theodolit topcon
TRANSCRIPT
THEODOLIT TOPCON
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki
sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering
digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
verticalnya dibuat 90º.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di
dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-
siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker
ketinggian suatu bangunan bertingkat.
A. BAGIAN – BAGIAN DARI THEODOLIT
Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :
1. Bagian atas, terdiri dari :
o Teropong / Teleskope
o Nivo tabung
o Sekrup Okuler dan Objektif
o Sekrup Gerak Vertikal
o Sekrup gerak horizontal
o Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
o Nivo kotak
o Sekrup pengunci teropong
o Sekrup pengunci sudut vertical
o Sekrup pengatur menit dan detik
o Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
2. Bagian Bawah terdiri dari :
o Statif / Trifoot
o Tiga sekrup penyetel nivo kotak
o Unting – unting
o Sekrup repitisi
o Sekrup pengunci pesawat dengan statif
B. MACAM / JENIS THEODOLIT
Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:
1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga
bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur.
Theodolit yang di maksud adalah theodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A (Kem)
2. Theodolite Repitisi
Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya
dapt diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak.
Akibatnya dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0º, dapat
ditentukan kearah bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke
dakm jenis ini adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE
(Topcon), Th-51 (Zeiss)
1. Macam Theodolit menurut sistem bacaannya:
Theodolite sistem baca dengan Indexs Garis
Theodolite sistem baca dengan Nonius
Theodolite sistem baca dengan Micrometer
Theodolite sistem baca dengan Koinsidensi
Theodolite sistem baca dengan Digital
2. Theodolit menurut skala ketelitian
Theodolit Presisi (Type T3/ Wild)
Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)
Theodolit Spuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)
Theodolit Satu Menit (Type T0 / Wild)
Theodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)
C. PERSYARATAN OPERASI THEODOLIT
o Sumbu ı harus tegak lurus dengan sumbu ıı (dengan menyetel nivo tabung dan nivo
kotaknya).
o Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu ıı.
o Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan indeks skala tegak.
o Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu ıı.
D. CARA-CARA PENYETELAN THEODOLIT:
o Dirikan statif sesui dengan prosedur yang ditentukan.o Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan
peawat dan sekrup pengunci di kepala statif.o Stel nivo kotak dengan cara:
Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser kearah garis sekrup C. (lihat gambar a)
Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah
(lihat gambar b)
Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.
Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel
(A,B,C), maka caranya adalah:
Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B (lihat gambar a)
Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung
nivo bergeser ke tengah (lihat gambar a)
Putarlah teropong 90º ke arah garis sekrup C (lihat gambar b)
Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah.
Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara
memutar teropong ke segala arah
E. CARA PEMBACAAN BAAK UKUR
Pada rambu ukur akan terlihat huruf E dan beberapa kotak kecil yang berwarna merah dan hitam.
Setiap huruf E mempunyai jarak 5 cm dan setiap kotak kecil panjangnya 1cm.
F. LANGKAH PERHITUNGAN
G. PERHITUNGAN JARAK
JIKA MEMAKAI SUDUT VERTIKAL (ZENITH) :
o Do = (BA-BB) x100 x sin V, jarak optis
o Do = (BA-BB) x 100 x sin2 V, jarak datar
JIKA MEMAKAI SUDUT VERTIKAL (ELEVASI)
o Do = (BA-BB) x 100 x cos V, jarak optis
o Do = (BA-BB) x100 x cos2 V, jarakk datar
H. PERHITUNGAN BEDA TINGGI (∆H)
Jika memakai sudut vertical (zenith) :
∆h = ta + dh – BT
tan V
Jika memakai sudut vertical (elevasi) :
∆h = ta + (dh x tan V) – BT
I. PERHITUNGAN KETINGGIAN
TPx = TP1 + ∆h
TP1 adalah ketinggian di titik pesawat
Theodolit PENDAHULUANTeodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon ( detik ). Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90. Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
NAMA-NAMA BAGIAN THEODOLITSecara umum, konstruksi teodolit terbagi atas tiga bagian :1. Bagian Atas, terdiri dari :a. Teropong / teleskopeb. Lingkaran skala tegakc. Nivo tabungd. Sekrup okuler dan obyektife. Sumbu mendatar ( sb. II )f. Sekrup gerak vertikalg. Teropong bacaan sudut
2. Bagian Atas, terdiri dari :a. Penyangga bagian atasb. Sekrup mikrometerc. Sumbu tegak ( sb. I )d. Nivo kotake. Sekrup gerak horisontal
3. Bagian Bawah, terdiri atas :a. Lingkaran skala mendatarb. Sekrup repetisic. Tiga sekrup penyeteld. Tribrache. Kiap
MACAM / JENIS THEODOLITMacam teodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu :
1. Teodolit Reiterasi ( Teodolit Sumbu Tunggal ) Dalam teodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa diatur. Theodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type To ( Wild ) dan type DKM-2A ( Kern ). Lihat skem akonstruksinya !
