tema: 3 (pangan, gizi dan kesehatan) potensi …
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
161
“Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan)
POTENSI PERTUMBUHAN VEGETATIF PURWOCENG PADA BUDIDAYA
MENGGUNAKAN IRIGASI TETES DAN NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)
DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN BAHAN BAKU OBAT KHAS DAERAH
Eni Sumarni1, Loekas Soesanto
1, Noor Farid
2, Hanif Nasiatul Baroroh
2
1Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman 2Jurusan Farmasi, Universitas Jenderal Soedirman
arny0565gmail.com
ABSTRAK
Purwoceng sampai saat ini hanya dapat ditemukan di habitat yang terbatas, yaitu di di kawasan
dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Purwoceng menjadi salah satu bahan baku obat asli dari
Indonesia yang memiliki khasiat seperti ginseng. Senyawa yang terkandung pada purwoceng
banyak digunakan dalam industri obat modern. Produksi purwoceng dipengaruhi oleh iklim mikro
lingkungan tumbuhnya dan umur purwoceng dipanen. Produksi herba tanaman purwoceng semakin
tinggi untuk tanaman purwoceng yang dipanen pada umur yang lebih tua/panjang. Produksi
purwoceng pada lingkungan liar menghadapi tantangan, yaitu adanya komoditas yang dapat
dipanen setahun 3 kali seperti kentang dan komoditas sayuran lain yang dapat dipanen lebih
pendek. Komoditas tersebut lebih dipilih oleh masyarakat untuk dibudidayakan. Selain itu iklim
ekstrem yang melanda lokasi penanaman di lingkungan terbuka dapat merusak produksi tanaman
purwoceng. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian produksi tanaman purwoceng dalam lingkungan
terkontrol untuk menjaga keberadaan purwoceng sebagai tanaman khas daerah dan membantu
ketersediaan bahan baku obat Produksi tanaman di dalam lingkungan terkendali telah dilakukan
dengan penanaman di dalam greenhouse. Teknik budidaya yang digunakan untuk penanaman di
dalam greenhouse adalah teknik hidroponik. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan
purwoceng dengan irigasi drip dan NFT dalam rangka mendapatkan informasi pertumbuhan
purwoceng. Purwoceng dapat ditanam di dalam greenhouse dengan menerapkan teknik budidaya
hidroponik (tanpa tanah). Teknik irigasi tetes sesuai untuk pertumbuhan tanaman purwoceng
dikihat dari hasil pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang yang lebih tinggi dibandingkan
sistem NFT. Perlu kajian lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa dalam tanaman purwoceng
dari aplikasi teknik hidroponik tersebut.
Kata Kunci: dieng, greenhouse, hidroponik, irigasi tetes, NFT, purwoceng
ABSTRACT
Purwoceng until now can only be found in limited habitats, namely in the Dieng plateau, Central
Java. Purwoceng is one of the original medicinal raw materials from Indonesia which has
properties like ginseng. The compounds contained in purwoceng are widely used in the modern
drug industry. Purwoceng production is influenced by the microclimate of the growing
environment and the age of the purwoceng harvested. Purwoceng herb production is increasingly
high for purwoceng plants that are harvested at older / longer ages. Purwoceng production in wild
environments faces challenges, namely the existence of commodities that can be harvested 3 times
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
162
a year such as potatoes and other vegetable commodities that can be harvested shorter. These
commodities are preferred by the community to be cultivated. Besides that, the extreme climate
that engulfs the planting location in an open environment can damage the production of purwoceng
plants. Therefore, it is necessary to study the production of purwoceng plants in a controlled
environment to maintain the presence of purwoceng as a typical plant area and help the availability
of medicinal raw materials. Plant production in a controlled environment has been carried out by
planting in a greenhouse. Cultivation techniques used for planting in greenhouses are hydroponic
techniques. The purpose of this study was to compare purwoceng with drip irrigation and NFT in
order to obtain information on purwoceng growth. Purwoceng can be planted in a greenhouse by
applying hydroponic cultivation techniques (without soil). Drip irrigation technique is suitable for
the growth of purwoceng plants, it is seen from the results of plant height growth and a higher
number of branches than the NFT system. Further studies are needed to determine the content of
compounds in purwoceng plants from the application of hydroponic techniques.
