teknologi pengolahan limbah pertanian pengolahan sampah organik menjadi kompos

31
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS oleh: ANDIKA SEPTA S.B.H. 081510501008 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVRSITAS JEMBER 2010 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa adanya pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai macam dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja akan merangsang timbulnya

Upload: ferdi-winanda-gapella

Post on 24-Oct-2015

251 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ferdi

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIANPENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS

oleh:ANDIKA SEPTA S.B.H.

081510501008

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHANPROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIANUNIVRSITAS JEMBER

2010

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Sampah dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kondisi kesehatan manusia. Bila

sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa adanya pengelolaan yang baik, maka

akan menimbulkan berbagai macam dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah yang

dibiarkan begitu saja akan merangsang timbulnya organism yang merugikan semisal, kecoa,

lalat, lipas, kutu yang membawa kotoran dan penyakit. Ditengah kepadatan kegiatan manusia

penanganan sampah masih menjadi hal yang serius. Maka perlu adanya pengelolaan sampah,

salah satunya adalah dengan membuat pupuk organic.

Page 2: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

            Smpah Organik merupakan barang yang sudah tidak terpakai dan dibuang oleh

pemilik/pemakai sebelumnya, namun masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang

benar. Limbah padat yang berasal dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.

Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan.

Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran, yaitu tempat berkembangnya

bibit penyakit dan timbulnya bau yang tidak sedap. Pembuangan limbah padat secara langsung di

areal pemukiman penduduk dapat menimbulkan penumpukan sampah, sehingga akan

menimbualakn keresahan.

            Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu diterapkan suatu teknologi untuk mengatasi limbah

padat, yaitu dengan menggunakan teknologi daur ulang limbah padat menjadi produk kompos

yang bernilai guna tinggi. Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena

bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi.

Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk

kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Pengomposan secara tidak langsung juga

membantu keselamatan manusia dengan mencegah pembuangan limbah organic. Selanjutnya

pengelolaan sampah organic dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman, disamping akan

menimbulkan kebersihan maka dengan pembuatan pupuk semakin menambah nilai ekonomis

limbah, karena dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.

            Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk

mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.

Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda

dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran

proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat

ditambahkan sejumlah material suplemen. Maka dari itu pengelolaan sampah organic sangat

penting dilakukan. Disamping dapat melakukan upaya konservasi lahan sekaligus dapat

menyeimbangkan kondisi lingkungan serta sebagai asupan nutrisi bagi tanaman.

                       

1.2  Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengolahan sampah organik menjadi kompos.

2.    Untuk mengetahui bau, tekstur, suhu dan bercak putih pada sampah organik.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan

organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba

dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Handayani,

Page 3: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

2009). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami

penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan

organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses

alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat

campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan

penambahan aktivator pengomposan.(Handayani, 2009).

 Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata

persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan

alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan

mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan

akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. Melihat

besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk

mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan (Rohendi,

2005).

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan

organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan

kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan

meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk

menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu

tanaman menghadapi serangan penyakit.Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga

cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia,

misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak (Guntoro

dan Sarwono, 2003)

Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun samapah organik

tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih tiga bulan dankemudian menjadi

kompos, atau dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dapat mengubah

sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan hari. Terdapat beberapa macam

mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membantu dan mempercepat pengomposan

sampah organik agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme tersebut antara lain Streptomyces

sp., Acetybacter sp., Actynomycetes sp.Dalam pengabdian yang akan dilakukan ini, audiens akan

diajarkan untuk menggunakan bahan aktivator untuk mempercepat pembuatan kompos antara

lain produk Dectro (Gunam, 2007).

            Limbah sayuran pasar berpotensi sebagai bahan pakan ternak, akan tetapi

limbah tersebut sebagian besar mempunyai kecenderungan mudah mengalami pembusukan dan

kerusakan, sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk memperpanjang masa simpan serta untuk

menekan efek anti nutrisi yang umumnya berupa alkaloid. Dengan teknologi pakan, limbah

sayuran dapat diolah

Page 4: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

menjadi tepung, silase, maupun asinan, yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Bahkan ada

teknologi pakan yang lebih canggi lagi yaitu dalam bentuk wafer dan biscuit pakan. Manfaat dari

teknologi pakan antara lain dapat meningkatkan kualitas nutrisi limbah sebagai pakan, serta

dapat disimpan dalam kurun waktu yang cukup lama sebagai cadangan pakan ternak saat kondisi

sulit mendapatkan pakan hijauan (Saenab, 2007).

Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan

organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya

kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea.

Sampah kota bisa juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses

menjadi kompos sampah kota harus terlebih dahulu dipilah- pilah, kompos yangrubbishharus

dipisahkan terlebih dahulu. Jadi yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos hanyalah sampah-

sampah jenis garbage saja. Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka  pada

proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat

dilakukan oleh siapapun dan dimanapun (Lingga, 1999).

Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan

maupun tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah, maka

sifat-sifat tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapatditingkatkan. Apalagi untuk kondisi

tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun.

Oleh karena itu, untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburannya maka tanah tersebut

harus ditambahkan kompos (Sulistyorini, 2005).

Pupuk kompos yang dihasilkan dari mikroorganisme tersebut dapat digunakan kembali

untuk memupuk tanaman salak untuk meningkatkan kualitas hasil perkebunan salak yang

dilakukan. Penggunaan bantuan mikroorganisme dalam pengolahan sampah organik akan

meningkatkan mutu kompos yang dihasilkan, mengurangi rasio volume sampah yang dihasikan,

mengurangi ketergantungan petani akan pupuk buatan, meningkatkan efisiensi perkebunan yang

dilakukan, dan secara tidak langsung akan meningkatkan penghasilan petani.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

            Praktikum Pengelolaan Limbah Pertanian acara V ( Pengolahan Sampah Organik

Menjadi Kompos) dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 8 Desember 2010 bertempat di

Laboratorium Jurusan Hama Dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Jember pada pukul

13.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Page 5: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

1.    Kompos

2.    Sampah organik

3.    EM-4

4.    Dedak

5.    Molase

6.    Air sumur

7.    Serbuk gergaji

3.2.2 Alat

1.    Ember

2.    Gelas ukur

3.    Pengaduk

4.    Karung beras

5.    Plastik

6.    Pisau

3.3 Cara Kerja

1.    Memasukkan kompos jadi kedalam komposter hingga setebal 5 cm atau mendekati sisi

terbawah pengaduk saat diputar.

2.    Mencacah daun atau sayuran sepanjang 2-4 cm dengan pisau atau gunting.

3.    Memasukkan bahan dan serbuk gergaji kedalam komposter dengan perbandingan 1:1

kemudian ditambahkan dedak.

4.    Melarutkan gula dalam air dengan menggunakan timba, selanjutnya memasukkan EM-4.

Mendiamkan selama 1 jam lalu memasukkan larutan kedalam botol semprotan.

5.    Mengaduk bahan kompos, lalu menyemprotkan larutan sebagai bioaktifator.

6.    Memasukkan sampah daun setiap hari hingga penuh diikuti dengan penambahan serbuk

gergaji tanpa penambahan EM-4. Mengaduk setiap 2 hari sekali.

7.    Menyemprotkan larutan EM-4 sesekali jika bahan mengeluarkan bau tidak sedap.

8.    Mengeringkan kompos yang telah jadi selama 1 hari di tempat teduh tanpa terkena sinar

matahari langsung.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kelompok Jenis

limbah

Warna Suhu Bau Tekstur Koloni

putih

1 Wortel Oranye 40 Menyengat Kasar Banyak

Page 6: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

2 Kubis Oranye

kekuningan

29 Menyengat

sekali

Agak

Halus

Banyak

3 Labu Siam Kuning

keputihan

28 Asam Kuat Agak

Halus

Banyak

4 Sayuran Hijau

kekuningan

39 Menyengat Tidak

terlalu

kasar

Banyak

5 Sawi Keruh 29 Tidak terlalu

menyengat

(sedang)

Kasar Sedang

6 Tomat Keruh 29 Tidak terlalu

menyengat

(sedang)

Kasar Banyak

7 Campuran

buah

Keruh 30 Tidak terlalu

menyengat

(sedang)

Ksaar Sedang

4.2 Pembahasan

Pemanfaatan limbah padat sebagai pupuk organic kompos telah banyak dilakukan serta

berdasarkan hasil penggunaan pupuk yang ramah lingkungan serta menambah nilai ekonomis

merupakan nilai tambah petani sebagai pelaku pertanian. Pada praktikum sampah dikelola

sedemikian rupa hingga menjadi pupuk kompos. Bahan dasar pupuk dalam praktikum adalah

sampah pasar, dimana banyak terdapat keuntungan selain menimbulkan efek kebersihan juga

dapat digunakan sebagai asupan nutrisi bagi tanaman.

Pertimbangan pengelolaan sampah organic menjadi kompos adalah kompos dapat

memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan

akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.

Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan

penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara

dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi

serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik

kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih

tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara

biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai

sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut

agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan

Page 7: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator

pengomposan. Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan

stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan terkendali

dengan hasil akhir humus atau kompos.

Pada praktikum pengelolaan limbah digunakan berbagai bahan pembuatan kompos

yang berupa limbah padat sayuran dan buah-buahan. Dari berbagai limbah tersebut ada

yang berdiri sendiri sebagai bahan kompos, dan ada pula yang dicampur dengan bahan

komposa yang lain. Dari keadaan tersebut ternyata memberikan dampak yang berbeda

pada proses pengomposan, sehingga dari segi kematangan serta hasil kualitas yang

didapatkan pun akan berbeda. Bahan baku pembuatan pupuk organic cair tersebut akan

bagus jika bahan yang digunakan adalah bahan organic basah yang mempunyai

kandungan air tinggi, seprti sayuran dan buah-buahan, sehingga pada praktikum digunakan

ini dalam pembuatan pupuk organic cair menggunakan bahan kompos berupa sayuran dan

buah-buahan. Harapannya adalah hasil pengomposan akan sesuai dengan kualitas yang

sesuai dengan apa yang diinginkan.

