terapi okupasi fix
DESCRIPTION
sdTRANSCRIPT
TUGAS NEURO 2
TERAPI OKUPASI
OLEH:
KELOMPOK 2
A5-D
Nyoman Adi Sedana 11.321.1193
I Nyoman Arcanayasa 11.321.1199
I Made Gunawan Antara 11.321.1208
Ni Putu Kinta Aristia 11.321.1214
Gede Sudyatmika 11.321.1234
Ni Made Sulistia Dewi 11.321.1236
Ni Komang Trutami 11.321.1237
STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2013/2014
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TERAPI OKUPASI”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Neurobehaviour II.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Om Santih, Santih, Santih Om
Denpasar, 31 Mei 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………………………………i
Kata pengantar……………………………………………………………………….………..…ii
Daftar isi…………………………………………………………………………………………iii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………………….1
A. Latar belakang……………………………………………………………………..…1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………….....2
C. Tujuan……………………………………………………………………………......2
Bab II Pembahasan……………………………………………………………………………… 3
A. Pengertian Terapi Okupasi………………………………………………….………...3
B. Kapan Terapi Okupasi Dilakukan/Dimulai………………………………………..….6
C. Perbedaan Terapi Okupasi dan Rehabilitasi Medis…………………………………..7
D. Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi…………………………………………………..8
E. Peranan Terapi Okupasi/Pekerjaan dalam Pengobatan………………………...…….9
F. Indikasi Terapi Okupasi………………………………………………..……………13
G. Proses Terapi Okupasi……………………………………………………………….16
TERAPI OKUPASI …………………………………………………………………………….18
PENGORGANISASIAN……………………………………………………………………….20
PERCAKAPAN…………………………………………………………………………………21
Bab III Penutup………………………………………………………………………………….25
A. kesimpulan…………………………………………………………………………...25
B. saran ………………………………………………………………………………….25
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang yang belum mengetahui bahwa terapis okupasi atau dalam bahasa
Inggrisnya Occupational Therapy (OT) dapat membantu banyak hal pada anak
dengan kebutuhan khusus (children with special needs). Bagi orang awam profesi OT
memang agak abstrak dan sulit dijelaskan dibanding profesi perawat atau bidan
dimana tanpa diceritakan orang sudah tahu apa yang dikerjakan perawat atau bidan.
Menjelaskan OT baru agak jelas bila disertai gambar atau film. Pada umumnya orang
mengetahui tugas Ot adalah memberikan aktivitas motorik halus padahal area yang
dikerjakan OT sangat luas dan sekarang untuk OT di negara maju seperti Amerika
dan Canada sudah menjurus pada bidang sub spesialis pada area tertentu misalnya
khusus pada bidang sensory integration, memory training, social skills training, dll.
Secara umum OT adalah salah satu profesi kesehatan yang membantu individu
dengan gangguan fisik, mental dan atau sosial dengan menggunakan berbagai macam
aktivitas terapeutik yang telah diprogram dan diadaptasi sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi anak untuk meningkatkan performa anak dalam hal aktivitas yang bersifat
produktif baik di rumah maupun di sekolah seperti ketrampilan menulis, membaca,
dll, aktivitas bantu diri (self care) seperti mandi, berpakaian, makan, minum, memakai
sepatu, dll serta meningkatkan kemampuan bermain (play and leisure) dan interaksi
sosial.Pengertian aktivitas yang bersifat terapeutik adalah aktivitas yang memang
telah dianalisis secara mendalam sehingga memiliki dampak terapeutik untuk
meningkatkan performa anak dalam 3 area intervensi diatas yaitu area produktivitas
(productivity), ketrampilan bantu diri/merawat dirinya sendiri (self care) dan aktivitas
rekreasi anak yaitu bermain.
Ketiga area tersebut adalah domain yang sangat esensial bagi anak untuk dapat
berpartisipasi secara optimal dalam aktivitas kesehariannya baik di rumah, sekolah
dan di masyarakat. Pada umumnya Terapis Okupasi (occupatinal therapist)
menggunakan aktivitas okupasi anak untuk meningkatkan ketrampilan yang
1
diperlukan sebagai fondasi untuk mengembangkan ketrampilan yang diperlukan agar
anak mampu melakukan aktivitas fungsional di rumah, sekolah dan masyarakat
sehingga kelak menjadi anak yang mampu mandiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Terapi Okupasi ?
