tahun 2014 di media masa nasional dokumentasi pemikiran...
TRANSCRIPT
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/274380574
Dokumentasi Pemikiran Suhana tentang Pembangunan Kelautan Indonesia
Tahun 2014 di Media Masa Nasional
Article · January 2015
CITATIONS
0READS
531
1 author:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Ekonomi Kelautan View project
Suhana Nana
Bogor Agricultural University
17 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Suhana Nana on 02 April 2015.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
2 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
DAFTAR ISI
BAGIAN SATU : UU DAN EKONOMI
KELAUTAN
(1) Kedua Capres Belum Menjawab
Masalah Perikanan. Hukumonline.com,
Jumat, 20 Juni 2014
(2) RUU Kelautan Perlu Dibenahi.
KOMPAS, Senin, 15 September 2014
(3) Jangan Sampai Maritim Sekadar
Slogan. Geotimes.co.id, 22/10/2014
(4) KKP Jamin Pemenuhan Ketahanan
Gizi Dari Perikanan. Bisnis Indonesia,
Senin, 25 Agustus 2014
(5) Impor Ikan Seharusnya Tak Dilarang.
Jurnal Asia. Senin, 25 Agustus 2014
(6) Proyek Kapal Diaudit – Kompas, 18
November 2014
(7) Kadin : 2019 Produksi Ikan 38,2 Juta
Ton. Bisnis Indonesia, Sabtu,
23/08/2014
(8) Nilai Impor Perikanan Ilegal Meningkat.
Kompas, Jumat, 03 Oktober 2014
3 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
(9) Ekonomi Perikanan dan Kesejahteraan
Nelayan. SINAR HARAPAN, 26 Mei
2014
(10) Negara Absen di Perbatasan,
Ancaman Kedaulatan NKRI. August
28, 2014
(11) Mengutuhkan Pembangunan Maritim.
Sinar Harapan, 26 September 2014
(12) Pembudi Daya Ikan Perlu Genjot
Produk Olahan – Bisnis indonesia. 26
November 2014
(13) Indonesia Kekurangan "Cold Storage".
23 Agustus 2014
(14) Terapkan Tol Laut, Ekonom: Perkuat
PT PAL Jangan Impor Kapal Tiongkok.
Nicha Muslimawati - Selasa, 09-12-
2014
(15) Operasional Drone Mahal, KKP Pilih
Program Indeso Berantas IUU Fishing.
Irene Agustine. Bisnis Indonesia,
Selasa, 12 Agustus 2014
(16) ikan seharga mobil Mercy.
Merdeka.com , Aug 23, 2014
(17) Berhak Tangkap Ikan Seharga Rp 1
Miliar/Ekor, Jatah RI Paling Sedikit.
NEFOSNEWS. 23 Agustus 2014
4 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
BAGIAN DUA : MENOLAK
PENGGABUNGAN KKP DENGAN
KEMENTAN
(1) Langkah Mundur, Rencana Jokowi
Gabungkan Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Jurnal Nasional, Jum'at, 22
Agustus 2014
(2) Baru Wacana, Sudah Ramai Orang
Kritik Konsep Ini. Penggabungan
Kementerian Kelautan & Pertanian.
Harian Rakyat Merdeka, Senin, 25
Agustus 2014 (3) LSM Tolak Penggabungan
Kementerian Pertanian Dengan KKP.
Minggu, 24 Agustus 2014
(4) Soal Kelautan dan Perikanan, Jokowi
Alami Kemunduran. Minggu, 24
Agustus 2014
BAGIAN TIGA : JOKOWI DAN POROS
MARITIM
(1) Jalur Transportasi Udara Bisnis
Kelautan Perlu Ditingkatkan.
www.beritasatu.com. Selasa, 04
November 2014 | 18:52
(2) Transportasi Antarpulau Perlu
Dihidupkan Kembali.
5 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Satuharapan.com. Senin, 01
September 2014;
(3) Ini Tugas Pertama Menko
Kemaritiman. Geotime. 27/10/2014
(4) Dorong Perikanan, Wilayah Timur
Harus Punya Pembangkit. Republika,
Selasa, 04 November 2014
(5) Target Produksi Ikan 38,2 juta ton pada
2019. thepresidentpostindonesia.com.
August 23, 2014;
(6) Produksi Ikan Bisa Meningkat, Banyak
Infrastruktur Sektor Perikanan Masih
Belum Memadai. Kompas, Senin, 08
Desember 2014
(7) Banyak Infrastruktur Sektor Perikanan
Masih Belum Memadai. Kompas,
Selasa, 09 Desember 2014
BAGIAN EMPAT : PRODSPEK BISNIS IKAN
HIAS DAN RUMPUT LAUT
(1) BISNIS IKAN HIAS: Indonesia Bisa
Jadi Eksportir Terbesar Dunia. Bisnis
Indonesia, 17 Mei 2014-12-21
6 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
(2) Jualan ikan hias, Indonesia libas
Singapura. Merdeka.com, Senin, 22
September 2014
(3) Ekpor Ikan Hias Melonjak siknifikan.
Indopost, Rabu, 5 November 2014 (4) Meraup Untung dari Bisnis Ikan Hias
Koran SINDO, Senin, 22 Desember
2014
(5) KKP Gandeng Asing Kembangkan
Olahan Rumput Laut. Ivestor Daily
(6) Rumput Laut Indonesia Berdaya Saing
Tinggi. Jurnal Asia, Rabu, 10
September 2014
(7) 2015, Prospek Bisnis Ikan Hias Cerah.
Rabu, 05 November 2014
(8) Mantap, Ikan Hias Indonesia 3 Besar
Dunia. Harian Nasional, Senin, 22
September 2014
(9) Ekstrak Rumput Laut Terhambat
Payung Hukum. Jumat, 21 November
2014
(10) Indonesia Kejar Jadi Eksportir
Terbesar. Neraca, Rabu, 16/07/2014 (11) KKP Genjot Bisnis Ikan Hias Lewat
Pelatihan. Selasa, 04 November 2014
7 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
BAGIAN LIMA : MEMBANGUN LAUT,
MEMBANGUN MANUSIA
(1) SDM Jadi Kunci Pengembangan Poros
Maritim. Neraca, Senin, 01/09/2014
(2) Membangun Laut, Membangun
Sumber Daya Manusia. SINAR
HARAPAN, 09 Agustus 2014
8 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
BAGIAN SATU : UU DAN EKONOMI
KELAUTAN
9 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Kedua Capres Belum Menjawab Masalah
Perikanan
Hukumonline.com, Jumat, 20 Juni 2014
Sebagai negara kepulauan yang terhubung
lautan luas, calon presiden-calon wakil
presiden sudah selayaknya menaruh
perhatian besar pada isu perikanan,
kelautan, dan kesejahteraan nelayan. Ketua
Dewan Pembina Kesatuan Nelayan
Tradisional Indonesia (KNTI), Riza Damanik,
berpendapat masih banyak persoalan yang
harus dibenahi di bidang perikanan.
Salah satunya, perlindungan hak-hak
nelayan tradisional. Undang-Undang No. 1
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dirasakan
belum cukup memberikan perlindungan.
Menurut Riza, Undang-Undang ini perlu
memberikan ruang bagi nelayan tradisional
agar berdaulat dan mandiri mengelola
sumber-sumber perikanan. Revisi UU No. 1
Tahun 2012, karena itu, penting dilakukan.
Mengamati program kampanye serta visi
misi capres-cawapres selama ini, Riza belum
melihat ‘jawaban’ atas persoalan-persoalan
10 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
perikanan yang ditawarkan. Produksi
perikanan tidak diimbangi dengan
pengolahan yang baik. Pengolahan
perikanan Indonesia kalah jauh dibanding
Thailand dan Vietnam. Padahal Indonesia
punya potensi besar jika dikelola dengan
baik. Misalnya, menyeimbangkan jumlah
pelabuhan perikanan di wilayah barat dan
timur.
Ia menilai pasangan Prabowo Subianto-
Hatta Rajasa (Prabowo-Hatta) sudah
menyinggung konsep perikanan, tapi lemah
dalam operasional. Visi dan misi pasangan
Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK),
menurut Riza, sudah mulai lebih operasional.
Tetapi visi dan misi kedua pasangan belum
menjawab detil persoalan klasik di bidang
perikanan dan kelautan. Misalnya,
mekanisme pemberantasan pencurian ikan
yang efektif. Tak ada juga calon yang
menyinggung kemungkinan mencabut
regulasi perikanan tangkap, yang
memperbolehkan tuna hasil tangkapan bisa
langsung dibawa ke luar negeri. “Belum ada
jawaban langsung bagaimana merespon
11 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
masalah aktual,” katanya dalam diskusi di
Jakarta, Kamis (19/6).
Riza menjelaskan dari survei yang dilakukan
di 17 wilayah nelayan, 40 persen berharap
capres mampu memberantas penangkapan
ikan ilegal. Kemudian, 30 persen berharap
kemudahan akses terhadap sumber produksi
untuk perikanan baik tangkap dan budidaya.
Seperti akses terhadap BBM, pakan, menur
dan alat tangkap. Lalu 20 persen berharap
ada kemudahan mendapat modal usaha dan
10 persen menginginkan ada kepastian
harga ikan.
Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim, Suhana,
menjelaskan produksi perikanan Indonesia
yang meningkat selama ini hanya di bidang
rumput laut. Namun, pengolahan rumput laut
sangat sedikit. Sedangkan produksi ikan
tangkap menurun dan hasil budidaya ikan
stagnan. “Kedua capres harus melihat data
itu,” tukasnya.
Lebih lanjut Suhana mengatakan produksi
ikan tangkap sudah berlebihan.
Bahkan pemerintah saat ini dinilai telah
12 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
melanggar aturannya sendiri tentang jumlah
tangkapan ikan. Maksimal, tangkapan ikan
yang dibolehkan hanya 5,4 juta ton. Tapi
sekarang jumlahnya mencapai 5,8 ton.
Mengacu data itu ia menilai pemerintahan ke
depan sudah tidak bisa lagi melakukan
penangkapan ikan besar-besaran. Ia menilai
fakta itu luput dari perhatian kedua capres.
Jika hal tersebut tidak dibenahi ia khawatir
Indonesia akan mengalami krisis ikan.
Di bidang investasi, Suhana mencatat saat
ini lebih banyak didominasi modal asing.
Bahkan hampir mencapai seratus persen. Ia
menilai kondisi itu disebabkan karena
pemerintah, terutama menteri Kelautan,
membuka peluang besar masuknya investasi
asing. Oleh karenanya ia mengusulkan
pemerintahan ke depan harus meningkatkan
investasi dalam negeri. Sekjen KIARA, Abdul Halim, melihat kedua capres belum membahas jaminan keselamatan jiwa nelayan. Padahal jumlah nelayan yang hilang di laut meningkat. Pada 2014 saja jumlahnya 255 orang. Masalah lain, perlindungan terhadap wilayah tangkapan nelayan tradisional luput dari perhatian. Padahal, saat ini wilayah tangkap
13 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
nelayan tradisional terganggu oleh reklamasi dan konservasi laut yang tidak melibatkan nelayan.
14 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
RUU Kelautan Perlu Dibenahi
KOMPAS | Wartawan : LKT | Senin, 15
September 2014 | 14:26 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Rancangan
Undang-Undang Kelautan yang ditargetkan
segera tuntas dinilai belum optimal
mendorong fungsi koordinasi lintas
kementerian dan lembaga yang menangani
sektor kelautan. RUU itu dituntut memayungi
pembenahan tata kelola laut yang selama ini
semrawut. Ketua Dewan Pembina Kesatuan
Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Riza
Damanik dan Kepala Riset Pusat Kajian
Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana
mengemukakan hal itu secara terpisah di
Jakarta, Minggu (14/9). Substansi UU
Kelautan seharusnya bersinergi dengan UU
lain dari kementerian terkait pengelolaan
kelautan.
Penyelesaian RUU Kelautan tertunda sejak
2001 atau 13 tahun lalu. Saat ini. ada 17
kementerian dan lembaga yang menangani
sektor kelautan. Egosektoral lintas
pemerintah mendominasi, sedangkan
infrastruktur kelautan tidak cukup
15 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
mengimbangi sektor lain sehingga laut
tertinggal. Riza mengemukakan, RUU
Kelautan harus menjadi instrumen yang
menyelesaikan sinergi dan koordinasi
kelembagaan kelautan. Selain itu,
memperbesar kapasitas dalam mengelola
perairan di wilayah yurisdiksi nasional dan
pengoptimalan eksistensi di laut lepas.