            Sebagai bahan kultur campuran digunakan mikroorganisme berupa EM-4. EM-4

adalah kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan

tanaman. Sebagian besar mengndung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil

asam laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4

mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan

ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme

patogen.

EM-4 diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi

mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan

kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan.

Selain itu EM-4 juga dapat digunakan untuk mempercepat pengomposan sampah organik

atau kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada

tambak udang dan ikan.

Berdasarka data pada praktikum yang telah didapatkan dengan indicator dari parameter

pengamatan, maka dari berbagai bahan yang digunakan sebagai bahan kompos ternyata memiliki

berbagai criteria perbedaan dari hasil pengomposan. Pada bahan kompos limbah wortel setelah

dilakukan pengamatn selama 7 hari, hasil dari pupuk organic menimbulkan bau yang menyengat.

Hal tersebut menandakan bahwa pupuk organic cair dari limbah sayur wortek masih kurang

begitu sempurna. Hal serupa juga terjadi pada limbah labu siam, limbah campuran sayuran, dan

kubis. Bau yang paling menyengat dari keempat limbah tersebut adalah pada limbah kubis. Hal

ini menandakan bahwa proses pengomposan masih belum sempurna. Sedangkan untuk limbah

sawi, tomat ,dan campuran buah relative sedang bau yang ditimbulkan setelah 7 hari proses

pengomposan.

Page 8: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

            Warna yang ditimbulkan dari masing-masing limbah yan telah diproses menjadi kompos

bervariasi. Namun warna yang timbul dari hasil pengomposan sebagian besar berwarna

kekuningan. Sedangkn suhu dari masing-masing limbah juga berbeda, dimana suhu hasil

pengomposan yang paling tinggi didapatkan pada limbah wortel, yakni 400C. hal tersebut

menandakan bahwa pada limbah wortel masih terjadi proses pengomposan, dimana

mikroorganisme masih berperan aktif didalamnya. sedangakn suhu yang paling rendah terdapat

pada limbah hasil pengomposan labu siam, yakni 280C, dan hal ini menandakan bahwa pada

limbha labu siam proses pengomposan mikroorganisme lebih rendah dan menandakan pupuk

ogganik cair telah hampir matang. Untuk tekstur dari semua bahan hasil pengomposan adalah

sedang hingga mencapai kasar. Sedangkan dari segi keberadaan mikroorganisme untuk semua

jenis bahan limbah relative banyak. Hal tersebut menandakan bahwa banyak mikroorganisme

yang masih aktif dalam proses pengomposan.

            Dalam proses pengomposan terdapat hal yang mempengaruhi, dimana factor-faktor

tersebut akan berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan selama proses pengomposan. Padas

etiap organsme pendegradasi bahan organic membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang

berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk

mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai,

maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan

kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses

pengomposan itu sendiri.

Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:

~ Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga

40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis

protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N

untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk

sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Umumnya, masalah utama pengomposan

adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang

mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk

menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme

selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan

mengandung banyak senyawa nitrogen.

~ Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan

area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses

dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar

bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil

ukuran partikel bahan tersebut.

~ Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).

Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara

Page 9: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan

oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan

terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan

dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

~ Porositas Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas

dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan

diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila

rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga

akan terganggu.

~ Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam

proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen.

Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam

air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila

kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah

lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume

udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi

anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

~ Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara

peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak

konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat

terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC

menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan

membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan

hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-

benih gulma.

~ pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk

proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara

6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik

dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal,

akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-

senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan.

pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

~ Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya

terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba

selama proses pengomposan.

~ Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan

yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr

Page 10: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami

imobilisasi selama proses pengomposan.

~ Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang

dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan

aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa

minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

Berdasarkan factor-faktor tersebut, maka proses pengimposan pada tiap-tiap bahan

limbah yang digunakan jelas berbeda, sehingga dapat dikriteriakan hasil yang baik

sebagai bahan limbah dan sebagai pupuk organic cair nantinya. Berdasarkan data yang

telah didapatkan tersebut, maka bahan baku limbha yang paling baik adalah labu siam,

sebab proses pengomposan sendiri relative lebih cepat jika dibandngkan dengan bahan

komposa yang lain yang ditandai dengan adanya suhu pada bahn hasil pengomposan

adalah paling rendah. Selain iu pada limbah ini hasilnya  bertekstur sedang dan bau

limbah tidak terlalu menyengat. Sedangkan bahan limbha yang paling rendah kualitasnya

adalah pada bahan limbha wortel, dimana pada limbah ini masih banyak terdapat

mikroorganiame serta proses pengomposan lebih lama jika dibandingkan dengan bahan

pupuk organic cair yang lain.

