tesis pengembangan pelabuhan baubau dalam...
TRANSCRIPT
TESIS
PENGEMBANGAN PELABUHAN BAUBAU DALAM MENDUKUNG
PERDAGANGAN INTRASULAIR
PORTS DEVELOPMENT IN SUPPORT
OF TRADE INTRASULAIR BAUBAU
AFRINDA HAJAR MAULIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
TESIS
PENGEMBANGAN PELABUHAN BAUBAU DALAM MENDUKUNG
PERDAGANGAN INTRASULAIR
PORTS DEVELOPMENT IN SUPPORT
OF TRADE INTRASULAIR BAUBAU
AFRINDA HAJAR MAULIA P0200210007
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PENGEMBANGAN PELABUHAN BAUBAU DALAM MENDUKUNG
PERDAGANGAN INTERSULER
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Perencanaan Pengembangan Wilayah
Disusun dan diajukan oleh
AFRINDA HAJAR MAULIA
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
TESIS
PENGEMBANGAN PELABUHAN BAUBAU DALAM MENDUKUNG
PERDAGANGAN INTERSULER
Disusun oleh :
AFRINDA HAJAR MAULIA
Nomor Pokok : P0200210007
Telah diperiksa dan disetujui oleh komisi penasehat
Pada tanggal November 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasehat
Prof. Dr. Made Benyamin I., M.Ec Dr. Ir. Roland. A. Barkey
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Perencaan dan Pengembangan Wilayah
Dr. Ir. Roland. A. Barkey
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang maha pemurah lagi
maha penyayang, karena hanya dengan berkat rahmat–Nya semata tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Gagasan material permasalahan penulisan tesis ini timbul dari adanya
kelangkaan barang yang terjadi dikota Baubau akibat dari, pelabuhan Murhum
transportasi laut utama tidak ditunjang dengan fasilitas gudang. Adanya pelabuhan
bertujuan untuk terciptanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran serta
terpenuhinya kebutuhan masyarakat Baubau atas barang. Pada kenyataannya para
pedagang mendapat keluhan dari masyarakat atas terjadinya kelangkaan barang yang
sering terjadi dikota Baubau. Untuk itu diharapkan dengan mengembangkan pelabuhan
Murhum melalui analisis kecukupan gudang, mampu membantu perdagangan
intrasulair dimasa yang akan datang.
Penelitian ini dilakukan dengan metode time series, analisis kebutuhan gudang,
dan metode kuesioner untuk melengkapi analisis SWOT ( Kekuatan, Kelemahan,
Peluang dan Ancaman). Pembahasan yang dilakukan dalam tesis ini disesuaikan
dengan situasi dan keadaan yang terjadi dengan alat sederhana dan bahan data yang
tersedia. Untuk melengkapi data yang masih kurang dalam proses penulisan berjalan
dikota Makassar maka penulis dibantu oleh pihak pelabuhan dengan menggunakan
media Online dari kota Baubau sehingga penulisan ini dapat diselesaikan.
Dengan rasa hormat dan terima kasih yang besar penulis ingin sampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Made Benyamin I., M.Ec sebagai Ketua Komisi Penasehat, dan
Bapak Dr. Ir. Roland. A. Barkey sebagai Anggota Komisi Penasehat, atas bimbingan
yang diberikan dalam proses penulisan dan penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada : Prof. Dr. H.M. Tahir Kasnawi, SU, Prof. Dr.Ir.Rahman
Mappangaja, MS selaku penguji, yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
pengujian dan masukan yang bermanfaat untuk kelengkapan tesis ini.
Melalui prakata ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
Bapak Robertus Maturbongs, MM selaku kepala kantor berserta staf kator pelabuhan
Murhum kota Baubau yang banyak membantu dalam proses penelitian. Kepada Dinas
BPS kota Baubau, yang telah mau memberikan software data secara cuma-cuma, dan
semua pihak yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian, penulis
ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pak
Amir selaku pengurus administrasi pasca sarjana yang telah memberikan informasi dan
membantu mengurus kelengkapan administrasi ujian.
Khusus kepada ayahhanda tercinta Drs. La Muma. La Suna, MM serta ibunda
saya Ratna Husain dan saudara-saudaraku tersayang Morgan.La Motokana Setiady.,
ST , Fitri Gustini., Skm, Lutfian Alman dan Rezki Maatangka Khairo yang senantiasa
memberikan dorongan dan doa tulus ikhlas, pada kesempatan yang sangat berbahagia
ini pantas saya sampaikan penghargaan yang murni sepanjang masa. Semoga Allah.
S.W.T selalu memberikan balasan yang setimpal atas dukungan morilnya dan
kemudahan bagi saudara-saudariku untuk dapat menyelesaikan studi pada jenjang
pendidikan saat ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun demikian
penulis berharap hasil pemikiran yang dituangkan dalam tesis ini dapat bermanfaat
terutama dalam pengembangan ilmu perencanaan pengembangan wilayah.
Makassar, November 2012. Penulis,
Afrinda Hadjar Maulia.
ABSTRAK
Afrinda Hajar Maulia. Pengembangan Pelabuhan Baubau Dalam Mendukung
Perdagangan Intrasulair. ( dibimbing oleh Made Benyamin I sebagai ketua, dan Roland.
A. Barkey sebagai Anggota).
Tesis ini menyajikan hasil penelitian tentang pengembangan pelabuhan Baubau dalam
mendukung perdagangan intrasulair dimana dasar pemikiran berasal dari gejala
kelangkaan barang yang terjadi dikota Baubau sebagai akibat dari tidak tersedianya
prasaran gudang dipelabuhan. Tujuannya untuk mengetahui kecukupan gudang dan
menyusun strategi pengembangan pelabuhan Murhum dalam menunjang perdagangan
intrasulair. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear time series untuk
mengetahui proyeksi arus barang dan dibandingkan dengan gudang yang ada saat ini.
Kemudian digunakan analisis kebutuhan luas gudang dan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities dan Threats) untuk menentukan strategi melalui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang ada dikota Baubau. Hasil penelitian
menunjukan, gudang yang ada saat ini hanya gudang lapangan penumpukan terbuka
dan tidak mencukupi kebutuhan barang akan gudang mengingat barang intrasulair saat
ini, membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda. Strategi yang dapat digunakan adalah
memanfaatkan kekuatan luasnya lahan yang belum diproduktifkan menjadi sebuah
peluang penempatan gudang untuk mendukung perdagangan intrasulair dan
menghilangkan kelemahan saat ini dimana belum tersedianya gudang yang
menyebabkan terjadinya kelangkaan atas barang dikota Baubau, dan menghilangkan
ancaman melemahnya perdagangan antara pulau dengan didukung strategi penunjang
yaitu melakukan kerjasama dengan pemerintah. Kesimpulannya adalah dibutuhkan
penempatan gudang sesuai jenis komoditi arus barang dipelabuhan dan untuk saran
kedepan adalah menempatkan tenaga yang memiliki sumber daya untuk dapat
mengatasi masalah yang akan muncul kemudian.
Kata Kunci : Perdagangan intrasulair, Pelabuhan, Gudang.
ABSTRACT
Afrinda Hajar Maulia. Port Development In Support of Trade Intrasulair Baubau. (Under
the supervision of Made Benyamin.I as chairman, and Roland. A.Barkey as member)
This thesis presents the results of research on the development of the port in support of
trade Baubau intrasulair where the rationale comes from the scarcity of the symptoms
that occur as a result of the city Baubau unavailability at harbor working paper
warehouse. The goal is to determine the adequacy of the warehouse and port
development strategy in supporting trade Murhum intrasulair. The analysis tool used is
linear regression time series to determine the projected flow of goods and compared to
the existing warehouse. Then necessary widely used analysis and SWOT Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats analysis warehouse to determine the strategy
through the strengths, weaknesses, opportunities and threats that exist in the city of
Baubau. The results showed, the existing warehouse only open field buildup and no
items will be sufficient warehouse intrasulair remember stuff today, requires a different
treatment. Strategies that can be used is to use the power of the extent of land that has
not the prolific into a warehouse placement opportunities to support trade and eliminate
weaknesses intrasulair this time where the unavailability of warehouse causing
shortages of goods Baubau city, and eliminate the threat of weakening trade between
the island and supported the strategy of supporting is cooperating with the government.
The conclusion is needed placement according to the type of commodity warehouse at
harbor flow of goods and for suggestions put forward is energy that has the resources to
cope with problems that may arise later.
Keywords: Trade intrasulair, Ports, Warehouses
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PRAKATA iv
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
D. Kegunaan Penelitian 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelabuhan 9
1. Pengertian Pelabuhan 9
2. Peran dan Fungsi Pelabuhan 12
a. Peran dan Fungsi Pelabuhan Dalam Bongkar Muat 12
b. Peran dan Fungsi Pelabuhan Dalam Pengembangan
Wilayah 14
c. Fasilitas yang Menunjang Pelabuhan 16
B. Gudang Pelabuhan 19
1. Peran dan Fungsi Gudang Pelabuhan 19
2. Jenis Barang 26
3. Jenis Gudang 26
4. Bangunan Gudang 30
C. Permintaan dan Penawaran Transportasi 33
D. Konsep Pengembangan Wilayah 37
1. Teori Basis Ekonomi 38
2. Teori Tempat Sentral 40
3. Teori Interaksi Spasial 41
E. Stategi Pengembangan 43
F. Penelitian Sebelumnya 45
G. Kerangka Konseptual 46
H. Definisi Operasional 48
III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 49
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 49
C. Instrume Pengumpulan Data 50
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer 50
b. Data Sekunder 51
2. Klasifikasi Data Berdasarkan Jenis Datanya
a. Data Kuantitatif 51
b. Data Kualitatif 51
D. Metode Dan Peralatan Analisis 55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum 57
B. Kecukupan Gudang Pelabuhan Dalam Melayani Volume Barang
Intrasulair 60
1. Potensi Arus Barang Sebagai Permintaan Terhadap Gudang
Pelabuhan 60
a. Perdagangan Intrasulair Hasil Bumi dan Laut 60
b. Ramalan Tingkat Perdagangan Intrasulair Hasil Bumi
dan Laut 67
c. Bongkar Muat di Pelabuhan 75
d. Ramalan Volume Bongkar Muat 78
2. Kecukupan Gudang Pelabuhan Sebagai Penawaran
Terhadap Potensi Arus Barang 80
a. Kecukupan Gudang 80
b. Analisis Kebutuhan Luas Gudang Untuk Mencukupi
Permintaan Perdagangan Intrasulair 82
1. Analisis Kebutuhan Gudang Untuk Barang
Potongan. 88
2. Analisis Gudang Untuk Barang Yang Disimpan
Dalam Waktu Lama. 91
3. Analisis Gudang Untuk Barang Yang
Dibutuhkan Pendingain. 92
C. Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan 93
1. Faktor Internal 93
a. Kekuatan ( Strength ) 93
b. Kelemahan ( Weakness ) 96
2. Faktor Eksternal 99
a. Peluang ( Oppourtunities ) 99
b. Ancaman ( Threats ) 101
3. Analisis Strategi 103
a. Kekuatan (Strength ) dan Peluang (Oppourtunities ) 103
b. Kelemahan (Weakness ) dan Peluang (Oppourtunities ) 105
c. Kekuatan ( Strength ) dan Ancaman (Threats ) 107
d. Kelemahan (Weakness ) dan Ancaman (Threats ) 108
4. Strategi Pendukung 109
V. PENUTUP
A. Kesimpulan 112
B. Saran 113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1 Kerangka Konseptual 47
2 Sketsa WilayahKerja Pelabuhan Murhum Kota Baubau 58
3 Proyeksi Volume Perdagangan Jenis Komoditi Industri
Dari Wilayah Hinterland Kota Baubau, 2012 – 2035
( dalam ton ) 69
4 Proyeksi volume perdagangan Jenis Komoditi Kehutanan
Dari Dalam Wilayah Hinterland Kota Baubau 2012 – 2035
( dalam ton ) 73
5 Proyeksi volume perdagangan Jenis Komoditi Peternakan
Dari Dalam Wilayah Hinterland Kota Baubau 2012 – 2035
( dalam ton ) 86
6 Proyeksi Lima Tahunan Volume Perdagangan Hasil Bumi
Dan Laut Dari Dalam Wilayah Hinterland Kota Baubau
( dalam ton ) 86
6 Sketsa Gudang Pelabuhan Murhum Kota Baubau 89
7 Sketsa Ruang Gudang Pelabuhan Murhum 91
8 Posisi Strategi Pengembangan Pelabuhan Berdasarkan
Matriks SWOT 110
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1 Matriks analisis SWOT 54
2 Perusahaan swasta, Angkutan barang dan Ukuran kapal 59
3 Prediksi Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau
Menurut Hasil Bumi dan Laut Dari Dalam Wilayah
Hinterland Kota Baubau Tahun 2012 61
4 Volume Perdagangan Hasil Bumi dan Laut
Berdasarkan Komoditi Dari Dalam Wilayah Hinterland
Kota Baubau 63
5 Proyeksi Perdagangan Antar Pulau Lima Tahunan Hasil Bumi
dan Laut Berdasarkan Komoditi Dari Dalam Wilayah
Hinterland Kota Baubau 67
6 Data Bongkar Muat Barang diPelabuhan Murhum ( ton ) 75
7 Data Bongkar Barang perKomoditi Pelabuhan Murhum
( dalam ton), bulan januari – juni 2012 76
8 Proyeksi Lima Tahun Volume Bongkar Muat 2020 - 2035 73
9 Biaya Administrasi Ekspedisi 77
10 Kebutuhan Gudang Untuk Bongkar Muat Barang Dalam Satu
Hari (dalam ton) 2012 - 2035 83
11 Kebutuhan Luas Gudang Lima Tahunan Untuk Bongkar Muat
Barang Dalam Satu Hari (m2) 84
12 Analisis SWOT ( Strength dan Weakness ) 95
13 Analisis SWOT ( Opportunities dan Threats ) 99
14 Analisis Strategi Kekuatan ( Strength ) dan Peluang
( Opportunities) 104
15 Analisis Strategi Kelemahan ( Weakness ) dan Peluang
( Opportunities ) 106
16 Analisis Strategi Kekuatan ( Strength ) dan Ancaman
( Threats) 107
17 Analisis Strategi Kelemahan ( Weakness ) dan Ancaman
( Threats ) 108
18 Analisis Strategi Pendukung Penerapan Strategi SWOT 109
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1 Kuesioner Penelitian 116
2 Tabel Data Aktivitas Bongkar Muat 118
3 Tabel Data Perdagangan Antar Pulau di Pelabuhan
Muhum 119
4 Proyeksi Volume Tanaman Pangan 120
5 Trend Pertumbuhan Tanaman Pangan 121
6 Proyeksi Volume Jenis Komoditi Perkebunan 122
7 Trend Pertumbuhan Komoditi Perkebunan 123
8 Proyeksi Volume Jenis Komoditi Peternakan 124
9 Trend Pertumbuhan Komoditi Peternakan 125
10 Proyeksi Volume Jenis Komoditi Perikanan 126
11 Trend Pertumbuhan Komoditi Perikanan 127
12 Proyeksi Volume Jenis Komoditi Kehutanan 128
13 Trend Pertumbuhan Komoditi Kehutanan 129
14 Proyeksi Volume Jenis Komoditi Industri 130
15 Trend Pertumbuhan Komoditi Industri 131
16 Data Hasil Proyeksi Perdagangan Dikota Baubau
Tahun 2012 – 2035 132
17 Proyeksi Volume Arus Barang 133
18 Trend Pertumbuhan Volume Bongkar 134
19 Proyeksi Volume Arus Muat 135
20 Trend Perubahan Volume Muat 136
21 Data Muat Barang Perkomoditi diPelabuhan Murhum
( dalam ton bulan Januari – Juni 2012 ) 137
22 Analisis Kebutuhan Arus Barang per-Hari Terhadap
Gudang ( ton ) 2012 – 2035 139
23 Analisis Kebutuhan Arus Barang per-Hari Terhadap
Gudang ( m ) 2012 – 2035 140
24 Analisis Kebutuhan Muat Perhari Terhadap Gudang (ton)
2010 -2035 141
25 Analisis Kebutuhan Arus Barang Perhari Terhadap
Gudang ( m ) 2012 – 2035 142
26 Analisis Kebutuhan Bongkar Perhari Terhadap
Gudang ( m ) 2012 – 2035 143
27 Analisis Kebutuhan Muat Terhadap Gudang ( m )
2012 – 2035 144
28 Rekapitulasi Data Kuesioner 145
29 Matriks Analisis SWOT Penentuan Bobot Faktor Strategi
Internal 146
30 Matriks Analisis SWOT Penentuan Bobot Faktor Strategi
Eksternal 147
31 Kebutuhan Ruang Gudang Dalam m3 Untuk Satu
Jenis Barang Tiap Ton Menurut Standar I.S.O 148
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem transportasi merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem
perdagangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem transportasi dapat
didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur dasar, peralatan, instalasi yang
dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi
masyarakat. Definisi teknik juga memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem
transportasi dan mengatakan bahwa transportasi adalah aset fisik yang dirancang
dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting. Kemajuan ekonomi
suatu wilayah tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
kewilayahan berupa sarana dan prasarana transportasi. Tingkat kemajuan suatu
daerah dapat dilihat dari kegiatan atau aktivitas transportasi, dimana indikator yang
dapat menunjukkan seberapa besar tingkat kemajuan perekonomian suatu wilayah,
dapat terlihat dari besar kecilnya indikator sektor perdagangan dan mobilitas
masyarakat.
Laju pertumbuhan ekonomi antar daerah membuat terjadinya perbedaan output.
Kebutuhan yang semakin banyak mendorong masyarangkat untuk memperoleh barang
yang belum bisa dihasilkan didaerahnya. Interaksi antar satu wilayah dengan wilayah
lainnya menciptakan sistem perdagangan dan ketergantungan antar wilayah. Untuk
membebaskan keterisolasian wilayah terpencil dari jangkaun sistem perdagangan,
semua wilayah menitik beratkan kegiatan perdagangannya pada transportasi.
Transportasi memberikan kebebasan dan kemudahan sistem hubungan antar daerah
Sistem transportasi membebaskan masyarakat untuk melakukan kegiatan
perdagangan.
Kebebasan dalam melakukan transaksi ditunjang dengan tranportasi memiliki
implikasi bahwa masing-masing daerah akan mencari peluang dengan berinteraksi
melalui perdagangan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kebutuhan tidak tak
terbatas, menandakan akan adanya ketimpangan antara arus barang dan sarana
transportasi yang disediakan.
Gejala kurang lancarnya arus barang dalam suatu wilayah adalah tingginya
kebutuhan barang tidak berimbang lagi dengan prasarana transportasi yang disediakan.
Kurang lancarnya arus barang antar daerah juga merupakan faktor yang turut
menciptakan ketimpangan ekonomi regional Indonesia. Ketimpangan pembangunan
sektoral dan regional merupakan masalah yang dihadapi dalam mencapai tujuan
pembangunan. Tidak lancarnya arus barang disebabkan oleh keterbatasan prasarana
transportasi dan tidak lancarnya mobilitas arus barang antar daerah mempengaruhi
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Mobilitas barang mempengaruhi
perekonomian suatu daerah dari sisi permintaan dan penawaran.
Dari sisi permintaan yaitu arus barang dari perdagangan dan bongkar muat
mempengaruhi pasar dimana kegiatan-kegiatan ekonomi lokal tergantung pada barang
dan jasa. Dari sisi penawaran yaitu prasarana transportasi dimana kebutuhan akan
prasarana sangat menunjang kegiatan usaha dan bisnis didaerah. Dalam hal ini dengan
adanya sarana transportasi yang baik, pemerintah dan masyarakat bisa
mengembangkan suatu usaha sendiri atau bermitra dengan perusahaan swasta.
Kurang lancarnya mobilitas barang merupakan penyebab terjadinya ketimpangan
ekonomi regional. Dengan transportasi yang baik transfer output dapat lebih banyak
dinikmati oleh masyarakat dan dunia usaha yang lebih luas. Jika perpindahan faktor
produksi antar daerah tidak ada hambatan maka pada akhirnya pembangunan ekonomi
yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua daerah akan menjadi lebih baik.
Guna mendukung aktifitas dan mobilitas barang masyarakat di dalam
perdagangan diperlukan adanya upaya pengembangan sarana dan prasarana
transportasi, antara lain penyediaan prasarana tranportasi yang memadai. Indonesia
sebagai negara kepulauan mempunyai 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar
81.000 km. Luas daratan Indonesia mencapai 1,9 juta km2 dan luas perairan laut 7,9
juta km2. Semua wilayah nasional di Indonesia, menitik beratkan kegiatan ekonominya
pada angkutan laut sebagai jaringan penghubung antar pulau dan membebaskan
keterisolasian wilayah terpencil dari jangkaun sistem perdagangan. Kapal sebagai
sarana pelayaran mempunyai peran sangat penting dalam sistem angkutan laut.
