“the relationship of risk factors osteoarthritis disease

90
“THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE AGAINTS EVENTS OCCURRENCE OF OSTEOARTHRITIS IN RSUD ANWAR MAKKATUTU BANTAENG” HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO PENYAKIT OSTEOARTHRITIS TERHADAP ANGKA KEJADIAN OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANWAR MAKKATUTU BANTAENG AULIA FATIMANISA 10542057714 Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

“THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

AGAINTS EVENTS OCCURRENCE OF OSTEOARTHRITIS IN RSUD

ANWAR MAKKATUTU BANTAENG”

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO PENYAKIT

OSTEOARTHRITIS TERHADAP ANGKA KEJADIAN

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

ANWAR MAKKATUTU BANTAENG

AULIA FATIMANISA

10542057714

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE
Page 3: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE
Page 4: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE
Page 5: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE
Page 6: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

RIWAYAT HIDUP

Nama : Aulia Fatimanisa

Tempat, Tanggal Lahir : Bantaeng, 12 Oktober 1997

Agama : Islam

Alamat : Residen Alauddin Mas Blok K/4

Nomor Telepon/Hp : 082319292740

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SD. Inpres Layoa

2. SMPN 2 Gantarang Keke

3. SMAN 2 Bantaeng

Riwayat Organisasi :

1. Sekretaris Bidang Tabligh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Pimpinan

Komisariat Fakultas Kedokteran 2015-2016

2. Sekretaris Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Pimpinan Komisariat

Fakultas Kedokteran 2016-2017

3. Anggota Padus Medical Art Club Fakultas Kedokteran Unismuh 2016-2017

4. Bendahara Umum Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Unismuh 2017-

2018

Page 7: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama Lengkap : Aulia Fatimanisa

Tanggal Lahir : 12 Oktober 1997

Tahun Masuk : 2014

Peminatan : Kedokteran Komunitas

Nama Pembimbing Akademik : dr. Irwan Ashari M. Med. Ed

Nama Pembimbing Skripsi : dr. Irwan Ashari M. Med. Ed

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam

penulisan skripsi saya yang berjudul:

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO PENYAKIT

OSTEOARTHRITIS TERHADAP ANGKA KEJADIAN

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

ANWAR MAKKATUTU BANTAENG

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka

saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Makassar, 06 Maret 2018

Aulia Fatimanisa

NIM 10542057714

Page 8: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

i

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Skripsi, Februari 2018

AULIA FATIMANISA, NIM 10542 0577 14

dr. Irwan Ashari M. Med. Ed

“HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO PENYAKIT

OSTEOARTHRITIS TERHADAP ANGKA KEJADIAN

OSTEOARTHRITIS DI RSUD ANWAR MAKKATUTU BANTAENG”

(xi + 55 halaman, 9 tabel, 2 gambar, 11 lampiran)

ABSTRAK

Latar belakang : Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degenerative pada

persendian dengan karakteristik berupa terjadinya kerusakan pada kartilago

(tulang rawan sendi) yang ditandai dengan gejala keterbatasan gerak sendi dan

nyeri pada saat digerakkan dan disebabkan oleh beberapa macam faktor yaitu

peningkatan usia, obesitas, jenis kelamin, trauma, infeksi sendi, trauma

okupasional, faktor genetik, riwayat peradangan sendi, gangguan neuromuskular

dan gangguan metabolik. Prevalesinya cukup tinggi di Indonesia sebanyak 11,9

persen, maka perlu diketahui faktor faktor risiko penyebab agar dapat dilakukan

pencegahan.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan faktor faktor risiko OA pada

pasien di RSUD Bantaeng

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif

analitik dengan metode cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling. Lokasi penelitian di RS Anwar Makkatutu Bantaeng

dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2017. Sampel penelitian ini sebanyak

100 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data

dilakukan dengan mengambil data rekam medik Tahun 2015-2017. Data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji chi-Square.

Hasil : Hasil analisis didapatkan pada faktor risiko usia p = 0,000 (bermakna),

jenis kelamin p=0,001 (bermakna), dan obesitas p = 0,001 (bermakna).

Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis didapatkan adanya hubungan bermakna

antara usia, jenis kelamin dan obesitas terhadap pasien ostearthritis

Kata kunci: Usia, Jenis kelamin, obesitas, osteoarthritis

Page 9: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

ii

FACULTY OF MEDICINES

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR

Skripsi, Februari 2018

AULIA FATIMANISA, NIM 10542 0577 14

dr. Irwan Ashari M. Med. Ed

THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS

DISEASE AGAINTS EVENTS OCCURRENCE OF OSTEOARTHRITIS IN

RSUD ANWAR MAKKATUTU BANTAENG

(xi + 55 pages, 9 list, 2 pictures, 11 appendixes)

ABSTRACT

Background : Osteoarthritis is a degenerative disease in the joints with the

characteristics of the occurrence of damage to cartilage (joint cartilage) which

marked by limitedness motion of the joints symptoms’ and pain at the time to

actuated caused by several kinds of factors, namely the increase in age, obesity,

gender, trauma, joint infection, occupational trauma, genetic factors, a

inflammations’ history of the joints, neuromuscular and metabolic disorders. The

prevalence is quite high in Indonesia as much as 11.9 percent, it is necessary to

know the risk of factors the causes that it’s could be prevention.

Objective of the Research: To know the relationship of the risk factors OA in

patients at (hospital) RSUD Bantaeng.

Research Method: This research is a retrospective descriptive analytic with

cross-sectional method. The sample using purposive sampling technique. The

location of the research in RS Anwar Makkatutu Bantaeng conducted in October-

December 2017. The sample of the research is 100 patients who meet the

inclusion and exclusion criteria. Data collection was conducted by collecting data

from medical records in 2015-2017. The data obtained were analyzed using chi-

square test.

Result: The analysis result found out in a risk factors age p=0,000 (meaningful),

gender p=0,001 (meaningful), and obesity p=0,001 (meaningful).

Conclusion: Based on the analysis result meaningful found out the relationship

between age, gender and obesity toward osteoarthritis’ patient.

Key Word: Age, Gender, Obesity, osteoarthritis

Page 10: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

iii

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang senantiasa tercurahkan atas segala

limpahan Rahmat dan Nikmat-Nya Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan

kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, sang revolusioner yang

membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan

pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada

Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada

terhingga kepada kedua orang tua penulis, ayah H. Sirajuddin, dan ibu Hj.

Suharni, yang sabar dan selalu memberika motivasi, serta tidak henti-hentinya

memanjatkan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dan pendidikan

ini, serta adik penulis Muh. Alif Alfareza, yang senantiasa memberikan semangat.

Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada

dr. Irwan Ashari M. Med. Ed, selaku pembimbing sekaligus Penasehat Akademik

yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, dan memberikan koreksi

selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Selanjutnya penulis juga

ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan

kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi ini.

Page 11: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

iv

2. dr. H. Machmud Gaznawi, Ph.D, Sp.PA (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya.

3. dr. Wahyudi Sp.BS.,M.Kes yang telah berkenan meluangkan waktu untuk

menjadi penguji sidang ujian skripsi dan atas bimbingan serta masukan

demi perbaikan penelitian ini.

4. Juliani Ibrahim, M. Sc., Ph.D yang telah memberikan saran dan kritikan

kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

5. Saudara-saudari kelompok bimbingan skripsi, Subi Khatul Fadhika, Wa

Ode Alsarima Markuta, dan Galuh Liestianto Putra yang senantiasa

memberi saran dan semangat.

6. Sahabat-sahabat terdekat Yani, Dian, Tini, Zilmi, Ifa, Ame, Suci, Riri,

Riska, Indah, Tifa, Kartika dan Fitri, yang telah membantu memberikan

kritikan dan saran serta semangat dalam penyelesaian penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan senang dalam menerima

kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca terutama

untuk penulis sendiri.

Makassar, 26 Februari 2018

Aulia Fatimanisa

Page 12: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK ………………………………………………………………….. i

ABSTRACT ………………………………………………………………… ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. v

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….viii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 9

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 9

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 9

Page 13: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ……………………………………………………………..... 11

B. Klasifikasi Osteoarthritis ……………………………………………....... 11

C. Patomekanisme Terjadinya Osteoarthritis ………………………………. 16

D. Faktor Faktor Risiko ……………………………………………………. 19

E. Manifestasi Klinik ……………………………………………………..... 23

F. Pemeriksaan Diagnostik ………………………………………………… 24

G. Penatalaksanaan ………………………………………………………… 25

H. Kerangka Teori …………………………………………………………. 30

I. Faktor Resiko Obesitas Dalam Tinjauan Islam …………………………. 31

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Konsep Pemikiran ………………………………………………………. 34

B. Variabel Penelitian ……………………………………………………… 35

C. Hipotesis ……………………………………………………………….... 37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ………………………………………………………….. 38

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ………………………………………........ 38

C. Populasi Dan Sampel …………………………………………………… 38

D. Sampel Dan Tekhnik Sampling …………………………………………. 39

E. Etika Penelitian ………………………………………………………..... 43

Page 14: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

vii

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Populasi/Sampel …………………………………….. 44

B. Analisis ………………………………………………………………….. 44

BAB VI PEMBAHASAN

A. Usia …………………………………………………………………….... 49

B. Jenis Kelamin …………………………………………………………… 50

C. Obesitas …………………………………………………………………. 51

D. Kelemahan Dan Katerbatasan Penelitian ……………………………….. 53

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 54

B. Saran …………………………………………………………………….. 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Etiologi 12

2.2 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Lokasi Sendi Yang Terkena 13

5.1 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Usia 45

5.2 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Jenis Kelamin 45

5.3 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Obesitas Dan Tidak

Obesitas 45

5.4 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Jumlah Penyakit OA 46

5.5 Hubungan Antara Usia Dengan Kejadian OA di RSUD Bantaeng

Tahun 2015-2017 47

5.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian OA di RSUD

Bantaeng Tahun 2015-2017 47

5.7 Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian OA di RSUD Bantaeng

Tahun 2015-2017 48

Page 16: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori 30

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 34

Page 17: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan

bidang kesehatan membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia.

Perubahan yang terjadi antara lain adanya transisi demografi dan transisi

epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan pola atau struktur

penduduk yang ditandai dengan semakin banyaknya warga lanjut usia (lansia)

karena meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Angka UHH di Indonesia

yang pada tahun 1995 –2000 sebesar 64,71 tahun meningkat menjadi 67,68

tahun pada tahun 2000 – 2005. Proporsi penduduk lansia (di atas 60 tahun)

meningkat dari 16 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2000 menjadi 18,4 juta jiwa

(8,4%) pada tahun 2005. Sedangkan dari data USA – Bureau of the Cencus,

Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di

seluruh dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Umur Harapan

Hidup orang Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun

2015-2020. Transisi epidemiologi terjadi karena pemerintah berhasil menekan

angka penyakit infeksi, namun di sisi lain, penyakit yang berkaitan dengan

faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan semakin banyaknya proporsi

warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaan

sering disebut penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis, yang

selanjutnya akan disingkat OA.1

Page 18: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

2

Menurut World Health Organization (WHO) 9.6% laki laki dan 18.0%

perempuan usia diatas 60 tahun menderita gejala OA. Approximately 80%

yang mengalami OA akan terjadi keterbatasan dalam bergerak, dan 25% tidak

dapat melakukan aktifitas fisik sehari hari. Penyakit yang berkaitan dengan

faktor penuaan sering disebut penyakit degenerativ, diantaranya penyakit

tersebut yaitu penyakit nyeri sendi. Kasus atau penyakit nyeri sendi yang

merupakan penyakit degenerative yang paling banyak terjadi pada penduduk

Indonesia yaitu penyakit OA.2

Osteoartritis (OA) yang berawal dari “kegagalan kartilago” pada

persendian diartrodial (sendi yang dapat digerakkan dan berlapis sinovial),

osteoartritis merupakan bentuk penyakit sendi yang paling sering ditemukan.

