the influence of application generative learning …

8
2 nd International Seminar on Education 2017 Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue Batusangkar, September 05-06-2017 83 THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING MODEL TOWARD MATHEMATIC PROBLEM SOLVING OF STUDENTS AT VIII GRADE Beni Junedi 1 Study Program of Mathematic Education, Teacher Training And Education College of Insan Madani Airmolek Riau, Indonesia [email protected] ABSTRACT The purpose of this research is to know the influence of generative learning model to the mathematist. problem solving ability. Kind of this research is quasi exsperiment with the randomized control group only design. The population of this research are the students of the eight grade SMP Negeri 1 Rambatan. The research sampling are taken by random. VIII 1 grade is as experimental class and VIII 2 grade is as control class. The research data are collected by problem solving test. The hypothesis is tested by using t-test. Based on the research finding it concluded that, students mathematist problem solving ability who learnt by generative learning model are better than convensional learning. Seens from the students first ability, the students who have high ability learnt by generative learning model are better than the convensional learning. The students who have low ability learnt by generative learning model are not different from convensional learning. Key Words: Generative Learning Model , The Ability of Mathematist Problem Solving. PENDAHULUAN ata pelajaran matematika memiliki beberapa tujuan sesuai dengan tingkat pendidikan. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) Mata Pelajaran Matematika lingkup pendidikan dasar menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki ke-mampuan sebagai berikut. (1) memahami kon-sep matematika, (2). menggunakan penalaran, (3). memecahkan masalah, (4). Meng-komunikasikan gagasan, (5). memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis dialami oleh siswa SMPN di salah satu sekolah di Kabupaten Tanah Datar, berdasarkan hasil observasi dan tes kemampuan pemecahan masalah yang diberikan. Kelemahan yang di alami oleh siswa adalah kemampuan untuk memahami masalah, memformulasikan konteks masalah ke dalam model matematika dan menyelesaikan masalah matematika tersebut. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dilihat dari soal tes kemampuan pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa kelas VIII yang berjumlah 23 orang pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV), dengan soal sebagai berikut. Di dalam dompet Yuda terdapat 25 lembar uang lima ribu rupiah dan sepuluh ribu rupiah. Jumlah uang itu adalah Rp.200.000,00. Berapa selisih uang tersebut?. Berdasarkan soal di atas 70% siswa kurang mampu menyelesaikan soal tersebut. Ketidakmampuan siswa berupa kesulitan dalam memahami masalah, siswa tidak dapat mengelompokkan apa yang diketahui, ditanyakan dalam soal tersebut. Siswa tidak mampu merumuskan persoalan yang diberikan kedalam kalimat matematika atau model matematika. Berdasarkan hasil jawaban siswa, siswa tidak mengerti langkah apa yang harus dilakukan untuk mengerjakan soal dan M

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

83

THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNINGMODEL TOWARD MATHEMATIC PROBLEM SOLVING OF

STUDENTS AT VIII GRADE

Beni Junedi1Study Program of Mathematic Education, Teacher Training And Education College of Insan Madani

Airmolek Riau, [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of generative learning model to themathematist. problem solving ability. Kind of this research is quasi exsperiment with the

randomized control group only design. The population of this research are the students of theeight grade SMP Negeri 1 Rambatan. The research sampling are taken by random. VIII 1 gradeis as experimental class and VIII 2 grade is as control class. The research data are collected by

problem solving test. The hypothesis is tested by using t-test. Based on the research finding itconcluded that, students mathematist problem solving ability who learnt by generative learningmodel are better than convensional learning. Seens from the students first ability, the students

who have high ability learnt by generative learning model are better than the convensionallearning. The students who have low ability learnt by generative learning model are not different

from convensional learning.

Key Words: Generative Learning Model , The Ability of Mathematist Problem Solving.