Hampir semua barang impor, ekspor dan muatan dalam jumlah sangat besar diangkut
dengan kapal laut, walaupun diantara tempat-tempat dimana pengangkutan dilakukan
terdapat fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara. Hal ini
mengingat kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar dari pada sarana
angkutan lainnya. Dengan demikian untuk muatan dalam jumlah besar, angkutan
dengan kapal akan lebih efisien, tenaga kerja lebih sedikit dan biaya lebih murah.
Selain itu untuk angkutan barang antar pulau atau negara, kapal merupakan sarana
yang paling sesuai.
Peranan kapal dalam pelayaran sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi,
pemerintahan, pertahanan dan keamanan. Bidang kegiatan pelayaran dengan kapal
sangat luas yang meliputi angkutan penumpang dan barang, penjagaan pantai,
hidrografi, dan masih banyak lagi jenis pelayaran lainnya. Bidang kegiatan pelayaran
dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelabuhan niaga dan bukan niaga. Pelayaran niaga
adalah usaha pengangkutan barang, terutama barang dagangan, melalui laut antar
tempat pelabuhan.
Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut diperlukan prasarana yang
berupa pelabuhan. Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian (terminal) kapal
setelah melakukan pelayaran. Di pelabuhan ini kapal melakukan berbagai kegiatan
seperti menaik-turunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar dan
air tawar, melakukan reparasi, dan mengadakan perbekalan. Pelabuhan merupakan
titik simpul atau moda kegiatan peralihan muatan dari moda transportasi laut (kapal) ke
moda transportasi darat dan ataupun dari moda transportasi laut ke moda transportasi
lainnya. Pelabuhan mampu memberikan perannya dalam menunjang serta
merangsang pertumbuhan perdagangan dan perekonomian wilayah. begitu pula halnya
dengan pelabuhan Murhum dikota Baubau.
Kota Bau-Bau atau Baubau adalah sebuah pemerintahan kota di Pulau
Buton, Sulawesi Tenggara. Baubau memperoleh status kota pada tanggal 21
Juni 2001 dengan wilayah daratan seluas 221,00 km² dan luas laut mencapai 30 km².
Luasnya kawasan laut merupakan kawasan potensial untuk pengembangan sarana
dan prasarana transportasi laut. Pada awalnya, Baubau merupakan pusat Kerajaan
Buton (Wolio) yang berdiri pada awal abad ke-13 (1401–1499). Masuknya Mia
Patamiana memperkenalkan sistem perdagangan kepada penduduk asli Baubau
melalui pesisir pantai. Sejak pertengahan abad ke-15 sampai saat ini pesisir pantai
pusat perdagangan masyarakat Baubau berganti nama menjadi pelabuhan Murhum.
Pelabuhan Murhum dapat melayani 16500 lalu lintas kapal pertahun, 120 lalu lintas
kapal perbulan, dengan rata-rata tingkat lalu lintas kapal 8,1% dari tahun 2009 - 2010.
Arus orientasi perdagangan dari pelabuhan asal seperti Surabaya, Makassar
cenderung bertumbuh dengan difungsikan pelabuhan Murhum sebagai terminal
penumpang pelayaran nasional yang melintas bagian barat dan timur Indonesia.
Seiring dengan peningkatan kegiatan dipelabuhan maka arus kunjungan kapal, arus
barang serta penumpang akan bertambah. Hal tersebut dapat dilihat pada volume
perdagangan antar pulau dari Baubau ke pelabuhan Surabaya, Makassar, Irian jaya,
dan Ambon ataupun sebaliknya. Dimana Secara umum perdagangan di wilayah Kota
Baubau sampai dengan 31 juni 2012, sudah mencakup seluruh jenis barang dagangan
dan tingkatan, dengan pola sebaran yang hampir mencakup seluruh wilayah desa atau
kelurahan.
Gejala tidak lancarnya arus barang dikota Baubau ditujukan dengan semakin
ramainya keluhan masyarakat akan tidak tersedianya barang kebutuhan. Barang yang
diminta untuk memenuhi kebutuhan sering tidak ada persediaan. Kelangkaan atas
barang sering terjadi bersamaan, jika satu toko kehabisan stok barang, toko tetanggnya
atau toko dikecamatan lainnya juga kehabisan barang. Jika stok barang sudah masuk
kembali, barang akan mudah dijumpai disemua toko sekota Baubau. Selain itu untuk
melayani kebutuhan dienam kecamatan, barang yang diangkut dari pelabuhan asal
harus menunggu jadwal keberangkatan dan pembongkaran kapal yang sandar
dipelabuhan Muhum. Dengan sistem door to door, dimana barang dibongkar dari kapal
langsung diantar kepemilik barang menyebabkan kapal yang sandar dipelabuhan
Murhum membutuhkan waktu pembongkaran satu hari. Saat ini pelabuhan Murhum
dilengkapi dengan gudang penumpukan terbuka namun kegiatan di pelabuhan
Murhum akan mengalami peningkatan dimasa kini dan dimasa yang akan datang, dari
bongkar muat barang, hingga volume penampungan barang dengan jenis barang yang
beragam . Kebutuhan barang akan bertambah terhadap prasarana gudang pelabuhan
sesuai kebutuhan perlakuan penyimpanan jenis barang. Prasarana gudang yang tidak
menunjang, memperlihatkan gejala tidak lancarnya arus barang antar pulau dikota
Baubau.
Untuk itu, dianggap perlu melakukan penelitian diPelabuhan Murhum Baubau,
dengan judul penelitian “Pengembangan Pelabuhan Baubau Dalam Mendukung
Perdagangan Intarsulair.”
B. Rumusan Masalah
Pelabuhan Murhum menghilangkan keterisolasian kota Baubau dari industri dan
membangkitkan kegiatan perdagangan. Melalui pelabuhan Murhum barang-barang
dibongkar dan dimuat, sebelum didistribusikan ke wilayah kepulauan lainnya. Untuk itu
dibutuhkan fasilitas gudang yang mencukupi dalam melayani kebutuhan arus barang
yang terus bertambah volumenya tiap tahun. Rumusan masalah dari permasalahan ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kecukupan gudang pelabuhan dalam melayani volume barang
intrasulair.
2. Bagaimana strategi peningkatan kinerja pelabuhan Murhum dalam mendukung
perdagangan intrasulair.
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari formulasi rumusan masalah tersebut maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kecukupan gudang pelabuhan dalam melayani volume barang
intrasulair.
2. Menyusun strategi peningkatan kinerja pelabuhan Murhum dalam mendukung
perdagangan intrasulair.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut :
1. Sebagai informasi tentang kecukupan gudang pelabuhan dalam melayani
volume barang intrasulair.
2. Sebagai pertimbangan dalam memperbaiki kinerja pelabuhan Murhum dalam
mendukung perdagangan intrasulair pada waktu yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelabuhan
1. Pengertian pelabuhan
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan, dan atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
dan atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi ( Undang- undang No.17 Tahun 2008 pelayaran bab 1 pasal 1 ayat 16).
Pelabuhan juga merupakan pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu dan
sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara
(Triatmodjo, 2009). Pelabuhan memiliki peran sebagai:
- Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya
- Pintu gerbang kegiatan perekonomian
- Tempat kegiatan alih moda transportasi
- Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan
- Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang
- Mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan negara.
Pelaku usaha kepelabuhanan :
- Otoritas pelabuhan, melaksanakan fungsi pengaturan pengendalian dan
pengawasan kegiatan kepelabuhanan di pelabuhan yang diusahakan secara
komersil, undang-undang no.17 Tahun 2008 bab 1 ayat 16 kementrian
perhubungan.
- Syahbandar harbour master, memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan
dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan
perundang undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran
undang-undang no.17 tahun 2008.
- Bea cukai, pengawasan terhadap lalu lintas barang yang masuk dan keluar
daerah pabean (negara) serta pemungutan bea masuk dan keluar.
- Karantina, pengawasan pencegahan terhadap lalu lintas orang atau hewan dan
tumbuhan untuk mencegah penyebaran atau masuknya virus, epidemi, dll.
- Imigrasi, pengawasan penangkalan pencegahan lalu lintas orang, imigrasi ilegal,
izin tinggal.
- Kesehatan pelabuhan, penanganan kesehatan.
- Kepolisian kepelabuhanan, melaksanakan pengawasan pencegahan
penanganan keamanan dan ketertiban masyarakat di lingkungan pelabuhan.
- Port atau terminal operator, melaksanakan secara komersil kegiatan pelayanan
kapal, bongkar muat barang, embarkasi atau debarkasi penumpang, dan usaha
lain yang terkait.
- Perusahaan pelayaran agen pelayaran, melaksanakan kegiatan pengangkutan
barang, melakukan usaha keagenan kapal yang ditunjuk oleh perusahaan
angkutan laut asing dan domestik untuk mengurus kepentingan kapalnya selama
berada di pelabuhan
- Perusahaan bongkar muat (stevedoring), bekerja sama dengan operator
pelabuhan dalam melaksanakan bongkar muat barang di dermaga.
Ruang lingkup usaha jasa kepelabuhanan :
- Pelayanan kapal ( labuh, pemanduan, tunda, penyandaran, bunkering, reception
facilites, docking).
- Pelayanan barang ( Bongkar muat, penumpukan di lapangan dan gudang,
receiving dan delivery, konsolidasi barang (cargo distribution center, stuffing atau
stripping).
- Pelayanan terminal petikemas (perencanaan kapal, barang, pelayaran kapal,
barang, operator alat utama, billing process).
- Pelayanan rupa-rupa usahan (pengusahaan tanah dan bangunan, billing
process).
2. Peran dan fungsi pelabuhan
a. Peran dan fungsi pelabuhan dalam bongkar muat.
Pelabuhan dapat pula diartikan sebagai tempat kegiatan pemindahan barang
dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam kegiatan transportasi diperlukan
empat komponen yakni (a). Tersedianya muatan yang diangkut , (b). Terdapatnya
kendaraan sebagai sarana angkutannya, (c). Adanya jalan yang dapat digerakan dan
dapat dilalui dan (d). Tersedianya terminal (untuk barang maupun penumpang).
Jasa pelabuhan adalah transportasi utama yang digunakan untuk membantu
kegiatan sektor-sektor lain (sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor
pertambangan, sektor perdagangan, sektor kontruksi, sektor keuangan, sektor
permintaan, transmigrasi, pertahanan-keamanan dan lainnya) untuk mengangkut
barang dan manusia dalam kegiatan pada masing-masing sektor tersebut. Oleh karena
itu jasa pelabuhan dikatakan sebagai derived demand atau permintaan yang diderivasi
atau turunan, artinya permintaan jasa pelabuhan bertambah karena diperlukan untuk
melayani berbagai kegiatan ekonomi dan pembangunan yang meningkat
Bertambahnya permintaan jasa pelabuhan adalah berasal dari bertambahnya kegiatan
sektor-sektor lain.
Secara esensial geografi pelabuhan memperlihatkan peristiwa melintasinya
muatan antara tata ruang daratan dan kelautan dimana perdagangan dilaksanakan
regular. Bongkar muat barang dapat terlaksanakan dalam konteks teknologi sederhana
atau dapat pula terjadi dalam konteks sistem pengangkutan yang modern. Dalam
proses pelaksanaan bongkar muat barang diperlukan adanya keterampilan dan
pengalaman para pelaksana, Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang baik dan
memadai agar pelaksanaan bongkar dan pemuatan barang berjalan lancar dan dapat
menjaga kebutuhan dan keselamatan baik untuk barang atau muatan, kapal, Anak
Buah Kapal (ABK) atau crew kapal maupun tenaga kerja bongkar muat yang
melaksanakan kegiatan bongkar muat.
Menurut Suyono.RP 2003, hal 301 dalam bahari jogja 2008, kegiatan bongkar
muat barang ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dan sekaligus dapat dilihat
sejauhmana tanggung jawab Perusahaan Bongkar Muat (PBM) tersebut terhadap
barang yang dibongkar atau dimuat dari dan keatas kapal, tiga hal tersebut antara lain :
a. Stevedoring, kegiatan pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga,
tongkang atau truk atau kereta api memuat barang dari dermaga, tongkang atau
truk atau kereta api ke dalam palka kapal sempai tersusun didalam palka dengan
menggunakan derek kapal atu derek darat.
b. Catgodoring, pekerjaan melepas barang dari sling atau jala-jala di dermaga
mengangkat dan mengangkut dari dermaga ke gudang atau lapangan
penumpukan barang selanjutnya menyususn gudang atau lapangan
penumpukan barang dan sebaliknya.
c. Receiving atau Delivery adalah kegiatan pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan atau tempat penumukan digudang atau lapangan penumpukan dan
menyerahkan sampai tersusun diatas kendaraan yang merapat dipintu gudang
atau lapangan penumpukan dan sebaliknya.
b. Peran dan fungsi pelabuhan dalam pengembangan wilayah.
Suatu wilayah tertentu bergantung pada wilayah lain. Demikian juga wilayah lain
memiliki ketergantungan pada wilayah tertentu. Diantara wilayah-wilayah tersebut,
terdapat wilayah tertentu yang memiliki kelebihan dibanding yang lain sehingga memiliki
beberapa fasilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih
luas, sehingga penduduk pada radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk
memperoleh kebutuhan yang diperlukan. Morlok (1988) dalam Maringan Masry (2008),
mengemukakan bahwa akibat adanya perbedaan tingkat pemilikan sumberdaya dan
keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu
wilayah menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang dan jasa antar wilayah.
Sesuai peran pelabuhan yang tertera pada peraturan pemerintah No.69 Tahun
2001 yaitu pelabuhan memiliki fungsi sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal dalam
negeri maupun kapal-kapal luar negeri. Jasa pelabuhan membebaskan keterisolasian
wilayah terpencil dari jangkaun sistem perdagangan. Pelabuhan memberikan sentuhan
distribusi yang lebih baik dalam corak ekonomi yaitu kegunaan tempat dan waktu, atas
barang dan jasa. Dengan biaya yang relatif lebih murah dan volume angkutan yang
lebih banyak. Keputusan dan kebijakan produksi dapat lebih mudah dirancang oleh
pihak produsen, dan iklim perdagangan dapat dengan mudah diwujudkan.
Pelabuhan adalah salah satu infrastruktur penunjang transportasi laut yang
merupakan pintu gerbang masuk keluar barang inlet dan outlet. Fungsi dan peran
pelabuhan sangat penting dalam mendukung sistem transportasi untuk pengembangan
suatu wilayah. Wilayah akan berkembang jika ada kegiatan perdagangan intrasulair dari
wilayah tersebut ke wilayah lain sehingga terjadi peningkatan investasi pembangunan
dan peningkatan kegiatan ekonomi serta perdagangan. Pendapatan yang diperoleh dari
hasil ekspor akan mengakibatkan berkembangnya kegiatan penduduk setempat,
perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan eksternal dan perkembangan wilayah
lebih lanjut.
Perbedaan sumberdaya yang ada di suatu daerah dengan daerah lain
mendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sehingga dapat memenuhi
kebutuhannya. Dalam proses mobilitas inilah transportasi memiliki peranan yang
penting untuk memudahkan dan memperlancar proses mobilitas tersebut. Proses
mobilitas ini tidak hanya sebatas oleh manusia saja, tetapi juga barang dan jasa. Dalam
fungsinya untuk melayani kegiatan-kegiatan pembangunan disektor industri, gudang
ditunjukan untuk memperlancar persediaan barang dari pusat produksi ke tempat
akumulasi secara cepat dan aman.
c. Fasilitas yang menunjang pelabuhan
Muatan yang diangkut kapal dapat dibedakan menjadi barang potongan, barang
curah, dan petik kemas. Barang potongan terdiri dari barang satuan seperti mobil,
mesin-mesin, material yang ditempatkan dalam bungkus, koper, karung atau peti.
Barang-barang ini memerlukan perlakuan khusus dalam pengangkutannya untuk
menghindari kerusakan. Barang curah terdiri dari barang lepas dan tidak dibungkus
atau dikemas, yang dapat dituangkan atau dipompa ke dalam kapal. Barang ini dapat
berupa biji-bijian (beras, jagung, gandum, dsb), butiran atau batu bara, atau bisa juga
berbentuk cairan seperti minyak. Karena angkutan barang curah dapat dilakukan lebih
cepat dan biaya lebih murah dari pada dalam bentuk kemasan, maka beberapa barang
yang dulunya dalam bentuk kemasan sekarang diangkut dalam bentuk lepas. Sebagai
contoh adalah pengangkutan semen, gula, beras, dan sebagainya. Peti kemas adalah
peti besar yang di dalamnya diisi barang. Biasanya peti kemas diangkut dengan kapal
khusus yang disebut dengan kapal peti kemas, sedang di darat diangkut dengan truk
trailer dan kereta api.
Penanganan muatan dipelabuhan dilakukan di terminal pengapalan yang
disesuaikan dengan jenis muatan yang diangkut. Terminal merupakan tempat untuk
pemindahan muatan di antara sistem pengangkutan yang berbeda yaitu dari angkutan
darat ke angkutan laut dan sebaliknya. Masing-masing terminal mempunyai bentuk dan
fasilitas berebeda. Terminal barang potongan harus mempunyai bentuk dan fasilitas
berbeda. Terminal barang curah biasanya direncanakan untuk tunggal guna, dan
mempunyai peralatan bongkar muat untuk muatan cura. Demikian juga terminal peti
kemas khusus menangani muatan yang dimasukan dalam petik kemas. Berbagai jenis
terminal tersebut dapat berada dalam satu pelabuhan dan letak antara terminal satu
dengan lainnya dapat berdampingan.
Untuk mengukung penanganan muatan dipelabuhan, selain fasilitas pelabuhan
yang berada diperairan seperti alur pelayaran, pemecah gelombang, dermaga, alat
penambat dan sebagainya, diperlukan pula fasilitas yang ada didarat seperti gudang
laut, gudang, bangunan pendingin, gedung administrasi, gedung pabean, kantor polisi,
kantor keamanan, ruang untuk buruh atau pekerja pelabuhan, bengkel reparasi, garasi,
rumah pemadam kebakaran, dan rumah tenaga.
Sebagai tambahan untuk terminal pengiriman barang curah harus dilengkapi
dengan evalator, silo, tangki penyimpanan, gudang-gudang untuk gula, pupuk dan
sebagainya. Sedang untuk terminal peti kemas diperlukan gudang penyortiran, garasi
perawatan, menara kontrol.
Beberapa fasilitas pelabuhan diatas dapat berada dalam satu bangunan
misalnya gudang laut dapat menjadi satu dengan kantor pabean, kantor administrasi
dan perusahaan pelayaran, ruang tenaga kerja, kamar kecil. Hal ini mengingat
digudang laut terdapat kegiatan yang memerlukan fasilitas-fasilitas tersebut. Selait itu,
pada pelabuhan-pelabuhan besar diperlukan kantor-kantor pusat dari berbagai fasilitas
tersebut yang berada dalam satu bangunan. Kantor/bangunan pusat ini merupakan
tempat kedudukan kepala pelabuhan, kepala pemeriksa pabean, kepala polisi, kepala
pergudangan, departemen akuransi, dsb. Semua kegiatan yang ada di pelabuhan
dikendalikan dari kantor pusat ini.
Fasilitas yang paling utama pada pelabuhan adalah Jalan Raya. Perhitungan
kekuatan struktur badan jalan harusnya memenuhi umur rencana jalan tersebut dengan
memperhatikan lalu lintas serta kondisi tana didasar pelabuhan. Pada umumnya
kendaraan-kendaraan yang beroprasi untuk barang angkutan dan petik kemas dengan
berat lebih dari 10 ton jalan sebaiknya memenuhi standar teknik jalan kelas satu
dengan kontruksi kekuatan dari jenis yang terbaik. Jalan yang menghubungkan
dermaga dan gudang dengan jaringan jalan diluar pelabuhan diatur dengan kelas jalan
1 dan minimum 2 jalur disesuaikan dengan intensitas ke luar masuknya muatan
dipelabuhan. Disarankan lebar minimal adalah 800 m (Soedjono, 1985).
B. Gudang Pelabuhan
1. Peran dan Fungsi Gudang Pelabuhan
Sesuai dengan peran dan fungsinya, pelabuhan merupakan institusi yang
dinamik keberadaannya terhadap perkembangan yang ada. Pelabuhan harus dapat
mengantisipasi dan mengikuti perkembangan yang berkaitan dengan tuntutan
pelayanannya. Disamping itu , pelabuhan yang baik harus mempunyai perencanaan
yang terencana dan terstruktur guna menunjang peran dan fungsinya sesuai
kemampuan kapasitas dukungnya. Dengan kata lain, pelabuhan harus punya
rancangan perencanaan yang baik dalam memenuhi peran dan fungsinya selaras
dengan tuntutan perkembangan arus pergerakan barang dan penumpang.
