tata air mikro pengelolan air di lut
DESCRIPTION
TATA AIR MIKROPENGELOLAAN AIR DI LAHAN USAHA TANIDAFTAR ISI1 Kebutuhan air tanaman2 Pengelolaan air dilahan sawah2.1 Retensi air2.2 Drainase dan pencucian tanah2.3 Irigasi pasang surut2.4 Irigasi pompa2.5 Pengelolaan air dan pengendalian hama3 Pengelolaan air untuk palawija4 Pengelolaan air untuk tanaman tahunan (perkebunan)5 Pengelolaan air masa beroPENGELOLAAN TANAMAN DAN AIR DILAHAN SAWAH1 Kebutuhan air tanamanKebutuhan air tanaman umumnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan keseimbangan air sbb :CWR = k * ET + Pengolahan tanah + Perkolasi/pencucianDimana :CWR = kebutuhan air tanamank = faktor tanaman, tergantung jenis dan tahap pertumbuhan tanamanET = referensi evapotranspirasiPengolahan tanah = jmlah air yang dibutuhkan pada awal musim tanam untuk pengolahan tanah, biasanya sekitar 150 mm untuk padi musim hujan dan 50 mm untuk palawijaPerkolasi/pencucian = perkolasi dibawah zona perakaran untuk tanaman padi ditaksir sebesar 3 mm/hari. Bilamana ada keperluan untuk pencucian asam dan racun tanah, the International Rice Research Institute (IRRI) merekomendasikan sebesar 8 mm/hari .Kebutuhan air irigasi netto dapat dihitung dengan rumus berikut :IRRnet = CWR - ReffDimana :IRRnet = kebutuhan air irigasi nettoReff = curah hujan efektifivContoh perhitungan untuk padi jenis unggul dan tanaman palawija diberikan pada Tabel 5.1 , 5.2 . dan 5.3 . Untuk penentuan kebutuhan air total bagi keseluruhan areal, maka penguapan dari tanah yang tidak ditanami juga harus diperhitungkan .TRANSCRIPT
DIKLAT PERENCANAAN JARINGAN REKLAMASI RAWA TINGKAT DASAR
BAHAN AJAR MATERI PELENGKAP MODUL (MPM)
T.Reinhart P.Simandjuntak Ir,Dipl HE,MT
Widyaiswara Utama
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Jalan Sapta Taruna Raya Kompleks PU Pasar Jumat -Jakarta Selatan Telp/Fax 021-75906946
TATA AIR MIKRO
Pengelolaan Air di Tingkat lahan Usaha Tani
ii
TATA AIR MIKRO
PENGELOLAAN AIR DI LAHAN USAHA TANI
DAFTAR ISI
1 Kebutuhan air tanaman
2 Pengelolaan air dilahan sawah
2.1 Retensi air
2.2 Drainase dan pencucian tanah
2.3 Irigasi pasang surut
2.4 Irigasi pompa
2.5 Pengelolaan air dan pengendalian hama
3 Pengelolaan air untuk palawija
4 Pengelolaan air untuk tanaman tahunan (perkebunan)
5 Pengelolaan air masa bero
iii
PENGELOLAAN TANAMAN DAN AIR DILAHAN SAWAH
1 Kebutuhan air tanaman
Kebutuhan air tanaman umumnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
keseimbangan air sbb :
CWR = k * ET + Pengolahan tanah + Perkolasi/pencucian
Dimana :
CWR = kebutuhan air tanaman
k = faktor tanaman, tergantung jenis dan tahap pertumbuhan tanaman
ET = referensi evapotranspirasi
Pengolahan tanah = jmlah air yang dibutuhkan pada awal musim tanam untuk
pengolahan tanah, biasanya sekitar 150 mm untuk padi musim
hujan dan 50 mm untuk palawija
Perkolasi/pencucian = perkolasi dibawah zona perakaran untuk tanaman padi ditaksir
sebesar 3 mm/hari. Bilamana ada keperluan untuk pencucian asam
dan racun tanah, the International Rice Research Institute (IRRI)
merekomendasikan sebesar 8 mm/hari .
