tentang sebuahexcavator
DESCRIPTION
sedikit tentang ekcavatorTRANSCRIPT
Excavator Tugas Besar State Politechnic Of Jakarta
2009
Bagus Juang Wiantoro 3 DIV Jalan Tol
1/1/2009
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
2 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
DAFTAR ISI
Cover 1
Daftar Isi 2
Daftar Gambar 5
Daftar Tabel 7
Daftar Video 7
BAB I 8
PENDAHULUAN 8
1.1 Latar Belakang 8
1.2 Tujuan 8
1.3 Batasan Masalah 8
1.4 Sistematika Pembahasan 8
BAB II 10
SEJARAH PERKEMBANGA N EXCAVATOR 10
2.1 Sejarah Perkembangan Excavator 10
2.2 Produsen Excavator 13
2.3 Jenis-Jenis Excavator 13
BAB III 14
DASAR TEORI 14
3.1 Definisi Excavator 14
3.2 Komponen Excavator 18
3.3.1 Excavator Sebagai Alat Penggali 18
A. Alat Penggali Hidrolis 19
1. Front Shovel 19
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
3 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
A. Cara kerja pada shovel 21
B. Ukuran Shovel 23
2. Backhoe 25
A. Cara Kerja Backhoe 26
B. Produksi Backhoe 27
3. Dragline 27
A. Cara Kerja Dragline 28
B. Ukuran Dragline 29
C. Produksi Dragline 30
4. Clamshell 32
A. Bucket clamshell 32
B. Kemampuan clamshell 33
C. Produksi clamshell 34
5. Cable Excavator 35
1. Membuang 35
BAB IV 37
PRODUKSI EXCAVATOR 37
4.1 Kapasitas Produksi Alat 37
3.6.2 Efisiensi Kerja 37
4.2 Pemilihan Peralatan Pekerjaan Tanah 37
4.3 Produksi Excavator 38
4.4 Komponen Biaya Alat Berat 38
4.4.1 Biaya Kepemilikan 38
4.4.2 Biaya Penyewaan Alat 38
4.5 Jam Operasi atau Waktu Kerja 39
4.5.1 Jam Operasi Normal 39
4.5.2 Jam Operasi Lembur 39
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
4 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
4.6 Contoh Perhitungan Produksi Excavator 40
4.6.1 Gambaran Umum Proyek 40
4.6.2 Data Proyek 40
4.6.3 Perhitungan Produksi Alat Berat 40
4.6.3.1 Excavator type Komatsu PC 200 41
4.6.4 Perhitungan Biaya dan Sewa Alat 42
4.6.4.1 Excavator type komatsu PC 200 42
BAB V 43
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 44
5.1 Pakaian Kerja 44
5.2 Sepatu Kerja 44
5.3 Kacamata Kerja 45
5.4 . Sarung Tangan 45
5.5 Helm 45
5.6 Sabuk Pengaman 46
5.7 Penutup Telinga 46
5.8 Masker 46
5.9 Tangga 46
5.10 P3K 46
DAFTAR PUSTAKA 47
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
5 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Yumbo S25
Gambar 1.2 311 Cat Excavator
Gambar 1.1 Terex 340
Excavator Component
Gambar 3.1 Boom
Gambar 3.2 Arm Boom
Gambar 3.4 Bucket
Gambar 3.5 Boom Cylinder
Gambar 3.6 Arm Cylinder
Gambar 3.7 Bucket Cylinder
Gambar 3.8 Upper Structure
Gambar 3.9 Operator Cab
Gambar 3.10 Center Frame
Gambar 3.11 Left and Right Under Carriage
Gambar 3.12 Other
Gambar 3.
Gambar Front shovel
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
6 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Gambar Backhoe Excavator
Gambar dragline Excavator
Gambar bagian bagian dragline
Gambar Clamshell Excavator
Gambar clamshell bucket
Gambar
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
7 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Kapasitas Bucket Front Shovel
Tabel 3.2 produksi ideal power shovel dan tinggi gali optimal
Tabel 3.3 Faktor koreksi sudut putar dan % tinggi gali optimal pada produksi power shovel
Table 3-4 faktor koreksi keadaan medan dan keadaan manajemen
Table 3.5 Produksi ideal dragline boom pendek dan gali optimal
Tabel 3.6 Faktor koreksi swing dan % dalam gali optimal dragline
Table 3.7 Kapasitas dan berat dragline
Tabel 3.8 spesifikasi medium weight bucket clamshell
Daftar Video
video(2).flv
video(3).flv
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
8 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan alat berat belakangan ini menjadi faktor penentu dalam keberhasilan sebuah
proyek. Pengoprasian alat berat haruslah seefisien mungkin, sehingga dapat menekan biaya
dan kesulitan yang timbul di proyek. Excavator merupakan alat berat yang digunakan untuk
proses penggalian tanah, serta mempermudah tugas yang biasa dilakukan secaara manual.
1.2 Tujuan
Tujuan dar penulisan makalah ini adalah :
Memenuhi persyaratan mengikuti UAS
Mengetahui dengan rinci excavator
Mengetahui berbagai macam metode pengoperasan excavator
Mengetahui Produksi alat excavator berdasarkan kondisi excavator
1.3 Batasan Masalah
Excavator dan perkembanggannya
Fungsi excavator dalam proyek konstruksi
Proses penentuan produksi alat
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulis dan para pembaca membaca makalah ini maka penulisan
makalah ini menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang, tujuan, batasan masalah pada proses menentukan
produksi alat.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
9 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN EXCAVATOR
Pada bab ini aan dibahas tentang sejarah excavator yang dimulai dari awal perkembangan
excavator dibebarapa negara sampai saat ini.
BAB III DASAR TEORI
Dasar teori merupakan bab yang berisikan dasar-dasar teoritis atau konsep-konsep yang
digunakan sebagai dasar pemikiran untuk membahas suatu hal yang ada hubungannya dengan
excavator.
BAB IV PRODUKSI EXCAVATOR
Bab ini membahas tentang produksi excavator serta perhitungan HSP untuk alat ini.
