“the relationship of risk factors osteoarthritis disease
TRANSCRIPT
“THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE
AGAINTS EVENTS OCCURRENCE OF OSTEOARTHRITIS IN RSUD
ANWAR MAKKATUTU BANTAENG”
HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO PENYAKIT
OSTEOARTHRITIS TERHADAP ANGKA KEJADIAN
OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ANWAR MAKKATUTU BANTAENG
AULIA FATIMANISA
10542057714
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
RIWAYAT HIDUP
Nama : Aulia Fatimanisa
Tempat, Tanggal Lahir : Bantaeng, 12 Oktober 1997
Agama : Islam
Alamat : Residen Alauddin Mas Blok K/4
Nomor Telepon/Hp : 082319292740
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SD. Inpres Layoa
2. SMPN 2 Gantarang Keke
3. SMAN 2 Bantaeng
Riwayat Organisasi :
1. Sekretaris Bidang Tabligh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Pimpinan
Komisariat Fakultas Kedokteran 2015-2016
2. Sekretaris Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Pimpinan Komisariat
Fakultas Kedokteran 2016-2017
3. Anggota Padus Medical Art Club Fakultas Kedokteran Unismuh 2016-2017
4. Bendahara Umum Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Unismuh 2017-
2018
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama Lengkap : Aulia Fatimanisa
Tanggal Lahir : 12 Oktober 1997
Tahun Masuk : 2014
Peminatan : Kedokteran Komunitas
Nama Pembimbing Akademik : dr. Irwan Ashari M. Med. Ed
Nama Pembimbing Skripsi : dr. Irwan Ashari M. Med. Ed
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam
penulisan skripsi saya yang berjudul:
HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO PENYAKIT
OSTEOARTHRITIS TERHADAP ANGKA KEJADIAN
OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ANWAR MAKKATUTU BANTAENG
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Makassar, 06 Maret 2018
Aulia Fatimanisa
NIM 10542057714
i
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, Februari 2018
AULIA FATIMANISA, NIM 10542 0577 14
dr. Irwan Ashari M. Med. Ed
“HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO PENYAKIT
OSTEOARTHRITIS TERHADAP ANGKA KEJADIAN
OSTEOARTHRITIS DI RSUD ANWAR MAKKATUTU BANTAENG”
(xi + 55 halaman, 9 tabel, 2 gambar, 11 lampiran)
ABSTRAK
Latar belakang : Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degenerative pada
persendian dengan karakteristik berupa terjadinya kerusakan pada kartilago
(tulang rawan sendi) yang ditandai dengan gejala keterbatasan gerak sendi dan
nyeri pada saat digerakkan dan disebabkan oleh beberapa macam faktor yaitu
peningkatan usia, obesitas, jenis kelamin, trauma, infeksi sendi, trauma
okupasional, faktor genetik, riwayat peradangan sendi, gangguan neuromuskular
dan gangguan metabolik. Prevalesinya cukup tinggi di Indonesia sebanyak 11,9
persen, maka perlu diketahui faktor faktor risiko penyebab agar dapat dilakukan
pencegahan.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan faktor faktor risiko OA pada
pasien di RSUD Bantaeng
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif
analitik dengan metode cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Lokasi penelitian di RS Anwar Makkatutu Bantaeng
dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2017. Sampel penelitian ini sebanyak
100 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengambil data rekam medik Tahun 2015-2017. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji chi-Square.
Hasil : Hasil analisis didapatkan pada faktor risiko usia p = 0,000 (bermakna),
jenis kelamin p=0,001 (bermakna), dan obesitas p = 0,001 (bermakna).
Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis didapatkan adanya hubungan bermakna
antara usia, jenis kelamin dan obesitas terhadap pasien ostearthritis
Kata kunci: Usia, Jenis kelamin, obesitas, osteoarthritis
ii
FACULTY OF MEDICINES
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR
Skripsi, Februari 2018
AULIA FATIMANISA, NIM 10542 0577 14
dr. Irwan Ashari M. Med. Ed
THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS
DISEASE AGAINTS EVENTS OCCURRENCE OF OSTEOARTHRITIS IN
RSUD ANWAR MAKKATUTU BANTAENG
(xi + 55 pages, 9 list, 2 pictures, 11 appendixes)
ABSTRACT
Background : Osteoarthritis is a degenerative disease in the joints with the
characteristics of the occurrence of damage to cartilage (joint cartilage) which
marked by limitedness motion of the joints symptoms’ and pain at the time to
actuated caused by several kinds of factors, namely the increase in age, obesity,
gender, trauma, joint infection, occupational trauma, genetic factors, a
inflammations’ history of the joints, neuromuscular and metabolic disorders. The
prevalence is quite high in Indonesia as much as 11.9 percent, it is necessary to
know the risk of factors the causes that it’s could be prevention.
Objective of the Research: To know the relationship of the risk factors OA in
patients at (hospital) RSUD Bantaeng.
Research Method: This research is a retrospective descriptive analytic with
cross-sectional method. The sample using purposive sampling technique. The
location of the research in RS Anwar Makkatutu Bantaeng conducted in October-
December 2017. The sample of the research is 100 patients who meet the
inclusion and exclusion criteria. Data collection was conducted by collecting data
from medical records in 2015-2017. The data obtained were analyzed using chi-
square test.
Result: The analysis result found out in a risk factors age p=0,000 (meaningful),
gender p=0,001 (meaningful), and obesity p=0,001 (meaningful).
Conclusion: Based on the analysis result meaningful found out the relationship
between age, gender and obesity toward osteoarthritis’ patient.
Key Word: Age, Gender, Obesity, osteoarthritis
iii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang senantiasa tercurahkan atas segala
limpahan Rahmat dan Nikmat-Nya Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, sang revolusioner yang
membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan
pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada
Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada
terhingga kepada kedua orang tua penulis, ayah H. Sirajuddin, dan ibu Hj.
Suharni, yang sabar dan selalu memberika motivasi, serta tidak henti-hentinya
memanjatkan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dan pendidikan
ini, serta adik penulis Muh. Alif Alfareza, yang senantiasa memberikan semangat.
Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
dr. Irwan Ashari M. Med. Ed, selaku pembimbing sekaligus Penasehat Akademik
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, dan memberikan koreksi
selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Selanjutnya penulis juga
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi ini.
iv
2. dr. H. Machmud Gaznawi, Ph.D, Sp.PA (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya.
3. dr. Wahyudi Sp.BS.,M.Kes yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
menjadi penguji sidang ujian skripsi dan atas bimbingan serta masukan
demi perbaikan penelitian ini.
4. Juliani Ibrahim, M. Sc., Ph.D yang telah memberikan saran dan kritikan
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Saudara-saudari kelompok bimbingan skripsi, Subi Khatul Fadhika, Wa
Ode Alsarima Markuta, dan Galuh Liestianto Putra yang senantiasa
memberi saran dan semangat.
6. Sahabat-sahabat terdekat Yani, Dian, Tini, Zilmi, Ifa, Ame, Suci, Riri,
Riska, Indah, Tifa, Kartika dan Fitri, yang telah membantu memberikan
kritikan dan saran serta semangat dalam penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan senang dalam menerima
kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca terutama
untuk penulis sendiri.
Makassar, 26 Februari 2018
Aulia Fatimanisa
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ………………………………………………………………….. i
ABSTRACT ………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 9
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 9
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 9
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ……………………………………………………………..... 11
B. Klasifikasi Osteoarthritis ……………………………………………....... 11
C. Patomekanisme Terjadinya Osteoarthritis ………………………………. 16
D. Faktor Faktor Risiko ……………………………………………………. 19
E. Manifestasi Klinik ……………………………………………………..... 23
F. Pemeriksaan Diagnostik ………………………………………………… 24
G. Penatalaksanaan ………………………………………………………… 25
H. Kerangka Teori …………………………………………………………. 30
I. Faktor Resiko Obesitas Dalam Tinjauan Islam …………………………. 31
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Konsep Pemikiran ………………………………………………………. 34
B. Variabel Penelitian ……………………………………………………… 35
C. Hipotesis ……………………………………………………………….... 37
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………….. 38
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ………………………………………........ 38
C. Populasi Dan Sampel …………………………………………………… 38
D. Sampel Dan Tekhnik Sampling …………………………………………. 39
E. Etika Penelitian ………………………………………………………..... 43
vii
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Populasi/Sampel …………………………………….. 44
B. Analisis ………………………………………………………………….. 44
BAB VI PEMBAHASAN
A. Usia …………………………………………………………………….... 49
B. Jenis Kelamin …………………………………………………………… 50
C. Obesitas …………………………………………………………………. 51
D. Kelemahan Dan Katerbatasan Penelitian ……………………………….. 53
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 54
B. Saran …………………………………………………………………….. 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Etiologi 12
2.2 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Lokasi Sendi Yang Terkena 13
5.1 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Usia 45
5.2 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Jenis Kelamin 45
5.3 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Obesitas Dan Tidak
Obesitas 45
5.4 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Jumlah Penyakit OA 46
5.5 Hubungan Antara Usia Dengan Kejadian OA di RSUD Bantaeng
Tahun 2015-2017 47
5.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian OA di RSUD
Bantaeng Tahun 2015-2017 47
5.7 Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian OA di RSUD Bantaeng
Tahun 2015-2017 48
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori 30
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan
bidang kesehatan membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia.
Perubahan yang terjadi antara lain adanya transisi demografi dan transisi
epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan pola atau struktur
penduduk yang ditandai dengan semakin banyaknya warga lanjut usia (lansia)
karena meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Angka UHH di Indonesia
yang pada tahun 1995 –2000 sebesar 64,71 tahun meningkat menjadi 67,68
tahun pada tahun 2000 – 2005. Proporsi penduduk lansia (di atas 60 tahun)
meningkat dari 16 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2000 menjadi 18,4 juta jiwa
(8,4%) pada tahun 2005. Sedangkan dari data USA – Bureau of the Cencus,
Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di
seluruh dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Umur Harapan
Hidup orang Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun
2015-2020. Transisi epidemiologi terjadi karena pemerintah berhasil menekan
angka penyakit infeksi, namun di sisi lain, penyakit yang berkaitan dengan
faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan semakin banyaknya proporsi
warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaan
sering disebut penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis, yang
selanjutnya akan disingkat OA.1
2
Menurut World Health Organization (WHO) 9.6% laki laki dan 18.0%
perempuan usia diatas 60 tahun menderita gejala OA. Approximately 80%
yang mengalami OA akan terjadi keterbatasan dalam bergerak, dan 25% tidak
dapat melakukan aktifitas fisik sehari hari. Penyakit yang berkaitan dengan
faktor penuaan sering disebut penyakit degenerativ, diantaranya penyakit
tersebut yaitu penyakit nyeri sendi. Kasus atau penyakit nyeri sendi yang
merupakan penyakit degenerative yang paling banyak terjadi pada penduduk
Indonesia yaitu penyakit OA.2
Osteoartritis (OA) yang berawal dari “kegagalan kartilago” pada
persendian diartrodial (sendi yang dapat digerakkan dan berlapis sinovial),
osteoartritis merupakan bentuk penyakit sendi yang paling sering ditemukan.
