teori perkembangan kognitif jean piaget dan implementasinya dalam pendidikan
TRANSCRIPT
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Implementasinya dalam Pendidikan
REP | 12 March 2011 | 17:53 Dibaca: 28172 Komentar: 0 Nihil
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk
kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia
bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari
sudut tinjauan biologi dan
antarafikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm. 110.
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kemb
alitentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingku
ngannya.Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang
membentuk struktur yangdiperlukan dalam interaksi terus
menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentukoleh kecerdasan, penget
ahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak –
kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewa
sameliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai form
al. Prosesdibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilas
i dan akomodasi,yang diatur oleh ekuilibrasi.
Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan
yang lain, iamenguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang
merupakan abstraksidari ciri –
ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogendisu
sun melalui reorganisasi
proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasikongkrit dan operasa
i formal dibangun dengan jalan logis – matematis.
Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya –
karya Piaget mengenalipengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandan
gan anak. Implementasi kurikulummenjadi pelik oleh kenyataan
bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antaraberfikir logis dan pelajara
n – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
B. Rumusan Makalah
a. Pengertian Kognitif
b. Prinsip dasar teori Piaget
c. Aspek inteligensi
d. Teori Perkembangan Piaget
e. Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
f. Kritik Terhadap Teori Piaget
C. Tujuan Perumusan Masalah, Untuk mengetahui tentang :
a. Pengertian Kognitif
b. Prinsip dasar teori Piaget
c. Aspek inteligensi
d. Teori Perkembangan Piaget
e. Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
f. Kritik Terhadap Teori Piaget
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan :
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek
tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi
bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual,
seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Akan tetapi apa arti kognitif yang sebenarnya? Lalu apa perkembangan
kognitif itu?
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi system - sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
B. Prinsip Dasar Teori Piaget
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh,
yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi &
psikologis ( perkembanganjiwa).
Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap
lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut
untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan
untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian
dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk
memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif, yaitu :
1. Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahu
an baru,tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk menge
mbangkanpengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanf
aatkan pengalamantersebut.
1. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan ana
kmemperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kemat
anganmembuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau
kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara
kognitif. Perkembangan
berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat k
ontakdengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
1. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalama
n fisikdapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognit
if
1. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik
dariindividu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalama
n sosial danperkembangan jasmani yang menyebabkan
perkembangan kognitif berjalansecara terpadu dan tersusun baik.
C. Aspek Inteligensi
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1. Struktur Disebut juga scheme (skemata/Schemas). Struktur &
organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru
struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan
dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya
sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yg dibangun
seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan &
menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta
mentransformasikannya (Flavell, Miller & Miller)
2 hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur
kognitif :
1.a. seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.b. lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk
perkembangastruktural.
2. Isi Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu
menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget
kurang tertarik pada apa yg anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan
apa yang mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting
dibanding dengan struktur & fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari
inteligensi, sedangkan “bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh
kognitif atau intelektual.
3. Fungsi Disebut fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif
dibangun. Semua organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan
mempunyai fungsi melalui proses organisasi & adaptasi. Organisasi:
cenderung untuk mengintegrasi diri & dunia ke dalam suatu bentuk dari
bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg penuh arti, sebagai suatu cara
untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara :
a) organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi
serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi
mengambil sesuatu dari dunia luar & mencocokkannya ke dalam
struktur yg sudah ada. contoh: manusia mengasimilasi makanan
dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yg mereka
makan menjadi bagian dari diri mereka.
b) organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai
lingkungannya. Proses ini disebut akomodasi. Ketika seseorang
mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk
memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya
mengasimilasi makanan tapi juga mengakomodasikannya dengan
mensekresi cairan lambung untuk menghancurkannya & kontraksi
lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaanequilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara
struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
D. Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia
memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan
informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009)
perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas
dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan
perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan
dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya.
Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar
dan belajar darinya.
Tahap – tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui
diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode
pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan
kemampuan dan pemahaman spatial / persepsi penting dalam enam
sub-tahapan :
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam
minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu
sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-
kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia
empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk
melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda
kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua
belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama
dengan
tahapan awal kreativitas.
2. Tahapan praoperasionalTahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari
fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
3. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika
yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran,
mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan
benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup
dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan
cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti
menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian
Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali
ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu
bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4. Tahapan operasional formalTahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi
urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada
urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi : representasi dan logika dari operasi yang ada dalam
diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara
logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen
dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model
berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada :
berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan
mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta
memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual
anak.
Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru
agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara
siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di
lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan
kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.
Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang
dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar konteks sosial dan
budaya , yang mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses
yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.
Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam
proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka
sendiri.
Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan
berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru
yang memaksa mereka membangun dan memodivikasi pengetahuan
awal mereka.
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan
dan secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya.
Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif
membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka
hayati. PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori Piaget ini.
Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum
Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan
pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah
seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang
meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia
ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
E. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembela
jaran,adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena ituguru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikiranak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi
denganlingkungan sebaik-baiknya.
1. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
1. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dandiskusi dengan teman-temanya.
Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara
lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak
sekedar padaproduknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru
harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali
dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran.
Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi
penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya
sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak
berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka
memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
F. Kritik terhadap Teori Piaget
1. Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan
bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia
yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.
2. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru
mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan.
Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati sampai mereka berusia
18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan
tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas
anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini
sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan
DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan
anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih
tua.
3. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa
mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.
BAB III
PENUTUP / KESIMPULAN
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan
bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka
sendiri. Teori Jean Piagettentang perkembangan kognitif memberikan batasa
n kembali tentang kecerdasan,pengetahuan dan hubungan anak didik denga
n lingkungannya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang
kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual,
seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg
menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi &
psikologis. Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan
digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada
masa kanak-kanak , anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang
tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapat
menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1. Struktur 2. Isi 3. Fungsi
Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan
kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi
sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang
terprogram secara genetik.
Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaranadalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa, Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik, bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing, berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya dan di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Perbandingan kritik terhadap teori PIAGET dan teori lainnya, diantara lain :
No
.
Teori PIAGET Teori lainnya
1.
2.
3.
periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak
terlalu meremehkan kemampuan anak - anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua
McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget
Balillargeon dan De Vos (1991)
Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal
Tidak meremehkan kemampuan anak - anak kecil dan tidak menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua
DAFTAR PUSTAKA
Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, CV Rajawali
UniversitasTerbuka, 1991
Wikipedia, VALMBAND, Latar Belakang Jean
Piaget,arthachristianti.wordpress.com, Pembelajaran Guru, Berbagai Bahan
Terkait Model-Model Pembelajaran
By Gina F & Balya Hulaimy, Ibid., hlm. 28
Anita Woolfolk, Educational Psychology, Active Learning Edition, Bagian
Pertama, Edisi Bahasa Indonesia. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar : 2009) hlm.
49-50
Santrock, op. cit., hlm 38-44
Jamaris. Op. Cit., hlm. 37
Anita Woolfolk. Educational Psychology. Edisi Bahasa Indonesia. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 51
Teori perkembangan kognitifDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup
tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara
lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar
pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke
dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan
kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita
membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang
digunakananak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Periode sensorimotor
2 Tahapan praoperasional
3 Tahapan operasional konkrit
4 Tahapan operasional formal
5 Informasi umum mengenai tahapan-
tahapan
6 Proses perkembangan
7 Isu dalam perkembangan kognitif [1]
o 7.1 Tahapan perkembangan
o 7.2 Natur dan nurtur
o 7.3 Stabilitas dan kelenturan dari
kecerdasan
8 Sudut pandang lain
9 Referensi
10 Bacaan lebih lanjut
11 Referensi
[sunting]Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode
sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama
dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan
berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan,
saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan
dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
[sunting]Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa
menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari
fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan
secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika
tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan
semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai
enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai
merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan
penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak
dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka
kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan
untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini
dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
[sunting]Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan
mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila
diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan
benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika
berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit
isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama
dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang
ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
(bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu
tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
[sunting]Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampaidewasa. Karakteristik tahap
ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa
dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
[sunting]Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada
ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
Universal (tidak terkait budaya)
Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga
pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya,
tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya
perbedaan kuantitatif
[sunting]Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut,
seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam
menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun
fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan
pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi,
menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki
skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan
dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning,
dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema
yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat
subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar
bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan
memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat
adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi
pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah
skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu
pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa
meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu
karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya
dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut
selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif
tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
[sunting]Isu dalam perkembangan kognitif[1]
Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum.
[sunting]Tahapan perkembangan
Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau
kuantitas kognisi.
Kontinuitas dan diskontinuitas
Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan
atau proses terputus pada tiap tahapannya.
Homogenitas dari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
[sunting]Natur dan nurtur
Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme
mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif.
Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
[sunting]Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat
perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun.
[sunting]Sudut pandang lain
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
Teori perkembangan kognitif neurosains [2]
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku.
Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki
tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu
1. Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik dan
mental proses
2. Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis yang teratur
Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan kognitif.
Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap
pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori
Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya
diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello
Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang
menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff
[sunting]Referensi
Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed.
Bellmont, CA : Wadsworth
Cole, M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth Publishers.
Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishing
Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York: Basic Books.
Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques Voneche Gruber,
New York: Basic Books.
Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol.
1. New York: Wiley.
Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.
Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18, 241–259.
Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology Press.
Seifer, Calvin "Educational Psychology"
[sunting]Bacaan lebih lanjut
Geary, D. C. (2004). Evolution and cognitive development. In R. Burgess & K. MacDonald
(Eds.), Evolutionary perspectives on human development (pp. 99-133). Thousand Oaks, CA: Sage
Publications. Teks selengkapnya
Wagner, K. V. Background and Key Concepts of Piaget's Theory
[sunting]Referensi
1. ̂ Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences.
3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
2. ̂ Johnson, M.H. (2005) Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell
publishing