tindak tutur direktif dalam novel wigati karya khilma anis

13
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 3, Nomor 1, Mei 2020 E-ISSN 2715-9612 http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ Acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Prosedur di SMA , , Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No. 39 Potrobangsan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia email: [email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi bentuk-bentuk tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis dan memperoleh materi ajar materi ajar kebahasaan teks prosedur dari novel Wigati karya Khilma Anis. Data kebahasaan yang digunakan adalah kata, frasa, kalimat yang mengandung tindak tutur direktif untuk mencapai tujuan tersebut. Data diperoleh dengan menggunakan metode simak dan teknik catat. Selanjutnya, dianalisis dengan metode padan dan teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk Tindak Tutur Direktif (TTD) yang didasarkan pada teori Prayitno. Bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan berupa bentuk direktif perintah meliputi sub-TTD menyuruh, sub-TTD memaksa, sub-TTD menyilakan; bentuk direktif permintaan meliputi sub-TTD meminta dan sub-TTD memohon; bentuk direktif ajakan meliputi sub-TTD mengajak dan sub-TTD membujuk; bentuk direktif nasihat meliputi sub-TTD menasihati dan sub- TTD menyarankan; bentuk direktif kritikan meliputi sub-TTD menegur; serta bentuk direktif larangan meliputi sub-TTD melarang dan sub- TTD mencegah. Adapun materi ajar yang diperoleh dari penelitian ini berupa penyusunan handout yang di dalamnya mencakup materi konseptual dan faktual, kelas XI pada Kompetensi Dasar (KD) 3.2 menganalisis kebahasaan dan struktur teksprosedur. Kata Kunci: tindak tutur direktif, novel Wigati, mateir ajar. Abstract This research is a descriptive qualitative research aimed to obtain descriptions of the forms of directive speech acts on Wigati novel by Khilma Anis and obtain textual language teaching material from Wigati novel by Khilma Anis at Senior High School. The linguistic data used were words, phrases, sentences that contained directive speech acts to achieve these objectives.The data obtaining used the refer method and note technique. Next, it is analyze dusing the matching method and the Determining Element (PUP) technique. The results of this research indicated the forms of directive speech acts based Prayitno's theory. Forms of directive speech acts found were forms directive directives including sub-TTD commands, sub-TTD forces, sub-TTD invites; the forms of request directive including sub-TTD requests (4 data) and sub- TTD asks; the forms of solicitation directives including sub-TTD invites and sub-TTD persuades; forms of advice directive including sub-TTD advises and sub-TTD suggests; forms of criticims directive including sub- TTD reprimands; as well as forms of prohibition directive including sub- TTD prohibits and sub-TTD prevents. The teaching material obtained from the results of this research in the form of the preparation of a handout which included conceptual and factual material class XI in Basic Competencies (KD) 3.2 analyzed the linguistics and structural of procedural text. Keywords: directive speech act, Wigati Novel, teaching material.

Upload: others

Post on 10-Jul-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Volume 3, Nomor 1, Mei 2020 E-ISSN 2715-9612

http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/

Acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar

Kebahasaan Teks Prosedur di SMA

𝐒𝐞𝐩𝐭𝐢𝐧𝐚 𝐓𝐫𝐢 𝐇𝐮𝐰𝐚𝐢𝐝𝐚𝟏, 𝐅𝐫𝐚𝐧𝐬𝐢𝐬𝐜𝐮𝐬 𝐗𝐚𝐯𝐞𝐫𝐢𝐮𝐬 𝐒𝐚𝐦𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝟐, 𝐈𝐦𝐚𝐦 𝐁𝐚𝐢𝐡𝐚𝐪𝐢𝟑 Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No. 39 Potrobangsan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

memperoleh deskripsi bentuk-bentuk tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis dan memperoleh materi ajar materi ajar kebahasaan teks prosedur dari novel Wigati karya Khilma Anis. Data kebahasaan yang digunakan adalah kata, frasa, kalimat yang mengandung tindak tutur direktif untuk mencapai tujuan tersebut. Data diperoleh dengan menggunakan metode simak dan teknik catat. Selanjutnya, dianalisis dengan metode padan dan teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk Tindak Tutur Direktif (TTD) yang didasarkan pada teori Prayitno. Bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan

berupa bentuk direktif perintah meliputi sub-TTD menyuruh, sub-TTD memaksa, sub-TTD menyilakan; bentuk direktif permintaan meliputi sub-TTD meminta dan sub-TTD memohon; bentuk direktif ajakan meliputi sub-TTD mengajak dan sub-TTD membujuk; bentuk direktif nasihat meliputi sub-TTD menasihati dan sub- TTD menyarankan; bentuk direktif kritikan meliputi sub-TTD menegur; serta bentuk direktif larangan meliputi sub-TTD melarang dan sub-TTD mencegah. Adapun materi ajar yang diperoleh dari penelitian ini berupa penyusunan handout yang di dalamnya mencakup materi konseptual dan faktual, kelas XI pada Kompetensi

Dasar (KD) 3.2 menganalisis kebahasaan dan struktur teksprosedur. Kata Kunci: tindak tutur direktif, novel Wigati, mateir ajar.