Meskipun usia merupakan faktor risiko yang paling kuat, namun faktor
sistemik lainnya (faktor genetik, nutrisi serta metabolik) dan faktor
biomekanis (obesitas, malalignmnt, cedera sendi atau penggunaan sendi yang
berlebihan, kelemahan otot) turut berkontribusi pada risiko degradasi
kartilago artikularis. Kehilangan kartilago terjadi ketika keterbatasan
kemampuan kartilago hialin untuk memperbaiki dirinya dikalahkan oleh
proses degradasi. Kehilangan kartilago dapat disertai dengan pembentukan
tulang yang baru dan di sekitar sendi.3
OA merupakan salah satu penyakit pada penduduk lanjut usia yang
dapat menghambat pergerakan atau mobilisasi pada lansia karena rasa nyeri
yang dirasakan sehingga dapat juga berpengaruh pada kualitas hidup lansia.
3
Inggris dan Wales, antara 1,3 dan 1,75 juta orang memiliki gejala OA.
Data dari Arthritis Research menunjukkan bahwa 550 000 orang di Inggris
memiliki OA lutut parah dan dua juta orang mengunjungi dokter umum pada
tahun lalu karena OA. Lebih dari 80 000 terjadi pergantian hip atau lutut pada
tahun 2000 di Inggris dengan biaya £ 405.000.000. OA merupakan penyebab
kecacatan (seperti jalan dan tangga mendaki) pada orang tua di negara barat
nomor dua setelah penyakit kardiovaskular. Pada kelompok orang yang
berumur lebih dari 60 tahun sekitar 10%-15% mmemiliki beberapa derajat
OA( Haqet al., 2003)4.
Pada penelitian di RSUD dr H Koesnadi Bondowoso berdesarkan jenis
kelamin paling banyak terjadi pada wanita 60,2 %. Dari segi usia pasien
dengan kategori usia lanjut (60-74 tahun) sebanyak 93,52% dan kategori
lansia tua (75-90 tahun) sebanyak 6,48%. Profil distribusi nyeri paling banyak
terjadi pada sendi lutut sebanyak 55,5 %. Profil berat badan pasien OA
menunjukkan 44,4 % pasien memiliki kategori kegemukan (obesitas). Profil
penyakit penyerta terbanyak yaitu hipertensi sebanyak 49,07 %5.
Osteoarthritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada
sendi-sendi penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul, lumbal dan
servikal. Pada OA primer / generalisata yang pada umumnya bersifat familial,
dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal
(DIP) dan interfalang proksimal (PIP). Lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA dari sekian banyak sendi yang dapat terserang
OA.6
4
Berdasarkan hasil riskesdas 2013 mencatat prevalensi penyakit
arthritis berdasar diagnosis nakes di Indonesia 11,9 persen dan berdasar
diagnosis atau gejala 24,7 persen dan di Sulawesi selatan sendiri sebanyak
27,7 %7. Sedangkan Berdasarkan WHO prevalensi arthritis di Indonesia
mencapai 8,1% dari total penduduk. Berdasarkan hasil penelitian Zeng QY et
al, prevalensi Arthritis di Indonesia mencapai 23,6 sampai 31,3% dan
diperkirakan 1-2 juta lansia menderita cacat akibat OA8.
Penyakit osteoarthritis yang merupakan penyakit degenerasi yaitu
terjadi karena proses penuaan dan juga karena faktor – faktor risiko yang lain.
Orang - orang yang lanjut usia akan mengalami proses degenerasi ataupun
proses penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi dari tubuh, yang
menyebabkan kelainan atau gangguan pada kesehatan, Dalam Al-Quran dan
hadist telah dijelaskan tentang orang lanjut usia yaitu :
Dalam Al – Quran, Allah SWT berfirman dalam surah Yasin (36) ayat
68 yang berbunyi :
سه في الخلق أفل يعقلونومن ره ننك نعم
Terjemahnya : Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami
kembalikan dia kepada kejadian(nya). Kembali menjadi lemah
dan kurang akal, seperti anak kecil. Maka apakah mereka tidak
memikirkan?
Dari penjelasan ayat di atas bahwa kami kembalikan dia kepada
kejadian(Nya), artinya di kembalikan ke keadaan awalnya yang lemah dan
kelemahan yang dimaksud adalah kelemahan fisik dan akal sehingga terjadi
5
kemunduran pada bentuk fisik dan kemunduran akal. Dimana keadaan
manusia sesungguhnya berpindah dari satu fase ke fase berikutnya.
Seyogyanya bagi seseorang hendaklah memanfaatkan kesempatan umur,
kekuatan dan masa mudanya sebelum dia dikembalikan ke awal
penciptaannya.9
كر وقرآن ي له إن هو إل ذ عر وما ينبغ وما علمناه الش
مبين
أفل يعقلون
Terjemahnya : “Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad)
dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah
pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” “Maka apakah mereka tidak
memikirkan?”
Maksud ayat tersebut menganjurkan manusia untuk berpikir,
merenung, dan berperilaku yang baik agar seseorang menjadi golongan
orang-orang yang berakal. Sesungguhnya akal (pikiran) berbeda dengan
kecerdasan, karena terkadang seseorang itu cerdas akan tetapi dia tidak
berakal (tidak mau berpikir).
Penyakit osteoarthritis berdasarkan hasil penelitian bahwa usia di atas
50 tahun beresiko terkena penyakit nyeri sendi atau penyakit osteoarthritis.
Namun ada yang berusia di atas 80 tahun tidak mengalami penyakit nyeri
sendi tersebut karena disebabkan pola hidup yang sehat seperti rutinitas
6
berolahraga dan konsumsi makanan yang banyak kandungan kalsium untuk
pembentukan tulang, serta kebiasaan melaksanakan sholat rutin. Dimana
gerakan sholat menggerakkan anggota tubuh lebih banyak serta melancarkan
peredaran darah, sehinggan nyeri pada sendi tidak di alami orang tersebut.
Penyebab panjang umur :
1. Tidak merokok, menurut Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), merokok menyebabkan hamper satu dari lima
kematian per tahun di Amerika Serikat. Sebab, merokok dapat
mengingatkan risiko kanker pada tubuh.
2. Duduk terlalu lama, menurut sebuah penelitian yang dimuat pada
artikel yang diterbitkan Women’s Health menemukan bahwa
aktivitas duduk yang terlalu lama akan merusak sanitasi, pikiran,
siklus tidur, dan organ tubuh lainnya. Kebiasaan ini juga akan
memicu resiko obesitas, kanker, penyakit kardiovaskuler, dan
meningkatkan angka kematian yang cukup besar.
3. Tabir surya, menghabiskan banyak waktu di bawah terik matahari
tanpa menggunakan tabir surya memiliki resiko yang sangat besar
pada tubuh, menurut penelitian terbaru dari Wellcome Trust
Sanger Institute di Cambridge, Inggris, menemukan bahwa 25
persen sel kulit normal akan mengembangkan mutasi setelah
terkena sinar matahari yang bisa menyebabkan kanker pada kulit.
4. Tidur, tidak cukup tidur dalam jangka waktu yang panjang akan
menyebabkan kematian dini. Hal ini disebabkan karena kurang
7
tidur dapat menghambat fungsi kekebalan tubuh, melukai
kemampuan tubuh untuk mengatur hormon yang berkaitan dengan
respon stress, lapar, metabolism, dan mood. Mengingat efek
negatif yang ditimbulkan inilah yang mengakibatkan kurang tidur
dapat berpotensi terhadap rendahnya harapan untuk hidup lebih
lama.
5. Olahraga, menghabiskan waktu dengan berjalan dan bersepeda,
karena gerakan ini akan menurunkan resiko kematian dini sebesar
12 persen.
6. Kesehatan mental, menurut studi yang diterbitkan di
PlosMedicine, memiliki jaringan sosial yang baik melalui teman,
keluarga, dan rekan kerja, mampu menurunkan tekanan darah,
kadar kolesterol, metabolisme glukosa yang baik dan menurunkan
tingkat stress.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: "Jagalah lima perkara
sebelum kedatangan lima perkara, yaitu : Masa mudamu sebelum kedatangan
masa tuamu, Masa sehatmu sebelum kedatangan masa sakitmu, Masa kayamu
sebelum kedatangan masa miskinmu, Masa kelapangan waktu (longgar)
sebelum kedatangan kesibukan, Masa hidupmu sebelum kedatangan masa
kematianmu." (HR. Baihaqy dan Hakim).
Terdapat Hadist Rasulullah SAW bersabda :
ين ك وكل الل سم غلم يا ما وكل ب يم يل يك م
8
Artinya: “Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan
kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Hadist di atas menjelaskan pada kita tentang adab yang harus dimiliki
oleh seorang mukmin ketika sedang makan.
Adapun adab makan yang baik dan benar menurut Angama Islam adalah:
1. Membaca Basmallah dan membaca doa sebelum makan
2. Mengucapkan Hamdalah ketika selesai makan
3. Makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan
4. Memakan makanan yang ada dalam dekat kita
5. Tidak meniup makanan atau minuman
6. Tidak menyia-nyiakan makan
7. Berkumur dam mencuci tangan setelah selesai makan
8. Makan bersama-sama
Asal makanan dan minuman itu halal, setiap makanan ataupun
minuman yang tidak mendatangkan mudhorot diperbolehkan, baik itu daging,
biji-bijian, buah, madu, susu, kurma dan semisalnya. Tidak halal segala sesuatu
yang najis, seperti bangkai, darah mengalir, tidak pula yang padanya terdapat
unsur merugikan, seperti racun, minuman keras, ganja, narkoba, karena semua
itu buruk dan merugikan badan, harta serta akal.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah apakah faktor- faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya OA di RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor faktor risiko OA pada pasien di RSUD Bantaeng
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui distribusi faktor faktor risiko penyakit OA terhadap
penyakit OA di RSUD Bantaeng
2. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan angka kejadian OA pada
pasien di RSUD Bantaeng
3. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan angka kejadian
OA pada pasien di RSUD Bantaeng
4. Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan angka kejadian OA
pada pasien di RSUD Bantaeng
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan dan kesehatan
Sebagai informasi tentang faktor faktor risiko OA
2. Bagi masyarakat
Sebagai acuan untuk mencegah timbulnya OA khususnya di Kabupaten
Bantaeng
10
3. Bagi pemerintah
Sebagai masukan perencanaan nasional dalam penanggulan penyakit
degeneratif
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
OA adalah gangguan pada sendi yang bergerak, merupakan penyakit
degeneratif atau penyakit yang disebabkan karena kemunduran fungsi sendi
yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau
hanya menyebabkan inflamasi ringan6, dan ditandai dengan adanya deteriorasi
dan abrasi rawan sendi yang menyebabkan nyeri dan keterbatasan gerakan
sendi serta dapat disebabkan oleh 2 faktor resiko yaitu: faktor resiko yang
tidak dapat diubah yakni faktor genetik, jenis kelamin, suku/ras dan usia.
Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah yakni obesitas, hormonal, aktivitas
fisik berlebihan, kelemahan otot dan trauma/cedera.10
B. Klasifikasi Osteoarthritis
Klasifikasi OA dapat berdasarkan etiologi dan lokasi sendi yang kena
1. Berdasarkan etiologi, OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun
sekunder.
a. Idiopatik (Primer)
OA primer disebut idiopatik, yang kausanya tidak diketahui
dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi.11
b. Sekunder
12
OA sekunder yaitu OA yang didasari oleh adanya kelainan
seperti kelainan metabolik, kelainan anatomi/ struktur sendi, trauma,
inflamasi, herediter.
Tabel II.I Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Etiologi
Metabolik Kelainan
anatomi/
struktur sendi
Trauma Inflamasi
• Artritis kristal
(Gout,
calciumpyrophos
phate dihydrate
arthropaty/
pseudogout)
• Akromegali
• Okronosis
(alkaptonuria)
• Hemokromatosis
• Penyakit Wilson
• Slipped
femoral
epiphysis
Epiphyseal
dysplasias
• Penyakit
Blount’s
• Penyakit
Legg-Perthe
• Dislokasi
koksa
kongenital
• Panjang
tungkai tidak
sama
• Deformitas
valgus/varus
• Sindroma
hipermobiliti
• Trauma sendi
mayor
• Fraktur pada
sendi atau
osteonekrosis
• Bedah tulang
(contoh:
menisektomi)
• Jejas kronik
(artropati
okupasional/ter
kait
pekerjaan),
beban mekanik
kronik
(obesitas)
• Semua
artropati
inflamasi
• Artritis
septik
sumber: Sellam J dkk. OA : pathogenesis, clinical aspects and
diagnosis. In EULAR Compendium in Rheumatic disease,
2009: 444-63
2. Klasifikasi OA berdasarkan lokasi sendi yang terkena
Klasifikasi ini digunakan dalam penatalaksanaan OA secara
menyeluruh, baik secara farmakologi maupun non farmakologi untuk
kepentingan rekomendasi ini. Penanganan OA tidak hanya pada sendi
lutut, panggul, lumbal tetapi juga dapat mengenai sendi- sendi di bawah
ini :12
13
Tabel II. 2. Klasifikasi Osteoartritis berdasarkan lokasi sendi yang
terkena
Osteoarthritis
Tangan
• Nodus Heberden
dan Bouchard
(nodal)
• Artritis erosif
interfalang
• Karpal-
metakarpal I
Osteoarthritis
Vertebra
• sendi apofiseal
• sendi intervertebral
• spondilosis
(osteofit)
• ligamentum
(hiperostosis,
penyakit Forestier,
diffuse idiopathic
skeletal
hyperostosis=DIS
H)
Osteoarthritis
Lutut
• Bony
enlargement
• Genu valgus
• Genu varus
Osteoarthritis
di tempat
lainnya
• Glenohumeral
• akromioklavikular
• tibiotalar
• sakroiliaka
• temporomandibula
r
Osteoarthritis
Kaki
• haluks valgus
• haluks rigidus
• jari kontraktur
(hammer/cock-
up toes)
• talonavikulare
Osteoarthritis
Generalisat
a / sistemik
Meliputi 3 atau
lebih daerah yang
tersebut di atas
Osteoarthritis
Panggul
• eksentrik (superior)
• konsentrik (aksial, medial) difus (koksa senilis)
Sumber : Sellam J dkk. OA : pathogenesis, clinical aspects and diagnosis.
In EULAR Compendium in Rheumatic disease, 2009: 444-63
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada OA sesuai dengan lokasi sendi yang
terkena
14
a. Osteoarthritis tangan
Dimulai saat usia 45 tahun. Postmenopause wanita > pria (10 : 1)
Keterlibatan faktorgenetik: riwayat penyakit dalam keluarga.OA tangan
lebih sering mengenai sendi-sendidistal interfalang, proksimal
interfalangdan sendi karpometakarpal I, dan jarangmengenai sendi
metakarpofangaeal, namunbila terkena, fikirkan diagnosis banding:adanya
inflamasi atau artropati metabolik.Pembesaran tulang pada PIP:
Bouchard’s nodes, dan pada DIP: Heberden’s nodes.Diagnosis banding:
OA erosive.11
b. Osteoartritis sendi lutut
Mengenai kompartemen: medial tibiofemoral,lateral tibiofemoral
dan bagian femoropatellar. Populasi dengan berat badan lebih dan obesitas
mempunyai faktor risiko OA lutut lebih besar dibanding dengan populasi
dengan berat badan normal. Obesitas merupakan faktor risiko kuat bagi
OA lutut bilateral maupun unilateral.13
Diagnosis banding:
- misalignmentdari tungkai bawah harusdisingkirkan (menyebabkan OA
kompartemental misalnya, bentukkelainan varus/kerusakan
medialtibiofemoral, atau valgus/kerusakanlateral tibiofemoral).
-Genu valgum misalignment: melibatkan kompartemen lateral
tibiofemoral. Kelainan varus atau valgus dapat mempengaruhi lingkup
gerak sendi (range of motion) dan percepatan penyempitan celah sendi =
disebut instabiliti pada sendi lutut (ligamentum laxity). 12
15
c. Osteoarthritis panggul
OA panggul lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan
wanita, dan dapat terjadi unilateral atau bilateral. Gejala klinis: nyeri
panggul secara klasik timbul saat berdiri (weight bearing) dan terkait
dengan antalgic gait; nyeri terlokalisir pada buttock,regio groin dan
menjalar kebawah menuju bagian anterior. Kadang-kadang keluhan nyeri
dirasakan pada lutut.Nyeri pada malam hari dan kekakuan pada malam
hari, terkait adanya efusi pada sendi.OA panggul sering bersifat destruktif,
ditandai dengan penilaian Lequesne: adanya penyempitan celah sendi >
2mm/ tahun (contoh: kehilangan lebih dari 50% pada celah sendi dalam 1
tahun). Jarang ditemukan sklerosis tulang dan osteofit. Diagnosis banding:
OA sekunder pada panggul meliputi: displasia kongenital, osteonekrosis
avaskular dan adanya trauma sebelumnya.11
d. Osteoarthritis vertebra
Umumnya mengenai vertebra servikal dan lumbal. Osteofit pada
vertebra dapat menyebabkan penyempitan foramen vertebra dan menekan
serabut syaraf ,dapat nyebabkan nyeri punggung-pinggang (back pain)
disertai gejala radikular. Pada kasus yang berat dapat terjadi hyperostosis
(Penyakit Forestier’s, dapat mengenai sisi ekstraspinal: DISH/diffuse
idiophaticskeletal hyperostosis).11
e. Osteoarthritis kaki dan pergelangan kaki
OA umumnya mengenai sendi Imetatarsofalang. Gejala klinis: sulit
berjalandan kulit diatasnya dapat meradang,terutama bila menggunakan
16
sepatu ketat dapat terjadi bursitis.Deformitas valgus(hallux valgus) sering
ditemukan, mungkinpula terdapat ankilosis pada sendi (halluxrigidus).
Gambaran radiologi pada kaki danpergelangan kaki: dapat ditemukan
osteofit,meskipun pada pasien usia< 40 tahun. Sendi tarsal dapat terkena
pada kelainanpes planus. OA pada tibial-talar dan subtalarberhubungan
dengan trauma, misalignmentatau neuropathic arthropathy.11
f. Osteoarthritis bahu
OA bahu lebih jarang ditemukan.Nyeri sulit dilokalisasi dan terjadi
saat pergerakan, keluhan nyeri pada malam hari saat pergerakan sering
ditemukan. Pada pemeriksaan fisik: terdapat keterbatasan gerak pada
pergerakan pasif.11
g. Osteoarthritis siku
OA siku jarang ditemukan, umumnya terjadi sebagai akibat dari
paparan getaran berulang (repeated vibration exposure), trauma atau
metabolik artropati.11
h. Osteoarthritis temporomandibular
Ditandai dengan krepitus, kekakuan dan nyeri saat chewing, gejala
serupa diatas ditemukan pada sindroma disfungsi temporomandibular.
Radiografi: gambaran OA sering ditemukan. Diagnosis banding: Nyeri
orofasial yang tidak berkesesuaian dengan gambaran.11
C. Patomekanisme terjadinya Osteoarthritis
Perkembangan OA terbagi menjadi tiga fase, yaitu sebagai berikut :
17
Fase 1
Terjadi penguraian proteolitik pada matrik kartilago.14 Metabolism
kondrosit yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan
sendi4 menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti
metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit
juga memproduksi penghambat protease yang akan memengaruhi proteolitik,
sehingga terjadi kompensasi perbaikan (repair). Proses perbaikan ini di
pengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol
proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi
kondrosit untuk mensintesis asam deoksiribonukleat (DNA) dan protein
seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berpera adalah
insulin – like growth factor (IGF-1), growt hormon, transforming growt
faktor b (TGF-b) dan coloni stimulating factor (CSFs) (ipd). Peningkatan
degradasi matriks rawan Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan
kartilago.
Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,
disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan
sinovia.14 Fibrilasi atau iregularitas terjadi karena mikrofraktur pada
permukaan rawan sendi yang memiliki serabut saraf C berdiameter kecil dan
tidak bermielin-nocireseptor. Nocireseptor ini mampu melepaskan substansi P
lalu calcitonin gene related peptide (CGRP) menstimulasi respon nyeri dan
inflamasi.15
18
Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respon
inflamasi pada sinovia. Produksi makrofag synovial seperti interleukin (IL) I.,
IL-6, tumor necrosisfactor alfha (TNF alfa), dan metalloproteinase menjadi
meningkat3. Sitokin sitokin ini akan merangsang kondrosit melalui reseptor
permukaan spesifik untuk memproduksi CSFs yang sebaliknya akan
mempengaruhi monosit dan plasminogen activator (PA) untuk mendegradasi
rawan sendi secara langsung. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada
kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi pada
kartilago.Molekul molekul pro inflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO)
juga ikut terlibat.Peningkatan NO yang merupakan gas yang diproduksi oleh
berbagai sel tubuh dan mempunyai peran sentral pada pertahanan tubuh dan
imunitas. Produksi NO di rangsang oleh nitric oxide synthase (NOS), dimana
terdapat 3 isoform NOS yaitu Constitutively expressed NOS (cNOS, mis:
neuronal cNOS = ncNOS = NOS-I), endothelial cNOS (ecNOS = NOS-III),
inducible NOS (iNOS = NOS-II). neuronalcNOS dan ecNOS adalah
konstitutif dan fisiologis, sedangkan iNOS bersifat patologis. iNOS
merangsang produksi NO berlebihan yang kemudian bereaksi dengan O2
membentuk peroksinitrit yang toksik11, sehingga ini memberikan manifestasi
perubahan arsitektur sendi, dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan
tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan proses inflamasi
memberikan pengaruh pada permukaan artikular menjadi kondisi gangguan
yang progresif.14
19
D. Faktor Faktor Risiko
a. Peningkatan Usia.
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah yang
terkuat dikarenakan proses degenerative.OA biasanya terjadi pada usia
lanjut atau umur diatas 60 tahun, jarang dijumpai penderita OA yang
berusia di bawah 40 tahun3. Proses penuaan dimulai pada usia lanjut,
terlihat perubahan permukaan sendi yang baik pada usia muda menjadi
permukaan granular mengalami kerusakan pada usia tua. Ditambah lagi
bahwa tulang rawan memiliki keterbatasan dalam proses regenerasi,
perubahan–perubahan degeneratif ini tidak dapat kembali kekeadaan
semula dan bersifat progresif. OA bukan merupakan suatu proses pasif,
dimana terjadi suatu aktivitas selular dan metabolik yang tinggi dalam
tulang rawan. Kondrosit berusaha mempercepat sintesa proteoglikan dan
kolagen. Walaupun kondrosit berusaha mempercepat sintesis, kadar
proteoglikan tetap berkurang karena rusak oleh enzim lisosom. Pada pusat
permukaan sendi dimana gesekan terus terajadi dan sendi yang menerima
beban mengalami hipertrofi dan hiperplasi pada tulang – tulang disekitar
tulang rawan. Kondrosit ini akhirnya mengalami osifikasi enkondral dan
terjadilah pengapuran.16
b. Obesitas
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang
bekerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya OA.14 Kegemukan
merupakan faktor penting untuk terjadinya OA, terutama pada lutut.
20
Obesitas juga dapat meningkatkan prognosis menjadi lebih buruk.
Kegemukan tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang
menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atas
sternoklavikula). Selain faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik)
yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan
hormonal berhubungan erat antara OA dan kegemukan yang disokong oleh
adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus dan hipertensi.11 Obesitas merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya osteoartritis lutut. Sendi lutut merupakan tumpuan dari setengah
berat badan seseorang selama berjalan. Berat badan yang meningkat akan
memperberat tumpuan pada sendi lutut. Pembebanan lutut dapat
menyebabkan kerusakan kartilago, kegagalan ligamen dan struktur lain.
Penambahan berat badan membuat sendi lutut bekerja lebih keras dalam
menopang berat tubuh. Sendi yang bekerja lebih keras akan
mempengaruhi daya tahan dari tulang rawan sendi. Rawan sendi akan
rusak dan menyebabkan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya dan
menyebabkan terjadinya perubahan biofisika yang berupa fraktur jaringan
kolagen dan degradasi proteoglikan.13
c. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan laki laki
lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawa 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki –
21
laki dan perempuan. Tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi
OA lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini menunjukkan adanya
peran hormonal pada pathogenesis OA.12 Memasuki masa menopause ini
akan mengalami penurunan hormon terutama estrogen dan fungsi
fisiologis tubuh lainnya, sedangkan fungsi dari hormon estrogen salah
satunya adalah membantu sintesa kondrosit dalam matriks tulang, dan jika
estrogen menurun makan sintesa kondrosit menurun sehingga sintesa
proteoglikan dan kolagen juga menurun sedang aktifitas lisosom
meningkat, hal ini lah yang menyebabkan OA banyak terjadi pada
wanita.14 Wanita obesitas merupakan memiliki faktor risiko 4-5 kali untuk
terserang osteoartritis lutut dibanding wanita yang kurus.Ketika berjalan
beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3- 6 kali lipat berat
badan.Maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan (obesitas),
kerja sendi pun akan semakin berat.17
d. Cedera Sendi, Pekerjaan dan Olah Raga
Pada penelitian Toivanen juga didapatkan hubungan antara meningkatnya
beban kerja seseorang dengan risiko terjadinya OA dimana seseorang
dengan beban kerja berat mengalami peningkatan risiko terjadinya OA
hampir sebesar 7 kali.Dinyatakan pula bahwa beban pekerjaan yang ringan
tidak signifikan pengaruhnya terhadap terjadinya OA.18 Pekerjaan yang
berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (seperti
pemahat, pemetik kapas) berkaitan dengan resiko OA tertentu. Demikian
juga dengan cedera sendi dan olah raga yang sering menimbukan resiko
22
OA lebih tinggi. Aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA cedera
traumatic (misalnya robek meniscus, ketidak stabilan ligament) yang dapat
mengenai sendi. Beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor
penentu lokasi pada orang yang mempunyai predisposisi OA dan dapat
berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA.
e. Ras
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak
berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika –
Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar
dibandingkan ras Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita
OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia.Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak terserang OA
dibandingkan kulit putih.12
f. Faktor Genetik
Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi tulang akan lebih besar
kemungkinan mengalami OA.14 Faktor herediter juga berperan pada
timbulnya OA misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan OA pada
sendi sendi interfalang distal (nodul Heberden) terdapat dua kali lebih
sering OA pada sendi sendi tersebut, dan anak anaknya perempuan
cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak
perempuan dari wanita yang tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dari
genprokolagen II atau gen gen structural lain untuk unsure unsure tulang
rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau
23
proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familia
pada OA tertentu (terutama OA pada banyak sendi).11
E. Manifestasi klinik
Presentasi klinik yang ditampilkan OA tergantung pada sejauh mana
dampak OA menyebabkan destruksi pada kartilago. Gejala osteoatritis bersifat
progesif, dimana keluhan terjadi secara berlahan lahan dan lama – kelamaan
akan memburuk14. Gejala yang sering muncul yaitu :
a. Persendian terasa kaku dan nyeri apabila di gerakkan. Pada mulanya hanya
terjadi pada pagi hari dan terjadi cuma beberapa menit, tapi apabila
dibiarkan akan tambah buruk dan menimbulkan rasa sakit setiap
melakukan gerakan tertentu, terutama pada waktu menopang berat badan,
namun bisa membaik bila diistirahatkan.16 Nyeri OA juga bisa berupa
penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya OA servikal dan lumbal. OA
lumbal yang menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan
nyeri di betis, yang biasa disebut dengan claudicatio Intermitten.11
Spasme otot atau tekanan pada saraf didaerah sendi yang terganggu adalah
sumber nyeri.6
Nyeri sendi pada OA berasal dari struktur lain karena kartilago sendi tidak
memiliki persarafan. Pada beberapa pasien nyeri ini mungkin bisa
disebabkan oleh peregangan ujung saraf di periosteum yang menutupi
osteofit, atau nyeri juga bisa timbul dari fraktur mikro di tulang subkondral
atau hipertensi medullaris yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
24
akibat pelebaran trabekular subkondral. Kejang otot dan instabilitas sendi
menyebabkan peregangan kapsul sendi juga dapat merupakan sumber
nyeri.
b. Penurunan rentang gerak sendi.16
c. Keluhan adanya pembengkakan. Pembengkakan yang seringkali asimetris
pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak
(<100 cc). sebab lain ialah karena adanya osteofit yang dapat merubah
permukaan sendi.
d. Peradangan pada persendian berupa nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan, dijumpai pada OA karena
adanya sinovitis. Biasanya tanda- tanda ini tidak menonjol dan timbul
belakangan, seringkali dijumpai dilutut, pergelangan kaki dan sendi sendi
kecil tangan dan kaki. 11
e. Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendian.14
f. Krepitasi yaitu rasa gemeretak (kadang kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit.11
F. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
- OA adalah gangguan arthritis lokal, sehingga tidak ada pemeriksaan
laboratorium spesifik untuk menegakkan diagnostik 6
- Pemeriksaan rutin biasanya didapatkan adanya peningkatan kadar
lekosit,laju endap darah dan CRP 14
25
- Faktor rheumatoid bisa di temukan dalam serum karena factor ini
meningkat secara normal pada peningkatan usia6
- Pemeriksaan cairan synovial melalui artrosentesis untuk mendeteksi
adanya arthritis sepsis14
b. Radiologi :
Pada radiologi terdapat cirri khas yaitu penyempitan ruang sendi,
keadaan ini terjadi karena ruang sendi menyusust, selaian itu juga
ditemukan peningkatan densitas tulang disekitar sendi.Osteofit (spour) bias
terlihat pada aspek marginal dari sendi. Kadangkala terlihat perubahan
perubahan kistik dalam berbagai ukuran6, perubahan struktur anatomi.19
G. Penatalaksanaan
Strategi penatalaksanaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan
oleh letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-
masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat
pada sendi dan pasiennya secara keseluruhan, agar penatalaksanaannya aman,
sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta melakukan pendekatan
multidisiplin.
Penatalaksanaan Osteoartritis dimodifikasi berdasarkan guideline ACR:
Update tahun 200012
a. Tahap Pertama
Terapi Non farmakologi
1) Edukasi pasien
26
2) Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs):
modifikasi gaya hidup.)
3) Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat badan,
minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI 18,5-25.
4) Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
5) Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan
otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi
(assistive devices for ambulation): pakai tongkat pada sisi yang sehat.
6) Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik
sehari-hari.
Cara latihan yang lain adalah dalam posisi berbaring terlentang lalu
angkat kaki lurus (lutut tidak ditekuk) setinggi 30 derajat lalu
pertahankan sampai 8 hitungan (10 detik) kemudian turunkan dan ganti
ke kaki sebelahnya. Lakukan secara bergantian selama beberapa kali.
