teknik reklamasi lahan pasca tambang, bandung
DESCRIPTION
teknik dan metode reklamasi yang terkait dengan kegiatan pascatambangTRANSCRIPT
1 Pendahuluan
1 PendahuluanDewasa ini telah bergeser paradigma pertambangan modern ke arah penerapan kaidah-kaidah pertambangan yang baik dalam kerangka industri pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Sejalan dengan itu teknologi yang digunakan terus berkembang ke arah ramah lingkungan (environment friendly).
Anggapan umum ialah bahwa untuk ramah lingkungan harus dikeluarkan biaya tambahan karena usaha ramah lingkungan lebih mahal daripada usaha yang tidak ramah lingkungan, sehingga sukar dilaksanakan di negara sedang berkembang. Apalagi di Negara kita yang sedang terpuruk ekonominya. Jika kita ingin menerapkannya secara ketat, perusahaan kecil akan kesulitan bahkan akan mati, begitu pula modal asing akan takut masuk ke Indonesia.
Namun, perkembangan di dunia maju justru menunjukkan hal sebaliknya, ramah lingkungan menguntungkan ,baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu, harus dilakukan upaya mengubah anggapan kegiatan ramah lingkungan yang mahal menjadi kegiatan ramah lingkungan yang menguntungkan. Sehubungan dengan hal ini, kita perlu menempatkan diri pada posisi netral agar dapat mengkritik secara berimbang sehingga tidak terjebak pada apriori dan antipati. Dewasa ini isu lingkungan hidup telah menjadi salah satu komponen yang mutlak harus diperhitungkan dalam industri termasuk industri pertambangan sebagai industri dasar pemasok bahan baku bagi industri lain.
Teknologi penambangan yang berwawasan lingkungan harus memadukan tahap perancangan tambang yang benar dengan upaya reklamasi lahan bekas tambang. Sehingga transformasi fungsional pasca tambang diharapkan dapat mempunyai nilai tambah yang optimal bagi lingkungan disekitarnya. Dengan demikian dapat mengubah pandangan bahwa kegiatan pertambangan itu hanya merusak lingkungan, tetapi transformasi fungsional pasca tambang yang benar dapat merubah lingkungan yang rusak akibat penambangan menjadi lingkungan yang mempunyai nilai tambah yang tinggi.2. Dampak penting kegiatan pertambangan Sejalan dengan perkembangan industri yang berbasis sumber daya alam, pelestarian lingkungan hidup telah menjadi salah satu isu yang semakin menjadi perhatian utama secara global termasuk industri pertambangan tidak saja di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Tuntutan agar industri pertambangan agar berupaya menekan seminimal mungkin dampak negatif dari kegiatannya semakin kuat, bahkan tuntutan penutupan kegiatan pertambangan sudah mulai terdengar, karena dianggap perusak lingkungan. Oleh karena itu, semua pihak perlu terlebih dahulu memahami persoalan dampak ini secara mendalam sebelum melontarkan gagasan-gagasan yang tidak masuk akal.
2.1 Dampak negativeBahwasanya kegiatan pertambangan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan tersebut telah sering digunakan oleh beberapa organisasi nonpemerintah (ornop/NGO non government organization) untuk selalu menyerang industri pertambangan tanpa sedikitpun mengakui dampak positif dari suatu industri pertambangan. Oleh karena itu, industri pertambangan juga harus mampu menepis tudingan itu dengan cara sosialisasi pelaksanaan praktik-praktik penambangan yang baik (good mining practices). Permasalahannya, masih banyaknya tambang-tambang liar (illegal) yang justru sangat merusak lingkungan.
Dampak kegiatan pertambangan dapat berupa sebagai berikut.
Perubahan bentuk permukaan bumi akibat pemotongan bukit, pembabatan hutan dan tanaman (land clearing) dan pemindahan lapisan tanah penutup (waste/overburden removal)
Bentuk bentang alam akan berubah secara drastis dan akan menimbulkan dampak berupa:
hilangnya nilai keindahan alam (estetika)
terjadinya ketidakstabilan pada jenjang/lereng/tebing penambangan
kenaikan air limpasan (surface run-off) yang berpotensi menimbulkan erosi dan sedimentasi
terganggunyasistem hidrologidan neraca air daerah setempat
Pembuangan ampas pengolahan (tailing) baik padat maupun limbah cair di luar prosedur yang diizinkan
Kebisingan (noise) dan getaran (ground vibration) akibat peledakan dan operasi operasi mesin-mesin dan alat berat (dump truck, excavator,mesin bor, generator, dsb.)
Polusi udara akibat debu dan emisi gas buang
Tumpahan minyak bakar dan oli bekas
Penurunan permukaan tanah, amblesan (surface subsidence) pada tambang bawah tanah (seperti di Boyolali) Timbulnya korban jiwa karena longsornya tebing (seperti di Jabar akhir-akhir ini, serta ditempat lain.