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia mempergunakan ruang tempat tinggal
yang disebut gudang yang terbentuk dari unsur-unsur kebutuhan dan produksi. Sistem
transportasi dan gudang sebagai sistem internal dan eksternal. Transportasi membahas
sistem jaringan yang ada dalam kesatuan produksi itu sendiri. yang digunakan untuk
memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempunyai
nilai ekonomi yang lebih meningkat. Jenis yang kedua atau gudang, membahas
hubungan persediaan barang dan menyediaakan barang yang dibutuhkan dan
sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai permintaan. Fungsi gudang dalam
pembangunan dikatakan sebagai pelayanan. Pelayanan pembangunan yang diartikan
sebagai usaha penyediaan fasilitas yang baik dalam jumlah yang cukup untuk
memberikan kepuasan bagi para konsumen.
Pelabuhan erat sekali dengan penggudangan atau penyimpanan karena
keduanya meningkatkan manfaat barang. Angkutan menyebabkan barang dapat
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga bisa dipergunakan di tempat
barang itu tidak didapatkan. Dengan demikian menciptakan manfaat tempat.
Penyimpanan atau penggudangan juga memungkinakan barang disimpan sampai
dengan waktu dibutuhkan dan ini berarti memberi manfaat waktu (Schumer, 1974
dalam Saktri A. A, 2011).
Gudang sebagai alat pemenuhan kebutuhan, memiliki keterbatasan untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak tak terbatas. Ketidak seimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas, menyebabkan timbunya kelangkaan. Berdasarkan kelangkaan
tersebut maka muncul apa yang disebut barang ekonomi yaitu barang yang jumlah
permintaannya lebih banyak yang mempunyai nilai harga. Jadi, barang memiliki harga
tinggi jika terdapat permintaan atas suatu barang dan jumlah permintaan tersebut lebih
banyak dari barang yang tersedia
2. Jenis Barang
Komuditas-komuditas terdiri dari berbagai jenis yang mempunyai ciri secara fisik
dan financial yang berbeda-beda pula, ditinjau dari segi pelayanan transportasi. Secara
luas dapat diklasifikasikan menurut (L.A. Schumer, 1968 dalam Rahardjo Adisasmita) :
a. Kualitas fisik barang.
Kualitas fisik barang yang inheren dalam beberapa hal dikaitkan dengan
kebusukan atau kerusakan, dapat ditinjau dari beberapa segi. Dari segi transportasi
telah diadakan klasifikasi barang menurut bentuk dasarnya.
- Cair, panas atau gas
- Hewan hidup dan hewan mati.
- Mudah rusak dan tidak mudah rusak.
- Mudah pecah dan tidak mudah pecah.
- Basah dan kering
- Berbahaya dan tidak berbahaya
- Bertunas dan tidak bertunas.
- Lekas busuk dan tidak lekas busuk.
b. Tingkat pengolahan barang
Barang-barang dapat diklasifikasi menurut rangkaian proses mulai dari permulaan
produksi sampai pada pemakaian akhir atau konsumsi.
- Bahan-bahan baku
Hasil-hasil pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan
pertambangan, misalnya gandum, sapi, kayu, ikan dan biji besi.
- Barang-barang setengah jadi
Bahan-bahan baku dalam proses pengolahan menjadi bentuk lain tetapi
tidak pada tahap yang siap untuk digunakan, misalnya benang tenun.
- Barang-barang jadi
Barang-barang yang telah selesai diolah ke dalam bentuk yang
dibutuhkan untuk pemakaian akhir atau konsumsi, misalnya sepatu.
c. Ukuran barang.
Setiap pak atau bungkus mempunyai ukuran yaitu panjang, lebar dan tingggi
atau berat dan volume (isi). Ditinjau dari segi ekonomi penggunaan mesin-mesin
pengangkatan barang berukuran besar lebih menguntungkan dari pada mesin
berkapasitas rendah. Berdasarkan berat atau isinya dapat dibuat klasifikasi muatan
sebagai berikut :
- Muatan normal dapat diangkut oleh tenaga manusia dengan atau tanpa
bantuan alat-alat sederhana atau alat-alat mekanis berkapasitas rendah.
- Muatan berat yang membutuhkan penangnan alat mekanis yang
berkapasitas besar.
d. Kepadatan barang
Selain dari pada berat dan isi muatan, kepadatan muatan merupakan pula dasar
yang penting untuk membuat klasifikasi barang-barang karena fasilitas transportasi
mempunyai kapasitas angkut yang terbatas. Jika kapasita ruangan (gudang) 1.000
meter kubik dan kapasitas muatan 25.000 kilogram, maka hubungan antara ruangan
adalah 25 kg/m3 berarti kapasitas ruangan dan kapasitas bobot mati dimanfaatkan
secara sempurna. Keadaan semacam ini tidak tercapai bila kepadatan barang lebih
besar atau kurang dari 25 kg/m3.
Dalam kenyataan ruangan yang tersedia tidak seluruhnya terpakai karena
sebagian untuk jalan masuk, pengawasan suhu, atau ventilitasi. Kerugian dalam
pemanfaatan ruang akan mengingkat apabila ukuran muatan berbentuk tidak segi
empat (misalnya, silinder, tong, atau berbentuk bola).
Untuk kepentingan transportasi, kepadatan barang lebih mencerminkan berat
barang yang diangkut dalam hubungannya dengan ruang yang sesungguhnya
dibutuhkan untuk menampungnya atau dinyatakan sebagai stowage factor atau faktor
penimbunan barang yaitu satuan ruang (m3) yang dibutuhkan untuk menampung
satuan berat (ton).
e. Nilai barang
Nilai barang merupakan faktor penting untuk melakukan perlindungan ekstra
terhadap barang-barang bernilai tinggi terhadap pencurian, kerusakan, dan
penyerobotan yang mungkin terjadi. Nilai barang yang merupakan indikator
kemampuan finansial untuk menanggung beban biaya angkutan.
Nilai barang mempunyai beberapa arti yaitu nilai intrinstik dan nilai komersial.
Nilai intrinstik adalah nilai yang melekat pada barang tersebut tanpa memperhatikan
faktor waktu atau tempat. Nilai komersial adalah nilai pasar yang berlaku pada suatu
saat dan tempat. Nilai yang tertulis dalam dokumen pengiriman barang sebagai jumlah
maksimum yang akan diklaim olehnya apabila terjadi kerusakan atau kehilangan
biasanya nilai ini lebih rendah dari pada nilai komersialnya.
Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan
membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. darat dan gudang berpendingin juga
disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering
pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan
barang.
Muatan yang diangkut kapal dapat dibedakan menjadi barang potongan, barang
curah dan peti kemas. Barang potongan terdiri dari barang seperti mobil, mesin-mesin,
material yang ditempatkan dalam bungkus, koper, karung atau peti. Barang-barang ini
memerlukan perlakuan khusus dalam pengangkutannya untuk menghindari kerusakan.
Barang curah terdiri dari barang lepas dan tidak dibungkus/dikemas, yang dapat
dituangkan atau dipompa ke dalam kapal. Barang ini dapat berupa biji-bijian (beras,
jagung, gandum, dsb), butiran atau batu bara atau juga berbentuk cairan seperti
minyak. Karena angkutan barang curah dapat dilakukan lebih cepat dan biaya lebih
murah dari pada dalam bentuk kemasan, maka beberapa barang yang dulunya dalam
bentuk kemasan, maka beberapa barang yang dulunya dalam bentuk kemasan
sekarang diangkutan dalam bentuk lepas. Sebagai contoh adalah pengankutan semen,
gula, beras dan sebagainya.
3. Jenis Gudang
Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tata ruang pelabuhan
yaitu (Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 15 Tahun 2006), Pelabuhan harus memiliki
areal di daratan dan gudang untuk menunjang operasi bongkar muat barang dari dan
ke kapal. Gudang adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan barang-barang
yang berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang di dalam pelabuhan
diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan kegunaan gudang itu sendiri. Digunakan untuk
menyimpan barang-barang dalam waktu yang lama. Gudang ini dibuat agak jauh dari
dermaga.
a. Gudang laut
Gudang laut adalah gudang yang berada di tepi perairan pelabuhan dan hanya
dipisahkan dari air laut oleh dermaga pelabuhan. Gudang ini menyimpan
barang-barang yang baru saja diturunkan dari kapal dan yang akan dimuat ke
kapal, sehingga barang terlindung dari hujan dan terik matahari. Gudang laut
hanya menyimpan barang-barang untuk sementara waktu sambil menunggu
pengangkutan lebih lanjut ke tempat tujuan terakhir. Masa penyimpanan barang-
barang digudang laut adalah maksimum 15 hari untuk barang-barang yang akan
dimasukan ke dalam peredaran bebas setempat ( dengan angkutan darat) dan
maksumum 30 hari. Fasilitas gudang ini biasanya tidak dipungut biaya tetapi,
apabila lebih dari waktu yang ditentukan akan dikenakan biaya.
b. Lapangan penumpukan.
Lapangan penumpukan adalah suatu tempat yang berada diluar dan terletak
didekat dermaga yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang akan
dimuat ke kapal atau setelah dibongkar dari kapal. Lapangan penumpukan harus
diperkeras dengan struktur perkerasan tertentu sehingga dapat menerima beban
berat dari barang yang akan ditampungnya.
c. Terminal Barang
Berfungsi untuk mempermudahkan dalam pelayanan, peraturan dan
pengawasan kegiatan bongkar muat, naik turun, baik barang, penumpang
maupun petik kemas, sehingga dalam terminal dan berbagai pemusatan
kegiatan transportasi. Sesuai fungsinya terminal terdiri dari :
- Terminal Peti kemas
Pengiriman barang dengan menggunakan peti kemas telah banyak dilakukan
dan volumenya terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa
pelabuhan terkemuka telah mempunyai fasilitas-fasilitas pendukungnnya
yang berupa terminal peti kemas seperti pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung
Mas, Tanjung Perak, Belawan, dan Ujung Pandang.
Peti kemas adalah peti besar yang didalamnya diisi barang. Biasanya peti
kemas diangkut dengan kapal khusus yang disebut dengan kapal peti kemas,
sedang didarat diangkut dengan truk dan kereta api.
- Terminal Muatan Curah
Muatan curah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Muatan lepas yang berupa hasil tambang seperti batu bara, biji besi,
bouxit dan hasil pertanian seperti beras, gula, jagung dan sebagainya.
2. Muatan cair yang diangkut dalam kapal tangki seperti minyak bumi,
minyak kelapa sawit, bahan kimia cair dan sebagainnya.
Terminal muatan curah harus dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan
muatan. Tipe fasilitas penyimpanan tergantung pada jenis muatannnya, yang
bisa berupa lapangan untuk mengangkut muatan, tangki-tangki untuk minyak,
silo atau gudang untuk material yang memerukan perlindungan terhadap
cuaca atau lapangan terbuka untuk menimbun batu bara, biji besi dan bouxit.
- Terminal Barang Potongan
Fasilitas yang ada dalam terminal barang potong terdiri dari :
1. Apron adalah halaman diatas dermaga yang terbentang dari sisi muka
dermaga sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka. Apron
digunakan untuk menempatkan barang yang akan dinaikan kekapal atau
barang yang baru saja diturunkan dari kapal. Bentuk apron tergantung
pada fasilitas pelabuhan yang berada diatasnya.
2. Gudang laut dan lapangan penumpukan terbuka, gudang laut yaitu
gudang yang berada ditepi perairan pelabuhan hanya menyimpan barang-
barang untuk sementara waktu sambil menunggu pengangkutan lebih
lanjut ke tempat tujuan akhir. Masa penyimpanan barang-barang
digudang laut adalah maksimum 15 hari untuk barang-barang yang akan
dimasukan ke dalam peredaran bebas setempat (dengan angkutan darat)
dan maksimum 30 hari untuk barang-barang yang akan diteruskan ke
pelabuhan lain (dengan kapal lain).
d. Gudang Pendingin
Apabila ada barang yang memerlukan pendingin dikapalkan oleh kapal dengan
pendingin dan didistribusikan ke daerah tujuan dengan kereta api atau truk,
maka diperlukan bangunan pendingin dan didistribusikan di dermaga sedemikian
sehingga barang-barang beku tersebut dapat dipindahkan dari kapal ke tempat
bangunan cold storange dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga
perubahan temperatur yang terjadi sekecil mungkin. Dengan demikian kerusakan
makanan yang terjadi dapat ditekan. Bahan makanan yang perlu pendingin
adalah ikan, daging, buah-buahan dan sayur-sayuran.
4. Luas Bangunan Gudang
Dalam merencanakan gudang dipelabuhan, maka perlu diperhatikan beberapa
hal criteria yaitu :
a. Jenis barang yang disimpan yaitu apakah merupakan barang umum atau
khusus. Bagi barang yang mudah terbakar perlu di tempatkan khusus. pada
lampiran 3, dapat diketahui kebutuhan ruang dalam (meter3) untuk sesuatu jenis
barang per ton.
b. Penanganan atau handling dari barang dari dan ke gudang dapat ditangani
dengan tenaga manusia atau mekanis.
c. Besar gudang harus dapat menyimpan dengan jumlah minimal disesuaikan
dalam tiga hari kerja atau untuk barang ekspor 1/3 dari jumlah barang digudang
dapat diangkut kapal pada masa satu hari kerja.
d. Muatan pada lantai gudang tidak melebihi dari yang direncanakan, misalnya 3
ton/m2.
e. Besar kapal yang diperkirakan bersandar untuk melakukan bongkar muat
muatan.
Sesuai dengan perkembangan cara operasi bongkar muat barang, maka para
perancang menginginkan lebar gudang makin lama mempunyai kecendrungan makin
diperbesar dan mengusahakan agar tidak ada hambatan tiang antara, sehingga
memudahkan operasi penumpukan atau pengambilan barang digudang, baik dengan
tenaga manusia ekspor dan muatan impor di dalam satu gudang yaitu guna
mempermudah penanganan muatan, demikian pula diferensiasi letak barang dari
mengusahakan agar secara operasional bongkar muat diperlancar dan dipermudah.
Dengan dasar ketentuan diatas, maka dibangun gudang-gudang dengan ukuran
bentang (sebaiknya tanpa tiang antara) 50 s/d 100m. Luas gudang transito biasanya
berkisar antara (20.000 s/d 30.000) m2.
Pada beberapa hal pemisahan gudang ekspor dan impor dapat diatur pada satu
taraf atau taraf berlainan (bertingkat), misalnya pada gudang-gudang pelabuhan di
Amerika Serikat. Bentuk gudang harus dirancang sedemikian rupa hingga memenuhi
persyaratan-persyaratan lain sebagai berikut :
a. Lalu lintas dan pergerakan muatan didalam dan diluar gudang harus lancer. Ini
berarti digudang harus ada jalur gang (gangways) yang memberikan ruang gerak
bebas bagi operasi peralatan untuk penyimpanan atau pengambilan barang
didalam gudang tersebut. Letak pintu gudang harus merupakan garis lurus untuk
bagian muka dan belakangnya (yang berhubungan dengan jaringan jalan
raya/kereta api dan bagian dermaga).
b. Ukuran pintu minimal harus 400 meter dan minimum 300 meter. Di dalam
gudang hendaklah bebas hambatan.
c. Penerangan baik disiang maupun dimalam dari harus baik, demikian pula udara
lintas (cross wind) perlu diperhatikan, tetapi aman terhadap air hujan („overstek‟)
harus cukup.
d. Kemiringan lantai harus menjamin tidak tergenangnya air didalam gudang dan
barang dapat ditumpuk (staking) sebaik-baiknya. Kekuatan/daya dukung lantai
gudang minimal untuk 1000 Kg per m2.
e. Terjaminnya gudang akan bahaya kebakaran dan pencurian.
C. Permintaan dan Penawaran Transportasi
Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pemindahan barang dan manusia
dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam kegiatan transportasi diperlukan empat
komponen yakni (a). Tersedianya muatan yang diangkut , (b). Terdapatnya kendaraan
sebagai sarana angkutannya, (c). Adanya jalan yang dapat digerakan dan dapat dilalui
dan (d). Tersedianya terminal ( untuk barang maupun penumpang).
Jasa transportasi diperlukan untuk membantu kegiatan sektor-sektor lain (sektor
pertanian, sektor perindustrian, sektor pertambangan, sektor perdagangan, sektor
kontruksi, sektor keuangan, sektor permintaan, transmigrasi, pertahanan-keamanan
dan lainnya) untuk mengangkut barang dan manusia dalam kegiatan pada masing-
masing sektor tersebut. Oleh karena itu jasa transportasi dikatakan sebagai derived
demand atau permintaan yang diderivasi atau turunan, artinya permintaan jasa
transportasi bertambah karena diperlukan untuk melayani berbagai kegiatan ekonomi
dan pembangunan yang meningkat Bertambahnya permintaan jasa transportasi adalah
berasal dari bertambahnya kegiatan sektor-sektor lain . Sesuai sifatnya sebagai derived
demand maka perencanaan sektor transportasi selalu mengandung ketidakpastian
(Siregar, (1995) dalam Rahadjo Adjisasmita, (2010).
Penyediaan (penawaran) jasa transportasi agar diupayakan seimbang dengan
permintaan jasa transportasi. Jika penawaran jasa transportasi lebih kecil dibandingkan
permintaan jasa transportasi, maka akan terjadi kemacetan arus barang yang
menimbulkan kegoncangan harga barang, sebaliknya jika penawaran lebih besar dari
permintaanya, hal ini akan mendorong timbulnya persaingan yang tidak sehat diantara
perusahaan pengangkutan, sehingga banyak di antara mereka mengalami kerugian
dan bahkan ada yang terpaksa menghentikan kegiatan usahanya.
Transportasi memiliki keterkaitan erat dengan ekonomi, sehingga permasalahan
transportasi dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan ekonomi, khususnya
teori permintaan . Menurut Soesilo (1997) di dalam menghitung manfaat transportasi,
maka pendekatan ekonomi yang biasa digunakan adalah metodologi surplus konsumen
atau teori permintaan konsumen. Sedangkan metode surplus produsen biasanya
digundakan untuk memperkirakan akibat tidak langsung dari proyek.
Misalnya dengan adanya pelabuhan, maka ada dua akibat yang dirasakan
pertama yaitu biaya pengiriman output dari daerah produsen ke pasaran diharapkan
menurun dan nilai output didaerah produsen tersebut meningkat. Kedua, biaya untuk
pengadaan input menurun, sebagai akibat dari dua hal tersebut, maka diharapkan nilai
tambah terbentuk dari kegiatan produksi tersebut meningkat. Dalam prakteknya
pendekatan ini sangat sulit dilakukan.
Namun secara teori ekonomi, permintaan dan penawaran adalah kekuatan yang
membuat ekonomi bekerja dengan baik. Tempat pertemuan permintaan dan penawaran
adalah pasar. Permintaan dan penawaran menentukan jumlah barang yang dihasilkan
dan harga jual dari barang tersebut. Permintaan terhadap prasarana transportasi
tercermin dari sejumlah orang yang memilih sarana pelabuhan dengan syarat kondisi
tertentu, seperti kualitas pelayanan dan jumlah angkutan. Memahami permintaan
transportasi sangatlah penting untuk me-manage pemerintah terhadap sarana dan
prasarana transportasi.
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai
tingkat harga selama periode waktu tertentu. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan suatu barang yaitu :
1. Harga barang itu sendiri.
2. Harga barang yang terkait.
3. Tingkat pendapatan per kapita.
4. Selera atau kebiasaan.
5. Jumlah penduduk.
6. Perkiraan harga dimasa mendatang.
7. Distribusi pendapatan.
8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.
9. Pada perekonomian moderen, bujukan para penjual untuk membeli barang.
Permintaan berkaitan dengan jumlah permintaa. Jumlah permintaan adalah
jumlah barang yang rela dan mampu dibayar oleh konsumen. Permintaan berhubungan
negatif dengan penawaran. Penawaran transportasi yang disediakan harus mampu
melayani permintaan yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas barang dan
penumpang, tetapi kapasitas dari alat-alat transportasi yang tersedia tersebut harus
dimanfaatkan secara maksimum dengan penerapan metode konsolidasi lalu lintas yang
tepat.
Karena transportasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan,
maka fasilitas transportasi dapat dibangun mendahului, dengan harapan bahwa jasa
angkutan tersebut akan menciptakan permintaanya sendiri. Meskipun kondisi untuk
strategi penawaran tersebut tidak selamanya tepat. Penggunaan fasilitas transportasi
untuk pembangunan utamanya terlaksanakan sebagai langkah untuk mengatasi
persoalan daerah-daerah yang terbelakang atau untuk membuka daerah perbatasan.
D. Konsep Pengembangan Wilayah
Dalam sejarah perkembangannya, bongkar pasang konsep pengembangan
wilayah di Indonesia terdapat beberapa landasan teori yang turut mewarnai
keberadaannya. Pertama adalah Walter Isard sebagai seorang pelopor ilmu wilayah
yang mengkaji terjadinya hubungan sebab dan akibat dari faktor-faktor utama
pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial ekonomi, dan budaya.
