tgs pak hardi (kelompok neo klasik sekolah)
TRANSCRIPT
A. LATAR BELAKANG
Sekolah merupakan tempat belajar mengajar yang di dalamnya terdiri atas
lingkungan internal yaitu staf pengajar, kepala sekolah, komite sekolah dan murid.
Selain lingkungan internal, terdapat pula lingkungan eksternal sekolah yaitu orang
tua murid dan masyarakat. Kedua lingkungan tersebut sangat mempengaruhi
stabilitas organisasi pendidikan ini.
Organisasi pendidikan yang dikenal dengan sebutan sekolah ini sangat
menetukan masa depan bangsa Indonesia, untuk itu penanganan yang tepat pada
organisasi ini sangat diperlukan. Selain itu, masyarakat Indonesia sekarang tidak
bodoh untuk memilih sekolah yang memiliki kredibilitas dan kapabilitas untuk
dipilih sebagai tempat belajar yang tepat bagi anak-anaknya. Tanpa penanganan dan
pengelolaan yang tepat organisasi pendidikan / sekolah sulit bersaing dengan
sekolah-sekolah lainnya.
Pentingnya pengelolaan dan penanganan yang tepat tersebut diperlukan suatu
analisis yang kritis tentang bagaimana mengelola organisasi sekolah dengan
pendekatan –pendekatan organisasi yang dikemuakan oleh para ahli.
B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam peper ini adalah : “Bagaimana pendekatan organisasi
yang tepat di dalam pengelolaan organisasi sekolah?”
C. TUJUAN
Tulisan ini ditujukan untuk mengetahui pendekatan organisasi yang tepat dalam
pengelolaann organisasi sekolah.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum membahas lebih jauh mengenai pendekatan organisasi mana yang tepat
untuk digunakan di dalam organisasi sekolah , maka perlu mengetahui lebih jelas
mengenai teori-teori organisasi yang pada akhirnya akan dipilih pendekatan mana
yang paling tepat.
1. TEORI ORGANISASI KLASIK
Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan
konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau
kadang-kadang disebut juga teori tradisional. Organisasi secara umum digambarkan
oleh para teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi, dan tugas-tugasnya
terspesialisasi. Para teoritisi klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan
penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk mengubah organisasi-
organisasi agar beroprasi lebih efisien. Teori klasik berkembang dalam tiga aliran :
teori birokrasi, teori administrasi, dan manajemen ilmiah. Ketiga aliran ini dibangun
atas dasar anggapan-anggapan yang sama. Ketiganya juga mempunyai efek yang
sama dalam praktek, dan semuanya dikembangkan sekitar tahun 1990 – 1950 oleh
kelompok-kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak saling
berhubungan.
Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya : The Protestant Ethic
and Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mula-mula berasl dari kata legal-rasional.
Organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancanan organisasi
untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut waber bentuk organisasi yang birokratik
secara kodratnya adalah bantuk organisasi yang palinga efisien. Weber
mengemukakan karakteristik-karakteristik birokrasi sebagai berikut :
1. Pembagian kerja yang jelas.
2. Hirarki wewenang yang di rumuskan secara baik.
3. Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi.
4. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja.
5. Sistem aturan yan mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para
pemegang jabatan.
6. Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”.
Jadi, birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif, yang menekankan
struktur dalam organisasi. Unsur-unsur birokrasi masih banyak ditemukan di
organisasi-organisasi modern yang labih kompleks daripada hubungan “face-to-
face” yang sederhana.
Teori Administrasi
Teori administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik. Teori
administrasi berkembang sejak tahun 1990. teori ini sebagian besar dikembangkan
atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lynlali Urwick dari Eropa, serata Mooney
dan Reiley di Amerika.
Fayol mengatakan bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial dapat menjadi 6
kelompok :
1. Kegiatan teknikal (produksi,adaptasi).
2. Kegiatan komersial (pembelian, pertukaran).
3. Kegiatan finansial (pencarian suatu pengguna optimum dari modal).
4. Kegiatan keamanan (perlindungan terhadap kekayaan dan personalia organisasi).
5. Kegiatan akutansi (pentuan persedian, biaya, penyusunan neraca dan lapoaran
rugi-laba).
6. Kegiatan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah dan
pengawasan).