BAB V KKK
Bab ini berisi alat kerja yang digunakan untuk mengamankan pekerja serta untuk mencapai
kesuksesan proyek berupa zero accident
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
10 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN EXCAVATOR
2.1 Sejarah Perkembangan Excavator
Excavator juga disebut sebagai penggali 360 derajat, kadang-kadang disingkat hanya
ke 360. Tracked excavator trackhoes kadang-kadang disebut dengan analogi dari
backhoe. Meskipun 'kembali' dalam backhoe mengacu pada tindakan ember (yang menarik
"kembali" ke arah mesin) dan bukan lokasi sekop, excavator juga kadang-kadang disebut
sebagai fronthoes atau bahkan hanya "cangkul". Di Amerika Utara, menggali excavator
kadang-kadang disebut sebagai "hi-cangkul" dan sering hanya sebagai "sekop".
Di Inggris, excavator beroda kadang-kadang dikenal sebagai 'Karet itik'.
Di Jepang, alias Yumbo adalah nama yang lebih populer untuk excavator. Pada tahun
1954 setelah hak paten ini diperoleh dari Italia,perusahaan Perancis
penggali SICAM menghasilkan model Yumbo S25. SICAM lisensi teknologi ini untuk banyak
perusahaan, seperti Drott diAmerika Serikat, Priestman di Inggris, dan Mitsubishi di Jepang
dan negara-negara lain pada awal tahun 1960-an. [3]
penggali pertama dari Mitsubishi
menggunakan teknologi ini bernama Yumbo Y35 yang ditujukan untuk pasar internasional
pada tahun 1961. Sejak itu, Yumbo telah menjadi nama yang populer dan de facto standar di
Jepang karena digunakan dalam iklan Baris walaupun hal ini bukan
nama resmi di sana.
Gambar 1.1 Yumbo S25
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
11 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Excavator datang dalam berbagai ukuran. Yang lebih kecil disebut mini atau compact
excavator. mini terkecil beratnya 1610 kg (3549 lb) dan memiliki 19 hp, model terbesar
mereka berat 84.980kg (187.360 lb) dan 513 hp.
Gambar 1.2 311 Cat Excavator
Namun hal ini jauh dari excavator terbesar yang tersedia, adalah , beratnya lebih dari
550.000 kg, telah 3000hp dan memiliki ukuran ember 34,0 m³
Gambar 1.1 Terex 340
Tugas utama mesin dalam Excavator adalah mendorong pompa hidrolik, biasanya ada
3 pompa, dua pompa utama adalah untuk memasok minyak pada sampai
5000 psi untuk domba jantan, membunuh motor, trek motor, dan aksesoris. Pompa ketiga
adalah untuk Pilot Control, ini adalah tekanan yang lebih rendah (700 psi) digunakan untuk
rangkaian kontrol katup spul, hal ini memungkinkan untuk mengurangi usaha yang
diperlukan saat mengoperasikan kontrol.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
12 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Komponen dasar dari sebuah penggali mencakup, bagian bawah yang
meliputi pisau (jika terpasang), lagu, lagu frame, dan terakhir drive yang memiliki motor
hidrolik dan gearing memberikan dorongan untuk trek individu. Rumah (termasuk operator
taksi, pengimbang, mesin, bahan bakar dan minyak hidrolik tank) menempel dengan cara
pusat pin ke bagian bawah, yang memungkinkan mesin untuk membunuh 360 ° tanpa
hambatan.
Boom utama menempel ke rumah, dapat menjadi salah satu dari 3 konfigurasi yang
berbeda, Sebagian besar Mono booming, ini tidak terlepas dari gerakan lurus ke atas dan ke
bawah, beberapa bagian lain memiliki Knuckle Boom yang juga dapat bergerak ke kiri dan
kanan sesuai dengan mesin, pilihan lain adalah engsel di dasar boom memiliki hydraulically
pivot hingga 180 ° independen ke rumah, namun hal ini umumnya tersedia hanya
untuk kompak excavator.
Melekat pada akhir Boom adalah Stick (atau ciduk lengan), tongkat penggalian
memberikan gaya yang dibutuhkan untuk menarik ember melalui tanah, tongkat panjang
adalah opsional, tergantung apakah mencapai tongkat atau break-out daya (lebih pendek
stick) diperlukan.Di ujung tongkat biasanya sebuah ember. Sebuah lebar, kapasitas besar
(Lumpur) ember dengan lurus canggih digunakan untuk membersihkan dan meratakan atau di
mana material yang akan digali adalah lembut, dan gigi yang tidak diperlukan. Tujuan umum
(GP) ember umumnya lebih kecil, lebih kuat, dan memiliki sisi keras dan gigi pemotong yang
digunakan untuk menembus tanah yang keras dan bebatuan.Ember memiliki berbagai bentuk
dan ukuran untuk berbagai aplikasi. Ada juga banyak lampiran lain yang tersedia untuk harus
terpasang ke excavator untuk membosankan, merobek, menghancurkan, memotong,
mengangkat, dll
Sebelum tahun 1990-an, semua excavator memiliki panjang, atau penyeimbang
konvensional yang tergantung dari mesin bagian belakang untuk menyediakan lebih
menggali kekuatan dan kapasitas angkat. Ini menjadi gangguan ketika bekerja di wilayah
terbatas. Pada tahun 1993Yanmar meluncurkan Zero pertama di dunia Tail Swing
penggali, yang memungkinkan pengimbang untuk tetap berada di dalam trek lebar seperti
slews, sehingga menjadi lebih aman dan lebih user friendly bila digunakan di ruang
tertutup. Tipe mesin ini sekarang digunakan secara luas di seluruh dunia.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
13 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
2.2 Produsen Excavator
Bobcat Company
Kasus CE
Caterpillar Inc
Doosan Infracore (sebelumnya Daewoo Heavy Industries & Machinery)
Hitachi Construction Machinery
Hyundai Heavy Industries
John Deere
JC Bamford (JCB)
Komatsu Limited
ThyssenKrupp
Kobelco
Kubota
Liebherr
Manitowoc Cranes
Mitsubishi Heavy Industries
New Holland
Orenstein & Koppel (O & K)
Poclain
ST Kinetics
TEREX Corporation
Volvo Construction Equipment
2.3 Jenis-Jenis Excavator
Compact excavator
Dragline penggali
Mesin keruk
Power shovel
Suction penggali
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
14 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Definisi Excavator
Excavator adalah alat-alat berat yang terdiri dari sebuah boom (backhoe), ember dan taksi di
platform yang berputar (dikenal sebagai House). Rumah duduk di atas sebuah bawah mobil
dengan trek atau roda.Semua gerakan dan fungsi penggali orang dilakukan melalui
penggunaan fluida hidrolik, baik itu dengan Rams atau Motors.