2. Kapan Terapi Okupasi Dilakukan/Dimulai?
3. Mengetahui perbedaan terapi Okupasi dan Rehabilitasi Medis?
4. Apakah fungsi dan tujuan Terapi Okupasi?
5. Apakah peranan Terapi Okupasi/Pekerjaan dalam Pengobatan?
6. Apakah Indikasi Terapi Okupasi?
7. Bagaimana proses Terapi Okupasi?
8. Bagaimana Pelaksanaan terapi okupasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Terapi Okupasi
2. Untuk mengetahui kapanterapi okupasi dilakukan/dimulai
3. Untuk mengetahui perbedaan terapi okupasi dan rehabilitasi mendis
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan terapi okupasi
5. Untuk mengetahui peranan terapi okupasi /pekerjaan dalam pengobatan
6. Untuk mengetahui indikasi terapi okupasi
7. Untuk mengetahui proses Terapi Okupasi
8. Untuk mengetahui pelaksanaan Terapi Okupasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Terapi Okupasi
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk
mempertahankan hidup atau survival, dan juga diketahui sebagai sumber kesenangan.
Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya dengan
melakukan permainan (game), latihan gerak badan, kerajinan tangan dan lain-lain, di
mana hal ini akan memengaruhi kesehatannya juga.
Pada tahun 2600 SM orang-orang di Cina berpendapat bahwa penyakit timbul
karena ketidakaktifan organ tubuh. Socrates dan Plato (400 SM) mempercayai adanya
hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan
pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobat
pasiennya. Di Mesir dan Yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan
adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain musik, bermain
boneka untuk anak-anak, dan bermain bola. Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi
perkembangan jiwa maupun fisik manusia.
Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan dini dengan selalu bekerja
secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi
pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-
hal yang lain. Dengan okupasi/ pekerjaan, pasien jiwa akan dikembalikan ke arah hidup
yang normal dan dapat meningkatkan minatnya sekaligus memelihara dan
mempraktikkan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan tetap sebagai
seseorang yang produktif.
Pada tahun 1982, Adolf Meyer melaporkan bahwa penggunaan waktu dengan
baik yaitu dengan melakukan aktivitas yang berguna ternyata merupakan suatu dasar
terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah seorang psikiater. lstrinya adalah seorang
pekerja sosial dan mulai menyusun suatu dasar yang sistematis tentang penggunaan
aktivitas sebagai program terapi pasien jiwa. Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang
3
berjasa dalam pengembangan okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk
pasien mental. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih mengefektitkan penggunaan
okupasiterapi untuk terapi pasien mental.
Terapi okupasi berasal dan kata Occupational Therapy. Occupational berarti suatu
pekerjaan, therapy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah perpaduan antara seni
dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita kepada aktivitas selektif, agar
kesehatan dapat ditingkatkan dan dipertahankan, serta mencegah kecacatan melalui
kegiatan dan kesibukan kerja untuk pendenita cacat mental maupun fisik. (American
Occupational Therapist Association). Tenapis okupasi membantu individu yang
mengalami gangguan dalam fungsi motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang
menyebabkan individu tersebut mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas
perawatan diri, aktivitas produktivitas, dan dalam aktivitas untuk mengisi waktu luang.
Tujuan dan pelatihan Terapi okupasi itu sendiri adalah untuk mengembalikan fungsi
penderita semaksimal mungkin, dan kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada
kecacatan fisik maupun mental, dengan memberikan aktivitas yang terencana dengan
memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita diharapkan dapat mandiri di dalam
keluarga maupun masyarakat.
Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas aktivitas yang tdah dianalisis
dan diadaptasi yang kemudian diprogramkan untuk anak sesuai dengan kebutuhan
khususnya. Secara garis besar intenvensi difokuskan pada hal-hal berikut.
1. Kemampuan (abilities)
a. Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions).
b. Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle strength).
c. Kesadaran anggota tubuh (body awareness).
d. Kemampuan keterampilan motorik halus (fine motor skill) seperti
memegang/melepas, keterampilan manipulasi gerak jari, misal
penggunaan pensil, gunting, keterampilan menulis, dan lain-lain.
e. Kemampuan keterampilan motorik kasar (gross motor shill) seperti lari,
lompat, naik-turun tangga jongkok jalan dan lain-lain.
f. Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception).
4
g. Merespon stimuli, membedakan input sensori (sensory integration).
h. Perilaku termasuk level kesadaran, atensi, problem solving skill, dan lain-
lain
2. Keterampilan (skill)
a. AktivitaS sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,
berpakaian mandi, dan lain-lain.
b. Pre-academic skill.
c. Keterampilafl sosial.
d. Keterampilan bermain.
3. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan fisik.
b. Situasi keluarga.
c. Dukungan dan komunitas.
4. Okupasi Terapis sebagai Konsultan
Okupasi terapis sebagai konsultan pada area berikut ini:
a. Program intervensi awal.
b. Pengaturan rumah, sekolah, dan area bermain.
c. Lingkungan dan adaptasi mainan atau media belajar.
d. Alat bantu.
e. Strategi perilaku.