            Maka dari itu penting unukt kita dalam mengenali karakteristik limbah sebagai

bahan pupuk organic cair. Berdasarka praktikum kali ini. Maka dapat diidentifikasi bahan

limbah mana yang paling baik jika digunkan sebagai pupuk organik cair, sehingga akan

menambah pemahaman dalam menentukan bahan limbah yang tepat terhadap proses

pembuatan pupuk organic cair.

Page 11: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

            Berdasarkan hasil data praktikum yang telah didapatkan,maka dapat disimpulaka bahwa:

1.    Bahan baku limbah pembuatan kompos akan mempengaruhi proses pengomposan yang

dilakukan.

2.    Hasil proses pengomposan yang baik adalah jika aktivitas mikroorganisme relative lebh

rendah.

3.    Pada proses pengomposan terdapat factor-faktor yang mempengaruhi yang akan

menentukan hasi dari proses pengomposan.

4.    Bahan limbah yang paling baik digunakan sebagai pupuk organic cair adalah limbah

labu siam.

5.2  Saran

Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya dalam melakukan proses pengomposan lebih

memperhatikan  tata cara ynag benar, sehingghasil pengomposan sesuai dengan harapan.

Perlu diperhatikan pula adalha ukuran bahan baku pengomposan, sebaiknya dalam

memotong bahan limbah relative kecil agar proses pengomposan lebih cepat.

Page 12: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

DAFTAR PUSTAKA

Gunam, w. 2007.  Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos dengan Bantuan Mikroorganisme di Desa Sibetan Karangasem.  Teknologi industri pertanian – fakultas teknologi pertanian. Universitas udayana.

Guntoro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.Anonymous.  2004. RENTEC Renewable Energy Technologies Inc, www. rentec. ca, California, Amerika Serikat, diakses 16 September 2006.

Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Information Resource Center diunduh 13 Juni 2010.

Lilis Sulistyorini. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77-84.

Lingga. Pinus dan Marsono. 1999. Petunjuk Pemakaian Pupuk. Penerbit.Penebar Swadaya, Jakarta.

Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta,     sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005.

Saenab, A. 2007. Evaluasi Pemanfaatan Limbah Sayuran Pasar Sebagai Pakan Ternak Ruminasia di DKI Jakarta. Balai pengkajian teknologi pertanian Jakarta. Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Jakarta.

pengolahan limbah menjadi pupuk cair

I.       PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang.

            Sejalan   dengan   sejarah   perkembangan   peradaban   manusia,   eksploitasi   dan   upaya pemanfaatan   sumber   daya   alam  merupakan   proses   yang   tidak   terhindarkan.   Salah   satu   yang menyebabkan eksploitasi tanah melalui peningkatan produktivitas pertanian adalah meningkatnya jumlah  penduduk  dan   kebutuhan  pangan  dari  masyarakat.   Cara  pengeksploitasian  petani   guna meningkatkan  produksivitas  pertaniannya  adalah  dengan  memberikan   input   yang  besar  berupa pupuk dan pestisida yang berbahan sintetis. Pemberian input yang berlebih pada tanah maupun tanaman  dapat  merusak   kondisi   tanah   dan   dapat   juga  mengakibatkan  menurunnya   kesehatan masyarakat.  Kesadaran masyarakat akan kesehatan dan terjaganya  lingkunga menciptakan suatu 

Page 13: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

system   pertanian   berkelanjutan. Secara   keseluruhan   permasalahan   tersebut   telah   membawa dampak bagi kehidupan umat manusia di bumi. Dampak ini dapat berakibat terhadap kesehatan manusia,   kondisi   ekonomi   dan   kehidupan   sosial,   serta   berpengaruh   terhadap   tatanan   perilaku budaya masyarakat. Sejalan dengan akibat masalah lingkungan yang dirasakan manusia, telah pula membawa kesadaran baru bagi umat manusia untuk lebih memperhatikan masalah lingkungan dan serta harus melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki keadaan lingkungannya.

                  Ketersediaan makanan tumbuhan dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan hara dalam jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan. Definisi ini seringkali dipahami terlalu sempit dengan hanya mempertimbangkan sifat kimia/kesuburan tanah yang hanya menyangkut jumlah dan ketersediaan unsur hara yang dikandung tanah. Konsep kesuburan tanah sebenarnya jauh lebih luas. Aspek keseuburan adalah sifat fisik tanah, kerapatan lindak tanah, kedalam perakaran, struktur dan porositas tanah/kerenggangan tanah/kemampuan meresapkan air.  Untuk mendapatkan kesuburan tanah diperlukan penambahan bahan-bahan yang mengandung unsur hara. Unsur hara organik dapat diperoleh dari sisa hasil panen, bahan yang berasal dari luar usaha, bisa juga berasal dari tanaman kacang-kacangan, dll. Salah satu langkah untuk mengmbalikan kesuburan tanah Usaha pertanian organik seringkali dilakukan dengan mengembalikan sisa hasil  panen ke sawah, namun daur limbah pertanaman ini tidak cukup untuk menggantikan keseluruhan unsur hara yang hilang. Perbaikan kesuburan tanah dapat diusahakan dengan membuat pupuk organik sendiri.

