the effect of parenteral(iron dextran) and...

13
PENGARUH PEMBERIAN BESI SECARA PARENTERAL (BESI DEXTRAN) DAN ORAL (KOMPLEKS POLIMALTOSA HIDROKSIDASI BESI (III)) TERHADAP RESPON ERITROPOIESIS PADA PASIEN PASCA SALIN DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND ORAL (COMPLEX IRON POLYMALTOSE HYDROXIDE (III)) ADMINISTRATION ON ERYTHROPOIESIS RESPONSE IN POSTPARTUM WITH IRON DEFICIENCY ANEMIA Wahyuni Saddang 1 , IMS Murah Manoe 2 , Isharyah Sunarno 3 , Burhanuddin Bahar 4 , Fachruddin Benyamin 5 1,2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 4 Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar, 5 Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi: Wahyuni Saddang Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP: 08124262208 Email: [email protected]

Upload: vuthien

Post on 01-May-2018

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

PENGARUH PEMBERIAN BESI SECARA PARENTERAL (BESI DEXTRAN) DAN ORAL (KOMPLEKS POLIMALTOSA HIDROKSIDASI

BESI (III)) TERHADAP RESPON ERITROPOIESIS PADA PASIEN PASCA SALIN DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI

THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND ORAL (COMPLEX IRON POLYMALTOSE HYDROXIDE (III))

ADMINISTRATION ON ERYTHROPOIESIS RESPONSE IN POSTPARTUM WITH IRON DEFICIENCY ANEMIA

Wahyuni Saddang1, IMS Murah Manoe2, Isharyah Sunarno3, Burhanuddin Bahar4, Fachruddin Benyamin5

1,2,3Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar,

4Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar, 5Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi: Wahyuni Saddang Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP: 08124262208 Email: [email protected]

Page 2: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

Abstrak

Anemia pada kehamilan 75% di antaranya disebabkan oleh defisiensi besi, anemia ini sangat erat kaitannya dengan anemia prenatal, 20% dari perempuan dengan kadar hemoglobin normal saat prenatal mengalami anemia pasca salin akibat perdarahan saat persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dengan besi oral (kompleks polimaltosa hidroksidasi besi (III)) terhadap respon eritropoises pada pasien pasca salin dengan anemia defisiensi besi. Penelitian ini dilaksanakan mulai 1 Februari 2012 sampai 31 Juli 2012 terhadap wanita anemia defisiensi besi pasca salin di beberapa rumah sakit pendidikan di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis. Jumlah sampel penelitian 70 orang dengan rincian 30 orang mendapatkan besi dextran parenteral dan 30 orang mendapatkan besi oral kompleks polimaltosa hidroksidasi besi (III), 10 orang sampel kontrol dan tidak mendapat terapi besi. Analisa data menggunakan uji T berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan Hb dan retikulosit yang bermakna pada pemberian besi secara parenteral (besi dextran). (p ≤0.05). Diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan hemoglobin dan retikulosit setelah terapi besi parenteral (besi dextran) lebih tinggi dibandingkan terapi besi oral (kompleks polimaltosa hidroksidasi besi (III).

Kata kunci: Anemia defisiensi besi, pasca salin, respon eritropoises

Abstract

Anemia in pregnancy 75% of which are caused by an iron deficiency, anemia is closely associated with prenatal anemia, 20% of women with normal hemoglobin levels at prenatal have anemia due to bleeding after childbirth. This study aims to determine the effect of parenteral iron (iron dextran) with oral iron (hidroksidasi polimaltosa complex iron (III) eritropoises responses in patients with post partum with iron deficiency anemia. The study was conducted from February 1, 2012 until July 31, 2012 to women with iron deficiency anemia in some teaching hospitals in the Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, University of Hasanuddin Makassar. This research is a clinical trial. Total sample study of 60 people with 30 people get the details of parenteral iron dextran and 30 people get polimaltosa hidroksidasi oral iron complexes of iron (III), 10 people as control samples and did not receive iron therapy. Data analysis using paired T test. The results showed an increase in hemoglobin and reticulocytes are more meaningful in the administration of parenteral iron (iron dextran). (p ≤0.05). The conclusions are that the increase in hemoglobin and reticulocytes after parenteral iron therapy (iron dextran) higher than oral iron therapy (hidroksidasi polimaltosa complex of iron (III).

