terjemahan novel al zaynî barakât karya gamal al ghitani ... · terjemahan novel al zayn ......

91
Terjemahan Novel al Zaynî Barakât Karya Gamal al- Ghitani: Analisis Ungkapan Ekspresif Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S) Disusun Oleh: Lenny Haryanti NIM: 1111024000025 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M

Upload: others

Post on 01-Feb-2020

110 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Terjemahan Novel al Zaynî Barakât Karya Gamal al-

Ghitani: Analisis Ungkapan Ekspresif

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Disusun Oleh:

Lenny Haryanti

NIM: 1111024000025

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa

pencabutan gelar.

Jakarta, 11 Oktober 2015

Lenny Haryanti

NIM: 1111024000025

iii

Terjemahan Novel al-Zaynî Barakât Karya Gamal

al-Ghitani: Analisis Ungkapan Ekspresif

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

Lenny Haryanti

NIM: 1111024000025

Pembimbing

Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag.

NIP: 195708161994031001

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Terjemahan Novel al-Zaynî Barakât Karya Gamal al-

Ghitani: Analisis Ungkapan Ekspresif” telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

07 November 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 07 Desember 2015

SIDANG MUNAQASYAH

TIM PENGUJI TANDA TANGAN

Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum ( )

Ketua Sidang Tgl.

Rizqi Handayani, MA ( )

Sekretaris Sidang Tgl.

Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag. ( )

Pembimbing Tgl.

Prof. Dr. Sukron Kamil, MA ( )

Penguji I Tgl.

Abdul Wadud Kasyful Anwar, Lc., M.Ag ( )

Penguji II Tgl.

v

ABSTRAK

LENNY HARYANTI

Terjemahan Novel al-Zaynî Barakât Karya Gamal al-Ghitani: Analisis Ungkapan

Ekspresif. 2015.

Dalam berkomunikasi ungkapan ekspresif yang dituangkan oleh penutur

seringkali terjadi kesalahpahaman bagi lawan tutur. Terutama dalam

penerjemahan ungkapan ekspresif bahasa Asing. Adanya perbedaan penerjemahan

dalam berbagai ungkapan ekspresif tersebut membuat saya tertarik untuk

membahas tuturan ekspresif yang ada pada novel al-Zaynî Barakât beserta

terjemahannya. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk memahami

penerjemahan ungkapan ekspresif dan mengetahui maksud dari ungkapan penutur.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan cara mendeskripsikan ungkapan ekspresif di setiap kejadian

yang dialami oleh para tokoh. Objek penelitian ini adalah macam-macam tuturan

ekspresif beserta terjemahannya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini berupa terjemahan novel al-Zaynî Barakât. Teknik pengumpulan data yang

digunakan peneliti yaitu membaca, memahami, dan mendeskripsikan sumber data

utama.

Berdasarkan analisis ungkapan ekspresif, dari 36 data yang ditemukan,

peneliti mengklasifikasikannya menjadi beberapa ungkapan ekspresif. Dan hasil

penelitian menjawab bahwa dalam setiap tuturan memiliki maksud yang ingin

disampaikan penutur kepada lawan tutur. Di antaranya memuji (ta‟jub), kaget,

marah, ucapan selamat, terima kasih, dan maaf. Selain itu, peneliti pun

menemukan adanya perbedaan dalam penerjemahan ungkapan ekspresif.

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillâh, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas karunia dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam senantisa tercurah atas Rasulullah SAW yang menjadi suri tauladan bagi

kita semua beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk meraih gelar kesarjanaan di Program

Strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.Dalam

pembuatan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dukungan moril dari pihak-

pihak yang terhormat dan terpenting dalam hidup saya, saya tidak akan mampu

berjalan menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu dengan rasa hormat, saya

ucapkan terimakasih kepada orang-orang yang selalu mendukung saya dalam

pembuatan skripsi ini.

Pertama sekali saya ucapkan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. Sukron

Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora dan Dosen Seminar

Proposal saya. .

Terimakasih kepada bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum.,

selaku ketua jurusan yang telah banyak membantu selama saya menimbang ilmu

di perguruan tinggi ini sampai menghantarkan saya pada gerbang kelulusan.

Dalam kesempatan ini pula saya ucapkan terima kasih kepada bapak Drs.

Ikhwan Azizi, M.Ag yang telah membimbing saya. Di tengah kesibukkannya

beliau selalu menyempatkan waktunya untuk mengarahkan saya dalam pembutan

skripsi ini.

vii

Kepada para penguji bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA dan bapak Abdul

Wadud Kasyful Anwar, Lc., M.Ag. saya ucapkan terimakasih karena telah

menguji dan mengoreksi skripsi saya untuk lebih baik lagi. Juga kepada semua

dosen tarjamah UIN Jakarta yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu mereka

yang sangat berguna kepada saya selama perkuliahan.

Tak lupa saya persembahkan skripsi ini kepada orang tua saya yang telah

memberikan dukungan moriil maupun imateriil. Berkat kasih sayang dan

kesabarannya saya mampu melewati rintangan dalam pembuatan skripsi ini.

Sekaligus saya ucapkan permohonan maaf kepada mereka. Karena dukungannya

saya dapat melanjutkan kuliah di perguruan tinggi ini.

Kepada teman-teman seperjuangan saya Tarjamah 2011 saya ucapakan

terimakasih. Atas dorongan dan motivasi kalian pun saya terpacu untuk lebih

semangat lagi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca skripsi

ini dan mampu memperluas wawasan dalam ilmu pengetahuan terutama dalam

bidang penerjemahan.

Dengan rendah hati, saya minta maaf dan terimakasih jika saya banyak

salah, keliru, atau tidak pada tempatnya dalam bersikap serta membawakan diri

selama ini.

Lenny Haryanti

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 6

D. Tinjauan Pustaka .......................................................... 6

E. Metodologi Penelitian .................................................. 8

F. Sistematika Penulisan ................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Gambaran Umum Penerjemahan .................................. 11

1. Penerjemahan Sastra ............................................. 11

2. Proses Penerjemahan ............................................. 14

3. Syarat-syarat Penerjemah ...................................... 16

B. Pragmatik ...................................................................... 18

C. Ungkapan Ekspresif dalam Teori Tindak tutur ............ 19

D. Fungsi Ekspresif ........................................................... 22

E. Ungkapan Ekspresif ..................................................... 22

1. Bentuk-bentuk Ekspresif ....................................... 22

2. Ungkapan Ekspresif dalam Bahasa Arab .............. 25

F. Novel ............................................................................ 28

Definisi Novel .............................................................. 28

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Teks Sumber ................................................................. 34

1. Sekilas Tentang Pengarang dan Penerjemah ......... 34

ix

2. Sinopsis Terjemahan Novel al-Zaynî Barakât ...... 36

BAB IV ANALISIS DATA

A. Penafsiran Novel .......................................................... 43

1. Tokoh dan Penokohan ........................................... 43

2. Tema ...................................................................... 45

3. Alur atau Plot ........................................................ 45

4. Latar atau Setting .................................................. 45

B. Analisis Ungkapan Ekspresif dalam Terjemahan

Novel al-Zaynî Barakât ................................................ 46

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................... 73

B. Rekomendasi ................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 76

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Konsonan

No. HURUF

ARAB HURUF

LATIN

No. HURUF

ARAB

HURUF

LATIN

ا .1Tidak

dilambangkan 16.

طTh

Zh ظ .B 17 ب .2

.T 18 ث .3 ع

G غ .Ts 19 ث .4

F ف .J 20 ج .5

Q ق .H 21 ح .6

K ك .Kh 22 خ .7

L ل .D 23 د 8

M م .Dz 24 ذ .9

N ن .R 25 ر .10

W و .Z 26 ز .11

H هـ .S 27 س .12

` ء .Sy 28 ش .13

Y ي .Sh 29 ص .14

Dl ض .15

xi

Vokal

1. Vokal Tunggal

No. TANDA HURUF

LATIN

No. TANDA

HURUF

LATIN

1. ____

A 3. _____ U

2. ------ I

2. Vokal Rangkap

NO. TANDA DAN

HURUF NAMA

GABUNGAN

HURUF NAMA

fathah dan yâ` Ai a dan i ..... ي .1

fathah dan wâu Au a dan u ........و .2

Maddah

No.

HURUF

DAN

HARAKAT

TANDA No

.

HURUF DAN

HARAKAT TANDA

1. ......ا

 3. و...... Û

2. .....ي

Î

Tâ` Marbutah

Transliterasi untuk tâ` marbûtah adalah:

xii

1. Tâ` )ة( marbûtah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah atau

dammah, transliterasinya adalah “t”.

2. Tâ` marbûtah yang mati atau sukun, transliterasinya adalah “h”.

3. kata yang akhirnya ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata

sandang al (ال ), sedangkan penulisan kedua kata itu dipisah, maka

tâ`marbûtah tersebut ditrasliterasikan dengan “h”, seperti pada kata:

al-Madînah al-Munawwarah = المدينت المنورة

Kata Sandang

Kata sandang (ال ), ditransliterasikan berdasarkan kata yang diikuti oleh kata

sandang tersebut. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah

ditrasliterasikan sesuai dengan bunyinya, yakni huruf “l” diganti dengan huruf

yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut, ditulis

terpisah dan dihubungkan tanda sambung. Contoh:

at- ta‟lîm= التعلين

an-nisâالنسآء =

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah, kata sandang ditulis tetap

sebagai “al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda

sambung. Contoh:

Al-badî‟u = البديع

al-qurân القرآن =

Al-ma‟nâ = المعنى

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada kehidupan sehari-hari ketika kita berkomunikasi seringkali mendengar

beberapa ungkapan ekspresif. Ungkapan ekspresif ini merupakan bagian dari

tindak tutur ilokusi. Tujuan memahami setiap ungkapan ini yaitu untuk

menghindari terjadinya misscomunication. Terlebih ketika kita mengetahui bahwa

setiap Negara memiliki bahasa dan budaya yang berbeda-beda. Tindak tutur

merupakan kajian dari bidang ilmu pragmatik. Dengan tindak tutur seseorang, kita

dapat mengetahui perasaan penutur dan maksud dari ungkapan penutur.

Dalam hal ini, menurut Searle yang dikutip oleh Kunjana Rahardi

menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima

macam bentuk tuturan, yakni (1) asertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif,

dan (5) deklarasi.1

Akan tetapi peneliti hanya akan memfokuskan pembahasannya mengenai

tindak tutur ekspresif. Yang dimaksud dengan bentuk tuturan ekspresif

(expressive) ini adalah bentuk tutur yang berfungsi menyatakan atau menunjukkan

sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu seperti yang dapat

disebutkan berikut ini: (a) berterima kasih (thanking), (b) memberi selamat

(congratulating), (c) meminta maaf (pardoning), (d) menyalahkan (blaming), (e)

1 Kunjana Rahardi,Sosiopragmatik: Kajian Imperatif dalam Wadah Konteks Sosiokultural

dan Konteks Situasionalnya, (Erlangga: Jakarta, 2009), h. 17.

2

memuji (praising), dan (f) berbela sungkawa (condoling).2 Dalam suatu

pembicaraan, penutur dapat menyampaikan gagasannya seandainya lawan

tuturnya bekerjasama. Memang kadang-kadang terjadi kesalahpahaman, tetapi

kebanyakan penutur dan lawan tutur dapat saling memahami maksud tuturan yang

mereka buat.3

Dari pendapat yang dikemukakan oleh Searle dapat diambil kesimpulan

bahwa untuk merespon tindak tutur ekspresif kita harus melihat situasi dan

kondisinya masing-masing. Dalam proses menerjemahkan pun seperti itu, seorang

penerjemah tidak boleh menerjemahkan semaunya atau tidak mengikuti aturan-

aturan yang ada. Terutama dalam menerjemahkan teks sastra seperti novel.

Menerjemahkan novel dibutuhkan imajinasi yang luas untuk memahaminya.

Seperti menerjemahkan ungkapan-ungkapan ekspresif yang ada dalam novel

tersebut penerjemah dapat melihat dan menyesuaikan dengan konteks

sebelumnya.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa bahasa semakin berkembang sesuai

dengan budaya masing-masing bangsa. Mengenai tuturan, bahasa sangat memiliki

peran penting dalam penggunaannya. Penutur pun memiliki bahasanya tersendiri

dalam menyampaikan informasi. Dengan adanya bahasa, penutur dan lawan tutur

dapat saling memahami tentang psikologis seseorang.

2 Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik: Kajian Imperatif dalam Wadah Konteks

Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya, h. 18.

3 F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.

24.

3

Maka dari itu setiap penerjemah haruslah menyadari perubahan-perubahan

bahasa yang ada disekitarnya. Apabila seorang penerjemah berhasil mengalihkan

bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) maka ia akan mampu untuk

memahami bahasa yang digunakan oleh masyarakat tersebut sehingga dapat

berkomunikasi dengan baik dan benar.

Jika diperhatikan secara teliti terdapat berbagai ungkapan ekspresif bahasa

Arab, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ungkapan tersebut

diartikan berbeda dan penerjemahan yang dilakukan pun disesuaikan dengan

konteks. Contoh ungkapan makian, masyâ Allâh, dan lain sebagainya.

Dalam bahasa lisan untuk lebih memahami bagaimana caranya agar kita

dapat mengetahui bahwa itu merupakan ekspresi marah, sedih, senang, kagum dan

lain sebaginya maka kita harus melihat kepada konteks sebelumnya. Biasanya

untuk mengungkapkan berbagai macam ekspresi dapat dilihat dari kontak mata,

intonasi dan gerakan tubuh lainnya. Sama dengan bahasa tulis yang ada di dalam

karya sastra seperti novel, untuk mengetahuinya yaitu dengan cara melihat

konteks sebelumnya.

Akan tetapi kedua bahasa itu memiliki perbedaan yaitu adanya perbedaan

antara bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan lebih memudahkan kita dalam

berkomunikasi dibandingkan dengan bahasa tulis karena pada dasarnya lewat

bahasa lisan kita dapat melihat langsung gerakan tubuh atau intonasi ketika lawan

bicara ingin mengungkapkan ekspresinya.

Pemakaian bahasa lisan memberikan sumbangan sarana paling hakiki untuk

terjadinya dan berhasilnya komunikasi. Sarana ini disebut suprasegmental dan

4

paralingual atau ekstralingual. Suprasegmental ialah gejala intonasi seperti aksen,

tekanan tinggi rendahnya nada, keras lemahnya suara, dan sebagainya. Gejala-

gejala itu sebagian merupakan unsur sistem bahasa yang bersifat fonemik

sehingga langsung relevan dengan pemahaman struktur kata dan kalimat.

Sebagian juga tidak bersifat fonemik, ekstralingual, tetapi juga penting untuk

berhasilnya komunikasi gejala itu misalnya tekanan suara tertentu, lagu kalimat

yang khusus, keras atau lirihnya bicara, di samping itu gerak-gerik tangan, mata,

anggota badan, dan sebagainya. Juga dapat kita simak keadaan mental dan

suasana hati pembicara, apakah marah, senang, gugup, dan sebagainya 4

Sedangkan bahasa tulis tidak ada kemungkinan hubungan fisik antara

penulis dan pembaca. Dalam komunikasi lewat bahasa tulis, penulis harus

meneruskan atau mengomunikasikan segala sesuatu dengan lebih eksplisit, harus

sejelas mungkin. Tugas interpretasi jauh lebih sulit akibat adanya interaksi yang

spontan.5

Dalam hal ini, saya memberikan contoh ungkapan ekspresif yang ada pada

novel terjemahan al-Zaynî Barakât seperti berikut ini:

أخجبس اصب؟((بلع. . بلعضؾه اض٠ )) . .6

Terjemahan:

Zayni tertawa, “Bagus! Bagus! Lalu jamaah sudah sholatkah?7

4 Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005), h. 20. 5Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, h. 21.

6Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 194.

7Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

261.

5

Kalimat di atas termasuk kepada ungkapan memuji yang ditandai dengan

kata “bagus!” yang dimaksudkan bahwa Zayni puas akan cara kerja Zakariyya.

Karena Zakariyya bekerja lebih dari apa yang sebelum diperintahkan oleh Zayni.

Zayni memerintahkan anak buahnya untuk memata-matai atau mengawasi Said.

Maka dari itu Zayni memuji cara kerja Zakariyya yang bagus sebagai kaki

tangannya Zayni. Ungkapan pujian tersebut dalam bahasa Arab yaitu عبل.

Menurut kamus, عبل berarti lalim, tidak adil, menyimpang.8 Akan tetapi

penerjemah menerjemahkan عبل menjadi “bagus!”, di mana kata “bagus!”.

Merupakan sebuah ungkapan pujian terhadap hasil kerja seseorang yang bersifat

positif. Sedangkan kata “lalim, tidak adil, menyimpang” biasanya ungkapan ini

bersifat negatif. Dan pengulangan kata عبلpun berfungsi menjadi penguat yang

“berarti benar-benar bagus”.