Penggunaan
Excavator yang banyak digunakan untuk :
parit, lubang
Material handling
Pekerjaan kehutanan
Pembongkaran
Umum grading / lansekap
Angkat berat, misalnya mengangkat dan menempatkan pipa
Pertambangan, khususnya, tapi tidak hanya penambangan terbuka
Pengerukan sugai
3.2 Komponen Excavator
1. Work equipment essembly
a. Boom
Gambar 3.1
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
15 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
b. Arm
Gambar 3.2
c. Bucket
Gambar 3.4
2. Cylinder
a. Boom Cylinder
Gambar 3.5
b. Arm Cylinder
Gambar 3.6
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
16 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
c. Bucket Cylinder
Gambar 3.7
3. Upper Structure
Gambar 3.8
4. Operator Cab
Gambar 3.9
5. Center Frame
Gambar 3.10
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
17 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
6. Left and right under carriage
Gambar 3.11
7. Others
Gambar 3.12
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
18 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
3.3 Excavator sebagai alat penggali
Yang termasuk alat gali adalah backhoe, power shovel atau juga dikenal sebahai front
shovel, dragline, dan clamshell. Backhoe dan power shovel juga disebut alat penggali hidrolis
karena bucket digerakan secara hidrolis. Alat-alat penggali ini memiliki as diantara alat alat
penggeraknya dan badan mesin sehingga alat berat tersebut dapat melakukan gerak memutar
walaupun tidak ada gerakan pada alat penggerak.
Pemilihan alat tergantung pada kemampuan alat tersebut pada suatu kondisi lapangan
tertentu. Perbedaan setiap alat gali adalah pada benda yang dipasang pada bagian depan, akan
tetapi semua alat tersebut memiliki kesamaan pada alat penggerak yaitu roda ban ataw
crawler. Alat beroda crawler umumnya dipilih jika alat tersebut akan digunakan pada
permukaan kasar atau kurang padat. Selain itu juga karena alat tersebut dalam
pengoprasiannya tidak perlu melakukan banyak gerak.
A. Alat Penggali Hidrolis
Power Shovel dan backhoe yang termasuk dalam kategori alat penggali hidrolis
memiliki bucket yang dipasangkan didepannya, yang dimaksudkan dengan alat penggali
hidrolis adalah alat yang berkerja karena adanya tekanan hidrolis pada mesin dalam
pengoprasiannya. Alat penggeraknya adalah traktor dengan roda atau crawler. Backhoe
berkerja dengan cara menggerakan bucket kearah bawah dan kemudian menariknya menuju
badan alat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bachoe menggali material yang berada
dibawah permukaan tempat alat tersebut berada, sedangkan front shovel menggali di
permukaan tempat alat tersebut berada.
1. Front Shovel
Front shovel digunakan untuk menggali material yang letaknya diatas permukaan
tempat alat tersebut berada. Dengan memberikan shovel attachment pada excavator, maka
didapatkan alat yang disebut dengan power shovel. Alat ini baik untuk pekerjaan menggali
tanah tanpa bantuan alat lain, dan sekaligus memuatkan kedalam truck atau alat angkut
lainnya. Alat ini juga dapat membuat timbunan bahan persediaan (stock pilling).
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
19 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Pada umumnya power shovel ini dipasang diatas crawler mounted, karena
diperolehkeuntungan besar antara stabilitas dan kemampuan floatingnya.. Macam shovel
dibedakan dalam dua hal. Ialah dengan kendali kabel dan shovel denga kendali hidroliis.
Alat ini mempunyai kemampuan untuk menggali material yang keras. Jika material
yang akan digali bersifat lunak maka front shovel akan mengalami kesulitan, dengan
demikian waktu enggalian akan lebih lama. Sama halnya dengan kondisi dimana permukaan
yang akan digali tidak sesuai dari ketinggian minimum yang diperboehkan untuk mengisi
bucket. Maka dari itu ada faktor penggali untuk ketinggian penggalian dan pengaruh sudut
putaran yang harus diperhatikan dalam menentukan produktifitas front shovel.
Gambar 3.
Kapasitas bucket front shovel tergantung jenis material. Oleh sebab itu ada faktor
koreksi didalam menentukan kapasitas bucket. Faktor koreksi tersebut dkalikan dengan
kapasitas bucket (heaped capacity)
Tabel 3.1
Material BFF %
Tanah dan tanah organic 80-110
Pasir dan kerikil 90-100
Lempung keras 65-95
Lempung basah 50-90
Batuan dengan peledakan buruk 40-70
Batuan dengan peledakan baik 70-90
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
20 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
(sumber: construction method and management, 1998)
Dalam memilih front shovel sebagai alat penggali, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan. Pertama adalah biaya penggalian, kedua adalah kondisi pekerjaan. Biaya
penggalian tergantung besarnya pekerjaan, biaya yang harus dikeluarkan untuk mengali. Jika
pekerjaan dilakukan dengan waktu yang relative singkat, maka dapat digunakan beberapa
front shovel kecil atau satu front shovel besar. Alat pengangkutan yang tersedia juga dapat
mempengaruhi pemilihan besarnya front shovel yang akan dipakai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kerja front shovel adalah kapasitas muat bucket,
gerakan bucket dengan muatan, pembongkaran muatan, dan gerakan bucket kosong, untuk
bucket berukuran antara 2,3 samapai 3,8 m3, waktu siklus front shovel adalah sebagai berikut
:
a. Waktu muat 7-9 detik
b. Waktu berputar dengan muatan 4-6 detik
c. Waktu bongkar 2-4 detik
d. Waktu berputar kembali 4-5 detik
Gambar Front shovel
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
21 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Sedangkan produktifitas front shovel tergantung pada jenis material, ketinggian
penggalian, suddut putaran, besar alat angkut, dan lain-lain. Pengaruh ketinggian penggalian
dan sudut putaran juga merupakan faktor yang mempengaruhi produktifitas front shovel.
