tidak bisa flatus

36
1 Tidak Bisa Flatus Seorang lakilaki berusia 30 tahun rawat inap pasca laparotomi eksplorasi atas indikasi apendisitis perforasi 5 hari yang lalu. Anestesi yang digunakan anestesi umum. Suatu hari setelah operasi pasien flatus, bising usus (+) lemah. Dokter mengijinkan pasien untuk minum sesendok sendok. 8 jam kemudian pasien diberi diet cairan sesame 3 hari, saat ini pasien muntah 3 kali dalam sehari serta mengatakan bahwa ia tidak bisa BAB dan flatus. Pada pemeriksaan tidak didapatkan bising usus dan hasil rontgen tampak didapatkan herring bone. Step 1 Klarifikasi Istilah 1. Flatus : gas atau udara yang bersumber dari TGI dan dikeluarkan dari anus. 2. Laparotomi : tindakan bedah dengan tekhnik sayatan pada dinding abdomen dan kandungan dengan tujuan eksplorasi 3. Herring bone : gambaran sirip ikan yang didapatkan dari hasil rontgen pada bagian ileus 4. Anestesi : tindakan meniadakan rasa sakit atau nyeri secaara sentral disertai kesadaran dan bersifat reversible.

Upload: yayu-alawiiah

Post on 23-Nov-2015

397 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

24

Tidak Bisa FlatusSeorang lakilaki berusia 30 tahun rawat inap pasca laparotomi eksplorasi atas indikasi apendisitis perforasi 5 hari yang lalu. Anestesi yang digunakan anestesi umum. Suatu hari setelah operasi pasien flatus, bising usus (+) lemah. Dokter mengijinkan pasien untuk minum sesendok sendok. 8 jam kemudian pasien diberi diet cairan sesame 3 hari, saat ini pasien muntah 3 kali dalam sehari serta mengatakan bahwa ia tidak bisa BAB dan flatus. Pada pemeriksaan tidak didapatkan bising usus dan hasil rontgen tampak didapatkan herring bone.Step 1 Klarifikasi Istilah1. Flatus : gas atau udara yang bersumber dari TGI dan dikeluarkan dari anus.2. Laparotomi : tindakan bedah dengan tekhnik sayatan pada dinding abdomen dan kandungan dengan tujuan eksplorasi3. Herring bone : gambaran sirip ikan yang didapatkan dari hasil rontgen pada bagian ileus4. Anestesi : tindakan meniadakan rasa sakit atau nyeri secaara sentral disertai kesadaran dan bersifat reversible.

Step 21. Mengapa pasien tidak bisa flatus dan BAB ?2. Keadaan seperti apa pasien dengan keluhan tidak dapat flatus dan BAB?3. Mengapa bising usus hilang pasca bedah ?4. Apa indikasi lain laparotomi eksplorasi ?5. Apa saja perawatan pasca laparotomi ?6. Apa indikasi anestesi ?7. Klasifikasi anestesi ?8. Apa saja efek samping anestesi ?9. Bagaimana penegakkan diagnosis kasus ?10. Bagaimanaa assessment akut abdomen ?11. Bagaiana penatalaksanaan akut abdomen ?12. Apa saja komplikasi akut abdomn ?

Step 31. - menurunnnya motilitas pada TGI Adanya sumbatan TGI2. Keadaan penyakit penyebab tidak bisa flatus Ileus obstruktif Ileus paralitik3. Mengapa bising usus menghilang ? Menurunnya motilitas Cedera N. vagus4. Indikasi laparotomi Trauma abdomen tumpul atau tajam Massa abdomen Peritonitis Rupture spleen5. Perawatan pasca laparotomi6. Apa indikasi anestesi Pembedahan minor dan mayor Penilaian prabedah Klasifikasi status fisik7. Apa klasifikasi anestesi Local Umum Regional8. Efek samping anestesi Ileus paralitik Halusinasi Kematian9. Bagaimana penegakkan diagnosis Anamnesis Pemeriksaan fisik Diagnosis banding Pemeriksaan penunjang10. Assesmen akut abdomen Nyeri hebat, difuse, onset cepat Mual dan muntah Perut kembung Konstipasi

