tenggara pada rumah sakit umum kota bau bau sul …
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PERILAKU PASIEN TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT JALAN
PADA RUMAH SAKIT UMUM KOTA BAUBAU SULAWESI
TENGGARA
THE INFLUENCE PATIENTS’ BEHAVIOUR ON THE USE OF HEALTH
SERVICE IN OUTPATIENT UNIT OF PUBLIC HOSPITAL OF BAUBAU
CITY SOUTHEAST SULAWESI
EKY ENDRIANA AMIRUDDIN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
PENGARUH PERILAKU PASIEN TERHADAP
PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI
RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT UMUM KOTA
BAUBAU SULAWESI TENGGARA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Disusun dan diajukan oleh
EKY ENDRIANA AMIRUDDIN
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Eky Endriana Amiruddin
Nomor Mahasiswa : P1802211002
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
hasil karya orang lain.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
tesis ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Mei 2013
Yang Menyatakan
EKY ENDRIANA AMIRUDDIN
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunian kesehatan dan kekuatan, sehingga penulis dapat
merampungkan tesis dengan judul “Perilaku Pasien Terhadap
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan pada
Rumah Sakit Umum Kota Baubau Sulawesi Tenggara Tahun 2013”.
Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini banyak
mengalami hambatan serta kesulitan baik dari keterbatasan literatur
maupun keterbatasan kemampuan berpikir, oleh karena itu dengan
rampungnya tesis ini yang merupakan pra syarat penyelesaian studi
pada program studi Kesehatan Masyarakat dengan Konsentrasi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Hasanuddin
Makassar, pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada : Prof. Dr. Hj. Asiah Hamzah, Dra, MA sebagai
ketua komisi penasehat dan Dr. Mappeaty Nyorong, MPH sebagai
anggota komisi penasehat atas bantuan dan bimbingannya yang telah
diberikan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mursalim selaku Direktur Pascasarjana, Bapak
Dr. dr. Noer Bahry Noor, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
2. Bapak Prof. Dr. H. Indar, SH, MPH selaku ketua Konsentrasi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
3. Seluruh Guru Besar, Dosen dan staf Program Pascasarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar
khususnya jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
4. Bapak Dr. Darmawansyah, SE, MS, Bapak Prof. Dr. H. Indar, SH,
MPH, dan Bapak Dr. Jamil Thalib selaku penguji yang telah
memberikan koreksi dan saran untuk perbaikan tesis ini.
vi
5. Kepala Rumah Sakit Umum Kota Baubau beserta staf yang telah
memberikan izin dan bantuan kepada penulis sehingga dapat
melakukan penelitian ini.
6. Staf Dinas Kesehatan kota Baubau yang telah memberikan saran
dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tesis ini.
Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada Orang Tuaku tercinta Ir. Amiruddin dan
Sudiana S.Pi, serta adikku tersayang Esa Penilta Amiruddin S.Pd dan
Ela Welati atas doa, semangat dukungan moril dan materil kepada
penulis selama menempuh pendidikan, serta semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, hanya kepada ALLAH SWT kita serahkan segala amal
ibadah kita, penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna penulis
berharap kritikan dan saran dari pembaca, semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi pembangunan kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Amin
Makassar, Mei 2013
Penulis
vii
ABSTRAK
EKY ENDRIANA AMIRUDDIN. Pengaruh Perilaku Pasien Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Pada Rumah Sakit Umum Kota Baubau Tahun 2013. (dibimbing oleh Asiah Hamzah dan Mappeaty Nyorong).
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perilaku pasien terhadap pemanfaatan pelayanan di instalasi rawat jalan di rumah sakit umum kota Baubau.
Jenis penelitian ini adalahkuantitatifdengan pendekatan survei analitik melaluirancangan kajian potong lintang(cross sectional study). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan dan sampelnya adalah keseluruhan populasi, yakni sebanyak seratus orang responden. Data analisis dengan chi-squaredan regresi logostik berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan, kepercayaan masyarakat, fasilitas yang dimiliki rumah sakit, dan perilaku petugas kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau.
Kata Kunci: pengetahuan, kepercayaan, fasilitas, perilaku petugas kesehatan, pemanfaatan pelayanan kesehatan.
viii
ABSTRACT
EKY ENDRIANA AMIRUDDIN. The Influence Patients’ Behaviour on
the Use of Health Service in Outpatient Unit of Public Hospital of
Baubau City, Southeast Sulawesi (supervised by Asiah Hamzah and
Mappeaty Nyorong).
The aim of the research is to find out the influence of patient’s
behavior on service use in Outpatient Unit of Public Hospital of Baubau
City.
The research was a quantitative study with analytic survey
approach using cross sectional design. The populations were all
outpatients and the samples were all populations consisting of 100
respondents. The data were analyzed using chi square and multiple
logistic regression analyzes.
The results ofthe research indicate that knowledge, trust, facilities,
and health officials’ behavior have influence on the use of health service
outpatient unit of Baubau city.
Key words: knowledge, trust, facilities, health officials’ behavior, service
use.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………… . ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… . iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ………………………………….… . iv
PRAKATA ……………………………………………………………….. . v
ABSTRAK ........................................................................................ viii
ABSTRACT ……………………………………………………………… . ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. .. x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 9
C. Tujuan Penelitian …………………………………………..…… 9
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit ………………………. 11
B. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan …………………………. 21
C. Perilaku Kesehatan …………………………………………….. 24
D. Tinjauan Tentang Pengetahuan ………………………………. 30
E. Tinjauan Tentang Kepercayaan ………………………………. 36
F. Tinjauan Tentang Fasilitas …………………………………….. 38
G. Tinjauan Tentang Perilaku Petugas Kesehatan …………….. 39
H. Kerangka Teori ………………………………………….………. 44
I. Kerangka Pikir …………………………………………….......... 46
J. Kerangka Konsep ……………………………………….………. 47
x
K. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif …………………… 48
L. Hipotesis Penelitian ……………………………………………. 51
M. Sintesa Penelitian ……………………………………………… 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ………………………………………………. 57
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………. 57
C. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………... 58
D. Sumber Data …………………………………………………… 59
E. Pengolahan Data ………………………………………........... 60
F. Analisis Data ………………………………………………....... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………………… 62
B. Pembahasan …………………………………………………… 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………......... 99
B. Saran ……………………………………………………………. 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Responden Menurut Umur di Instalasi Rawat Jalan
RSUD Kota Baubau ................................................................... 67
2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien
Rawat Jalan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota
Baubau ....................................................................................... 67
3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ........................ 68
4. Distribusi Responden Berdasarkan status pekerjaan Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ......................... 69
5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ......................... 70
6. Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ......................... 70
7. Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ........... 71
8. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Petugas
Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota
Baubau ....................................................................................... 72
9. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota
Baubau ....................................................................................... 73
10. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota
Baubau ....................................................................................... 74
11. Hubungan Kepercayaan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota
Baubau ....................................................................................... 75
xii
12. Hubungan Fasilitas Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan DiInstalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota
Baubau ....................................................................................... 76
13. Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan Dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
Umum Kota Baubau .................................................................. 78
14. Hasil Analisis Regresi Logistik Bivariat Variabel Perilaku Pasien
Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Di
Instalasi Rumah Sakit Umum Kota Baubau ............................... 79
15. Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Faktor yang Mempengaruhi
Pemanfaaan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum
Kota Baubau .............................................................................. 81
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data Penelitian
2. Hasil Analisis Data
3. Kuesioner
4. Surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Rumah sakit sebagai institusi kesehatan, bertanggung jawab
melaksanakan pelayanan kesehatan bagi penderita yang datang
berobat di rumah sakit terutama ditujukan untuk penyembuhan bagi
penderita yang sakit dan sebagai salah satu bagian dari pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Rumah sakit mempunyai peranan
sebagai pusat pelayanan kesehatan lanjutan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, melalui pelayanan medik
dan pelayanan keperawatan serta pelayanan penunjang pelayanan non
medik lainnya.
Posisi strategis kota Baubau sebagai penghubung kawasan
timur dan barat menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah memerankan
fungsi pelayanan kesehatan rujukan bagi daerah di sekitarnya meliputi:
Buton, Wakatobi, Buton Utara, Muna, dan Bombana. Rumah Sakit
Umum Daerah kota Baubau memiliki tipe C dengan demikian segala
2
aktivitas yang dilakukan rumah sakit memiliki ruang lingkup sesuai
karakteristik type yang dimilikinya.
Permasalahan yang muncul dalam pemanfaatan pelayanan
rawat jalan di rumah sakit umum kota Baubau adalah kecendurungan
menurunnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan
rumah sakit umum kota Baubau. Berdasarkan data jumlah kunjungan
pasien rawat jalan dapat dilihat bahwa kunjungan pasien Rumah Sakit
Umum Kota Bau-Bau mengalami penurunan tahun 2007 sebanyak
37.883 pasien, 2008 sebanyak 41.271, tahun 2009 sebanyak 24.968,
tahun 2010 sebanyak 22.350, tahun 2011 sebanyak 25.189. Kunjungan
pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Kota Bau-Bau mengalami
penurunan yang sangat signifikan sekitar 40%. (lampiran 1)
Banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan, dan juga yang dapat mempengaruhi kurangnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan salah satunya tingkat pengetahuan
masyarakat yang rendah. Proses pengambilan keputusan yang rumit
karena kurangnya pengetahuan berdampak pada keputusan pasien
untuk tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pasien yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan adalah berpendidikan
SMA, rendahnya pendidikan pasien dapat menyebabkan pengetahuan
pasien berkurang terhadap pengobatan penyakitnya untuk mencari
sumber pelayanan kesehatan, kurangnya informasi yang diperoleh
3
tentang penyakit pasien dapat menyebabkan status kesehatan
menurun, dan dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang terjadi
masyarakat sering sulit terdeteksi, bahkan kadang-kadang masyarakat
sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Sehingga
dengan kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan menurunnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua
atau lebih alternatif tindakan atau perilaku. Dalam model pengambilan
keputusan semua aspek pengaruh kognisi dilibatkan dalam
pengambilan keputusan konsumen, termasuk pengetahuan, arti,
kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan
pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi baru di
lingkungan.
Menurut Cohen Bryant (1984), secara umum permintaan
pelayanan meningkat sesuai dengan kenaikan tingkat pedidikan. Hasil
penelitian Hendrartini (1995), menunjukkan bahwa terdapat korelasi
yang positif dan bermakna antara tingkat pendidikan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di RS Sardjito dan RS
Bethesda, yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di
RS.
Permasalahan lain yang ditemukan dirumah sakit umum kota
Baubau dimana berdasarkan data jumlah kunjungan pasien rawat jalan
4
rumah sakit kota Baubau dari tahun 2007 sampai 2011 mengalami
jumlah kunjungan yang berfluktuatif. Dimana pada tahun 2007 jumlah
kunjungan pasien rawat jalan 37. 883, di tahun 2008 meningkat menjadi
41.271 namun jumlah kunjungan tersebut menurun drastis di tahun
2009 yaitu 24.968, lalu kemudian turun lagi menjadi 22.350 di tahun
2010. Sementara di tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi
25.189. hal ini menunjukan kepercayaan masyarakat dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSUD kota Baubau mengalami
masalah. Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa tidak konsistennya
jumlah kunjungan rawat jalan di kota Baubau disebabkan oleh faktor
kepercayaan.
Menurut Ramsey dan Sohi kepercayaan merupakan elemen
penting yang berpengaruh pada kualitas suatu hubungan. Kepercayaan
konsumen terhadap penyedia jasa akan meningkatkan nilai hubungan
yang terjalin dengan penyedia jasa. Berdasarkan penelitian Erny Siska
Sarifah Matondang (2012) yang menyatakan secara statistik variabel
kepercayaan masyarakat berpengaruh terhadap pemanfaatan rumah
sakit umum Swadana, dengan demikian semakin tinggi kepercayaan
pasien terhadap pelayanan rumah sakit makan akan semakin tinggi
kepercayaan pasien untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Ketersediaan fasilitas juga mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan rawat jalan di rumah sakit umum kota Baubau, berdasarkan
hasil wawancara dengan pasien dan kepala bidang pelayanan “pasien
5
mengatakan bahwa ketersediaan obat di rumah sakit masih kurang”.
Sehingga mereka selalu dirujuk beli obat di apotik dokter, hal ini sejalan
dengan yang dikatakan kepala bidang pelayanan bahwa pihak rumah
sakit selalu mengalami kekurangan obat.
Berdasarkan laporan kegiatan farmasi pengadaan obat di
rumah sakit umum kota Baubau sejak tahun 2005 jika dilihat dari
pengadaan jumlah item obat yang direncanakan pada triwulan 1
sebanyak 752 item obat yang terdiri dari obat generik 376 item obat,
obat non generik formularium 232 item obat dan obat non generik 144
item obat, sedangkan jumlah item obat yang tersedia di rumah sakit
pada triwulan pertama yaitu obat Generik sebanyak 606 item obat yang
terdiri dari obat generik 345 item obat, 148 obat non generik
formularium, dan obat non generik 116 item obat. Sedangkan pada
tahun 2011 triwulan pertama jumlah item obat 771 dan jumlah item obat
yang tersedia 316. (lampiran 2)
Data dasar menjelaskan bahwa setiap tahun obat yang
direncanakan tidak sepenuhnya di penuhi sehingga obat yang tersedia
di Apotik selalu mengalami kekurangan. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Siswanto (Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes) bahwa kemajuan
intervensi di bidang pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi penyakit
(ilmu kedokteran) tidak akan mampu meningkatkan status kesehatan
masyarakat secara adil (equal) bila tidak dibarengi dengan pengelolaan
6
sistem kesehatan yang tepat, yaitu dengan memaksimalkan manfaat
untuk kepentingan masyarakat banyak.
Sejalan dengan hal itu penelitian yang di lakukan oleh Ifmaily
(2006) bahwa responden menilai ketersediaan obat di IFRS Ibnu Sina
Padang tidak lengkap sebanyak 66 orang (66%), sehingga menurunkan
minat beli ulang terhadap layanan farmasi pasien unit rawat jalan di
instalasi farmasi rsi. ibnu sina–yarsi.
Disisi lain terdapat masalah pada alat-alat kesehatan. Peralatan
ditemukan bahwa alat-alat kesehatan masih jauh dari standar
pelayanan minimal pada RSUD kota Baubau. Hasil pengukuran pada
kelengkapan peralatan pada sarana pelayanan rawat jalan seperti
Poliklinik Umum dengan kelengkapan peralatan 25% dengan SPM
100%, poli anak 21,05%, poli bedah 13,64%, poli gig dan mulut
11,19%, poli internis 23,33%, poli kandungan 56,25%, poli mata
30,77%, poli THT 12,50%, IGD 25,71%, ICU 61,90%, Bangsal anak
32%, Bangsal perinatologi 41,67%, Bangsal kandungan 18,18%,
Bangsal Internis 37,50%, Bangsal Bedah 36,36%, Kamar bersalin
36,26%, Laboratorium 85,54%, Farmasi 75%, Gizi 25,45%, Radiologi
29,17%. Jenis pelayanan Rehabilitasi medis 7,14%, keterapian fisik
5,44%. Berdasarkan data dasar di atas diketahui rata-rata kelengkapan
peralatan 33,23%. Angka tersebut masih sangat jauh dari kondisi ideal
jumlah peralatan yang dibutuhkan RSUD kota Baubau sehingga dapat
memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. (lampiran 3)
7
Hasil penelitian yang dilakukan Cresti Ratnasari (2012) tentang
hubungan ketersediaan fasilitas, terhadap pemilihan tempat pemberi
pelayanan kesehatan pada peserta askes mengatakan bahwa
banyaknya responden yang mengatakan Puskesmas telah memiliki
fasilitas yang baik dan memilih Puskesmas sebagai tempat pelayanan
kesehatan dikarenakan Puskesmas telah ditunjang oleh adanya
sarana-prasarana yang lengkap, sehingga dengan berkunjung ke
Puskesmas semua pelayanan kesehatan dasar peserta dapat
terpenuhi.
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal kepuasan pasien
hanya 60 % dari prognosis rumah sakit yaitu ≥ 90%. Artinya pasien
kurang puas terhadap pelayanan kesehatan. (lampiran 4). Pasien
mengeluhkan tentang perilaku petugas kesehatan yang selalu tidak
ramah dalam pelayanan dan lambannya penanganan obat, petugas
kesehatan yang tidak disiplin waktu.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ika puspita (2009) bahwa
ketetapan waktu yang diberikan dokter dalam memberikan pelayanan
kurang baik sebanyak 41.8% sehingga pasien merasa tidak puas
terhadap kualitas rumah sakit. Mereka menyatakan bahwa waktu
pelayanan dan pemeriksaan oleh dokter khususnya dokter spesialis
tidak tepat waktu karena tidak sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Dalam melakukan kunjungan pada pasien rawat inap sering
tidak sesuai dengan jadwal dan terrburu-buru sementara untuk pasien
8
rawat jalan, dokter sering telat menangani pasien sehingga pasien
harus antri dan menunggu berjam-jam. Apabila proses yang tidak baik
ini terus berlanjut pada pelayanan berikutnya, maka dapat dipastikan
rumah sakit akan kehilangan pelanggan atau pasiennya.
Rumah sakit umum kota Baubau perlu mengetahui perilaku
pasien di kota Baubau dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, agar
mereka tidak berpindah ke penyedia jasa kesehatan lainnya.
Berdasarkan data SPM rumah sakit kepuasan pasien yang berobat di
rumah sakit hanya mencapai 60%. (lampiran 4)
Berdasarkan data tersebut diatas merupakan hal penting yang
berpengaruh pada perilaku pasien dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu untuk meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan RSUD kota Baubau sangat relevan
untuk diteliti.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan kota Baubau tahun 2013?
2. Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan rawat jalan kota Baubau tahun 2013?
3. Apakah fasilitas berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan rawat jalan kota Baubau tahun 2013?
4. Apakah perilaku petugas kesehatan berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan kota Baubau tahun
2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh perilaku pasien terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan Rumah Sakit Umum
kota Baubau Sultra 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rumah sakit.
b. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rumah sakit.
