tinea pedis
DESCRIPTION
TINEATRANSCRIPT
TINEA PEDIS
I. PENDAHULUAN
Tinea pedis atau sering disebut athelete foot adalah infeksi jamur yang paling
sering terjadi pada sela jari dan telapak kaki. Penggunaan istilah athlete foot
digunakan untuk menunjukan bentuk jari kaki yang seperti terbelah.1,2,3 Jamur dapat
bertumbuh jika ada faktor kelembaban. Sedangkan jari-jari kaki sangat mudah
terkena infeksi jamur dikarenakan kaki lebih mudah berkeringat, dan memakai sepatu
tertutup dalam keseharian, serta kaus kaki yang kurang dijaga kebersihannya. 1,2,4
II. EPIDEMIOLOGI
Tinea pedis terdapat di seluruh dunia sebagai dermatofitosis yang paling
sering terjadi. Prevalensi keseluruhan dalam masyarakat dan mencakup semua
kelompok usia namun dari survei menunjukkan bahwa di negara maju sebanyak 10 %
dari total populasi memiliki infeksi dermatofit pada jari kaki. Laki-laki dewasa
memiliki risiko 20 % terkena tinea pedis , sementara di kalangan perempuan hanya 5
% cenderung menjadi infeksi kronis . Kondisi ini lebih umum pada orang dewasa
daripada anak-anak.2
Kejadiaan tinea pedis lebih tinggi diantara penduduk yang menggunakan
tempat-tempat umum seperti kamar mandi, pancuran atau kolam renang.4
III. ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS
Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum(umumnya), Trichophyton
mentagrophytes, Epidermophyton floccosum. T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi
yang hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada
kaki; T. mentagrophyte seringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih
meradang sedangkan E. floccosum bisa menyebabkan salah satu diantara dua pola lesi
diatas. Namun, penyebab utama dari setiap pasien rumit dengan adanya jamur
saprofit, ragi dan bakteri. Telah di observasi bahwa 9% dari kasus tinea pedis
diakibatkan oleh agen infeksi selain dermatofit. karakteristik dari T.rubrum
1
menghasilkan jenis yang relatif tidak ada peradangan dari dermatofitosis dengan
eritema kusam dan sisik keperakan yang melibatkan seluruh telapak kaki dan sisi kaki
menampilkan moccasin. Erosi juga terbatas pada infeksi jamur pada jari kaki atau
bawah jari kaki, kadang-kadang bersisik dan meluas sampai pada badan, gluteus, dan
extremiti. Individu dengan imun yang rendah mudah terkena infeksi, HIV/AIDS,
transplantasi organ, kemoterapi, steroid dan nutrisi parenteral diakui dapat
menurunkan resistansi pasien terhadap infeksi dermatofitosis. Kondisi seperti umur,
obesitas, diabetes melitus juga mempunyai dampak negatife terhadap kesehatan
pasien secara keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan
terjadinya tinea pedis. Diabetes melitus itu sendiri dikategorikan sebagai penyebab
infeksi, pasien dengan penyakit ini 50% akan terkena infeksi jamur. Secara histologi,
hiperkeratotis tinea pedis memiliki karakteristi berupa akantosis, hiperkeratosis, dan
infiltrasi perivaskular yag dangkal, kronik dan dapat menyebar pada dermis. Bentuk
vesicle-bula menampilkan spongiosis, parakeratosis, dan subkornea atau spongiosis
intraepitel vesiculasi dengan kedua tipe, foci dari neutrofil biasanya dapat dilihat pada
daerah stratum kornea. PAS atau pewarnaan silver methenamine menampilkan
organisme jamur.2,4,5,6
Gambar 1. Tipe kering dari infeksi T. Rubrum
IV. GEJALA KLINIS
2
Ada 4 jenis tinea pedis interdigitalis, moccasin, tipe akut ulserasi dan tipe
vesiculbulosa semua dengan karakteristik kulit masing-masing.
1. Interdigitalis[1,6,7]
- Diantara jari 4 dan 5 terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis.
- Dapat meluas ke bawah jari(subdigital) dan ke sela jari yang lain.
- Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh. Dapat
disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis,
limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas.
Gambar 2. Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapatopaque putih dan
beberapa erosi
3
Gambar 3. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki.
2. Moccasin foot[1, 7,8]
- Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit
menebal dan bersisik halus dan seperti bedak
- Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi
- Tepi lesi dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikel
Gambar 4. Tinea pedis. Terdapat distribusi tipe moccasin. Bentuk arciform
dari sisik yang merupakan karakteristik
Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang biasanya resisten terhadap pengobatan.9
3. Vesiculo bulosa[3,5]
- Diakibatkan karena T.mentagrophytes
- Diameter vesikel lebih besar dari 3mm
- Jarang pada anak-anak, tapi etiology yang sering terjadi pada anak-anak
adalah T.rubrum
- Vesikel pustul atau bula pada kulit tipis ditelapak kaki dan area periplantar
4
Gambar 5. Tinea pedis tipe bulosa. Vesicle pecah, bula, eritema, dan erosi pada
bagian belakang dari ibu jari kaki.