PENDAHULUAN

ata pelajaran matematika memilikibeberapa tujuan sesuai dengan tingkat

pendidikan. Menurut Permendiknas No 22tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) MataPelajaran Matematika lingkup pendidikandasar menyebutkan bahwa mata pelajaranmatematika bertujuan agar peserta didikmemiliki ke-mampuan sebagai berikut. (1)memahami kon-sep matematika, (2).menggunakan penalaran, (3). memecahkanmasalah, (4). Meng-komunikasikan gagasan,(5). memiliki sikap menghargai kegunaanmatematika dalam kehidupan.

Rendahnya kemampuan pemecahanmasalah matematis dialami oleh siswa SMPNdi salah satu sekolah di Kabupaten TanahDatar, berdasarkan hasil observasi dan teskemampuan pemecahan masalah yangdiberikan. Kelemahan yang di alami olehsiswa adalah kemampuan untuk memahamimasalah, memformulasikan konteks masalahke dalam model matematika dan

menyelesaikan masalah matematika tersebut.Rendahnya kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa dapat dilihat dari soal teskemampuan pemecahan masalah yangdiberikan kepada siswa kelas VIII yangberjumlah 23 orang pada materi SistemPersamaan Linier Dua Variabel (SPLDV),dengan soal sebagai berikut.

Di dalam dompet Yuda terdapat 25lembar uang lima ribu rupiah dan sepuluhribu rupiah. Jumlah uang itu adalahRp.200.000,00. Berapa selisih uang tersebut?.

Berdasarkan soal di atas 70% siswakurang mampu menyelesaikan soal tersebut.Ketidakmampuan siswa berupa kesulitandalam memahami masalah, siswa tidak dapatmengelompokkan apa yang diketahui,ditanyakan dalam soal tersebut. Siswa tidakmampu merumuskan persoalan yang diberikankedalam kalimat matematika atau modelmatematika. Berdasarkan hasil jawaban siswa,siswa tidak mengerti langkah apa yang harusdilakukan untuk mengerjakan soal dan

M

Page 2: THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

84

bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut.Kurang mampunya siswa dalam menyajikanmasalah kedalam kalimat matematika,disebabkan karena siswa tidak paham maksudsoal dan siswa belum menemukan langkah-langkah bagaimana cara menyelesaikan soaltersebut.

Berdasarkan tujuan pembelajaranmatematika di atas, salah satu tujuan pentingpembelajaran matematika adalah agar siswamemiliki kemampuan dalam memecahkanmasalah. Kemampuan pemecahan masalahbertujuan untuk membantu siswa dalammengambil keputusan terhadap permasalahan-permasalahan yang dialaminya sendiri didalam kehidupan. Hudojo (2003:152)mengatakan bahwa apabila siswa dilatih untukmenye-lesaikan masalah maka siswa akanmampu mengambil keputusan sebab siswamempunyai keterampilan tentang bagaimanamengum-pulkan informasi yang relevan,menganalisis informasi dan menyadari betapaperlunya meneliti kembali hasil yang telahdiperoleh. Berdasarkan hal di atas pemecahanmasalah matematis perlu diajarkan kepadasiswa pada setiap tingkat pendidikan.

Permasalahan yang dialami oleh siswadi atas disebabkan oleh beberapa faktorberdasarkan pengamatan yang dilakukan diantaranya: pertama, guru kurang melatih ke-mampuan pemecahan masalah matematikasiswa di dalam proses pembelajaran, sehinggasiswa kurang terbiasa dalam menyelesaikansoal-soal yang berkaitan dengan kemampuanpemecahan masalah matematika.

Kedua, pada proses pembelajaran gurukurang mengeksplorasikan kemampuan siswa,guru kurang membangun pengetahuan siswa,artinya dalam proses pembelajaran masihberpusat kepada guru. Guru belummemberikan kesempatan kepada siswa untukmembangun sendiri konsep pelajaran sesuaidengan topik yang dipelajari. Terlihat padaproses pem-belajaran guru yang dominanmenjelaskan konsep pelajaran tanpa siswadiberikan kesempatan untuk menemukankonsep itu sendiri sehingga apabila diberikansoal yang berkaitan dengan pemecahanmasalah siswa bingung untukmenyelesaikannya.