2. Theodolit Repetisi Konstruksinya kebalikan dengan teodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat diatur dan dapat mengelilingi sumbu tegak ( sumbu I ). Akibat dari konstruksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0, dapat ditentukan ke arah bidikkan / target yang dikehendaki. Teodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type TM 6 dan TL 60-DP ( Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 ( Zeiss ). Lihat skema konstruksinya !
Macam theodolit menurut sistem psmbacaannya :1. Theodolit sistem bacaan dengan Index Garis2. Theodolit sistem bacaan dengan Nonius3. Theodolit sistem bacaan dengan Micrometer4. Theodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi5. Theodolit sistem bacaan dengan Digital
Macam teodolit menurut akala ketelitian :1. Theodolit Presisi ( Type T3 / Wild )2. Theodolit Satu Sekon ( Type T2 / Wild )3. Theodolit Sepuluh Sekon ( Type TM-10C / Sokkisha )4. Teodolit Satu Menit ( Type To / Wild )5. Teodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern )
PERSYARATAN OPERASI THEODOLIT1. Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II ( dengan menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya ).2. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.3. Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak.4. Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II. ( syarat 2, 3, 4 sudah dipenuhi
oleh pabrik pembuatnya )
CARA-CARA PENYETELAN THEODOLIT :1. Dirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.2. Pasang pesawat di atas kepala statif dengan mengikatkan landasan pesawat dan sekrup pengunci di kepala statif.3. Stel nivo kotak dengan cara : a. Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser ke arah garis sekrup C. ( lihat gambar a )b. Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke tengah. ( lihat gambar b )
4. Setel nivo tabung dengan sekrup ungkit ( helling ).Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (sekrup ABC), maka caranya adalah :
a. Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB ( lihat gambar a)b. Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung nivo bergeser ke tengah ( lihat ganbar a ).c. Putarlah teropong 90 ke arah garis sekrup C ( lihat gambar b ).d. Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke tengah-tengah.
5. Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara yang sama seperti langkah sebelumnya. Penyetelan akan dianggap benar apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.
6. Pesawat diarahkan ke segala arah.Cara pembacaan bak ukur : Pada rambu ukur akan terlihat huruf E dan beberapa kotak kecil yang
berwarna merah dan hitam yang berada di atas warna dasar putih. Setiap huruf E mempunyai jarak 5 cm dan setiap kotak kecil panjangnya 1 cm.
LANGKAH PERHITUNGAN
1. Perhitungan Jarak
Jika memakai sudut vertikal (zenith) :do = (BA-BB) x 100 x sin V , jarak optisdo = (BA-BB) x 100 x sin2 V , jarak datarJika memakai sudut vertikal (elevasi) :do = (BA-BB) x 100 x cos V , jarak optisdo = (BA-BB) x 100 x cos2 V , jarak datar
2. Perhitungan Beda Tinggi ( ∆h )Jika memakai sudut vertikal (zenith) :∆h = ta + dh - BT tan VJika memakai sudut vertikal (elevasi) :∆h = ta + (dh x tan V) - BT
3. Perhitungan Ketinggian TPx = TP1 + ∆h , TP1 adalah ketinggian di titik pesawat
PESAWAT TEODOLIT TOPCON TL 6 G
Cara membaca sudut :
Hasil bacaan sudut horisontal : 000 17’ 20”
Contoh bacaan mikro meter :
PESAWAT TEODOLIT T1 AE
Keterangan :1. Visir
2. Teropong
3. Sekrup pengunci gerak vertikal
4. Sekrup okuler
5. Kaca penerang
6. Teropong pembaca sudut
7. Sekrup obyektif
8. Sekrup gerak halus vertikal
9. Nivo tabung
10. Sekrup mikrometer
11. Centring optis
12. Sekrup gerak halus horisontal atas
13. Sekrup gerak halus pengunci atas
14. Sekrup pengunci grk halus hz bwh
15. Sekrup gerak halus horisontal bwh
16. Lensa penerang
17. Nivo kotak
18. Tribarch
19. Sekrup penyetel
20. Statif
Theodolite, merupakan alat presisi untuk pengukuran sudut horizontal dan vertikal. Theodolite digunakan khususnya untuk aplikasi surveying dan telah diadaptasi untuk kepentingan tertentu dalam bidang-bidang yang terkait dengan metrology dan teknologi peluncuran roket. Theodolit modern terdiri atas teropong yang dapat digerakan dengan mudah yang dipasang pada dua sumbu yang saling tegak lurus, sumbu horizontal dan vertikal. Ketika teropong diarahkan ke taget, sudut dari setiap sumbu baik horizontal maupun vertikal dapat dihitung dengan akurat, biasanya dalam seconds of arc.
