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai X2 hitung sebesar 5,120
lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai koofisien sebesar 0,397
yang menyatakan keeratan hubungan rendah.
5) Jarak Tempat Tinggal dengan Tigkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa jarak tempat tinggal dari saluran irigasi berhubungan
dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal
ini dapat dilihat dari nilai X2 hitung sebesar 4,013 lebih besar dari X2 tabel
yaitu 3,841 dengan nilai koofisien kontingensi sebesar 0,099 yang
menyatakan keeratan hubungan sangat rendah.
6) Letak Sawah dari saluran irigasi dengan tingkat partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa letak
sawah dari saluran irigasi tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi
petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai
X2 hitung sebesar 3,200 lebih kecil dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai
koofisien sebesar 0,281 yang juga menyatakan keeratan hubungan
rendah.
73
7) Waktu Tempuh dengan Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa waktu tempuh berhubungan dengan tingkat partisipasi
petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai X2
hitung sebesar 8,667 lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai
koofisien kontingensi sebesar 0,276 yang menyatakan keeratan hubungan
sangat rendah
5.5.3 Kelurahan Bontonompo (Hilir)
Tabel 23. Hasil Analisis Hubungan antara Partisipasi dengan Faktor Sosial
Ekonomi dan Faktor Fisik Usahatani Dalam Pemeliharaan
Saluran Irigasi di Kelurahan Bontonompo, Kabupaten Gowa.
No Faktor yang berhubungan
X2 Hitung
X2 Tabel
Hubungan Nyata/Tidak
Koefisien C
Keterangan Hubungan
Faktor Sosial Ekonomi
1 Umur 1,028 3,841 Tidak 0,219 Rendah
2 Tingkat Pendidikan
12,787 3,841 Nyata 0,015 Sangat Rendah
3 Jumlah Tanggungan Keluarga
18,782 3,841 Nyata 0,365 Rendah
4 Luas Lahan 7,680 3,841 Nyata 0,275 Rendah
Faktor Fisik
5 Jarak Tempat Tinggal
0,178 3,841 Tidak 0,032 Sangat Rendah
6 Letak Sawah 1,028 3,841 Tidak 0,143 Sangat Rendah
7 Waktu Tempuh
1,573 3,841 Tidak 0,048 Sangat Rendah
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari semua 16 orang responden
anggota P3A Julukanaya di lokasi penelitian Kelurahan Bontonompo
bahwa ada tiga faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
74
dalam pemeliharaan irigasi dan empat faktor yang tidak berhubungan
dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan irigasi. Adapun
faktor yang berhubungan yakni tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga dan luas lahan memiliki hubungan nyata dalam pemeliharaan
saluran irigasi dan faktor yang tidak berhubungan yakni umur, jarak
tempat tinggal, letak sawah dan waktu tempuh yang tidak memiliki
hubungan nyata dalam pemeliharaan saluran irigasi. Dimana hubungan
ada atau tidaknya hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai X2 hitung dan
X2 tabel, apabila X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka terdapat
hubungan begitupun sebaliknya apabila X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel
maka tidak terdapat hubungan di antara variabel tersebut
1) Umur dengan Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa faktor umur tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi
petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai X2
hitung sebesar 1,028 lebih kecil dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai
koofisien kontingensi sebesar 0,219 dengan keeratan hubungan rendah
2) Tingkat Pendidikan dengan tingkat partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa
tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai X2 hitung
sebesar 12,787 lebih besar dari X2 tabel 3,841 dengan keeratan hubungan
(Koofisien Kontingensi) sangat rendah yaitu 0,015.
75
3) Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan
tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi terbukti dari
hasil yang diperoleh X2 hitung sebesar 18,782 lebih besar dari X2 tabel
yaitu 3,841 dengan nilai koofisien kontingensi sebesar 0,365 dengan
keeratan hubungan rendah.
4) Luas Lahan dengan tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa luas
lahan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan
saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai X2 hitung sebesar 7,680
lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai koofisien sebesar 0,275
yang menyatakan keeratan hubungan rendah.
5) Jarak Tempat Tinggal dengan Tigkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa jarak tempat tinggal dari saluran irigasi tidak
berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan
saluran irigasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai X2 hitung sebesar 0,718 lebih
kecil dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai koofisien kontingensi sebesar
0,032 yang menyatakan keeratan hubungan sangat rendah.
6) Letak Sawah dari saluran irigasi dengan tingkat partisipasi
Berdasarkan hasil analisis Chi kuadrat dapat diketahui bahwa letak
sawah dari saluran irigasi tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi
petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai
76
X2 hitung sebesar 1,028 lebih kecil dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan nilai
koofisien sebesar 0,143 yang juga menyatakan keeratan hubungan
sangat rendah.
7) Waktu Tempuh dengan Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis Chi kuadrat maka dapat
diketahui bahwa waktu tempuh tidak berhubungan dengan tingkat
partisipasi petani dalam pemeliharaan saluran irigasi. Hal ini dapat dilihat
dari nilai X2 hitung sebesar 1,573 lebih kecil dari X2 tabel yaitu 3,841
dengan nilai koofisien kontingensi sebesar 0,048 yang menyatakan
keeratan hubungan sangat rendah
77
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum tingkat Partisipasi petani dalam pemeliharaan
saluran irigasi di Desa Bontoramba (Hulu), Desa Maccini Baji
(Tengah) dan Kelurahan Bontonompo (Hilir) semuanya memiliki
tingkat partisipasi yang masih tergolong tinggi
2. Kelompok P3A Bunga Biraeng (Bontoramba) memiliki tingkat
frekuensi partisipasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok P3A Julu Kanaya (Bontonompo) dan P3A Abulosibatang
(Maccini Baji)
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani
anggota P3A dalam pemeliharaan saluran irigasi pada 3 lokasi
penelitian, yaitu:
a. Desa Bontoramba (Hulu): faktor umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, letak sawah, jarak tempat tinggal,
dan waktu tempuh merupakan faktor yang mempunyai
hubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan
saluran irigasi dan faktor luas lahan merupakan faktor yang
tidak mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam pemeliharaan saluran irigasi.
