teori tentang usia ibu

Download Teori Tentang Usia Ibu

If you can't read please download the document

Upload: parlin

Post on 21-Jan-2016

82 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengalaman

1.Definisi

Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Suatu kejadian yang pernah dilakukan atau dihadapi seseorang sebelumnya (Notoatmodjo, 2005, hal.

13). Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja (Estiwidani, 2009.

B.Kehamilan

1.Definisi kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan untuk menjadikan seorang bayi yang belum lahir menjadi mampu hidup diluar lingkungan tubuh ibunya yang aman, nyaman, dan terlindung (Keppler, Whalley, Simkin, 2001, hal. 1).

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2006, hal.3).

1.Segi negatif kehamilan di usia tua (Sulistyawati, 2009, hlm. 99).

a. Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat menentukan proses kelahirannya. Hal ini pun turut mempengaruhi kondisi janin.

b. Pada proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita dengan usia reproduksi sehat (25-30 tahun).

Jika pada proses pembuahan, ibu mengalami gangguan sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan buah kehamilan, maka kemungkinan akan menyebabkan terjadinya Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) yang berakibat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

c. Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu, jika ibu mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua (wanita hamil pertama dengan usia ibu lebih dari 40 tahun) maka keadaan ini harus benar-benar diwaspadai.

3.Segi positif hamil diusia tua

a. Kepuasan peran sebagai ibu b. Merasa lebih siap

c. Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik d. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan

e. Mampu mengambil keputusan

f. Karier baik dan status ekonomi lebih baik

g. Perkembangan intelektual anak lebih tinggi h. Periode menyusui lebih lama

i. Toleransi pada kelahiran lebih besar.

4.Kehamilan beresiko tinggi (Sinsin, 2008, hal. 61)

Bayi meninggal atau cacat, bahkan ibu meninggal saat persalinan sering terjadi pada kehamilan usia 35 tahun keatas. Tetapi jangan cemas, dengan pemeriksaan perinatal yang teratur, resiko tersebut dapat dicegah dan diperkecil. Sebaiknya perempuan waspada tentang resiko kehamilan.

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit dan meninggal, sebelum persalinan berlangsung. Banyak faktor resiko ibu hamil dan salah satu faktor yang penting adalah usia.

Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih beresiko tinggi untuk hamil dibandingkan bila hamil pada usia normal, yang biasanya terjadi sekitar 21-30 tahun. Saat ini, kita melihat banyak perempuan cenderung untuk hamil pada usia tua karena usia pernikahan juga terlambat.

Faktor usia tua menyebabkan resiko timbulnya penyakit-penyakit yang menyertai umur jadi semakin meningkat. Terjadinya penyakit jantung dan kanker menjadi lebih besar. Kombinasi antara penyakit usia tua dan kehamilan tersebut yang menyebabkan resiko meninggal atau cacat pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah tinggi.

Bagi seorang perempuan, usia tua juga dapat menyebabkan kemampuan untuk melahirkan (fertilitas) menurun. Kemungkinan bayi lahir kembar juga sangat tinggi terjadi pada kehamilan pertama yang terlambat, khususnya pada usia 35-39

tahun. Selanjutnya, setelah usia 39 tahun, frekuensi bayi lahir kembar menjadi menurun. Hamil terlambat juga menyebabkan resiko terhadap diabetes, tumbuhnya jaringan ikat di dalam rahim (fibroid) dan berisiko tinggi untuk mendapatkan kelainan kromosom, seperti Down Syndrome.

5.Hal-hal yang direncanakan kehamilan untuk perempuan usia 35 tahun ke atas (Sinsin, 2008, hal. 63):

a. Diskusikan dengan dokter sebelum menginginkan kehamilan

b. Konsumsi 400 mg asam folat tiap hari sebelum hamil dan ketika bulan pertama kehamilan untuk mencegah cacat bayi.

c. Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur

d. Makanlah makanan yang bervariasi, khususnya yang mengandung asam folat, seperti jus jeruk, kacang-kacangan, kedelai dan biji-bijian lainnya, sereal, dan sayuran berdaun hijau

e. Sebelum hamil, ukur berat badan agar tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus

f. Jangan meminum alkohol sebelum hamil dan selama hamil

g. Jangan merokok, termasuk hindari asap rokok disekitar lingkungan

h. Jangan konsumsi obat-obatan apapun, khususnya obat bebas di apotik atau ramuan tumbuh-tumbuhan, seperti jamu, kecuali yang disarankan oleh dokter.

6. Faktor yang mempengaruhi kehamilan diatas 30 tahun (Detiana, 2010, hal.

54).

a. Kesuburan

Jumlah sel telur yang diproduksi ovarium atau indung telur akan menurun seiring bertambahnya usia. Usia paling produktifbagi wanita ada pada rentang usia 20-29 tahun. Yang paling menentukan kesuburan seorang wanita sebenarnya adalah usia biologis, bukan usia lahiriah (kalender). Usia biologis adalah kondisi kebugaran dan kesehatan tubuh, termasuk asupan gizi dan keaktifan melakukan olahraga tubuh.

b. Kondisi rahim

Bertambahnya usia juga mempengaruhi kemampuan rahim untuk menerima bakal janin (embrio). Penurunan kemampuan rahim ini terutama terjadi pada wanita di atas usia 35 tahun. Faktor penuaan juga bisa membuat embrio yang dihasilkan akan sulitmelekat pada lapisan lendir rahim. Kondisi ini bisa menyebabkan keguguran, atau memunculkan kecenderungan terjadinya plasenta tidak menempel ditempat semestinya. Di samping itu, juga akan menyebabkan resiko hamil di luar kandungan (ektopik).