Abstract This research is a descriptive qualitative research aimed to obtain descriptions of the

forms of directive speech acts on Wigati novel by Khilma Anis and obtain textual language teaching material from Wigati novel by Khilma Anis at Senior High School. The linguistic data used were words, phrases, sentences that contained directive speech acts to achieve these objectives.The data obtaining used the refer method and note technique. Next, it is analyze dusing the matching method and the Determining Element (PUP) technique. The results of this research indicated the forms of directive speech acts based Prayitno's theory. Forms of directive speech acts found were forms directive directives including sub-TTD commands, sub-TTD forces, sub-TTD invites; the forms of request directive including sub-TTD requests (4 data) and sub- TTD asks; the forms of solicitation directives including sub-TTD invites and sub-TTD persuades; forms of advice directive including sub-TTD advises and sub-TTD suggests; forms of criticims directive including sub- TTD reprimands; as well as forms of prohibition directive including sub- TTD prohibits and sub-TTD prevents. The teaching material obtained from the results of this research in the form of the preparation of a handout which included conceptual and factual material class XI in Basic Competencies (KD) 3.2 analyzed the linguistics and structural of procedural text.

Keywords: directive speech act, Wigati Novel, teaching material.

Page 2: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020

78

PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat komunikasi yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. Alat komunikasi tersebut merupakan alat yang digunakan manusia untuk

menyimbolkan atau mewakilkan perasaan dan pikiran agar dapat menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak hanya sekadar penyampaian bahasa melalui kalimat, tetapi juga disertai dengan tindakan atau perilaku yang tidak

dapat dilakukan dengan baik oleh satu pihak saja. Agar komunikasi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya penutur dan mitra tutur. Penutur adalah orang yang menyampaikan maksud atau pesan kepada orang lain (mitra tutur). Mitra tutur adalah

penerima pesan yang disampaikan oleh orang lain(penutur). Pesan yang disampaikan penutur mengandung maksud yang perlu dipahami

oleh mitra tutur. Berkaitan dengan hal tersebut, pragmatik merupakan salah satu

cabang linguistik yang mengkaji makna secara eksternal. Makna tersebut disampaikan penutur dan ditafsirkan mitra tutur. Dalam bidang pragmatik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tuturan, baik arti, informasi, maupun maksud sangat bergantung

pada konteks yang melatarbelakanginya. Konteks pengujaran menjadi pedoman utama dalam analisis pragmatik (Prayitno, 2017:40). Pemahaman tentang konteks dalam percakapan memiliki unsur yang sangat penting supaya tejadi kesepahaman maksud

antara penutur dan mitra tutur. Studi pragmatik lebih banyak membahas maksud penutur melalui tuturannya.

Tindakan manusia ketika mengucapkan ujaran atau tuturan disebut tindak tutur.

Prayitno (2017:49) mengutip pendapat Searle bahwa tindakan yang diwujudkan seorang penutur terdiri atas tiga jenis, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Salah satu tindak tutur yang merupakan usaha penutur supaya mitra tutur melakukan suatu

tindakan disebut Tindak Tutur Direktif (TTD). Tindak tutur tersebut tidak hanya sekadar menginformasikan, tetapi juga Penutur (Pn) menginginkan supaya Mitra tutur (Mt) melakukan sesuatu (Prayitno, 2011:41). Tindak tutur tersebut dapat diwujudkan

dalam bentuk perintah, permintaan, ajakan, nasihat, larangan, dan kritikan. Tindak tutur direktif merupakan tuturan yang unik dikaji karena salah satunya penutur tidak hanya menyampaikan permintaannya dengan tuturan meminta, tetapi juga dapat

melalui tuturan memohon dalam menghendaki sesuatu. Tuturan direktif sering dijumpai penerapannya dalam komunikasi langsung yang dapat dilihat dan didengar dari respons mitra tutur terhadap penutur. Namun, penggunaan tindak bahasa

tersebut tidak hanya dijumpai melalui bahasa lisan, tetapi juga banyak dijumpai melalui bahasa tulis. Salah satu wujud daya imajinasi seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman atau kehidupan lingkungan sekitarnya diistilahkan sebagai karya sastra.

Novel termasuk wacana tulis yang di dalamnya terdapat tuturan antartokoh. Tuturan yang dilakukan para tokoh terwujud dalam sebuah kalimat. Pengarang mengungkapkan tuturan setiap tokoh dalam bentuk dialog yang dapat dianalisis tindak

tuturnya. Percakapan dalam sebuah novel mempunyai konteks sesuai dengan situasi yang terdapat di dalamnya. Percakapan seperti ini dapat dianalisis tindak tutur direktifnya dengan kajian pragmatik. Penulis banyak mengungkapkan jalan cerita

dalam novel melalui dialog sehingga pengkajian pragmatik ini penting untuk dilakukan. Melalui pengkajian pragmatik terutama mengenai tindak tutur yang dilakukan para tokoh dalam novel, pembaca dapat memahami jalan ceitanya dengan baik.

Novel Wigati adalah sebuah novel karya Khilma Anis. Kata Wigati diambil dari nama seorang santri di Pondok Pesantren Darul Islam Kembang Kuning, Prajurit Kulon, Mojokerto. Novel ini mengandung banyak tuturan direktif yang dilakukan para tokoh.

Page 3: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

E-ISSN: 2715-9612

Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA

Huwaida

79

Penggunaan bahasa di dalam novel tersebut mudah dipahami pembaca terutama di

kalangan siswa. Oleh karena itu, tuturan direktif dalam novel Wigati ini dapat dijadikan alternatif materi ajar bagi guru BahasaIndonesia.