Dalam kondisi seperti ini, seorang penerjemah dituntut untuk memahami

budaya sekitar, terutama mengenai bahasa yang digunakan di antaranya bahasa

lisan dan bahasa tulisan atau teks, sehingga penerjemah tidak terlalu merasa

kesulitan ketika menerjemahkan.

Adanya perbedaan-perbedaan dalam menerjemahkan teks terutama

menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia merupakan

tantangan yang cukup sulit bagi para penerjemah yang belum terbiasa

menerjemahkan karya sastra karena di samping ia harus menguasai budaya, ia

juga harus memiliki tingkat imajinasi yang tinggi. Berbagai macam aspek budaya

harus ia kuasai agar dapat menemukan makna yang tepat.

8Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab - Indonesia(Surabaya: Penerbit

Pustaka Progressif, 1997), h. 987.

6

Berdasarkan latar belakang itulah saya tertarik untuk menulis skripsi:

“Terjemahan Novel al-Zaynî Barakât Karya Gamal al-Ghitani: Analisis

Ungkapan Ekspresif.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini saya hanya memfokuskan dan membatasi ungkapan

ekspresif hanya pada apa yang ada dalam novel terjemahan al-Zaynî Barakât.

Menurut pembatasan masalah tersebut maka saya merinci masalah yang

akan dibahas dalam pembahasan skripsi ini, diantaranya:

Bagaimanakah penerjemahan dan fungsi dari ungkapan ekspresif dalam novel

tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui makna ungkapan ekspresif dan menghilangkan

kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Manfaat penelitian ini adalah agar masyarakat lebih memahami

bagaimanaungkapan ekspresif itu diterjemahkan. Dan bagi mahasiswa/i jurusan

tarjamah pun dapat lebih mengetahui bagaimana cara dalam menerjemahkan

ungkapan ekspresif dalam bahasa arab ke bahasa Indonesia, terutama dalam

menerjemahkan novel/karya sastra.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah saya menelaah, meneliti beberapa buku seperti novel, KBBI,

internet, perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan UIN Syarif

7

Hidayatullah Jakarta, maupun internet mengenai ungkapan ekspresif. Saya

menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan ungkapan ekspresif di mana

skripsi tersebut menjadi acuan dalam pembuatan skripsi ini, yaitu:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Nana Handayani dengan judul

“Kesantunan Ekspresif Memuji dalam Berinteraksi Dengan Teman Sebaya Siswa

Kelas VII SMP Negeri 1 Dampelas Kab. Danggola” dari Universitas Tadulako:

dalam pembahasan yang hampir serupa ini peneliti menjadikannya sebagai acuan

dalam pembuatan skripsi. Akan tetapi pembahasan yang diteliti oleh Nana

Handayani hanya memfokuskan pada tindakan ekspresif memuji, sedangkan

dalam penelitian ini peneliti akan membahas secara keseluruhan mengenai

ungkapan ekspresif yang ada pada novel al-Zaynî Barakât.

Kedua, skripsi dengan judul “Analisis Terjemahan Tindak Tutur Direktif

Pada Novel The Godfather dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia” oleh

Singgih Daru Kuncara dari UNS Surakarta pada tahun 2013, penelitian yang

dilakukan olehnya merupakan berupa jurnal. Dalam jurnalnya ia memfokuskan

pembahasannya pada tindak tutur direktif di mana direktif adalah bagian dari

tindak tutur ilokusi yang disebutkan menurut Searle. Ia pun menggunakan korpus

berupa novel yang berjudul The GodFather. Sedangkan dalam penelitian skripsi

ini, peneliti memfokuskan pembahasannya pada ungkapan ekspresif meskipun

ungkapan ekspresif dan direktif sama-sama bagian dari tindak tutur ilokusi.

Dalam penelitian ini saya menggunakan terjemahan novel al-Zaynî Barakât

sebagai korpus agar para penerjemah mengetahui apa saja ungkapan ekspresif

yang ada pada novel al Zaynî Barakât dan bagaimana dalam menerjemahkannya.

8

Sedangkan dalam penelitian sebelumnya peneliti yang lain menggunakan korpus

yang berbeda-beda seperti penemuan penelitian yang disebutkan di atas.

E. Metodologi Penelitian

Dalam pembuatan skripsi ini saya menggunakan metode kualitatif yaitu

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9 Dalam penelitian kualitatif ini

saya mendeskripsikan ungkapan-ungkapan ekspresif yang digunakan pada novel

tersebut. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data

yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, yaitu berupa teks atau kata-kata,

bukan dengan angka-angka.10

Sumber primer dalam penelitian ini adalah buku terjemahan novel “al-Zaynî

Barakât” yaitu novel “The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu

Menara” . Dan untuk lebih mendukung penelitian ini saya juga merujuk pada

sumber-sumber sekunder berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan

kamus al Munawwir Arab dan Indonesia.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara membaca

terjemahan novel al-Zaynî Barakât, memahami isi, mencari ungkapan ekspresif

dalam bahasa Arab dan Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan

mengklasifikasikan macam-macam ungkapan ekspresif.

Analisis data yang dilakukan yaitu dengan cara melihat terjemahan

ungkapan ekspresif, setelah itu saya mengklasifikasikan macam-macam ungkapan

9 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta, Arruz Media, 2011), h. 30.

10 Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta, Grafindo, 2013), h. 79.

9

ekspresif, mendeskripsikannya, kemudian masuk ke dalam tahap analisis dengan

menggunakan teori tindak tutur menurut Searle.

F. Sistematika Penulisan

Guna mendapat pemahaman yang terarah dan komperhensif dalam

pembahasan masalah ini, saya harus merumuskan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I: Pendahuluan, mencakup: apa yang melatarbelakangi peneliti untuk

mengangkat judul ini, dan semuanya akan peneliti jawab di

latarbelakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: Kerangka Teori, Bab ini adalah kelanjutan dari bab selanjutnya,

berisi tentang teori-teori yang peneliti gunakan dalam menganalisis

permasalahan yang peneliti angkat dalam skripsi ini, yaitu berupa

teori-teori penerjemahanyang mencakup:teori-teori penerjemahan,

pragmatik, tindak tutur ekspresif, dan bentuk-bentuk tuturan

ekspresif dalam bahasa arab.

BAB III: Gambaran Umum, meliputi biografi penulis novel dan

penerjemahnya beserta sinopsis mengenai novel al-Zaynî Barakât.

BAB IV: Bab ini memberikan pemaparan mengenai analisis ungkapan

ekspresif yang ada pada novel terjemahan al- Zaynî Barakât

dengan cara mengkaji dan mendeskripsikannya.

10

BAB V: Penutup, bab ini terdiri dari kesimpulan, yang disertai dengan

rekomendasi bermanfaat yang peneliti berikan untuk masukan bagi

penerjemah.

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Gambaran Umum Penerjemahan

1. Penerjemahan Sastra

Menerjemahkan merupakan suatu tanggung jawab yang besar pada diri

seorang interpreter maupun bagi pemula yang baru memulai melakukan

penerjemahan diberbagai bidangnya. Termasuk dalam menerjemahkan novel,

syair, majalah dan lain sebagainya. Bagi seorang penerjemah tidak boleh

melakukan penerjemahan semaunya akan tetapi penerjemah harus mengikuti

kaidah atau metode penerjemahan yang berlaku dan dibutuhkan keahlian khusus

terutama dalam menerjemahkan karya sastra.

Karya sastra lebih mengandung unsur ekspresi si sastrawan dan kesan

khusus yang ingin ditimbulkannya terhadap pembaca. Karya sastra juga

mengandung unsur-unsur emosional, efek keindahan kata dan ungkapan, efek

keindahan bunyi, dengan segala nuansa yang mengiringinya. Inilah yang disebut

dengan fungsi estetis.

Menurut Robinson yang dikutip oleh Zuchridin menerjemahkan karya sastra

merupakan usaha untuk menjembatani dua kultur yang berbeda, dengan dua

bahasa yang berbeda.11

Novel al-Zaynî Barakât merupakan salah satu karya fiksi.

Peter Newmark mengatakan masalah masalah yang menghadang penerjemah

dalam menerjemahkan prosa fiksi adalah pengaruh budaya sumber dan pesan

moral yang ingin disampaikan oleh penulis aslinya. Dalam hal pengaruh budaya

11

Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan

Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 154

12

BSa, kesulitan ini bisa berupa aturan-aturan BSu, gaya bahasa, latar, dan tema.

Sedang dalam hal pesan moral, penerjemah bias menemukan kesulitan dalam hal

idiolek dan ciri-ciri khas penulis.12

Dari beberapa penjelasan di atas bahwa memahami budaya tak kalah

pentingnya dalam proses penerjemahan agar lebih mudah dalam menemukan

padanan bahasa yang sesuai dengan budayanya. Keanekaragaman budaya yang

ada membuat bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya pun berbeda-beda dan

memiliki kekhasan bahasanya tersendiri.

Namun, untuk penerjemahan karya sastra seperti ini tidak sedikit yang

beranggapan bahwa penerjemahan seharusnya lebih berorientasi ke bahasa

sumber, karena teks jenis ini pada umumnya bersifat ekspresif atau merupakan

pengungkapan perasaan pengarang daripada penyampaian pesan dalam teks

informatif. Oleh karena itu, pada umumnya dalam penerjemahan karya sastra

hendaknya dihindarkan sejauh mungkin adanya perubahan. 13

Tahun 1790, Alexander Fraser Tytler menerbitkan bukunya The Principles

of Translation yang dikutip oleh Zuchridin Suryawinata, Beliau mengemukakan

tiga prinsip terjemahan:

1. Sesuatu terjemahan itu hendaklah mengekalkan semua makna yang

terkandung dalam teks asal.

2. Stail dan gaya bahasa terjemahan mestilah sama sifatnya dengan stail dan

gaya teks asal.

12

Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan

Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 155. 13

Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah: Pedoman Lengkap Bagi Anda yang

Ingin Menjadi Penerjemah Profesional (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), h. 181.

13

3. Terjemahan itu mestilah dirasakan seolah-olah ia adalah karya asli.14

Berbicara mengenai penerjemahan, kini banyak terjemahan karya sastra

asing yang bermunculan, seperti novel, cerpen, puisi, dan lain sebagainya

membuat para penerjemah karya sastra terus meningkat. Imajinasi yang tinggi

menjadi salah satu hal penting yang harus dimiliki ketika menerjemahkan novel

asing. Memiliki kemampuan menafsirkan dengan baik pun merupakan hal yang

dapat memudahkan para penerjemah. Penerjemah harus memiliki konteks

gagasan, memahami dan sanggup menerjemahkannya. Kemampuan ini berkaitan

erat dengan kata-kata yang tidak bisa ditemukan dalam kamus. Dalam hal ini

seorang penerjemah harus menafsirkan makna gagasan tadi berdasarkan konteks

kalimat, paragraf, dan naskah secara keseluruhan.15

Pemakaian dua bahasa oleh masyarakat ujaran. Ada beberapa jenis

bilingualisme, misalnya seorang yang orang tuanya berbahasa ibu yang berbeda

atau tinggal dalam satu masyarakat ujaran atau seseorang yang telah mempelajari

bahasa asing melalui pengajaran formal. Para penutur dwibahasa tidaklah selalu

mereka yang ditakdirkan jadi penerjemah atau interpreter, karena keahlian

berpindah-pindah antara dua bahasa mesti diperoleh secara terpisah, dan demikian

pula bahwa orang-orang yang sama fasihnya dalam dua bahasa dalam segala

situasi (ambilingual) sangatlah jarang ditemukan. Pendapat ini dikutip oleh

Budhyastuti R.H yang dicetuskan oleh Hartman & Stork16

14

Ainon Mohd & Abdullah Hassan, Teori dan Teknik Penerjemahan: Siri Bahasa( Kuala

Lumpur: PTS Professional Publishing Sdn. Bhd., 2000), h. 70. 15

Budhyastuti R.H, Kaya Lewat Terjemahan: Menyingkap Rahasia Sukses Bisnis Alih

Bahasa ( Bandung: Qonita, 2009), h. 14. 16

Chaedar A. Alwasilah, Pengantar Sosiologi Bahasa (Bandung: Angkasa bandung,

1993), h. 107.

14

Dengan adanya keragaman tersebut membuat bahasa yang ada didunia ini

semakin berwarna dan penerjemah memiliki keinginan untuk menguasai bahasa

yang sesuai dengan kemampuannya dan menghasilkan kedwibahasaan.Hal ini

dikarenakan bahasa memiliki peran penting untuk berkomunikasi dan berekspresi,

entah melalui gerak tubuh dan media lainnya itu termasuk kepada media

komunikasi.

Dan bahasa telah terbukti tidak dapat dilepaskan dari masyarakat dan

kebudayaan yang menjadi wadahnya. Aktivitas berbahasa sesungguhnya adalah

aktivitas sosial dari setiap warga masyarakatnya. Maka dapat dikatakan pula

bahwa praktik berbahasa pada hakikatnya adalah melaksanakan praktik-praktik

social (social practices). Oleh karenanya, aktivitas berbahasa harus

memperhitungkan kaidah-kaidah kebahasaan dan norma-norma kemasyarakatan

yang berlaku.17

2. Proses Penerjemahan

Sebelum menerjemahkan seorang penerjemah harus mengetahui metode-

metode penerjemahan, tekniknya dan memiliki wawasan yang luas mengenai

keanekaragaman budaya. Karena bahasa selalu berkaitan erat dengan budaya yang

ada.

De Maar, menunjukkan adanya tiga tahap dalam proses penerjemahan:18

a. Membaca dan mengerti karangan itu. Sebelum menerjemahkan alangkah

baiknya seorang penerjemah membaca dan memahami karangan yang akan

diterjemahkan hal ini dapat membantu dalam proses menerjemahkan.

17

Kunjana Rahardi, Dimensi-Dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah Bahasa Indonesia

Terkini (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 100. 18

A. Widyamarta, Seni Menerjemahkan, h. 15.

15

b. Menyerap segenap isinya dan membuat menjadi kepunyaan kita.

Dalam menerjemahkan karya sastra seorang penerjemah juga harus

memiliki imajinasiyang tinggi dan mampu menangkap isi yang terkandung

dalam karya tersebut.

c. Mengungkapkannya dalam langgam bahasa kita dengan kemungkinan

perubahan sekecil-kecilnya akan arti atau nadanya.

Dr. Ronald H. Bathgate, dalam karangannya berjudul “A Survey of

Translation Theory” yang dikutip oleh Widyamarta mengemukakan tujuh unsur,

langkah atau bagian integral dari proses penerjemahan sebagai berikut ini:19

1) Tuning (Penjajagan)

Yang dimaksud dengan tuning yaitu menjajagi bahan yang akan di

terjemahkan. Dalam hal ini sebelum menerjemahkan, kita harus mengetahui

bahasa siapa yang akan diterjemahkan: bahasa seorang pujanggakah,

seorang noveliskah, seorang ahli hukumkah, seorang penulis penelitian

ilmiahkah, seorang penulis esaikah, seorang manajer pabrikkah, seorang

penulis iklankah, dan sebagianya.

2) Analaysis (Penguraian)

Dalam tahap ini penerjemah harus mengetahui apa saja yang perlu di

analisis. Seperti kata-kata, hubungan sintaksis dengan pelbagai kalimat, dan

lain sebagainya.

3) Understanding (Pemahaman)

Sedangkan dalam tahap ini penerjemah harus memahami isi bahan.

4) Terminology (Peristilahan)

19

A. Widyamarta, Seni Menerjemahkan, h. 15.

16

Proses penerjemahan dalam peristilahan merupakan mencari ungkapan-

ungkapan atau istilah dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan

cermat dan tepat.

5) Restructuring (Perakitan)

Setelah proses peristilahan dan semua bahan itu terkumpul, kemudian

penerjemah merakit bahasa atau kata-kata tersebut menjadi tepat dan

disesuaikan dengan konteksnya.

6) Checking (Pengecekan)

Dalam proses ini kita harus mengecek terlebih dahulu khawatir terdapat

kesalahan dalam penggunaan tanda baca dan susunan-susunan kalimatnya.

Hal ini dilakukan agar terjemahan tersebut menjadi terlihat lebih indah dan

mudah dipahami.

7) Discussion (Pembicaraan)

Dan cara yang baik untuk mengakhiri proses penerjemahan ialah

penerjemah mendiskusikan hasil terjemahannya, baik menyangkut isinya

maupun menyangkut bahasanya.

3. Syarat-syarat Penerjemah

Untuk menjadi penerjemah, seseorang harus memiliki syarat-syarat yang

harus dipenuhi. Hal ini dikarenakan agar tidak adanya kesalahpahaman dalam

berkomunikasi. Dan syarat-syarat yang harus dipenuhi menurut Bathgate yang

dikutip oleh Vero Sudiati, yaitu:

a. Penerjemah harus menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran

b. Penerjemah harus memahami isi/atau bahan yang akan diterjemahkan.