Faktor tersebut, dijabarkan dalam tabel xx. Sudut putaran merupakan sudut boom yang
berputar untu melakukan pemuatan material dan pembongkaran muatan. Bila sudut putaran
bertambah maka waktu siklus akan bertambah. Produktivitas ideal didapatkan bila sudut
putaran adalah 90o.
Tabel 3.2 produksi ideal power shovel dan tinggi gali optimal
Jenis Tanah Ukuran Power Shovel cu-yd
0.38 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 2.50
Lempung
berpasir,
basah
3.8 4.6 5.3 6 6.5 7 7.4 7.8 8.4
85 115 165 205 250 285 320 355 405
Pasir dan
kerikil 3.8 4.6 5.3 6 6.5 7 7.4 7.8 8.4
80 110 155 200 230 270 300 330 390
Tanah biasa,
baik 4.5 5.7 6.8 7.8 8.5 9.2 9.7 10.2 11.2
70 95 135 175 210 240 270 300 350
Tanah
lempung,
keras
6 7 8 9 9.8 10.7 11.5 12.2 13.2
50 75 110 145 180 210 235 265 310
Batu ledakan,
baik - - - - - - - - -
40 60 95 125 155 180 205 230 275
Lempung
lekat, basah 6 7 8 9 9.8 70.7 11.5 12.2 13.3
25 40 70 95 120 145 165 185 230
Batu ledakan,
jelek - - - - - - - - -
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
22 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
15 25 50 75 95 115 140 160 195
Keterangan :
B. Cara kerja pada shovel
Pekerjaan dilakukan dengan menempatkan shovel pada posisi dekat tebing yang akan
digali dengan mennggerakan dipper/bucket kedepan kemudian keatas sambil menggaruk
tebing sedemikian rupa sehingga dengan gerakan ini tanah dapat masuk dalam bucket, jika
bucket sudah penuh maka bucket ditarik keluar. Operator yang telah berpengalaman dapat
mengatur sendiri gerakan sedemikian rupa sehinga bucket dapat terisi penuh sampai diatas
tebing.
Setelah penuh terisi, maka shovel dapat diputar (swing) kekanan atau kekiri menuju
tempat yang harus diisi. Segera setelah shovel tidak lagi dapat mencapai tebing dengan
sempurna, maka shovel digerakan/ berjalan menuju posisi baru sehingga dapat
berkerjaseperti semula
Pada dasarnya gerakan-gerakan selama berkerja dengan shovel adalah :
1. Maju untuk menggerakan dipper menusuk tebing
2. Mengangkat dipper/ bucket untuk mengisi
3. Mundur untuk melepaskan tanah atau tebing
4. Swing (memutar) untuk membuang (dump)
5. Berpindah jika sudah jauh dari tebing galian, dan
6. Menaikkan/menurunkan sudut boom jika diperlukan
B. Ukuran Shovel
Ukuran shovel didasarkan pada besarnya bucket yang dinyatakan dalam m3
atau cu-yd
dan dibedakan dalam keadaan isi peres (stuck)
C. Produksi Shovel
1. Pengaruh tinggi tebing galian terhadap produksi shovel.
2. Pengaruh sudut putaran (swing) terhadap produksi shovel
Tinggi gali optimal
Produksi ideal shovel (cu-yd/jam) BM
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
23 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
3. Pengaruh keadaan medan (job condition) terhadap produksi shovel
4. Pengaruh keadaan manajemen
Tabel 3.3 Faktor koreksi sudut putar dan % tinggi gali optimal pada produksi power shovel
Kedalaman
Optimum (%)
Faktor Swing dan kedalaman galian (drajat)
45 60 75 90 120 150 180
40 0.93 0.85 0.85 0.80 0.72 0.65 0.59
60 1.10 1.30 0.96 0.91 0.81 0.73 0.66
80 1.22 1.12 1.04 0.98 0.86 0.77 0.69
100 1.26 1.16 1..07 1.00 0.88 0.79 0.71
120 1.20 1.11 1.03 0.97 0.86 0.77 0.70
140 1.12 1.04 0.97 0.91 0.81 0.73 0.66
160 1.03 0.95 0.90 0.85 0.75 0.67 0.62
Table 3-4 faktor koreksi keadaan medan dan keadaan manajemen
Kondisi Pekerjaan Kondisi Tata Laksana
Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Baik Sekali 0.84 0.81 0.76 0.7
Baik 0.78 0.42 0.71 0.65
Sedang 0.72 0.69 0.65 0.6
Buruk 0.63 0.61 0.57 0.52
2. Backhoe
Backhoe sering juga disebut pull shovel adalah alat dari golongan shovel yang dibuat
khusus dibuat untuk menggali material dibawah permukaan tanah atau dibawah tempat
kedudukan alatnya. Galian dibawah permukaan permukaan ini misalnya parit, lubang untuk
pondasi bangunan, lubang galian pipa dan sebagainya. Keuntungan backhoe ini jika
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
24 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
dibandingkan dengan dragline adalah dan clamshell ialah karena backhoe dapat menggali
sambil mengatur dalamnya galian yang lebih baik. Karena kekauan konstruksinya, backhoe
ini lebih menguntungkan untuk penggalian dengan jarak dekat dan memuat hasil galian
kedalam truk.