Ketiga, guru kurang memperhatikanpengetahuan awal siswa, guru langsung

memulai materi baru tanpa meninjau kembalimateri sebelumnya sehingga siswa kurangmampu mengaitkan materi yang baru denganmateri sebelumnya. Terlihat ketika siswamengerjakan latihan masih banyak siswabertanya bagaimana cara menyelesaikan soaltersebut, pada hal sebelumnya telah dijelaskan.Contohnya siswa diberikan soal mengenaimenyelesaikan SPLDV dengan cara Subtitusilangsung, pada saat siswa mengerjakan latihanmasih ada beberapa siswa yang kurang bisamenyelesaikannya karena siswa terkendalabagaimana melakukan operasi perkalianaljabarnya dan operasi hitung bilangan bulat.

Dalam proses pembelajaran faktor lainyang menentukan dan mempengaruhi keber-hasilan belajar matematika siswa adalahkemampuan awal. Kemampuan awal merupa-kan kemampuan yang dimiliki siswa sebagaidasar sebelum mengikuti pembelajaran yangakan diberikan. Apabila materi sebelumnyabelum dikuasai oleh siswa, maka siswakesulitan dalam memahami berikutnya.Karena kemampuan awal merupakankemampuan prasyarat dalam mempelajarimateri berikutnya. Apabila materi awal sudahdipahami dengan baik, maka siswa akanmudah memahami materi berikutnya. Keempatguru kurang membangun suasana belajar yangkondusif seperti rasa nyaman dan kurangmembangkit-kan semangat belajar siswasehingga siswa malas dalam belajar. Hal initerlihat ketika guru menjelaskan materi masihada siswa yang mengantuk, tidakmemperhatikan penjelasan guru dan kurangmerespon pertanyaan guru.

Rendahnya kemampuan pemecahanmasalah perlu dicarikan solusinya. Supayasiswa berhasil di dalam pembelajaran terutamapada aspek kemampuan pemecahan masalah.Cara yang diduga dapat dilakukan adalahmenerapkan model pembelajaran generatif.Model pembelajaran generatif menurutOsborno dan Wittrock dalam Hulukati (2005)menga-takan bahwa pembelajaran generatifmerupakan suatu model pembelajaran yangmenekankan pada pengintegrasian secara aktifpengetahuan baru dengan menggunakanpengetahuan yang sudah dimiliki siswasebelumnya. Artinya proses pembelajarannyamemperhatikan ke-mampuan awal siswasebagai dasar melanjut-kan materi berikutnya,

Page 3: THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

85

serta pembelajaran yang dapat melatihkemampuan pemecahan masalah matematikasiswa dengan cara mengkonstruksipengetahuannya sendiri.

Pengetahuan baru itu akan diuji dengancara menggunakannya dalam menjawabpersoalan atau permasalahan sesuai dengantopik yang dibahas. Jika pengetahuan baru ituberhasil menjawab permasalahan yangdihadapi, maka pengetahuan baru itu akandisimpan dalam memori jangka panjang siswa.Karena dalam proses pembelajarannya guruberusaha mengintegrasikan pengetahuan sebe-lumnya dengan pengetahuan baru melaluiproses konstruktivisme, sehingga pelajarantersebut bersinergi dalam memori siswa dankonsep pelajaran dirasakan bermakna olehsiswa.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuanyang ingin dicapai, penelitian inimenggunakan metode kuantitatif dalam bentukquasi experiment. Jenis penelitian inidigunakan karena tidak memungkinkan untukmengontrol variabel penelitian secaramenyeluruh. Disain penelitian inimenggunakan dua kelas yaitu kelaseksperimen; kelas yang diberikan perlakuandengan menerapkan model pembelajarangeneratif, dan kelas kontrol; kelas yangmenggunakan pembelajaran konvensional.Variabel pada penelitian ini terdiri dari (1)variabel bebas yaitu penerapan modelpembelajaran generatif (2) variabel terikatyaitu kemampuan pemecahan masalahmatematis matematis siswa, dan (3) variabelmoderator yaitu pengetahuan awal siswa.