10
c. Untuk mengetahui pengaruh fasilitas terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rumah sakit.
d. Untuk mengetahui pengaruh perilaku petugas kesehatan terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan rumah sakit.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi pemerintah,
rumah sakit stakeholder di Baubau Sultra untuk perencanaan,
pengembangan manajemen pemasaran.
2. Manfaat Teoritis
Diharapkan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
khususnya dalam penelitian pemanfaatan Instalasi Rawat Jalan dalam
pelayanan pasien dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan, mengaplikasikan
keilmuan, menambah keilmuan berfikir melalui penulisan ilmiah dan
penerapan teori-teori selama menempuh pendidikan di Magister
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu institusi penyelenggara pelayanan
kesehatan yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan. Perubahan perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal
dan internal rumah sakit menyebabkan manajer rumah sakit harus
mengubah paradigma atau cara pandang bahwa rumah sakit sekarang
ini berkembang menjadi suatu industri jasa yang tidak bisa
meninggalkan aspek komersial disamping peran sosialnya.
Meningkatnya teknologi kedokteran dengan komponen-
komponen lainnya memaksa manajer rumah sakit harus berpikir dan
berusaha secara sosial ekonomi dalam mengelola rumah sakitnya.
Pengelolaan rumah sakit yang padat karya dan padat teknologi meliputi
pengelolaan pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
pelayanan intensif, farmasi, gizi, administrasi keuangan, rekam medis
dll.
Pelayanan kesehatan pasien rawat jalan kini merupakan salah
satu pelayanan yang menjadi perhatian utama rumah sakit di seluruh
dunia. Hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat mencari upaya
pelayanan pengobatan yang praktis sekali datang dan pada hari itu
12
pula memperoleh pelayanan yang lengkap (one day care). Oleh sebab
itu para manajemen rumah sakit menyadari bahwa menetapkan sebuah
posisi yang kuat dalam pasar rawat jalan adalah penting demi
kelangsungan hidup organisasi rumah sakit. Di dalam masa peralihan
ini menempatkan manajer rawat jalan sebagai bagian essensial dari
keseluruhan bisnis pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dengan
demikian, para manajer rawat jalan harus mampu mendeferensiasikan
harapan dan kebutuhan pelanggan agar dapat merebut hati para
pelanggannya.
Salah satu cara utama mendiferensiasikan jasa kesehatan
adalah memberikan pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi atau
melebihi harapan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang
diberikan. Setelah menerima jasa pelayanan kesehatan maka pasien
akan membandingkan jasa yang diterima dengan yang diharapkan, jika
mendapatkan jasa sesuai bahkan lebih dari yang diharapkan mereka
akan menggunakan lagi tapi bila tidak sesuai dengan yang diharapkan
maka pasien tidak akan berminat memanfaatkan lagi.
2. Bentuk Pelayanan Rumah Sakit
Menurut Milton Roemer & Friedman yang dikutip oleh
Aditama,T.Y.,(2002) menyatakan bahwa rumah sakit seharusnya
mempunyai lima fungsi, yakni : (1) Harus ada pelayanan rawat inap
dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya, (2) Rumah sakit harus
memilki pelayanan rawat jalan, (3) Rumah sakit mempunyai tugas
13
untuk pendidikan dan latihan, (4) Rumah sakit melakukan penelitian di
bidang kedokteran dan kesehatan, (5) Rumah sakit mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk program penyakit dan penyuluhan
kesehatan bagi populasi di sekitarnya.
Berdasarkan temuan Achmad Hardiman (2003), sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia belum baik. Rumah sakit belum
mampu menjamin mutu pelayanan kesehatan, misalnya dokter sering
terlambat datang, pasien harus menunggu lama untuk mendapat
pelayanan, belum menyediakan ruang tunggu yang nyaman, belum ada
kontinuitas pelayanan, belum bisa menjamin waktu penyerahan obat
serta belum mampu membuat sistem peresepan on line lewat
komputer. Masih banyak rumah sakit yang belum consumer oriented,
belum memberikan kemudahan akses pelayanan bagi pasien.
Dalam perkembangannya, pelayanan rumah sakit tidak terlepas
dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin
pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya
memberi pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap
pasien melalui rawat inap. Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser
karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya tekhnologi kedokteran,
peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan
kesehatan di rumah sakit saat ini tidak hanya bersifat penyembuhan
(kuratif) tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya
dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan
14
(promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran
pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya untuk individu pasien,
tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum.
Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat
sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu,
pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan
yang paripurna (komprehensif dan holistik) (Muninjaya, 2004).
Pelayanan rumah sakit di Indonesia saat ini sudah bersifat
padat modal, padat karya, dan padat teknologi dalam menghadapi
persaingan global. Dalam hal rujukan medik, rumah sakit juga di
andalkan untuk memberikan pengayoman medik (pusat rujukan) untuk
pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat pengayoman
sangat erat kaitannya dengan klasifikasi rumah sakit.
Ada empat jenis rumah sakit berdasarkan klasifikasi perumah
sakitan di Indonesia yaitu kelas A, B, C dan D. Kelas rumah sakit yang
lebih tinggi A mengayomi kelas rumah sakit yang lebih rendah dan
mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas. Pengayoman
dilaksanakan melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan
kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti
bantuan tekhnologi, bantuan sarana dan oprasionalnya) dan rujukan
medik (berkaitan dengan pelayanan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif).
15
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai
kriteria, yakni :
a. Kepemilikan
Kepemilikan ini mencakup kepemilikan pemerintah pusat,
pemerintah daerah, militer, dan BUMN;
b. Jenis pelayanan
Jenis pelayanan meliputi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus;
c. Lama tinggal
Lamanya tinggal di rumah sakit terdiri dari : rumah sakit perawatan
jangka pendek, yakni kurang dari 30 hari, dan rumah sakit perawatan
jangka panjang yakni lebih dari 30 hari;
d. Kapasitas tempat
Kapasitas tempat tidur ini rumah sakit dikelompokan berdasarkan
jumlah tempat tidurnya, yakni kurang dari 50 tempat tidur, 50-99
tempat tidur, 209-299 tempat tidur, 300-399 tempat tidur, dan 500
tempat tidur atau lebih;
e. Afiliasi pendidikan
Pengelompokan berdasarkan afiliasi pendidikan meliputi: rumah sakit
pendidikan dan rumah sakit non pendidikan;
16
f. Status akreditasi
Pengelompokan ini rumah sakit didasarkan status terakreditasi,
meliputi rumah sakit terakreditasi dan rumah sakit belum
terakreditasi.
Klasifikasi rumah sakit umum pemerintah, meliputi :
a. Rumah Sakit Umum Kalas A adalah rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas.
Oleh pemerintah, rumah sakit kelas A ini telah ditetapkan sebagai
tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut
pula rumah sakit pusat.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis
terbatas. Direncanakan rumah sakit kelas B didirikan di setiap Ibu
Kota Provinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
Kabupaten. Rumah Sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A
juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini
ada empat macam pelayanan spesialis ini disediakan yakni
pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan
anak serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan
rumah sakit kelas C ini akan didirikan di setiap Ibu Kota Kabupaten
yang menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas.
17
d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit yang bersifat
transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit
kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit kelas D hanyalah
memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.
Sama halnya dengan rumah sakit kelas C, rumah sakit kelas D ini
juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari Puskesmas.
e. Rumah Sakit Umum Kelas E adalah rumah sakit khusus
(special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam
pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak rumah sakit kelas
E yang telah ditemukan. Misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit
kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung,
rumah sakit ibu dan anak dan lain sebagainya yang seperti ini.
Klasifikasi rumah sakit umum swasta, mengacu pada Surat
Keputusan Menteri Kesehatan R.I.Nomor : 806b/Menkes/SK/XII/1987,
yaitu :
a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberi pelayanan medik
bersifat umum;
b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberi pelayanan medik
bersifat umum dan spesialis dalam 4 cabang;
c. Rumah Sakit Umum Utama, memberi pelayanan medik bersifat
umum spesialis dan sub spesialis.
18
Dalam Dainur (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi
kunjungan antara lain :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan menjadikan
kunjungan bagi masyarakat sebagai suatu hal yang wajib demi
kesehatan keluarga dan diri sendiri.
b. Memberikan perhatian kepada setiap pengunjung, biasanya makin
banyak pengunjung maka makin kurang perhatian petugas
kesehatan kepada seseorang.
c. Memberi penghargaan atau puji-pujian kepada pengunjung yang
rajin datang dan menuruti nasehat-nasehat petugas kesehatan.
d. Menghindari mencela atau menyalahkan pengunjung apabila ada
hal-hal yang mungkin kurang kita ingin dari perilaku mereka dalam
menjaga kesehatannya.
Banyak faktor yang berperan dalam kunjungan ke rumah sakit.
Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor yang
berasal dari rumah sakit yaitu : masalah tenaga, sikap petugas,
program pelayanan, fasilitas yang tersedia, letak rumah sakit, sumber
daya yang tersedia dan faktor yang berasal dari masyarakat yaitu :
pendidikan, pengetahuan, pendapatan, budaya, jarak dan waktu.
19
4. Rawat Jalan
Rawat jalan adalah pelayanan pengobatan di fasilitas
pelayanan kesehatan dengan tidak harus menginap di fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut baik didalam gedung dan diluar gedung.
Azwar (1998) Pelayanan rawat jalan adalah salah satu bentuk
dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan
perawatan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan
untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap.
Dibandingkan dengan perawatan rawat inap. Pelayanan rawat
jalan nampaknya jauh lebih berkembang. Banyak faktor yang
menyebabkan berkembangnya pelayanan rawat jalan, antara lain
adalah :
a. Sarana prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pelayanan rawat jalan jauh lebihmurah dan sederhana, dan karena
itu lebih banyak didirikan.
b. Kebijakan pemerintah yang untuk mengendalikan biaya kesehatan
mendorong dikembangkannya berbagai sarana rawat jalan.
c. Tingkat kesadaran kesehatan penduduk yang makin meningkat,
yang tidak lagi membutuhkan pelayanan untuk mengobati penyakit
saja, tetapi juga untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang umumnya dapat dilayani oleh sarana rawat jalan saja.
20
d. Kemajuan ilmu dan tehnologi kedokteran yang telah dapat
melakukan berbagai tindakan kedokteran yang dulunya memerlukan
pelayanan rawat inap.
e. Utilisasi rumah sakit yang makin terbatas dan karenanya untuk
meningkatkan pendapatan, kecuali lebih mengembangkan
pelayanan rawat jalan yang ada di rumah sakit juga terpaksa
mendirikan berbagai sarana pelayanan rawat jalan di luar rumah
sakit.
a. Desain dan ukuran poliklinik yaitu sebagai berikut:
1) Persyaratan lokasi
Lokasi harus mudah diakses. suasana penerimaan dengan yang
diterima harus nyamandan tidak menimbulkan kesan menakutkan.
2) Letaknya Berdekatan dengan jalan utama, penunjang medis,
apotik, laboratorium sertalokasi mudah dijangkau dari bagian
administrasi maupun rekam medis.
3) Ukuran poliklinik 4m (p) x 3m (l) 3m(t).
b. Kebutuhan pelayanan poliklinik antara lain :
1) Poli Umum
2) Empat poliklinik spesialis dasar yakni penyakit dalam, anak,
bedah dan kebidanan.
3) Poliklinik pelengkap sesuai kebutuhan antara lain mata, THT, gigi
dan mulut, Syaraf, jiwa, rehabilitasi medis.
21
c. Pelayanan non medik antara lain :
1) Loket pendaftaran dan pembayaran.
2) Kamar Kecil
3) Ruang tunggu
Semuanya ruangan tersebut harus mempunyai sistem
ventilasi yang baik, atau dilengkapi dengan AC, Aliran listrik dan air
tersedia cukup.mempunyai koridor yang terpisah antara petugas
dengan pasien.
B. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok ataupun
masyarakat.
Ada 4 syarat pokok pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi
agar dapat dikatakan sebagai pelayanan kesehatan yang baik, yaitu:
1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayaan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang
dibutuhkan.
22
2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat.
3. Mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud disini
terutama dari sudut lokasi.
4. Mudah dijangkau, pengertian keterjangkauan disini terutama dari
sudut biaya.
5. Bermutu, pengertian mutu disini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang
disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di
pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik
serta standard yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan adalah :
1. Sosial budaya
2. Faktor konsumen (persepsi sakit, mobilitas, kecacatan,
sosiodemografi: umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan,
pekerjaan, dan faktor sosio-psikologi: persepsi terhadap penyakit,
kepercayaan dan agama)
3. Organisasi dan proses pelayanan kesehatan (kemampuan institusi
menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan, perilaku provider, keragaman pelayanan, peralatan dan
teknologi canggih).
23
Keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan
merupakan kombinasi dari kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang
dirasakan, karena untuk konsumsi pelayanan kesehatan, konsumen
sering tergantung kepada informasi yang disediakan oleh institusi
pelayanan kesehatan ditambah dengan preferensinya. Faktor-faktor
lain yang berpengaruh antara lain adalah pendapatan, harga, lokasi
dan mutu pelayanan.
Kebutuhan terjadi secara bertahap (hirarkis), mulai dari
kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan rasa keamanan dan perlindungan, kebutuhan akan rasa kasih
sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Teori ini dikenal dengan “Five Hierarchy of need” dari Maslow
(Tjiptoherijanto dkk, 1994).
Menurut Bradshaw dalam Tjiptoherijanto (1994), mengatakan
bahwa pada prakteknya ada empat definisi yang berbeda mengenai
need atau kebutuhan yang lazimnya digunakan oleh peneliti dan
pengambil kebijakan, yaitu :
1. Kebutuhan normative (normative need), terjadi manakala kebutuhan
yang timbul pada individu umumnya dipengaruhi faktor nilai,
lingkungan sosial, dan hukum.
2. Kebutuhan yang dirasakan (felt need), terjadi manakala masyarakat
menghendaki pelayanan kesehatan, hal ini berkaitan dengan
24
persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga
dengan jelas akan berbeda dengan orang lain.
3. Kebutuhan yang diekspresikan (expressed need), yaitu “felt need”
yang berubah menjadi permintaan. “Expressed need” ini biasa
disebut dengan demand atau permintaan yang efektif.
4. Kebutuhan comparative need, yaitu kebutuhan yang dalam
pemenuhannya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya
atau antara daerah yang satu dengan yang lainnya.
C. Perilaku Kesehatan
Menurut sebagian psikolog perilaku manusia berasal dari
dorongan yang ada dalamdiri manusia dan dorongan ini merupakan
salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri
manusia dan dengan adanya dorongan tersebut menimbulkan
seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus yang
mengarah pada tujuan.
Perilaku kesehatan yaitu suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta
lingkungan.
Dari definisi tersebut kemudian dirumuskan bahwa perilaku
kesehatan terkait dengan :
25
1. Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari
penyakit.
2. Perilaku peningkatan kesehatan.
3. Perilaku gizi (makanan dan minuman).
Menurut Karl dan Cobb membuat perbedaan di antara tiga tipe
yang berkaitan dengan perilaku kesehatan, yaitu :
1. Perilaku kesehatan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu
yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau
mendektesinya dalam tahap asimptomatik.
2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu
yang merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan
untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.
3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan
mendapatkan kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan
diri mereka sendiri sakit, hal ini mencakup mendapatkan pengobatan
dari ahli terapi yang tepat.
Perilaku konsumen seperti didefinisikan oleh Schiffman dan
Kanuk dalam Prasetijo (2005), merupakan proses yang dilalui oleh
seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan
bisa memenuhi kebutuhannya. Proses ini terdiri dari beberapa tahap,
yaitu :
26
1. Tahap perolehan (acquisition) : mencari (searching) dan membeli
(purchasing).
2. Tahap konsumsi (consumtion) : menggunakan (using) dan
mengevalusi (evaluating).
3. Tahap tindakan pasca beli (disposition).
Pengetahuan tentang perilaku konsumen dapat dipakai untuk
menciptakan cara memuaskan kebutuhan mereka dan menciptakan
pendekatan yang baik untuk berkomunikasi dan mempengaruhi mereka
(Prasetijo, 2005).
Lawrence Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
dua faktor, yakni faktor perilaku (behavoiur causes) dan faktor diluar
perilaku (non behaviour), selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor :
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposis factors) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban
dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
27
Teori-Teori Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk
dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor,
baik internal maupun eksternal (lingkungan). Dari berbagai
determinan perilaku manusia, banyak ahli telah merumuskan teori-
teori atau model-model terbentuknya perilaku.
A. Teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer: 1977)
Teori ABC atau lebih dikenal dengan model ABC ini
mengungkapakan bahwa perilaku adalah merupakan suatu
proses dan sekaligus hasil interaksi antara: Antencedent
Behavior Consequences .
a. Antencedent
Antencedent adalah suatu pemicu (trigger) yang
menyebabkan seseorang berperilaku, yakni kejadian-kejadian
dilingkungan kita. Antencedent ini dapat berupa alamiah
(hujan, angin, cuaca, dan sebagainya), dan buatan manusia
atau “man made” (interaksi dan komunikasi dengan orang
lain).
b. Behavior
Reaksi atau tindakan terhadap adanya “antencedent” atau
pemicu tersebut yang berasal dari lingkungan.
28
c. Concequences
Kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku atau tindakan
tersebut (konsekuensi). Bentuk konsekuensi:
1) Positif (menerima), berarti akan mengulang perilaku atau
tindakan tersebut.
