teori bet.pdf

Upload: dewi-martina

Post on 14-Apr-2018

264 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    1/63

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    2/63

    Cover

    Tools Name : ASTM 1266

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    3/63

    i

    Volume 46, No. 1 April 2012

    Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi adalah media untuk mempromosikan kegiatan penelitiandan pengembangan teknologi di bidang minyak dan gas bumi yang telah dilakukan oleh

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS

    Alamat Redaks i

    Sub Bidang Informasi, Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas

    Bumi LEMIGAS J l. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, J akarta Selatan 12230. Tromol Pos : 6022/

    KBYB-J akarta 12120, INDONESIA, STT : No. 119/SK/DITJ EN PPG/STT/1976, Telepon : 7394422 - ext. 1222, 1223,

    1274, Faks : 62 - 21 - 7246150, E-mail: [email protected]

    MajalahLembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi diterbitkan sejak tahun 1970 dengan nama awal Lembaran Publikasi

    LEMIGAS (LPL), 3 kali setahun. Redaksi menerima Naskah Ilmiah tentang hasil-hasil Penelitian, yang erat hubungannya

    dengan Penelitian Minyak dan Gas Bumi.

    Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak

    dan Gas Bumi LEMIGAS. Penanggung Jawab : Dra. Yanni Kussuryani, M.Si., Redaktur : Ir. Daru Siswanto.

    Pemimpin Redaksi : Dra. Yanni Kussuryani, M.Si. (Kimia)

    Wakil Pemimpin Redaksi : Ir. Daru Siswanto (Teknik Kimia)

    Redaktur Pelaksana : Drs. Heribertus J oko Kristadi, M.Si. (Geofisika)

    Dewan Redaksi : 1. Prof. Dr. Maizar Rahman (Teknik Kimia)

    2. Ir. E. J asjfi, M.Sc., APU (Teknik Kimia)

    3. Prof. Dr. Suprajitno Munadi (Geofisika)

    4. Prof. M. Udiharto (Biologi)

    5. Prof. Dr. E. Suhardono (Kimia Industri)

    6. Ir. Bambang Wicaksono T.M., M.Sc. (Geologi Perminyakan)

    Redaksi : 1. Dr. Ir. Usman, M.Eng. (Teknik Perminyakan)

    2. Ir. Sugeng Riyono, M.Phil. (Teknik Kimia)

    3. Dr. Ir. Eko Budi Lelono (Ahli Palinologi)

    4. Abdul Haris, S.Si., M.Si. (Lingkungan dan Kimia)

    Mitra Bestari : 1. Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar (Teknik Perminyakan)

    2. Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata (Teknik Geologi))

    3. Prof. Dr. Wahjudi Wiratmoko Wisaksono (Energi dan Lingkungan)

    4. Dr. Ir. M. Kholil, M.Kom. (Manajemen Lingkungan)

    5. Dr. Ir. Bambang Widarsono, M.Sc. (Teknik Perminyakan)

    6. Ferry Imanuddin Sadikin, S.T., M.E. (Teknik Elektro)

    Sekretaris : Urusan Publikasi

    Penerbit : Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan TeknologiMinyak dan Gas Bumi LEMIGAS

    Pencetak : Grafika LEMIGAS

    ISSN : 2089-3396

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    4/63

    ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ii

    PENGANTAR iii

    LEMBAR SARI DANABSTRACT iv

    FORMULASI MINYAK LUMAS UNTUK KOMPRESOR UDARAMilda Fibria, Catur Yuliani R. dan M. Hanifuddin 1 - 7

    RANCANG BANGUN ADSORBEN NANO PARTIKEL UNTUK

    MERKURI REMOVALLisna Rosmayati dan Yayun Andriani 9 - 21

    PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK DENGAN INJEKSI AIR

    PADA LAPANGAN MINYAK Q

    Edward ML Tobing 23 - 33

    PEMANFAATAN LPG SEBAGAI BAHAN BAKAR SEPEDA MOTOR

    DAN KARAKTERISTIK MINYAK LUMASNYAMilda Fibria dan Maymuchar 35 - 42

    ADITIF COMBUSTION BOOSTER UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG

    KENDARAAN BERMOTOR DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHEMAT

    BAHAN BAKAR MINYAK PREMIUM 88Roza Adriany 43 - 51

    Volume 46, No. 1, Apr il 2012

    ISSN : 2089-3396

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    5/63

    iii

    PENGANTAR

    Pembaca yang Budiman,

    Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi mempunyai peranan penting dalam penyebaran

    informasi hasil-hasil penelitian dan kajian migas bagi masyarakat dunia ilmu pengetahuan dan industri

    migas di Indonesia.

    Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Volume 46 No. 1 April 2012 menyajikan beberapa

    tulisan hasil studi dan penelitian, yakni:

    1. Formulasi Minyak Lumas untuk Kompresor Udara; 2. Rancang Bangun Adsorben Nano Partikel

    untuk Merkuri Removal; 3. Peningkatan Produksi Minyak dengan Injeksi Air pada Lapangan Minyak

    "Q"; 4. Pemanfaatan LPG sebagai Bahan Bakar Sepeda Motor dan Karakteristik Minyak Lumasnya; 5.Aditif Combustion Booster untuk Mengurangi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Potensinya

    sebagai Penghemat Bahan Bakar Minyak Premium 88. Tim Redaksi berharap Lembaran Publikasi

    Minyak dan Gas Bumi edisi April 2012 ini bisa menjadi rujukan bagi para penulis/peneliti. Oleh

    karena itu saran dan masukan pembaca sangat diharapkan untuk lebih sempurnanya terbitan Lembaran

    Publikasi Minyak dan Gas Bumi berikutnya.

    Dewan redaksi dan dewan penerbit, serta penanggung jawab majalah Lembaran Publikasi

    Minyak dan Gas Bumi mengucapkan terima kasih kepada para penulis, penelaah dan penyunting

    yang telah bekerja keras hingga terbitnya majalah Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi

    edisi ini.

    Jakarta, April 2012

    Redaksi

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    6/63

    iv

    Kata Kunci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembaran Abstrak ini boleh disalin tanpa izin dan biaya.

    ISSN : 2089-3396 Terbit : April 2012

    LEMBAR SARI DAN ABSTRACT

    Milda Fibria1), Catur Yuliani R.1) dan M. Hanifuddin1)

    (Peneliti Pertama1) pada Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

    LEMIGAS)

    Formulasi Minyak Lumas untuk Kompresor

    UdaraLembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46

    No. 1 April 2012 hal. 1 - 7

    S A R I

    Instalasi industri menggunakan udara tekan

    untuk seluruh operasi produksinya, yang dihasilkan

    oleh kompresor. Dengan pentingnya peran kompre-

    sor di industri, perawatan dalam hal ini pelumasnya

    harus dipilih sesuai dengan kebutuhan kerja kom-

    ponennya. Namun, minyak lumas kompresor ini

    yang banyak digunakan di industri masih banyakbergantung produk impor. Disamping itu, spesifikasi

    SNI mengenai mutu unjuk kerja minyak lumas untuk

    kompresor juga belum ditetapkan. Untuk itu, dilaku-

    kan penelitian mengenai minyak lumas kompresor

    dan spesifikasi mutu unjuk kerjanya. Pada penelitian

    ini telah diperoleh lima produk formulasi minyak

    lumas untuk kompresor udara dengan mutu unjuk

    kerja VD-L pada lima tingkat viskositas (ISO VG).

    Dari hasil yang pengujian karakteristikfisika-kimia

    antara lainflash point,pour point, CCR, water con-

    tent, water separability, dan copper strip, minyaklumas hasil formulasi memenuhi spesifikasi yang

    ditetapkan standar DIN 51506. Secara performa,

    minyak lumas ini mampu bersaing dengan produk

    sejenis dipasaran serta dapat diproduksi untuk me-

    ngurangi impor minyak lumas.

    Kata kunci : minyak lumas kompressor, viskosi-

    tas, formulasi

    ABSTRACT

    Industrial plants use compressed air for their

    entire production operation, which is produced by the

    compressor. Due to its important role in an industry,

    compressors maintenance, especially its lubricant

    selections are supposed to be based on the needs ofworking components. Unfortunately, compressor

    oils which are widely used in many industries are

    still depended on imported products. In addition,

    the Indonesian National Standard (SNI) specifica-

    tion on the performance quality of compressor oils

    has not been established. Therefore, a research was

    conducted on compressor oils and its performance

    quality specifications. From this study, five formulas

    of compressor oils were obtained. The formulas were

    designed based on performance level of VD-L at five

    viscosity grade (ISO VG). The results of physico-chemical characteristics tests such as flashpoint, pour

    point, CCR, water content, water sepparability, and

    the copper strip, show that compresor oil products

    are in accordance with standard specification of DIN

    51 506. These compressor oils products are able to

    compete with similar products on the market and can

    be produced to reduce the lubricating oil imports

    based on their performances.

    Author

    Keywords : Compressor oils, Viscosity grade,

    formula design.

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    7/63

    v

    Lisna Rosmayati1) dan Yayun Andriani2) (1)Peneliti

    Muda, 2)Perekayasa Madya pada Pusat Penelitian

    dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

    LEMIGAS )

    Rancang Bangun Adsorben Nano Partikel untuk

    Merkuri Removal

    Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46

    No. 1 April 2012 hal. 9 - 21

    S A R I

    Salah satu permasalahan besar dalam peman-

    faatan gas bumi di sektor industri migas adalah

    kandungan merkuri (Hg) di dalam gas bumi. Di sektor

    minyak dan gas bumi, penerapan teknologi nano

    pada pembuatan adsorben karbon aktif dalam ukurannano diharapkan mampu menurunkan kandungan

    merkuri di dalam gas bumi secara lebih signifikan

    dan lebih efisien. Metode pembuatan partikel dengan

    teknologi nano untuk karbon aktif dilakukan dengan

    menggunakan teknikTop down. TeknikTop Down

    merupakan teknik pembuatan partikel skala nano

    dengan teknikMilling. Lamanya waktu millingakan

    berpengaruh langsung pada distribusi ukuran dari

    adsorben, dimana millingyang dilakukan selama 50

    jam memiliki ukuran diameter partikel yang lebih ke-

    cil dibandingkan dengan millingselama 20 jam. Dari

    hasil percobaan kinerja alat rancang bangun adsorben

    nano partikel merkuri removal, adsorben nano hasil

    milling50 jam dengan berat total 7,48 gram mampu

    menyerap konsentrasi merkuri (Hg) sebesar 9.032

    g/m3 pada saat aliran gas mencapai 354,4 liter per

    menit. Hal ini menunjukkan bahwa adsorben karbon

    aktif berukuran nano sangat efektif dalam memisah-

    kan merkuri (Hg) dari gas bumi dengan penyerapan

    optimal mencapai 96,67 %.

    Kata kunci : partikel nano, karbon aktif, merkuri

    ABSTRACT

    One of the major problems of the natural gas in

    Migas is the mercury content in natural gas. In Oil

    and Gas sector, nano technology application for nano

    particle adsorbent of activated carbon capable to

    decrease of the mercury content in the natural gas

    significantly and more efficient. Production method

    of activated carbon particles by nano technology

    has been done by Top-down technique. Top-down

    technique is production method of nano particle

    by milling. Time of milling will be direct effect for

    adsorbent size distribution. Fifty hours milling have

    particle size diameter is smaller than twenty hours

    milling. Experiment test results of mercury adsorp-

    tion by the mercury adsorber, Fifty hours milling

    adsorbents with its weight 7,48 gram can adsorp

    9.032g/m3 mercury while gas flow at 354,4 litre per

    minuts. That is show that nano particle adsorbents of

    activated carbons are more effective to separate of

    mercury in the natural gas with optimal adsorption

    is 96,67 %.