Latihan yang lain adalah menaruh handuk di bawah lutut, lalu dalam
posisi berbaring terlentang atau duduk, menekan handuk tersebut
dengan cara mengencangkan otot-otot paha kemudian ditahan dalam 8
hitungan (10 detik) kemudian direlaks kan lagi, bergantian paha kiri
dan kanan.
b. Tahap kedua
Terapi Farmakologi: (lebih efektif bila dikombinasi dengan terapi
nonfarmakologi diatas)
27
1) Pendekatan terapi awal
a) Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat
diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat
kontraindikasi pemberian obat tersebut:
i. Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
ii. Obat anti inflamasi non-steroid
b) Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang
memiliki risiko pada sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai
penyakit komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus peptikum,
riwayat perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat
kortikosteroid dan atau antikoagulan), dapat diberikan salah satu
obat berikut ini:
i. Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).
ii. Obat anti inflamasi non-steroid topikal
iii. Obat anti inflamasi non-steroid non selektif, dengan pemberian
obat pelindung gaster (gastro- protective agent). Obat anti
inflamasi nonsteroid harus dimulai dengan dosis analgesik
rendah dan dapat dinaikkan hingga dosis maksimal hanya bila
dengan dosis rendah respon kurang efektif. Pemberian OAINS
lepas bertahap (misalnya Na-Diklofenak SR75 atau SR100) agar
dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan
kepatuhan pasien. Penggunaan misoprostol atau proton pump
inhibitor dianjurkan pada penderita yang memiliki faktor risiko
28
kejadian perdarahan sistem gastrointestinal bagian atas atau
dengan adanya ulkus saluran pencernaan.
iv. Cyclooxygenase-2 inhibitor.
c) Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan
sendi,aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular
(misalnya triamsinolone hexatonide 40 mg) untuk penanganan
nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat diberikan,
selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral.
2) Pendekatan terapi alternativ
Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang adekuat:
a) Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan
memiliki kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan
OAINS, dapat diberikan Tramadol (200-300 mg dalam dosis
terbagi). Manfaatnya dalam pengendalian nyeri OA dengan gejala
klinis sedang hingga berat dibatasi adanya efek samping yang
harus diwaspadai, seperti: mual (30%), konstipasi (23%),
pusing/dizziness (20%), somnolen (18%), dan muntah (13%).
b) Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan (Level of
Evidence: I dan II) atau kortikosteroid jangka pendek (satu hingga
tiga minggu) pada OA lutut.
c) Kombinasi :
Metaanalisis membuktikan: Manfaat kombinasi paracetamolkodein
meningkatkan efektifitas analgesik hingga 5% dibandingkan
29
paracetamol saja, namun efek sampingnya lebih sering terjadi:
lebih berdasarkan pengalaman klinis. Bukti-bukti penelitian klinis
menunjukkan kombinasi ini efektif untuk non cancer related pain.
c. Tahap Ketiga
Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
1) Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi:
bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik dan
teurapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah ortopedi.
2) Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan
kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di
Rumah Sakit) Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:
a) Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap
atau bertambah berat setelah mendapat pengobatan yang standar
sesuai dengan rekomendasi baik secara non-farmakologik dan
farmakologik (gagal terapi konvensional).
b) Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu
aktivitas fisik sehari-hari.
c) Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan
gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup
mandiri, timbul gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang
dideritanya.
d) Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA lutut
30
e) Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular
medial, distal patella realignment, lateral release.
f) Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut
terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda
adanya kelainan struktur sendi seperti robekan meniskus: untuk
kemungkinan tindakan artroskopi atau tindakan unicompartmental
knee replacement or osteotomy/realignment osteotomies.
g) Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full,medial
unicompartmental, patellofemoral and rarely lateral
unicompartmental) pada pasien dengan: Nyeri sendi pada malam
hari yang sangat mengganggu, Kekakuan sendi yang berat,
mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.20
H. Kerangka Teori
Berdasarkan konsep yang telah dijelaskan di atas, maka disusunlah kerangka
teori sebagai berikut.
Usia
Jenis Kelamin
Cedera/trauma
Ras / suku
Obesitas
Kebiasaan Olahraga
Aktifitas Fisik
Genetik Gangguan
biomekanisme
sendi
Gangguan
Metabolisme
kartilago Nyeri & kaku
pada sendi &
disabilitas
OSTEOARTRITIS
Penyakit Metabolik
31
Bagan II.1 Bagan kerangka teori
I. Faktor Resiko Obesitas dalam Tinjauan Islam
Salah satu faktor risiko penyakit osteoarthritis yaitu obesitas, obesitas dapat
terjadi karena asupan makanan yang berlebihan, sehingga menyebabkan berat
badan berlebih, berat badan berlebih dapat menyebabkan beban tubuh meningkat
dan mempengaruhi bantalan sendi sehingga gesekan sendi yang terus menerus
menyebabkan kerusakan pada tulang dan menyebabkan nyeri sendi. Allah SWT
tidak menyukai hambanya melakukan sesuatu yang berlebih lebihan, sebagaimana
dalam firman Allah dalam Al-Quran pada surah Al A’raf (7) ayat 31 yang
berbunyi :
د وكلوا واشربوا ول ند كل مسج ينتكم ع يا بني آدم خذوا ز
فين ب المسر فوا إنه ل يح تسر
Terjemahnya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.QS AL
A’raf ayat 31.9
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak
menyukai hambanya yang berlebih lebihan dalam melakukan sesuatu seperti
dalam makan dan minum. Dalam hal kesehatan berlebih lebihan makan dan
minum akan menimbulkan asupan zat ketubuh berlebih dan dapat menyebabkan
meningkatnya berat badan belebih atau yang disebut obesitas, obesitas merupakan
32
hal yang berdampak negatif pada kesehatan seseorang karena dapat menjadi
faktor risiko terjadinya penyakit seperti penyakit osteoarthritis.
Berlebihan mengisi perut dengan berbagai makanan, menurut para ahli
kesehatan, adalah biang kerok atau sumber datangnya penyakit, sampai dikatakan
perut sumber penyakit. Dalam perkataan lain lambung adalah rumah penyakit, dan
islam di antara prinsip ajarannya , mencela dan melarang berlebih-lebihan dalam
segala sesuatu. Khususnya dalam urusan makan dan minum, Karena kekenyangan
membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan,
membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.
Imam Bukhari mengatakan, Ibnu Abbas berkata bahwa makna yang
dimaksud adalah makanlah sesukamu dan berpakaiaanlah sesukamu selagi engkau
hindari dua pekerti, yaitu berlebih lebihan dan sombong.
Ibnu Jarir mengatkan, telah menceritakan kepda kami Muhammad Ibnu
Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Saur, dari Ma’mar,
dari menghalalkan makan dan minum selagi dilakukan dengan tidak berlebih
lebihan dan tidak untuk kesombongan.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah
menceritakan kepada kami Hammam, dari qatadah, dari Amr ibnu Syu’aib, dari
ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW, pernah bersabda: Makan,
minum, berpakaian dan bersedekahlah kalian tanpa dengan kesombongan dan
berlebih –lebihan, karena sesungguhnya Allah suka bila melihat nikmat-Nya
digunakan oleh hamba-Nya.
33
Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadist atadah,
dari Amr ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya dari Nabi SAW, yang telah
bersabda : Makan, bersedekah, dan berpakaianlah kamu sekalian tanpa
kesombongan.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul
Mugirah,, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Salim Al – Kalbi, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Jabir At-Tai; ia telah mendengar Al-
Miqdam ibnu Ma’di Kariba Al-Kindi bercerita bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah SAW, bersabda : Tiada suatu wadah pun yang dipenuhi oleh anak
Adam yang lebih jahat dari pada perutnya. Cukuplah bagi anak nabi Adam
beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang sulbinya. Dan jika ia terpaksa
melakukannya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya,
dan sepertiga lagi untuk napasnya.Al – Hafiz Abu Ya’la Al Mansuli mengatkan di
dalam kitab musnadnya, Rasulullah bersabda : sesungguhnya termasuk sikap
berlebih lebihan ialah bila engkau memakan segala makanan yang engkau sukai.21
34
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Konsep Pemikiran
Kerangka teori yang telah dipaparkan disederhanakan menjadi
kerangka konsep, yang berisi variabel-variabel yang akan diteliti oleh
peneliti:
Bagan III.1 Bagan kerangka konsep
Keterangan :
: variabel independent
: variabel dependent
Variabel variabel bebas pada penelitian ini yaitu Indeks massa tubuh,
jenis kelamin, dan usia sedangkan variabel tergantung (variabel dependent)
adalah OA. Alasan memilih variabel independent tersebut adalah
1. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang penting untuk
diketahui apakah merupakan faktor risiko OA atau bukan.
2. Variabel-variabel tersebut di atas dapat dilihat pada rekam medik pasien
yang berobat di rumah sakit.
Obesitas
Jenis Kelamin
Usia Osteoartritis
35
3. Untuk mengetahui variabel-variabel tersebut tidak membutuhkan
penegakan diagnosis laboratorium
B. Variabel Penelitian
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
a. Definisi operasional
Status gizi seseorang di diukur berdasarkan berat badan dalam kg di
bagi dengan pengkuadratan tinggi badan dalam meter
b. Alat ukur
Rekam medik
c. Cara ukur
Dengan memperhatikan dan mencatat tinggi badan dalam meter dan
berat badan dalam kg pasien OA pada daftar yang diperoleh dari
data rekam medik pasien OA, kemudian menghitung IMT sesuai
dengan rumus yaitu BB/(TB)2
d. Hasil ukur :
1) Obesitas : IMT ≥ 25 kg/m2
2) Tidak Obesitas : IMT < 25 kg/m2
e. Skala
Kategorik ordinal
2. Jenis Kelamin
a. Definisi operasional
Ciri atau sifat khusus pasien yang diliat dari seks pasien sesuai dengan
yang tercatat dalam rekam medik.
36
b. Alat ukur
Rekam medik
c. Cara ukur
Dengan memperhatikan dan mencatat jenis kelamin pasien OA
pada daftar yang diperoleh dari data rekam medik pasien OA.
d. Hasil ukur :
1) Laki-laki
2) Perempuan
e. Skala
Kategorik nominal
3. Usia
a. Definisi operasional
Lama waktu hidup seseorang yang terhitung sejak lahir sampai saat
yang tertera pada rekam medik.
b. Alat ukur
Rekam medik
c. Cara ukur
Dengan memperhatikan dan mencatat usia pasien OA pada daftar
yang diperoleh dari data rekam medik pasien OA
d. Hasil ukur :
1) Usia > 50 tahun
2) Usia < 50 tahun
37
e. Skala
Kategorik nominal
C. Hipotesis
1. Hipotesis Null (H0)
Tidak ada hubungan antara faktor risiko indeks massa tubuh (IMT), jenis
kelamin, dan usia, terhadap penyakit OA
2. Hipotesis Alternativ (Ha)
Ada hubungan antara faktor risiko indeks massa tubuh (IMT), jenis
kelamin, dan usia, terhadap penyakit OA.