Rancangan penelitian yang digunakanadalah Randomized Control Group OnlyDesign, (Suryabrata, 2005:104) yangdigambarkan sebagai berikut.

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Kelas Perlakuan Tes

Eksperimen X O

Kontrol - O

Keterangan:X : Perlakuan yang diberikan yaitu

pembelajaran dengan modelpembelajaran generatif

O : Tes untuk melihat kemampuanpemecahan masalah matematissiswa.

Rancangan ini diterapkan pada situasibelajar yang berbeda yakni denganpembelajaran model pembelajaran generatifpada kelas eksperimen dan pembelajarankonvensional pada kelas kontrol. Rancanganini diuraikan ke dalam bentuk Tabel Winnerseperti di bawah ini:

Tabel 2. Tabel Winner

KemampuanAwal(Y)

Strategi Pembelajaran (X)Model

pembelajarangeneratif

(X1)

Pembelajarankonvensional

(X2)

PemecahanMasalah

(X11)

PemecahanMasalah

(X21)Tinggi (Y1) Y1 X11 Y1 X21

Rendah (Y2) Y2 X11 Y2 X21

(Sumber: diadaptasi dari Suwanda, 2011:123)

Keterangan:

Y1

X11 :kemampuan pemecahan masalahmatematis siswa berkemampuanawal tinggi dengan modelpembelajaran generatif

Y1

X21 :kemampuan pemecahan masalahmatematis siswa berkemampuanawal tinggi dengan pembelajarankonvensional

Y2

X11 :kemampuan pemecahan masalahmatematis siswa berkemampuanawal rendah dengan modelpembelajaran generatif

Y2

X21 :kemampuan pemecahan masalahmatematis siswa berkemampuanawal rendah dengan pembelajarankonvensional

Populasi menurut Arikunto (2002:102)adalah keseluruhan objek penelitian. Populasidalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

Page 4: THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

86

VIII SMP N 1 Rambatan yang terdiri dari 7kelas. Karena populasi mempunyai kesamaanrata-rata, maka sampel diambil secara acakdengan cara diundi. Kelas pertama yangterambil yaitu kelas VIII 1 ditetapkan sebagaikelas eksperimen, dan kelas terambil keduaditetapkan sebagai kelas kontrol yaitu kelasVIII 2.

Instrumen yang digunakan dalampenelitian ini adalah berupa soal tes ke-mampuan awal dan tes kemampuanpemecahan masalah. Analisis data dilakukandengan menggunakan uji t. Pengujian hipotesismenggunakan bantuan software Minitab.

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Berdasarkan uji persyaratan analisis,data kemampuan pemecahan masalahmatematis siswa kelas eksperimen dan datakelas kontrol berdistribusi normal.

Data kemampuan pemecahan masalahsiswa memiliki variansi yang homogen.Berdasarkan hasil pengujian prasyarat, ujinormalitas dan homogenitas maka pengujiansemua hipotesis yang dikemukakan dilakukandengan menggunakan uji-t.

Dari hasil uji hipotesis diketahui bahwauntuk hipotesis 1 dan 2, nilai nilai P-value <

05,0 yang berarti H0 ditolak dan H1

diterima, sehingga hipotesis yang diajukanditerima, kecuali hipotesis 3, nilai nilai P-value> 05,0 yang berarti H0 diterima, sehinggahipotesis yang diajukan ditolak.