17

c. Penerjemah harus mampu menulis secara baik dan jelas dengan pelbagai

gaya tulis

d. Penerjemah harus biasa bekerja dengan teliti dan cermat

e. Penerjemah harus biasa berkonsultasi dengan orang yang ahli bilamana

ragu-ragu mengenai arti teks atau mengenai peristilahan

f. Penerjemah mempunyai pengalaman dalam menafsirkan sesuatu

g. Penerjemah harus berwatak rendah hati dan berintegritas diri. Artinya,

penerjemah harus dapat mengukur kemampuannya sendiri dan senang

minta pertimbangan dari orang lain.20

Dalam menerjemahkan karya sastra juga memiliki kekhususan tugasnya

sendiri, diperlukan syarat khusus bagi penerjemah. Menururt Nida dan Savory

yang dikutip oleh Zuchridin menyatakan bahwa penerjemah karya sastra perlu

memiliki syarat-syarat berikut ini:

1. Memahami BSu secara hamper sempurna. Dalam tingkat rekognisi

kemampuannya diharapkan mendekati seratus persen;

2. Menguasai dan mampu memakai BSa dengan baik, benar, dan efektif;

3. Mengetahui dan memahami sastra, apresiasi sastra, serta teori terjemahan;

4. Mempunyai kepekaan terhadap karya sastra;

5. Memiliki keuletan dan motivasi yang kuat.21

20

Vero Sudiati dan Aloys Widyamartaya, Panggilan Menjadi Penerjemah (Yogyakarta:

Pustaka Widyatama, 2005), h. 11-12.

18

B. Pragmatik

Pragmatik kini banyak digunakan dalam penelitian bahasa oleh para

peneliti. Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji tentang bahasa yang

disesuaikan oleh konteks. Ada beberapa pendapat mengenai definisi pragmatik, di

antaranya pendapat Mey yang dikutip oleh FX. Nadar menekankan konteks dan

mengatakan bahwa pragmatik adalah the study of conditions of human language

uses as these are determined by the context of society (“kajian tentang kondisi

penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan oleh konteks

masyarakatnya”).22

Sedangkan menurut Wijana yang dikutip oleh FX.Nadar menyebutkan

bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks.23

Definisi lain yang

diajukan oleh Levinson yang menyebutkan bahwa pragmatics is the study of the

relations between language and context that are basic to an account of language

understanding. (Pragmatik mengkaji keterkaitan antara bahasa dan konteks yang

penting sekali untuk penjelasan pemahaman bahasa”)24

.

Menurut Leech dalam Linguistik Indonesia, pragmatik adalah studi

mengenai makna ujaran dalam situasi tertentu, sedangkan Levinson

mendefinisikan pragmatik sebagai relasi antar bahasa dan konteks yang

merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa.25

21

Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan

Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 153 22

F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, h. 4. 23

F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, h. 2. 24

F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, h. 54. 25

A. Effendi Kadarisman, Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Indonesia

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 78.

19

Untuk mengkaji pragmatik di dalam bahasa tertentu, kita perlu memahami

budaya masyarakat pengguna bahasa itu sendiri.26

Dalam hal ini konteks sangat

penting untuk menjalin komunikasi yang baik antara penutur dan lawan tutur.

Banyaknya peneliti dalam menganalisis ataupun menerjemahkan dari bahasa

sumber ke bahasa sasaran menggunakan ilmu pragmatik agar dapat memahami

makna yang terkandung dalam situasi tertentu. Namun demikian banyaknya

makna yang hanya dapat dipahami dalam konteks keberadaannya, dan itu menjadi

kajian ranah pragmatik, kontribusi besar dari ilmu pragmatik dalam penelitian

penerjemahan menjadi kian besar pula.27

Pragmatik lebih banyak membahas mengenai tindak tutur, prinsip-prinsip

kerjasama, implikatur dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan konteks.

Banyaknya definisi pragmatik bukanlah suatu hal yang janggal karena pada

dasarnya pragmatik merupakan kajian mengenai bahasa dan konteks.

Sebagaimana penyataan berikut: “keanekaragaman definisi yang mungkin dipakai

dan kurang jelasnya batas-batas dalam definisi tersebut mungkin saja

membingungkan tetapi keanekaragaman tersebut bukanlah sesuatu yang aneh”.28

C. Ungkapan Ekspresif dalam Teori Tindak Tutur

Dari beberapa tinjauan pustaka yang saya paparkan, pembahasan mengenai

ungkapan ekspresif bukan hal baru lagi dalam sebuah penelitian karena ungkapan

ekspresif ini sudah banyak yang meneliti. Akan tetapi dalam penelitian

sebelumnya lebih banyak menggunakan korpus sumber dalam bahasa Indonesia

26

Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder, Pesona Bahasa: Langkah

Awal Memahami Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, t.t.), h. 104. 27

F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, h. 236.

28F.X. Nadar,Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, h. 6.

20

sedangkan penelitian ini peneliti menggunakan korpus terjemahan novel dari

bahasa Arab.

Dalam hal ini, ada beberapa teori tindak tutur yang dicetuskan oleh para

ahli. Teori tindak tutur ini pertama kali dicetuskan oleh Austin yang kemudian di

kembangkan oleh oleh Searle. Tindak tutur menurut Searle yang dikutip oleh FX.

Nadar, ia menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam

lima macam bentuk tuturan, yakni (1) asertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4)

komisif, dan (5) deklarasi.29

Tindak ilokusi yaitu tindak tutur yang semata-mata

menyatakan sesuatu, apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu

menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta

maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain sebagainya.30

tindak tutur ini dapat dikatakan sebagai the act of doing something. Perlu dicatat

bahwa di dalam menuturkan sesuatu, seseorang secara khusus memerankan

beberapa tindakan.31

a. Asertif merupakan ungkapan pernyataan.32

Tindak tutur asertif ini berfungsi

untuk memberitahu informasi kepada lawan tutur. contoh: Harga kosan saya

bulan ini naik.

b. Direktif merupakan ungkapan yang mengatur tingkah laku pendengar. Di

sini tidak hanya membuat pendengar melakukan sesuatu, bertindak atau

berkata, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang direncanakan si

29

Rahardi Kunjana,Sosiopragmatik: Kajian Imperatif dalam Wadah Konteks

Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya, h. 17. 30

F.X. Nadar,Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, h. 14. 31

R. Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia (Jakarta:

Erlangga, t.t), h. 35. 32

Chaedar A. Alwasilah, Pengantar Sosiologi Bahasa, h. 21.

21

pembicara. Ini bisa dilakukan dengan perintah, permohonan, pemberian

perhatian, atau dengan rayuan.33

Contoh tuturan perintah yaitu: “Tolong nyalakan AC! Udara di sini

membuat saya gerah.”

Jadi maksud dari tuturan perintah tersebut penutur menginginkan adanya

tindakan yang ingin dilakukan oleh lawan tutur.

c. Ekspresif seperti berterimakasih, mengucapkan selamat, menyambut.

Ilokusi ekspresif cenderung menyenangkan, karena itu secara instrinsik

ilokusi ini sopan, kecuali tentunya ilokusi-ilokusi ekspresif seperti

„mengecam,‟ dan „menuduh‟.34

d. Komisif seperti mengusahakan, berjanji, mengancam, bersumpah. Contoh

ungkapan mengancam: Jika dia tidak membayar hutang, maka akan saya

bunuh!

e. Deklarasi seperti menyatakan, menamakan.35

Searle mengatakan bahwa

tindakan-tindakan ini merupakan kategori tindak ujar yang sangat khusus,

karena tindakan-tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam

sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk

melakukannya. (contoh klasik ialah hakim yang menjatuhkan hukuman pada

pelanggar undang-undang).36

33

Chaedar. A. Alwasilah, Pengantar Sosiologi Bahasa (Bandung: Angkasa bandung,

1993), h. 24. 34

Geoffrey Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press),

1993), h. 165. 35

F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, h. 16. 36

Geoffrey Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, h. 165.

22

D. Fungsi Ekspresif

Fungsi ekspresif tampak ketika bahasa digunakan untuk melepaskan atau

membangkitkan perasaan-perasaan atau emosi-emosi. Fungsi ekspresif biasanya

berupa memuji, menghina, terima kasih, selamat, dan lain sebagainya memiliki

maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh penutur. Penggunaan bahasa

tersebut disebut ungkapan ekspresif. Sebagai contoh yaitu seorang religius akan

mengekspresikan rasa takjub dan dan kagumnya pada kebesaran dan misteri alam

dengan membawakan doa yang mengagungkan nama Tuhan.37

Agar lebih

memahami fungsi ekspresif ini, dapat dilihat pada contoh sebagai berikut:

1) Luar biasa! Keindahan alam di gunung Rinjani sangat indah.

2) Bodoh! kenapa narapidana itu bisa lolos dari jeruji besi?

Ungkapan ekspresif pada contoh 1) merupakan penggunaan fungsi ekspresif

rasa kagum penutur terhadap karya Tuhan yang begitu indah. Sedangkan, pada

contoh 2) fungsi ekspresif ini digunakan untuk mengungkapkan rasa kekesalannya

pada salah satu penjaga jeruji besi yang lalai dalam mengawasi para narapidana.

Semua penggunaan bahasa semacam ini tidak dimaksudkan untuk

mengkomunikasikan informasi, tetapi untuk mengekspresikan emosi, perasaan,

atau sikap.38

E. Ungkapan Ekspresif

1. Bentuk - Bentuk Ekspresif

Menurut KBBI ekspresif berarti tepat (mampu) memberikan

(mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, perasaan. Ungkapan ekspresif

terbagi menjadi beberapa bentuk, Ekspresi seseorang ketika mengatakan sesuatu

37

Rafael Raga Maran, Pengantar Logika (t.tp: Grasindo, t.t), h. 17 38

Rafael Raga Maran, Pengantar Logika, h. 17

23

dapat dilihat dari wajah, intonasi, gerak tubuh dan lain sebagainya.akan tetapi

dalam pembahasan kali ini peneliti akan merinci ungkapan ekspresif apa saja yang

ada pada novel al-Zaynî Barakât.

Ungkapan marah, senang, terkejut, takut dan lainnya adalah ungkapan

ekspresif dan ini merupakan bagian dari ekspresi emosi. Emosi adalah bagian

yang tidak akan pernah hilang dari diri kita dan kehidupan sehari-hari.39

Maka dari

itu peneliti akan membahas apa saja bagian dari ungkapan ekspresi emosi

tersebut, di antaranya yaitu:

a. Ekspresi Wajah

Dengan ekspresi wajah seseorang kita dapat mengetahui berbagai macam

perasaan orang tersebut. Misalnya ketika orang marah biasanya ditandai dengan

muka memerah, otot-otot wajah dan leher mengencang, dahi mengerut dan

lainnya, ketika orang merasa takut, biasanya ditandai dengan wajah pucat,

sedangkan kagum biasanya ditandai dengan tersenyum. Akan tetapi dari beberapa

tanda yang disebutkan tadi tidak semua orang sama dalam mengungkapkan

ekspresinya. Orang yang berwajah pucat belum tentu ia sedang merasa takut, bisa

saja ia dalam keadaan sakit.

Akan tetapi semua itu dapat dilihat dari situasi dan kondisi antara penutur

dan lawan tutur. Dengan memahami situasi, lawan tutur dan penutur dapat

berkomunikasi dengan baik. Seseorang yang mengungkapkan ekspresinya melalui

wajah ini mudah ditemui dalam kehidupan kita sehari-hari. Paul Ekman

mengidentifikasi dalam berbagai situasi tertentu, mungkin saja tampil dalam

39

Irma Rahayu, Emosional Healing Therapy (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 13.

24

wajah ganda di mana terjadi pula ekspresi lain dalam satu jenis emosi seperti

ekspresi suara dan tingkah laku, sehingga lebih memudahkan kita mengenali jenis

emosi yang dirasakan oleh seseorang.40

b. Ekspresi Suara

Selain ekspresi wajah, kita dapat mengidentifikasi perasaan seseorang

melalui ekspresi suara.Intonasi atau nada tinggi rendahnya suara merupakan

bagian dari ekspresi suara.suara bernada tinggi yang biasanya menandakan

kemarahan seseorang, berteriak pun dapat menandakan marah atau kekesalan.

Akan tetapi tidak semua orang mengungkapkan ekspresi kemarahannya dengan

suara tinggi atau teriakan, karena ada pula yang mengungkapkan kemarahannya

dengan diam. Semua ini tergantung dari situasi dan kondisi penutur dan lawan

tutur.

c. Ekspresi sikap dan Tingkah Laku

Ekspresi sikap dan tingkah laku merupakan ekspresi yang disertai dengan

tindakan. Dan ini biasanya terjadi secara spontan. Contoh ketika ibu sedang

makan ikan, kucing mengambil ikan tersebut dengan cepat, sehingga

menimbulkan kemarahan pada diri ibu dan memukul atau mengusir kucing itu

dengan penuh rasa kesal.

Dalam hal ini Buhler membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa ekspresif,

bahasa konotatif dan bahasa representational: bahasa ekspresif yaitu bahasa yang

terarah pada diri sendiri, si pembicara; bahasa konatif yaitu bahasa yang terarah

pada lawan bicara, dan bahasa representational yaitu bahasa yang terarah pada

40

Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia dalam

AL-Qur‟an (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 51

25

kenyataan lainnya.41

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Buhler bahwa

bahasa ekspresif merupakan termasuk kedalam fungsi bahasa.

Tak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia memiliki ekspresi yang berbeda-

beda ketika mengungkapkan perasaannya seperti ungkapan ekspresi ketika marah,

senang, sedih atau kagum bisa dilihat dari bagaimana seseorang tersebut

menggunakan gaya bahasanya. Jika kita membaca buku-buku bacaan seperti

novel, komik, majalah dan lain sebagainya kita akan mengetahui bahwa dalam

buku-buku tersebut pasti terdapat berbagai macam ekspresi yang diperankan oleh

tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.

Dalam hal ini Hartman dan Stork yang dikutip oleh Abdul Chaer

membedakan variasi bahasa berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan

sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Preston dan

Shuy (1979) membagi variasi bahasa berdasarkan (a) penutur, (b) interaksi, (c)

kode, dan (d) realisasi.42

2. Ungkapan Ekspresif dalam Bahasa Arab

Dalam ilmu balaghah, ungkapan ekspresif merupakan bagian dari

pembahasan kalam khabar dan kalam insya. Kalam khabar yaitu kalam yang

bersifat informatif dan berisi berita tentang sesuatu.43

Maka, dalam kalam khabar

penutur biasanya hanya sekedar memberikan informasi kepada lawan tutur dan

41

M.A.K Haliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa

dalam Pandangan Semiotik sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992), h. 21. 42

Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, h. 62. 43

Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma‟ani): Pengantar Memahami Makna Al-Qur‟an,

(Tarjamah Center: Jakarta, 2013), h. 12.

26

informasi tersebut bisa saja dikatakan benar atau bohong. Kalam khabar terbagi

menjadi tiga yaitu ibtidaiy, thalabiy, dan inkary.

Khabar ibtidaiy adalah khabar yang sunyi dari adat adat taukid dan

disampaikan kepada mukhatab yang khalidz dzihni.44

Khabar ini tidak

membutuhkan taukid karena lawan tutur atau mukhatabnya sudah mengetahui

keadaan dan situasi sehingga ia dapat mempercayai informasi yang diberikan oleh

mutakallim. Khabar thalabiy yaitu khabar yang dilengkapi dengan satu huruf

taukid karena informasi disampaikan kepada lawan tutur yang mutaraddid. Dan

khabar inkariy dilengkapi dengan dua huruf taukid atau lebih.

Taukid yaitu tabi‟ (isim yang mengikuti), yang disebutkan untuk menetapkan

(memastikan) matbu‟nya agar tidak meragukan bagi pendengar atau

menghilangkan kemungkinan terlupa tentang apa yang disebutkan.45

Adapun lafazh-lafazh taukid yang terkenal ialah: 46

1. Annafsu (افظ) contoh: عبء ص٠ذ فغ

2. Al‟ainu ( عبء ص٠ذ :contoh (اؼ١ ػ١

3. Ajma‟u (غ غعبء ص٠ذ :contoh (اع أع

Lafazh-lafazh yang ikut kepada lafazh “ajma‟u” yaitu lafazh akta‟u (أوزغ) ,

Abta‟u (أثزغ), dan absho‟u (أثصغ). Yang kesemuanya ini hanya ikut kepada lafazh

44

Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma‟ani): Pengantar Memahami Makna Al-Qur‟an,

h. 24. 45

Hifni Bek Dayyab, dkk.,Qowa‟idu „l-Lughati „l-„Arabiyah, h. 78. 46

Mahfudh Ikhsan al-Wina‟I, Konsep Kitab Kuning (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1995), h. 133

27

ajma‟u saja. Adapun artinya, lafazh “akta‟uuna, abta‟uuna, dan absho‟uuna adalah

sama dengan artinya lafazh ajma‟uuna”yang hanya untuk memperkuat saja.

Sedangkan kalam insya yaitu kalam yang tidak bersifat pormatif karena

tidak adanya kemungkinan benar atau bohong, Dalam bahasa Indonesia, kalam ini

termasuk pada tindak tutur ilokusi yang memiliki maksud tertentu yang disertai

dengan tindakan.