Kebutuhan air irigasi netto dapat dihitung dengan rumus berikut :
IRRnet = CWR - Reff
Dimana :
IRRnet = kebutuhan air irigasi netto
Reff = curah hujan efektif
iv
Contoh perhitungan untuk padi jenis unggul dan tanaman palawija diberikan pada Tabel
5.1 , 5.2 . dan 5.3 . Untuk penentuan kebutuhan air total bagi keseluruhan areal, maka
penguapan dari tanah yang tidak ditanami juga harus diperhitungkan .
5
Tabel 5.1 Contoh perhitungan kebutuhan air tanaman padi musim hujan dan tanaman palawija musim kemarau
pada lahan kategori C dan D
A. Padi jenis unggul dan palawija, hujan rata-rata, perkolasi/pencucian utk tan. padi 3 mm/hari dan 2 mm/hari utk palawija
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total
Hujan R mm
Hujan effektif %
Hujan effektif A mm
Evapotranspirasi ET mm
172
100
172
117
183
90
165
117
259
90
233
111
325
90
293
110
233
90
210
111
203
90
183
107
276
90
248
115
270
90
243
116
171
100
171
117
123
100
123
108
103
100
103
117
94
100
94
125
2,412
2,337
1,371
Pola Tanam
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
25
45
50
1.15
67
45
100
1.35
150
90
100
1.35
149
90
50
1.25
69
45
435
315
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
50
75
0.65
56
45
100
0.85
99
60
100
0.95
111
60
50
0.85
46
30
312
245
Kebutuh. Air Tanam. CWR mm
Penguapan tanah mm
Kebutuhan Air Total mm
70
117
187
112
58
170
240
0
240
239
0
239
114
56
170
50
107
157
101
29
130
159
0
159
171
0
171
76
54
130
117
117
125
125
1,332
663
1,994
Selisih mm
Kebutuhan Irigasi IRR mm
Kebutuhan Drainase DRR mm
-15
15
45
-5
5
45
-7
7
90
54
0
144
40
0
85
26
0
76
118
0
164
84
0
144
0
0
60
-7
7
30
-14
14
0
-31
31
0
243
80
883
Padi unggul Palawija
6
B. Padi jenis unggul dan palawija, 20% tahun kering, perkolasi/pencucian utk tan. padi 3 mm/hari dan 2 mm/hari utk palawija
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total
Hujan R mm
Hujan effektif %
Hujan effektif A mm
Evapotranspirasi ET mm
133
100
133
117
145
90
131
117
191
90
172
111
254
90
229
110
226
90
203
111
158
90
142
107
216
90
194
115
202
90
182
116
139
100
139
117
89
100
89
108
98
100
98
117
75
100
75
125
1,926
1,787
1,371
Pola Tanam
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
25
45
50
1.15
67
45
100
1.35
150
90
100
1.35
149
90
50
1.25
69
45
435
315
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
50
75
0.65
56
45
100
0.85
99
60
100
0.95
111
60
50
0.85
46
30
312
245
Kebutuh. Air Tanam. CWR mm
Penguapan tanah mm
Kebutuhan Air Total mm
70
117
187
112
58
170
240
0
240
239
0
239
114
56
170
50
107
157
101
29
130
159
0
159
171
0
171
76
54
130
117
117
125
125
1,332
663
1,994
Selisih mm
Kebutuhan Irigasi IRR mm
Kebuthan Drainase DRR mm
-54
54
45
-39
39
45
-68
68
90
-10
10
90
33
0
79
-15
15
50
64
0
110
23
0
83
-32
32
60
-41
41
30
-19
19
0
-50
50
0
-208
329
681
Padi unggul Palawija
7
Asumsi dan prosedur perhitungan :
R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir
Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)
Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan
Perkolasi untuk mencegah keasaman 8 mm/day
Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L
Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)
Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah
Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total
Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam
8
Tabel 5.2 Contoh perhitungan kebutuhan air tanaman padi, tanahnya beracun, kategori lahan A dan B
A. Padi unggul musim hujan dan kemarau, curah hujan rata-rata, perkolasi / pencucian 8 mm/hari
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total
Hujan R mm
Hujan effektif %
Hujan effektif A mm
Evapotranspirasi ET mm
172
100
172
117
183
90
165
117
259
90
233
111
325
90
293
110
233
90
210
111
203
90
183
107
276
90
248
115
270
90
243
116
171
100
171
117
123