2) Negatif (menolak), berarti akan tidak mengulang perilaku
tersebut (berhenti)
B. Teori “Reation Action”
Teori ini dikembangkan oleh Feshbein dan Ajzen (1980), maka
juga teori “Fesbein – Ajzen” menekankan pentingnya peranan
dari “intention” atau niat sebagai alasan atau faktor penentu
perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh:
a. Sikap
Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan
yang diambil.
b. Norma Subjektif
Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah
menyetujui atau tidak menyetujui tentang tindakan yang akan
diambil tersebut.
c. Pengendalian Perilaku:
Bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari
perilaku yang akan diambilnya
29
Teori “Preced-Proceed” (1991)
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis
sejak tahun 1990.Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour
causes). Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang
dirangkum dalam akronim PRECEDE: Predisposing, Enabling, dan
Reinforcing causes in Educational Diagnosis and Evaluation.
Precede ini adalah merupakan arahan dalam menganalisis atau
diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi
) kesehatan. Precede adalah merupakan fase diagnosis masalah.
Sedangkan PROCEED: policy, regulatory, organizational
construct in Educational and Environmantal Development, dan
Evaluasi Pendidikan (promosi) kesehatan. Apabila Proceed
merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah
merupakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Promosi
Kesehatan.
Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan sebagainya.
30
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan.
c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
D. Tinjauan Tentang Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan itu
berasal dari kata tahu yang berarti: mengerti sesudah (melihat,
mengalami). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung,
maupun dari pengalaman orang lain yang sampai kepadanya. Selain
itu, dapat juga melalui media komunikasi, seperti: radio, televisi,
majalah, atau surat kabar. (Poerwadarminta, 1976)
Pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh pasien
dari pengalamannya dan pengalaman orang lain, yaitu pengetahuan
tentang produk rumah sakit (poliklinik umum, bedah, kandungan, mata,
dll.) Pengetahuan manfaat yaitu dengan berobat dirumah sakit umum
dan ditangani oleh dokter spesialis status kesehatan masyarakat
meningkat yaitu menjadi baik, pengetahuan tentang resiko berobat
bahwa selama pengobatan pasien tidak mengalami keluhan terhadap
pengobatan dokter dan resiko keuangan dimana pasien dapat
31
menjangkau harga yang diberikan rumah sakit. Menurut Notoatmojo
(2005) pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Dengan sendirinya,
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
obyek.
Pengalaman pribadi adalah Pengalaman yang terjadi secara
tiba-tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan paling mendalam
pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama-kelamaan secara
bertahap diserap kedalam individu dan memengaruhi terbentuknya
sikap.
Pengalaman orang lain yaitu dalam pembentukan sikap
pengaruh orang lain sangat berperan. Misalnya dalam kehidupan
masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa yang
diberikan oleh tokoh masyarakatnya.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni melalui indera
penglihatan, penciuman, rasa, raba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. (Notoatmojo, 2003)
32
Pengetahuan mencakup ingatan yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan prinsip-
prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan
dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk
mengingat atau mengenal kembali.
Tingkat pengetahuan, menurut Notoatmojo (2003), yang
mengutip dari Bloom tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif,
meliputi :
2. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall). Sesuatu spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehensive)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap suatu objek materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang
telah dipelajari.
33
3. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
4. Sintesis (syntesis)
Menunjukan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
5. Evaluasi (Evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan
kriteria yang sudah ada.
Menurut Dharmmesta dkk. (2000) keputusan konsumen dalam
memilih dan meminta jasa pelayanan dipengaruhi oleh pengalaman
sebelumnya. Konsumen yang terpuaskan akan membuat rekomendasi
positif kepada konsumen yang lain, dan konsumen yang tidak
terpuaskan akan kembali keseleksi awal serta konsumen yang kecewa
akan membuat rekomendasi negatif terhadap konsumen lain.
Konsumen perlu mengetahui tentang karakteristik suatu
produk, apabila konsumen kurang mengetahui informasi tentang
karakteristik suatu produk bisa salah dalam pengambilan keputusan
membeli. Pelaku usaha yang berpengalaman akan memberikan
34
informasi, pendidikan dan pemahaman kepada setiap calon pembeli
khususnya dan kepada masyarkat umumnya.
Kegiatan komunikasi perusahaan dan kegiatan promosi harus
harus secara konsisten dilakukan. Berikut ini di jelaskan pengetahuan
produk, pengetahuan manfaat, dan pengetahuan resiko.
1) Pengetahuan Produk
Sebuah produk tidak berbeda dengan manusia yang
mempunyai sifat-sifat tertentu yang biasa di sebut dengan karakter.
Dalam kehidupan sehari-hari bila kita berbicara tentang sebuah
kendaraan, maka para pengguna mengetahui bahwa mobil merek
tertentu kurang memiliki kekuatan di jalan tanjakan, akan tetapi dapat
melaju dengan kecepatan tinggi di jalan yang datar. Demikian
dengan rumah sakit, bahwa rumah sakit memiliki produk seperti
poliklinik yang lengkap, penyakit yang ditangani oleh dokter spesialis,
fasilitas yang lengkap.
2) Pengetahuan Manfaat
Setiap konsumen perlu mengetahui dan memahami tentang
manfaat yang melekat pada setiap produk yang di beli. Dengan
mengetahui dan memahami akan manfaat yang melekat pada
produk, konsumen akan membuat pertimbangan yang matang
sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli.
Contoh manfaat Ekonomis, manfaat ekonomis biasanya dikaitkan
dengan nilai yang melekat pada suatu produk yang dibeli pada saat
35
itu untuk masa yang akan datang. Apabila nilai jual kembali barang
tersebut tidak terlalu jatuh atau bahkan mempunyai nilai yang
semakin mahal, maka konsumen akan mengambil keputusan untuk
membeli. Sebaliknya apabila barang yang akan dibeli tersebut dari
informasi yang diperoleh akan mengalami penurunan nilai yang
relatif rendah, maka konsumen akan berpaling untuk membeli produk
yang lain. Inilah yang disebut dengan pertimbangan nilai ekonomis.
3) Pengetahuan Tentang Risiko
- Risiko keuangan, berkaitan dengan rasa kekhawatiran akan
menghadapi kesulitan dalam hal dana. Membeli produk barang
dengan cara kredit jangka panjang menimbulkan bayangan risiko
kesulitan keuangan, dalam bentuk perasaan khawatir tidak
mampu membayar angsuran kredit.
- Risiko tentang fungsional, berkaitan dengan dampak negatif yang
akan timbul apabila konsumen mengetahui dan memahami
bahwa produk yang akan dibeli tersebut mengandung sejumlah
keburukan, apabila dibeli dan dikonsumsi, sebagai contoh,
konsumen akan mengubah atau mengurangi makan jeroan sapi
dan atau jeroan kambing, apabila mengetahui bahwa kedua
makanan tersebut merupakan penyebab kadar adam urat atau
kadar kolesterol yang tinggi.
36
E. Tinjauan Tentang Kepercayaan
Percaya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata: -- kpd
ceritanya; -- akan kabar itu; menganggap atau yakin bahwa seseorang
itu jujur (tidak jahat dsb), yakin benar atau memastikan akan
kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan
dapat memenuhi harapannya.
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berprilaku tertentu adalah karena adanya alasan pokok, yaitu :
pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan
penilaian-penilaian seseorang terhadap objek sarana pelayanan
kesehatan (Sudarmo, 2008).
Keterlibatan yang tinggi dari konsumen atas pembeliannya
akan lebih tinggi hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku.
Menurut Miller (1997) keputusan untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan merupakan proses yang mencari dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan oleh seseorang. Keputusan tersebut merupakan
proses yang melibatkan keputusan individual dan sosial yang
dipengaruhi oleh profesionalisme kesehatan.
Menurut Ramsey dan Sohi dalam Sunanti (2007), kepercayaan
merupakan elemen penting yang berpengaruh pada kualitas suatu
37
hubungan. Kepercayaan konsumen terhadap penyedia jasa akan
meningkatkan nilai hubungan yang terjalin dengan penyedia jasa.
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di
bidang pelayanan kesehatan yang setiap harinya berhubungan dengan
pasien. Oleh karena itu sebuah rumah sakit harus mampu memenuhi
kebutuhan yang diperlukan oleh pasien sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sekitar. Sebaliknya rumah sakit memberikan pelayanan
yang baik sehingga mendapatkan upah/ jasa. Penting bagi manajemen
rumah sakit untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dan
bahkan meningkatkannya menjadi lebih baik.
Sunanti (2007) kepercayaan merupakan elemen penting yang
berpengaruh pada kualitas suatu hubungan. Kepercayaan konsumen
terhadap penyedia jasa akan meningkatkan nilai hubungan yang terjalin
dengan penyedia jasa.
Penelitian Ariawan (2001) menyimpulkan bahwa rumah sakit
yang mampu menghargai pasiennya akan dapat meningkatkan
kepercayaan pasien yang dilayaninya. Keterpaksaan yang dirasakan
pasien akan berpengaruh negatif terhadap kepercayaan pasien.
Menurut Morgan dan Hunt dalam Ariawan (2001) aspek
kepercayaan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan
tingkat keyakinan pasien terhadap kemampuan pihak rumah sakit untuk
memenuhi harapan-harapan pasien atau sejauh mana pasien percaya
38
terhadap keahlian yang dimiliki pihak rumah sakit. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan keyakinan pasien terhadap kredibilitas rumah sakit,
jaminan pelayanan serta niat baik dari pihak rumah sakit.
F. Tinjauan Tentang Fasilitas
Menurut Zakiah Daradjat, fasilitas adalah segala sesuatu yang
dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Suryo Subroto, fasilitas
adalah segala sesuatu yangdapat memudahkan dan memperlancar
pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.
Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas Suhaisimi Arikonto
berpendapat, fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat memudahkan, memperlancar pelaksanaan suatu usaha. Dari
berbagai pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa fasilitas
merupakan segala sesuatu yang mempermudah pasien dalam
memperoleh manfaat dari jasa yang diberikan rumah sakit. Apabila
fasilitas jasa tersedia dengan baik dan memadai maka pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit dapat optimal. Pasien juga akan merasa
terlayani dengan baik sehingga dengan dengan ketersediaan fasilitas
yang baik dapat menimbulkan tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan menjadi tinggi.
Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat
tervisualisasi oleh mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan
39
mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian
dari suatu bangunan gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.
(Permenkes RI, 2010).
Menurut Azwar (1999), bila seseorang akan memasuki bidang
pelayanan kesehatan yang pertama akan dilihatnya ialah sarananya.
Sarana itu dapat berbentuk material, seperti gedung dan alat, tetapi
dapat juga berbentuk manusia seperti, tenaga dan perawat, seperti :
1. Sarana pelayanan rawat jalan yaitu poliklinik umum, poliklinik penyakit
dalam, poliklinik penyakit anak, poliklinik penyakit bedah, poliklinik
kandungan, poliklinik mata, poliklinik gigi, poliklinik tht, instalasi
radiologi, instalasi rehabilitasi medik, instalasi laboratorium, instalasi
gizi, instalasi farmasi.
2. Sarana pelayanan rawat inap yaitu : ruang perawatan penyakit dalam,
ruang perawatan bedah, ruang perawatan anak, ruang perawatan
obstertik, ruang isolasi, ruang perawatan peritnatologi, ruang perawatan
ICU.
G. Tinjauan Tentang Perilaku Petugas Kesehatan
Daniel Goleman (1995), dalam bukunya Emotional
Intellegence: Why it can matter more than IQ, menyatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi
kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa seseorang. Agar EI seseorang dapat tercapai
40
dengan optimal, maka Daniel Goleman membagi EI dalam 5 (lima)
tahapan bidang kompetensi yang harus dikuasai seseorang. Bidang
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk mengindentifikasi atau mengenal emosi dirinya
sendiri serta memahami hubungan antara emosi, pikiran dan
tindakan,
2. Kemampuan untuk mengelola emosi, ini berarti, bahwa seseorang
harus dapat mengatur perasaannya agar perasaannya tersebut
dapat terungkap dengan baik dan benar,
3. Kemampuan untuk memotivasi diri dengan sikap optimis dan berpikir
positif,
4. Kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain
(empati),
5. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
Bidang kompetensi tersebut dapat merupakan bentuk
keterampilan yang sangat mendukung keberhasilan seorang Tenaga
Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Menurut Arief Rachman (2006), makna nilai-nilai moral dan Etika
bagi Profesional Kesehatan, menyatakan bahwa untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat, seseorang
Tenaga Kesehatan harus mempunyai 7 (tujuh) kompetensi andalan,
yaitu: Manajemen diri sendiri, Keinginan untuk berprestasi,
41
Keterampilan hubungan antar manusia, Keterampilan melayani,
Keterampilan Teknis Profesionalisme, Keterampilan manajerial,
Mempunyai wawasan berpikir global. Ada juga beberapa faktor yang
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan
pelayanan publik, antara lain: Pekerjaan (work itself), Pengakuan
(recognition), Prestasi (achievement), Tanggung jawab (responsibility),
Gaji (salary), Status, Fasilitas, Pengembangan (advancement).
Pengembangan yang dimaksud diatas merupakan pengembangan
watak dari seseorang yang perlu diperhatikan, antara lain: Fleksibel,
keterbukaan, ketegasan, berencana, percaya diri, toleransi, disiplin,
berani ambil resiko, punya orientasi masa depan dalam menyelesaikan
tugasnya dan bertaqwa.
Tidak jarang kita mendengar pada kehidupan sehari-hari, baik di
Rumah Sakit, Puskesmas, maupun Klinik-Klinik pelayanan kesehatan,
tentang buruknya praktek pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan
kepada masyarakat. Adanya Tenaga Kesehatan yang tidak
mengerjakan yang seharusnya mereka kerjakan, serta bukan isapan
jempol juga adanya tenaga kesehatan yang mengerjakan sesuatu yang
seharusnya bukan wewenangnya/kompetensinya. Makin banyaknya
pengaduan para pengguna pelayanan kesehatan, baik masyarakat
awam/berpendidikan/kalangan tenaga kesehatan sendiri, terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan.
42
Tenaga Kesehatan yang merupakan tenaga profesional,
seyogyanya selalu menerapkan ETIKA dalam sebagian besar aktifitas
sehari-hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau biasa
disebut dengan asas moral, sebaiknya selalu dijunjung tinggi dalam
kehidupan bermasyarakat kelompok manusia. Etika yang berlaku
dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied ethics)
yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya
membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu
yang terlibat. Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk
suatu tatanan yang dinamakan kode etik profesi.
Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali
kesadaran sendiri masing-masing Tenaga Kesehatan dalam
menerapkan, mengaplikasikan, menghayati, memahami, kode etik
profesinya. Karena etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan
yang terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan, sanksi yang
diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya.
Sesuai ulasan diatas, maka dalam memberikan pelayanan
yang berkualitas atau pelayanan kesehatan yang prima terhadap
masyarakat, seperti halnya pemberian pelayanan publik lainnya,
dibutuhkan sikap dan perilaku yang handal dan profesional bagi seluruh
SDM-nya. Sikap tersebut seharusnya dimulai dari jajaran yang paling
atas, tingkat pimpinan yang tertinggi.
43
Pelayanan Kesehatan yang profesional yang tanggap atas
kebutuhan masyarakat atas pelayanan kesehatan yang baik dan benar,
terlepas dari besar kecilnya organisasi/institusi yang ada, sangat
membutuhkan SDM Kesehatan yang mempunyai sikap dan perilaku
sebagai berikut: Memperlakukan user/pelanggan sebagai mitra seumur
hidup, Mampu menciptakan strategi pelayanan yang baik dan benar
sesuai dengan profesi dan kompetensinya, Hargai keluhan pelanggan
dengan kebaikan, simpati dan pemecahan masalah, Perlakukan setiap
pelanggan sebagai sesuatu yang unik dan khusus.
Dapat mengetahui kepuasan pelanggan melalui sisi mata
pelanggan memandang kepuasan yang didapat, paham, mengerti, dan
mampu melaksanakan seni pelayanan pelanggan yang berkualitas
sesuai dengan Etika dan Hukum yang berlaku, Tetapkan sasaran-
sasaran kualitas pelayanan dan penghargaan yang akan diberikan.
44
H. Kerangka Teori
Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan
tersebut, yakni bahavioural factors (faktor perilaku), dan non behavioural
factors atau faktor non perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa
faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:
1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. Seorang
mau membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu
akan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya.
Anaknya akan memperoleh imunisasi untuk pencegahan penyakit, dan
sebagainya. Tanpa adanya pengetahuan-pengetahuan ini, ibu tersebut
mungkin tidak akan membawa anaknya ke posyandu.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang
dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas,
posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan
sampah, tempat olah raga, makanan yang bergizi dan sebagainya.
Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan, mengupayakan
keluarganya untuk menggunakan air besih, buang besar di WC, makan
makanan yang bergizi, dan sebagainya. Tetapi apabila keluarga
45
tersebut tidak mampu untuk mengadakan fasilitas itu semua, maka
dengan terpaksa, buang air besar di kali/kebun, menggunakan air kali
untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain. Yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Sumber: Ilmu Perilaku Kesehatan, Notoatmodjo: 2010 dan Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Notoatmodjo: 2005.
46
I. Kerangka Pikir
PREDISPOSISI (PREDISPOSING)
PENDUKUNG (ENABLING)
PENDORONG/PENGUAT (REINFORCING)
Sumber: Notoatmodjo: 2010
PENGETAHUAN
Indikator:
- Pengetahuan produk - Pengetahuan manfaat - Pengetahuan resiko
Sumber: Mulyadi, perilaku konsumen: 156-174
KEPERCAYAAN
Indikator:
- Persepsi
- Pengalaman
Sumber: Nugroho, Perilaku konsumen: 155
FASILITAS
Indikator:
- Ketersediaan sarana dan prasarana
- Ketersediaan obat
- Ketersediaan alat-alat kesehatan
- Keadaan lingkungan fisik
Sumber: Notoatmojo, Promosi Kesehatan & ilmu perilaku:
178
PERILAKU PETUGAS KESEHATAN
Indikator:
- Ketepatan waktu pelayanan
- Kenyamanan dalam pelayanan
- Kesopanan dan keramahan dalam memberikan
pelayanan
Sumber: Supriyanto, Pemasaran Industri Jasa Kesehatan:
149
PEMANFAATAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT DI INSTALASI
RAWAT JALAN
- Diperiksa Oleh Dokter
Spesialis
- Waktu tunggu di rawat
jalan kurang dari 60 menit
- Pasien merasa puas
47
J. Kerangka Konsep
Keterangan:
Varibel Independen =
Variabel dependen =
PENGETAHUAN
KEPERCAYAAN
FASILITAS
PERILAKU PETUGAS
KESEHATAN
PEMANFAATAN
PELAYANAN RUMAH
SAKIT DI INSTALASI
RAWAT JALAN
48
K. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pengetahuan
Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah pengetahuan
yang dimiliki pasien bardasarkan status pendidikan dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan di intstalasi rawat jalan rumah sakit umum kota
Baubau. Pengetahuan diukur dengan skala likert dimana jawaban
sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.