Keywords: dieng, greenhouse, hydroponic, drip iirrigation, nft, purwoceng
PENDAHULUAN
Purwoceng sampai saat ini hanya dapat ditemukan di habitat yang terbatas, yaitu di
di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Purwoceng merupakan tanaman obat yang
berumur tahunan, sehingga tidak banyak masyarakat yang membudidayakanya sebagai
penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Budidaya tanaman purwoceng
oleh masyarakat setempat masih dilakukan secara konvensional dan liar dihabitat alamnya.
Berdasarkan hasil penelitian, purwoceng menjadi salah satu bahan baku obat asli dari
Indonesia yang memiliki khasiat seperti ginseng (Balitro 2000; Anwar, 2001). Purwoceng
pada bagian akar dapat digunakan sebagai anti diuretik, sebagai afrodisiak dengan
kandungan senyawa turunan sterol, saponin dan alkaloida. Senyawa yang terkandung pada
purwoceng banyak digunakan dalam industri obat moderen sebagai obat analgesik, anti
fungi, anti bakteri (Suzery et al., 2004; Herniani dan Rostiana, 2004; Sugiastuti dan
Rahmawati, 2006; Widowati dan Faridah, 2006).
Produksi purwoceng dipengaruhi oleh iklim mikro lingkungan tumbuhnya dan umur
purwoceng dipanen. Produksi herba tanaman purwoceng semakin tinggi untuk tanaman
purwoceng yang dipanen pada umur yang lebih tua/panjang. Kandungan metabolit
sekunder tanaman purwoceng berdasarkan hasil penelitian meningkat pada masa generatif
dan bergantung pada spesies tanaman (Herbert, 1998). Produksi purwoceng pada
lingkungan liar menghadapi tantangan, yaitu adanya komoditas yang dapat dipanen
setahun 3 kali seperti kentang dan komoditas sayuran lain yang dapat dipanen lebih
pendek. Komoditas tersebut lebih dipilih oleh masyarakat untuk dibudidayakan. Selain itu
iklim ekstrem yang melanda lokasi penanaman di lingkungan terbuka dapat merusak
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
163
produksi tanaman purwoceng. Dataran tinggi Dieng pada kondisi suhu yang sangat dingin
dan panas, serta munculnya salju yang dapat merusak tanaman purwoceng. Oleh karena itu
perlu dilakukan kajian produksi tanaman purwoceng dalam lingkungan terkontrol untuk
menjaga keberadaan purwoceng sebagai tanaman khas daerah dan membantu ketersediaan
bahan baku obat.
Produksi tanaman di dalam lingkungan terkendali telah dilakukan dengan penanaman
di dalam greenhouse. Teknik budidaya yang digunakan untuk penanaman di dalam
greenhouse adalah teknik hidroponik. Tanaman hidroponik mudah dalam pemeliharaan,
bersih, terlindung dari hujan dan angin, hama penyakit lebih mudah untuk dikendalikan
(Hartus, 2008). Teknik pemberian air dan nutrisi yang sesuai untuk mememnuhi kebutuhan
air dan nutrisi tanaman purwoceng diperlukan dalam rangka pertumbuhan yang optimal.
Teknik pemberian air dan nutrisi untuk hidroponik dengan media tanam adalah teknologi
irigasi tetes. Irigasi tetes bekerja mendistribusikan air yang mengandung nutrisi ke akar
tanaman dengan meneteskan nutrisi sampai ke bagian sekitar tanaman. Teknologi irigasi
tetes efesien, dan hemat tenaga kerja (Kasiran, 2006). Teknologi irigasi tetes telah banyak
digunakan untuk produksi tomat (Setiyaninrum et.al., 2014), kembang kol (Yanto et.al.,
2014), Sawi (Simangunsong et.al., 2013). Teknologi irigasi tetes dapat menjadi kajian
untuk penanaman purwoceng di dalam greenhouse.
