terjemahan dan analisis jurnal analisis didaktikal
DESCRIPTION
Terjemahan dan analisis jurnalTRANSCRIPT
A. TRANSLATE JURNAL
ANALISIS DIDAKTIKAL : SEBUSH METODE KUALITATIF NONEMPIRIS DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
José Luis González Mari
Departemen Didaktik Matematika. Universitas Málaga, Kampus Teatinos s / n º, 29071
Malaga, Spanyol
Abstrak: Metode yang digunakan untuk penelitian dalam Pendidikan Ilmu matematika
umumnya digunakan juga dalam Psikologi, Pedagogi dan bidang terkait lainnya. Tetapi,
jujur saja, pendekatan ini menyebabkan hasil yang terlalu singkat, tidak terlalu penting
dan mengandung beberapa kemungkinan untuk memodifikasi secara substansial dalam
praktek pendidikan. Penyebabnya bisa terletak pada ketidakcukupan metode tersebut
untuk memenuhi kompleksitas masalah di lapangan, di mana banyak faktor yang
mempengaruhi dan saling berhubungan satu sama lain yang perlu diidentifikasi dan
dianalisis sebelumnya dalam kerangka global berdasarkan pengetahuan matematika
sebagai faktor umum. Untuk melaksanakan tugas tersebut kita harus memutuskan
penggunaan satu metode yang paling cocok, kami menggunakan prosedur yang
mengintegrasikan penelitian non empiris, disebut yaitu analisis didaktikal yang dibangun
berdasarkan hubungan dari pendekatan meta-analisis dan kualitatif. Karya ilmiah ini
memaparkan prinsip-prinsip, kerangka konseptual dan teknik yang membuat metodologi
ini perlu dipelajari.
Kata kunci: metodologi, meta-analisis, epistemologi matematika.
1. Pendahuluan
Metodologi ini secara umum menawarkan cara kita mendapatkan pengetahuan
tentang dunia (alam semesta) (Denzin, Lincoln, 1994). Dalam hal ini, berhubungan dengan
fenomena dalam pendidikan dan proses belajar mengajar matematika. Penelitian tentang
fenomena ini dapat ditingkatkan dengan mengikuti proses umum seperti yang dirangkum
oleh Romberg (1992, hal. 51) dalam sepuluh langkah yang gambarkan dalam persegi
warna biru pada gambar 1. Dari sepuluh aktivitas utama, penulis menekankan secara
khusus pentingnya empat hal yang pertama, sedangkan enam hal yang terakhir (dari 5
sampai 10) harus dilakukan pada bagian proses operasi yang bersifat teknis. Tetapi, selama
ada lebih dari dua puluh prosedur yang diakui dapat mengembangkan bagian kedua,
banyak aktifitas yang diharapkan menjadi hal yang penting dari proses yang diusulkan,
tanpa spesifikasi tambahan, oleh intuisi dan keterampilan peneliti, dengan latar belakang
masalah yang akan diteliti (Bishop, 1992, hlm 712-714), serta oleh pengetahuan
sebelumnya yang berasal dari masyarakat ilmiah. Pertimbangan ini cukup untuk menjamin
kualitas dan relevansi hasil jika fenomena itu tidak begitu rumit sebagaimana adanya, jika
faktor utama kompleksitas yang mengambil bagian dari penelitian ini berhubungan, serta
jika para ahli memiliki pemikiran yang berintegrasi dari perspektif yang berbeda dan
tradisi diluar pendekatan interdisipliner belaka. Tetapi kondisi ini tidak baik dilakukan
secara memuaskan atau ada keraguan bahwa akan seperti itu, yang mungkin mengarah
pada penelitian yang disebut "feet of clay", yang artinya, sempurna dari operasi atau segi
teknis (aktivitas 5 sampai 10) tetapi salah tentang dasar-dasar dan asumsi awal mereka
(aktivitas 1 sampai 4).
