the social contruction of multicultural based … · 2017-10-17 · bahwa tidak alasan lagi faham...

16
211 THE SOCIAL CONTRUCTION OF MULTICULTURAL BASED ON THE UMMUL QUR’AN Ali Sukamtono* ABSTRACT The social reality of religion, state and nation in the lately twenty years in the world tends to more and more unrest fenomena, included in Indonesia although it is famous with the high pluralism and tolerant as a nation. The universal Islamic values (rahmatal lil alamin), as if, it were not able to respond some global challenges. The Ummul Qur’an (al-Fatihah) as a the essence of the Decree of God is so relevant to elaborate and to solve the events and social problems. The seven verses in surah al- Fatihah contains three major of Islamic teachings, God (Tuhan), Nature (Alam), and Man (Manusia). They are integrated and unseparated each others. In surah al-Fatihah verse 1, 2 and 3 is also manifestated in Pancasila verse 1, 2 and 3. Allahu Akbar, The Almighty God. First, the belief in God; is a essence of the belief, the oneness, and the truth of rality teachings (hablum minalloh). In short, how to have religion. Second, humanity in justice and civilized; is an extensive elaboration of the Islamic Teachings and Ritual Obligations (hablum minan nas); how to have a nation. Third, the Unity of Indonesia; is a * Teaching staff at Post Graduate Program, Darul Ulum University of Jombang, East Java.

Upload: phamthu

Post on 29-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

211

THE SOCIAL CONTRUCTION OFMULTICULTURAL BASED ON THE

UMMUL QUR’AN

Ali Sukamtono*

ABSTRACTThe social reality of religion, state and nation in the latelytwenty years in the world tends to more and more unrestfenomena, included in Indonesia although it is famous withthe high pluralism and tolerant as a nation. The universalIslamic values (rahmatal lil alamin), as if, it were not ableto respond some global challenges.

The Ummul Qur’an (al-Fatihah) as a the essence of theDecree of God is so relevant to elaborate and to solve theevents and social problems. The seven verses in surah al-Fatihah contains three major of Islamic teachings, God(Tuhan), Nature (Alam), and Man (Manusia). They areintegrated and unseparated each others. In surah al-Fatihahverse 1, 2 and 3 is also manifestated in Pancasila verse 1, 2and 3. Allahu Akbar, The Almighty God.

First, the belief in God; is a essence of the belief, theoneness, and the truth of rality teachings (hablum minalloh).In short, how to have religion. Second, humanity in justiceand civilized; is an extensive elaboration of the IslamicTeachings and Ritual Obligations (hablum minan nas); howto have a nation. Third, the Unity of Indonesia; is a

* Teaching staff at Post Graduate Program, Darul Ulum University ofJombang, East Java.

212

International Seminar on Islamic Civilization

reconstructed thoughts of charity, morals and mysticism(hablum minal alam); how to a state.

By harmonizing and integrating the three componentsof TAM, Insya Alloh, God Willing, the crisis of religiousness,the crisis of stateness and the crisis of stateness will be resolved.This article is reconstructing an integrative, constructive,harmonized, interconnective social reality thought. Thisarticle is also a further development of research of the author.

Key words: The Social Construction of Multicultural, UmmulQur’an

PENDAHULUAN

Keberagaman kultur sosial Indonesia merupakananugerah sekaligus masalah. Kekayaan alam yang

melimpah dan jumlah suku bangsa, bahasa, agama danbudaya yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara adalahsebuah keniscayaan. Kenyataan ini patut kita syukuri, sebabbila tidak akan menjadi duri dalam urat nadi. Bagaimanacara mensyukurinya? Mengapa faham radikal terusberkembang?

Alhamdulillah, kita telah diberi petunjuk berupa al-Qur ’an untuk memecahkan semua permasalahan.Kandungan al-Qur’an terangkum dalam um’mul Qur’an ataual Fatiha. Tujuh ayat yang dibaca beru-ulang ini sudah sangatfamilier di kalangan umat Islam. Mari kita gunakan UmmulQur’an ini sebagai basik untuk memahami kenyataan sosialyang multikultural ini.