Key words : iron deficiency anemia, post partum, the response eritropoises

Page 3: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

PENDAHULUAN

Anemia merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan yang paling umum yang

dihadapi perempuan di seluruh dunia. Anemia diderita oleh kurang lebih 20% dari seluruh

populasi dunia dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Dari seluruh

anemia yang didiagnosa dalam kehamilan, 75% di antaranya disebabkan oleh defisiensi

besi. Anemia ini lebih sering ditemukan pada perempuan-perempuan dari keluarga miskin

dan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makanan. Sebagai contoh, Ren dan kolega (2007)

menemukan bahwa 22% dari 88.149 perempuan China mengalami anemia pada trimester

pertama. Bonar dkk (2001) melaporkan penelitian kohort terhadap 59.248 kehamilan dan

menemukan prevalensi anemia pasca salin sebanyak 27%. Sekalipun anemia ini sangat erat

kaitannya dengan anemia prenatal, 20% dari perempuan dengan kadar hemoglobin normal

saat prenatal mengalami anemia pasca salin akibat perdarahan saat persalinan

(Cunningham, 2010).

Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam

timbulnya anemia, maka dapat dipahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-

negara yang sedang berkembang, dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju

(Wiknjosastro, 2006)

Pada individu normal produksi dan destruksi sel darah merah seimbang untuk

mempertahankan kadar nilai Hb tetap berada pada nilai normal (12-15 g/dl). Pada keadaan

dimana destruksi lebih meningkat dibanding produksi mengakibatkan Hb mulai turun. Hal

ini merupakan suatu proses yang lama khususnya pada keadaan kronik dimana memerlukan

waktu beberapa bulan mengakibatkan konsentrasi Hb menurun hingga ke level yang

menggambarkan penurunan aktifitas eritropoises. Hal ini memperlihatkan bahwa anemia

merupakan suatu proses dinamik yang terganggu, dan terapinya ditujukan untuk

memperbaiki proses penyeimbangan produksi dan penghancuran. (Ivor, 2005)

Defisiensi besi biasanya asimptomatik. Ketika cadangan besi pada sistem

retikuloendotelial terkuras, produksi hemoglobin berhenti dan gejala-gejala anemia menjadi

jelas terlihat. Defisiensi besi juga merupakan risiko terhadap sistem imun dan

meningkatkan terjadinya risiko infeksi. Anemia pada pasca salin dapat mengakibatkan

Page 4: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

pengaruh buruk terhadap jiwa ibu, kesadaran, serta mengganggu hubungan interaksi ibu

dan bayi. (Irawan, 2008; Tam, 2002; Sudoyo, 2007)

Transfusi darah telah dipergunakan dalam penanganan anemia defisiensi besi pasca

salin, namun terdapat banyak risiko pada penanganan dengan terapi ini.Termasuk reaksi

sekunder untuk terkontaminasi (terbanyak pada sel lekosit dan sel darah merah), infeksi

(khususnya virus hepatitis, HIV dan cytomegalovirus), reaksi alergi, kelebihan cairan,

edema paru dan emboli. Reaksi imunologik bisa ringan termasuk demam, menggigil,

urtikaria dapat pula berat termasuk reaksi hemolitik akut (turunnya sel darah merah dengan

cepat) yang berasal dari pemberian darah yang tidak sesuai. Infeksi Hepatitis C

diperkirakan terjadi ± 0,1 % pada semua pasien yang menerima transfusi darah. Biaya pada

transfusi darah termasuk biaya skrining untuk infeksi, penyimpanan dan administrasi

produk-produk darah secara steril, semua ini dapat meningkatkan beban finansial, terutama

pada negara miskin dan berkembang. Berdasarkan faktor risiko transfusi darah dan kendala

finansial ,perhatian pada saat ini tertuju langsung pada bentuk penanganan anemia antara

lain suplementasi besi dan terapi eritropoiten yang diberikan baik secara oral dan parenteral

(intravena, intramuskuler atau injeksi subkutaneus). (Dodd, 2007)

Tubuh manusia sehat mengandung ±3,5 g Fe yang hampir seluruhnya dalam bentuk

ikatan kompleks dengan protein. Absorbsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung

di duodenum; makin ke distal absorbsinya makin berkurang. Zat besi lebih mudah

diabsorbsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport

aktif. Ion fero yang sudah diabsorbsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel mukosa.

Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah

menjadi ferritin dan disimpan dalam sel mukosa usus. Bila Fe diberikan IV, cepat sekali

diikat oleh apoferitin (protein yang membentuk feritin) dan disimpan terutama dalam hati,

sedangkan setelah pemberian per oral terutama akan disimpan di limpa dan sum-sum tulang

dan absorbsinya dipengaruhi oleh suasana asam lambung. Adanya perbedaan dalam cara

asupan, penyimpanan dan eritropoeisis dari zat besi maka peneliti tertarik melakukan

penelitian ini. (S.Wardhini, 1998; Mason, 2006)

Page 5: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian besi secara

parenteral (besi dextran) dengan besi oral (kompleks polimaltosa hidroksidasi besi (III)

terhadap respon eritropoises pada pasien pasca salin dengan anemia defisiensi besi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Syekh Yusuf Gowa & RSKD Fatimah dan RS

Jejaring serta Laboratorium Prodia. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Juli

2012. Jenis penelitian ini adalah uji klinis untuk mengetahui pengaruh pemberian besi

secara parenteral (Besi dextran) dengan besi oral (kompleks polimaltosa hidroksidasi besi

(III)) terhadap respon eritropoiesis pada pasien pasca salin dengan anemia defisiensi besi

dengan menggunakan double blind random. Sampel pada penelitian ini adalah perempuan

pasca salin dalam sepuluh hari pertama yang menderita anemia defisiensi besi. Pemilihan

sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu semua perempuan pasca salin dengan

anemia defisiensi besi yang memenuhi kriteri inklusi dan eksklusi hingga jumlah sampel

terpenuhi. Informed consent dari penderita untuk dijadikan sampel penelitan), serta

persetujuan dari Komite Etik Penelitian Biomedis pada manusia Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin dilakukan dalam penelitian. Dilakukan anamnesis untuk

melengkapi pencatatan identitas serta hasil pemeriksaan sesuai dengan formulir penelitian

yang telah disiapkan sebelumnya pada pasien dengan anemia defisiensi besi pasca salin.

Pengambilan sampel darah pada pasien anemia defisiensi besi pasca salin pada hari I pasca

salin sebelum penanganan dengan pemberian sediaan kompleks polimaltosa hidroksidasi

besi (III) per oral atau pun parenteral (Besi dextran). Pengambilan sampel darah dilakukan

lagi pada hari ke-3 dan ke-7 setelah pemberian preparat besi oral kompleks polimaltosa

hidroksidasi besi (III) atau parenteral (Besi dextran). Hasil darah dimasukkan ke dalam

tabung darah, kemudian dikirim ke laboratorium Prodia untuk dilakukan pemeriksaan

hemoglobin, serum ferritin, serta retikulosit. Data yang terkumpul dikelompokkan

berdasarkan tujuan dan jenis data, kemudian dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan perangkat komputer. Dilakukan analisa univariat dan bivariat pada batas

kemaknaan α=5% (p=0,05), bermakna bila p <0,05. Kadar retikulosit, sebelum penanganan

dan sesudah penanganan dengan pemberian sedian kompleks polimaltosa hidroksidasi besi

Page 6: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

(III) dan besi dextran kemudian diperiksa retikulosit diuji perubahannya dengan Uji tbefore

after, dan Annova. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan yang

sesuai.

HASIL PENELITIAN

Jumlah Sampel

Selama jangka waktu penelitian mulai 1 Februari 2012 sampai 31 Juli 2012 telah

dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian besi (injeksi dan oral) terhadap 70

sampel pasca salin dengan anemia defisiensi besi yang berusia <45 tahun yang memenuhi

kriteria penelitian, terdiri dari 30 sampel yang mendapat besi parenteral dan 30 sampel

yang mendapatkan besi oral dan 10 sampel kontrol.