Meskipun usia merupakan faktor risiko yang paling kuat, namun faktor

sistemik lainnya (faktor genetik, nutrisi serta metabolik) dan faktor

biomekanis (obesitas, malalignmnt, cedera sendi atau penggunaan sendi yang

berlebihan, kelemahan otot) turut berkontribusi pada risiko degradasi

kartilago artikularis. Kehilangan kartilago terjadi ketika keterbatasan

kemampuan kartilago hialin untuk memperbaiki dirinya dikalahkan oleh

proses degradasi. Kehilangan kartilago dapat disertai dengan pembentukan

tulang yang baru dan di sekitar sendi.3

OA merupakan salah satu penyakit pada penduduk lanjut usia yang

dapat menghambat pergerakan atau mobilisasi pada lansia karena rasa nyeri

yang dirasakan sehingga dapat juga berpengaruh pada kualitas hidup lansia.

Page 19: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

3

Inggris dan Wales, antara 1,3 dan 1,75 juta orang memiliki gejala OA.

Data dari Arthritis Research menunjukkan bahwa 550 000 orang di Inggris

memiliki OA lutut parah dan dua juta orang mengunjungi dokter umum pada

tahun lalu karena OA. Lebih dari 80 000 terjadi pergantian hip atau lutut pada

tahun 2000 di Inggris dengan biaya £ 405.000.000. OA merupakan penyebab

kecacatan (seperti jalan dan tangga mendaki) pada orang tua di negara barat

nomor dua setelah penyakit kardiovaskular. Pada kelompok orang yang

berumur lebih dari 60 tahun sekitar 10%-15% mmemiliki beberapa derajat

OA( Haqet al., 2003)4.

Pada penelitian di RSUD dr H Koesnadi Bondowoso berdesarkan jenis

kelamin paling banyak terjadi pada wanita 60,2 %. Dari segi usia pasien

dengan kategori usia lanjut (60-74 tahun) sebanyak 93,52% dan kategori

lansia tua (75-90 tahun) sebanyak 6,48%. Profil distribusi nyeri paling banyak

terjadi pada sendi lutut sebanyak 55,5 %. Profil berat badan pasien OA

menunjukkan 44,4 % pasien memiliki kategori kegemukan (obesitas). Profil

penyakit penyerta terbanyak yaitu hipertensi sebanyak 49,07 %5.

Osteoarthritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada

sendi-sendi penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul, lumbal dan

servikal. Pada OA primer / generalisata yang pada umumnya bersifat familial,

dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal

(DIP) dan interfalang proksimal (PIP). Lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA dari sekian banyak sendi yang dapat terserang

OA.6

Page 20: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

4

Berdasarkan hasil riskesdas 2013 mencatat prevalensi penyakit

arthritis berdasar diagnosis nakes di Indonesia 11,9 persen dan berdasar

diagnosis atau gejala 24,7 persen dan di Sulawesi selatan sendiri sebanyak

27,7 %7. Sedangkan Berdasarkan WHO prevalensi arthritis di Indonesia

mencapai 8,1% dari total penduduk. Berdasarkan hasil penelitian Zeng QY et

al, prevalensi Arthritis di Indonesia mencapai 23,6 sampai 31,3% dan

diperkirakan 1-2 juta lansia menderita cacat akibat OA8.

Penyakit osteoarthritis yang merupakan penyakit degenerasi yaitu

terjadi karena proses penuaan dan juga karena faktor – faktor risiko yang lain.

Orang - orang yang lanjut usia akan mengalami proses degenerasi ataupun

proses penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi dari tubuh, yang

menyebabkan kelainan atau gangguan pada kesehatan, Dalam Al-Quran dan

hadist telah dijelaskan tentang orang lanjut usia yaitu :

Dalam Al – Quran, Allah SWT berfirman dalam surah Yasin (36) ayat

68 yang berbunyi :

سه في الخلق أفل يعقلونومن ره ننك نعم

Terjemahnya : Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami

kembalikan dia kepada kejadian(nya). Kembali menjadi lemah

dan kurang akal, seperti anak kecil. Maka apakah mereka tidak

memikirkan?

Dari penjelasan ayat di atas bahwa kami kembalikan dia kepada

kejadian(Nya), artinya di kembalikan ke keadaan awalnya yang lemah dan

kelemahan yang dimaksud adalah kelemahan fisik dan akal sehingga terjadi

Page 21: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

5

kemunduran pada bentuk fisik dan kemunduran akal. Dimana keadaan

manusia sesungguhnya berpindah dari satu fase ke fase berikutnya.

Seyogyanya bagi seseorang hendaklah memanfaatkan kesempatan umur,

kekuatan dan masa mudanya sebelum dia dikembalikan ke awal

penciptaannya.9

كر وقرآن ي له إن هو إل ذ عر وما ينبغ وما علمناه الش

مبين

أفل يعقلون

Terjemahnya : “Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad)

dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah

pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” “Maka apakah mereka tidak

memikirkan?”

Maksud ayat tersebut menganjurkan manusia untuk berpikir,

merenung, dan berperilaku yang baik agar seseorang menjadi golongan

orang-orang yang berakal. Sesungguhnya akal (pikiran) berbeda dengan

kecerdasan, karena terkadang seseorang itu cerdas akan tetapi dia tidak

berakal (tidak mau berpikir).

Penyakit osteoarthritis berdasarkan hasil penelitian bahwa usia di atas

50 tahun beresiko terkena penyakit nyeri sendi atau penyakit osteoarthritis.

Namun ada yang berusia di atas 80 tahun tidak mengalami penyakit nyeri

sendi tersebut karena disebabkan pola hidup yang sehat seperti rutinitas

Page 22: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

6

berolahraga dan konsumsi makanan yang banyak kandungan kalsium untuk

pembentukan tulang, serta kebiasaan melaksanakan sholat rutin. Dimana

gerakan sholat menggerakkan anggota tubuh lebih banyak serta melancarkan

peredaran darah, sehinggan nyeri pada sendi tidak di alami orang tersebut.

Penyebab panjang umur :

1. Tidak merokok, menurut Centers for Disease Control and

Prevention (CDC), merokok menyebabkan hamper satu dari lima

kematian per tahun di Amerika Serikat. Sebab, merokok dapat

mengingatkan risiko kanker pada tubuh.

2. Duduk terlalu lama, menurut sebuah penelitian yang dimuat pada

artikel yang diterbitkan Women’s Health menemukan bahwa

aktivitas duduk yang terlalu lama akan merusak sanitasi, pikiran,

siklus tidur, dan organ tubuh lainnya. Kebiasaan ini juga akan

memicu resiko obesitas, kanker, penyakit kardiovaskuler, dan

meningkatkan angka kematian yang cukup besar.

3. Tabir surya, menghabiskan banyak waktu di bawah terik matahari

tanpa menggunakan tabir surya memiliki resiko yang sangat besar

pada tubuh, menurut penelitian terbaru dari Wellcome Trust

Sanger Institute di Cambridge, Inggris, menemukan bahwa 25

persen sel kulit normal akan mengembangkan mutasi setelah

terkena sinar matahari yang bisa menyebabkan kanker pada kulit.

4. Tidur, tidak cukup tidur dalam jangka waktu yang panjang akan

menyebabkan kematian dini. Hal ini disebabkan karena kurang

Page 23: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

7

tidur dapat menghambat fungsi kekebalan tubuh, melukai

kemampuan tubuh untuk mengatur hormon yang berkaitan dengan

respon stress, lapar, metabolism, dan mood. Mengingat efek

negatif yang ditimbulkan inilah yang mengakibatkan kurang tidur

dapat berpotensi terhadap rendahnya harapan untuk hidup lebih

lama.

5. Olahraga, menghabiskan waktu dengan berjalan dan bersepeda,

karena gerakan ini akan menurunkan resiko kematian dini sebesar

12 persen.

6. Kesehatan mental, menurut studi yang diterbitkan di

PlosMedicine, memiliki jaringan sosial yang baik melalui teman,

keluarga, dan rekan kerja, mampu menurunkan tekanan darah,

kadar kolesterol, metabolisme glukosa yang baik dan menurunkan

tingkat stress.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: "Jagalah lima perkara

sebelum kedatangan lima perkara, yaitu : Masa mudamu sebelum kedatangan

masa tuamu, Masa sehatmu sebelum kedatangan masa sakitmu, Masa kayamu

sebelum kedatangan masa miskinmu, Masa kelapangan waktu (longgar)

sebelum kedatangan kesibukan, Masa hidupmu sebelum kedatangan masa

kematianmu." (HR. Baihaqy dan Hakim).

Terdapat Hadist Rasulullah SAW bersabda :

ين ك وكل الل سم غلم يا ما وكل ب يم يل يك م

Page 24: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

8

Artinya: “Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan

kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR Bukhari dan

Muslim)

Hadist di atas menjelaskan pada kita tentang adab yang harus dimiliki

oleh seorang mukmin ketika sedang makan.

Adapun adab makan yang baik dan benar menurut Angama Islam adalah:

1. Membaca Basmallah dan membaca doa sebelum makan

2. Mengucapkan Hamdalah ketika selesai makan

3. Makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan

4. Memakan makanan yang ada dalam dekat kita

5. Tidak meniup makanan atau minuman

6. Tidak menyia-nyiakan makan

7. Berkumur dam mencuci tangan setelah selesai makan

8. Makan bersama-sama

Asal makanan dan minuman itu halal, setiap makanan ataupun

minuman yang tidak mendatangkan mudhorot diperbolehkan, baik itu daging,

biji-bijian, buah, madu, susu, kurma dan semisalnya. Tidak halal segala sesuatu

yang najis, seperti bangkai, darah mengalir, tidak pula yang padanya terdapat

unsur merugikan, seperti racun, minuman keras, ganja, narkoba, karena semua

itu buruk dan merugikan badan, harta serta akal.