78
b. Desa Maccini Baji (tengah): faktor umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, jarak tempat tinggal,
dan waktu tempuh merupakan faktor yang mempunyai
hubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pemeliharaan
saluran irigasi dan faktor letak sawah merupakan faktor yang
tidak mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi petani
dalam pemeliharaan saluran irigasi.
c. Kelurahan Bontonompo (Hilir): faktor tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan merupakan faktor yang
mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi dan faktor umur, letak sawah, jarak
tempat tinggal dan waktu tempuh merupakan faktor yang tidak
mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi.
6.2 Saran
Sebaiknya diadakan penyuluhan rutin dan pemberdayaan anggota
P3A untuk ikut dalam pemeliharaan saluran irigasi, agar tingkat
partisipasi yang dimiliki oleh petani dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan supaya kelestarian irigasi yang ada tetap terjaga dan
dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati, 2009. Tingkat Partisipasi petani dalam Pemeliharaan Saluran Irigasi (studi kasus Desa Bilariase, Kecamatan Puturiase Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan). Skripsi. Makassar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Asnawi, 1995.Visi Irigasi Indonesia. Padang: Penerbit PSI Edisi IX.
Effendi, Ihsan. 2002. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Taman
Nasional Gunung Leuser Di Desa Harpan. Tesis. Medan: Program
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2017. Partisipasi. www.kbbi.web.id. Di
akses pada tanggal 19 Februari 2017.
Katiandagho, M, T., Wangke, M, W. 2015. Perilaku Petani Anggota
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Rukun Santoso Di Desa
Konarom Barat Kecamatan Dumoga Tenggara. ASE – Volume 11
Nomor 2, Mei 2015: 17 – 25.
Kompasiana, 2012. Sensus Pertanian 2013. http://www,kompasiana.com.
Di akses pada tanggal 19 Februari 2017.
Majuar, Edi. 2013. Partisipasi Petani Dalam Sistem Pengambilan
Keputusan Peningkatan Kinerja Jaringan Irigasi. Jurnal Teknologi,
Vol. 13, No. 2, Oktober 2013 : 51-56.
Mawardi, Muhjidin. 2016. Irigasi Asas dan Praktek. Yogyakarta: Bursa
Ilmu.
Nurrochmad, F. 2007. Analisis KInerja Jaringan Irigasi. Agritech, Vol. 27,
No. 4 Desember 2007.
Pasandaran, Effendi. 2007. Pengelolaan Infrastruktur Irigasi Dalam
Kerangka Ketahanan Pangan Nasional. Analisis Kebijakan
Pertanian. Volume 5 No. 2, Juni 2007 : 126-149.
Rachmawati, Kahirida, Siagan, E. 2006. Bentuk Partisipasi Masyarakat
Dusun III Tongkoh, Desa Dolat Raya, Kecamatan Tiga Panah,
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Terhadap Upaya
Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Usu Repository.
Rachman, Benny. 2009. Kebijakan Sistem Kelembagaan Pengelolaan
Irigasi: Kasus Provinsi Banten. Analisis Kebijakan Pertanian,
Volume 7 No.1, Maret 2009.
Ripai, Andi. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar. Skripsi. Makassar: Universitas Hsanuddin.
Rismanto., Wiyono, A., Wachyuni, S. 2013. Kajian Peran Serta Petani
Dalam Operasi Dan Pemeliharaan Infrastruktur Jaringan Irigasi Dengan Pendekatan Theory Of Planned Behaviour (Tpb) (Studi Kasus : Daerah Irigasi Cirasea Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Jurnal Sosioteknologi, Edisi 30 Tahun 12, Desember 2013.
Republik Indonesia, 2006. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2006
tentang Irigasi. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia, 1982. Undang-undang Nomor. 23 Tahun 1982
tentang Irigasi. Sekretariat Negara. Jakarta.
Saptana, Sumaryanto, Hendiarto, R, S. Rivai, Sunarsih, A. Murtiningsih
dan V. Siagian, 2001. Rekayasa Optimalisasi Alokasi Air Irrigáis
Dalam Rangka Peningkatan Produksi Pangan dan Pendapatan
Petani. Buletin Agro Ekonomi, Vol 1 No 3. Makassar: Pusat
Penelitian dan Penegembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Simandalahi, Ira Mashita. 2010. Partisipasi Anggota P3A Dalam Kegiatan
Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Kasus:P3A Karya
Bersama dan P3A Sahata Kecamatan Tarutung Kabupaten
Tapanuli Utara. Skripsi. Medan. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara.
Sinaga, Raintan Mariani. 2008. Partisipasi Organisasi P3A Dalam Pemeliharaan Dan Pengelolaan Irigasi Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus: Desa Bosar Galugur Kecamatan Tanah Jawa, Desa Tiga Dolok Kecamatan Dolok Panribuan, Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar). Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Sugiono, 1997. Metode Penelitian Administratif. Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Suminta, D., Ginting, M., Emalisa. 2013. Sikap Petani Terhadap
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) (Studi Kasus: Desa
Simanampang, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli
Utara). Di http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/view/8056
pada tanggal 19 Januari 2017.
Taqipour, M., Abbasi, E., Chizari, M. 2015. Farmers’ Behavior Toward
Membership in Water User Associations (WUAs) in Iran: Applying
the Theory of Planned Behavior. European Online Journal of
Natural and Social Sciences 2015: Vol.4, No.22 pp. 336-350 ISSN
1805-3602.
Yenifa, F., Idris., Aimon, H. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Partisipasi Anggota P3A Dalam Pengelolaan Irigasi Pada Water
Resources And Irrigation Sector Management Program (Wismp) Di
Kecamatan Kuranji Kotapadang. Di akses melalui
ejournal.unp.ac.id/index.php/jrmbp/ article/download/3186/2667
pada tanggal 29Januari 2017.
Lampiran 1. H
asil perhitungan Kuesioner 48 R
esponden di Desa B
ontoramba, D
esa Maccini B
aji dan Kelurahan B
ontonompo,
Kabupaten G
owa
RespondenTingkat
PartisipasiU
mur
PendidikanTerakhir
Jumlah Tanggungan
Keluarga(Jiw
a)Luas Lahan
(Ha)Jarak tem
pattinggalDari
Irigasi(Meter)
Letak Sawah
Dari Irigasi(M
eter)
Waktu
Tempuh
(Menit)
Desa Bontoramba
1.Tinggi
53SM
A3
0.7050
115
2.Tinggi
65SM
P5
0.70500
215
3.Rendah
45SD
30,50
101
54.