2.2 Dampak positifSelain dampak negatif, harus diakui secara jujur bahwa tidak sedikit dampak positif dari kegiatan pertambangan, antara lain sebagai berikut.
Sebagai pionir pengembangan wilayah terpencil (remote area) dengan membangun dan menyiapkan infrastrukturnya sendiri (jalan, jembatan, permukiman, dll.)
Sumber devisa Negara dengan mengekspor produk tambang dan olahannya
Memenuhi kebutuhan bahan baku industri dalam negeri
Sumber pendapatan Negara dan daerah dari royalty, pajak, deviden, sewa lahan
Menyediakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyrakat
Efek perbanyakan (Multiple effect )Adanya industri hulu seperti (jasa konsultan pertambangan, pemasok alat-alat pertambangan dan bahan-bahan, jasa boga, travel)
Industri hilir, seperti industri kerajinan emas dan perak,marmer, industri kimia, dsb.)
Program pengembangan masyarakat (community development) untuk masyarakat sekitar tambang Alih teknologiWalaupun kegiatan pertambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan , akan tetapi pernyataan itu tidak selamanya benar. Selayaknya diakui bahwa banyak sekali hasil positif dari kegiatan pertambangan.
Pada tambang-tambang yang besar , kualitas lingkungan di tempat pertambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lokasi penambangan tersebut, tetapi juga alam (lingkungan) sekitar menjadi tertata lebih baik dengan infrastruktur yang lengkap.3 Reklamasi
3.1 Istilah-istilah
Reklamasi
Upaya untuk mengembalikan fungsi lingkungan hidup di daerah bekas penambangan menjadi daerah yang berdaya guna sesuai peruntukannya
Restorasi
Upaya untuk mengembalikan fungsi lingkungan hidup di daerah bekas penambangan, yang mendekatibentuk dan keaadaan asalnya, seperti sebelum ditambang
Revegetasi
Salah satu kegiatan reklamasi atau rehabilitasi lahan yang berupa penanaman atau penghijauan kembali daerah bekas tambang dengan jenis tanaman tertentu
Rona lingkungan
Gambaran keadaan lingkungan di tempat kegiatan yang akan dilaksanakan maupun daerah sekitarnya. Kegunaan rona lingkungan ialah untuk pendugaan di masa yang akan datang bila tanpa dan dengan adanya kegiatan
Rona awal lingkungan
Kondisi awal lingkungan di suatu daerah yang meliputi komponen geo-bio-fisik-kimia, sos-ek-bud dan sarana lannya, sebelum ada kegiatan 3.2 Dampak Timbulnya lahan terbuka
Adanya lahan terbuka akibat kegiatan pertambangan dapat menimbulkan dampak yang seperti berikut.
Perubahan iklim mikro Terjadinya erosi pada waktu hujan yang akhirnya menyebabkan kekeruhan badan air, banjir di wilayah kegiatan penambangan
Hilangnya habitat satwa liar
Timbulnya lahan-lahan kritis Kolam yang luas dan dalamUntuk menghindari dampak negative tersebut perlu dilakukan reklamasi, yaitu upaya mempersiapkan lahan bekas tambang atau lahan terbuka untuk penggunaan selanjutnya pascatambang. Pada tambang-tambang yang berijin biasanya mengaplikasikan good mining practice, sehingga reklamasi merupakan bagian integral dari rencana keseluruhan (total) penambangan.Ada juga yang berijin tapi tidak mau melakukan good mining practice, sehingga dapat dikatagorikan tambang illegal.Pada umumnya lahan bekas tambang golongan C meninggalkan rona yang sudah rusak, yang menjadi beban bagi aparat dinas pertambangan propinsi maupun kabupaten/kota. Untuk itu bagaimana cara reklamasi yang tepat untuk merubah rona yang rusak dilokasi pasca tambang tersebut sehingga bisa didayagunakan kembali yang layak lingkungan, apalagi dapat dioptimalkan sehingga mempunyai nilai yang tinggi untuk kepentingan masyarakat disekitarnya.Ilmu pengetahuan terapan yang mendukung operasi reklamasi adalah ilmu pengetahuan lingkungan, ilmu tanah, hidrologi, geohidrologi untuk aliran permukaan dan air tanah, agronomi untuk revegetasi, ekologi untuk studi dasar dan ilmu social untuk perencanaan pemanfaatan lahan, dan ilmu pariwisata apabila lahan pasca tambang tersebut memungkinkan untuk diajdikan kawasan wisata.
