tbbbi 07c numeralia

8
C. NUMERALIA Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima hari, setengah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung numeria, yakni masing- masing lima, setengah, ketiga, dan beberapa. Pada dasarnya dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1) numeralia pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan „Berapa?” dan (2) numeralia tingkat yang memberi jawab atas pertanyaan “yang keberapa?” Numeralia pokok juga disebut numeralia cardinal, sedangkan numeralia tingkat disebut pula numeralia ordinal. 1. Numeria Pokok Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan- bilangan yang lain. Numeralia pokok dibagi menjadi : a Numeralia Pokok Tentu Numeralia pokook tentu mengacu pada bilangan pokok, yakni 0 (nol) s.d 9 (sembilan). Disamping itu ada pulanumeralia laian yang merupakan gugus. Untuk bilangan di antara sepuluh dan dua puluh dipakai gugus yang berkomponen belas, seperti 11 (sebelas) s.d 19 (sembilan belas). Gugus diantara 9 sampai 99 berkomponen puluh. Jika sesudah itu ada bilangan yang lebih kecil, kita kembali memakai bilangan pokok. Gugus untuk bilangan antara 99 sampai 999 berkomponen ratus dan antara 999 dan 999.999 berkomponen ribu. Proses seperti itu berlanjut dengan gugus yang berkomponen juta untuk bilangan dengan enam nol. Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia pokok ditempatkan dimuka nomina dan dapat diselingi oleh kata penggolong seperti orang, ekor dan buah. Urutannya menjadi [numeralia-penggolang-nomina]. Akan tetapi orang sering tidak memakai penggolong sehingga numeralia pokok langsung ditempatkan di muka nomina. Berikut ini adalah beberapa contohnya: Belilah tiga buah buku tulis. Belilah tiga buku tulis Majalah kami memerlukan tiga orang penyunting

Upload: hayatun-nufus

Post on 14-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kata bilngn

TRANSCRIPT

Page 1: TBBBI 07c NUMERALIA

C. NUMERALIA

Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung

banyaknya maujud (orang, binatang atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima hari,

setengah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung numeria, yakni masing-

masing lima, setengah, ketiga, dan beberapa.

Pada dasarnya dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1) numeralia

pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan „Berapa?” dan (2) numeralia tingkat yang

memberi jawab atas pertanyaan “yang keberapa?” Numeralia pokok juga disebut

numeralia cardinal, sedangkan numeralia tingkat disebut pula numeralia ordinal.

1. Numeria Pokok

Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan-

bilangan yang lain. Numeralia pokok dibagi menjadi :

a Numeralia Pokok Tentu

Numeralia pokook tentu mengacu pada bilangan pokok, yakni 0 (nol) s.d 9

(sembilan). Disamping itu ada pulanumeralia laian yang merupakan gugus. Untuk

bilangan di antara sepuluh dan dua puluh dipakai gugus yang berkomponen belas,

seperti 11 (sebelas) s.d 19 (sembilan belas). Gugus diantara 9 sampai 99

berkomponen puluh. Jika sesudah itu ada bilangan yang lebih kecil, kita kembali

memakai bilangan pokok. Gugus untuk bilangan antara 99 sampai 999

berkomponen ratus dan antara 999 dan 999.999 berkomponen ribu. Proses seperti

itu berlanjut dengan gugus yang berkomponen juta untuk bilangan dengan enam

nol.

Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia pokok ditempatkan dimuka

nomina dan dapat diselingi oleh kata penggolong seperti orang, ekor dan buah.

Urutannya menjadi [numeralia-penggolang-nomina]. Akan tetapi orang sering

tidak memakai penggolong sehingga numeralia pokok langsung ditempatkan di

muka nomina. Berikut ini adalah beberapa contohnya:

Belilah tiga buah buku tulis.

Belilah tiga buku tulis

Majalah kami memerlukan tiga orang penyunting

Page 2: TBBBI 07c NUMERALIA

Majalah kami memerlukan tiga penyunting

Pak Hasan mempunyai dua ekor burung merak

Pek hasan mempunyai dua burung merak

Jika numeralia ditampatkan di belakang nomina, dalam bahasa baku kata

penggolongnya tidak dapat ditinggalkan, bandingkanlah contoh yang berikut:

*Belilah buku tulis tiga

Belilah buku tulis tiga buah

Bambang memerlukan penyunting tiga.