Page 25: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah apakah faktor- faktor risiko yang menyebabkan

terjadinya OA di RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor faktor risiko OA pada pasien di RSUD Bantaeng

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui distribusi faktor faktor risiko penyakit OA terhadap

penyakit OA di RSUD Bantaeng

2. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan angka kejadian OA pada

pasien di RSUD Bantaeng

3. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan angka kejadian

OA pada pasien di RSUD Bantaeng

4. Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan angka kejadian OA

pada pasien di RSUD Bantaeng

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan dan kesehatan

Sebagai informasi tentang faktor faktor risiko OA

2. Bagi masyarakat

Sebagai acuan untuk mencegah timbulnya OA khususnya di Kabupaten

Bantaeng

Page 26: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

10

3. Bagi pemerintah

Sebagai masukan perencanaan nasional dalam penanggulan penyakit

degeneratif

Page 27: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

OA adalah gangguan pada sendi yang bergerak, merupakan penyakit

degeneratif atau penyakit yang disebabkan karena kemunduran fungsi sendi

yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau

hanya menyebabkan inflamasi ringan6, dan ditandai dengan adanya deteriorasi

dan abrasi rawan sendi yang menyebabkan nyeri dan keterbatasan gerakan

sendi serta dapat disebabkan oleh 2 faktor resiko yaitu: faktor resiko yang

tidak dapat diubah yakni faktor genetik, jenis kelamin, suku/ras dan usia.

Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah yakni obesitas, hormonal, aktivitas

fisik berlebihan, kelemahan otot dan trauma/cedera.10

B. Klasifikasi Osteoarthritis

Klasifikasi OA dapat berdasarkan etiologi dan lokasi sendi yang kena

1. Berdasarkan etiologi, OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun

sekunder.

a. Idiopatik (Primer)

OA primer disebut idiopatik, yang kausanya tidak diketahui

dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses

perubahan lokal pada sendi.11

b. Sekunder

Page 28: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

12

OA sekunder yaitu OA yang didasari oleh adanya kelainan

seperti kelainan metabolik, kelainan anatomi/ struktur sendi, trauma,

inflamasi, herediter.

Tabel II.I Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Etiologi

Metabolik Kelainan

anatomi/

struktur sendi

Trauma Inflamasi

• Artritis kristal

(Gout,

calciumpyrophos

phate dihydrate

arthropaty/

pseudogout)

• Akromegali

• Okronosis

(alkaptonuria)

• Hemokromatosis

• Penyakit Wilson

• Slipped

femoral

epiphysis

Epiphyseal

dysplasias

• Penyakit

Blount’s

• Penyakit

Legg-Perthe

• Dislokasi

koksa

kongenital

• Panjang

tungkai tidak

sama

• Deformitas

valgus/varus

• Sindroma

hipermobiliti

• Trauma sendi

mayor

• Fraktur pada

sendi atau

osteonekrosis

• Bedah tulang

(contoh:

menisektomi)

• Jejas kronik

(artropati

okupasional/ter

kait

pekerjaan),

beban mekanik

kronik

(obesitas)

• Semua

artropati

inflamasi

• Artritis

septik

sumber: Sellam J dkk. OA : pathogenesis, clinical aspects and

diagnosis. In EULAR Compendium in Rheumatic disease,

2009: 444-63

2. Klasifikasi OA berdasarkan lokasi sendi yang terkena

Klasifikasi ini digunakan dalam penatalaksanaan OA secara

menyeluruh, baik secara farmakologi maupun non farmakologi untuk

kepentingan rekomendasi ini. Penanganan OA tidak hanya pada sendi

lutut, panggul, lumbal tetapi juga dapat mengenai sendi- sendi di bawah

ini :12

Page 29: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

13

Tabel II. 2. Klasifikasi Osteoartritis berdasarkan lokasi sendi yang

terkena

Osteoarthritis

Tangan

• Nodus Heberden

dan Bouchard

(nodal)

• Artritis erosif

interfalang

• Karpal-

metakarpal I

Osteoarthritis

Vertebra

• sendi apofiseal

• sendi intervertebral

• spondilosis

(osteofit)

• ligamentum

(hiperostosis,

penyakit Forestier,

diffuse idiopathic

skeletal

hyperostosis=DIS

H)

Osteoarthritis

Lutut

• Bony

enlargement

• Genu valgus

• Genu varus

Osteoarthritis

di tempat

lainnya

• Glenohumeral

• akromioklavikular

• tibiotalar

• sakroiliaka

• temporomandibula

r

Osteoarthritis

Kaki

• haluks valgus

• haluks rigidus

• jari kontraktur

(hammer/cock-

up toes)

• talonavikulare

Osteoarthritis

Generalisat

a / sistemik

Meliputi 3 atau

lebih daerah yang

tersebut di atas

Osteoarthritis

Panggul

• eksentrik (superior)

• konsentrik (aksial, medial) difus (koksa senilis)

Sumber : Sellam J dkk. OA : pathogenesis, clinical aspects and diagnosis.

In EULAR Compendium in Rheumatic disease, 2009: 444-63

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada OA sesuai dengan lokasi sendi yang

terkena

Page 30: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

14

a. Osteoarthritis tangan

Dimulai saat usia 45 tahun. Postmenopause wanita > pria (10 : 1)

Keterlibatan faktorgenetik: riwayat penyakit dalam keluarga.OA tangan

lebih sering mengenai sendi-sendidistal interfalang, proksimal

interfalangdan sendi karpometakarpal I, dan jarangmengenai sendi

metakarpofangaeal, namunbila terkena, fikirkan diagnosis banding:adanya

inflamasi atau artropati metabolik.Pembesaran tulang pada PIP:

Bouchard’s nodes, dan pada DIP: Heberden’s nodes.Diagnosis banding:

OA erosive.11

b. Osteoartritis sendi lutut

Mengenai kompartemen: medial tibiofemoral,lateral tibiofemoral

dan bagian femoropatellar. Populasi dengan berat badan lebih dan obesitas

mempunyai faktor risiko OA lutut lebih besar dibanding dengan populasi

dengan berat badan normal. Obesitas merupakan faktor risiko kuat bagi

OA lutut bilateral maupun unilateral.13

Diagnosis banding:

- misalignmentdari tungkai bawah harusdisingkirkan (menyebabkan OA

kompartemental misalnya, bentukkelainan varus/kerusakan

medialtibiofemoral, atau valgus/kerusakanlateral tibiofemoral).

-Genu valgum misalignment: melibatkan kompartemen lateral

tibiofemoral. Kelainan varus atau valgus dapat mempengaruhi lingkup

gerak sendi (range of motion) dan percepatan penyempitan celah sendi =

disebut instabiliti pada sendi lutut (ligamentum laxity). 12

Page 31: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

15

c. Osteoarthritis panggul

OA panggul lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan

wanita, dan dapat terjadi unilateral atau bilateral. Gejala klinis: nyeri

panggul secara klasik timbul saat berdiri (weight bearing) dan terkait

dengan antalgic gait; nyeri terlokalisir pada buttock,regio groin dan

menjalar kebawah menuju bagian anterior. Kadang-kadang keluhan nyeri

dirasakan pada lutut.Nyeri pada malam hari dan kekakuan pada malam

hari, terkait adanya efusi pada sendi.OA panggul sering bersifat destruktif,

ditandai dengan penilaian Lequesne: adanya penyempitan celah sendi >

2mm/ tahun (contoh: kehilangan lebih dari 50% pada celah sendi dalam 1

tahun). Jarang ditemukan sklerosis tulang dan osteofit. Diagnosis banding:

OA sekunder pada panggul meliputi: displasia kongenital, osteonekrosis

avaskular dan adanya trauma sebelumnya.11

d. Osteoarthritis vertebra

Umumnya mengenai vertebra servikal dan lumbal. Osteofit pada

vertebra dapat menyebabkan penyempitan foramen vertebra dan menekan

serabut syaraf ,dapat nyebabkan nyeri punggung-pinggang (back pain)

disertai gejala radikular. Pada kasus yang berat dapat terjadi hyperostosis

(Penyakit Forestier’s, dapat mengenai sisi ekstraspinal: DISH/diffuse

idiophaticskeletal hyperostosis).11

e. Osteoarthritis kaki dan pergelangan kaki

OA umumnya mengenai sendi Imetatarsofalang. Gejala klinis: sulit

berjalandan kulit diatasnya dapat meradang,terutama bila menggunakan

Page 32: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

16

sepatu ketat dapat terjadi bursitis.Deformitas valgus(hallux valgus) sering

ditemukan, mungkinpula terdapat ankilosis pada sendi (halluxrigidus).

Gambaran radiologi pada kaki danpergelangan kaki: dapat ditemukan

osteofit,meskipun pada pasien usia< 40 tahun. Sendi tarsal dapat terkena

pada kelainanpes planus. OA pada tibial-talar dan subtalarberhubungan

dengan trauma, misalignmentatau neuropathic arthropathy.11

f. Osteoarthritis bahu

OA bahu lebih jarang ditemukan.Nyeri sulit dilokalisasi dan terjadi

saat pergerakan, keluhan nyeri pada malam hari saat pergerakan sering

ditemukan. Pada pemeriksaan fisik: terdapat keterbatasan gerak pada

pergerakan pasif.11

g. Osteoarthritis siku

OA siku jarang ditemukan, umumnya terjadi sebagai akibat dari

paparan getaran berulang (repeated vibration exposure), trauma atau

metabolik artropati.11

h. Osteoarthritis temporomandibular

Ditandai dengan krepitus, kekakuan dan nyeri saat chewing, gejala

serupa diatas ditemukan pada sindroma disfungsi temporomandibular.

Radiografi: gambaran OA sering ditemukan. Diagnosis banding: Nyeri

orofasial yang tidak berkesesuaian dengan gambaran.11

C. Patomekanisme terjadinya Osteoarthritis

Perkembangan OA terbagi menjadi tiga fase, yaitu sebagai berikut :

Page 33: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

17

Fase 1

Terjadi penguraian proteolitik pada matrik kartilago.14 Metabolism

kondrosit yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan

sendi4 menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti

metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit

juga memproduksi penghambat protease yang akan memengaruhi proteolitik,

sehingga terjadi kompensasi perbaikan (repair). Proses perbaikan ini di

pengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol

proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi

kondrosit untuk mensintesis asam deoksiribonukleat (DNA) dan protein

seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berpera adalah

insulin – like growth factor (IGF-1), growt hormon, transforming growt

faktor b (TGF-b) dan coloni stimulating factor (CSFs) (ipd). Peningkatan

degradasi matriks rawan Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan

kartilago.