Anak-anak sekolah yang mengalami hal-hal berikut ini perlu penanganan terapi
okupasi.
a. Keterlambatan motorik kasar seperti lari, lompat, jongkok, main bola, dan
lain-lain.
b. Keterampilan motorik halus seperti keterampilan memegang pensil, hasil
tulisan tidak nata tebal tipisnya dan lain-lain.
c. Hiperaktif atau hipoaktif.
d. Tidak mampu menjaga pnoses berbahasa.
5
e. Tidak mampu menjaga dan mengatur posisi saat belajar.
f. Gangguan persepsi visual seperti tidak lengkap dalam menyalinan tulisan.
g. Gangguan atensi dan konsentrasi.
h. Menarik diri.
i. Kesalitan berinteraksi dengan teman sebaya.
j. Keterlambatan dalam bermain.
k. Tidak disiplin
Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam terapi okupasi memiliki dua
prinsip kerja, yaitu sebagai berikut.
a. Supportive Occupatinal Therapy, yaitu menolong penderita untuk
menghilangkan dan perasaan cemas, takut, dan memotivasi penderita
untuk lebih giat didalam melakukan latihan.
b. Fungsional Occupational Therapy, antara lain untuk pengaturan posisi
(bagi anak Cerebral Palsy), meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan
kerja, meningkatkan motorik kasar (gross motor) maupun motorik halus,
(fine motor) serta meningkatkan konsentrasi dan kooordinasi gerak
maupun sikap.
B. Pelaksanaan/Dimulainya Terapi Okupasi
Sebaiknya terapi okupasi dilakukan sedini mungkin, sejak penderita dirujuk oleh
dokter. Sebelum penderita mulai latihan, perlu diberikan evaluasi awal dengan dilakukan
observasi dan tes sederhana. Dalam evaluasi awal ini, hal yang harus diperhatikan adalah
catatan medik dan dokter, macam kecacatan (Cerebral Palsy atau Retradasi Mental), berat
ringannya kecacatan, kecerdasan, kebutuhan dan penderita itu sendiri dan hal-hal yang
harus dijauhi/dihindarkan untuk segi keamanan penderita.
Evaluasi awal ini sangat berguna untuk menentukan aktivitas yang akan
diberikan, agar sesual dengan kondisi dan kebutuhan penderita itu sendiri. Aktivitas yang
diberikan di bagian terapi okupasi adalah sebagai berikut.
1. Aktivitas kehidupan sehari-hari/ADL. Aktivitas mi dibenikan agar pendenita
dapat mandini tanpa tergantung orang lain.
6
2. Aktivitas bermain. Bermain mi diharapkan untuk dapat memperbaiki konsentrasi,
koordinasi, motonik serta menumbuhkan bakat, hobi, minat, serta kesenangan.
3. Seni dan hasta karya. Untuk membenikan kesempatan pada penderita dalam
mencapai suatu hasil yang maksimal, yang mengandung unsur-unsur kedewasaan
dan kerumah tangga yang isesuaikan dengan kapasitas penderita.
Terapis di dalam memberikan suatu latihan harus bersikap sabar, ramah, dan
dituntut untuk kreatif, selain itu, tidak kalah pentingnya juga peran serta onang tua dalam
proses latihan. Pada hal ini diharapkan terapis dapat memberikan masukan-masukan
kepada orang tua penderita untuk berlatih di rumah.
C. Perbedaan Terapi Okupasi dan Rehabilitasi Medis
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan kemampuan, serta mempermudah belajar
keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
Selain itu, juga untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi dan/atau memperbaiki
ketidaknormalan (kecacatan), serta memelihara atau meningkatkan derajat kesehatan.
Terapi okupasi lebih dititikberatkan pada pengen kemampuan yang masih ada pada
seseorang, kemudian memelihara atau meningkatkannya sehingga dia mampu mengatasi
masalah-masalah yang diharapkannya.
Terapi okupasi menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan) sebagai media.
Tugas pekerjaan atau kegiatan yang dipilihkan adalah berdasarkan pemilihan terapis
disesuaikan dengan tujuan terapis itu sendiri. Jadi, bukan hanya sekedar kegiatan untuk
membuat seseorang sibuk. Tujuan utama terapi okupasi adalah membentuk seseorang
agar mampu berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri pada pertolongan orang lain.
Rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri atas usaha medis, sosial,
edukasional, dan vokasional, untuk melatih kembali seseorang untuk mencapai
kemampuan fungsional pada taraf setinggi mungkin. Sementara itu, rehabilitasi medis
adalah usaha-usaha yang dilakukan secara medis khususnya untuk mengurangi invaliditas
atau mencegah memburuknya invaliditas yang ada.