Rendah33
SMA
40.20
800200
205.
Tinggi35
SD4
0,35200
40010
6.Tinggi
43SD
30,15
150700
157.
Tinggi40
SD3
0,25550
80020
8.Tinggi
58SD
20,25
150350
109.
Rendah62
SMP
10,17
200600
1510.
Tinggi38
SMA
10.20
500700
2011.
Tinggi50
SD1
11000
10020
12.Tinggi
55SM
A3
1800
505
13.Tinggi
44SM
A5
150
20020
14.Tinggi
47SM
A4
0,4550
210
15.Rendah
40SM
P2
0,30300
10030
16.Tinggi
62SM
P4
0,8020
5010
Desa Maccini Baji
17.Tinggi
50SM
A3
0,3030
105
18.Rendah
57SD
30,97
300100
20
19.Rendah
43SM
P5
1,51000
510
20.Rendah
41SM
P3
0,30950
505
21.Tinggi
42SM
A1
1,10200
2015
22.Tinggi
50SD
20,50
70100
1523.
Tinggi50
SMA
51
4001500
1524.
Tinggi52
SMA
20,80
500100
1025.
Tinggi54
SD3
0,301000
2020
26.Tinggi
37SM
P3
0,50150
20010
27.Rendah
36SM
A4
1,5600
5006
28.Tinggi
50SM
A3
1,51000
10010
29.Rendah
47SM
A4
0,3620
1005
30.Rendah
50SM
A4
0,2420
20020
31.Rendah
56SM
A5
0,451500
20010
32.Tinggi
25SM
P3
0,501000
30030
Kelurahan Bontonompo
33.Tinggi
52S1
41,5
75250
534.
Tinggi42
SMA
40,25
200100
1035.
Tinggi65
SMP
20,25
450650
1536.
Rendah46
SMA
41
80050
1037.
Tinggi46
SMP
20,41
600600
2038.
Rendah60
SD1
0,37350
65015
39.Tinggi
44SM
A3
0,11200
50010
40.Tinggi
62SM
A3
0,9400
70015
41.Tinggi
50SM
A4
0,30100
1005
42.Rendah
42SM
A2
0,5085
505
43.Rendah
35SM
A2
0,251000
50025
44.Tinggi
48SM
A3
0,501000
20030
45.Rendah
30SM
P2
1500
100030
46.Rendah
46SM
A4
0,55150
5020
47.Tinggi
47SM
P2
0,30400
2030
48.Rendah
65SM
A1
0,30100
210
Lampiran 2. SkorTingkat Partisipasipetani anggota P3A
dalam pem
eliharaan saluran irigasi di Desa Bontoramba, Kecam
atan Pallangga, Kabupaten Gowa, 2017
PERTANYAAN
ANG
KET
Responden1
23
45
67
89
10TO
TAL
12
22
22
22
22
220
Tinggi
22
22
22
22
21
219
Tinggi
32
22
21
22
21
218
Rendah
42
22
21
12
22
218
Rendah
52
22
12
22
22
219
Tinggi
62
22
22
22
22
220
Tinggi
72
22
22
21
22
219
Tinggi
82
22
12
22
22
219
Tinggi
91
11
12
21
22
215
Rendah
102
22
22
22
22
220
Tinggi
112
22
22
12
22
219
Tinggi
122
22
12
22
22
219
Tinggi
132
22
22
22
22
220
Tinggi
142
22
22
22
22
220
Tinggi
152
22
11
12
22
217
Rendah
162
22
22
22
22
220
Tinggi
3131
3127
2929
3032
3032
302T
= 12(75%
)
1,941,94
1,941,69
1,811,81
1,872
1,872
18,88R = 4
(25%)
Keterangan:2= Aktif1= Tidak Aktif
2=15(93,75%)
1=1(6,25%)
2=15(93,75%)
1=1(6,25%)
2=15(93,75%)
1=1(6,25%)
2=11(68,75%)
1=5 (31,25%)
2=13(81,25%)
1=3(18,75%)
2=13(81,25%)
1=3(18,75%)
2=14(87,5%)
1=2(12,5%)
2=16(100%)
1=0(0%)
2=14(87,5%)
1=2(12,5%)
2=16(100%)
1=0(0%)
Lampiran 3. Skor Tingkat Partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi di Desa M
accini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gow
a, 2017
PERTANYAAN
ANG
KET
Responden1
23
45
67
89
10Total
12
22
22
22
22
220
Tinggi
22
21
11
12
22
216
Rendah
32
22
11
22
22
218
Rendah
42
12
12
22
22
218
Rendah
52
22
12
22
22
219
Tinggi
62
22
22
12
22
219
Tinggi
72
22
22
22
22
220
Tinggi
82
22
22
22
22
220
Tinggi
92
22
22
12
22
219
Tinggi
102
22
22
12
22
219
Tinggi
111
21
12
22
22
217
Rendah
122
22
12
22
22
219
Tinggi
131
21
11
12
22
215
Rendah
142
22
11
12
22
217
Rendah
151
21
11
12
22
215
Rendah
162
22
22
22
22
220
Tinggi
2931
2823
2725
3232
3232
291T = 9
(56,25%)
1,811,94
1,751,44
1,691,56
22
22
18,19R = 7
(43,75%)
Keterangan:2= Aktif1=Tidak Aktif
2=13(81,25%)
1=3(18,75)%2=15(93,75%
)1=1(6,25%
)2=12(75%
)1=4(25%
)2=7(43,75%
)1=9(56,25%
)2=11(68,75%
)1=5(31,25%
)2=9(56,25%
)1=7(43,75%
)2=16(100%
)1=0(0%
)2=16(100%
)1=0(0%
)2=16(100%
)1=0(0%
)2=16(100%
)1=0(0%
)
Lampiran 4. SkorTingkat Partisipasi petani dalam
pemeliharaan saluran irigasi di Kelurahan Bontonom
po, Kecamatan Bontonom
p, Kabupaten Gowa, 2017
PERTANYAAN
ANG
KET
Responden1
23
45
67
89
10Total
12
22
22
21
22
219
Tinggi
22
22
22
22
22
220
Tinggi
32
22
22
22
22
220
Tinggi
42
21
12
22
22
218
Rendah
52
22
22
22
22
220
Tinggi
62
21
12
21
22
217
Rendah
72
22
22
21
22
219
Tinggi
82
22
22
21
22
219
Tinggi
92
22
22
21
22
219
Tinggi
102
21
12
21
22
217
Rendah
112
21
11
22
22
217
Rendah
122
22
12
22
22
219
Tinggi
132
21
22
12
22
218
Rendah
142
21
22
22
21
218
Rendah
152
22
22
22
22
220
Tinggi
162
22
22
12
11
217
Rendah
3232
2627
3130
2631
3032
297T = 9(56,25%
)
22
1,621,69
1,941,87
1,621,94
1,872
18,56R = 7(43,75%
)
Keterangan:2= Aktif1=Tidak Aktif
2=16(100%)
1=0(0%)
2=16(100%)
1=0(0%)
2=10(62,5%)
1= 6 (37,5%)
2=11(68,75%)
1=5(31,25%)
2=15(93,75%)
1=1(6,25%)
2=14(87,5%)
1=2(12,5%)
2=10(62,5%)
1=6(37,5%)
2=15(93,75%)
1=1(6,25%)
2=14(87,5%)
1=2(12,5%)
2=16(100%)
1=0(0%)
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Tabel Frekuensi Umur, Pendidikan, Tanggngan, LuasLahan, Jarak Tenpat Tinggal, Letak Sawah Dan Waktu Tempuh di DesaBontoramba, Kecamatan Pallangga, kabupaten Gowa
FrequenciesStatistics
umur
pendidika
nterakhir
jumlahtanggu
ngankeluarga luaslahan
jaraktempa
ttinggal letaksawah waktutempuh
N Valid 16 16 16 16 16 16 16
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,50 2,00 3,00 1,44 1,25 1,25 1,69
Std. Deviation ,516 ,894 1,317 ,512 ,447 ,447 ,602
Frequency Tableumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 25-45 8 50,0 50,0 50,0
46-65 8 50,0 50,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
pendidikanterakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 6 37,5 37,5 37,5