Teknik hidroponik yang juga sedang banyak dikembangkan yaitu teknik pemberian
nutrisi secara sirkulasi pada talang-talang dengan kemiringan 1-5%. Teknik hidroponik
tersebut dikenal dengan nama nutrient film technique (NFT). Pada teknik NFT, akar
tanaman berada pada lapisan tipis air yang berisi nutrisi. Nutrisi diberikan secara
tersirkulasi. Hidroponik teknik NFT saat ini banyak diaplikasikan untuk produksi selada,
sawi, bayam, kangkung (Eprianda et.al., 2017). Teknik NFT juga sudah digunakan untuk
penanaman purwoceng. Teknik NFT memberikan kemudahan untuk pengontrolan tanaman
purwoceng berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Pertumbuhan tanaman Purwoceng
rata-rata sampai umur 50 HST (Hari Setelah Tanam) mencapai 7-9 cm. Umur puurwoceng
50 HST jumlah cabang mencapai 2-4 cabang. Namun purwoceng yang ditanam dengan
NFT masih banyak yang merngalami kelayuan. (Sumarni et.al., 2017a,b). Oleh karena itu
perlu dilakukan kajian perbandingan purwoceng menggunakan irigasi tetes dan NFT.
Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan purwoceng dengan irigasi drip dan NFT
dalam rangka mendapatkan informasi pertumbuhan purwoceng.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
164
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai September 2018. Lokasi penelitian pada
ketinggian 2000 m dpl di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan dengan
penanaman purwoceng di dalam greenhouse. Teknik hidroponik yang digunakan : 1.
Hidroponik dengan irigasi tetes, dan 2. Hidroponik sistem NFT. Skema irigasi drip dan
NFT disajikan pada Gambar 1 dan 2. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah
pertumbuhan vegetatif tanaman purwoceng meliputi tinggi tanaman dan jumlah cabang.
Data dianalisis dengan menggunakan grafik untuk melihat perbandingan hasil.
Gambar 1. Skema irigasi drip untuk penanaman purwoceng
Gambar 2. Teknik hidroponik NFT untuk penanaman p
HASIL DAN PEMBAHASAN
Iklim Mikro di sekitar Greenhouse Penanaman Purwoceng
Suhu udara rata-rata di dalam greenhouse selama penanaman menunjukkan lebih
tinggi dibandingkan di luar greenhouse. Pada pukul 7.00 suhu udara di dalam greenhouse
mencapai 9 °C, pukul 13.00 mencapai 23 °C dan pukul 20.00 mencapai 13 °C. Suhu udara
di luar greenhouse pada pukul 7.00 menunjukkan 8 °C, pukul 13.00 mencapai 20°C dan
pukul 20.00 mencapai 11 °C (Gambar 3).
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
165
Gambar 3. Suhu udara di dalam dan di luar greenhouse penanaman purwoceng
Tanaman purwoceng dapat tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata 15-26 °C dan
kelembaban udara 60-70 % (Raharjo, 2003). Kelembaban udara selama penanaman
purwoceng berkisar antara 77-80 % (Gambar 4).
Gambar 4. Kelembaban udara di dalam dan di luar greenhouse penanaman purwoceng
Pertumbuhan Tanaman Purwoceng
Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tanaman purwoceng terdapat perbedaan dari teknik hidroponik yang
digunakan. Tinggi tanaman dari 20 HST (Hari Setelah Tanam) sampai 40 HST
menunjukkan bahwa teknik irigasi tetes memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang
lebih baik dibandingkan teknik NFT. Tanaman purwoceng yang diberikan irigasi drip pada
40 HST mencapai rata-rata 7 cm sedangkan pada sistem NFT 3,3 cm (Gambar 5).
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
166
Gambar 5. Pertumbuhan tinggi tanaman pada irigasi tetes dan NFT
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa irigasi tetes lebih sesuai untuk penanaman
purwoceng dibandingkan NFT. Hal ini diduga tanaman purwoceng sensitif terhadap air,
sehingga lebih sesuai teknik pemberian nutrisi secara tetes dibandingkan sirkulasi, dimana
akar terendam dalam air dalam waktu beberap menit.
Jumlah Cabang
Perkembangan jumlah cabang tanaman purwoceng dapat dilihat pada Gambar 6.
Jumlah cabang pada teknik irigasi tetes menunjukkan lebih tinggi dibandingkan pada
sistem NFT. Jumlah cabang rata-rata pada teknik irigasi tetes mencapai 3 tangkai sampai
40 HST, sedangkan pada NFT 1 tangkai.
Gambar 6. Pererkembangan tangkai tanaman purwoceng pada irigasi tetes dan NFT
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
167
Teknik irigasi tetes memberikan penyiraman nutrisi yang lebih sesuai untuk produksi
tanaman purwoceng di dalam greenhouse. Penampilan tanaman pada sistem hidroponik
tersebut dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.