7
D. Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi
Terapi okupasi adalah terapan medis yang terarah bagi pasien fisik maupun
mental dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan
kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin. Aktivitas
tersebut adalah berbagai macam kegiatan yang direncanakan dan disesuaikan dengan
tujuan terapi. Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan terapi okupasi
adalah dengan maksud sebagai berikut.
1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa.
2. Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
sekitarnya.
3. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan
produktif.
4. Membantu menemukan kernampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
5. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis dan penetapan
terapi lainnya.
6. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak
sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.
7. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, herpakaian
belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, televisi, dan lain-lain), baik
dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
8. Membantu pasien untuk menyesuaikan din dengan pekerjaan rutin di
rumahnya dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun
letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
9. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan
yang masih ada.
10. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai lai
dalam pre-cocational training. Berdasarkan aktivitas ini akan dapat diketahui
kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan
8
lainnya dan si pasien dalam mengarahkannya pada pekerjaan yang tepat dalam
latihan kerja.
11. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu
selama masa rawat dengan berguna.
12. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan setelah kembali ke
keluarga.
Program terapi okupasi adalah bagian dan pelayanan medis untuk tujuan
rehabilitasi total seorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain di rumah sakit.
Dalam pelaksanaan terapi okupasi kelihatannya akan banyak overlapping dengan terapi
lainnya sehingga dibutuhkan adanya kerja sama yang terkoordinir dan terpadu
E. Peranan Terapi Okupasi/Pekerjaan dalam Pengobatan
Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui
aktivitas manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba
keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik
maupun emosi, mengembangkan kemampuan. dan sebagai alat untuk mencapai tujuan
hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan terapi
okupasi, baik bagi penderita fisik maupun mental.
Aktivitas dalam terapi okupasi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
diagnosis. terapi. maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien saat
mengerjakan suatu aktivitas dan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan
rehabilitasi selanjutnya dan pasien tersebut. Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam
terapi okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang
terarah setelah penvelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalarn
kesenipatan tersebut terapis dapat mengarahkan pasien dan pasien dapat belajar mengenal
dan mengatasi persoalannya.
Aktivitas yang dilakukan pasien diharapkan dapat menjadi tempat untuk
berkomunikasi lehih balk dalam mengekpresikan dirinya. Kemampuan pasien akan dapat
diketahui baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri melalui aktivitas yang dilakukan
oleh pasien. Alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan dalan1 melakukan suatu
aktivitas, pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalani hal kemampuan dan
9
kelemahannya. Aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya interaksi di
antara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi dan menilai kemampuan
diri masing-masing dalam hal keefisiensiannya untuk berhubungan dengan orang lain.
Aktivitas yang dilakukan meliputi aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi
di mana sangat dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber
yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapis sendiri (pengetahuan, keterampilan,
minat, dan kreativitasnya). Adapun hal-hal yang mempengaruhi aktivitas dalam terapi
okupasi antara lain sebagai berikut.
1. Jenis- Jenis aktivitas dalam terapi okupasi adalah sebagai benikut:
a. Latihan gerak badan
b. Olahraga
c. Permainan
d. Kerajinan tangan.
e. Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi.
f. Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari).
g. Praktik pre-vokasional.
h. Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain).
i. Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun, dan lain-
lain).
j. Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televisi, radio
atau keadaan lingkungan).
2. Karekteristik aktivitas.
Aktivitas dalam terapi okupasi adalah segala macam aktivitas yang dapat
menyibukkan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk
belajar dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasaan emosional
maupun fisik. Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam terapi
okupasi harus mempunyai karekteristik sebagai berikut.
a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi
bukan hanya sekedar menyibukkan pasien.
10
b. Mempunvai arti tertentu hagi pasien, artinva dikenal oleh atau ada
hubungannya dengan pasien.
c. Pasien harus mengerti tuiuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa
kegunaannya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
d. Harus dapat melihatkan pasien secara aktif walaupun minimal.
e. Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien, bahkan
harus dapat meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara koondisinya.
f. Harus dapat memberi dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat
sehingga dapat mandiri.
g. Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
h. Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian
dengan dengan kemampuan pasien.
Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Aktivitas Adalah Sebagai Berikut:
a. Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet,
kasar, kotor, halus, dan sebagainya.
b. Apakah aktivitas rumit atau tidak.
c. Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan.
d. Cara pemberian instruksi bagaimana.
e. Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai.
f. Apakah perlu pasien membuat keputusan.
g. Apakah perlu konsentrasi.
h. lnteraksi yang mungkin terjadi apakah menguntungkan.
i. Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi.
j. Berapa lama dapat diselesaikan.
k. Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan
dengan kemampuan dan keterampilan pasien.