Kedua adalah Hirschmann (era 1950 an) yang memunculkan teori polarization
effect dan trickling down effect dengan argumentasi bahwa perkembangan suatu
wilayah tidak terjadi secara bersamaan (unbalanced development).
Ketiga adalah Myrdal (era 1950 an) dengan teori yang menjelaskan hubungan
antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash
effect dan spreadwash effect.
Keempat adalah Freadmann (era 1960 an) yang lebih menekankan pada
pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan yang
kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan. Kelima adalah Douglass (era 70
an) yang memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa-kota (rural-urban linkages)
dalam pengembangan wilayah.
Keberadaan landasan teori dan konsep pengembangan wilayah di atas
kemudian diperkaya dengan gagasan-gagasan yang lahir dari pemikiran putra-putra
bangsa. Diantaranya adalah Sutami (era 1970 an) dengan gagasan bahwa
pembangunan infrastruktur yang intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi
sumberdaya alam akan mampu mempercepat pengembangan wilayah. Poernomosidhi
(era transisi) memberikan kontribusi lahirnya konsep hiriarki kota-kota dan hikarki
prasarana jalan melalui orde kota. Selanjutnya adalah Ruslan Diwiryo (era 1980 an)
yang memperkenalkan konsep pola dan struktur ruang yang bahkan menjadi inspirasi
utama bagi lahirnya undang-undang No 24/1992 tentang penataan ruang. Pada periode
80an, lahir Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan (SNPP) sebagai upaya untuk
mewujudkan sistem kota nasional yang efiseien dalan konteks pengembangan wilayah
nasional.
Ada beberapa teori dalam pembangunan daerah yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson yang
menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah
(Arsyad, 1999). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-
industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku
untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job
creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai
sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor
yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2000).
Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan
perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang
terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan populer adalah
teori basis ekonomi (economic base theory). Menurut Glasson (1990), konsep dasar
basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:
a. Sektor-sektor Basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan
jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas
masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar
perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
b. Sektor-sektor Bukan Basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang
yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas
perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor
barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah
bersifat lokal.
Secara implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi dua
sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat di mana keduanya kemudian menjadi
pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi. Bertambahnya kegiatan basis di suatu
daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan
sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya
akan menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya
kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan
basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang
bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak
utama.
2. Teori tempat sentral
Teori tempat sentral menganggap bahwa ada hirarki tempat dimana setiap
tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat lebih kecil yang menyediakan
sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu
pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.
Teori tempat sentral memperlihatkan bagaimana pola-pola lahan dari industri yang
berbeda-beda terpadu membentuk suatu sistem regional kota-kota (Supomo, 2000).
Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah,
baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Misalnya, perlunya melakukan
pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa
daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan daerah lainnya hanya sebagai
wilayah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu
masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi
daerah.
3. Teori interaksi spasial
Merupakan arus gerak yang terjadi antara pusat-pusat pelayanan baik berupa
barang, penduduk, uang maupun yang lainnya. Untuk itu perlu adanya hubungan antar
daerah satu dengan yang lain karena dengan adanya interaksi antar wilayah maka
suatu daerah akan saling melengkapi dan bekerja sama untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonominya.
Dalam teori ini didasarkan pada teori gravitasi, di mana dijelaskan bahwa
interaksi antar dua daerah merupakan perbandingan terbalik antara besarnya wilayah
yang bersangkutan dengan jarak keduanya. Di mana wilayah diukur dengan jumlah
penduduk. Model interaksi spasial ini mempunyai kegunaan untuk:
a. Menganalisa gerakan antar aktivitas dan kekuatan pusat dalam suatu daerah.
b. Memperkirakan pengaruh yang ada dan ditetapkannya lokasi pusat pertumbuhan
terhadap daerah sekitarnya.
Interaksi antar kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat lain
sebagai produsen dan konsumen serta barang-barang yang diperlukan menunjukkan
adanya gerakan. Produsen suatu barang pada umumnya terletak pada tempat tertentu
dalam ruang geografis, sedangkan para langganannya tersebar dengan berbagai jarak
di sekitar produsen.
E. Stategi Pengembangan
Srategi adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Perusahaan sebagaimana diuraikan diatas telah memiliki tujuan-tujuan,
tetapi strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dapat berbeda. Jadi
strategi dibuat berdasarkan suatu tujuan yang telah disusun sebelumnya. ( Maringan
Masry , 76 : 2003 ).
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategi yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor
itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan
threats).
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam
gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan
(strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah
bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman
(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
F. Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan tesis ini adalah
penelitian yang dilakukan Priyambodo ( 2006 ), menulis jurnal dengan judul “ Strategi
Penguatan Pelabuhan Tanjung Wangi”. Pelabuhan tanjung wangi memiliki luas secara
keseluruhan adalah 1.959.000.M2 . Pelabuhan tanjung wangi memiliki tiga dermaga
yaitu dermaga umum, dermaga khusus dan dermaga untuk kepetingan sendiri dengan
bobot tampungan 33.000 gross. Semenjak adanya tragedi semburan lumpur
PT.Lapindo sidoarjo, posisi dan peran pelabuhan tanjung wangi mulai diperhitungkan
untuk dioptimalkan sebagai home base distribusi barang dan jasa selain pelabuhan
antara tanjung perak Surabaya. Untuk mendukung kelancaran distribusi barang dan
jasa maka pelabuhan tanjung wangi disusunkan strategi agar mampu menghandel
distribusi dan bongkar muat barang dan jasa dari daerah selatan dan timur Surabaya.
Untuk itu berdasarkan hasil analisis SWOT pada matriks IE posisi kekuatan dan
peluang yang dimiliki dengan strategi menekan waktu bongkar muat menjadi secepat
mungkin, mengantisipasi perubahan kebijakan peraturan kepelabuhanan, dan
meremajakan peralatan bongkar muat dan merevitalisasi teknologinya berada pada
posisi sedang atau rata-rata yang artinya cukup bagus dan mampu menghilangkan
kelemahan dan ancaman yang dimiliki.
G. Kerangka Konseptual
Pada bagian ini akan diuraikan tahapan pelaksanaan penelitian dari awal berupa
Identifikasi masalah, strategis pengembangan hingga kesimpulan dan saran. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data sekunder yang dibuat
instansi terkait untuk data-data pelabuhan,gudang dan peralatan bongkar muat
pelabuhan, serta komoditas perdagangan. Selain data sekunder akan digunakan pula
data primer, dari hasil wawancara langsung dengan pihak pelabuhan dan pedagang
yang memanfaatakn pelabuhan Murhum dalam mendistribusikan barang dagangannya.
Dalam penjelasannya pelabuhan merupakan salah satu pintu gerbang masuknya
komoditi perdagangan dari wilayah kepulauan sekitar pelabuhan tersebut. Pelabuhan
Murhum merupakan transportasi utama dalam wilayah kota Baubau, yang dapat
menghubungkan dengan wilayah lainnya. Komoditas-komoditas kebutuhan yang tidak
ada diwilayah Baubau dapat dikirimkan melalui pelayaran dari wilayah lain dan kapal
akan singgah dipelabuhan untuk bongkar dan memuat kembali. Pada dasarnya
kebutuhan manusia adalah tidak tak terbatas oleh karena itu bongkar muat dipelabuhan
akan tumbuh sesuai permintaan masyarakat. Bongkar muat yang tumbuh terus
menerus haruslah ditunjang gudang pelabuhan. Gudang pelabuhan disediakan untuk
menampung barang dipelabuhan dalam jangka waktu tertentu. Jika gudang palabuhan
tidak ada atau tidak dapat mencukupi maka akan terjadi kekurangan. Untuk mengatasi
masalah yang timbul maka dibutuhkan bangunan gudang baru. Seperti yang
diterangkan diatas bahwa gudang terbagi atas beberapa jenis sesuai kebutuhan
barang. Gudang yang dimaksudkan adalah gudang tertutup yang dapat melindungi
barang dari panas dan hujan. Untuk itu dibutuhkan strategi dalam pengembangan
pelabuhan Murhum dimasa yang akan datang.
Gambar 1. Kerangka Konseptual
WILAYAH
PELABUHAN
ARUS BARANG - Perdagangan - Bongkar Muat
KECUKUPAN GUDANG
SURPLUS / SHORTAGE
STRATEGI PENGEMBANGAN
H. Definisi Operasional
1. Waktu tinggal barang adalah jangka waktu barang berada digudang pelabuhan
dari saat bongkar sampai barang dimuat atau diangkut ke gudang pemiliki
barang.
2. Banyak tumpukan adalah jumlah barang yang disusun dalam gudang, rata-rata
pengepakan barang adalah 2 x 8 m untuk barang potongan, atau 8 x 12 m untuk
barang hasil pertanian.
3. Volume ruang yang hilang adalah ruang kosong sebagai jarak tumpukan barang
yang satu dengan yang lain untuk mempermudah pemindahan dan
pengangkutan barang.
4. Ruang kebutuhan barang adalah luas ruangan yang terpakai untuk meletakan
barang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif kualitatif, yang mengidentifikasi
masalah dengan alat ukur analisis dan observasi lapangan. Hasil analisis akan
disesuaikan dengan lokasi pengamatan. Untuk memudahkan penyampaian informasi
hasil analisis angka akan dituliskan dalam tabel, diagram dan rancangan
pengembangan.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Bagi Sulawesi Tenggara, pelabuhan Murhum Baubau merupakan salah satu
pintu perdagangan antara pulau, antar propinsi, dan ekspor impor. Dari sini kapal-kapal
niaga hasil bumi, diperdagangkan dan barang-barang dari luar Baubau didatangkan.
Pelabuhan Murhum merupakan satu diantara pelabuhan andalan dengan letak yang
strategis dibandingkan dengan pelabuhan lokal lainnya di Sulawesi Tenggara.
Berdasar pada uraian diatas, maka peneliti menetapakan :
Lokasi Penelitian : Pelabuhan Murhum Kota Bau-bau Waktu Penelitian : 1 bulan Observasi Lapangan 1 bulan Penulisan
C. Populasi dan Teknik Sampel
Populasi adalah data perdagangan dan bongkar muat dikota Baubau. Tekik
penarikan sampel yang digunakan untuk mengetahui kecukupan gudang adalah sampel
random. Untuk mengetahui kebutuhan jenis gudang, data dianalisis berdasarkan jenis
komoditi yang mendominasi volume pengiriman dan yang paling sering diperdagangkan
atau memiliki volume perdagangan yang muncul tiap tahun pada data statistik tahunan
kota Baubau ditahun 2008-2011. Untuk mengetahui angka proyeksi, sampel data yang
digunakan adalah perdagangan antar pulau tahun 2003 – 2011. Sedangkan sampel
data yang digunakan untuk analisis bongkar muat adalah tahun 2005-2011.
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang akan secara langsung diperoleh dilapangan
dengan teknik observasi dan wawancara. Teknik observasi digunakan untuk mengamati
langsung di pelabuhan tingkat aktivitas bongkar muat barang khusus untuk
mempertimbangkan keakuratan data yang diambil. Teknik wawancara digunakan untuk
memperoleh informasi lebih rinci tentang arus barang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang akan diambil dari kantor pelabuhan, badan
pusat statistik (BPS) kota Bau-bau dan badan pendapatan daerah (BAPEDA) setempat.
Data yang akan dibutukan yaitu jenis dan volume barang, data bongkar dan muat
barang, data perdagangan antar pulau.
Komoditas yang dibongkar dan dimuat di pelabuhan Murhum sangat beragam
dan tidak semua komoditas tersebut setiap tahunnya ada dan diangkut melalui
pelabuhan tersebut. Pada penelitian ini, komoditas yang diperkirakan akan melalui
pelabuhan Murhum dimasa mendatang adalah komoditas-komoditas dominan dan
setiap tahun, sementara komoditas lainnya yang tidak terus menerus digeneralisasi ke
jenis komoditi lain-lain.
2. Klasifikasi data berdasarkan jenis datanya
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data ramalan yang dipaparkan dalam bentuk angka-
angka, akan disajikan pada bab empat sebagai hasil analisis dan sistematika jawaban
dari rumusan masalah pada Bab I : Pendahuluan.
b. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data hasil wawancara yang dideskriptifkan dan overlay
peta, dan rumusan strategi, sebagai penegas dari data kuantitatif yang telah diolah, dan
akan disajikan pada bab IV : Hasil Penelitian.
E. Metode dan Peralatan Analisis
1. Dalam mendukung hasil analisis data kecukupan gudang pelabuhan dalam
melayani perdagangan intrasulair, maka diproyeksikan angka pertumbuhan
perdagangan dan bongkar muat dengan menggunakan metode analisis Time
Series E.Hanke dalam John.W ( 2005 ). Metode ini digunakan untuk
mengetahui tingkat perdagangan dan bongkar muat ditahun 2011- 2035 dengan
tahun dasar analisis adalah 2003 – 2011.
Ŷt = a + bx
di mana:
Ŷt = Volume bongkar muat ke 2005-2011 dan
Volume perdagangan ke 2003-2011
a, b = Nilai kostanta a dan b
x = Periode tahun 2005-2011 dengan median adalah 0
Selanjutnya untuk memperoleh nilai kebutuhan arus barang akan luas gudang
akan dijumlahkan nilai proyeksi arus barang, waktu tinggal, banyak tumpukan,
volume ruang yang hilang, dan ruang pergerakan dalam gudang. Standar
perhitungan gudang yang digunakan diperoleh dari kantor pelabuhan Baubau
sesuai standar pembangunan gudang pelabuhan nasional (Tania Edna, seminar
akademik. 2007). Dengan asumsi tahun 365 hari dan satu hari 24 jam.
Dimana :
Waktu tinggal barang ( Dweling Time ) = 3 hari
Banyak tumpukan ( Stracking Height ) = 2 tumpukan
Volume ruang yang hilang jarak antar tumpukan
( Broken strowage of cargo ) = 40%
Ruang pergerakan masuk keluar kendaraan
( Strowage factor) = 29,0 m2
Ruang kebutuhan barang ( Through put ) = 10%
2. Untuk menentukan strategi pengembangan, maka dilakukan beberapa langkah
perhitungan :
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns
dalam Ivan Wirata ( 2008 ) menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas
adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak
sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak
lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik
pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.
T x Dt x Sf Luas gudang = 365 x Sthx ( 1-Bs )
Tabel. 1 : Matriks analisis SWOT
Faktor Internal dan Eksternal
Internal
Kekuatan (Strengths)
Internal
Kelemahan (Weaknesses)
Eksternal
Peluang (Opportunities)
Kekuatan-Peluang (S-O)
Strategi
Kelemahan-Peluang (W-O)
Strategi
Eksternal
Ancaman (Threats)
Kekuatan-Ancaman (S-T)
Stategi
Kelemahan-Ancaman (W-T)
Strategi
Sumber : Hisyam, 1998.
Keterangan :
- Strengths (Kekuatan) – Opportunities (Peluang)
Menggabungkan kekuatan dan peluang menjadi satu strategi untuk bisa
berkembang lebih cepat.
- Strengths (Kekuatan) – Threats (Ancaman)
Menggunakan kekuatan untuk mengendalikan ancaman, dan kemudian
merubah ancaman menjadi sebuah peluang.
- Weaknesses (Kelemahan) – Opportunities (Peluang)
Interaksi antara kelemahan dan peluang, dimana peluang yang dimiliki
sangat jelas namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang dimiliki
tidak mampu mengendalikannya.
- Weaknesses (Kelemahan) – Threats (Ancaman)
Kondisi yang paling lemah, karena pertemuan antara kelemahan dan
ancaman. Strategi yang diambil harus tepat sehingga tidak menjadi lebih para
dari yang dipikirkan, karena pemilihan strategi yang salah akan lebih buruk
dari yang diperkirakan.
Penentuan faktor internal dan eksternal dilakukan melalui hasil analisis,
pengamatan lapangan, penilaian atas faktor ini berdasarkan jawaban dari 25
responden. Di sini responden memberikan preferensi opini terhadap faktor-faktor
internal dan eksternal dari pertanyaan pada lembar kuesioner, pihak responden
diharapakan memberikan penilaian untuk saat ini dan perkiraan di masa
mendatang. Di sini responden diminta untuk menilai tingkat urgensi faktor
tersebut untuk dimanfaatkan dan ditangani. Perhitungan pembobotan dan rating
yang dilakukan berdasarkan ceklis pada kolom jawaban, misalnya yang
menjawab untuk pertanyaan 1 adalah 20 orang dan menceklis kolom 1 adalah 6
orang dan menceklis kolom 2 adalah 14 orang maka, (6 x 1) dan (2 x 14),
Pengukuran rating dilakukan dengan skala, yaitu 4 (sangat mempengaruhi)
untuk jumlah terbanyak < 35-40, Ranting 3 (berpengaruh) untuk jumlah jawaban
> 35-30, rating 2 (kurang berpengaruh) <30-25 dan rating 1 (tidak berpengaruh)
<25-0. Paling banyak jumlahnya diberi persentase 100%, sedangkan yang paling
kecil diberi persentase 0. Kelompok internal memiliki jumlah persentase 100%
dan kelompok eksternal memiliki jumlah persentase 100%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Pelabuhan Murhum adalah pelabuhan kelas satu yang dikelola pemerintah kota
Baubau Sulawesi Tenggara. Dengan posisi tepat dikaki pulau Sulawesi, pelabuhan
Murhum memiliki letak yang strategi untuk menghubungkan Indonesia Timur dan
Indonesia bagian Barat. Pelabuhan Murhum telah ada sejak abad 15 sebelum masehi,
para pedagang arab dan pedagang india akan singgah ke pelabuhan Murhum untuk
mengisi bahan makanan sebelum melanjutkan perjalanan ke wilayah maluku dan
lainnya.
Pelabuhan Murhum memiliki kedalaman ± 8-17 m, dengan pasang surut terendah
8 m. Luas dermaga lama adalah 180 x 12 m, dengan lantai beton dan tiang pancang,
untuk luas dermaga baru adalah 120 x 15 m. Keamanan pelabuahan dipercayakan
pada KP3 ( kesatuan penjagaan pantai dan pelabuhan), KPLP ( kesatuan penjagaan
laut dan pantai) dan satpam. Wilayah kerja pelabuhan murhum meliputi seluruh
pelabuhan yang ada dikota Baubau ( pelabuhan ferry, pelabuhan batu, pelabuhan
pertamina), pelabuhan yang ada di Kabupaten Buton ( pelabuhan pasar wajo,
pelabuhan talaga di lasalimu) dan pelabuhan yang berada di Kabupaten Wakatobi
(pelabuhan wanci, pelabuhan kaledupa dan pelabuhan tomia).
Ukuran kapal yang masuk dipelabuhan ± 100 m- 600 m, dengan jenis kapal
penumpang PELNI, fery, kapal motor dan kapal cargo. Seluruh kapal barang yang
bongkar dan muat dipelabuhan, dikelola oleh pihak perusahaan swasta. Perusahaan
ekspedisi bekerjasama dengan perusahaan perkapalan, namun ada beberapa toko
besar seperti toko bandung dan toko surabaya yang memiliki armada sendiri untuk
mengangkut barang. Perusahaan cargo yang masuk diBaubau adalah PT.SPILL dan
PT.Mentari Perkasa.
Gambar
2. Sketsa wilayah kerja pelabuhan Murhum kota Baubau.
Jalur lalu lintas pelabuhan, difokuskan pada satu pintu gerbang yang dibagi
menjadi dua arus masuk dan keluar. Kendaraan didukung fasilitas lahan parkir ±2.200
m2 tepat didepan kantor pelabuhan, dengan biaya parkir Rp.500.- untuk kendaaraan
roda dua, Rp.1.000.- untuk kendaraan roda empat dan untuk perorangan akan
dikenakan Rp.1.000.- biaya masuk ruang tunggu . Dibandingkan dengan biaya masuk
pelabuhan Sukarno-Hatta Kendari, biaya masuk pelabuhan Murhum relatif lebih murah.
Untuk masuk ke pelabuhan kendari akan dikenakan biaya sebesar, Rp. 7.000.- per
penumpang, Rp. 4.000.- per orang dan kendaraan sebesar Rp. 10.000.-
Lahan parkir pelabuhan Murhum saat ini, belum memadai untuk melayani tingkat
lalu lintas kendaraan pengguna pelabuhan kota Baubau. Masalah ini tidak dirasakan
jika penumpang dalam kapasitas minimum, namun jika keadaan arus pelabuhan tepat
diwaktu padat seperti mudik lebaran dan acara besar, maka lokasi pelabuhan akan
berada pada kepadatan maksimum dan keterbatasan ruang gerak.
Tabel 2 : Perusahaan Swasta Angkutan Barang, dan Ukuran Kapal
No Nama Perusahaan Ukuran Kapal
Panjang Kapal Daya Muat (DWT)
1.