Fase 2

Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,

disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan

sinovia.14 Fibrilasi atau iregularitas terjadi karena mikrofraktur pada

permukaan rawan sendi yang memiliki serabut saraf C berdiameter kecil dan

tidak bermielin-nocireseptor. Nocireseptor ini mampu melepaskan substansi P

lalu calcitonin gene related peptide (CGRP) menstimulasi respon nyeri dan

inflamasi.15

Page 34: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

18

Fase 3

Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respon

inflamasi pada sinovia. Produksi makrofag synovial seperti interleukin (IL) I.,

IL-6, tumor necrosisfactor alfha (TNF alfa), dan metalloproteinase menjadi

meningkat3. Sitokin sitokin ini akan merangsang kondrosit melalui reseptor

permukaan spesifik untuk memproduksi CSFs yang sebaliknya akan

mempengaruhi monosit dan plasminogen activator (PA) untuk mendegradasi

rawan sendi secara langsung. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada

kartilago dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi pada

kartilago.Molekul molekul pro inflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO)

juga ikut terlibat.Peningkatan NO yang merupakan gas yang diproduksi oleh

berbagai sel tubuh dan mempunyai peran sentral pada pertahanan tubuh dan

imunitas. Produksi NO di rangsang oleh nitric oxide synthase (NOS), dimana

terdapat 3 isoform NOS yaitu Constitutively expressed NOS (cNOS, mis:

neuronal cNOS = ncNOS = NOS-I), endothelial cNOS (ecNOS = NOS-III),

inducible NOS (iNOS = NOS-II). neuronalcNOS dan ecNOS adalah

konstitutif dan fisiologis, sedangkan iNOS bersifat patologis. iNOS

merangsang produksi NO berlebihan yang kemudian bereaksi dengan O2

membentuk peroksinitrit yang toksik11, sehingga ini memberikan manifestasi

perubahan arsitektur sendi, dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan

tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan proses inflamasi

memberikan pengaruh pada permukaan artikular menjadi kondisi gangguan

yang progresif.14

Page 35: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

19

D. Faktor Faktor Risiko

a. Peningkatan Usia.

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah yang

terkuat dikarenakan proses degenerative.OA biasanya terjadi pada usia

lanjut atau umur diatas 60 tahun, jarang dijumpai penderita OA yang

berusia di bawah 40 tahun3. Proses penuaan dimulai pada usia lanjut,

terlihat perubahan permukaan sendi yang baik pada usia muda menjadi

permukaan granular mengalami kerusakan pada usia tua. Ditambah lagi

bahwa tulang rawan memiliki keterbatasan dalam proses regenerasi,

perubahan–perubahan degeneratif ini tidak dapat kembali kekeadaan

semula dan bersifat progresif. OA bukan merupakan suatu proses pasif,

dimana terjadi suatu aktivitas selular dan metabolik yang tinggi dalam

tulang rawan. Kondrosit berusaha mempercepat sintesa proteoglikan dan

kolagen. Walaupun kondrosit berusaha mempercepat sintesis, kadar

proteoglikan tetap berkurang karena rusak oleh enzim lisosom. Pada pusat

permukaan sendi dimana gesekan terus terajadi dan sendi yang menerima

beban mengalami hipertrofi dan hiperplasi pada tulang – tulang disekitar

tulang rawan. Kondrosit ini akhirnya mengalami osifikasi enkondral dan

terjadilah pengapuran.16

b. Obesitas

Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang

bekerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya OA.14 Kegemukan

merupakan faktor penting untuk terjadinya OA, terutama pada lutut.

Page 36: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

20

Obesitas juga dapat meningkatkan prognosis menjadi lebih buruk.

Kegemukan tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang

menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atas

sternoklavikula). Selain faktor mekanis yang berperan (karena

meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik)

yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan

hormonal berhubungan erat antara OA dan kegemukan yang disokong oleh

adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes

mellitus dan hipertensi.11 Obesitas merupakan salah satu faktor resiko

terjadinya osteoartritis lutut. Sendi lutut merupakan tumpuan dari setengah

berat badan seseorang selama berjalan. Berat badan yang meningkat akan

memperberat tumpuan pada sendi lutut. Pembebanan lutut dapat

menyebabkan kerusakan kartilago, kegagalan ligamen dan struktur lain.

Penambahan berat badan membuat sendi lutut bekerja lebih keras dalam

menopang berat tubuh. Sendi yang bekerja lebih keras akan

mempengaruhi daya tahan dari tulang rawan sendi. Rawan sendi akan

rusak dan menyebabkan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya dan

menyebabkan terjadinya perubahan biofisika yang berupa fraktur jaringan

kolagen dan degradasi proteoglikan.13

c. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan laki laki

lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara

keseluruhan, dibawa 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki –

Page 37: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

21

laki dan perempuan. Tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi

OA lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini menunjukkan adanya

peran hormonal pada pathogenesis OA.12 Memasuki masa menopause ini

akan mengalami penurunan hormon terutama estrogen dan fungsi

fisiologis tubuh lainnya, sedangkan fungsi dari hormon estrogen salah

satunya adalah membantu sintesa kondrosit dalam matriks tulang, dan jika

estrogen menurun makan sintesa kondrosit menurun sehingga sintesa

proteoglikan dan kolagen juga menurun sedang aktifitas lisosom

meningkat, hal ini lah yang menyebabkan OA banyak terjadi pada

wanita.14 Wanita obesitas merupakan memiliki faktor risiko 4-5 kali untuk

terserang osteoartritis lutut dibanding wanita yang kurus.Ketika berjalan

beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3- 6 kali lipat berat

badan.Maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan (obesitas),

kerja sendi pun akan semakin berat.17

d. Cedera Sendi, Pekerjaan dan Olah Raga

Pada penelitian Toivanen juga didapatkan hubungan antara meningkatnya

beban kerja seseorang dengan risiko terjadinya OA dimana seseorang

dengan beban kerja berat mengalami peningkatan risiko terjadinya OA

hampir sebesar 7 kali.Dinyatakan pula bahwa beban pekerjaan yang ringan

tidak signifikan pengaruhnya terhadap terjadinya OA.18 Pekerjaan yang

berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (seperti

pemahat, pemetik kapas) berkaitan dengan resiko OA tertentu. Demikian

juga dengan cedera sendi dan olah raga yang sering menimbukan resiko

Page 38: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

22

OA lebih tinggi. Aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA cedera

traumatic (misalnya robek meniscus, ketidak stabilan ligament) yang dapat

mengenai sendi. Beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor

penentu lokasi pada orang yang mempunyai predisposisi OA dan dapat

berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA.

e. Ras

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak

berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika –

Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar

dibandingkan ras Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita

OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia.Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak terserang OA

dibandingkan kulit putih.12

f. Faktor Genetik

Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi tulang akan lebih besar

kemungkinan mengalami OA.14 Faktor herediter juga berperan pada

timbulnya OA misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan OA pada

sendi sendi interfalang distal (nodul Heberden) terdapat dua kali lebih

sering OA pada sendi sendi tersebut, dan anak anaknya perempuan

cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak

perempuan dari wanita yang tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dari

genprokolagen II atau gen gen structural lain untuk unsure unsure tulang

rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau

Page 39: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

23

proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familia

pada OA tertentu (terutama OA pada banyak sendi).11

E. Manifestasi klinik

Presentasi klinik yang ditampilkan OA tergantung pada sejauh mana

dampak OA menyebabkan destruksi pada kartilago. Gejala osteoatritis bersifat

progesif, dimana keluhan terjadi secara berlahan lahan dan lama – kelamaan

akan memburuk14. Gejala yang sering muncul yaitu :

a. Persendian terasa kaku dan nyeri apabila di gerakkan. Pada mulanya hanya

terjadi pada pagi hari dan terjadi cuma beberapa menit, tapi apabila

dibiarkan akan tambah buruk dan menimbulkan rasa sakit setiap

melakukan gerakan tertentu, terutama pada waktu menopang berat badan,

namun bisa membaik bila diistirahatkan.16 Nyeri OA juga bisa berupa

penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya OA servikal dan lumbal. OA

lumbal yang menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan

nyeri di betis, yang biasa disebut dengan claudicatio Intermitten.11

Spasme otot atau tekanan pada saraf didaerah sendi yang terganggu adalah

sumber nyeri.6

Nyeri sendi pada OA berasal dari struktur lain karena kartilago sendi tidak

memiliki persarafan. Pada beberapa pasien nyeri ini mungkin bisa

disebabkan oleh peregangan ujung saraf di periosteum yang menutupi

osteofit, atau nyeri juga bisa timbul dari fraktur mikro di tulang subkondral

atau hipertensi medullaris yang disebabkan oleh gangguan aliran darah

Page 40: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

24

akibat pelebaran trabekular subkondral. Kejang otot dan instabilitas sendi

menyebabkan peregangan kapsul sendi juga dapat merupakan sumber

nyeri.

b. Penurunan rentang gerak sendi.16

c. Keluhan adanya pembengkakan. Pembengkakan yang seringkali asimetris

pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak

(<100 cc). sebab lain ialah karena adanya osteofit yang dapat merubah

permukaan sendi.

d. Peradangan pada persendian berupa nyeri tekan, gangguan gerak, rasa

hangat yang merata dan warna kemerahan, dijumpai pada OA karena

adanya sinovitis. Biasanya tanda- tanda ini tidak menonjol dan timbul

belakangan, seringkali dijumpai dilutut, pergelangan kaki dan sendi sendi

kecil tangan dan kaki. 11

e. Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendian.14

f. Krepitasi yaitu rasa gemeretak (kadang kadang dapat terdengar) pada sendi

yang sakit.11

F. Pemeriksaan diagnostik

a. Laboratorium

- OA adalah gangguan arthritis lokal, sehingga tidak ada pemeriksaan

laboratorium spesifik untuk menegakkan diagnostik 6

- Pemeriksaan rutin biasanya didapatkan adanya peningkatan kadar

lekosit,laju endap darah dan CRP 14

Page 41: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

25

- Faktor rheumatoid bisa di temukan dalam serum karena factor ini

meningkat secara normal pada peningkatan usia6

- Pemeriksaan cairan synovial melalui artrosentesis untuk mendeteksi

adanya arthritis sepsis14

b. Radiologi :

Pada radiologi terdapat cirri khas yaitu penyempitan ruang sendi,

keadaan ini terjadi karena ruang sendi menyusust, selaian itu juga

ditemukan peningkatan densitas tulang disekitar sendi.Osteofit (spour) bias

terlihat pada aspek marginal dari sendi. Kadangkala terlihat perubahan

perubahan kistik dalam berbagai ukuran6, perubahan struktur anatomi.19

G. Penatalaksanaan

Strategi penatalaksanaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan

oleh letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-

masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat

pada sendi dan pasiennya secara keseluruhan, agar penatalaksanaannya aman,

sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta melakukan pendekatan

multidisiplin.

Penatalaksanaan Osteoartritis dimodifikasi berdasarkan guideline ACR:

Update tahun 200012

a. Tahap Pertama

Terapi Non farmakologi

1) Edukasi pasien

Page 42: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

26

2) Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs):

modifikasi gaya hidup.)

3) Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat badan,

minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI 18,5-25.

4) Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).

5) Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan

otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi

(assistive devices for ambulation): pakai tongkat pada sisi yang sehat.

6) Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,

menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik

sehari-hari.

Cara latihan yang lain adalah dalam posisi berbaring terlentang lalu

angkat kaki lurus (lutut tidak ditekuk) setinggi 30 derajat lalu

pertahankan sampai 8 hitungan (10 detik) kemudian turunkan dan ganti

ke kaki sebelahnya. Lakukan secara bergantian selama beberapa kali.