100
123
108
103
100
103
117
94
100
94
125
2,412
2,337
1,371
Pola Tanam
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
100
50
1.15
67
100
120
100
1.35
150
240
100
1.35
149
240
50
1.25
69
120
435
820
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
50
1.15
34
100
120
100
1.35
104
240
100
1.35
149
240
50
1.25
150
120
447
720
Kebutuh. Air Tanam. CWR mm
Penguapan tanah mm
Kebutuhan Air Total mm
100
117
217
287
59
346
390
0
390
389
0
389
189
56
245
282
107
389
395
0
395
389
0
389
193
59
252
0
108
108
117
117
125
125
2,622
747
3,368
Selisih mm
Kebutuhan Irigasi IRR mm
Kebuthan Drainase DRR mm
-45
45
100
-181
181
120
-157
157
240
-96
96
240
-35
35
120
-206
206
120
-147
147
240
-146
146
0
-81
81
120
15
0
15
-14
14
0
-31
31
0
-1,131
1,146
1,555
Padi Unggul Padi Unggul
9
B. Padi unggul musim hujan dan musim kemarau, 20% tahun kering, perkolasi/pencucian 8 mm/hari
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total
Hujan R mm
Hujan effektif %
Hujan effektif A mm
Evapotranspirasi ET mm
133
100
133
117
145
90
131
117
191
90
172
111
254
90
229
110
226
90
203
111
158
90
142
107
216
90
194
115
202
90
182
116
139
100
139
117
89
100
89
108
98
100
98
117
75
100
75
125
1,926
1,787
1,371
Pola Tanam
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
100
50
1.15
67
100
120
100
1.35
150
240
100
1.35
149
240
50
1.25
69
120
435
820
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
50
1.15
62
100
120
100
1.35
155
240
100
1.35
157
240
50
1.25
73
120
447
720
Kebutuh. Air Tanam. CWR mm
Penguapan tanah mm
Kebutuhan Air Total mm
100
117
217
287
59
346
390
0
390
389
0
389
189
56
245
282
107
389
395
0
282
397
0
395
193
59
455
108
108
117
117
125
125
2,622
747
3,368
Selisih mm
Kebutuhan Irigasi IRR mm
Kebutuhan Drainase DRR mm
-84
84
100
-215
215
120
-218
218
240
-160
160
240
-41
41
120
-246
246
0
-87
87
120
-213
213
240
-316
316
240
15
0
15
-14
14
0
-31
31
0
-1,131
1,146
1,555
Asumsi dan prosedur perhitungan :
R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir
Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)
Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan
Perkolasi untuk mencegah keasaman 8 mm/day
Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L
Padi unggul Padi unggul
10
Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)
Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah
Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total
Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam
11
Tabel 5.3 Contoh perhitungan kebutuhan air palawija dilahan kategori C dan D
A Tanaman palawija musim hujan dan kemarau, hujan rata-rata, perkolasi/pencucian 2 mm/hari
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total
Hujan R mm
Hujan effektif %
Hujan effektif A mm
Evapotranspirasi ET mm
172
100
172
117
183
90
165
117
259
90
233
111
325
90
293
110
233
90
210
111
203
90
183
107
276
90
248
115
270
90
243
116
171
100
171
117
123
100
123
108
103
100
103
117
94
100
94
125
2,412
2,337
1,371
Pola Tanam
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
50
75
0.65
56
45
100
0.85
94
60
100
0.95
105
60
50
0.85
47
30
303
245
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
50
75
0.65
56
45
100
0.85
99
60
100
0.95
111
60
50
0.85
46
30
312
245
Kebutuhan Air Tanam.CWR mm
Penguapan tanah mm
Kebutuhan Air Total mm
50
117
167
102
29
131
154
0
154
165
0
165
77
56
133
50
107
157
101
29
130
159
0
159
171
0
171
76
54
130
117
117
125
125
1,105
634
1,738
Selisih mm
Kebutuhan Irigasi IRR mm
Kebutuhan Drainase DRR mm
5
0
55
33
0
78
79
0
139
128
0
188
77
0
107
26
0
76
119
0
164
84
0
144
0
0
60
-7
7
30
-14
14
0
-31
31
0
499
52
1,041
Palawija Palawija
12
B Palawija musim hujan dan musim kemarau,, 20% tahun kering, perkolasi 2 mm/hari
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total
Hujan R mm
Hujan effektif %