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif analitik
dengan metode cross sectional (potong lintang). untuk menganalisa variabel
faktor faktor risiko penderita OA pada pasien di rumah sakit umum Anwar
Makkatutu Bantaeng dengan menggunakan rekam medik sebagai data
penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini di laksanakan di poli penyakit dalam RSUD Bantaeng
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2017
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini yaitu semua pasien yang datang berobat di
RSUD Bantaeng
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah individu atau penderita nyeri
muskuloskeletal yang terdaftar direkam medis sejak periode 2015 - 2017
39
D. Sampel dan Tekhnik Sampling
1. Besar Sampel
Rumus besar sampel:
n1 = n2 (Zα√2𝑃𝑄 + Zβ√(P1Q1 + P2Q2)
P1– P2)
2
Keterangan :
Zα = deviat baku alfa
Zβ = deviat baku beta
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q2 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement
peneliti
Q1 = 1 – P1
P1- P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P = proporsi total = (P1 + P2)/2
Q = 1 – P
n1 = n2= (Zα√2𝑃𝑄 + Zβ√(P1Q1 + P2Q2)
P1– P2)
2
Zα= 20% hipotesis dua arah = 1,282
Zβ= 20% hipotesis satu arah = 0,842
P2 = 0,3
Q2 = 1-P2 = 1-0,3 = 0,7
P1 = P2 + 0,2 = 0,3+ 0,2 =0,5
Q1 = 1-P1 = 1-0,5 = 0,5
40
𝑝 = 𝑃1 + 𝑃2
2=
0,5 + 0,3
2= 0,4
Q = 1- P = 1-0,4 = 0,6
n1 = n2 (1,282 √2.0,4.0,6 + 0,842√(0,5.0,5 + 0,3.0,7)
0,2)
2
n1 = n2 (0,89 + 0,57
0,2)
2
n = ( 7,29)2
n = 53,15 = 54
Jadi, besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 54
sampel.
2. Teknik pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara non
probability sampling yaitu dengan teknik purposive sampling, dimana
semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang
diperlukan terpenuhi.
a. Kriteria Seleksi
1) Kriteria Inklusi
a) Pasien dengan diagnosis OA dan penyakit nyeri muskuloskeletal
yang lain dan memiliki rekam medik dan terdapat variabel yang
ingin di teliti di tahun 2015 – 2017
41
2) Kriteria Eksklusi
Pasien terdiagnosis dengan OA memiliki rekam medik akan tetapi
tidak memiliki variabel yang diteliti
3. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder
yaitu dari data rekam medik pasien yang datang berobat di poliklinik
bagian penyakit dalam, di RSUD Bantaeng. Pengumpulan data dilakukan
setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah provinsi Sulawesi
Selatan, Dinas Kesehatan kabupaten Bantaeng dan RSUD Bantaeng.
Kemudian nomor rekam medik pasien yang terdiagnosis OA dalam
periode yang telah ditentukan dikumpulkan untuk memperoleh rekam
medik pasien tersebut di bagian rekam medik RSUD Bantaeng.
4. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan
data. Pengolahan data dilakukan secara manual. Pengolahan data
dilakukan setelah pencatatan data rekam medik yang dibutuhkan ke dalam
daftar tilik dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan
SPSS 23.0 untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
5. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer.
Adapun analisis yang dilakukan meliputi:
a. Analisis Univariat
42
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
dari variabel penelitian. Hasil analisis dari variabel kemudian
dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan di antara
kedua variabel. Dalam penelitian ini akan dibandingkan distribusi
silang antara kedua variabel yang berhubungan, kemudian akan
dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara dua
variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna.
Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
chisquare (x2). Uji x2 untuk 2 kelompok independen sahih apabila
persyaratan berikut dipenuhi:
1) Jumlah subyek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai
yang dihitung bila hipotesis 0 benar
2) Jumlah subyek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected pada
semua sel > 5.
Jika syarat uji chisquare tidak terpenuhi maka digunakan uji
alternatifnya yaitu uji fisher. Untuk melihat kejelasan tentang
dinamika hubungan antara faktor risiko dan faktor efek dilihat melalui
hasil SPSS. Untuk interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan
α (p alpha) sebesar 5% dengan catatan jika p <0,05 (p value ≤ p alpha)
maka H0 di tolak ada hubungan antara variabel bebas dengan terikat)
43
sedangkan bila p > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada hubungan antara
variabel bebas dengan terikat)
6. Penyajian Data
Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel. Untuk menggambarkan
hubungan faktor faktor resiko penderita OA dan penjelasannya.
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin untuk
mendapatkan persetujuan, kemudian dilakukan penelitian kepada subjek yang
dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
1. Anonimity
Kerahasiaan terhadap data pasien yang dijadikan sampel pada
penelitian dengan cara tidak menyebutkan nama dalam pengumpulan data.
2. Confidentiallity
Informasi atau data pasien yang diberikan petugas rekam medik akan
terjamin kerahasiaannya karena peneliti hanya menggunakan untuk
kebutuhan penelitian.
44
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Populasi / Sampel
Penelitian dilakukan di RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng di ruangan
rekam medik, tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan faktor risiko
penyakit OA terhadap pasien OA, pada penelitian diambil populasi yaitu
pasien yang menderita nyeri muskuloskeletal yang memeriksakan diri di
rumah sakit umum daerah kabupaten Bantaeng pada periode tahun 2015–
2017. Sampel yang diambil sebanyak 100 pasien dimana 65 pasien yang
didiagnosis menderita OA dan 35 kasus yang tidak menderita OA, data pasien
diperoleh melalui rekam medik pasien, dari rekam medik di ambil data usia,
jenis kelamin, dan status gizi pasien.
B. Analisis
1. Analisis univariat
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka di dapatkan
gambaran sampel yang di dapatkan yaitu:
a. Usia
Pada tabel V.1 menunjukkan bahwa, gambaran umum pada sampel
yang diambil yaitu pasien yang menderita OA lebih banyak yang
berusia > 50 tahun yaitu sebanyak 70 orang atau 70,0% dari jumlah
penderita OA, dan pasien yang berumur < 50 tahun sebanyak 30 orang
atau 30,0 % dari jumlah penderita OA.
45
Tabel V.1 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Usia
Usia N %
> 50 tahun
< 50 tahun
70
30
70,0
30,0
Total 100 100
Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017
b. Jenis kelamin
Pada tabel V.2 menunjukkan bahwa, gambaran umum pada sampel
yang diambil yaitu pasien yang menderita OA lebih banyak yang
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 54 orang atau 54,0% dari
jumlah penderita OA, dan pasien yang berjenis kelamin laki - laki
sebanyak 46 orang atau 46,0 % dari jumlah penderita OA.
Tabel V.2 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N %
Perempuan
Laki – laki
54
46
54,0
46.0
Total 100 100
Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017
c. Obesitas
Pada tabel V.3 menunjukkan bahwa, gambaran umum pada sampel
yang diambil yaitu pasien yang menderita OA lebih banyak yang
memiliki status gizi obesitas yaitu sebanyak 51 orang atau 51,0% dari
jumlah penderita OA, dan pasien yang berstatus gizi tidak obesitas
yaitu sebanyak 49 orang atau 49,0 % dari jumlah penderita OA.
Tabel V.3 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Obesitas Dan
Tidak Obesitas
IMT N %
Obesitas
Tidak obesitas
51
49
51,0
49,0
Total 100 100
Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017
46
Tabel V.4 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Jumlah Penyakit
OA
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulat
ive
Percent
Valid Osteoartritis 65 65.0 65.0 65.0
tidak
Osteoartritis
35 35.0 35.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
2. Analisis Bivariat
a. Usia
Berdasarkan tabel V.5 menunjukkan bahwa dari 100 penderita
nyeri muskuloskeletal yang memeriksakan diri di RSUD Bantaeng yaitu
sebanyak 70 orang (70,0%) berusia sekitar > 50 tahun, 54 orang
(83,1%) menderita OA dan 16 orang (45,7%) yang tidak menderita OA,
sedangkan yang berusia < 50 tahun sebanyak 30 orang (30,0%), 11
orang (16,9%) yang menderita OA dan 19 orang (54,3%) yang tidak
menderita OA.
Selanjutnya untuk menganalisis data dalam penelitian ini
dilakukan uji Chi Square, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,000 (p<0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan antara usia dengan kejadian penyakit OA pada pasien di
RSUD Bantaeng periode 2015-2017.
Tabel V.5 Hubungan Antara Usia dengan Kejadian OA di RSUD
Bantaeng Tahun 2015-2017.
USIA OA Tidak OA Jumlah P
N % N % N % 0,000
47
>50 Tahun
<50 Tahun
54
11
83,1
16,9
16
19
45,7
54,3
70
30
70,0
30,0
Jumlah 65 100 35 100 100 100
Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017
b. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel V.6 menunjukkan bahwa dari 100 penderita nyeri
muskuloskeletal yang memeriksakan diri di RSUD Kab Bantaeng yaitu
sebanyak 54 orang (54,0%) berjenis kelamin perempuan, 43 orang
(66,2%) menderita OA dan 11 orang (31,4%) yang tidak menderita
OA, sedangkan yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 46 orang
(46,0%), 22 orang (33,8%) yang menderita OA dan 24 orang (68,6%)
yang tidak menderita OA.
Selanjutnya untuk menganalisis data dalam penelitian ini
dilakukan uji Chi Square, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,001 (p<0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian penyakit OA pada
pasien di RSUD Bantaeng periode 2015-2017.
Tabel V.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian OA
di RSUD Bantaeng Tahun 2015-2017.
Jenis
Kelamin
OA Tidak OA Jumlah P
N % N % N %
0,001 Perempuan
Laki laki
43
22
66,2
33,8
11
24
31,4
68,6
54
46
54,0
46,0
Jumlah 65 100 35 100 100 100
Sumber :data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015 – 2017
c. Obesitas
Berdasarkan tabel V.7 menunjukkan bahwa dari 100 penderita nyeri
muskuloskeletal yang memeriksakan diri di RSUD Bantaeng yaitu
48
sebanyak 51 orang (51,0%) memiliki status gizi obesitas, 41 orang
(63,1) menderita OA dan 10 orang (28,6%) yang tidak menderita OA,
sedangkan yang tidak obesitas sebanyak 49 orang (49,0%), 24 orang
(36,9%) yang menderita OA dan 25 orang (71,4%) yang tidak
menderita OA.