Kemampuan pemecahan masalahmatematis siswa yang diajar dengan modelpembelajaran generatif lebih baik daripadakemampuan pemecahan masalah matematisyang diajar dengan pembelajarankonvensional. Hal ini disebabkan karenaperbedaan pembelajaran yang diterapkan padakedua kelas. Model pembelajaran generatiflebih menitik beratkan pada konstruktivismeartinya siswa sendiri yang membangun penge-tahuannya dengan cara mengintegrasikanpengetahuan sebelumnya dengan pengetahuanbaru yang sedang mereka pelajari. Selain itusiswa juga dilibatkan bagaimana menemukansendiri konsep pelajaran dengan bantuanlembar kerja siswa (LKS), sehingga siswa

menjadi aktif dan pembelajaran dirasakanlebih bermakna. Hal ini sesuai denganpendapat Driver dalam Jurnal penelitian yangdilakukan oleh Lusiana dkk. (2009), yangmengatakan bahwa dalam pembelajaran yangberlandaskan konstruktivis siswa tidakdipandang sebagai sesuatu yang pasifmelainkan memiliki tujuan dan belajarmempertimbangkan seoptimal mungkin prosesketerlibatan siswa. Sedangkan pembelajarankonvensional lebih menitik-beratkan guruyang lebih berperan aktif menyampaikanmateri dan siswa masih bersifat pasif.

Model Pembelajaran generatif yangditerapkan pada kelas eksperimen adalahpembelajaran secara berkelompok denganbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) denganpendekatan konstruktivisme. Pembelajarandimulai dari tahap orientasi yaitu guruberupaya meninjau kembali pengetahuan awalsiswa kemudian berusaha menghubungkandengan materi yang akan dipelajari sepertipada materi unsur-unsur kubus dan balok.Guru meninjau pengetahuan awal siswatentang bangun datar yang diperlukan dalammempelajari kubus dan balok yaitu materipersegi dan persegi panjang pada topikpengertian, keliling dan luas persegi danpersegi panjang tersebut. Setelah itu gurumengaitkan bangun persegi dengan kubusyaitu kubus disusun oleh enam buah persegibegitu juga pada balok disusun oleh persegipanjang.

Aktivitas siswa yang menonjol padapembelajaran generatif adalah diskusi secaraberkelompok dalam menyelesaikan tugas yangdiberikan yang dikerjakan di dalam LKSdengan cara saling bertukar pengetahuan, idedalam menyelesaikan tugas tersebut. Padapembelajaran generatif aktivitas ini disebutdengan tahap pengungkapan ide, tahaptersebut bertujuan untuk melatih siswa meng-komunikasikan gagasannya tentang topik yangdibahas dan secara langsung membantu siswayang berkemampuan rendah dalam memahamimateri pelajaran. Hal ini sesuai denganpendapat Sanjaya, (2007: 243) mengatakanbahwa setiap anggota kelompok bukan sajaharus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunyasaling membantu, misalnya,yang pintar perlu

Page 5: THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

87

membantu yang kurang pintar. Aktivitassiswa dalam pembelajaran generatif terlihatpada Gambar 4.

Gambar 1. Proses Pembelajaran denganmodel pembelajaran generatif

Pada pembelajaran generatif siswadituntut untuk menjelaskan atau mem-presentasikan hasil diskusi kelompok. Hal inibertujuan untuk melatih siswa mengko-munikasikan gagasannya di depan kelas,sehingga pembelajaran lebih menarik karenaterjadi saling bertukaran ide dengan kelompokatau siswa yang lain. Proses ini membuatsiswa lebih memahami materi dan materi yangtelah dipahami akan tersimpan lama dalammemori siswa.

Pada tahap penerapan padapembelajaran generatif siswa dilatih belajarmerefleksikan strategi yang digunakan untukmemecahkan permasalahan atau soalmatematika yang berhubungan dengan topikyang disajikan di dalam LKS sehingga siswaterbiasa menger-jakan soal-soal yang berkaitandengan pemecahan masalah. Siswamenyelesaikan soal-soal tersebut secaraberkelompok, hal ini bertujuan untuk salingberbagi pengetahuan antara kemampuanmatematika tinggi dengan yang rendah.