Gambar 7. Penampilan tanaman purwoceng pada irigasi tetes
Gambar 8 . Penampilan tanaman purwoceng pada sistem NFT
KESIMPULAN
Purwoceng dapat ditanam di dalam greenhouse dengan menerpkan teknik budidaya
hidroponik (tanpa tanah). Teknik irigasi tetes sesuai untuk pertumbuhan tanaman
purwoceng dikihat dari hasil pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang yang lebih
tinggi dibandingkan sistem NFT. Perlu kajian lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa
dalam tanaman purwoceng dari aplikasi teknik hidroponik tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada ristekdikti yang telah memberikan dana tahun 2018 dengan no
penugasan No: Kept.1639/UN23.14/PM.01.00/2018 sehingga penelitian ini dapat
dilakukan.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
168
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, N.S. 2001. Manfaat obat tradisional sebagai afrodisiak serta dampak positifnya
untuk menjaga stamina. Makalah pada Seminar Setengah Hari ‖Menguak Manfaat
Herbal bagi Vitalitas Seksual ‖. Jakarta,13 Oktober 2001. 8p.
Balittro. 2000. Penggalian pemanfaatan dan karakterisasi mutu tumbuhan obat potensial
dan langka. Laporan Penelitian Balittro. 47p.
Eprianda, D., F. E. Prasmatiwi, A. Suryani. 2017. Efesiensi produksi dan analisis risiko
budidaya selada keriting hijau dan selada Romaine hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) di PT XYZ, Propinsi Jawa Barat. JIIA, VOLUME 5 No. 3: 242-249.
Herbert, R.B. 1998. The biosynthesis of secondary metabolites. Second Edition, Chapman
and Hall, London, New York, 23 hal.
Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Hernani dan O. Rostiana. 2004. Analisis kimia akar purwoceng (Pimpinella pruatjan).
Prosiding Fasilitasi Forum Kerjasama Pengembangan Biofarmaka. Ditjen
Hortikultura, Deptan. p. 212-225.
Kasiran. 2006. Teknologi irigasi Tetes ―Ro Drip‖ untuk budidaya tanaman sayuran di
lahan kering dataran rendah. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol. 8 (1) : 26-
30
Rahardjo, M. 2003. Purwoceng tanaman obat afrodisiak yang langka, Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri, Puslitbangbun. 9(2):4-7.
Simangunsong, F.T., S. A. Rohanah, dan E. Susanto. 2013. Aanalisis efesiensi irigasi tetes
dan kebutuhan air tanaman sawi (Brassica juncea) pada tanah inceptisol.
J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 1: 83-89.
Setyaningrum, D.A., A. Tusi, S. Triyono. 2014. Aplikasi Sistem Irigasi Tetes pada
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Teknik Pertanian
LampungVol.3, No. 2: 127-140.
Sumarni, E. L. Soesanto, N. Farid, H.N. Baroroh. 2017a. Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Purwoceng pada Budidaya Secara Hidroponik NFT. Jurnal Litbang
Provinsi Jawa Tengah, Volume 146 15 Nomor 2 – Desember 2017
Sumarni, E., N. Farid, L. Soesanto. 2017b.A Study of Suitability of Purwoceng Medicinal
Plant on the Hydroponic System with Drip Irrigation for Preventing Extinction.
Prosiding. Seminar Nasional Perhimpunan Teknik Pertanian. Banda Aceh. ISSN
2615-2045.
Sugiastuti, S. dan H. Rahmawati. 2006. Isolasi dan identifikasi senyawa organik fraksi
semipolar herba purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk). Prosiding Seminar
Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Bogor. pp.255-261.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617
169
Suzery, M., B. Cahyono, Ngadiwiyana, dan H. Nurhanawati. 2004. Senyawa stigmasterol
dari Pimpinella alpina Molk. (Purwoceng). Suplemen. 39(1): 39-41.
Widowati, D. dan Faridah. 2006. Isolasi dan identifikasi senyawa kimia dalam fraksi non-
polar dari tanaman purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk). Prosiding Seminar
Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Bogor. pp.255-261.
Yanto, H., A. Tusi, dan S. Triyono. 2014. Aplikasi sistem irigasi pada tanaman kembang
kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) dalam greenhouse.
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154.