      Pupuk   kandang   dapat   pula   digunakan   dalam   bentuk   cair.   Pupuk   kandang   cair   dapat   dibuat   dengan mencampur kotoran hewan dengan air lalu  diaduk. Setelah larutan tercampur rata simpanlah di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung dengan memberi penutup/pelindung. Biarkan agar terjadi proses fermentasi seblum digunakan. Penyimpanan pupuk kandang cair dilakukan dalam kondisi tertutup agar udara tidak dapat masuk. Hal ini dilakukan untuk menekan kehilangan nitrogen dalam bentuk gas amoniak yang menguap. Dengan menyimpannya terlebih dahulu sebelum digunakan akan meningkatkan kandungan fosfat   dan   membuat   kandungan   hara   menjadi   seimbang.   Penggunaan   pupuk   kandang   cair   juga   akan meningkatkan efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman. Dalam penggunaan pupuk kandang perlu diwaspadai dalam pengggunaan   langsung  dalam  tanaman  adalah  kemungkinan  adanya  kandungan  gulma,  organisme penyebab penyakit   yang   terkandung  dalam pupuk  kandang/kotoran  hewan.  Penggunaan   secara   langsung kemungkinan besar akan terjadi panas karena proses penguraian.

1.2  Tujuan

1.        Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk cair Organik yang berasal dari limbah Pertanian

2.        Belajar untuk mengelolah limbah Pertanian agar dapat di manfaatkan sebelum menjadi sampah.

Page 14: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

II.    TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian  merupakan   sumber  pangan  bagi   sebagian  besar  masyarakat   Indonesia.  Hingga kinipun julukan itu masih melekat erat di sebagian besar penduduk kita terutama yang tinggal di pedesaan. Berbagai model bercocok tanam terdapat di tanah air kita, mulai dari  bertanam padi, palawija, tanaman hutan dengan berbagai variasinya yang tergantung dari kondisi setiap wilayah. Sebagai negara agraris, berbagai aneka produk pertanian sangat mudah dijumpai, mulai dari buah-buahan, sayur-sayuran, padi, jagung, ketela, kayu hewan ternak seperti sapi, kerbau, ayam, kuda. Bahkan akhir-akhir   ini  di  beberapa tempat sector pertanian telah berkembang dari  tradisonal  ke industri, sebagai contohnya adalah industri peternakan ayam. Namun demikian penggunaan tanah secara terus menerus untuk bercocok tanam telah menciptakan kemunduran tanah yang ditandai oleh maraknya erosi dan tanah longsor serta kebutuhan pupuk baik organik maupun buatan dengan jumlah  yang   cukup  besar.   Peledakan  penduduk  dan  kemisikinan  diantaranya   juga   ikut  menjadi pendorong makin rusaknya  lingkungan pertanian.  Upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah yang berkelanjutan dengan menggunakan agen pupuk organik rupanya sedang digemari akhirakhir ini.   Limbah   organik   pertanian   merupakan   sumber   pupuk   organik   yang   penting   bagi   petani kita (Indrakusuma, 2000).

                Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik).   Pupuk  organik   cair  mempunyai  beberapa  manfaat  diantaranya  dapat  mendorong  dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga  meningkatkan  kemampuan   fotosintesis   tanaman  dan  penyerapan  nitrogen  dari  udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,  cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi,   serta  meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah. Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan   konsentrasi   atau   dosis   yang   diaplikasikan   terhadap   tanaman.   Dari   beberapa penelitian   menunjukkan   bahwa   pemberian   pupuk   organik   cair   melalui   daun   memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman. Oleh karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian   di   lapangan.   Diduga   sampai   batas   tertentu   kombinasi   antara   dosis   yang diberikan   dengan   frekuensi   aplikasi   pupuk   daun   yang   dilakukan  merupakan   faktor   yang   dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman buncis (Rao, 1994 & Poerwowidodo (1992 ).

Page 15: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

      Banyaknya kandungan unsur hara yang ada di dalam lahan pertanian yang ada di lahan saudara dapat dilihat secara sederhana dari  penampakan warna tanaman di lahan saudara. Misalnya ada tanaman yang kelihatan hijau sementara yang lainnya terlihat kekuningan. Tanaman hijau menggambarkan bahwa tanah tersebut mempunyai cukup unsur hara. Sedangkan tanaman yang berwarna kuning biasanya menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak cukup mempunyai unsur hara.

Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair   terlebih dahulu.  Pupuk cair  menyediakan nitrogen dan unsur mineral   lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair.  Pupuk cair   tersebut  dapat  dibuat  dari   kotoran hewan yang masih  baru. Kotoran   hewan   yang   dapat   digunakan   misalnya   kotoran   kambing,   domba,   kelinci   atau   ternak lainnya(Prihmantoro, 1996).