Kriteria Objektif:
Cukup : jika responden memperoleh skor ≥ 62,5% dari total skor
pertanyaan
Kurang : jika responden memperoleh skor < 62,5% dari total skor
pertanyaan
2. Kepercayaan
Tingkat kepercayaan yang dimiliki pasien terhadap pelayanan
rumah sakit di instalasi rawat jalan, seperti kepercayaan sembuh dari
penyakitnya, kepercayaan akan keselamatan pasien dari risiko
bertambah parah suatu penyakit. kepercayaan diukur dengan skala
Likert dimana jawaban sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2,
sangat tidak setuju = 1.
Kriteria Objektif:
Percaya : jika responden memperoleh skor ≥ 62,5% dari
total skor pertanyaan
49
Kurang Percaya : jika responden memperoleh skor <62,5% dari
total skor pertanyaan.
3. Fasilitas
Fasilitas adalah gambaran keadaan dan ketersediaan obat,
ketersediaan alat-alat kesehatan, keadaan lingkungan fisik yaitu
tesedianya AC, WC, tempat pembuangan sampah. Fasilitas diukur
dengan skala Likert dengan menggunakan 4 kategori yaitu dimana
jawaban Sangat Baik diberi skor 4, Baik = 3, Tidak Baik = 2, Sangat
Tidak Baik =1
Kriteria Objektif:
Cukup : jika responden memperoleh skor ≥ 62,5% dari total
skor pertanyaan
Tidak Cukup : jika responden memperoleh skor < 62,5% dari total
skor pertanyaan
4. Perilaku Petugas Kesehatan
Gambaran pasien terhadap perilaku petugas kesehatan
berdasarkan pengalaman seperti kenyamanan dalam pelayanan,
ketepatan waktu pelayanan, kesopanan dan keramahan dalam
memberikan pelayanan. Perilaku Petugas Kesehatan diukur dengan
skala Likert dengan menggunakan 4 kategori yaitu dimana jawaban
Sangat Baik diberi skor 4, Baik =3, Tidak Baik = 2, jawaban Sangat
Tidak Baik 1.
Kriteria Objektif:
50
Baik : jika responden memperoleh skor ≥ 62,5% dari total
skor pertanyaan
Tidak Baik : jika responden memperoleh skor < 62,5% dari total
skor pertanyaan
5. Pemanfatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah perilaku pasien
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pemanfaatan pelayanan
kesehatan diukur melalui Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Baubau yang meliputi: 1) waktu tunggu di rawat
jalan kurang dari 60 menit 2) Dokter Spesialis di poliklinik rawat jalan, 3)
Kepuasan Pasien.
Kriteria Objektif:
Memanfaatkan Pelayanan : jika semua prosedur sesuai standar
pemanfaatan Standar Pelayanan
Minimal rumah sakit
Tidak Memanfaatkan Pelayanan : jika semua prosedur tidak sesuai
standar Standar Pelayanan
Minimal rumah sakit
51
L. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol (Ho)
a. Tidak ada pengaruh antara pengetahuan terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rumah sakit
b. Tidak ada pengaruh antara kepercayaan terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rumah sakit
c. Tidak ada pengaruh antara fasilitas terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rumah sakit
d. Tidak ada pengaruh antara perilaku petugas kesehatan terhadap
pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rumah sakit.
b. Ada pengaruh antara kepercayaan terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan rumah sakit.
c. Ada pengaruh antara fasilitas terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan rumah sakit.
d. Ada pengaruh antara perilaku petugas kesehatan terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan rumah sakit.
52
M. Sintesa Penelitian
NO PENELITI
(TAHUN)
KARAKTERISTIK
HASIL SUBYEK
METODE
DESAIN
VARIABEL
INDEPENDEN
VARIABEL
DEPENDEN
1. Saad Abdullah Al-
Ghanim
1428 H
Outpatient
Clinics
Descriptive
statistis and
binary logistic
Income
Health status
Education
Gender
Insurance
Health facility
Specialist
doctor
Utlisation
Kingdom of
Saudi Arabia
Specialist doctor
statistically significant in
identifying the variables
which influence
the utilisation of both
public PHC centres and
private outpatient clinics.
2. S. Sharmila and
Jayasree
Krishnan
2013
250
outpatients
from two
hospitals in
the chennai
City
Survey Physical
Environment
The waiting
area was
pleasant
The
examination
or consultation
room was
pleasant
Attractiveness
Pleasantness
and
cleanliness
Patient
Satisfaction
The correlations were
significant between the
Independent
environmental ranking
and “The waiting area
was pleasant” (r = 0.617,
P <.01) and “The
examinationor
consultation room was
pleasant” (r = 0.528, P
<.01). There was also a
positive correlation
between those 2 patient-
reported measures (r =
0.456, P <.01). These
positive correlations
indicate overall
consistency between
perceptions of the
patients in the practices
and independent
observers.
53
3. Barlin Adam
2008
Analisis
Pemanfaatan
Pelayanan
Kesehatan Suku
Bajo Di
Kabupaten
Kolaka Sulawesi
Tenggara Tahun
2008
Seluruh
masyarakat
suku bajo
Cross Sectional Akses
ekonomi
sikap
psikologi
fasilitas
sosial
budaya
akses
geografis
keputusan
pasien untuk
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan di
bajo
Faktor akses gografis dan
dan kelengkapan fasilitas
memiliki hubungan
terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
Sedangkan fakor
psikologi, sikap, sosial
budaya tidak memiliki
pengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
4. Andi Hasnah
2008
Pengambilan
keputusan ibu
pasca persalinan
dalam memilih
pelayanan
kesehatan di
kabupaten Sidrap
Seluruh
orang yang
memiliki
hubungan
langsung
dengan
penentuan
keputusan
pemilihan
pelayanan
kesehatan
Penelitian
kualitatif dengan
teknik studi
kasus
faktor social,
budaya,
kepercayaan
Pengambilan
keputusan ibu
pasca
persalinan
Keputusan ibu atau
keluarga pada pencarian
perawatan/pengobatan
pasca persalinan di
wilayah kerja puskesmas
Maritengngae adalah
lebih menggunakan jasa
dukun artinya masih
dipengaruhi oleh faktor
social budaya serta
kepercayaan yang ada
diwilayah kerja
puskesmas tersebut
5. Binar Aji dan
Shrimarty
Rhukmini Devy
2006
Faktor
predisposing,
enabling dan
Reinforcing pada
pasien di
pengobatan
Alternatif
Radiesthesi
Pasien
yang
berobat di
pengobatan
alternatif
radiesthesi
medik
Cross sectional karakteristik
responden
(status
berobat,
tempat
tinggal,
umur, jenis
kelamin,
agama.
Predisposing
factors
(pengetahuan,
Pemanfaatan
pelayanan
pengobatan
alternatif
radiesthesi
Predisposng factor pada
responden di pengobatan
alternatif medik adalah
pengetahuan yang cukup
baik, kepercayaan pada
pengobatan alternatif
radiesthasi medik yang
akan mendorong mereka
untuk sembuh dan
persepsi tentang
keamanan pengobatan
alternatif raddiesthesi
54
Medik Metode
Romo H.
Loogman Di
Purworejo Jawa
Tengah
kepercayaan,
persepsi)
Enabling
Factors (
keterjangkaua
n fisik, biaya,
kondisi ruang
praktek
Reinforcing
faactors
medik, konsep sehat dan
sakit dan pengalaman
orang lain yang pernah.
Enabling factor pada
responden di pengobatan
alternatif radiesthesi
medik adalah kemudahan
akses, biaya pengobatan
dinilai murahserta kondisi
ruang praktik dan fasilitas
penunjang yang baik.
Reinforcing factor pada
responden di pengobatan
alternatif radiesthesi
medik adalah sikap staf
pengobatan dan
radiestest yang ramah
dan cekatan dalam
melayani pasien serta
adanya kelompok
referensi yaitu sumber
informasi yang mayoritas
adalah keluarga.
6. Yenni Alfiati,
Triyani Marwati
2010, Solikhah
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemanfaatan
Pelayanan poli
obsgyn di rsud
banjarnegara
2010
77
responden.
Penelitian cross
sectional
1. Informasi
Keberadaan
2. Mutu
Pelayanan
Kesehatan
3. Fasilitas
Kesehatan
Pemanfaatan
Pelayanan Poli
Obsgyn di
RSUD
Banjarnegara.
1) Ada hubungan yang
bermakna antara
informasi RSUD
Banjarnegara dengan
pemanfaatan
pelayanan poli obsgyn
di RSUD Banjarnegara
dengan kategori ya
sebesar 49 (64%)
responden dan dengan
kategori tidak 28 (36%)
responden.
2) Ada hubungan yang
bermakna antara mutu
55
pelayanan kesehatan
dengan pemanfaatan
pelayanan poli obsgyn
di RSUD Banjarnegara
dengan kategori baik
48 (62%) responden
dan dengan kategori
buruk 29 (38%)
responden.
3) Ada hubungan yang
bermakna antara
fasilitas kesehatan
dengan pemanfaatan
pelayanan poli obsgyn
di RSUD Banjarnegara
dengan kategori baik
45 (58%) responden
dan dengan kategori
buruk 32 (42%)
responden.
7. Irma Nurianti
2012.
Pengaruh Faktor
Predisposisi,
Pendukung Dan
Kebutuhan
terhadap
Pemanfaatan
Penolong
Persalinan pada
Ibu Bersalin di
wilayah kerja
Puskesmas binjai
serbangan
Kabupaten
asahan
157 orang. penelitian survei
dengan
pendekatan
explanatory
research yang
bertujuan untuk
menjelaskan
pengaruh Faktor
Prediposisi,
Faktor
Pendukung, dan
Faktor
Kebutuhan
terhadap
Pemanfaatan
Penolong
Persalinan pada
1. pengetahuan
2. sosial budaya
3. sarana
pelayanan
kesehatan
pemanfaatan
penolong
persalinan.
Hasil bahwa pengetahuan
(p= 0,009), sosial budaya
(p = 0,016), dan
kebutuhan akan sarana
pelayanan kesehatan (p =
0,001) berpengaruh
signifikan terhadap
pemanfaatan penolong
persalinan. Kebutuhan
akan sarana pelayanan
kesehatan adalah sub
variable yang paling
berpengaruh terhadap
pemanfaatan penolong
persalinan di wilayah
kerja puskesmas Binjai
Serbangan
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan
survey analitik, dengan desain cross sectional study, yakni suatu
penelitian yang bertujuan untuk melihat suatu hubungan pada waktu yang
sama antara variabel-variabel independen dan variabel dependen, dengan
mengukur hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan pasien di Instalasi rawat Jalan RSUD Bau-Bau Provinsi
Sulawesi Tenggara. Studi dilakukan untuk menganalisis hubungan
variabel independen (pengetahuan, kepercayaan, fasilitas, perilaku
petugas kesehatan) dengan variabel dependen (pemanfaatan pelayanan
Rumah Sakit).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Baubau Provinsi
Sulawesi Tenggara di Instalasi Rawat jalan, pengumpulan data pada
bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013, dengan pertimbangan di
Instalasi Rawat Jalan RSUD Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara
merupakan tempat yang strategis untuk memanfaatkan pelayanan rawat
jalan.
58
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki
karakteristik sama, seperti kelompok individu di masyarakat yang
mempunyai umur, seks, pekerjaan, status sosial yang sama, atau
obyek lain yang mempunyai karakteristik sama seperi golongan darah
A, AB, dan O. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Baubau.
2. Sampel
Sampel adalah merupakan sebagian kecil dari populasi atau
obyek yang memiliki karakteristik sama. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu
mengambil responden dengan cara memeperhatikan kriteria yang telah
ditetapkan. Adapun kriterianya sebagai berikut:
a. Telah mendapatkan pelayanan rawat jalan,
b. Dapat berkomunikasi dengan baik, jika tidak misalnya pasien anak,
maka penggantinya adalah pengantarnya (orang tua atau
kerabatnya).
c. Bersedia atau setuju diwawancaraai atau mengisi kuesioner.
Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang
dimana jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus besar sampel
menurut rumus slovin (Prasetyo dan Jannah, 2012:137), yaitu sebagai
berikut :
59
( )
( )
( )
( )
= 99 Dibulatkan 100
n = Jumlah Sampel
N = Besar Populasi (jumlah kunjungan pasien selama tahun 2011)
e = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10%)
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari :
1. Data Primer
Data ini diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden yang menggunakan jasa layanan rumah sakit di lokasi
penelitian.
2. Data Sekunder
Data yang dikumpulkan dari laporan atau dokemen tertulis lainnya
yang tersedia yang menyediakan data relevan dengan topik
60
penelitian, seperti profil rumah sakit, jurnal penelitian dan lain
sebagainya.
E. Pengolahan Data
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah
melalui prosedur sebagai berikut:
a. Pengolahan secara manual dengan melakukan:
1. Editing atau memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan
kelengkapan data yang diisi oleh responden.
2. Coding atau memberi kode nomor jawaban yang diisi oleh
responden yang ada dalam daftar pertanyaan. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan proses dengan bantuan computer (SPSS for
windows versi 20,0) data tabulasi data/entry data.
b. Pengolahan dengan komputer berdasarkan model analisis dengan
menggunakan program SPSS for MS Windows untuk melakukan:
1. Tabulating
Menyusun data–data ke dalam tabel yang sesuai dengan
analisis dan selanjutnya data tersebut dianalisis.
c. Setelah data ditabulasi, maka pengolahan dilakukan dengan
komputer program SPSS yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi disertai penjelasan serta tabel pengaruh. Tahap ini
merupakan tahap kegiatan membersihkan data yang telah
terkumpul, baik cara pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi dari
setiap jawaban yang terdapat pada kuesioner. Data kemudian
61
disajikan dalam bentuk tabel univariat, bivariat, dan multivariat yang
disertai penjelasannya dalam bentuk narasi.
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya
dalam bentuk tabel.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya
hubungan antara variabel independen yaitu variabel dependen. Dalam
analis ini dilakukan pengujian statistic dengan menggunakan Chi
square. Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis. Hipotesis
penelitian yang akan diuji adalah HO dan tingkat kemaknaan yang
dipilih adalah a = 0,05 teknik statistic yang akan digunakan untuk
menguji adalah uji chi square Analysis
3. Multivariat
Berdasarkan tujuan penelitian, maka tekhnik analisis data yang
digunakan adalah uji regresi logistik yang dimaksudkan untuk
mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh terhadap
variabel dependen.
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kota Baubau
1. Latar Belakang Sejarah
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau yang terletak
ditengah-tengah kota Baubau didirikan pada zaman Pemerintah
Belanda. Berdasarkan peraturan daerah nomor 12 tahun 2000, Rumah
Sakit Umum Daerah kota Baubau ditingkatkan statusnya dari Rumah
Sakit type D menjadi rumah sakit type C.
Posisi strategis kota Baubau membuat pusat rujukan pelayanan
kesehatan bagi tempat daerah tersebut bertumpuh pada RSUD untuk
daerah kota Baubau.
2. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan/pemulihan yang dilakukan
secara serasi terpadu dengan upaya peningkatan dan peningkatan
serta fungsi rujukan.
b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
Sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan penunjang Medis dan Non Medis
63
c. Pelayanan Asuhan Keperawatan
d. Pelayanan Rujukan
e. Pendidikan dan Pelatihan
f. Penelitian dan Pengembangan
g. Pelayanan Administrasi Umum dan Keuangan
3. Visi, Misi, Motto, dan Dasar Pelaksanaan Kerja Rumah Sakit
a. Visi
Menjadikan rumah sakit umum kota Baubau sebagai rumah sakit
yang berkualitas dengan mewujudkan pelayanan prima yang
profesional sesuai kemampuan SDM serta IPTEK di Kota Baubau
sebagai pusat rujukan di wilayah kepulauan dan sekitarnya.
b. Misi
1) Menyelenggarakan relokasi rumah sakit yang representatif untuk
mewujudkan pelayanan prima
2) Menyempurnakan pengorganisasian yanng lebih terarah dan
spesifik
3) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM yang handal sebagai
ujung tombak pelayanan yang lebih profesonal
4) Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan secara bertahap
hingga tercapai standar pelayanan minimal pada tahun 2013
5) Mempersiapkan rumah sakit sebagai badan pelayanan umum dan
sebagai pusat rujukan kedua di Sultra dengan meningkatkan
status dari tipe-C ke –B non pendidikan.
64
c. Motto (5 S) yaitu:Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun
d. Tujuan
1) Melaksanakan lebih banyak dengan menambah dan memperbaiki
sarana dan prasarana bagi pelayanan kesehatan yang memadai
2) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan
sesuai kebutuhan sehingga tersedia aparat yang profesional.
3) Melaksanakan pengembangan fisik penunjang sarana pelayanan
kesehatan.
4. Keadaan Geografis dan Demografi
Rumah sakit umum daerah kota Baubau berlokasi di jalan
Drs.H. Laode Manarfa No.20 Baubau, dengan luas tanah 6000m2 dan
luas bangunan 2017,10 m2, dengan lokasi yang sangat strategis dan
dikelilingi oleh pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya
sehingga sangat potensial untuk pengembangan di masa mendatang.