Pembelajaran generatif dengan bantuanLKS memfasilitasi berkembangnyakemampuan pemecahan masalah matematissiswa. Siswa bersama anggota kelompoknyamenyelesaikan dan menemukan suatu konsepdengan cara pendekatan konstruktivismeartinya siswa sendiri yang menemukan konsepyang ada dalam LKS tersebut. Osborne danWittrock dalam Mardana (2001:50)menyatakan bahwa esensi pembelajarangeneratif adalah pikiran atau otak manusiabukanlah penerima informasi secara pasiftetapi aktif mengkonstruksi dan menafsirkan

informasi dan menarik kesimpulanberdasarkan informasi tersebut. Dengandemikian secara tidak langsung siswa sudahberlatih memahami permasalahan, menemukanstrategi, mengerjakan setiap langkah sesuaidengan strategi yang telah direncanakan,memaknai hasil yang diperoleh terhadappermasalahan yang diberikan dan mengerjakantahap demi tahap dengan sistematis sehinggamudah dipahami orang lain. Hal ini sesuaidengan indikator kemampuan pemecahanmasalah yaitu pemahaman, memilih strategi,menjalankan penyelesaian yang telah dipilih,memaknai hasil yang diperoleh yang diungkapkan Polya (1957). Salah satupermasalahan yang diselesaikan oleh siswadalam LKS dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Contoh soal yang melatihkemampuan pemecahanmasalah dalam LKS kelaseksperimen

Proses pembelajaran konvensional di-lakukan dengan cara metode ceramah men-jelaskan dengan rinci setiap konsep tanpamelibatkan siswa secara langsung menemukankonsep materi yang dipelajari. Dalam prosespembelajaran konvensional siswa bersifat pasifkarena siswa hanya mendengarkan penjelasanguru, menyalin penjelasan guru, kemudianmengerjakan latihan yang diberikan guru,belajar seperti ini disebut dengan belajarmenerima. Sebagaimana yang diungkapkanoleh Suherman (2001) bahwa jika materi yangdisajikan kepada murid lengkap sampai bentukakhir yang berupa rumus atau pola bilangan,

Page 6: THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

88

maka cara belajar murid dikatakan belajarmenerima.

Rendahnya hasil kemampuanpemecahan masalah siswa pada pembelajarankonvensional disebabkan oleh siswa terbiasadengan belajar menerima, kurangmengembangkan kemampu-an menemukansendiri konsep pelajaran. Sedangkan salah satuaspek yang ada dalam kemampuan pemecahanmasalah adalah siswa mampu menemukanstrategi dan meng-gunakannya untukmenyelesaikan permasalahan yang diberikan.Permasalahan yang diberikan bertujuan untukmelatih siswa dalam mengerjakan soal-soalyang berkaitan dengan pemecahan masalah.

Berdasarkan kemampuan awal, untukhipotesis dua diperoleh kemampuanpemecahan masalah matematis siswaberkemampuan awal tinggi yang diajar denganmodel pembelajaran generatif lebih baikdaripada siswa ber-kemampuan awal tinggiyang diajar dengan pembelajarankonvensional. Hal ini disebabkan karena padaproses pembelajaran generatif memfasisilitasisiswa dalam mengkonstruksi pengetahuanmereka terutama pada siswa yangberkemampuan awal tinggi. Siswa yangberkemampuan awal tinggi semakin tertantangdalam menemukan konsep sendiri, karenamemiliki kemampuan untuk melakukan haltersebut. Hal ini terlihat dari hasil tes ke-mampuan pemecahan masalah yang mem-perlihatkan hasil yang memuaskan. Contohjawaban siswa berkemampuan awal tinggidengan pembelajaran generatif dapat dilihatpada Gambar 3.