2.
3.
4.
PT.PELNI
PT.ARMADA MANDIRI
PT.ASL
PT.ASDP
146,50 – 146,90
20, 49 – 50,70
22,95 – 26,72
29,0 - 32,5
3.400 – 5412 ton
1,79- 218 ton
1,56 – 2,55 ton
223 – 408 ton
Sumber Data : Kantor Pelabuhan , Juli 2012.
Saat ini pengelolaan pelabuhan dipercayakan kepada pemerintah, sehingga
dana yang masuk dari pelabuhan langsung diarahkan ke kas negara. Pihak kantor
pelabuhan tidak dapat mengambil kebijakan untuk pembangunan fasilitas, tanpa
persetujuan dari pemerintah pusat. Pelabuhan Baubau saat ini belum maksimal dalam
pengelolaannya terhadap fasilitas dan pelayanan barang atas bongkar-muat barang.
Dalam usaha meningkatkan fasilitas pelabuhan dan pelayanan terhadap angkutan
barang, pihak pengelola pelabuhan dan pemerintah daerah merencanakan untuk
memberikan kewenangan pengelolaan pelabuhan kepada pihak PT.Pelindo.
B. Kecukupan Gudang Pelabuhan Dalam Melayani Volume Barang Intrasulair.
1. Potensi arus barang sebagai permintaan terhadap gudang pelabuhan.
a. Perdagangan intrasulair hasil bumi dan laut.
Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Baubau (RTRWP) 2010, garis besar
kebijaksanaan pembangunannya meliputi pengembangan sektor utama yaitu pertanian,
industri, perhubungan, perkebunan, pertambangan dan pariwisata didukung
pengembangan pelabuhan pada khususnya dan pengembangan sistem transportasi
laut pada umumnya. Pengembangan pelabuhan menjadi prioritas kebijaksanaan
sektoral dalam rangka pengembangan wilayah diharapkan memberikan dampak pada
pertumbuhan volume perdagangan dikota Baubau.
Kegiatan perdagangan yang berlangsung di Kota Baubau mencakup
perdagangan berskala lokal dan regional. Komoditas yang diperdagangkan dalam skala
lokal mencakup kebutuhan barang primer, sekunder dan tersier atau campuran. Barang
potensial dari wilayah hinterland di kota Baubau yang diperdagangkan dalam skala
regional atau nasional bervariasi mulai dari hasil tangkapan ikan laut, perkebunan dan
lainnya.
Volume perdagangan antar pulau dari hasil bumi dan laut yang potensial dari
wilayah hinterland yang terakumulasi di Kota Baubau sebanyak 12.503,14 Ton dengan
nilai Rp 135.679.174.305.- perdagangan antar pulau hasil perikanan, dimana total
volume perdagangan pada tahun 2012 sebesar 4.664,137 ton dan 10.300 biji dengan
nilai sebesar Rp.47.589.969.341.- . Hasil perikanan terbesar yang diperdagangkan
adalah agar-agar dengan nilai sebesar Rp. 25.630.359.375.- dengan volume mencapai
2.733,905 ton kemudian Ikan Teri Biasa dengan nilai Rp. 2.792.700 dengan volume
279,27 Ton menyusul ikan teri masak dengan nilai sebesar 2.457.500 rupiah dengan
volume mencapai 122,875 ton. Sedangkan nilai hasil perikanan yang terkecil yaitu ikan
bobara dengan nilai 1.225 ribu rupiah dengan volume mencapai 0,49 ton
Tabel 3. Prediksi Volume & Nilai Perdagangan antar Pulau menurut Hasil Bumi &
Laut Dari Dalam Wilayah Hinterland Kota Baubau Tahun 2012 :
Hasil Bumi & Laut Satuan Volume Nilai (Rp.)
Tanaman Pangan Ton 11 25.666.000
Perkebunan Ton 3.419,61 27.467.480.000
Peternakan Ton 2 10.000.000
Perikanan Ton 3.592,62 37.062.941.000
Hasil Hutan Ton 704,07 2.455.126.000
Industri Buah 9.537 1.179.238.000
Lainnya - - -
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kota Baubau (2012), Kota Baubau dalam Angka 2012.
Sedangkan volume perdagangan dari hasil perkebunan pada tahun 2011
mencapai 7.474,882 ton dengan nilai 46.309.663.964 rupiah, komoditas hasil
perkebunan yang paling menonjol pada tahun 2012 adalah kopra dan mete
gelondongan yang mencapai masing-masing 5.179,444 ton dan 1.430,145 ton,dengan
masing - masing nilai sebesar 17.869.081.800 dan 11.097.925.200, Sementara itu,
komoditi tanaman dengan nilai perdagangan terkecil yaitu asam dengan volume
mencapai 0,4 ton dengan nilai 4.800.000 rupiah.
Komoditi hasil pertanian, tanaman pangan yang memiliki volume terbesar antara
lain jagung dan bawang merah dengan volume perdagangan fluktuatif. Pada tahun
2008 volume perdagangan jagung adalah 24 ton dan ditahun 2009 turun menjadi 18,30
ton kemudian naik kembali 22,40 ton ditahun 2010. Memasuki angka tahun 2011 tidak
ada volume perdagangan jagung, hal ini dipengaruhi rendahnya hasil panen karena
rendahnya tingkat hujan yang mengguyur kota Baubau sepanjang tahun 2011.
Tabel 4. Volume perdagangan hasil bumi dan laut berdasarkan komoditi dari dalam
wilayah hinterland kota Baubau, tahun 2012.
Jenis Komoditi
Tahun
2008 2009 2010 2011
(ton) (ton) (ton) (ton)
Tanaman Pangan
Jagung 24,00 18,30 22,40 -
Bawang Merah 7,50 2,00 2,00 -
Gaplek - - - 11,00
Perkebunan
Kopra 3,958.92 5,179.44 3,122.63 3,368.05
Kacang Mete 12.74 14.30 59.00 216.64
Peternakan
Kulit Ternak 9.40 3.34 10.35 20.00
Perikanan
Agar-agar 2,697.25 2,733.95 2,095.43 2,018.70
Teri Masak 181.07 122.88 74.24 343.74
Kehutanan
Kayu rimba gergajian 53.76 - 92,00 -
Rotan Batang 505.955 - 254.36 453.65
Industri
Bantal Kapuk 580 buah 623 buah 1.820 buah 892 buah
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kota Baubau (2012), Kota Baubau dalam
Angka 2012
Komoditi hasil tanaman pangan lain yang diperdagangkan adalah bawang
merah. Tahun 2008 merupakan angka volume perdagangan terbesar 7,70 ton dan
ditahun 2009 dan 2010 turun menjadi 2,00 ton. Namun ditahun berikutnya untuk
mengalihkan produksi selama masa kekeringan masyarakat mengalihkan produksi
tanaman pangan ke ubi jalar, ini terlihat pada tahun 2011 jenis komoditi yang
diperdagangkan bukan lagi jagung dan bawang merah melainkan Gaplek dengan
volume perdagangan sebesar 11 ton.
Sesuai dengan peruntukan, kota Baubau memiliki lahan sawah seluas 1.157 Ha,
pekarangan (1.665 Ha), tegal atau kebun (3.714 Ha), ladang atau huma (1.303 Ha),
padang rumput (463 Ha), hutan negara (9..575 Ha), perkebunann (1.95760 Ha), rawa
(37 Ha), tambak (71 Ha), kolam tebet atau empang (71 Ha), dan lahan lainnya (9805
Ha). Terdapat dua wilayah kecamatan yang masih mengadalkan potensi di bidang
perkebunan, yaitu kecamatan Bungi dan Sorawoli dengan hasil bumi pala, jambu
mente, coklat, enau, asam jawa dan pinang. Sementara hewan ternak besar adalah
sapi , kambing , dan babi. Sedangkan untuk ternak unggas, terdiri dari ayam kampung,
ayam ras dan itik atau bebek.
Volume perdagangan terbanyak dan konsisten perdagangannya untuk
perkebunan sepanjang tahun adalah kopra walaupun volume perdagangannya naik
turun. Pada tahun 2008 volume perdagangan kopra adalah 3,958.92 ton dan naik
5,179.44 ton tahun 2009, memasuki angka tahun 2010 volume kopra turun 3,122.63 ton
dan 3,368.05 ton ditahun 2011. Selain kopra hasil kebun andalan yang dikembangkan
dikota Baubau adalah jambu mete, dengan volume perdagangan 12,74 ton ditahun
2008, kemudian mengalami pertumbuhan negatif sebesar 14,30 ton ditahun 2009.
Pada tahun 2010 volume perdagangan naik kembali menjadi 59,00 ton dan 216,64 ton
di tahun 2011. Sama halnya untuk hasil bumi peternakan, yang diperdagangankan
sepanjang tahun adalah kulit ternak dimana volume perdagangannya mengalami
pertumbuhan terus menerus dari tahun 2008 hingga 2011, walapun sempat mengalami
pertumbuhan negatif ditahun 2009 dari 9,40 ton menjadi 3,34 ton dan naik kembali
ditahun 2010 menjadi 10,35 ton dan 20,00 ton ditahun 2011.
Meskipun secara kewilayahan, Kota Baubau hanya memiliki wilayah lautan
seluas 200 mil, namun potensi perikanan yang berasal dari daerah sekitarnya
(khususnya kabupaten Buton) terakumulasi di kota ini. Berbagai produksi perikanannya
adalah ikan pelagis besar (tuna, cakalang), pelagis kecil (julung – julung, layang,
kembung), demersal (sunu, kerapu, kakap, boronang, ekor kuning, lobter, pari, dan lain
– lain), serta hasil lainnya seperti cumi – cumi pulpen, teripang, kerang – kerang (biota
laut), benur, Eucheuma, Spinosum, dan sebagainya.
Potensi tersebut didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti
pabrik karagenan rumput laut, pelabuhan laut, serta aksesibilitas dan pelabuhan udara.
Dengan garis pantai sepanjang ± 42 Km, Kota Baubau berpotensi menjadi penghasil
rumput laut. Disamping itu, wilayah sekitarnya yaitu perairan kabupaten Muna, Buton,
Buton Utara, dan Bombana juga memiliki potensi sangat besar sebagai produsen
berbagai jenis rumput laut. Bahkan, berdasarkan potensi yang dimiliki, sejak tahun 2005
propinsi Sulawesi Tenggara telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Regional
Sulawesi (BKPRS), dimana Kota Baubau sebagai outlet utama pengembangan
komoditi rumput laut.
Wilayah pengembangan budidaya rumput laut di kota Baubau tersebar pada
berbagai kelurahan yang terletak di daerah pesisir, yaitu kelurahan Palabusa, Kalia–lia,
Kolese dan Lowu – Lowu (kecamatan Bungi), kelurahan Lakologou, Waruruma,
Sukanaeyo, dan Liwuto (kecamatan Kokalukuna), kelurahan Lakologou, Waruruma,
Sukanaeyo, dan Liwuto (kecamatan Kokalukuna), kelurahan Naganganaumala,
Wameo, Tarafu, dan Bone - Bone (kecamatan Murhun), serta kelurahan Katobengke,
Lipu, dan Sulaa (kecamatan Betoambari).
Jenis rumput laut yang dikembangkan terbatas pada Eucheuma Cottoni dan
Eucheuma Spinosum. Pelaksanaan budidaya masih dilakukan secara tradisional, yaitu
penyebaran bibit pada bentangan tali pada permukaan air dengan menggunakan rakit
apung yang terbuat dari bambu, dengan masa pemeliharaan hingga panen bekisar 40 –
45 hari. Perkembangan produksi rumput laut dalam tiga tahun terakhir cenderung
mengalami peningkatan. Sementara itu komoditi rumput laut memberikan sumbangan
terbesar dibandingkan 66 komoditi subsektor perikanan lainnya, dengan volume
perdagangan ditahun 2008 sebesar 2.697, 25 ton dan 2.733.95 ditahun 2009.
Kemudian turun 2.095,43 tahun 2010 dan 2.018,70 ditahun 2011 dan kemudian diikuti
teri masak dengan volume perdagangan ditahun 2008 sebesar 181.07 ton, 2009
sebesar 122.88 ton dan 74,24 ditahun 2010. Volume perdagangan terbanyak
dibandingkan tahun sebelumnya terjadi pada tahun 2011 dengan volume perdagangan
343.74 ton.
Meskipun peranannya masih belum begitu dominan dalam perekonomian
daerah, namun melihat potensi posisi kota Baubau yang strategis, kegiatan industri
memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Jenis industri yang dominan
yaitu industri pengolahan makanan dan minuman, pengolahan hasil perikanan (
pembekuan ikan dan pengalengan), industri pengolahan hasil perkebunan dan
kehutanan (penggergajian, meubel, dan gembol). Namun, untuk sementara jenis
perdagangan yang memiliki nilai perdagangan terbanyak dan konsisten
perdagangannya sepanjang angka tahun adalah industri bantal kapuk. Volume
perdagangan bantal kapuk mengalami pertumbuhan ditahun 2008, 2009 dan 2010 dan
mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2011 dengan masing-masing volume
pertumbuhan 580 buah, 623 buah, 1.820 buah dan 892 buah.
b. Ramalan tingkat perdagangan intrasulair hasil bumi dan laut dari
dalam wilayah hinterland kota Baubau.
Proyeksi tingkat perdagangan antar pulau menggunakan data perdagangan
2003 – 2011 ( BPS : kota Babau dalam angka, 2012), menunjukan tingkat perdagangan
hasil perikanan dan perkebunan mendominasi volume perdagangan antar pulau, diikuti
perikanan, tanaman pangan, kehutanan, peternakan dan industri. Berdasarkan pada
hasill analisis, komoditi perikanan dan industri ditahun 2012 mengalami pertumbuhan
dibawah volume pertumbuhan tahun 2011.
Tabel 5. Proyeksi perdagangan antar pulau lima tahunan hasil bumi dan laut dari
dalam wilayah hinterland kota Baubau.
Jenis Komoditi Tahun
2015 2020 2025 2030 2035
Tanaman pangan 854.00 1,221.82 1,589.64 1,957.46 2,325.28
Perkebunan 15,838.62 20,612.44 25,386.25 30,160.07 34,933.88
Peternakan 108.87 148.72 188.57 228.42 268.27
Perikanan 14,087.48 18,633.16 23,178.83 27,724.51 32,270.18
Kehutanan 1,518.97 2,034.85 2,550.72 3,066.60 3,582.47
Industri 6,003.10 8,643.55 11,284.00 13,924.45 16,564.90
Perdagangan 38,411.05 51,294.53 64,178.02 77,061.50 89,944.99
Proyeksi volume perdagangan hasil industri diBaubau sangat rendah
dibandingkan dengan komoditi Perkebunan, terutama industri makanan. Hal ini
disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat Baubau yang masih teralokasi pada
makanan hasil kebun. Menu sarapan pagi dengan ubi rebus, ikan parede dan sambal
goreng, lebih diminati dibandingkan sarapan dengan roti atau makanan kecil lainnya.
Perbandingan pola konsumsi masyarakat perkotaan, sangat berbanding terbalik
dengan penduduk Baubau, sehingga bisa dikatakan bahwa makanan hasil industri tidak
berkembang pesat volume perdagangannya dipengaruhi selera masyarakat.
Untuk hasil Industri otomotif, volume perdagangan didominasi kendaraan
bermotor. Kendaraan roda empat merupakan pilihan untuk para pelaku usaha,
sedangkan penduduk lainnya memilih kendaraan roda dua. Faktor jarak antara satu
desa dan desa lainnya yang cukup jauh serta keadaan wilayah yang sebagaian besar
adalah pegunungan adalah faktor utama.
Gambar 2. Proyeksi volume perdagangan jenis komoditi hasil industri potensial dari
wilayah hinterland kota Baubau 2012-2035
( dalam ton ).
Sepanjang angka tahun, data industri terjadi pertumbuhan yang signifikan dalam
angka proyeksi. Dapat dilihat pada hasil proyeksi table 5, terjadi pergerakan yang
6,003.10
8,643.55
11,284.00
13,924.45
16,564.90
2015 2020 2025 2030 2035
Industri
konsisten untuk jangka waktu lima tahun dengan rata-rata trend pertumbuhan 2,94%
per tahun. Ditahun 2012, volume industri tumbuh sebesar 1,65% dari tahun 2011, dan
terus tumbuh hingga mencapai pertumbuhan 6,19% ditahun 2035.
Pengembangan pelabuhan dimasa yang akan datang diharapkan mampu
menunjang industri rumah tangga menjadi industri pabrik. Berdasarkan hasil proyeksi
saat ini, volume industri mengalami pertumbuhan dengan ditambahnya fasilitas
pelabuhan atau penggudangan memudahkan masuknya hasil industri melalui
pelabuhan. Nilai volume perdagangan komoditi industri masa datang dipengaruhi
tumbuhanya industri rumah tangga. Semakin banyaknya pilihan hasil industri makanan
yang beragam dapat mengubah pola konsumsi masyarakat dan barang yang masuk
akan menambah bahan baku untuk industri. Perubahan pola industri, memungkinkan
bertambahnya penawaran hasil industri kepasaran oleh produsen ke konsumen.
Dengan hal demikian, artinya permintaan akan meningkat dan volume perdagangan
hasil industri kota Baubau akan tumbuh pada masa yang akan datang dan
membutuhkan fasilitas gudang yang memadai untuk menampun barang yang masuk.
Dominasi tingkat perdagangan hasil perkebunan dimasyarakat Baubau dalam
tahun-tahun kedepan akan terus bertahan, dan mendominasi volume komoditi industri.
Mengingat sebagian besar kehidupaan masyarat di daerah ini bertumpu pada sektor
tersebut serta besarnya pangsa kontribusi perkebunan melebihi 40% dalam
pembentukan PDRB (Statistik, 2012). Diramalkan bahwa perdagangan komoditi
perkebunan akan tetap mendominasi pangsa pasar setelah komoditi perikanan, di kota
Baubau sampai tahun 2030, sama halnya dengan komoditi industri dimana terjadi
pertumbuhan volume perdagangan sampai 2035.
Nilai rata-rata pertumbuhan 22,044.58 ton per tahun memberikan pengaruh pada
hasil proyeksi yang linear untuk komoditi perkebunan, dengan menunjukan trend garis
naik. Tahun 2012, volume perkebunan adalah 12,974, 34 ton tahun 2020 naik 3,18% ,
dan terus tumbuh sampai tahun 2035 dengan volume proyeksi adalah 34,933.88 ton.
Dampak negatif, yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan komoditi perkebunan
adalah pengalihan fungsi lahan perkebunan ke lahan kehutanan. Masyarakat
berpendapat hasil hutan mengalami penambahan nilai jual tiap tahunnya dan tidak
membutuhkan tenaga ekstra dalam perawatan. Komoditi perkebuanan jambu mete
yang merupakan komoditi andalan, tidak dilakukan regenerasi tanam, umur tua jambu
mete belum digantikan dengan tanaman jambu mete umur muda. Kurangnya
pengetahuan berkebun adalah faktor utama turunnya hasil perkebunan. Volume
perkebunan tumbuh diBaubau dipengaruhi masuknya transmigrasi penduduk bali.
Penduduk Baubau saat ini mulai diperkenalkan cara berkebun yang baik oleh penduduk
transmigrasi, dan diharapkan pada masa panen berikutnya akan terjadi pertumbuhan
jumlah panen sehingga garis perdagangan perkebunan berada pada trend
pertumbuhan positif..
Salah satu yang menarik dari kontribusi perkebunan adalah hal penyediaan
lapangan pekerjaan. Khususnya bagi sebagian besar sumberdaya manusia yang
berada di kawasan pedesaan dan sekitarnya, karena terkait langsung dengan domisili
lahan-lahan kosong. Pada umumnya masyarakat dengan pendapatan bersumber dari
perkebunan berada di Kecamatan Kale-lea, Kokalukuna dan Kabupaten Buton. Mata
pencaharian perkebunan ini menjadi warisan kepada anak dan cucu pemilik lahan,
sehingga tidak ada pembaharuan pada sistem pengelolaan lahan kebun. Fakta ini
dapat dianalisis dari hasil proyeksi perdagangan berdasarakan jenis komoditi, dimana
volume perdagangan hasil kebun tumbuh linear sepanjang angka tahun sebelumnya
sampai tahun 2030, pada table 5.
Angka pertumbuhan volume perdagangan ditunjukan pula oleh jenis komoditi
kehutanan dan peternakan. Tahun 2015 komoditi kehutanan naik 2.38 % dari tahun
2014, pertumbuhan terus terjadi sampai tahun 2020, sebesar 2,034.85 ton. Tahun 2021
volume perdagangan komoditi kehutanan melejit naik, dengan rata-rata pertumbuhan
3.03% per tahun, sampai tahun 2035. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh tingkat
keinginan masyarakat untuk mengelola hasil hutan menjadi barang setengah jadi dan
barang jadi.
