teknik pengumpulan dan analisis data ekosistem darat
DESCRIPTION
ekologiTRANSCRIPT
TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA EKOSISTEM DARAT
A. Teknik pengumpulan data kimia dan fisika
1. Apa sajakah yang termasuk faktor kimia dan fisika dalam ekosistem
darat?
Kajian mengenai faktor kimia dalam ekosistem adalah faktor yang
berhubungan dengan tanah dan udara, yang termasuk dalam faktor kimia ekosiste
teresterial adalah keasaman dan senyawa organik tanah. Keasaman bersumber dari
sejumlah senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena disosiasi molekul H2O
lemah. Sedangkan faktor fisika juga berhubungan dengan udara tanah, yang
meliputi faktor fisika adalah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah,
sedangkan faktor kimia antara lain salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-
unsur mineral tanah. Sifat fisika tanah merujuk pada perilaku mekanik termal,
optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Perilaku ini menghadirkan sejumlah
parameter yang dapat diamati dan diukur (Wirakusumah, 2003).
2. Bagaimana cara mengumpulkan data fisika-kimia tanah?
Cara mengumpulkan data fisika-kimia tanah adalah dengan menganalisis
fisik-kimia dari tanah tersebut, yang meliputi:
a. Profil Tanah
Profil tanah merupakan gambaaran tanah secara verikal. Profil tanah
umumnya terdiri dari beberapa horison. Horison O terdiri dari material organik
segar atau belum terdekomposisi secara sempurna. Horison A atau topsoil
mengandung material organik yang tinggi bercampur dengan partikel mineral.
Horison B atau zona penumpukan merupakan tempat terkumpulnya mineral dan
humus akibat proses pencucian/pelindingan dari horison A. horison C berisi
batuan Induk (Wirakusumah, 2003).
b. Kandungan Air atau Kelembaban Tanah
Kandungan air tanah secara kuantitatif dapat ditentukan dengan
menghitung jumlah air yang terkandung di dalam tanah dengan berat segar
tertentu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat
segar tanah.
c. Kandungan Organik dan Anorganik (mineral) total Tanah
Zat organik umumnya berasal dari proses pelapukan/penguraian serasah
pada lapisan teratas tanah. Penentuan kandungan organik dan anorganik tanah
yang paling sederhana adalah dengan cara pengabuan. Bahan organik dan mineral
tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara bagi tanaman dan
biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk partikel-partikelnya merupakan
penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan
air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit ruang pori ini
akan makin tidak berkembang sistem perakaran tanaman. Bahan organik
merupakan sumber energi, karbon, dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna
senyawa organik), sehingga keberadaan BOT (Bahan Organik Tanah) akan sangat
menentukan populasi dan aktivitasnya dalam membebaskan hara-hara tersedia
yang dikandung BOT tersebut (Kemas, 2007).
d. pH Tanah
pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat
asam atau basa tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi, dan aktivitas pemupukan. pH tanah
menentukan kelarutan unsusr-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan
memengaruhi ketersediaan unsur-unsur hara bagi tumbuhan. Tanah berkeasaman
tinggi (pH rendah) mengandung kation-kation besi dan aluminium bebas dalam
takaran banyak yang mampu menyerap ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Pada pH tinggi, kation mangan juga akan menyerap ion fosfat sehingga
tidak tersedia bagi tanaman (Poewowidodo, 1992). Pengukuran pH tanah dapat
dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester, dan kertas pH universal.
e. Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan suatun ukuran intensitas panas. Suhu ini
berpengaruh langsung pada fungsi-fungsi fotosintesis, respirasi, permeabilitas
dinding sel, serapan air dan hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein
(Poewowidodo,1992). Pengukuran suhu tanah dapat dilakukan dengan alat
Weksler, dimana termometer pada alat ini disimpan dalam tabung kayu yang
ujungnya berupa logam meruncing, antara logam dengan termometer terdapat
serbuk logam yang menutupi ujung termometer dan terdapat pada bagian atas
logam runcing tadi. Pengukuran suhu juga dapat menggunakan termometer udara
biasa, namun harus dilakukan dengan hati-hati.
f. Tekstur Tanah
Tekstur adalah proporsi relatif dari partikel untama pembentuk tanah, yaitu
pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Jenis partikel utama tanah dibedakan
berdasarkan ukurannya:
1) Pasir ukuran partikel > 0,05 mm
2) Debu ukuran partikel antara 0,002 – 0,05 mm
3) Liat ukuran partikel 1< 0,002 mm
Tekstur tanah menentukan sifat dari tanah tersebut, baik sifat fisika
maupun sifat kimia. Pergerakan air baik vertikal maupun horisontal, persentase
sistem kapiler, dan kadar air tanah akan berlainan pada keadaan tanah yang
teksturnya tidak sama. Demikian pula derajat kesuburan tanah akan sangat
tergantung pada tekturnya ini.
g. Bobot Isi (bulk density)
Bobot isi adalah perbandingan antara massa tanah pada keadaan kering
konstan dengan volumenya. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah.
Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit
meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Sarwono, 2007). Nilai bobot isi
bervariasi, bergantung pada kelembaban dan tekstur tanah. Cara pencuplikan
tanah untuk menentukan nilai bobot isi menggunakan core sampler (cincin
pencuplik). Alat ini berupa silinder tanpa alas dan tutup dengan tinggi dan
diameter tertentu. Bisa terbuat dari paralon, pipa besi atau stainless steel. Bibir
silinder bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan dalam melakukan
pencuplikan.
h. Porositas
Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi
oleh udara atau air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan
halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedang pori-pori halus berisi
air atau kapiler udara (Poewowidodo, 2007). Total porositas dihitung dari bulk
density dan particle density. Particle density atau kepadatan partikel tanah mineral
berkisar antara 2,6-2,7 gcm-1. pada tanah yang tidak atau sedikit mengandung zat
organik, kepadatan partikelnya 2,7 gcm-1, tanah dengan kandungan organik
sedang 2,65 gcm-1 dan tanah dengan kandungan organik tinggi kepadatan
partikelnya lebih rendah dari 2,6 gcm-1.
3. Apa saja yang termasuk dalam mikroklimat?
Mikroklimat adalah kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan
langsung dengan tumbuhan. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil,
mikroklimat dapat menyebabkan adaya variasi dalam tipe dan komposisi
tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara,
kelembaban, dan intensitas cahaya
4. Bagaimana cara mengumpulkan data dan analisis data temperatur
udara?
Pengukuran temperatur dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori, yaitu gram atau kilogram
kalori. Sedangkan kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, Fahrenhait,
Reamur, atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat
termometer. Termometer digunakan dengan cara membaca skala pada ujung air
raksa dalam satuan derajat Celcius (˚C). Badan termometer tidak boleh dipegang
secara langsung dengan tangan agar tidak mengganggu pembacaan.
5. Bagaimana cara mengumpulkan data kelembaban udara?
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di
udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap voleme
udara tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum
digunakan adalah kelembaban udara relatif yaitu berdasarkan perbandingan
tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh
pada suhu yang bersamaan. Alat yang digunanakan untuk mengukur kelembaban
relatif adalah Sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer.
Termomerter pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang
kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah
termometer dilengkapi dengan kain yang dibasahi air. Berdasarkan bacaan dari
kedua termometer tersebut, nilai kelembaba relatif dapat ditentukan dengan
menggunakan tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor.
6. Bagaiman cara mengupulkan data intensitas cahaya?
Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya memengaruhi
variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban, dan angin, tetapi juga memengaruhi
jumlah energi untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan. Perubahan intensitas
cahaya sangat memengaruhi kegidupan tumbuhan. Untuk dapat memperoleh
energi bagi pertumbuhan dan perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah
cahaya minimal. Dibandingkan tumbuhan, hewan relatif tidak membutuhkan
energi matahari secara absolut (Amin, 2007). Pengukuran intensitas cahaya dapat
dilakukan dengan menggunakan Light meter atau Lux meter.
B. Teknik pengumpulan data vegetasi
1. Apa yang dimaksud dengan vegetasi?
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan
hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata
lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan
membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu
sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara
dan Indrawan, 1978).
Menurut Marsono (1977), Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-
tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada
suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi
yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun
dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis.
2. Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi?
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) yang dimaksud analisis
vegetasi atau studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Cain dan
Castro (1959) dalam Soerianegara dan Indrawan (1978) menyatakan bahwa
penelitian yang mengarah pada analisis vegetasi, titik berat penganalisisan terletak
pada komposisi jenis atau jenis. Struktur masyarakat hutan dapat dipelajari
dengan mengetahui sejumlah karakteristik tertentu diantaranya, kepadatan,
frekuensi, dominansi dan nilai penting. Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini,
yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan
berbagi konsep pendekatan yang berlainan.
3. Bagaimana cara pembuatan komposisi vegetasi?
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-
petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara
(1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun
berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan
metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan
sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau
faktor gradien lingkungan tertentu.
4. Apa saja komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi??
a) Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
b) Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-
parasit.
c) Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar
tangkai daun.
d) Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang
dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
e) Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu
atau belukar.
f) Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut
yang kadang-kadang keras.
g) Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
5. Bagaimana macam-Macam Metode Analisis Vegetasi ??
a) Metode destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik
yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa
diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan
selalu harus dilakukan penuain atau berarti melakukan perusakan terhadap
vegetasi tersebut.