Selanjutnya untuk menganalisis data dalam penelitian ini
dilakukan uji Chi Square, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,000 (p<0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan antara obesitas dengan kejadian penyakit OA dan
merupakan faktor risiko penyakit OA pada pasien di RSUD Kab
Bantaeng periode 2015-2017.
Tabel V.7 Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian OA di
RSUD Bantaeng Tahun 2015-2017.
IMT OA Tidak OA Jumlah P
N % N % n %
0,000 Obesitas
Tidak obesitas
41
24
63,1
36,9
10
25
28,6
71,4
51
49
51,0
49,0
Jumlah 65 100 35 100 100 100
Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017
49
BAB VI
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Bantaeng di ruangan rekam
medik, diambil populasi yaitu pasien yang menderita nyeri muskuloskeletal yang
memeriksakan diri di RSUD Bantaeng pada periode tahun 2015 – 2017. Sampel
yang diambil sebanyak 100 pasien dimana 65 pasien yang didiagnosis menderita
OA dan 35 kasus yang tidak menderita OA.
Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan hasil adanya hubungan
antara faktor faktor risiko usia, jenis kelamin, dan obesitas terhadap kejadian
penyakit OA di RSUD Kabupaten Bantaeng dilihat pada tabel V.5, tabel V.6, dan
tabel V.7 didapatkan p<0,05 hal ini menerangkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara Usia, Jenis kelamin dan indeks masa tubuh dengan kejadian OA.
A. Usia
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel V.5 dimana didapatkan faktor
risiko usia mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada pasien
di RSUD Bantaeng denagn nilai p=0,000. Hasil penelitian tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2007) dari hasil studi kasus
di RS. dr. Kariadi Semarang responden pasien osteoarthritis yang berumur
>50 tahun sebesar 77% dan usia <50 tahun sebesar 23%. Jika dilihat pada
penelitian ini usia >50 tahun sebesar 76%. Penelitian yang dilakukan Marlina
(2017) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta menyebutkan bahwa usia 60
ke atas memiliki tingkat kejadian osteoarthritis paling banyak sebesar 57,6%
dari pada usia dibawah 60 sebesar 42,4%. Probabilitas usia tertua untuk
50
mengalami OA lutut adalah 29,35 kali dibandingkan dengan usia termuda.
Artinya bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin beresiko terjadi OA
lutut (Marlina, 2014).27
Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor
usia adalah faktor yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin
meningkat dengan bertambahnya umur ini sesuai dengan proses penuaan
dimulai pada usia lanjut, terlihat perubahan permukaan sendi yang baik pada
usia muda menjadi permukaan granular mengalami kerusakan pada usia tua.23
Ditambah lagi bahwa tulang rawan memiliki keterbatasan dalam proses
regenerasi, perubahan–perubahan degeneratif ini tidak dapat kembali
kekeadaan semula dan bersifat progresif.11
B. Jenis kelamin
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel V.6 dimana didapatkan faktor
risiko jenis kelamin mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA
pada pasien di RSUD Bantaeng denagn nilai p =0,001. Hasil penelitian
tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Yulidar
Khairani di RSUD Raden Mattaber Jambi dimana didapatkan 68,9 %
penderita OA adalah perempuan.16 Hasil penelitian yang sama juga di
dapatkan oleh Muhammad Raga Sanjaya dkk di rumah sakit Al – Islam
Bandung tahun 2014 dimana 82,54% penderita OA adalah perempuan.22
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada
masa menopause terdapat perubahan keseimbangan hormon progesteron dan
estrogen yang mempengaruhi system keseimbangan tulang diseluruh tubuh,
51
termasuk tulang subkondral, sedangkan fungsi dari hormon estrogen yaitu
berperan dalam pembentukan matriks sendi. Estrogen menyebabkan
peningkatan aktifitas osteoblast. Osteoblast berperan untuk mensintesiskan
komponen matriks tulang. Sesudah menopause, hampir tidak ada estrogen
yang diekskresikan oleh ovarium, kekurangan ini akan menyebabkan
berkurangnya osteoblast pada tulang, sehingga berkurangnya matriks tulang
dan berkurangnya deposit kalsium dan fosfat tulang.24 Maka dari itu OA
banyak terjadi pada wanita terutama yang telah menopause.
C. Obesitas
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel V.7 dimana didapatkan faktor
risiko obesitas mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada
pasien di RSUD Bantaeng denagn nilai p =0,001. Hasil penelitian tersebut
senada dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Rifa Siti Nursyarifa
dkk di RSUP dr Kariadi Semarang 2011 dimana didapatkan hasil bahwa
responden yang mengalami osteoartritis lutut lebih banyak terjadi pada
obesitas yaitu sebesar 30 orang (75%) dan nerupakan faktor risiko terjadinya
OA.24 Selain penelitian tersebut pada penelitian yang dilakukan oleh Yulidar
Khairani di RSUD Raden Mattaber Jambi dimana didapatkan hasil yang sama
yaitu mayoritas penderita osteoartritis yaitu yang berstatus gizi obesutas yaitu
sebanyak 55,4% dan merupakan faktor risiko terjadinya OA.16
Dari hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan
bahwa obesitas juga merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi.
Hal ini terjadi karena selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada
52
sendi lutut.11 Orang yang obesitas meningkatkan beban berlebih pada sendi
sehingga terjadi kerusakan pada struktur rawan sendi yang menjadi bantalan.
Bantalan tersebut berguna untuk menghindari gesekan antara dua tulang yang
membentuk persendian. Ketika berjalan beban berat badan dipindahkan 3-6
kali berat badan, maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan kerja
sendi semakin berat. Oleh karena beban yang berlebih itu akan menyebabkan
penipisan tulang rawan dan selanjutnya akan terjadi robekan pada permukaan.
Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan dan menipisnya minyak
sendi atau cairan sinoval karena bergesernya titik tumpu badan. Jika cairan
sinoval berkurang, maka lapisan tulang rawan yang menutupi ujung tulang
akan bergesekan satu sama lain sehingga membuatnya semakin menipis dan
menimbulkan rasa nyeri pada sendi.25
Gizi berlebih menghasilkan reaktif oksigen spesies dalam jumlah banyak,
sehingga terjadi stres oksidasi yang merusak sel dan memicu respon inflamasi.
Seiring dengan resistensi insulin yang berlangsung, proses inflamasi juga
meningkat. Dapat dikatakan bahwa asupan nutrisi yang berlebih bisa
menimbulkan obesitas dan resistensi insulin yang akan memicu stres oksidatif
dan respon inflamasi dan menyebabkan nyeri bertambah pada OA.26 Dengan
demikian OA banyak terjadi pada orang yang memiliki kelebihan berat badan
atau obesitas.
D. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
53
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang murni dari peneliti maupun dari
metode yang digunakan, serta keadaan diluar kemampuan peneliti. Penelitian
ini menggunakan data sekunder sehingga data yang diambil hanyalah yang
tercantum pada rekam medik sehingga data tidak dapat dikonfirmasi langsung
kepada pasien dan data yang tertulis berdasarkan dari hasil pegawai rumah
sakit yang melakukan pemeriksaan dan dilakukan oleh beberapa orang
sehingga ketidak seragaman metode pengisian bisa terjadi dan membuat data
berbeda.
Penelitian ini hanya mengambil sedikit sampel dari seluruh pasien
osteoarthritis di RSUD Bantaeng sehingga ada beberapa pasien yang tidak
masuk sebagai sampel penelitian, sehingga keakuratan data belum maksimal.
Pengambilan sampel yang tidak OA tidak dilakukan coding data terlebih
dahulu untuk mengetahui penyakit yang mirip dengan OA, namun hanya
menggunakan pengetahuan terbatas yang dimiliki peneliti, jadi ada
kemungkinan untuk bias. Serta dalam penentuan diagnosis bisa saja hasil
diagnosis tidak valid atau tidak sesuai.
54
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Distribusi pasien oasteoarthritis di RSUD Bantaeng yaitu lebih mayoritas
berusia > 50 tahun, lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan, dan
lebih mayoritas obesitas dari pada yang tidak obesitas.
2. Usia mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada pasien di
RSUD Bantaeng, jadi dapat dikatakan bahwa semakin tua usia seseorang
semakin beresiko terkena OA.
3. Jenis kelamin mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada
pasien di RSUD Bantaeng, Jadi perempuan beresiko lebih tinggi menderita
OA dibanding laki laki.
4. Obesitas mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada
pasien di RSUD Bantaeng, jadi orang yang berstatus gizi obesitas beresiko
terkena penyaki OA dibandingkan yang tidak obesitas.
B. SARAN
1. Untuk penelitian selanjutnya :
a. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel
yang lebih banyak dan pengambilan data tidak hanya mengambil data
sekunder tapi sebaiknya melakukan pengambilan data primer untuk
lebih memperjelas variabel variabel yang di teliti.
55
b. Penentuan sampel sebaiknya dilakukan coding terlebih dahulu untuk
mengetahui penyakit – penyakit yang dekat dengat OA untuk
dijadikan sampel.
c. Variabel variabel yang di teliti sebaiknya di perbanyak karena tidak
menutup kemungkinan ada variabel lain yang berpengaruh terhadap
penyakit OA sebagai variabel perancu.
2. Pelayanan Kesehatan
a. Lebih mewaspadai gejala awal osteoartritis lutut, seperti nyeri lutut,
kaku sendi lutut setelah istirahat / tidak bergerak, dan sebagainya.
b. Memperhatikan faktor risiko yang ada pada pasien, seperti usia tua
(lebih dari 50 tahun), obesitas, pekerja berat, dan sebagainya.
c. Tenaga kesehatan memberikan edukasi yang tepat dan jelas kepada
penderita Osteoarthritis dan keluarganya sehingga penderita memahami
dan mengaplikasikan apa yang disarankan dan apa yang harus dihindari.