C.Persalinan

1.Definisi persalinan

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2003, hal. 672). Persalinan adalah suatu proses

pengeluaran hasil konsepsi ( janin dengan uri ), yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 1998, hal. 91).

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali

(Prawirohardjo, 2002, hal. 180).

2.Sebab-sebab mulainya persalinan (Prawihardjo, 2002, Hal. 181)

Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks. Faktorfaktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut faktor-faktor yang mengakibatkan partus mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Teori berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hipocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan ialah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus dapat dibangkitkan. Ini hanya bagian dari banyak faktor-faktor kompleks sehingga his dapat dibangkitkan. Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula dimulai misalnya:

a.Merangsang pleksus frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam kanalis servikalis

b.Pemecahan ketuban

c.Penyuntikan oksitosin

d.Pemakaian prostaglandin

3.Berlangsungnya persalinan normal yaitu:

a. Kala I ( Serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm)

Partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah. Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase:

a)Fase laten: berlangsungnya selama 8 jam

Selama fase ini, orientasi kontraksi uterus berlangsung bersama perlunakan dan pendataran serviks (Cunningham, 2005, hal. 470).

b)Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi, yakni fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi. Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam. Dalam fase ini, pembukaan serviks 3 sampai 4 cm atau lebih, disertai adanya kontraksi uterus, dapat secara meyakinkan digunakan sebagai batas awal persalinan aktif.

b.Kala II (Kala pengeluaran)

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Pada primigravida berlangsung rata-rata 1,5 jam.

c. Kala III (Kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan) Segera setelah bayi lahir, tinggi fundus uteri dan konsistensi hendaknya

dipastikan selama uterus tetap kencang dan tidak ada perdarahan yang luar biasa, menunggu dengan waspada sampai plasenta terlepas biasa dilakukan. Jangan dilakukan masase, tangan hanya diletakkan diatas fundus, untuk memastikan bahwa organ tersebut tidak menjadi atonik dan terisi darah dibelakang plasenta yang telah terlepas (Cunningham, 2005, hlm. 349).

d.Kala IV (Mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam) dalam kala itu diamati-amati apakah tidak terjadi perdarahan postpartum.

4.Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, yaitu:

a.Kondisi kehamilan

b.Budaya dan harapan personal

c.Riwayat kesehatan sebelum hamil dan kesiapan fisik untuk persalinan d.Kesiapan psikososial

e.Umur ibu

f.Status perkawinan

g.Pelaksanaan prenatal.

5.Faktor yang mempengaruhi respon orangtua

Cara orangtua berespon terhadap kelahiran anaknya dipengaruhi berbagai faktor, meliputi (Jensen, lowdermik, bobak, 2005, hal. 516):

a.Usia maternal lebih dari 35 tahun

Usia ibu sangat mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Ibu dan bayi umumnya dianggap beresiko tinggi jika ibu berusia remaja atau berusia lebih dari 35 tahun. Keletihan dan kebutuhan untuk lebih banyak istirahat tampaknya telah menjadi masalah utama pada orangtua yang sudah berusia ini. Tindakan yang bertujuan membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dan tonus otot (misalnya latihan senam prenatal dan pascapartum) sangat dianjurkan.

b.Jaringan sosial

Keluarga dan teman-teman orangtua dan anak baru lahir ini membentuk dimensi penting dalam jaringan sosial orangtua, yang sebagian besar mungkin tergantung pada keadaan budaya. Hubungan cinta dan emosi yang positif tampaknya sangat penting untuk memperkaya kemampuan menjadi orangtua dan mengasuh anak.

c.Budaya

Kepercayaan dan praktik budaya menjadi determinan penting dalam perilaku orangtua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi orangtua dengan bayi, demikian juga, dengan orangtua atau keluarga yang mengasuh bayi.

d.Keadaan sosio ekonomi

Kondisi sosio ekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan bantuan. Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban keuangan. Keluarga yang menemukan kelahiran seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami peningkatan stres. Stres ini bisa menganggu perilaku orangtua sehingga membuat masa transisi untuk memasuki masa menjadi orangtua lebih sulit.

e.Aspirasi pribadi tentang masa depan

Bagi beberapa wanita, menjadi orangtua mengganggu kebebasan pribadi atau kemajuan karier mereka. Kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan jabatan.