Macam-macam kalam insya yaitu amr (perintah), nahi (larangan), istifham

(pertanyaan) atau nida (panggilan) atau tamanni (angan-angan). Contoh kalam

insya yang berbentuk amr yaitu )Buka bukumu dan bacalah!)إفزؼ وزبثه إلشأ,

yang berbentuk nahi (jangan pergi!) ال رزت, berbentuk pertanyaan (istifham)

(tahukah engkau orang yang mendustakan agama?) أسأ٠ذ از ٠ىزة ثب ذ٠,

berbentuk panggilan (nida) yaitu (wahai kekasihku) ٠ب ؽج١ج.

Kalam insya terbagi menjadi dua bagian yaitu kalam insya thalabiy dan

ghair thalabiy. Insya thalabiy yaitu kalam insya yang mengandung tuntutan yang

ditandai dengan nahi, amr, istifham, nida, dan tamanni.47

Sedangkan insya ghair

thalabiy yaitu kalam yang tidak mengandung tuntutan. Penutur hanya bertujuan

untuk menyampaikan informasi dan biasanya bersifat evaluatif. Macam-macam

kalam insya ghair thalabiy yaitu madh (pujian), dzam (celaan), ta‟ajjub (ungkapan

kekaguman), Qasam (sumpah), tarojji (harapan) dan shiaghul „uqud (kalimat

transaksi).48

47

Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma‟ani): Pengantar Memahami Makna Al-Qur‟an,

h. 66. 48

Sayid al-Marsum Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fî al-Ma‟ani wa al-Bayan

wa al-Badî‟ (Indonesia: Maktabah Dâr ihyâ al-Kutub al-„Arabiyyah, 1960), h. 75.

28

Ta‟ajjub merupakan bentuk ekspresif kekaguman dalam bahasa Arab.

Ta‟ajjub dalam bahasa Arab ada dua bentuk, yaitu:49

1 ب افؼ . :Alangkah

ة2 . افؼ

Contoh:

اصذق ثب atau ب أؽغ صذقأؽغ

Kedua contoh tersebut sama-sama berarti “alangkah indahnya jujur itu.” cara

mengi‟rab nomor satu ialah ب isim nakiroh dengan arti (sesuatu). Kedudukkannya

sebagai mubtada mabni atas sukun berkedudukkan rafa‟. fi‟il madhi, fa‟ilnya أؽغ

dhamir kembali kepada ب . Lafadz اصذق maf‟ul bih bagi fi‟il. Jumlah fi‟il dan

fa‟ilnya itu adalah khabar bagi ب .

Dan i‟rab nomor dua, Fi‟il madhi dengan bentuk fi‟il amar mabni atas .أؽغ

fathah muqaddar pada akhirnya yang tidak boleh dinyatakan karena terhalang oleh

sukun mendatang. Karena fi‟il tersebut berbentuk amar. (ة) اجبء adalah zaidah

(tambahan saja). اصذق fa‟il, dan dhomir jar diletakkan pada tempat rafa‟, karena

adanya huruf jar tambahan itu.

Selain itu ada kata lain yang di pergunakan untuk memuji dan mencela, yaitu:

dan ثئظ biasanya digunakan untuk ungkapan memuji, sedangkan ؽجز dan ؼ

.digunakan untuk mencelaالؽجز

49

Hifni Bek Dayyab, dkk.,Qowa‟idu „l-Lughati „l-„Arabiyah (t.tp.: t.pn., t.t), h. 80-81.

29

F. Novel

Definisi Novel

Saat ini perkembangan karya sastra terus meningkat. Dari berbagai macam

karya sastra yang paling banyak diminati para pembaca yaitu novel. Novel yang

berkualitas baik yaitu novel yang menggunakan bahasa yang lugas dan mampu

mengajak para pembacanya kedalam hal-hal positif. Para remaja kini banyak yang

menghabiskan waktunya untuk membaca novel.biasanya novel ini dibaca ketika

di waktu kosong atau santai. Dengan karya sastra yang terus bermunculan, tak

sedikit orang yang terus menuangkan segenap pikiran dan perasaannya melalui

tulisan-tulisan yang kreatif yang kemudian disusun menjadi sebuah novel atau

puisi.

Dalam pembahasan mengenai definisi novel, ada yang memberikan

pandangan bahwa hakikat novel di antaranya:50

“a story in prose, long enough to fill one or more volumes, about either

imaginary or historical people.”51

(sebuah cerita dalam bentuk prosa, yang cukup panjang untuk dimuat dalam satu

volume atau lebih, baik tentang tokoh-tokoh rekaan maupun historis.)

Atau “karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut

kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari,

tentang suka-duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan

sebagainya.”52

50

Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2010), h. 10. 51

Hornby, A.S. Oxford Advanced Learner‟s Dictionary of Current English (London:

Oxford University , 1974). h. 574. 52

Yus Badudu dan Sutan Mohammad Zain.Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 949.

30

Novel merupakan ungkapan jiwa sang pengarang yang dituangkan melalui

karya sastra. Virginia Wolf berpengertian bahwa sebuah roman atau novel ialah

sebuah eksplorasi atau suatu kronik kehidupan, merenungkan dan melukiskannya

dalam bentuk tertentu yang juga meliputi pengaruh, ikatan, hasul, kehancuran atau

tercapainya gerak-gerik manusia.

Bahkan kritikus sastra H.B. Jassin berpengertian bahwa novel adalah cerita

mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar

biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya

perubahan nasib pada manusia (dalam Faruk yang dikutip oleh Antilan Purba)53

Masuknya pengaruh Eropa ke dalam sastra kita terasa pada akhir abad ke-19

hingga awal abad ke-20.54

Dengan maraknya minat para pembaca novel, tak

sedikit pula seorang penerjemah yang menerjemahkan beberapa novel asing ke

dalam bahasa Indonesia dan bahasa lainnya, hal ini dikarenakan untuk

memudahkan para pembaca dalam memahami isinya meskipun hasil novel yang

telah diterjemahkan tidak sama dengan novel aslinya. Bukanlah suatu kegagalan

penerjemah apabila hasil terjemahnnya agak berbeda dari karya aslinya, karena

yang terpenting adalah pesan yang disampaikan kepada penikmat novel tersebut

tersampaikan. Bukan berarti seorang penerjemah dapat menerjemahkan karya

sastra itu semaunya. Akan tetapi alangkah baiknya penerjemah itu mampu

menjadikan novel itu tetap terlihat indah dengan kata lain tidak menghilangkan

nilai estetika yang ada pada novel.

53

Antilan Purba.Sastra Indonesia Kontemporer (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 63. 54

Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra: dalam Berbagai Perspektif (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2008), h. 210.

31

Karya sastra merupakan ungkapan jiwa sang pengarang yang dituangkan

kedalam tulisan-tulisan yang indah dan merupakan bagian dari hasil budaya.

Setiap orang bebas berkarya dan bebas menuangkan semua perasaannya melalui

media apapun atau hal-hal yang bermanfaat seperti puisi, novel, cerpen dsb.

Definisi karya sastra sebagai hasil budaya yang bersifat indah, estetis dapat

dikatakan bertahan sepanjang abad. Dengan kalimat lain, keindahanlah yang

dianggap satu-satunya ciri karya seni pada umumnya.55

Para pengarang biasanya mengungkapkan perasaannya dengan sekreatif

mungkin dalam memainkan bahasa.maka dari itu seorang penerjemah di anjurkan

untuk melihat konteks sebelumnya sesuai dengan situasi dan kondisi.

Menerjemahkan karya sastra bukanlah hal mudah, dalam hal ini penerjemah

terkadang merasa kesulitan dalam menerjemahkannya.

Maraknya novel terjemahan saat ini dapat memudahkan para pembaca untuk

menikmati novel tersebut. Akan tetapi hasil terjemahan novel tersebut perlu

dipertanyakan kembali, apakah bahasa yang digunakan oleh si penerjemah

berhasil dalam menerjemahkannya? Karena pada dasarnya menjadi seorang

penerjemah tidaklah mudah dibutuhkan keahlian khusus dibidangnya. Apalagi

untuk menerjemahkan karya-karya sastra seperti novel, syair-syair dan lain

sebagainya.

Dalam menerjemahkan karya sastrapun seorang penerjemah tidak boleh

hanya mengandalkan bahasa yang ia kuasai menurut budaya negaranya sendiri,

karena budaya setiap negara itu berbeda-beda. Bangsa Arab mempunyai budaya

bahasanya tersendiri begitu juga dengan budaya bahasa yang ada di Indonesia.

55

Nyoman Kutha Ratna, Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budayadalam Pendidikan

Karakter (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 246.

32

Tidak pula seorang penerjemah menerjemahkan karya sastra hanya demi uang

sehingga mengabaikan hasil terjemahan yang ada dan mengurangi nilai estetika.

Memertahankan nilai estetika sangatlah dibutuhkan demi menarik minat para

pembaca dan tetap terlihat indah bahasanya.

Ada beberapa novel Arab yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

salah satunya novel al-Zaynî Barakât karya Jamal al Ghitani, novel karyanya

begitu menarik minat para pembaca. Karena novel ini menceritakan seorang

pemimpin yang adil, bijaksana, dan murah hati, sebut saja pemimpin itu Zayni

Barakat. Di mana di dalamnya terdapat berbagai macam-ungkapan ekspresif yang

dituangkan oleh para tokoh.

Arus pengenalan sastra asing ke Indonesia mengalir sesuai dengan

perkembangan zaman. Penerjemahan ataupun penyaduran cerita-cerita asing tidak

hanya dari Eropa saja, tetapi juga negara Barat lain yang kemudian menjadi

Negara dominan termasuk karya sastranya seperti Amerika Serikat (termasuk

Kanada dan Australia). Tidak hanya itu, karya-karya sastra dari Asia (india, Cina,

Jepang, Korea, dan lain-lain), Rusia dan Eropa Timur, Timur Tengah (mulai dari

Iran , Negara-negara Arab hingga Turki), Afrika (Mesir, Afrika Selatan), Amerika

Latin kian dikenal di negeri ini.56

Keseluruhan sastra dengan demikian terdiri atas nasihat, pedoman, dan

ajaran dengan harapan agar pembaca dapat meneladani perbuatan yang baik,

sebaliknya tidak meniru dan melakukan sifat-sifat yang tidak baik.57

Begitu juga

dengan novel al-Zaynî Barakât, di dalamnya terdapat nasihat dan ajaran yang

56

Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra: dalam Berbagai Perspektif, h. 210. 57

Nyoman Kutha Ratna, Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budayadalam Pendidikan

Karakter, h. 175.

33

dapat kita ambil. Di antaranya, menjadi seorang pemimpin haruslah adil,

bijaksana, dan bertanggung jawab. Sifat yang dimiliki Zayni bukan hanya untuk

pemimpin saja, tetapi untuk semua orang dianjurkan agar memiliki sifat baik

tersebut.

34

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Teks Sumber

1. Sekilas Tentang Pengarang dan Penerjemah

Nadiah Alwi merupakan seorang penerjemah novel dan penulis. Bunda

Hana Alfazzahra Haddad ini memiliki hobi membaca, menulis, dan ngeblog di

rumah. Selain bekerja sebagai editor konten dan promo beberapa toko online yang

bergerak dalam bidang kain tradisional Indonesia, ia terus menularkan ketiga

hobinya tersebut kepada si Kriwil Hana.

Ia pernah menerbitkan novel Indie (novel roman terjemahan kontemporer)

berjudul Quadrangel. Quadrangel adalah buku novel yang diterbitkan secara

independen (self publishing) oleh Nadiah Alwi, buku tersebut bertajuk cinta segi

empat.58

Ia pun turut dalam antologi One Gigabyte of Love (Lingkar Pena, 2008).

Sedangkan cerpen-cerpennya tersebar di beberapa majalah seperti Spice!, Femina,

dan Alia. Selain menerjemahkan buku untuk beberapa penerbit, ia juga kerap

menulis skrip untuk televisi, baik untuk dokumenter ataupun doku-drama. Di

waktu luangnya, ia mengelola http://TingkahAnak.com, tempat ia

mendokumentasikan semua tingkah pola Hana.59

Ia juga menerjemahkan beberapa novel di antaranya novel al-Zaynî Barakât

yang mengisahkan kiprah seorang penguasa Kairo dan Mesir Selatan, The look

58

Freddy Julius Siregar, Kabar Indonesia,artikel diaksess pada 02 Oktober 2015 dari

http://kabarindonesia.com/beritaphp?pil=5&jd=Novel+Perdana+Nadiah+Alwi+Quadrangle&dn

=20070630171109, 59

Sari Meutia, dkk, Jumpalitan Menjadi Ibu: Sukacita,Keringat, dan Air MataBersama

Ananda (Jakarta: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2011).

35

novel yang ditulis oleh Sophia Bennet dan lain sebagainya. Ia menerjemahkan

karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karyanya telah dimuat di beberapa penerbit

seperti Gramedia, Dastan, Alvabet, Matahati, Ufuk, dan Bentang.

Ia juga menulis beberapa antologidengan judul One Gigabyte of Love,

Jumpalitan Menjadi Ibu, Rahasia Rumah Reyot (Kid Stories), Aku Balita Hebat,

dan Misteri Hantu Batik (novel anak, yang di terbitkan oleh Mizan), dan lainnya

sedang dalam proses.

Novel al-Zaynî Barakât ini ditulis oleh Jamal al Ghitani yang lahir pada

tahun 1945 di Suhaj, Mesir). Ia terlahir dari keluarga yang sederhana dan ia

awalnya bekerja sebagai pembuat karpet kemudian bekerja disalah satu pabrik

Khan el Khalili. 60

Ia adalah novelis besar Mesir, penulis cerpen, dan wartawan. Ia

bekerja di bidang Jurnalisme yang awalnya sebagai koresponden (yang meliputi

konflik-konflik besar di Arab, termasuk pengepungan Beirut). Lalu sebagai

komentator dan penulis esai.

Ia menulis cerita pertamanya pada tahun 1959 saat berusia 14 tahun, dan

kini telah menulis tiga belas novel serta enam kumpulan cerpen. Sejak menjadi

jurnalis harian Mesir terkemuka, Akhbar al Yawm, pada 1969, ia terus menulis

fiksi sejarah. Sebagian besar ceritanya berlatar Kairo dan bukunya kini telah di

terjemahkan dalam berbagai bahasa.

Kepiawaiannya dalam menulis tercermin dari sejumlah penghargaan yang ia

terima, seperti Egyptian National Prize for Literature (1980) dan Prancis

Chevalier de I‟Ordre des Arts et des Lettres (1987). Selain itu, pada 2005 ia juga

memperoleh penghargaan Prancis atas karya besarnya Kitab al-Tajaliyyat.

60

John F. Kennedy, Gamal Al-Ghitany, artikel diakses pada 24 April 2015 dari

https://www.kennedy-center.org/explorer/artists/?entity_id=21390&sou rce_type=A.

36

Al-Ghitani adalah salah satu pendiri “Galeri 68”. Majalah sastra yang

kemudian menjadi representasi para penulis segenerasinya. Kini ia menjadi editor

majalah mingguan sastra terkemuka, Akhbar al-Adab.61

Ia pun telah berpartisipasi

dalam berbagai konferensi internasional. Pada tahun 2004, ia adalah tamu

kehormatan di Frankfurt Book Fair.62

2. Sinopsis Terjemahan Novel al- Zaynî Barakât

Zayni merupakan sosok seseorang yang bijaksana dan adil dalam

menentukan harga-harga pasar.Beliau tak segan-segan memarahi penjual-penjual

pasar yang menggunakan sistem harganya sendiri. Sikapnya demikian hanyalah

untuk menyejahterakan rakyatnya.

Pernah suatu ketika Zayni memecahkan masalahnya sendiri sampai bertukar

pikiran dengan para ulama bagaimana cara mengatasi insiden yang terjadi di

dalam rumah Attar, rumah yang berisi seorang gadis Rumi di mana Attar selalu

menyetubuhi gadis tersebut siang malam tiada henti dan gadis rumi itu merupakan

gadis yang Attar beli di pasar budak. Para tetanggapun merasa kasihan terhadap

gadis itu seperti tak ada istirahatnya sampai Attar mengabaikan penyulingan mata

airnya. Dan salah seorang yang sering mengantarkan air ke dalam rumah Attar di

jadikan saksi oleh Zayni. Menurutnya, ia pernah melihat gadis itu rambutnya

berantakan. Itulah yang membuat Zayni turun tangan terhadap permasalahan yang

terjadi di rumah Attar.

Zayni menyelesaikannya dengan cara menyerbu rumahnya dan berbicara

baik-baik dengan Attar yang mana usianya lebih tua bahkan sangat tua dari gadis

61

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara

(Jakarta: Alvabet, 2010). 62

John F. Kennedy, Gamal Al-Ghitany, artikel diakses pada 24 April 2015 dari

https://www.kennedy-center.org/explorer/artists/?entity_id=21390&source_type=A.