    Author

    Keywords: nano particle, activated carbon,

    mercury

    Edward ML Tobing (Peneliti Madya pada Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak

    dan Gas Bumi LEMIGAS)

    Peningkatan Produksi Minyak dengan Injeksi Air

    pada Lapangan Minyak Q

    Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46

    No. 1 April 2012 hal. 23 - 33

    S A R I

    Lapangan minyak Q saat ini termasuk kategori

    lapangan tua karena sudah dieksploitasi sejak tahun

    1954. Seiring dengan berjalannya waktu, produksi

    minyak semakin menurun karena tenaga dorong

    gas terlarut dan tekanan yang semakin rendah, serta

    tidak adanya usaha pressure maintenance. Salah

    satu teknologi yang dapat meningkatkan produksi

    minyak dari lapangan ini adalah melalui injeksi air,

    yang terlebih dahulu dilakukan screeningterhadap

    aspek geologi dan reservoir sehingga layak untuk

    diterapkan.

    Tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari

    pengaruh injeksi air terhadap potensi penambahan

    perolehan minyak, melalui uji sensitivitas beberapa

    parameter, termasuk rencana re-opening sumur

    minyak, yang kemudian dikembangkan dalam 5

    (lima) skenario. Metodologi yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah pemodelan simulasi reservoir.

    Perkiraan hasil yang optimum diperoleh dari Ske-

    nario-V dengan kombinasi sumur injeksi peripheral

    dan polaseven-spot, serta laju alir injeksi air sebesar

    100 m3/hari/sumur dan re-opening4 (empat) sumur

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    8/63

    vi

    produksi. Tambahan recovery factorsebesar 29.11 %

    dengan kumulatif produksi minyak 7.91 juta bbl.

    Kata Kunci : Produksi minyak, injeksi air, lapangan

    minyak tua

    ABSTRACT

    At present, the Q oil field is classified as

    brown field, it has been exploited since 1954. The

    oil production decreased rapidly because the solution

    gas drive mechanism and reservoir pressure were low

    as a result of not performing pressure maintenance

    operation. Water flooding is one of technology that

    can be used to increase oil production. However,

    it needs screening in term of geology and reservoir

    sides therefore it would be suitable to be applied.

    The main objective of this study is to investigate

    the effect of water injection to the additional oil

    recovery. More over sensitivity studies are discussed

    based on some cases, including planning of re-

    opening oil well, that would be developed in 5 (five)

    scenarios. The method used in this study is simula-

    tion reservoir model. The estimation of maximum

    oil recovery as a result of 5 (five) scenario that is

    combination of peripheral pattern and seven-spot

    with water injection rate at 100 m3/day/well and 4 re-

    opening oil wells, have resulted oil recovery of 29.11

    % or cumulative oil production of 7.91 MMSTB.

    Author

    Keywords: Oil production, water injection, brown

    field

    Milda Fibria1) dan Maymuchar2) (Peneliti Per-

    tama1), Peneliti Muda2) pada Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

    LEMIGAS)

    Pemanfaatan LPG Sebagai Bahan Bakar Sepeda

    Motor dan Karakteristik Minyak LumasnyaLembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46

    No. 1 April 2012 hal. 35 - 42

    S A R I

    Pemanfaatan bahan bakar gas (BBG) untuk trans-

    portasi telah dilakukan di beberapa negara termasuk

    Indonesia. Jenis BBG yang biasa digunakan adalahCNG/NGV, LPG dan LGV. Beberapa penelitian me-

    ngenai penggunaan LPG sebagai bahan bakar khusus-

    nya sepeda motor, sudah dilakukan akhir-akhir ini.

    Berdasarkan hasi-hasil penelitian tersebut dapat di-simpulkan bahwa, LPG bisa digunakan sebagai bahan

    bakar sepeda motor. Selain lebih irit, sepeda motor

    berbahan bakar LPG juga menghasilkan pembakaran

    yang lebih sempurna, sehingga gas buangnya lebihbersih dan lebih ramah lingkungan jika dibandingkan

    dengan mesin sepeda motor berbahan bakar bensin.

    Akan tetapi LPG memiliki angka oktan lebih tinggi,yang menyebabkan temperatur pada ruang bakar

    akan lebih tinggi juga. Selain itu LPG berbentuk

    gas, sehingga tidak mampu memberikan pendinginansesaat dalam ruang bakar. Oleh sebab itu, kebutuhan

    akan minyak lumasnya akan berbeda dengan minyak

    lumas yang biasa digunakan pada mesin bensin.

    Dengan fenomena ini, maka spesifikasi minyak lumasyang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi

    tersebut. Tulisan ini membahas tentang pemanfa-atan LPG sebagai bahan bakar sepeda motor sertakarakteristik minyak lumas yang sesuai untuk mesin

    sepeda motor berbahan bakar LPG.

    Kata kunci: Sepeda motor, LPG, temperatur tinggi,

    minyak lumas

    ABSTRACT

    The application of gas fuel for transportation has

    been conducted in several countries including Indo-nesia. The gas fuel types commonly used are CNG/

    NGV, LPG and LGV. Several studies on the use ofLPG as fuel gas, particularly for motor cycles have

    been carried out recently. In general, these studiesdemonstrate that LPG is applicable as gas fuel for

    motor cycles. Compared to gasoline, LPG is supe-

    rior in terms of both fuel economy and efficency. Inaddition, LPG in combustion chamber burnt more

    completely than gasoline, producing cleaner gas

    emission. However, LPG has higher Research Oc-

    tane Number (RON) than gasoline. Consequently, itmay generate higher temperature in the combustion

    chamber. Whereas, LPG in the form of gas has no mo-

    mentarily cooling capacity. Due to this phenomenon,therefore, the lube oil characteristic requirement may

    be different than that used in gaseoline engines. As a

    result, the specification of lube oil used in this system

    should be ajusted to the required circumstances. Thisreport describes the use of LPG for motor cycles as

    well as the characteristics of lube oils suitable for

    LPG-fueled motor cycles.

    Author

    Keywords: Motorcycles, LPG, high temperature,

    lubricating oil

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    9/63

    vii

    Roza Adriany (Peneliti Muda pada Pusat Penelitian

    dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

    LEMIGAS)

    Aditif Combustion Booster Untuk Mengurangi

    Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan

    Potensinya Sebagai Penghemat Bahan Bakar

    Minyak Premium 88

    Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46

    No. 1 April 2012 hal. 43 - 51

    S A R I

    Aditifcombustion boosteradalah aditif yang di-

    tambahkan ke dalam bahan bakar minyak Premium 88

    yang berfungsi menyempurnakan reaksi pembakaran

    hidrokarbon sehingga terjadi reaksi pembakaran yang

    sempurna. Kesempurnaan reaksi pembakaran dapat

    menghemat pemakaian bahan bakar dan menurunkan

    kadar emisi gas buang kendaraan. Tujuan penelitian

    ini adalah membuat aditifcombustion boosterdan

    melihat pengaruhnya terhadap penurunan emisi CO

    dan hidrokarbon dalam gas buang kendaraan serta

    konsumsi pemakaian bahan bakar dan daya mesin.

    Kendaraan uji yang dipakai adalah sepeda motor roda

    dua dengan sistem pembakaran karburator.

    Metodologi penelitian dimulai dari penyiapan

    bahan-bahan aditif yang terdiri dari ekstrak biofil,

    ekstrak bioten, penstabil panas yaitu FAME (Fatty

    Acids Methyl Ester) dan pelarut yaitu Toluena dan

    Premium 88. Setelah persiapan bahan, dilakukan

    pembuatan aditif A yang mengandung esktrak biofil

    dan aditif B yang mengandung ekstrak bioten. Tahap

    selanjutnya adalah melakukan formulasi masing-

    masing aditif dengan bensin Premium 88 pada

    beberapa variasi konsentrasi, dengan rasio aditif A

    dan aditif B adalah 2:1, 3:1, 4:1, 5:1 dan 1:2, 1:3,

    1:4, 1:5.

    Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah uji

    sifat fisika-kimia meliputi tekanan uap reid (RVP),

    distilasi D-86, Specific Gravity 60/60 F, densitas

    15C, korosi lempeng tembaga, kandungan Sulfur

    dan Sulfur merkaptan; uji emisi; uji konsumsi bahanbakar dan uji daya mesin yang dilakukan pada

    kondisi idle.

    Hasil pengujian sifat fisika-kimia bahan bakar

    sebelum maupun sesudah ditambah aditifcombustion

    boostermemenuhi spesifikasi bahan bakar minyak

    jenis bensin 88, SK Direktur Jenderal Minyak dan

    Gas Bumi No. 3674 K/24/DJM/2006 untuk contoh

    dengan rasio aditif A dan aditif B 1:2, 1:3, 1:4, 2:1,

    3:1, 4:1

    Penambahan aditif combustion booster ke

    dalam Premium 88 dapat menurunkan emisi CO dan

    Hidrokarbon dengan penurunan tertinggi masing-

    masing 63% dan 45% serta kenaikan CO2

    tertinggi

    sebesar 8% dan kenaikan Oksigen ideal sebesar 11%.

    Kondisi ini terjadi pada bahan bakar dengan rasio

    aditif A dan aditif B 3:1.

    Penambahan aditifcombustion booster ke dalam

    Premium 88 dapat memperpanjang waktu pemakaian

    bensin Premium dengan lama waktu penghematan

    terbesar adalah 4 menit untuk 100 mL sehingga dapat

    menghemat pemakaian BBM sekitar 11%. Hal ini

    mengindikasikan bahwa aditif combustion booster

    berpotensi untuk menghemat pemakaian bahan bakar

    Premium 88.

    Author

    Kata kunci : AditifCombustion Booster, Premium

    88, emisi CO dan emisi Hidrokarbon

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    10/63

    1

    unit udara tekan yang berkisar dari 5 horsepower

    (hp) sampai lebih 50.000 hp. Kompresor adalah

    mesin untuk memampatkan udara dalam sistem

    FORMULASI MINYAK LUMAS LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    MILDA FIBRIA, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 1 - 7

    Formulasi Minyak Lumas untuk

    Kompresor UdaraMilda Fibria1), Catur Yuliani R.1)dan M. Hanifuddin1)Peneliti Pertama1) pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS

    Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

    Telepon : 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150

    Teregistrasi I tanggal 31 Januari 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 15 Maret 2012

    Disetujui terbit tanggal : 30 April 2012

    S A R I

    Instalasi industri menggunakan udara tekan untuk seluruh operasi produksinya, yang di-hasilkan oleh kompresor. Dengan pentingnya peran kompresor di industri, perawatan dalam

    hal ini pelumasnya harus dipilih sesuai dengan kebutuhan kerja komponennya. Namun, minyak

    lumas kompresor ini yang banyak digunakan di industri masih banyak bergantung produk im-

    por. Disamping itu, spesifikasi SNI mengenai mutu unjuk kerja minyak lumas untuk kompresor

    juga belum ditetapkan. Untuk itu, dilakukan penelitian mengenai minyak lumas kompresor

    dan spesifikasi mutu unjuk kerjanya. Pada penelitian ini telah diperoleh lima produk formulasi

    minyak lumas untuk kompresor udara dengan mutu unjuk kerja VD-L pada lima tingkat visko-

    sitas (ISO VG). Dari hasil yang pengujian karakteristikfisika-kimia antara lainflash point,pour

    point, CCR, water content, water separability, dan copper strip, minyak lumas hasil formulasi

    memenuhi spesifikasi yang ditetapkan standar DIN 51506. Secara performa, minyak lumas ini

    mampu bersaing dengan produk sejenis dipasaran serta dapat diproduksi untuk mengurangiimpor minyak lumas.

    Kata kunci : minyak lumas kompressor, viskositas, formulasi

    ABSTRACT

    Industrial plants use compressed air for their entire production operation, which is pro-

    duced by the compressor. Due to its important role in an industry, compressors maintenance,

    especially its lubricant selections are supposed to be based on the needs of working components.