Gambar 3. Proyeksi volume perdagangan jenis komoditi hasil kehutanan dari
dalam wilayah hinterland kota Baubau 2012-2035 ( dalam ton ).
.
Pasarwajo kabupaten Buton, Betoambari dan Wolio saat ini telah banyak
dijumpai pengrajin kursi jati dan rotan. Peminat untuk hasil hutan ini sangat banyak,
apalagi kualitas dan model yang dihasilkan tidak kalah bersaing dengan perabotan
yang diimpor dari daerah lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap ekspor dan impor
bahan baku, dan mendorong naiknya volume perdagangan komoditi kehutanan.
Gambar 4 : Proyeksi volume perdagangan jenis komoditi hasil peternakan dari dalam wilayah hinterland kota Baubau 2012-2030 ( dalam ton ).
Volume perdagangan komoditi peternakan memiliki kesamaan dengan komoditi
kehutanan, yaitu mengalami pertumbuhan drastis 8.87 ton ditahun 2015 dan naik 2016
dengan volume 116,84 ton. Sebagai sektor penghasil pangan strategis, sektor
peternakan dan perikanan, bersama sektor pertanian lainnya, mengalami dua kondisi
berbeda yang agak ekstrim, yaitu mengalami kenaikan harga tajam dan mengalami
kejatuhan harga yang signifikan pada waktu-waktu tertentu. Volume perdagangan
Nila
i Pe
rtu
mb
uh
an
Tahun
komoditi peternakan mengalami pertumbuhan positif dengan angka ramalan
perdagangan sebesar 268.27 ton tahun 2035.
Peternakan rakyat sering kita jumpai, dikawasan Liabuku kecamatan Kalea-lea
dan Bungi kecamatan bungi, dikelola oleh transmigrasi dari Jawa dan Bali. Untuk
masyarakat asli kota Baubau, tidak ada yang mengguluti bidang ini, faktor sumberdaya
dan pengalaman adalah alasan utama. Dengan keuletan dan pegalaman yang
diaplikasikan oleh transmigran, memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan
volume komoditi peternakan namun dengan melihat volume perdagangan komoditi
lainnya komoditi peternakan merupakan salah satu komoditi perdagangan yang
mengalami perlambatan pertumbuhan. Dengan melihat pada kondisi kelangkaan
daging diIndonesia dan bergantung pada Impor, maka diharapkan lapangan usaha
peternakan di Baubau dapat ditingkatkan lagi produktifitasnya mengingat Baubau
merupakan salah satu kota yang lahan adminstratifnya adalah hutan.
Namun demikian, komoditi perdagangan tetap mengandalkan sektor transportasi
laut dan pelabuhannya. Pelabuhan adalah alternatif transportasi dua moda yang
menjanjikan efisiensi dan efektif untuk perdagangan hasil komoditi. Melalui pelabuhan,
hasil komoditi tanaman pangan, pertanian, perikanan, petenakan, kehutanan dan
industri dapat dipasarkan secara global dengan akses pemasaran yang lebih luas.
Hal demikian berpotensi meningkatkan arus barang, namun dengan fasilitas
penggudangan pelabuhan yang tidak mencukupi menyebabkan banyak pelaku
bermodal usaha makro yang melakukan Ekspor dan Impor hasil komoditi untuk skala
nasional. Penduduk Baubau pada umumnya hanya mengandalkan pemasaran untuk
perdagangan antar pulau skala kepulauan sulawesi dan skala keuntungan yang
diperoleh relatif kecil serta jauh dari skala ekonomi yang memungkinkan dari
pengembangan sistem pengelolaan sumber daya. Padahal angka perdagangan,
menunjukan pertumbuhan positif, dapat kita lihatpula untuk komoditi perikanan, yang
mengalami konsistensi dalam pertumbuhannya dengan rata-rata 19.996,86 ton
pertahun. Kondisi kelauatan yang potensial sangat membantu tumbunya volume
perdagangan antar pulau untuk komoditi perikanan. Ditahun 2015 berada pada posisi
14.087,48 dan terus tumbuh 32.270,18 ditahun 2035.
c. Bongkar muat di pelabuhan
Pelabuhan Murhum adalah pelabuhan tujuan bongkar barang dari wilayah Barat
Indonesia seperti Surabaya, Makassar, Jakarta dan wilayah Timur Indonesia seperti
Maluku dan Batam. Muatan yang tiba pada pelabuhan digolongkan sebagai barang
masuk dipelabuhan tersebut atau daerah belakang dan barang transito yaitu barang
barang yang disimpan untuk sementara waktu untuk diangkut kembali.
Tabel 6. Data bongkar muat barang dipelabuhan Murhum (ton).
Tahun Aktivitas Pelabuhan Jumlah
Bongkar Muat
2008 186.349,31 1.558.012,7 1,744,362.01
2009 263.404,42 1.788.097.14 2,051,501.56
2010 551.126,43 902.955,93 1,454,082.36
2011 559.802,97 3.515.698,50 4.076.501,47
Sumber : BPS, Kota Baubau dalam angka.
Bongkar muat dipelabuhan Murhum mengalami pertumbuhan ditahun 2009
dengan volume bongkar 263.303,42 ton dan muat 1.788.097,14 ton dibanding tahun
2008 yang volume bongkar sebesar 186.349,31 ton dan muat 1.588.012,7 ton.
Memasuki angka tahun 2010 volume bongkar muat kembali mengalami pertumbuhan
negatif dengan volume bongkar 551.126,43 dan muat adalah 902.955,93 ton. Bongkar
muat kembali naik menjadi 3.673.663.80 ditahun 2011 dengan volume bongkar
186.725,32 dan muat 3.486. 938, 43.
Tabel 7. Data bongkar barang perkomoditi, dipelabuhan Murhum ( dalam ton), bulan Januari – Juni 2012.
Nama Barang Kota Asal Jumlah
Volume Bongkar ( Kapal Umum)
(ton)
Kopra Kaledupa 16,200,000
Barang Campuran Ambon 29,100,000
Surabaya 86,848,000
Makassar 56,200,000
Semen
Tarjun 30,000,000
Surabaya 16,500,000
Makassar 61,200,000
Hasil Laut Makassar 90,000,000
Ikan Ambon 480,000
Binongko 3,830,000
Kendaraan Makassar 12,720,000
Bawang Makassar 270,000
Alat Telkom Makassar 90,000
Pipa Surabaya 900,000
Beras Makassar 34,400,000
Volume Bongkar ( Kapal Rakyat )
Barang Campuran
Bajoe 1281000
Buah Pinang 60000
Raha 81000
Sikeli 2160000
Kopra Ereke 15000
Kayu Raha 40000
Beras Bajoe 115000
Semen Makassar 5000000
Terigu Makassar 13500000
Bawang Ereke 5000
Coklat Kasipute 2600000
Dongkala 860000
Kelapa Kasipute 3200000
Pisang Kasipute 860000
Dongkala 1800000
Jumlah
470,315,000
Sumber : Laporan Pengangkutan Bulanan, Kantor Pelabuhan Murhum Kota Baubau, Juni 2012.
Berdasarkan pada laporan enam bulanan kantor pelabuhan Murhum, diketahui
bahwa kapal yang masuk dipelabuhan adalah kapal umum dan kapal rakyat, dengan
jenis muatan beraneka ragam. Kota Baubau memiliki ketergantungan yang tinggi
dengan wilayah lainnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa.
Untuk itu dapat dibandingkan antara tabel 4, volume potensi perdagangan hasil bumi
dan laut dalam wilayah hinterland kota Baubau perkomoditi memiliki volume paling kecil
dibandingkan dengan volume bongkar barang yang terjadi dikota Baubau.
Jika dibandingkan antara volume muat dengan volume bongkar, dapat
ditemukan bahwa volume bongkar memiliki volume lebih kecil dari volume muat. Pada
tahun 2011 volume bongkar adalah 559.802,97 ton dan volume muat adalah
3.515.698,50 ton. Sesuai dengan teori yang seharunya terjadi adalah lebih besarnya
bongkar dari pada muat barang, dipengaruhi tingginya kebutuhan dan ketergantungn
wilayah satu dengan wilayah lainnya. Hal muat lebih banyak dari bongkar serharusnya
terjadi, bila produksi barang pada suatu wilayah tertentu mengalami over produksi,
namun berdasarkan pula pada hasil analisis proyeksi perdagangan antar pulau potensi
hasil bumi dan laut dalam wilayah hinterland kota Baubau yang mengalami
pertumbuhan negatif tiap tahunnya. Sedangkan data bongkar muat menunjukan fakta
terbalik, hal ini menunjukan kearah sebuah fakta baru bahwa dari mana volume barang
yang dimuat dari pelabuhan Murhum jika bukan dari hasil bongkar dipelabuhan,
sedangkan perdagangan hasil bumi dan laut diBaubau berbanding terbalik dengan
pertumbuhan volume muat barang. Jika salah satu faktornya adalah pengaruh hasil
tambang yang dimiliki diBaubau seperti Aspal, Minyak dan Biji Nikel yang diekspor
keluar negeri, pada lampiran 32 belum juga dapat menjadi fakta yang sebenarnya
karena Ekspor hasil tambang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. Dengan
demikian dapat dikatakan tingginya angka ekspor keluar negeri pertahun hasil tambang
mentah, tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor tingginya volume muat
dipelabuhan dibandingkan volume bongkar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat ketidak tertipan dalam administrasi kantor pelabuhan.
d. Ramalan Volume Bongkar Muat
Perluasan kawasan kerja bertujuan untuk memudahkan aktifitas bongkar muat
dipelabuhan yang diproyeksikan akan terus tumbuh hingga tahun 2035. Berikut hasil
proyeksi bongkar muat 2020 -2035.
Tabel 8. Proyeksi lima tahun volume bongkar muat, 2020 – 2035
( dalam ton ).
Tahun Muat Bongkar
Ramalan
Bongkar Muat
(ton)
2020 7.416.767,25 1.153.865,25 8.570.632,50
2025 9.817.978,29 1.476.651,65 11.294.629,94
2030 12.219.189,32 1.799.438.04 14.018.627,36
2035 14.620,400,36 2.122.224,43 16.742.824,79
Data olahan, Excel 2007.
Volume bongkar muat dipelabuhan, cenderung tumbuh tanpa fluktuasi. Dari tahun
2020 volume muat sebesar 7.372.600.08 ton dan mencapai 14.530.011.72 ton ditahun
2035. Dalam proyeksi ini yang menjadi tahun dasar adalah data transportasi laut untuk
bongkat muat dalam kurun waktu tujuh tahun. Untuk kurun waktu lima tahun 2010-2015
pertumbuhan pedapatan masyarakat Baubau tumbuh 50%, dipengaruhi program
pemerintah dalam pembinaan usaha mikro kecil dan menengah, serta program kredit
pembiayaan untuk usaha mikro kecil menengah dari perbankan. Masyarakat Baubau,
merasa terbantu dalam segi modal usaha yang berdampak tumbuhanya angka
ketenagakerjaan dalam bidang perdagangan antar pulau.
Pada tahun 2020 volume bongkar tumbuh 19% dari tahun 2010, kemudian
meningkat menjadi 703,847.94 ton ditahun 2025. Barang yang dibongkar kemudian
dimuat kembali dengan pelabuhan tujuan kepulauan Wakatobi dan daratan Raha
seperti barang umum sembako, makan dan minuman hasil industri sehingga ditahun
2025 titik pertumbuhan volume muat mencapai 9,758,403.96 dengan trend
pertumbuhan 22% dari 2020.
Volume muat lebih besar dibandingkan volume bongkar, dimulai dari tahun 2020
dengan volume bongkar 580,924.58 dan volume muat 7,372,600.08 sampai tahun 2035
dengan nilai trend pertumbuhan 31% untuk volume bongkar dan 33% untuk volume
muat. Dipengaruhi meningkatnya permintaan hasil komoditi seperti jambu mete, kayu
jati dan rotan dari luar pulau, untuk bahan utama industri dengan pelabuhan tujuan
terbesar adalah Surabaya. Besarnya volume muat yang mendominasi volume bongkar,
terjadi selama 15 tahun proyeksi, dengan asumsi kondisi alam dan politik berada dalam
keadaan stabil dan kondusif.
2. Kecukupan gudang pelabuhan sebagai penawaran terhadap potensi arus
barang.
a. Kecukupan gudang
Pelabuhan Murhum tidak memliki gudang khusus ataupun gudang laut, namun
lokasi pelabuhan dibentuk untuk gudang penumpukan terbuka, dengan luas 1800 meter
atau 68 x 64 meter dan kapasitas tampungan adalah 15.000 cargo. Tenaga resmi
buruh pelabuhan berjumlah 300 orang, dengan kapal yang sandar sebanyak 28 kapal
perhari.
Berdasarkan potensi arus barang perdagangan dan bongkar muat, maka
penawaran dari pelabuhan dengan fasilitas gudang penumpukan terbuka dinilai tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan atas permintaan arus barang. Tiap barang
yang dibongkar dan dimuat memerlukan perlakuan yang berbeda-beda dalam
penyimpanan sesuai jenis barang. Terlindung dari hujan dan panas matahari membantu
barang tetap terjaga kwalitasnya sama dengan kondisi barang sebelum dikirim ke
pelabuhan atau barang yang akan dikirim dari pelabuhan.
Tanaman pangan seperti jagung dan bawang merah memiliki daya tahan 3 hari
penyimpanan jika standar pengepakan tanaman pangan dipak dalam kardus dan
dimasukan dalam kotak kayu kemudian disimpan dalam gudang sebelum dimuat atau
dibongkar. Jika disimpan dalam petik kemas barang tidak terlindung dari panas
matahari mengingat bahan petik kemas terbuat dari besi baja yang menyerap panas
dapat menyebabkan jagung cepat menguning dan bawang merah cepat mengering.
Sama halnya jika disimpan digudang penumpukan terbuka barang tidak terlindungi dari
matahari dan hujan.
Hasil bumi perkebunan dengan komoditi kopra dan kacang mete sama perlakuan
pengepakannya dengan tanaman pangan namun biasanya ditambahkan dengan jerami
untuk menjaga agar tetap hangat dan kadar air tidak bertambah. Dalam gudang hasil
bumi diprediksi dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan di lapangan
penumpukan dan dalam petik kemas yang ditumpung dilapangan terbuka. Untuk hasil
laut perikanan, komoditi agar-agar dan ikan teri masak, membutuhkan gudang
pendingin. Sebelum disimpan dalam gudang pendingin agar-agar akan dipak dalam box
ice untuk tetap menjaga kwalitasnya. Untuk hasil peternakan yang diperdagangkan
adalah kulit ternak membutuhkan perlakuan khusus, jika disimpan dalam wadah yang
tertutup dapat menyebabkan kulit hewan cepat membusuk dan jika disimpan dalam
icebox akan mengakibatkan kulit hewan cepat mengering. Untuk itu dibutuhkan ruang
gudang dengan suhu rendah, yang dapat dikontrol sesuai kebutuhan.
Perdagangan hasil bumi kehutanan seperti hasil rotan dan kayu tidak
membutuhkan gudang khusus untuk itu dapat disimpan dilapangan penumpukan atau
petik kemas. Sama halnya dengan hasil industri, seperti kendaraan dan walaupun
membutuhakan tempat yang terlindungi dari hujan dan matahari namun tidak
membutuhkan perlakuan khusus dalam penggudangannya.
b. Analisis kebutuhan luas gudang untuk mencukupi permintaan
perdagangan intrasulair.
Informasi persediaan barang yang akurat mampu menunjang kegiatan produksi ,
memperlancar arus produksi dan menunjang produktifitas proses dengan minimalisasi
waktu menunggu bahan. Akurasi persediaan juga sangat berpengaruh pada ketepatan
informasi tentang persediaan kepada pelanggan. Akurasi persediaan menunjang
penjualan. Barang yang dijanjikan bisa terkirim tepat sesuai kebutuhan pelanggan dan
menciptakan kesan positif yang mampu membangun kesetiaan pelanggan.
Tabel 9. Biaya Adminitrasi Ekspedisi
Biaya Transportasi Barang dari dan ke tempat
tujuan 33.20%
Penggudangan
Berat ( 2 m x 1 m) 1 Kilo Rp1,500,000.00
Lembar 1 Lembar Rp. 7.500.00
Ball 1 Ball Rp1,000,000.00
Kotak, Dos 1 Pack Rp250,000.00
Cargo 1 Petik Kemas Rp. 2.000.000.00
48%
Administrasi Pelabuhan 0.80%
Biaya Penyimpanan Persediaan > 3 Hari 18%
Sumber data : Wawancara Ekspedisi, Baubau 2012.
Barang yang diangkut memiliki tingkat perlakuan yang berbeda-beda seperti
yang telah diterangkan pada fasilitas yang menunjang pelabuhan ( Bab II, Hal 18) dan
analisis 71. Dipelabuhan Baubau, barang bongkar muat ditangani sementara pada
gudang kapal dan petik kemas untuk barang-barang potongan. Waktu maksimal
penyimpanan barang digudang adalah 3 hari dari waktu bongkar, jika lebih dari 3 hari
maka akan dikenakan biaya tambahan gudang. Biaya sewa gudang hanya dikenakan
untuk biaya keamanan dan penyimpanan saja, dimana tarif sewa gudang lebih kecil
dibandingkan dengan biaya perpengangkutan barang dari pelabuhan atau
penggudangan diatas kapal.
Tabel 10. Kebutuahan gudang untuk bongkar muat barang dalam satu hari (ton)
2012-2035.
Tahun Bongkar Muat Kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan
(Ton) Gudang
(ton)
Bongkar
(ton)
Muat
(ton)
2012 3,939,561.06 782,515.55 109,515.32 179,354.26
2015 5,444,797.41 1,081,500.85 139,431.27 805,459.47
2020 7,953,524.65 1,579,809.69 203,546.37 1,282,412.34
2025 10,462,251.90 2,078,118.53 267,661.48 1,759,365.22
2030 12,970,979.15 2,576,427.37 331,776,58 2,236,318.10
2035 15,479,706.40 3,074,736.20 395,891.69 2,713,270.97
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 22, dengan berpatokan pada
volume bongkar muat pertahun dibandingkan dengan volume ruang yang hilang
sebesar 40%, 10% kebutuhan barang, dan barang yang ditampung digudang adalah 2
tumpukan dengan rata-rata penyimpanan adalah tiga hari dimana asumsi perhitungan
hari dalam satu tahun adalah 365 hari dan 1 hari adalah 24 jam, maka dapat dilihat
hasil kebutuhan barang akan gudang dalam ton/ hari pada tabel 8. Pada tahun 2012,
volume bongkar muat adalah 3.939.561,06 ton dan kebutuhan gudang dari bongkar
muat perhari adalah 782.515,55 ton. Ditahun 2035, kebutuhan volume bongkar muat
perhari akan gudang adalah 3.074.736,20 dengan total bongkar muat pertahun adalah
15.479.706,40. Yang membutuhkan ruang gudang adalah barang bongkar dan muat
dengan satuan ton, sedangkan ruang gudang yang dibutuhkan adalah dalam satuan
meter, untuk itu dibutuhkan analisis pada lampiran 25.
Tabel 11. Kebutuhan luas gudang lima tahunan untuk bongkar muat barang dalam
satu hari (m2)
Tahun Kebutuhan Luas Gudang
Gudang (ton) (m2)
2012 782,515.55 1.64
2015 1,081,500.85 5.78
2020 1,579,809.69 6.30
2025 2,078,118.53 6.57
2030 2,576,427.37 6.85
2035 3,074,736.20 6.74
Jika maksimum daya tampung kapal ( DWT ) yang masuk di pelabuhan Murhum
pada tabel 2, kita bulatkan menjadi 6.000 ton dan menggunakan panjang kapal
maksimum yang masuk dipelabuhan Murhum adalah 146,90 m. Maka, untuk
mengetahui jumlah kapal yang masuk perhari dipelabuhan, dibutuhkan perbandingan
antara kebutuhan barang dan daya tampung kapal yaitu pada tingkat kebutuhan barang
perhari 782,515.55 ton / 6.000 ton ditemukan131 call kapal dalam satu hari.
Untuk mengetahui luas gudang yang dibutuhkan volume arus barang maka
jumlah lalu lintas kapal harus dikalikan dengan panjang kapal. Jika panjang kapal yang
digunakan adalah panjang kapal maksimum maka, 131 x 146,90 m = 19,158.59 m. Kita
ketahui bahwa arus barang terdiri dari bongkar dan muat, jika dalam satu kali
pembongkaran kapal maka akan terjadi pula pengangkutan muatan dari darat ke atas
kapal. Berdasarkan tabel kebutuhan bongkar muat ditemukan kebutuhan luas gudang
hingga tahun 2035 adalah 6.74 m2 dalam satu hari dan untuk memperoleh volume
gudang yang dibutuhkan maka harus dikalikan dengan volume maksimum barang
sesuai dengan standar I.S.O maka 2,68 m dirubah satuannya menjadi m3 adalah
268,01m3 dan dapat dianalisis jika box sayuran adalah 1.96 m3 maka 268,01m3 x 1.96
m3 = 525,31m3.