Karateristik Sampel

Pada penelitian ini karateristik berdasarkan pendidikan sampel yang terbanyak yaitu

SMA (43,3%), berdasarkan paritas ditemukan multipara yang terbanyak (75%), serta umur

20–35 tahun (56,6%). Karakteristik sampel secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1.

Dari Tabel 1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak yaitu SMA 35 orang (50%), ini

memperlihatkan bahwa sampel penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan yang lumayan

baik.

Karateristik berdasarkan paritas terlihat primipara pada sampel penelitian ini 18

orang (25,71%) sedangkan paritas multipara merupakan paritas terbanyak pada penelitian

ini yaitu sebanyak 52 orang (74,28%). Sedangkan karakteristik berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT) terlihat bahwa sampel dengan IMT normal sebanyak 58 orang (82,9%) dan

sampel dengan IMT obesitas sebanyak 12 orang (17,14%). Berdasarkan tes chi-square,

terlihat tidak ada pengaruh yang bermakna secara statistik semua karateristik terhadap

sampel penelitian hal ini terlihat dengan p>0,05.

Pada Tabel 2 dari analisa statistik di dapatkan nilai hemoglobin yang meningkat

setelah pemberian terapi besi oral pada hari ke tiga dan hari ke tujuh setelah

terapi,peningkatan secara statistik bermakna pada taraf 5% (p<0,05). Peningkatan nilai

hemoglobin dalam darah pada sampel kontrol terlihat tidak stabil, pada hari ketiga justru

mengalami penurunan (9,08) dibandingkan sebelum terapi, dan baru pada hari ketujuh

Page 7: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

terjadi peningkatan drastis (9,34). Hal ini menunjukkan bahwa tanpa dilakukan pemberian

terapi besi baik oral maupun injeksi, peningkatan hemoglobin darah juga dapat terjadi tetapi

tidak signifikan.

Dari analisa statistik didapatkan nilai retikulosit yang juga meningkat setelah

pemberian terapi besi oral pada hari ke tiga setelah terapi, namun secara statistik

peningkatan tersebut tidak bermakna pada taraf 5% (p˃0,05).Akan tetapi terlihat

peningkatan nilai retikulosit pada hari ke tujuh setelah terapi dan peningkatan ini secara

statistik bermakna pada taraf 5% (p<0,05). Pada sampel kontrol nilai retikulosit terjadi

penurunan yang terlihat stabil, pada hari ketiga mengalami penurunan hingga 0,98 % dan

pada hari ketujuh terjadi penurunan hingga 0,97 %.

Pada Tabel 3 pemberian besi parenteral berdasarkan analisa statistik di dapatkan

nilai hemoglobin sudah terlihat meningkat pada hari ke tiga setelah terapi begitu pula pada

pemberian terapi besi injeksi setelah hari ke tujuh terapi dimana peningkatan nilai

hemoglobin ini meningkat secara bermakna pada taraf 5% (p<0,05). Sedangkan nilai

hemoglobin pada kontrol terlihat juga meningkat meski secara statistik tidak bermakna

dibandingkan pemberian terapi secara parenteral pada taraf 5 %(p<0,05). Peningkatan

hemoglobin dalam darah sampel kontrol juga terlihat tidak stabil, pada hari ketiga justru

mengalami penurunan (9,08) dibandingkan sebelum terapi, dan baru pada hari ketujuh

mengalami peningkatan drastis (9,34). Hal ini menunjukkkan bahwa tanpa pemebrian besi

parenteral peningkatan hemoglobin darah juga dapat terjadi akan tetapi tidak signifikan.

Dari analisa statistik di dapatkan nilai retikulosit yang meningkat setelah pemberian

terapi besi injeksi pada hari ke tiga setelah terapi begitu pula terlihat peningkatan nilai

retikulosit pada hari ke tujuh setelah terapi dan peningkatan ini mengalami peningkatan

secara bermakna (p<0,05). Sedangkan nilai retikulosit pada kontrol justru mengalami

penurunan baik pada hari ketiga dan hari ketujuh penelitian dilakukan, dan secara statistik

tidak bermakna dibandingkan pemberian terapi besi parenteral pada taraf 5 % (p<0,05).