Gambar 3. Penyelesaian soal No.1 TesKemampuan Pemecahan Masalah siswaberkemampuan awal tinggi kelas kesperimen

Dengan memperhatikan jawaban soalkemampuan pemecahan masalah Gambar 3,siswa memiliki pemahaman yang baikterhadap permasalahan terlihat darikelengkapan mem-buat apa yang diketahui danmerumuskan permasalahan. Siswa memilihstrategi yang tepat sesuai denganpermasalahan. Siswa mampu memperolehhasil yang benar dari strategi yang telahdipilihnya. Siswa menye-lesaikanpermasalahan dengan rapi dan sistematissehingga mudah untuk dipahami. Keberhasilansiswa dalam menyelesaikan masalah didukung oleh langkah-langkah penyelesaianyang diungkapkan oleh Polya dalam Suhermandkk. (2003: 91), yaitu: me-mahami masalah,merencanakan penyelesaian, menyelesaikanmasalah sesuai dengan rencana, danmelakukan pengecekkan kembali terhadaplangkah yang telah dikerjakan

Pada pembelajaran konvensional, siswaberkemampuan awal tinggi terbiasa belajarmenerima. Sehingga saat diberi permasalahanyang berbeda sering terjadi kecerobohan ataukesalahan dari siswa dalam memilih strategiuntuk menyelesaikan suatu permasalahan.Contoh kesalahan siswa berkemampuan awaltinggi yang diajarkan dengan pembelajarankonvensional dalam mengerjakan soalkemampuan pemecahan masalah dapat dilihatpada Gambar 4.

Gambar 4. Penyelesaian soal No.1 TesKemampuan Pemecahan Masalah siswaberkemampuan awal tinggi kelas kontrol

Page 7: THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

89

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihatbahwa siswa berkemampuan awal tinggi yangmenggunakan pembelajaran konvensionalmengalami kekeliruan dalam memahamimasalah yang diberikan, strategi yangdigunakan sudah tepat tetapi permasalahkurang dipahami oleh siswa sehingga jawabanyang diberikan menjadi kuran tepat. Untukindikator yang lain seperti memilih strategiyang tepat, menjalan strategi yang dipilih,memaknai hasil yang diperoleh, kerapian dansistematis pengerjaan soal sudah benar.

Hasil pengujian hipotesis tiga yaitukemampuan pemecahan masalah matematissiswa berkemampuan awal rendah yang diajardengan model pembelajaran generatif tidakberbeda dengan siswa berkemampuan awalrendah yang diajar dengan pembelajarankonvensional. Hal ini disebabkan karenadalam proses pembelajaran siswa yangberkemampuan awal rendah kurang aktifdalam pembelajaran karena siswa tersebuthanya menerima hasil diskusi. Karenaketerbatasan waktu siswa yang berkemampuanawal tinggi kurang leluasa menjelaskan materipembelajaran kepada siswa yangberkemampuan rendah, sehingga prosesinteraksi kurang berjalan maksimal.Sedangkan model pembelajaran generatifmenuntut siswa yang berkemampuan awalrendah untuk berpartisipasi aktif dalam prosespembelajaran, sesuai dengan yang diungkapkan Waluya (2010:2) mengatakanbahwa melalui model pembelajaran generatifsiswa diarahkan untuk mengkonstruksi fakta-fakta yang dimilikinya sehingga menghasilkansebuah kesimpulan yang tepat juga mendorongsiswa yang kurang mampu ikut berpartisipasisecara aktif dalam proses pembelajaran. Akantetapi dalam pelaksanaannya belum berhasilditerapkan karena indikator pemecahanmasalah pada siswa berkemampuan awalrendah belum dapat ditingkatkan secaramaksimal. Contoh hasil tes kemampuanpemecahan masalah siswa berkemampuanawal rendah dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penyelesaian soal No.1 TesKemampuan Pemecahan Masalah siswaberkemampuan awal rendah kelas kesperimen

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihatbahwa siswa kesulitan dalam menyelesaikanpermasalan tersebut. Kesulitan siswa dilihatdari indikator kemampuan pemecahan masalahsiswa adalah siswa kurang mampu memahamimasalah, memilih strategi yang akandigunakan, sehingga siswa tidak dapatmenyelesaikan soal yang diberikan denganbenar.