Untuk mencoba memperbaiki situasi ini, pada penelitian tersebut dilibatkan
pengetahuan matematika khusus, kami mengusulkan untuk memperkenalkan mekanisme
kontrol sistematis dari dasar-dasar proses penelitian hanya antara aktivitas 3 dan 4 dari
skema Rombergs. Ini terdiri dalam tiga aktivitas (3.1, 3.2 dan 3.3, gambar 1) yang
melibatkan sebuah metode yang baru kami bangun dan pergunakan dengan hasil yang
dapat diterima (González 1995, 1998; Ortiz 1997) dalam mencari respon yang memadai
untuk kompleksitas dan kekhususan pada fenomena pendidikan Matematika.
Prosedur ini didasarkan pada prinsip-prinsip umum dari meta-analisis (Glass &
McGaw & Smith 1981), revisi multivocal (Ogawa & Malen 1991) dan apa yang dikenal
sebagai analisi konseptual (Scriven 1988). Untuk itu kita telah memilih "analisis
didaktikal", yang digunakan untuk menggambarkan " ... analisis konten matematika, yang
dilakukan untuk melayani organisasi pengajaran dalam sistem pendidikan ... " (Puig,
1997, hal. 61). Dalam hal ini kita mengacu pada sistematika, keaslian dan
mengintegrasikan proses yang memberikan kepribadian sendiri untuk penelitian dalam
langkah pertama.
Modifikasi yang diusulkan dibenarkan oleh argumen berikut, yang akan dijelaskan
pada bagian berikutnya: a) kompleksitas fenomena, di mana banyak faktor yang
berinteraksi dan analisis perspektif yang banyak serta prosedur yang diperlukan; b)
spesifisitas parsial dari bidang studi yang didirikan pada keterlibatan matematika
pengetahuan; c) kurangnya pendekatan interdisipliner dan kebutuhan integrasi pengetahuan
sera pendekatan untuk mencapai efektivitas yang lebih besar.
Gambar. 1: Kegiatan penelitian dan bagaimana mereka akan terkait menurut
pengalaman kami
1. Identifikasi fenomena kepentingan
5. Pilih strategi penelitian
3.2. Membawa analisis didaktikal keluar (**)
3.1. Mengumpulkan informasi dari bidang terkait (*)
3.3. Membangun kembali model. Prioritas dan keputusan
4. Pertanyaan atau dugaan
6. Pilih prosedur penelitian
7. Mengumpulkan bukti
8. Menafsirkan bukti
3. Berhubungan dengan ide-ide orang lain
2. Membangun model awal
9. Laporkan Hasil
10. Mengantisipasi tindakan orang lain
sementara
disebut spesifik kasus dan masyarakat
Kegiatan penelitian dan bagaimana mereka terkait sesuai dengan Romberg, T., 1992, hal. 51.
Catatan tambahan kami dan kegiatan untuk memasukkan pandangan ganda serta sebelumnya untuk mempelajari hubungan didaktikal implisit dengan caraof the analisis didaktikal.
Prosedur untuk menghadapi kompleksitas dari pendidikan matematika, untuk mendapatkan
objektivitas serta untuk mengintegrasikan beberapa tradisi penelitian (Bishop, 1992). (Bishop, 1992).
(*) Tentang pandangan yang berbeda dan komponen fenomena seperti yang terlihat dari beberapa bidang terkait: Epistemologi, Fenomenologi, Kognisi, Kurikulum, Pengajaran, dll
(**) Sebuah metode sintesis kualitatif non empiris (González, 1995; Ortiz, 1997).
2. Pendidikan Matematika: Sekelompok Hubungan vs Hal Terkait
Dalam Ilmu Pendidikan Matematika, serangkaian daerah, yang dalam pendidikan
berlatih berinteraksi dan beroperasi bersama-sama, dapat diidentifikasi serta dipisahkan
secara teoritis. Dari semua bidang, pertama-tama kita dapat menekankan salah satu yang
berkaitan dengan aspek kognitif yang meliputi karakteristik dan evolusi belajar, kesalahan,
kesulitan serta representasi dan akuisisi otomatisme serta keterampilan.