4. Model Transformasi Fungsional Pasca Tambang
Untuk membuat model transformasi fungsional pasca tambang yang optimal maka harus di kaji hal-hal sebagai berikut :
Kondisi komponen lingkungan yang terkena dampakBagaimana kondisi biologi dan fisik kimia lingkungan pada saat ini, bagaimana kerusakannya pada saat ini.
Adakah kerusakan komponen geologi dan geohidrologi yang terganggu misalnya terganggunya muka air tanah, adanya erosi permukaan dll.
Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar tambang yang terganggu.
Adakah sumber daya alam disekitar tambang yang masih bisa dikembangkan.
Kegiatan Penelitian lapangan
Kegiatan pemetaan topografi pasca tambang & kondisi situasi pada saat ini.Perancangan model penataan model yang akan diterapkan, sekaligus memperkirakan biaya yang diperlukan.
Undang-undang yang digunakan
Undang-2 yang digunakan antara lain kepmen, peraturan pemerintah, perda, keputusan gubernur dan bupati.
Peruntukan lahan & Tata RuangPertimbangkan rencana tata ruang setiap daerah.
Pengkajian peruntukan lahan pasca tambang secara optimal apalagi bisa meningkatkan daya dukung lahan pada saat ini. Sinkronisasi keinginan
Menyerap keinginan masyarakat sekitar tambang.
Mengaplikasikan keinginan pemerintah setelah mempertimbangkan keinginan masyarakat.
Mengakomodasikan kepentingan investor agar daerah pasca tambang bisa layak jual (bernilai ekonomi tinggi).
4.1. Informasi yang diperlukanUntuk mengkaji tarsformasi fungsional pasca tambang diperlukan informasi yang berkaitan dengan komponen geo-bio-fisik-kimia dan sosial-ekonomi-budaya. Informasi tersebut meliputi:
a.Faktor alam
1) Topografi
2) Iklim
3) Ketinggian
4) Pencahayaan
5) Hidrologi
6) Geologi
7) Tanah
8) Ekologi daratan
9) Ekologi perairan
b.Faktor sosekbud
1) Lokasi
2) Jalan masuk
3) Ukuran dan bentuk lahan
4) Lingkungan tata guna lahan
5) Pemilikan lahan
6) Tipe, intensitas dan nilai guna lahan
7) Karakteristik penduduk
4.2.Pelaksanaan Transformasi Fungsional Pasca Tambang (Secara Umum)Kegiatan transformasi fungsional pasca tambang secara umum adalah mulai dari penataan lahan, pengelolaan/pengembalian tanah pucuk, pemilihan bibit, dan dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang telah mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Umumnya, pelaksanaan reklamasi merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil meliputi:
Penataan lahan
pembuatan teras
saluran pembuangan air (SPA)
bangunan pengendali lereng
chek dam (Kali Bebeng & Bali) penangkap oli bekas (oil catcher)
dan lain-lain yang disesuaikan dengan kondisi setempat
Pekerjaan teknik vegetasi meliputi:
pola tanam
sistem penanaman (monokultur, multiple cropping)
jenis tanaman yang disesuaikan kondisi setempat
tanaman penutup (cover crop), dan lain-lain.
Pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang meliputi kegiatan antara lain sebagai berikut.
a) Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan (landscaping), pengaturan / penempatan bahan tambang kadar rendah (low grade) yang belum dimanfaatkan.
b) Pengendalian erosi dan sedimentasi
c) Pengelolaan tanah pucuk (top soil)
d) Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk tujuan lain.
4.3.Pelaksanaan Transformasi Fungsional Pasca Tambang (Secara Khusus)
Kegiatan ini adalah peruntukan lahan pasca tambang yang dapat merubah kegiatan reklamasi secara umum (penataan lahan sampai revegetasi saja) menjadi peruntukan pasca tambang yang nilainya sangat tinggi. Hal ini disebabkan beberapa hal antara lain : letaknya yang strategis, dukungan intansi terkait dan masyarakat, dan sumber daya alam lain yang menunjang. Sehingga transformasi fungsional pasca tambang pada daerah ini dapat dikembangkan menjadi peruntukan lain yang mempunyai nilai tambah tinggi bahkan dapat sangat tinggi bagi masyarakat dan pemerintah daerah pada saat ini.Beberapa contoh adalah sebagai berikut :
a. Pasca Tambang Trass di Puncak Jawa BaratAkibat penambangan trass yang tidak menjalankan good mining practice maka meninggalkan rona yang rusak berupa tebing terjal rawan longsor, kubangan luas, menimbulkan korban jiwa (tertimbun).Setelah dilakukan penelitian dan kajian yang mendalam ternyata lokasi tersebut dapat dirubah menjadi kawasan yang nilainya sangat tinggi dibandingkan peruntukan lahan sebelum ditambang (lihat gambar-gambar).