Pada pembelajaran konvensional,pembelajaran lebih didominasi oleh aktivitassiswa berkemampuan awal tinggi sedangkanaktivitas siswa berkemampuan awal rendahhanya memperhatikan penjelasan guru,mencatat dan mengerjakan latihan, sehinggaindikator kemampuan pemecahanan masalahmasih rendah. Terlihat pada contoh jawabansiswa berkemampuan awal rendah dalammenyelesaikan soal kemampuan pemecahanmasalah dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 8: THE INFLUENCE OF APPLICATION GENERATIVE LEARNING …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

90

Gambar 6. Penyelesaian soal No.5Kemampuan Pemecahan Masalah siswaberkemampuan awal rendah kelas kontrol

Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihatbahwa siswa kesulitan dalam menyelesaikanpermasalan tersebut. Jika dilihat dari indikatorkemampuan pemecahan masalah siswa tidakmemahami maksud dari permasalahan. Siswamenyelesaikan permasalahan langsung meng-operasikan semua angka yang ada di dalamsoal.

Berdasarkan uji hipotesis yangdilakukan rendahnya kemampuan pemecahanmasalah siswa dapat ditingkatkan denganpembelajaran generatif pada siswaberkemampuan awal tinggi. Sedangkan padasiswa berkemampuan awal rendah belumdapat ditingkatkan. Hal menarik ditemukan dikelas kontrol yaitu satu orang siswaberkemampuan awal tinggi mendapat skorideal yaitu skor 60. Walaupun jumlahnya lebihsedikit dari siswa kelas kontrol, ini memberipengetahuan kepada kita bahwa ada siswayang meningkat kemampuan pemecahanmasalahnya dengan pembelajarankonvensional.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan hasil analisisdata yang telah dilakukan dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut.

Kemampuan pemecahan masalah mate-matis siswa yang diajar dengan modelpembelajaran generatif lebih baik daripadakemampuan pemecahan masalah matematisyang diajar dengan pembelajarankonvensional. Ditinjau dari kemampuan awal,kemampuan pemecahan masalah matematissiswa yang diajar dengan model pembelajarangeneratif lebih baik daripada siswa yang diajardengan pembelajaran konvensional. Siswa ber-kemampuan awal rendah tidak berbeda.

Saran

Berdasarkan hasil temuan selamapenelitian dan kesimpulan yang diperoleh,maka disarankan beberapa hal berikut.1. Guru memperhatikan keterbatasan waktu

yang tersedia dalam setiap pertemuansehingga interaksi siswa dalam diskusiberjalan secara maksimal.

2. Guru lebih memperhatikan lagi siswa yangberkemampuan awal rendah agar siswatersebut terbantu oleh siswa yangberkemampuan awal tinggi pada saatbekerja dalam kelompok terutama pada saatproses konstruktivisme dalampengungkapan ide.

3. Kreatifitas guru dalam proses pembelajarangenaratif sangat dibutuhkan terutama padasaat tantangan agar tercapai hasil belajaryang maksimal.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. 2001. Penyusunan Butir Soaldan Instrumen Penilaian. Jakarta:Depdiknas.

Fauzan, Ahmad. 2011. Modul 1 EvaluasiPembelajaran Matematika. Pemecahanmasalah Matematika. EvaluasiMatematika.net: Universitas NegeriPadang.

National Council of Teachers ofMathematics (2000). Principles andStandars for School Mathematics.Reston, VA: NCTM.

Pannen, Paulina dkk. 2001.Konstruktivisme dalam Pembelajaran.Jakarta: PAU-PPAI, UniversitasTerbuka.

Sudjana. 2005. Metode Statistika.Bandung: Tarsito.

Walpole, Ronald. E. 1992. PengantarStatistika. Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama.

Wena, Made. 2009. Strategi PembelajaranInovatif Kontemporer. Jakarta: PT.Bumi Aksara