Kurikulum 2013 menerapkan prinsip khusus bahwa bahasa merupakan kegiatan

sosial. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk membina dan mengembangkan pengetahuan, sikap berkomunikasi, dan keterampilan yang diperlukan peserta didik dalam menempuh pendidikan. Guru dan peserta didik memerlukan materi ajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran bahasa. Materi ajar

yang harus diajarkan bersifat dinamis yaitu berubah dari waktu ke waktu dan tidak statis seperti tercantum dalam buku-buku teks pelajaran (Gafur, 2012:65). Materi ajar ini digunakan sebagai pedoman bagi guru dan referensi bagi siswa dalam

pembelajaran. Ketika dilaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Magelang, materi ajar yang menjadi pegangan peserta didik kelas XI berupa buku teks Bahasa

Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif materi ajar yang disusun dalam bentuk handout sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan dari buku teks saja, tetapi juga dari sumber lain. Guru juga dapat menjadikan handout ini

sebagai pendamping buku teks Bahasa Indonesia dalam memberikan materi kepada peserta didik. Prastowo (2011:79) menyatakan bahwa handout merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam pemelajaran dengan tujuan untuk

memperlancar, memberikan informasi atau materi ajar sebagai pegangan siswa, serta memperkaya pengetahuansiswa.

Teks prosedur merupakan teks yang mengandung cara melakukan atau

membuat sesuatu hal secara terstruktur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jenis teks ini berisi petunjuk-petunjuk atau tips dalam melakukan sesuatu. Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.2 menganalisis kebahasaan dan struktur teks prosedur, teks

prosedur mengandung unsur-unsur kebahasaan yang perlu diketahui dan dipelajari oleh peserta didik, seperti penggunaan kalimat imperatif, kalimat saran dan larangan, serta kalimat ajakan (bujukan). Rahardi (2005:19) mengutip pernyataan Alisjahbana

bahwa sosok kalimat perintah diartikan sebagai tuturan yang isinya memerintahkan, memaksa, mengajak, menyuruh, dan meminta supaya orang yang diperintah melakukan tindakan sesuai dengan maksud dalam perintah itu. Kalimat perintah

tersebut diistilahkan sebagai tindak tutur direktif dalam tuturan. Dalam sebuah teks prosedur, peserta didik perlu memahami penggunaan bahasanya dengan baik supaya dapat mengetahui maksud penulis (penutur) yang sesuai konteks dalam teks tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, hasil analisis tindak tutur direktif ini bisa dijadikan alternatif materi ajar kebahasaan teks prosedur.

METODE Penelitian berjudul Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Prosedur di SMA merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, wujud datanya berupa kata, frasa, kalimat yang mengandung tindak tutur direktif. Wujud data tersebut tercantum melalui dialog

antartokoh dalam novel Wigati. Sumber data yang digunakan berupa novel Wigati karya Khilma Anis yang diterbitkan oleh Telaga Aksara, Yogyakarta pada tahun 2018. Setiap penelitian memiliki objek yag akan diteliti. Objek penelitian ini berupa tindak

tutur direktif dalam novel Wigati. Penelitian ini didukung dengan metode dan teknik penyediaan data sebagai tahap awal dalam menyediakan dan menganalisis data. Metode yang digunakan berupa metode simak. Metode ini merupakan metode yang

Page 4: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020

80

dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa untuk memperoleh data (Mahsun,

2012:92). Dalam penelitian, penggunaan bahasa yang digunakan bersifat tertulis. Penyimakan bahasa dilakukan dengan cara membaca kembali isi novel Wigati. Teknik yang digunakan dalam menyediakan data berupa teknik catat. Dalam teknik catat ini,

dilakukan dengan cara mencatat data- data yang mengandung tindak tutur direktif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik catat ini, di antaranya membaca, memilih dan menandai data yang mengandung tindak tutur direktif, mencatat data,

mengode data, dan mereduksi data yang telah diperoleh dari novel Wigati. Adapun langkah dalam mereduksi data, yaitu memilih dan memilah data yang menjadi tujuan penelitian. Selanjutnya, membuang data yang tidak perlu untuk mempermudah dalam

pengorganisasian data. Oleh karena itu, dapat diverifikasi mengenai bentuk-bentuk tindak tututr direktif dalam novelWigati.

Setelah data direduksi, langsung dapat dianalisis dengan menggunakan metode

dan teknik analisis data. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan. Metode padan adalah cara menganalisis data dengan alat penentunya berasal dari luar bahasa (Sudaryanto, 2015:15). Teknik analisis data yang digunakan berupa

teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Teknik ini merupakan teknik dasar dalam metode padan. Alat penentunya adalah daya pilah peneliti yang bersifat mental. Daya pilah yang digunakan dalam teknik ini yaitu pilah pragmatis. Melalui daya pilah tersebut dapat diketahui bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang dilakukan para tokoh dalam

novel Wigati. Teknik PUP ini dilakukan dengan cara memilah unsur-usnur penentu. Setelah memperoleh data sesuai tujuan penelitian, ditentukan ciri penanda yang terdapat dalam setiap tuturan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tindak tutur direktif dalam novel Wigati dilakukan oleh beberapa tokoh yang peranan dari setiap tokoh tersebut dapat menjadi penutur dan mitra tutur. Bentuk-

bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan dalam novel tersebut terdiri atas enam bentuk, yaitu (1) tindak tutur direktif perintah meliputi sub-TTD menyuruh, memaksa, dan menyilakan; (2) tindak tutur direktif permintaan meliputi sub-TTD meminta dan

memohon; (3) tindak tutur direktif ajakan meliputi sub-TTD mengajak dan membujuk; (4) tindak tutur direktif nasihat meliputi sub-TTD menasihati dan menyarankan; (5) tindak tutur direktif larangan meliputi sub-TTD melarang dan

mencegah; (6) tindak tutur direktif kritikan meliputi sub-TTD menegur. Dalam penelitian ini, dipaparkan analisis bentuk-bentuk tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis.