Intervensi ketentuan teknis antara lain
tecermin dalam bidang ekonomi seperti
pengaturan reklamasi dan pembuatan
galangan kapai Ketentuan teknis seharusnya
dikembalikan pada perundang-undangan
teknis antara lain tentang perikanan,
lingkungan, pariwisata, pesisir dan pulau-
pulau kecil, perhubungan, serta migas dan
energi. ’’Semangat UU Kelautan harus
dikembalikan pada fungsi koordinatif untuk
menegaskan Indonesia memiliki kebijakan
kelautan,” katanya.
Intervensi
Hal senada dikemukakan Suhana. RUU
Kelautan terlalu jauh mengintervensi hal
yang telah diatur dalam UU sektoral.
Sebaliknya, tidak ada penegasan tentang
peran aktif masyarakat pesisir dan
masyarakat adat dalam pembangunan
16 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
kelautan. Investasi diperlukan dalam
pembangunan kelautan, tetapi perlu jaminan
peran serta masyarakat, termasuk
keterlibatan masyarakat adat. Suhana
menambahkan, RUU Kelautan perlu disertai
terobosan sanksi untuk menjamin
keberpihakan pemerintah terhadap
pembangunan kelautan. Pasal 10 Ayat 4
RUU Kelautan mengatur penyertaan luas
wilayah laut sebagai dasar pengalokasian
anggaran pembangunan kelautan. Pakar
hukum laut internasional Hasyim Djalal
mengungkapkan, penyusunan RUU Kelautan
sudah melalui proses yang sangat lama DPR
diharapkan memperhatikan dan
mempertimbangkan beragam usulan dan
masukan yang telah disampaikan publik.
(LKT)
17 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Jangan Sampai Maritim Sekadar Slogan
22/10/2014 11:20 WIB
| Dika Irawan
Ilustrasi/Antara
Presiden Joko Widodo berkomitmen
mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai
negara maritim. Maka sudah saatnya
gagasan tersebut direalisasikan agar tidak
hanya menjadi slogan.
“Kita harus bekerja dengan sekeras-
kerasnya untuk mengembalikan Indonesia
sebagai negara maritim. Samudera, laut,
selat, dan teluk adalah masa depan
peradaban kita,” kata Presiden Joko Widodo
pada pidato pelantikan di MPR, Jakarta,
Senin (20/10) lalu.
“Kita terlalu lama memunggungi laut,
memunggungi samudra. Kini saatnya kita
18 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
mengembalikan semuanya sehingga
Jalesveva Jayamahe, di laut justru kita jaya,
sebagai semboyan nenek moyang kita di
masa lalu bisa kembali membahana."
Berbagai pihak sudah menyarankan
beragam ide gagasan konkret terkait konsep
maritim presiden Joko Widodo.
Jurnal Maritim melaporkan penguatan
pelayaran bisa menjadi langkah nyata
memperkuat kemaritiman.
Menurut pengamat pelayaran Siswanto
Rusdi hal itu dapat ditempuh dengan
membuat Indonesian Shipping Corporated,
berupa pull kapal rute internasional dengan
pesertanya perusahaan pelayaran.
Pemerintah memberi kemudian insentif
kepada perusahaan pelayaran itu.
Sementara peneliti Badan Pengkajian
Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, Widjo Kongko,
menyerukan pembangunan kemaritiman
harus berdasarkan riset kelautan. Karena itu
anggaran riset harus ditambah serta
dioptimalkan lembaganya. Riset tersebut
19 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
menjadi pondasi dalam membuat kebijakan
pembangunan.
Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor, Arif Satria, menyebut
langkah yang segera dilakukan yaitu
menegakkan kedaulatan maritim. Caranya
dengan memperjelas batas maritim,
mewujudkan tol laut, dan pemanfaatan
sumber daya kelautan.
Selain itu, pelabuhan yang berjumlah sekitar
1.240 harus segera dibenahi. Pasalnya dari
angka tersebut baru 30 pelabuhan yang
memiliki rencana induk.
Pelabuhan Indonesia masih belum mampu
bersaing dengan negara lain. Data Port of
Hamburg 2011, mencatat, Tanjung priok
berada di peringkat ke-24 di bawah Tanjung
Pelepas Malaysia dan Pelabuhan Singapura.
Sedangkan menurut volume kargo pada
2008, Priok menempati peringkat ke-96 di
bawah Pelabuhan Singapura.
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB Rokhmin Dahuri, mengatakan
Indonesia perlu menambah 6 hingga 8
20 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
pelabuhan besar yang berhubungan dengan
aktivitas internasional.
Disahkannya rancangan undang-undang
kelautan memperkuat arah kebijakan
kemaritiman.
Peneliti dari Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim (PK2PM)
Suhana, mengatakan, UU Kelautan telah
merincikan sektor apa saja yang berada di
kelautan, mencakup pariwisata, energi, dan
perhubungan.
“Selama ini pemerintah masih meraba-raba
terkait apa yang dimaksud kelautan,” kata
Suhana. "Akibatnya pembangunan berjalan
di tempat, karena masing-masing sektor
berjalan sendiri-sendiri."
Dengan kejelasan definisi itu, Suhana
berpendapat pembangunan kelautan
menjadi lebih terfokus dan terarah sehingga
tidak parsial. UU kelautan menjadi acuan
dalam melaksanakan pembangunan
kelautan.
21 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
“UU ini sejalan dengan konsep Jokowi,” kata
Suhana.
http://geotimes.co.id/kabinet/10722-jangan-
sampai-maritim-sekadar-slogan.html
22 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
KKP Jamin Pemenuhan Ketahanan Gizi Dari Perikanan
Irene Agustine
Bisnis Indonesia, Senin, 25 Agustus 2014
Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai aspek
ketahanan gizi tidak kalah pentingnya untuk
diwujudkan oleh pemerintahan baru, selain
terciptanya kedaulatan pangan dalam negeri.
Direktur Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan KKP Saut P.
Hutagalung mengatakan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan yang menyebutkan 35% balita di
Indonesia terlahir stunting sangat
mengkhawatirkan.
Soalnya, fenomena semakin pendeknya
pertumbuhan dan tergangunya kecerdasan
balita tersebut dapat mengancam
kelangsungan generasi penerus, sehingga
dia menilai masalah ini harus segera
diselesaikan oleh pemerintah.
“Kedaulatan pangan penting, tapi ketahanan
gizi juga tak kalah penting. Digenjotnya
23 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
konsumsi sektor perikanan sebagai sumber
protein hewani 220 juta jiwa masyarakat di
Indonesia bisa jadi solusi,” katanya saat
ditemui di Menara Kadin, seperti yang dikutip
dari Bisnis (25/8/2014).
Saut menjelaskan seharusnya perikanan
diberikan peran yang lebih besar, karena
selain produksinya yang sudah memenuhi
tingkat konsumsi ikan nasional, perikanan
merupakan sumber daya protein hewani
yang gampang didapatkan dan harganya
terjangkau.
Seperti yang dicatat KKP, tahun lalu, tingkat
konsumsi ikan dalam negeri mencapai 8 juta
ton/ tahun atau setara dengan 35
kg/kapita/tahun, sementara produksi ikan
nasional telah melebihi tingkat konsumsi
sebesar 11 juta ton, dengan komposisi 5,8
juta ton ikan tangkap dan 5,2 juta ton ikan
budidaya.
“Sebenarnya kita sudah swasembada ikan,
terlepas dari impor-impor ikan tertentu itu.
Maka tersedianya ikan untuk masyarakat
dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan gizi
protein hewani,” jelasnya.
24 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Meski demikian, Saut mengkritisi Undang-
Undang kedaulatan pangan yang
sebelumnya dibentuk tanpa menyertakan
perikanan di dalamnya. Padahal, tersedianya
ikan lebih besar dibandingkan daging sapi,
misalnya yang tingkat konsumsinya baru
mencapai 3kg/kapita/tahun.
“Untunglah UU Pangan No.18 Tahun 2012
itu menyertakan ikan didalamnya. Dengan
potensi laut kita yang kaya, seharusnya kita
bisa menekan angka gizi buruk melalui ikan,”
jelasnya.
Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana
menambahkan bahwa sektor perikanan
menjamin pemenuhan gizi masyarakat
karena ketersediaannya yang mencukupi
tingkat konsumsi nasional hingga 2019 nanti.
“Target produksi ikan mencapai 38,2 juta ton,
komposisinya ikan tangkap tetap sebanyak
5,8 juta ton karena estimasinya telah
melewati batas maksimal 80% ikan tangkap
yang ada di lautan yakni 6,4 juta ton.
Sisanya akan digenjot melalui perikanan
25 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
budidaya, termasuk rumput laut di
dalamnya,” jelasnya.
Suhana mengatakan pengemabangan
teknologi lahan sempit namun memicu
produktivitas tinggi yang dilakukan KKP
diprediksi akan mencapai target, selain tetap
memperhatikan benih dan pakan ikan
budidaya.
Dia mengatakan hal tersebut terlihat dari
pertumbuhan budidaya ikan yang terus
bertambah hingga 20% setiap tahunnya,
“Kalau teknologi ini kita lakukan terus, dalam
rentang 5 tahun tidak menutup kemungkinan
bisa tercapai.”
Editor : Irene Agustine
26 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Impor Ikan Seharusnya Tak Dilarang
Senin, 25 Agustus 2014 | 10:08:40
Jakarta | Jurnal Asia
Pemerintah masih mengimpor produk hasil
kelautan dan perikanan meski di dalam
negeri, Indonesia kaya akan hasil laut dan
perikanan. Kementerian Kelautan dan
Perikanan menilai untuk menjadi negara
industri perikanan yang maju, impor tak
seharusnya dilarang. “Kalau mau menjadi
negara industri, impor tak masalah asal kita
re-ekspor,” kata Dirjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan (DJP2HP)
Kementerian Kelautan & Perikanan (KKP),
Saut Parulian Hutagalung dalam sebuah
diskusi Kelautan dan Perikanan di Menara
Kadin, Jakarta, akhir pekan kemarin.
Saut menuturkan, Indonesia boleh saja
mengimpor produk laut asal dalam bentuk
bahan baku produk olahan dan bukan untuk
konsumsi. Agar hasil dari olahan tersebut
bisa kembali dieekspor dan menghasilkan
nilai tambah.
Dia mencontohkan Indonesia kerap
mengimpor ikan salmon yang diolah dan
27 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
hasilnya diekspor ke negara-negara seperti
Jepang, Singapura dan negara lainnya. “Ini
ikan yang tidak kita produksi, seperti salmon.
Kita reekspor ke Jepang, Singapura, dan
lain-lain. Itu tidak apa-apa, yang celaka
adalah impor untuk produksi,” katanya.
Dia mencontohkan, negara seperti Tiongkok
yang notabene adalah negara daratan,
memiliki industri perikanan yang maju. Itu
karena Tiongkok mengambil bahan baku dari
negara lain, lalu diolah di negaranya dan
diekspor kembali. Sehingga Tiongkok
mendapatkan keuntungan dari produk
bernilai tambah yang dijualnya.
Sedangkan Indonesia, lanjut Saut, masih
memiliki kekhawatiran akan hal itu. Impor
masih dianggap sebagai hal yang tabu.
Padahal menurutnya, selagi bisa diolah
menjadi nilai tambah, hal itu sah-sah saja,
bahkan dianjurkan.
“Tiongkok dan Thailand. Itu mereka punya
nilai tambah. Indonesia belum berani seperti
itu. Kenapa, karena ada pikiran negara
kepulauan besar, itu kok impor ikan. Menurut
saya selama itu re-eskpor itu nggak
masalah,” katanya.
28 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Saud mengatakan, meski masih mengimpor,
neraca perdagangan Indonesia di sektor
Kelautan dan Perikanan masih surplus. Dia
menyebut di tahun 2013 lalu, ekspor hasil
laut dan perikanan Indonesia mencapai US$
4,28 miliar, sedangkan impor hanya US$ 460
juta. “Kita surplus terus,” tegasnya.
Meski demikian, Saut mengatakan, masih
ada hasil laut untuk konsumsi seperti tuna
dan cakalang yang diimpor dari negara
Jepang. Padahal, Indonesia pun produksi.
“Itu karena distribusi kita sering terhambat,”
katanya.