Fayol mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar
perkembangan teori administrasi. Prinsip-prinsip dari Fayol tersebut secara ringkas
dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Pembagian kerja, dengan adanya pembagian kerja atau spesialisasi akan
meningkatkan produktivitas, karena seseorang dapat memutuskan diri pada
pekerjaan.
2. Wewenang dan tanggung jawab, wewenang adalah hak untuk memberi perintah.
Seorang anggota suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dalam pencapaian
tujuan organisasi sesuai dengan kedudukannya.
3. Disiplin, harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan
organisasi.
4. Kesatuan perintah, untuk mengirangi kekacauan, kebingungan, dan konflik.
5. Kesatuan pengarahan, suatu organisasi akan efektif bila anggota-anggotanya
bekerja bersama berdasarkan tujuan-tujuan yang sama.
6. Mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
7. Balas jasa, pembayaran upah atau gaji harus bijaksana, adail, tidak eksploatif
dan sedapat mungkin memuaskan kedua blah pihak dan harus ada penghargaan
atas pelaksanaan tugas yang baik.
8. Sentralisasi, organisasi perlu mengatur tingkat keseimbangan optimum antara
sentralisasi dan desentralisasi.
9. Rantai skala, hubungan antara tugas-tugas disusun atas dasar suatu hirarki dari
atas ke bawah.
10. Aturan, konsepsi Fayol menyatakan bahwa harus ada suatu tempat untuk setiap
orang, dan setiap orang harus menduduki tempat yang memang seharusnya
menjadi tempatnya.
11. Keadilan, keadilan juga berarti adanya kesamaan perlakuan dalam organisasi.
12. Kelanggengan personalia, pentingnya adanya kelangsungan, keamanan, dan
kepastian kerja.
13. Inisiatif, dalam setiap tugas harus ada kemungkinan untuk menunjukan inisiatif
sendiri dalam menyelesaikan dan mengerjakan rencana di setiap tingkat.
14. Semangat Korps, “persatuan adalah kekuatan”. Pelaksanaan oprasi organisasi
yang baik perlu adanya kebanggaan, kesetiaan, dan rasa memiliki dari para
anggotanya.
Disamping itu, Fayol memerinci fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi
elemen-elemen manajemen : perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah,
pengkoordinasian, dan pengawasan. Pembagian kegiatan-kegiatan administrasi atas
fuingsi-fungsi ini dikenal sebagai Fayol’s Fungctionalism atau teori fungsionalisme
fayol. Mooney dan Reilly menyebut Koordinasi sebagai faktor terpenting dalam
perencanaan organisasi maupun bangun teori yang mereka kemukakan. Mereka
menekankan tiga perinsip oranisasi yang mereka teliti dan temukan telah dijalankan
dalam organisasi-organisasi pemerintahan, agama, militer dan bisnis. Ketiga prinsip
tersebut adalah : 1)Prinsip koordinasi, 2)Prinsip skalar, dan 3)Prinsip fungsional.
Manajemen Ilmiah
Bagaian ketiga dari teori klasik adalah manajemen ilmiah. Manajemen ilmiah
dikembangkan mulai sekitar tahun 1990 oleh Frederick Winslow Taylor, telah
dipergunakan cukup luas. Teori manajemen ilmiah masih banyak dijumpai dalam
praktek-praktk manajemen modern. Manajemen iliah merupakan penerapan metode
ilmiah pada stidi, analisa, dan pemecahan maslah-masalah organisasai. Bagai kita
yang penting adalah memandang manajemen ilmiah sebagai teknik-teknik
manajerial yang sangat berharga. Empat kaidah dasar manajemen yang harus
dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu :
1. Menggantikan metode-metode kerja dalam praktek dengan berbagai metode
yang dikembangkan atas dasar ilmu pengethuan tentang kerja yang ilmuah dan
benar.
2. Mengadakan seleksi, latihan-latihan dan pengenbangan para karyawan secara
ilmiah, agar memungkinkan para karyawan bekerja sabaik-baiknya sesuai
dengan spesialisasinya.
3. Pengembangan ilmu tentang kerja seleksi, latihan dan pengenbangan secara
ilmiah harus diintegrasikan, sehingga para karyawan memperoleh kesempatan
untuk mencapai tingkat upah yang tinggi, sementara manajemen dapat
menekankan biaya produksi menjadi rendah.