Dengan perolehan hasil proyeksi panjang gudang perhari maka dapat disimpulkan
pada tingkat potensial perdagangan hasil bumi dan laut kota Baubau sebesar
32,333.29 ton ditahun 2015, dan volume bongkar muat adalah 5,444,797.41 ton
kebutuhan barang akan luas gudang tampungan bongkar 13,654.97 m2 perhari dan
kebutuhan luas gudang pertahun adalah 13,654.97 m2 x 365 x 24 = 119,617,525. 22
m2 atau panjang gudang 3,413.74 m perhari dan 29,904,381.31 m pertahun.
Pada volume 7,953,524.65 ton bongkar muat 2020 dibutuhkan panjang gudang
3,867,900.72 m . Tahun 2025 panjang gudang yang dibutuhkan adalah 5,087,926.87
m, untuk melayani 14.068.53 ton volume potensi perdagangan hasil bumi dan laut
dikota Baubau dan bongkar muat 2,078,118.53 ton. Kemudian ditahun 2035, pada
volume perdagangan 15.686.23 ton dan volume bongkar muat sebesar 15,479,706.40
ton, panjang gudang yang dibutuhkan adalah 7,527,979.13 m2. Walaupun saat ini
pelabuhan Murhum belum memiliki gudang untuk melayani volume barang yang
dibongkar dan dimuat dari dan ke dermaga pelabuhan Murhum, arus barang ditangani
dengan sistem door to door yaitu barang dari kapal langsung diangkut dan dibawa ke
gudang produsen atau lokasi pemilik barang yang memesan. Barang dari kapal
langsung diangkut ke truk closing dan langsung didistribusikan.
Gambar 5. Proyeksi lima tahun volume potensi perdagangan hasil bumi dan laut
dari dalam wilayah hinterland kota Baubau( dalam ton ).
Untuk menangani volume bongkar muat sementara, pemerintah mengambil
kebijakan untuk penggunaan petik kemas. Petik kemas yang masuk berukuran 20 x 7
m, jarak antara waktu bongkar pertama dan bongkar berikutnya adalah 28 hari. Petik
kemas ditampung dilapangan penumpukan sebanyak 2 tumpukan dengan jumlah 60
petik kemas sekali pembongkaran. Barang yang diangkut menggunakan cargo adalah
kendaraan dan bahan bangunan. Kebijakan mengalihkan gudang ke petik kemas tidak
menutupi kebutuhan barang yang dibongkar dipelabuhan Murhum akan gudang,
gudang tidak dapat disubtitusikan dengan penggunaan petik kemas
Tahun 2025, tingkat bongkar muat 12,970,979.15 ton dan membutuhkan ruang
gudang 2,543,963.43 m2. Rancangan pengembangan pelabuhan 2025 belum merujuk
pada pembangunan gudang pelabuhan, karena belum adanya persetujuan anggaran
Proyeksi Volume Perdagangan
Tanaman pangan Perkebunan Peternakan
Perikanan Kehutanan Industri
dari pemerintah pusat. Namun pihak kantor pelabuhan tetap melakukan perencanaan
untuk pembangunan gudang pelabuhan. Pentingnya gudang ikut disuarakan ke pusat
oleh H.Arianto kepala bidang lalu lintas,
“ Gudang sangat dibutuhkan untuk menjaga awetnya barang, saat ini kami
kewalahan menangani bongkar muat barang. Kasihan itu para pedagang ikan
yang berskala impor, mereka tidak bisa mengimpor dalam jumlah besar
karena tidak adanya gudang pendingin, sehingga ikan dikirim kalau ada mie
kapal, baru itu juga tidak sesuai mie permintaan, karena hasil tangkapan
yang kemaren-kemaren sudah langsung mie dijual dipasar ( Hasil
wawancara, Agustus 2012).”
Sama halnya, pendapat yang diutarakan oleh kepala kantor pelabuhan Baubau :
“ Kami telah memasukan permohonan ke pusat agar pelabuhan Baubau bisa
dikelola pihak PELINDO, saya sebagai kepala pelabuhan mengharapkan hal
tersebut. Namun dari pusat belum memberikan jawaban sampai saat ini,
padahal pelabuhan Baubau memiliki prospek yang baik untuk menunjang
bongkar muat. Baubau sudah sangat maju saat ini, fasilitas pelabuhan sudah
tidak memadai untuk melayani aktifitas masyarakat. Seandainya permohonan
saya di sahkan oleh pemerintah pusat, saya yakin pelabuhan Baubau akan
maju pesat (Hasil wawancara, agustus 2012).”
Sebagaimana dipaparkan perhitungan kebutuhan luas gudang untuk melayani
perdagangan intrasulair diatas sesuai analisis kebutuhan akan barang dan jasa
masyarakat Baubau yang akan bertumbuh, dengan melakukan pengembangan atas
pelabuhan Murhum diharapkan dapat mempengaruhi volume perdagangan dimasa
yang akan datang dimana tersedianya bahan baku. Maka pada tingkat bongkar muat
1000 ton perhari dengan volume bongkar muat 10.000.000 ton pertahun maka secara
keseluruhan pelabuhan harus menyediakan gudang seluas 1.000.000 m2 dimana
asumsinya adalah barang volume bongkar muat mengalami pertumbuhan terus
menerus dan berbanding lurus dengan pertumbuhan volume perdagangan. Berikut
adalah klasifikasi kebutuhan gudang untuk bongkar muat barang perkomoditi :
1. Analisis gudang untuk barang potongan
Barang potongan adalah jenis barang yang tidak membutuhkan perlakuan
khusus untuk penyimpanannya. Dalam menanggulangi barang potongan ini, gudang
yang dibutuhkan adalah Aproan, Gudang laut dan lapangan penumpukan terbuka.
Aproan merupakan halaman diatas dermaga yang terbentang dari sisi dermaga depan
sandar kapal sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka. Digunakan
untuk menempatkan barang yang akan dinaikan kekapal atau menempatkan barang
yang baru saja diturunkan dari kapal. Luas aproan disesuaikan dengan fasililtas yang
disediakan pelabuhan Murhum untuk pengangkutan yaitu truk, mobil kontener dan
gerobak.
Gambar 6. Sketsa gudang pelabuhan Murhum kota Baubau.
Truk yang digunakan dipelabuhan Murhum Baubau saat ini adalah truk jenis fuso
ukuran 4.500 x 2.300 x 1.100 dengan maksimum angkutan adalah 24 ton. Truk tronton
ukuran 5.500 x 2.300 x 1.500 dengan maksimum angkutan 35 ton. Dengan kontener
20 feet yang dapat mengangkut petik kemas 7,2 x 12 m3.
Saat ini luas aproan telah sesuai dengan kebutuhan fasilitas angkutan barang,
dipelabuhan Murhum adalah lebar 9 m ruang aporan depan dermaga sandar kapal dan
lebar 24 m ruang aproan depan gudang laut dan gudang penumpukan terbuka. Namun,
biasanya luas aproan untuk pelabuhan besar seperti Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
dan Pelabuhan Tanjung Mas mempunyai lebar 25 m.
Untuk barang yang tidak membutuhkan perlindungan seperti kendaraan, alat
berat, kayu, rotan, pipa dan pakaian, yang akan segera diangkut maka dapat
ditempatkan pada lapangan penumpukan terbuka. Gudang laut difungsikan untuk
menempatkan barang-barang sementara sambil menunggu pengangkutan lebih lanjut.
Gudang laut digunakan untuk menempatkan barang yang membutuhkan perlakuan
khusus seperti barang campuran, semen, beras, hasil laut dan hasil pertanian.
Ukuran gudang ini tergantung pada jumlah muatan yang yang dibongkar dari
kapal dan akan dimuat dikapal. Saat ini pelabuhan Murhum melayani kapal dengan
bobot 1 – 6.000 Dwt dengan jumlah barang angkutan 2 – 12.000 ton. Setelah barang
dibongkar maka ruang kosong kapal akan diisi barang yang akan dikapalkan. Dengan
demikian barang yang harus dilayani dalam gudang laut adalah 12.000 ton. Jumlah
bongkar maksimum perhari dipelabuhan murhum adalah 2000 ton untuk barang
potongan seperti kendaraan, kayu, rotan, dan alat berat dan untuk barang campuran,
semen, beras, hasil laut dan hasil pertanian adalah 10.000 ton. Sesuai dengan analisis
kebutuhan gudang pertahun pada tabel 6, dengan jumlah tumpukan adalah dua
tumpukan, dan luas ruangan yang hilang untuk jarak letak barang 15 %, dimana
masing-masing barang membutuhkan 10% ruang penyimpanan. Maka luas gudang
yang dibutuhkan adalah 5.000 m2 . Dan untuk ruang gang gerak kendaraan 25%, maka
luas gudang yang dibutuhkan adalah 12.500 m2.
Gambar
7 :
Sketsa
gudang
pelabuhan Murhum.
Gudang laut dilengkapi dengan dua pintu sehingga memudahkan pergerakan
kendaraan keluar masuk dalam gudang. Dengan maksimum bobot kapal yang sandar
dipelabuhan Murhum adalah 6.000 Dwt dengan panjang kapal 146, 50 maka dapat
ditetapkan panjang gudang laut adalah 120 m, dengan lebar 12.500/120 = 104,17 m.
Mengingat model pelabuhan Baubau adalah model pelabuhan pier jari maka
dibutuhkan pembangunan gudang bertingkat untuk menghemat ruang.
2. Analisis gudang untuk barang yang disimpan dalam waktu lama.
Gudang ini membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan gudang laut.
Maksud dari pembangunan gudang ini adalah untuk membantu menyediakan barang
yang dibutuhkan sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan
adanya gudang ini maka, barang yang dijual memiliki stok yang lebih banyak sehingga
konsumen tidak perlu menunggu untuk pembongkaran barang pada jadwal kapal
berikutnya.
Selain itu dengan adanya gudang ini, maka diharapkan kelebihan produksi dari
hasil bumi dan laut masyarakat Baubau dapat, disimpan dan dikumpulkan hingga dapat
memenuhi jumlah pesanan barang yang sesuai dengan jumlah barang yang diminta
konsumen dari luar pulau.
Berdasarkan pada lamanya waktu simpan digudang, lebih dari tiga hari maka
kebutuhan ruang gudang dalam waktu lama adalah dua kali dari luas gudang laut.
Seperti hasil analisis dari luas gudang laut diatas maka luas gudang khusus yang
dibutuhkan adalah 2 x 12.500m2 adalah 25.000 m2 dengan lebar 2 x 104, 17 = 209 m.
3. Analisis gudang untuk barang yang butuh pendingin.
Barang yang membutuhkan pembekuan atau ruang khusus pendingin adalah
barang hasil bumi dan laut serta hasil industri makanan. Untuk gudang pendingin
biasanya digabungkan dengan gudang khusus untuk barang-barang yang disimpan
dalam waktu lama. Maksud dari penyimpanan barang ini adalah untuk memerikan
kemungkinan sekecil mungkin terjadi kerusakan pada barang, dengan demikian ruang
untuk gudang pendingin adalah ruang tertutup dengan satu pintu sehingga
memungkinkan perubahan suhu dalam temperature sekecil mungkin. Barang-barang
yang membutuhkan pendingin adalah 80% dari barang yang diangkut, maka dari luas
gudang 25.000 m2 x 0,8 = 20.000 m2.
C. Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan
Analisis SWOT diperoleh dari identifikasi kondisi, potensi dan permasalahan
pelabuhan yang diperoleh dilapangan. Dari analisis ini akan dilihat strategi
pengembangan pelabuhan untuk menunjang arus barang diKota Baubau. Keberadaan
faktor Internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan dapat dipekuat dengan faktor
eksternal Peluang dan diperlemah dengan Ancaman yang dimiliki pelabuhan Murhum
saat ini.
1. Faktor Internal
Faktor internal kekuatan adalah faktor positif yang meberikan dampak positif
dalam pengambilan strategi pengembangan pelabuhan Murhum.
a. Kekuatan (Strength).
- Luasnya lahan yang belum diproduktifkan.
Luas lahan pelabuhan adalah 3500 x 600 meter dengan 15.000m panjag
garis pantai. Dengan ketersediaan lahan yang dimiliki, pelabuhan Murhum
tidak akan mendapatkan kesulitan untuk tiga puluh tahun yang akan datang
dalam melakukan perluasan lingkungan kerja.
- Lokasi pelabuhan yang strategis.
Yang dimaksud dengan strategi lokasi yang dimiliki pelabuhan Murhum
adalah letak pelabuhan tepat ditengah kota. Jarak yang ditempuh dari
kecamatan kale-lea yang merupakan kecamatan terjauh, untuk sampai ke
pelabuhan adalah 12 kilometer dan dari kecamatan Kokalukuna, daerah
penghasil ikan adalah 7 kilometer. Jalur lalu lintas yang baik, memberikan
kemudahan akses kepada para produsen untuk mengangkut barang melalui
pelabuhan Murhum.
Selain lokasi yang berada tepat ditengah kota, Pelabuhan Murhum adalah
pelabuhan penghubung antara wilayah barat dan timur Indonesia. Pelabuhan
Murhum merupakan pelabuhan singgah untuk kapal yang berlayar dari arah
barat dan timur Indonesia.
- Pelabuahan Alam.
Pelabuhan Murhum adalah pelabuhan yang terbentuk karena struktur alam,
posisi geografis bibir pantai dengan tingkat arus rendah. Pelabuhan Murhum
adalah salah satu pelabuhan diIndonesia yang tidak membutuhkan
pengerukan. Selain itu, pelabuahan Murhum tidak membutuhkan bangunan
pemecah gelombang. Gelombang laut terpecah dikepulauan Wakatobi dan
pulau Makassar sehingga gelombang laut yang mengalir ke pelabuhan
Murhum memiliki tingkat volume gelombang laut rendah.
- Pelabuhan Utama
Pelabuhan Murhum adalah pelabuhan utama yang melayani aktivitas barang
dan penumpang dari dan ke tempat tujuan. Pelabuhan murhum juga, tidak
memiliki pelabuhan saingan untuk menangani barang dan penumpang.
Seluruh pelabuhan yang ada diBaubau berada dibawa pengawasan
pelabuhan Murhum. Pihak birokrasi pelabuhan berhak mengatur
pengangkutan dan pembongkaran yang dilakukan, volume arus barangpun
masuk dalam data laporan tahunan aktifitas pelabuhan Murhum.
- Tingkat keamanan yang tinggi.
Keamanan pelauhan cukup terjaga dari pencurian dan kehilangan barang.
Sistem keamanan pelabuhan masih dalam bentuk pengawasan manual
dimana dipercayakan pada KP3 ( kesatuan penjagaan pantai dan
pelabuhan), KPLP ( kesatuan penjagaan laut dan pantai) dan satpam yang
berasal dari pihak kantor pelabuhan.
Tabel 12. Analisis SWOT ( Strength dan Weakness )
INTERNAL
KEKUATAN (Strength ) KELEMAHAN (Weakness)
- Luasnya lahan yang belum diproduktifkan.
- Lokasi pelabuhan yang strategis.
- Pelabuhan alam. - Pelabuhan utama. - Tingkat keamanan yang
tinggi.
- Usulan untuk dikelola PT.PELINDO belum terealisasi.
- Fasilitas bongkar muat yang belum memadai.
- Tidak tersedianya gudang - Tidak tertibnya administrasi
pelabuhan. - Ruang parkir yang terbatas.
Melalui pelabuhan Murhum, kota Baubau menemukan kekuatan pendukung,
dalam menentukan strategi pertumbuhan kegiatan ekonomi. Memadukan antara ciri
ruang dan kekuatan alam yang dimiliki, pelabuhan Murhum dapat dikembangkan untuk
menunjang potensi hinterland, seperti hasil pertanian dan komoditi lainnya. Dalam
strategi pengembangan pelabuhan (Bab II, hal:43), dinyatakan bahwa untuk menunjang
kegiatan pembangunan antar sektor atau komoditi, fasilitas pelabuhan harus
menunjang agar terciptanya pergerakan barang dari dan pusat kegiatan. Fasilitas
gudang yang belum dimiliki menjadi kelemahan dalam menentukan strategi
pengembangan pelabuhan.
Selain faktor internal yang membawa masukan positif pada strategi
pengembangan, terdapat pula faktor kelemahan yang membawa faktor negatif.
b. Kelemahan (Weakness)
- Usulan untuk dikelola PT.PELINDO belum terealisasi.
Status pelabuhan Murhum saat ini adalah pelabuhan yang tidak diusahakan
atau masih dikelola pemerintah dengan tidak bersifat komersial. Dengan
status tidak diusahakan pihak birokrasi pengelola pelabuhan tidak mampu
mengambil kebijakan tunggal untuk mengembangkan pengelolaan
pelabuhan. Tarif pelabuhan-pun ditentukan dalam undang-undang, dan
pendapatan yang diperoleh dari parkir dan bea masuk tidak dialokasikan
pada kas pengelola pelabuhan, namun langsung disetor ke kas negara.
Dengan memberikan usulan kepada pemerintah dengan peralihan
pengelolaan management kepada PT.PELINDO, diharapkan fasilitas
pelabuhan dapat ditambahkan. PT.PELINDO adalah perusahaan swasta
yang mengelola management pelabuhan dan diawasi Dinas Perhubungan
milik pemerintah. Kerjasama antara PT.PELINDO dan Dinas Perhubungan,
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan pelabuhan Murhum, sehingga
fasilitas pelabuhan dan pelayanan dapat dilengkapi sesuai standar
kepelabuhanan.
- Fasilitas bongkar muat pelabuhan yang belum memadai.
Pelabuhan Murhum hanya memiliki satu cran untuk pembongkaran
petikemas dari kapal cargo ke lapangan penumpukan. Untuk barang umum
yang tidak menggunakan petik kemas, proses bongkar muat dilakukan
secara manual. Menggunakan 300 tenaga buruh resmi, dari kapal barang
dibongkar ke mobil trek atau dari lapangan penumpukan, barang dipikul
tenaga buruh dan dimuat ke atas kapal.
- Tidak tersedianya gudang
Gudang tertutup belum dimiliki pelabuhan Murhum untuk digunakan
menampung barang bongkar muat. Saat ini barang yang akan dibongkar dan
dimuat ditampung di lapangan terbuka dan lapangan penumpukan petik
kemas. Tidak adanya gudang khusus, mengakibatkan sulitnya pemenuhan
atas permintaan barang dari pedagang antar pulau. Lapangan tampungan
tidak diperuntukan bagi penumpukan barang dalam waktu lama, barang yang
ditampung dilapangan penumpukan adalah barang yang sudah siap dikirim
- Tidak tertipnya administrasi pelabuhan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para pedagang dan
pengguna jasa pengangkutan pelabuhan, diperoleh opini bahwa pihak
administrasi tidak memberikan pelayanan yang baik kepada pedagang, yaitu
tingginya tarif administrasi yang dikenakan dan dibutuhkan waktu lama untuk
memperoleh izin pengiriman barang.
Selain fakta tersebut, ditemukan fakta baru yang telah dipaparkan
sebelumnya pada halaman 77, ditemukan data bongkar muat yang tidak
failid, dimana banyaknya volume bongkar dari data bongkar pihak
manajement kapal yang tidak tercatat dalam laporan bulanan kantor
pelabuhan Murhum pada tabel 7, volume bongkar dari Januari – Juni 2012
dan tercatat pada lampiran 31.
- Ruang parkir yang terbatas.
Tingkat aktifitas penumpang dan barang yang tinggi dipelabuhan Murhum
saat ini, belum didukung dengan ruang parkir kendaraan. Sempitnya ruang
parkir menyebabkan tidak adanya ruang untuk pengelompokan parkir
kendaraan pribadi dan kendaraan umum, kendaraan roda empat dan roda
dua. Parkir yang semrawutan menghalangi arus kendaraan yang masuk dan
keluar, dan menyebabkan kemacetan arus kendaraan dan menghambat
proses pengangkutan barang.
2. Faktor Eksternal
Tabel 13. Analisi SWOT (Opportunities dan Threats)
EKSTERNAL
PELUANG (Opportunities) ANCAMAN (Threats)
- Penempatan gudang. - Pembuatan akses jalan baru. - Menunjang pertumbuhan
Ekonomi. - Pertumbuhan produksi. - Menentukan prosedur
administrasi pengangkutan.
- Melemahnya aktivitas Perdagangan.
- Pendangkalan area sandar kapal.
- Kondisi Politik.
a. Peluang (Opportunities)
- Penempatan gudang.
Salah satu kekuatan yang dimiliki pelabuhan Murhum adalah luasnya lahan
yang belum diproduktifkan. Berdasarkan pada hasil analisis kecukupan
gudang, dimana gudang pelabuhan belum mencukupi untuk melayani arus
barang. Untuk itu dengan luasnya lahan yang tersedia maka sangat
memungkinkan untuk menempatkan gudang diarea pelabuhan, sesuai
dengan kebutuhan jenis barang akan gudang.