37

yang disetubuhi itu. Sehingga membuat Attar marah kepadanya bahwa seorang

muhtasib tidak memiliki hak apapun terhadap urusannya. Zayni menangkap dan

memerintahkan Attar agar membebaskan gadis itu. Lalu Zayni mencambuknya

sebanyak limapuluh kali. Kemudian Attar membebaskan gadis itu atas

keinginannya sendiri. Ia sangat menyayangi dan kehilangan gadis rumi itu akan

tetapi ia takkan melupakan perlakuan Zayni terhadapnya. Akhirnya Attar pergi

meninggalkan rumah itu dengan baju yang compang camping sampai menjadi

bahan tertawaan orang-orang. Dalam hal ini banyak masyarakat yang pro-kontra

terhadap perlakuan yang telah Zayni lakukan terhadap keluarga Attar. Terutama

ketika tersiar kabar bahwa gadis itu tidak pernah meminta pertolongan pada

Zayni. Gadis itu memohon pertolongan pada Zayni hanya ketika ia membutuhkan

bahwa ia ingin melarikan diri dari rumah itu. Ini semua dilakukan Zayni hanya

karena beliau merasa kasihan terhadap perlakuan Attar terhadapnya, ingin

menolong sesama dan menjadikan kehidupan warga di sana merasa lebih aman.

Setelah beberapa saat kemudian Zayni menghilang dan tak ada yang tahu

kemana perginya seorang muhtasib tersebut. Ada salah seorang yang mungkin

merupakan salah satu mahasiswa di al Azhar berkata bahwa ia mengetahui

keberadaan Zayni ia berkata Zayni bersembunyi di tempat yang hanya segelintir

saja yang tahu. Dengan hilangnya Zayni, masyarakat menjadi resah bagaimana

jadinya apabila negeri tidak memiliki seorang muhtasib sedangkan keadaan

negerinya sedang terjadi perang. Akan tetapi Said seorang mahasiswa al Azhar

meyakinkan masyarakat bahwa negerinya tidak akan terjadi apa-apa karena mata

Zayni tetap mengawasi sudut kota ini.

38

Suatu ketika ada suatu peristiwa yang menimpa kaki tangan sultan Amir

Qani Bey, ia adalah Ali bin Abi al Jud. Diketahui bahwasannya ia memiliki enam

istri dan enam puluh tujuh selir, yang mana ia selalu menghabiskan waktu

bersama para istrinya. Ia juga merupakan sosok yang sombong. Kesombongannya

dapat dilihat dari ia menggunakan sorban kuning dan cara menggunakannya

dengan membanggakannya setiap kali berbicara di depan para Amir. Yang mana

sorban tersebut tidak boleh dipakai oleh sembarang orang dan hanya boleh

digunakan oleh Amir yang memimpin seribu orang. Dan ia pun tak pernah

mendengarkan pembicaraan para amir tersebut, kecuali jika ada yang akan

disampaikan kepada sultan. Ia pun sosok orang yang munafik, diketahui bahwa ia

selalu menambahkan amanat kepada sang sultan sehingga ia berbicara semaunya.

Sampai pada suatu ketika ada amanat yang harus disampaikan kepada sang

sultan dan harus diketahui oleh Zakariyya bin Radi sebagai wakil Ali bin Abi al

jud tapi tak disampaikan. Hingga menimbulkan kemarahan warga, sultan dan

wakilnya. Mereka datang dengan cara mendobrak pintu rumahnya, menangkap

sekaligus menahannya. Warga pun bersorak ria atas penangkapan Ali bin Abi al

Jud mulai dari menampar hingga meludahinya, karena ketika ia berjualan, ia

membujuk sultan agar menarik pajak atas garam sehingga garam sulit didapatkan

dan membuat rakyat menjadi sengsara. Sikapnya yang semena-mena

menimbulkan kebencian seluruh rakyat kepadanya.

Ketika Ali bin Abi al Jud ditangkap, warga menjadi resah karena tidak ada

yang mengatur perekonomian dan politik di kotanya. Ali bin Abi al Jud

menduduki jabatan sebagai pengelola keuangan, pengontrol Sharqiyya, dan posisi

terpentingnya muhtasib dan sebagai bashmaqdar sultan. Karena jabatannya itulah

39

ia menjadi lupa diri atau sombong. Kemudian orang-orang beserta Said dan

gurunya berunding untuk membicarakan mengenai siapa yang akan

menggantikannya.

Akhirnya ditunjuklah Barakat bin Musa yang tegas, adil, dan bijaksana

sebagai Pengawas Pasar dan karena posisi itulah yang terpenting bagi kehidupan

masyarakat. Karena sifat dan sikapnya itulah ia diberi gelar “al Zayni”. Bukan

hanya ditugaskan sebagai pengawas pasar, ia juga ditugaskan untuk mengajak

warga ke jalan yang baik mengenai sunah nabi dan kewajibannya kepada Tuhan.

Pada suatu hari, Zakariyya memutuskan untuk menculik Sha‟ban anak

muda favorit sultan al Ghuri. Ia selalu menemaninya setiap waktu. Sha‟ban adalah

anak muda yang belum dua puluh tahun. Matanya setajam kucing, pipinya

selembut kapas dan tangannya yang sehalus sutra membuat Zakariyya hatinya

begejolak dengan penuh tanya apa hubungan anak muda itu dengan sang sultan.

Apakah sang sultan menyukai pria?. Pertanyaan pertanyaan itu selalu saja ada

dipikirannya.Untuk menjawab pertanyaannya itulah Zakariyya menculik Sha‟ban

karena tidak ada yang tahu jawabannya kecuali Sha‟ban sendiri yang menjawab.

Selama tiga bulan para mabruk mengamati kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh Sha‟ban. Kemudian mereka menculiknya dan dibawa kepada

Zakariyya. Ketika Zakariyya memandanginya, ia terpesona akan keindahan tubuh

yang dimiliki Sha‟ban kemudian menikmatinya. Niat awal untuk menginterogasi

Sha‟ban pun terlupakan.Sampai pada akhirnya Sha‟ban dihabisi oleh Zakariyya

dan tidak mendapatkan informasi apapun dari anak kesayangan Sultan tersebut.

Setelah kejadian tersebut Zakariyya merasa kesal dan sedih, karena setelah

Zakariyya memperlakukannya seperti itu wajah Sha‟ban yang begitu indah, dan

40

sangat muda menjadi pudar. Ia terlihat sangat tua dari usianya. Sampai Zakariyya

tak mengenali wajah anak muda itu. Kejadian itu membuat Sha‟ban lupa akan

negeri-negeri dan desa yang pernah ia kunjungi di usianya yang sangat muda. Ia

pun terlihat sangat terpukul atas perlakuan yang telah Zakariyya lakukan

kepadanya. Anak muda itu melemah dan berada di ujung kematian. Kemudian

Zakariyya memutuskan untuk menghabisi Sha‟ban dan menguburnya hidup-

hidup.

Jika sang sultan tahu bahwa Sha‟ban telah dibunuh oleh Zakariyya, maka

Zakariyya pun akan diperlakukan sama seperti apa yang telah ia lakukan kepada

Sha‟ban.

Dikemudian hari, setelah di tunjuk Zayni Barakat bin Musa dalam mengurus

segala urusan Negara, beliau menolak akan jabatan tersebut. Karena baginya ia

hanyalah orang biasa yang hanya ingin tidur tenang tanpa kebencian orang-orang

ketika menjabat menggantikan Ali bin Abi al Jud. Padahal kerumunan orang

selalu mendukung atas jabatan yang telah diberikan kepada Barakat bin Musa.

Akan tetapi ada sebagian orang yang bingung akan memilihnya. Mereka yang

bingung beranggapan bagaimana Barakat bin Musa menduduki jabatan sebagai

pengawas pasar? Sedangkan banyak orang yang tak mengenalnya.

Dari pertanyaan rakyat tersebut, sang guru hanya bisa meyakinkan mereka

bahwa ia adalah orang yang bijak dan takut pada Allah. Bagi masyarakat yang

belum mengenal Zayni termasuk Syeikh al Qasabi, ia mencoba akan melihatnya

dari dekat ketika Zayni akan memberikan pidatonya di masjid al Azhar. Akan

tetapi ketika ia sampai di masjid tersebut, ia tak menemukan tempat duduk yang

kosong sama sekali disana. Masjid itu dipenuhi oleh orang-orang yang ingin

41

melihat Zayni.Para jamaah pun memujinya. Memuji akan kesalehan yang dimiliki

Zayni. Penuhnya masjid dengan para jamaah membuat mereka sulit untuk melihat

bagaimana sosok Zayni.

Tanpa Zayni sadari bahwa iaterus dipantau oleh mata-mata yang tidak ada

seorang pun mengetahui siapa saja mata-mata itu. Tujuan mengamati Zayni

adalah agar seluruh rakyat mengetahui sosok pemimpin tersebut. Jika pemimpin

yang di pilih memiliki tindak tanduk yang buruk terhadap rakyat, khawatir akan

mengacaukan kesejateraan rakyat.

Akan tetapi berbagai informasi mengenai Zayni yang didapatkan oleh anak

buahnya, inti perilaku Zayni dikenal sebagai sosok yang penuh dengan keberanian

dan sopan. Keseluruhannya menunjukkan kebaikan.Kemudian Zakariyya bserta

ajudannya pergi ke al Azhar dan menemui Zayni, al Azhar yang di penuhi oleh

kerumunan orang pada saat itu dan dipenuhi pula oleh teriakan orang-orang.

Zakriyya berdiri di podium yang telah di sediakan dan mulai membuka lembaran-

lembaran kertas yang berisi informasi mengenai Zayni. Dalam keadaan yang

ramai dan penuh dengan teriakan sepertinya tak ada yang mampu membungkam

mulut seluruh orang-orang di sana. Akan tetapi hanya dengan Zayni mengangkat

tangan kanannya dengan jari terbuka lebar, tiba-tiba suasana menjadi hening. Pada

dasarnya Ia memiliki keahlian dalam membuat orang terdiam, sekalipun ia

menginginkan mereka mengucurkan air mata maka mereka akan melakukannya.

Ketika orang-orang terdiam, Zayni mengatakan beberapa alasan mengapa ia

menolak menduduki jabatan yang telah diberikan. Pertama, ia tak pernah mau

menerima jabatan pengawas jika ia tak memberi tahu para amir bahwa jiwanya

ditakdirkan untuk memberikan kenyamanan kepada orang banyak. Kedua, ia

42

hanya takut kepada Allah. Ketiga, ia tak selamanya menetap di Kairo. Keempat, ia

akan menugaskan anak buahnya di jalan atau di setiap tempat untuk menertibkan

keamanan dan kenyamanan. Jika ada masalah sekecil apapun yang terjadi di

masyarakat maka Zayni akan menyelesaikannya di depan publik. Akan tetapi

setelah beberapa lama dan atas dukungan rakyat, Zayni menerima jabatan

tersebut.

Dengan gaya hidup Zayni yang sederhana, sifatnya yang alim dan sopan

mampu memikat semua orang.Zayni juga selalu menyelesaikan permasalahan

orang-orang yang tersiksa dengan bijak dan tegas.Ketika resmi diangkat menjadi

seseorang yang dipercaya rakyat yaitu menjadi pengawas pasar Kairo dan Mesir

selatan, Kesejateraan rakyat pun meningkat. Segala permasalahan rakyat menjadi

tanggung jawabnya dan Zayni menjalankan tugasnya dengan baik. Sekalipun anak

buahnya sendiri yang melakukan kesalahan, Zayni tetap bersikap adil dan

menghukumnya.

Novel ini menceritakan kiprah seorang muhtasib Zayni Barakat yang mana

ia menjadi seorang pengawas pasar di kawasan Kairo dan Mesir Selatan.

Perangainya yang begitu baik membuat ia disenangi banyak orang.

43

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Penafsiran Novel

1. Tokoh dan Penokohan

Untuk berjalannya sebuah cerita, tokoh dan peran tokoh menjadi sangat

penting, dan ini merupakan salah satu unsur utama untuk menghidupkan jalan

cerita. Dalam tokoh dan penokohan terdapat peran tokoh sebagai antagonis,

protagonis, dan peran pembantu/tambahan. Hasil analisis menjawab bahwa tokoh-

tokoh yang ada dalam novel al-Zaynî Barakât akan diuraikan sebagai berikut:

a. Tokoh protagonis

1) Barakat bin Musa memiliki watak protagonis sekaligus menjadi tokoh

utama dalam sebuah cerita novel al-Zaynî Barakât. Ia merupakan

seorang muhtasib yang adil, bijaksana dan bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya yang sudah menjadi kepercayaan rakyat Mesir. Ia yang

telah menggantikan kedudukan Ali bin Abi al-Jud.

2) Amir Qunbuq berwatak protagonis. Usianya lebih dari empatpuluh

tahun dan memiliki empat selir. Selalu bersikap adil terhadap siapa pun.

3) Sultan al-Ghuri merupakan seorang sultan yang berhati lembut. Ia

memiliki sepuluh budak dan memiliki dua istri.

4) Said al-Juhayni adalah seorang mahasiswa al-Azhar yang baik dan

sangat peduli dengan sistem pemerintahan Kairo serta peduli terhadap

apa yang dialami oleh rakyat.

5) Syeikh Abu al-Su‟ud seorang cendekiawan yang baik hati, saleh, mulia,

dermawan, ia seorang guru yang diajak bertukar pikiran dengan Sa‟id.

b. Tokoh antagonis

1) Ali bin Abi al-Jud berwatak antagonis. Ia merupakan seorang yang

awalnya menjabat sebagai kepala mata-mata yang kemudian jabatan

tersebut dicabut oleh sultan karena ulahnya sendiri. Ia memiliki empat

istri dan enam puluh tujuh selir (setelah memperoleh budak abissinia

44

dan rumi). Ia merupakan sosok yang kejam, lalim, tak adil, dan

sombong. Kesombongannya dapat dilihat dari ketika ia menggunakan

sorban kuning dengan bangganya di depan para amir. Karena sorban itu

tidak dapat digunakan oleh sembarang orang dan amir yang memimpin

seribu orang. Ia juga merupakan sosok orang yang munafik karena

sering menambah-nambahkan amanat warga yang akan disampaikan

kepada sultan atau berbicara sesukanya. Ia juga merupakan penimbun

uang rakyat, sehingga ia memiliki harta yang melimpah ruah.

2) Zakariyya bin Radi sebagai kaki tangan Ali bin Abi al Jud, sombong,

dan jahat. Kejahatannya dapat dilihat dari cara ia ingin menjatuhkan

Zayni dihadapan sang sultan dengan cara memberikan informasi yang

tidak benar mengenai Zayni. Setelah Ali ditangkap, Zakariyya diangkat

menjadi wakil Zayni. Ia merupakan sosok yang selalu menghalalkan

segala cara untuk mendapatkan kekuasaan yang diinginkan.

c. Tokoh pembantu/tambahan

1) Visconti Gianti merupakan salah satu dari seorang narator dalam saksi

sejarah pemerintahan al-Zaynî Barakât. Perannya sangat membantu

penulis dalam menuangkan pikirannya mengenai al-Zaynî Barakât. Ia

seorang pengembara yang berasal dari Perancis yang mengunjungi

Kairo lebih dari sekali pada abad ke-16 M sekaligus mengamati kondisi

Kairo pada waktu itu. Ia yang menceritakan Kairo mulai dari masa

pemerintahan yang ambruk karena tidak adanya kebijaksanaan terhadap

sistem perdagangan yang buat oleh menteri Kairo pada zaman itu.

Sampai kepada perubahan pemerintahan Kairo yang membawa negeri

tersebut menjadi aman dan tentram karena terpilihnya pemerintah yang

adil dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya. Ia adalah Zayni

Barakat bin Musa.

2) Salma yang berperan sebagai istri ketiga Ali bin Abi al-Jud, kemudian

Amr bin al-Adawi, Kepala mata-mata Kairo, Shihab al-Halabi, dan

Syeikh al-Qasabiy sebagai kepala pemukiman Zuwayla

45

Tema

Bangkit & Runtuhnya sistem politik Mesir.

Alur atau Plot

Dalam novel ini alur yang digunakan yaitu alur maju. Karena peristiwa-

peristiwa yang dijabarkan oleh penulis bersifat berurutan dari peristiwa pertama

hingga peristiwa-peristiwa berikutnya.

Latar atau Setting

Cerita fiksi yang di ulas dalam novel ini latarnya terjadi di Mesir, Kairo

ketika kacau balaunya sistem politik Mesir hingga bangkitnya kota Kairo, Mesir

yang dipimpin oleh Zayni Barakat bin Musa.

46

B. Analisis Ungkapan Ekspresif dalam Terjemahan Novel al-Zaynî

Barakât

Dalam subbab ini saya akan menganalisis mengenai terjemahan ungkapan

ekspresif pada novel terjemahan al-Zaynî Barakât dengan melalui pendekatan

pragmatik dan analisis deskriptif. Setelah saya menelaah novel Arab al-Zaynî

Barakât dan terjemahannya, saya menemukan beberapa ungkapan ekspresif dan

adanya perbedaan dalam terjemahan ungkapan ekspresif antara bahasa Arab dan

Indonesia. Di antaranya:

1. Memuji

Tindak tutur memuji biasanya diungkapkan untuk hal-hal yang positif.