Penurunan nilai retikulosit dalam darah pada sampel juga terlihat stabil, pada hari ketiga

mengalami penurunan hingga 0,98 dan pada hari ke tujuh juga terjadi penurunan hingga

0,97.

Page 8: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

Berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT) diperoleh beda dua nilai tengah antara

oral dan injeksi adalah 0,19 lebih kecil dibandingkan BNT0,05 = 0,401, maka dapat

dikatakan bahwa perlakuan dengan terapi besi injeksi lebih bermakna dibandingkan oral

pada taraf 5% (p<0,05) baik terhadap peningkatan hemoglobin dan retikulosit darah.

PEMBAHASAN

Penelitian ini memperlihatkan karateristik sampel penelitian di dapatkan pendidikan

sampel penelitian yang terbanyak adalah SMA (50%), berdasarkan paritas ditemukan

multipara yang terbanyak (74,28%), serta karateristik umur terbanyak yaitu 20-35 tahun

(61,42%) . Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan sampel penelitian cukup baik yang

sangat berpengaruh pada penelitian ini karena mempengaruhi kepatuhan sampel dalam

meminum preparat besi oral dan kesadaran pasien untuk mau menerima pengobatan secara

intravena selama mengikuti penelitian. Berdasarkan paritas multipara merupakan paritas

yang terbanyak. Pada multipara angka kejadian anemia lebih banyak yang disebabkan oleh

karena jarak kehamilan yang terlalu dekat sehingga waktu untuk mengembalikan status besi

ke kadar normal berkurang.

Pada karateristik IMT didapatkan rata-rata sampel memiliki berat badan yang

normal yaitu 58 (82,85%) dan obesitas sebanyak 12 (17,14%) dan tidak bermakna secara

statistik mempengaruhi perubahan hemoglobin dan retikulosit (p>0,05). Hal ini serupa

dengan penelitian lain yang menyimpulkan IMT tidak berpengaruh terhadap anemia

defisiensi besi, hal ini disebabkan oleh keseimbangan besi dipengaruhi oleh perbedaan

antara asupan besi dan hasil luaran besi.

Pada analisa statistik terhadap hemoglobin didapatkan nilai hemoglobin yang

meningkat setelah pemberian terapi besi oral pada hari ke tiga setelah terapi demikian pula

terlihat peningkatan nilai hemoglobin pada hari ke tujuh setelah terapi, peningkatan ini

mengalami peningkatan secara bermakna (p<0,05), didapatkan Hb awal 8,68 (SD 0,90)

pada hari ketiga meningkat 9,2 (SD 1,38) dan hari ketujuh meningkat 11,03 (SD 1,33).

Sedangkan pada analisa statistik terhadap retikulosit di dapatkan nilai retikulosit yang

meningkat setelah pemberian terapi besi oral pada hari ke tiga setelah terapi namun tidak

bermakna secara statistik (p 0,19). Retikulosit awal 1,17 (SD 0,46) pada hari ketiga

Page 9: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

retikulosit 1,33 (SD 0,35) namun terlihat peningkatan nilai retikulosit pada hari ke tujuh

setelah terapi dengan nilai retikulosit 1,54 (SD 0,30) dan peningkatan ini mengalami

peningkatan secara bermakna (p<0,05). Hal ini di sebabkan oleh preparat oral kompleks

polimatosa tidak berinterferensi dengan makanan, obat atau chelating agents, sehingga

bioavalibilitasnya tetap terjaga. Kelebihan lainnya preparat ini tidak melepaskan radikal

bebas/elektron, dan tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi. Ini memperlihatkan

pemberian besi oral baik untuk sebagai deposit cadangan besi.

Pada pemberian besi parenteral dari analisa statistik dengan menggunakan uji T

berpasangan didapatkan nilai hemoglobin sudah terlihat meningkat setelah pemberian

terapi besi oral pada hari ke tiga setelah terapi begitu pula pada pemberian terapi besi

parenteral setelah hari ke tujuh terapi dimana peningkatan nilai hemoglobin ini meningkat

secara bermakna (p<0,05) terlihat Hb awal 8,4 (SD 0,81) meningkat pada hari ketiga 11,5

(SD 1,1) dan hari ketujuh 13,15 (SD 0,99). Sedangkan pada analisa statistik nilai retikulosit

yang meningkat setelah pemberian terapi besi parenteral pada hari ke tiga setelah terapi

begitu pula terlihat peningkatan nilai retikulosit pada hari ke tujuh setelah terapi dan

peningkatan ini mengalami peningkatan secara bermakna (p<0,05). Nilai retikulosit awal

0,68 (SD 0,41) meningkat pada hari ketiga 1,24 (SD 0,31) dan hari ketujuh 1,82 (SD 0,35).

