tang ampere meter

Upload: ditha08

Post on 06-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Tang Ampere Meter

    1/6

    DIGITAL CLAMP AMPERE METER

    Hany Ferdinando Handry Khoswanto Rudyanto Sarmiento

    Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya, email: {hanyf,handry}@petra.ac.id

    Abstract: Pengukuran besarnya arus yang melewati sebuah kabel merupakan salah satu cara orang melakukan perawatan

    berkala. Tetapi pengukuran arus secara konvensional mengharuskan seseorang memotong kabel yang akan diukur arusnya,

    sedangkan hal ini tidak dapat dilakukan pada semua sistem. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah menggunakan

    clamp meter. Caranya adalah memasukkan kabel yang akan diukur arusnya ke dalam sebuah kumparan. Hasil akhir yangdiharapkan adalah besarnya arus yang melewati kabel itu. Pengukuran dengan metode ini menggunakan prinsip hukum

    Faraday tentang perubahan fluks magnetik pada kumparan dan tegangan induksi yang ditimbulkan, oleh karena itu dicoba

    untuk membuat sendiri ampere meter tipe ini. Sistem dibuat dengan menggunakan clamp bekas dan dirancang untuk mudahdibawa. Nilai arus ditampilkan ke 7-segment 3 digit yang merupakan keluaran dari ICL7107. Arus yang diukur dibatasi

    untuk AC saja, dengan range 1mA 1,999A. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat yang dibuat termasuk dalam kelas 1,5

    dengan error 2,22%

    Keywords: Ampere meter, clamp, Faraday Law, ICL7107

    Pengukuran arus merupakan salah satu

    prosedur yang dilakukan pada perawatan berkala

    suatu alat. Pengukuran secara konvensional

    mengharuskan seseorang memotong kabel yang akandiukur arusnya. Tetapi hal ini tidak dapat dilakukan

    pada semua sistem, misalnya pada sebuah sistem yang

    harus berjalan 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

    Pemotongan kabel harus dilakukan pada saat sistem

    dimatikan. Sekarang pengukuran dengan metode lama

    itu sudah mulai digantikan dengan sistem clamp.

    Sistem clamp menggunakan prinsip hukum

    Faraday yang mengatakan bahwa perubahan fluks

    magnet dalam sebuah kumparan akan menimbulkan

    arus yang akan mengalir pada kumparan itu. Pada

    tahap awal dipergunakan kumparan yang dibuat

    sendiri, tetapi karena hasilnya kurang memuaskan,

    dipergunakan kumparan dari clamp bekas.

    Sistem dibatasi untuk mengukur arus ACdengan range 1mA sampai dengan 1,999A. Ampere

    meter ini harus mudah dibawa (portable), sehingga

    sumber tegangannya dari batery. Hasil pengukuran

    ditampilkan ke 3 7-segment yang merupakan

    keluaran dari ICL7107 (Internsil, 2005).

    METODESecara umum, Faraday mengatakan bahwa

    perubahan fluks magnet dalam sebuah kumparan akan

    menimbulkan arus yang mengalir pada kumparan

    (Cutnell, 2001). Apabila jumlah lilitan semakin besar,

    maka semakin besar pula tegangan yang dapat diukur

    di kedua ujung kumparan itu. Tegangan yang terukur

    di kumparan itu biasanya dalam orde mili volt.Arus AC yang mengalir pada sebuah kabel

    akan memberikan perubahan fluks, sehingga besarnya

    arus tersebut dapat diukur dengan menggunakan

    sistem clamp.

    ICL 7107 adalah sebuah ADC yang

    keluarannya dapat langsung ditampilkan ke 3 7-

    segment. IC ini menerima input tegangan maksimal

    2V. Penggunaan komponen yang minimal membuat

    pengguna dapat secara langsung merangkainya

    dengan mudah.

    Gambar 1 menunjukkan blok diagram dari

    sistem yang dibuat. Induktor merupakan clamp yang

    menerima input berdasarkan hukum Faraday.

    Tegangan yang diukur perlu dimasukkan ke dalamsebuah rangkain buffer karena masalah impedansi

    yang tepat. Hal ini bertujuan untuk menghindari drop

    tegangan pada sistem. Karena tegangan yang

    dihasilkan kecil, maka perlu dikuatkan oleh sebuah

    amplifier. Tegangan yang dihasilkan sampai tahap ini

    masih berupa AC, padahal ICL 7107 hanya menerima

    sinyal DC. Dengan adanya kondisi ini, diperlukan

    sebuah penyearah. Penyearah yang dipakai harus

    menggunakan precision rectifier karena apabila

    menggunakan diode saja akan terdapat tegangan yang

    hilang. Selain itu sinyal yang terukur juga termasuk

    kecil.