4. Untuk mencapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan
mental para karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai
upaya untuk menimbulkan suasana kerja sama yang baik.
Dasar-dasar organisasi menurut teori klasik
Menurut para pengikut aliran teori organisasi klasik, adanya suatu organisasi
atau koordinasi bergantung pada empat kondisi pokok yang harus ada sebelum
“kesatuan kegiatan” (unity of action) itu mungkin terjadi. Kondisi-kondisi tersebut
adalah sebagai berikut : 1) Kekuasaan, 2) Saling melayani, 3) Doktrin, dan 4)
Disiplin.
Tiang dasar teori organisasi formal
1. Pembagian kerja : pembagian kerja sebagai tiang dasar yang paling penting di
antara empat tiang dasar teori organisasi klasik. Pertimbangan pembagian kerja
(spesialisasi) adalah bahwa dengan mengembangkan pekerjaan-pekerjaan teknis
organisasi akan dicapai hasil kerja. Pendekatan untuk pembagaian kerja dalam
teori organisasi klasik ini sering juga disebut departementalisasi, atau evolusi
dan devolusi fungsional. Pembagian kerja merupakan dasar utama teori
organisasi klasik dam koordinasi. Tiang-tiang dasar lainnya dikembangkan
dengan mengambil manfaat dari adanya pembagian kerja.
2. Proses skalar dan fungsional : Proses-proses ini adalah proses pertumbuhan
vertikal dan horizontal organisasi. Proses skalar adalah mengenai perkembangan
rantai perintah yang menghasilkan pertambahan tinkat-tingkat pada struktur
organisasi. Proses skalar dicapai melalui pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab. Proses fungsional adalah cara organisasi untuk berkembang horizontal.
Dinamika proses fungsional adalah pembagian kerja.
3. Struktur : Struktur adalah hubungan antara berbagai kegiatan berbeda yang
dilaksanakan di dalam suaru organisasi. Tujuan struktur ialah menyediakan atau
memberi wadah pada fungsi-fungsi organisasi, agar tujuam organisasi tercapai
denan efektif. Struktur organisasi meliputi sistem dan pola.
4. Rentang kendali : konsep rentang kendali berhubungan dengan berapa banyak
seorang atasan dapat “mengendalikan” bawahan secara efektif. Rentang kendali
ini dapat bersifat lebih mendatar, yaitu struktur flat atau melunjang yaitu struktur
tall. Para penulis klasik menyatakan bahwa perlu untuk membatasi rentang
kendali para manajer, karena tidaklah mungkin seorang manajer melaksanakan
banyak fungsi dan mencuranhkan dirinya secara sama bagi tiap-tiap fungsi.
Maka perlu pembagian kerja dan rentang kendali yang efektif.
2. TEORI ORGANISASI NEOKLASIK
Aliran pemikiran lebih lanjut yang muncul digambarkan sebagai neoklasik, dan
secara sederhana sebagai teori atau aliran hubungan manusiawi. Teori neoklasik
dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik merubah, menambah, dan
dalam banyak hal memperluas teori klasik. Teori neoklasik adalah menekankan
pentingnya aspek psikologi dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai
bagian kelompok kerjanya.
Perkembangan Teori Neoklasik
Teori neoklasik sebenarnya bukan merupakan teori baru yang muncul seperti
teori klasik. Teori neoklasik muncul dan “mengusulkan” perubahan-perubahan pada
teori klasik, sejak diperkenalkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia.
Pendekatan neoklasik mencakup uraian sistematis organisasi informal, dan
pengaruhnya para organisasi formal. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan
inspirasi percobaan-percoaan yang dilakukan di Hawthorne, serta tulisan Hugo
Nunsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga di dalam buku-buku tentang
hubungan manusiawi seperti Ardner dan Moore, Human Ralation in Industry dan
sebagainya.
Perubahan Neoklasik pada Tiang Dasar Teori Organisasi Formal
Aliran neoklasik bukan merupakan atau mencetuskan suatu teori murni seperti
yang dilakukan aliran klasik. Pengikut aliran neoklasik adalah mereka yang
membahas kelemahan model klasik pada perilaku organisasi, tetapi tidak menentang
seluruh teori klasik.