SMP 4 25,0 25,0 62,5
SMA 6 37,5 37,5 100,0
Total 16 100,0 100,0
jumlahtanggungankeluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 18,8 18,8 18,8
2 2 12,5 12,5 31,3
3 5 31,3 31,3 62,5
4 4 25,0 25,0 87,5
5 2 12,5 12,5 100,0
Total 16 100,0 100,0
luaslahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ≤0,5Ha 9 56,3 56,3 56,3
>0,5Ha 7 43,8 43,8 100,0
Total 16 100,0 100,0
jaraktempattinggal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ˂500m 12 75,0 75,0 75,0
≥500m 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
letaksawah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0-500m 12 75,0 75,0 75,0
501-1000m 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
waktutempuh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-10 6 37,5 37,5 37,5
11-20 9 56,3 56,3 93,8
21-30 1 6,3 6,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Tabel Frekuensi Umur, Pendidikan, Tanggngan, LuasLahan, Jarak Tenpat Tinggal, Letak Sawah Dan Waktu Tempuh di DesaMaccini Baji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa
FrequenciesStatistics
umur
pendidika
nterakhir
jumlahtanggungan
keluarga luaslahan
jaraktempa
ttinggal letaksawah waktutempuh
N Valid 16 16 16 16 16 16 16
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,63 2,38 3,31 1,63 1,44 1,13 1,50
Std. Deviation ,500 ,806 1,138 ,500 ,512 ,500 ,632
Frequency Tableumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 25-45 6 37,5 37,5 37,5
46-65 10 62,5 62,5 100,0
Total 16 100,0 100,0
pendidikanterakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 3 18,8 18,8 18,8
SMP 4 25,0 25,0 43,8
SMA 9 56,3 56,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
jumlahtanggungankeluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 6,3 6,3 6,3
2 2 12,5 12,5 18,8
3 7 43,8 43,8 62,5
4 3 18,8 18,8 81,3
5 3 18,8 18,8 100,0
Total 16 100,0 100,0
luaslahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ≤0,5Ha 6 37,5 37,5 37,5
>0,5Ha 10 62,5 62,5 100,0
Total 16 100,0 100,0
jaraktempattinggal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ˂500m 9 56,3 56,3 56,3
≥500m 7 43,8 43,8 100,0
Total 16 100,0 100,0
letaksawah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-500m 15 93,8 93,8 93,8
≥1000m 1 6,3 6,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
waktutempuh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-10 9 56,3 56,3 56,3
11-20 6 37,5 37,5 93,8
21-30 1 6,3 6,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Tabel Frekuensi Umur, Pendidikan, Tanggngan, LuasLahan, Jarak Tenpat Tinggal, Letak Sawah Dan Waktu Tempuh diKelurahan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa
FrequenciesStatistics
umur
pendidika
nterakhir
jumlahtanggungan
keluarga luaslahan
jaraktempa
ttinggal letaksawah waktutempuh
N Valid 16 16 16 16 16 16 16
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,69 2,69 2,69 1,38 1,25 1,31 1,81
Std. Deviation ,479 ,704 1,078 ,500 ,447 ,479 ,834
Frequency Tableumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 25-45 5 31,3 31,3 31,3
46-65 11 68,8 68,8 100,0
Total 16 100,0 100,0
pendidikanterakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 1 6,3 6,3 6,3
SMP 4 25,0 25,0 31,3
SMA 10 62,5 62,5 93,8
S1 1 6,3 6,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
jumlahtanggungankeluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 2 12,5 12,5 12,5
2 6 37,5 37,5 50,0
3 3 18,8 18,8 68,8
4 5 31,3 31,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
luaslahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ≤0,5Ha 10 62,5 62,5 62,5
>0,5Ha 6 37,5 37,5 100,0
Total 16 100,0 100,0
Jaraktempattinggal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ˂500m 12 75,0 75,0 75,0
≥500m 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
letaksawah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-500m 11 68,8 68,8 68,8
501-1000m 5 31,3 31,3 100,0
Total 16 100,0 100,0
waktutempuh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-10 7 43,8 43,8 43,8
11-20 5 31,3 31,3 75,0
21-30 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
Lampiran 8. Hasil Perhitungan SPSS Antara Umur Dengan TingkatPartisipasi, Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Partisipasi,Tanggungan Keluarga Dengan Tingkat Partisipasi, Luas LahanDengan Tingkat Partisipasi, Jarak Tempat Tinggal Dari IrigasiDengan Tingkat Partisipasi, Letak Sawah Dari Irigasi DenganTingkat Partisipasi Dan Waktu Tempuh Dengan TingkatPartisipasi di desa Bontoramba (P3A Bunga Biraeng),kecamatan Pallangga, kabupaten Gowa
umur * partisipasiCrosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
umur 25-45 Count 3 5 8
% within umur 37,5% 62,5% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 50,0%
% of Total 18,8% 31,2% 50,0%
46-65 Count 1 7 8
% within umur 12,5% 87,5% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 50,0%
% of Total 6,2% 43,8% 50,0%
Total Count 4 12 16
% within umur 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4,667a 4 ,323
Likelihood Ratio 6,225 4 ,183
Linear-by-Linear Association ,000 1 1,000
N of Valid Cases 16
za. 10 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,50.