3. Bagi Pihak Rumah Sakit
Rumah sakit dapat melakukan suatu program khusus bagi pasien OA dalam
upaya pencegahan dan pengendalian faktor-faktor yang menyebabkan risiko
terjadinya keparahan OA, misalnya mengadakan penyuluhan singkat. Rumah
sakit memiliki kewajiban untuk memastikan pasien merasa puas dengan
pelayanan kesehatan yang telah diberikan dan memastikan bahwa semua
tenaga kesehatan telah memberikan apa yang menjadi hak pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Balai Penerbit FK – UI, 2012
2. Wittenauer R, Smith L, Aden K. Priority Medicines for Europe and the World
“A Public Health Approach to Innovation” Update on 2004 Background
Paper Background Paper 6.12 OA. World Heal Organ [Internet]. 2013
3. Kendall. K, Tao. L. 2014. Sinopsis Organ System Muskuloskeletal & Jaringan
Ikat. Jakarta: KARISMA Publishing Group. 2014
1. Pérez M.. jurnal Berkala Epidemilogi. Volume 2, 2013
2. Pratama PS (2015). Skripsi :Studi Penggunaan Obat Pada Pasien OA Usia
Lanjut Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. H Koesnadi Bondowoso
Tahun 2013: Universitas Jember: Jember
3. Price SA, Wilson lorraine M. Patofisiologi. Vol. 2, EGC. 2013
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013
5. Hasibi WA.Prevalensi dan DistribusiOsteoarthitis Lutut berdasarkan
karakteristik Sosio – Demografi dan Faktor Risiko di wilayah Kerja
Puskesmas Susut I, Kecamatan Susut, kabupaten Bangli Pada Tahun 2014.
2014
6. Departement negara RI, 2012. Al – Quran dan Terjemahan, penerbit
diponegoro, Bandung
7. Pratama PS (2015). Skripsi :Studi Penggunaan Obat Pada Pasien OA Usia
Lanjut Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. H Koesnadi Bondowoso
Tahun 2013: Universitas Jember: Jember
11. Setiadi S.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke 6. Jakarta: Interna
Publishing; 2014
12. Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA). Diagnosis dan Penatalaksanaan
Osteoartritis. 2014
13. Nugraha AS, Widyatmoko S. Hubungan Obesitas dengan Terjadinya OA
Lutut di Laweyan Surakarta. 2015
14. Nooor H, Zairin. Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Vol. 2, EGC. 2013
15. Masyhurrosyidi H, Kumboyono YWU. Effect of Ginger Stew Warm
Compresses Against Subacute and Chronic Pain Levels In Elderly with
Knee Osteoarthtritis in Arjuna Public Health Center, Klojen Malang. 2014
16. Khairani Y. Hubungan Umur, Jenis Kelamin, IMT, dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Osteoathritis Lutut. 2013
17. Arismunandar R. The Relation Betweet Obesity and OA Knee In Elderly
Patients. 2015
18. Hasibi WA.Prevalensi dan DistribusiOsteoarthitis Lutut berdasarkan
karakteristik Sosio – Demografi dan Faktor Risiko di wilayah Kerja
Puskesmas Susut I, Kecamatan Susut, kabupaten Bangli Pada Tahun 2014.
2014
19. Tyson WJ. Diagnosis and Treatment. Bmj. 1920;1(3096)
20. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Apa itu Osteoartritis ? Apa Faktor
Risikonya ? Apa gejalanya ? Seri Pendidikan - Perhimpunan Reumatologi
Indonesia. 2016
21. Kasir ibnu , 2002, Tafsir Ibnu Kasir, jilid 3, dat toyibah, riyadh
22. Sonjama Muhammad R, Rukanta Dadang, Widayanto. Karakteristik Pasien
OA Lutut Primer di Poliklinik Orthopedi RS Al -islam Bandung. Pendidikan
dokter FK Universitas Islam Bandung. 2014
23. Isselbacher, Braunwald, wilson, at all. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H, Edisi 13 volume 4. Jakarta: EGC ;2012.
hal 1889-1890
24. Anwar Moch, Baziad Ali, Prabowo Prajitno. Ilmu Kandungan. Edisi
ketiga.Jakarta : PT Bina pUstaka Sarwono Prawiroharjo. 2011. Hal 107 –
109.
25. Vianti Deni O, Tarmal A, Pranonowati Puji. Hubungan Antara Obesitas
Dengan Kejadian Reumatik Pada Wanita Usia 40-64 Tahun Di Wilayah
Kerja Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati. Kesehatan Masyarakat. 2013
26. Kertia Nyoman. Status Gizi Berhubungan Positif Dengan Derajat Nyeri Sendi
Penderita Osteoartritis Lutut. Jurnal gizi klinik indonesia Vol. 8, No. 3,
Januari 2012
27. Rendy Kurniawan, dr. Ahmad Faesol sp. Rad, M. Kes. Hubungan Usia
Dengan Osteoartritis Lutut Ditinjau dari Gambaran Radiologi Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. 2014
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 (DATA REKAM MEDIK)
No Inisial Usia
Jenis
Kelamin Status Gizi Osteoarthritis
1 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
2 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
3 A > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
4 B > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
5 S < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
6 H > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
7 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
8 R > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
9 D > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
10 D > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
11 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
12 A > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
13 A < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
14 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
15 L > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
16 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
17 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
18 T > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
19 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
20 T < 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
21 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
22 N > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
23 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
24 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
25 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
26 K > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
27 N > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
28 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
29 N > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
30 R > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
31 N < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
32 M > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
33 N < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
34 T > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
35 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
36 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
37 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
38 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
39 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
40 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
41 K > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
42 J > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
43 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
44 M < 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
45 A > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
46 K > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
47 H < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
48 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
49 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
50 T > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
51 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
52 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
53 J > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
54 M < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
55 R < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA
56 S < 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
57 M < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
58 F > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
59 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
60 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
61 N > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA
62 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
63 D > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA
64 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
65 E > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA
66 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA
67 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA
68 A > 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA
69 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
70 D < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
71 B < 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA
72 A < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
73 I < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
74 M > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
75 L > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
76 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
77 A < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
78 A < 50 Tahun Perempuan Obesitas Tidak OA
79 S < 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA
80 A > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
81 J > 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA
82 H < 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA
83 D < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
84 Y < 50 Tahun Perempuan Obesitas Tidak OA
85 H > 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA
86 E < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
87 H < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
88 H < 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA
89 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
90 N > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA
91 S < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
92 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
93 R < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
94 M < 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA
95 R > 50 Tahun Perempuan Obesitas Tidak OA
96 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA
97 S < 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA
98 H < 50 Tahun Perempuan Obesitas Tidak OA
99 M < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
100 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 (TABEL SPSS)
A. Analisis Univariat
Frequencies
Statistics
usia jenis kelamin obesitas Osteoartritis
N Valid 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Usia
Frequenc
y Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lebih dari 50
tahun 70 70.0 70.0 70.0
kurang dari
sama dengan 50
tahun
30 30.0 30.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid perempuan 54 54.0 54.0 54.0
laki-laki 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Obesitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid obesitas 51 51.0 51.0 51.0
tidak obesitas 49 49.0 49.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Osteoartritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Osteoartritis 65 65.0 65.0 65.0
tidak
Osteoartritis 35 35.0 35.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
B. Analisis Bivariat
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * Osteoartritis 100 100,0% 0 0% 100 100,0%
Jenis Kelamin *
Osteoartritis 100 100,0% 0 0% 100 100,0%
Obesitas * Osteoartritis 100 100,0% 0 0% 100 100,0%
Usia * Osteoarthritis
Crosstab
Osteoartritis
Total
Osteoartritis
Tidak
Osteoartritis
usia lebih dari 50 tahun Count 54 16 70
Expected
Count 45.5 24.5 70.0
% within usia 77.1% 22.9% 100.0%
% within
Osteoartritis 83.1% 45.7% 70.0%
% of Total 54.0% 16.0% 70.0%
kurang dari sama Count 11 19 30
dengan 50 tahun Expected
Count 19.5 10.5 30.0
% within usia 36.7% 63.3% 100.0%
% within
Osteoartritis 16.9% 54.3% 30.0%
% of Total 11.0% 19.0% 30.0%
Total Count 65 35 100
Expected
Count 65.0 35.0 100.0
% within usia 65.0% 35.0% 100.0%
% within
Osteoartritis 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.0% 35.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 15.123a 1 .000
Continuity
Correctionb 13.396 1 .000
Likelihood Ratio 14.804 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measuresa
Value
N of Valid Cases 100
a. Correlation statistics are
available for numeric data
only.
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Usia
(lebih dari 50 tahun /
kurang dari sama
dengan 50 tahun)
5.830 2.303 14.757
For cohort Osteoartritis
= Osteoartritis 2.104 1.292 3.425
For cohort Osteoartritis
= Tidak Osteoartritis 361 217 601
N of Valid Cases 100
Jenis Kelamin * Osteoartritis
Crosstab
Osteoartritis
Jenis Kelamin perempuan Count 43 11
Jenis
Kelamin
Expected Count 35.1 18.9
% within jenis
kelamin 79.6% 20.4%
% within Osteoartritis 66.2% 31.4%
% of Total 43.0% 11.0%
laki-laki Count 22 24
Expected Count 29.9 16.1
% within jenis
kelamin 47.8% 52.2%
% within Osteoartritis 33.8% 68.6%
% of Total 22.0% 24.0%
Total Count 65 35 100
Expected Count 65.0 35.0 100.0
% within jenis
kelamin 65.0% 35.0% 100.0%
% within Osteoartritis 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.0% 35.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11.044a 1 .001
Continuity
Correctionb 9.690 1 .002
Likelihood Ratio 11.213 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
N of Valid Casesb 100
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,76.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measuresa
Value
N of Valid Cases 100
a. Correlation statistics are
available for numeric data
only.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jenis
kelamin (perempuan /
laki-laki)
4.264 1.770 10.274
For cohort Osteoartritis =
Osteoartritis 1.665 1.196 2.317
For cohort Osteoartritis =
tidak Osteoartritis .390 .215 .708
N of Valid Cases 100
Obesitas * Osteoartritis
Crosstab
Osteoartritis
Total
Osteoartritis
tidak
Osteoartritis
obesitas obesitas Count 41 10 51
Expected Count 33.2 17.8 51.0
% within obesitas 80.4% 19.6% 100.0%
% within
Osteoartritis 63.1% 28.6% 51.0%
% of Total 41.0% 10.0% 51.0%
tidak
obesitas
Count 24 25 49
Expected Count 31.8 17.2 49.0
% within obesitas 49.0% 51.0% 100.0%
% within
Osteoartritis 36.9% 71.4% 49.0%
% of Total 24.0% 25.0% 49.0%
Total Count 65 35 100
Expected Count 65.0 35.0 100.0
% within obesitas 65.0% 35.0% 100.0%
% within
Osteoartritis 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.0% 35.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 10.839a 1 .001
Continuity
Correctionb 9.502 1 .002
Likelihood Ratio 11.100 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
N of Valid Casesb 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.15.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measuresa
Value
N of Valid
Cases 100
a. Correlation statistics are
available for numeric data
only.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for obesitas
(obesitas / tidak obesitas) 4.271 1.754 10.397
For cohort Osteoartritis =
Osteoartritis 1.641 1.196 2.252
For cohort Osteoartritis =
tidak Osteoartritis .384 .207 .714
N of Valid Cases 100