Gambar Backhoe Excavator
Tipe backhoe dibedakan dalam beberapa hal antara lain dari alat kendali dan
undercarriagenya. Sebagai alat kendali dapat digunakan kabel (cable controlled) atau hidrolik
(hydraulic cable ), dan sebagai undercarriagenya dapat digunakan crawler mounted atau roda
karet. Pada umumnya alat kendali kabel jarang digunakan dan yang banayak dijumpai adalah
dengan kendali hidrolik.
C. Cara Kerja Backhoe
Untuk mulai menggali, backhoe bucket dijulurkan kedepan tempat galian, bila bucket
sudah pada posisi yang diinginkan lalu bucket diayun kebawah seperti dicangkulkan,
kemudian bucket diputar kearah alatnya sehingga arah lintasannya seperti pada gambar xx.
Setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dari tempat penggalian dan dilakukan swing, dan
pembuangan material hasil galian dapat dilakukan ke truk atau tempat yang lain. Pada
penggalian pari, letak track axcavator harus sedemikian rupa sehingga arahnya sejajar dengan
arah memanjang parit, kemudian backhoe berjalan mundur.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
25 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
D. Produksi Backhoe
Untuk menghitung produksi backhoe, faktor yang mempengaruhi adalah kapasitas
bucket, dalamnya galian, jenis material yang digali, sudut swing, dan keadaan manajemen
atau medan. Produksi backhoe secara umum dapat ditentukan dengan rumus.
Dimana :
T = Cycle time (minute)
BC = Bucket Capacity (m3)
JM = Kondisi manajemen atau medan kerja, lihat tabel 3.1
3. Dragline
Dragline adalah alat untuk menggali tanah dan memuatkan pada alat-alat angkut.
Pada umumnya power shovel sampai dengan kapasitas 2,5 cu-yd dapat diubah menjadi
dragline, dengan melepaskan boom shovel diganti boom dan bucket dragline. Untuk beberapa
proyek, power shovel atau dragline digunakan untuk menggali, tetapi dalam beberapa hal,
dragline memiliki keuntungan. Dragline biasanya tidak perlu masuk kedalam tempat galian
untuk melaksanakan pekerjaannya, dragline dapat bekerja dengan ditempatkan pada lantai
kerja yang baik, kemudian menggali pada tempat yang penuh air atau berlumpur. Satu
kerugian dalam menggunakan dragline untuk menggali ialah produksinya yang rendah, antara
70%-80% dibandingkan dengan power shovel untuk ukuran yang sama.
Produksi = 60 x BC x JM x FF (m3/jam)
T
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
26 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Gambar dragline Excavator
D. Cara Kerja Dragline
Penggalian dimulai dengan swing pada keadaan bucket kosong menuju keposisi
menggali, pada saat yang sama dragcable dan host cable dikendorkan, sehingga bucket jatuh
tegak lurus kebawah.
Gambar bagian bagian dragline
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
27 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Setelah sampai dibawah maka drag cable ditarik, sementara hoist cable dimankan atau
digerak-gerakan agar bucket dapat mengisi permukaan tebing galian sehingga dalamnya
lapisan tanah yang tekikis dalam satu pass dapat teratur.
Setelah bucket terisi penuh, sementara drag cable masih ditarik, hoist cable dikunci
sehingga bucket terangkat lepas dari permukaan tanah. Hal ini untuk menjaga agar
permukaan tidak tumpah, juga dijaga posisi dump cable tetap tegang dan tidak berubah
kedudukannya. Kemudian dilakukan swing menuju tempat material dari bucket.
E. Ukuran Dragline
Ukuran dragline ditunjukkan dari ukuran bucketnya yang dinyatakan dalam cu-yd,
ada umumnya sama dengan ukuran bucket power shovel. Dragline dapat menggunakan lebih
dari satu ukuran bucket, tergantung dari panjang boom serta jenis tanah yang digali. Batasan
kapasitas angkut maksimal adalah beban yang menyebabkan miringnya alat, sehinga
diperlukan pengurangan ukuran bucket jika boom yang digunakan panjang atau jika
materialnya memiliki berat volume yang besar.
F. Produksi Dragline
Faktor-faktor yang mempengarui produksi dragline antara lain macam tanah yang
digali, dalamnya galian, sudut swing, ukuran bucket, panjang boom, keadaan medan tempat
kerja, keadaan manajemen, keterampilan operator, keadaan dragline serta truk-truk
pengangkutnya. Seperti pada halnya power shovel, produksi dragline dinyatakan dalam cu-yd
atau m3 dalam keadaan bank, serta ukuran bucket dinyatakan dalam keadaan kosong.
Table 3.5 Produksi ideal dragline boom pendek dan gali optimal
Jenis
Tanah
Ukuran Power Shovel cu-yd
0.38 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 2.50
Lempung
berpasir,
basah
5 5.5 6 6.6 7 7.4 7.7 8 8.5
70 95 130 160 195 220 245 265 300
Pasir dan
kerikil 5 5.5 6 6.6 7 7.4 7.7 8 8.5
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
28 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
65 90 125 155 185 210 235 255 295
Tanah
biasa, baik 6 6.7 7.4 8 8.5 9 9.5 9.9 10.5
55 75 105 135 165 190 210 230 265
Tanah
lempung,
keras
7.3 8 8.7 9.3 10 10.7 11.3 11.8 12.3
35 55 90 110 135 160 180 195 230
Lempung
Lekat,
basah
7.3 8 8.7 9.5 10 10.7 11.3 11.8 12.3
20 30 55 75 95 110 130 145 175
Keterangan :
Tinggi gali optimal
Produksi idean shovel (cu-yd/jam) BM
Untuk megurangi kerugian oleh berat bucket, maka setiap ukuran ada 3 macam bucket yang
disesuaikan pekerjaannya. Macam bucket tersebut adalah :
a. Heavy duty, bucket untuk pekerjaan berat misalnya menggali batu-batuan hasil
tambang.
b. Medium duty, bucket untuk pekerjaan sedang, misalnya menggali kerikil dan
lempung.
c. Light duty, bucket untuk pekerjaan ringan, misalnya menggali lempung berpasir, pasir,
dan lumpur.