Bagian-bagian Theodolit diantaranya:
a. Teropong yang dilengkapi garis bidik
b. Lingkaran skala vertikal
c. Sumbu mendatar
d. Indeks pembaca lingkaran skala tegak
e. Penyangga sumbu mendatar
f. Indeks pembaca lingkaran skala mendatar
g. Sumbu tegak
h. Lingkaran skala mendatar
i. Nivo kotak
j. Nivo tabung
k. Tribach
l. Skrup kaki tribach
Berikut ini contoh Theodolite:
Berikut ini macam-macam bentuk diafragma/benang silang
Pengelompokan Theodolite:
1. Berdasarkan Konstruksinya
a. Theodolite Repetisi
Lingkaran skala mendatar dapat diatur mengelilingi sumbu tegak. Bila sekrrup pengunci lingkaran skala mendatar dibuka, maka tidak dapat dilakukan pengukuran sudut. Besarnya sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua buah target hanya dapat diukur kalau skrup pengunci lingkaran skala mendatarnya terkunci. Sebab, bila skrup pengunci skala lingkaran mendatar tidak dikunci, maka saat diputar piringan skala mendatar ikut berputar bersama-sama dengan indeks pembaca lingkaran mendatar.
Keuntungannya adalah dimungkinkannya mengubah bacaan pada suatu arah garis bidik tertentu. Misal pada suatu arah garis bidik di A bacaan skala mendatarnya dibuat nol derajat, kemudian garis bidik diarahkan ke B, maka bacaan skala mendatar di B, juga merupakan sudut APB.
b. Theodolite Reiterasi
Lingkaran skala mendatar Theodolite menyatu dengan tribach, sehingga lingkaran mendatar tidak dapat diputar. Akibatnya bacaan lingkaran mendatarnya untuk suatu target merupakan suatu bacaan arah. Jadi sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua target adalah bacaan arah kedua dikurangi bacaan arah pertama.
2. Berdasarkan Sistem Pembacaan
a. Sistem dengan indeks garis
b. Sistem dengan nonius
c. Sistem dengan micrometer
d. Sistem koinsidensi
Contoh sistem bacaan koinsidensi:
3. Berdasarkan Ketelitiannya
a. Theodolite presisi/teliti, misal Wild tipe T-3
b. Theodolite satu sekon, misal Wild tipe T2
c. Theodolite puluhan sekon, misal Shokisa tipe TM-20
d. Theodolite satu menit, misal Wild tipe T0
Syarat sebelum mengukur sudut
1. Sumbu tegak (sumbu I) harus benar-benar tegak
Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat theodolit diputar mendatar dan gelembung nivo berubah posisi tidak ditengah lagi, maka berarti sumbu-I tidak vertical, ini disebabkan oleh kesalahan sistim sumbu yang tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar.
2. Sumbu mendatar (sumbu II) harus benar-benar mendatar
3. Garis bidik harus tegak lurus mendatar
Untuk memenuhi syarat kedua dan ketiga lakukan langkah-lankah sebagai berikut:
Gantungkan unting-unting pada dinding. Benang diusahakan agar tergantung �bebas (tidak menyentuh dinding atau lantai)
Setelah sumbu tegak diatur sehingga benar-benar tegak, garis bidik diarahkan ke bagian atas benang. Kunci skrup pengunci sumbu tegak dan lingkaran skala mendatar.
Gerakkan garis bidik perlahan-lahan ke bawah Bila sumbu mendatar tegak lurus dengan sumbu tegak dan garis bidik tegak lurus dengan
sumbu mendatar maka garis bidik akan bergerak sepanjang benang unting-unting ( tidak menyimpang dari bidikan benang)
4. Tidak ada salah indeks pada skala lingkaran tegak
Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi maka arahkan garis bidik ketitikyang agak jauh.
Ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak. Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith z. Putar teropong 180derajat kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang sama Periksa gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila belum terletak di�
tengah. Baca lingkaran skala tegak, missal z’. Bila bacaan z’ = 360-z, maka salah indeks
adalah 0
Apabila keempat syarat tidak terpenuhi maka diadakan pengaturan. Untuk mendapatkan sudut horizontal yang benar maka syarat pertama kedua dan ketiga harus benar-benar dipenuhi, sedangkan syarat keempat dipenuhi untuk mendapatkan sudut vertikal yang benar.
Mengatur Sumbu Tegak
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak adlah sebagai berikut:
Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 skrup kaki tribrach. Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup kaki tribrach
secara bersamaan dengan arah yang berlawanan. Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putar theodolit 90 derajat
tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya memutar skrup kaki tribrach yang ketiga. Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki tribrach 1 dan 2) Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum berada ditengah. Kemudian putar theodolit 180 derajat, sehingga nivo berputar mengelilingi sumbu tegak
dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki kiap 1 dan 2. Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka gelembung nivo akan
tetap berada ditengah
Theodolit dapat diklasifikasikan atas dasar beberapa hal antara lain :Atas dasar konstruksi sumbu I• Theodolit repetisi (sumbu ganda)• Theodolit reiterasi (sumbu tunggal)
Atas dasar tingkat ketelitian• Tipe T0 (tidak teliti / ketelitian rendah sampai 20”)• Tipe T1 (agak teliti 20” – 5”)• Tipe T2 (teliti, sampai 1”)• Tipe T3 (teliti sekali, sampai 0,1”)• Tipe T4 (sangat teliti, sampai 0,01”)Catatan :• T0 dan T1 disebut dengan Low order theodolite• T2 disebut dengan Unversal theodolite• T3 dan T4 disebut dengan Geodetic theodolite
Atas dasar adanya boussole/kompas• Theodolit boussole (theodolit kompas)• Theodolit ofset boussole• Theodolit tanpa boussole
Atas dasar sistem pembacaan• Indeks garis• Nonius
• Mikrometer• Pembacaan ganda (koinsiden)• Skala digital dan elektronik (pada theodolit digital dan Total Station)
Atas dasar sistem senteringnya• Sentering mekanis (dengan unting-unting)• Sentering optis• Sentering tongkat teleskopik
Adapun negara produsen alat ukur theodolit dan merknya antar lain :• Jepang : Nikon, Topcon, Sokisha, Sokia, Asahi Pentax• Jerman : Fennel Kassel, Wild, Breithaup, dll• Swisserland : Kern, Zeiss, Zeiss Jena, dll• Beberapa negara lain seperti Hongaria, Rusia, dan lain-lain produksinya kurang mendapat pasaran di Indonesia.
Bagian-bagian alat ukur theodolite T0
Keterangan gambar theodolite T0 :1. Plat dasar2. Sekerup penyetel ABC3. Tribrack4. Klem penggerak halus (alhidade) Horisontal5. Klem sumbu horisontal (II)6. Klem penyeimbang nivo tabung7. Nivo kotak8. Lensa Okuler teropong9. ronsel penjelas bayangan10. visir pembantu pembidikan11. Nivo tabung12. Sekerup koreksi nivo
13. Reflektor sinar14. Klem sumbu I vertikal15. Penggerak halus vertikal16. Plat Pelindung17. Lensa Obyektif teropong18. Mikroskop pembacaan19. Sekerup penyetel benang stadia
Cara Pemakaian dan Pembacaan Theodolite T0
Pembidikan Dengan Teropong pada TheodolitMembidik target (rambu) dilakukan untuk mendapatkan data ukuran sudut dan jarak, setelah sebelumnya alat berdiri dan dilakukan pengaturan alat. Adapun langkah-langkah membidik dengan teropong sebagai berikut :
Arahkan teropong ke target (rambu), gunakan visir untuk memudahkan pendekatan awal ke target sasaran. Gunakan ronsel penjelas bayangan untuk memperjelas target agar benar-benar terlihat jelas.
Setelah teropong mengarah ke target, kunci klem horisontal dan klem sumbu II (horisontal). Untuk membidik rambu tepat ditengah-tengah rambu, gerakan teropong dengan klem
penggerak halus horisontal. Untuk mendapatkan posisi bacaan rambu yang tepat, gerakan teropong ke arah atas atau
bawah dengan menggunakan klem penggerak halus vertikal. Baca rambu dan catat Apabila benang silang (stadia) kurang terlihat dengan jelas, putar lensa okuler teropong ke arah
putaran kiri ataupun kanan sehingga benang silang tampak jelas.