11. Penatalaksanaan akut abdomen ABC Resusitasi cairan Infus Antibiotic Laparotomi NGT Oksigenasi Kateter12. Komplikasi akut abdomen Peritonitis Syok

Step 47. Indikasi anestesia. anestesi umum- pasien menolak anestesi local-operasi lama dan luasb. Anestesi lokal- cabut gigi- sirkumsisi- bedah minorc. anestesi regional- scTeknik anestesi : inhalasi, IM, IV, subkutan9. penegakkan diagnosis

Ileus paralitik Mual muntah Anoreksi Bising usus lemah Gambaran herring bone

Tatalaksana Konservatif : pasien dipuasakanControl status ABCDekompresi dengan NGT

Mind mapping

Step 5 Sasaran Belajar1. Klasifikasi akut abdomen2. Patofisiologi akut abdomen3. Penegakkan diagnosis akut abdomen4. Prosedur penatalaksanaan kegawatdaruratan akut abdomen5. Prinsip dasar anestesiStep 6Belajar MandiriStep 71. Apa saja klasifikasi akut abdomen?Terminologi abdomen akut telah banyak diketahui namun sulit untuk didefinisikan secara tepat. Tetapi sebagai acuan adalah kelainan nontraumatik yang timbul mendadak dengan gejala utama didaerah abdomen dan memerlukan tindakan bedah segera (Isselbacher dkk, 1999).Banyak kondisi yang dapat menimbulkan abdomen akut. Secara garis besar klasifikasi berdasarkan etiologi dapat dikelompokan dalam lima hal, yaitu:a. Proses peradangan bakterial-kimiawi.b. Obstruksi mekanis seperti pada volvulus, hernia, atau perlengketan.c. Neoplasma/ tumor seperti karsinoma, polipus, atau kehamilan ektopik.d. Kelainan vaskuler seperti emboli lemak, tromboemboli, perforasi, dan fibrosis.e. Kelainan kongenital.a. PenyebabPenyebab akut abdomen diantaranya:1. Kelainan traktus gastrointestinal: nyeri non spesifik, apendisitis, obstruksi usus halus dan usus besar, hernia strangulata, perforasi ulkus peptik, perforasi usus, divertikulitis Meckel, sindrom Boerhaeve, kelainan inflamasi usus, sindrom Mallory Weiss, gastroenteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika.2. Kelainan pancreas: pankreatitis akut.3. Kelainan traktus urinarius: kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut, sistitis akut, infark renal.4. Kelainan hati, limfa, dan traktus biliaris: kolesistitis akut, kolangitis akut, abses hati, ruptur tumor hepar, ruptur spontan limfa, kolik bilier, hepatitis akut.5. Kelainan ginekologi: kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium terpuntir, ruptur kista folikel ovarium, salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.6. Kelainan vaskuler: ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia kolitis akut, trombosis mesenterika. (Sudoyo dkk, 2009)b. Evaluasi KlinisKeluhan yang menonjol pada abdomen akut adalah nyeri. Nyeri perut dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik. Dalam diagnosa klinik, rasa nyeri yang berasal dari bermacam-macam organ visera dalam abdomen merupakan salah satu kriteria yang dapat dipakai untuk mendiagnosa peradangan visera, penyakit dan kelainan lain dari visera. Pada umumnya visera tidak mempunyai reseptor-reseptor sensorik untuk modalitas sensasi lain kecuali untuk rasa nyeri (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).Setiap stimulus yang dapat merangsang ujung serabut nyeri yang terdapat didaerah visera yang luas dapat menimbulkan rasa nyeri visera. Pada dasarnya, semua nyeri visera yang murni dalam rongga abdomen dijalarkan melalui serabut saraf sensorik yang berjalan dalam saraf otonom, terutama saraf simpatis. Serabut-serabut ini adalah serabut kecil tipe C. Bila nyeri viseral dialihkan kepermukaan tubuh, biasanya nyeri itu akan dilokalisasikan sesuai segmen dermatom dari mana organ visera itu berasal pada waktu embrio, dan tidak memperhatikan dimana organ itu sekarang berada. Misalnya, semasa embrio lambung kira-kira berasal dari segmen torakal ketujuh sampai kesembilan. Karena itu nyeri lambung dialihkan ke epigastrium anterior diatas umbilikus, yaitu daerah permukaan tubuh yang diinervasi oleh segmen torasika ke tujuh sampai kesembilan. Nyeri dari visera seringkali secara bersamaan dilokalisasi di dua daerah permukaan tubuh karena nyeri dijalarkan melalui jaras alih viseral dan parietal. Misalnya pada apendisitis yang meradang, impuls nyeri yang berasal dari apendik akan melewati sertabut-serabut nyeri viseral saraf simpatis dan selanjutnya akan masuk ke medula spinalis kira-kira setinggi T-10 atau T-11; nyeri ini akan dialihkan ke daerah sekeliling umbilikius. Sebaliknya impuls nyeri seringkali juga dimulai di peritoneum parietal tempat apendiks yang meradang menyentuh atau melekat pada dinding abdomen.hal ini menyebabkan nyeri tajam disekitar periotoneum yang teriritasi di kuadran kanan bawah abdomen (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada masa embrional.Sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan organ nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