Hujan effektif A mm
Evapotranspirasi ET mm
133
100
133
117
145
90
131
117
191
90
172
111
254
90
229
110
226
90
203
111
158
90
142
107
216
90
194
115
202
90
182
116
139
100
139
117
89
100
89
108
98
100
98
117
75
100
75
125
1,926
1,787
1,371
Pola Tanam
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
50
75
0.65
57
45
100
0.85
94
60
100
0.95
105
60
50
0.85
47
30
303
245
Penggunaan Lahan %
Koef. Tanaman Kc -
Penguapan Tanaman Etcmm
Pengolahan tanah LP mm
Perkolasi/pencucian L mm
50
75
0.65
56
45
100
0.85
99
60
100
0.95
111
60
50
0.85
46
30
312
245
Kebutuh. Air Tanam. CWR mm
Penguapan tanah mm
Kebutuhan Air Total mm
50
117
167
102
29
131
154
0
154
165
0
165
77
56
133
50
107
157
101
29
130
159
0
159
171
0
171
76
54
130
117
117
125
125
1,105
634
1,738
Selisih mm
Kebutuhan Irigasi IRR mm
Kebutuhan Drainase DRR mm
-34
34
50
-1
1
45
18
0
78
64
0
124
71
0
101
-15
15
50
65
0
110
23
0
83
-32
32
60
-41
41
30
-19
19
0
-50
50
0
49
192
730
Asumsi dan prosedur perhitungan :
R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir
Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)
Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan
Perkolasi untuk mencegah keasaman 2 mm/day
Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L
Palawija Palawija
13
Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)
Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah
Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total
Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam
14
Karena besarnya kebutuhan air untuk pencucian, akibatnya kebutuhan air untuk tanaman
padi menjadi besar pula dan umumnya tidak bisa dipenuhi dari hujan (periode tahun
kering rata-rata) , terlebih lagi pada musim yang lebih kering lagi . Jika tidak ada
tambahan pasokan air , maka mungkin saja lebih baik bila menanam padi gogo , dengan
begitu tidak perlu menghadapi konsekuensi negatif sebagai dampak dari adanya lapisan
genangan air yang cukup lama diatas permukaan lahan .
2. Pengelolaan air untuk padi sawah
Berikut adalah ragam pengelolaan air yang diterapkan untuk bercocok tanam padi sawah
di lahan rawa pasang surut (lihat Gambar 5.1) :
Retensi air ;
Drainase dan pencucian tanah ;
Irigasi pasang ;
Irigasi pompa .
Gambar 5.1 Pengelolaan air untuk padi
saluran
Lahan sawah a. Retensi air
saluran
Lahan sawah b. drainase/pencucian reguler
Kedalaman genangan 0 - 0.15 m Muka air
Muka air Kedalaman genangan 0.10 - 0.25 m
saluran Lahan sawah
c. Irigasi pasang
Muka air
15
2.1 Retensi air
Umumnya, lapisan genangan air dilahan sawah perlu dipertahankan untuk berbagai
tujuan, antara lain untuk mengatasi gulma tanaman, menciptakan kondisi lingkungan bagi
penyerapan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, dan sebagai cadangan air bilamana terjadi
kekurangan air .Rekomendasi umum mengenai kebutuhan air dan kedalaman genangan air
disawah dapat dilihat pada Gambar 5.2 dan Tabel 5.4 serta Tabel 5.5, masing-masing
untuk musim hujan dan musim kemarau . Pada saat-saat tertentu, taraf muka air disawah
harus berada dibawah muka tanah . Tanpa irigasi, satu-satunya sumber air berasal dari
curah hujan . Retensi air disawah pada lahan rawa pasang surut seringkali sulit dilakukan
karena tingginya permeabilitas tanah dilapisan atas . Akibatnya penjenuhan tanah juga
sulit dilakukan . Variasi mikro relief lahan juga menjadi persoalan tersendiri yang
membuat upaya retensi air diatas lahan sawah relatif sulit dilakukan . Pematang sawah
dari tanah liat seringkali direkomendasikan untuk mengurangi rembesan, akan tetapi untuk
pembuatannya perlu tenaga kerja yang tidak sedikit . Perataan permukaan lahan sangat
penting untuk diusahakan, termasuk oksidasi secara gradual terhadap lapisan bahan
organik dengan dukungan fasilitas drainase yang memadai pada musim kemarau .