Disamping kalam Ilahi tersebut, diperlukan teori sebagaipisau analisis untuk membedah peristiwa sosial yang terusberubah. Setidaknya ada dua teori yang relevan untuk

213

mengupasnya, yaitu teori Konnstruksi Sosial oleh Peter L.Berger dan teori Strukturasi oleh Antony Giddens. Keduanyaadalah sosiolog kontemporer kenamaan.

Gambar 1INSPIRASI KONSTRUKTIF

TAFSIR SOSIAL MULTIKULTURAL

Pada tahun 1966 Peter L. Berger dan Thomas Luckmannmenulis buku “The Social Construction of Reality, A Treatisein Sociology of Kowledge”. Pada tahun 1990 buku tersebutditerjemehkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul“Tafsir Sosial atas Kenyataan, Risalah tentang SosiologiPengetahuan”, Penterjemah Hasan Basari; Pengantar FransM. Parera, Penerbit LP3ES Jakarta. Buku tersebut penulis bacasejak tahun 1994, saat belajar di S2 dan S3 Ilmu Sosial PPs

The Social Contruction Of Multicultural Based On The Ummul Qur’an

214

International Seminar on Islamic Civilization

Unair Surabaya. Di dalamnya terdapat kutipan dari tulisanIbnu al Arabi, mistikus Islam terkenal: “Selamatkan kamiya Allah, dari lautan nama-nama!” “Seruan Ibnu al Arabiini sering kami ulang selama kami belajar Sosiologi”. Kalimatsingkat tersebut sangat unik, isinya yang sangatmenginspirasi.

Unik, di luar dugaan, ternyata terdapat sosiolog terkenalyang mengagumi karya Ibnu al Arabi, yang kemudian diikutibanyak sosiolog kontemporer. Justru, di kalangan ilmuwanmuslim sendiri, baik dari kalangan pesantren maupunakademisi, gerakan ini jarang ditemui. Di sisi lain, kontenisinya sangat manginspirasi; dari kalimat singkat tersebut bisaditafsirkan atau di-breakdown tiga pengertian utama.

Pertama, pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa. DiIndonesia yang multikultur ini, kata atau nama “Allah” bisadisebut dengan “Tuhan Yang Maha Esa”, yang menjadi silapertama Pancasila, dasar negara Republik Indonesia. Sangatkonstruktif dan strategik. Pengakuan ini sekaligus bermaknabahwa tidak alasan lagi faham atheis untuk hidup di Indonesia.

Kedua, banyak sekali nama atau konsep di alam duniaini yang tidak terhitung jumlahnya. Nama-nama atau konsep-konsep tersebut ada yang diciptakan oleh Allah dan ada yangdibuat oleh manusia. Setiap ada barang baru pasti munculnama baru. Setiap ada hasil penemuan maka muncul namaatau konsep baru. Sudah begitu banyak hasil penemuanmanusia, baik yang tidak sengaja, try and error, maupun yangdisengaja melalui penelitian terstruktur. Kita bebas memilihkonsep mana yang kita anggap penting.

215

Ketiga, manusia akan tenggelam dalam lautan nama-nama tanpa proteksi Allah, Tuhan YME. Kita sadar, bahwasesungguhnya kita ini lemah, terutama ketika berhadapandengan nama atau konsep yang begitu banyak. Tanpaperlindungan dari Allah pasti tersesat. Karena itu dalam ajaranIslam kita sangat dianjurkan membaca istiadah sebelummembaca ayat-ayat al-Quran, baik yang terdiri dari ayat-ayat kauniyah maupun yang qauliyah. Syetan akan selalumenyesatkan manusia melalui berbagai cara, termasukdalam memahami atau menafsirkan nama-nama ataukonsep-konsep tersebut. Ajaran tentang membaca isti’adahini terdapat dalam Surat an Nahl ayat 98:

LANGKAH PERTAMA YANG MENENTUKANSebagai umat Islam kita yakin al-Quran sebagai sumber

kebenaran. Semua isi kandungannya terangkum dalam UmulQuran (al-Fatihah). Mari, tujuh ayat yang dibaca berulang–ulang ini (QS 15:87) kita gunakan sebagai unit analisis dalamkonstruksi berfikir dan berbuat. Secara sistematik al Fatihahterdiri dari ayat 1,2,3,4,5,6 dan 7. Lalu kita beri angka berapaistiadah? Karena istiadah dibaca sebelum al Fatihah,logikanya sebelum angka 1 adalah angka nol. Maka yangpaling tepat untuk istiadah adalah angka nol.