1. Bentuk Tindak Tutur Direktif Perintah

Tindak tutur direktif perintah adalah suatu bentuk tindak bahasa yang bermaksud supaya mitra tutur (Mt) melakukan sesuatu sesuai dengan hal yang dituturkan dan diinginkan penutur (Pn). Bentuk TTD perintah yang ditemukan

dalam novel Wigati berupa sub-TTD menyuruh, memaksa, dan menyilakan.

a. Tindak Tutur Direktif Menyuruh

Tindak tutur direktif menyuruh merupakan suatu tindak bahasa yang mengandung unsur mengutus atau menyuruh agar mitra tutur melakukan

sesuatu sebagaimana yang disuruhkan penutur. Tingkat pemaksaan pada tuturan ini lebih rendah daripada tindak tutur direktif memaksa sehingga masih terdapat kadar kesopanannya. Berikut analisis data sub-TTD

Page 5: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

E-ISSN: 2715-9612

Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA

Huwaida

81

menyuruh pada data (1).

(1) Konteks: Jati bermaksud menyuruh Manik untuk istirahat.

"Kamu pucat sekali, Manik. sana istirahat!" (W/211/TTD.P)

Tuturan pada data (1) terjadi ketika Penutur (Pn) dan Mitra tutur (Mt)

berada di rumah Wigati. Pn bernama Jati, sedangkan Mt bernama Manik. Pn melihat wajah pucatnya Mt. Pn bermaksud menyuruh Mt untuk istirahat dengan menuturkan sana istirahat. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif

menyuruh mitra tutur untuk istirahat. Penanda kata istirahat yang diawali sana menunjukkan adanya tuturan dari penutur menyuruh mitra tutur untuk segera istirahat. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud

tuturan. Penutur bermaksud menyuruh mitra tutur untuk istirahat karena terlihat pucat. Jadi, tuturan data (1) yang diawali kata sana pada tuturan sana istirahat merupakan tindak tutur direktif perintah dengan sub-TTDmenyuruh.

a. Tindak Tutur Direktif Memaksa Tindak tutur direktif memaksa merupakan tindak tutur yang bertujuan

untuk menyuruh mitra tutur dengan paksa untuk melakukan sebagaimana yang dikehendaki penutur. Penutur tidak hanya menggunakan verba suruhan saja,

tetapi juga dengan penekanan paksaan terhadap mitra tutur. Penekanan tersebut dapat berwujud melalui kekerasan secara verbal (ucapan). Berikut analisis data sub-TTD memaksa pada data(2).

(2) Konteks: Wigati kesal kepada Manik dan memaksanya diam karena berkataterus-menerus.

Wigati : "Diam kamu, Manik! Ngomong terus dari tadi. Ini

masalahku, aku yang menentukan. Bukan kamu!" (Dia

beranjak setelah mengatakan kalimat itu dengan nadatinggi)

Manik : (Ia melongo dan terdiam)

(W/64/TTD.P) Tuturan pada data (2) terjadi ketika Penutur (Pn) jengkel kepada Mitra

tutur (Mt). Pn bernama Wigati, sedangkan Mt bernama Manik. Mt adalah teman

sebaya Mt di pondok. Pn merasa jengkel dengan Mt yang berbicara terus-menerus sehingga memaksanya supaya tidak berbicara lagi dengan menuturkan diam kamu, Manik!. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur

direktif perintah yang memaksa mitra tutur untuk tidak berbicara. Kata diam dalam tuturan tersebut menunjukkan adanya maksud paksaan dari penutur terhadap mitra tutur untuk tidak berbicara. Tuturan tersebut diikuti dengan

sapaan dan nama diri sebagai penekanan adanya unsur memaksa dari penutur. Selain itu, intonasi suruh mempertegas adanya tuturan memaksa secara keras dari penutur terhadap mitra tutur. Konteks yang melatarbelakangi tuturan

tersebut adalah key, cara penutur dalam menyampaikan ujaran. Penutur menyampaikan ujaran kepada mitra tutur dengan jengkel dan nada keras. Jadi, tuturan data (2) dengan penanda kata diam yang ditekankan dengan sapaan

dan nama diri, serta intonasi suruh merupakan tindak tutur direktif perintah

Page 6: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020

82

dengan sub-TTD memaksa.

b. Tindak Tutur Direktif Menyilakan Tindak tutur direktif menyilakan merupakan suatu tindak tutur yang

bertujuan untuk menyuruh mitra tutur dengan santun sebagaimana yang dikehendaki oleh penutur. Tindak bahasa ini ditandai dengan kata silakan. Berikut analisis data sub-TTD menyilakan pada data (3).

(3) Konteks: Mbak Kib, pengurus keamanan pondok, mempersilakan

Wigati dan Manik untuk kembali ke kamarmasing-masing.

"Silakan kembali ke kamar kalian. Hukuman buat kalian akan kamu umumkan besok di papan aula sebelum subuh." (W/96/TTD.P)

Tuturan pada data (3) terjadi ketika Penutur (Pn) dan Mitra tutur (Mt)

berada di kantor keamanan. Pn bernama mbak Kib, sedangkan mitra tutur adalah Wigati dan Manik. Pn bermaksud mempersilakan Mt untuk kembali ke kamar masing-masing dengan menuturkan silakan kembali ke kamar kalian.

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menyilakan mitra tutur untuk ke kamar masing-masing. Kata silakan menjadi penanda adanya tuturan perintah dengan santun yang berwujud mempersilakan mitra tutur. Konteks

yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud mempersilakan mitra tutur untuk kembali ke kamar masing-masing. Jadi, tuturan data (3) dengan penggunaan kata silakan merupakan tindak tutur

direktif perintah dengan sub-TTD menyilakan.