Pembagian Kerja (Division of Labor)
Sejak pembagian kerja dilakukan, timbul masalah yang disebut anomie. Anomie
adalah situasi dimana pedoman kerja tidak ada dan disiplin diri menjadi berkurang.
Akibat adanya pembagian kerja adalah spesialisasi yang mengakibatkan orang
terpecah belah, merasa cemburu (iri) dengan orang lain, dan sebagainya. Oleh
karena itu teori neoklasik mengemukakan perlunya :
1. Partisipasi atau melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan,
agar merasa “terlibat” dengan pekerjaanya dan berkepentingan dalam
perusahaan.
2. Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi, agar
orang menjadi tidak terlalu spesial tetapi dapat memperluas kemampuan dan
keahlian dalam bidang lain.
3. Managemen bottom-up yang memberi kesempatan kepada “para junior” untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.
Proses-proses Skalar dan Fungsional
Proses skalar dan fungsional (sclar and functional processes) menimbulkan
berbagai masalah dalam pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Neoklasik
menyatakan bahwa kapasitas dan kekuasaan tak dapat dikompensasikan, karena
bukan merupakan satu-satunya hubungan; ada faktor-faktor lain yang perlu
diperhatikan terutama hasil kegiatan “kaki-tangan manusia”.
Struktur Organisasi
Tentang struktur irganisasi, teori neoklasik menyatakan bahwa struktur
merupakan penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran (frictions) internal di antara
orang-orang yang melaksanakan fungsi yang berbeda-beda. Pergeseran-pergeseran
ini terjadi terutama antara orang-orang operasional (lini) dan oarang-orang staf.
Menurut Melville Dalton penyebabnya adalah : 1) Perbedaan tugas antara orang lini
dan staf, 2) Perbedaan umur dan pendidikan, dan 3) Perbedaan sikap.
Rentang Kendali
Penentuan rentang sangat tergantung pada pebedaan individu dalam kemempuan
manajemennya, tipe orangnya, efektivitas komunikasi, fungsi pengawasan formal,
serta derajat sentralisasi, dimana neoklasik mengusulkan pengawasan bebas
demokratis, sedang klasik memilih pengawasan ketat. Rentang yang pendek
mengakibatkan pengawasan yang ketat, rentang yang luas memerlukan
pendelegasian yang baik dengan mengurangi pengawasan. Karena perbedaan
individu dan organisasi, kadang-kadang yang satu lebih baik daripada yang lain,
maka rentang kendali tidak dapat ditetapkan secara kaku.
Pandangan Neoklasik Terhadap Organisasi Informal
Titik tekanan teori neoklasik adalah pada dua elemen pokok dalam organisasi,
yaitu perilaku individu dan kelompok pekerja. Faktor-faktor yang dapat menentukan
munculnya organisasi informal, antara lain : 1)Lokasi : Untuk membentuk suatu
kelompok, orang harus mempunyai kontak tatap muka yang baik. 2) Jenis
Pekerjaan: Ini merupakan faktor kunci yang menentukan munculnya dan komposisi
organisasi informal. 3) Minat: Walaupun orang-orang mungkin ada pada lokasi yang
sama, melaksanakan kerja yang sejenis, pebedaan minat di antara mereka
menjelaskan mengapa muncul beberapa organisasi informal yang kecil, di samping
satu yang besar. 4) Masalah-masalah khusus: Dalam hal ini, yang sama bergabung
bersama untuk kapentingan khusus. Usaha yang labih baik bagi manajer adalah
mengembangkan suatu hubungan kerja dengan organisasi informal yang dapat
menghasilkan keselarasan pandangan organisasi formal dan informal.
3. TEORI ORGANISASI MODERN
Teori modern mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup
yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, tetapi organisasi adalah suatu sistem
terbuka yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungannya.
Teori modern adalah multidisiplin dengan sumbangan dari berbagai bidang disiplin
ilmu pengetahuan.