pendidikanterakhir * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
pendidikanterakhir SD Count 1 5 6
% within pendidikanterakhir 16,6% 83,4% 100,0%
% within partisipasi 50,0% 100,0% 37,5%
% of Total 6,3% 31,2% 37,5%
SMP Count 2 2 4
% within pendidikanterakhir 50,0% 50,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 25,0%
% of Total 12,4% 6,3% 25,0%
SMA Count 1 5 6
% within pendidikanterakhir 16,6% 83,4% 100,0%
% within partisipasi 50,0% 100,0% 37,5%
% of Total 6,3% 31,2% 37,5%
Total Count 4 12 16
% within pendidikanterakhir 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 11,111a 8 ,195
Likelihood Ratio 11,036 8 ,200
Linear-by-Linear Association ,405 1 ,524
N of Valid Cases 16
a. 15 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,25.
jumlahtanggungankeluarga * partisipasiCrosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
jumlahtanggungankeluarga 1 Count 1 2 3
% within
jumlahtanggungankeluarga33,4% 66,6% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 18,8%
% of Total 6,3% 12,5% 18,8%
2 Count 1 1 2
% within
jumlahtanggungankeluarga50,0% 50,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 12,5%
% of Total 6,3% 6,2% 12,5%
3 Count 1 4 5
% within
jumlahtanggungankeluarga20,0% 80,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 31,3%
% of Total 6,3% 25,0% 31,3%
4 Count 1 3 4
% within
jumlahtanggungankeluarga25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 25,0%
% of Total 6,3% 18,7% 25,0%
5 Count 0 2 2
% within
jumlahtanggungankeluarga0,0% 100,0% 100,0%
% within partisipasi 0,0% 100,0% 12,5%
% of Total 0,0% 12,5% 12,5%
Total Count 4 12 16
% within
jumlahtanggungankeluarga25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 14,311a 16 ,576
Likelihood Ratio 11,944 16 ,748
Linear-by-Linear
Association2,516 1 ,113
N of Valid Cases 16
a. 25 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,13.
luaslahan * partisipasiCrosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
luaslahan ≤0,5Ha Count 3 6 9
% within luaslahan 33,4% 66,6% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 56,3%
% of Total 18,8% 37,5% 56,3%
>0,5Ha Count 1 6 7
% within luaslahan 14,2% 85,8% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 43,8%
% of Total 6,3% 37,5% 43,8%
Total Count 4 6 16
% within luaslahan 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1,778a 4 ,777
Likelihood Ratio 2,522 4 ,641
Linear-by-Linear Association 1,135 1 ,287
N of Valid Cases 16
a. 10 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,44.
jaraktempattinggal * partisipasi
Crosstab
partisipasi
TotalRendah Tinggi
jaraktempattinggal ˂500m Count 3 9 12
% within jaraktempattinggal 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0%
56,2%
75,0%
% of Total 18,8% 75,0%
≥500m Count 1 3 4
% within jaraktempattinggal 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 25,0%
% of Total 6,2% 18,8% 25,0%
Total Count 4 12 16
% within jaraktempattinggal 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5,333a 4 ,255
Likelihood Ratio 6,904 4 ,141
Linear-by-Linear Association ,045 1 ,832
N of Valid Cases 16
a. 10 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,25.
letaksawah * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
letaksawah 0-500m Count 3 9 12
% within letaksawah 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 75,0%
% of Total 18,8% 56,2% 75,0%
501-
1000
Count 1 3 4
% within letaksawah 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 25,0%
% of Total 6,2% 12,5% 25,0%
Total Count 4 12 16
% within letaksawah 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4,444a 4 ,349
Likelihood Ratio 4,950 4 ,292
Linear-by-Linear Association ,405 1 ,524
N of Valid Cases 16
a. 10 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,25.
waktutempuh * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
waktutempuh 0-10 Count 1 5 6
% within waktutempuh 16,7% 83,3% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 37,5%
% of Total 6,2% 31,3% 37,5%
11-20 Count 2 7 9
% within waktutempuh 22,2% 77,8% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 56,3%
% of Total 12,5% 43,8% 56,3%
21-30 Count 1 0 1
% within waktutempuh 100,0% 0,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 0,0% 6,3%
% of Total 6,3% 0,0% 6,3%
Total Count 4 12 16
% within waktutempuh 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 17,185a 8 ,028
Likelihood Ratio 8,943 8 ,347
Linear-by-Linear Association 1,306 1 ,253
N of Valid Cases 16
a. 15 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,06.