2. Bentuk Tindak Tutur Direktif Permintaan Tindak tutur direktif permintaan adalah suatu bentuk tindak bahasa yang

bertujuan supaya mitra tutur memberikan sesuatu sebagaimana yang

dituturkan penutur. Bentuk TTD permintaan yang ditemukan dalam novel Wigati berupa sub-TTD meminta danmemohon.

a. Tindak Tutur Direktif Meminta Tindak tutur direktif meminta merupakan tindak bahasa yang dituturkan

penutur kepada Mt dengan maksud supaya diberi sesuatu atau menjadi sebuah

kenyataan sebagaimana yang diminta penutur. Tindak bahasa ini digunakan oleh penutur dan mitra tutur yang memiliki kedekatan akrab. Berikut analisis data sub-TTD meminta pada data(4).

(4) Konteks: Naimah meminta korek api kepada kang pondok di dapur.

Naimah : "Kang..Kang..minta korek dong. Tapiyang

korek jres." KangPondok : "Nggeh, Mbak. Tapi minggir ya! Koreknya aku

talikan kebluluk." (W/22/TTD.Pm)

Tuturan pada data (4) terjadi ketika Penutur (Pn) dan Mitra tutur (Mt) berada di dapur. Pn bernama Naimah, sedangkan Mt adalah Kang Pondok yang selalu

punya korek api. Pn bermaksud meminta korek api kepada Mt dengan menuturkan Kang..Kang... minta korek dong. Tuturan tersebut merupakan

Page 7: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

E-ISSN: 2715-9612

Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA

Huwaida

83

tindak tutur direktif meminta korek api kepada mitra tutur. Penanda yang

menunjukkan adanya tuturan meminta yaitu minta. Kata minta dalam tuturan tersebut berarti meminta kepada mitra tutur supaya diberi korek api. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud tuturan. Penutur

bermaksud meminta korek apik kepada mitra tutur. Jadi, tuturan data (4) dengan penanda kata minta merupakan tindak tutur direktif permintaan dengan sub-TTD meminta.

b. Tindak Tutur Direktif Memohon Tindak tutur direktif memohon merupakan tindak tutur yang dituturkan

penutur untuk meminta dengan hormat/santun kepada mitra tutur supaya mau memenuhi sesuatu sebagaimana yang diinginkannya. Berikut analisis data sub-

TTD memohon pada data(5).

(5) Konteks: Ketika Manik tidak menjawab dengan jujur mengenai Jati.

Mbak Novi membutuhkan jawaban Manik yangsebenarnya.

"Mbak, mohon semua pertanyaan dijawab yang jujur saja. Biar tidak timbul salah paham." (W/115/TTD.Pm)

Tuturan pada data (16) terjadi ketika Penutur (Pn) bertanya mengenai

Kang Jati kepada Mitra tutur (Mt) di ruang keamanan. Pn bernama Novi yang

merupakan pengurus keamanan pondok, sedangkan Mt bernama Manik. Mt bingung dan tidak berani menjawab pertanyaan dari si Pn mengenai Kang Jati. Karena tidak menjawab pertanyaan dari Pn, Pn bermaksud meminta jawaban

yang sebenarnya dengan sopan kepada Mt. Pn menuturkan Mbak, mohon semua pertanyaan dijawab yang jujur saja dengan menatap Mt. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif permintaan berupa memohon mitra

tutur untuk bisa memberikan sebuah jawaban yang sebenarnya. Kata mohon sebagai penanda tuturan memohon dari penutur terhadap

mitra tutur. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud memohon kepada mitra tutur supaya memberikan jawaban yang sebenarnya. Jadi, tuturan data (5) dengan penanda kata mohon merupakan tindak tutur direktif permintaan dengan sub-TTD

memohon.

3. Bentuk Tindak Tutur Direktif Ajakan

Tindak tutur direktif ajakan adalah bentuk tindak bahasa yang di dalamnya penutur melibatkan mitra tutur untuk melakukan secara bersama. Bentuk TTD

ajakan yang ditemukan dalam novel Wigati berupa sub-TTD mengajak dan membujuk.

a. Tindak Tutur Direktif Mengajak Dalam penggunaan tindak bahasa ini, penutur tidak berusaha meyakinkan

mitra tutur untuk melakukan secara bersama dengannya. Berikut analisis data

sub-TTD mengajak pada data (6).

(6) Konteks: Kang Zen mengajak Manik untuk mendorong becak yang

Page 8: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020

84

mundur ditanjakan.

"Tenang Mbak, ayo kita dorong!" (W/82/TTD.A)

Tuturan pada data (6) terjadi ketika Penutur (Pn) dan Mitra tutur (Mt) berada di tanjakan. Pn bernama Zen, sedangkan Mt bernama Manik. Becak Pn mundur di tanjakan dan Mt berada di belakangnya. Oleh sebab itu, Pn

bermaksud mengajak Mt untuk mendorong becak tersebut dengan menuturkan ayo kita dorong!. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif mengajak mitra tutur untuk mendorong becak. Pemarkah yang menunjukkan adanya tuturan ajakan dari penutur terhadap mitra tutur yaitu ayo. Kata ayo menunjukkan adanya tuturan dari penutur untuk mengajak mitra tutur. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah setting, tempat berlangsungnya tuturan. Setting dalam tuturan tersebut di tanjakan yang mengakibatkan becak

penutur mundur. Mitra tutur berada di belakang penutur sehingga mengajak mitra tutur untuk mendorong becak tersebut. Jadi, tuturan data (6) dengan penanda kata ayo merupakan tindak tutur direktif ajakan dengan sub-TTD

mengajak.

b. Tindak Tutur Direktif Membujuk Tindak tutur direktif membujuk merupakan tindak tutur yang mengandung

upaya untuk meyakinkan mitra tutur supaya bersedia melakukan sebagaimana

yang dituturkan penutur. Berikut analisis data sub-TTD membujuk pada data (7).