Permasalahan lain yang bisa muncul adalah berkembangnya unsur racun didalam tanah
sebagai dampak dari retensi air dengan penggenangan terus menerus tanpa penggantian air
segar (anaerobik) . Jika hal itu masih terjadi, maka akan menghambat proses pembuangan
keasaman akibat oksidasi dari pirit dan bahan organik . Oleh adanya hal-hal semacam ini,
maka retensi air dalam waktu yang cukup panjang bukanlah opsi terbaik, karena itu maka
drainase dan pencucian tetap harus diupayakan .
2.2 Drainase dan pencucian tanah
Drainase diperlukan :
setelah terjadi hujan lebat ;
sebelum dilakukan pemupukan ;
16
bilamana kualitas tanah dan air memburuk ;
selama pengolahan tanah dan masa panen .
Untuk mencegah terbentuknya bahan beracun dalam tanah dengan kandungan bahan
organik yang tinggi, drainase sama pentingnya dengan retensi air . Harus dicegah drainase
yang terlampau dalam . Hal itu memang tidak selalu mengakibatkan kekurangan air bagi
tanaman, namun diareal tertentu bisa menimbulkan resiko terjadinya oksidasi pirit
dibawah permukaan tanah . Dengan demikian, muka air disaluran kuarter harus dijaga
pada taraf tetentu dibawah permukaan tanah .
Selama musim kemarau, seringkali tidak bisa dicegah terjadinya penurunan muka air
tanah dibawah lapisan pirit yang teratas sehingga akan timbul keasaman karena
teroksidasinya bahan pirit . Keasaman ini harus dibilas sesering mungkin dari lapisan
tanah dengan air hujan pada awal-awal musim penghujan .
17
kedalaman genangan
Gambar 5.2 Kedalaman genangan untuk tanaman padi .
Tabel 5.4 Pengelolaan air untuk tanaman padi musim hujan
Bulan
var
0
10 -15
ure
a
pen
cuci
an
ure
a
pertumbuhan
tunas
tinggi
tanaman
pembibitan
pengolahan tanah
5 - 10
3 - 5
0 - 3
Mar Okt
(Padi umur 140 hari)
Nov Des Jan Feb
Lapisan genangan
air disawah
tahap
pertumbuhan
umur tanaman (hari)
Padi unggul (rekomendsi)
Padi uggul
Padi lokal
vegetatif
reproduktif
pemasakan
0 – 25
0 – 20
0 – 25
25 – 75
20 – 60
25 – 95
75 – 105
60 – 90
95 – 130
105 – 140
90 – 120
130 – 165
pen
cuci
an
pen
cuci
an
TS
P+
KC
L
penyemaian
18
Pertumbuhan
Tanaman Pengelolaan air disawah Tersier
Sekunder
Pengolahan tanah
Pembibitan
Pertumbuhan
vegetatif
Pertumbuhan
reproduktif
Tahap pematangan
Pembajakan: tanah dibawah kapasitas
jenuh lapang
Penjenuhan : genangan 0 – 5 cm
Perataan : genangan 5 cm
Tanah jenuh air / tidak ada penggenangan
genangan 5 – 10 cm, pergantian air,
keluarkan air pada waktu pemupukan
genangan 5 – 10 cm, pergantian air,
keluarkan air pada waktu pemupukan
Tanah dalam kondisi jenuh lapang
Jika perlu,3 atau 4 hari sebelum pasang
purnama, turunkan muka air disal. tersier
sebanyak mungkin
Areal A dan B: semua pintu geser, dibuka
Areal C dan D: semua pintu geser ditutup,
kecuali jika terjadi pengasaman, pintu harus
dibuka
Pertahankan muka air < 20 cm dibawah
muka tanah
normal:
– areal A dan B: pertahankan muka air 10
– 20 cm dibawah muka tanah
– areal C dan D pertahankan muka air 10
cm dibawah muka tanah
hujan ekstrim: muka air serendah mungkin
normal:
– areal A dan B: pertahankan muka air, 10
– 20 cm dibawah muka tanah
– areal C dan D pertahankan muka air, 10
cm dibawah muka tanah
Kecuali waktu pergantian air, pertahankan
muka air < 40 cmdibawah muka tanah, maks.
selama 3 hari
Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin
Pertahankan muka air < 40cm dibawah muka
tanah
Setiap 3 atau 4 hari sebelum pasang purnama
turunkan muka air di sal. sekunder sebanyak
mungkin
Areal A and B: klep dan pintu geser dibuka
Areal C and D: pintu geser ditutup, kecuali jika terjadi
pengasaman, pintu harus dibuka.