Latihan yang lain adalah menaruh handuk di bawah lutut, lalu dalam

posisi berbaring terlentang atau duduk, menekan handuk tersebut

dengan cara mengencangkan otot-otot paha kemudian ditahan dalam 8

hitungan (10 detik) kemudian direlaks kan lagi, bergantian paha kiri

dan kanan.

b. Tahap kedua

Terapi Farmakologi: (lebih efektif bila dikombinasi dengan terapi

nonfarmakologi diatas)

Page 43: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

27

1) Pendekatan terapi awal

a) Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat

diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat

kontraindikasi pemberian obat tersebut:

i. Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).

ii. Obat anti inflamasi non-steroid

b) Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang

memiliki risiko pada sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai

penyakit komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus peptikum,

riwayat perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat

kortikosteroid dan atau antikoagulan), dapat diberikan salah satu

obat berikut ini:

i. Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).

ii. Obat anti inflamasi non-steroid topikal

iii. Obat anti inflamasi non-steroid non selektif, dengan pemberian

obat pelindung gaster (gastro- protective agent). Obat anti

inflamasi nonsteroid harus dimulai dengan dosis analgesik

rendah dan dapat dinaikkan hingga dosis maksimal hanya bila

dengan dosis rendah respon kurang efektif. Pemberian OAINS

lepas bertahap (misalnya Na-Diklofenak SR75 atau SR100) agar

dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan

kepatuhan pasien. Penggunaan misoprostol atau proton pump

inhibitor dianjurkan pada penderita yang memiliki faktor risiko

Page 44: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

28

kejadian perdarahan sistem gastrointestinal bagian atas atau

dengan adanya ulkus saluran pencernaan.

iv. Cyclooxygenase-2 inhibitor.

c) Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan

sendi,aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular

(misalnya triamsinolone hexatonide 40 mg) untuk penanganan

nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat diberikan,

selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral.

2) Pendekatan terapi alternativ

Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang adekuat:

a) Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan

memiliki kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan

OAINS, dapat diberikan Tramadol (200-300 mg dalam dosis

terbagi). Manfaatnya dalam pengendalian nyeri OA dengan gejala

klinis sedang hingga berat dibatasi adanya efek samping yang

harus diwaspadai, seperti: mual (30%), konstipasi (23%),

pusing/dizziness (20%), somnolen (18%), dan muntah (13%).

b) Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan (Level of

Evidence: I dan II) atau kortikosteroid jangka pendek (satu hingga

tiga minggu) pada OA lutut.

c) Kombinasi :

Metaanalisis membuktikan: Manfaat kombinasi paracetamolkodein

meningkatkan efektifitas analgesik hingga 5% dibandingkan

Page 45: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

29

paracetamol saja, namun efek sampingnya lebih sering terjadi:

lebih berdasarkan pengalaman klinis. Bukti-bukti penelitian klinis

menunjukkan kombinasi ini efektif untuk non cancer related pain.

c. Tahap Ketiga

Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:

1) Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi:

bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik dan

teurapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah ortopedi.

2) Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan

kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di

Rumah Sakit) Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:

a) Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap

atau bertambah berat setelah mendapat pengobatan yang standar

sesuai dengan rekomendasi baik secara non-farmakologik dan

farmakologik (gagal terapi konvensional).

b) Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu

aktivitas fisik sehari-hari.

c) Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan

gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup

mandiri, timbul gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang

dideritanya.

d) Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA lutut

Page 46: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

30

e) Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular

medial, distal patella realignment, lateral release.

f) Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut

terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda

adanya kelainan struktur sendi seperti robekan meniskus: untuk

kemungkinan tindakan artroskopi atau tindakan unicompartmental

knee replacement or osteotomy/realignment osteotomies.

g) Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full,medial

unicompartmental, patellofemoral and rarely lateral

unicompartmental) pada pasien dengan: Nyeri sendi pada malam

hari yang sangat mengganggu, Kekakuan sendi yang berat,

mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.20

H. Kerangka Teori

Berdasarkan konsep yang telah dijelaskan di atas, maka disusunlah kerangka

teori sebagai berikut.

Usia

Jenis Kelamin

Cedera/trauma

Ras / suku

Obesitas

Kebiasaan Olahraga

Aktifitas Fisik

Genetik Gangguan

biomekanisme

sendi

Gangguan

Metabolisme

kartilago Nyeri & kaku

pada sendi &

disabilitas

OSTEOARTRITIS

Penyakit Metabolik

Page 47: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

31

Bagan II.1 Bagan kerangka teori

I. Faktor Resiko Obesitas dalam Tinjauan Islam

Salah satu faktor risiko penyakit osteoarthritis yaitu obesitas, obesitas dapat

terjadi karena asupan makanan yang berlebihan, sehingga menyebabkan berat

badan berlebih, berat badan berlebih dapat menyebabkan beban tubuh meningkat

dan mempengaruhi bantalan sendi sehingga gesekan sendi yang terus menerus

menyebabkan kerusakan pada tulang dan menyebabkan nyeri sendi. Allah SWT

tidak menyukai hambanya melakukan sesuatu yang berlebih lebihan, sebagaimana

dalam firman Allah dalam Al-Quran pada surah Al A’raf (7) ayat 31 yang

berbunyi :

د وكلوا واشربوا ول ند كل مسج ينتكم ع يا بني آدم خذوا ز

فين ب المسر فوا إنه ل يح تسر

Terjemahnya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap

(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.QS AL

A’raf ayat 31.9

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak

menyukai hambanya yang berlebih lebihan dalam melakukan sesuatu seperti

dalam makan dan minum. Dalam hal kesehatan berlebih lebihan makan dan

minum akan menimbulkan asupan zat ketubuh berlebih dan dapat menyebabkan

meningkatnya berat badan belebih atau yang disebut obesitas, obesitas merupakan

Page 48: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

32

hal yang berdampak negatif pada kesehatan seseorang karena dapat menjadi

faktor risiko terjadinya penyakit seperti penyakit osteoarthritis.

Berlebihan mengisi perut dengan berbagai makanan, menurut para ahli

kesehatan, adalah biang kerok atau sumber datangnya penyakit, sampai dikatakan

perut sumber penyakit. Dalam perkataan lain lambung adalah rumah penyakit, dan

islam di antara prinsip ajarannya , mencela dan melarang berlebih-lebihan dalam

segala sesuatu. Khususnya dalam urusan makan dan minum, Karena kekenyangan

membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan,

membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.

Imam Bukhari mengatakan, Ibnu Abbas berkata bahwa makna yang

dimaksud adalah makanlah sesukamu dan berpakaiaanlah sesukamu selagi engkau

hindari dua pekerti, yaitu berlebih lebihan dan sombong.

Ibnu Jarir mengatkan, telah menceritakan kepda kami Muhammad Ibnu

Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Saur, dari Ma’mar,

dari menghalalkan makan dan minum selagi dilakukan dengan tidak berlebih

lebihan dan tidak untuk kesombongan.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah

menceritakan kepada kami Hammam, dari qatadah, dari Amr ibnu Syu’aib, dari

ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW, pernah bersabda: Makan,

minum, berpakaian dan bersedekahlah kalian tanpa dengan kesombongan dan

berlebih –lebihan, karena sesungguhnya Allah suka bila melihat nikmat-Nya

digunakan oleh hamba-Nya.

Page 49: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

33

Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadist atadah,

dari Amr ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya dari Nabi SAW, yang telah

bersabda : Makan, bersedekah, dan berpakaianlah kamu sekalian tanpa

kesombongan.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul

Mugirah,, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Salim Al – Kalbi, telah

menceritakan kepada kami Yahya ibnu Jabir At-Tai; ia telah mendengar Al-

Miqdam ibnu Ma’di Kariba Al-Kindi bercerita bahwa ia pernah mendengar

Rasulullah SAW, bersabda : Tiada suatu wadah pun yang dipenuhi oleh anak

Adam yang lebih jahat dari pada perutnya. Cukuplah bagi anak nabi Adam

beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang sulbinya. Dan jika ia terpaksa

melakukannya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya,

dan sepertiga lagi untuk napasnya.Al – Hafiz Abu Ya’la Al Mansuli mengatkan di

dalam kitab musnadnya, Rasulullah bersabda : sesungguhnya termasuk sikap

berlebih lebihan ialah bila engkau memakan segala makanan yang engkau sukai.21

Page 50: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

34

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Pemikiran

Kerangka teori yang telah dipaparkan disederhanakan menjadi

kerangka konsep, yang berisi variabel-variabel yang akan diteliti oleh

peneliti:

Bagan III.1 Bagan kerangka konsep

Keterangan :

: variabel independent

: variabel dependent

Variabel variabel bebas pada penelitian ini yaitu Indeks massa tubuh,

jenis kelamin, dan usia sedangkan variabel tergantung (variabel dependent)

adalah OA. Alasan memilih variabel independent tersebut adalah

1. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang penting untuk

diketahui apakah merupakan faktor risiko OA atau bukan.

2. Variabel-variabel tersebut di atas dapat dilihat pada rekam medik pasien

yang berobat di rumah sakit.

Obesitas

Jenis Kelamin

Usia Osteoartritis

Page 51: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

35

3. Untuk mengetahui variabel-variabel tersebut tidak membutuhkan

penegakan diagnosis laboratorium

B. Variabel Penelitian

1. Indeks Massa Tubuh (IMT)

a. Definisi operasional

Status gizi seseorang di diukur berdasarkan berat badan dalam kg di

bagi dengan pengkuadratan tinggi badan dalam meter

b. Alat ukur

Rekam medik

c. Cara ukur

Dengan memperhatikan dan mencatat tinggi badan dalam meter dan

berat badan dalam kg pasien OA pada daftar yang diperoleh dari

data rekam medik pasien OA, kemudian menghitung IMT sesuai

dengan rumus yaitu BB/(TB)2

d. Hasil ukur :

1) Obesitas : IMT ≥ 25 kg/m2

2) Tidak Obesitas : IMT < 25 kg/m2

e. Skala

Kategorik ordinal

2. Jenis Kelamin

a. Definisi operasional

Ciri atau sifat khusus pasien yang diliat dari seks pasien sesuai dengan

yang tercatat dalam rekam medik.

Page 52: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

36

b. Alat ukur

Rekam medik

c. Cara ukur

Dengan memperhatikan dan mencatat jenis kelamin pasien OA

pada daftar yang diperoleh dari data rekam medik pasien OA.

d. Hasil ukur :

1) Laki-laki

2) Perempuan

e. Skala

Kategorik nominal

3. Usia

a. Definisi operasional

Lama waktu hidup seseorang yang terhitung sejak lahir sampai saat

yang tertera pada rekam medik.

b. Alat ukur

Rekam medik

c. Cara ukur

Dengan memperhatikan dan mencatat usia pasien OA pada daftar

yang diperoleh dari data rekam medik pasien OA

d. Hasil ukur :

1) Usia > 50 tahun

2) Usia < 50 tahun

Page 53: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

37

e. Skala

Kategorik nominal

C. Hipotesis

1. Hipotesis Null (H0)

Tidak ada hubungan antara faktor risiko indeks massa tubuh (IMT), jenis

kelamin, dan usia, terhadap penyakit OA

2. Hipotesis Alternativ (Ha)

Ada hubungan antara faktor risiko indeks massa tubuh (IMT), jenis

kelamin, dan usia, terhadap penyakit OA.