(7) Konteks: Jati berusaha membujuk Wigati untuk ikut pulang dan menjumpai Kiai Ali,ayahnya.

"Aku tahu betul riwayat kesehatan Abah, Wi. Ini sangat gawat. Selama jadi supirnya, belum pernah Abah gerah sampai gak sadar begini. Ayolah, Wi."(W/215/TTD.A)

Tuturan pada data (7) terjadi ketika Mitra tutur (Mt) dibujuk oleh Penutur (Pn) untuk ikut pulang dan bertemu ayahnya, Kiai Ali. Pn bernama Jati, sedangkan Mt bernama Wigati. Meskipun mengetahui kondisi ayah Mt sakit, Mt tidak mau

pulang untuk menjumpainya. Oleh karena itu, Pn bermaksud membujuk Mt untuk ikut pulang dan menemui ayahnya dengan memberitahukan kondisi ayahnya dan menuturkan ayolah, Wi. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif membujuk dari penutur terhadap mitra tutur untuk mau bertemu

ayahnya. Penanda yang menunjukkan adanya tuturan ajakan yang membujuk dari penutur terhadap mitra tutur yaitu ayo yang ditekankan partikel -lah. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah key, cara penutur dalam

menyampaikan tuturannya. Penutur menyampaikan maksud tuturannya dengan ungkapan bujukan. Jadi, tuturan data (7) dengan penanda ayolah merupakan tindak tutur direktif ajakan dengan sub-TTD membujuk.

4. Bentuk Tindak Tutur Direktif Nasihat Tindak tutur direktif nasihat merupakan bentuk tindak bahasa yang

mengandung hal-hal baik untuk disampaikan kepada mitra tutur. Bentuk TTD nasihat dalam novel Wigati berupa sub-TTD menasihati dan menyarankan.

Page 9: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

E-ISSN: 2715-9612

Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA

Huwaida

85

a. Tindak Tutur Direktif Menasihati Tindak tutur direktif menasihati merupakan tindak tutur dengan tujuan

untuk memberikan nasihat kepada mitra tutur yang berisi pelajaran baik dari penutur. Berikut analisis data sub-TTD menasihati pada data (8).

(8) Konteks: Wigati membenci sosok ayahnya karena pernikahan siri yang terjadi pada masa lalu. Manik menasihatiWigati.

Wigati : "Di dalam hatiku, ayahku sudah lama mati." Manik : "Aku paham hatimu sakit, tapi kamu harus bisa berdamai.

Bagaimanapun dia adalah ayahmu. Dalam darahmu mengalirdarahnya.

(W/62/TTD.N)

Tuturan pada data (8) terjadi ketika Mitra tutur (Mt) berkata kepada

Penutur (Pn) bahwa ayahnya sudah lama mati. Pn bernama Manik, sedangkan

Mt bernama Wigati. Karena mendengar perkataan dari Mt, Pn bermaksud menasihati Mt harus bisa berdamai dengan ayah kandungnya sendiri. Nasihat tersebut diwujudkan oleh Pn dengan menuturkan aku paham hatimu sakit, tapi kamu harus bisa berdamai. Bagaimanapun dia adalah ayahmu. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menasihati dari penutur terhadap mitra tutur yang belum bisa berdamai dengan ayah kandungnya. Pemarkah harus dalam tuturan tersebut menunjukkan sebuah keharusan mitra tutur untuk bisa berdamai dengan ayahnya. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud memberikan nasihat kepada

mitra tutur untuk bisa berdamai dengan ayah kandungnya. Jadi, tuturan data (8) merupakan tindak tutur direktif nasihat dengan sub-TTD menasihati.

b. Tindak Tutur Direktif Menyarankan Tindak tutur direktif menyarankan merupakan tindak tutur yang

mengandung pendapat dan arahan baik dari penutur supaya dapat

dipertimbangkan oleh mitra tutur. Berikut analisis data sub-TTD menyarankan pada data (9).

(9) Konteks: Manik menyarankan kepada Wigati untuk bertemu denganayahnya.

"Menurutku sih kamu harus menemuinya. Umur manusia siapa yang tahu? Nyuwun sewu, kalau misalnya tiba-tiba sakit ayahmu makin parah terus ayahmu meninggal. Apa kamu ngga nyesel?" Tuturan pada data (9)

terjadi ketika Mitra tutur (Mt) tidak mau bertemu dengan Kiai Ali. Penutur (Pn) melihat Mt menangis karena membaca kembali buku harian mama dan eyang putrinya. Pn bermaksud memberikan saran kepada Mt dengan menuturkan

menurutku si kamu harus menemuinya. Umur manusia siapa yang tahu?. Pn menyarankan kepada Mt untuk bertemu dengan ayahnya, Kiai Ali. Unsur menyarankan pada tuturan tersebut ditekankan adanya penanda berupa kata

menurutku. Penutur menyarankan mitra tutur dalam tuturan menurutku si kamu harus menemuinya. Umur manusia siapa yang tahu? supaya dapat

Page 10: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020

86

dipertimbangkan dengan baik. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut

adalah ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud memberikan saran kepada mitra tutur untuk menemui ayah kandungnya. Jadi, tuturan pada data (9) merupakan tindak tutur direktif nasihat dengan sub-TTD menyarankan.

5. Bentuk Tindak Tutur Direktif Larangan Tindak tutur direktif larangan adalah bentuk tindak bahasa yang

mengandung maksud supaya mitra tutur tidak boleh melakukan sesuatu sebagaimana yang dituturkan penutur. Bentuk TTD larangan dalam novel

Wigati berupa sub-TTD melarang dan mencegah.

a. Tindak Tutur Direktif Melarang

Dalam tindak bahasa ini, adanya larangan keras dari penutur terhadap mitra tutur untuk melakukan tindakan. Berikut bentuk sub-TTD melarang pada data (10).