Pertahankan muka air < 50 – 60 cmdibawah muka
tanah
normal:
– pertahankan muka air < 50 - 60 cm dibawah muka
tanah
hujan ekstrim: turunkan muka air serendah mungkin
normal:
– pertahankan muka air < 50 - 60 cmdibawah muka
tanah
hujan ekstrim: muka air serendah mungkin
Pertahankan muka air < 50 - 60 cmdibawahmuka
tanah
Tabel 5.5 Pengelolaan air untuk tanaman padi musim kemarau
19
Pertumbuhan
Tanaman Pengelolaan air disawah Tersier Sekunder
Pengolahan tanah
Pembibitan
Pertumbuhan
vegetatif
Pertumbuhan
reproduktif
Tahap pematangan
tanah kering : prosedur sama seperti
musim hujan
tanah basah: hanya perlu penjenuhan
dan perataan
Tanah jenuh air/ tidak perlu genangan
Genangan 5 – 10 cm, pergantian air,
pembuangan air pada waktu pemupukan
Genangan 5 – 10 cm, pergantian air,
pembuangan air pada waktu pemupukan
tanah
Catatan :
hanya utk area A+B paling lambat
dimulai bulan Maret ;
Untuk area C+Ddianjurkan bertanam
palawija (lihat Tabel 5.6)
Untuk area A & B semua pintu geser dibuka
Utk area B, pompa mungkin diperlukan
Dalam hal itu, muka air dipertahankan
setinggi mungkin
– Areal A: pertahankan muka air 10 – 20
cm dibawah muka tanah
– Areal B pertahankan muka air 10 cm-
dibawah muka tanah
– Areal A: pertahankan muka air 10 – 20
cm dibawah muka tanah
– Areal B: pertahankan muka air 10 cm
dibawah muka tanah
Pertahankan muka air 10 cmdibawah muka
tanah
Pertahankan muka air < 40 cm dibawah muka
tanah
Catatan :
hanya utk area A+B paling lambat dimulai
bulan Maret ;
untuk area C+D dianjurkan bertanam palawija
(lihat Tabel 5.6)
Setiap 3 atau 4 hari sebelum pasang purnama
turunkan muka air disekunder serendah
mungkin
Pintu geser dibuka
– Areal A: pertahankan muka air < 50 - 60 cm
dibawah muka tanah
– Areal B pertahankan muka air < 50 - 60 cm
dibawah muka tanah
– Areal A: pertahankan muka air < 50 - 60 cm
dibawah muka tanah
– Areal B: pertahankan muka air < 50 - 60 cm
dibawah muka tanah
Pertahankan muka air 50 – 60 cm dibawah muka
tanah
Pertahankan muka air 50 – 60 cm dibawah muka
tanah
20
2.3 Irigasi pasang surut
Bilamana kualitas airnya layak dan irigasi pasang surut memang memungkinkan, maka
hal semacam ini tidak saja menjamin kecukupan air untuk tanaman padi, akan tetapi
juga akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas tanah . Air tergenang yang
bertahan lama harus dicegah, dan unsur racun yang sudah ada dan terbentuk selama
masa bero (tidak ada kegiatan pertanaman) harus bisa dibilas dari tanah pada periode-
periode air surut . Bilamana memungkinkan, oksidasi pirit harus bisa dicegah .
Kelebihan lain bilamana irigasi pasang surut memang memungkinkan adalah
dimungkinkannya menanam padi jenis unggul sebagai pengganti padi jenis lokal, dan
pertanaman bisa dimulai lebih awal. Dengan begitu, sangat terbuka peluang bertanam
padi dua kali setahun .
Karena kebanyakan tanah didaerah rawa pasang surut angka permeabilitasnya tinggi,
maka kehilangan air akibat perkolasi juga besar . Dengan pasokan air yang hanya
berlangsung beberapa jam saja perharinya, maka volume air dalam jumlah besar harus
bisa dialirkan ke lahan sawah dalam waktu yang singkat . Untuk itu maka saluran
haruslah terpelihara agar kondisinya tetap baik . Saluran cacingan berukuran dangkal
di lahan sawah dapat membantu agar air pasang mengalir masuk ke sawah dengan
cepat .