Page 54: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

38

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif analitik

dengan metode cross sectional (potong lintang). untuk menganalisa variabel

faktor faktor risiko penderita OA pada pasien di rumah sakit umum Anwar

Makkatutu Bantaeng dengan menggunakan rekam medik sebagai data

penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini di laksanakan di poli penyakit dalam RSUD Bantaeng

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2017

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini yaitu semua pasien yang datang berobat di

RSUD Bantaeng

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah individu atau penderita nyeri

muskuloskeletal yang terdaftar direkam medis sejak periode 2015 - 2017

Page 55: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

39

D. Sampel dan Tekhnik Sampling

1. Besar Sampel

Rumus besar sampel:

n1 = n2 (Zα√2𝑃𝑄 + Zβ√(P1Q1 + P2Q2)

P1– P2)

2

Keterangan :

Zα = deviat baku alfa

Zβ = deviat baku beta

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

Q2 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti

Q1 = 1 – P1

P1- P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

P = proporsi total = (P1 + P2)/2

Q = 1 – P

n1 = n2= (Zα√2𝑃𝑄 + Zβ√(P1Q1 + P2Q2)

P1– P2)

2

Zα= 20% hipotesis dua arah = 1,282

Zβ= 20% hipotesis satu arah = 0,842

P2 = 0,3

Q2 = 1-P2 = 1-0,3 = 0,7

P1 = P2 + 0,2 = 0,3+ 0,2 =0,5

Q1 = 1-P1 = 1-0,5 = 0,5

Page 56: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

40

𝑝 = 𝑃1 + 𝑃2

2=

0,5 + 0,3

2= 0,4

Q = 1- P = 1-0,4 = 0,6

n1 = n2 (1,282 √2.0,4.0,6 + 0,842√(0,5.0,5 + 0,3.0,7)

0,2)

2

n1 = n2 (0,89 + 0,57

0,2)

2

n = ( 7,29)2

n = 53,15 = 54

Jadi, besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 54

sampel.

2. Teknik pengambilan sampel

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara non

probability sampling yaitu dengan teknik purposive sampling, dimana

semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria

pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang

diperlukan terpenuhi.

a. Kriteria Seleksi

1) Kriteria Inklusi

a) Pasien dengan diagnosis OA dan penyakit nyeri muskuloskeletal

yang lain dan memiliki rekam medik dan terdapat variabel yang

ingin di teliti di tahun 2015 – 2017

Page 57: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

41

2) Kriteria Eksklusi

Pasien terdiagnosis dengan OA memiliki rekam medik akan tetapi

tidak memiliki variabel yang diteliti

3. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder

yaitu dari data rekam medik pasien yang datang berobat di poliklinik

bagian penyakit dalam, di RSUD Bantaeng. Pengumpulan data dilakukan

setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah provinsi Sulawesi

Selatan, Dinas Kesehatan kabupaten Bantaeng dan RSUD Bantaeng.

Kemudian nomor rekam medik pasien yang terdiagnosis OA dalam

periode yang telah ditentukan dikumpulkan untuk memperoleh rekam

medik pasien tersebut di bagian rekam medik RSUD Bantaeng.

4. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan

data. Pengolahan data dilakukan secara manual. Pengolahan data

dilakukan setelah pencatatan data rekam medik yang dibutuhkan ke dalam

daftar tilik dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan

SPSS 23.0 untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer.

Adapun analisis yang dilakukan meliputi:

a. Analisis Univariat

Page 58: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

42

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

dari variabel penelitian. Hasil analisis dari variabel kemudian

dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan di antara

kedua variabel. Dalam penelitian ini akan dibandingkan distribusi

silang antara kedua variabel yang berhubungan, kemudian akan

dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara dua

variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna.

Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji

chisquare (x2). Uji x2 untuk 2 kelompok independen sahih apabila

persyaratan berikut dipenuhi:

1) Jumlah subyek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai

yang dihitung bila hipotesis 0 benar

2) Jumlah subyek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected pada

semua sel > 5.

Jika syarat uji chisquare tidak terpenuhi maka digunakan uji

alternatifnya yaitu uji fisher. Untuk melihat kejelasan tentang

dinamika hubungan antara faktor risiko dan faktor efek dilihat melalui

hasil SPSS. Untuk interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan

α (p alpha) sebesar 5% dengan catatan jika p <0,05 (p value ≤ p alpha)

maka H0 di tolak ada hubungan antara variabel bebas dengan terikat)

Page 59: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

43

sedangkan bila p > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada hubungan antara

variabel bebas dengan terikat)

6. Penyajian Data

Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel. Untuk menggambarkan

hubungan faktor faktor resiko penderita OA dan penjelasannya.

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin untuk

mendapatkan persetujuan, kemudian dilakukan penelitian kepada subjek yang

dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :

1. Anonimity

Kerahasiaan terhadap data pasien yang dijadikan sampel pada

penelitian dengan cara tidak menyebutkan nama dalam pengumpulan data.

2. Confidentiallity

Informasi atau data pasien yang diberikan petugas rekam medik akan

terjamin kerahasiaannya karena peneliti hanya menggunakan untuk

kebutuhan penelitian.

Page 60: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

44

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Populasi / Sampel

Penelitian dilakukan di RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng di ruangan

rekam medik, tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan faktor risiko

penyakit OA terhadap pasien OA, pada penelitian diambil populasi yaitu

pasien yang menderita nyeri muskuloskeletal yang memeriksakan diri di

rumah sakit umum daerah kabupaten Bantaeng pada periode tahun 2015–

2017. Sampel yang diambil sebanyak 100 pasien dimana 65 pasien yang

didiagnosis menderita OA dan 35 kasus yang tidak menderita OA, data pasien

diperoleh melalui rekam medik pasien, dari rekam medik di ambil data usia,

jenis kelamin, dan status gizi pasien.

B. Analisis

1. Analisis univariat

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka di dapatkan

gambaran sampel yang di dapatkan yaitu:

a. Usia

Pada tabel V.1 menunjukkan bahwa, gambaran umum pada sampel

yang diambil yaitu pasien yang menderita OA lebih banyak yang

berusia > 50 tahun yaitu sebanyak 70 orang atau 70,0% dari jumlah

penderita OA, dan pasien yang berumur < 50 tahun sebanyak 30 orang

atau 30,0 % dari jumlah penderita OA.

Page 61: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

45

Tabel V.1 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Usia

Usia N %

> 50 tahun

< 50 tahun

70

30

70,0

30,0

Total 100 100

Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017

b. Jenis kelamin

Pada tabel V.2 menunjukkan bahwa, gambaran umum pada sampel

yang diambil yaitu pasien yang menderita OA lebih banyak yang

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 54 orang atau 54,0% dari

jumlah penderita OA, dan pasien yang berjenis kelamin laki - laki

sebanyak 46 orang atau 46,0 % dari jumlah penderita OA.

Tabel V.2 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Perempuan

Laki – laki

54

46

54,0

46.0

Total 100 100

Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017

c. Obesitas

Pada tabel V.3 menunjukkan bahwa, gambaran umum pada sampel

yang diambil yaitu pasien yang menderita OA lebih banyak yang

memiliki status gizi obesitas yaitu sebanyak 51 orang atau 51,0% dari

jumlah penderita OA, dan pasien yang berstatus gizi tidak obesitas

yaitu sebanyak 49 orang atau 49,0 % dari jumlah penderita OA.

Tabel V.3 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Obesitas Dan

Tidak Obesitas

IMT N %

Obesitas

Tidak obesitas

51

49

51,0

49,0

Total 100 100

Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017

Page 62: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

46

Tabel V.4 Distribusi Penderita OA Berdasarkan Jumlah Penyakit

OA

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid Osteoartritis 65 65.0 65.0 65.0

tidak

Osteoartritis

35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

2. Analisis Bivariat

a. Usia

Berdasarkan tabel V.5 menunjukkan bahwa dari 100 penderita

nyeri muskuloskeletal yang memeriksakan diri di RSUD Bantaeng yaitu

sebanyak 70 orang (70,0%) berusia sekitar > 50 tahun, 54 orang

(83,1%) menderita OA dan 16 orang (45,7%) yang tidak menderita OA,

sedangkan yang berusia < 50 tahun sebanyak 30 orang (30,0%), 11

orang (16,9%) yang menderita OA dan 19 orang (54,3%) yang tidak

menderita OA.

Selanjutnya untuk menganalisis data dalam penelitian ini

dilakukan uji Chi Square, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p =

0,000 (p<0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan antara usia dengan kejadian penyakit OA pada pasien di

RSUD Bantaeng periode 2015-2017.

Tabel V.5 Hubungan Antara Usia dengan Kejadian OA di RSUD

Bantaeng Tahun 2015-2017.

USIA OA Tidak OA Jumlah P

N % N % N % 0,000

Page 63: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

47

>50 Tahun

<50 Tahun

54

11

83,1

16,9

16

19

45,7

54,3

70

30

70,0

30,0

Jumlah 65 100 35 100 100 100

Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017

b. Jenis kelamin

Berdasarkan tabel V.6 menunjukkan bahwa dari 100 penderita nyeri

muskuloskeletal yang memeriksakan diri di RSUD Kab Bantaeng yaitu

sebanyak 54 orang (54,0%) berjenis kelamin perempuan, 43 orang

(66,2%) menderita OA dan 11 orang (31,4%) yang tidak menderita

OA, sedangkan yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 46 orang

(46,0%), 22 orang (33,8%) yang menderita OA dan 24 orang (68,6%)

yang tidak menderita OA.

Selanjutnya untuk menganalisis data dalam penelitian ini

dilakukan uji Chi Square, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p =

0,001 (p<0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian penyakit OA pada

pasien di RSUD Bantaeng periode 2015-2017.

Tabel V.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian OA

di RSUD Bantaeng Tahun 2015-2017.

Jenis

Kelamin

OA Tidak OA Jumlah P

N % N % N %

0,001 Perempuan

Laki laki

43

22

66,2

33,8

11

24

31,4

68,6

54

46

54,0

46,0

Jumlah 65 100 35 100 100 100

Sumber :data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015 – 2017

c. Obesitas

Berdasarkan tabel V.7 menunjukkan bahwa dari 100 penderita nyeri

muskuloskeletal yang memeriksakan diri di RSUD Bantaeng yaitu

Page 64: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

48

sebanyak 51 orang (51,0%) memiliki status gizi obesitas, 41 orang

(63,1) menderita OA dan 10 orang (28,6%) yang tidak menderita OA,

sedangkan yang tidak obesitas sebanyak 49 orang (49,0%), 24 orang

(36,9%) yang menderita OA dan 25 orang (71,4%) yang tidak

menderita OA.

