tifoid
TRANSCRIPT
-
5/25/2018 TIFOID
1/15
DEMAM TIFOID
1. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi dari
Salmonella enterica subspecies enterica serotype Typhi (Epstein, 2006). Demam tifoid
masih merupakan penyakit endemic di Indonesia.
enyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam !ndang"undang nomor
6 tahun #$62 tentang %abah. &elompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang
mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan %abah
('idodo, 2006).
2. Epidemiologi
ecara global, demam tifoid dianggap sebagai penyakit yang penting dan masih tidak
terlaporkan dengan baik namun prealensinya cukup tinggi di negara berkembang. *ngka
insiden dari demam tifoid di dunia adalah berkisar antara #$+ per #00.000 (ietnam) sampai
$+0 per #00.000 (India) pada tahun 2000 (inha, #$$$- in, 2000). Insiden yang sma /uga
ditemukan di hile, 1epal, outh *frica, dan Indonesia se/ak sekitar # tahun terakhir.
Estimasi insiden demam tifoid berkisar antara #6"33 /uta kasus baru per tahun dengan
2#6.000"600.000 angka kematian per tahun (rump, 2004) dimana kebanyakan terdapat di
daerah *sia asifik.
ureilans Departemen &esehatan 5I, frekuensi ke/adian demam tifoid di Indonesiapada tahun #$$0 sebesar $,2 dan pada tahun #$$4 ter/adi peningkatan men/adi #,4 per
-
5/25/2018 TIFOID
2/15
#0.000 penduduk (Depkes, #$$6). Insiden demam tifoid berariasi tiap daerah dan biasanya
terkait dengan sanitasi lingkungan. Di daerah rural (a%a 7arat) terdapat #8 kasus per
#00.000 penduduk sedangkan di daerah urban ditemukan 860"+#0 per #00.000 penduduk.
3. Faktor Risiko
erbedaan insiden demam tifoid di daerah perkotaan seperti pada data di atas, biasanya
terkait dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan
pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan ('idodo, 2006).
&arena itu, faktor risiko terkenanya demam tifoid adalah bagi indiidu yang tinggal di
lingkungan dengan sanitasi yang kurang baik.
7asil salmonella menular manusia ke manusia melalui makanan dan minuman. adi
makanan dan minuman yang di konsumsi manusia telah tercemar oleh komponen feses atau
urin dari pengidap tifoid. 7eberapa kondisi kehidupan menusia yang sangat berperan adalah 9
#. :ygiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak terbiasa. :al ini
/elas pada anak"anak, penya/i makanan serta pengasuh anak.
2. :ygiene makanan dan minuman yang rendah . faktor ini paling berperan pada penularan
tifoid. 7anyak sekali contoh diantaranya 9 makanan yang dicuci dengan air yang
terkontaminasi (seperti sayur"sayuran dan buah"buahan), sayuran yang dipupuk dengan
tin/a manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah atau dihinggapi lalat, air
minum yang tidak dimasak, dan sebagainya.
3. anitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kecuali sampah yang
tidak memenuhi syarat"syarat kesehatan.
4. enyediaan air bersih untuk %arga yang tidak memadai.
. amban keluarga yang tidak memenuhi syarat.
6. asien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna.
8. 7elum membudaya program imunisasi untuk tifoid.
4. Etiologi
Etilogi dari demam tifoid adalah Salmonella enterica subspecies enterica serotype
Typhi (Epstein, 2006).. ;yphi sama seperti salmonella lainnya yaitu termasuk gram negatif,
memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak berspora. !kuran antara (2"4) < 0,6 =m. uhu
optimum untuk tumbuh adalah 38 dengan : antara 6"+. erlu diingat bah%a basil ini
-
5/25/2018 TIFOID
3/15
dapat hidup hingga beberapa minggu di dalam air es, sampah dan debu. 5eseroir satu"
satunya adalah manusia, yaitu seseorang yang sedang sakit atau karier.
.typhi termasuk bacillus anaerobik fakultatif yang dapat memfermentasi glukosa,
mengubah nitrat men/adi nitrit, mensintesis peritrichous flagella ketika motil, memiliki
antigen somatik (>), antigen flagellar (:), antigen amplop (&). .typhi /uga memiliki
lipopolisakarida, sebuah makromolekul kompleks, disebut endotoksin, yang membentuk
bagian luar dari dinding sel.