Angka nol adalah angka yang sangat fenomental. Dalamperkembangan ilmu pengetahuan, khusunya matematika,ilmuwan Arab (Islam) telah menemukan angka 0 (nol) yangkemudian dikenal dengan angka Arab (the Arabic number)

The Social Contruction Of Multicultural Based On The Ummul Qur’an

216

International Seminar on Islamic Civilization

yang memiliki sepuluh angka (1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan 0).Berbeda dengan angka Romawi (the Greece number) yangtidak memiliki angka nol. Dengan ditemukannya angka nolini, ilmu pengetahuan teknologi berkembang dengan sangatpesat seperti yang kita saksikan sekarang ini. Karena itu parailmuwan, termasuk ilmuwan Barat menyatakan terima kasihkepada ilmuwan Islam yang telah menemukan angka nolini.

Angka nol digambar atau ditulis dengan bentuk bulatatau lingkaran. Mengapa? Karena faktanya ciptaan Allahsemua wujudnya bulat. Matahari dan bulan wujud ataubentuknya bulat seperti yang kita lihat. Secara empirik matakepala kita melihat sendiri secara langsung. Ini adalahkebenaran yang nyata, ainul yakin (kebenaran empirikalamiyah) yang berbasis pada keberadaan ALAM.

Berikutnya, apa benar bumi itu juga bulat? Apa kitamelihat sendiri? Tidak, tapi kata ilmuwan, yang menggam-barkan bumi seperti globe yang berbentuk bulat mirip bola.Bentuk keyakinan ini disebut ilmul yakin (kebenaran teoretikinsaniyah) yang berbasis pada hasil pemikiran (MANUSIA).Albert Einstein, ilmuwan terkemuka mengatakan bahwabentuk asli fisik adalah bulat, dan dia berhasil menemukanTuhan. “God is subtle, but he is not malicious”.1 Artinya: Tuhanitu halus (bulat), tapi Dia tidak jahat.

Tentang wujud matahari, bulan, dan bumi berbentukbulat juga sudah terindikasi oleh al Quran Surat Yasin ayat

1 Encyclopedia Britania, USA: Copyright under International Copyright Union,1964. vol. 8, p. 97.

217

40. Keyakinan akan kebenaran bahwa alam semesta, termasukmatahari dan bulan, langit dan bumi berbentuk bulat inidisebut haqqul yakin (kebenaran teologtik ilahiyah) yangbersumber pada firman (TUHAN).

Mana yang benar, bintang itu bulat atau segilima?Mengapa orang menggambar bintang bentuknya segilima,padahal faktanya wujudnya bulat? Jawabnya, kesepakatanatau ijma’. Karena keterbatasan indera manusia dalammengidenfikikasi alam nyata ini; apalagi alam gaib. Dibutuh-kan petunjuk dari Yang menciptakannya; ini perlu disadaridengan sepenuh hati.

Karena sangat jauh, bintang tidak tampak wujud, bentukatau strukturnya. Yang tampak adalah sifatnya, bintang itubersinar. Berapa jumlah sinarnya? Bila dilihat secara empirikdengan mata kepala, banyak sinar yang memancar, tampakkelap-kelip. Namun, bila dilihat dengan lensa cembung adaempat sinar yang panjang. Akhirnya disepakati secarateoretik konseptual bintang itu segilima bentuknya.Konseptualisasi ini berdasar asumsi, jari tangan dan kakimanusia jumlahnya lima.