Selanjutnya untuk menganalisis data dalam penelitian ini

dilakukan uji Chi Square, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p =

0,000 (p<0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan antara obesitas dengan kejadian penyakit OA dan

merupakan faktor risiko penyakit OA pada pasien di RSUD Kab

Bantaeng periode 2015-2017.

Tabel V.7 Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian OA di

RSUD Bantaeng Tahun 2015-2017.

IMT OA Tidak OA Jumlah P

N % N % n %

0,000 Obesitas

Tidak obesitas

41

24

63,1

36,9

10

25

28,6

71,4

51

49

51,0

49,0

Jumlah 65 100 35 100 100 100

Sumber : Data rekam medik RSUD Bantaeng tahun 2015-2017

Page 65: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

49

BAB VI

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Bantaeng di ruangan rekam

medik, diambil populasi yaitu pasien yang menderita nyeri muskuloskeletal yang

memeriksakan diri di RSUD Bantaeng pada periode tahun 2015 – 2017. Sampel

yang diambil sebanyak 100 pasien dimana 65 pasien yang didiagnosis menderita

OA dan 35 kasus yang tidak menderita OA.

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan hasil adanya hubungan

antara faktor faktor risiko usia, jenis kelamin, dan obesitas terhadap kejadian

penyakit OA di RSUD Kabupaten Bantaeng dilihat pada tabel V.5, tabel V.6, dan

tabel V.7 didapatkan p<0,05 hal ini menerangkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara Usia, Jenis kelamin dan indeks masa tubuh dengan kejadian OA.

A. Usia

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel V.5 dimana didapatkan faktor

risiko usia mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada pasien

di RSUD Bantaeng denagn nilai p=0,000. Hasil penelitian tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2007) dari hasil studi kasus

di RS. dr. Kariadi Semarang responden pasien osteoarthritis yang berumur

>50 tahun sebesar 77% dan usia <50 tahun sebesar 23%. Jika dilihat pada

penelitian ini usia >50 tahun sebesar 76%. Penelitian yang dilakukan Marlina

(2017) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta menyebutkan bahwa usia 60

ke atas memiliki tingkat kejadian osteoarthritis paling banyak sebesar 57,6%

dari pada usia dibawah 60 sebesar 42,4%. Probabilitas usia tertua untuk

Page 66: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

50

mengalami OA lutut adalah 29,35 kali dibandingkan dengan usia termuda.

Artinya bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin beresiko terjadi OA

lutut (Marlina, 2014).27

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor

usia adalah faktor yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin

meningkat dengan bertambahnya umur ini sesuai dengan proses penuaan

dimulai pada usia lanjut, terlihat perubahan permukaan sendi yang baik pada

usia muda menjadi permukaan granular mengalami kerusakan pada usia tua.23

Ditambah lagi bahwa tulang rawan memiliki keterbatasan dalam proses

regenerasi, perubahan–perubahan degeneratif ini tidak dapat kembali

kekeadaan semula dan bersifat progresif.11

B. Jenis kelamin

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel V.6 dimana didapatkan faktor

risiko jenis kelamin mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA

pada pasien di RSUD Bantaeng denagn nilai p =0,001. Hasil penelitian

tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Yulidar

Khairani di RSUD Raden Mattaber Jambi dimana didapatkan 68,9 %

penderita OA adalah perempuan.16 Hasil penelitian yang sama juga di

dapatkan oleh Muhammad Raga Sanjaya dkk di rumah sakit Al – Islam

Bandung tahun 2014 dimana 82,54% penderita OA adalah perempuan.22

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada

masa menopause terdapat perubahan keseimbangan hormon progesteron dan

estrogen yang mempengaruhi system keseimbangan tulang diseluruh tubuh,

Page 67: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

51

termasuk tulang subkondral, sedangkan fungsi dari hormon estrogen yaitu

berperan dalam pembentukan matriks sendi. Estrogen menyebabkan

peningkatan aktifitas osteoblast. Osteoblast berperan untuk mensintesiskan

komponen matriks tulang. Sesudah menopause, hampir tidak ada estrogen

yang diekskresikan oleh ovarium, kekurangan ini akan menyebabkan

berkurangnya osteoblast pada tulang, sehingga berkurangnya matriks tulang

dan berkurangnya deposit kalsium dan fosfat tulang.24 Maka dari itu OA

banyak terjadi pada wanita terutama yang telah menopause.

C. Obesitas

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel V.7 dimana didapatkan faktor

risiko obesitas mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada

pasien di RSUD Bantaeng denagn nilai p =0,001. Hasil penelitian tersebut

senada dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Rifa Siti Nursyarifa

dkk di RSUP dr Kariadi Semarang 2011 dimana didapatkan hasil bahwa

responden yang mengalami osteoartritis lutut lebih banyak terjadi pada

obesitas yaitu sebesar 30 orang (75%) dan nerupakan faktor risiko terjadinya

OA.24 Selain penelitian tersebut pada penelitian yang dilakukan oleh Yulidar

Khairani di RSUD Raden Mattaber Jambi dimana didapatkan hasil yang sama

yaitu mayoritas penderita osteoartritis yaitu yang berstatus gizi obesutas yaitu

sebanyak 55,4% dan merupakan faktor risiko terjadinya OA.16

Dari hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan

bahwa obesitas juga merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi.

Hal ini terjadi karena selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada

Page 68: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

52

sendi lutut.11 Orang yang obesitas meningkatkan beban berlebih pada sendi

sehingga terjadi kerusakan pada struktur rawan sendi yang menjadi bantalan.

Bantalan tersebut berguna untuk menghindari gesekan antara dua tulang yang

membentuk persendian. Ketika berjalan beban berat badan dipindahkan 3-6

kali berat badan, maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan kerja

sendi semakin berat. Oleh karena beban yang berlebih itu akan menyebabkan

penipisan tulang rawan dan selanjutnya akan terjadi robekan pada permukaan.

Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan dan menipisnya minyak

sendi atau cairan sinoval karena bergesernya titik tumpu badan. Jika cairan

sinoval berkurang, maka lapisan tulang rawan yang menutupi ujung tulang

akan bergesekan satu sama lain sehingga membuatnya semakin menipis dan

menimbulkan rasa nyeri pada sendi.25

Gizi berlebih menghasilkan reaktif oksigen spesies dalam jumlah banyak,

sehingga terjadi stres oksidasi yang merusak sel dan memicu respon inflamasi.

Seiring dengan resistensi insulin yang berlangsung, proses inflamasi juga

meningkat. Dapat dikatakan bahwa asupan nutrisi yang berlebih bisa

menimbulkan obesitas dan resistensi insulin yang akan memicu stres oksidatif

dan respon inflamasi dan menyebabkan nyeri bertambah pada OA.26 Dengan

demikian OA banyak terjadi pada orang yang memiliki kelebihan berat badan

atau obesitas.

D. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian

Page 69: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

53

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang murni dari peneliti maupun dari

metode yang digunakan, serta keadaan diluar kemampuan peneliti. Penelitian

ini menggunakan data sekunder sehingga data yang diambil hanyalah yang

tercantum pada rekam medik sehingga data tidak dapat dikonfirmasi langsung

kepada pasien dan data yang tertulis berdasarkan dari hasil pegawai rumah

sakit yang melakukan pemeriksaan dan dilakukan oleh beberapa orang

sehingga ketidak seragaman metode pengisian bisa terjadi dan membuat data

berbeda.

Penelitian ini hanya mengambil sedikit sampel dari seluruh pasien

osteoarthritis di RSUD Bantaeng sehingga ada beberapa pasien yang tidak

masuk sebagai sampel penelitian, sehingga keakuratan data belum maksimal.

Pengambilan sampel yang tidak OA tidak dilakukan coding data terlebih

dahulu untuk mengetahui penyakit yang mirip dengan OA, namun hanya

menggunakan pengetahuan terbatas yang dimiliki peneliti, jadi ada

kemungkinan untuk bias. Serta dalam penentuan diagnosis bisa saja hasil

diagnosis tidak valid atau tidak sesuai.

Page 70: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

54

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Distribusi pasien oasteoarthritis di RSUD Bantaeng yaitu lebih mayoritas

berusia > 50 tahun, lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan, dan

lebih mayoritas obesitas dari pada yang tidak obesitas.

2. Usia mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada pasien di

RSUD Bantaeng, jadi dapat dikatakan bahwa semakin tua usia seseorang

semakin beresiko terkena OA.

3. Jenis kelamin mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada

pasien di RSUD Bantaeng, Jadi perempuan beresiko lebih tinggi menderita

OA dibanding laki laki.

4. Obesitas mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian OA pada

pasien di RSUD Bantaeng, jadi orang yang berstatus gizi obesitas beresiko

terkena penyaki OA dibandingkan yang tidak obesitas.

B. SARAN

1. Untuk penelitian selanjutnya :

a. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel

yang lebih banyak dan pengambilan data tidak hanya mengambil data

sekunder tapi sebaiknya melakukan pengambilan data primer untuk

lebih memperjelas variabel variabel yang di teliti.

Page 71: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

55

b. Penentuan sampel sebaiknya dilakukan coding terlebih dahulu untuk

mengetahui penyakit – penyakit yang dekat dengat OA untuk

dijadikan sampel.

c. Variabel variabel yang di teliti sebaiknya di perbanyak karena tidak

menutup kemungkinan ada variabel lain yang berpengaruh terhadap

penyakit OA sebagai variabel perancu.

2. Pelayanan Kesehatan

a. Lebih mewaspadai gejala awal osteoartritis lutut, seperti nyeri lutut,

kaku sendi lutut setelah istirahat / tidak bergerak, dan sebagainya.

b. Memperhatikan faktor risiko yang ada pada pasien, seperti usia tua

(lebih dari 50 tahun), obesitas, pekerja berat, dan sebagainya.

c. Tenaga kesehatan memberikan edukasi yang tepat dan jelas kepada

penderita Osteoarthritis dan keluarganya sehingga penderita memahami

dan mengaplikasikan apa yang disarankan dan apa yang harus dihindari.

3. Bagi Pihak Rumah Sakit

Rumah sakit dapat melakukan suatu program khusus bagi pasien OA dalam

upaya pencegahan dan pengendalian faktor-faktor yang menyebabkan risiko

terjadinya keparahan OA, misalnya mengadakan penyuluhan singkat. Rumah

sakit memiliki kewajiban untuk memastikan pasien merasa puas dengan

pelayanan kesehatan yang telah diberikan dan memastikan bahwa semua

tenaga kesehatan telah memberikan apa yang menjadi hak pasien.

Page 72: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).