2.4 Irigasi pompa
Bilamana peluang irigasi pasang surut tidak ada, akan tetapi air disaluran kualitasnya
cukup baik, maka irigasi pompa bisa membantu untuk mengatasi kekurangan air disaat
kemarau . Volume air yang perlu dipompa biasanya jauh lebih sedikit dibandingkan
jumlah air yang masuk atau keluar pada saat pasang surut . Dengan kondisi ini, dan
karena para petani cenderung menghemat biaya pompa yaitu dengan cara menyimpan
air disawah sebanyak mungkin, maka akan muncul resiko negatif yang hampir sama
dengan kondisi genangan air yang ”stagnant” (dibiarkan menggenang lama) eperti
yang sudah dibahas sebelumnya menyangkut retensi air .
21
Sekali lagi, tergantung kondisi air dan tanah setempat, maka bercocok tanam padi
dilahan sawah rawa pasang surut merupakan suatu pilihan yang benar-benar harus
penuh pertimbangan . Apakah pilihannya bertanam padi sawah yang membutuhkan
jumlah air yang besar, ataukah bertanam palawija , dimana keasaman bisa
dikendalikan melalui pencucian dan drainase dangkal .
2.5 Pengelolaan air untuk pengendalian hama tanaman .
Pengaturan muka air disawah bisa membantu untuk mengendalikan hama pengganggu
tanaman . Serangga hitam menyukai habitat dalam kondisi lembab, sedangkan orong-
orong menyukai keadaan yang kering . Penggenangan atau drainase lahan akan
mampu memberantas hama pengganggu tanaman atau mengusir mereka berpindah
ketempat lain .
3. Pengelolaan air dilahan usaha tani untuk tanaman palawija .
Fokus utama dari pengelolaan air dilahan usaha tani untuk tanaman palawija adalah
menyangkut drainase dan mengendalikan kestabilan muka air tanah . Saluran kuarter
yang berada diantara saluran tersier mungkin saja diperlukan dengan jarak antaranya
tidak lebih dari 100 meter . Rekomendasi umum mengenai kebutuhan air bagi tanaman
palawija disajikan dalam Tabel 5.6 masing-masing untuk musim hujan dan musim
kemarau .
Dibeberapa areal tertentu, tanaman palawija dilakukan setelah pertanaman padi musim
hujan, yaitu ketika muka air tanah masih cukup tinggi, dan tanaman tumbuh diatas
guludan agar draimase perakarannya terjamin, dan bisa dengan cepat membuang air
hujan yang berlebih melalui parit yang berada diantara guludan . Untuk makin
menyempurnakan kondisi drainase,pertanaman palawija juga bisa diusahakan dengan
sistem surjan .
22
Sistem sorjan
Konstruksi sistem sorjan terdiri dari bagian-bagian yang direndahkan elevasinya, dan
bagian-bagian lainnya ditinggikan . Dibagian yang rendah, peluang irigasi pasang
surut menjadi lebih besar . Sedangkan bagian yang ditinggikan, drainasenya lebih baik,
sehingga bisa dimanfaatkan untuk tanaman palawija atau tanaman keras . Bagian yang
rendah biasanya lebarnya 4 sampai 10 meter, sedangkan bagian yang ditinggikan
lebarnya 2 sampai 4 meter dengan ketinggian 0.40.m sampai 0.80 m . Teknik sorjan ini
memberi peluang diversifikasi tanaman , karena pada saat bersamaan para petani bisa
bercocok tanam padi dan non padi sekaligus .
Jika bagian yang rendah benar-benar bisa mendapatkan irigasi pasang surut (kategori
A), produksi tanaman bisa meningkat . Akan tetapi, sistem sorjan memiliki berbagai
kelemahan, dan jika tidak mungkin diluapi pasang surut secara teratur, maka sistem ini
sebaiknya tidak dianjurkan untuk diterapkan :
air dibagian yang rendah akan mengalami stagnasi (drainabilitasnya buruk,
limpasan air dari bagian guludan, lapisan pirit bisa saja tersingkap) ;
muka air tanah dibagian guludan tetap saja relatif terlalu tinggi bagi tanaman
keras yang tumbuh dibagian guludan ;
konstruksi surjan memerlukan input tenaga kerja yang cukup banyak (600 – 800
mandays per-ha) ;
bagian yang rendah tidak bisa dimanfaatkan selain untuk tanaman padi, karena itu
perubahan penggunaan lahan akan menjadi sulit dilakukan ;
mekanisasi relatif sulit diaplikasikan .