Terpisah, Wakil Ketua Kamar Dagang
Industri (Kadin) Bidang Kelautan dan
Perikanan Yugi Prayanto mengatakan road
map (peta jalan) mengenai sektor maritim di
Indonesia untuk pemerintahan baru telah
mencapai tahap finalisasi.
Dia mengatakan bahwa sektor perikanan,
optimalisasi produksi perikanan budi daya
nasional dan produksi perikanan tangkap di
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)
dan laut lepas jadi salah satu bidikan utama.
“Kita targetkan perikanan budi daya dan
nasional bisa mencapai 38,2 juta ton di tahun
29 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
2019 dan menjadi salah satu komoditi
ketahanan pangan nasional,” katanya.
Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana
menjelaskan bahwa saat ini hasil tangkap
Indonesia mencapai 5,8 juta ton per tahun,
hal tersebut telah melebihi syarat tangkap
ikan sebesar 80% yang jumlahnya 6,4 juta
ton.
“Karena sudah melebihi batas 80%, hitung-
hitungan kami angka 38,2 juta ton tersebut
bisa terealisasi dari sumbangan budi daya
ikan, tentunya sektor rumput laut menjadi
yang paling diperhitungkan,” jelasnya.
Saat ini, Suhana mengatakan produksi
keseluruhan sektor perikanan tangkap dan
budidaya, termasuk rumput laut di dalamnya
telah mencapai 18 juta ton per tahun.
“Dengan teknologi yang dikembangkan KKP
seperti pengembangan lahan sempit namun
produktivitas tinggi diprediksi akan mencapai
target. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pertumbuhan sektor budi daya adalah
mengenai benih dan pakan,”jelasnya.
Dia mengatakan hal tersebut terlihat dari
pertumbuhan budidaya ikan yang terus
bertambah hingga 20% setiap tahunnya,
“Kalau teknologi ini kita lakukan terus, dalam
30 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
rentang 5 tahun tidak menutup kemungkinan
bisa tercapai,” (dc-bc)
- See more at:
http://www.jurnalasia.com/2014/08/25/impor-
ikan-seharusnya-tak-
dilarang/#sthash.wa2nQlM0.dpuf
31 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Proyek Kapal Diaudit – Kompas
18 November 2014 - 8:49
JAKARTA, KOMPAS — Program 1.000
kapal Inka Mina periode 2010-2014 senilai
Rp 1,5 triliun untuk pemberdayaan kelompok
nelayan kecil perlu diaudit. Proyek kapal
berbobot lebih dari 30 gros ton itu disinyalir
diwarnai sejumlah penyimpangan antara lain
salah sasaran dan tidak memiliki izin operasi.
Demikian dikemukakan Kepala Riset Pusat
Kajian Pembangunan Kelautan dan
Peradaban Maritim Suhana, di Jakarta,
Senin (17/11). Hal itu menanggapi
kejanggalan data izin kapal per 3 November
2014 yang dirilis pemerintah dalam laman
www.integrasi.djpt.kkp.go.id/webperizinan.
Dari realisasi pengadaan Inka Mina
sebanyak 733 kapal hingga tahun 2013,
tercatat hanya 197 kapal atau 26,8 persen
yang kini mengantongi izin operasi
(Kompas, 17/11). Program Inka Mina pada
awalnya bertujuan meningkatkan daya
jelajah nelayan menangkap ikan sehingga
meningkatkan pendapatan.
32 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Menurut Suhana, banyaknya kapal Inka Mina
yang belum mengantongi izin penangkapan
memunculkan dugaan kapal senilai Rp 1,5
miliar per unit itu tak bisa beroperasi. Ada
indikasi kapal itu rusak sebelum dipakai,
salah sasaran, atau tak layak operasi
sehingga tak memiliki izin.
”Kapal Inka Mina perlu diaudit agar
pertanggungjawaban penggunaan anggaran
negara menjadi jelas,” kata Suhana.
Ketua Dewan Pembina Kesatuan Nelayan
Tradisional Indonesia Riza Damanik
menyatakan sudah mengirimkan surat ke
Badan Pemeriksa Keuangan pada 5 Mei
2014. Tujuannya adalah mendesak audit
kinerja program bantuan kapal Inka Mina
periode 2012-2013.
Pada 2014, Kementerian Kelautan dan
Perikanan berencana mengalokasikan lagi
bantuan kapal ikan berbobot 10-30 GT
sebanyak 60 unit senilai total Rp 45 miliar
untuk nelayan kecil.
33 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Rombak total
Suhana mengatakan, sudah saatnya
pemerintah membenahi program bantuan
kapal nelayan. Prosedur perizinan disiapkan
sebelum kapal diserahterimakan kepada
nelayan. Proses pemberian kapal kepada
nelayan juga harus diperbaiki. Selain itu,
nelayan calon penerima bantuan kapal harus
disiapkan dulu secara matang.
”Jangan lagi menggunakan pendekatan
proyek. Program bantuan kapal harus bisa
bermanfaat untuk memperkuat daya saing
nelayan kecil,” katanya.
Pemerintah harus memanfaatkan
moratorium izin kapal asing untuk
kepentingan nelayan nasional. Nelayan-
nelayan nasional perlu diperkuat untuk
mengakses wilayah-wilayah yang selama ini
dikuasai kapal asing. Nelayan-nelayan perlu
didorong bisa menjangkau zona ekonomi
eksklusif Indonesia.
Sementara itu, alokasi anggaran pemerintah
untuk pengadaan kapal di bawah 30 GT
perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan
penumpukan kapal kecil di wilayah pesisir
34 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
yang sudah semakin berkurang daya dukung
sumber daya ikannya.
Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera, Andi Akmal, dalam
pertemuan dengan Dewan Kelautan
Indonesia, di Jakarta, mengatakan, potensi
laut harus dimanfaatkan secara optimal oleh
nelayan lokal. Saat ini, keamanan laut sudah
banyak diatur, tetapi ternyata pencurian tetap
marak. Sebelumnya, kelompok nelayan juga
pernah mengeluhkan program kapal Inka
Mina.
Di sejumlah wilayah, kapal bantuan masih
mangkrak sehingga untuk bisa
mengoperasikannya, nelayan berutang
sampai ratusan juta rupiah. Dulloh, pengurus
kelompok usaha bersama (KUB) Pantai
Lestari di Indramayu, mengemukakan, kapal
Inka Mina 123 yang diserahkan kepada
kelompoknya sejak akhir tahun 2011 sampai
sekarang masih mangkrak. Kualitas kapal
bantuan sejak awal bermasalah, antara lain
cor kapal rusak, alat tangkap jaring tak
sesuai kebutuhan, mesin kapal dan palka
tidak sesuai standar, serta tangki air kurang
memadai . (Kompas)
35 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Kadin : 2019 Produksi Ikan 38,2 Juta Ton
Irene Agustine Sabtu, 23/08/2014 04:14 WIB
Bisnis.com,JAKARTA – Wakil Ketua Kamar
Dagang Industri (Kadin) Bidang Kelautan
dan Perikanan Yugi Prayanto mengatakan
road map (peta jalan) mengenai sektor
maritim di Indonesia untuk pemerintahan
baru telah mencapai tahap finalisasi.
Dia mengatakan bahwa sektor perikanan,
optimalisasi produksi perikanan budi daya
nasional dan produksi perikanan tangkap di
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)
dan laut lepas jadi salah satu bidikan utama.
“Kita targetkan perikanan budi daya dan
nasional bisa mencapai 38,2 juta ton di tahun
2019 dan menjadi salah satu komoditi
ketahanan pangan nasional,” katanya di
Menara Kadin, Jakarta,Jumat (22/8/2014).
Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana
menjelaskan bahwa saat ini hasil tangkap
Indonesia mencapai 5,8 juta ton per tahun,
hal tersebut telah melebihi syarat tangkap
36 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
ikan sebesar 80% yang jumlahnya 6,4 juta
ton.
“Karena sudah melebihi batas 80%, hitung-
hitungan kami angka 38,2 juta ton tersebut
bisa terealisasi dari sumbangan budi daya
ikan, tentunya sektor rumput laut menjadi
yang paling diperhitungkan,” jelasnya.
Saat ini, Suhana mengatakan produksi
keseluruhan sektor perikanan tangkap dan
budidaya, termasuk rumput laut di dalamnya
telah mencapai 18 juta ton per tahun.
“Dengan teknologi yang dikembangkan KKP
seperti pengembangan lahan sempit namun
produktivitas tinggi diprediksi akan mencapai
target. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pertumbuhan sektor budi daya adalah
mengenai benih dan pakan,”jelasnya.
Dia mengatakan hal tersebut terlihat dari
pertumbuhan budidaya ikan yang terus
bertambah hingga 20% setiap tahunnya,
“Kalau teknologi ini kita lakukan terus, dalam
rentang 5 tahun tidak menutup kemungkinan
bisa tercapai,”
37 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Nilai Impor Perikanan Ilegal Meningkat
Jumat, 03 Oktober 2014
JAKARTA, KOMPAS — Nilai impor
perikanan cenderung meningkat, sedangkan
nilai ekspor ikan malah menurun. Tahun
2013, nilai impor perikanan 216,45 juta dollar
AS, naik dibandingkan tahun 2012 yang
sebesar 207,93 juta dollar AS. Muncul
indikasi, sebagian ikan impor masuk secara
ilegal.
Dari data UN Comtrade 2014, nilai impor
tahun 2012 turun 17 persen dibandingkan
tahun 2011 sebesar 251,15 juta dollar AS,
tetapi kembali naik tahun 2013. Impor ikan
tahun lalu terutama dari Tiongkok (44,51
persen) dan Malaysia (8,17 persen). Produk
perikanan yang masuk ke Indonesia
didominasi ikan beku (62,61 persen) dan
udang-udangan atau krustasea (31 persen).
Sementara itu, pertumbuhan nilai ekspor
ikan cenderung turun, yakni senilai 2,85
miliar dollar AS tahun 2013 atau tumbuh
hanya 3,7 persen. Padahal, nilai ekspor
tahun 2012 tumbuh 12,87 persen
38 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dibandingkan tahun 2011 mencapai 2,75
miliar dollar AS.
Menurut peneliti pada Pusat Kajian
Pembangunan Kelautan dan Peradaban
Maritim, Suhana, di Jakarta, Minggu (25/5),
kuat dugaan besarnya arus impor ikan asal
Tiongkok dipicu pemberlakuan perdagangan
bebas ASEAN-Tiongkok sejak tahun 2010.
Ada indikasi sebagian impor ikan itu
berlangsung ilegal.
Indikasi impor ikan ilegal asal Tiongkok ke
Indonesia antara lain terjadi tahun 2012. Hal
itu terlihat dari selisih data perdagangan
kedua negara. Tahun 2012, nilai ekspor ikan
dari Tiongkok ke Indonesia tercatat 165,18
juta dollar AS. Namun, yang tercatat di
Indonesia hanya 63,85 juta dollar AS (38,65
persen). Dengan demikian, ada dugaan
impor ikan ilegal tahun 2012 mencapai 101,
32 juta dollar AS atau 61,35 persen dari total
nilai impor ikan.
Ada indikasi impor ikan ilegal meningkat.
Tahun 2010, indikasi impor ikan ilegal asal
Tiongkok ke Indonesia tercatat 87,45 juta
39 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dollar AS atau 51,28 persen dari total impor
ikan asal Tiongkok.
Masuk ke pasar tradisional
”Patut diwaspadai, banyak ikan ilegal asal
Tiongkok itu masuk sampai pasar-pasar
tradisional,” kata Suhana.
Dari data Kompas, produk perikanan impor
yang merembes ke pasar tradisional
sebagian terindikasi mengandung formalin.
Ikan-ikan itu sebagian untuk bahan baku
pemindangan di tingkat usaha kecil
menengah.
Secara terpisah, Direktur Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut
Hutagalung mengakui, tren impor ikan
mengalami peningkatan tahun 2013. Impor
ikan itu terutama didominasi tepung ikan dan
bahan baku berupa kulit dan sisik ikan yang
naik 30 persen.
Impor antara lain dipicu kendala distribusi
bahan baku dari pusat produksi ke pusat
pengolahan ikan dan kekurangan produksi.
Ia mencontohkan, produksi rajungan lokal
40 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
saat ini 70.000 ton per tahun atau 65 persen
dari kebutuhan bahan baku industri.