Balai Penerbit FK – UI, 2012

2. Wittenauer R, Smith L, Aden K. Priority Medicines for Europe and the World

“A Public Health Approach to Innovation” Update on 2004 Background

Paper Background Paper 6.12 OA. World Heal Organ [Internet]. 2013

3. Kendall. K, Tao. L. 2014. Sinopsis Organ System Muskuloskeletal & Jaringan

Ikat. Jakarta: KARISMA Publishing Group. 2014

1. Pérez M.. jurnal Berkala Epidemilogi. Volume 2, 2013

2. Pratama PS (2015). Skripsi :Studi Penggunaan Obat Pada Pasien OA Usia

Lanjut Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. H Koesnadi Bondowoso

Tahun 2013: Universitas Jember: Jember

3. Price SA, Wilson lorraine M. Patofisiologi. Vol. 2, EGC. 2013

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013

5. Hasibi WA.Prevalensi dan DistribusiOsteoarthitis Lutut berdasarkan

karakteristik Sosio – Demografi dan Faktor Risiko di wilayah Kerja

Puskesmas Susut I, Kecamatan Susut, kabupaten Bangli Pada Tahun 2014.

2014

6. Departement negara RI, 2012. Al – Quran dan Terjemahan, penerbit

diponegoro, Bandung

7. Pratama PS (2015). Skripsi :Studi Penggunaan Obat Pada Pasien OA Usia

Page 73: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

Lanjut Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. H Koesnadi Bondowoso

Tahun 2013: Universitas Jember: Jember

11. Setiadi S.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke 6. Jakarta: Interna

Publishing; 2014

12. Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA). Diagnosis dan Penatalaksanaan

Osteoartritis. 2014

13. Nugraha AS, Widyatmoko S. Hubungan Obesitas dengan Terjadinya OA

Lutut di Laweyan Surakarta. 2015

14. Nooor H, Zairin. Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Vol. 2, EGC. 2013

15. Masyhurrosyidi H, Kumboyono YWU. Effect of Ginger Stew Warm

Compresses Against Subacute and Chronic Pain Levels In Elderly with

Knee Osteoarthtritis in Arjuna Public Health Center, Klojen Malang. 2014

16. Khairani Y. Hubungan Umur, Jenis Kelamin, IMT, dan Aktivitas Fisik dengan

Kejadian Osteoathritis Lutut. 2013

17. Arismunandar R. The Relation Betweet Obesity and OA Knee In Elderly

Patients. 2015

18. Hasibi WA.Prevalensi dan DistribusiOsteoarthitis Lutut berdasarkan

karakteristik Sosio – Demografi dan Faktor Risiko di wilayah Kerja

Puskesmas Susut I, Kecamatan Susut, kabupaten Bangli Pada Tahun 2014.

2014

19. Tyson WJ. Diagnosis and Treatment. Bmj. 1920;1(3096)

20. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Apa itu Osteoartritis ? Apa Faktor

Risikonya ? Apa gejalanya ? Seri Pendidikan - Perhimpunan Reumatologi

Page 74: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

Indonesia. 2016

21. Kasir ibnu , 2002, Tafsir Ibnu Kasir, jilid 3, dat toyibah, riyadh

22. Sonjama Muhammad R, Rukanta Dadang, Widayanto. Karakteristik Pasien

OA Lutut Primer di Poliklinik Orthopedi RS Al -islam Bandung. Pendidikan

dokter FK Universitas Islam Bandung. 2014

23. Isselbacher, Braunwald, wilson, at all. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit

Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H, Edisi 13 volume 4. Jakarta: EGC ;2012.

hal 1889-1890

24. Anwar Moch, Baziad Ali, Prabowo Prajitno. Ilmu Kandungan. Edisi

ketiga.Jakarta : PT Bina pUstaka Sarwono Prawiroharjo. 2011. Hal 107 –

109.

25. Vianti Deni O, Tarmal A, Pranonowati Puji. Hubungan Antara Obesitas

Dengan Kejadian Reumatik Pada Wanita Usia 40-64 Tahun Di Wilayah

Kerja Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati. Kesehatan Masyarakat. 2013

26. Kertia Nyoman. Status Gizi Berhubungan Positif Dengan Derajat Nyeri Sendi

Penderita Osteoartritis Lutut. Jurnal gizi klinik indonesia Vol. 8, No. 3,

Januari 2012

27. Rendy Kurniawan, dr. Ahmad Faesol sp. Rad, M. Kes. Hubungan Usia

Dengan Osteoartritis Lutut Ditinjau dari Gambaran Radiologi Di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. 2014

Page 75: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 (DATA REKAM MEDIK)

No Inisial Usia

Jenis

Kelamin Status Gizi Osteoarthritis

1 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

2 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

3 A > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

4 B > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

5 S < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

6 H > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

7 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

8 R > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

9 D > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

10 D > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

11 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

12 A > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

13 A < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

14 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

15 L > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

16 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

17 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

18 T > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

19 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

20 T < 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

21 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

22 N > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

23 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

24 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

25 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

26 K > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

27 N > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

28 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

29 N > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

30 R > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

31 N < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

32 M > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

33 N < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

34 T > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

35 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

36 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

37 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

38 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

Page 76: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

39 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

40 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

41 K > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

42 J > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

43 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

44 M < 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

45 A > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

46 K > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

47 H < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

48 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

49 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

50 T > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

51 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

52 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

53 J > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

54 M < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

55 R < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas OA

56 S < 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

57 M < 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

58 F > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

59 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

60 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

61 N > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas OA

62 H > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

63 D > 50 Tahun Laki laki Obesitas OA

64 S > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

65 E > 50 Tahun Perempuan Obesitas OA

66 H > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA

67 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA

68 A > 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA

69 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

70 D < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

71 B < 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA

72 A < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

73 I < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

74 M > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

75 L > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

76 S > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

77 A < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

78 A < 50 Tahun Perempuan Obesitas Tidak OA

79 S < 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA

80 A > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

81 J > 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA

82 H < 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA

Page 77: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

83 D < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

84 Y < 50 Tahun Perempuan Obesitas Tidak OA

85 H > 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA

86 E < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

87 H < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

88 H < 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA

89 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

90 N > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA

91 S < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

92 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

93 R < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

94 M < 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA

95 R > 50 Tahun Perempuan Obesitas Tidak OA

96 S > 50 Tahun Perempuan Tidak Obesitas Tidak OA

97 S < 50 Tahun Laki laki Obesitas Tidak OA

98 H < 50 Tahun Perempuan Obesitas Tidak OA

99 M < 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

100 H > 50 Tahun Laki laki Tidak Obesitas Tidak OA

Page 78: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 (TABEL SPSS)

A. Analisis Univariat

Frequencies

Statistics

usia jenis kelamin obesitas Osteoartritis

N Valid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Usia

Frequenc

y Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih dari 50

tahun 70 70.0 70.0 70.0

kurang dari

sama dengan 50

tahun

30 30.0 30.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Page 79: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid perempuan 54 54.0 54.0 54.0

laki-laki 46 46.0 46.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Obesitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid obesitas 51 51.0 51.0 51.0

tidak obesitas 49 49.0 49.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Osteoartritis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Osteoartritis 65 65.0 65.0 65.0

tidak

Osteoartritis 35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Page 80: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

B. Analisis Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Osteoartritis 100 100,0% 0 0% 100 100,0%

Jenis Kelamin *

Osteoartritis 100 100,0% 0 0% 100 100,0%

Obesitas * Osteoartritis 100 100,0% 0 0% 100 100,0%

Usia * Osteoarthritis

Crosstab

Osteoartritis

Total

Osteoartritis

Tidak

Osteoartritis

usia lebih dari 50 tahun Count 54 16 70

Expected

Count 45.5 24.5 70.0

% within usia 77.1% 22.9% 100.0%

% within

Osteoartritis 83.1% 45.7% 70.0%

% of Total 54.0% 16.0% 70.0%

kurang dari sama Count 11 19 30

Page 81: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

dengan 50 tahun Expected

Count 19.5 10.5 30.0

% within usia 36.7% 63.3% 100.0%

% within

Osteoartritis 16.9% 54.3% 30.0%

% of Total 11.0% 19.0% 30.0%

Total Count 65 35 100

Expected

Count 65.0 35.0 100.0

% within usia 65.0% 35.0% 100.0%

% within

Osteoartritis 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 65.0% 35.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 15.123a 1 .000

Continuity

Correctionb 13.396 1 .000

Likelihood Ratio 14.804 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50.

Page 82: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measuresa

Value

N of Valid Cases 100

a. Correlation statistics are

available for numeric data

only.

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Usia

(lebih dari 50 tahun /

kurang dari sama

dengan 50 tahun)

5.830 2.303 14.757

For cohort Osteoartritis

= Osteoartritis 2.104 1.292 3.425

For cohort Osteoartritis

= Tidak Osteoartritis 361 217 601

N of Valid Cases 100

Jenis Kelamin * Osteoartritis

Crosstab

Page 83: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

Osteoartritis

Jenis Kelamin perempuan Count 43 11

Jenis

Kelamin

Expected Count 35.1 18.9

% within jenis

kelamin 79.6% 20.4%

% within Osteoartritis 66.2% 31.4%

% of Total 43.0% 11.0%

laki-laki Count 22 24

Expected Count 29.9 16.1

% within jenis

kelamin 47.8% 52.2%

% within Osteoartritis 33.8% 68.6%

% of Total 22.0% 24.0%

Total Count 65 35 100

Expected Count 65.0 35.0 100.0

% within jenis

kelamin 65.0% 35.0% 100.0%

% within Osteoartritis 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 65.0% 35.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11.044a 1 .001

Page 84: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

Continuity

Correctionb 9.690 1 .002

Likelihood Ratio 11.213 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,76.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measuresa

Value

N of Valid Cases 100

a. Correlation statistics are

available for numeric data

only.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jenis

kelamin (perempuan /

laki-laki)

4.264 1.770 10.274

For cohort Osteoartritis =

Osteoartritis 1.665 1.196 2.317

Page 85: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

For cohort Osteoartritis =

tidak Osteoartritis .390 .215 .708

N of Valid Cases 100

Obesitas * Osteoartritis

Crosstab

Osteoartritis

Total

Osteoartritis

tidak

Osteoartritis

obesitas obesitas Count 41 10 51

Expected Count 33.2 17.8 51.0

% within obesitas 80.4% 19.6% 100.0%

% within

Osteoartritis 63.1% 28.6% 51.0%

% of Total 41.0% 10.0% 51.0%

tidak

obesitas

Count 24 25 49

Expected Count 31.8 17.2 49.0

% within obesitas 49.0% 51.0% 100.0%

% within

Osteoartritis 36.9% 71.4% 49.0%

% of Total 24.0% 25.0% 49.0%

Total Count 65 35 100

Expected Count 65.0 35.0 100.0

Page 86: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

% within obesitas 65.0% 35.0% 100.0%

% within

Osteoartritis 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 65.0% 35.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 10.839a 1 .001

Continuity

Correctionb 9.502 1 .002

Likelihood Ratio 11.100 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.15.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measuresa

Value

N of Valid

Cases 100

Page 87: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE

a. Correlation statistics are

available for numeric data

only.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for obesitas

(obesitas / tidak obesitas) 4.271 1.754 10.397

For cohort Osteoartritis =

Osteoartritis 1.641 1.196 2.252

For cohort Osteoartritis =

tidak Osteoartritis .384 .207 .714

N of Valid Cases 100

Page 88: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE
Page 89: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE
Page 90: “THE RELATIONSHIP OF RISK FACTORS OSTEOARTHRITIS DISEASE