3. Analisis aktivitas.
Untuk dapat mengenal karekteristik maupun potensi atau aktivitas dalam
rangka perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus dianalisis terlebih
dahulu. Hal-hal yang perlu dianalisis adalah sebagai berikut.
11
a. Jenis aktivitas.
b. Maksud dan tujuan penggunaan aktivitas tersebut (sesuai dengan tujuan
terapi).
c. Bahan yang digunakan:
1) Khusus atau tidak
2) Karekteristik bahan:
a) mudah ditekuk atau tidak,
b) mudah dikontrol atau tidak,
c) menimbulkan kekotoran atau tidak,
d) 1 atau tidak,
3) Rangsangan yang dapat ditimbulkan:
a) taktil,
b) pendengaran,
c) pembauan,
d) penglihatan,
e) perabaan,
f) gerakan sendi,
g) dan sebagainya.
4) Warna
5) Macam-macamnya dan namanya
6) Banyaknya
d. Bagian-bagian aktivitas
1) Banyaknya bagian
2) Rumit atau sederhana
3) Apakah membutuhkan pengulangan
4) Apakah membutuhkan perhitungan matematika
e. Persiapan pelaksanaan:
1) Apakah harus dipersiapkan terlebih dahulu
2) Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisan
3) Apakah bahan telah tersedia atau harus dicani terlebih dahulu
12
4) Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur
f. Pelaksanaan, apakah dalam pelaksanaan tugas ini perlu adanya:
1) Konsentrasi
2) Ketangkasan
3) Rasa sosial di antara pasien
4) Kemampuan mengatasi masalah
5) Kemampuan bekerja sendiri
6) Toleransi terhadap frustasi
7) Kemampuan mengikuti instruksi
8) Kemampuan membuat keputusan
g. Apakah aktivitas tersebut dapat merangsang timbulnya lnteraksi di antara
mereka.
h. Apakah aktivitas tersebut membutuhkan konsentrasi, ketangkasan, inisiatif,
penilaian, ingatan, komprehensi, dan lain-lain.
i. Apakah aktivitas tersebut melibatkan imajinasi, kreativitas, pelampiasan
emosi dan lain-lain.
j. Apakah ada kontraindikasi untuk pasien tertentu. Dalam hal ini harus
bertindak hati-hati karena dapat berbahaya bagi pasien maupun sekelilingnya
(misalnya untuk pasien dengan paranoid sangat riskan memberikan benda
tajam).
k. Hal yang penting lagi adalah apakah disukai oleh pasien.
F. Indikasi Terapi Okupasi
1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dalam pengintegrasian perkembangan psikososialnya.
2. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan orang
lain.
3. Tingkah laku tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan yang
primitif.
4. Ketidakmampuan mengisiterprestasikan rangsangan sehingga reaksinya terhadap
rangsangan tersebut tidak wajar pula
13
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang
mengalami kemunduran.
6. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu aktivitas
daripada dengan percakapan.
7. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara
mempraktikkannya daripada dengan membayangkan.
8. Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya.
G. Proses Terapi Okupasi
Dokter yang mengirimkan pasien untuk terapi okupasi akan menyertakan juga
data mengenai pasien herupa diagnosis, masalahnya, dan juga akan menyatakan apa yang
perlu diperbuat dengan pasien tersehut. Apakah untuk mendapatkan data yang lebih
banyak untuk keperluan diagnosis, terapi, atau rehabilitasi. Setelah pasien berada di unit
terapi okupasi, maka terapis akan bertindak sebagai berikut.
1. Koleksi data. Data biasa didapatkan dan kartu rujukan atau status pasien yang
disertakan ketika pertama kali pasien mengunjungi unit terapi okupasional.
Jika dengan mengadakan wawancara dengan pasien atan keluarganya, atau
dengan mengadakan kunjungan rumah. Data mi diperlukan untuk menyusun
rencana terapi bagi pasien. Proses mi dapat berlangsung beberapa hari sesuai
dengan kebutuhan.
2. Analisis data dan identifikasi masalah. Dan data yang terkumpul dapat ditarik
suatu kesimpulan sementara tentang masalah dan/atau kesulitan pasien. Hal
ini dapat berupa masalah di lingkungan keluarga atau pasien itu sendiri.
3. Penentuan tujuan. Dan masalah dan latar belakang pasien, maka dapat disusun
daftar tujuan terapi sesuai dengan pnioritas, baik jangka pendek maupun
jangka panjangnya.
4. Penentuan aktivitas. Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas
yang dapat mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses mi pasien dapat
diikutsertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran
pelaksanaannya. Dalam hal mi harus diingat bahwa aktivitas tersebut tidak
14
akan menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk dapat
mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan terapis.