b. Pasca Tambang Sirtu di WonosoboAkibat penambangan sirtu yang salah dipinggir jalan provinsi maka meninggalkan tebing terjal rawan longsor, dan membahayakan fondasi jalan. Setelah dilakukan penelitian dan pengkajian ternyata dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, kawasan ini dapat dijadikan kawasan wisata yang mempunyai nilai yang sangat tinggi.c. Pasca Tambang Sirtu di Klungkung BaliAkibat penambangan sirtu yang salah dalam jangka yang lama meninggalkan rona rusak seluas 300 ha, berupa kubangan yang dalam dan luas. Dengan memanfaatkan sumber daya alam berupa sumber daya air dengan debit > 1000 lt/detik sangat jernih, dekat pantai, panorama yang indah, maka kawasan tersebut diusulkan menjadi kawasan wisata marina dan oceanorium yang tentunya mempunyai nilai yang sangat tinggi.d. Pasca Tambang Sirtu di Sumedang & KuninganAkibat penambangan sirtu yang salah di Sumedang dalam jangka yang lama meninggalkan rona rusak seluas 200 ha, berupa tebing terjal, cekungan yang dalam dan luas, kawasan gersang. Dengan memanfaatkan sumber air yang ada dan sangat jernih, kawasan tersebut diusulkan menjadi kawasan peternakan & pertanian, dan memanfaatkan air bagi pemukiman disekitarnya.
Sedangkan penambangan sirtu di sungai didaerah Kuningan, meninggalkan kawasan yang rusak. Ternyata dengan memanfaatkan daerah perkebunan disekitarnya dan batuan yang ada disungai dapat dibuat kawasan yang masih menguntungkan dan dapat menghindari erosi pada saat hujan.5. Penutup Suatu rancangan pertambangan yang baik harus dapat memperlihatkan bagaimana dan kapan lokasi penambangan akan direklamasi. Rencana kegiatan pertambangan, sampai pada kegiatan pemanfaatan lahan bekas tambang harus mengacu pada rencana pengembangan wilayah yang telah disusun oleh pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten setempat.
Upaya reklamasi harus disiapkan sejak awal kegiatan penambangan. Sebagai contoh, pada waktu pengupasan tanah penutup, lapisan tanah pucuk dipindahkan dan ditimbun secara terpisah untuk ditebarkan secara terpisah untuk ditebarkan kembali pada saat reklamasi.
Kegiatan revegetasi dan rehabilitasi tidak saja untuk memperbaiki lahan yang terdegradasi tetapi juga dalam jangka panjang dapat memperbaiki iklim mikro, estetika, dan meningkatkan kondisi lahan yang lebih protektif dan produktif.
Pasca tambang berupa kawasan yang rusak pun bila dikaji secara komprehensif ternyata masih dapat dialih fungsikan menjadi kawasan yang mempunyai daya dukung yang baik dan mempunyai nilai tambang yang tinggi.
Daftar Bacaan
Direktorat Teknik Mineral dan Batubara, Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral, 2003. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Jakarta, 2003.
Kartosudjono, Winarjo. 1997. Lingkungan Pertambangan dan Reklamasi. Disajikan dalam Kursus Perencaan Tambang. Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan, Ditjen Pertambangan Umum. Bandung, 1997
Koesnaryo, S. 2004. Aspek Pembiayaan Pada Usaha Pertambangan Rakyat Saat Ini. Disampaikan pada Seminar Penyusunan Pola Pembiayaan Rakyat di Kawasan Timur Indonesia. Jakarta, 9 September 2004.
Prodjosumarto, Partanto. 1995. Konsep Teknologi Penambangan yang Berwawasan Lingkungan. Disusun untuk Kursus Pelaksana Inspeksi Tambang Daerah Angkatan IV. Institut Teknologi Bandung. 1995.
Soemarwoto, Otto. 2004. Pembangunan Pertambangan Ramah Lingkungan. Disampaikan pada Seminar Pengelolaan Kegiatan Pertambangan yang Ramah Lingkungan, Bandung, 4 Juli 2000
Ya
Tidak
MODEL
TRANSFORMASI FUNSIONAL
Penelitian Lapangan
Perancangan Model Penataan
Rencana Anggaran Biaya
Komponen Lingkungan
Bio Fisik Kimia
Geologi, Geohidrologi, Dll
Sosekbud
Potensi Sda Yg Ada
Keinginan Masyarakat Setempat
Keinginan Pemda Setempat
Investor
Rencana Tata Ruang
Peruntukan Lahan
Optimalisasi Fungsi Lahan Bekas Tambang
Undang Undang
Peraturan (Pp, Perda)
Kep. Gubernur/Bupati
Laksanakan
MODEL
TRANS. FUNSIONAL
DISETUJUI
PAGE 12