    Unfortunately, compressor oils which are widely used in many industries are still depended

    on imported products. In addition, the Indonesian National Standard (SNI) specification on the

    performance quality of compressor oils has not been established. Therefore, a research was

    conducted on compressor oils and its performance quality specifications. From this study, fiveformulas of compressor oils were obtained. The formulas were designed based on performance

    level of VD-L atfive viscosity grade (ISO VG). The results of physico-chemical characteristics

    tests such as flashpoint, pour point, CCR, water content, water sepparability, and the copper

    strip, show that compresor oil products are in accordance with standard specification of DIN

    51 506. These compressor oils products are able to compete with similar products on the market

    and can be produced to reduce the lubricating oil imports based on their performances.

    Keywords : Compressor oils, Viscosity grade, formula design.

    I. PENDAHULUAN

    Instalasi industri menggunakan udara tekan untuk

    seluruh operasi produksinya, yang dihasilkan oleh

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    11/63

    2

    FORMULASI MINYAK LUMAS LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    MILDA FIBRIA, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 1 - 7

    udara tekan. Kompresor udara biasanya menghisap

    udara dari atmosfir. Namun ada pula yang menghisap

    udara atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari

    tekanan atmosfir, kompresor jenis ini bekerja se-bagai penguat (booster). Dengan pentingnya peran

    kompresor di industri, perawatan dalam hal ini pelu-

    masnya harus dipilih sesuai dengan kebutuhan kerja

    komponennya.

    Dalam pelumasan yang paling penting adalah

    menentukan jenis pelumas mana yang paling cocok

    dipakai untuk melumasi peralatan atau bagian-

    bagian mesin (1). Pada proses pelumasan mesin,

    bagian-bagian mesin yang perlu dilumasi adalah

    bantalan-bantalan luncur (plain bearing) baik yang

    berupa poros putar, poros engkol ataupun poroshalang seperti batang sorong. Yang kedua bantalan

    peluru (roll atau ball bearing), yang ketiga roda-

    roda gigi (helical, spur, bevel gear) dan yang keem-

    pat silinder-silinder dari kompresor, mesin-mesin,

    pompa dan alat-alat hidrolik(2). Faktor-faktor yang

    perlu diperhatikan dalam menentukan tebal tipisnya

    pelumas yang digunakan adalah kecepatan gerakan

    bagian-bagian mesin yang bergerak/berputar (putaran

    per menit/rpm), beban yang digerakkan serta kondisi

    dari bagian-bagian yang dilumasi. Dalam pelumasan

    yang juga harus diketahui adalah suhu dari minyakpelumas yaitu suhu rendah atau tinggi kemungkinan

    minyak pelumas bercampur dengan air seperti pada

    pompa, ataukah bercampur dengan bahan bakar

    seperti pada silinder motor bakar dan bercampur

    debu ataupun kotoran lainnya, serta sistem sirkulasi

    dari pelumas tersebut. Hal ini sangat penting karena

    untuk menentukan jenis pelumas yang cocok untuk

    dipakai pada kondisi kerja dan peralatan tersebut.

    Untuk memperoleh lapisan minyak pelumas yang

    baik, maka yang perlu diperhatikan adalah kekentalan

    minyak pelumas.

    Perawatan dan pemeliharaan mesin industri men-

    jadi hal yang harus diperhatikan. Pemilihan minyak

    lumas yang baik untuk komponen-komponen pada

    kompresor udara akan dapat memelihara mesin lebih

    baik.

    Namun, minyak lumas kompresor ini yang ban-

    yak digunakan di industri masih banyak bergantung

    produk impor. Disamping itu, spesifikasi mengenai

    mutu unjuk kerja minyak lumas untuk kompresor

    juga belum ditetapkan. Untuk itu, perlu adanya

    penelitian mengenai minyak lumas kompresor dan

    spesifikasi mutu unjuk kerja minyak lumas kompre-

    sor udara, sehingga didapat formula yang tepat untuk

    membuat minyak lumas kompresor udara, serta dapat

    diproduksi untuk mengurangi impor minyak lumas.

    II. METODOLOGI

    Perancangan formula minyak lumas dilaksanakan

    dengan metode studi sebagai berikut:

    - Studi literatur, survei dan konsultasi teknis

    dengan pihak-pihak yang terkait.

    Literatur yang digunakan dalam melakukan

    penelitian ini meliputi data dan informasi yang

    diperoleh dari pustaka, lembaran publikasi

    ilmiah, makalah, diskusi ilmiah, seminar, data

    hasil penelitian, internet dan survei ke beberapa

    industri pelumas. Data spesifikasi bahan-bahanyang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

    data karakteristikfisika kimia minyak lumas

    dasar dan aditif.

    - Perancangan formula.

    Formula yang dirancang berdasarkan tingkat

    viskositas (ISO VG) dan unjuk kerja VD-L yang

    telah ditentukan, yang ditunjukkan pada tabel 1

    di bawah ini.

    Massa formula minyak lumas merupakan massa

    total campuran minyak lumas dasar dan aditif. Dosisaditif dihitung berdasarkan persen berat dan selan-

    jutnya digunakan sebagai ukuran untuk blending

    skala laboratorium. Formula yang dirancang ini

    berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji minyak

    lumas dasar dan aditif serta studi literatur penelitian

    terdahulu. Pelumas yang umum digunakan untuk

    kompresor jenis reciprocating adalah ISO VG 68,

    ISO VG 100 dan ISO VG 150 dengan mutu unjuk

    kerja VB/VB-L, VC/VC-L, VD/VD-L(5). Perancang-

    an formulasi untuk minyak lumas kompresor udara

    ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini.- Pengadaan bahan

    Bahan diperoleh dari produsen minyak lumas

    dasar dan produsen aditif.

    - Blending

    Rancangan formula minyak lumas yang diper-

    oleh digunakan sebagai acuan dalam proses

    pencampuran (blending). Minyak lumas dasar

    dan aditif ditimbang sesuai komposisi yang te-

    lah ditentukan. Pencampuran dilakukan dengan

    melakukan pengadukan pada temperatur 50oC

    sampai 60oC selama kurang lebih 60 menit hingga

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    12/63

    3

    Viscosity Grade ISO VG 32 ISO VG 46 ISO VG 150

    Kinematic Viscosity 40oC

    cST @ 40oC 28.8 - 35.2 41.4 - 50.6 135 - 165

    cST @ 100oC 5,4 6,6 15

    Flash Point,oC (COC) min. 175 210

    Pour Point,oC max -3

    Ash, %wt, max

    Water Soluble Acids

    Neutralization number (acid), mgKOH/g, max.

    Water,%

    Aging characteristics

    % CRC max. after air/Fe2O3 aging

    Distillation residue % CRC max. of 20% distillation residue

    Kinematic Viscosity at 400

    C max.of 20% distillation residue

    ISO VG 68

    maximum of five times the value of the new oil

    11

    2,5 3

    neutral

    To be stated by the supplier

    0.1 max.

    195

    ISO VG 100

    0,3 0,6

    90 - 110

    205

    -9

    Sulf. ash to be stated by the supplier

    61.2 - 74.8

    8,8

    FORMULASI MINYAK LUMAS LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    MILDA FIBRIA, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 1 - 7

    diperoleh campuran yang homogen(4).

    Pengadukan dilakukan dengan menggu-

    nakan pengaduk elektrik. Campuran yang

    sudah dihasilkan dari proses pengadukan

    selanjutnya didinginkan hingga mencapai

    temperatur ruang.- Pengujian

    Karakteristik produk minyak lumas se-

    lanjutnya diuji sifat-sifat fisika kimia dan

    semi unjuk kerjanya.

    - Evaluasi

    Evaluasi dilakukan untuk mengetahui

    Tabel 1

    Spesifikasi pelumas kompresor un juk kerja: VD-L

    No. Bahan

    ISO VG 32 ISO VG 46 ISO VG 68 ISO VG 100 ISO VG 150

    1 HVI 60 60 36 - - -

    2 HVI 95 35 38 70 14 14

    3 HVI 160 4 25 17 72 45

    4 HVI 650 - - 12 13 40

    5 Aditif paket 1 1 1 1 1

    100 100 100 100 100

    Dosis yang digunakan (% wt)

    Total (%)

    tingkat keberhasilan formula yang telah dibuat .

    Hasil uji formula kemudian dibandingkan spesi-

    fikasi yag ada.

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah

    diperoleh lima produk formulasi minyak lumas untuk

    kompresor udara ISO VG 32, ISO VG 46, ISO VG

    68, ISO VG 100, ISO VG 150, dengan bahan dasar

    minyak mineral, yang telah diuji sifat fisika-kimia

    di laboratorium. Hasil uji pada laboratorium yang

    ditunjukkan pada tabel-tabel dibawah ini menun-

    jukkan nilai yang sesuai dengan spesifikasi yang

    ditetapkan.

    Evaluasi hasil uji difokuskan pada parameter

    yang mempunyai batas maksimum atau batas mini-

    mum yang ditetapkan oleh standar.

    1. Viskositas Kinematik pada Suhu 40oC (ASTM

    D-445)

    Minyak lumas termasukfluida incompressibledan pada kondisi ideal memiliki lapisan pelindung

    dengan ketebalan konstan yang sering disebut seba-

    gai kekuatan lapisan pelindung, untuk memisahkan

    komponen yang saling bergerak(3).

    Penetapan viscosity grade untuk minyak lumas

    kompresor ditandai dengan nilai atau angka di be-

    lakang kode ISO VG. Angka tersebut menunjukkan

    viskositas minyak lumas pada suhu 40oC. Sehingga

    target viskositas minyak lumas pada suhu 40oC

    adalah bernilai setara dengan kode ISO VG yang di

    formulasikan.

    Tabel 2Rancangan formula minyak lumas un tuk kompresor udara

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    13/63

    4

    Tabel 3

    Hasil uji minyak lumas formulasi

    Mata Uji Unit ISO VG 32 ISO VG 46 ISO VG 68 ISO VG100

    ISO VG150

    Viskositas Kinematik 40C 32.36 43.61 68.55 99.48 151,4

    Viskositas Kinematik 100C 5.58 6.61 8.99 11.21 14.81

    Total Acid Number mgKOH/g 1.73 0.8 1.437 1,4669 1.73

    Titik Nyala, COC C 226 240 256 252 264

    Titik Tuang C -10.5 -11 -10.5 -15.5 -12.2

    Water Content ppm 56.855 16.535 90.705 73.165 24.96

    Copper Corrosion - 1a 1a 1a 1a 1a

    Conradson Carbon Residue %Wt 0.184 0.175 0.217 0.193 0.315

    Water Separability 54C Time (min) to 3 ml 10 15 20 45 45

    Water Separability 82C Time (min) to 3 ml 10 10 10 10 10

    Four Ball Scar Diameter mm 0,88 0,56 0,53 0,54 0,52

    cSt

    Gambar 1

    Grafik hasil uji vi skositas pada suhu 40oC

    Gambar 2

    Grafik hasil uji viskositas pada suhu 100oC

    FORMULASI MINYAK LUMAS LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    MILDA FIBRIA, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 1 - 7

    Pada gambar 1 ditunjukkan grafik hasil uji

    viskositas minyak lumas pada suhu 40oC dari minyak

    lumas formulasi dengan nilai batasan viskositas

    berdasarkan spesifikasi. Dari gambar tersebut dapat

    disimpulkan semua minyak lumas hasil formulasi

    mempunyai nilai yang berada di dalam batasan yang

    ditetapkan melalui pengujian viskositas kinematik

    pada suhu 40oC (ASTM D-445).

    2. Viskositas Kinematik pada Suhu 100oC (ASTM

    D-445)

    DIN 51506 menetapkan nilai viskositas pada

    suhu 100oC, tanpa memberikan nilai batas toleransi

    maksimum maupun minimumnya, namun tidak

    ada pengukuran yang akurat, sehingga nilai ini

    merupakan target yang harus dicari oleh formula-

    tor berdasarkan perhitungan dengan menggunakan

    rumus viskositas secara matematika. Perbandingan

    hasil uji, hasil perhitungan dan target berdasarkan

    standar, ditunjukkan pada gambar 2. Grafik hasil uji

    viskositas pada suhu 100oC.