      Pembuatan   pupuk   cair   dapat   dilakukan   dengan   cara  menempatkan   kotoran   ternak   ke   dalam   goni. Kumpulkan  30-50  kg  kotoran   ternak  yang  masih   segar.  Masukkan  dalam karung  goni  dan   ikatlah  karung tersebut.   Masukkan   karung   yang   berisi   kotoran   ke   dalam   drum   yang   berisi   air   200   liter   air.   Dengan mengangkat ke atas dan kebawah dalam drum maka kotoran ternak tersebut akan muda larut. Lakukan setiap 3 hari. Dibutuhkan waktu kira-kira 2 minggu untuk melarutkan semua unsur hara dalam pupuk ke dalam air. Larutan siap bila warna ini berubah menjadi coklat tua. Cara lain, untuk memperkirakan kapan larutan telah siap/jadi adalah melalui penciuman. Hari pertama akan terasa bau amoniak yang kuat. Setelah 10-14 hari, bau tersebut   menjadi   berkurang. Larutan   tersebut   merupakan   pupuk   cair   yang   bagus   untuk   memupuk pertumbuhan tanaman.  Pupuk  ini  dapat digunakan untuk berbagai  macam tanaman.  Untuk mendapatkan hasil yang bagus lebih baik pupuk cair tersebut diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Untuk satu bagian  larutan,  tambahkan 1 atau 2 bagian air.  Larutan tersebut digunakan untuk menyiram tanaman, di sekeliling   tanaman.   Beberapa   tanaman  dapat   juga   langsung  menggunakan  pupuk   cair   tersebut  misalnya jagung.  Ampas dari  sisa  pupuk cair   ini  dapat  digunakan sebagai  mulsa  tanaman atau ditambahkan untuk pembuatan kompos (Anonim, 2004).

            Unsur hara merupakan salah satu factor yang menunjang pertumbuhan dan

perkembangan tanaman kentang yang optimal. Penggunaan pupuk sebagai salah

satu usaha untuk meningkatkan produksi kentang sudah sangat membudaya dan para petani telah menganggap bahwa pupuk dancara pemupukan sebagai salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam   kegiatan   usaha   taninya.   Dampak   dari   penggunaan   pupuk   anorganik   menghasilkan peningkatan produkstivitas tanaman yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka  yang   relative   lama umumnya  berakibat  buruk  pada  kondisi   tanah.  Tanah  menjadi   cepat mengeras,   kurang  mampu  menyimpan   air   dan   cepat  menjadi   asam   yang   pada   akhirnya   akan menurunkan produktivitas tanaman (Ani, 2004)

.

Page 16: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

III.  METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan waktu

Tempat   pelaksanaan   praktikum  Mata   Kuliah   Teknologi   Pengelolaan   Limbah   Pertanian dilaksanakan   pada   hari   Sabtu   tanggal   19  November   2011   pukul 11.30  WIB yang   bertempat   di Labotatorium  Penyakit Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Pisau

2. Timba kurang lebih 15 liter

3. karung goni

3.2.2 Bahan

1. limbah sayuran secukupnya

2. EM4

3.3  Cara kerja

1.        Masukkan kompos jadi ke dalam komposter hingga setebal 5cm atau mendekati sisi bawah pengauk saat di putar

2.        Cacah daun atau sayuran sepanjang 2-4 cm dengan pisau atau gunting

3.        Masukkan   bahan   serbuk   gergaji   ke   dalam   komposter   dengan   perbandingan   1:1   kemudian   di tambahkan dedak

4.        Larutkan gula dalam air dengan menggunakan timba, selanjutnya masukkan EM4.

Page 17: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

IV.      HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil

kelompok bahan Bau warna Tekstur1 Sawi Wangi sirup Coklat Hancur2 Tomat - - -

3 ManggaWangi (seperti 

gula)Coklat 

kemerahanHancur

4 Kubis Busuk menyengat Coklat keruhSangat hancur

5 Papaya Wangi sirupCoklat 

kemerahanhancur

4.2    Pembahasan

Pupuk  organik  cair  merupakan  salah  satu   jenis  pupuk  yang  banyak  beredar  di  pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik).   Pupuk  organik   cair  mempunyai  beberapa  manfaat  diantaranya  dapat  mendorong  dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga  meningkatkan  kemampuan   fotosintesis   tanaman  dan  penyerapan  nitrogen  dari  udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,  cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi,   serta  meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan   konsentrasi   atau   dosis   yang   diaplikasikan   terhadap   tanaman.   Dari   beberapa penelitian   menunjukkan   bahwa   pemberian   pupuk   organik   cair   melalui   daun   memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara jugasemakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman.

      Penggunaan pupuk cair lebih memudahkan pekerjaan, dan penggunaan pupuk cair berarti kita melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman dan mengobati tanaman.