Lampiran 9 Hasil Perhitungan SPSS Antara Umur Dengan TingkatPartisipasi, Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Partisipasi,Tanggungan Keluarga Dengan Tingkat Partisipasi, Luas LahanDengan Tingkat Partisipasi, Jarak Tempat Tinggal Dari IrigasiDengan Tingkat Partisipasi, Letak Sawah Dari Irigasi DenganTingkat Partisipasi Dan Waktu Tempuh Dengan TingkatPartisipasi di Desa Maccini Baji (P3A Abulosibatang),Kecamatan Bajeng. Kabupaten Gowa.
umur * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
umur 25-45 Count 3 3 6
% within umur 50,0% 50,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 37,5%
% of Total 18,8% 18,8% 37,5%
46-65 Count 4 6 10
% within umur 40,0% 60,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 62,5%
% of Total 25,0% 37,5% 62,5%
Total Count 7 9 16
% within umur 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5,547a 5 ,353
Likelihood Ratio 7,169 5 ,208
Linear-by-Linear Association ,316 1 ,574
N of Valid Cases 16
a. 12 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,38.
pendidikanterakhir * partisipasi
Crosstab
partisipasi
TotalRendah Tinggi
pendidikanterakhir SD Count 1 2 3
% within pendidikanterakhir 33,3% 66,7% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 18,8%
% of Total 6,3% 12,5% 18,8%
SMP Count 2 2 4
% within pendidikanterakhir 50,0% 50,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 25,0%
% of Total 12,5% 12,5% 25,0%
SMA Count 4 5 9
% within pendidikanterakhir 44,5% 55,5% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 56,3%
% of Total 25,0% 31,3% 56,3%
Total Count 7 9 16
% within pendidikanterakhir 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 15,933a 10 ,102
Likelihood Ratio 16,443 10 ,088
Linear-by-Linear Association ,044 1 ,834
N of Valid Cases 16
a. 18 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,19.
jumlahtanggungankeluarga * partisipasiCrosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
jumlahtanggungankeluarga 1 Count 0 1 1
% within
jumlahtanggungankeluarga0,0% 100,0% 100,0%
% within partisipasi 0,0% 100,0% 6,3%
% of Total 0,0% 6,3% 6,3%
2 Count 0 2 2
% within
jumlahtanggungankeluarga0,0% 100,0% 100,0%
% within partisipasi 0,0% 100,0% 12,5%
% of Total 0,0% 12,5% 12,5%
3 Count 2 5 7
% within
jumlahtanggungankeluarga28,5% 71,5% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 43,8%
% of Total 12,5% 31,3% 43,8%
4 Count 3 0 3
% within
jumlahtanggungankeluarga100,0% 0,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 0,0% 18,8%
% of Total 18,8% 0,0% 18,8%
5 Count 2 1 3
% within
jumlahtanggungankeluarga66,6% 33,4% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 25,0% 18,8%
% of Total 12,5% 6,3% 18,8%
Total Count 7 9 16
% within
jumlahtanggungankeluarga43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 20,629a 20 ,419
Likelihood Ratio 22,159 20 ,332
Linear-by-Linear Association 2,907 1 ,088
N of Valid Cases 16
a. 30 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,06.
luaslahan * partisipasiCrosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
luaslahan ≤0,5Ha Count 4 2 6
% within luaslahan 66,7% 33,3% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 37,5%
% of Total 25,0% 12,5% 37,5%
>0,5Ha Count 3 7 10
% within luaslahan 30,0% 70,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 62,5%
% of Total 18,9% 43,8% 62,5%
Total Count 7 9 16
% within luaslahan 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5,120a 5 ,401
Likelihood Ratio 6,122 5 ,295
Linear-by-Linear Association 2,364 1 ,124
N of Valid Cases 16
a. 12 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,38.
jaraktempattinggal * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
jaraktempattinggal ˂500m Count 3 6 9
% within jaraktempattinggal 33,3% 66,7% 100,0%
% within partisipasi 60,0% 100,0% 56,3%
% of Total 18,8% 37,5% 56,3%
≥500m Count 4 3 7
% within jaraktempattinggal 57,2% 42,8% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 43,8%
% of Total 25,0% 18,8% 43,8%
Total Count 7 9 16
% within jaraktempattinggal 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4,013a 5 ,548
Likelihood Ratio 5,156 5 ,397
Linear-by-Linear Association ,148 1 ,701
N of Valid Cases 16
a. 12 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,44.
letaksawah * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
letaksawah 0-500 Count 7 8 15
% within letaksawah 46,7% 53,3% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 93,8%
% of Total 43,8% 50,0% 93,8%
≥1000 Count 0 1 1
% within letaksawah 0,0% 100,0% 100,0%
% within partisipasi 0,0% 100,0% 6,3%
% of Total 0,0% 6,3% 6,3%
Total Count 7 9 16
% within letaksawah 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3,200a 5 ,669
Likelihood Ratio 2,983 5 ,703
Linear-by-Linear Association 1,183 1 ,277
N of Valid Cases 16
a. 12 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,06.
waktutempuh * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
waktutempuh 0-10 Count 5 4 9
% within waktutempuh 55,6% 44,4% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 56,3%
% of Total 31,3% 25,0% 56,3%
11-20 Count 2 4 6
% within waktutempuh 33,4% 66,6% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 37,5%
% of Total 12,5% 25,0% 37,5%
21-30 Count 0 1 1
% within waktutempuh 0,0% 100,0% 100,0%
% within partisipasi 0,0% 100,0% 6,3%
% of Total 0,0% 6,3% 6,3%
Total Count 7 9 16
% within waktutempuh 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8,667a 10 ,564
Likelihood Ratio 9,851 10 ,454
Linear-by-Linear Association 1,139 1 ,286
N of Valid Cases 16
a. 18 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,06.