6.Komplikasi atau resiko melahirkan diatas usia 35 tahun

a.Persalinan caesar

Sebagian besar persalinan pada calon ibu diusia rawan dilakukan lewat operasi Caesar. Masalah-masalah dalam persalinan biasanya terjadi pada perempuan yang pertama kali melahirkan di usia 35 tahun.

b.Kelainan kromosom

Kualitas kromosom perempuan di usia menjelang 40 tahun tidak sebaik di usia muda. Akibatnya resiko melahirkan anak dengan cacat fisik atau mental akan lebih besar.

c.Keguguran lebih besar

Risiko terjadinya keguguran pada ibu berusia matang juga lebih besar. Hal ini mungkin terjadi karena menurunnya kualitas kromosom ibu (Widayati, 2010, 3).

d.Down syndrome

Adalah kondisi yang disebabkan oleh ketidaknormalan kromosom. Ada kelainan salah satu gen yang diterima bayi dari kedua orangtuanya. Hal inilah yang

menyebabkan salah satu dari beberapa alasan anak-anak dinegara bagian amerika yang mempunyai kemampuan mental lemah (Nolan, 2010, hal. 53).

Tripel atau barts test (tes darah khusus untuk down syndrome). Tes ini biasanya dilakukan untuk para wanita yang mempunyai resiko lebih besar melahirkan bayi down, misalnya mereka yang berumur lebih dari 35 tahun. Tes ini menunjukkan tingkatan dari tiga substansi dalam aliran darah ibu, alpha-feto protein (AFP), etriol, dan human chorionic gonadotropin (HCG). Akan tetapi, tes ini bukan untuk mengetahui ada tau tidak adanya suatu penyakit. Jika hasil tes ini positif, berarti memiliki resti melahirkan bayi down syndrome. Untuk mendiagnosis lebih lanjut, perlu melakukan tes invasive seperti amniocentesis (Stoppard, 2007, hal. 21).

Tiga puluh lima adalah sekedar angka perkiraan yang di pilih dokter untuk mencoba mendeteksi sebanyak mungkin janin yang memiliki down sindrome tanpa menghadapkan lebih banyak ibu dan bayi daripada yang perlu terhadap sedikit resiko yang menyertai prosedur diagnosis pralahir ini.

e.Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas, umum dialami wanita hamil diusia berapapun. Namun, obesitas akan meningkat setelah usia 35 tahun. Kenaikan berat badan normal pada saat kehamilan berkisar antara 12-16 kg, jika kenaikan yang terjadi lebih dari itu berarti ibu beresiko mengalami kegemukan atau obesitas. Obesitas akan membawa resiko penyakit yang lain seperti preeklamsia, diabetes gestasional, hipertensi, dan lain-lain. Ibu hamil yang obes juga lebih banyak disarankan untuk menjalani persalinan dengan operasi Caesar. Alasannya adalah kegemukan akan membuat ibu sulit bersalin secara alami dan beresiko komplikasi

jika tetap melahirkan secara alami. Tak hanya itu, bayipun akan ikut terpengaruh oleh berat ibu yang berlebihan.

f.Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi tekanan darah melebihi batas normal. Pada kehamilan, hipertensi biasanya muncul pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan. Peningkatan hipertensi ini sering terjadi pada kehamilan anak pertama dan ibu hamil di atas 35 tahun.

g.Preeklampsi

Meningkatnya tekanan darah dan kadar protein dalam urin dapat memicu preeklamsia. Kondisi preeklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia atau keracunan kehamilan yang ditandai dengan kejang pada ibu dan penurunan kesadaran pada saat persalinan, ataukejang selama dua hari atau lebih setelah melahirkan. Kejadian sangat membahayakan, karena dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi (Detiana, 2010, hal. 63).

7.Resiko terhadap ibu:

a.Gangguan fungsi dan kerja organ-organ pada ibu b.Hipertensi esensial

c.Diabetes mellitus akibat kehamilan atau dikenal dengan istilah diabetes gestasional

d.Obesitas (kegemukan) sebelum dan selama kehamilan akan meningkat setelah usia 35 tahun.

e.Perdarahan postpartum atau perdarahan setelah melahirkan, misalnya yang disebabkan oleh letak plasenta yang menutup jalan lahir. Resiko

plasenta previa meningkat dua kali lipat pada usia 30-39 tahun. Perdarahan ini juga disebabkan oleh karena fungsi saluran reproduksi yang sudah menurun

f.Persalinan preterm

g.Kehamilan diluar rahim atau kehamilan ektopik (Indrawati, 2007. 7).

8.Cara mengurangi resiko yang ada dalam melahirkan diatas usia tua, yaitu:

a.Konsultasikan kehamilan pada ahlinya

b.Proses persalinan sebaiknya dilakukan dirumah sakit yangmemiliki fasilitas yang memenuhi standar

c.Lakukan tes amniosentesis pada awal kehamilan d.Pemeriksaan laboratorium

e.Upaya medis untuk mencegah hipertensi dan cacat bawaan

f.Melakukan latihan, diet serta perawatan pralahir dapat mengurangi resiko kehamilan diusia tua (Indrawati, 2007. 9).

Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit atau abnormal, yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan).

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)

3. Sebab-sebab pada janin, meliputi: kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi (penumpang).

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya serta sistem pendukung (Bobak, 1995, hal. 784).