Karena pujian merupakan bagian dari ekspresi seseorang dalam memuji kelebihan

apa yang ia lihat dan apa yang ia rasakan. Dalam tuturan memuji ini saya

menemukan beberapa ungkapan pujian yang ada pada novel al-Zaynî Barakât. Di

antaranya:

Data 1

، ا غبئ ثذفاص ٠١ ضا اؾ س ف ٠غت لطشؼط صخ٠، عاغ ذ٠اض أؽغ

ذ٠ طغج٠ ،عاغ ػس ضوش٠ . ا ق صذس ف

. .زفب شأ

. . . شظ٠ ١إ

47

،عس ثا عس ػ بإ سذصب٠ ببل و. . . بػاص ػبوهبسي. . .ماز ػوالبسي))

ؾ١ كخ٠ ض أ طع أ دشجع ب 63((ب

Terjemahan:

Safadi penjual minyak wangi di Hamzawi dan orang yang paling ahli dalam

menyuling bunga lili, menunduk sambil meletakkan tangan di dadanya. “aku

melihatnya.”Semua melihat ke arahnya “Alangkah salehnya! Alangkah

baiknya!Semua yang dikatakannya hanya dapat keluar dari mulut seorang pria

sejati. Orang seperti dia tidak diciptakan untuk berlutut di hadapan raja atau

sultan!.64

Pada contoh di atas, kalimat yang dibold merupakan ungkapan pujian/rasa

kagum penutur yang menunjukkan psikologis. Pujian tersebut dimaksudkan

untuk memuji kesalehan dan kebaikan Zayni Barakat. Pada saat itu beliau hendak

pergi ke masjid al Azhar untuk memberikan pidato dan ketika itu pula salah

seorang jamaah mengatakan sebuah pujian untuknya.

Dalam bahasa Arab kalimat يب سالو diartikan menjadi “alangkah” padahal

menurut literatur yang diambil dari asma al husna, arti يب سالوmerupakan Yang

Maha Menyelamatkan. Dan menurut kamus modern٠ب عال ػ berarti betapa

indahnya,65

yang berfungsi untuk memuji. ٠ب merupakan huruf nida yang keluar

dari arti sebenarnya menjadi makna lain yang tidak dimaksudkan untuk

memanggil dan tergolong pada nida litta‟ajub yaitu mengagumi.

63

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât (Beirut: Daar al-Syuruq, 1994), h. 49. 64

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara

(Jakarta: Alvabet, 2010), h. 84. 65

Kaserun AS. Rahman dan Nur Mufid, Kamus Modern Arab –Indonesia al-Kamal

(Surabaya; Pustaka Progressif, 2010), h. 447.

48

Data 2

.ادج مبقع. . مبقعأ ١ب ف أ يبدػ .ف. فشػأ66

Terjemahan:

Aku mengenalnya. Ia pria yang adil, tapi, ada yang lebih penting lagi dari itu, ia

bijaksana. Sangat bijaksana.67

Tuturan di atas merupakan ungkapan pujian yang ditujukan untuk Zayni.

Maksud dari tuturan tersebut adalah bahwa ia mengagumi Zayni, di mana dia

merupakan sosok yang amat baik dimata rakyat dan ia selalu bersikap adil dan

tegas menjalankan kewajibannya kepada Allah SWT. Terlebih ketika ia menjabat

sebagai seorang muhtasib. Karena sifat dan sikapnya itulah Amr memujinya.

Ungkapan pujian tersebut dapat dilihat dari kalimat ػبلyang berarti dia

bijaksana. Ditambah lagi dengan adanya penguat yang diucapkan oleh penutur

yaituػبل عذاyang berarti bahwa dia sangat bijaksana. Kata penguat tersebut dapat

dilihat dari kataعذا. Dan ini bertujuan untuk menetapkan (memastikan) matbu‟nya

agar tidak meragukan bagi pendengar atau menghilangkan kemungkinan terlupa

tentang apa yang disebutkan68

Data 3

أخجبس اصب؟((بلع. . بلعض٠ ))ضؾه ا . .69

Terjemahan:

Zayni tertawa, “Bagus! Bagus! Lalu jamaah sudah sholatkah?70

66

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 79. 67

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

120. 68

Hifni Bek Dayyab, dkk.,Qowâ‟idu „l-Lughati „l-„Arabiyah (t.tp: t.p, tt), h. 78. 69

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 194.

49

Kalimat di atas termasuk kepada ungkapan memuji yang ditandai dengan

kata “bagus!” yang dimaksudkan bahwa Zayni puas akan cara kerja Zakariyya.

Karena Zakariyya bekerja lebih dari apa yang sebelum diperintahkan oleh Zayni.

Zayni memerintahkan anak buahnya untuk memata-matai atau mengawasi Said.

Maka dari itu Zayni memuji cara kerja Zakariyya yang bagus sebagai kaki

tangannya Zayni. Ungkapan pujian tersebut dalam bahasa Arab yaitu عبل.

Menurut kamus,عبل berarti lalim, tidak adil, menyimpang.71

Akan tetapi

penerjemah menerjemahkan عبل menjadi “bagus!”, di mana kata “bagus!”.

Merupakan sebuah ungkapan pujian terhadap hasil kerja seseorang yang bersifat

positif. Sedangkan kata “lalim, tidak adil, menyimpang” biasanya ungkapan ini

bersifat negatif. Dan pengulangan kata عبلpun berfungsi menjadi penguat yang

“berarti benar-benar bagus”.

Data 4

س بوهب سي شح ض أد امب .سعال ا ، إ رم سػ ا إ ظش ، أ72

Terjemahan:

Ya Allah! Apakah Kairo pernah melihat orang sepertinya?Ia amat baik!Ia begitu

takut akan murka Allah!73

Dari kalimat yang dibold terlihat ungkapan pujian yang ditujukan kepada

Zayniyaitu dengan mengucapkan “Ya Allah!”. Dalam bahasa Indonesia

diartikan menjadi “Ya Allah!”. Sedangkan menurut kamus modern يب سالو

70

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

261. 71

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab – Indonesia (Surabaya:

Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 987. 72

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 214. 73

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

284.

50

.!berarti Oh ya!; Astaga يب سالو74

Pujian ini diucapkan karena Zayni telah berbuat

baik kepada rakyatnya meskipun ia pernah dihina oleh seorang wanita tua ia tidak

memiliki rasa untuk balas dendam. Pada contoh ini si penutur sebenarnya belum

pernah melihat pria baik tersebut di Kairo, maka ia bertanya dengan

menggunakan kata tanya. Kata tanya yang digunakan yaitu yang masuk dalam

kategori adawat istifham littashdiq dan berfungsi untuk menanyakan tentang

kebenaran sesuatu.75

Data 5

جذ إ ز ر ز؟ أآخش ز . . آ. . ب ع. خج١ أعج ش٠ ز ش ب، ىهفت مجر تنأشن أ

ب ػ طشف أصجؼه. رض ١ب اذ76

Terjemahan:

Kapan terakhir kali kau bersamanya?Coba ku ingat-ingat… kapan?Biar ku

katakan dua bulan lebih seminggu. Kau pria yang pandai, kau tahu segalanya

mengenai dunia ini, dan kau masih menyalahkannya?77

Tuturan “kau pria yang pandai” merupakan sebuah pujian Zakariyya yang

ditujukan kepada Tuan Awad atau Ibnu Kayfuh. Maksud Zakariyya memujinya

adalah agar Ibnu Kayfuh tidak sembarangan mengambil keputusan mengenai

perceraian dengan istri keduanya dan membatalkan niat bercerainya karena

menceraikan merupakan salah satu hal yang paling dibenci Allah. Kalimat “kau

pria yang pandai” dalam bahasa Arab yaitu أذ سع رف

74

Kaserun AS. Rahman dan Nur Mufid, Kamus Modern Arab-Indonesia al-Kamal, h.

447. 75

Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma‟ani): Pengantar Memahami Makna Al-Qur‟an,

h. 114. 76

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 94. 77

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

142

51

Data 6

لش٠ت م ط ف د اغ زاصجبػ((، ٠غ١ت آخش ))عؼ١ذ رؼ ))خشط ي أؽذ ٠م

ش ))عؼ١ذ ي ػ ((،٠م غ لب ((بلهن حثاعب78

Terjemahan:

Salah seorang diantara mereka akan berkata, “Ia keluar sejak tadi pagi.”

Yang lain akan berkata, “Said pengunjung tetap sebuah kedai kopi di dekat Masjid

Qalawun.”

Dan Amer akan berkata,”Said orang yang amat baik.”Lalu diam seribu bahasa.79

Tuturan ini merupakan sebuah pujian yang diungkapkan oleh Amer

mengenai Said. Amer memuji Said di depan orang-orang, ia mengatakan bahwa ia

sangat baik.Pujian yang dikatakan Amer bermaksud bahwa Ia mengagumi Said.

Dalam bahasa Arab pujian ini adalah لاثن حال yang berarti orang yang amat baik.

Sedangkan menurut kamus al-Kamalاثن حاللberarti anak halal80

Data 7

إ اغ ث١ز ػ اؾشوخ غب ب ٠مذسإ ب اؼغت، ٠ؼ اآ ب ثذع شف غ))ػشب ب إ ب

... ز ((تيجع اهلل وثمطؼخ اغذ 81

Terjemahan:

“Kita pikir kita telah melihat segalanya! Tapi sekarang, lihatlah semua inovasi

yang mencengangkan ini! Sekarang orang dapat pergi dari rumahnya ke Masjid

tanpa sepotong kulit ini.Bukankah ini mencengangkan?”

Yang terpendek berkata, “Luar biasa!”82

78

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 157. 79

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

216. 80

Kaserun AS. Rahman dan Nur Mufid, Kamus Modern Arab-Indonesia al-Kamal, h.300. 81

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 161.

52

Ungkapan “luar biasa” yang dituturkan oleh yang terpendek merupakan

sebuah pujian karena ia takjub dengan adanya inovasi-inovasi baru orang-orang

dapat pergi dari rumahnya ke Masjid tanpa kulit. Pujian ini dalam bahasa Arab

adalahو اهلل عجيتyang berarti “Demi Allah menakjubkan” dimana ungkapan ini

termasuk pada bagian Ta‟jub/kagum. Dan menurut kamus modern kata ػغ١ت

berasal dari kata ٠ؼغت –ػغت yang berarti heran, kagum.83

Sedangkan

penerjemah menerjemahkannya menjadi “Luar biasa!”. Akan tetapi maksudnya

sama saja, yaitu sama-sama menunjukkan kekaguman seseorang terhadap sesuatu.

Data 8

. صبػ اجؼض ))اهلل أوجش، أهلل أوجش، ، ثذأ اث جشا اخشج ي دسعبد ا ع ف ض

بن(( ؽ ان اهلل اض٠، صوش٠ب، ل84

Terjemahan:

Ibnu Musa mulai menuruni tangga mimbar. Beberapa orang berteriak bersahutan,

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Zayni! Zakariyya! Semoga Allah memberi kalian

kekuatan! Semoga Allah melindungi kalian!.85

Rakyat memuji Zayni dan Zakariyya karena mereka dapat bersikap adil,

rendah hati, dan tetap menghukum orang-orang yang salah. Ketika Abu al-Khyr

al-Murafi‟ pergi menemui sultan dan menuduh Zayni telah merampas uangnya,

Zayni tetap bersabar. Dengan sikapnya yang bijaksana membuat rakyat

memujinya dengan ucapan takbir yaitu اهلل أوجشyang berarti Allah Maha Besar.

82

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

223. 83

Kaserun AS. Rahman dan Nur Mufid, Kamus Modern Arab-Indonesia al-Kamal, h.

572. 84

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 204. 85

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

275.

53

Data 9

ب بدح.أؽذ أؽذ، ل أطك ص١ؾخ اش86

Terjemahan:

“Ahad! Allâhu Ahad!”Berserulah seperti itu jika kau sedang menuju kematian.87

Ucapan “Ahad! Allâhu Ahad!”merupakan ungkapan ekspresif pujian yang

digunakan ketika Bilal dan Amar bin Yasir dan orang-orang muslim dibakar oleh

panasnya pasir yang membara dibawah teriknya matahari. Mereka menggunakan

ungkapan ini ketika menghadapi kematian. Maka apabila kau sedang menuju

kematian maka pujilah nama Allah dengan menyebut “Ahad! Allâhu Ahad!”yang

berarti “Allah Maha Esa”.

Rasa Kaget

Ekspresif kaget biasanya terjadi karena hal yang terjadi tiba-tiba sehingga

membuat seseorang menjadi terkejut. Dalam kamus KBBI kaget berarti

terperanjat; terkejut (karena heran).88

Dalam novel ini saya menemukan beberapa

ungkapan terkejut sebagai berikut:

Data 1

، ب غإث اءاغ ظب ٠ ،اهلل بذعيى .ب89

Terjemahan:

“Astaghfirullah!Gurunya tak pernah berpikiran buruk kepada siapapun.”90

86

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 215. 87

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

285. 88

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,) (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 602. 89

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 27-28.

54

Tuturan di atas termasuk kepada ungkapan ekspresif yang mengungkapkan

rasa terkejut karena telah berpikiran buruk kepada salah seorang gurunya.Ekspresi

terkejut tersebut dapat dilihat dari ungkapan يعبذ اهلل yang diartikan menjadi

Astaghfirullâh, sedangkan menurut literatur kata يعبذ اهللberarti aku berlindung

pada Allah.91

Ungkapan ini diucapkan ketika seseorang merasa kaget atas apa

yang dikatakan oleh salah seorang mahasiswa al-Azhar. Dari ungkapan ekspresif

tersebut penutur menginginkan adanya tindakan yang dilakukan oleh lawan tutur

yaitu lawan tutur harus lebih menjaga lisannya sehingga tidak berbicara

sembarangan mengenai gurunya karena ia tidak pernah memiliki pikiran buruk

kepada siapapun.

Data 2

. .يؤغب ٠جد اؾ

(( ش لص١ش،أ ،أ م٠ زؼع أع ش ا ((خ؟؟١ؾا ش١جو ؤع

ذثأ)) ((ب. . ع ؤو عا

شش١ذ،٠ ا ؼ ضؾه

92((حشىؼا هزمخ. . ذأ هزمخ جش٠ أ ذصل. . أكنأب فنو اهلل لأف))

Terjemahan:

Mahmud si penjual susu, bertanya, “apakah ia pendek dan berkulit hitam? Ada

yang bilang kulitnya hitam dan berjanggut panjang…”

“Tidak.Wajahnya sama saja dengan kita semua.”

90

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

54. 91

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, h. 984 92

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 50.

55

“Tuan Murshidi tertawa, “Masyâ Allâh! Maksudmu wajahnya terlihat seperti

wajahmu, wajahmu yang buruk rupa?”93

Tuturan di atas merupakan ungkapan ekspresif terkejut. Karena salah

seorang dari jamaah berkata bahwa sosok Zayni itu sama saja dengan mereka.

Sehingga keluar ucapan terkejut sekaligus tuturan yang berupa ejekan terhadap

penutur yang mengatakan mengenai Zayni tersebut. Ungkapan terkejut itu

diungkapkan dengan “Masyâ Allâh” yang berarti “apa-apa yang dikehendaki

Allah” yang berasal dari kalimat فؤي اهلل ال فؤهyang berarti“aku berlindung pada

Allah bukan selain pada-Mu”. Maksud Murshidi mengungkapkan demikian

adalah untuk mengevaluasi diri sekaligus memberitahu bahwawajah Zayni tidak

sama dengan mereka. Ungkapan ini menunjukkan psikologis penutur ketika

mendengar sesuatu dalam kondisi tertentu.

Data 3

ضح. . . ؽ ٠ط

رششة اؾجخ، رششة اؾجخ ٠ب ش١خ عؼ١ذ، ...((بهللب ثنإ حىب قنب ونىب حن))

Terjemahan:

Hamzah muncul.“Kau belum meminum fenugreek-mu, Syeikh Said. Kau tak

meminum fenugreek-mu! Ya Allah, apa yang terjadi?”94

Tuturan yang diungkapkan oleh Hamzah merupakan rasa kaget Hamzah

ketika melihat Said yang langsung meninggalkan kedai tanpa menghabiskan

minumannya, karena biasanya Said meminumnya sampai habis.Dalam tuturan di

atas ungkapan kaget yang diucapkan oleh Hamzah adalah وال قىح إال ال حىل

93Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

85. 94

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

345.

56

yang berarti “tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah”.Akanثبهلل

tetapi penerjemah menerjemahkannya menjadi “Ya Allah, Apa yang terjadi?”yang

apabila kalimat ini dihubungkan dengan konteks sebelumnya maka menjadi

ungkapan ekspresif kaget.

Data 4

آخ ف م أث غ ١ضخ ))ش صبػ سع اع صجغخ ثؾبسح ا بقحضاخ ف ز وب ...