Pasien juga harus diberitahu alasan-alasan mengapa dia harus mengerjakan
aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan akan mengerjakannya
dengan aktif.
5. Evaluasi. Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai
dengan tujuan terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi
selanjutnya sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Hasil evaluasi yang
didapatkan dapat dipergunakan unutk merencanakan hal-hal mengenai
penyesualan jenis aktivitas yang akan diberikan. Namun, dalam hal tertentu
penyesuaian aktivitas dapat dilakukan setelah beberapa waktu melihat bahwa
tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap pasien.
Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain adalah sebagai berikut:
1 Kemampuan membuat keputusan.
a. Tingkah laku selama bekerja.
b. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang
mempunyai kebutuhan sendiri.
c. Kerjasama.
d. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lam).
e. Inisiatif dan tanggung jawab.
f. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding.
g. Menyatakan perasaan tanpa agresi.
h. Kompetisi tanpa permusuhan.
i. Menerima kritik dan atasan atau teman sekerja.
j. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung
jawab atas pendapatnya tersebut.
k. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya.
l. Wajar dalam penampilan.
m. Orientasi tempat, waktu, situasi, dan orang lain.
n. Kemampuan menerima instruksi dan mengingatnya.
15
o. Kemampuan bekerja tanpa terus-menerus diawasi
p. Kerapian bekerja.
q. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan.
r. Toleransi terhadap frustasi.
s. Lambat atau cepat.
H. Pelaksanaan
1. Metode terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual, maupun berkelompok,
tergantung dan keadaan pasien, tujuan terapi, dan lain-lain.Metode individual
dilakukan untuk:
a. pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan
sekaligus untuk evaluasi pasien;
b. pasien yang beluni dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik di
dalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu
kelompok bila dia dimasukkan dalam kelompok tersebut.
c. pasien wang sedang menjalani latihan ker)a dengan tujuan agar terapis dapat
niengevaluasi pasien lebih efektif.
2. Metode kelompok dilakukan untuk: pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah
atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu
bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara
individual maupun kelompok, maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu
segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasien juga perlu
dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha
untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis
aktivitas yang akan dilakukan, dan kemampuan terapis mengawasi.
3. Waktu. Okupasiterapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi balk yang individu
maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan
terapi, tersedianva tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Sesi ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu ‘jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1-1½ jam untuk
16
diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut,
antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang
sesuai dengan tujuan terapi.
4. Terminasi. Keikutsertaan seseorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat dasar
bahwa pasien:
a. Dianggap telah mampu mengatasi persolannya
b. Dianggap tidak akan berkembang lagi
c. Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi
17
TERAPI OKUPASI
I. Jenis kegiatan : Mengenalkan suatu obyek (bola) dan menggambar.
II. Kriteria klien :
1. Anak-anak yang mengalami keterlambatan keterampilan motorik halus
2. Sehat secara fisik
III. Alat/media :
1. pensil
2. buku gambar
3. pensil warna
4. bola
A. Fase Orientasi
1 Salam terapeutik
2. Kontrak :
a. waktu : 30 menit
b. tempat : klinik rahabilitasi ayu rahayu di kelas F
c. Topik : mengenalkan suatu obyek dan menggambar hal yang disukai.
3. Tujuan aktivitas : klien dapat mengenal bola dan mengetahui
kegunaannya dan klien bisa menggambar apa yang mereka
sukai.
4. Aturan main :
a. Setiap peserta harus mengikuti kegiatan dari awal sampai dengan akhir
b. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin Terapi Okupasi
B. Fase Kerja
1. Peserta duduk di tempat yang disediakan.
2. Peserta diberikan bola dan therapist mulai memberikan pengarahan mengenai
kegunaannya.
3. Peserta diberikan buku gambar dan alat tulis di sampingnya
4. Therapist mulai mencontohkan cara menggambar
18
5. Peserta mulai menggambar sesuai arahan dari therapis.
6. Beri pujian untuk keberhasilan peserta dengan memberikan tepuk tangan.
C. Fase Terminasi
l. Evaluasi :
a. Pemimpin terapi mengeksplorasikan perasaan peserta setelah
memperkenalkan diri. Contoh : “Bagaimana perasaannya setelah mengikuti
kegiatan hari ini?”
b. Pemimpin terapi memberikan umpan balik positif pada peserta
2 Kontrak yang akan datang :
a. waktu : 30 menit
b. tempat : klinik rahabilitasi ayu rahayu di kelas F
c. topik/kegiatan : melatih ketrampilan pasien.