Lampiran 10 Hasil Perhitungan SPSS Antara Umur Dengan TingkatPartisipasi, Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Partisipasi,Tanggungan Keluarga Dengan Tingkat Partisipasi, Luas LahanDengan Tingkat Partisipasi, Jarak Tempat Tinggal Dari IrigasiDengan Tingkat Partisipasi, Letak Sawah Dari Irigasi DenganTingkat Partisipasi Dan Waktu Tempuh Dengan TingkatPartisipasi di Kelurahan Bontonompo (P3A Julu Kanaya),kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.
umur * partisipasiCrosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
umur 25-45 Count 3 2 5
% within umur 60,0% 40,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 31,3%
% of Total 18,8% 12,5% 31,3%
46-65 Count 4 7 11
% within umur 36,4% 63,6% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 68,8%
% of Total 25,0% 43,8% 68,8%
Total Count 7 9 16
% within umur 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1,028a 3 ,795
Likelihood Ratio 1,008 3 ,799
Linear-by-Linear Association ,719 1 ,396
N of Valid Cases 16
a. 8 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,94.
pendidikanterakhir * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
Pendidikanterakhir SD Count 1 0 1
% within pendidikanterakhir 100,0% 0,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 0,0% 6,3%
% of Total 6,3% 0,0% 6,3%
SMP Count 1 3 4
% within pendidikanterakhir 25,0% 75,0% 100,0%
% within partisipasi 100,3% 100,0% 25,0%
% of Total 6,3% 18,7% 25,0%
SMA Count 5 5 10
% within pendidikanterakhir 50,0% 50,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 62,5%
% of Total 31,2% 6,3% 62,5%
S1 Count 0 1 1
% within pendidikanterakhir 0,0% 100,0% 100,0%
% within partisipasi 0,0% 100,0% 6,3%
% of Total 0,0% 6,3% 6,3%
Total Count 7 9 16
% within pendidikanterakhir 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 12,787a 9 ,172
Likelihood Ratio 13,760 9 ,131
Linear-by-Linear Association ,004 1 ,952
N of Valid Cases 16
a. 16 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,19.
jumlahtanggungankeluarga * partisipasi
Crosstab
partisipasi
TotalRendah Tinggi
jumlahtanggungankeluarga 1 Count 2 0 2
% within
jumlahtanggungankeluarga100,0% 0,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 0,0% 12,5%
% of Total 12,5% 0,0% 12,5%
2 Count 3 3 6
% within
jumlahtanggungankeluarga50,0% 50,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 37,5%
% of Total 18,8% 18,8% 37,5%
3 Count 0 3 3
% within
jumlahtanggungankeluarga0,0% 100,0% 100,0%
% within partisipasi 0,0% 100,0% 18,8%
% of Total 0,0% 18,8% 18,8%
4 Count 2 3 5
% within
jumlahtanggungankeluarga40,0% 60,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 31,3%
% of Total 12,5% 18,8% 31,3%
Total Count 7 9 16
% within
jumlahtanggungankeluarga43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 18,782a 9 ,027
Likelihood Ratio 21,170 9 ,012
Linear-by-Linear Association 2,002 1 ,157
N of Valid Cases 16
a. 16 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,38.
luaslahan * partisipasiCrosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
luaslahan ≤0,5Ha Count 3 7 10
% within luaslahan 30,0% 70,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 62,5%
% of Total 18,8% 43,2% 62,5%
>0,5 Count 4 2 6
% within luaslahan 66,7% 33,3% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 37,5%
% of Total 25,0% 12,5% 37,5%
Total Count 7 9 16
% within luaslahan 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 7,680a 3 ,053
Likelihood Ratio 9,941 3 ,019
Linear-by-Linear Association 1,132 1 ,287
N of Valid Cases 16
a. 8 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,13.
jaraktempattinggal * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
Jaraktempattinggal ˂500m Count 5 7 12
% within jaraktempattinggal 41,7% 58,3% 100,0%
% within partisipasi 100,7% 100,0% 75,0%
% of Total 31,2% 43,8% 75,0%
≥500m Count 2 2 4
% within jaraktempattinggal 50,0% 50,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 25,0%
% of Total 12,6% 12,6% 25,0%
Total Count 7 9 16
% within jaraktempattinggal 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,178a 3 ,981
Likelihood Ratio ,174 3 ,982
Linear-by-Linear Association ,016 1 ,900
N of Valid Cases 16
a. 8 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,75.
letaksawah * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
letaksawah 0-500 Count 5 6 11
% within letaksawah 45,4% 54,6% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 68,8%
% of Total 31,3% 37,5% 68,8%
501-
1000
Count 2 3 5
% within letaksawah 40,0% 60,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 31,3%
% of Total 12,5% 18,8% 31,3%
Total Count 7 9 16
% within letaksawah 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1,028a 3 ,795
Likelihood Ratio 1,008 3 ,799
Linear-by-Linear Association ,309 1 ,579
N of Valid Cases 16
a. 8 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,94.
waktutempuh * partisipasi
Crosstab
Partisipasi
TotalRendah Tinggi
Waktutempuh 0-10 Count 3 4 7
% within waktutempuh 42,8% 57,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 43,8%
% of Total 18,8% 25,0% 43,8%
11-20 Count 2 3 5
% within waktutempuh 40,0% 60,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 31,3%
% of Total 12,5% 18,8% 31,3%
21-30 Count 2 2 4
% within waktutempuh 50,0% 50,0% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 25,0%
% of Total 12,6% 12,6% 25,0%
Total Count 7 9 16
% within waktutempuh 43,8% 56,2% 100,0%
% within partisipasi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 43,8% 56,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1,573a 6 ,954
Likelihood Ratio 1,565 6 ,955
Linear-by-Linear Association ,034 1 ,854
N of Valid Cases 16
a. 12 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,75.