RSUD kota Baubau merupakan rumah sakit rujukan bagi
fasilitas kesehatan yang menjadi milik Pemerintah kota Baubau untuk
itu keadaan geografis dan demografi RSUD kota Baubau digambarkan
dari keadaan geografis dan demografi RSUD kota.
Secara Administratif kota Baubau adalah ibukota dari kota
Baubau yang dibagi dalam 7 kecamatan dan 43 kelurahan dengan luas
wilayah kota Baubau 221 km2.
65
5. Keadaan Pelayanan Kesehatan
RSUD kota Baubau merupakan rumah sakit type C dengan
jumlah 101 TT dan ditunjang oleh 7 (tujuh) dokter spesialis, fasilitas
pelayanan kesehatan RSUD kota Baubau terdiri dari sarana pelayanan
rawat jalan, rawat inap, dan penunjang medik. Sarana pelayanan rawat
jalan melayani 7 poliklinik dan 5 penunjang medis.
a. Rawat Jalan
Sarana pelayanan rawat jalan melayani 7 poliklinik dan 5 penunjang
medis terdiri dari:
1) Poliklinik
Poliklinik Umum, Poliklinik penyakit dalam, Poliklinik Penyakit
Anak, Poliklinik Penyakit Bedah, Poliklinik Kandungan, Poliklinik
Mata, Poliklinik Gigi
2) Instalasi Penunjang Medik
Instalasi Radiologi, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi
66
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit umum Kota Baubau.
Pengumpulan data dirumah sakit ini baik primer maupun sekunder
dilaksanakan selama 5 (lima) pekan terhitung mulai tanggal 10 Maret
sampai dengan 20 April 2013 terhadap pasien di Instalasi Rawat Jalan
Kota Baubau dan bagian yang terkait dengan penelitian ini.
Total sampel dalam penelitian ini yaitu 100 orang yang telah
memenuhi kriteria inklusi (bersedia menjadi responden). Penarikan
sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu mengambil
responden dengan cara memperhatikan kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian berupa data telah diolah menjadi informasi
sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dideskripsikan dalam bentuk
tabel dan penjelasan.
Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program
SPSS for windows versi 20,0 yang dibedakan atas analisis univariat,
bivariat dan multivariat (uji regresi logistik).Adapun hasil penelitian yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
1) Umur
Kelompok umur responden dibagi atas lima kelompok.
Gambaran distribusi responden menurut kelompok umur
ditunjukkan pada tabel 1 sebagai berikut:
67
Tabel 1: Distribusi Responden Menurut Umur di Instalasi Rawat Jalan
RSUD Kota Baubau
Kelompok Umur
(tahun)
Jumlah
(n) Persen %
<20 10 10.0
21-30 37 37.0
31-40 20 20.0
41-50 18 18.0
> 50 15 15.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui mayoritas responden
yang memanfaatkan layanan instalasi rawat jalan rumah sakit
umum kota Baubau berada pada kelompok umur 21-30 tahun
yaitu 37%, sedangkan persentase terkecil terdapat pada
kelompok umur <20 tahun yaitu sebanyak 10 responden (10%).
2) Jenis Kelamin
Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Rawat Jalan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau
Jenis Kelamin N Persen (%)
Laki-Laki 45 45,0
Perempuan 55 55,0
Total 100 100,0
Sumber: Data Primer, 2013
68
Tabel 2 menunjukan bahwa responden lebih banyak
berjenis kelamin perempuan yaitu 55 orang (55,0%). Hal ini
berarti, pasien instalasi rawat jalan rumah sakit umum kota
Baubau adalah domain perempuan.
3) Pendidikan Responden
Pendidikan adalah tingkatan pendidikan yang terakhir
diselesaikan oleh responden/pasien rawat jalan RSU kota
Baubau. Tingkat pendidikan dibagi dalam 4 kelompok yakni tidak
sekolah, Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau
Tingkat Pendidikan Jumlah Persen %
Tidak Sekolah 8 8.0
SD 10 10.0
SMP sederajat 5 5.0
SMA/SMK/ sederajat 42 42.0
Perguruan Tinggi 35 35.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 3 menunjukan bahwa latar belakang pendidikan
responden pada penelitian ini SMA sederajat yaitu 42 (42.0%).
4) Pekerjaan Responden
Pekerjaan responden adalah status pekerjaan yang
terakhir oleh responden/pasien rawat jalan RSU kota Baubau.
69
Status pekerjaan dibagi dalam 4 kelompok yakni Pegawai Negeri
Sipil (PNS), Wiraswasta, Ibu Rumah Tangga, Tidak Bekerja.
Tabel 4: Distribusi Responden Berdasarkan status pekerjaan Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau
No. Pekerjaan Jumlah Persen %
1. PNS 26 26.0
2. Wiraswasta 25 25.0
3. Ibu Rumah Tangga 29 29.0
4. Tidak Bekerja 20 20.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 4 menunjukan bahwa umumnya responden bekerja
sebagai ibu rumah tangga 29 orang (29.0%) dan terendah tidak
bekerja 20 orang (20%).
b. Variabel Penelitian
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki pasien
bardasarkan status pendidikan dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan di intstalasi rawat jalan rumah sakit umum kota
Baubau. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
diperoleh gambaran umum pengetahuan pasien terkait
pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kota
Baubau Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
70
Tabel 5: Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau
No. Pengetahuan N Persentase
1.
2.
Cukup
Kurang
76
24
76.0
24.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5 diperoleh bahwa responden yang mempunyai
pengetahuan yang cukup terhadap pemanfaatan pelayanan
sebanyak 76 responden atau (76.0%). Sedangkan yang memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai pemanfaatan pelayanan
adalah 24 responden (24.0%).
2) Kepercayaan
Kepercayaan adalah kepercayaan pasien berdasarkan
pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan di instalasi rawat
jalan rumah sakit.
Distribusi responden menurut kepercayaan terhadap
pemanfaatan pelayanan instalasi rawat jalan rumah sakit dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6: Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau
No. Kepercayaan N (Jumlah) Persentase
1
2
Percaya 67 67.0
Kurang Percaya 33 33.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
71
Tabel 6 diperoleh bahwa responden yang mempunyai
kepercayaan yang baik “percaya” terhadap pemanfaatan
pelayanan rawat jalan ada 67 responden atau (67.0%).
Sedangkan yang memiliki kepercayaan yang kurang mengenai
pemanfaatan pelayanan adalah 33 responden atau sebesar
(33.0%).
3) Fasilitas
Fasilitas adalah fasilitas atau kelengkapan rumah sakit di
instalasi rawat jalan seperti alat-alat kesehatan, sarana
prasarana, ketersediaan obat, keadaan lingkungan fisik.
Distribusi responden menurut fasilitas pelayanan
kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7: Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau
No. Fasilitas n (jumlah) Persentase
1
2
Cukup 66 66.0
Tidak Cukup 34 34.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 7 menunjukan bahwa responden yang menganggap
fasilitas layanan kesehatan cukup sebanyak 66 responden atau
(66.0%). Sedangkan yang menganggap fasilitas layanan
kesehatan tidak cukup adalah 34 responden atau sebesar
(34.0%).
72
4) Perilaku Petugas Kesehatan
Perilaku petugas kesehatan adalah perilaku pelayanan
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap
pasien.
Distribusi responden menurut perilaku petugas pelayanan
kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8: Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Petugas Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau
No. Perilaku n (jumlah) Persentase
1
2
Baik 75 75.0
Tidak Baik 25 25.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 8 menunjukan bahwa responden menganggap
perilaku petugas kesehatan baik sebanyak 75 atau (75.0%).
Sedangkan yang menganggap perilaku petugas kesehatan tidak
baik adalah 25 responden atau (25.0%).
5) Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah tingkat atau
perilaku pasien dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
rumah sakit.
Distribusi responden menurut pemanfaatan pelayanan
kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :
73
Tabel 9: Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota
Baubau
No. Pemanfaatan Layanan n (jumlah) Persentase
1
2
Memanfaatkan 70 70.0
Tidak Memanfaatkan 30 30.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 9 menunjukan bahwa responden dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit sebanyak 70
atau (70.0%). Sedangkan yang tidak memanfaatkan adalah 30
responden atau sebanyak (30.0%).
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
Gambaran hubungan pengetahuan responden terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan rumah
sakit umum kota Baubau 2013 adalah sebagai berikut :
74
Tabel 10: Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
No Pengetahuan
Pemanfaatan Pelayanan
Jumlah
P= 0.007
Memanfaatkan Tidak
Memanfaatkan
N % N % N %
1
2
Cukup 59 77.6 17 22.4 76 100.0
Kurang 11 45.8 13 54.2 24 100.0
Total 70 70.0 30 30.0 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Pada Tabel 10 tentang pengetahuan terhadap pemanfaatan
pelayanan dikategorikan menjadi dua yaitu cukup dan kurang.
Pengetahuan yang kurang dapat menyebabkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan yang tidak baik artinya masyarakat tidak
memanfaatkan pelayanan rumah sakit. Hasil penelitian di rumah
sakit kota Baubau sebanyak 59 responden (77.6%) yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan karena memiliki pengetahuan
yang cukup dari pada yang tidak ingin memanfaatkan pelayanan
kesehatan 22.4%, sedangkan 11 responden (45,8%) memanfaatkan
pelayanan kesehatan sedikit karena memiliki pengetahuan yang
kurang dan lebih tinggi untuk tidak memanfaatkan pelayanan
kesehatan 54.2%.
Berdasarkan tabel 9 diperoleh nilap p = 0,007 pada α = 0,05.
Karena nilai p (0,007) < 0,05 yang artinya bahwa terdapat hubungan
75
yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
b. Hubungan Kepercayaan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
Gambaran hubungan kepercayaan responden terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan rumah
sakit umum kota Baubau 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 11: Hubungan Kepercayaan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
No Kepercayaan
Pemanfaatan Pelayanan
Jumlah
P=
0.000
Memanfaatkan Tidak
Memanfaatkan
N % N % n %
1
2
Percaya 57 85.1 10 14.9 67 100.0
Kurang
Percaya 13 39.4 20 60.6 33 100.0
Total 70 70.0 30 30.0 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Pada Tabel 11 tentang kepercayaan terhadap pemanfaatan
pelayanan dikategorikan menjadi dua yaitu percaya dan kurang
percaya. Kepercayaan yang kurang dapat menyebabkan
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tidak baik artinya
masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit.
Hasil penelitian di rumah sakit Baubau sebanyak 57
responden (85.1%) yang memiliki tingkat kepercayaan yang
76
“percaya” dan memanfaatkan pelayanan kesehatan dari pada yang
tidak memanfaatkan sebanyak 14.9% responden. Sedangkan
responden yang memiliki kepercayaan kurang terhadap rumah sakit
lebih banyak ditemukan pada pasien yang tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan yaitu 60.6% dari pada yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan rumah sakit 39.4%.
Berdasarkan tabel 10 diperoleh nilai p = 0,000 pada α = 0,05.
Karena nilap p = (0.000) < 0,05 artinya bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kepercayaan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
c. Hubungan Fasilitas dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Gambaran hubungan Fasilitas dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan rumah sakit umum kota
Baubau 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 12: Hubungan Fasilitas Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
No. Fasilitas
Pemanfaatan Pelayanan
Jumlah
P =
0.004
Memanfaatkan Tidak
Memanfaatkan
N % N % N %
1
2
Cukup 53 80.3 13 19.7 66 100.0
Tidak Cukup 17 50.0 17 50.6 34 100.0
Total 70 70.0 30 30.0 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
77
Pada Tabel 12 tentang fasilitas kesehatan terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan dikategorikan menjadi dua yaitu
cukup dan tidak cukup. Fasilitas yang tidak cukup dapat
menyebabkan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tidak baik
artinya masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan rumah sakit.
Hasil penelitian di rumah sakit umum kota Baubau yaitu
responden yang menganggap fasilitas pelayanan kesehatan cukup
dan memanfaatkan pelayanan kesehatan sebanyak (80.3%) dan
yang tidak memanfaatkan 19.7%. Sedangkan yang menganggap
fasilitas tidak lcukup tetapi memanfaatkan pelayanan kesehatan
50.0%, sama dengan yang tidak memanfaatkan sebesar 50.6%.
Berdasarkan tabel 11 diperoleh p = 0,004 pada α = 0,05.
Karena nilai p (0,004) < 0,05 yang artinya bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara fasilitas pelayanan kesehatan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
d. Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan
Gambaran hubungan perilaku petugas kesehatan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan rumah
sakit umum kota Baubau 2013 adalah sebagai berikut :
78
Tabel 13: Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan Dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit
No.
Perilaku
Petugas
Kesehatan
Pemanfaatan Pelayanan
Jumlah
P =
0.000
Memanfaatkan Tidak
Memanfaatkan
N % N % N %
1
2
Baik 60 80.0 15 20.0 75 100.0
Tidak Baik 10 40.0 15 60.6 25 100.0
Total 70 70.0 30 30.0 100 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Pada Tabel 13 tentang Perilaku Petugas Kesehatan
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dikategorikan menjadi
dua yaitu baik dan tidak baik. Perilaku Petugas Kesehatan yang tidak
baik dapat menyebabkan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang
tidak baik artinya masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan rumah
sakit.
Hasil penelitian di rumah sakit umum kota Baubau
responden menganggap perilaku petugas kesehatan baik kemudian
memanfaatkan pelayanan lebih besar sebanyak 60 responden
(80.0%) daripada yang tidak memanfaatkan (20.0%), sedangkan
yang menganggap perilaku petugas tidak baik dan memanfaatan
pelayanan kesehatan sedikit yaitu 40.0% dan banyak yang tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu 60.6%.
79
Berdasarkan tabel 12 diperoleh nilai p = 0,000 pada α = 0,05.
Karena nilai p (0,000) <0,05 artinya bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara perilaku petugas kesehatan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
e. Analisis Pengaruh Secara Parsial (Regresi Logistik Bivariat)
Pada tahap sebelumnya telah diketahui bahwa semua
variabel perilaku pasien berhubungan dengan variabel pemanfaatan
pelayanan kesehatan, sehingga keempat variabel perilaku pasien
tersebut memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis regresi
logistik bivariat, analisis regresi logistik bivariat dilakukan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen (dalam hal ini menguji hipotesis 1-4).
Tabel 14: Hasil Analisis Regresi Logistik Bivariat Variabel Perilaku
Pasien Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan Di Instalasi Rumah Sakit Umum Kota Baubau
Variabel B S.E Wald Df Sig. Exp(B)
Pengetahuan 1,411 ,494 8,177 1 ,004 4,102
Fasilitas 1,405 ,462 9,253 1 ,002 4,077
Kepercayaan 2,171 ,494 19,284 1 ,000 8,769
Perilaku 1,792 ,500 12,842 1 ,000 ,167
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 14dapat dilihat bahwa seluruh variabel
independen pada penelitian ini mempunyai p<0.05, sehingga dapat
80
disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen secara
parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
1) Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan (p = ,004, Exp.B = 4,102)
2) Ada pengaruh kepercayaan terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan (p = ,002, Exp.B = 4,077 )
3) Ada pengaruh fasilitas terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan (p = ,000, Exp.B = 8,769 )
4) Ada pengaruh perilaku petugas terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan (p = ,000 Exp.B =,167 )
Dari data tersebut juga diketahui bahwa seluruh variabel
perilaku pasien memenuhi syarat untuk dilanjutkan dengan analisis
multivariat secara bersama-sama.
3. Analisis Multivariat (Regresi Logistik Berganda)
Pengaruh antara perilaku pasien terhadap pemanfaatan
pelayanan dapat dilihat melalui analisis dengan menggunakan uji
regresi logistik. Dengan uji regresi logistik berganda diharapkan dapat
diperoleh model regresi yang baik, yang mampu menjelaskan pengaruh
perilaku pasien (pengetahuan, kepercayaan, fasilitas, perilaku petugas
kesehatan) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Analisis multivariat dilakukan pada variabel yang berpengaruh
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Uji regresi logistik
81
berganda bertujuan untuk mencari faktor yang paling dominan
berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit Baubau.
Tabel 15: Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Faktor Yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit
Variabel B Nilai p Exp (B)
Step 3 Fasilitas Layanan -1.106 0.031 0.331
Kepercayaan -1.999 0.000 0.135
Constant 1.000
Overall Percentage 77.0
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan hasil uji statistik multivariat seperti tersaji pada
tabel 15, terdapat dua variabel yang memiliki nilai p < 0.05, yaitu
variabel fasilitas Layanan (p=0.031) dan Kepercayaan (0.000), yang
berarti secara statistik hanya kedua variabel tersebut yang memiliki
pengaruh secara bersama terhadap variabel dependen.
Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi
besar/kecilnya, tinggi/rendahnya pengaruh faktor yang ada dalam
hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan hasil
akhirnya 77.0%. Dari beberapa tahapan yang dilalui dalam model
backward yang mengeluarkan satu persatu variabel dinilai kurang
memberi pengaruh mulai dari pengaruh terkecil. Jadi dari hasil regresi
logistik tersebut di atas yang diperoleh dari tahapan terakhir (step 3)
82
dapat disimpulkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah fasilitas kesehatan dengan
nilai sebesar 0.331 kali lebih besar dari variabel lain.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengolahan data yang telah
dilakukan, maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan gambaran
tentang perilaku pasien serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan dirumah sakit umum kota Baubau.
1. Karakteristik Umum Responden
Penelitian dilakukan dengan mengukur beberapa karakteristik
responden antara lain umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan. Dari hasil penelitian digambarkan bahwa kelompok umur
yang paling banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan
adalah kelompok umur 21-30 tahun yaitu 37%, sedangkan persentase
terkecil terdapat pada kelompok umur <20 tahun yaitu sebanyak 10
responden (10%). Hal ini menunjukan bahwa masyarakat kota Baubau
yang berusia produktif yang banyak memanfaatkan pelayanan
kesehatan rawat jalan.