3. Hasil yang diharapkan :
75 % peserta mampu mengambar dengan baik dan mapu mengunakan buku
gambar dan alat tulisnya dengan baik
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu anak mengembangkan potensinya
secara optimal. Melalui terapi okupasi, anak belajar untuk melakukan kegiatan sehari -
hari (day living activities), misalnya memakai pakaian, makan sendiri, menggunakan
gunting, pensil, menalikan tali sepatu, dan bermain dengan teman. Termasuk juga belajar
untuk percaya diri dalam menentukan pilihan dan memutuskan sesuatu.
19
PENGORGANISASIAN
1. Leader : Adi Sedana
2. Fasilitator (perawat) :
a. Kinta Aristia
b. Sulistia Dewi
3. Pasien :
a. Gede Sudiatmika (autism)
b. Arcanayasa (autism)
c. Gunawan Antara (autism)
4. Seting tempat :
20
MediaMedia ObserverObserver
Leader
Leader
K1K1
P2P2
P1P1
K3K3
K2K2
PERCAKAPAN
Diceritakan disuatu klinik rahabilitasi seht sejahtera di kelas D terdapat 3 pasien anak
autis yang memiliki masing-masing kelebihan diantaranya(menyanyi, bermain music, dan
menggambar) diwaktu yang bersamaan 3 perawat(3 terapis okupasi)akan melakukan terapi pada
3 anak tersebut.
Ruang terapis okupasi:
Leader(Adi):selamat pagi rekan-rekan perawat yang saya hormati sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat hari ini kita akan melakukan kegiatan melatih 3 anak-anak autis yang
berada dikelas D sesuai dengan agenda kita akan melakukan pengenalan terhadap suatu
obyek,pengenalan terhadap anggota tubuh dan belajar menggambar.apakah rekan-rekan
sudah siap untuk kegiatan hari ini?
Perawat 1(Kinta):obyek apa yang akan kita gunakan bapak?
Perawat 2(Sulis):bagaimana kalau obyek yang kita gunakan adalah bola?
Leader(Adi):itu ide yang bagus,kita akan memberikan banyak arti tentang bola terhadap
anak-anak.selain pengenalan terhadap bentuk bola kita juga bisa melatih fisik mereka
dengan menggunakan manfaat bola yaitu bisa dilempar dan ditendang.
Perawat 1(Kinta):baik kita akan melakukan kegiatan tersebut dengan cara bekerja
sama,apakah bola sudah disiapkan?
Perawat 2(Sulis):bola sudah saya siapkan.
Leader(Adi):baik,bagaimana kalau kita langsung saja menuju ke kelas D
(rekan-rekan perawat menuju ke kelas D)
(disaat yang bersamaan di kelas D anak-anak yang bernama Mika,Arcane, dan Gunawan sedang
asik melakukan kelebihan mereka sendiri.)
Leader(Adi): selamat pagi adik-adik.
Seluruh anak-anak:tetap dengan kegiatan masing-masing tanpa menghiraukan intruksi
dari perawat. Leader(gung wah):perawat gek is tolong dekatkan pasien bayu,perawat devi
tolong dekatkan pasien gung is,dan saya sendiri akan mendekatkan pasien widya.
Leader(Adi):mika,mika sedang menggambar apa?
21
Pasien(mika):mika sedang menggambar pesawat terbang,mika jadi pilot naik pesawat
terbang,mika banyak punya pesawat terbang warnanya merah,mika mau ajak kakak naek
pesawat terbang,mika mau ajak teman-teman naik pesawat terbang.itu-itu diatas ada
banyak pesawat terbang.
Leader(mika):kakak punya bola,mika mau?warnanya merah loo.
Pasien(mika):(dengan respect menoleh mika pun mengambil bola dan bola pun dijadikan
pesawat terbang)
Perawat (sulis):(menghampiri pasien arcana yang sedang asyik bernyanyi balonku ada
5),halo arcana,arcana lagi nyanyi apa?
Pasien (arcana):balonku ada lima (satu,dua,tiga,empat,lima),kemarin arcana beli
balon,balonya warna merah,kuning,kelabu,hijau muda dan biru,kakak punya balon gak?
Perawat (sulis):kakak punya bola arcana mau? bentuk bola sama dengan balon,bentuknya
bulat,
Pasien (arcana):kok bolanya gak tebrang?balon arcana bisa terbang kemarin mama yang
beliin.
Perawat (sulis):kalau bola ini gunanya untuk dilempar dan ditendang,ayo dicoba,(sedang
asik bermain bola)
Perawat (kinta):haloo gunawan,gunawan sedang apa?
Pasien(gunawan):(sedang asik memukul lantai)bayu lagi main drum,kakak mau
coba,kemarin gunawan dbeliin drum sama papa,
Perawat (kinta): kakak punya bola,bayu mau coba main bola?
Pasien (gunawan): (langsung mengambil bola yang diberikan)
Leader (adi):bagaimana teman-teman apakah semua anak-anak sudah memegang bola?