4. Tipe akut ulserasi[4,5,10]
- Mempengaruhi telapak kaki dan terkait dengan maserasi, penggundulan kulit
- Ko infeksi bakterial ganas biasanya dari garam negative kombinasi dengan
T.mentagrophytes menghasilkan vesikel pustule dan ulcer bernanah yang
besar pada permukaan plantar
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis dari tinea pedis biasanya dilakukan secara klinikal dan berdasarkan
examinasi dari daerah yang terinfeksi. Diagnosis yang digunakan biasanya dengan
cara kulit dikerok untuk preparat KOH, biopsi skin, atau kulture dari daerah yang
terinfeksi. [7]
5
1. KOH
Hasil preparat KOH biasanya positive di beberapa kasus dengan maserasi pada
kulit. Pada pemeriksaan mikroskop KOH dapat ditemukan hifa septate atau
bercabang, arthrospore, atau dalam beberapa kasus, sel budding menyediakan
bukti infeksi jamur. [5]
2. Kultur
Kultur dari tinea pedis yang dicurigai dilakukan SDA(sabouraud’s dextrose
agar), pH asam dari 5,6 untuk media ini menghambat banyak spesies bakteri dan
dapat dibuat lebih selektif dengan penambahan suplemen kloramfenikol. Ini
dapat selesai 2-4 minggu. Dermatophyte test medium(DTM) digunakan untuk
isolasi selektif dan mengenali jamur dermatofitosis adalah pilihan lain
diagnostik, yang bergantung pada indikasi perubahan warna dari oranye ke
merah untuk menandakan kehadiran dermatofit. [5]
3. Tes PAS
PAS menunjukkan dinding polisakarida-sarat dari organisme jamur yang terkait
dengan kondisi ini dan merupakan salah satu teknik yang paling banyak
digunakan untuk mendeteksi karbohidrat protein terikat (glikoprotein). Tes ini
dilakukan dengan mengekspos jaringan dari berbagai substrat untuk serangkaian
reaksi oksidasi-reduksi, sebagai hasil akhir, elemen positif seperti karbohidrat,
bahan membran basement menjadi permen apel merah(candy apple red). PAS
kontras positif komponen ini tajam terhadap latar belakang biru merah muda.
Tidak seperti kulture pada SDA atau DTM, hasil PAS dapat selesai sekitar 15
menit. PAS juga telah menjadi tes diagnostik yang paling dapat diandalkan untuk
tinea pedis, dengan keberhasilan 98,8% dengan biaya paling efektif.[5]
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas.
Pemeriksaaan laboratorium berupa a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20%
ditemukan hifa yaitu double conture (dua garis lurus sejajar dan transparan), dikotomi
6
(bercabang dua) dan bersepta. Selain itu di dapatkan artrokonidia yaitu deretan spora
di ujung hifa. Hasil KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong.
b) Kultur ditemukan dermatofit.4
VII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding klinis dari erupsi cutaneus kaki seperti kontak dermatitis,
psoriasis, dihydrosis, eczema, dermatitis atopic, keratoderma, liken planus dan
beberapa infeki bacterial seperti C.minutissimum, streptococcal cellulitis dan lain-lain
yang umumnya susah dibedakan dengan tinea pedis.[2, 5]
Diagnosis banding dari tinea pedis dapat di bedakan menjadi
1. Interdigitalis
Diagnosis banding berupa psoriasis, “soft corns”, koinfeksi bakteri, kandidiasis,
erythrasma[4]
2. Tipe Moccasin
Diagnosis banding berupa psoriasis, keturunan atau yang diperoleh keratoderma
pada telapak tangan dan kaki, dyshidrosis[4]
3. Vesicul-bulosa
Diagnosis banding berupa Pustular psoriasis, palmoplantar pustolosis, pyoderma
bakteri[4]
7
VIII. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan tinea pedis didasarkan atas klasifikasi dan
tipenya.Klasifikasi jenis Tinea Pedis dan pengobatannya 9
Tipe Organisme Penyebab
Gejala Klinis Pengobatan
Moccasin Trichophyton rubrum
Epidermophyton floccosum
Scytalidium hyalinum
S. dimidiatum
Hiperkeratosis yang difus, eritema dan retakan pada permukaan telapak kaki; pada umumnya sifatnya kronik dan sulit disembuhkan; berhubungan dengan defisiensi Cell Mediated
Antifungal topikal disertai dengan obat-obatan keratolitik asam salisilat, urea dan asam laktat untuk mengurangi hiperkeratosis; dapat juga ditambahkan dengan obat-
8
Immunity (CMI) obatan oralInterdigital T. mentagrophytes
(var. interdigitale)
T. rubrum
E. floccosum
S. hyalinum
S. dimidiatum
Candida spp.