    Gambar 1. Blok diagram sistem

    Sebagai tahap awal, dibuatlah kumparan

    yang akan difungsikan sebagai clamp. Kawat tembaga

    yang dipergunakan berdiameter 0,2mm dengan

    jumlah lilitan yang bervariasi. Diameter kawat ini

    dipilih sesuai dengan diameter kawat yang dipakai

    dalam clamp bekas.

  • 8/2/2019 Tang Ampere Meter

    2/6

    Tabel 1. Hasil percobaaan awal clamp buatan sendiri dibandingkan dengan clamp bekas

    Gambar 2. Grafik dari tabel 1.

    Hasil pengujian awal tidak didapat hasil yang

    memuaskan. Tegangan yang terbaca kecil sekali atau

    tidak stabil. Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran

    dari clamp yang dibuat sendiri dibandingkan dengan

    clamp bekas. Gambar 2 menunjukkan perbandingan

    clamp buatan sendiri dengan bekas. Dari hasil

    percobaan awal yang tidak memuaskan ini, maka

    diputuskan untuk menggunakan clamp bekas.

    Dari gambar 2 telihat bahwa respon clamp

    buatan pabrik (bekas) lebih baik. Tegangan yang

    dihasilkan oleh clamp bekas lebih besar sehingga

    membuat pengolahan sinyal menjadi lebih mudah.

    Pada percobaan selanjutnya, penambahan jumlah

    lilitan kawat memang dapat memberikan hasil

    tegangan yang hampir sama, tetapi hal ini membuat

    clamp menjadi tidak efisien untuk dipergunakan.

    Tegangan dari clamp tidak dapat digunakan

    langsung karena akan terjadi drop tegangan. Oleh

    karena itu diperlukan sebuah rangkaian buffer. Buffer

    dibuat dari sebuah operational amplifier LM741

    (National, 2005). Keluaran rangkaian buffer ini sama

    besarnya dengan keluaran dari clamp dan ini masih

    terlalu kecil untuk diolah lebih lanjut.

    Sebagai tahap berikutnya, sinyal ini

    dimasukkan ke dalam rangkaian amplifier untuk

    memperbesar level tegangan. Sinyal yang diterima ini

    masih berupa sinyal AC. Gambar 3 menunjukkan

    rangkaian amplifier yang dipergunakan (Coughlin,

    1985). Amplifier ini menggunakan gain = 7. Hal ini

    akan dijelaskan kemudian.

    Gambar 3. Rangkaian inverting amplifier

    Sinyal AC tidak dapat dipergunakan

    langsung oleh ICL 7107, sehingga harus diubah

    dahulu menjadi sinyal DC. Untuk hal ini diperlukan

    rangkaian penyearah, tetapi penyearah biasa tidak bisa

    menyelesaikan masalah ini karena akan terjadi drop

    tegangan pada diode. Oleh karena itu dipergunakan

    rangkaian precision recitifier dengan menggunakan

    operational amplifier. Gambar 4 menunjukkan

    rangkaian precision rectifier yang dipergunakan.

    Sebagai bagian akhir dipergunakan ADC

    yang memiliki keluaran berupa 3 7-segment, yaitu

    ICL 7107. IC ini dapat menerima input maksimal 2V,

    oleh karena itu gain inverting amplifier diatur agar

    sesuai dengan kebutuhan ICL 7107.

  • 8/2/2019 Tang Ampere Meter

    3/6

    Gambar 4. Precision rectifier

    Tabel 2. Hasil pengukuran di setiap titik

    Gambar 5. Cara pengujian sistem

    HASIL DAN PEMBAHASANPercobaan dilakukan dengan menggunakan

    tegangan jala-jala yang diberi beban lampu yang

    bervariasi sehingga arus yang mengalir pada kabel

    juga bervariasi. Gambar 5 menunjukkan bagaimana

    pengukuran dilakukan. Sebagai referensi

    dipergunakan Fluke 73 karena memiliki tingkat

    kepresisian yang tinggi (5 digit seven-segment).

  • 8/2/2019 Tang Ampere Meter

    4/6

    Fluke 73 memiliki kemampuan pengukuran yang

    tinggi karena mampu melakukan pengukuran dengan

    4-wire (untuk hambatan kecil)

    Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian secara

    keseluruhan pada setiap output. Untuk mendapat

    gambaran yang lebih jelas terhadap pengujian ini,

    dilakukan uji regresi terhadap keluaran setiap titikterhadap masukan yang ada.

    Gambar 6 menunjukkan hasil regresi antara

    hasil pengukuran Fluke 73 dengan keluaran clamp.