Bambang memerlukan penyunting tiga orang.

b Numeralia Pokok Kolektif

Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan

dimuka nomina yang diterangkan.

Contoh:

Ketiga pemain : semua pemain dari nomor satu sampai nomor tiga

Kedua gedung : baik gedung pertama maupun gedung kedua

Kesepuluh anggota : anggota nomor 1 sampai dengan 10

Jika tidak diikuti oleh nomina, biasanya bentuk itu diulang dan dilengkapi

dengan –nya. Perhatikan jawaban berikut.

Anda memilih yang mana? : kedua-duanya

Kita membeli berapa? : ketiga-tiganya

Numeralia kolektif dapat dibentuk juga dengan cara berikut.

Penambahan prefiks ber- atau kadang-kadang se- pada nomina tertentu setelah

numeralia, contoh:

tiga bersaudara tiga serangkai

empat beranak tiga sekawan

lima bersahabat dua sejoli

Penambahan prefiks ber- pada numeralia pokok dan hasilnya diletakkan

sesudah pronominal persona kamu, kami, kita atau mereka.

Contoh: (kamu) berlima, (kami) berenam, (kita) berdua,, (mereka) bertiga.

Page 3: TBBBI 07c NUMERALIA

Pemakain numeralia yang berprefiks ber- dan yang diulang.

Contoh: Berpuluh-puluh, beribu-ribu, berjuta-juta, bermiliar-miliar.

Pemakain gugus numeralia yang bersufiks –an

Contoh: puluhan, ratusan, jutaan, belasan.

c Numeralia Pokok Distributif

Numeralia pokok distributive dapat dibentuk dengan cara mengulang kata

bilangan. Contoh: satu-satu, dua-dua.

Kata(se)tiap, tiap-tiap dan masing-masing termasuk numeralia distributive

juga. (se)tiap atau tiap-tiap mempunyai arti yang sangat mirip dengan masing-

masing, tetapi kata masing-masing dapat berdiri sendiri tanpa nomina, sedangkan

(se)tiap dan tiap-tiap tidak. Kita dapat mengatakan semua siswa akan mendapat

buku, masing-masing satu buah tetapi tidak *semua siswa akan mendapat buku,

tiap-tiap satu buah. Bandingkan juga kalimat. Tiap-tiap peserta wajib membayar

uang pendaftaran, dengan masing-masing peserta wajib membayar uang

pendaftaran yang kedua-duanya dapat diterima.

d Numeralia Pokok Taktentu

Numeralia pokok taktentu mengacu pada jumlah yang tidak pasti dan

sebagian besar numeralia ini tidak dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang

memakai kata Tanya berapa. Yang termasuk numeralia taktentu adalah banyak,

berbagai, beberapa, semua, seluruh, segala, segenap. Numeralia taktentu

ditempatkan di muka nomina yang diterangkannya. Contoh:

Banyak orang semua jawaban

Berbagai masalah seluruh rakyat

Sedikit air segenap anggota

e Numeralia Pokok Klitika

Numeralia ini dipungut dari bahasa Jawa Kuna, tetapi numeralia ini

umumnya berbentuk proklitika. Jadi, numeralia macam itu dilekatkan di muka

nomina yang bersangkutan. Contoh:

Eka „satu‟ : ekamatra „satu dimensi‟

Dwi „dua‟ : dwiwarna „duawarna‟, dst..

Page 4: TBBBI 07c NUMERALIA

f Numeralia Ukuran

Numeralia ini menyatakan ukuran, baik yang berkaitan dengan berat,

panjang, pendek, maupun jumlah. Misalnya, lusin, kodi, meter, liter, atau gram.

Nomina ini dapat didahului oleh numeralia sehingga terciptalah numeralia

gabungan. Contoh:

Kalau ke took belilah dua lusin piring

Wanita itu membeli kemeja satu kodi

Berapa hargta minyak itu per sepuluh liter?

Mengapa anda membeli emas hanya lima gram?

