teori geosinklin

5
Muhammad Jabaris Maulana 21100113140083 PERKEMBANGAN TEORI TEKTONIK BUMI 1. Teori Geosyncline (Geosinklin) Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap sebagai asal dari pegunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi di dalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi. Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal usul aktivitas vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan teori geosinklin. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

Upload: jbrsalan

Post on 06-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Geologi sejarah, sejarah teori geotektonika

TRANSCRIPT

Page 1: Teori geosinklin

Muhammad Jabaris Maulana

21100113140083

PERKEMBANGAN TEORI TEKTONIK BUMI

1. Teori Geosyncline (Geosinklin)

Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi

selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal. Proses

pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang

tebal dianggap sebagai asal dari pegunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang

telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.

Batuan yang terdeformasi di dalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan

karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi

adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.

Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal usul aktivitas vulkanik dengan

baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan teori geosinklin.

Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan

gaya vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak

lurus dengan bidang yang terdeformasi.

Ilustrasi teori geosinklin

2. Teori Continental Drift (Apungan Benua)

Pada tahun 1912 Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman melontarkan

konsep Apungan Benua (Continental Drift), hipotesa utamanya adalah adanya satu “super continent”

Page 2: Teori geosinklin

yang dinamakan Pangea (semua daratan), yang dikelilingi Panthalassa (semua lautan). Pangea ini

mulai berpisah menjadi dua kontinen yang relatif lebih kecil, yaitu Laurasia (belahan bumi utara) dan

Gondwana (belahan bumi selatan), pada periode Yura, hingga pada akhir Kapur, dua kontinen ini

memisahkan diri kembali menjadi daratan-daratan yang terlihat seperti kontinen pada saat sekarang.

Di sebuah buku yang berjudul “The Origin of the Continent and Ocean” (1912), Wegener

memberikan bukti-bukti untuk membenarkan teori apungan benua tersebut, beberapa diantaranya

ditemukannya bentuk fosil tumbuhan dan hewan yang memiliki umur yang sama ditemukan di sekitar

pantai kontinen yang berbeda, menandakan bahwa kontinen tersebut pernah bersatu. Misalnya, fosil

buaya air tawar ditemukan di Brazil dan Afrika selatan juga fosil reptil air Lystrosaurus juga

ditemukan pada batuan berumur sama dari  berbagai lokasi di Amerika Selatan, Afrika, dan Antartika.

Bukti pendukung teori apungan benua berupa persebaran fosil

3. Teori Plate Tectonics (Tektonik Lempeng)

Teori ini lahir pada pertengahan tahun enam puluhan. Teori ini terutama didukung oleh adanya

Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor Spreading) dan bermula di Pematang Tengah Samudera

(Mid Oceanic Ridge : MOR) yang diajukan oleh Hess (1962).

Teori Tektonik Lempeng berasal dari hipotesis continental drift yang dikemukakan Alfred

Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans

terbitan tahun 1915. Dia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu

bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi

seperti ‘bongkahan es’ dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal

yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan,

teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi

tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak.

Page 3: Teori geosinklin

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis

dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara

terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun

1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti

gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung,

benua, dan samudra. Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak

samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua

dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer.

Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua.

Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen

pada kerak benua (felsik). Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer.

Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak

mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling

bersinggungan satu dengan lainnya.

Teori tektonik lempeng dapat menjelaskan proses

gempabumi, gunungapi, dan lainnya sehingga masih dianut sampai sekarang.

Referensi

Kurniawan A., 2012, Perkembangan-perkembangan Teori Geotektonik, Sribd.com

Tomecek S., 2009, Science Foundation : Plate Tectonics, New York : Chelsea House Publisher

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_geosinklin (diakses pada hari Senin 14 September 2015 pukul

21:16)

https://syaifulmangantjo.wordpress.com/2011/11/04/teosri-geosinklin-continental-drift-sea-floor-

spreading-dan-tektonik-lempeng/ (diakses pada hari Senin 14 September 2015 pukul 21:16)