Pada sampel kontrol terlihat penurunan kadar hemoglobin setelah hari ke-3 dan kemudian

mengalami peningkatan sedikit setelah hari ke-7 yang terlihat bermakna secara statistik p<

0,05. Sedangkan pada kadar retikulosit terjadi penurunan baik pada hari ketiga maupun hari

ketujuh dengan p < 0,05. Hal ini memperlihatkan pemberian terapi besi injeksi dan oral

memberikan pengaruh peningkatan hemoglobin dan retikulosit bukan karena adanya efek

dari hemokensentrasi yang biasa terjadi pada wanita pasca salin.

Pada sampel besi injeksi peningkatan Hb dan retikulosit sudah terlihat pada hari ke

tiga ini disebabkan oleh karena besi parenteral khususnya besi dextran cara kerjanya

dengan meningkatkan respon sel secara signifikan terhadap reseptor eritropoiten (rHuEPO).

Eritrpoiten ini akan merangsang proliferasi dan hyperplasia sel induk eritroid, apabila

eritropoiten ini tidak ada maka sel indukeritroid akan mengalami apoptosis.Setiap langkah

pematangan pada eritropoises akan diikuti dengan perubahan berupa peningkatan jumlah

hemoglobin. Besi digunakan untuk mensintesis hemoglobin oleh sel induk eritroid di

Page 10: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

sumsum tulang pada proses eritropises 3-4 hari setelah besi terpakai untuk membuat

hemoglobin. (Ketut, 2010)

Pada penelitian ini membandingan besi oral polimaltosa (IPC) dan besi dextran

injeksi pada beberapa penelitian sebelumnya mengenai besi sangat jarang membandingkan

preparat ini pada sampel pasca salin dengan anemia defisiensi besi, namun ada beberapa

penelitian yang membandingkan besi oral (SF) dengan besi injeksi sukrosa dan transfusi

darah. Tujuan terapi besi parenteral tidak hanya untuk menghindari reaksi alergi pada

wanita pasca salin, tetapi juga untuk dapat menawarkan mereka suplementasi zat besi yang

efektif selama periode lebih pendek dan untuk mengurangi morbiditas ibu dan infeksi. Ini

merupakan terapi terbaru yang menjadi pilihan antara transfusi dan besi oral dan

memberikan kontribusi untuk kesejahteraan ibu.

Pada penelitian ini di dapatkan kadar hemoglobin dan retikulosit meningkat pada

kedua sedian namun peningkatan lebih bermakna secara statistik pada sedian besi dextran

injeksi dibandingkan besi oral polimaltosa, dimana didapatkan peningkatan hemoglobin

dan retikulosit terlihat meningkat sejak hari ketiga pasca terapi sehingga dapat

mengembalikan simpanan besi secara cepat dan menunjukkan respon eritropoises yang

lebih baik di bandingkan besi oral polimaltosa. Efek samping yang timbul pada penelitian

ini sangat minimal pada sedian injeksi terdapat satu orang mengalami ruam kemerehan

dikulit tangan sedangkan besi oral polimaltosa tidak ditemukan efek samping. Sehingga

pemberian besi dextran injeksi diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan terapi pada

pasien anemia defisiensi besi pasca salin. Dan mengurangi kebutuhan akan transfusi darah

pada penanganan anemia defisiensi besi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan Hemoglobin dan retikulosit setelah terapi besi parenteral (besi dextran)

lebih tinggi dibandingkan terapi besi oral (kompleks polimaltosa hidroksidasi besi (III).

Pemberian besi parenteral merupakan sedian yang lebih baik dibandingkan oral untuk

terapi pasien anemia defisiensi besi pasca salin. Beberapa sedian besi parenteral dapat

dievaluasi sebagai penelitian lanjut untuk melihat sedian yang paling kuat yang

memberikan pengaruh terhadap respon eritropoises.