ش اؼذي؟((. ٠ظ أؽذ اؾىب

Terjemahan:

Di kedai lainnya seorang pria bernama Abu Ghazala, yang bekerja di sebuah

pabrik pencelupan di Jalan Mida berteriak, “Oh ya? Sejak kapan pemerintah

tertarik dengan keadilan?”95

Ungkapan “Oh ya?” merupakan tuturan keterkejutan Abu Ghazala yang tak

percaya dengan cara kerja pemerintahan yang dipimpin Zayni saat itu yang dapat

bersikap adil kepada rakyatnya. Karena selama ini sebelum masa pemerintahan

Zayni tidak ada keadilan yang dirasakan oleh rakyat. Tuturan terkejut tersebut

dapat dilihat dari حقب di mana arti yang sebenarnya itu adalah benarkah? Akan

tetapi penerjemah menerjemahkan kata حقب menjadi “Oh ya?”. Kata “Oh ya?”.

Sedangkan menurut kamus kata حقبberarti nyata, pasti, tetap.96

Rasa Marah

Data 1

ش .. بد ػ ثغشػخ رخشط و

95

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

156. 96

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, h. 282.

57

بر اذ٠؟؟(( )) ٠بش١خ ؽ١

بر آه ؟؟ عشغزا

Kata-kata langsung menyeruak dari bibir Amer, “Mengapa Syeikh Halim al-

Din?”Ah! Mengapa ia terburu-buru begitu?97

Dari kata yang dibold tersebut merupakan ungkapan kesal Amer kepada

Syeikh Halim al-Din yang terburu-buru ketika Amer menanyakan kenapa Zayni

Barakat dapat terpilih sebagai kepala mata-mata sementara tidak banyak orang

yang mengenalnya. Ungkapan kesal tersebut dapat dilihat dari kata آهyang berarti

“Ah (kata-kata mengaduh)”98

sedangkan dalam bahasa Indonesia cukup diartikan

“Ah”. Biasanya kata “Ah” merupakan bentuk dari ungkapan kekesalan seseorang

atau pasrah.Menurut kamus, kata ah berarti kata seru yang berarti menyatakan

perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju.99

Data 2

، ، ٠غزذػ١ اجصبص١ مذ 100((...ىكتهفغتجغث بلب أ فشؼب ر زأ))غفث بثم٠ ٠ضػك

Terjemahan:

Sang kepala mata-mata, akan memanggilnya, lalu membentaknya, “Kau tahu apa

yang harus kualami hanya karena ketidakbecusanmu!101

97

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara, h.

94. 98

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, h. 46 99

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBi), h. 18. 100

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 51. 101

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h.87.

58

Tuturan di atas merupakan bagian dari ungkapan marah dari sang kepala

mata-mata kepada Amer. Pada saat itu Amer sedang berkhayal tentang kemarahan

kepala mata-mata. Apabila Amer tidak melaporkan informasi apa yang ia ketahui

mengenai Zayni kepadanya, maka beliau pasti akan menghukum Amer dan

membentaknya dengan mengatakan kerjanya sebagai mata-mata “tidak becus”.

Kemarahan tersebut dapat dilihat dari kalimat “ketidakbecusanmu” Ungkapan

marah yang dilontarkan tersebut memiliki maksud yang ditujukan kepada lawan

tutur untuk mengevaluasi diri agar tidak bersikap ceroboh. “Tidak becus” alam

bahasa arab yaitu غفم. Dalam kamus, غفم berarti lalai.102

Ungkapan “Tidak

becus” ini merupakan ungkapan makian atau kekesalan.

Data 3

٠ش اش١خ ، ى بي اض٠ ػ١ زا, ، شزاع ع ؟ تهب كيف ١ غ ا برارظ . .

. إ غج ب ر ي وب رم ؟ ا ت أ برا ر

Terjemahan:

Saat ia bebicara kepada beliau, sang Syeikh tidak memerhatikannya, dan berkata,

“Kau anjing, mengapa kau menekan kaum muslim? Mengapa kau mencuri uang

mereka? Mengapa kau mengatakan segala macam hal dan menghubungkannya

denganku?”103

Ungkapan “kau anjing” merupakan bentuk pelampiasan dari kemarahan

sang Sultan Syeikh Abu al-Su‟ud kepada Ibnu Musa. Percekcokan ini terjadi

karena Ibnu Musa telah salah bertindak dalam menghadapi Damrawi seorang

penyamak dan penjual kulit yang ingin menjual beberapa lembar kulit. Ungkapan

102

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab - Indonesia, h. 1012. 103

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 323.

59

“kau anjing” dalam bahasa arab يب كهت. Huruf ٠ب tersebut merupakan huruf nida

yang keluar dari makna sebenarnya yang menjadi makna lain. Yang berfungsi

untuk menggretak atau marah.

Data 4

لذ ، خ.. ضبػذ سلجزب اآ غ ذ ))أ عج١ خ ػشق اغضت ٠طك غ ش١ب ٠ب

خ اخج١ضح. ىبث ب أل

Terjemahan:

Amarahnya menggelora sehingga keringat mengucur deras di dahinya: “kau gila,

kita ketahuan sekarang, apakah kau menceritakan sesuatu kepada Saniya?”104

Yang membuat Syeikh Rihan marah ini berawal pada saat seorang gadis

desa itu berbicara bahwa pemilik rumah yang sudah mengurusnya itu merasa

kesal kepada pengawas pasar yang ingin menaikkan pajak, sampai gadis tersebut

berandai-andai Syeikh Rihan dapat membahasnya dengan kenalan-kenalan syeikh

Rihan dikalangan Sultan. Dari pengharapan sang gadis ini lah yang membuat

Syeikh Rihan marah dan menyebutnya أذ غخyang berarti “kau gila!”. Dan

jika ia menceritakannya maka Syeikh Rihan akan mendapatkan hukuman seperti

pemenggalan kepala. Karena pada dasarnya seseorang yang memiliki kedekatan

dengan sultan tidak di bebaskan muncul di depan publik, terutama menemui

seorang gadis.

104

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 236.

60

Data 5

خ زف إب ثى ع ب ٠ ب ط اخك, طغ ػ١ زجب خ، ؽز ؽظ١ذ ثب اؽذح . صػمذ صػمخ ػظ١

ؼ.خيئن انهثاب ى ييئب ني. ب، راثذ وفص ا ا ػ١ غ خ اؼب ج ب ر ذ ػ .105

Terjemahan:

Ia berteriak sekencang-kencangnya, membuat semua orang menoleh ke arahnya,

seperti ingin menyerang Zayni, ia terus-menerus meneriakkan, “Kau anak

kurang ajar!” saat orang-orang menyadari apa yang dikatakan perempuan tua itu

dan hendak menangkapnya, ia telah menghilang tanpa jejak.106

Tuturan di atas merupakan ungkapan ekspresif menghina yang diucapkan

oleh seorang wanita tua yang ditujukan kepada Zayni di tengah keramaian orang.

Tidak ada yang tahu apa maksud dari ucapan wanita tua itu. Karena pada saat para

pasukan ingin menangkapnya ia menghilang tanpa jejak. Dan sampai saat ini

masih dalam pencarian. Ungkapan marah wanita itu dapat dilihat dari kalimat يبنئيى

ثن انهئيخايب yang berarti “kau anak kurang ajar!”.Ucapan menghina ini memiliki

maksud mengevaluasi diri lawan tutur agar lebih berhati-hati dalam berbicara.

Data 6

أفا شؼشا لبا ف١ ش اغذ٠ذ، اؤ مب عخش اشؼشاء ف ا

ط((سىعتب يي))اؾك إب ػما ه فب ،

Terjemahan:

105

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 63-64. 106

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h.103.

61

Pendongeng di kedai-kedai kopi mengolok-olok peraturan baru tersebut dan

menciptakan syair-syair, di antaranya: Seorang tolol suatu saat akan berakhir

dengan sebuah lentera menimpa kepalanya.107

Tuturan “Seorang tolol” ini ditujukan kepada Zayni. Maksud mereka

mengungkapkan kekesalannya itu adalah bahwa mereka tidak suka dengan

peraturan yang dibuat oleh Zayni mengenai lentera.Mereka menginginkan agar

lentera tersebut dihilangkan. Ungkapan “seorang tolol” dalam bahasa Arab yaitu

رؼغب -رؼظ Menurut kamus.٠ب زؼط berarti rusak, celaka, sengsara.108

Data 7

وج ب شأحاز طؼذ أ ا ز أصش ف مذ إطبق ػ١ ا اص ب ، صػمذ ف ٠بضث١

...، ...ىيئب نيع109

Terjemahan:

Sementara itu, kepala mata-mata melanjutkan pencarian terhadap perempuan yang

tiba-tiba muncul di hadapan iring-iringan Zayni dan berteriak, “Bedebah.”110

Bedebah merupakan ungkapan makian yang diucapkan oleh seorang

perempuan tua kepada Zayni. Dalam bahasa Arab disebut يب نئيىartinya "yang

rendah, hina, keji, jahat, kurang ajar".111

Akan tetapi penerjemah mengartikannya

menjadi “Bedebah” di mana kata ini merupakan bentuk dari ungkapan kemarahan

atau makian. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Bedebah berarti

107

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 159. 108

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab - Indonesia, h. 134. 109

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 90. 110

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 136. 111

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab - Indonesia, h. 1246.

62

celaka (sebagai makian).112

Dapat juga diartikan sebagai sialan, kurang ajar, dan

lain sebagainya yang berbentuk makian.

Data 8

١زق ػبلجخغر . ف اض٠. ٠شد ػ سعبز أطشف هزكي ب آبف اجصبص١ . رغب

٠ش. غ ث . ٠غ عغ

Terjemahan:

“Jadi Zayni tak mengindahkannya!Ia belum juga membalas surat itu! ia akan

menerima akibat dari gayanya yang sok pintar itu! ia menganggap remeh ribuan

mata-mata Zakariyya yang menjadi anggota tubuh, mata, dan telinganya!113

“Sok Pintar” ini merupakan tuturan kesal Amir Yalbugha kepada Zayni

yang tak pernah membalas suratdari Zakariyya melalui mata-matanya. Amir

Yalbugha berpikiran bahwa Zayni seperti orang yang meremehkan mata-mata

Zakariyya. Dari kekesalan Amir Yalbugha ia menginginkan agar Zayni tidak

sombong dalam menduduki jabatannya, menghargai orang lain, dan segera

membalas surat Zakariyya. “Sok Pintar”dalam bahasa Arab yaitu ىش arti yang

sebenarnya adalah menipu, memperdaya.114

Data 9

٠ب ػ(( ١ غ اي ا اض٠ ))أ ب صاػك ف١

Terjemahan:

112

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 156. 113

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 146. 114

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab - Indonesia, h. 1352.

63

Pada saat yang sama, Zayni berteriak, “Uang orang-orang Muslim, Ali”115

Teriakan Zayni merupakan tanda kemarahannya pada Ali. Karena Ali tak

juga memberitahu di mana harta rampasan orang-muslim ia sembunyikan. Dari

kemarahan Zayni ini memiliki maksud bahwa ia amat kesal pada sifat Ali yang

bersih kukuh tidak memberitahu dan Zayni menginginkan agar Ali memberitahu

semuanya.

Rasa Terima Kasih

Tuturan terima kasih biasanya bertujuan untuk mengungkapkan rasa

syukur penutur terhadap apa yang telah ia dapat, sehingga menimbulkan adanya

rasa kepuasan sendiri kepada lawan tutur.

Data 1

ههن دحنا ساؽخ اؼجبد ب ف١ زذاء إ خ١بسب، اإ ذاب إ وشف أششاسب، از

ف اجبد. اظب اعزمشاس اؤ116

Terjemahan:

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kesempatan untuk

mengungkap siapa yang jahat diantara kita dan menemukan yang terbaik untuk

kebahagiaan rakyat dan berjalannya hukum dan peraturan di negeri ini.117

115

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 193. 116

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 29. 117

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 56.

64

Ungkapan yang dibold tersebut merupakan ungkapan rasa terima kasih yang

memiliki maksud bahwa mereka sangat bersyukur kepada Allah atas apa yang

telah Dia berikan. Seperti petunjuk dalam mengetahui mana yang baik dan mana

yang buruk yaitu tertangkapnya si lalim Ali bin Abi al-Jud karena ulahnya.

Ungkapan rasa syukur / terima kasih ini dalam bahasa arab diterjemahkan menjadi

.yang berarti segala puji bagi Allahاؾذ هلل118

Ungkapan terima kasih ini

diungkapkan dengan cara memuji Allah.

Data 2

شب٠خ, ا ؼ. ههن دحان٠طشد خ راد أؽذ و ٠م ظبسح, إ١ ع ر فؾز اآ 119

Terjemahan:

Hingga saat ini, Alhamdulillah tak seorang pun yang melihatnya dengan

pandangan menuduh atau menyindirnya.120

Amer bersyukur karena apa yang telah dilakukan oleh Amer tidak

dipandang buruk oleh masyarakat termasuk Sultan. Karena pada saat itu Amer

mendapatkan uang beberapa dirham dari bebrapa pejalan kaki untuk memenuhi

kebutuhan ibunya.ucapan syukur tersebut ditandai dengan انحد هللyang berarti

“segala puji bagi Allah”.

Data 3

اصفذ. . ؼ ا لب

118

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab - Indonesia, h.292. 119

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 56. 120

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 93.

65

.. ((ةب ري كدحن)) ب شز سو ، عشد اؤ121

Terjemahan:

Tuan Safadi beranjak.“Alhamdulillah; semua berjalan seperti yang kita

harapkan.”122

Maksud dari tuturan tersebut adalah ia bersyukur kepada Allah bahwa apa

yang di rencanakan telah berjalan dengan lancar. Yaitu berjalannya pidato yang

disampaikan oleh Zayni. Ucapan syukur tersebut dapat dilihat dari kalimat ؾذن

٠yang berarti kami memuji-Mu ya Allah, sedangkan dalam bahasa Indonesiaب سة

penerjemah menerjemahkannya menjadi Alhamdulillâh yang mana jika diartikan

menjadi segala puji bagi Allah. Akan tetapi keduanya memiliki makna yang

samayaitu sama-sama memuji Allah dan berterima kasih atas apa yang telah Allah

berikan. Alhamdulillâh biasa digunakan untuk ungkapan-ungkapan terima kasih

dan biasanya juga sebagai timbal balik penutur kepada lawan tutur.

Data 4

بء. سفغ اغ ثغط اؤسض, غطبء، از وشف و عجؾب

Terjemahan:

Kami bersyukur kepada Allah yang telah mengungkap semua rahasia, meratakan

bumi dan meninggikan langit.123

Ucapan syukur tersebut merupakan bentuk tuturan rasa terima kasih kepada

Allah karena atas kehendaknyalah rahasia mengenai tempat harta rampasan milik

orang-orang muslim yang disembunyikan Ali telah terbongkar. Ucapan syukur itu

121

Jamal al-Ghitani, al-Zayni Barakat, h. 52-53. 122

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 88. 123

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 185.

66

ditandai dengan عجؾبyang berarti “Mahasuci Allah”. Mereka mengucapkan

“Mahasuci Allah” adalah semoga Allah akan menyucikan harta rampasan orang-

orang muslim itu dengan cara mengembalikannya kepada yang berhak.

Data 5

اىشف. ظ ح اؼ١ش ٠خم فبؽب أػب لش ... ؤ ذ بب.. أؽ س ٠ب رص

Terjemahan:

Bayangkan itu, Guru! Aku bersyukur kepada Allah karena Ia tak menjadikanku

petani yang harus menjalani berbagai kesulitan hidup dan penindasan penarik

pajak.124

Ucapan syukur Said kepada Allah merupakan bentuk ungkapan ekspresif

bahwa ia sangat berterima kasih Allah tidak menjadikannya seorang petani

sehingga tidak mengalami kesulitan dalam hidunya. Said mengucapkan rasa

terima kasihnya dengan menyebut أؽذyang mana jika kita menerjemahkannya

menurut kamus maka berarti “aku memujinya”. Akan tetapi dalam hal ini tuturan

biasanya digunakan sebagai ungkapan rasa syukur penutur اؾذ هلل atau أؽذ

kepada Tuhannya atas apa yang telah ia dapat. Maka dari itu dalam kalimat

tersebut penerjemah menerjemahkannya sebagai ungkapan syukur.

Ucapan Selamat

Data 1

ثؤف عجت ؽ ١ظ س جغطخ وفظخ )) لذ ر غز إر ٠جذأ اؾذ٠ش رصجؼ ا بحجصعجت، ى

((زيخان

Terjemahan:

124

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 181.

67

Jiwanya mungkin merasa gelisah karena beribu alasan, namun saat ia mulai

berbicara, suaranya terdengar normal seolah hanya sedang menyapa “selamat

pagi”.125

Ungkapan selamat pagi ini dituturkan oleh Ibnu Kayfuh di mana ketika

Zakariyya ingin menceritakan suatu masalah yang amat rumit padanya, cara

berbicara Zakariyya seperti orang yang sedang mengucapkan selamat pagi. Ia

amat tenang dan tak seperti orang yang sedang ditimpa masalah. Ungkapan

selamat pagi dalam bahasa arab yaitu صجبػ اخ١ش. Yang biasa digunakan untuk

menyambut di waktu pagi dan bertujuan agar penutur maupun lawan tutur dalam

keadaan selamat atau memiliki fungsi hanya untuk melakukan kontak langsung

dengan lawan tutur.