Di sisi lain, kita dapat menemukan bidang yang difokuskan pada pengajaran,
dalam hal ini khusus aspek seperti berikut: sifat, hubungan, struktur dan organisasi
kurikulum sekolah (tujuan dan penyelenggara lain (Rico, 1997, hal 39-59)) menyaksikan
faktor dan kondisi yang kompleks (sosial budaya, ekonomi, dll), kebijakan pendidikan,
proyek kurikulum dan pelatihan guru dapat diidentifikasi.
Hal ketiga, kita membedakan sebuah paket, yang lebih terhubung dengan proses
belajar nyata, di mana beberapa interaksi antara faktor-faktor berbeda dari dua bidang
sebelumnya telah mengambil bagian pada tingkat yang berbeda (desain, perencanaan dan
implementasi) (Coriat 1997, hlm 156-157), misalnya: metode untuk meningkatkan belajar;
sumber daya dan bahan serta adaptasi kurikulum.
Pemisahan antara ketiga bidang tersebut di atas, yang terutama dapat diamati dalam
penelitian yang dominan diberikan pada ilmu psikologi atau pedagogis, tampaknya
menjadi pendekatan yang tidak memadai. Bidang yang disebutkan saling berhubungan
satu sama lain khususnya yang berkaitan dengan psikologi pendidikan matematika
(Fischbein, 1990, hlm 6-12). Tingkat pertama difokuskan pada tujuan akhir pendidikan dan
karakteristik umum dari pengetahuan matematika. Pada tingkat kedua, ketika topik
matematika khusus tertentu mengambil bagian, maka pada tingkat pertama memiliki
ketergantungan kuat dari elemen dasar lainnya, oleh karena merupakan kasus Matematika,
Epistemologi dan Sejarahnya atau dari Fenomenologi pengetahuan matematika; tingkat
ketergantungan kedua yang fokus pada kedua tujuan akhir dan isi matematika berdasarkan
prinsip-prinsip umum (terdiri dari pertimbangan Tymoczko (1986), Davis & Hersh (1988)
dan Puig (1997)) yaitu:
a) Pengetahuan matematika adalah parsial dan tidak lengkap, yang memperoleh
kegagalan serta berkaitan dengan ide atau objek konseptual yang dipelajari manusia
melalui penemuan atau penciptaan. Obyek-obyek tersebut tidak bergantung dari
simbolisasinya, memiliki keberadaan konvensional dan berbagi dua bidang yang
berbeda yaitu: individu konseptual dan individu supra, budaya atau kolektif sebagai
bagian dari kesadaran bersama.
b) Fenomena yang mengatur konsep-konsep matematika adalah objek, sifat, tindakan
mereka dan sifat-sifat tindakan tersebut, kepemilikan, kesemuanya untuk ekspansi
dunia yang unik yang berisi hasil dari kognisi manusia, khususnya hasil dari kegiatan
matematika (Puig, 1997, hal. 67).
c) Penciptaan atau penemuan pengetahuan matematika dikondisikan oleh faktor umum
untuk semua individu dan budaya yang memungkinkan yaitu: karakteristik umum
pemikiran manusia (misalnya fisiologis), lingkungan (misalnya fisik, sosial, budaya)
dan interaksi antara mereka.
Dari prinsip-prinsip dan hubungannya kita menarik konsekuensi berikut:
1. Keterlibatan tiga faktor (pikiran, lingkungan dan interaksi) mengambil bagian di
semua penafsiran tentang alam dan cara memproduksi pengetahuan matematika,
sehingga pada analisis epistemologis harus dilihat karakteristiknya.