Pembacaan Rambu ukur
Berbagai jenis dan ukuran rambu yang diproduksi oleh masing-masing produsen alat ukur. Hal yang perlu diperhatikan dari rambu adalah :
Skala rambu dalam cm atau mm atau interval jarak pada garis-garis dalam rambu tersebut setiap berapa cm atau berapa mm.
Skala dari rambu, terutama pada daerah sambungan rambu harus benar. Rambu berdiri tepat di atas target, posisi tegak lurus dengan arah bacaan menghadap ke arah
theodolit yang sedang membidik. Salah satu contoh pembacaan skala pada rambu ukur :
Keterangan dari gambar :• bb = 100 cm• ba = 108 cm• bt = 104 cm• sebagai pengecekan : bt = (ba-bb)/2
Pembacaan Skala Vertikal dan Skala Horisontal pada Theodolite
Theodolit dalam hal pembacaan lingkaran horisontal dan vertikal dapat dibagi kedalam 5 macam yaitu :
Indeks garis Nonius Mikrometer Pembacaan ganda (koinsiden) Skala digital dan elektronik (pada theodolit digital dan Total Station)
Untuk sistem pembacaan koinsidensi (sistem bacaan ganda) memiliki kondisi sebagai berikut :
Pembacaan lingkaran horisontal memiliki 2 mikroskop pembacaan dan 1 mikroskop untuk lingkaran vertikal.
Pada pembacaan mikroskopnya dua bacaan piringan terlihat menjadi satu pembacaan dengan arah berbalikan.
Pada mikroskop baca akan nampak garis-garis skala S dan S’ yang berbalikan yang umumnya tidak berimpit. Dengan menggunakan mikrometer garis-garis skala S dan S’ diimpitkan. Besarnya pergeseran dibaca pada mikrometer. Harga bacaan skala merupakan penjumlahan bacaan pada skala S dengan bacaan pada mikrometer.
Contoh pembacaan skala secara koinsidensi pada piringan horisontal dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Penjelasan :
Skala utama yang dibaca adalah angka yang nampak tegak (S) Cari angka pada skala S dan S’ yang berdekatan dan berselisih 180°. Angka dimaksud adalah 240°
dan 60°(terbalik). Angka 240° dengan 60° berjarak 2 kala, dimana 1 skala utama harganya 20’, maka
pergeserannya adalah 2 x 20’ = 40’. Selebihnya dibaca pada mikrometer, yaitu 56”.
Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat theodolit diputar mendatar dan gelembung nivo berubah posisi tidak ditengah lagi, makaberarti sumbu-I tidak vertical, ini disebabkan oleh kesalahan sistim sumbu yang tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar.
Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat theodolit diputar mendatar dan gelembung nivo berubah posisi tidak ditengah lagi, makaberarti sumbu-I tidak vertical, ini disebabkan oleh kesalahan sistim sumbu yang tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar.
Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat theodolit diputar mendatar dan gelembung nivo berubah posisi tidak ditengah lagi, makaberarti sumbu-I tidak vertical, ini disebabkan oleh kesalahan sistim sumbu yang tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar.
Garis bidik harus tegak lurus sumbu mendatar, Untuk memenuhi syarat kedua dan ketiga lakukan langkah-langkah sebagai berikut
1. Gantungkan unting-unting pada dinding. Benang diusahakan agar tergantung bebas (tidak menyentuh dinding atau lantai)2. Setelah sumbu tegak diatur sehingga benar benar tegak, garis bidik diarahkan ke bagian atas benang. Kunci skrup pengunci sumbu tegak dan lingkaran skala mendatar3. Gerakkan garis bidik perlahan-lahan ke bawah4. Bila sumbu mendatar tegak lurus dengan sumbu tegak dan garis bidik tegak lurus dengan sumbu mendatar
maka garis bidik akan bergerak sepanjang benang unting-unting tidak menyimpang dari bidikan benang).
1. Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi maka arahkan garis bidik ketitik yang agak jauh.
2. Ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak3. Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith z.4. Putar teropong 180 kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang sama5. Periksa gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila belum terletak di tengah6. Baca lingkaran skala tegak, missal z’. Bila bacaan z’ = 360-z maka salah indeks adalah 0