Tipe yang paling sering; eritema, krusta dan maserasi yang terjadi pada sela-sela jari kaki,
Obat-obatan topikal; bisa juga menggunakan obat-obatan oral dan pemberian antibiotik jika terdapat infeksi bakteri; kronik : ammonium klorida hexahidrate 20 %
Inflamasi / Vesikobulosa
T. mentagrophytes
(var. mentagrophytes)
Vesikel dan bula pada pertengahan kaki; berhubungan dengan reaksi dermatofit
Obat-obatan topikal biasanya cukup pada fase akut, namun apabila dalam keadaan berat maka indikasi pemberian glukokortikoid
Ulseratif T. rubrum
T. mentagrophytes
E. floccosum
Eksaserbasi pada daerah interdigital; Ulserasi dan erosi; biasanya terdapat infeksi sekunder oleh bakteri; biasanya terdapat pada pasien imunokompromais dan pasien diabetes
Obat-obatan topikal; antibiotik digunakan apabila terdapat infeksi sekunder
1. Topikal
Menggunakan topikal agen seperti bedak, krim atau spray. Krim dan spray
lebih berguna daripada bedak. Topikal antifungal seperti Clotrinazole, miconazole,
sulconazole, oxiconazole, ciclopirox, econazole, ketoconazole, naftifine, terbinafine,
flutnmazol, bifonazole, dan butenafine tetapi clotrhnazole, miconazole membutuhkan
waktu 4 minggu dibandingkan jika menggunakan terbinafine yang membutuhkan
waktu 1-2 minggu. Kalau terjadi maserasi diantara jari, pisahkan jari dengan busa
atau gunakan kapas pada malam hari. Aluminium kloride10% atau aluminium acetat
9
juga dapat berguna. Topikal yang berguna untuk organisme gram-negatif adalah
salep antibiotik seperti gentamicin untuk lesi interdigitalis. Keratolitik agen
mengandung salisil acid, resorcinol, lactic acid dan urea berguna di beberapa kasus
walaupun dapat mengakibatkan maserasi.[3,7]
2. Sistemik [3]
- Griseofulvin 500-1000 mglhari. Buat anak-anak 10- 20 mglkglhari.
- Terbinafine 250 mglhari untuk 1-2 minggu
- Itraconazole 200 mg/2 kali sehari untuk 1 minggu. Untuk kasus ringandi
berikan 100mg 2 kali sehari
- Fluconazole 150 mg/minggu untuk 4 minggu
IX. PENCEGAHAN
Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya kebersihan pada
kaki, menjaga kaki tetap kering , membersikan kuku kaki, menggunakan sepatu yang
pas dan kaos kaki kering dan bersih, serta menggunakan sandal pada tempat mandi
umum atau kolam renang dapat mencegah terjadinya tinea pedis.[5,7]
X. PROGNOSIS
Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa minggu
setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut maupun kronik.
Kasus yang lebih berat dapat diobati dengan pengobatan oral. Walaupun dengan
pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan pencegahan maka pasien dapat
terkena reinfeksi.(4)
Daftar pustaka
10
1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5thedition. Jakarta; Fk-UI,2007;p 93
2. Berth-jones J. Rook’s Textbook of Dermatology. Mycology. 8 th edition.1.
Cambridge; Wiley-Balckwell, 2010;p 36.30-36.32
3. James D William, Berger G Timothy, Elston M Dirk. Andrews’ disease of
the skin; Diseases resulting from fungi and yeast . 10th edition. Canada;
Saunders Elsevier, 2008;p 303-305
4. Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. Tinea Pedis. 7th edition.2. New York; McGraw-Hill Medicine
2008; 709-712
5. Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C, Gupta R. Asian journal of
medical science. Tinea Pedis, 2011; p134- 135
6. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Dermatology. Tinea Pedis. Thieme
Clinical Companions, 2006;p109-110
7. Claire J. Carlo, MD, Patricia MacWilliams Bowe, RN, MS. Tinea
Pedis(athelete foot) available at http://www.bhchp.org/BHCHP
%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/TineaPedis.pdf
8. Barankin Banjamin, Freiman Anatoli. Derm Notes. Clinical Dermatology
Pocket Guide. Tinea pedis. Philadelphia; Davis Company 2003; 160-161
9. Habif TP. Clinical Dermatology : a color guide to diagnosis and therapy.
4 th ed. London: Mosby; 2004 p409-416
10. Bolognia JL, Jorizzo L, Rapini RP. Dermatology. Tinea Pedis. 2 nd ed.
British Library; 2008. p19-21
11