Gambar 1. Inervasi Sensoris Organ Viseral(Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004)

1. Nyeri alih (referred pain)Seringkali seseorang merasakan nyeri di bagian tubuh yang letaknya jauh dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri. Biasnya nyeri ini mula-mula timbul didalam salah satu daerah di permukaan tubuh. Juga nyeri ini mungkin dialihkan ke daerah dalam tubuh yang tidak tepat betul dengan daerah organ yang menimbulkan nyeri (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

Gambar 2. Pembagian Berdasarkan Kuadran(Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

2. Nyeri iskemikIskemik menyebabkan nyeri viseral dengan cara yang tepat sama seperti timbulnya rasa nyeri di jaringan lain, hal ini mungkin karena terbentuknya produk akhir metabolik yang asam atau produk yang dihasilkan oleh jaringan degeneratif seperti bradikinin, enzim proteolitik, atau bahan lain yang merangsang ujung serabut nyeri (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).Nyeri pula bisa bersifat intermiten atau kontinyu. Intermiten atau cramping pain atau kolik adalah nyeri yang timbul dengan periode pendek, yang diikuti periode panjang dan disertai fase bebas nyeri (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).Lamanya rasa nyeri memang penting tetapi didalam menentukan diagnosa pasien, lokasi nyeri, saat mulai, dan karakter dari nyeri sangat menolong. Nyeri abdomen selama 6 jam atau lebih menunjukkan beratnya derajat nyeri dan penanganan bedah harus difikirkan. Nyeri viseral yang disebabkan oleh karena distensi, inflamasi atau iskemik seringkali dirasakan tidak enak,rasa penuh pada daerah pertengahan abdomen (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

Gambar 3. Nyeri Dari Organ Viseral Abdomen(Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

Dalam melakukan evaluasi dari nyeri abdomen, penjalaran nyeri menjadi sangat penting. Kelainan diregio subdiafragma menyebabkan penjalaran nyeri ke daerah bahu. Penyakit biliar menyebabkan penjalaran nyeri ke bahu kanan atau kebelakang. Nyeri abdomen bagian atas oleh karena ulkus peptikum, kolekistitis akut dan pankreatitis. Nyeri abdomen bagian bawah sering disebabkan oleh karena di bidang obstetri dan ginekologi seperti kista ovarium, divertikulitis, dan ruptur tubo-ovarial abses. Obstruksi pada usus halus menyebabkan nyeri pertengahan abdomen dengan penjalaran nyeri ke bagian belakang (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

Gambar 4. Nyeri Menyeluruh Abdomen(Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