Manfaat dari pemberian pupuk cair organik adalah :

Page 18: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

1. Merangsang pertumbuhan tunas baru2. Mempebaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak3. Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan4. Memperbaiki klorofil pada daun5. Merangsang pertumbuhan kuncup bunga6. Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga

Memperkuat daya tahan pada tanaman

Bahan   organik   selain   dapat   meningkatkan  kandungan  C-organik tanah,  juga  merupakan sumber   hara. Penambahan   bahan  organik  merupakan  suatu tindakan  perbaikan  lingkungan tumbuh  tanaman  yang  dapat  meningkatkan  efisiensi  penggunaan   pupuk .  Salah  satu   sumber  bahan   organik   lokal  yang   mudah  diperoleh   dan  cukup potensial  sebagai sumber bahan organik  tanah  adalah  jerami padi.  Selain  sebagai sumber bahan organik,  jerami juga  merupakan   sumber   pupuk   kalium,  karena   sekitar   80%   kalium  yang diserap  tanaman.

Manfaat:

1. Untuk menyuburkan tanaman2. Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah3. Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar

Keunggulan:

1. Mudah, murah2. Tidak ada efek samping

Kekurangan:

1. Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi.2. Hasilnya kurang banyak

Dalam kegiatan pembuatan pupuk cair yang telah dilaksanakan kemarin, bahan yang digunakan tidak boleh busuk hal ini karena didalam bahan yang telah busuk terdapat bakteri yang nantinya pada saat pembuatan pupuk cair, bakteri tersebut akan bersaing dengan bakteri EM4 yang digunakan sebagai agen dekomposer bahan organik. Hal ini akan menyebabkan bakteri EM4 dalam pendengkomposisian bahan tersebut  menjadi   terhambat dan dapat  juga menyebabkan bakteri  EM4 menjadi  mati karena kalah   bersaing   dengan   bakteri   yang   ada   pada   bahan   yang   busuk.   Bahan   yang   digunakan   dalm pembuatan  pupuk  cair  organik  harus  dipotong kecil-kecil  hal   ini  bertujuan  agar  bakteri  EM 4  lebih mudah   dalam   memutus   rantai   carbon   dari   bahan   yang   digunakan   sehingga   dalam   proses pendengkomposian lebih memudahkan bakteri EM4.

Page 19: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

      Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanamn karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya kemampuan menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di atas daun-daun.Penggunaan pupuk cair lebih memudahkan pekerjaan, dan penggunaan pupuk cair berarti kita melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu :

-     Memupuk tanaman

-     Menyiram tanaman

-     Mengobati tanaman

Dalam kegiatan pupuk cair organik terdapat beberapa faktor dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk organik cair diantaranya adalah:

a.         Aerasi timbunan. Aerasi  berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu anaerob mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati atau terhambat pertumbuhannya. Sedangkan  bila   terlalu  aerob udara  bebas  masuk ke  dalam timbunan bahan yang  dikomposkan umumnya menyebabkan hilangnya nitrogen relatif banyak karena menguap berupa NH3

b.        Bahan yang digunakan jangan bahan yang sudah busuk, karena bahan yang sudah busuk terdapat bakteri yang nantinya bakteri tersebut dapat mengganggu perkembangan dari bakteri EM4 dalam mendekomposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair.

c.         Dalam pembuatan pupuk cair, bakteri EM4 harus sudah siap hidup di lingkungan yang berbeda, hal ini   penting   dalam   pembuatan   pupuk   cair.   Bakteri   EM   4   sebaiknya   dibuat   1  minggu   sebelum pembuatan pupuk cair dilakukan.

d.        Pemotongan bahan yang digunakan, potongan bahan yang baik digunakan untuk pembuatan pupuk cair   adalah   yang  potongannya   kecil.  Hal   ini   dikarenakan  agar  bakteri   EM4   lebih  mudah  dalam mendengkomposisi  bahan tersebut,  karena bakteri  EM4 mudah dalam memotong rantai  karbon pada bahan tersebut sehingga membentuk rantai carbon yang lebih sederhana.

e.         Kegiatan dan kehidupan mikrobia sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering maupun basah atau tergenang.

f.         Peletakan tempat pembuatan pupuk cair, dalam pembuatan pupuk cair sebaiknya ditempat yang teduh agar bakteri EM4 tidak terkena sinar matahari  langsung,apabila bakteri EM4 terkena sinar matahari langsung, maka bakteri tersebut akan mati akibat sinar inframerah dari matahari. Untuk penyimpanan bahan yang telah dibuat sebaiknya diletakkan di tempat yang teduh agar suhu dan temperatur   dari   pupuk   cair   yang   dibuat   dapat   sesuai   dengan   lingkungan   yang   cocok   untuk pertumbuhan bakteri EM4