Untuk mencapai kebenaran yang ideal komprehensip,senergitas antara kebenaran empirik, teologik dan teoretikdiperlukan langkah-langkah sistematik konstruktif. Bermulaberangkat dari nol menuju ke titik. Nol artinya nihil (tidakada), sedang titik maknanya ada (satu). Wujudnya, nol itulingkaran tanpa isi, sebaliknya titik itu bulatan tanpa kulit.Kalau keduanya dijadikan satu, maka nol posisinya ada di

The Social Contruction Of Multicultural Based On The Ummul Qur’an

218

International Seminar on Islamic Civilization

bagian luar sebagai kulitnya dan titik posisinya di dalamsebagai isinya. Dari mana kita mulai, dari luar atau daridalam? Secara logik teoretik kita sulit menjawabnya,tergantung posisi kita. Namun, secara teologik, Allah telahmemberi petunjuk kepada kia. Awalnya dimulai dari luar(lahir) diakhiri (batin), sebagaimana firman Allah dalam suratal Hadid ayat 3.

Lingkaran itu sejatinya adalah garis lurus. Bila kitaberjalan di atas bumi atau naik pesawat dari tempat ini,misalnya, lurus ke barat terus, pasti kita akan kembali ketempat semula. Bumi yang kita kelilingi itu teryata berupabulatan kecil, jauh bila dibanding planit-planit di alam jagatraya ciptaan-Nya. Dengan penalaran ini dapat kita fahamibahwa di dalam angka nol itu terdapat sesuatu, yaitu titik.Di mana kadang-kadang titik itu seolah-olah tidak berwujud(Wujuduhu ka adamihi).

Pada suatu penelitian misalnya, sebelum kita terjun kelapangan, sering disarankan agar mulai berangkat darihipotesis nol (H0) yang berarti, kemungkinan tidak ada (nol),tidak ketemu sesuatu yang akan kita cari di lapangan nanti.Di sisi lain, digunakan hipotesis alternatif (Ha) yang berartiakan ada sesuatu yang bisa kita temukan.

Dalam ajaran Islam, terdapat kalimat tauhid atau

kalimah thoyibah (Tidak ada Tuhan selain Allah).

Kalimat tauhid ini terdiri 4 kata: → → dan → . Dimulai

219

dari (nol) yang berarti tidak ada, manusia terus mencari(Tuhan) pencipta jagat raya beserta isinya ini. Banyak merekayang tersesat sehingga mempertuhankan alam (musyrik);(kecuali) mereka yang sungguh-sungguh mencari-Nya, Diaakan memperoleh petunjuk-Nya, sehingga berhasilmenemukan satu titik (ada), yaitu (makrifat), Dia itulah

(+ ), Tuhan Yang Maha Esa.

Konstruksi ini bisa difahami, bahwa suatu hakikatkenyataan itu dimulai diakhiri dengan . Allahberfirman dalam hadis Qudsi disebutkan:

Agar manusia tidak tersesat sangat dianjurkan untuksering-sering membaca isti’adah. Dengan pengertian, kitaharus menyadari bahwa sesungguhnya diri kita lemah,kosong, tidak ada apa-apanya, bodoh, fakir, miskin, tidakberdaya, dst. Kita tidak boleh sombang, merasa lebih baikdari yang lain. Selama kita masih merasa lebih baik dari yanglain, hidayah Allah pasti tidak akan datang. Dalam al-Quranbanyak kisah tentang itu, antara lain kisah Nabi Adam danNabi Yunus. Mereka baru mendapat pertolongan Allah ketikabenar-benar menyadari kelemahannya.

Dengan kesadaran ini, kita akan rela memposisikan diripada strata yang paling rendah, seperti gelas yang kosong.Yang kita cari adalah air. Sedikit demi sedikit gelas tentu akanterisi air yang dituangkan oleh yang mengetahui. Dengan

The Social Contruction Of Multicultural Based On The Ummul Qur’an

220

International Seminar on Islamic Civilization

demikian jelas, strategi sebelum melangkah mengerjakansesuatu adalah mulai dari nol menuju titik (angka satu)dengan membaca isti’adah. Langkah berikutnya adalahmembaca ummul Qur’an yang terdiri dari 7 (tujuh) ayat.