2. Analisis pengetahuan matematika dari perspektif pendidikan harus termasuk analisis
epistemologis, kognitif dan fenomenologis, yang akan berhubungan dengan aspek
sosial budaya serta pengajaran dan masalah kurikulum sebagai subyek spesifik dan
terminal di ilmu pendidikan matematika, yaitu lima ilmu utama yang harus terlibat
dalam kerangka penelitian umum.
3. Analisis epistemologis dan fenomenologis berkenaan dengan penelitian pendidikan
harus mengikuti garis nyata didaktikal. Minat harus difokuskan pada perolehan
informasi yang berharga untuk mengajar dan belajar, apa arti berpikir tentang siswa,
kebutuhan dan kapasitas mereka, tentang kelas, kegiatan mereka serta metode
didaktikal. Informasi yang dikumpulkan melalui pendekatan ini menunjukkan
hubungan antar bagian-bagian yang berbeda dari dua tingkat di atas, di bawah
referensi unik: pemikiran matematika individu dan kolektif, evolusinya, hubungannya
dengan pemikiran lain dan pendidikannya.
4. Hubungan antara Epistemologi Matematika dan Psikologi Pendidikan berada dalam
posisi istimewa, dan ketika semua perhatian fokus pada proses menciptakan
pengetahuan maka akan masuk akal bahwa penciptaan pengetahuan berkaitan dengan
pengetahuan matematika dan keputusan kurikulum. Demikian juga aspek pedagogis
menunjukkan ketergantungan pada faktor-faktor sebelumnya, yang harus kita
tambahkan beberapa pertimbangan lain baik sosial, politik atau budaya yang
melengkapi pandangan dunia secara khusus dan global di mana hubungan kompleks
diperlukan dari integrasi sebelumnya untuk melakukan studi khusus di bidang ilmu
dan Pendekatan yang berbeda.
Namun, integrasi tersebut tidak harus selesai dalam jumlah data yang diperoleh dari
berbagai pendekatan (konsepsi interdisipliner). Sebaliknya, hal ini membutuhkan sebuah
elaborasi kompleks dengan mengikuti metodologi penelitian yang spesifik (analisis
didaktikal) yang harus cukup berbeda dari bagian teknis dari proses (aktivitas 4 sampai
10, gambar 1).
3. Ketidakcukupan Pendekatan Interdisipliner dan Kekhususan
Ketidakcukupan dari pendekatan interdisipliner tentang penelitian pendidikan
matematika yang saat ini masih memiliki penerimaan luas oleh masyarakat meskipun
hasilnya dapat ditingkatkan (Kilpatrick, 1994, hlm 78-79), yang didasarkan pada
hubungan antara lima bidang utama dan pada sifat dari fenomena.
Pertama, analisis hubungan dapat memberikan nuansa baru dan asli dengan
informasi yang terisolasi, ini memberikan nuansa kohesi dari penelitian dan memberikan
integrasi karakter yang telah didalilkan. Namun demikian, kebutuhan integrasi sangat
penting tidak hanya dibenarkan karena karakteristik dari hubungan dependensi, mereka
juga dapat muncul karena adanya stagnasi dari penelitian atau karena situasi penelitian
lanjutan karena merupakan konsep fungsi (Harel & Dubinsky, 1992; Romberg, Fennema &
Carpenter, 1993) atau dari bilangan rasional (Carpenter, Fennema & Romberg, 1993).
Sehubungan dengan sifat fenomena tersebut, kita mempertahankan keberadaan
bagian khusus di bidang pendidikan matematika, yang hanya dengan melihat saja hal yang
diperlukan untuk menganalisis jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah ada
perbedaan penting antara pengetahuan tentang fenomena dalam ilmu pendidikan
matematika ketika hal ini dianalisis dari pendekatan tertentu dari matematika didaktis dan
ketika hal ini dilakukan dalam konteks fenomena pendidikan umum?; Dimana letak
perbedaan tersebut?; Apakah ilmu pendidikan matematika pada pengertian inklusif
merupakan suatu bagian dari bidang umum pendidikan?; Jika ada perbedaan, apakah benar
untuk menggunakan metode yang biasanya diterapkan pada penelitian pendidikan yang
tidak spesifik?; Apakah metode tersebut cukup?; Apakah mereka suatu prioritas atau
aplikasi khusus untuk pertimbangan lainnya?.