Selebihnya, 37.000 ton atau 35 persen
kebutuhan bahan baku diimpor, antara lain,
dari Tiongkok dan Vietnam. (LKT)
41 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ekonomi Perikanan dan Kesejahteraan
Nelayan
Suhana ; Peneliti di Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban
Maritim SINAR HARAPAN, 26 Mei 2014
Pembangunan ekonomi perikanan dalam
masa terakhir pemerintahan Kabinet
Indonesia Bersatu Jilid II memberikan
catatan buruk bagi kesejahteraan nelayan.
Kesejahteraan nelayan terus menurun dalam
lima tahun terakhir. Bbahkan yang terjadi
dalam triwulan I/2014, kesejahteraan
nelayan berada di titik terendah.
Padahal, pertumbuhan ekonomi perikanan
cenderung meningkat. Hal ini pun
memperkuat dugaan publik selama ini,
bahwa program bantuan 1000 kapal di atas
30 GT tidak berdampak ke peningkatan
kesejahteraan nelayan.
Data Badan Pusat Statistik (2014)
menunjukkan, pada periode 2005-2013,
pertumbuhan ekonomi perikanan berkisar
5,07-6,96 persen. Sementara itu
42 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
berdasarkan data nota keuangan dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) 2014 terlihat, ekonomi nasional
dalam periode 2004-2008 rata-rata tumbuh
5,9 persen per tahun. Dengan demikian
terlihat, sektor perikanan memiliki
pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi
nasional.
Produksi perikanan juga memperlihatkan
peningkatan serupa. Data FAO (2014)
menunjukkan, pada periode 2000-2012,
pertumbuhan produksi perikanan mencapai
9,34 persen per tahun. Dalam periode
tersebut pertumbuhan perikanan budi daya
tercatat mencapai 20,59 persen per tahun
dan perikanan tangkap hanya 2,93 persen
per tahun.
Total produksi perikanan pada 2000
mencapai 5,12 juta ton, terdiri atas 4,12 juta
ton perikanan tangkap dan 882.99.000 ton
perikanan budi daya.
Namun demikian pada 2012, produksi
perikanan meningkat tajam menjadi 15,42
juta ton per tahun, terdiri atas 5,822 juta ton
43 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
produksi perikanan tangkap dan 9,60 juta ton
produksi perikanan budi daya.
Demikian juga dengan perkembangan
perdagangan ikan dan produk perikanan.
Data UN-Comtrade (2014) menunjukkan,
dalam kurun 1996-2013, neraca
perdagangan ikan dan produk perikanan
Indonesia cenderung terus meningkat,
walaupun dalam beberapa tahun terjadi
penurunan yang cukup tinggi.
Data UN-Comtrade (2014) menunjukkan
pula, neraca perdagangan ikan dan produk
perikanan pada 1996 mencapai US$ 1,57
miliar. Sementara itu, pada 2013 meningkat
menjadi US$ 2,64 miliar.
Berdasarkan data yang sama, terlihat
penurunan tertinggi neraca perdagangan
ikan dan produk perikanan terjadi pada 2009.
Penurunan tersebut terjadi seiring meningkat
tajamnya nilai impor ikan dan produk
perikanan Indonesia. Sementara itu, nilai
ekspor turun. Nilai impor ikan dan produk
perikanan pada 2009 mencapai US$ 148,96
juta dan nilai ekspor US$ 1,71 miliar.
44 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Berdasarkan perkembangan nilai terlihat,
neraca perdagangan ikan dan produk
perikanan dalam periode 1996-2013 rata-
rata tumbuh 3,52 persen per tahun.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2011 dan
2012, yaitu 21,52 persen per tahun dan
16,30 persen per tahun. Sementara itu,
pertumbuhan terendah terjadi pada 2009,
mencapai negatif 16,12 persen per tahun.
Pertumbuhan negatif tersebut diduga
disebabkan meningkatnya nilai impor ikan,
khususnya yang berasal dari Tiongkok.
Kesejahteraan Turun
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
perikanan, pertumbuhan produksi perikanan,
dan neraca perdagangan ikan nasional
ternyata belum berdampak terhadap
peningkatan kesejahteraan nelayan dan
pembudi daya ikan. Bahkan dalam lima
tahun terakhir, kondisi kesejahteraan
nelayan dan pembudi daya ikan cenderung
turun.
Data BPS (2014) menunjukkan, rata-rata
nilai tukar nelayan pada 2009 mencapai
105,69 dan pada 2013 turun menjadi 104,98.
Sementara itu pada 2014 (per bulan April),
45 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
rata-rata nilai tukar nelayan turun menjadi
102,49. Bahkan dalam Januari-April 2014,
kondisinya jauh lebih buruk dibandingkan
periode bulan yang sama pada tahun-tahun
sebelumnya.
Hal ini memperlihatkan, pertumbuhan
ekonomi perikanan, pertumbuhan produksi
perikanan, dan neraca perdagangan ikan
nasional lebih banyak dinikmati para
pemodal besar dan asing.
Berdasarkan catatan yang penulis miliki,
peningkatan investasi asing di sektor
perikanan sudah terjadi sejak awal 2006.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM 2014) menunjukkan, investasi asing
(PMA) pada 2006 mencapai 99,94 persen,
sedangkan penanaman modal dalam negeri
hanya mencapai 0,06 persen. Peningkatan
PMA tersebut mencapai puncaknya pada
2008.
Data BPKM memaparkan, investasi sektor
perikanan pada tahun tersebut 100 persen
PMA. Namun demikian, memasuki 2009,
investasi asing turun menjadi 67,37 persen,
sedangkan investasi dalam negeri (PMDN)
meningkat menjadi 32,63 persen.
46 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Peningkatan peran PMDN tersebut tidak
terlepas dari desakan publik kepada
pemerintah untuk membatasi kepentingan
asing di sektor perikanan. Puncaknya ketika
menteri kelautan dan perikanan
mengesahkan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan (Permen KP) No 5/2008
tentang Izin Usaha Perikanan Tangkap,
dipertegas kembali dengan disahkannya
revisi Undang-Undang (UU) No 31/2004
tentang
Perikanan menjadi UU No 45/2009 tentang
Perikanan, pada masa akhir periode
Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu
Jilid I dan DPR periode 2004-2009.
Pada kedua peraturan tersebut, kepentingan
asing di sektor perikanan sangat diperketat.
Peraturan itu juga lebih mendorong
keterlibatan nelayan, pembudi daya ikan,
investor dalam negeri, dan pengusaha ikan
nasional.
Namun demikian, tahun 2010, persentase
PMA kembali meningkat seiring tidak
konsistennya kebijakan menteri kelautan dan
47 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
perikanan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II,
yang kembali memasukkan kepentingan
asing di sektor perikanan.
Berdasarkan hal tersebut, di akhir masa
pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu
Jilid II ini, menteri kelautan dan perikanan
perlu memperkuat kebijakan-kebijakan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan
dan pembudi daya ikan nasional. Selain itu,
penguatan penyuluh perikanan sangat
mendesak dilakukan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Para penyuluhlah yang ada di garis paling
depan dalam membina para nelayan dan
pembudi daya ikan.
48 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Negara Absen di Perbatasan, Ancaman
Kedaulatan NKRI
August 28, 2014
Bogor – batasnegeri.com : Absennya
pemerintah di wilayah perbatasan
dimanfaatkan negara lain untuk mengusik
kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Belum lama ini, patroli Malaysia
mengusir nelayan Bintan yang berlayar di
wilayah Indonesia.
“Mereka berani jika tidak ada aparat
keamanan yang patroli di wilayah
perbatasan. Kalau ada aparat kita, mereka
gak berani,” kata Suhana, pemerhati
maritim, dari Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim, Bogor.
Pihak Malaysia disebutnya sengaja
menunggu ketiadaan aparat keamanan
untuk kemudian mengusik wilayah
perbatasan. Menurutnya, Malaysia memang
berniat melakukan itu, untuk meluaskan
wilayahnya.
49 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ia melihat beberapa wilayah perbatasan
masih belum jelas. Itu disebakan kurangnya
patroli aparat di perbatasan tersebut.
Menurut dia, negara lain terus mengintai
keadaan seperti itu, ketika ada waktu yang
tepat maka meraka akan masuk.
Selain itu, sepinya penjagaan di wilayah
perbatasan, mengundang para nelayan dari
negara lain mengambil ikan dari wilayah
Indonesia.
“Kalau wilayah kosong, rawan pencurian
ikan,” kata Suhana saat dihubungi di Jakarta,
Rabu (27/8).
Ia berharap agar aparat yang berjaga di
wilayah perbatasan terus patroli setiap hari.
Karena saat ini, penjagaan dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan hanya 180 hari per
tahun yang berpatroli di wilayah tersebut.
“Idealnya operasi tiap hari. Waktu
Menterinya Rokhmin Dahuri 200 hari per
tahun. Sekarang cuma 180 hari,” kata
Suhana.
50 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Berdasarkan laporan Antara (22/4), waktu
operasional kapal pengawas Kementerian
Kelautan dan Perikanan 140 hari. Kemudian
pada 2013 waktu patroli turun menjadi 115
hari. Minimnya anggaran dana menjadi
penyebab berkurangnya hari operasi.
Suhana menuturkan pengalamannya, saat
berada di wilayah perbatasan Kalimantan
Barat yang dijaga Tentara Nasional
Indonesia. Wilayah tersebut tidak pernah
mendapat gangguan dari aparat negara
tetangga.
Sumber : geotimes
51 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Mengutuhkan Pembangunan Maritim
Penulis : Suhana
Sinar Harapan, 26 September 2014
Dalam sebulan terakhir, media massa
banyak mendiskusikan istilah maritim dan
kelautan. Hal ini seiring visi pasangan
presiden dan wakil presiden (wapres) terpilih,
Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK),
untuk menjadikan maritim sebagai kekuatan
ekonomi Indonesia.
Bahkan dalam beberapa hari terakhir, Jokowi
sudah memperkuat isunya untuk membentuk
Kementerian Maritim dan meleburkan
kembali Kementerian Kelautan dan
Perikanan dengan Kementerian Pertanian.
Sebagian kalangan mungkin tidak terlalu
memerdulikan istilah maritim dan kelautan.
Namun bagi penulis, kedua istilah ini sangat
melekat dalam perjalanan panjang
pembangunan Indonesia.
Pembangunan maritim secara formal dalam
institusi negara sudah berlangsung sejak
1959, tepatnya dalam Peraturan Pemerintah
52 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
(PP) Nomor 45/1959 tentang Nasionalisasi
Perusahaan-perusahaan Maritim Belanda.
Dalam PP tersebut ada delapan perusahan
maritim Belanda yang dinasionalisasikan,
yaitu Nederland Indonesie Steenkolen
Handel Maatschappij (NISHM) Tanjung
Priok, Verenigde Prauwen Veeren (VPV)
Jakarta, Nederlands Indonesische
Scheepvaart Establisementen (n'ISE)
Tanjung Priok, Droogdok Maatschappij
Tanjung Priok, Radio-Holland Tanjung Priok,
Industrieele Maatschappij Palembang (IMP),
Palembang, Semarang Dock-Works, dan
Droogdok Maatschappij Surabaya.
Kedelapan perusahaan maritim milik
Belanda tersebut bergerak di bidang usaha
kapal dan angkutan perairan.
Pada masa Kabinet Dwikora periode 27
Agustus 1964 sampai 22 Februari 1966,
pembangunan maritim diperkuat lagi dengan
dibentuknya Kementerian Perindustrian
Maritim. Saat itu, jabatan menteri
perindustrian maritim dipegang oleh
Mardanus.
53 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Pada 1965, pemerintah mengeluarkan PP
Nomor 43/1965 tentang Penyelenggaraan
dan Pengawasan Perindustrian Maritim.
Dalam PP 43/1965 dijelaskan, perindustrian
maritim adalah perindustrian yang bergerak
dalam bidang pembuatan dan perbaikan
kapal juga alat-alat terapung, pembuatan
dan perbaikan alat-alat penggerak dan
semua perlengkapan kapal, serta pembuatan
bahan-bahan/barang-barang pembantu
pelengkap untuk melaksanakan pembuatan
dan perbaikan kapal dan semua alat-alat
terapung serta salvage. Definisi maritim
tersebut sejalan dengan makna yang ada
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) yang menyebutkan, maritim adalah
yang berhubungan dengan pelayanan dan
perdagangan di laut.