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk bentuk vegetasi yang
sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima
meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau
berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu
padang rumput denan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus
menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini
adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
b) Metode nondestruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu
berdasarkan penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada
taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan non floristika. Pendekatan
lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organism tumbuhan secara taksonomi
atau pendekatan floristika.
c) Metode non-floristica
Telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931),
Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh
Eiten (1968) dan Unesco (1973). Danserau membagi dunia tumbuhan berdasarkan
berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun,
tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristika di bagi-bagi lagi dalam
sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol
huruf dan gambar. Bentuk Hidup. Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi,
biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skalakecil sampai
sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan
penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).
Untuk memahami metode non floristika sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemikiran
dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan
vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara
taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan
dasar-dasar tertentu.
d) Metode floristic
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap
semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga
pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah sangat
dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristic ini sangat ditunjang dengan variable-
variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi
vegetasi, diantaranya adalah:
Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi
sejenis.
Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu
populasi di suatu kawasan, dan bias juga menggambarkan luas
daerah yang dikuasai oleh populasi tertentu atau dominasinya.
Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari
populasi disuatu kawasan.
Variabel-variabel merupakan salah satu dari beberapa macam
variable yang diperlukan untuk menjelaskan suatu bersifat
kuantitatif, seperti statifikasi, periodisitas, dan vitalitas. Berbagai
metodelogi telah dikembangkan oleh para pakar untuk sampai pada
hasil seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan tujuannya.
6. Bagaimana teknik pencuplikan data vegetasi?
Teknik pencuplikan data vegetasi dilakukan dengan beberapa teknik yaitu:
a) Kuadrat
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang
berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut
lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter
tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m
sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan
sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan
lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan
menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less
method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan
hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup
tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu
persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini
digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas.
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi
dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2.
Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran. Metode
kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di
dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang
diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap
spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal
dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis
tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf.
Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi
vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak
begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter.
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994). Suatu contoh untuk suatu vegetasi hutan alami atau yang
berbentuk seperti hutan luas kuadrat minimal 200 m2, kemudian vegetasi semak
belukar 2 – 5 m2, dan vegetasi sederhana sperti rumput cukup dengan ukuran
kuadrat seluas 1 meter persegi.
Berikut langkah-langkah kerja jika anda akan melakukan penelitian/analisis
vegetasi metode kudrat:
1) Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi
tertentu.
2) Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi.
3) Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel
untuk setiap tumbuhan.
4) Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
5) Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas.
6) Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis /
spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous, 2010).
b) Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis
yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi
yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan
ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan
dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat
oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi
diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis
yang disebar (Rohman, 2001).
Teknik Metode Garis:
1) Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau
sistematis.
2) Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi.
3) Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel
untuk setiap tumbuhan.
4) Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
5) Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas.
6) Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies
yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous, 2010).
c) Titik
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat
dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang
disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam
menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,
dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan
diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar
pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
Teknik Metode Intersepsi Titik:
1) Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali
raffia.
2) Menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia
tersebut secara acak atau sistematis.
3) Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap
kawat atau lidi tersebut.
4) Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5) Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel
untuk setiap tumbuhan.
6) Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap
jenis tumbuhan.
7) Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas.
8) Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies
yang memiliki nilai penting terbesar
d) Kuarter
Analisa vegetasi dengan metode kuarter merupakan analisa vegetasi yang
mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu.
Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga
metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area
tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai
penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya.
Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks
lainnya (Kusmana, 1997).
e) Teknik Ordinasi
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-
Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan
random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi
dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan.
Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan
ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang
sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi
spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan,
sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.Ordinasi dapat pula
digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan
faktor lingkungan.
Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih
sederhana, lebih sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Bahkan
suatu agak kecil perbedaan table Suatu ordinasi data yang sama bisa menjadi satu
grafik kecil yang menunjukan 19 poin-poin penyebaran ruang. Masing-Masing
titik mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin mewakili derajat tingkat
perbedaan atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat jika ada pola
dalam hubungan.
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label dan
letak mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi melainkan, untuk menunjukkan
suatu pola hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi memuat data
asli yang hilang dalam ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat banyak
bentuk dari reduksi data, tidak hanya ordinasi (Anonymous, 2010).