    3. Titik Nyala (ASTM D-92)

    DIN 51506 menetapkan nilai standar titik nyala

    dan nilainya dibatasi oleh nilai minimum. Hal ini

    dimaksudkan untuk mengetahui tingkat flamability

    minyak lumas sehingga dapat digunakan sebagai

    acuan faktor keamanan. Nilai titik nyala ini sebagian

    besar tergantung dari karakteristik minyak lumas

    dasar yang digunakan dan sedikit pengaruh dari aditif

    yang ditambahkan. Pada umumnya semakin encer

    (banyak fraksi ringan) minyak lumas dasar yang

    digunakan biasanya semakin rendah titik nyalanya.

    minimum flash point berdasarkan spesifikasi.

    Dari gambar tersebut dapat disimpulkan semua

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    14/63

    5

    minyak lumas hasil formulasi mempunyai nilai lebih

    tinggi dari 210oC, nilai ini melebihi batas minimum

    yang ditetapkan melalui pengujianflash point(ASTM

    D-92)4. Titik Tuang (ASTM D-97)

    Karakteristik titik tuang sangat penting jika pelu-

    mas digunakan di daerah yang temperatur sekitarnya

    di bawah 0oC, misalnya di daerah kutub, pegunungan

    dan di daerah dengan empat musim. Formula I sampai

    dengan Formula 5 adalah minyak lumas mono-grade

    dan menggunakan minyak lumas dasar parafinik.

    Base oiljenis ini paling sering digunakan dalam for-

    mulasi minyak lumas jenis mineral karena memiliki

    indeks viskositas tinggi, ketahanan oksidasinya baik,

    dan stabil, tetapi gampang membentuk lilin padasuhu rendah.

    Untuk menurunkan titik tuang pada umumnya

    ditambahkan aditif penurun titik tuang, akan tetapi

    pada formulasi ini aditif yang digunakan adalah aditif

    paket sehingga hasil blending diuji terlebih dahulu,

    jika hasil ujipour pointtelah memenuhi spesifikasi

    yang di tetapkan maka tidak diperlukan menambah

    aditif penurun titik tuang. Pada gambar 4 ditunjuk-

    kan grafik perbandingan nilai titik tuang dari minyak

    lumas formulasi dengan nilai minimum berdasarkan

    spesifikasi. Dari gambar tersebut dapat disimpulkansemua minyak lumas hasil formulasi memenuhi

    spesifikasi yang ditetapkan DIN 51 506.

    5. Water Content(ASTM D-6304)

    Air merupakan musuh bagi pelumas, keberadaan

    air dalam minyak lumas mempercepat laju oksidasi,

    sehingga kandungannya perlu dibatasi. Untuk minyak

    lumas kompresor udara, jumlah atau kandungan air

    sebesar 0,1% atau setara dengan 1000 ppm.

    Pada gambar 5 ditunjukkan grafik perbandingan

    nilai water content dari minyak lumas formulasi

    dengan nilai yang ditetapkan berdasarkan spesifikasi.

    Dari gambar tersebut terlihat bahwa kandungan air

    yang terdapat dalam minyak lumas hasil formulasi

    jauh dibawah batas maksimum yang ditetapkan.

    Hal tersebut berarti jika terjadi oksidasi terhadap

    minyak lumas tersebut, maka kenaikannya tidak akan

    signifikan. Rendahnya nilai water contentbanyak

    dipengaruhi oleh

    6. Conradson Carbon Residue

    Pengujian terhadap CCR akan menunjukkan

    indikasi terbentuknya deposit carbon. Karbon yang

    terbentuk akan dapat meninggalkan kerak pada

    Gambar 3

    Grafik perbandingan Titik Nyala

    Gambar 4Grafik perbandingan Titik Tuang

    Gambar 5Grafik perbandingan Water Content

    mesin. Nilai CCR ditentukan dengan menggunakan

    metode ASTM D 189 dan harganya dinyatakan dalam

    % berat.

    Data pengujian terhadap hasil formulasi minyak

    lumas kompresor yang ditunjukkan pada gambar 6

    menunjukkan nilai conradson carbon residue (CCR)

    dibawah batas maksimum yang ditetapkan, dengan

    demikian dapat dinyatakan bahwa batas waktu pem-

    bentukan deposit karbon lebih aman atau lebih lama

    dari yang ditetapkan.

    FORMULASI MINYAK LUMAS LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    MILDA FIBRIA, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 1 - 7

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    15/63

    6

    7. Korosi Bilah Tembaga, 1 jam 121oC (ASTM

    D-130)

    Senyawa sulfur pada solvent-refined base oils,

    yang secara tipikal juga berupa sulfida, juga lebihstabil secara kimia. Baik aditif EP maupun base

    stocks adalah berbasis tidak aktif pada uji korosi bilah

    tembaga. Tetapi pada kondisi boundary lubrication,

    terjadi peningkatan temperatur lokal yang tinggi, baik

    sulfurized fatty acids dan aditif EP sulfur-phosphorus

    akan terurai membentuk logam sulfida. Di bawah

    kondisi ini, keduanya secara tipikal aktif(5).

    Tembaga dan kuningan adalah logam lunak dan

    rentan terhadap asam, senyawa sulfur, dan bahan

    kimia lainnya di dalam minyak lumas yang da-

    pat menyebabkan terjadinya perubahan warna dankadang-kadang membentuk lapisan di permukaan.

    Keausan yang disebabkan asam (corrosive wear)

    dapat menyebabkan kegagalan sistem sehingga harus

    dihindari.

    Berdasarkan ASTM Copper strip corrosion

    standards yang ditampilkan pada gambar 7, warna

    tembaga yang dihasilkan dari pengujian copper

    strip corrosion terhadap minyak lumas formulasi

    termasuk dalam kelas 1a.

    Hasil uji minyak lumas formulasi melalui

    pengujian korosi bilah tembaga seluruhnya memiliki

    warna yang sama dengan warna pada kelas 1a yaitu

    dibawah kelas maksimum ditetapkan yaitu 1b.

    Dengan demikian minyak lumas hasil formulasi

    dikatakan dapat meminimalisir keausan pada logam

    komponen mesin.

    8. Water Separability (ASTM D-1401)

    Pelumas yang baik adalah pelumas yang mudah

    terpisah dengan air dengan tidak membentuk emulsi.

    Semakin cepat pelumas terpisah dengan air, maka

    pelumas tersebut semakin baik.

    Gambar 6

    Grafik perbandingan nilai CCR

    Gambar 7

    ASTM Copper strip corrosion standards

    Gambar 8

    Grafik perbandingan hasil uj i water separability

    Gambar 9

    Grafik hasil pengujian karakteristik

    fisika-kimia minyak lumas

    Gambar 10

    Grafik perbandingan hasil uji scar d iameter

    FORMULASI MINYAK LUMAS LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    MILDA FIBRIA, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 1 - 7

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    16/63

    7

    Berdasarkan gambar 8 yaitu grafik perbandingan

    hasil uji water separability menunjukkan minyak lu-

    mas hasil formulasi mampu terpisah dengan air lebih

    cepat dari spesifikasi yang ditetapkan.Dengan demikian, formulasi minyak lumas un-

    tuk kompresor udara pada penelitian ini telah dapat

    digunakan sebagai formula minyak lumas kompre-

    sor udara, dibuktikan dengan pengujian-pengujian

    parameter yang telah memenuhi spesifikasi standar

    DIN 51506 yang ditunjukkan pada gambar 9.

    Selain menguji karakteristikfisika kimia minyak

    lumas formulasi berdasarkan standar DIN 51506,

    diuji pula performa minyak lumas dengan pen-

    gujian four ball untuk pengukuran scar diameter.

    Pengujian juga dilakukan terhadap minyak lumaskompresor yang dijual dipasaran. Tujuannya adalah

    untuk mengetahui performa minyak lumas formulasi

    dibandingkan dengan pelumas yang ada dipasaran.

    Hasil perbandingan tersebut ditunjukkan pada grafik

    perbandingan scar diameter pada gambar 10. Pen-

    gujian ini sekaligus menjadi critical pointdimana

    dari hasil uji ini berarti kemampuan perlindungan

    minyak lumas terhadap komponen mesin dalam hal

    ini bearing.

    Berdasarkan hasil uji yang ditunjukkan pada

    gambar 10, scar diameter yang terbentuk padaminyak lumas hasil formulasi lebih kecil dibanding-

    kan scar diameter yang terbentuk pada minyak lumas

    merk lain, kecuali pada ISO VG 150. Walaupun de-

    mikian, nilai scar diameterpada minyak lumas ISO

    VG 150 cukup imbang dengan minyak lumas yang

    ada dipasaran. Nilai scar diameteryang kecil pada

    minyak lumas formulasi menunjukkan kemampuan

    minyak lumas dalam menahan beban cukup baik, dan

    itu mampu bersaing dengan produk dipasaran.

    IV. KESIMPULAN

    Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini

    adalah telah diperoleh lima produk formulasi minyak

    lumas untuk kompresor udara dengan unjuk kerja

    VD-L yang memiliki viskositas sesuai dengan ISO

    VG nya. Formulasi ini dapat digunakan sebagai

    formula minyak lumas kompresor udara, dibuktikandengan pengujian-pengujian parameter yang telah

    memenuhi spesifikasi standar DIN 51506.

    V. SARAN

    1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menge-

    tahui unjuk kerja minyak lumas hasil formulasi di

    lapangan, dengan melakukan uji minyak lumas

    hasil formulasi menggunakan kompresor udara

    untuk mengetahui tingkat atau masa pakai (du-

    rabilitas) dari minyak lumas hasil formulasi.

    2. Parameter pengujian hasil formulasi diharapkanmenjadi masukan kepada pemerintah dalam

    menyusun rancangan standar nasional Indone-

    sia (RSNI), mengingat bahwa Indonesia belum

    memiliki standar untuk minyak lumas kompresor

    khususnya kompresor udara.

    KEPUSTAKAAN

    1. Anton L.Wartawan , 1981, Dasar-dasar Pelu-

    mas dan Pelumasan, Gramedia, Jakarta.

    2. A R Lansdown, 2004, Lubrication and Lubri-

    cant Selection., 3rd Ed, edited by MJ Neale, TAPolak, and M. Priest, Professional Engineering

    Publishing, Northgate Avenue, Suffolk, UK.

    3. Rulianto, D., Setyo Widodo, Albert Mantong,

    2005, Penyiapan Rancangan Formula Minyak

    Lumas, PPPTMGB Lemigas, Jakarta.

    4. Robert W. Miller, 1993, Lubricants and Their

    Aplications Editing supervisor by Mistty Ko-

    vacs, Mc. Graw-Hill, Inc, Arizona.

    5. Th. Mang and W. Dresel, 2007, Lubricants

    and Lubrication., 2nd Ed Weinheim, USA.

    6. UNEP, 2006 Pedoman Efisiensi Energi untuk

    Industri di Asia www.energyefficiencyasia.org

    FORMULASI MINYAK LUMAS LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    MILDA FIBRIA, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 1 - 7

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    17/63

    8

    FORMULASI MINYAK LUMAS LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    MILDA FIBRIA, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 1 - 7

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    18/63

    9

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    Rancang Bangun Adsorben Nano Partikel

    untuk Merkuri RemovalLisna Rosmayati1)dan Yayun Andriani2)1)Peneliti Muda, 2)Perekayasa Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGASJl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta SelatanTelepon: 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150Teregistrasi I tanggal 17 Januari 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 26 Maret 2012Disetujui terbit tanggal : 30 April 2012

    S A R I

    Salah satu permasalahan besar dalam pemanfaatan gas bumi di sektor industri migas adalahkandungan merkuri (Hg) di dalam gas bumi. Di sektor minyak dan gas bumi, penerapan teknologinano pada pembuatan adsorben karbon aktif dalam ukuran nano diharapkan mampu menurunkankandungan merkuri di dalam gas bumi secara lebih signifikan dan lebih efisien. Metode pembuatan

    partikel dengan teknologi nano untuk karbon aktif dilakukan dengan menggunakan teknikTopdown. TeknikTop Down merupakan teknik pembuatan partikel skala nano dengan teknikMill-ing. Lamanya waktu millingakan berpengaruh langsung pada distribusi ukuran dari adsorben,dimana millingyang dilakukan selama 50 jam memiliki ukuran diameter partikel yang lebih kecildibandingkan dengan millingselama 20 jam. Dari hasil percobaan kinerja alat rancang bangunadsorben nano partikel merkuri removal, adsorben nano hasil milling50 jam dengan berat total7,48 gram mampu menyerap konsentrasi merkuri (Hg) sebesar 9.032 g/m3 pada saat aliran gas

    mencapai 354,4 liter per menit. Hal ini menunjukkan bahwa adsorben karbon aktif berukurannano sangat efektif dalam memisahkan merkuri (Hg) dari gas bumi dengan penyerapan optimalmencapai 96,67 %.