Jika yang akan diairi dengan irigasi pasang surut cukup luas arealnya, efek peredaman
terhadap pasang semakin membesar . Karenanya, areal yang berpeluang mendapatkan
luapan air pasang adalah yang berdekatan dengan sungai atau saluran .
23
Tabel 5.6 Pengelolaan air untuk palawija, musim hujan dan musim kemarau
Musim Pengelolaan air disawah Tersier Sekunder
Musim hujan
Catatanhanya di areal dan D dengan
drainase dangkal dan intensif (lebar
dasar 20 - 30 cm, dalam 25 - 50 cm, jarak
8- 10 m)
Muka air tanah 40 – 60 cm dibawah muka
tanah
Normal: 60 – 80 cm dibawah muka tanah
Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin
Normal: 80 – 100 cm dibawah muka tanah
Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin
Musim kemarau
April, Mei dan Juni Catatan : Hanya di areal C dan D
Muka air tanah 40 – 50 cm dibawah muka
tanah
Pengecualian untuk lapisan sulfat masam
yang lebih tinggi, maka muka air tanah >
10 cm dibawah lapisan tsb, termasuk perlu
drainase intensif
Normal: 30 – 40 cm dibawah muka tanah
Periode hujan ekstrims: setinggi mungkin
Normal: 60 – 80 cm dibawah muka tanah
Periode hujan ekstrims: setinggi mungkin
24
4. Pengelolaan air untuk tanaman keras
Fokus dari pengelolaan air untuk tanaman keras adalah menyangkut drainase dan
mempertahankan kestabilan muka air tanah . Pada dasarnya, ketentuan yang sama
untuk palawija sebagaimana termuat pada tabel 5.6 juga berlaku untuk tanaman keras .
Namun demikian, kedalaman muka air tanah yang lebih cocok untuk tanaman keras
adalah 0.60 m sampai 0.80 m dari muka tanah . Saluran kuarter diantara saluran tersier
sangat penting, jarak satu sama lain berkisar antara 25 m sampai 50 m . Jika terdapat
lapisan pirit, maka kedalaman drainase perlu dibatasi untuk mencegah oksidasi pirit
tersebut . Pada areal dimana muka air tanahnya tidak bisa diturunkanlebih rendah lagi,
maka tanaman sebaiknya ditanam dibagian tanah yang ditinggikan (guludan) .
Selama masa-masa awal, ketika kanopi pohon belum sepenuhnya berkembang,
tanaman sela bisa saja dibudidayakan . Jika tanaman selanya berupa tanaman padi,
tanaman kerasnya harus tumbuh diatas bagian yang ditinggikan, sekitar 0.50 m
tingginya . Tanaman kelapa bisa diselingi dengan tanaman tahunan semacam kopi,
buah-buahan, dlsb .
5. Pengelolaan air dimasa bero (tidak ada pertanaman)
Selama tidak ada kegiatan pertanaman, maka jika diperlukan, pembilasan bahan racun
dari dalam tanah bisa dilakukan dengan drainase dalam, diikuti dengan pencucian
dengan air hujan dan jika memungkinkan dengan air pasang . Masa bero biasanya
terjadi dimusim kemarau . Pada awal musim hujan berikutnya, pencucian dengan air
hujan pada awal musim hujan bisa saja sangat diperlukan . Hal tersebut secara
berangsur akan mengakibatkan lapisan pirit makin dalam letaknya . Hingga akhirnya
kesesuaiannya sebagai lahan pertanian akan semakin meningkat dalam jangka panjang .
Drainase juga akan menstimulir pematangan tanah secara gradual dan juga oksidasi
bahan organik . Hal ini akan mengakibatkan pengolahan tanah semakin baik hasilnya
melalui penjenuhan, namun penjenuhan efeknya kecil terhadap tanah yang belum
25
matang dengan kandungan bahan organik tinggi . Drainase juga akan meningkatkan
daya dukung tanah .