Page 20: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

Dari   kegiatan   praktikum   yang   telah   dilaksanakan   didapatkan   data   dari   masing-masing kelompok   yang   telah   diambil   pada  pengamatan   terkhir.   Pada   kelompok   1   yang   pupuk   cairnya terbuat dari limbah sayur sawi bau dari pupuk cair ini menyerupai bau sirup, warna dari pupuk cair ini  adalah berwarna coklat dan tekstur dari  pupuk cair  yang terbuat dari  bahan sawi teksturnya hancur. Pada perlakuan pupuk yang menggunakan bahan tomat, tidak jadi, hal ini dikarenakan pada tomat terkandung banyak air yang nantinya kandungan pada air tomat tersebut akan menghambat laju  pertumbuhan dari  bakteri  EM4 pada saat  perombakan.  Selain   itu  tomat  yang dibawa pada kelompok 2  dingin,  hal   ini  dkarenakan sebelum digunakan tomat   tersebut  dimasukkan kedalam freezer, menurut dosen yang membimbing, tomat yang dingin tersebut dapat menyebabkan bakteri EM4 tidak dapat bekerja secara maksimal.  Pada kelompok 3 yang berbahan buah mangga sebagai bahan  untuk   pembuatan   pupuk   cair,   pada   pengamatan   terakhir   pupuk   yang   dibuat   dari   buah mangga  ini memiliki  bau wangi seperti gula dan warna dari  pupuk  ini adalah coklat kemerahan. Tekstur  dari  pupuk cair   ini  adalah hancur.  Sedangkan pada kelompok 4 yang terbuat  dari  kubis memiliki bau yang sangat busuk dan berwana coklat keruh dan tekstur dari pupuk ini adalah sangat hancur. Sedangkan pada kelompok 5 yang menggunakan bahan dari buah pepaya bau dari pupuk yang telah dibuat adalah wangi sirup dan warnanya coklat kemerahan dan tekstur dari pupuk ini adalah hancur.

Dari   kegiatan   tersebut   semua   pupuk   baik   digunakan   untuk   tanaman   tetapi   hal   yang membedakan   adalah   komposisi   dalam   pemupukan   untuk   tanaman,   apabila   kelebihan   pupuk tanaman dapat  keracunan bahkan dapat layu dan mati. Jadi dari kegiatan praktikum semua pupuk cair   yang  dibuat  baik,  hal   ini  dikarenakan  pada  pengamatan   terakhir   semua  data  yang  diambil hampir sama walau pupuk yang dibuat berbeda.

Page 21: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

V.    PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menurut   hasil   praktikum   Teknologi   Pengelolaan   Limbah   Pertanian   tentang   pembuatan pupuk cair dapat di simpulkan bahwa :

1.        Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik).

2.        Pupuk  organik   cair  melalui  daun  memberikan  pertumbuhan  dan hasil   tanaman yang   lebih  baik daripada pemberian melalui tanah.

3.        Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi,  begitu pula  dengan semakin seringnya  frekuensi  aplikasi  pupuk daun yang dilakukan  pada   tanaman,  maka   kandungan  unsur   hara   juga semakin  tinggi.  Namun,   pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman.

4.        Apabila terlalu anaerob mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati atau terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunan bahan   yang   dikomposkan   umumnya   menyebabkan   hilangnya   nitrogen   relatif   banyak   karena menguap berupa NH3

5.        Dari kegiatan tersebut semua pupuk baik digunakan untuk tanaman tetapi hal yang membedakan adalah   komposisi   dalam   pemupukan   untuk   tanaman,   apabila   kelebihan   pupuk   tanaman dapat  keracunan bahkan dapat layu dan mati. Jadi dari kegiatan praktikum semua pupuk cair yang dibuat baik, hal ini dikarenakan pada pengamatan terakhir semua data yang diambil hampir sama walau pupuk yang dibuat berbeda

6.        Bahan yang digunakan jangan bahan yang sudah busuk, karena bahan yang sudah busuk terdapat bakteri yang nantinya bakteri tersebut dapat mengganggu perkembangan dari bakteri EM4 dalam mendekomposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair.

5.2    Saran

Sebaiknya  dalam kegiatan  praktikum sebaiknya  praktikan harus  membawa bahan sesuai dengan yang telah disyaratkan selain itu sebaiknya praktikan harus lebih memperhatikan apa yang diterangkan oleh asisten, hal ini agar tujuan dari praktikum dapat tercapai

Page 22: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos
Page 23: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

DAFTAR PUSTAKA

Ani, 2004. Penggunaan Pupuk Cair Pada Tanama Holtikultur. Tigaserangkai. Jakarta

Anonim. 2004. Buncis (Phaseolus vulgaris L.). http://warintek. progressio. or. id/pertanian/buncis.htm. Diakses tanggal 18 Januari 2006.

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta

Poewowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung

Prihmantoro, H. 1996. Memupuk Tanaman Buah. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta

Rao, S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman. Univ. Indonesia Jakarta

I. pendahuluan

a. ltr blkng

II. isi

a. tipus

pertanian orgnik tu apa?

mngapa harus menggunakan organic? karena 

Apa saja yg bsa dimanfaatkn sebagai bahan organic?

penutup

Page 24: Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

keuntnbgn

kerugian

ksmpulan

saran