Berdasarkan hal tersebut, jelas istilah
maritim hanya menggambarkan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan
pelayaran laut, perkapalan, dan
kepelabuhanan. Sementara itu, sumber daya
laut lainnya, seperti sumber daya ikan,
minyak dan gas, pariwisata bahari, belum
termaktub dalam definisi maritim.
54 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Memasuki masa Orde Baru, perhatian
pemerintah terhadap maritim menurun
drastis. Institusi-institusi negara yang telah
dibentuk Presiden Soekarno ditiadakan atau
dileburkan dengan institusi-institusi lain.
Perhubungan laut dilebur kepada
Departemen Perhubungan. Sumber daya
ikan bergabung dengan Departemen
Pertanian. Sepanjang Orde Baru tersebut,
isu maritim mengalami penurunan yang
sangat drastis. Akibatnya, pelayaran rakyat
terpuruk, sumber daya laut banyak dicuri
asing, dan kerusakan sumber daya kian
mengkhawatirkan.
Memasuki masa Reformasi, Gus Dur
mengingatkan kembali seluruh bangsa
Indonesia terkait isu maritim dengan
membentuk Departemen Eksplorasi Laut,
sekarang Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Namun demikian, dalam era Gus
Dur terlihat ada pergeseran isu dari maritim
ke isu kelautan.
Gus Dur memandang, laut memiliki sumber
daya alam yang potensial untuk
dikembangkan sebagai kekuatan baru
55 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
ekonomi nasional. Gus Dur memandang laut
tidak hanya berpotensi maritim saja—
perhubungan laut, pelabuhan, dan kapal—
tetapi juga berpotensi sumber daya alam
yang belum tergarap optimal.
Oleh sebab itu, istilah yang dipakai sejak
Gus Dur sampai saat ini adalah kelautan,
bukan maritim. Hal ini dimaksudkan
memayungi isu sumber daya alam di
perairan laut Indonesia. Ini supaya
pembangunan laut bisa dilakukan secara
utuh, tidak hanya terfokus ke masalah
maritim, seperti ketika zaman Presiden
Soekarno.
Berdasarkan perjalanan pembangunan
maritim dan kelautan tersebut, rencana
kabinet Jokowi-JK yang akan membentuk
Kementerian Maritim dan menggabungkan
kembali Kementerian Kelautan dan
Perikanan dengan Kementerian Pertanian
terlihat kembali mengecilkan pembangunan
kelautan nasional yang sudah berjalan 15
tahun terakhir.
Jokowi-JK hendaknya terus memperkuat
pembangunan kelautan yang sudah berjalan
56 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
saat ini. Oleh sebab itu, hendaknya rencana
pembentukan Kementerian Maritim agar
dapat mendorong konektivitas antarwilayah
di Indonesia dapat kembali terwujud dengan
baik.
Namun, hendaknya itu tidak mengecilkan
kembali pembangunan kelautan yang sudah
berjalan. Jika memang pasangan Jokowi-JK
memiliki perhatian serius ke pembangunan
kelautan, hendaknya memperkuat institusi-
institusi di bidang kelautan. Semua sektor
yang terkait laut hendaknya terus diperkuat.
Penulis berpandangan, pembangunan
kelautan akan semakin kuat apabila semua
sektor yang ada di laut dapat dikelola
komprehensif , tanpa mengecilkan sektor
lain. Dengan demikian, penulis
mengusulkan, Jokowi-JK, selain membentuk
Kementerian Maritim, hendaknya tetap
mempertahankan keberadaan Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Ini terlebih karena
kebutuhan ikan dalam negeri dalam kurun
2015-2019 diperkirakan terus meningkat.
Publikasi Badan Pusat Statistik/BPS (2014)
terkait proyeksi jumlah penduduk indonesia
57 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
memperlihatkan, pada 2019, penduduk
Indonesia diproyeksikan mencapai 268 juta
orang. Dengan target pemerintah
meningkatkan konsumsi ikan per kapita
sampai 40 kg, kebutuhan ikan pada 2019
diperkirakan mencapai 10,72 juta ton.
Data FAO (2014) menunjukkan, komoditas
ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat
Indonesia adalah ikan pelagis (42,29
persen), ikan air tawar (31,54 persen), ikan
demersal (16,49 persen), udang (7,17
persen), ikan laut lainnya (2,15 persen), dan
moluska (0,36 persen).
Artinya, sebagian besar masyarakat
Indonesia saat ini lebih banyak
mengonsumsi ikan jenis pelagis kecil dan
ikan hasil budi daya air tawar. Berdasarkan
hal tersebut dalam upaya pemenuhan
kebutuhan ikan dalam negeri, Jokowi-JK
perlu mengedepankan strategi peningkatan
produksi budi daya ikan air tawar dan
menjaga kestabilan produksi ikan pelagis
kecil dari perairan Indonesia.
Jokowi-JK juga perlu melihat sisi positif dari
keberadaan Kementerian Kelautan dan
58 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Perikanan dalam 15 tahun terakhir. Catatan
penulis, dalam 15 tahun terakhir terlihat,
pascaterbentuknya Kementerian Kelautan
dan Perikanan, peningkatan produksi
perikanan Indonesia meningkat tajam.
Saat ini, pertumbuhan produksi perikanan
budi daya rata-rata sudah mencapai di atas
12 persen pe rtahun. Sementara itu, pada
masa Orde Baru, pertumbuhan produksi
perikanan budi daya hanya 3 persen per
tahun. Jokowi-JK pun perlu melihat
pengalaman Orde Baru yang telah
menempatkan perikanan di bawah
Kementerian Pertanian yang terlihat tidak
berkembang dengan baik.
Jadi, pasangan Jokowi-JK perlu tetap
konsisten dengan isu maritim sebagai
kekuatan ekonomi nasional, dengan tidak
mengecilkan bidang kelautan lain. Sudah
saatnya Indonesia bangkit dengan kekuatan
ekonomi kelautan secara utuh, yang
memperkuat sektor maritim, perikanan,
pertambangan minyak dan gas, serta
pariwisata bahari.
59 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Tanpa keterpaduan antarsektor tersebut,
pembangunan kelautan akan pincang. Oleh
sebab itu, tata kelola kelautan (ocean
governance) yang ada saat ini perlu
pembenahan agar lebih baik dan kuat.
*Penulis adalah mahasiswa program doktor
Ekonomi Sumber Daya Kelautan Tropika IPB
dan dosen program studi Ekonomi Sumber
Daya dan Lingkungan IPB.
Sumber : Sinar Harapan
60 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Pembudi Daya Ikan Perlu Genjot Produk
Olahan – Bisnis indonesia
26 November 2014
JAKARTA—Kementerian Kelautan dan
Perikanan mendorong pembudi daya ikan
laut meningkatkan produk olahan untuk
mengatasi penundaan pengangkutan akibat
moratorium perizinan kapal.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet
Soebijakto mengatakan kapal angkut untuk
ikan budi daya hidup ikut terkena
moratorium sehingga menyebabkan
pengangkutan tertunda selama enam bulan.
Selama ini, menurutnya, permintaan olahan
ikan budi daya laut, seperti fillet atau frozen
kerapu dan kakap cukup tinggi, terutama dari
AS dan Eropa. Harga produk olahan itu juga
dinilai cukup bagus serta lebih mudah dalam
pengangkutannya.
Selain itu, tambahnya, pengangkutan olahan
ikan tidak memerlukan instalasi khusus,
seperti oksigen dan air mengalir. “Saat
panen [ikan] stres sedikit kemudian mati,
61 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
harganya jatuh. Bahkan mungkin tidak
terangkut,” katanya kepada Bisnis, Selasa
(25/11).
Slamet melanjutkan pengolahan ikan perlu
dilakukan untuk mengatasi berkurangnya
permintaan kerapu dari China. Oleh karena
itu, imbuhnya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) mengimbau kepada
pembudi daya memikirkan pasar mendatang
yang tidak lagi di dominasi oleh ikan hidup.
Menurutnya, fillet atau frozen kerapu dan
kakap merupakan produk ekspor, sementara
permintaan dalam negeri masih cenderung
lebih besar pada ikan hidup.
Direktur Produksi Ditjen Perikanan Budidaya
KKP Coco Kokarkin menambahkan
penundaan pengangkutan ikan budi daya
laut seharusnya tidak terjadi karena
moratorium hanya berlaku pada kapal
tangkap. Dia menilai kapal angkut ikan budi
daya merupakan kapal jenis kargo yang tidak
memiliki alat penangkapan. Pihaknya masih
mencari masukan untuk mengatasi
permasalahan pengangkutan itu.
62 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Dengan moratorium perizinan kapal,
paparnya, setidaknya sekitar 100 ton kerapu
di berbagai daerah tertunda
pengangkutannya seperti dari Riau, Padang,
atau Lampung. “Di Lampung 700 KJA
[keramba jaring apung], rata-rata 250 kg.
Belum lagi di Riau, Padang. Hampir 100 ton,”
katanya.
Penundaan itu, lanjutnya, perlu diperhatikan
mengingat moratorium masih menyisakan
waktu 4,5 bulan lagi. Dengan 100 ton ikan
kerapu yang tidak terangkut tersebut,
setidaknya nilai kerugian yang di alami
sebesar Rp30 miliar dengan asumsi harga
Rp300.000 per kg.
Sementara itu, dosen perikanan dari Institut
Pertanian Bogor (IPB) Suhana mengatakan
penundaan pengangkutan ikan budi daya
yang terjadi perlu dibantu dengan
mendorong penggunaan kapal pemerintah.
(Bisnis Indonesia )
63 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Indonesia Kekurangan "Cold Storage"
23 Agustus 2014 14:12 Naomi Siagian
Antara / Foto
HARGA IKAN-Nelayan meletakkan ikan tuna
jenis sirip kuning di area penampungan ikan
di pelabuhan Perikanan Samudera, Lampulo,
Banda Aceh, Rabu (20/8). Ikan tuna sirip
kuning asal Aceh itu memiliki pangsa pasar
ekspor ke Jepang, China,Singapura dan
beberapa negara Asia lainnya dengan harga
jual Rp40.000 hingga Rp60.000 per-
kilogram.
Produktivitas perikanan bisa melonjak
jika cold storage yang tersedia memadai.
JAKARTA – Indonesia sampai saat ini masih
kekurangan cold storage, terutama di sentra-
sentra perikanan. Masih rendahnya cold
storage perikanan ini karena keterbatasan
64 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
listrik dan air bersih. Direktur Jenderal
Perikanan Pemasaran dan Pengolahan Hasil
Perikanan Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Saut Hutagalung mengakui,
persoalan logistik menjadi kendala utama
berkembangnya sektor perikanan di
Indonesia.
Produksi perikanan sebenarnya cukup,
namun karena produksi hanya pada musim
tertentu, sedangkan industri pasokan bahan
baku butuh terus-menerus, harus ada
penyimpanan yang baik.
“Di sinilah cold storage sangat dibutuhkan.
Tapi, investasi cold strage terhambat karena
masalah listrik dan air bersih,” ucap Saut,
dalam diskusi di Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia, Jumat (22/8).
Menurutnya, saat ini cold storage terbesar
yang ada di Indonesia adalah di Jakarta.
Kapasitasnya 75.000-80.000 ton. Saat ini
juga sedang dibangun cold storage
berkapasitas 20.000 ton. Cold storage
tersebut tidak hanya untuk perikanan, tapi
juga komoditas pangan lain.
65 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Selain itu, juga sudah dibangun di beberapa
daerah dengan kapasitas 2.200 ton.
Sebanyak 580 usaha pengolahan ikan (UPI)
pun memiliki cold storage, dengan kapasitas
maksimal 15.000 ton.
Namun ia menegaskan, jumlah cold storage
itu tidak mencukupi. Apalagi, untuk
mendorong ekspor dibutuhkan bahan baku
yang sangat banyak, tidak hanya
mengandalkan produksi ikan dalam negeri.
Impor sebenarnya tidak masalah. Jika impor
ditingkatkan, berarti membutuhkan cold
storage berkapasitas besar.
“Kalau ingin menjadi negara eksportir
perikanan yang terbesar, sebenarnya tidak
harus alergi dengan impor sepanjang untuk
bahan baku industri pengolahan dan untuk
direekspor. Industri perikanan Thailand dan
Tiongkok tumbuh pesat karena mengimpor
sangat besar untuk direekspor. Jadi, yang
penting nilai tambah industri diperoleh di
dalam negeri,” tutur Saut.