Dasar Pemikiran Teori Organisasi Modern
Teori organisasi dan manajemen modern dikembangkan sejak tahun 1950, Teori
modern, dengan tekanan pada perpaduan dan perancangan, menyediakn pemenuhan
suatu kebutuhan yang menyeluruh. Teori organisasi modern labih dinamis daripada
teori-teori lainnya dan meliputi lebih banyak variabel yang dipertimbangkan. Teori
modern bisa disebut sebagai teori organisasi dan manajemen yang memadukan teori
klasik dan neoklasik dengan konsep-konsep yang lebih maju. Teori modern
menyebutkan bahwa kerja suatu organisasi adalah sangat kompeleks, dinamis,
multilevel, multidimensional, multivariabel, dan probabilistik. Organisasi terdiri dari
antara hubungan bagian-bagian dalam suatu sistem, ada badan-badan yang
dihubungkan dengan tali elastis. Sebagi suatu sistem, organisasi tediri atas 3 unsur :
1) unsur struktur yang bersifat makro, 2) unsur proses yang juga bersifat makro dan
3) unsur perilaku anggota organisasi yang bersifat mikro. Ketiganya saling kait-
mengkait dan sebenarnya tak terpisahkan satu sama lain.
Teori Sistem Umum
Tujuan teori sistem umum adalah penciptaan suatu ilmu pengetahuan organisasi
universal dengan menggunakan elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh
sistem sebagi titik awal. Secara ringkas, teori organisasi modern dan teori sistem
umum, mempelajari:
1. Bagian-bagian dalam keseluruhan dan pergerakan individu di dalam dan di luar
sistem.
2. Interaksi individu-individu dengan lingkungan yang terjadi dalam sistem.
3. Interkasi di antara individu-individu dalam sistem.
4. Masalah-masalah pertumbuhan dan stabilitas sistem.
Teori Organisasi Dalam Suatu Kerangka Sistem
Teori organisasi modern sebenarnya bukan merupakan kesatuan kerangka
berpikir. Barangkali yang paling berguna dalam mempelajari sistem organisasi
adalah usaha memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan. Bagian-bagian dari
sistem dan saling ketergantungannya.
1. Sistem adalah individu, dan terstruktur kepribadiannya yang diberikan kepada
organisasi.
2. Sistem adalah penentuan fungsi-fungsi formal, yang bisa disebut organisasi
formal.
3. Dalam sistem Organisasi adalah organisasi informal.
4. Struktur status dan peranan.
5. Lingkungan phisik pelaksana pekerjaan.
Proses-proses hubungan dalam sistem. Teori organisasi modern menunjukan tiga
kegiatan proses hubungan universal yang selalu mucul pada sistem manusia dalam
perilakunya berorganisasi. Ketiga proses tersebut adalah komunikasi, berusaha
untuk mencapai keseimbangan, dan pengambilan keputusan. Teori modern
mendefinisikan organisasi sebagai proses-proses yang tersusun dalam suatu sistem
dimana orang-orang didalamnya berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Aliran pemikiran lebih lanjut yang muncul digambarkan sebagai neoklasik, dan
secara sederhana sebagai teori atau aliran hubungan manusiawi. Teori neoklasik
dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik merubah, menambah, dan
dalam banyak hal memperluas teori klasik. Teori neoklasik adalah menekankan
pentingnya aspek psikologi dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai
bagian kelompok kerjanya.
E. PEMBAHASAN
APLIKASI TEORI NEOKLASIK DI LEMBAGA PENDIDIKAN (SEKOLAH)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya dalam teori
neoklasik ini merupakan sebuah teori yang menitikberatkan kepada hubungan
manusiawi (Human Relation) antara satu orang dengan orang lainnya. Teori
neoklasik bukan merupakan teori baru, melainkan sebuah teori yang membahas dari
kelemahan teori sebelumya yakni teori klasik. Oleh karena itu aplikasinya dalam
sebuah sekolah adalah sebagai berikut:
1. Dalam organisasi formal
Di sebuah sekolah, dalam pembagian kerja menekankan kepada adanya
partisipasi dalam setiap pengambilan keputusan. Misalnya dalam pemilihan ketua
OSIS, atau pemilihan kepala sekolah harus berdasarkan aspirasi dari seluruh warga
sekolah. Begitu juga dalam kegiatan pembelajaran, harus selalu memperhatikan
dari aspirasi atau pendapat dari siswa-siswi atau biasa disebut dengan student
center learning. Kemudian adanya suatu rotasi jabatan, dimana setiap guru berhak
untuk terlibat dalam kepengurusan sekolah seperti menjadi bendahara, sekretaris,
ataupun wakil-wakil kepala sekolah. Jadi, dengan adanya rotasi tersebut, tidak
adanya spesialisasi tugas dari sorang guru. Kegiatan pengawasan di sekolah terjadi
secara lebih longgar atau tidak ketat, dan lebih bersifat demokratis.
