tatalaksana pencegahan tetanus

Upload: anthysekar

Post on 13-Jul-2015

600 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TATALAKSANA PENCEGAHAN TETANUSPROFILAKSIS TETANUS y Semua pasien yang mempunyai status imunisasi ataupun tidak, harus diberikan: Antibiotik yang adekuat Debridemen luka y Bagi pasien yang pernah diimunisasi: dosis booster dari TT (Tetanus Toksoid) 0,5 mL IM y Bagi pasien yang tidak diketahui riwayat imunisasi: Anti-tetanus human immunoglobulin 500 IU IM (dewasa) atau 250 IU IM (anak-anak usia dibawah 15 tahun) jika lebih dari 24 jam setelah luka. Bila anti-tetanus Immunoglobulin tidak ada atau harga mahal, pilihannya adalah antitetanus serum (ATS), namun syarat penggunaan ATS diperlukan skin test terlebih dahulu. Tetanus Toksoid 0,5 mL IM Tetanus toksoid 0,5 mL diulangi saat 4 minggu kemudian dan 6 bulan kemudian. y Spasme dikendalikan secara farmakologis dengan dosis intermiten diazepam 2-20 mg IV/jam

TATALAKSANA PADA TETANUS-PRONE WOUND y Ciri-ciri luka yang cenderung dapat menyebabkan tetanus (Tetanus-prone Wound) Lama luka > 6 jam Bentuk luka compang camping, avulsi atau aberasi Kedalaman luka > 1 cm Penyebab luka: luka tembak, luka bakar, frostbite, crush injury Adanya tanda infeksi, jaringan avital, iskemik, jaringan terkontaminasi (kotoran, feses, tanah, liur) y Tatalaksana: o Berikan 0,5 mL tetanus toksoid. o Berikan tetanus Ig 500 IU IM (dewasa) atau 250 IU IM (anak-anak < 15 tahun). o Pertimbangkan pemberian antibiotik. o Gunakan jarum yang berbeda pada setiap kali menyuntik.REFERENSI:Alexander RH, Proctor HJ, et al. Ed. Advanced trauma life support. 5th Ed. 1993. American College of Surgeons: Chicago. P.356. Molde et al. Ed. Surgery for victims of war. 3rd Ed. 1998. International Committee of the Red Cross: Geneva. P.55-56.

Disusun oleh DOKTER MAGANG BAGIAN BEDAH P3D UNIVERSITAS PADJAJARAN (3-29 September) Beni H., Anggie N., Shelby Kho, Citra A., Rini W., R. Jayantri. Disusun ulang oleh: 18 Mei 2009 13 Juni 2009 M.Ariff Feni N Cory M.S Menik H M. Fahrureza Disusun ulang oleh: dr. Ade Wijaya (Dokter Internship FKUI/RSUD Soreang Oktober 2010 Oktober 2011)