Ekspor perikanan Indonesia tahun 2013
mencapai 4,18 miliar, sedangkan impor
hanya US$ 460 juta. Produksi perikanan
66 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
nasional sekitar 11 juta ton; dari perikanan
tangkap 5,8 juta ton dan sisanya dari
perikanan budi daya. Sementara itu,
kebutuhan ikan dalam negeri sudah
mencapai 8 juta ton sehingga jumlah ikan
yang diekspor sangat terbatas.
Saut mengharapkan, pembangunan cold
storage tidak hanya dilakukan pemerintah,
tapi juga swasta. Menurutnya, pemerintah
bisa membangun cold storage di sentra
perikanan yang tidak feasibel bagi swasta.
Tapi, swasta diminta juga lebih berani
berinvestasi dalam cold storage.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang
Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto
mengatakan, dalam roadmap kelautan dan
perikanan, prduksi perikanan tangkap dan
budi daya ditargetkan 38,2 juta ton pada
2019.
Ia menginginkan distribusi perikanan bisa
lebih merata dan pembangunan sentra
produksi lebih baik dengan dilengkapi cold
storage yang memadai dan sistem tata
kelola ikan nasional yang tepat. Dosen
Institut Pertanian Bogor (IPB), Suhana
67 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
,mengatakan target jumlah produksi terbesar
berasal dari perikanan budi daya. Ini karena
penangkapan ikan di laut sangat dibatasi,
hanya diizinkan 80 persen dari 6,4 juta ton
per tahun. (*)
Sumber : Sinar Harapan
68 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Terapkan Tol Laut, Ekonom: Perkuat PT
PAL Jangan Impor Kapal Tiongkok
Nicha Muslimawati - Selasa, 09-12-2014
09:26
"Menurut saya lebih baik tol laut harus
dibangun dengan bangsa sendiri, PT PAL
harus diperkuat, jangan impor," ujar
Suhana yang dihubungi wartawan Aktual
di Jakarta, Selasa (9/12).
Jakarta, Aktual.co — Tol laut menjadi salah
satu program yang diunggulkan oleh
pemerintahan Presiden Jokowi. Dalam
mendukung pengadaan tol laut tersebut,
diperlukan adanya transportasi laut yang
memadai untuk mengangkut distribusi dan
logistik ke berbagai wilayah di Indonesia,
salah satunya kapal.
Sejalan dengan hal itu, pada tanggal 9
November lalu pemerintah Indonesia
mengadakan MoU dengan Tiongkok untuk
pengadaan kapal. Kapal impor tersebut
rencananya mulai didatangkan ke Indonesia
pada Januari 2015 sebanyak 100 kapal per
tahun dan dilakukan bertahap sampai lima
tahun ke depan.
69 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Pengamat ekonomi dari IPB, Suhana
menyayangkan sikap pemerintah yang
melakukan impor kapal. Menurutnya, untuk
pengadaan tol laut harus dibangun oleh
bangsa sendiri, termasuk kapal yang akan
digunakan, seperti PT PAL.
"Menurut saya lebih baik tol laut harus
dibangun dengan bangsa sendiri, PT PAL
harus diperkuat, jangan impor," ujar Suhana
yang dihubungi wartawan Aktual di Jakarta,
Selasa (9/12).
Lebih lanjut dikatakan Suhana, jika
pemerintah saat ini tetap melakukan impor
kapal, sama saja seperti pemerintahan
sebelumnya. Dimana saat itu pemerintahan
SBY menerbitkan Peraturan Presiden
(Perpres) pelayaran rakyat, namun kapal
yang digunakan adalah kapal impor.
"Kalau begini caranya, sama saja dengan
jaman SBY dulu yang menerbitkan Perpres
pelayaran rakyat, tapi kapalnya impor
semua. Tol Laut harus dijadikan momentum
untuk membangkitkan industri kapal
nasional," pungkasnya. Ismed Eka Kusuma
70 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
71 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Operasional Drone Mahal, KKP Pilih
Program Indeso Berantas IUU Fishing
Irene Agustine
Bisnis Indonesia, Selasa, 12 Agustus 2014,
Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian
Kelautan dan Perikanan tidak ingin
menggunakan pesawat tanpa awak
(drone) dan memilih untuk meneruskan
program infrastructure development for
Space Oceanography (Indeso) dalam rangka
pengamanan laut atas maraknya Ilegal,
Unreported and Unregulated Fishing (IUU
Fishing).
Hal tersebut dikemukakan Menteri Kelautan
dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo saat
menerima kunjungan Senator Sheldon
Whitehouse, dari Rhode Island dan Senator
72 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
John McCain dari Arizona Amerika Serikat di
Gedung KKP, Senin (11/8/2014).
Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup
tersebut, Direktur Jenderal Perikanan
Tangkap Gellwyn Jusuf menjelaskan salah
satu yang dibahas adalah mengenai
teknologi yang ingin dikedepankan Indonesia
dalam memberantas praktik ilegal tersebut.
“Dibahas mengenai teknologi apa yang mau
dikembangkan Indonesia. Pak Menteri
menyatakan untuk meneruskan Indeso untuk
observasi yang ada di Balitbang. Dengan
data satellit itu, praktik tersebut akan
semakin terlihat,” katanya.
KKP menegaskan tidak dulu
menggunakan drone yang dapat mendeteksi
adanya IUU Fishing karena beberapa
pertimbangan.
“Senator juga bertanya apakah ada rencana
menggunakan drone? Kita bilang mungkin
saja, tetapi ini saja dulu yang akan kami
buat,” jelasnya.
Berdasarkan data yang didapatkan dari
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP),
73 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Indonesia merugi hingga Rp101,40 triliun per
tahun akibat praktik IUU Fishing.
Angka ini tiga kali lipat lebih banyak dari
prediksi Food Agriculture Organization (FAO)
pada 2001 yang mengatakan potensi
kerugian Indonesia tiap tahun mencapai
Rp30 triliun.
Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana
mengatakan kebijakan drone tidak
disarankan karena biaya yang dikeluarkan
besar mencapai Rp1,5 triliun untuk satu
pesawat.
“Biayanya satu drone sangat tinggi.
Sementara berapa banyak yang dapat
digunakan untuk men-cover laut Indonesia?”
katanya kepada Bisnis, Senin (11/8/2014).
Menurutnya, pelaksanaan Indeso selama ini
juga kurang efektif karena ketidakseriusan
aparat di lapangan dan anggaran
pengawasan yang terus dikurangi.
Suhana berpendapat pemerintah sebaiknya
beralih pada kebijakan yang bersifat soft,
74 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
yang tidak mengeluarkan banyak biaya
namun dirasa cukup efektif untuk menangani
IUU Fishing.
“Masih ada cara lain, seperti membuat
kebijakan bersifat soft dengan menerapkan
sistem asal usul ikan seperti yang diterapkan
Uni Eropa. Siapa yang tangkap, di mana,
alat tangkapnya apa, koordinatnya berapa,
semuanya tercatat,” jelasnya.
Menurutnya, Uni Eropa cukup terbantu
dengan kebijakan tersebut. Dia mengatakan
hal tersebut bisa diterapkan di Asean karena
pencurian ikan disinyalir dilakukan negara-
negara tetangga.
“Tidak perlu biaya tinggi, tinggal bagaimana
mendesak Asean untuk menerapkan
kebijakan ini bersama-sama, sehingga IUU
Fishing dapat diberantas,” katanya.
Editor : Hery Lazuardi
75 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
ikan seharga mobil Mercy
Aug 23, 2014
Laut ternyata menyimpan potensi yang luar
biasa. Bayangkan saja, di kawasan perairan
bebas Samudera Hindia, terdapat ikan yang
berharga sama dengan merek mobil mewah
bikin Jerman, Mercedez Benz. Ikan ini
dihargai lebih dari Rp 1 miliar per ekor.
Pengajar Institut Pertanian Bogor Suhana
yang ikut dalam diskusi kelautan
diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri
mengatakan ikan tersebut berjenis Blue
Fintuna. Hanya lima negara boleh
menangkap ikan ini. Indonesia termasuk
76 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
punya hak mencari ikan tersebut, tapi
dengan kuota yang telah ditentukan.
“Harganya seharga mobil Mercy, itu ada di
Samudera Hindia. Indonesia sendiri kuota
hanya 750 ton per tahun,” kata Suhana di
Kantor Kadin, Jakarta, Jumat (22/8).
Selain Indonesia, negara lain yang boleh
menangkap ikan ini adalah Jepang dengan
kuota 3.000 ton per tahun, Australia dengan
5.000 ton per tahun. Kemudian disusul
Selandia Baru dan Korea Selatan.
“Indonesia paling sedikit kuotanya, padahal
kita lokasinya paling dekat. Jepang dapat
kuota banyak karena mereka klaim ikan ini
berasal dari mereka dan berkembang biak di
Samudera Hindia itu,” tegasnya.
Untuk bisa menangkap dan menjual ikan ini,
Indonesia dan 4 negara lain tergabung
dalam organisasi yang disebut CCSBT.
Negara selain kelima anggota kartel ini
diharamkan menangkap Blue Fintuna, walau
pun kapalnya berada di laut bebas.
77 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
“Menangkap tuna itu masuk organisasi itu,
Indonesia baru aktif dalam 2-3 tahun
belakang. Tanpa itu ilegal. Indonesia
anggota aktif,” jelasnya.
Untuk masuk anggota organisasi CCSBT
ternyata tidak gratis. Indonesia harus
membayar sekitar Rp 1 miliar per tahun yang
anggarannya diambil dari APBN. Namun jika
dihitung dari hasil ikan yang ditangkap,
Indonesia masih untung banyak.
“Satu ekor ikan itu besar bisa ber ton-ton itu
seharga Mercy per ekor. Ikan ini dijual ke
Jepang untuk dikonsumsi. Sekarang kita
minta perhatian pemerintah agar terus
melobi dan kuota kita ditambah,” kata
Suhana.Merdeka.com
78 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Berhak Tangkap Ikan Seharga Rp 1
Miliar/Ekor, Jatah RI Paling Sedikit
23 Agustus 2014 | 19:00
NEFOSNEWS, Jakarta - Indonesia bersama
empat negara lain berhak menangkap ikan
seharga Rp 1 miliar/ekor yang hidup di
Samudera Hindia. Namun jatah tangkap kita
paling sedikit, meski lokasi ikan itu paling
dekat dengan Indonesia.
Ikan super mahal yang dimaksud adalah
jenis Bluefin Tuna (Tuna Sirip Biru). Di dunia
ini, hanya ada lima negara yang
diperbolehkan menangkapnya, yakni
Indonesia, Australia, Selandia Baru, Jepang,
dan Korea Selatan.
79 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ikan tuna Bluefin berukuran hampir 100 kg
bisa mencapai US$ 100 ribu (Rp 1 miliar),
bahkan lebih. Bluefin mudah ditemui di
Perairan Selatan Jawa hingga ke Timur
Indonesia. Ikan ini juga dijumpai di Perairan
Australia hingga Papua Nugini.
“Harganya seharga mobil Mercy, itu ada di
Samudera Hindia. Indonesia sendiri kuota
hanya 750 ton per tahun,” kata Suhana,
Dosen IPB, di Jakarta Jumat (22/8/14).
Jika Indonesia mendapat jatah tangkap
Bluefin 750 ton per tahun, Jepang mendapat
kuota 3.000 ton per tahun. Australia bahkan
5.000 ton per tahun.
“Indonesia paling sedikit kuotanya, padahal
kita lokasinya paling dekat. Jepang dapat
kuota banyak karena mereka klaim ikan ini
berasal dari mereka dan berkembang biak di
Samudera Hindia itu,” jelas Suhana.
Lima negara yang berhak menangkap
Bluefin tergabung dalam sebuah organisasi
yang dinamakan CCSBT (The Commission
for the Conservation of Southern Bluefin
Tuna). Keanggotaan CCSBT tidak gratis.
80 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Indonesia harus membayar sekitar Rp 1
miliar per tahun yang anggarannya diambil
dari APBN.
