teknologi pengolahan serelia
DESCRIPTION
Kupersembahkan buat adik-adiku yang hendak menyelesaikan pekerjaan rumah merekaTRANSCRIPT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SERELIA
A. Pendahuluan
Serelia merupakan jenis tanaman berbiji, sering disebut dengan rumput-
rumputan termasuk dalam famili graminae. Serelia berasal dari kata “Ceres” oleh
bangsa Romawi sebagai sebutan dewa biji-bijian, kurang lebih sekitar 500 sebelum
masehi. Dari asal kata tersebut kemudian diubah dalam bahasa Latin menjadi
“Cerialia”, kemudian di Indonesia dinamakan serelia. Serelia telah diketahui
digunakan sebagai sumber bahan pangan, diantaranya Thailand, India, Malaysia dan
Indonesia. Sebagai sumber pangan serelia mengandung karbohidrat tinggi selain zat
penyusun lainnya. Sumber serelia yang penting di Indonesia, antara lain yaitu padi,
jagung, jali atau sorgum, jawawut, gandum; sedang di luar negeri dikenal sejenis
gandum, diantaranya adalah barley, oat, rye dan lainnya. Dalam tabel 1, tercantum
beberapa golongan serelia yang sering sebagai sumber bahan pangan.
Tabel 1. Golongan Serelia
Nama Nama Latin Nama InggrisPadiJagungCantel/sorgumJaliJawawutGandumAvenaBarley
Oryza sativaZea maysSorghum vulgareCoix lacrima jobiPanicum virideTriticum sp.Avena sativaHordeum sativum
RiceCornSorghum (broom corn)Job’s tearPress milletWheatOatBarley
Gandum tidak hanya terdiri dari satu jenis saja, namun beberapa macam jenis,
antara lain hordeum vulgare, secale cereals; demikian pula jenis jawawut diantaranya
Panicum sp, eleusin sp. Setaria sp, pennisetum sp, fagopyrum esculenta dan beberapa
lainnya.
Sebagai bahan pangan, serelia mempunyai angka jumlah kalori per 100 gram
sekitar 300 kalori, jumlah kalori, selain dari karbohidrat juga dari bagian lemak dan
protein, meskipun dalam serelia relatif tidak begitu besar. Serelia selain sebagai bahan
pangan, beberapa hasil samping digunakan dalam bahan industri atau kepentingan lain.
Hampir semua biji serelia merupakan sumber karbohidrat sehingga merupakan
sumber bahan pangan yang banyak digunakan di beberapa negara, terutama yang
beriklim tropis.
1. Pengolahan Padi
Di bawah ini diberikan tahapan urutan atau diagram alir pengolahan padi
menjadi beras dan pengolahan beras setengah tanak (parboiled rice).
Pemanenan
Pemanenan merupakan pemungutan butir padi baik dilakukan di sawah atau
tegal bila padi telah cukup masak. Pemanenan atau sering dinamakan pemungutan
dilakukan dengan ketam (“ani-ani” bahasa Jawa), kadang sabit atau lebih lanjut bila
areal luas dengan mesin pemungut. Suatu kriteria butir padi masak ditandai dengan
telah menguningnya sebagian besar malai (80%) atau diperhitungkan sesuai umur padi
umumnya. Keadaan padi masak diperkirakan mempunyai kandungan air sekitar 25-
27%.
Dalam pemanenan perlu diusahakan tidak banyak butir padi yang hilang, maka
perlu hati-hati dan batasi sedikit mungkin kehilangannya. Perlu diketahui suatu
kehilangan hasil pertanian di Indonesia dianggap masih cukup besar, diperkirakan lebih
dari 20 – 25%, suatu kehilangan diantaranya dalam panen (1-3%), penanganan (2-7%),
pengolahan (2-6%) dan pengeringan (1-5%). Saat panen yang tepat perlu sekali
diperhatikan karena akan mempengaruhi proses lebih lanjut yaitu penggilingan.
Pemanenan lambat akan mengakibatkan didapatnya butir muda dan suatu hasil
penggilingan rendah dengan dihasilkan banyak butir berkapur (chalky grains). Akibat
lain dari panen lambat yaitu timbulnya banyak butir pecah (broken rice), karena
dianggap pemanenan lambat padi terlalu lama karena terkena sinar matahari sehingga
butir menjadi keras dan mudah retak.
Dalam pemanenan butir padi, yaitu butiran padi bersama malainya akan ikut
serta di dalamnya. Perlu diketahui bahwa bagian tangkai padi (malai) relatif cukup
besar sekitar 25% berat butiran padi, sehingga sebaiknya bagian tangkai sesegera
mungkin dapat dipisahkan agar tidak menimbulkan dalam pengolahan lebih lanjut.