- Penempatan akses jalan baru.
Jalur masuk ke luar pelabuhan yang belum kondusif, menyebabkan tingginya
angka kemacetan dalam pelabuhan. Jalur dua arah, dengan satu pintu
gerbang dan lebar jalan raya ±2 m, dalam penggunaannya tidak mampu
menampung antrian kendaraan diwaktu arus padat.
- Menunjang pertumbuhan ekonomi.
Dalam kajian ilmu ekonomi yang dapat dilihat pada Bab II tesis ini,
pengembangan fasilitas pelabuhan berbanding terbalik dengan teori
permintaan dan penawaran atau disebut sebagai Aglomerasi dalam ilmu
perencanaan pengembangan wilayah. Dengan ditingkatkannya fasilitas
pelabuhan, daya dorong perdagangan antar pulau akan terjadi secara
alamiah. Keinginan untuk melakukan kegiatan perdagangan antara pulau,
oleh masyarakat Baubau dipengaruhi daya tarik fasilitas pelabuhan yang
memberikan keuntungan dalam melakukan interaksi perdagangan, baik
efisiensi waktu maupun minimalisasi biaya oprasional.
- Mengatur sistem administrasi penggudangan.
Sebagai satu-satunya pelabuhan antar propinsi di Kota Baubau, maka pihak
pelabuhan memiliki peluang untuk bekerjasama dengan pihak swasta
penyedia jasa angkutan dalam menangani sementara barang milik pedagang
yang dibongkar dan dimuat dipelabuahan untuk mempermudah pengawasan
aktivitas bongkar muat.
- Menentukan prosedur pengangkutan.
Pelabuhan Murhum sebagai, moda transportasi dua arah, selain
memudahkan akses perdagang dalam pengangkutan, pihak pelabuhan dapat
menentukan standar prosedur angkutan barang dari dan ke pelabuhan
empat tujuan. Dengan standar prosedur administrasi bongkar muat yang
sama untuk semua pengelola ekspedisi, pihak produsen pengguna jasa
angkutan pelabuhan akan relatif lebih memudahkan dalam melakukan
pengawasan pengangkutan. Selain tujuannya untuk memudahkan
pengawasan, dengan data yang akurat dapat membantu analisis
pertumbuhan ekonomi dimasa yang akan datang.
b. Ancaman (Threats)
- Melemahnya aktifitas perdagangan.
Tingginya aktifitas perdagangan antar pulau, membutuhkan fasilitas bongkar
muat yang memadai. Biaya dan resiko pengiriman barang adalah faktor
pertimbangan pedagang dalam melakukan perdagangan antar pulau. Jika
biaya dan resiko rendah maka peluang bagi pedagang untuk memperoleh
laba maksimum, sebaliknya jika biaya dan resiko tinggi maka peluang untuk
memperoleh keuntungan lebih sedikit. Bila lebih besar biaya dari keuntungan
yang akan diperoleh maka pedagang akan memilih untuk menghentikan
pengiriman barang keluar pulau.
- Politik
Situasi politik adalah hal yang paling menentukan untuk menjalankan sebuah
perencanaan. Politik diBaubau saat ini belum dikatakan sehat, sebab tingkat
kolusi dan diktator masih sangat kuat terlihat. Pemerintahan saat ini dipegang
oleh walikota Amirul Tamim yang merupakan walikota pertama, sejak tahun
2003 Baubau dimekarkan sebagai wilayah kota hingga saat ini.
Namun, berdasarkan pengamatan dilapangan situasi politik dapat berubah
drastis saat walikota baru menduduki jabatan dimana ada kemungkinan
perencanaan yang telah dususun sebelumnya tidak terealisasikan. Jika yang
menduduki jabatan selanjutnya adalah lawan politik, maka kemungkinan
besar kepala pelabuhan akan dinonaktifkan dan digantikan dengan kepala
pelabuhan baru yang belum tentu berkopeten dalam pengelolaan pelabuhan.
- Pendangkalan area sandar kapal.
Dengan tingkat ramalan pertumbuhan arus barang maka kemungkinan besar
akan tumbuh industri baru dikota Baubau. Seperti kita ketahui Industri adalah
penghasil limbah terbesar untuk jenis usaha, yang artinya akan meningkat
pula perekonomian kota Baubau. Tumbuhnya pendapatan daerah berbanding
lurus dengan limbah yang dihasilkan. Jika limbah-limbah ini dibuang kelaut
maka, besar kemungkinan akan terjadi pendangkalan teluk Baubau.
Walaupun dalam waktu lama namun limbah diteluk akan dibawa arus sedikit
demi sedikit masuk keperairan pelabuhan, dan menyebabkan dangkalnya
kawasan arus putar dan sandar kapal pelabuhan Murhum.
3. Analisis Strategi.
a. Kekuatan (Strength ) dan Peluang (Oppourtunities).
Berdasarkan pada matriks kekuatan dan peluang yang dimilikii pelabuhan
Murhum diatas. Diperoleh hasil analisis bahwa ketersediaan lahan memberikan
peluang untuk diperluasnya lingkup wilayah kerja pelabuhan. Kekuatan lokasi yang
strategi menarik masyarakat untuk menggunakan fasilitas pelabuhan dalam
membongkar maupun memuat barang dagangan. Untuk itu dibutuhkan jalur jalan
yang memadai agar arus bongkar dan muat dapat berjalan efektif. Peluang untuk
menambahkan jalur jalan pelabuhan didukung oleh luasnya lahan pelabuhan.
Tabel 14.
Analisis strategi Kekuatan (Strength) dan Peluang (Oppourtunities)
Kekuatan
(Strength )
dan
Peluang
(Oppourtunities)
- Dengan luasnya lahan pelabuhan yang belum diproduktifkan, maka dapat diambil strategi untuk menepatkan gudang dengan tujuan mempermudah proses bongkar muat barang.
- Lokasi pelabuhan yang mudah dijangkau, merupakan pengaruh besar untuk masyarakat menggunakan jasa pelabuhan dalam pengangkutan, maka dalam usaha memberikan ruang gerak tambahan bagi masyarakat dalam lingkungan pelabuhan dapat diambil strategi dengan menempatkan jalur jalan yang baru.
- Pelabuhan alam adalah kekuatan yang dapat meminimalisasi pengembangan pelabuhan, untuk itu dana alokasi daerah yang dianggarkan dapat dialihkan pada kelengkapan fasilitas pelabuhan dan dapat memperudah arus bahan baku yang dibutuhkan produsen lokal serta berdampak pada pertumbuhan hasil produksi dan kota Baubau.
- Dengan memanfaatkan kekuatan sebagai pelabuhan utama dikota Baubau, pihak administrasi dapat menertibakan administrasi bongkar muat dan menentukan prosedur administrasi pengangkutan barang dengan dibantu petugas keamanan dalam mengawasi pelaksanaannya dipelabuhan.
Dalam usaha mengurangi angka kemacetan pelabuhan, pemerintah bekerja
sama dengan pengelola pelabuhan merencanakan untuk membagi dua jalur
masuk keluar dengan dua gerbang. Wilayah geografis pelabuhan sangat
menunjang, untuk membuka jalur lingkar pantai. Hal ini sangat menunjang,
tumbuhnya arus barang antar pulau dipelabuhan dimasa yang akan datang.
Pelabuhan Murhum adalah satu-satunya pelabuhan yang mengatur aktifitas
bongkar dan muat dikota Baubau, maka sangat berpeluang untuk mengatur sistem
administrasi pengangkutan. Untuk itu dibutuhkan rancangan prosedur yang tepat
atas pertumbuhan arus barang dimasa yang akan datang untuk memudahkan
pengawasan jenis dan jumlah barang apa yang masuk serta beredar dikota
Baubau.
Realisasi rancangan pengembangan kawasan pelabuhan yang terarah,
diharapkan untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki saat ini sehingga
mencitakan peluang yang benar-benar dapat menjadi kesempatan bagi pihak
produsen dan konsumen dalam memenuhi kegiatan ekonominya.
Strategi yang diambil untuk mendukung kekuatan luas lahan yang dimiliki
pelabuhan dan peluang yang dapat diciptakan adalah menetapkan rancangan
untuk pengembangan pelabuhan jangka menengah dan jangka panjang untuk
memanfaatkan secara maksimal kekuatan dan peluang yang dimiliki.
b. Kelemahan (Weakness) dan Peluang (Opportunities)
Pemerintah pusat belum menurunkan kebijakannya untuk menyerahakan
pengelolaan penuh kepada pihak Pelindo, namun dengan dikelolanya pelabuhan
Murhum oleh pihak pemerintah, fasilitas bongkar muat pelabuhan hingga saat ini
belum memumpuni dalam melayani volume arus bongkar muat perdagangan.
Dengan murahnya tarif yang dibebankan, menyebabkan tidak adanya
profesionalisme dalam pelayanan kepada masyarakat untuk pengurusan
administrasi atau izin angkutan.
Tabel 15. Analisis strategi Kelemahan (Weakness) dan Peluang (Opportunities)
Kelemahan
(Weakness)
dan
Peluang
(Opportunities)
- Mengatur sistem administrasi pengangkutan sehingga barang yang tidak tahan lama dan butuh perlakuan khusus dapat diangkut lebih cepat dari barang yang bertahan dalam waktu lama dan tidak membutuhkan perlakuan khusus dalam penggudangannya.
- Menetapkan prosedur dan administrasi pengangkutan yang sesuai untuk memudahkan pengawasan dalam pengangkutan dan bongkar muat
Barang-barang yang ditampung digudang terbuka untuk menunggu
pengangkutan, tidak pula didukung fasilitas gudang khusus sehingga untuk
menutupi kelemahan tersebut maka dibutuhkan pemanfaatan yang optimal dalam
pengembangan fasilitas bongkar muat dan gudang agar volume perdagangan
dapat tumbuh sesuai dengan yang direncanakan.
Strategi yang diambil untuk menghilangkan kelemahan adalah memanfaatkan
peluang yaitu mengatur sistem administrasi pengangkutan sehingga barang yang
tidak tahan lama dan butuh perlakuan khusus dapat diangkut lebih cepat dari
barang yang bertahan dalam waktu lama dan tidak membutuhkan perlakuan
khusus dalam penggudangannya.
Administrasi yang tidak tertip merupakan kelemahan, yang menyebabkan
sulitnya pengawasan dalam pengangkutan, dengan memanfaatkan peluang
sebagai pelabuhan utama maka pihak kantor pelabuhan Murhum dapat
menetapkan prosedur dan administrasi pengangkutan yang sesuai untuk
memudahkan pengawasan dalam pengangkutan dan bongkar muat dipelabuhan
Murhum.
c. Kekuatan (Strength) dan Ancaman (Threats).
Pengaruh politik untuk melakukan pengembangan pelabuhan dalam bentuk
pemanfaatan luas lahan yang dimiliki sangat berpengaruh besar terhadap
terealisasinya rencana pelabuhan yang telah disusun.
Tabel 16.
Analisis strategi Kekuatan (Strength) dan Ancaman (Threats)
Kekuatan
(Strength)
dan
Ancaman
(Threats)
- Dengan memanfaatkan kekuatan luasnya lahan yang belum digunakan, dapat memperkecil ancaman melemahnya arus perdagangan dengan strategi melakukan perencanaan jangka panjang untuk mengembangkan prasarana pelabuhan.
- Realisasi pengembangan pelabuhan dengan mengedepankan aspek lingkungan.
. Setiap pemerintah daerah semejak berlakunya undang-undang otonomi
daerah, dalam pemerintahannya sering mengambil kebijakan yang bertentangan
dengan kepentingan daerah. Ancaman politik sangat berpengaruh besar terhadap
kekuatan yang dimilikii pelabuhan. Strategi penegasan undang-undang daerah,
tentang rancangan transportasi diharapkan dapat mengikat pihak pemerintah
daerah untuk tidak mengambil kebijakan diluar rancangan pelabuhan yang telah
direalisasikan sebelumnya.
d. Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threats)
Fasilitas gudang yang belum dimiliki pelabuhan dan menjadi ancaman
melemahnya aktivitas perdagangan, membutuhkan realisasi atas rancangan yang
telah disusun oleh pihak pelabuhan dan telah disahkan pihak Kementerian
Perhubungan. Strategi Pergantian fungsi gudang yang dialihkan pada penggunaan
petik kemas diramalkan tidak memberikan pengaruh signifikan pada pertumbuhan
volume perdagangan dikota Baubau yang dapat dilihat pada ramalan tabel 5
namun strategi ini diharapkan dapat menangani sementara ancaman yang akan
terjadi.
Tabel 17.
Analisis strategi kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats)
Kelemahan
(Weakness)
dan
Ancaman
(Threats)
Fungsi gudang yang dialihkan pada
penggunaan petik kemas.
Pemeliharaan lingkungan pelabuhan.
Perencanaan tata ruang pelabuhan dengan analisis pemeliharaan lingkungan
pelabuhan, dalam penerapannya diharapkan mampu mengatur perubahan
kelemahan sebelumnya yang terjadi dalam pelayanan pelabuhan . Kerjasama
pemerintah, pihak pelabuhan dan pelaku usaha untuk menegaskan aturan
pembuangan limbah, dapat membantu memperlambat tingkat kedangkalan dimasa
yang akan datang tanpa menghambat pertumbuhan arus bongkar muat dan
barang dipelabuhan Murhum kota Baubau.
4. Strategi pendukung.
Dengan menggabungkan isu-isu kekuatan dan peluang, kelemahan dan peluang,
kekuatan dan ancaman, kelemahan dan ancaman menjadi strategi maka dibutuhkan
strategi pendukung untuk melaksanakan strategi yang telah direncanakan untuk
merunbah kelemahan menjadi peluang, ancaman menjadi kekuatan dan ancaman
kelemahan menjadi peluang dan kekuatan.
Tabel 18.
Analisis strategi pendukung penerapan strategi SWOT
STRATEGI S.O ( Kekuatan dan
Peluang)
Penetapan rancangan pengembangan pelabuhan
jangka menengah dan jangka panjang.
STRATEGI W.O (Kelemahan dan
Peluang)
Mengatur sistem administrasi
pengangkutan sehingga
barang yang tidak tahan lama
dan butuh perlakuan khusus
dapat diangkut lebih cepat
dari barang yang bertahan
dalam waktu lama dan tidak
membutuhkan perlakuan
khusus dalam
penggudangannya.
Menetapkan strandar
posedur dan
administrasi bongkar
muat barang.
STRATEGI S.T ( Kekuatan dan
Ancaman)
Penyesuaian rancangan
pelabuhan dalam rancangan
RTRW, dan Rancangan
Pembangunan Jangka
Panjang Daerah tiap
pergantian birokrasi.
Penegasan Undang-
undang daerah.
STRATEGI W.T ( Kelemahan dan
Ancaman)
Pengawasan dalam realisasi
pengembangan kawasan
pelabuhan.
Kerjasama pemerintah,
pihak pelabuhan dan
pelaku usaha untuk
menegaskan aturan
pembuangan limbah.
Tidak tersedianya fasilitas gudang dipelabuhan dapat menjadi ancaman
bergantinya iklim perdagangan. Walaupun volume perdagagan tiap komoditi diBaubau
mengalamii pertumbuhan negatif, dapat dilihat tingginya kekuatan dan peluang yang
dimiliki pelabuhan Murhum menutupi tingkat kelemahan dan ancaman yang dimiliki
untuk melakukan pengembangan, dan artinya pelabuhan Murhum dapat memberikan
distribusi pada pertumbuhan ekonomi dan memberikan pelayanan bongkar muat yang
maksimal kapada pedagang.
Gambar 8.
Posisi strategis pengembangan pelabuhan berdasarkan matriks SWOT
Sesuai dengan hasil perhitungan matriks SWOT, ditemukan point kekuatan 0.40
dan peluang 0.75 untuk penerapan strategi yang dianalisis berdasarakan kekuatan
yang dimiliki pelabuhan Murhum saat ini yaitu Luasnya lahan yang belum
diproduktifkan, Lokasi pelabuhan yang strategis, Pelabuhan alam, Pelabuhan utama,
Tingkat keamanan yang baik memerikan pengaruh yang sangat kuat untuk
pengembangan pelabuhan dimasa yang akan datang dengan melemahkan ancaman
dan merubah kelemahan menjadi peluang strategi perencanaan pelabuhan jangka
Weakness
Strength
Oppourtunity
Threath
(+)(+) Progresif
0.75
0.50
panjang, yang artinya berpengaruh pada aktivitas perdagangan dimasa yang akan
datang dan mempercepat pertumbuhan ekonomi dikota Baubau.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis dengan data yang diperoleh dilapangan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Prasarana gudang yang ditawarkan pelabuhan Murhum tidak mencukupi untuk
melayani permintaan volume barang intrasulair dan dibutuhkan tambahan
gudang untuk barang sesuai jenis komoditi.
2. Berdasarkan pada hasil analisis matriks SWOT maka strategi peningkatan
kinerja pelabuhan Murhum dalam mendukung perdagangan intrasulair layak
untuk diterapkan sesuai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
B. Saran
1. Saran teoritis kepada penulis selanjutnya.
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang dijumpai dilapangan dan hasil analisis
dapat dikatakan bahwa prasarana gudang pelabuhan Murhum tidak mampu
melayani arus barang dipengaruhi tidak adanya bangunan gudang khusus
dipelabuhan, yang dapat kita jumpai adalah lapangan penumpukan terbuka.
Fungsi gudang dialihkan dengan penggunaan petik kemas. Dengan petik kemas
diharapkan mampu melani arus barang yang tumbuh tiap tahun dikota Baubau.
Dengan berdasarkan pada hasil analisis kecukupan gudang pelabuhan Murhum,
maka disarankan kepada penulis selanjutnya untuk melakukan penelitan pada
Evaluasi Penerapan Pengangkutan Petik Kemas Dalam Melayani Perdagangan
Antar Pulau diKota Baubau.
Selain itu, sebagai lanjutan dari teori pertumbuhan ekonomi klasik maka akan
berlaku teori aglomerasi oleh Weber yaitu daya tarik yang dimiliki akibat
bertumbuhanya satu aspek, maka perlu dianalisis dampak dari pengembangan
kawasan pelabuhan dalam mendukung perdagangan intrasulair.
2. Saran teknis untuk perencana.
Dampak dari sebuah perencanaan tidak dirasakan dalam waktu dekat, namun
dengan pasti akan dirasakan oleh generasi yang akan datang, oleh karena itu
dibutuhkan strategi khusus untuk menangani dampak negatif yang akan muncul
dari berbagai aspek, dipengaruhi pengembangan gudang pelabuhan dalam
melayani perdagangan intrasulair.
3. Saran kepada pemerintah daerah.
Sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan arus
barang, walaupun rancangan telah disusun secara sempurnah, masalah dapat
terjadi kapanpun dalam realisasi pengembangan penggudangan. Kita ketahui
pentingnnya gudang untuk menunjang arus barang sangat berpengaruh terhadap
perekonomian, maka tenaga kerja yang ditempatkan untuk mengolola manajemen
pelabuhan diharapkan memiliki kompeten dan memahami pengelolaan
transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita H.Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Makassar.
Adisasmita H.Rahardjo, 2010. Dasar-dasar Ekonomi Transportasi. Graha Ilmu,
Makassar.
Adisasmita H.Rahardjo, 2010. Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu, Makassar.
Adisasmita H.Rahardjo, 2010. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan. Graha Ilmu,
Makassar.
Bambang Triatmodjo. Revisis 2008. Pelabuhan. Beta Offset, Jakarta.
Intruksi Presiden RI. No. 4/1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang di
Pelabuhan untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi, 4 April 1985.
Purba Radiks. 1997. Angkutan Muatan Laut. Rineka Citra, Jakarta.
Rustiadi Ernan dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Sakti Adji. 2011. Perencanaan Pembangunan Transportasi. Graha Ilmu, Makassar.
Sakti Adji. 2011. Transportasi dan Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu, Makassar.
Salim Abbas. 1993. Manajemen Transportasi. Raja Grafindo Perkasa, Yogyakarta.
Sarwono Henry. 2011. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Caps, Jakarta.
Simbolon MM. 2002. Ekonomi Transportasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Soewedo Hananto, Capt. 2007. Manajemen Perusahaan Pelayaran. Rajawali Pers,
Jakarta.
Sukirno Sadono. Edisi 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Grafindo Persada,
Jakarta.
Hendro Raldi, dkk. Dimensi Keruangan Kota. Universitas Indonesia, Jakarta.
Wirata Ivan. 2008. Kajian Prospek Perluasan Pelabuhan Jambi. Universitas
Diponegoro, Semarang.
John,W. ( 2005 ). Identifikasi Pola Data Timer Series. Semarang : Universitas Negeri
Semarang, Semarang.