Suhana berharap, ke depannya pemerintah
bisa melakukan lobi agar kuota tangkap
Blufin bisa ditambah. “Satu ekor ikan itu
besar bisa ber ton-ton itu seharga Mercy per
ekor. Ikan ini dijual ke Jepang untuk
dikonsumsi. Sekarang kita minta perhatian
pemerintah agar terus melobi dan kuota kita
ditambah.” (anila)
Caption Foto: Ikan Bluefin Tuna (Tuna Sirip
Biru). ( worldwildlife.org)
81 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
BAGIAN DUA : GEJOLAK POLITIK 2014 :
MENOLAK PENGGABUNGAN KKP
DENGAN KEMENTAN DAN USULAN
PEMBENTUKAN MENKO MARITIM
82 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Langkah Mundur, Rencana Jokowi
Gabungkan Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Jum'at, 22 Agustus 2014 , 20:26:00 WIB
RENCANA Joko Widodo dalam menyusun
komposisi kementeriannya dinilai bergerak
mundur dalam hal kelautan dan perikanan.
Rencana penggabungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan dan Kementerian
Pertanian adalah bentuk langkah mundur ini.
Menurut Sektretaris Jenderal Koalisi Rakyat
untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Abdul
Halim, Jumat (22/8), hasil gabungan dua
kementerian itu akan diberi nama
Kementerian Kedaulatan Pangan.
“Rencana penggabungan kedua kementerian
tersebut bertentangan dengan visi-misi
jokowi selama ini yang sangat
mengedepankan visi pembangunan sumber
daya kelautan,” kata Halim dalam
keterangan tertulisnya di Jakarta.
Merujuk pada Undang-undang nomor 39
tahun 2008 tentang Kementerian Negara,
Kementerian kelautan, dan perikanan
83 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
menurut Halim merupakan kementerian
urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya
telah disebutkan dalam UUD 1945.
Memang tidak ada yang mengharuskan
sektor kelautan dan perikanan jadi
kementerian tersendiri. Namun
pengubahannya harus mempertimbangkan
delapan aspek antara lainefisiensi dan
efektivitas; cakupan tugas dan
proporsionalitas beban tugas;
kesinambungan, keserasian, dan
keterpaduan pelaksanaan tugas;
perkembangan lingkungan global; perubahan
dan/atau perkembangan tugas dan fungsi;
peningkatan kinerja dan beban kerja
pemerintah; kebutuhan penanganan urusan
tertentu dalam pemerintahan secara mandiri;
serta kebutuhan penyesuaian peristilahan
yang berkembang.
“Presiden tidak dapat langsung
membubarkan kementerian kelautan dan
perikanan tetapi harus mendapatkan
pertimbangan dari DPR,” kata Halim.
Presiden menurutnya dapat menjadikan
Kementerian Kedaulatan Pangan sebagai
kementerian koordinasi terkait dengan
84 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
kepentingan sinkronisasi dan koordinasi
urusan kementerian khususnya di bidang
pangan.
Ia melanjutkan, Penggabungan kementerian
dapat dilakukan tidak hanya dengan
mempertimbangkan aspek efisiensi
anggaran, melainkan harus berukuran pada
seberapa besar potensi yang akan dikelola
dan jalur koordinasi dengan pimpinan
nasional.
Ia mencontohkan negara lain, Norwegia
misalnya. Melihat potensi perikanan negara
ini yakni keempat terbesar di duniadan
perdagangan yang besar, urusan perikanan
digabung menjadi Kementerian
Perdagangan, Industri dan Perikanan.
Dengan kementerian ini, pimpinan nasional
bisa fokus dan tidak kesulitan berkoordinasi
terkait perikanan. “Jika Jokowi memaksa
penggabungan tersebut, akan lebih buruk
ketimbang Orde Baru,” ujar Halim.
Tantangan di bidang kelautan dan perikanan
menurutnya tidak sebatas pada aspek
85 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
produksi, melainkan juga distribusi dan
pemerataan konsumsi di tingkat nasional.
Di level produksi, Data Food and Agricultural
Organization (FAO) 2014, Indonesia adalah
negara produsen kedua perikanan tangkap
setelah Cina. Namun aspek distribusi masih
lemah Demikian pula soal konsumsi yang
terindikasi dipasok dengan produk impor.
Penolakan juga datang dari Pusat Kajian
Kelautan dan Peradaban Maritim
(PK2PM). Kepala Riset PK2PM Suhana
mengatakan,urusan kelautan tidak hanya
urusan pangan saja, tetapi banyak aspek
yang terkait.
Misalnya ia mencontohkan aspek sumber
daya manusia, pengelolaan sumberdaya
kelautan dan perikanan yang memperhatikan
aspek ekologi dan budaya, revitalisasi
pelayaran rakyat dan kepelabuhan, inovasi
teknologi, manajemen sumber daya laut,
revitalisasi koperasi perikanan, dan
penguatan BUMN perikanan.
“Rencana penggabungan kementerian
kelautan dan perikanan dengan kementerian
pertanian justru akan mengecilkan kembali
86 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
berbagai upaya yang telah dilakukan selama
ini, walaupun belum optimal,” kata Suhana.
Ia menilai, Jokowi malah harus memperkuat
keberadaan Kementerian Kelautan dan
Perikanan serta mengefektikan koordinasi
antarkementerian terkait kelautan agar
pembangunan kelautan lima tahun ke depan
dapat dipercepat.
Reporter : Suriyanto
Redaktur : Rihad Wiranto
- See more at:
http://m.jurnas.com/news/146965/Langkah-
Mundur-Rencana-Jokowi-Gabungkan-
Kementerian-Kelautan-dan-Perikanan---
2014/1/Ekonomi/Ekonomi/#sthash.kHxSVNm
I.dpuf
87 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Baru Wacana, Sudah Ramai Orang Kritik
Konsep Ini
Penggabungan Kementerian Kelautan &
Pertanian
Senin, 25 Agustus 2014 , 10:00:00 WIB
Harian Rakyat Merdeka
RMOL. Wacana Tim Transisi Joko Widodo-
Jusuf Kalla membentuk postur kabinet
ramping dengan peleburan kementerian
menuai kontroversi. Salah satunya,
penggabungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dan Kementerian
Pertanian. Jokowi diminta mengkaji serius
rencana ini agar tidak jadi kemunduran.
Hal itu disampaikan Kepala Riset Pusat
Kajian Kelautan dan Peradaban Maritim
(PK2PM), Suhana kepada Rakyat Merdeka,
di Jakarta, kemarin. Menurutnya,
penggabungan dua kementerian itu akan
menghambat pembangunan sumber daya
kelautan.
“Meski sumber daya perikanan merupakan
bagian pokok pangan bangsa, tapi wacana
ini akan menghambat visi pembangunan
sumber daya kelautan. Hal ini juga
88 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
bertentangan dengan apa yang digembar-
gemborkan presiden terpilih Jokowi selama
ini,” kata Suhana.
Dia menyatakan, pembentukan dan
pengubahan kementerian harus dengan
mempertimbangkan delapan aspek.
Diantaranya; efisiensi dan efektifitas,
cakupan tugas dan proporsionalitas beban
tugas, kesinambungan, keserasian, dan
keterpaduan pelaksanaan tugas, serta
perkembangan lingkungan global.
Dia menanggap, penggabungan dua
kementerian ini tidak memenuhi delapan
kriteria tersebut. “Penggabungan tersebut
membuat beban kerja di kementerian itu
menjadi sangat berat, tidak efisien, efektif,
dan proporsional,” tuturnya.
Berbagai pihak juga mengingatkan agar
penggabungan kedua kementerian ini tidak
mengorbankan hak-hak rakyat. Seperti
kesempatan rakyat untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Kemudian juga
kesempatan rakyat untuk mendapatkan
harga pangan yang murah.
89 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Tak hanya itu, lanjut dia, presiden tidak
dapat langsung membubarkan KKP, karena
harus mendapatkan pertimbangan dari DPR.
Sebab, berdasarkan Undang-Undang No 39
Tahun 2008 tentang Kementerian Negara,
KKP adalah kementerian urusan
pemerintahan yang ruang lingkupnya telah
disebutkan dalam UUD 1945.
“Kalau mau, presiden dapat menjadikan
Kementerian Kedaulatan Pangan, sebagai
kementerian koordinasi terkait dengan
kepentingan sinkronisasi dan koordinasi
urusan kementerian khususnya di bidang
pangan,” sarannya.
Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk
Keadilan Perikanan (Kiara), Abdul Halim
menambahkan, penggabungan kementerian
dapat dilakukan tidak hanya dengan
mempertimbangkan aspek efisiensi
anggaran, melainkan harus berukuran pada
seberapa besar potensi yang akan dikelola
dan jalur koordinasi dengan pimpinan
nasional.
Dia pun mencontohkan penggabungan
kementerian bidang kelautan di Norwegia.
90 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Urusan perikanan digabung menjadi
Kementerian Perdagangan, Industri dan
Perikanan. Penggabungan kementerian
tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi perikanan yang
besar (keempat terbesar di dunia).
“Sementara kalau di sini beda. Wacana
penggabungan KKP dengan Kementan
hanya mempertimbangkan faktor kemiripan
peran. Tidak memperhatikan faktor
kepemimpinan nasional. Jika Jokowi
memaksa penggabungan tersebut, akan
lebih buruk ketimbang Orde Baru,”
tandasnya.
Dia menjelaskan, urusan kelautan tidak
hanya urusan pangan saja, tetapi banyak
aspek yang terkait. Misalnya penyiapan
sumber daya manusia, pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan yang
memperhatikan aspek ekologi dan budaya,
revitalisasi pelayaran rakyat dan
kepelabuhan, inovasi teknologi budidaya,
manajemen sumber daya laut, revitalisasi
koperasi perikanan, serta penguatan BUMN
perikanan.
91 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Sebelumnya, Tim Transisi Jokowi-JK tengah
menyiapkan postur kabinet yang ramping.
Tim Transisi menilai perlu ada peleburan
kementerian. Salah satunya, Kementan dan
KKP akan dilebur menjadi Kementerian
Kedaulatan Pangan, serta Kementerian
Perindustrian dan Kementerian Perdagangan
digabung jadi Kemenperindag. Dengan
peleburan ini, Tim Transisi mengklaim
negara bisa hemat Rp 3,8 triliun.
Opsi kedua yang ditawarkan, menteri dibuat
berdasarkan Undang Undang, artinya
kementerian diatur berdasarkan regulasi
dengan mengandalkan UU Kementerian
Negara.
Sementara Deputi Tim Transisi Jokowi-JK
Bidang Arsitektur Kabinet Andi Widjajanto
mengatakan, opsi ini akan mengatur
panduan untuk membentuk setiap
kementerian. ***
92 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
LSM Tolak Penggabungan Kementerian
Pertanian Dengan KKP
Minggu, 24 Agustus 2014 | 11:07
[SORONG, PAPUA BARAT] Lembaga
swadaya masyarakat Koalisi Rakyat untuk
Keadilan Perikanan (Kiara) dan Pusat Kajian
Kelautan dan Peradaban Maritim (PK2PM)
menolak rencana penggabungan
Kementerian Pertanian dengan Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
"Penggabungan (Kementerian Pertanian
dengan Kementerian Kelautan dan
Perikanan) ini dinilai Kiara dan PK2PM
sebagai sebuah kemunduran, meski sumber
daya perikanan merupakan bagian pokok
pangan bangsa," kata Sekjen Kiara Abdul
Halim dalam rilis yang diterima di Sorong,
Papua Barat, Minggu (24/8).
Menurut dia, usulan menggabungkan kedua
kementerian tersebut menjadi Kementerian
Kedaulatan Pangan bertentangan dengan
visi misi yang mengedepankan
pembangunan sumber daya kelautan Ia
mengingatkan seorang presiden tidak dapat
langsung membubarkan Kementerian
93 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Kelautan dan Perikanan tetapi harus
mendapatkan pertimbangan dari DPR.
Seharusnya Presiden, lanjutnya, dapat
menjadikan Kementerian Kedaulatan
Pangan, sebagai kementerian koordinasi
terkait dengan kepentingan sinkronisasi dan
koordinasi urusan Kementerian khususnya di
bidang pangan.
Kiara menyetujui usulan pembentukan
Kementerian Koordinator Maritim untuk
mengatasi egosektoral antarkementerian di
mana kewenangan KKP saat ini kerap
dibajak kementerian sektoral lainnya.
Oleh karena itu, menurut Abdul Halim,
merupakan gagasan yang baik bila dibentuk
Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman. Dengan demikian, seluruh
fungsi kemaritiman dapat didelegasikan ke
Kementerian Maritim tersebut.