Gambar 2UMMUL QURAN SEBAGAI BASIK KONSTRUKSI

SOSIAL

Ayat pertama,,subtansinya adalah keberadaan Allah(Tuhan Yang Maha Esa), Dialah yang pertama ada (wujud)yang memiliki dua sifat utama yaitu Rahman dan Rahim.Rahman bersifat duniawi lahiriyah dan rahim bersifat ukhrowibatiniyah. Hubungan keduanya konstruktif dualitas(berpasangan), bukan destruktif dualisme (berlawanan).Istilah konstruktif dipinjam dari Berger2, dan istilah dualitas

2 Peter L. Berger, & Thomas Luckmann, 1966, The Social Construction ofReality, A Treatise in Sociology of Kowledge, Doubleday & Company,Inc. Garden City, New York.

221

pinjam dan Giddens.3 Dengan teori konstruktif dualitas inibisa dieksplore berbagai istilah atau konsep seperti yangdiisyaratkan-Nya dalam Surat Yasin ayat 36:

Ayat kedua, subtansinya adalah alam (A), yang adasetelah Tuhan. Pada khazanah keilmuan Islam, alam seringdikontraskan dengan Tuhan sebagai kholiq (pencipta).Perdebatannya sangat panjang dan melelahkan, sehinggamenimbulkan banyak aliran madzab dalam perkembanganpemikiran dan pergerakan Islam.

Ayat ketiga, subtansinya adalah manusia (M), yangada setelah Tuhan dan alamni. Manusia memang termasukmakhluk, tapi sangat berbeda dengan makhluk yang lain,karena sangat sempurna baik lahir jasadnya maupun batinruhnya. Jasadnya berasal dari tanah (alam) dan ruhnyaberasal dari Allah. Karena itulah para malaikat pun disuruhbersujud. 4 Penulis pernah menyajikan formula A + T = M,bila dibalik M = A + T. Artinya, manusia (M) terdiri dari duaunsur (A+T). Ilmu Sosial (M) merupakan sinergi dari sains(A) dan agama (T)5

Ayat keempat, Tuhan diposisikan sebagai tujuan ( )iman tauhid, hablum minallah. Hakikat iman tauhid adalah

3 Anthony Giddens & Jonathan Turner, 1988, Social Theory Today, Califor-nia: Stanford University Press.

4 Sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.5 Ali Sukamtono, Procceding Seminar Nasional Pascasarjana II, ITS

Surabaya, 2002

The Social Contruction Of Multicultural Based On The Ummul Qur’an

222

International Seminar on Islamic Civilization

selalu dekat dengan Tuhan . Manusia inginselamat akhirat nanti, amalnya di dunia akan dibalas. Dengankata lain, pada yaumul hisab, timbangan padalanya lebihberat6 atau pada hari qiyamat mendapat syafaat. Untuk ituharus persis penempatannya.

Ayat kelima, manusia diposisikan sebagai proses( ) fiqh Islam, hablum minan nas. Dulukan kewajiban,baru menuntut hak, dulu baru . Ibadah dan bekerjakeras dulu, baru minta imbalan yang sepadan. Konstruksiyang dikembangkan oleh Kiai Musta’in, proses menegakkansyariat Islam ini harus menggunakan otak dan hati, dengansemboyan “Otak London Hati Masjidil Haram”. Otak urusandunia, seperti Inggris yang ibu kotanya London berhasilmenguasai dunia. Hati urusan akkhirat, seperti orang tawafbersemangat mengelilingi Masjidil Haram walaupun dalamkondisi apapun, demi keselamatan di akhirat nanti.7

Ayat keenam, alam diposisikan sebagai sarana ( )tasawuf Ihsan, hablum minal alam. Suatu tuuan ntuk sampaipada hasil dibutuhkan proses dan sarana atau jalan yangdalam bahasa al-Qur’an . Untuk men-dapatkan jalan yang benar ini, menurut Kiai Musta’in, hatinyaharus selalu berdikir dan otaknya harus selalu berfikirsebagaimana firman Allah (QS 3: 191).

6 Al Quraan Surat al Qoriah ayat 6-7 –Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka diaberada dalam kehidupan yang memuaskan (senang).