Gambar 5. Nyeri Abdomen Regio Epigastrium, Umbilikus dan Hipogastrium (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

2. Bagaimana patofisiologi akut abdomen?a. MuntahMuntah adalah pengeluaran isi lambung dengan kekuatan secara aktif akibat adanya kontraksi abdomen, pilorus, elevasi kardia, disertai relaksasi sfingter esofagus bagian bawah dan dilatasi esofagus. Muntah merupakan respon somatik refleks yang terkoordinir secara sempurna oleh karena bermacam-macam rangsangan, melibatkan aktifitas otot pernapasan, otot abdomen dan otot diafragma (Sjamsuhidajat., 2004).

b. Nausea (mual)Merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ viseral, labirinth dan emosi. Tidak selalu berlanjut dengan retching dan ekspulsi. Keadaan ini ditandai dengan keinginan untuk muntah yang dirasakan di tenggorokan atau perut, seringkali disertai dengan gejala hipersalivasi, pucat, berkeringat, takikardia dan anoreksia. Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan fundus. Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang, sedangkan bulbus duodeni relaksasi sehingga terjadi refluks cairan duodenum ke dalam lambung. Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltik aktif. Muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran gastrointestinal tidak didahului oleh fase nausea (Sjamsuhidajat., 2004).c. RetchingRetching dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase retching, terjadi kekejangan dan terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis tertutup. Otot pernapasan dan diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan intratorakal menjadi negatif. Pada waktu yang bersamaan terjadi kontraksi otot abdomen dan lambung, fundus dilatasi sedangkan antrum dan pilorus berkontraksi. Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi sfingter esofagus atas masih menutup menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus. Pada akhir fase retching terjadi relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme yang tadinya sudah masuk ke dalam esofagus kembali ke lambung. Fase ini dapat berlangsung beberapa siklus. (Sjamsuhidajat., 2004).d. EkspulsiApabila retching mencapai puncaknya dan didukung oleh kontraksi otot abdomen dan diafragma, akan berlanjut menjadi muntah, jika tekanan tersebut dapat mengatasi mekanisme anti refluks dari LES (lower esophageal sphincter). Pada fase ekspulsi ini pilorus dan antrum berkontraksi sedangkan fundus dan esofagus relaksasi serta mulut terbuka. Pada fase ini juga terjadi perubahan tekanan intratorakal dan intraabdominal serta kontraksi dari diafragma. Pada episode ekspulsi tunggal terjadi tekanan negatif intratorakal dan tekanan positif intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi kontraksi yang cepat dari diafragma yang menekan fundus sehingga terjadi refluks isi lambung ke dalam esofagus. Bila ekspulsi sudah terjadi, tekanan intratorakal kembali positif dan diafragma kembali ke posisi normal. (Sjamsuhidajat., 2004).e. Distensi Abdomen Distensi abdominal merupakan proses peningkatan tekanan abdominal yang menghasilkan peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding perut. Distensi dapat terjadi ringan ataupun berat tergantung dari tekanan yang dihasilakan. Distensi abdominal dapat terjadi local atau menyeluruh dan dapat secara bertahap atau secara tiba-tiba. Distensi abdominal akut mungkin merupakan tanda dari peritonitis atau tanda akut obtruksi pada perut.Distensi abdominal mungkin dihasilkan dari lemak, flatus, fetus (hamil atau masa intra abdominal, kehamilan ektopik) atau cairan. Cairan dan gas normal berada dalam GIT tetapi tidak dalam ruangan peritoneal. Jika cairan atau gas tidak dapat keluar secara bebas distensi abdominal dapat terjadi. Dalam ruangan peritoneal, distensi dapat menyebabkan pendarahan akut, akumulasi dari cariran asites atau udara dari perforasi dari organ dalam perut. (Sjamsuhidajat., 2004).Terminologi abdomen akut telah banyak diketahui namun sulit untuk didefinisikan secara tepat. Tetapi sebagai acuan, akut abdomen adalah suatu kelainan nontraumatik yang timbul mendadak dengan gejala utama didaerah abdomen dan memerlukan tindakan bedah segera. Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan. Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap kelambatan akan menimbulkan penyulit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pengetahuan mengenai anatomi dan faal perut beserta isinya sangat menentukan dalam menyingkirkan satu demi satu sekian banyak kemungkinan penyebab nyeri perut akut. Banyak kondisi yang dapat menimbulkan abdomen akut. Secara garis besar, keadaan tersebut dapat dikelompokkan dalam lima hal, yaitu : proses peradangan bakterial kimiawi obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia, atau perlengketan neoplasma/tumor : karsinoma, polipus, atau kehamilan ektopik kelainan vaskuler : emboli, tromboemboli, perforasi, dan fibrosis kelainan kongenital.f. NyeriKeluhan yang paling menonjol pada gawat perut adalah nyeri. Nyeri perut ini dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik, dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau diluar rongga perut, misalnya di rongga dada. (Sjamsuhidajat., 2004).g. Nyeri Viseral Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik atau radang pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut juga nyeri sentral. Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung, duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal darimidgutyaitu usus halus usus besar sampai pertengahan kolon transversum yang menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya adalahhindgutyaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak.h. Nyeri Somatik Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang (Sjamsuhidajat dkk., 2004). Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan menambah intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk (Sjamsuhidajat dkk., 2004).