Tabel 3.6 Faktor koreksi swing dan % dalam gali optimal dragline
Kedalaman
Optimum (%)
Sudut putar (swing), derajat
30 45 60 75 90 120 150 180
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
29 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
20 1.06 0.99 0.94 0.90 0.87 0.81 0.75 0.70
40 1.17 1.08 1.02 0.97 0.93 0.85 0.78 0.72
60 1.24 1.13 1.06 1.01 0.97 0.88 0.80 0.74
80 1.29 1.17 1.09 1.04 0.99 0.90 0.82 0.76
100 1.32 1.19 1.11 1.05 1.00 0.91 0.83 0.77
120 1.29 1.17 1.09 1.03 0.98 0.90 0.82 0.76
140 1.25 1.14 1.11 1.00 0.96 0.88 0.81 0.75
160 1.20 1.10 1.02 0.97 0.93 0.85 0.79 0.73
180 1.15 1.05 0.98 0.94 0.90 0.82 0.76 0.71
200 1.10 1.00 0.94 0.90 0.87 0.79 0.73 0.69
Table 3.7 Kapasitas dan berat dragline
ukuran
cu-yd
kapasitas
cu-ft
berat bucket (lbs)
Light
duty
medium
duty
heavy
duty
0.38 11 760 880 -
0.50 17 1275 1460 2100
0.75 24 1640 1850 2875
1.00 32 2220 2945 3700
1.25 39 2410 3300 4260
1.50 47 3010 3750 4525
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
30 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
1.75 53 3375 4030 4800
2.00 60 3925 4825 5400
2.25 67 4100 5350 6250
2.50 74 4310 5675 6540
2.75 82 4950 6225 7390
3.00 90 5560 6660 7920
4. Clamshell
Calmshell adalah alat gali yang mirip dengan dragline yang hanya tinggal menggali
bucketnya saja. Calmshell terutama digunakan untuk mengerjakan bahan-bahan lepas seperti
pasir, kerikil, lumpur, dan lain lainnya. Batu pecah dan batu bara dapat diangkat masal oleh
clamshell.
Clamshell bekerja dengan mengisi bucket, mengangkat secara vertical keatas,
kemudian gerakan swing dan mengangkatnya ditempat yang dikehendaki di
sekelilingnyauntuk kemudian ditumpahkan kedalam truk atau alat angkut lainnya. Cara
mengangkat dan membuang clamshell cocok untuk pekerjaan pengisian hopper yang lebih
tinggi letaknya.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
31 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Gambar Clamshell Excavator
D. Bucket clamshell
Bucket clamshell dibuat dalam berbagai ukuran, sma halnya seperti dragline, ukuran
bucket clamshell dibedakan dalam pemakaiannya. Untuk pekerjaan berat digunakan heavy
duty bucket, pekerjaan sedang atau umum digunakan medium weight bucket dan pekerjaan
ringan menggunakan light medium bucket.
Gambar clamshell bucket
E. Kemampuan clamshell
Kemampuan clamshell ditentukan oleh batas-batas gaya angkat crane yang diberikan.
Terutama mobile crane. Gaya angkat diberikan secara teliti untuk menghindari tergulingnya
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
32 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
alat. Biasanya gaya angkat maksimal diberikan atas dasar 75% kekuatan yang tersedia pada
mesin dan 85% dari beban yang dapat menggulingkan crane.
Gaya angkat clamshell berangsur-angsur turun dengan bertambahnya jarak jangkauan boom.
Maksimal panjang boom untuk clamshell hanya diperbolehkan 50 ft dengan ketentuan
sebagai berikut :
6. Single port hoist line untuk beban sampai dengan 8.000 lbs
7. Two part hoist line untuk beban sampai dengan 16.000 lbs
8. Three port hoist line sampai dengan 24.000 lbs
9. Four part hoist line untuk beban sampai dengan 32.000 lbs
10. Five part hoist line untuk beban sampai dengan 40.000 lbs
F. Produksi clamshell
Pertama-tama dipilih panjang boom dan sudut kerja boom yang paling
menguntungkan, hal-hal yang mempengaruhi antara lain gaya mampu crane, jatrak
penggalian, dan tinggi pembuangan. Pada table berikut (table 3.8 akan diberikan abeberapa
ukuran medium weight bucket (general purpose type clamshell bucket) yang umum
digunakan.
Tabel 3.8 spesifikasi medium weight bucket clamshell
Ukuran bucket (cu-yd)
0.38
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
1.75
2.00
2.50
Kapasitas (cu-ft)
a. water level
8
12
16
23
28
33
38
47
52
b. plate line
11
16
22
32
38
44
52
60
75
c. heaved
13
19
28
37
46
55
65
74
90
Berat (lbs)
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
33 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
a. bucket
1,662
2,120
2,920
3,870
4,400
5,310
5,440
6,000
7,775
b. katrol
230
300
400
400
400
500
500
600
600
c. rahang
180
180
180
180
180
190
266
300
390
d. berat ttal
2,072
2,600
3,500
4,450
4,980
6,000
6,206
6,900
8,765
Ukuran (ft)
a. lebar
2.50
2.50
3.00
3.00
3.47
9.75
4.00
4.25
4.50
tinggi membuka
1.08
7.83
9.08
9.75
10.25
10.75
10.25
11.50
13.00
c. tinggi
menutup
5.75
6.33
7.33
7.83
8.25
8.75
8.75
9.25
10.33
11. Cable Excavator
Untuk menggali material yang letaknya jauh dipermukaan tanah. Dpat digunakan
dragline, akan tetapi radius operasi dragline terbatas oleh panjang boom dan ukuran atau tipe
bucket yang digunakan. Untuk mengatasi penggalian yang radius operasinya besar dan
letaknya dibawah permukaan, misalnya pada danau, rawa, dan sebagainya, kita dapat
menggunakan cable excavator, long line excavator atau slack line excavator.