Endotoksin ini terdiri dari tiga lapisan9 sebuah luar (>, oligosakarida), tengah (5, inti),
dan basal (lapisan lipid *). . ;yphi ini /uga mampu menghasilkan 5 plasmid"transmisi
sebagai antimikroba resistan.
5. atogenesis
er/alanan penyakit dari demam tifoid ditandai dengan inasi bakteri yang kemudian
bermultiplikasi dalam sel mononuclear fagositik, hati, limfa, nodus limfatikus, dan lak
eyeri di ileum (Epstein, 2006). ?asuknya Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke
dalam tubuh manusia adalah melalui makanan yang terkontaminasi bakteri tersebut. ebagian
bakteri mati oleh asam lambung, sebagian lagi lolos masuk ke dalam usus dan selan/utnya
berkembang biak. 7ila respons imunitas humoral mukosa (Ig*) usus kurang baik maka
kuman akan menembus sel"sel epitel utama (sel ?) dan selan/utnya ke lamina propia. Di
lamina propia, kuman"kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel"sel fagositosis terutama
oleh makrofag. &uman dapat hidup dalam makrofag dan seterusnya diba%a ke lak
eyeri ileum distal, kelen/ar getah bening mesenterika, duktus torasikus, dan akhirnya masuk
ke dalam sirkulasi darah dan menyebabkan bakterimia pertama yang asimpotamik serta
menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial terutama hati dan limfa. Di dalam organ"organ
ini, kuman keluar dari sel fagositik untuk selan/utnya berkembangbiak di luar sel atau ruang
sinusoid. elan/utnya, kuman ini masuk ke dalam sirkulasi darah kembali dan menimbulkan
bakterimia yang kedua disertai dengan tanda"tanda dan ge/ala penyakit infeksi sistemik.
Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, dan secara @intermittenA akan
disekresikan ke dalam lumen usus. ebgagian kuman dikeluarkan melalui feses namun
sebagiannya lagi masuk kembali ke sirkulasi darah setelah menembus usus. roses yang sama
terulang lagi, berhubung makrofag telah teraktifasi dan hiperaktif, maka pada saat fagositosis
-
5/25/2018 TIFOID
4/15
Salmonella kembali, dilepaskan se/umlah mediator radang yang selan/utnya akan
menimbulkan ge/ala reaksi inflamasi seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
perut, instabilitas askuler gangguan mental dan koagulasi.
Di dalam lak eyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia /aringan.
erdarahan saluran cerna dapat ter/adi karena erosi pembuluh darah sekitar lak eyeri yang
sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel"sel mononuclear di dinding
usus. roses patologis /aringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa
usus, dan dapat menyebabkan perforasi usus.
!am"ar 1.1# atogenesisdemamtifoid.
$. !am"aran %linis
?asa tunas demam tifoid berlangsung sekitar #0"#4 hari. Be/ala"ge/ala yang timbul
sangat berariasi, mulai dari yang ringan sampai berat, dari asimptomatik hingga gambaran
penyakit khas yang disertai dengan komplikasi hingga kematian.
ada minggu pertama ge/ala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan ge/ala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan
-
5/25/2018 TIFOID
5/15
-
5/25/2018 TIFOID
6/15
7ekuan darah dibiakkan pada botol berisi # ml kaldu empedu. 7iakkan ini lebih sering
memberikan hasil positif.
c. 7iakan tin/a
:asil positif selama masa sakit. Diperlukan biakan berulang untuk mendapatkan hasil
positif. 7iakan tin/a lebih berguna pada penderita yang sedang diobati dengan
kloramfenikol.
d. 7iakan empedu
enting untuk mendeteksi adanya karier dan pada stadium lan/ut penyakit. Empedu
dihisap melalui tabung duodenum dan diolah dengan cara seperti tin/a.
e. 7iakan air kemih
emeriksaan ini kurang berguna bila dibandingkan dengan biakan darah dan tin/a. 7iakan
air kemih positif pada minggu sakit ke 2 dan 3.
f. 7iakan salmonella typhi
pecimen untuk biakan dapat diambil dari darah, sumsum tulang, feses, dan urin.