(10) Konteks: Manik memanggil Wigati dengan sebutan Mbak. Wigati melarang Manik untuk memanggil dirinya dengan sebutanitu.

Manik : "Namaku Manik, Mbak. Lintang ManikWoro." Wigati : "Jangan panggil aku Mbak lagi, ya. Panggilaku

Wi." (W/12/TTD.L)

Tuturan pada data (10) terjadi ketika Penutur (Pn) Mitra tutur (Mt) saling

berkenalan. Pn bernama Wigati, sedangkan Mt bernama Manik. Ketika Mt

mengenalkan diri dan memanggil Pn dengan sebutan Mbak, Pn bermaksud melarang Mt untuk memanggil dengan sebutan itu. Mt dilarang Pn dengan tuturan jangan panggil aku Mbak lagi, ya. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif melarang. Penanda yang menunjukkan adanya maksud penutur

melarang mitra tutur yaitu kata jangan. Selain itu, kata ya menghaluskan tuturan larangan tersebut. Oleh karena itu, ke depannya mitra tutur tidak lagi memanggil penutur dengan sebutan mbak lagi. Konteks yang melatarbelakangi

tuturan tersebut adalah participants, pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan. Pihak-pihak tersebut adalah Wigati dan Manik. Kedua partisipan tersebut adalah teman sebaya. Karena Manik memanggil Wigati dengan

sebutan Mbak, Wigati melarangnya untuk tidak lagi menyebut panggilan itu.

Jadi, tuturan data (10) dengan penanda kata jangan yang diperhalus kata ya merupakan tindak tutur direktif larangan dengan sub-TTD melarang.

b. Tindak Tutur Direktif Mencegah Tindak tutur direktif mencegah merupakan tindak tutur yang bertujuan

untuk merintangi, menahan, atau mengusahakan supaya jangan terjadi sesuatu

(tindakan). Berikut analisis data sub-TTD mencegah pada data (11).

(11) Konteks: Manik takut jika tindakan yang melanggar pondok

dilaporkan oleh KangZen.

Page 11: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

E-ISSN: 2715-9612

Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA

Huwaida

87

Kang Zen : "Woo, ya saya harus tetap lapor, Mbak. Itu suah amanah

Romo Kiai. Saya harus lapor kalo melihat santri kemleler dipasar.

Manik : "Jangan dong, Kang. Nanti tak belikan bakso

wis." (W/82/TTD.L) Tuturan pada data (11) terjadi ketika Penutur (Pn) ketahuan Mitra tutur

(Mt) bahwa dirinya keluar pondok tanpa mengenakan almamater dan pergi bersama laki-laki. Tindakan penutur merupakan tindakan yang melanggar peraturan pondok. Pn bernama Manik, sedangkan Mitra tutur bernama Zen. Mt

akan melaporkan tindakan Pn ke bagian keamanan pondok. Pn bermaksud mencegah Mt untuk tidak melaporkan ke bagian keamanan pondok dengan menuturkan jangan dong, Kang. Nanti tak belikan bakso wis. Tuturan tersebut

merupakan tindak tutur direktif mencegah. Pemarkah yang menunjukkan adanya tuturan mencegah dari penutur terhadap mitra tutur yaitu katajangan.

Penanda jangan dalam tuturan tersebut mengandung maksud sebuah larangan yang mencegah mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan. Selain itu, partikel penegas dong menekankan maksud mencegah dari penutur

terhadap mitra tutur. Tuturan pada kalimat nanti tak belikan bakso wis sebagai penekanan dalam upaya penutur untuk mencegah mitra tutur supaya tidak melaporkan ke bagian keamanan. Konteks yang melatarbelakangi tuturan

tersebut adalah key, cara penutur dalam menyampaikan maksudnya. Penutur menyampaikan maksud tuturannya dengan cara mencegah. Jadi, tuturan data (11) dengan penanda kata jangan yang ditekankan partikel penegas dong dan

kalimat nanti tak belikan bakso wis merupakan tindak tutur direktif larangan dengan sub- TTD mencegah.

6. Bentuk Tindak Tutur Direktif Kritikan Bentuk tindak tutur direktif kritikan dalam novel Wigati yang ditemukan

berupa sub-TTD menegur. Dalam tindak bahasa ini, penutur bermaksud

memberikan peringatan/kritikan kepada mitra tutur supaya tidak lagi melakukan hal yang semestinya tidak dilakukan. Berikut analisis data sub- TTD menegur pada data (12).

(12) Konteks: Jati kecewa terhadap Wigati yang perilakunya tidak berbakti

kepada ayahnya. Ia menegur Wigati atas perilakunya "Masya Allah, Wi.

Pikirkan kesehatan Abah. Kamu ini mondok, kau tahu persis

bagaimana mestinya bersikap baik sama orang tua. Apalagi

yang sedang sakit!." (W/216/TTD.K)

Tuturan pada data (12) terjadi ketika Mitra tutur (Mt) tidak peduli dengan keadaan ayahnya yang sedang sakit dan ingin bertemu dengannya. Mt tetap keras kepala tidak mau bertemu dengan Kiai Ali. Pn merasa kecewa terhadap

sikap Mt yang tidak peduli dengan orangtuanya sendiri. Pn bernama Jati, sedangkan Mt bernama Wigati. Pn bermaksud menegur Mt dengan menuturkan kamu ini mondok, kamu tahu persis bagaimana mestinya bersikap baik sama

Page 12: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020

88

orang tua. Tuturan tersebut disampaikan oleh penutur untuk menanggapi sikap

mitra tutur yang tidak berbakti kepada orangtua. Seorang anak seharusnya bersikap baik dan berbakti kepada orangtua apalagi ketika sakit. Hal tersebut berkebalikan dengan sikap mitra tutur yang tidak peduli dengan kondisi

ayahnya. Teguran yang disampaikan penutur dipertegas dengan kata mestinya yang juga menyatakan rasa kekecewaannya pada sikap mitra tutur yang tidak baik kepada ayahnya. Konteks yang melatarbelakangi tututuran tersebut adalah

ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud menegur mitra tutur atas perilakunya yang tidak baik. Jadi, tuturan data (12) yang dipertegas dengan kata mestinya merupakan tindak tutur direktif kritikan dengan sub-TTD

menegur.

PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian berjudul "Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati

Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Prosedur", dapat ditarik

beberapa simpulan. Pertama, ditemukan enam bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Wigati karya Khilma Anis. Kedua, hasil penelitian yang berupa tindak tutur direktif dalam novel Wigati dapat diimplementasikan sebagai materi ajar

kebahasaan teks prosedur di SMA kelas XI. Bentuk-bentuk tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis

diperoleh 41 data. Data tersebut memenuhi enam bentuk tindak tutur direktif, yaitu

tindak tutur direktif perintah, tindak tutur direktif permintaan, tindak tutur direktif ajakan, tindak tutur direktif nasihat, tindak tutur direktif kritikan, dan tindak tutur direktif larangan. Klasifikasi pada setiap bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan,

antara lain sub-TTD menyuruh, memaksa, dan menyilakan; sub-TTD meminta dan memohon; sub-TTD mengajak dan membujuk; sub-TTD menasihati dan menyarankan; sub- TTD melarang dan mencegah; serta sub-TTD menegur.

Bentuk tindak tutur direktif yang dominan dalam novel Wigati karya Khilma Anis adalah tindak tutur direktif perintah. Tindak tutur direktif tersebut berjumlah 11 data yang meliputi menyuruh (7 data), memaksa (2 data), dan menyilakan (2 data). Selain

itu, bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan berupa tindak tutur direktif permintaan berjumlah 7 data yang meliputi meminta (4 data) dan memohon (3 data); tindak tutur direktif ajakan berjumlah 7 data yang meliputi mengajak (3 data) dan membujuk

(4data); tindak tutur direktif nasihat berjumlah 8 data yang meliputi menasihati (6 data) menyarankan (2 data); tindak tutur direktif kritikan berjumlah 2 data pada tindak tutur menegur; serta tindak tutur direktif larangan berjumlah 6 data yang meliputi melarang (4 data) dan mencegah (2 data).

Hasil penelitian berupa tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis dikembangkan menjadi handout materi ajar kebahasaan teks prosedur di SMA kelas XI. Materi ajar ini dijadikan sebagai referensi KD 3.2 menganalisis struktur dan

kebahasaan teks prosedur dan 4.2 mengembangkan teks prosedur dengan memperhatikan hasil analisis terhadap isi, struktur, dan kebahasaan.

Dalam penyusunan handout ini, materi ajar dibatasi tentang bentuk- bentuk

tindak tutur direktif beserta klasifikasinya yang dapat dijadikan referensi dalam mempelajari kebahasaan teks prosedur. Materi pembelajaran tersebut berisi subbab yang mengandung konsep tindak tutur direktif. Konsep tersebut meliputi definisi tindak

tutur direktif dan teks prosedur, identifikasi bentuk-bentuk tindak tutur direktif, serta klasifikasinya sebagai kebahasaan teks prosedur. Materi ajar ini juga mengandung unsur faktual berupa contoh-contoh bentuk tindak tutur direktif yang diambil dari hasil

penelitian dalam novel Wigati dan contoh teks prosedur yang dianalisis bentuk-bentuk

Page 13: Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis

E-ISSN: 2715-9612

Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA

Huwaida

89

tindak bahasa tersebut. Materi ajar ini didukung dengan pelatihan soal pada bagian

mengidentifikasi bentuk-bentuk tindak tutur direktif dan menemukan bentuk tuturan tersebut dalam teks prosedur. Selain itu, dalam penyusunan materi ajar ini juga dilengkapi dengan rubrik penilaian berupa afektif, kognitif, dan psikomotorik yang

disusun secaraumum. Kebahasaan dalam sebuah buku fiksi terutama novel dapat dikaji dari berbagai

hal, misalnya sintaksis, morfologi, maupun pragmatiknya. Salah satu bidang pragmatik dalam novel yang dapat dikaji berupa tindak tutur. Dalam penelitian ini, novel Wigati

karya Khilma Anis baru dikaji dari tindak tutur direktif. Oleh karena itu, sangat berpeluang untuk diteliti dari topik yang lain, seperti prinsip kesantunan maupun strategi dalam tindak tutur. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

melakukan penelitian kebahasaan yang lain, baik dari sumber data maupun objek penelitian. Novel ini juga dapat direkomendasikan sebagai salah satu sumber bacaan buku fiksi di SMA. Selain itu, novel yang dapat dikaji bidang pragmatisnya ini dapat

dijadikan wawasan baru bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Gafur, Abdul. (2012). Desain Pembelajaran: Konsep, Model, dan Aplikasinya dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak.

Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa, Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok: Rajawali Press.

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan AjarInovatif. Yogyakarta: DIVA Press.

Prayitno, Harun Joko. (2011). Kesantunan Pragmatik Studi Pemakaian Tindak Direktif di Kalangan Andik SD Berbudaya Jawa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Prayitno, Harun Joko. (2017). Studi Sosiopragmatik. Surakarta: Muhammadiyah UniversityPress.

Rahardi, R. Kunjana. (2005). Pragmatik – Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.

Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.