Data 2

ق بههأ ...بههأ)) ف , ثغط ساؽز ٠شفغ ٠ذا ضح, ٠شد ؽ بس افي(( رشؽ١ت دافء ... ٠ب

. صذس

Terjemahan:

“Selamat datang! Selamat datang. Hari yang indah!” terdengarlah sambutan

hangat dari Hamzah yang dibalasnya dengan menangkupkan telapak tangan di

dadanya.126

Ucapan “selamat datang!” ini di tujukan kepada Said dari Hamzah. Maksud

dari ucapan “selamat datang!” ini adalah bahwa Hamzah menyambut

kedatangannya di kedai milik Hamzah dan memiliki fungsi untuk menjalin

125

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 142-143. 126

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 176.

68

keakraban dengan lawan tutur.Ucapan “selamat datang!” dalam kamus

yaitu127.أهال

Data 3

صجبػ اخ١ش.

.. ضح ث اؼ١ذ اصغ١ش ٠ذ ٠شفغ ؽ

بههأ)) ب ثبم ش...((...أ

Terjemahan:

“Selamat pagi”

Hamza bin al-Eid al-Saghir mengangkat tangan. “Selamat datang!Selamat

datang!”128

Ucapan selamat pagi dan selamat datang ini dituturkan oleh Hamzah pada

Amer yang mengunjungi kedainya. Dalam ucapan selamat pagi, Hamzah

bermaksud agar pada pagi hari tersebut Amer selamat.Dan ungkapan selamat

datang dimaksudkan untuk menyambut kedatangannya di kedai dan menjalin

kedekatan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur.Dalam bahasa Arab

yaitu أهالyang berarti selamat datang.129

Dan صجبػ اخ١شberarti selamat pagi.

Data 4

بة اؤػظب ب ثبش وض،))أ ثذ سع ، لب ا صوش٠ب إ ؽغشح اغط ثبذ٠ دخ

صوش٠ب((

Terjemahan:

127

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab - Indonesia, h. 46. 128

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 202. 129

Kaserun AS. Rahman dan Nur Mufid, Kamus Modern Arab-Indonesia al-Kamal, h.

144.

69

Zakariyya memasuki ruang duduk.Seorang badui dengan wajah tertutup cadar

berdiri.“Selamat datang, Yang Mulya Shihab Zakariyya.”

Ucapan “selamat datang” ini digunakan untuk menyambut Zakariyya ketika

memasuki ruang duduk. Dalam bahasa Arab yaitu أال . Ucapan ini diucapkan

oleh seorang badui yang wajahnya tertutup cadar yang tak lain dan bukan ia

adalah Zayni Barakat bin Musa yang menyamar dengan maksud ingin

menanyakan langsung dimana harta rampasan Ali kepada Zakariyya yang pernah

menjadi kaki tangannya.

Takut

Rasa takut merupakan ungkapan yang menunjukkan bahwa penutur sedang

menghadapi suatu masalah yang membuatnya merasa gelisah. Menurut KBBI,

takut berarti merasa gentar (ngeri), gelisah, khawatir. Dan maksud dari meluapkan

rasa takutnya, penutur menginginkan adanya tindakan dari lawan tutur untuk

menenangkan hatinya dan memeriksa keadaan sekitar.

Data 1

ز أغجذ ىب ذ ثغخ ؽ بب،.. خ ))غزؼ١ذ ثب هلل ٠ب لب خ لبي اضبش: ألصش ا ػب

١ب((ػ ا ش اذ بئ ػ ز130

Terjemahan:

Pria ketiga, yang terpendek diantara mereka berkata, “Na’ûdzubillâh, Guru.Jika

seekor bagal jantan mengandung dan melahirkan, itu pertanda akhir Zaman.131

Pria ketiga tersebut merasa khawatir apabila ada seekor bagai jantan yang

melahirkan merupakan tanda akhir dunia. Rasa khawatir itu ditandai dengan

130

Jamal al-Ghitani, al-Zaynî Barakât, h. 161. 131

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 222.

70

ucapannya menyebut غزؼ١ذ ثب هلل yang berarti kami berlindung kepada Allah,

tuturan ini biasa digunakan sebelum melakukan sesuatu. Sedangkan dalam bahasa

Indonesia penerjemah menyingkatnya menjadi “Na‟ûdzubillâh” dimana ungkapan

ini biasanya digunakan untuk hal-hal yang tak diinginkan. Ungkapan

“Na‟ûdzubillâh” juga dalam budaya Indonesia diartikan seperti “amit-amit”.

Maaf

Tuturan ekspresif maaf biasanya digunakan karena adanya rasa penyesalan

penutur atau rasa tidak enak penutur kepada lawan tutur.Ungkapan maaf ini

termasuk kepada hal yang memberikan efek positif bagi penutur maupun lawan

tutur. Contoh ungkapan maaf yaitu sebagai berikut:

Data 1

ال ذن. ينرذعأ ضؼذ أصمب ػ ؤ

Terjemahan:

Maafkan aku, Guru, karena telah menumpahkan semua bebanku di hadapan

Guru.132

Pada data satu ini merupakan bentuk dari tuturan ekspresif maaf yang

ditandai dengan adanya permohonan maaf. Permohonan maaf, tersebut yaitu

yang berarti maafkan aku, dalam penggunaan kata maaf ini penuturأػزس

memiliki kesopanan dalam mengucapkan.أػزس biasanya digunakan untuk

mengucapkan maaf kepada orang yang lebih tua dari kita. Said meminta maaf

kepada gurunya karena ia merasa tidak enak segala bebannya ia tumpahkan

kepada gurunya.

132Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 181.

71

Data 2

٠ذ ثؼض أعشاد ب س ف١ ٠ذ ى إرا س ع أب ثؼذ ذء اضغخ ))أػزس ٠زؾذس أث

ث١ز((

Terjemahan:

Ibnu Musa tidak berbicara hingga suara-suara tersebut berhenti. “Maaf jika aku

sampai menceritakan urusan pribadiku…”133

Ungkapan maaf Ibnu Musa ini ditujukan kepada seluruh rakyat yang pada

saat itu sedang mendengarkan Ia berpidato di atas mimbar. Pada saat yang sama

pula Abu al-Khayr al-Murafi‟ menuduh Ibnu Musa merampas uangnya dan

meminta agar dikembalikan kepada Sultan. Akan tetapi Sultan mengetahui betul

bagaimana Ibnu Musa. Ibnu Musa pernah menceritakan semua kehidupannya

kepada Sultan dan Sultan pernah mengutus mata-matanya untuk mencari tahu

bagaimana kehidupan Ibnu Musa. Dan Sultan lebih percaya kepada Ibnu Musa

dibandingkan Abu al-Khayr al-Murafi‟ yang telah menuduhnya. Ungkapan maaf

ini bermaksud agar orang-orang tidak berpikiran buruk terhadapnya.Ungkapan

maaf dalam bahasa Arab yaitu أػزسyang berarti maafkan aku.

Data 3

ش ا١, ذمؼب إذػ فأستغظ اغ افؤط(. اطجش ؽب ب اطجشداس )أ ب ١ش اؤ

ت ٠ذ٠ش وب ذ بي ػ ا اؤصبس٠بء اؽذا ع اث ذ أظ و ا١ ب لبي, ؽ١ و١ف

عبء. شبء ى

Terjemahan:

133

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 273.

72

Suatu malam saat kami sedang rapat, Amir Mamai Tabardar, memohon maaf

kepadaku dan berkata: „Hingga hari ini kupikir Ibnu Musa kaya raya; kupikir ia

punya uang banyak sehingga ia tak mengambil sepeser pun apa yang disita dari

orang-orang yang bersalah. Tapi ia datang kepadaku…134

Pada data tiga ini penutur mengungkapkan permohonan maaf yang

bermaksud adanya rasa penyesalan yang dialami oleh Amir Mamai Tabardar

kepada Sultan. Ia menyesal karena ia telah berprasangka buruk kepada Ibnu Musa.

ungkapan permohonan maaf ini dalam bahasa arab yaituرؤعفyang berarti

dia(Amir Mamai Tabardar) memohon maaf.آعف menurut kamus modern berarti

menyesali.135

Data 4

ػ اج ))أػف ٠ب ص٠ ق صذس ف ثغطشاؽز اضؼخ ز ضؾه اش١خ س٠ؾب ضؾىخ

ب اعزصم(( , ب أثػ ث ب لب ث

Terjemahan:

Syeikh Rihan tertawa malu, menangkup dada dengan kedua tangannya dan

berkata, “Maafkan aku jika Aku tak mengatakan apa yang ia katakan.Aku tak

mengungkapkan apa-apa yang dikatakan dengan diam-diam. "136

Ungkapan Maaf ini dilontarkan oleh Syeikh Rihan kepada Zayni.Syeikh

Rihan merasa tidak enak karena tidak dapat menceritakan apa yang dibicarakan

Amir Sudun kepada Zayni. Tuturan maaf tersebut dalam bahasa Arab yaituأػف

yang berarti maafkan aku.

134

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 272. 135

Kaserun AS. Rahman dan Nur Mufid, Kamus Modern Arab-Indonesia al-Kamal, h. 4. 136

Jamal al-Ghitani, The Legend of Cairo: Kisah Penguasa Agung Kota Seribu Menara,

h. 281.

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan mengenai tindak tutur ekspresif yang peneliti lakukan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa:

Dari 36 data tuturan ekspresif yang saya paparkan, saya menemukan adanya

perbedaan penerjemahan dari penerjemahan aslinya. Perbedaan penerjemahan

tersebut dapat dilihat dari kata ػبي berarti lalim, tidak adil ke bagus!, ٠بعال

berarti oh ya!, astaga! ke ya Allah, اث ؽالي berarti anak halal ke orang yang

amat baik, ػغ١ت berarti heran, kagum ke luar biasa!, ؼبر اهلل berarti aku

berlindung pada Allah ke Astaghfirullâh, ي ٢ ح إ ال ؽ ثبهلل الل berarti tiada daya

dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah ke ya Allah, apa yang terjadi!, ؽمب

berarti nyata, pasti ke oh ya?, غف berarti lalai ke tidak becus, ٠ب ئ١ berarti

rendah, hina, keji ke bedebah, dan ىش berarti menipu, memperdaya ke sok

pintar.

Dari ungkapan ekspresif tersebut, penutur memiliki maksud tertentu dalam

ungkapannya masing-masing. Di antaranya memuji (ta‟jub) diucapkan karena

adanya rasa kebahagiaan penutur, rasa kaget terjadi karena adanya hal yang terjadi

tiba-tiba, rasa marah diucapkan karena penutur menginginkan lawan tutur untuk

introspeksi diri atau hanya sekedar meluapkan kekesalannya, ucapan selamat me-

74

miliki maksud untuk menjalin keakraban dengan lawan tutur, terima kasih sebagai

rasa syukur, dan kata maaf sebagai rasa penyesalan penutur.

Jakarta, 11 Oktober 2015

75

B. Rekomendasi

Untuk menerjemahkan ungkapan ekspresif dalam bahasa asing ke dalam

bahasa Indonesia bukanlah hal yang mudah. Terlebih ketika ungkapan tersebut

tidak terdapat dalam kamus. Maka dalam hal ini kita dianjurkan memahami

konteks terlebih dulu dan menguasai budaya masing-masing dengan cara mencari

tahu dengan memperbanyak membaca buku-buku terjemahan. Bisa pula dilakukan

dengan cara kita sering bergaul atau belajar berkomunikasi dengan orang asing

tersebut secara langsung. Hal ini akan lebih mempermudah penerjemah dalam

menerjemahkan dan memahami ungkapan ekspresif yang diucapkan oleh si

penutur.

Di era modern seperti ini belajar memahami ungkapan ekspresif pun dapat

melalui internet. Dapat pula dengan menguasai isi kamus bahasa Arab. Beberapa

cara di atas dapat digunakan untuk mempermudah para penerjemah dalam

menerjemahkan bahasa Asing terutama kata-kata yang tak terdapat dalam kamus.

Penerjemah juga harus menyesuaikan dengan konteks yang ada agar

penerjemahan yang dilakukan berhasil dan mudah dipahami.

76

DAFTAR PUSTAKA

A. Alwasilah, Chaedar. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa

bandung, 1993.

A. Alwasilah, Chaedar. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa, t.t..

A. S. Hornby. Oxford Advanced Learner‟s Dictionary of Current English.

London: Oxford University , 1974.

Al-Wina‟I, Mahfudh Ikhsan. Konsep Kitab Kuning. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1995.

Al-Ghitani, Jamal. al-Zaynî Barakât. Beirut: Daar al-Syuruq, 1994.

Al-Hasyimi, Sayid al-Marsum Ahmad. Jawâhir al-Balâghah fî al-Ma‟ani wa al-

Bayan wa al-Badî‟. Indonesia: Maktabah Dâr ihyâ al-Kutub al-„Arabiyyah,

1960.

AS. Rahman, Kaserun dan Mufid, Nur. Kamus Modern Arab-Indonesia al-Kamal.

Surabaya: Pustaka Progressif, 2010.

Aziez, Furqonul dan Hasim, Abdul. Menganalisis Fiksi: Sebuah PengantarBogor:

Ghalia Indonesia, 2010.

Badudu, Yus dan Zain, Sutan Mohammad. Kamus Umum Bahasa Indonesia .

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineke Cipta, 2010.

Dayyab, Hifni Bek, dkk., Qowa‟idu „l-Lughati „l-„Arabiyah. t.tp.: t.pn., t.t..

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

77

Efendi, Anwar. Bahasa dan Sastra: dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2008.

Haliday, M.A.K dan Hasan, Ruqaiya. Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-Aspek

Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1992.

Hude, Darwis. Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia

dalam AL-Qur‟an. Jakarta: Erlangga, 2006

Ikhsan al-Wina‟I, Mahfudh. Konsep Kitab Kuning. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1995.

Kadarisman, A. Effendi. Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat

Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Kushartanti, Yuwono, Untung, dan RMT Lauder, Multamia. Pesona Bahasa:

Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, t.t.

Kutha Ratna, Nyoman. Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budayadalam

Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Leech, Geoffrey. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-

Press), 1993.

Machali, Rochaya. Pedoman Bagi Penerjemah: Pedoman Lengkap Bagi Anda

yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional. Bandung: Mizan Pustaka,

2009.

Mahsun. Metodologi Penelitian Bahasa. Jakarta: Grafindo, 2013.

Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. t.tp: Grasindo, t.t.

78

Meutia, Sari, dkk. Jumpalitan Menjadi Ibu: Sukacita, Keringat, dan Air Mata

Bersama Ananda. Jakarta: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2011.

Mohd, Ainon dan Hassan, Abdullah. Teori dan Teknik Penerjemahan: Siri

Bahasa. Kuala Lumpur: PTS Professional Publishing Sdn. Bhd, 2000.

Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta, Arruz Media, 2011.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab – Indonesia. Surabaya:

Penerbit Pustaka Progressif, 1997.

Nadar, F. X., Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu,

2009.

Purba, Antilan. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

R. H, Budhyastuti. Kaya Lewat Terjemahan: Menyingkap Rahasia Sukses Bisnis

Alih Bahasa. Bandung: Qonita, 2009.

Rahardi, Kunjana. Dimensi-Dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah Bahasa

Indonesia Terkini. Jakarta: Erlangga, 2006.

Rahardi, Kunjana. Sosiopragmatik: Kajian Imperatif dalam Wadah Konteks

Sosiokultural dan Konteks Situasionalnya. Erlangga: Jakarta, 2009.

Rahardi, R. Kunjana. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa IndonesiaJakarta:

Erlangga, t.t.

Rahayu, Irma. Emosional Healing Therapy. Jakarta: Gramedia, 2013.

Sardjono Pradotokusumo, Partini. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2005.

79

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, t.t.

Sudiati, Vero dan Widyamartaya, Aloys. Panggilan Menjadi Penerjemah.

Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2005.

Suryawinata, Zuchridin dan Hariyanto, Sugeng. Translation: Bahasan Teori dan

Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Syatibi, Ahmad. Balaghah II (Ilmu Ma‟ani): Pengantar Memahami Makna Al-

Qur‟an. Jakarta: Tarjamah Center, 2013.

Widyamarta, A.Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Internet

F. Kennedy, John. Gamal Al-Ghitany: artikel diakses pada 24 April 2015 dari

https://www.kennedycenter.org/explorer/artists/?entity_id=21390&source_t

ype=A.

Julius Siregar, Freddy. Kabar Indonesia: artikel diakses pada 02 Oktober 2015

dari

http://kabarindonesia.com/beritaphp?pil=5&jd=Novel+Perdana+Nadiah+Al

wi+Quadrangle&dn=20070630171109.