pesimen darah diambil pada minggu I sakit saat demam tinggi. pesimen feses dan urin
pada minggu ke II dan minggu"minggu selan/utnya. embiakan memerlukan %aktu kurang
lebih "8 hari. 7ila laporan hasil biakan menyatakan Fbasil salmonella tumbuhG, maka
penderita sudah pasti mengidap demam tifoid. pesimen ditanam dalam biakan empedu.
ensitifitas tes ini rendah, dapat disebabkan oleh beberapa hal9 pasien telah dapat
antibiotik sebelumnya, %aktu pengambilan spesimen tidak tepat, olume darah yang
diambil kurang, darah menggumpal, dll. pesimen darah dari sumsum tulang mempunyai
sensitifitas yang lebih tinggi.
7ahan pemeriksaan lain 9
erologis 'idal
;es serologis %idal adalah reaksi antara antigen dengan aglutinin yang merupakan
antibody spesifik terhadap komponen basil salmonella di dalam darah manusia. rinsip
tesnya adalah ter/adinya reaksi aglutinasi antara antigen dan aglutinin yang dideteksi
yakni aglutinin > dan :.
*glutinin > mulai dibentuk pada akhir minggu pertama demam sampai puncaknya pada
minggu ke 3". *glutinin ini dapat bertahan sampa lama 6"#2 bulan. *glutinin :
-
5/25/2018 TIFOID
7/15
mencapai puncak lebih lambat, pada minggu ke 4"6 dan menetap dalam %aktu yang lebih
lama, sampai 2 tahun kemudian.
Interpretasi 5eaksi 'idal 9
a. 7atas titer yang di/adikan diagnosis, hanya berdasarkan kesepakatan atau per/an/ian
pada suatu daerah, dan berlaku untuk daerah tersebut. &ebanyakan pendapat bah%a
titer > #H320 sudah menyokong kuat diagnosis demam tifoid.
b. 5eaksi %idal negatie tidak menyingkirkan diagnosis tifoid.
Diagnosis demam tifoid dianggap diagnosis pasti adalah bila didapatkan kenaikan titer 4 kali
lipat pada pemeriksaan ulang dengan interal "8 hari. erlu diingat bah%a banyak faktor
yang mempengaruhi reaksi %idal sehingga mendatangkan hasil
c. yang keliru baik negatie palsu atau positif palsu. :asil tes negatie palsu seperti
pada keadaan pembentukan anti bodi yang rendah yang dapat ditemukan pada
keadaan"keadaan gii /elek, konsumsi obat"obat imunosupresif, penyakit
agammaglobuilinemia, leukemia, karsinoma lan/ut, dll. :asil tes positif palsu dapat
di/umpai pada keadaan pasca aksinasi, mengalami infeski sub klinis beberapa
%aktu yang lalu, aglutinasi silang, dll.
Enim transaminase
eradangan pada sel"sel hati menyebabkan enim"enim transaminase (B>;, B;)
sering ditemukan meningkat. 7anyak pendapat bah%a hal ini disebabkan karena banyak
faktor, seperti pengaruh endotoksin, mekanisme imun dan obat"obatan. 7ila proses
peradangan makin berat maka tes fungsi hati lainnya akan terganggu, seperti bilirubin
akan meningkat, albumin akan menurun, dll. ecara klinis bila tes fungsi hati terganggu
dan disertai ikterus dan hepatomegali disebut hepatitis tifosa atau hepatitis salmonella.
ipase dan amylase
7asil tahan salmonella sampai menginasi pancreas, dapat menimbulkan pancreatitis,
maka enim lipase dna amylase akan meningkat.
). Diagnosis
enegakan diagosis sedini mungkin akan sangat bermanfaat untuk menentukan terapi
yang tepat dan mencegah komplikasi. enegetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat
-
5/25/2018 TIFOID
8/15
penting untuk mendeteksi secara dini. 'alaupun pada %aktu tertentu diperluakn pemeriksaan
tambahan untuk membantu penegakan diagnosis, seperti yang di/elaskan di atas.
indroma klinis adalah kumpulan ge/ala"ge/ala demam tifoid. Diantara ge/ala klinis
yang sering ditemukan pada tifoid yaitu9 demam, sakit kepala, kelemahan, nausea, nyeri
abdomen, anoreksia, muntah, gangguan gastrointestinal, insomnia, hepatomegali,
splenomegali, penurunan kesadaran, bradikardi relatie, kesadaran berkabut, dan feses
berdarah.
Diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas tiga macam, yaitu9
0. uspek demam tifoid (suspect case)
7erdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan ge/ala umum, gangguan saluran
cerna dan lidah tifoid. adi sindrom demam tifoid didapatkan belum lengkap. Diagnosis
suspek tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
#. Demam tifoid klinis (probable case)
;elah didapatkan ge/ala klinis yang lengkap atau hampir lengkap, serta didukung oleh
gambaran laboratorium yang menun/ukkan demam tifoid.
2. Demam tifoid konfirmasi (confirm case J demam tifoid konfirmasi)7ila ge/ala klinis sudah lengkap dan ditemukannya basil kuman almonella typhoid, maka
pasien sudah pasti menderita demam tifoid. ara yang dianggap paling tepat dalam
mendeteksi adanya kuman salmonella typhi adalah dengan melakukan pemeriksaan biakan
salmonella typhi, pemeriksaan pelacak D1* almonella ;yphi dengan 5 (polymerase
hain 5eaction), dan adanya kenaikan titer 4 kali lipat pada pemeriksaan %idal II, "8 hari
kemudian.
*. Tata 'aksana
ampai saat in masih dianut ;rilogi enobatan Demam ;ifoid, yaitu9
a. Istirahat dan pera%atan
Dengan tu/uan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. enderita
yang dira%at harus bedrest total untuk mencegah ter/adinya komplikasi terutama
perdarahan dan perforasi. 7ila penyakit mulai membaik dilakukan mobilisasi
secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita. 7*7 dan 7*&
-
5/25/2018 TIFOID
9/15
sebaiknya dibantu pera%at. :indari pemasangan kateter urine tetap, bila tidak ada
indikasi.
b. Diet dan terapi penun/ang (simptomatik dan suportif)
Dengan tu/uan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.
:al"hal yang harus diperhatikan, di antaranya9
airan
enderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral. airan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada
komplikasi, penurunan kesadaran serta pada pasien yang sulit makan. Dosis
parenteral sesuai dengan kebutuhan harian. 7ila ada komplikasi dosis cairan
disesuaikan dengan kebutuan. airan harus mengandung elektrolit dan kalori
yang optimal.
Diet
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. ebaiknya rendah
selulose untuk mencegah komplikasi, perdarahan dan perforasi. Diet
diklasifikasikan atas 9 diet cair, bubur lunak (tim), dan nasi biasa bila keadaan
penderita membaik, diet dapat dimulai dengan diet padat atau tim. 1amun bila
penderita dengan klinis berat sebaiknya dimulai dengan bubur atau diet cair
yang selan/utnya dirubah secara bertahap sampai padat sesuai dengan tingkat
kesembuhan penderita.
;erapi simptomatik
Dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum
penderita 9
- 5oboransiaHitamin
- *ntipiretik diberikan untuk kenyamanan penderita, terutama untuk anak"
anak
- *ntiemetik diperlukan bila penderita muntah"muntah berat
c. emberian *ntimikroba
Dengan tu/uan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman. &ebi/akan dasar
pemberian anti mikroba
-
5/25/2018 TIFOID
10/15
o *ntimikroba segera diberikan bila diagnose klinis demam tifoid telah dapat
ditegakkan, baik dalam bentuk diagnosis konfirmasi, propable, maupun
suspek.
o
*nti mikroba yang dipilih harus dipertimbangkan 9#. ;elah dikenal sensitif dan potensial untuk demam tifoid.
2. ?empunyai sifat farmakokinetik yang dapat berpenetrasi dengan baik ke
/aringan serta mempunyai afinitas yang tinggi menu/u organ sasaran.
3. 7erspektrum sempit.
4. ara pemberian yang mudah dan dapat ditoleransi dengan baik oleh
penderita termasuk anak dan %anita hamil.
. Efek samping yang minimal.
6. ;idak mudah resisten dan efektif mencegah karier.