    Kata kunci : partikel nano, karbon aktif, merkuri

    ABSTRACT

    One of the major problems of the natural gas in Migas is the mercury content in natural

    gas. In Oil and Gas sector, nano technology application for nano particle adsorbent of activated

    carbon capable to decrease of the mercury content in the natural gas significantly and more ef-

    ficient. Production method of activated carbon particles by nano technology has been done by

    Top-down technique. Top-down technique is production method of nano particle by milling. Time

    of milling will be direct effect for adsorbent size distribution. Fifty hours milling have particlesize diameter is smaller than twenty hours milling. Experiment test results of mercury adsorption

    by the mercury adsorber, Fifty hours milling adsorbents with its weight 7,48 gram can adsorp

    9.032 g/m3 mercury while gasflow at 354,4 litre per minuts. That is show that nano particle

    adsorbents of activated carbons are more effective to separate of mercury in the natural gas with

    optimal adsorption is 96,67 %.

    Keywords: nano particle, activated carbon, mercury

    I. PENDAHULUAN

    Di Industri Minyak dan Gas Bumi, Nanoteknologimerupakan terobosan untuk mengoptimalisasi usaha

    dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk

    migas. Adsorben yang digunakan dalam penelitianini adalah karbon (arang) komersial yang berasaldari material tempurung kelapa dimana potensinyaakan meningkat apabila ukuran material karbonnyadibuat berukuran nano dan diaktifkan melalui suatu

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    19/63

    10

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    proses aktivasi kimia, sehingga menjadi karbon aktifyang mampu mengeliminasi kandungan merkuri(Hg) dalam gas bumi secara lebih signifikan. Karbon

    aktif dengan ukuran nano partikel memiliki karak-teristik tertentu dan berfungsi sebagai adsorben yangmemiliki potensi besar dalam mengeliminasi merkuridalam gas. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab

    permasalahan sekaligus mendapatkan alternatif ad-sorben untuk meminimalkan dan atau memisahkanmerkuri dalam gas bumi dan dapat diaplikasikan diindustri migas.

    Zeng dan kawan-kawan membuktikan pengaruhsignifikan pemberian activator kimia ZnCl

    2terhadap

    efektivitas penyerapan merkuri oleh karbon aktif.

    Mukhopadhyay dan kawan-kawan membuktikanadanya pengaruh yang besar terhadap kemampuanadsorpsi dari nano material dengan modifikasi permu-kaan melalui pelapisan atau coating nanomaterial.

    Makalah ini menjelaskan hasil rancang bangunalat adsorpsi merkuri dengan adsorben karbon aktifnano, skema (Lay OutAlat), prinsip kerja alat danteknik percobaan adsorpsi merkuri dalam gas bumioleh adsorben nano partikel, pengukuran konsentrasimerkuri dengan mercury analyzerdan kesimpulanyang menunjukkan bahwa adsorben karbon aktif

    berukuran nano sangat efektif dalam memisahkanmerkuri (Hg) dari gas bumi dengan penyerapan op-timal mencapai 96,67 %.

    II. METODOLOGI

    Metodologi yang digunakan dalam melakukanpenelitian ini adalah melalui tahapan sebagai beri-kut:

    III. TEKNOLOGI ADSORBEN NANO

    DALAM UPAYA MENINGKATKAN

    PEMISAHAN MERKURI DALAM GAS

    BUMI

    A. Identifikasi Permasalahan Merkuri (Hg)

    dalam Gas Bumi

    Gas bumi dihasilkan dari lapangan gas bumibersama dengan sejumlah besar bahan kontaminanberbahaya yang dapat menggangu baik kualitasdan peralatan yang digunakan pada saat proses

    produksi gas bumi. Merkuri (Hg) merupakan salahsatu kontaminasi dalam gas bumi, minyak mentahdan kondensat yang dapat mempengaruhi produksi

    hidrokarbon dan dapat menyebabkan masalah pada

    saat pengolahan. Merkuri dalam gas bumi ditemukan

    paling banyak dalam bentuk unsur merkuri. Selainditemukan di alam, merkuri juga dapat dihasilkandari pembakaran gas dan minyak. Merkuri dalam gashidrokarbon dapat membentuk amalgam dengan ber-

    bagai logam menyebabkan korosi pada struktur alu-munium dan merupakan racun pada katalis sehinggamenyebabkan kerusakan pada industri minyak dangas, terutama pada peralatan heat exchanger. Selainitu juga sangat berbahaya bagi kesehatan yang apabilaterhirup melalui pernapasan akan berbahaya bagitubuh manusia. Keberadaan merkuri dalam gas bumi

    dalam beberapa bilangan oksidasi (valensi), yaitu:

    Gambar 1Diagram alir metode pelaksanaan

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    20/63

    11

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    1. sebagai Hg bebas atau valensi 0 [ Hg ]

    2. sebagai Hg valensi 1 [ Hg(i-CH3H

    7) dan/atau

    Hg(n-CH3H

    7) ]

    3. sebagai Hg valensi 2 [ Hg(CH3)2 dan/atauHg(C

    4H

    9)

    2]

    Merkuri (Hg) valensi 0 dan 2 relatif stabil yangdalam keadaan normal tidak akan bereaksi / berin-teraksi dengan logam lain. sedangkan Hg valensi 1sangat tidak stabil dan merupakan reduktor logamyang kuat dan akan berusaha mencapai keadaanstabilnya dengan mengambil satu elektron lain darilingkungan sekitarnya, bisa dari gugus hidrokarbonlain atau dari logam pipa. Pada dasarnya merkuriini tidak menyebabkan karat secara langsung, tapimerupakan trigger atau katalis pada reaksi oksi-dasi/pengkaratan besi, disamping memang pada gasemisinya merupakan gas yang berbahaya.

    Sebagian besar hidrokarbon mengandungmerkuri. Pada gas bumi, sering sekali ditemukan se-

    bagai unsur merkuri (Hg0). Sedangkan dalam minyakbumi sebagai organo-logam dan ion merkuri. Unsurmerkuri hanya dapat larut pada cairan hidrokarbon.Merkuri dalam gas berada dalam beberapa bentukkimia, dengan memiliki keistimewaan sifat darimasing-masingnya. Pada dasarnya ikatan kimia yangterbentuk dalam gas lebih banyak. Dari beberapa

    bentuk kimia yang penting dari merkuri dalam gasadalah dalam bentuk uap. Perbedaan bentuk kimiadari merkuri dalam gas sangat beragam.

    B. Peranan dan Sifat Fisika Kimia Adsorben

    Karbon

    Karbon aktif adalah suatu bahan padat berporiyang merupakan hasil pembakaran bahan yangmengandung karbon. Arang aktif merupakan suatu

    bentuk arang yang telah melalui aktivasi dengan

    menggunakan gas CO2, uap air, atau bahan bahankimia sehingga pori-porinya terbuka dengan demiki-an daya adsorpsinya menjadi lebih tinggi terhadap zatwarna dan bau. Karbon aktif mengandung 5-15%air, 2-3% abu, dan sisanya adalah karbon. Arangaktif merupakan senyawa karbon berbentuk amorfyang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang men-gandung karbon atau dari arang yang diperlakukandengan cara khusus untuk mendapatkan permukaanyang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisarantara 300-3500 m2/gram dan hal ini berhubungandengan struktur pori internal yang menyebabkanarang aktif bersifat sebagai adsorben. Arang aktif

    dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimiatertentu (adsorpsinya bersifat selektif), bergantung

    pada besar atau volume pori-pori, dan luas permu-

    kaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu25-1000% terhadap berat arang aktif. Kapasitasadsorpsi arang aktif bergantung pada karakteristikarang aktifnya, seperti: tekstur (luas permukaan,distribusi ukuran pori), kimia permukaan (gugusfungsi pada permukaan), dan kadar abu. Selain itu

    juga bergantung pada karakteristik adsorpsi: bobotmolekul, polaritas, pKa, ukuran molekul, dan gugusfungsi. Kondisi larutan juga berpengaruh, seperti:

    pH, konsentrasi, dan adanya kemungkinan adsorpsiterhadap zat lain.

    Karbon aktif mempunyai pori-pori yang salingberhubungan. Pori-pori yang saling berhubungan.Pori-pori tersebut yaitu pori makro, pori mikro, poritransisi. Melalui pori-pori inilah tejadinya peristiwa

    penyerapan. Pori makro dapat menyerap absorbatdan pelarut yang berhunbungan dengan permukaanluar dari partikel karbon aktif. Pori mikro merupa-kan cabang dari pori makro dan dapat menyerap

    pelarut dan absorbat dengan ukuran yang lebih kecilsedangkan pori transisi merupakan cabang dari porimikro yang hanya dapat menyerap molekul pelarutyang lebih kecil.

    Keunggulan arang aktif adalah kapasitas dandaya serapnya yang besar, karena struktur pori dankeberadaan gugus fungsional kimiawi di permukaanarang aktif seperti C=O, C2-, dan C2H-. Kapasitasadsorpsi dari karbon terhadap suatu zat terlarut ter-gantung pada dua-duanya, karbon dan zat terlarutnya.Struktur molekul, kelarutan, dsb, semuanya berpen-garuh terhadap kemampuan adsorpsi (Rosen, 1989).Berikut ini adalah penggolongan adsorben berdasar-kan ukuran pori adsorben.

    C. Teknik Pembuatan Adsorben Karbon Nano

    Partikel

    Metoda pembuatan partikel nano ini terdiri daribeberapa proses kimia dan fisika, yang meliputi :

    - Proses wet chemicalyaitu proses presipitasi sep-erti: kimia koloid, hydrothermal methoddan sol-gels. Proses ini pada intinya mencampur ion-iondengan jumlah tertentu dengan mengontrol suhudan tekanan untuk membentukinsoluble materialyang akan terpresipitasi dari larutan. Presipitatdikumpulkan dengan cara penyaringan dan/

    atau spray drying untuk mendapatkan butirankering.

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    21/63

    12

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    - Mechanical process termasukgrinding, milling, dan teknikMechanical alloying. Intinya

    material di tumbuk secaramekanik untuk membentuk

    partikel yang lebih halus.

    - Form-in-place process sepertilithography, vacuum deposition

    proc ess, dan spr ay coat ing.Proses ini spesifik untuk mem-

    partikel nano yang dihasilkan tidak beraturan,

    kemungkinan terjadinya kerusakan pada partikeldan terkontaminasi kotoran dari aditifballdanmillingnya, cukup besar.

    IV. TEKNIK AKTIVASI ADSORBEN

    KARBON NANO PARTIKEL DAN

    METODE COATING ADSORBEN

    A. Teknik Aktivasi Karbon Aktif Nano Partikel

    Yang dimaksud dengan aktivasi adalah suatuperlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk mem-perbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatanhidrocarbondan atau mengoksidasi molekul-molekul

    permukaan sehingga arang mengalami perubahan

    sifat, baikfi

    sika maupun kimia, dimana luas per-mukaannya semakin bertambah dan berpengaruhterhadap daya adsorpsinya. Proses aktivasi dapat di-lakukan dengan jalan memanaskan karbon pada suhutinggi (Kirk dan Othmer, 1998). Karbon aktif me-miliki jaringan karbon seperti arang, namun dengan

    porositas dan luas permukaan yang besar, sekitar500-3000 m2/gr (Patrick, 1995). Metoda aktivasiyang umum digunakan dalam pembuatan arangaktif adalah aktivasi fisika, yaitu proses pemutusanrantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan

    panas, uap dan CO2

    dan aktifasi kimia, yaitu proses

    pemutusan rantai karbon dari senyawa organikdengan pemakaian bahan-bahan kimia.