Kesulitan bila malai didapat bersama butir padi antara lain adalah:
1. Menambah berat bahan (25%), volume menjadi lebih besar hampir sebanyak tiga
kali lipat yang keduanya akan mengganggu pengangkutan.
2. Pengemasan relatif sukar dengan kemungkinan hilang lebih banyak.
3. Didapatnya bagian tangkai akan mengganggu pengeringan.
4. Butir bertangkai lebih mudah terserang mikroorganisme.
Penggabahan atau Perontokan (Threshing)
Penggabahan atau perontokan adalah perlakuan pemisahan butir padi berupa
gabah dari tangkai atau malai, secara umumnya sering dinamakan perontokan.
Perontokan dapat dilakukan secara sederhana dengan memukulkan bagian tangkai yang
berbutir pada suatu landasan penginjakan (“ilesan”), penumbukan dengan alat atau
mesin perontok. Macam peralatan atau mesin didapat dalam berbagai macam tipe dan
kapasitas sesuai kemampuan perontokannya.
Lepas dari perontokan berupa gabah, yang biasanya selama perontokan sekaligus
diadakan pengayakan atau penyaringan, sehingga tinggal dimasukan ke pengeringan.
Pengeringan
Dari perontokan atau penggabahan, gabah kadang masih mengandung air dan
perlu diadakan pengeringan, dengan maksud tidak cepat mengalami pembusukan dan
terkena pertumbuhan jamur. Lepas dari penggabahan diharapkan kandungan air sekitar
21%. Perlakuan pengeringan menjadikan gabah tidak cepat rusak, menghentikan
kegiatan mikroorganisme dan memudahkan pengolahan lebih lanjut. Kerusakan gabah
dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain adalah:
1. Suhu relatif masih agak tinggi
2. Masih ada pernafasan (respirasi) yang tinggi
3. Kandungan air gabah masih tinggi, sekitar 25 – 27%
4. Kegiatan mikroorganisme juga masih tinggi
5. Kemungkinan masih didapat bahan asing yang mengganggu
Setelah pengeringan dimaksudkan agar kandungan air gabah turun menjadi
sekitar 13-14%. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran di bawah sinar
matahari, yang disebut sebagai “penjemuran”, penjemuran dipandang suatu cara yang
murah. Bila sinar matahari cukup cerah, penjemuran selama 2-3 hari, gabah
diperkirakan telah cukup kering. Dalam skala luas kiranya pemanasan buatan dengan
peralatan atau mesin pengeringan perlu dipertimbangkan.
Penyimpanan
Penyimpanan merupakan perlakuan setelah pengeringan yang bersifat sementara
sebelum diadakan penggilingan. Dalam skala kecil dapat berupa lambung atau lainnya,
namun dalam skala luas maka diperlukan suatu tempat atau ruang beserta perlengkapan
yang memadai. Penyimpanan memang mudah dalam bentuk gabah kering dengan
kandungan air 14-15%, dalam kelembaban relatif 78%. Penyimpanan gabah yang tidak
sesuai akan menyebabkan kerusakan gabah bersangkutan.
Penggilingan
Gabah kering kemudian dapat segera digiling dalam penggilingan. Penggilingan
dilakukan dengan maksud memisahkan bagian sekam dari butir beras. Sebagaimana
urutan pengolahan, dalam penggilingan melalui beberapa tahap, yaitu: pembersihan,
pemecahan kulit, penyosohan, pemutihan, pengayakan, atau pemisahan, kemudian
dilakukan pengemasan dan terakhir penggudangan.
2. Pengolahan Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman biji-bijian dari keluarga
rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui
kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal
menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais
dan orang Inggris menamakannya corn.
Pengolahan jagung secara garis besar dapat dibagi dalam 2 cara, yaitu
pengolahan kering (dry method) dan pengolahan basah (wet method). Pengolahan
kering dengan dilakukan pengeringan butiran jagung, kemudian dihasilkan butir kering
utuh dan dari bentuk utuh dapat diperkecil dalam pecahan butir atau lebih lanjut
ditepungkan. Pengolahan basah umumnya dilakukan penggilingan dan lainnya yang
akhirnya dalam bentuk tepung jagung. Secara umum pengolahan jagung disebut
sebagai “penggilingan”.
Sentra Penanaman
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D. I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan
Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan
iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.
Jenis
Sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea Mays L.
Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.
Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan:
1. Berumur pendek (genjah): 79-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas,
Abimanyu dan Arjuna.
2. Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibride C 1, Hibrida CP 1 dan
CP 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin, Metro dan Pandu.
3. Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bestar, Kuning, Bima
dan Harapan.
Manfaat
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di
Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi.
Di daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok.
Panen
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung
dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung dapat
dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak
kering/masak mati.
Penggilingan Kering
Penggilingan kering melalui beberapa tahapan pengolahan, antara lain
pembersihan, kondisioning, penggilingan, pemisahan dan pengayakan, pengemasan
dan penyimpanan atau penggudangan.
Penggilingan
Setelah dari kondisioning, butiran biji lunak dimasukkan ke penggilingan,
penggiling berbentuk selinder yang terdiri dari beberapa seri (baterai), dapat terdiri dari
3-4 seri baterai dan bagian bawah dilengkapi dengan pemisah. Melalui beberapa seri
selinder, butiran jagung dihancurkan/dilembutkan menjadi butiran lebih kecil sebagai
tepung.
Pemisah dapat berbentuk scalper pemisah aspirasi udara (purifier) atau
penyaring (plant sifter). Pemisah akhir dapat berukuran 156 mesh dengan diameter
lubang 0,06 mm yang banyak digunakan.
Pemisahan atau Penyaringan
Setelah dari penggilingan bahan yang telah bentuk butiran kecil atau tepung
dipisahkan lebih lanjut dengan aspirator yang dinamakan “air classifier”, yang akan
memisahkan tepung menjadi 4 fraksi dengan ukuran fraksi antara 10-14 mikron. Hasil
tepung lebih lanjut diadakan pengemasan, kemudian diadakan penyimpanan dalam
gudang dan terakhir siap didistribusikan.
Pengolahan Basah (Wet Method)
Pengolahan basah berbeda dengan pengolahan kering, terutama dalam hal
banyaknya air yang ditambahkan dalam bahan; pemberian air yang menutup butiran
bahan lebih dikenal dengan perendaman (steeping). Dengan perendaman maka butir
jagung menjadi lunak, mudah terpisahkan bagian endosperm dan lembaga sehingga
memudahkan dalam penggilingannya.
3. Kacang Tanah
Sebagai bahan pangan lain, kepentingan utama mengenal komposisi kimiawi
kacang tanah (arachis hypogeal L) terutama ditujukan untuk mengetahui potensi bahan
ini sebagai sumber pangan. Kacang tanah banyak digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan minyak goreng, tepung kacang, protein konsentrat, protein isolate dan
sebagainya, oleh sebab itu pengetahuan mengenai komposisi kimia serta sifat-sifatnya,
sangat diperlukan dalam menyiapkan bahan-bahan tersebut.
Biji kacang tanah mempunyai variasi berat antara 0,2 sampai 5 g, tersusun dari
kira-kira 2% kulit luar, 73% keping biji, 4% kulit ari dan 3% calon tunas.
1. Air
Kacang tanah yang baru saja dipanen, mengandung air kira-kira 40%. Setelah
dikeringkan akan mengandung air kurang dari 10%, biasanya berkisar antara 5-8%.
Pengeringan ini sampai mencapai kadar air rendah diperlukan untuk mencegah
serangan jamur selama penyimpanan. Menurut beberapa peneliti, kacang tanah
yang dikeringkan pada kelembaban relatif 75%, akan mencapai kesetimbangan
higroskopis antara 7,5-8,0% apabila dikeringkan pada suhu kamar atau 70° C;
sedang apabila kelembaban-kelembaban relatif 43%, akan mencapai kadar air
sebesar 5,0-5,5%.
2. Lipida
Kacang tanah merupakan sumber minyak (44-56%) maupun protein (25-34%).
Minyak kacang tanah tersusun dari campuran gliserida dengan komposisi kira-kira
80% asam lemak tidak jenuh dan 20% asam lemak jenuh dari berbagai variasi asam
lemak. Pada suhu kamar minyak tanah merupakan cairan agak viscous, berwarna
kuning muda serta mempunyai sedikit aroma dan rasa kacang apabila disimpan
pada suhu kira-kira 0° akan menjadi beku.
3. Protein
Protein kacang tanah dapat dipisahkan menjadi dua bagian besar yaitu arachin dan
conarachin. Arachin dapat dipisahkan dari larutan protein kacang tanah dengan
selurasi 40% ammonium sulfat. Arachin penyusun kira-kira 63% total protein,
terdiri atas 2 komponen utama dengan rasio 3:1. Sedang conorachin menyusun kira-
kira 33% total protein, terdiri atas 2 komponen utama dengan rasio 4:1.
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang
maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras
(rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon
pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor
iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-
4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap
dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, polong sudah berisi penuh
dan keras.