Perawat(sulis dan kinta):sudah bapak.
Leader (adi):baik kalau begitu sekarang kita akan latih bersama anak-anak untuk
mengenal bola,untuk itu tolong dampingi anak-anak. Perawat(sulis dan kinta):baik bapak.
Leader(adi):sekarang coba adik-adik genggam bolanya,ikuti gerakan kakak,bola
dipegang tangan kanan,ayoo yang mana tangan kanannya?,setelah itu,angkat bola
menggunakan tangan kanan,(gerakan berlawanan)
Pasien(mika,arcana,gunawan): (mengikuti gerakan yang diperintahkan oleh leader,yang
didampingi oleh perawat)
22
Leader(adi):siapa yang suka main sepak bola,ayo mika,mika kan suka main sepak bola
coba ditendang bolanya,
Pasien (mika) : (menendang bola ke arah leader.)
Leader(adi) :baik teman-teman sekarang kita akan melakukan kegiatan kedua yaitu
menggambar,tolong teman-teman dampingi anak-anak.
Perawat (sulis dan kinta):baik pak,kita akan siapkan alat-alat menggambarnya.
Perawat (sulis): ayo siapa yang suka menggambar)
Pasien (mika):saya,saya,saya bisa menggambar pesawat terbang(sambil meloncat-loncat)
Perawat (sulis):bagus nanti mika bisa menggambar pesawat terbang,
Perawat (kinta): arcana mau menggambar apa?
Pasien (arcana):arcana mau menggambar balon,balonnya ada lima.
Perawat (kinta):bagus, selain menggambar balon,arcana juga bisa menggambar
lainnya,nanti kakak ajarkan.
Leader (adi):gun kenapa diam,gun mau menggambar apa?
Pasien(gun):gun gak bisa gambar,(sambil menggeleng-gelengkan kepala dan asik
memukul lantai)
Leader (adi):ayo kakak bantu,bayu mau gambar apa?
Pasien (gunawan): bayu pengen gambar alat music,
Leader (adi):baik,sekarang kakak bantu.
(semua pasien sedang asik menggambar)
Leader (adi):bagaimana adik-adik apakah semuanya sudah selesai menggambar?
Pasien (mika):sudah mika sudah selesai menggambar.
Leader (adi):sekarang gambarnya dikumpulkan ya adik-adik.
Leader (adi):sekarang bagaimana perasaan kalian setelah melakukan kegiatan tadi?
Pasien (arcana):senang,ada balon,
Pasien (mika dan gunawan): (mengangguk-angguk)
Leader (adi):baik,bagaimana kalau besok kita melanjutkan lagi permainan yang
baru?,sekarang kalian lanjutkan saja bermainnya.
Pasien (mika,arcana,gunawan): (menganggukkan kepala)
Leader (adi):ayo kakak-kakak yang lain kita tinggalkan adik-adik dan kembali keruangan
untuk membahas kegiatan yang dilaksanakan besok.
23
Leader(adi),perawat (sulis dan kinta):selamat pagi adik-adik,selamat bermain kembali.
(leader dan perawat kembali keruangan untuk membahas kegiatan berikutnya)
THE END
BAB III
PENUTUP
24
A. Kesimpulan
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan kemampuan, dan mempermudah
mempelajari keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan
lingkungan. Juga untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi dan atau memperbaiki
ketidak normalan (kecacatan), dan memelihara atau meningkatkan derajat kesehatan
Pelaksanaan/Dimulainya Terapi Okupasi, sebaiknya dilakukan sedini mungkin,
sejak penderita dirujuk oleh dokter. Sebelum penderita mulai latihan, perlu diberikan
evaluasi awal dengan dilakukan observasi dan tes sederhana.
Tujuan terapi okupasi:
1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa.
2. Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
sekitarnya.
3. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan
produktif.
4. Membantu menemukan kernampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
5. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis dan penetapan
terapi lainnya.
B. Saran
Setiap Anak Adalah Unik dan berbeda. Kita dapat mengembangkan potensi anak
secara maksimum jika mereka mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat.
Dengan prinsip inilah maka para terapis akan berusaha memberikan pelayanan yang
terbaik sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak, sehingga anak-anak dengan
gangguan perkembangan dan kesulitan belajar dapat mandiri dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, abdul & abdul muhit h. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan
25
Teori. Jakarta: Salemba Medika
Pelangilazuardi.tripod.com/id13.html
wdnurhaeny.blogspot.com/.../terapi-okupasi-dan-rehabilitasi-wnes.html
www.angelswing.or.id/pelayanan- okupasi .html
www.kancilku.com/Ind/index.php
www.klinikpela9.com/ okupasi .htm
www.saranaku.com/ okupasi .php
26