Berdasarkan tingkat pendidikan, dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden berpendidikan di SMU yaitu 42 responden
(42%), sedangkan persentase terkecil yaitu SMP yaitu 5 responden
(5%). Pendidikan pasien mempengaruhi pengetahuan pasien atau
83
kemauan pasien untuk mencari informasi. Menurut Notoatmojo bahwa
pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar untuk
melaksanakan tindakan. Teori Notoadmojo (2003) yang menyatakan
pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan kearah lebih dewasa. Makin tinggi
tingkat pendidikan sesorang maka akan mudah menemukan informasi,
makin banyak informasi makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki
oleh orang tersebut.
Berdasarkan karakteristik pekerjaan diketahui bahwa sebagian
besar responden Tidak bekerja yaitu 29 (29%), sedangkan persentase
terkecil yaitu responden yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga 20
responden (20%). Pekerjaan pasien mempengaruhi pendapatan
pasien, sehingga mempengaruhi pasien dalam mengambil keputusan
untuk memanfaatkan pelayanan yang sesuai dengan kemampuannya,
hasil ini menunjukan bahwa bahwa sebagian besar responden
termasuk dalam golongan sosial ekonomi menengah ke bawah, dimana
kelompok dengan ekonomi menengah ke bawah mempunyai perilaku
untuk berobat sendiri dan menggunakan pengobatan tradisional. Para
ahli Holt dan Edwin mengkaji perilaku pengobatan sendiri yang
dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan obat dari warung-
warung dan toko obat yang tentunya akan menyebabkan kurang
dimanfaatkannya pelayanan kesehatan (dokter), karena pengobatan
sendiri dipandang lebih menghemat biaya, waktu, ikut berperan dalam
84
mengambil keputusan dan meringankan beban pemerintah dalam
keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat.
2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penelitian ini adalah
tingkat pemanfaatan pelayanan pada masyarakat kota Baubau yaitu
memanfaatkan atau tidak memanfaatkan. Pelanggan yang persepsi
baik terhadap rumah sakit akan memanfaatkan pelayanan kesehatan,
dan sebaliknya pelanggan yang persepsi terhadap rumah sakit tidak
baik maka tidak memanfaatkan pelayanan rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang
memanfaatkan pelayanan di rumah sakit umum kota Baubau memiliki
persentase yang lebih besar yaitu 70 orang (70%), pasien yang
memanfaatkan pelayanan rumah sakit sebagian besar menyatakan
bahwa mereka memanfaatkan pelayanan rumah sakit karena adanya
dokter spesialis, karena pasien bisa tahu dengan tepat dan puas
karena telah ditangani dokter spesialis mengenai penyakit yang
diderita.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa dari 100 pasien rawat
jalan, 30 (30%) orang diantaranya menyatakan tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan di rumah sakit umum kota Baubau. Hal ini
disebabkan oleh lamanya waktu pelayanan dimulai dari menunggu
dokter yang datang sekitar jam 9 lewat, sampai pada pelayanan waktu
tunggu di apotik. Dokter jarang datang tepat waktu sehingga mereka
85
menunggu sekitar 2-3 jam. Menurut responden mereka lebih berobat ke
puskesmas dimana pelayanannya lebih cepat, dokter yang datang tepat
waktu dan waktu dalam pengambilan obat cepat.
Responden juga mengatakan bahwa mereka tidak
memanfaatkan pelayanan rawat jalan rumah sakit umum kota Baubau
karena merasa tidak mendapat perbedaan penanganan dari petugas
rawat jalan. Petugas selalu memberi perhatian lebih kepada pasien
pengguna askes seperti melayani dengan ramah dan prosesnya di
percepat jika dalam proses antrian di loket administrasi pasien askes
juga selalu di dahulukan, sedangkan pengguna jamkesmas selalu
dikesampingkan. Merasa petugas memberikan pelayanannya berbeda
mereka lebih memilih berobat ketempat dokter praktek atau puskesmas
atau lebih memilih berobat sendiri.
Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan menurut
Aswar (1996) adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para
pemakai jasa pelayanan kesehatan terhadap kesehatan sedemikian
rupa sehingga kesehatan para pemakai jasa pelayanan kesehatan
tersebut tetap terpelihara. Bertitik tolak dari hakekat dasar ini, maka
pelayanan kesehatan dapat dikategorikan sempurna bila memenuhi
kebutuhan dan tuntutan setiap konsumen (pasien) yang terkait dengan
timbulnya rasa puas terhadap pelayanan kesehatan.
Dengan adanya pasien 30 (30%) pasien dalam penelitian yang
termasuk dalam kategori tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan,
86
menguatkan data bahwa terjadi penurunan kunjungan pasien rawat
jalan di rumah sakit umum kota Baubau. Oleh karena itu, rumah sakit
perlu memperbaiki pelayanan rawat jalan sehingga pasien dapat
memanfaatkan pelayanan rawat jalan dirumah sakit umum kota
Baubau.
3. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rawat
Jalan
Pasien yang tidak memanfaatkan pelayanan karena kurangnya
pemahaman pasien tentang produk pelayanan rawat jalan rumah sakit,
sehingga ketika sakit mereka tidak tahu tempat penanganan yang tepat
terhadap penyakitnya, kemudian pasien melakukan pengobatan sendiri,
kurangnya pengetahuan tentang berobat dirumah sakit lebih baik dari
pada berobat sendiri berdampak pada rendahnya pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan dan lamanya waktu pelayanan
menambah kurangnya keinginan pasien untuk memanfaatkan
pelayanan. Hal ini dipengaruhi oleh mayoritas pasien berpendidikan
SMA. Rendahnya pendidikan responden dapat mempengaruhi perilaku
pasien dalam pencarian/penyembuhan penyakit.
Adapun pasien yang tergolong kurang pengetahuannya dan
tidak memanfaatkan pelayanan karena jika mereka sakit hanya
melakukan pengobatan sendiri atau pengobatan tradisional sehingga
ketika mereka ke rumah sakit harus di rawat inap. Hasil Wawancara
dengan beberapa pasien bahwa jika mereka sakit lebih menggunakan
87
pengobatan sendiri bahkan membiarkannya karena menganggap akan
sembuh sendiri sehingga mereka terkesan membiarkan penyakitnya,
nanti ketika sakitnya parah dan harus mendapat perawatan ketika itu
kemudian menggunakan pelayanan rumah sakit yaitu rawat inap.Hal ini
terlihat pasien rawat inap yang semakin meningkat, berdasarkan data
rawat inap terjadi peningkatan pada instalasi rawat inap sebesar 3.64%.
(lampiran 5)
Hasil cross sectional tabel 10, pasien yang walaupun
pengetahuannya kurang namun memanfaatkan pelayanan rawat jalan
rumah sakit sebanyak 45.8% karena berdasarkan wawancara dengan
responden mengatakan bahwa pasien merasa frustasi pada
penyakitnya. Pasien sudah mencoba berbagai macam pengobatan dari
tradisional sampai verbal dan bahkan ke dukun, dan kemudian
menggunakan pengobatan modern sebagai pilihan alternatif terakhir
yang dapat menyembuhkan dengan biaya terjangkau. Pendidikan
pasien yang hanya pada tingkatan SMA dan tidak bekerja didukung
oleh kurangnya promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, produk dari
rumah sakit menyebabkan pengetahuan pasien menjadi kurang.
Menurut penelitian Prihardjo (2005), rendahnya pemanfaatan
pelayanan kesehatan puskesmas dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
seseorang.
Sebaliknya hasil cross sectional tabel 10, pasien yang
pengetahuannya cukup dan tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan
88
rumah sakit sebanyak 22,4%. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pasien yang pengetahuannya cukup dan tidak memanfaatkan karena
kemampuan mendiagnosa dokter di luar lebih baik, kalau dokter di
Rumah Sakit Umum selalu merujuk harus di operasi sementara jika ke
dokter di luar RSU kota Baubau mengatakan penyakit ini dapat diobati
walaupun tanpa harus dioperasi, dan juga pasien takut penyakitnya
bertambah parah dan memilih berobat ke rumah sakit lain.
Hasil uji statistik diperoleh ada pengaruh antara pengetahuan
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di rumah sakit umum kota
Baubau (p=0,007). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara
pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Devi (2012) dengan judul penelitian hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap wisatawan terhadap pemanfaatan klinik wisata
bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
4. Pengaruh Kepercayaan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rawat
Jalan
Kepercayaan adalah tingkat kepercayaan yang dimiliki pasien
terhadap pelayanan rumah sakit di Instalasi rawat jalan, seperti
kepercayaan sembuh dari penyakitnya, kepercayaan akan keselamatan
pasien dari risiko bertambah parah suatu penyakit.
89
Berdasarkan hasil wawancara pasien rawat jalan merasa aman
dan yakin terhadap pelayanan yang dimiliki rumah sakit umum kota
Baubau bahwa penyakitnya cepat sembuh, dengan beberapa pasien,
diketahui bahwa pasien percaya terhadap pelayanan rumah sakit
karena dalam pelayanan proses administrasi mereka dilayani dengan
baik, dalam ruang perawatan berobat dengan ramah para perawat
memberikan informasi tentang kesehatannya, pasien percaya bahwa
dengan ditangani oleh dokter spesialis maka status kesehatannya
menjadi meningkat atau cepat sembuh.
Adapun pasien kepercayaannya tergolong kurang berdasarkan
hasil wawancara disebabkan oleh bahwa pasien ketika pasien dirujuk
ketempat lain, dokter ditempat rujukan mengatakan bahwa kesalahan
dalam mendiagnosa dan pemberian obat yang tidak tepat dengan
penyakitnya. Sehingga pasien menjadi tidak percaya. Dampak dari
masalah ini bahwa terjadi penurunan kunjungan atau pemanfaatan
pelayanan rawat jalan rumah sakit umum kota Baubau. Dimana pada
tahun 2007 jumlah kunjungan pasien rawat jalan 37.883, di tahun 2008
meningkat menjadi 41.271 namun jumlah kunjungan tersebut menurun
drastis di tahun 2009 yaitu 24.968, lalu kemudian turun lagi menjadi
22.350 di tahun 2010. Sementara di tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi 25.189. Hal ini menunjukan kepercayaan
masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSUD kota
90
Baubau mengalami masalah, tidak konsistennya jumlah kunjungan
rawat jalan di kota Baubau disebabkan oleh faktor kepercayaan.
Demikian juga Morgan dan Hunt (1994) menyatakan bahwa
tingginya kepercayaan akan dapat berpengaruh terhadap menurunnya
kemungkinan untuk melakukan perpindahan terhadap penyedia jasa
kesehatan lainnya.
Hasil cross sectional tabel 11, pasien yang kepercayaannya
kurang tetapi memanfaatkan pelayanan rawat jalan rumah sakit
sebanyak 39.4% berdasarkan hasil wawancara karena pasien sudah
pasrah terhadap penyakitnya yang tidak kunjung sembuh, jika dibiarkan
penyakitnya selalu menyiksa dengan rasa sakit yang di derita.
Walaupun kepercayaanya kurang pasien tetap memanfaatkan dengan
tujuan rasa sakit yang di derita dapat dihilangkan walaupun tidak
sembuh.
Hasil coss sectional tabel 11, Terdapat juga pasien yang
kepercayaannya cukup namun tidak memanfaatkan pelayanan
sebanyak 14,9%. Dari hasil wawancara dengan pasien bahwa para
dokter dirumah sakit umum kota Baubau mempunyai klinik pribadi dan
membuka praktek dokter dan mempunyai apotik sendiri. Para dokter
selalu datang terlambat di atas jam 9 disimpulkan bahwa dokter
mengurus pasiennya di klinik dan di kantor prakteknya kemudian
datang ke rumah sakit, penilaian pasien yang percaya dan tidak
memanfaatkan karena pasien berpikir “apakah mereka di periksa
91
dengan baik?”, dan ketika proses pengambilan obat sangat lama,
karena petugas di apotik bekerja sambil cerita.
Hasil uji statistik diperoleh ada pengaruh antara kepercayaan
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan
rumah sakit umum kota Baubau (p = 0,00). Hal ini berarti ada pengaruh
yang signifikan antara kepercayaan terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
Judarwanto (2007) menganalisis, bahwa kepercayaan pasien
terhadap dokter adalah kunci utama keberhasilan penanganan suatu
penyakit. Saat ini masyarakat kita kurang percaya terhadap mutu
pelayanan rumah sakit di Indonesia. Mereka yang berpenghasilan
menengah keatas lebih memilih menjalankan pengobatan di luar
negeri.
5. Pengaruh Fasilitas Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan
Fasilitas adalah fasilitas atau kelengkapan rumah sakit di
instalasi rawat jalan seperti alat-alat kesehatan, sarana prasarana,
ketersediaan obat, fasilitas fisik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien bahwa sebagian
besar pasien rawat jalan mengatakan fasilitas yang disediakan oleh
rumah sakit berdasarkan pengetahuan pasien adalah cukup. Persepsi
pasien bahwa alat yang berada di ruangan tempat mereka berobat
sudah lengkap dan ketika mereka di rujuk untuk melakukan tes
92
laboratorium tercipta pengetahuan pasien yang mengatakan alat
kesehatan yang ada dirumah sakit sudah lengkap.
Meskipun secara keseluruhan penilaian responden mengenai
fasilitas dirumah sakit umum kota Baubau cukup, namun ada 24 (24%)
responden yang menilai tidak cukup terkait variabel fasilitas. Sejalan
dengan hal ini didukung oleh data dari rumah sakit yang menyatakan
bahwa peralatan di Poli Umum hanya mencapai 25% dari 100%
berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit kota Baubau. Poli
Anak 21.05%. Poli gigi dan mulut 11,19% (lampiran 3). Berdasarkan
hasil wawancara dengan responden mengatakan peralatan yang
didalam ruangan sama yang ada dengan di puskesmas seperti
stetoskop, tensimeter, timbangan tempat tidur, kursi, lemari. Kemudian
“pasien mengatakan kalau hanya peralatan yang sama dengan
puskesmas kenapa ke rumah sakit lebih baik ke puskesmas kan
obatnya juga gratis”.
Pasien juga merasa tidak nyaman. Berdasarkan wawancara
dengan beberapa pasien bahwa fasilitas di ruang tunggu perawatan.
WC yang digunakan adalah WC rawat jalan gabung dengan WC rawat
inap. Dan tidak terdapatnya pendingin (AC) di ruangan tunggu maupun
di ruang perawatan sehingga pasien merasa kepanasan.
Kurangnya ketersediaan obat juga dikeluhkan pasien. Jika obat
yang di ambil melalui rumah sakit gratis karena menggunakan Jaminan
(Askes, Jamkesmas dan jaminan kesehatan lainnya). Sementara ketika
93
mereka berobat sang dokter selalu menuliskan resep tersendiri untuk di
beli di apotik dokter. Hal ini sangat memberatkan pasien, karena biaya
harga obat jika beli di apotik dokter sangat mahal.
Pasien juga mengeluhkan tentang sarana yang berada di ruang
tunggu apotik. Mereka merasa tidak nyaman karena apotik
bersinggungan langsung dengan jalan umum, sehingga pasien merasa
tidak nyaman (suasana yang ribut akibat kendaraan). Kursi yang
disediakan hanya 2 kursi panjang, sehingga sebagian pasien berdiri
dan merasa lelah ketika harus mengambil obat.
Hasil cross sectional tabel 12, Pasien yang mengatakan
fasilitasnya cukup namun tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan
rumah sakit sebanyak 19.7% karena berdasarkan hasil wawancara
pasien mengatakan bahwa tidak mempercayai kemampuan dan
kualitas dokter.
Hasil cross sectional tabel 12, Pasien yang mengatakan
fasilitasnya kurang cukup namun memanfaatkan pelayanan rawat jalan
sebanyak 50.0% karena walaupun peralatannya tidak cukup pasien
bersedia menggunakan alat yang seadanya saja dari pada tidak ada
sama sekali. Pasien ingin segera sembuh walaupun fasilitasnya tidak
lengkap tetapi obat yang diberikan diharapkan dapat mengurangi rasa
sakit.
Hasil uji statisitik diperoleh ada pengaruh antara fasilitas
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan (p= 004). Hal ini berarti
94
ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil yang dikemukakan oleh
Yenni Alfiati, Triyani Marwati, Solikhah (2010) dengan judul penelitian
“faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan poli obsgyn
di rsud Banjarnegara ”hasil penelitian menunjukan ada huhungan
secara statistik antara fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan
pelayanan poli Obsgyn.
Irma Nurianti (2012) dengan hasil penelitian yaitu kebutuhan
akan sarana pelayanan kesehatan (p = 0,001) berpengaruh signifikan
terhadap pemanfaatan penolong persalinan. Kebutuhan akan sarana
pelayanan kesehatan adalah sub variabel yang paling berpengaruh
terhadap pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas
Binjai Serbangan.
6. Pengaruh Perilaku Petugas Kesehatan Terhadap Pemanfaatan
Pelayanan Rawat Jalan
Sikap dan perilaku petugas kesehatan merupakan salah satu
faktor penting dalam perilaku kesehatan. Perilaku petugas kesehatan
yaitu penilaian atau pandangan masyarakat tentang tanggapan atau
reaksi petugas yang terwujud dengan sikap atau perbuatannya
terhadap pasien menyangkut keramahan, perhatian dan kesopanan.
Pasien rawat jalan menilai petugas pelayanan kesehatan selalu
ramah, sopan dalam melayani pasien. Petugas diruang perawatan
95
selalu memberikan perhatian ketika mereka bercerita tentang
penyakitnya dan sopan terhadap pasien, dalam pelayanan administrasi
petugas kesehatan memberikan pelayanan yang cepat, merespon
dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan oleh pasien. Menurut
pasien petugas pelayanan selalu sabar dalam menghadapi pasien yang
komplain terhadap dokter yang selalu datang terlambat.