Lampiran 11.H
asilperhitungan SP
SS
Koefisien
Kontingensi( C
) Desa
Bontoram
ba, Kecam
atanP
allangga, Kabupaten
Gow
aC
orrelations
umur
pendidikan
jumlahtanggungan
keluargaluaslahan
jaraktempatt
inggalletaksaw
ahw
aktutempuh
Partisipasi
Um
urP
earsonC
orrelation1
,144-,098
,378,000
-,289-,322
,000
Sig. (2-tailed)
,594,718
,1491,000
,278,224
1,000
N16
1616
1616
1616
16
Pendidikan
Pearson C
orrelation,144
1,226
,145,000
-,167,124
,164
Sig. (2-tailed)
,594,399
,5911,000
,537,648
,543
N16
1616
1616
1616
16
jumlahtanggungankeluarga
Pearson C
orrelation-,098
,2261
,296-,113
-,453-,252
,410
Sig. (2-tailed)
,718,399
,265,676
,078,346
,115
N16
1616
1616
1616
16
LuaslahanP
earson Correlation
,378,145
,2961
,073-,509
*-,176
,275
Sig. (2-tailed)
,149,591
,265,789
,044,515
,303
N16
1616
1616
1616
16
Jaraktempattinggal
Pearson C
orrelation,000
,000-,113
,0731
,000,062
-,055
Sig. (2-tailed)
1,0001,000
,676,789
1,000,820
,840
N16
1616
1616
1616
16
Letaksawah
Pearson C
orrelation-,289
-,167-,453
-,509*
,0001
,309-,164
Sig. (2-tailed)
,278,537
,078,044
1,000,243
,543
N16
1616
1616
1616
16
Waktutem
puhP
earson Correlation
-,322,124
-,252-,176
,062,309
1-,295
Sig.(2-tailed)
,224,648
,346,515
,820,243
,267
N16
1616
1616
1616
16
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 12. H
asil perhitungan SP
SS
Koefisien K
ontingensi ( C ) D
esaM
accini Baji, K
ecamatan
Bajeng, K
abupaten Gow
aC
orrelations
umur
pendidikan
jumlahtanggunga
nkeluargaluaslahan
jaraktempa
ttinggalletaksaw
ahw
aktutempuh
partisipasi
umur
Pearson
Correlation
1,041
,102-,333
-,358,200
,000-,145
Sig. (2-tailed)
,879,706
,207,174
,4581,000
,591
N16
1616
1616
1616
16
pendidikanP
earson Correlation
,0411
,227-,124
-,101,207
-,392-,054
Sig. (2-tailed)
,879,398
,647,710
,442,133
,842
N16
1616
1616
1616
16
jumlahtanggungankeluarga
Pearson C
orrelation,102
,2271
-,249,321
,395-,231
-,440
Sig. (2-tailed)
,706,398
,353,225
,130,388
,088
N16
1616
1616
1616
16
luaslahanP
earson Correlation
-,333-,124
-,2491
-,098,200
,211,397
Sig. (2-tailed)
,207,647
,353,719
,458,433
,128
N16
1616
1616
1616
16
jaraktempattinggal
Pearson C
orrelation-,358
-,101,321
-,0981
-,228-,103
-,099
Sig. (2-tailed)
,174,710
,225,719
,396,705
,715
N16
1616
1616
1616
16
letaksawah
Pearson C
orrelation,200
,207,395
,200-,228
1,211
,281
Sig. (2-tailed)
,458,442
,130,458
,396,433
,292
N16
1616
1616
1616
16
waktutem
puhP
earson Correlation
,000-,392
-,231,211
-,103,211
1,276
Sig. (2-tailed)
1,000,133
,388,433
,705,433
,302
N16
1616
1616
1616
16
Lampiran 13. H
asil perhitungan SP
SS
Koefisien K
ontingensi ( C )K
elurahan Bontonom
po, Kecam
atanB
ontonompo, K
abupaten Gow
aC
orrelations
umur
pendidikan
jumlahtanggunga
nkeluargaluaslahan
jaraktempa
ttinggalletaksaw
ahw
aktutempuh
partisipasi
umur
Pearson C
orrelation1
-,111,057
-,035,078
,164,010
,219
Sig. (2-tailed)
,682,835
,898,774
,545,969
,415
N16
1616
1616
1616
16
pendidikanP
earson Correlation
-,1111
,653**
,355,053
-,680**
-,447-,015
Sig. (2-tailed)
,682,006
,177,846
,004,083
,955
N16
1616
1616
1616
16
jumlahtanggungankeluarga
Pearson C
orrelation,057
,653**
1,356
,035-,444
-,366,365
Sig. (2-tailed)
,835,006
,177,899
,085,163
,164
N16
1616
1616
1616
16
luaslahanP
earson Correlation
-,035,355
,3561
,149-,244
,020-,275
Sig. (2-tailed)
,898,177
,177,582
,363,941
,303
N16
1616
1616
1616
16
jaraktempattinggal
Pearson C
orrelation,078
,053,035
,1491
-,078,313
-,032
Sig. (2-tailed)
,774,846
,899,582
,774,238
,905
N16
1616
1616
1616
16
letaksawah
Pearson C
orrelation,164
-,680**
-,444-,244
-,0781
,323,143
Sig. (2-tailed)
,545,004
,085,363
,774,222
,596
N16
1616
1616
1616
16
waktutem
puhP
earson Correlation
,010-,447
-,366,020
,313,323
1,048
Sig.(2-tailed)
,969,083
,163,941
,238,222
,861
N16
1616
1616
1616
16
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 14. Tabel Frekuensi Pem
eliharaan Saluran Irigasi (Tahunan) di desa Bontoramba, kecam
atan Pallangga, kabupaten Gowa,2017.
FREKUEN
SI PEMELIHARAAN
SALURAN
IRIGASI(TAHUN
AN)
RESPON
DEN1
23
45
67
13
33
31
12
23
33
32
22
32
22
21
22
43
33
31
12
53
23
13
22
63
33
33
32
73
22
23
30
83
33
23
32
90
00
03
30
103
33
33
32
113
22
10
02
123
10
00
12
132
21
11
02
143
23
10
02
152
20
00
01
162
11
11
11
Lampiran 15, Tabel frekuensi pem
eliharaan saluran irigasi (Tahunan) di desa Maccini Baji, kecam
atan Bajeng, Kabupaten Gowa, 2017.
FREKUEN
SI PEMELIHARAAN
SALURAN
IRIGASI(TAHUN
AN)
Responden1
23
45
67
11
33
31
12
21
10
00
02
31
11
00
10
41
21
01
12
51
31
01
12
61
21
11
02
71
21
11
11
81
33
21
12
91
21
01
02
101
22
11
02
110
10
01
12
121
21
01
12
130
10
00
01
141
11
00
01
150
00
00
01
161
20
11
01
Lampiran 16. Tabel frekuensi pem
eliharaan saluran irigasi (Tahunan) di kelurahan Bontonompo, kecam
atan Bontonompo, Kabupaten
Gowa, 2017.
FREKUEN
SI PEMELIHARAAN
SALURAN
IRIGASI(TAHUN
AN)
Responden1
23
45
67
12
22
22
22
22
22
22
22
32
21
22
22
42
31
12
22
52
22
22
22
62
21
12
21
72
22
22
21
82
22
22
21
92
22
22
21
102
21
12
21
112
20
01
12
122
12
01
12
131
11
11
01
142
22
11
12
151
21
10
02
161
11
00
02