Sekolah meruapakan organisasi yang terdiri atas banyak elemen yang terlibat di
dalamnya terdapat staf pengajar, tata usaha, siswa, dan bahkan lingkungan eksternal
seperti orangtua dan masyarakat ikut terlibat. Sehingga, tepat apabila pendekatan
neo klasik digunakan di dalam organisasi pendidikan seperti sekolah. Hal ini
dikarenakan kaitannya dengan hubungan antara kepala sekolah dengan guru akan
lebih tepat apabila menggunakan hubungan yang akrab sehingga terjalin
komunikasi yang baik, begitu pula antara guru dan murid akan lebih tepat apabila
menggunakan hubungan kemanusiaan dibandingkan hubungan yang sifatnya terlalu
mekanistis. Siswa yang memiliki psikologis yang berbeda-beda membutuhkan
pendekatan yang lebih personal apabila salah seorang siswa mengalami kesulitan
atau permasalahan yang mengganggu prestasinya di sekolah.
2. Dalam organisasi informal
Teori neoklasik dalam memandang organisasi informal di sekolah lebih bersikap
mendukung dan memfasilitasi adanya organisasi informal yang ada di sekolah.
Sebagai contoh adalah organisasi informal yang terbentuk berdasarkan minat
seperti klub-klub basket, kegiatan ekstrakulikuler pramuka, olahraga voli dan lain
sebagainya. Semua kegiatan tersebut didukung karena dianggap dapat membantu
organisasi formal (sekolah) untuk dapat menwujudkan tujuannya misalnya untuk
mendapatkan kejuaraan dan berprestasi di tingkat lokal maupun tingkat
internasional. Oleh karena itu, sekolah harus memberikan fasilitas berupa tenaga
pengajar, jam latihan, dukungan dana, dan lain sebagainya.
F. KESIMPULAN
Teori neoklasik muncul sebagai akibat dari teori klasik yang kurang
memperhatikan aspek sosial. Sehingga disini teori neoklasik hadir dan memberikan
tekanan penting pada aspek psikologi dan sosial karyawan sebagai individu maupun
sebagai bagian kelompok kerjanya. Sekolah yang baik dalam pandangan teori
neoklasik adalah sekolah menekankan adanya partisipasi dalam setiap pengambilan
keputusan. Dalam kegiatan pembelajaran, sekolah ini akan menerapkan student
center learning yaitu dimana siswa diharapkan akan lebih aktif karena
menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar, bukan lagi guru yang
menjadi pusat. Dengan cara seperti ini lebih memungkinkan terjadinya komunikasi
yang lebih baik antara murid dan guru. Disini, guru juga akan lebih mengetahui
pemikiran-pemikiran dan karakter dari peserta didiknya. Guru tidak menganjurkan
peserta didiknya untuk belajar dengan situasi yang tegang dan hanya mendengarkan
apa yang disampaikan oleh guru tersebut, tetapi lebih menekankan agar peserta
didiknya mengeluarkan ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang dimilikinya sebagai
hasil timbal balik dari proses pembelajaran tersebut.
G. SARAN
Sejak pembagian kerja dilakukan, timbul masalah yang disebut anomie. Anomie
adalah situasi dimana pedoman kerja tidak ada dan disiplin diri menjadi kurang.
Walaupun organisasi yang menganut teori neoklasik memberikan tekanan penting pada
aspek psikologi dan sosial pegawai sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok
kerjanya, namun kedisiplinan dan ketaatan pada aturan harus tetap dipegang teguh.
Selain itu, masalah produktivitas dan efisiensi juga harus dipikirkan karena seringkali
organisasi yang menganut teori neoklasik lebih mementingkan aspek psikologi dan
sosial pegawai kurang memperhatikan produktivitas dan efisiensi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurizky,Fanny.Teori Organisasi Klasik,Neo-Klasik dan Modern.Dalam
http://phunnypelupa.blogspot.com/2011/02/teori-organisasi-klasik-neoklasik-dan.html.
Diunduh pada 17/09/2013 pukul 12.13 WIB.