    1. Teknik Aktivasi Karbon Aktif secara Fisika

    Aktifasi secara fisika yaitu proses pemutusanrantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan

    panas, uap dan CO2

    dimana bahan baku terlebihdahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebutdigiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengancara pemanasan pada kisaran temperatur 500-1000Cyang disertai pengaliran uap. Alat aktivasi yangdilakukan dengan pemanasan suhu tinggi dapatdilihat pada gambar 4.1. Proses ini dilakukan untuk

    buat nanopartikel coating.

    - Gas-phase synthesis, termasuk di dalamnya ada-lah mengontrol perkembangan carbon nanotubedengan proses catalytic cracking terhadap gas

    yang penuh dengan carbon seperti methane.Pembuatan adsorben partikel nano salah satunya

    adalah dengan dengan teknik ball mill. Teknikballmillmerupakan bagian dari teknikTop-Down dalam

    pembuatan nano partikel. Pertama bulkmaterial di-hancurkan dan dihaluskan sedemikian rupa sampai

    berukuran nano mater. Kemudian dari partikel halusyang diperoleh dilakukan modifikasi atau dibuat ma-terial baru yang memiliki sifat-sifat danperformanceyang lebih baik dan berbeda dengan bulk materialaslinya. Pada metode ini umumnya partikel yang

    dihasilkan mempunyai bentuk atau geometrinya yangbervariasi dengan distribusi ukuran yang lebar.

    Teknik Top-Down dapat juga dilakukan den-gan teknik MA-PM (mechanical alloying-powdermetallurgy) atau MM-PM (mechanical milling-powder metallurgy) dimana material dihancurkansampai menjadi bubuk dan dilanjutkan dengan

    penghalusan butiran partikelnya sampai berukurannanometer. Selanjutnya bubuk yang telah halusdisinter atau dibakar dengan kondisi tertentu sehingadidapatkan material final yang memiliki sifat-sifatyang sangat unggul dan berbeda dengan bulk materialaslinya. Teknologi ini sangat sederhana dan tidak me-merlukan peralatan tertentu untuk pembuatannya.

    Penggunaan metoda Ball Milling mempunyaibeberapa keuntungan yang diantaranya adalah:

    relatif tidak mahal,

    dapat diaplikasikan untuk skala besar,

    teknologinya mudah dan sudah lama dikenal,

    partikel yang dihasilkan dapat mencapai ukuran2 20 nm tergantung tipe alatnya.

    Sedangkan kerugian dari penggunaan metoda

    ini antara lain:

    Tabel 3.1Penggolongan adsorben berdasarkan ukuran pori

    Tipe Diameter Pori () Karakteristik

    Mikropori 50 nm Efektif pada dinding tipis

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    22/63

    13

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    membangun pori dan menghasilkan luas permukaan.Senyawa organik yang terikat pada karbon akanmenguap atau hilang pada pemanasan yang tinggi.

    2.Teknik Aktivasi Karbon Aktif secara Kimia

    Teknik aktifasi karbon aktif secara kimia adalahproses pemutuasan rantai karbon dari senyawaorganic dengan pemakaian bahan-bahan kimia.Untuk aktifasi kimia, aktifator yang di gunakanadalah bahan-bahan kimia seperti: hidroksida liganalkali, garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfatdari logam alkali tanah khususnya ZnCl

    2dan asam-

    asam anorganik seperti H2SO

    4dan H

    3PO

    4.

    Beberapa bahan baku lebih mudah untuk di

    aktivasi jika diklorinasi terlebih dahulu, selanjutnyadikarbonasi untuk menghilangkan hidrokarbon yangterklorinasi dan akhirnya di aktifasi dengan uap.Dalam beberapa hal, adalah menguntungkan untukmenghancurkan atau menghaluskan arang menjadi

    bentukpowder,kemudian membentuknya kembalimenjadi pellet dengan menggunakan ter sebagai

    pengikat. Selanjutnya, di hancurkan kembali dandi karbonasi pada suhu 500-700oC dan di aktifasi

    pada temperature 700-950oC. Proses ini akanmenghasilkan partikel yang lebih mudah di aktivasi

    karena mempunyai saluran-saluran yang lebih besaratau pori-pori makro sebagai media masuknya gas

    pengoksidasi dan memudahkan produk-produk reaksiuntuk meninggalkan pusat partikel.

    Gambar 4.1Hasil pelapisan (coating) karbon aktif nano

    B. Pelapisan (Coating) Adsorben

    Coatingatau pelapisan karbon aktif nano padapermukaan bahan padatan pendukung akan memilikimanfaat dalam aplikasinya apabila dalam proses

    pembuatan larutan koloid dari bahan pelapisnyamenggunakan aditif dan pelarut yang sesuai. Pe-lapisan karbon aktif nano pada permukaan darisuatu silinder paralon akan membentuk lapisan tipisyang melekat padat pada permukaan internal daneksternal dari silinder paralon tersebut. Manfaatyang dihasilkan dari proses coating atau pelapisanini adalah terdistribusinya material adsorben karbonaktif nano tersebut secara merata pada bagian internal

    dan eksternal dari permukaan padatan pendukung

    Tabel. 4.1Hasil karakterisasi dengan Particle Size Analysis (PSA)

    Lama Milling (jam) Diameter (10%) nm Diameter (50%) nm Diameter (90%) nm

    20 251,7 285,6 400,3

    187,9 215,6 306

    156,5 182,9 263,4

    Rata-rata 198,7 228,03 323,23

    50 126,8 154,4 224,9

    130,5 159,5 231,4

    149,9 183,2 261,1

    Rata-rata 135,73 165,7 239,13

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    23/63

    14

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    (silinder paralon) secara merata, menambah selekti-fitas dan menaikkan luas permukaan.

    C. Karakterisasi Adsorben Karbon Aktif Nano

    Partikel

    1. Analisa denganParticle Size Analyzer(PSA)

    Salah satu karakterisasi yang penting dilakukanadalah mengukur besarnya ukuran partikel dari ad-sorben karbon aktif nano partikel yang telah dibuat.Material karbon yang telah di milling dalam waktu20 jam dan 50 jam, selanjutnya di analisa meng-gunakan alat Particle Size Analyzer (PSA) dengantujuan mengetahui apakah adsorben karbon tersebuttelah berukuran nano atau tidak. Hasil karakterisasi

    adsorben karbon aktif nano partikel dapat dilihatpada Tabel 4.1

    2. Bilangan Iodin (Iodine Number)

    Karakterisasi selanjutnya yang dilakukan adalah

    menentukan bilangan Iodin (Iodine Number) gunamengetahui daya adsorpsi dari karbon aktif nano.Daya adsorpsi karbon aktif terhadap iodine meng-

    indikasikan kemampuan karbon aktif untuk mengad-sorpsi komponen dengan berat molekul rendah.

    3. Analisa BET (Brunauer, Emmett dan Teller )

    Teori BET bertujuan untuk menjelaskan adsorpsisecara fisika dari molekul-molekul gas pada permu-kaan dan menjadi landasan untuk teknik analisis yang

    penting pada pengukuran luas daerah permukaantertentu dari sebuah material. Metode BET digunakansecara luas pada ilmu permukaan untuk menghitungluas permukaan padatan pada adsorpsi molekul gassecara fisik. Hasil karakterisasi adsorben karbon

    aktif nano dengan alat BET ini, dapat dilihat padaTabel 4.3.

    4. Analisa SEM dan ADX

    Peralatan yang digunakan adalah SEM JEOL

    Tabel 4.2Hasil analisa iodin numberadsorben nano

    Tabel 4.3

    Hasil karakterisasi karbon aktif nano dengan alat BET

    NoMilling 50 jam dengan aktivasi

    kimia (mg/gr)Milling 20 jam dengan aktivasi kimia

    (mg/gr)Milling 50 jam tanpa aktivasi (mg/gr)

    1 736,6200 458,1422 631,3591

    2 741,3415 456,6570 579,4984

    Rata-Rata 738,9808 457,3996 605,4288

    NoMilling 50 jam dengan aktivasi

    kimia (mg/gr)Milling 20 jam dengan aktivasi kimia

    (mg/gr)Milling 50 jam tanpa aktivasi (mg/gr)

    1 722,2951 495,3484 515,0330

    2 712,7871 535,7471 532,8871

    Rata-Rata 717,5411 515,5478 523,9001

    Waktu Milling (Jam) Luas Area (m2/g) Diameter Pori Rata-Rata () Volume Total Pori (cc/g)

    20 Milling tanpa Aktivasi 264,84 26,1697 1,733E-01

    20 Milling dengan Aktivasi 47,63 51,9460 6,185E-02

    Waktu Milling (Jam) Luas Area (m2/g) Diameter Pori Rata-Rata () Volume Total Pori (cc/g)

    50 Milling tanpa Aktivasi 280,96 29,4993 2,072E-01

    50 Milling dengan Aktivasi 79,72 43,7084 8,711E-02

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    24/63

    15

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    Gambar 4.2.Morfologi karbon aktif nano dengan milling 20

    jam tanpa aktivasi kimia

    Gambar 4.3.

    Morfologi karbon aktif nano dengan milling 20 jamdengan aktivasi kimia

    JSM-6390LA yang dilengkapi dengan JEOL-EDXAdan program untuk melihat sampel. Tahapan per-siapan, sampel dimasukkan kedalam wadah khusus

    selanjutnya dilakukan pengamatan dan pengukuransecara kualitatif dan kuantitatif terhadap sampel yangdianalisa. Sampel dicuci dengan pelarut organikdalam wadah khusus yang dilengkapi ultrasonik.Sampel dipotong atau dipipihkan untuk mendapatkan

    permukaan yang bersih dari kontaminan. Tiap-tiapsampel dimasukkan kedalam wadah khusus dandilapisi dengan karbon dan emas/palladium untukmenghindari terbentuknya muatan pada specimen

    batuan tersebut. Selanjutnya dilakukan pengamatandan pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif ter-

    hadap sampel yang dianalisa.Hasil karakterisasi adsorben karbon aktif nano

    dengan alat SEM-EDX, dapat dilihat pada Gambar4.2 sd 4.7.

    V. HASIL RANCANG BANGUN DAN

    KINERJA ALAT DENGAN ADSORBEN

    KARBON AKTIF NANO DALAM

    MEMISAHKAN MERKURI (Hg)

    A. Skema danLay Out Alat

    Alat Adsorben karbon aktif nano partikel untukmercury removal dirancang oleh Tim Peneliti dalamskala laboratorium dengan mempertimbangan faktor

    Gambar 4.4.

    Hasil analisa EDX karbon aktif nano milling 20 jam dengan aktivasi kimia

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    25/63

    16

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    Gambar 4.7Hasil analisa EDX karbon aktif nano milling 50 jam dengan aktivasi kimia

    Gambar 4.5Morfologi karbon aktif nano milling 50 jam tanpa

    aktivasi kimia

    Gambar 4.6Morfologi karbon aktif nano milling 50 jam

    dengan aktivasi kimia

    keamanan dan keselamatan kerja (safety), persyaratanmaterial dan teknologi adsorpsi. Alat ini terdiri dari3 silinder reaktor, yaitu silinder scrubber, standar

    merkuri dan silinder yang berisi adsorben karbonaktif nano partikel. Skema dan lay out alat dapatdilihat pada gambar 5.1.

    B. Teknik Percobaan Adsorpsi Merkuri dalam

    Gas Bumi

    1. Prosedur Kerja Alat

    Prosedur kerja alat untuk pengujian adsorpsiHg menggunakan karbon aktif nano partikel adalahsebagai berikut :

    1. Water bath yang berisi reservoar merkuri

    dinyalakan dan temperaturwater bath diatur padasuhu 26.5oC.