Meskipun secara keseluruhan penilaian responden mengenai
perilaku petugas kesehatan di rumah sakit umum kota Baubau baik,
namun ada 25 (25%) atau 15 responden yang menilai kurang baik
perilaku petugas kesehatan. Perilaku manusia berbeda-beda ada yang
baik dan ada yang buruk. Begitu pula pada pelayanan kesehatan
petugas yang berperilaku baik akan melayani pasien dengan baik dan
sopan dalam bertutur kata, sebaliknya petugas yang berperilaku buruk
akan memberikan pelayanan yang buruk seperti suka marah, kasar
dalam berbicara, tidak memberikan respon yang baik ketika bertanya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien bahwa ada 2 orang
petugas yang ketika mereka memanfaatkan pelayanan dan bertemu
dengan petugas tersebut maka selalu memberikan pelayanan yang
tidak baik. Disimpulkan bahwa pasien yang mengatakan perilaku
petugas tidak baik karena ketika pasien berobat mendapat pelayanan
dari petugas yang berperilaku tidak baik tersebut.
Pasien yang mengatakan perilaku petugas rumah sakit tidak
baik namun memanfaatkan pelayanan kesehatan sebanyak 40.0%
96
karena pasien ingin sembuh, berdasarkan hasil wawancara pasien
mentolerir jika petugas kesehatan tidak baik, sabar jika pelayanan yang
diberikan tidak baik, pasien hanya ingin sembuh dengan memanfaatkan
kartu jamkesmas yang memberikan pengobatan gratis.
Adapula pasien yang mengatakan perilaku petugas kesehatan
baik namun tidak memanfaaatkan pelayanan kesehatan sebanyak
20.0% karena pasien merasa jengkel banyak waktu yang harus di
buang, pasien datang pagi jam 8 sementara dokternya datang di atas
jam 9. Sedangkan petugas pelayanan di apotik pasien menilai perilaku
petugas kesehatan tersebut tidak baik. Pelayanan yang diberikan tidak
baik, seperti kurang ramah, petugas selalu memberikan wajah yang
tidak ramah ketika mereka bertanya tentang fungsi obat. juga lambat
dalam penanganan obat, Menurut pasien mereka bekerja sambil cerita,
sehingga pelayanan obat menjadi lamban.
Hasil uji statisitik diperoleh ada pengaruh antara perilaku
petugas kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=
004). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan psikososial orang yang sedang sakit atau
keluarga dari orang yang sakit adalah dalam kondisi ketidakenakan:
rasa sakit, kekhawatiran, kecemasan, kebingungan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, pasien sangat memerlukan bantuan bukan saja
pengobatan, tetapi juga bantuan lain seperti informasi, nasihat, dan
97
petunjuk-petunjuk dari para petugas rumah sakit berkaitan dengan
masalah atau penyakit yang mereka alami (Notoatmojo, 2005).
Husein (2008), Dirjen Pelayanan Medis Departemen Kesehatan
mengatakan ada tiga faktor yang menentukan rumah sakit diminati
pasien yaitu; pelayanan, teknologi dan sumber daya manusia.
7. Analisis Multivariat
Berdasarkan hasil uji statistik multivariat terdapat dua variabel
yang memiliki nilai p < 0,05 yaitu fasilitas layanan (p=0.031, Exp
B=0.331) dan Kepercayaan (p=0.0000, Exp B=0.135) yang berarti
secara statistik kedua variabel tersebut memiliki pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Sedangkan variabel yang
tidak memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen adalah pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil uji statstik multivariat, maka diperoleh model
pengaruh secara simultan yang sesuai yaitu:
a. Pengaruh fasilitas pelayanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit
berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan
besar pengaruh sebesar 0.031.
b. Pengaruh kepercayaan pasien terhadap pihak rumah sakit
berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan
besar pengaruh sebesar 0.000.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa responden
memanfaatkan pelayanan kesehatan melalui fasilitas layanan yang
98
paling berpengaruh dengan nilai 0.331 kali lebih besar dari variabel lain.
Artinya masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit
karena fasilitas yang lengkap tetapi yang disediakan oleh rumah sakit
masih jauh dengan harapan pasien maka mereka beralih ke penyedia
jasa kesehatan lainnya. Dari hasil penelitian ini berarti pihak rumah
sakit umum kota Baubau yaitu manajemen rumah sakit, dokter, perawat
dan petugas kesehatan penting untuk meningkatkan secara bersama-
sama dimensi kepercayaan masyarakat dan fasilitas layanan agar
dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan di Instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum Kota
Baubau (p=0.007, p < 0.05.
2. Ada pengaruh kepercayaan terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan di Instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum Kota
Baubau (p=0.000, p < 0.05.
3. Ada pengaruh fasilitas terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di
Instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum Kota Baubau. (p=0.004,
p < 0.05).
4. Ada pengaruh perilaku petugas kesehatan terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum
Kota Baubau. (p=0.000, p < 0.05).
5. Hasil analisis regresi logistik multivariat antara variabel independen
dengan dependen, dapat disimpulkan bahwa variabel fasilitas layanan
(p=0.004, p < 0.05) paling berpengaruh terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan rumah sakit umum kota Baubau.
100
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah
dirumuskan, maka dikemukakan beberapa saran atau rekomendasi
sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit umum kota Baubau
agar menerapkan disiplin waktu yang lebih ketat, dengan memberikan
sanksi kepada pegawainya yang sering terlambat.
2. Diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit agar menyediakan
obat yang lengkap, sehingga pasien tidak membeli obat diapotik luar
rumah sakit yang harganya mahal.
3. Diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit mengupayakan
pengadaan sarana dan fasilitas yang belum tersedia serta
meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
4. Diharapkan pihak rumah sakit memperbaiki pelayanan dan
meningkatkan kinerja petugas rumah sakit terutama di apotik.
101
DAFTAR PUSTAKA
A. Chio`, A. Montuschi, and S.(2008) Cammarosano. ALS patients and caregivers communication preferences and information seeking behaviour. Eur J Neurol. 2008, 15 (1): 55-60.
Abdul Basir. 2006. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ulang Konsumen Menggunakan Pelayanan Rawat Jalan Di Klinik “Aba Medica“ Jepara. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.
Achmad Chusairi. Health Seeking Behavior Para Pasien Poli Perawatan Paliatif Studi Eksploratif terhadap Lima Pasien Poli Perawatan Paliatif RSUD dr. Soetomo Surabaya. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Afni Rianti, Kodrat Wibowo, Ferry Hadiyanto. 2011. Kemampuan dan Kemauan Membayar Pasien terhadap Pelayanan Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang.
Albert B. Chandler, behavioral standards in patient care. 1997 University of Kentucky
Anna Dixon, Ruth Robertson, John Appleby, Peter Burge, Nancy Devlin Helen Magee, PATIEN CHOICE, How patients choose and how providers respond. ISBN: 978 1 85717 596 7. 2010.
B. Leisen, and M.R. Hyman. Antecedents and consequences of trust in a service provider: The case of primary care physicians. J Bus Res. 2004, 57: 990-999.
B. Lo, and L. Parham. The effects of health information technology on the physician-patient relationship. J Law Med Ethics. 2010, Spring: 17-26.
Badran Al-Omar,, Saad Al-Ghanim,, 1428 H, The Utilization of Hospital Resources: A survey Study of Some Saudi Hospitals in Riyadh City
Bridget Ann Sweeney, 2008, THE ECOLOGY OF THE PATIENT
experience: Physical environments, patient-staff interactions, staff Behaviors, and quality of care. of Cornell University.
Budiman Chandra. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Buku
Kedokteran. Jakarta.
Ellya Niken, Prastiwi, Dian Ayubi. 2007. Hubungan Kepuasan Pasien Bayar dengan Minat Kunjungan Ulang di Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi 2007.
102
Carrie Johnson. 2009. Bad Blood: Doctor-Nurse Behavior Problems Impact Patient Care.
Cheryl Wold. 2008. Health Indicators A Review of Reports Currently in Use.
Christopher j. Armitage, Mark Conne, Paul Norman. 1999. Di€ erential e€ ects of mood on information processing: evidence from the theories of reasoned action and planned behaviour. European Journal of Social Psychology Eur. J. Soc. Psychol. 29, 419±433 (1999)
Department of health social services and public safety. Improving the Patient & Client experience,2008.
Ery Rustiyanto. 2010. Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Fais Satrianegara, Sitti Saleha. 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.
Franklin Becker, PhD; Stephanie Douglass, MS “The Ecology of the Patient Visit PhysicalAttractiveness, Waiting Times, and Perceived Quality of Care”, J Ambulatory Care Manage 2008 Vol.31, No. 2, pp. 128–141.
Glanz K, Rimer BK, Viswanath K, eds. 2008. Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice (4th ed). San Francisco: jossey-bass
Gustav Tingho G. 2009. Individual responsibility for what? A conceptual framework for exploring the suitability of private financing in a publicly funded health-care system. Center for Medical Technology Assessment, Department of Medical and Health Sciences, Linko¨ ping University, Linko¨ ping, Sweden
Ifmaily. 2006. Analisis Pengaruh Persepsi Layanan Farmasi Pasien Unit Rawat Jalan Terhadap Minat Beli Obat Ulang di Instalasi Farmasi rsi. Ibnu Sina – Yarsi Padang Tahun 2006. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang 2006.
J.F. Ha, D.S. Anat, and N. Longnecker. Doctor-patient communication: A review. Ochsner J. 2010, 10 (1): 38-43.
James, Roger, Paul. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara. Tangerang.
Joseph Theodore Young. 2004. health in the developing world: health status and healthcare utilization in matlab, bangladesh
103
Kotler, Philip. 2010. Kotler on Marketing. Karisma. Tangerang. Malayu. 1996. Organisasi dan Motivasi. Bumi Aksara. Jakarta.
Karen glanz, Barbara k. Rimer k. Viswanath. 2008. health behavior and health education. Foreword by C. Tracy Orleans
L.L. Berry, J.T. Parish, R. Janakiraman, L. Ogburn-Russell, G.R. Couchman, W.L. Rayburn, et al. Patients’ commitment to their primary physician and why it matters. Ann Fam Med. 2008, 6: 6-13.
Lisa M. Vaughn, Farrah Jacquez, Raymond C. Baker. 2009. Cultural
Health Attributions, Beliefs, and Practices: Effects on Healthcare and Medical Education. The Open Medical Education Journal.
Marissa Seligman, PharmD, CCMEP Chief, Clinical & Regulatory Affairs
and Compliance Officer SVP, Pri-Med Institute, 2008, Commitment to CME That Matters to Patient Care: Perspectives on Primary Care Education and Commercial Support
Melanie A Wakefi eld, Barbara Loken, Robert C Hornik. 2010. Use of mass media campaigns to change health behaviour. Lancet 2010
Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung.
Myfanwy Morgan, The Doctor–Patient Relationship. Chapter 4.
Noel T. Brewer and Barbara K. Rimer. 2008. Perspectives on Health Behavior Theories That Focus on Individuals. published in Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice, 4th Edition (2008).
Nugroho j Setiadi. 2010. Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta.
Painter JE, Borba CP, Hynes M, Mays D, Glanz K. 2008. The use of theory in health behavior research from 2000 to 2005: a systematic review. Ann. Behavior
Philip h. Brown, caroline theoharides, 2009, health-seeking behavior and hospital choice in china’s new cooperative medical system.
Philip Kotler, Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Macanan Jaya Cemerlang. Jakarta.
Rajinder Singh “Patients perception towards government hospitals in Haryana”, VSRD-TNTJ, Vol. I
(4), 2010, 198-206. Ratih Hurriyati. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Alfabeta. Bandung.
104
Ravishankar Jayadevappa, Sumedha Chhatre, 2011, Patient Centered Care - A Conceptual Model and Review of the State of
the Art, The Open Health Services and Policy Journal, 2011, 4, 15-25.
Retno Purwastuti, C. 2005. Analisis Faktor-faktor Pelayanan Farmasi yang Memprediksi Keputusan Beli Obat Ulang dengan Pendekatan Persepsi Pasien Klinik Umum di Unit Rawat Jalan RS Telogorejo Semarang, (Tesis), Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
S. Sharmila Jayasree Krishnan. 2013. The impact of Physical Environment of Hospitals in Patient Satisfaction. Sathyabama University
Sendy Komarudin. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Memanfaatkan Pelayanan Rumah Sakit Umum Happy Land Medical Centre Yogyakarta. Tesis. Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007.
Sallis JF, Owen N, Fisher EB. 2008. Ecological models of health behavior. In Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice (4th ed), ed. K Glanz, B Rimer, K Viswanath, pp. 464-85. San Francisco: Jossey-Bass
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Kota Baubau . 2011. Kota Baubau
Supriyanto, Ernawaty. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Andi. Yogyakarta.
Vigdis Abrahamsen Grøndahl, 2012, Patients’ perceptions of actual care conditions and patient satisfaction with care quality in hospital. Dissertation Karlstad University Studies.
Weinstein, N. D. 2007. Misleading Tests of Health Behavior Theories.‖ Annals of Behavioral Medicine.
Yauminnisa Hapsari. 2006. Analisis Persepsi Pasien Tentang Poliklinik Umum Terhadap Keputusan Pemanfaatan Ulangnya Di Rs Pantiwilasa "Citarum" Semarang. Tesis. Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Yadi Purwanto, Moordiningsih. 2005. Dinamika Perilaku Pengambilan Keputusan Perawat dan Tenaga Paramedis dalam Kondisi Gawat Darurat.
Yella Dumpapa, Angelheart Joy, Grace, E.C. 2010. Hubungan Lokasi, Biaya, Personil, dan Informasi Rumah Sakit Dengan Keputusan
105
Tabel 1 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan RSUD
Kota Baubau 2007-2011
TAHUN PASIEN
2007 37.883
2008 41.271
2009 24.968
2010 22.350
2011 25.189
Sumber: RSUD kota Baubau 2011
106
Lampiran 2
Tabel Kegiatan Farmasi Pengadaan Obat
Kode Rumah Sakit : 7401016
Nama Rumah Sakit : RSUD Kota BauBau
NO TAHUN GOLONGAN OBAT JUMLAH ITEM OBAT
JUMLAH ITEM OBAT YANG TERSEDIA DI RS
JUMLAH ITEM OBAT FORMULARIUM TERSEDIA DI RS
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 44
1. 2005 Obat Generik 376 368 365 362 345 338 336 342 0 0 0 0
Obat non Generik Formularium
232 228 234 230 148 140 118 126 0 0 0 0
Obat non Generik 144 138 130 138 116 124 123 132 0 0 0 0
TOTAL 752 734 792 730 609 604 577 600 0 0 0 0
2. 2006 Obat Generik 374 368 369 375 333 326 346 334 0 0 0 0
Obat non Generik Formularium
130 228 228 232 120 130 144 136 0 0 0 0
Obat non Generik 236 131 132 113 140 124 95 88 0 0 0 0
TOTAL 748 727 729 720 593 580 585 558 0 0 0 0
3. 2007 Obat Generik 376 380 380 406 340 341 341 348 0 0 0 0
Obat non Generik 237 238 238 240 130 135 135 140 0 0 0 0
107
Formularium
Obat non Generik 115 116 116 122 90 95 95 101 0 0 0 0
TOTAL 734 734 805 728 571 571 622 560 0 0 0 0
4. 2008 Obat Generik 380 380 411 376 341 341 350 340 0 0 0 0
Obat non Generik Formularium
238 238 260 237 135 135 152 130 0 0 0 0
Obat non Generik 116 116 134 115 95 95 120 90 0 0 0 0
TOTAL 734 734 805 728 571 571 622 560 0 0 0 0
5. 2009 Obat Generik 200 167 157 471 172 100 95 287 0 0 0 0
Obat non Generik Formularium
25 4 4 12 4 4 4 12 0 0 0 0
Obat non Generik 99 89 94 282 79 40 49 130 0 0 0 0
TOTAL 324 260 255 765 255 144 148 429 0 0 0 0
6. 2010 Obat Generik 471 474 474 504 265 241 235 225 0 0 0 0
Obat non Generik Formularium
12 12 12 12 12 12 12 12 0 0 0 0
Obat non Generik 282 285 285 255 112 93 87 69 0 0 0 0
TOTAL 765 771 771 771 389 346 334 306 0 0 0 0
7. 2011 Obat Generik 504 504 519 519 227 272 275 292 0 0 0 0
Obat non Generik Formularium
12 12 12 12 12 12 12 12 0 0 0 0
Obat non Generik 255 255 255 255 77 75 72 87 0 0 0 0
TOTAL 771 771 786 786 316 359 359 391 0 0 0 0
Sumber: RSUDKota Baubau
108
Lampiran 3
Tabel 3 Peralatan Di Instalasi Rawat Jalan
RSUD Kota Baubau
NO JENIS PELAYANAN
KELENGKAPAN PERALATAN
STANDAR
PROGNOSIS
RSU TAHUN
2012
1 Poli Umum 100% 25%
2 Poli Anak 100% 21.05%
3 Poli bedah 100% 13,64%
4 Poli gigi dan mulut 100% 11,19%
5 Poli internis 100% 23,33%
6 Poli kandungan 100% 56,25%
7 Poli Mata 100% 30,77%
8 Poli THT 100% 12,50%
9 IGD 100% 25,71%
10 OK 100% 37,84%
11 ICU 100% 61,90%
12 Bangsal anak 100% 32%
13 Bangsal perinatologi 100% 41,67%
14 Bangsal Kandungan 100% 18,18%
15 Bangsal Internis 100% 37,50%
16 Bangsal bedah 100% 36,36%
17 Kamar bersalin 100% 36,26%
18 Laboratorium 100% 85,54%
19 Farmasi 100% 75%
20 Gizi 100% 25,45%
21 Radiologi 100% 29,17%
22 Rehabilitasi medis 100% 7,14%
23 Keterapian fisik 100% 5,44%
24 Kamar Jenazah 100% Belum ada
25 Laundry 100% 45,45%
26 Pemeliharaan Sarana 100% 33,33%
27 Pengolahan limbah cair 100% 33,33%
Sumber: RSUD kota Baubau
109
Lampiran 4
Tabel 4 Pencapaian SPM Pelayanan Rawat Jalan
RSUD Kota Baubau
NO INDIKATOR
PENCAPAIAN RAWAT JALAN
STANDAR PROGNOSIS 2012
1 Dokter pemberi pelayanan di
Poliklinik spesialis 100% 100%
2 Waktu tunggu dirawat jalan ≤ 60 menit 60 – 120 menit
3 Kepuasan pelanggan pada
rawat jalan ≥ 90% 60 %
Sumber: RSUD kota Baubau
110
Lampiran 5
Tabel 5 Jumlah Pasien Rawat Inap Menurut Tempat Perawatan
RSUD Kota Baubau
NO UNIT PELAYANAN 2008 2009 2010 2011 KET
1. Perawatan penyakit dalam 1.137 1.248 1.025 1.371 Naik
9.76%
2. Perawatan parinatal 538 545 536 647 Naik
3.21%
3. Perawatan Genekologi 763 757 887 1.027 0.73%
4. Perawatan bedah 711 803 915 1.070 Naik
12.93%
5. Perawatan anak 824 738 695 580 Turun
10.43%
6. Perawatan ICU 233 258 288 345 Naik
10.72%
JUMLAH 4.196 4.349 4.346 5.040 Naik
3.64%
Sumber: RSUD kota Baubau
111
Lampiran 6
Tabel 6 Kunjungan Pelayanan Rawat Jalan RSUD Kota Baubau
Tahun 2007 – 2011
Tahun
Umum Askes Jamsostek Jamkesmas
Bahteram
as
Jasa
raharja
Jumlah
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
2007 10870 28.69 21701 57.28 - - 5312 14.02 - - - - 37.883
2008 12980 32 22470 55 - - 5821 14.10 - - - - 41.271
2009 8570 34.3 12463 0.02 48 0,1 3861 15.4 26 0.1 - - 24.968
2010 9583 43 6712 30 173 0.77 5745 25.70 125 0.55 12 0.05 22.350
2011 9032 35.86 8780 34.86 103 0.41 6950 27.59 284 1.13 40 0.16 25.189
Sumber: Bagian Rekam Medis RSUD Kota Baubau Tahun 2011
112
PENGARUH PERILAKU PASIEN TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT
UMUM KOTA BAUBAU SULAWESI TENGGARA TAHUN 2013
KUESIONER PENELITIAN
Nomor Responden :
Tanggal Pengisian : ....................2013
Kuesioner penelitian ini ditujukan bagi anda pasien rawat jalan yang
berperan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit umum
kota BauBau. Harap saudara mengisi sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Terima Kasih atas partisipasi anda.