2. Numeria Tingkat

Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya

adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk

bilangan satu dipakai pula istilah pertama. Contoh : kesatu (pertama), kedua, kelima,

dst. Karena numeralia kolektif juga dibentuk dengan ke-, bentuk kedua macam ini

sama. Perbedaanya terletak pada bagaimana masing-masing dipakai. Sebagai

numeralia kolektif, numeralia ini diletakkan di muka nomina yang diterangkan;

sebagai numeralia tingkat, ia diletakkan di belakang nomina yang diterangkan.

Bandingkan contoh-contoh berikut:

Kolektif Tingkat

Ketiga pemain pemain ketiga

Kedua jawaban itu jawaban kedua itu

*kesatu suara suara kesatu

*pertama suara suara pertama

3. Numeria Pecahan

Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagia yang lebih kecil yang

dinamakan numeralia pecahan. Caranya adalah dengan memakai kata per- di antara

bilangan pembagi dan penyebut. Dalam bentuk huruf per- ditempelkan pada bilangan

yang mengikutinya. Dalam bentuk angka, dipakai garis yang memisahkan kedua

bilangan itu. Contoh:

Page 5: TBBBI 07c NUMERALIA

½ : seperdua, setengah, separuh

1/10 : sepersepuluh

5/8 : lima perdelapan

Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok. Contoh:

2 ½ : dua setengah

9 ¾ : sembilan tiga perempat

Bilangan campuran di atas dapat ditulis dengan cara decimal, sebagai berikut:

2,5 : dua setengah atau dua koma lima

9,75 : sembilan tiga perempat atau sembilan koma tujuh lima

4. Frasa Numeria

Umumnya, frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong, contoh:

Dua ekor (kerbau), lima buah (rumah), tiga orang (penjahat).

D. PENGGOLONG NOMINA: ORANG, BUAH EKOR

Bahasa Indonesia memiliki sekelompok kata yang membagi-bagi nomina maujud

dalam kategori tertentu. Berikut ini adalah beberapa kata penggolong dalam bahasa

Indonesia:

Orang : untuk manusia

Ekor : untuk binatang

Buah : untuk buah-buahan atau hal lain di luar manusia dan binatang.

Batang : untuk pohon, rokok, atau barang lain yang berbentuk bulat panjang

Bentuk : untuk cincin, gelang, atau barang lain yang dapat dibengkokkan atau

dilenturkan

Bidang : untuk tanah, sawah atau barang lain yang luas dan datar

Belah : untuk mata, telinga atau benda lain yang berpasangan

Belai : untuk kertas, rambut, kain atau benda lain yang tipis dan halus

Bilah : untuk pisau, pedang atau benda lain yang tajam

Utas : untuk benang, tali atau benda lain yang kecil dan panjang

Potong : untuk baju, celana atau bagian/potongan suatu barang

Tangkai : untuk bunga, pena atau benda lain yang bertangkai

Page 6: TBBBI 07c NUMERALIA

Butir : untuk kelereng, telur atau benda lain yang bulat dan kecil

Pucuk : untuk surat atau senapan

Carik : untuk kertas

Rumpun : untuk padi, bamboo, atau tumbuhan lain yang berkelompok

Keeping : untuk uang logam

Biji : untuk mata, jagung, kelereng, padi

Kuntum : untuk bunga

Patah : untuk kata

Laras : untuk senapan

Kerat : untuk roti, daging

Berikut adalah beberapa contah pemakain penggolong di atas:

Pak Lurah baru membeli sebidang tanah yang luas

Tiba-tiba datanglah sepucuk surat

Diambillah sekerat roti di tempat sampah

E. KONSEP TUNGGAL JAMAK DAN GENERIK

Dalam bahasa Indonesia konsep tunggal itu ditandai oleh pemakain kata seperti

satu, suatu atau esa, se-, sedangkan konsep jamak umumnya dinyatakan dengan

perulangan. Jika kata yang merujuk pada konsep ketunggalan itu dipandang sebagai

kumpulan, nominanya dapat berbentuk reduplikasiseperti batu-batuan atau diwatasi di

depannya dengan kata para atau kaum. Contoh:

Tunggal Jamak

Meja meja-meja

Satu orang orang-orang

Daun daun-daunan

Mahasiswa para mahasiswa

Petani kaum petani

Pada umumnya bahwa nomina bahasa Indonesia tidak menunjukkan cirri-ciri

bentuk tunggal/singularis dan bentuk jamak/pluralis, seperti yang dapat dilihat pada kata

pungutan arab dan latin yang berikut: muslim-muslimin dan alumnus-alumni. Perhatikan

kata-kata berikut ini:

Page 7: TBBBI 07c NUMERALIA

1. anjing suka tulang

2. Seorang murid sedang membaca buku

3. seorang murid sedang membaca sebuah buku

4. murid-murid sedang membaca buku

5. murid-murid sedang membaca sebuah buku

kata anjing dan tulang pada kalimat (1) tidak mengacu pada satu anjing dan satu

tulang. Kedua kata itu mengacu pada anjing dan tulang pada umumnya dan dimana saja

kedua maujud itu berada. Dengan kata lain, yang diacu adalah genus anjing dan genus

tulang yang ada di dunia. Perujukan seperti ini adalah perujukan yang bersifat generic.

Kalimat berikut tidak dapat kita terima.

6. *Anjing-anjing suka tulang

*Anjing suka tulang-tulang

*Anjing-anjing suka tulang-tulang

Keberterimaan kalimat (1) dan ketakberterimaan kalimat (6) disebabkan oleh

kodrat bahasa kita yang mensyaratkan bahwa maujud yang generic harus dinyatakan

dalam bentuk yang tidak diulang.

Pada kalimat (2) kita lihat adanya penggolong seorang yang mendahului murid

dan tidak adanya penggolong yang mendahului buku. Seorang murid tidak saja mengacu

pada satu murid, tetapi juga mengacu pada satu murid tertentu. Dengan kata lain, seorang

murid pada kalimat itu tidak bersifat generic, tetapi spesifik. Kata buku pada kalimat itu

sebenarnya dapat didahului oleh kata penggolong sebuah. Akan tetapi hal itu tidaklah

perlu karena tanpa sebuah pun kita tahu bahwa yang dibaca tidak mungkin lebih dari satu

buku. Dengan demikian, kalimat (2) dan (3) mempunyai arti yang sama.

Jika sekarang kita bandingkan buku pada kalimat (4) dan (5), kita pasti merasakan

bahwa buku yang dibaca murid-murid pada kalimat (4) lebih dari satu, mungkin judulnya

sama, tetapi jumlahnya banyak. Meskipun pengertian kejamakannya terkandung pada

kalimat (4), kita tidak dapat menyatakan dalam bentuk jamak. Hal ini terbukti dengan

penolakan terhadap kalimat (7) berikut:

7. *Murid-murid sedang membaca buku-buku.

Jiks yang dibaca oleh murid tersebut hanyalah satu buku, yakni satu buku yang

dibaca bersama-sama, maka sebuah harus dinyatakan secara eksplisit seperti terlihat pada

Page 8: TBBBI 07c NUMERALIA

kalimat (5). Dengan keterangan ini jelaslah bahwa buku pada (4) mempunyai makna

hakiki kejamakan. Karena ketunggalannya maka buku pada (3) dapat didahului oleh

penggolong sebuah tanpa ada perubahan arti. Sebaliknya, karena kejamakan maknanya,

kata bukua pada kalimat (4) tidak dapat didahului oleh kata sebuah. Jika penggolong itu

ditambahkan, arti kalimatnya berubah.

Pengertian mengenai ketunggalan, kejamakan, dan kegenerikan di atas

dipengaruhi oleh berbagai factor, termasuk oleh jenis verba yang digunakan dalam

kalimat. Verba suka lebih cenderung bersifat generic, sedangkan membaca tak generic.

Dari uraian diatas dapat kita kemukakan beberapa hal berikut:

1. meskipun pada umumnya pengertian kejamakan dan ketunggalan dinyatakan dalam

wujud yang beerbeda, dalam hubungannya dengan verba tertentu perwujudan itu

tidak dipegang teguh.

2. untuk menyatakan konsep kegenerikan, bentuk reduplikasi tidak dipakai.

3. penggolong yang menyatakan ketunggalan seperti sebuah, seekor dan seorang dalam

konteks tertentu dapat dihilangkan tanpa perbedaan arti. Pada konteks yang lain,

penghilangan penggolong itu merubah arti kalimat.

4. macam verba dalam kalimat mempengaruhi konsep kejamakan, ketungglan dan

kegenerikan.