    2. Water bath didiamkan terlebih dahulu untukmemastikan temperatur telah stabil

    3. Udara yang berasal dari compress gas dialirkanke dalam inlet reservoar merkuri denganmengatur laju alirnya menggunakanflow meterdan tekanan dalam reservoarnya diatur.

    4. Gas yang keluar dari reservoar dilewatkancairan KMnO

    4yang berfungsi mengadsorpsi

    merkuri. Volume gas yang melewati cairan diukurmenggunakan Wet Test Meter.

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    26/63

    17

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    5. Setelah itu aliran gas yang keluar dari reservoardialirkan ke adsorben merkuri. Gas yang keluardari adsorben merkuri dialirkan ke cairan

    KMnO4.6. Setelah 10 menit, ganti cairan KMnO

    4dengan

    cairan yang baru. Penggantian dilakukansebanyak 6 kali.

    7. Selanjutnya cairan penyerap merkuri dianalisakonsentrasi merkurinya menggunakan LUMEX

    Mercury Analyzer

    2. Hasil Percobaan Adsorpsi Merkuri dala GasBumi

    VI. PEMBAHASAN

    A. Mekanisme Adsorpsi

    Suatu padatan terbentuk karena daya tarikmenarik dari komponen atom penyusunnya. Didalam interior padatan, gaya tarik diantara atom

    penyusun lattice seimbang namun dipermukaantidak. Akibatnya jika ada partikel yang mendekati

    permukaan padatan akan tertarik sebagai kompensasiadanya ketidak seimbangan gaya pada permukaan

    padatan tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Jadiadsorpsi adalah fenomena permukaan. Pada proses

    adsorpsi, padatan yang dipakai untuk menyerapdisebut adsorbent, sedangkan zat yang diserap

    Gambar 5.1.Skema dan Lay Out Alat Mercury Removal

    Tabel 5.1.Adsorpsi Merkuri oleh Adsorben Karbon Aktif Nano Partikel terhadap Volume Gas

    disebut adsorbate atau solut. Selain terjadi karenagaya van der Waals oleh dinding padatan (adsorpsifisis) adsorpsi juga bisa terjadi karena ikatan kimia

    (adsorpsi kimia). Karena adsorpsi adalah fenomenapermukaan (surface phenomena) maka semakin besarluas permukan yang terekspose semakin banyak

    partikel atau atom yang bisa dijerap. Besarnya luaspermukaan suatu adsorbent menunjukkan tingkatporositas adsorbent tersebut

    Adsorpsi juga merupakan suatu proses akumulasiadsorbat pada permukaan adsorben yang disebabkanoleh gaya tarik antara molekul atau interaksikimia. Adsorpsi juga dapat diartikan sebagai suatu

    perubahan konsentrasi komponen antara batas

    No Volume Gas (Liter) Konsentrasi Outlet Merkuri ( g/m3) Konsentrasi Merkuri yang Terserap ( g/m3)

    1 11,825 1438 7905

    2 17,295 706 8637

    3 31,635 519 8824

    4 37,810 418 8925

    5 51,040 381 8962

    6 58,595 365 8978

    7 354,435 310 9032

    8 426,535 983 8360

    9 549,660 1019 8324

    10 634,335 1189 8153

    11 899,375 4273 5070

    12 932,400 9346 0

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    27/63

    18

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    lapisan dan bagian dalam dari fasa yang berdekatan.Dalam penelitian ini, fasa yang mengadsorpsi disebutadsorben, yaitu karbon aktif yang telah dibuat nano

    partikel. Ukuran adsorben hingga nano partikeldilakukan dengan menggunakan alatBall Milldengan

    parameter lamanya waktu milling adalah 20 jam dan50 jam.

    Mekanisme yang terjadi pada penggunaan karbonaktif sebagai adsorben yaitu adalah adsorpsi yangmerupakan proses terjadinya perpindahan massaakibat dari fasa gerak (fluida pembawa adsorbat)ke permukaan adsorben. Adsorpsi terjadi karenaadanya gaya tarik menarik antara molekul adsorbatdengan tempat-tempat aktif di permukaan adsorben.Proses adsorpsi pada arang aktif terjadi melalui tigatahap dasar, yaitu zat terjerap pada arang bagian luarkemudian menuju pori-pori arang, dan terjerap padadinding bagian dalam arang. Mekanisme peristiwaadsorpsi berlangsung dimana molekul adsorbat

    berdifusi melalui suatu lapisan batas ke permukaanluar adsorben (difusi eksternal), sebagian ada yangteradsorpsi di permukaan luar, sebagian besar

    berdifusi lanjut di dalam pori-pori adsorben (difusiinternal).

    B. Pengaruh Ukuran Partikel dan Luas

    Permukaan terhadap Proses Adsorpsi

    Dalam proses adsorpsi, yang berperan adalah luaspermukaan internal adsorben karena dalam adsorbenada pori. Pori-pori suatu adsorben akan memberikanluas permukaan internal. Pori-pori suatu adsorbenttidaklah seragam, melainkan terdistribusi menjadi

    Gambar 5.2Diagram kinerja adsorben karbon aktif nano

    partikel alat mercury removal

    Tabel 5.2Adsorpsi merkuri oleh adsorben karbon aktif nano partikel terhadap volume gas

    beberapa ukuran pori. Pori-pori suatu adsorben jugaakan memberikan tempat terjerapnya suatu molekuladsorbat. Berhasilnya suatu proses adsorpsi jugatergantung pada besarnya molekul adsorbat yangakan diserap dan tergantung pula pada jenis pori

    pada adsorben. Telah diketahui bahwa jenis poriadsorben berdasarkan ukuran porinya terbagi atas3 jenis, yaitu mikropori, mesopori dan makropori.Mikropori berukuran kurang dari 2 nm, mesopori

    berukuran antara 2 dan 50 nm, sedangkan makroporiberukuran lebih dari 50 nm.

    Mercury merupakan unsur logam berat, dalamsusunan berkala terdapat pada golongan unsurtransisi dengan berat molekul 200,59 dan termasuk

    NO Volume Gas (Liter) Konsentrasi Oultet Merkuri ( g/m3) Konsentrasi Merkuri yang Terserap ( g/m3)

    1 11,830 1435 7911

    2 44,015 771 8571

    3 73,115 712 8630

    4 82,130 657 8686

    5 126,825 633 8710

    6 175,810 616 8726

    7 426,540 980 8367

    8 549,700 1021 8320

    9 634,335 1185 8159

    10 920,000 9340 5088

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    28/63

    19

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    logam dengan ukuran yang cukup besar. Agar logammercury dapat terjerap dalam pori-pori adsorben,

    pori-pori adsorben haruslah memiliki ukuran mes-

    opori dan makropori. Peranan ukuran pori karbonaktif sebagai adsorben juga akan sangat berpengaruhpada mudah tidaknya adsorbat (mercury) terdesorpsiatau terlepas kembali. Distribusi ukuran pori suatuadsorben juga akan mempengaruhi selektivitas ad-sorbent tersebut dalam meng-adsorpsi suatu molekul.Ukuran pori dari suatu porous material biasanya tidakseragam tetapi terdistribusi. Adsorben yang diharap-kan adalah adsorben yang dapat diregenerasi denganmudah, sehingga adsorbat yang terjerap tidak sulituntuk dipisahkan kembali.

    Pengaruh milling pada adsorben (karbon aktif)adalah menghaluskan adsorben atau membuat ukuranadsorben menjadi lebih kecil sesuai dengan tujuanyang diharapkan. Dari hasil karakterisasi dengan alat

    Particle Size Analyzer, hasil millingdari penelitianini diperoleh distribusi ukuran partikel adsorbenkarbon aktif dengan lama waktu milling20 jam dan50 jam milling. Distribusi ukuran partikel terdiri 10%, 50 % dan 90 %. Hasil pengukuran dengan mill-ing20 jam, diameter pori 10% = 198,7 nm, 50% =228,03 nm dan 90 %= 323,23 nm. Ukuran partikeladsorben karbon aktif dengan lama waktu milling50

    jam, diameter pori 10% = 135,73 nm, 50% = 165,70nm dan 90 %= 239,13 nm.

    Semakin kecil ukuran diameter pori adsorbenkarbon aktif, maka luas permukaan akan semakin

    besar untuk volume yang sama. Dari data terlihatbahwa semakin lama waktu millingyang dilakukan,maka ukuran diameter karbon aktif nano semakinkecil, tetapi kemampuan penjerapannya semakin

    besar terbukti dari hasil karakterisasi bilangan Iodinuntuk milling 50 jam lebih besar daripada milling 20

    jam. Dari data hasil karakterisasi BET pun terbuktibahwa luas permukaan untuk milling 50 jam tanpaaktivasi lebih besar daripada milling 20 jam tanpaaktivasi. Jadi beberapa faktor yang mempengaruhimekanisme adsorpsi antara lain sifat fisika dan kimiaadsorben seperti luas permukaan, pori-pori, dan kom-

    posisi kimia. Banyaknya adsorbat yang terjerap jugaditentukan oleh besarnya luas permukaan. Selain sifatfisika dan kimia adsorben, sifat fisika kimia adsorbat

    juga berpengaruh, yaitu ukuran molekul, polaritasmolekul, komposisi kimia, konsentrasi adsorbat danlamanya proses adsorpsi tersebut berlangsung.

    Perbesaran luas permukaan dapat dilakukan

    dengan pengecilan ukuran partikel adsorben. Karena

    dengan memiliki permukaan yang luas atau besarinteraksi yang terjadi dengan permukaan fluida yaituadsorpsi fisik yang melibatkan gaya van der Waals

    akan semakin baik juga.C. Pengaruh Aktivasi Kimia terhadap Proses

    Adsorpsi

    Dalam proses adsorpsi, kapasitas penjerapan ter-gantung pula pada luas permukaan dan gugus aktif.Bila kapasitas adsorpsi masih sangat besar, sebagian

    besar akan teradsorpsi dan terikat di permukaan,namun bila permukaan sudah jenuh atau mendekati

    jenuh dengan adsorbat, dapat terjadi dua hal, yaituterbentuk lapisan adsorpsi kedua dan seterusnya di

    atas adsorbat yang telah terikat di permukaan, gejalaini disebut adsorpsi multilayer atau tidak terbentuklapisan kedua dan seterusnya sehingga adsorbat yang

    belum teradsorpsi berdifusi keluar pori dan kembalike arus fluida. Permukaan padatan yang kontakdengan suatu larutan cenderung untuk menghimpunlapisan dari molekul-molekul zat terlarut pada per-mukaannya akibat ketidakseimbangan gaya-gaya

    pada permukaan.

    Adsorpsi kimia menghasilkan pembentukanlapisan monomolekular adsorbat pada permukaanmelalui gaya-gaya dari valensi sisa dari molekul-molekul pada permukaan. Adsorpsi fisika diakibat-kan kondensasi molekular dalam kapiler-kapilerdari padatan. Secara umum, unsur-unsur dengan

    berat molekul yang lebih besar akan lebih mudahdiadsorpsi. Ada dua metode adsorpsi, yaitu adsorpsisecara fisik (fisisorpsi) dan adsorpsi secara kimia(kimisorpsi). Kedua metode ini terjadi bila molekul-molekul dalam fluida diikat pada permukaan suatufase padat sebagai akibat dari gaya tarik-menarik

    pada permukaan padatan (adsorben), mengatasenergi kinetik dari molekul-molekul kontaminan

    dalam cairan (adsorbat). Bila gaya pengikatan padapermukaan merupakan gaya van der Waals, reak-sinya dapat balik, multilayer, dan tidak ada transferelektron, adsorpsinya disebut fisisorpsi. Bila gaya

    pengikatannya merupakan interaksi kimiawi, artinyaterjadi rekonfigurasi dan transfer elektron antaraadsorbat dan adsorben, monolayer, dan reaksinyatidak dapat balik, maka peristiwa adsorpsinya disebutkimisorpsi.