Tidaklah sulit untuk sampai pada kesimpulan bahwa apa yang mencirikan ilmu
pendidikan matematika bukan pada aspek interdisipliner saja, tetapi lebih spesifik dalam
cara mempelajari fenomena tentang pengajaran dan proses pembelajaran. Pada sudut
pandang ini dapat dirangkum keterlibatan dari beberapa komponen dasar tertentu (sosial
budaya sebagai yang utama dan empat lainnya sebagai yang spesifik) yang memiliki peran
penting dalam studi kurikulum (Rico 1997) dan di antaranya kami menekankan pada salah
satu hal yang harus dilakukan yaitu dengan pertimbangan epistemologis dan
fenomenologis tentang pengetahuan matematika dalam kerangka global di bawah tujuan
didaktikal. Di lain pihak, dalam batas dan analisis hubungan antara empat komponen
utama (Lihat gambar 2) (Gonz · lez et al (1994);. Gonz · lez (1995, 1998)) kedua aspek ini
tidak ikut andil dalam pendekatan interdisipliner yang pada umumnya terbatas pada
koleksi data sederhana yang berasal dari pendekatan yang berbeda.
Singkatnya, fenomena mengenai pengajaran dan pembelajaran matematika
menunjukkan aspek umum yang merupakan bagian dari kepentingan disiplin lain, serta
konotasi spesifik yang memperkenalkan perbedaan dalam cara mendekati masalah yang
sama dari bidang pengetahuan lain.
Kekhususan tersebut terletak pada keterlibatan penting epistemologi dan
fenomenologi pengetahuan matematika dalam kerangka global di bawah tujuan pendidikan
serta dalam hubungan untuk bidang lain (ditunjukkan oleh Vergnaud (1990, hal. 22-23)).
Saat mengambil tulisan ini kita dapat mengamati inversi dalam mempertimbangkan asumsi
didaktis matematika sebagai cabang khusus dari didaktis umum atau psikologi pendidikan
(Fischbein 1990, pp.6-12).
Hal ini diperlukan untuk memasukkan titik pandang ganda dalam proses penelitian
yang biasa: sebuah pendekatan asli, spesifik, untuk mendukung dan mengatur lapangan
(aktivitas 3.1, 3.2 dan 3.3, gambar 1) dan juga melalui prosedur tertentu, serta pendekatan
interdisipliner umum yang lalu dalam penyelidikan dengan aspek yang sesuai yang
disimpulkan dari penelitian sebelumnya (aktivitas 5, 6 dan 7, gambar 1). Meskipun cocok
untuk tujuan tertentu, pendekatan terakhir tidaklah cukup atau bukan suatu prioritas, tetapi
harus bergantung pada hasil dari analisis sebelumnya.
Gambar. 2: Hubungan jaringan pusat
4. Analisis Didaktikal Pengetahuan Matematika
Dalam studi yang dikenal sebagai penelitian sekunder atau penelitian sintesis
digunakan dua metodologi yang berbeda yaitu: mengintegrasikan revisi tradisional dan
revisi kuantitatif, yang juga disebut meta-analisis (Fernandez, 1995, hal. 165)). Baru-baru
ini, karena kebutuhannya, maka dalam penelitian kualitatif kita diarahkan untuk banyak
meringkas dan mengintegrasikan sejumlah besar studi dan modalitas sintesis, sehingga
muncul revisi multivocal (Ogawa & Malen, 1991). Hal ini merupakan prosedur sintesis
kualitatif "... ditujukan untuk membuat pertanyaan pada fenomena kompleks yang menarik
yang tidak dapat dimanipulasi dan memiliki banyak sumber data kualitatif dasarnya,
menjadi percaya diri bahwa kita bisa memperoleh potret rinci dari fenomena yang diteliti"
(Fernandez 1995, hal. 175). Revisi multivocal didasarkan pada kriteria yang mirip dengan
yang disarankan untuk studi kasus berikut (hal. 176):
1) Definisi yang jelas dari topik penelitian dengan konsultasi dari berbagai sumber,
dengan menjaga bukti yang berkaitan antara catatan dan penarikan kesimpulan dengan
resmi termasuk reaksi informan untuk membuat definisi konseptual.