Cable Excavator adalah alat gali dengan lintasan kerja bucket diantara kepala tower (menara)
dan angkur yang letaknya disebrang tempat yang digali. Cable excavator dengan ukuran
bucket samapai dengan 4 cu-yd biasa digunakan untuk menggali pasir atau krikil yang
letaknya dalam air dengan lokasi luas. Muatan dapat dibuang ke hopper atau hanya ditimbun
saja sebagai stock pile.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
34 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Gambar
Apabila crane diganti sebagai pengganti tower, maka angkur ujung dapat digantikan traktor
dengan crawler mounted, hal ini digunakan agar jangkauan operasi tidak terlalu besar. Perlu
diketahui bahwa cara ini memerlukan tenaga mesin crane 50% lebih besar dibandingkan
dengan tenaga crane untuk dragline.
Untuk menghitung produksi, kita dapat menghitung cycle time yang diperlukan untuksetiap
kali menggali dan membuang, waktu yang diperlukan antara lain :
2. Meluncurkan bucket ketempat galian,
3. Menggali tanah,
4. Mengangkat dan menarik bucket
5. Membuang
Besarnya cycle time sangat bergantung pada keterampilan operator, kondisi medan, dan
kondisi manajemen serta ukuran bucket yang digunakan.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
35 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
BAB IV
PRODUKSI EXCAVATOR
4.1 Kapasitas Produksi Alat
Kapasitas produksi alat berat pada umumnya dinyatakan dalam m3 per jam. Produksi
didasarkan pada pelaksanaan volume yang dikerjakan tiap siklus waktu dan jumlah siklus
dalam satu jam.
Dimana:
Q = Produksi per jam (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
N = Jumlah siklus per jam, N = 60/Cm = Efisiensi kerja
E = Efisiensi Kerja
Cm = Waktu siklus dalam menit
3.6.2 Efisiensi Kerja
Produktifitas alat pada kenyataan di lapangan tidak sama jika dibandingkan dengan
kondisi ideal alat dikarenakan hal-hal tertentu seperti topografi, keahlian operator,
pengoperasian dan pemeliharaan alat. Produktifitas per jam alat yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan adalah produktifitas standart alat pada kondisi ideal dikalikan suatu faktor
yang disebut efisiensi kerja. Besarnya nilai efisiensi kerja ini sulit ditentukan secara tepat
tetapi berdasarkan pengalaman-pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang mendekati
kenyataan. Sebagai pendekatan dapat dipergunakan tabel sebagai berikut:
4.2 Pemilihan Peralatan Pekerjaan Tanah
Pemilihan alternatif peralatan yang baik merupakan faktor yang sangat penting dan
sangat mempengaruhi berhasil tidaknya pelaksanaan suatu proyek. Pemilihan alat
dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
36 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
a. Kondisi medan dan keadaan tanah
b. Kualitas pekerjaan yang disyaratkan
c. Volume pekerjaan
d. Prosedur operasi dan pemeliharaan alat
e. Umur alat
f. Undang-undang perburuhan dan keselamatan kerja
4.3 Produksi Excavator
Excavator adalah alat untuk menggali daerah yang letaknya di bawah kedudukan alat,
dapat menggali dengan kedalaman yang teliti serta dapat digunakan sebagai alat pemuat bagi
dump truck. Gerakan excavator dalam beroperasi terdiri dari:
1) Mengisi bucket (land bucket)
2) Mengayun (swing loaded)
3) Membongkar beban (dump bucket)
4) Mengayun balik (swing empty)
Produksi loader dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini (Rochmanhadi, 1987):
Q = Produksi per jam (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
E = Efisiensi kerja
Cm = Waktu siklus dalam detik
Sedangkan kapasitas bucket excavator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(Rochmanhadi,1987):
Rumus kapasitas bucket
Sumber: Rochmanhadi
Dimana:
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
37 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
q1 = Kapasitas munjung (penuh) yang tercantum dalam spesifikasi alat
K = Faktor bucket yang besarnya tergantung tipe dan keadaan tanah
Rumus waktu siklus
Cm = waktu gali + (2 x waktu putar) + waktu buang
Sumber: Rochmanhadi
Waktu buang tergantung kondisi pembuangan material
a. Dalam dump truck = 5 - 8 detik
b. Ke tempat pembuangan = 3 - 6 detik
Waktu menggali biasanya tergantung pada kedalaman gali dan kondisi galian
4.4 Komponen Biaya Alat Berat
4.4.1 Biaya Kepemilikan
Biaya kepemilikan adalah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama
alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri
4.4.2 Biaya Penyewaan Alat
Dalam suatu proyek penggunaan alat berat selain menggunakan alat pribadi juga
dengan menyewa. Sedangkan penetapan biaya menyewa telah diatur ketentuan-ketentuannya
oleh Departemen Pekerjaan Umum.