    Dalam penelitian ini, aktivasi kimia dilakukandengan menggunakan aktivator ZnCl

    2. Peranan

    ZnCl2 sebagai aktifator kimia sangatlah penting

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    29/63

    20

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    karena selain dapat menghasilkan pori-pori baruyang mampu meningkatkan kemampuan adsorpsimerkuri, impregnasi ZnCl

    2juga dapat menghasilkan

    terbentuknya ikatan C-Cl dimana gugus Cl tersebutdapat mengikat merkuri (Hg) secara ikatan kimiamenjadi HgCl atau HgCl

    2.

    Impregnasi dengan ZnCl2

    5 % dapat meningkat-kan jumlah adsorpsi Hgo secara signifikan walaupundari hasil pengujian BET, luas permukaan internaldan volume pori dari karbon aktif nano lebih kecilatau menurun jika dibandingkan dengan apabilakarbon aktif nano tidak diaktivasi dengan ZnCl

    2.

    Hal ini dikarenakan porositas internal tertutup oleh

    molekul-molekul ZnCl2. Dengan adanya aktivatorkimia ZnCl2

    terjadi kimisorpsi dimana elementalmerkuri berikatan dengan gugus Cl yang terimpreg-nasi pada adsorben karbon aktif. Sejumlah Hg0 yangteradsorpsi pada adsorben karbon aktif memiliki me-kanisme gabungan antara Fisisorpsi (Physisorption)dan Kimisorpsi (Chemisorption).

    Untuk karbon aktif nano yang tidak diaktivasikimia, proses adsorpsinya memiliki mekanisme Fi-sisorpsi (Physisorption) dimana terjadi gaya van derWaals antara adsorbat (Hg0) dan adsorben (karbon

    aktif nano). Mekanisme Kimisorpsi didasarkan padaikatan Hg0 pada Cl yang terimpregnasi pada karbonaktif nano. Selama impregnasi ZnCl

    2tereduksi oleh

    atom karbon dari karbon aktif nano dan sebagian Clmembentuk kompleks [ Cl

    2-C

    nH

    xO

    y] dengan rekasi

    sebagai berikut:

    Gugus fungsi Cl dalam mekanisme Kimisorpsiberlangsung dengan reaksi sebagai berikut:

    Apabila konsentrasi Cl berlebih, Merkuri cende-rung akan mengikat 4 bilangan koordinasi sebagai:

    o2

    42 ][][2][ HgClClHgCl

    Uji karakterisasi dengan alat SEM-EDX akanmendeteksi gugus fungsi Cl dan jumlah Cl yangterikat pada karbon aktif nano.

    D. Hasil Karakterisasi Adsorben Karbon Aktif

    Nano Partikel

    Karakterisasi dilakukan setelah adsorben dibuatmenjadi nanopartikel dan pada saat sebelum dansetelah aktivasi adsorben dilakukan. Karakterisasiyang dilakukan meliputiParticle Size Analyzer(PSA)untuk mengetahui distribusi ukuran adsorben nano,Iodin number (Bil. Iodin) untuk mengetahui seberapa

    besar penyerapan adsorben, luas permukaan (BET)untuk mengetahui luas permukaan dan volume poriadsorben, analisa SEM dan EDX untuk mengetahuimorfologi adsorben dan jumlah gugus klor yangterikat pada adsorben.

    Hasil analisaParticle Size Analyzer(PSA) telah

    membuktikan bahwa ukuran dari adsorben karbonyang di milling50 jam memiliki distribusi ukurandiameter (nm) 90 % adalah 239,1333 nm, ukurandiameter (nm) 10 % adalah 135,7333 nm sedangkanukuran adsorben yang dimilling20 jam memiliki dis-tribusi ukuran diameter (nm) 90 % adalah 323,2333nm, ukuran diameter (nm) 10 % adalah 198,7000 nm.Lamanya waktu millingakan berpengaruh langsung

    pada distribusi ukuran dari adsorben, dimana millingyang dilakukan selama 50 jam memiliki ukuran di-ameter partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan

    millingselama 20 jam.Hasil bilangan iodinnya menunjukkan bahwa

    proses millingyang dilakukan selama 50 jam memi-liki kemampuan daya serap 36,10 % lebih besardibandingkan millingyang dilakukan selama 20

    jam, yaitu 29,97 %. Setelah diaktivasi pada suhu700oC dan direndam dengan activator kimia ZnCl

    2,

    kemampuan daya serap karbon aktif nano 50 jammilling meningkat menjadi 46,12 %, sedangkankemampuan daya serap karbon aktif nano 20 jammillingmeningkat menjadi 44,78 %.

    Hasil analisa BET untuk adsorben nano denganmilling 50 jam memiliki luas permukaan 280,96 m2/gdan milling 20 jam memiliki luas permukaan 264,84m2/g. Hasil analisa BET untuk adsorben yang diak-tivasi setelah milling justru mengalami penurunanluas permukaan.

    Hasil karakterisasi dengan instrument SEM danEDX menjelaskan bahwa besarnya jumlah prosen-tasi Cl yang terbentuk atau terikat pada rantai C dariadsorben turut mempengaruhi besarnya kemampuanadsorben dalam menurunkan konsentrasi merkuri

    (Hg) dalam gas.

    ][ 22 yxnyxn OHCClZnOHCZnCl o

    eHgClClHg

    daneHgClClHg

    2][][2

    2][][

    20

    0

    o

    o

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    30/63

    21

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

    E. Kinerja Adsorben Karbon Aktif Nano dalam

    mengadsorpsi Merkuri

    Kinerja alat hasil rancang bangun dilakukandengan mengacu pada standar merkuri (Hg) dengankonsentrasi awal 9.343 g/m3 . Alat rancang bangunadsorben nano partikel mercury removal dapat dilihat

    pada gambar 5.5. Adsorben karbon aktif nano seba-gai media penyerap merkuri di coatingdahulu padasilinder pipa dengan panjang 15 cm dan diameternya1 inch, seperti pada gambar 5.6. Sejumlah silinder

    pipa yang telah di coating adsorben dimasukkan kedalam adsorber merkuri yang terbuat dari bahan

    steinlessteel. Laju alir gas akan terbaca diflow meterdan konsentrasi merkuri yang keluar dari outletakan

    terserap dalam campuran larutan KMnO4 dan H2SO4.Larutan tersebut kemudian diukur dengan meng-gunakan instrument Lumec mercury analyzer Darihasil percobaan kinerja alat rancang bangun adsorbennano partikel merkuri removal, adsorben nano dengan

    berat total 7,48 gram mampu menyerap konsentrasimerkuri (Hg) sebesar 9.032 g/m3 pada saat alirangas mencapai 354,4 liter (lihat gambar 5.9). Hal inimenunjukkan bahwa adsorben karbon aktif berukurannano sangat efektif dalam memisahkan merkuri (Hg)dari gas bumi dengan penyerapan optimal mencapai

    96,67 %. Hasil pengujian kinerja alat rancang banguntersebut juga menunjukkan bahwa adsorben karbonaktif nano partikel pada kondisi percobaan tersebut

    jenuh pada saat aliran gas mencapai 932 liter.

    KESIMPULAN

    1. Rata-rata ukuran adsorben karbon aktif (distribusi90%) dengan milling 20 jam adalah 323 nm.

    2. Rata-rata ukuran adsorben karbon aktif (distribusi90 %) dengan milling 50 jam adalah 239 nm

    3. Sejumlah Hg0 yang teradsorpsi pada adsorben

    karbon aktif memiliki mekanisme gabunganantara Fisisorpsi (Physisorption) dan Kimisorpsi(Chemisorption). Untuk karbon aktif nano yangtidak diaktivasi kimia, proses adsorpsinya memi-liki mekanisme Fisisorpsi (Physisorption) dimanaterjadi gaya van der Waals antara adsorbat (Hg0)dan adsorben (karbon aktif nano). MekanismeKimisorpsi didasarkan pada ikatan Hg0 pada Clyang terimpregnasi pada karbon aktif nano.

    4. Kinerja alat rancang bangun adsorben karbon

    aktif nano partikel mampu menyerap kontaminanmercury (Hg) secara signifikan.

    5. Konsentrasi mercury awal, sebelum diadsorp

    oleh adsorben karbon aktif nano partikel terbuktimemiliki konsentrasi 9.343 g/m3

    6. Pada volume aliran gas 354,435 liter, terjadiadsorpsi maksimum oleh adsorben nano partikelyaitu 9.032 g/m3

    KEPUSTAKAAN

    1. ASTM D 1510-03. Standard Test Method forDetermination of Carbon Black- Iodine Adsorp-tion Number

    2. ASTM D 4607-94. Standard Test Method for

    Determination of Iodine Number of ActivatedCarbon.

    3. AWWA.1974.Standard for Granular Carbon.AWWA B604-74. Colorado.

    4. Dasar- Dasar Aplikasi Karbon Aktif pada Indus-tri Gas Bumi, Workshop kerjasama PPPTMGBLEMIGAS dan Universitas Kristen WidyaMandala Surabaya.

    5. HESSLER, J.W. 1951. Active Carbon. ChemicalPublishing Co Inc. Brooklyn.

    6. JANKOWSKA, H., SWIATKOWSKI, ANDCHOMA, J. (1991). Active Carbon. Elis Hor-wood Ltd.

    7. KIRK-OTHMER. 1964. Encyclopedia ofChemical Technology. Vol -4. Second Edition.USA.

    8. Radisav D.Vidic, Control of Mercury Emissionsin Flue gases by Activated Carbon Adsorption,University of Pittsburgh, PA 15261.

    9. Rong Yan; Yuen Ling Ng, Bench-Scale Ex-perimental Study on The Effect of Flue gas

    Composition on Mercury Removal by Activatedcarbon Adsorption. Energy & Fuels 2003, 17,1528 1535.

    10. SUDRAJAT, ENDANG. S. B. 1991. AktivasiArang Tempurung Kelapa Dengan MenggunakanSeng Klorida. Teknologi Indonesia Jilid XIV, No1 : 39-45.

    11. QUANTACHROME CORPORATION. 2007.Novae Series High-Speed Surface Area & PoreSize Analyzers. Boynton Beach, USA.

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    31/63

    22

    RANCANG BANGUN ADSORBEN LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMILISNA ROSMAYATI, DKK. VOL. 46 NO. 1, APRIL 2012: 9 - 21

  • 7/29/2019 TEORI BET.pdf

    32/63

    23

    PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK DENGAN INJEKSI AIR LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI

    EDWARD ML TOBING VOL. 46 NO. 1 , APRIL 2012: 23 - 33

    Peningkatan Produksi Minyak dengan

    Injeksi Air pada Lapangan Minyak QEdward ML TobingPeneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS

    Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

    Telepon: 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150

    Teregistrasi I tanggal 05 April 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 27 April 2012

    Disetujui terbit tanggal : 30 April 2012

    S A R I

    Lapangan minyak Q saat ini termasuk kategori lapangan tua karena sudah dieksploitasisejak tahun 1954. Seiring dengan berjalannya waktu, produksi minyak semakin menurun karena

    tenaga dorong gas terlarut dan tekanan yang semakin rendah, serta tidak adanya usahapressure

    maintenance. Salah satu teknologi yang dapat meningkatkan produksi minyak dari lapangan ini

    adalah melalui injeksi air, yang terlebih dahulu dilakukan screening terhadap aspek geologi dan

    reservoir sehingga layak untuk diterapkan.

    Tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari pengaruh injeksi air terhadap potensi pe-

    nambahan perolehan minyak, melalui uji sensitivitas beberapa parameter, termasuk rencana

    re-opening sumur minyak, yang kemudian dikembangkan dalam 5 (lima) skenario. Metodologi

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan simulasi reservoir. Perkiraan hasil yang

    optimum diperoleh dari Skenario-V dengan kombinasi sumur injeksi peripheral dan pola seven-

    spot, serta laju alir injeksi air sebesar 100 m3/hari/sumur dan re-opening 4 (empat) sumur produksi.Tambahan recovery factorsebesar 29.11 % dengan