Epistemologi
FenomenologiKurikulum dan
Pengajaran
Kognisi/Kesadaran
feku
koku
proyeksi informasi di bawah tujuan didaktikal
Hubungan: a: Epistemologi dan Fenomenologi b: Epistemologi dan Kesadaran c: Epistemologi dan Kurikulum dan Pengajaran ab, ac, bc: tiga komponen abc: empat komponen panah: dari rendah ke tinggi tingkat informasi
2) Menilai kekuatan relatif dan individu setiap potongan informasi dengan menggunakan
beberapa kriteria berikut: posisi dan kepastian sumber (validitas eksternal); kejelasan,
detail, konsistensi dan kelayakan konten (validitas internal); kapasitas untuk
menguatkan informasi melalui sumber lain.
Juga kita tertarik pada kriteria berikut mengenai meta-analisis:
3) Merevisi studi sebanyak mungkin; menemukannya melalui pencarian objektif dan
perdebatan, jangan mengecualikan penelitian awal karena kualitas mereka dan
membedakan serta mengklasifikasikan masing-masing penelitian menurut efek
hasilnya.
Pertimbangan bersama dari kriteria sebelumnya membuat sebuah pendekatan baru
yang telah kami sebutkan yaitu meta-analisis kualitatif. Pada akhirnya, seperti meta-
analisis yang lain merupakan: "... perumusan teori yang mampu menjelaskan fenomena
yang diamati dalam berbagai penelitian" (Bisquera 1989, hal 247-252.); perbedaan dalam
hal ini terletak pada penggunaan kriteria yang khas dari pendekatan interpretatif.
Akibatnya, analisis didaktikal dari topik matematika khusus untuk prosedur
metodologis global yang berintegrasi dan berhubungan, dengan mengikuti proses logis dan
sesuai dengan kriteria dari informasi meta-analisis kualitatif, terkait dengan objek
penelitian yang berasal dari lima ilmu dasar: sejarah dan epistemologi, pembelajaran dan
kognisi, fenomenologi, pengajaran dan studi kurikulum serta aspek sosial budaya. Proses
logis memiliki tahapan sebagai berikut:
Tahap pertama: revisi primer dari informasi di setiap daerah, mengikuti proses
pada gambar 3 dan langkah-langkah berikut: a) analisis dan klasifikasi menurut kriteria
yang ditetapkan, b) mengumpulkan data yang paling penting, c) analisis hubungan antar
data, sintesis dan kesimpulan d) dugaan dan prioritas penelitian di setiap area; e) penilaian
masing-masing dari revisi di area tersebut.
Tahap kedua: Analisis hubungan antara area pusat sesuai dengan diagram pada
gambar 2 dan proses berikut: f) penelitian tentang hubungan ini dimulai dari informasi
dari tiap bagian c), d) dan e) di setiap area; g) kesimpulan, h) dugaan dan prioritas; aspek
penelitian; i) hasil dan penilaian umum.