3. Bagaimana penegakkan diagnosis akut abdomen?a. AnamnesisPada suatu penyakit bedah darurat anamnesis merupakan pemeriksaan yang sangat panting. Bahan-bahan utama yang dapat diperoleh melalui anamnesis yang memberikan informasi Sangat berharga pads proses penegakan diagnosis adalah : 1) Lokasi nyeri Di atas telah diberikan daftar kemungkinan diagnosis banding dari penyakit-penyakit berdasarkan lokasi.2) Radiasi perasaan nyeri Kadang-kadang informasi mengenai cara penyebaran rasa nyeri (radiasi perasaan nyeri) dapat memberikan petunjuk mengenai asal-usul atau lokasi penyebab nyeri itu. Nyeri yang berasal dari saluran empedu menjalar ke sam ping sampai bagian bawah scapula kanan. Nyeri karena appendicitis dapat mulai dari daerah epigastrium untuk ketnudian berpindah ke kwadran kanan bawah. Nyeri dari daerah rektum dapat menetap di daerah punggung bawah. 3) Bentuk rasa nyeri Nyeri pada akut abdomen dapat berbentuk nyeri terusmenerus atau berupa kolik.4) Perubahan fisiologi alat pencernaan: Nafsu makan, mual, muntah. Defekasi teratur, mencret, obstipasi. Perut kembung, serangan kolik. Sudah berapa lama semua perubahan ini berlangsung 5) Perubahan anatomi Adanya benjolan neoplasma. Adanya luka akibat trauma. Adanya bekas operasi

b. Pemeriksaan fisik Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis) untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim saraf yang merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan lokal (status lokalis abdomen) pada penderita dilaksapakan secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung pada penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau obstruksi. 1) Inspeksi Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah: Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah abdomen. Penderita pucat, keringat dingin. Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps omentum atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik. Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung). Keadaan nutrisi penderita. 2) PalpasiAkut abdomen memberikan rangsangan pada peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi. Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu: Perasaan nyeri Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah pads waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan pads penekanan dinding abdomen di daerah lain. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity) Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.3) Perkusi Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu: Perasaan nyeri oleh ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok. Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas pads ileus obstruksi rendah. 4) AuskultasiAuskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik. c. Pemeriksaan rectal toucherPemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor. Setelah data-data pemeriksaan fisik terkumpul diperlukan juga pemeriksaan tambahan berupa: 1) Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pads hepar. Pemeriksaan urine rutin Menunjukkan adanya trauma pads saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.2) Pemeriksaan radiologi Foto thoraks Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma pads thoraks. Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika. Plain abdomen foto tegak Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus. IVP (Intravenous Pyelogram) Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal. Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.3) Pemeriksaan khusus Abdominal paracentesis Merupalcan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. Pemeriksaan laparoskopi Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi. Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen. Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalah-masalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan. (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