7 Ali Sukamtono, Tafsir Sosial TAM, Rekonstruksi Pemikiran Trisula KiaiMusta’in Romly, Islamadina, Jurnal Pascasarana Agama Islam Swasta,Vol. I, No.2, Juli-Desember 2016.

223

Ayat ketujuh, diposisikan sebagai hasil ( ) final, yangmerupakan inti yang paling penting. Akhirnya, kalau tidakmasuk surga, ya neraka. Tentu kita semua ingin masuk surgamengikuti jejak

. Amin.

Dengan demikian, umul Qur’an yang terdiri dari tujuhayat bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian. Bagianpertama, subtansi ontologi, ayat 1,2, dan 3. Bagian kedua,posisi epstemologi, ayat 4, 5, dan 6. Bagian ketiga, esensiaksiologi, yaitu ayat 7. Semuanya penting, namun yang pal-ing penting adalah yang terakhir8, hasilnya .

Gambar 2ARGUMEN TEOLOGIK, EMPIRIK, DAN TEORTIK

8

The Social Contruction Of Multicultural Based On The Ummul Qur’an

224

International Seminar on Islamic Civilization

Pancasila adalah sebuah konsep hasil kesepakatan (ijma’)para pendiri bangsa yang mayoritas muslim. RumusanPancasila ini dibangun dari dua arah yang sangat fundamen-tal. Pertama, berdasarkan fakta lahiriyah, material empirik,rasional historik, objektif mesureable, dan ilmiah nihilis, yangberangkat dari kekosongan ALAM (sains). Kedua,berdasarkan konsep batiniyah, ideal simbolik, spiritualnormatif, subjektif interpretable (multitafsir), dan ilahiyahTeologis, yang bermuara pada keberadaan TUHAN (agama).Adapun MANUSIA (sosial) posisinya berada di tengah,sehingga urutannya menjadi: Ketuhanan – Kemanusiaan –Keindonesiaan;

Keagamaan – Kebangsaan – Kenegaraan;Spiritualis – Humanis – Natulalis;Religius – Sosiologik – Sainstifik;Ilahiyah – Insaniyah – Alamiyah, dst.

225

DAFTAR PUSTAKAAzevedo, Jane, 1997, Mapping Reality, An Evolutionary Real-

ist Methodology for the Natural and social Sciences,State University of New York Press.

Berger, Peter L. & Luckmann, Thomas, 1966, The Social Con-struction of Reality, A Treatise in Sociology ofKowledge, Doubleday & Company, Inc. Garden City,New York.

————,1990, Tafsir Sosial atas Kenyataan, Risalah tentangSosiologi Pengetahuan, Penterjemah Hasan Basari;Pengantar Frans M. Parera, Jakarta: LP3ES.

Giddens, Anthony,, 1999, Runaway World, London: ProfileBooks.

Giddens, Anthony & Jonathan Turner, 1988, Social TheoryToday, California: Stanford University Press.

Sukamtono, Ali, Sinergi ATM (Sintesis Energi Alam, Tuhan,dan Manusia) : Sebuah Paradigma Penelitian Baru,Proceeding Seminar Nasional Pascasarjana II, ITSSurabaya: 4-5 September 2002

————, SYNERGY NGM (Synthesis of Energy of Nature,God, and Man): A Paradigm towards World Peace, In-ternational Seminar Globalization, Religion, and theMedia in the Islamic World: Intercultural Dialogue,Yogyakarta (Indonesia), October 8th-9th 2002

————, Rekonstruksi Pemikiran Kiai Musta’in tentangSistem Pendidikan di Universitas Darul ‘Ulum

The Social Contruction Of Multicultural Based On The Ummul Qur’an

226

International Seminar on Islamic Civilization

Jombang, Disertatasi, Ilmu Sosial, Unmer Malang,2011

————, Tafsir Sosial TAM, Rekonstruksi Pemikiran TrisulaKiai Musta’in Romly, Islamadina, Jurnal PascasaranaAgama Islam Swasta, Vol. I, No.2, Juli-Desember2016.