Ta"el O"at Antimikro"a +nt+k enderita Demam Tifoid
*ntibiotika Dosis &elebihan dan keuntungan
&loramfenikol
0 mgH&g bbH:r
De%asa 9 4 < 00 mg (2 gr)
*nak 9 #00 mgH&g 77H:r,
ma< 2 gr selama #0 hr
dibagi dalam 4 dosis
- ?erupakan obat yang
sering digunakan dan
telah lama dikenal efektif
untuk demam tifoid
- ?urah dan dapat diberi
per"oral, sensitiitas
masih tinggi
- emberian >HI
- ;idak diberikan bila
leukosit K2000Hmm
eftriakson
De%asa 9 2"4 grH:r
selama 3" hr
*nak 9 +0 mgH&g 77H:r
dosis tunggal selama hari
-
epat menurunkan suhu,lama pemberian pendek
dan dapat dosis tunggal
serta cukup aman untuk
anak
- emberian I
De%asa 9 3"4 grH:r
*nak 9 #00 mgH&g 77H:rselama #0 hari
- *man untuk penderita
hamil
-ering dikmbinasi
-
5/25/2018 TIFOID
11/15
*mpisilin L
amoksisilin
dengan kloramfenikol
pada pasien kritis
- ;idak mahal
-
emberian >HI
&otrimoksasol
De%asa 9 2< #60"+00 mg
selama 2 minggu
*nak 9 ;? 6"#0 mgH&g
77H:r atau ?M 30"0
mgH&gH:r selama #0 hari
- ;idak mahal
- emberian per oral
Nuinolone
iprofloksasin 9 2floksasin 9 2
-
5/25/2018 TIFOID
12/15
dan grey syndrome pada neonatus. >bat golongan fluorokuinolon maupun kotrimoksaol
tidak boleh digunakan untuk mengobati demam tifoid pada ibu hamil. >bat yang dian/urkan
adalah ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson.
1,. rognosis
rognosis demam tifoid secara global, tergantung dari populasi pasien dan letak geografi
area. ada daerah epidemik di negara berkembang, pasien umumnya mendapatkan
pengobatan yang tepat sehingga case fatality rate-nya kurang dari # dan insiden komplikasi
yang rendah. Di beberapa area endemic termasuk di Indonesia, 1igeria, India dan 1epal,
severe typhoid fever (demam tifoid parah dengan gangguan kesadaran atau syok),
sering ter/adi pada pasien yang sampai dira%at di rumah sakit. asien dengan severe typhoid
fever bila tidak diterapi dengan dosis tinggi de
-
5/25/2018 TIFOID
13/15
11. en-ega(an
encegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena akn
berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat demam tifoid,
serta menurunkan anggaran pengobatan pribadi maupun negara.
;indakan preentifsebagai bahan upaya pencegahan penularan dan peledakan kasus
luar biasa (&7) demam tifoid mencangkup banyak aspek, mulai dari segi kuman
Salmonella typhi sebagai agen penyakit dan factor pe/amu (host) serta faktor lingkungan.
ecara garis besar, ada tiga strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu9
a. Identifikasi dan eradikasi Salmonella typhi baik pada kasus demam tifoid maupun
kasus karier tifoid.
b. encegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi S. typhi akut maupun karier.
c. roteksi pada orang yang berisiko terinfeksi.
encegahan /uga dapat dilakukan melalui pemberian aksin. aksin untuk demam
tifoid pertama kali ditemukan tahun #+$6 dan setelah tahun #$60 efektifitas aksin telah
ditegakkan, keberhasilan proteksi senesar #"++ (':>). aksinasi tifoid belum dian/urkan
rutin di !* ataupun di daerah lain. Indikasi pemberian aksin ini adalah bila9
a. :endak mengun/ungi daerah endemic, risiko terserang demam tifoid semakin
tinggi untuk daerah berkembang (*merika atin, *sia, *frika)
b. >rang yang terpapar dengan penderita karier tifoid.
c. etugas laboratoriumHmikrobiologi kesehatan.
DAFTAR /TA%A
-
5/25/2018 TIFOID
14/15
erhimpunan Dokter pesialis enyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid III.usat enerbitan Departemen Ilmu enyaki tDalam O& !I .akarta 9
2006
?andal, dkk.Penyakit Infeksi. Erlangga.akarta 9 2004
-
5/25/2018 TIFOID
15/15