Bagian A
No. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden
2. Umur ………. Tahun
3. Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
4. Pendidikan
Terakhir
1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMP/ sederajat
4. SMA/ sederajat
5. PT (Diploma, S1, S2, S3)
5. Pekerjaan
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Wiraswasta
3. Ibu Rumah Tangga
4. Tidak bekerja
113
Bagian B
Mohon dijawab pertanyaan dalam kuesioner dengan memberi tanda
checlist (√) pada kolom jawaban yang menurut anda paling sesuai, yaitu :
4 : Sangat Setuju
3 : Setuju
2 : Tidak Setuju
1 : Sangat Tidak Setuju
114
KUESIONER: PENGETAHUAN
I. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai dengan
pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).
No PERTANYAAN
JAWABAN
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
1. Anda mengetahui bahwa pelayanan rumah sakit ini sangat baik dan lengkap.
2.
Anda mengetahui bahwa layanan rawat jalan di rumah sakit ini melayani jamkesmas atau jaminan kesehatan lainnya.
3.
Anda mengetahui bahwa pasien jamkesmas atau jaminan kesehatan lainnya dapat dilayani pada seluruh poliklinik yang ada di rawat jalan
4. Anda mengetahui bahwa pelayanan di rumah sakit ini lebih baik dari rumah sakit lain.
5. Anda mengetahui bahwa biaya pengobatan di rumah sakit ini terjangkau dari pada rumah sakit lain.
6. Anda mengetahui bahwa biaya tes laboratorium di rumah sakit ini lebih terjangkau dari pada rumah sakit lain.
7.
Anda mengetahui bahwa belum ada pasien yang mengeluh setelah berobat di rumah sakit ini.
8. Anda mengetahui bahwa dengan berobat di rumah sakit maka penyakit anda cepat sembuh.
9. Anda mengetahui bahwa berobat di rumah sakit ini ditangani oleh dokter spesialis.
10. Anda mengetahui bahwa pasien umum tidak harus membeli obat di apotik rumah sakit
115
KUESIONER: KEPERCAYAAN
II. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai
dengan pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).
No PERTANYAAN
JAWABAN
Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
1. Anda berobat disini karena percaya setelah mendapat informasi dari orang lain bahwa pelayanannya baik.
2. Anda memilih berobat dirumah sakit ini karena anda meyakini pelayanan RS ini lebih baik dari pada rumah sakit lain.
3. Anda memilih berobat dirumah sakit ini karena meyakini biaya pengobatan lebih terjangkau dibandingkan rumah sakit lain.
4. Anda memilih berobat dirumah sakit ini karena belum ada keluhan pasien lain yang pernah berobat disini.
5. Anda memilih berobat dirumah sakit karena meyakini berobat dirumah sakit lebih baik dari pada pengobatan tradisional/dukun.
6. Anda memilih berobat disini karena percaya biaya tes laboratorium lebih murah dibandingkan dengan rumah sakit lain
7. Anda memilih berobat disini karena meyakini dapat cepat sembuh.
8. Anda memilih berobat disini karena percaya obat di apotik murah dan terjangkau.
9. Anda memilih berobat di RS ini kerena percaya bahwa di tangani oleh dokter spesialis penyakit cepat sembuh.
10.
Anda memilih berobat di Rumah Sakit ini karena percaya pada rekomendasi dari rekomendasi dari keluarga anda bahwa perilaku pelayanan petugas baik.
11. Anda memilih berobat di Rumah Sakit ini karena rekomendasi dari orang lain yang menyatakan bahwa pelayanan petugas rawat jalan baik.
12. Anda memilih berobat di RS ini karena informasi dari kerabat/keluarga yang menyatakan bahwa berobat di sini cepat sembuh.
116
KUESIONER: FASILITAS
III. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai
dengan pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).
No Pertanyaan
JAWABAN
Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
1.
Loket antrian dirumah sakit ini sudah menggunakan alat yang canggih (sarana komputer yang lengkap)
2. Tersedia WC/toilet di ruang tunggu rawat
jalan
3. Alat-alat kesehatan yang dibutuhkan
untuk penyakit anda tersedia
4. Obat yang tersedia di apotik sangat
lengkap
5. Tersedia AC (air Conditioner) di ruang
tunggu.
6. Tersedia tempat pembuangan sampah.
7. Tersedia tempat parkir
8. Tersedia tempat duduk yang cukup dan
layak di ruang tunggu
9. Tersedia ruangan informasi bagi pasien
10. Tersedia kantin di rumah sakit
117
KUESIONER: PERILAKU PETUGAS KESEHATAN
IV. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai
dengan pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).
No
PERTANYAAN
JAWABAN
Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
1. Pelayanan petugas loket rawat jalan dirumah sakit
ini sangat cepat
2. Pelayanan Petugas loket rawat jalan sangat ramah
saat melayani anda
3. Pelayanan Petugas loket sangat sopan melayani
anda
4. Petugas di loket selalu memberikan respon yang
baik ketika anda bertanya
5. Petugas diloket sangat bertanggung jawab
terhadap tugasnya
6. Pelayanan petugas diruang perawatan tempat
anda diperiksa sangat ramah
7. Pelayanan petugas diruang perawatan tempat
anda diperiksa sangat sopan
8. Pelayanan petugas diruang perawatan tempat
anda diperiksa selalu membeikan respon yang baik ketika anda bertanya.
9. Pelayanan petugas diruang perawatan sangat
bertanggung jawab terhadap tugasnya
10. Pelayanan petugas di apotik sangat sopan
11. Pelayanan petugas di apotik sangat ramah saat
melayani anda
12. Pelayanan petugas di apotik selalu memberikan
respon yang baik ketika anda bertanya.
13. Pelayanan petugas diapotik sangat bertanggung
jawab terhadap tugasnya
14. Pelayanan obat di apotik rumah sakit ini sangat
cepat
118
KUESIONER: PEMANFAATAN PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT
JALAN RUMAH SAKIT UMUM KOTA BAUBAU
V. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai
dengan pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).
No PERTANYAAN
JAWABAN
Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1. Anda berobat di rawat jalan di
tangani oleh dokter spesialis
2.
Waktu tunggu dari saat mendaftar
sampai dilayani oleh dokter cepat
yaitu kurang dari 1 jam
3.
Anda sangat puas dengan
pelayanan kesehatan di Instalasi
rawat jalan
119
WAWANCARA
Plih Salah Satu Jawaban.( Baik/Kurang)
1. Alasan Sikap Tidak Baik/ Baik Petugas Kesehatan
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
................................................
2. Alasan Lama Waktu Berobat/ Cepat Berobat
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
................................................
3. Alasan Tidak Puas/Puas Terhadap Pelayanan Rumah Sakit
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
................................................
4. AlasanPercaya / Tidak Percaya Terhadap Pelayanan Rumah Sakit
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
................................................
120
HASIL ANALISIS DATA
Frekuensi Karakteristik
Sex
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 45 45.0 45.0 45.0
2.00 55 55.0 55.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 8 8.0 8.0 8.0
2.00 10 10.0 10.0 18.0
3.00 5 5.0 5.0 23.0
4.00 42 42.0 42.0 65.0
5.00 35 35.0 35.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 26 26.0 26.0 26.0
2.00 25 25.0 25.0 51.0
3.00 20 20.0 20.0 71.0
4.00 29 29.0 29.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
121
Frequencies Variabel
V_Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 76 76.0 76.0 76.0
TidakBaik 24 24.0 24.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
V_Fasilitas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 66 66.0 66.0 66.0
TidakBaik 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
V_Kepercayaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 67 67.0 67.0 67.0
TidakBaik 33 33.0 33.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
V_Perilaku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 75 75.0 75.0 75.0
TidakBaik 25 25.0 25.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
122
V_Pemanfaatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 70 70.0 70.0 70.0
TidakBaik 30 30.0 30.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
V_Pengetahuan * V_Pemanfaatan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
V_Fasilitas * V_Pemanfaatan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
V_Kepercayaan * V_Pemanfaatan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
V_Perilaku * V_Pemanfaatan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%
V_Pengetahuan * V_Pemanfaatan
Crosstab
V_Pemanfaatan Total
Baik TidakBaik
V_Pengetahuan
Baik Count 59 17 76
% within V_Pengetahuan 77.6% 22.4% 100.0%
TidakBaik Count 11 13 24
% within V_Pengetahuan 45.8% 54.2% 100.0%
Total Count 70 30 100
% within V_Pengetahuan 70.0% 30.0% 100.0%
123
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.782a 1 .003
Continuity Correctionb 7.333 1 .007
Likelihood Ratio 8.276 1 .004
Fisher's Exact Test .005 .004
Linear-by-Linear Association 8.695 1 .003
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20.
b. Computed only for a 2x2 table
V_Fasilitas * V_Pemanfaatan
Crosstab
V_Pemanfaatan Total
Baik TidakBaik
V_Fasilitas
Baik Count 53 13 66
% within V_Fasilitas 80.3% 19.7% 100.0%
TidakBaik Count 17 17 34
% within V_Fasilitas 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 70 30 100
% within V_Fasilitas 70.0% 30.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9.812a 1 .002
Continuity Correctionb 8.422 1 .004
Likelihood Ratio 9.544 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear
Association 9.714 1 .002
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.20.
b. Computed only for a 2x2 table
124
V_Kepercayaan * V_Pemanfaatan
Crosstab
V_Pemanfaatan Total
Baik TidakBaik
V_Kepercayaan
Baik Count 57 10 67
% within V_Kepercayaan 85.1% 14.9% 100.0%
TidakBaik Count 13 20 33
% within V_Kepercayaan 39.4% 60.6% 100.0%
Total Count 70 30 100
% within V_Kepercayaan 70.0% 30.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 21.970a 1 .000
Continuity Correctionb 19.849 1 .000
Likelihood Ratio 21.452 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 21.751 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.90.
b. Computed only for a 2x2 table
V_Perilaku * V_Pemanfaatan
Crosstab
V_Pemanfaatan Total
Baik TidakBaik
V_Perilaku
Baik Count 60 15 75
% within V_Perilaku 80.0% 20.0% 100.0%
TidakBaik Count 10 15 25
% within V_Perilaku 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 70 30 100
% within V_Perilaku 70.0% 30.0% 100.0%
125
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 14.286a 1 .000
Continuity Correctionb 12.444 1 .000
Likelihood Ratio 13.462 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.143 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Logistic Parsial Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 8,276 1 ,004
Block 8,276 1 ,004
Model 8,276 1 ,004
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerk
e R
Square
1 113,897a ,079 ,113
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than ,001.
126
Classification Tablea
Observed Predicted
V_Pemanfaatan
Percentage
Correct Baik TidakBaik
Step 1 V_Pemanfaatan Baik 59 11 84,3
TidakBaik 17 13 43,3
Overall Percentage 72,0
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a V_Pengetahuan(1) 1,411 ,494 8,177 1 ,004 4,102
Constant -1,244 ,275 20,434 1 ,000 ,288
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 9,544 1 ,002
Block 9,544 1 ,002
Model 9,544 1 ,002
127
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 112,629a ,091 ,129
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Observed Predicted
V_Pemanfaatan
Percentage
Correct Baik TidakBaik
Step 1 V_Pemanfaatan Baik 53 17 75,7
TidakBaik 13 17 56,7
Overall Percentage 70,0
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a V_Fasilitas 1,405 ,462 9,253 1 ,002 4,077
Constant -2,811 ,708 15,774 1 ,000 ,060
a. Variable(s) entered on step 1: V_Fasilitas.
128
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 21,452 1 ,000
Block 21,452 1 ,000
Model 21,452 1 ,000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke
R Square
1 100,721a ,193 ,274
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Observed Predicted
V_Pemanfaatan
Percentage
Correct Baik TidakBaik
Step 1 V_Pemanfaatan Baik 57 13 81,4
TidakBaik 10 20 66,7
Overall Percentage 77,0
a. The cut value is ,500
129
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a V_Kepercayaan(1) 2,171 ,494 19,284 1 ,000 8,769
Constant -1,740 ,343 25,771 1 ,000 ,175
a. Variable(s) entered on step 1: V_Kepercayaan. Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 13,462 1 ,000
Block 13,462 1 ,000
Model 13,462 1 ,000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 108,711a ,126 ,179
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than ,001.
130
Classification Tablea
Observed Predicted
V_Pemanfaatan
Percentage
Correct Baik TidakBaik
Step 1 V_Pemanfaatan Baik 60 10 85,7
TidakBaik 15 15 50,0
Overall Percentage 75,0
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
S.E. Wald df Sig. Exp(B)
,500 12,842 1 ,000 ,167
,408 ,986 1 ,321 1,500
131
Logistic Regression Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 28.194 4 .000
Block 28.194 4 .000
Model 28.194 4 .000
Step 2a
Step -.066 1 .798
Block 28.129 3 .000
Model 28.129 3 .000
Step 3a
Step -2.030 1 .154
Block 26.099 2 .000
Model 26.099 2 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-
squares value has decreased from the previous step.
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke
R Square
1 93.978a .246 .348
2 94.044a .245 .348
3 96.074a .230 .326
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
132
Classification Tablea
Observed Predicted
V_Pemanfaatan Percentage
Correct Baik TidakBaik
Step 1 V_Pemanfaatan
Baik 64 6 91.4
TidakBaik 13 17 56.7
Overall Percentage 81.0
Step 2 V_Pemanfaatan
Baik 64 6 91.4
TidakBaik 13 17 56.7
Overall Percentage 81.0
Step 3 V_Pemanfaatan
Baik 65 5 92.9
TidakBaik 18 12 40.0
Overall Percentage 77.0
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a
V_Pengetahuan(1) -.173 .674 .066 1 .797 .841
V_Fasilitas(1) -.928 .576 2.598 1 .107 .395
V_Kepercayaan(1) -1.606 .627 6.567 1 .010 .201
V_Perilaku(1) -.896 .611 2.151 1 .142 .408
Constant 1.423 .603 5.571 1 .018 4.151
Step 2a
V_Fasilitas(1) -.987 .527 3.508 1 .061 .373
V_Kepercayaan(1) -1.683 .552 9.279 1 .002 .186
V_Perilaku(1) -.864 .598 2.088 1 .148 .422
Constant 1.359 .547 6.169 1 .013 3.893
Step 3a
V_Fasilitas(1) -1.106 .513 4.645 1 .031 .331
V_Kepercayaan(1) -1.999 .509 15.417 1 .000 .135
Constant 1.000 .463 4.661 1 .031 2.717
a. Variable(s) entered on step 1: V_Pengetahuan, V_Fasilitas, V_Kepercayaan, V_Perilaku.
133
Model if Term Removed
Variable Model Log
Likelihood
Change in -2 Log
Likelihood
df Sig. of the
Change
Step 1
V_Pengetahuan -47.022 .066 1 .798
V_Fasilitas -48.269 2.561 1 .110
V_Kepercayaan -50.331 6.685 1 .010
V_Perilaku -48.036 2.094 1 .148
Step 2
V_Fasilitas -48.754 3.464 1 .063
V_Kepercayaan -51.716 9.388 1 .002
V_Perilaku -48.037 2.030 1 .154
Step 3 V_Fasilitas -50.360 4.647 1 .031
V_Kepercayaan -56.314 16.555 1 .000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Variables V_Pengetahuan(1) .066 1 .797
Overall Statistics .066 1 .797
Variables V_Pengetahuan(1) .002 1 .966
V_Perilaku(1) 2.126 1 .145
Overall Statistics 2.198 2 .333
a. Variable(s) removed on step 2: V_Pengetahuan.
b. Variable(s) removed on step 3: V_Perilaku.