4.5 Jam Operasi atau Waktu Kerja
4.5.1 Jam Operasi Normal
Jam operasi normal adalah waktu kerja pada setiap hari kerja senin sampai dengan
sabtu ditetapkan selama 8 jam per hari dengan upah kerja sebesar upah kerja normal
4.5.2 Jam Operasi Lembur
Waktu kerja lembur dihitung dari lama waktu kerja yang melebihi batas waktu kerja
normal (8 jam/hari). Waktu kerja lembur dilaksanakan diluar jam operasi normal untuk setiap
hari kerja atau penambahan jumlah hari kerja per minggu (hari minggu)
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
38 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
4.6 Contoh Perhitungan Produksi Excavator
4.6.1 Gambaran Umum Proyek
Proyek Pengembangan Band ar Udara Hasanuddin, Makassar terletak di desa Baji
Manggai, desa Makkaraeng, desa Pao-pao, kelurahan Sudiang, kecamatan Mandai, kabupaten
Maros, Makassar, propinsi Sulawesi Selatan. Pekerjaan pematangan lahan (land clearing)
pada proyek pengembangan Bandar Udara Hasanuddin terdiri dari beberapa item pekerjaan
utama, antara lain:
a. Pekerjaan galian tanah
Pekerjaan ini dilakuka n penggalian tanah dan tanah dari hasil galian
dikumpulkan atau dijadikan sebagai bahan timbunan tanah pada permukaan
tanah yang mempunyai elevasi lebih rendah dari yang direncanakan
b. Pekerjaan timbunan atau pemerataan tanah
Pekerjaan timbunan ini dimaksudkan untuk meratakan tanah hasil galian dan juga
meratakan permukaan tanah agar sesuai dengan elevasi tanah yang diinginkan
4.6.2 Data Proyek
Volume peker jaan galian timbunan tanah dihitung berdasarkan gambar layou t
gambar potongan melintang. Dari lampiran gambar layout untuk potongan melintang
diperoleh 14 potongan yang jarak masing-masing potongan adalah:
Pot 1 s.d Pot 13 = 50 m
Pot 14 = 29 m
Maka diperoleh panjang jarak galian dan timbunan keseluruhan = 679 m.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
39 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Dan didapat kumulatif seperti pada table berikut
Perhitungan pekerjaan galian dan timbunan pada pekerjaan sektor 1 apron,
terminal dan pelataran parkir di atas, maka didapat volume tanah yang harus
dipindahkan sebesar:
Volume tanah yang dipindahkan = volume galian - volume timbunan
= 616.803,81- 437.278,73
= 179.525,08 m3
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
40 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
4.6.3 Perhitungan Produksi Alat Berat
4.6.3.1 Excavator type Komatsu PC 200
Alat = Komatsu PC 200
Kapasitas bucket = 0,95 m3
Efisiensi kerja (E) = 0,83
Faktor bucket = 0,90
Waktu gali = 12 detik
Waktu buang = 6 detik
Waktu putar = 6 detik
Waktu siklus:
Cm = waktu gali + (2 x waktu putar) + waktu buang
= 12 + (2 x 6) + 6
= 30 detik
Produksi per siklus:
q = q1 x K
= 0,95 x 0,90
= 0,86 m3
Produktifitas excavator per jam (m3/jam) untuk tanah ASLI
Q = 85,66 m3/jam
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
41 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Kapasitas 4 excavator per jam (m3/jam)
Q = 85,66 x 4
= 342,64 m3/jam
Lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan volume tanah yang dipindahkan adalah
(diasumsikan bahwa pekerjaan galian dan timbunan menggunakan excavator)
T = Volume Pekerjaan
Produksi 4 buah excavator/ jam x 7
= 616.803,81 + 437.278,73
342,67 x 7
= 443 Hari
= 17 Bulan
4.6.4 Perhitungan Biaya dan Sewa Alat
4.6.4.1 Excavator type komatsu PC 200
Jenis alat = Excavator
Merk = Komatsu
Type/Model = PC 200
Harga sewa = Rp. 211.000,00 /jam
Lama sewa = 443 hari
= 17 bulan
Waktu pelaksanaan = Juni 2005
Biaya sewa alat excavator adalah:
Biaya sewa dalam satu hari kerja:
= 8 jam x Rp. 211.000,00
= Rp. 1.688.000,00
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
42 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Biaya sewa dalam satu minggu bekerja:
= 6 hari x Rp. 1.688.000,00
= Rp. 10.128.000,00
Biaya sewa satu bulan ( 26 hari kerja ), maka biaya dalam satu bulan:
= 26 hari x Rp. 1.688.000,00
= Rp. 43.888.000,00
Total biaya sewa selama 17 bulan penggunaan excavator:
= 17 bulan x Rp. 43.888.000,00
= Rp. 746.096.000,00
Biaya untuk mobilisasi dan demobilisasi dalam 1 unit excavator adalah
Rp. 3.000.000,00
Total biaya sewa
1 unit excavator termasuk mobilisasi dan
demobilisasi:
= Rp. 746.096.000,00 + Rp. 3.000.000,00
= Rp. 749.096.000,00
Biaya sewa 4 unit excavator termasuk mobilisasi dan demobilisasi:
= 4 unit excavator x Rp. 749.096.000,00
= Rp. 2.996.384.000,00
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
43 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
BAB V
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi
seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses
konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu
lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam
suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya
peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan konstraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau personal protective Equipment (PPE) untuk
semua karyawan yang bekerja, yaitu :
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat karakter
lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka
selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan
oleh karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya
menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-
mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah.
Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari
atas.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
44 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
3. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau
serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran
sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan
perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.
4. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dab tajam
selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah
mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti medorong gerobag
cor secara terus-meerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan
besi pada gerobag.
5. Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar
sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari
atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas.
Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah
yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
45 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian
tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety
belt. Fungsi utama talai penganman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja
pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh
mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat
jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat
kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat
kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan
memotong, mengampelas, mengerut kayu.
9. Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan dan
penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi aman harus menjadi
pertimbangan utama.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
46 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
10. P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerja
konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana
konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.
Demikianlah peralatan standar k3 di proyek yang memang harus ada dan disediakan
oleh kontraktor, barangkali sifatnya wajib. Ingat tindakan preventif jauh lebih baik dan murah
ketimbang sudah kejadian.
3 DIV Jalan Tol | Politeknik Negeri Jakarta
47 Excavator-Bagus Juang Wiantoro
Daftar Pustaka
Nursin, Afrizal. Alat Berat. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, 1995.
Frick, Heinz. Peralatan Pembangunan Konstruksi,Penggunaan dan Pemeliharaan, Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
Fatena, Rostiyati, M.Sc, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002.
Asiyanto. Manajemen Alat Berat untuk Konstruksi. Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2008.
http:/www.youtube.com/excavator
http:/www.Wikipedia.com/excavator
Tugas Akhir Muhamad Rusli, Analisis Produktifitas Alat Berat, Universitas Islam Indonesia
Excavator Arm, Teknik Mesin, Universitas Indonesia