Page 11: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

DAFTAR PUSTAKA

Bodnar, LM. (2001). High prevalence of postpartum anemia among low-income women in the United States.Am J Obstet Gynecol;p. 185,438-43.

Cunningham FG, editor. (2010). Williams Obstetrics. 23rd ed. New York: The McGraw-Hill Companies

Dodd J. (2004). Treatment for women with postpartum iron deficiency anemia. Cochrane Database of Systematic Reviews 4:CD004222.

Irawan C. (2008). Anemia pada kehamilan: Kajian pada anemia defisiensi In: laksmi PW, Alwi I, Setiati S, Mansjoer A, editors. Penyakit - penyakit pada kehamilan : Peran seorang internis. Pertama ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia;p. 193 - 200.

Ketut S. (2010). Aplikasi Klinis Retikulosit. Divisi hematologi onkologi medik Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah.Vol 11;p. 199 -201

Mason A, Rivers A. (2006). Maternal Anemia : A preventable Killer: USAID. A2Zmicronutrient.

Sudoyo AW. (2007). Anemia defisiensi besi dan peranan suplementasi besi. In: Gustaviani R, Mansjoer A, Rinaldi I, editors. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam Pertama ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ;p. 1 - 4.

S.Wardhini, Dewoto HR. (1998) Antianemia defisiensi. In: G.Ganiswarna S, Setiabudy R, D.Suyatna F, editors. Farmakologi dan Terapi. 4 ed. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;p. 738 - 42.

Tam KF, Lao TT. (2002). Iron suplementation in pregnancy.The Hongkong College of Obstetricians and Gynaecologists ; p. 24 - 25.

Wiknjosastro H, Saifuddin AB. (2006). Anemia dalam kehamilan. In: Wiknjosastro H, editor. Ilmu Kebidanan. Ketiga ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo ; p. 448 - 51.

Page 12: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian Karateristik Jumlah % P

Umur (tahun) < 20 th 20 – 35 th > 35 th Pendidikan SD SMP SMA PT Paritas Primipara Multipara IMT Normal Obesitas

2 43 25

8 17 35 10

18 52

58 12

2,8

61,42 0,85 35,71

11,42

24,28 0,19 50

14,28

25,71 74,28 0,85

82,85 0,76

17,14

Tabel 2. Pengaruh pemberian besi oral terhadap Hemoglobin& Retikulosit

Oral Kontrol Oral Kontrol Hb

Mean(SD) P

Hb Mean(SD)

p

Corected Retikulosit Mean(SD)

p

Corected Retikulosit Mean(SD)

P

Sebelum terapi

8,68(0,90)

0,014 0.000

9,15(0,92)

1,17(0,46)

0,19

1,79(0,244)

Hari ke-3 setelah terapi

9,25(1,38)

9,08 (2,48)

0,000

1,33(0,35)

0,98(0,15)

0,94

Hari ke-7 setelah terapi

11,03(1,33)

9,34(2,59)

0,001

1,54(0,30)

0,000

0,97(0,42)

0,000

Keterangan: Uji Sampel T, (2012)

Page 13: THE EFFECT OF PARENTERAL(IRON DEXTRAN) AND …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ac59059608e1eabec3b69a5995622411.pdf · pengaruh pemberian besi secara parenteral (besi dextran) dan oral

Tabel 3. Pengaruh pemberian besi parenteral terhadap Hemoglobin & Retikulosit

Injeksi Kontrol Injeksi Kontrol

Hb Mean(SD) P Hb

Mean(SD) P Corected Retikulosit Mean(SD)

p Corected Retikulosit Mean(SD)

P

Sebelum terapi

8,4(0,81)

0,000 0,000

9,15(0,92)

0,68(0,41)

0,000

1,79(0,244)

Hari ke-3 setelah terapi

11,5(1,15)

9,08(2,48)

0,000

1,24(0,31)

0,98(0,15)

0,94

Hari ke-7 setelah terapi

13,5(0,99)

9,34(2,59)

0,001

1,82(0,35)

0,000

0,97(0,42)

0,000

Keterangan: Uji Sampel T, (2012)