Gambar. 3: Mengintegrasikan informasi dalam tahap pertama dari analisis didaktikal
Gambar 2 dan 3 menggambarkan elemen dasar, posisi mereka dalam proses urutan,
sumber utama informasi dan jenis analisis yang harus dilakukan. Seluruh olah proses data
dibandingkan dan dilakukan sintesis global. Sebagai akibatnya, prioritas penelitian
ditetapkan, teori dan model yang dibangun serta pendekatan empiris dan eksperimental
dirancang. Proses analisis didaktikal, analisis dan informasi sintesis yang datang dari
berbagai bidang yang terkait satu sama lain dengan objek penelitian, sehingga
memberikan sintesis yang memungkinkan pendeteksan akani keterbatasan karya
sebelumnya serta pengorganisasian pengembangan masa depan penelitian yang benar.
Teknik yang digunakan melahirkan pemikiran tentang kompleksitas lapangan serta
pluralitas pendekatan dan hasil yang dapat kita temukan dalam literatur ilmiah.
proses urutan pada sumber informasi untuk analisis didaktikal
Fenomena dari minat
Proses pencarian
Matematika:Hasil dan konstruksi
Sejarah dan Epistemologi Matematika:
Proses dan makna
Analisis EpistemologisDan Fenomenologis
Hubungan sosial budaya melalui sejarah analisis historis
analisis fenomenologis
Perspektif baruPemahaman lebih dalam Informasi dasar
Informasi pelengkap
Hubungan kelembagaan Hubungan sosial budaya Hubungan individu
Aplikasi kebutuhan murid guruProgram buku teks
Pengajaran kelas
Transkripsi informasi dasar ke lingkungan di bawah tujuan didaktikal
Enkulturasi informasi
5. Referensi
B. KOMENTAR JURNAL
Penelitian ini membahas mengenai metode dalam penelitian kualitatif, yaitu
analisis didaktik pada penelitian dalam pendidikan matematika. Metode penelitian yang
digunakan dalam pendidikan matematika pada umumnya juga digunakan dalam ilmu-ilmu
lainnya. Namun, pendekatan ini menyebabkan hasil yang terlalu singkat, tidak terlalu
penting dan mengandung beberapa kemungkinan untuk dimodifikasi secara substansial
dalam praktek pendidikan. Penyebabnya bisa terletak pada ketidakcukupan metode
tersebut untuk memenuhi kompleksitas masalah di lapangan, di mana banyak faktor yang
mempengaruhi dan saling berhubungan satu sama lain yang perlu diidentifikasi dan
dianalisis sebelumnya dalam kerangka global berdasarkan pengetahuan matematika
sebagai faktor umum. Analisis dikdaktik inilah salah satu solusi dari pemilihan metode
penelitian yang dapat menjadi alternatif masalah tersebut.
Analisis didaktik dibangun berdasarkan hubungan dari pendekatan meta-analisis
dan kualitatif dan menggunakan prosedur yang mengintegrasikan penelitian non empiris.
Analisis dikdaktik digunakan dengan memodifikasi skema Romberg. Prosedur penelitian
yang digunakan berdasarkan pada prinsip meta-analisis, revisi multivocal serta analisis
konseptual. Desain penelitian dirancang dan disusun oleh peneliti secara terorganisir
sehingga langkah-langkah yang dilakukan selama penelitian lebih mudah dan jelas. Proses
analisis didaktikal, analisis dan informasi sintesis yang datang dari berbagai bidang yang
terkait satu sama lain dengan objek penelitian, sehingga memberikan sintesis yang
memungkinkan pendeteksan akani keterbatasan karya sebelumnya serta pengorganisasian
pengembangan masa depan penelitian yang benar. Teknik yang digunakan melahirkan
pemikiran tentang kompleksitas lapangan serta pluralitas pendekatan dan hasil yang dapat
kita temukan dalam literatur ilmiah.
Metode penelitian dalam pendidikan matematika memang harus diperhatikan dalam
dunia penelitian agar mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas dan menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Menurut Handbook of International Research in Mathematics
Education, metode penelitian termasuk dalam tema utama dalam penelitian pendidikan
matematika.