7. Bagaimana Sistem Analisis dengan metode kuadrat?
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan
daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan
berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel
(n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya
dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu
dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan
nilai relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative,
kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus
maka akan diperoleh:
Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Kerapatan (K) =
Kerapatan relatif (KR) =
Frekwensi (F) =
Frekwensi relatif (FR) = x 100%
Dominansi (D) =
Dominansi relatif (DR) =
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk
seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
C. Teknik Pengumpulan Data Hewan
1. Apa saja metode yang digunakan dalam pengumpulan data hewan?
a. Metode CMMR (Capture, Mark, Release, dan Recapture)
Metode ini sangat penting dalam ekologi hewan sebab tidak hanya perkiraan
kerapatan yang diperoleh tetapi perkiraan laju kelahiran dan laju kematian
populasi yang dikaji juga dapat diketahui.syarat berlakunya metode CMRR yaitu :
pergantian antar individu rendah (tidak mudah mati, tidak mudah besar, tidak
mudah berkembang biak).
Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan
dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat
dibuat dalam sistem daftar. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau
kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan
menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk
yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut
semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi
pada rumus Paterson (Susanto, 2000).
b. Metode Pit Fall Trap
Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik di permukaan tanah
maupun di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan alam yang
tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-
batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan
sisa tumbuhan dan hewan. Kehidupan hewan tanah sangat ditentukan oleh faktor
fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-
kimia tanah selalu diukur karena hewan merupakan komponen penyusun tanah
(Susanto,2000).
Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di
lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk
pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan
pengambilan contoh tanah dan dibawa ke laboraturium. Di lapangan, hewan tanah
juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang perangkap jebak (pit fall-trap).
Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak juga
tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik.
c. Metode Transek
Untuk mengetahui kelimpahan gastropoda dengan menggunakan metode
transek, transek dibentangkan tegak lurus terhadap garis pantai.
Faktor-Faktor Lingkungan yang berpengaruh di daerah pantai adalah
faktor biotik dan faktor abiotik, faktor biotik meliputi hewan laut seperti siput
laut, tripang, bintang laut, kerang, dan jenis tumbuhan laut berupa ganggang
coklat, rumput laut, sedangkan faktor abiotik meliputi pasang surut, suhu, gerakan
ombak, salinitas dan substrat dasar (Soetjipta,1994)
2. Bagaimana teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data
invertebrata dalam tanah (infauna), permukaan tanah (epifauna), dan
hewan invertebrata yang hidup di pohon atau disemak?
a. Teknik dalam pengambilan data infauna menggunakan teknik Direct
Searching dengan metede pencuplikan. Caranya adalah dengan
menggali tanah (pengulangan lima kali), kemudian tanah yang digali
diambil dan dilakukan penyortiran hewan yang ada lalu dilakukan
identifikasi dan analisis data.
b. Teknik dalam pengambilan data epifauna menggunakan teknik Direct
Searching dengan metede kuadrat. Caranya meletakkan plot 1x1m,
kemudian dilakukan pengumpulan hewan dalam plot. Hewan
kemudian dianalisis. Selain teknik Direct Searching juga bisa
dilakukan teknik perangkap dengan menggunakan Pitfall trap.
c. Teknik dalam pengambilan data hewan yang hidup dipohon atau
semak adalah dengan teknik beating trays. Caranya adalah mencari
vegatasi semak, kemudian dilakukan pemukulan pada daun dan cabang
dengan sebelumnya meletakkan kain putih dibawah bagian yang
dipukul. Kemudian hewan yang terkumpul dilakukan analisis
selanjutnya.
3. Bagaimana analisis data hewan?
Analisis data hewan dilakukan dengan menghitung:
Indeks dominansi (C)= 2
Densitas relatif = x100%
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) (Krebs, 1985)
H’ = -∑ ni ln ni atau H’ = -∑ pi ln pi
N N
Keterangan:
H : Indeks Keanekaragaman
pi : Peluang kepentingan untuk setiap spesies
ni : Jumlah jenis i
N : Total seluruh individu
:
Indeks kesamarataan Shannon-Wiener (J’) (Soegianto, 1994)
J’ = H’ / ln s
Keterangan:
J’ : Kesamarataan Shannon Wiener
H’ : Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon Wiener
s : Jumlah Jenis yang ditemukan
DAPTAR PUSTAKA
Amin, L. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Jatim: Bayumedia
Publishing.
Anonymous. 2010. Analisis Vegetasi. http : // dydear .multiply. com/ journal /item/ 15/Analisa_Vegetasi. Diakses pada 3 April 2013
Anonymous, 2010. Metode Garis Dan Titik. http://iqbalali.com/2008/02/25/70/. Diakses pada 3 April 2013
Kemas, H. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Krebs, C. J. 1985. Ecological Methodology. New York: Harper Collins Publisher
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian: Bogor
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press: Jakarta.
Poewowidodo, Poewowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung:
Angkasa.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang
Sarwono, H. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Soetjipta, Drs, M.Pd. 1994. Dasar- Dasar Ekologi Hewan. Jakarta : Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Soegianto, A. 1994. Metode Analisis Populasi dan Komunitas, Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.