4. Prosedur penatalaksanaan kegawatdaruratan akut abdomen? Dapat dibagi dua : Penyelamatan jiwa penderita. Meminimalisasi kemungkinan terjadi nya cacad dalam fungsi fisiologis alat pencemaan penderita. Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari : 1) Tindakan penanggulangan darurat Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan kardiovaskuler yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita. Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit. Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.2) Tindakan penanggulangan definitif Tujuan pengobatan di sini adalah: Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan. Meminimalisasi cacat yang mungkin terjadi dengan cara :a. menghilangkan sumber kontaminasi.b. meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga peritoneum. c. mengembalikan kontinuita spassage usus dan menyelamatkan sebanyak mungkin usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis. Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga abdomen yang dinamakan Laparotomi eksplorasi darurat.

3) Tindakan sebelum operasi Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus stabil. Bila ini tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat besar, dilaksanakan operasi langsung untuk menghentikan sumber perdarahan. Pemasangan NGT (nasogastric tube). Pemasangan dauer-katheter. Pemberian antibiotika secara parenteral pads penderita dengan persangkaan perforasi usus, shock berat atau trauma multipel. Pemasangan thorax-drain pads penderita dengan fraktur iga, haemothoraks atau pneumothoraks. 4) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median panjang. Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah: Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan. Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan berasal dari organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon abdomen untuk sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem vaskuler. Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung. Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads anestesi untuk memperbaiki volume darah. Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi atau reseksi usus dengan anastomosis. Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik. Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan memperhatikan daerah. Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis serta kutis dibiarkan terbuka. (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).5. Prinsip dasar anestesi?a. Prinsip dasar anestesi adalah: Tidak boleh terjadi hipoksia atau anoksia. Jalan pernafasan penderita harus dijaga aman dan bebas. Jangan memberikan anestesi apabila belum ada izin dan antara resiko dan hasil tindakan anestesi tidak ada keseimbangan yang menguntungkan. Jangan menyalahgunakan waktu sehingga program tertunda. Janganlah memberikan anestesi tanpa membuat laporan tertulis. Semua peralatan harus dipersiapkan dalam keadaan rapih dan bersih. Tubuh penderita harus dilindungi dari pengaruh yang merugikan selama pembedahan dan bertanggung jawab atas keselamatannya. Janganlah menyerahkan penderita kepihak lain apabila penderita belum sadar. Janganlah memberikan obat atau tindakan anestesi yang tidak dikuasai. Dalam keadaan apapun harus mengutamakan kepentingan penderita diatas kepentingan lainnya.b. Konsep dasar anestesi adalah: Memberikan pelayanan anestesi, analgesi dan sedasi yang aman, efektif, manusiawi dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medik atau trauma yang menyebabkan nyeri, kecemasan dan stres psikis lainnya. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan, perdaran darah dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena menjalani prosedur medik, trauma atau penyakit lain. Melakukan reanimasi dan resusitasi jantung, paru, otak (basic advanced prolonged life support) pada kegawatan mengancam jiwa dimanapun pasien berada (ruang gawat darurat, kamar bedah, ruang pulih sadar, ruang intensif / ICU). Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena menjalani prosedur medik, trauma atau penyakit lain. Mengatasi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat pembedahan, trauma maupun nyeri persalinan). Menanggulangi masalah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri kanker dan penyakit kronik). Menberikan bantuan terapi pernafasan. (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2004).

DAFTAR PUSTAKASudoyo, Aru. W, Bambang Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simabrata K. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. JakartaCorwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. EGC. JakartaSherwood, L. 2001.Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta; EGC. Guyton, AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta; EGC. Despopoulos. Agamemnon. Stefan Sibernagl. 2003. Color atlas of physiology. 5th Edition. New York; Thieme Stuttgart.