    Telihat bahwa terdapat hubungan yang linier di antara

    keduanya. Koefisien linieritas yang didapat juga

    mendekati 1 (0.997)

    Gambar 6. Regresi linier antara pengukuran Fluke 73

    dengan keluaran clamp

    Hasil regresi linier antara pengukuran Fluke

    73 dengan keluaran inverting amplifier ditunjukkan

    pada gambar 7. Fungsi pendekatan yang dihasilkan

    juga memiliki error yang kecil, terlihat bahwa nilai r =

    0.998. Nilai yang mendekati 1 ini menunjukkan

    bahwa error pendekatan fungsi terhadap titik yang

    sebenarnya kecil, berarti fungsi pendekatan itu dapat

    dipergunakan.

    Gambar 7. Regresi linier antara pengukuran Fluke 73

    dengan keluaran inverting amplifier

    Gambar 8 menunjukkan hasil regresi linier

    antara pengukuran Fluke 73 dengan keluaran rectifier.

    Hal ini perlu dilakukan untuk melihat apakah sinyal

    DC keluaran rectifier masih berkorelasi dengan arus

    yang diukur.

    Gambar 8. Regresi linier antar pengukuran Fluke 73 dengan

    keluaran rectifier

    Gambar 9 menunjukkan hsail regresi linier

    pengukuran Fluke 73 terhadap pembacaan 3 7-

    segment dari ICL 7107. Karena keluaran dari rectifier

    memberikan korelasi yang bagus, maka hal ini juga

    didapatkan untuk ICL 7107.

    Gambar 9. Regresi linier pengukuran Fluke 73 dan

    pembacaan display ICL 7107.

    Sebagai tahap akhir pengujian, diperlukan

    informasi kesalahan dari sistem yang dibuat. Tabel 3

    menunjukkan hasil pengujian ini. Pengujian dilakukan

    seperti pada pengujian sebelumnya (lihat gambar 5).

  • 8/2/2019 Tang Ampere Meter

    5/6

    Tabel 3. Hasil pengukuran error sistem

    Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa error rata-

    rata sistem adalah 0,022615. Setiap jenis alat ukur

    memiliki class yang dapat dihitung berdasarkan

    (Tumbelaka, 1992), yaitu nilai erro rata-rata ini dibagi

    dengan full scale pengukuran alat ukur itu dan

    dikalikan 100. Dari hasil perhitungan didapatkan

    bahwa alat ukur yang dibuat ini memiliki class 1,5. Ini

    berarti alat ukur ini dapat dipergunakan di

    laboratorium untuk pengukuran yang tidakmemerlukan ketelitian yang tinggi.

    Gambar 10. Foto alat ukur

    SIMPULAN

    Pembuatan clamp pada sistem ini harusmemperhatikan jenis kawat yang dipergunakan

    Pengujian pada setiap titik menunjukkan bahwaada hubungan yang linier antara arus yang diukur

    dengan keluarn pada setiap titik. Bahkan pada

    saat sinyal dimasukkan ke rectifier, hubungan ini

    masih linier.

    Penggunaan ADC dengan output 7-segmentsangat mempermudah karena ini berarti tidak

    diperlukan sebuah microcontroller untuk

    membaca dan menampilkan outputnya

    Alat ukur ini memiliki class 1,5 yang artinyadapat dipergunakan di laboratorium untuk

    pengukuran yang tidak terlalu tinggi ketelitiannya

    Dalam pengukuran, harus diperhatikan posisikabel yang harus berada di tengah-tengah clamp.

    Posisi kabel yang tidak berada di tengah clamp

    akan berakibat nilai yang terbaca akan berubah-

    ubah. Hal ini dikarenakan perubahan fluks yang

    masuk pada kumparan berubah-ubah.

    Fitur dari sistem yang telah dibuat:o Display 7-segment, tidak memerlukan

    backlite untuk aplikasi malam hari

    o Kelas alat ukur ini adalah 1,5 (dapatdipergunakan untuk keperluan sehari-hari

    dan portable)

    o Untuk mendapatkan range yang lebih besar,pengguna tinggal mengatur nilai tahanan Rf

    pada amplifier (lihat gambar 3).

    o Sistem diubat dengan menggunakankomponen yang mudah didapat di pasaran

    sehingga dapat dibuat dengan mudah

  • 8/2/2019 Tang Ampere Meter

    6/6

    DAFTAR RUJUKANCutnell, J. D. dan Kenneth W Johnson. 2001. Physics

    5th

    ed. New York

    Coughlin, R. F. & Frederick F. Driscoll. 1985.

    Penguat Operasional Dan Rangkaian Terpadu

    Linier. (Herman Widodo Soemitro, Trans).

    Jakarta: Erlangga.Intersil. 1998 ICL7107 Datashee.. Diakses 10 Agustus

    2005.

    http://www.datasheet4u.com/html/I/C/L/ICL71

    07_IntersilCorporation.pdf.html>

    National Semiconductor. 2005. LM741 Datasheet.

    Diakses 10 Agustus 2005.

    Tumbelaka, H. H. 1992. Pengukuran Listrik. Diktat

    Kuliah. Universitas Kristen Petra, Surabaya