"Sebaiknya memang ada Kementerian
Maritim yang dibawahnya membawahi fungsi
perikanan, kelautan, dan hal-hal terkait
lainnya yang selama ini tersebar di
kementerian sektoral lainnya," katanya.
94 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ia berpendapat agar Kemenko Maritim itu
tidak "bentrok" dengan Kementerian
Koordinator Perekonomian dan Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat, maka
harus dibuat payung hukumnya yang jelas.
Sementara itu, Kepala Riset PK2PM Suhana
dalam rilisnya menegaskan urusan kelautan
tidak hanya urusan pangan tetapi banyak
yang harus dipersiapkan antara lain
penyiapan sumber daya manusia, serta
pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan yang memperhatikan aspek
ekologi dan budaya.
"Rencana penggabungan kementerian
kelautan dan perikanan dengan kementerian
pertanian justru akan mengecilkan kembali
berbagai upaya yang telah dilakukan selama
ini, walaupun belum optimal," katanya.
Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri
Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan
mengusulkan agar pemerintahan baru
membentuk Kementerian Koordinator
Maritim guna mengoptimalkan potensi
perikanan.
95 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
"Sebagai negara maritim, Indonesia wajib
dan perlu membentuk itu. Selama ini kita
belum optimal memanfaatkan potensi
ekonomi di sektor ini," kata Wakil Ketua
Umum Kadin Bidang Kelautan dan
Perikanan Yugi Prayanto. [Ant/L-8]
96 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Soal Kelautan dan Perikanan, Jokowi
Alami Kemunduran
Minggu, 24 Agustus 2014 09:21 WIB
beritabatavia.com - Presiden terpilih 2014,
Joko Widodo (Jokowi), berniat
menggabungkan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dan Kementerian Pertanian
(Kementan) menjadi Kementerian
Kedaulatan Pangan. Hal ini dinilai Koalisi
Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) dan
Pusat Kajian Kelautan dan Peradaban
Maritim (PK2PM) sebagai sebuah langkah
kemunduran, meski sumber daya perikanan
merupakan bagian pokok pangan bangsa.
Penggabungan kedua kementerian tersebut
dinilai bertentangan dengan visi misi Jokowi
selama ini yang sangat mengedepankan visi
pembangunan sumber daya kelautan.
Merujuk pada UU No 39/2008 tentang
Kementerian Negara maka KKP merupakan
kementerian urusan pemerintahan yang
ruang lingkupnya telah disebutkan dalam
UUD 1945. Demikian siaran pers bersama
Kiara dan PK2PM yang diterima redaksi
97 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
beritabatavia.com, Minggu (24/8)
Walaupun tidak harus dibentuk dalam satu
kementerian tersendiri, pembentukan dan
pengubahan kementerian harus
mempertimbangkan delapan aspek.
Kedelapan aspek ini adalah efisiensi dan
efektivitas, cakupan tugas dan
proporsionalitas beban tugas,
kesinambungan, keserasian, dan
keterpaduan pelaksanaan tugas,
perkembangan lingkungan global, perubahan
dan/atau perkembangan tugas dan fungsi,
peningkatan kinerja dan beban kerja
pemerintah, kebutuhan penanganan urusan
tertentu dalam pemerintahan secara mandiri,
dan/atau kebutuhan penyesuaian
peristilahan yang berkembang.
Presiden tidak dapat langsung
membubarkan KKP, tetapi harus
mendapatkan pertimbangan dari DPR.
Presiden dapat menjadikan Kementerian
Kedaulatan Pangan sebagai kementerian
koordinasi terkait kepentingan sinkronisasi
dan koordinasi urusan kementerian,
khususnya di bidang pangan. Abdul Halim,
98 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Sekretaris Jenderal Kiara, mengatakan
penggabungan kementerian dapat dilakukan
tidak hanya dengan mempertimbangkan
aspek efisiensi anggaran, tetapi harus
berukuran pada seberapa besar potensi
yang akan dikelola dan jalur koordinasi
dengan pemimpin nasional.
Ia mencontohkan di Norwegia, misalnya,
melihat potensi perikanan (keempat terbesar
di dunia) dan perdagangan yang besar,
urusan perikanan digabung menjadi
Kementerian Perdagangan, Industri, dan
Perikanan. Dengan kementerian tersebut,
pemimpin nasional bisa fokus dan tidak
kesulitan berkoordinasi terkait perikanan.
Jika Jokowi memaksa penggabungan
tersebut, akan lebih buruk ketimbang Orde
Baru,†ujarnya. Menurutnya, tantangan di
bidang kelautan dan perikanan tidak sebatas
pada aspek produksi, tetapi juga distribusi
dan pemerataan konsumsi di tingkat
nasional. Di level produksi, ia melanjutkan,
Indonesia terbilang sebagai negara produsen
kedua perikanan tangkap setelah Tiongkok
(FAO, 2014).
99 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ironisnya, distribusi masih menjadi persoalan
yang belum dituntaskan Presiden SBY dalam
10 tahun terakhir. Demikian pula soal
konsumsi yang terindikasi dipasok dengan
produk impor.
Mengecilkan
Suhana, Kepala Riset PK2PM
menegaskan, urusan kelautan tidak hanya
urusan pangan, tetapi banyak aspek yang
terkait. Ia memaparkan, misalnya, penyiapan
sumber daya manusia, pengelolaan sumber
daya kelautan dan perikanan yang
memperhatikan aspek ekologi dan budaya,
revitalisasi pelayaran rakyat dan
kepelabuhan, inovasi teknologi budi daya
ikan air tawar, payau dan laut, manajemen
sumber daya laut, revitalisasi koperasi
perikanan, serta penguatan BUMN
perikanan.
Oleh karena itu, ia melanjutkan, rencana
penggabungan KKP dengan Kementan
justru akan mengecilkan kembali berbagai
upaya yang telah dilakukan selama ini,
walaupun belum optimal. Tak pelak, ia
menambahkan, upaya yang harus dikoreksi
Presiden terpilih Jokowi adalah memperkuat
100 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
keberadaan KKP. Selain itu, mengefektikan
koordinasi antarkementerian terkait kelautan
agar pembangunan kelautan lima tahun ke
depan dapat dipercepat dan sesuai cita-cita
republik.
Sumber SH di KKP, Jumat, mengatakan, ia
sangat menyayangkan jika KKP
digabungkan dengan Kementan. “Karena
itu, kita butuh dukungan media agar
kementerian ini tetap ada,†ucapnya. Ia
menilai selama ini KKP telah berjuang dalam
memajukan sektor kelautan dan perikanan
Indonesia sejak didirikan mantan Presiden
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pada 10
November 1999. o ndy
101 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
BAGIAN TIGA : JOKOWI DAN POROS
MARITIM
102 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Jalur Transportasi Udara Bisnis Kelautan
Perlu Ditingkatkan
Selasa, 04 November 2014 | 18:52
Jakarta - Dosen Institut Pertanian Bogor
(IPB) Suhana mengatakan pembangunan
bandara khusus untuk perikanan dapat
menekan biaya logistik industri perikanan
dan kelautan.
"Yang pasti akan mengurangi biaya-biaya
lain semisal pungutan liar oleh oknum yang
selama ini terjadi di jalur darat," katanya
kepada beritasatu.com, Selasa (4/11).
Menurut pria yang juga menjadi anggota
penasihat Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) ini, bandara khusus perikanan dapat
menjaga kesegaran ikan tangkap, karena
transportasi dilakukan dengan lebih cepat.
"Ini harus didukung karena secara hitung-
hitungan lebih ekonomis, selain menjaga
kesegaran ikan karena ikan segar harganya
juga lebih mahal," tambahnya.
Lebih lanjut, Suhana menilai pemerintah
selama ini telah menciptakan iklim kondusif
103 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
melalui penerapan Bea Keluar (BK) yang
kompetitif. Hanya saja, pemerintah perlu
lebih banyak memberi insentif berbentuk
benih ikan budidaya dan keterjaminan
pasokan solar bagi nelayan.
"Stasiun Pengisian Solar (SPDN) harus lebih
merata," katanya.
Ekspor kelautan telah berkontribusi terhadap
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
sekitar Rp 300 miliar per tahunnya. Ikan hias
sendiri misalnya, telah memberi sekitar Rp 3
miliar dari ekspor sebesar 1 miliar ekor
dimana setiap ekornya dikenakan PNBP
sebesar Rp 3.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan akan
membangun bandara khusus ikan dengan
biaya yang lebih murah.
Suhana menilai rencana tersebut berangkat
dari pengalaman Susi sebagai pelaku usaha
perikanan. Pada 2006 lalu, Susi air
mengangkut lobster dari Pangandaran ke
Jawa Timur. Hal tersebut meningkatkan
efisiensi dan mampu menekan biaya logistik.
104 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
"Saya kira perlu dikembangkan sarana
transportasi yang lebih cepat lewat jalur
udara, selama ini ikan yang diangkut dari
Cilacap menuju Muara Baru lewat jalur darat
terbukti kurang efektif," paparnya.
Penulis: Yosi Winosa/AF
http://www.beritasatu.com/industri-
perdagangan/222688-jalur-transportasi-
udara-bisnis-kelautan-perlu-ditingkatkan.html
105 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Transportasi Antarpulau Perlu
Dihidupkan Kembali
Penulis: Kartika Virgianti 15:10 WIB | Senin,
01 September 2014
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kepala
Riset Pusat Kajian-Pembangunan Kelautan
dan Peradaban Maritim (PK2PM),
Suhana, mengatakan transportasi antarpulau
harus dihidupkan kembali. Dulu, kapal
perintis bisa melayani pulau-pulau kecil, tapi
sekarang sudah tidak ada lagi.
“Transportasi antarpulau tidak jalan, padahal
itu penting untuk pengiriman bahan pangan,
misalnya dalam perdagangan hasil kopi,
kopra, atau hasil pertanian lainnya,” kata
Suhana dalam acara peluncuran dan bedah
buku Bukan Bangsa Kuli di kawasan Tebet,
Jakarta Selatan, Jumat (29/8),
Suhana menceritakan pada sekitar tahun
2010 atau 2011 Jakarta kekurangan ikan
patin sehingga harus impor dari Tiongkok.
Padahal di Jambi sedang panen dalam
jumlah besar. Jakarta memilih impor dari
Tiongkok karena ongkosnya lebih murah
106 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
daripada biaya pengiriman dari Jambi.
Suhana menyebut kenyataan seperti itu
sebagai masalah besar.
Suhana mengakui, saat ini
sebagian penumpang tidak lagi berminat
naik kapal laut. Selain biaya lebih mahal,
juga memakan waktu perjalanan yang lama.
Pesawat terbang atau kereta api lebih dipilih
sebagai moda transportasi.
“Kalau memang sudah tidak ada penumpang
yang mau naik kapal laut, agar penggunaan
kapal laut dialihkan untuk mengangkut
barang, bukan lagi untuk penumpang. Ini
supaya perdagangan antarpulau kembali
berjalan,” usulnya.
Kebutuhan pangan dunia akan protein
menurut Suhana sekitar 30-40
persen sumbernya dari ikan,
sementara Indonesia selalu mengekspor
ikan yang kualitasnya bagus, ikan berkualitas
berlomba-lomba diekspor pemerintah demi
meraup devisa.
“Kita memberikan makanan yang baik untuk
negara lain, sementara ikan yang matinya
107 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
setahun lalu (misalnya ikan asin, Red) masih
dikonsumsi oleh masyarakat kita, yang
gizinya tentu sudah tidak ada. Sementara
cara menjualnya di pasar pun digeletakkan
begitu saja di tanah, sangat kotor sekali,”
kata dia menyesalkan.
Suhana juga mengusulkan sebaiknya yang
lebih banyak diekspor ke luar negeri ikan
hias, sedangkan ikan untuk konsumsi
sebagian besarnya untuk konsumsi
masyarakat terlebih dahulu, guna perbaikan
gizi sumber daya manusia (SDM).
Mennurut Suhana bukan berarti Indonesia
tidak melakukan ekspor sama sekali, hanya
saja diperlukan strategi. Ikan segar harus
dikonsumsi oleh masyarakat sendiri, karena
ikan tersebut sudah disubsidi pemerintah.
Disubsidi dalam arti bahan bakar minyak
(BBM) yang digunakan nelayan untuk melaut
menggunakan BBM subsidi.
Bahkan budidaya ikan juga disubsidi, yaitu
pakan ternaknya. Tetapi hasil panennya
yang kualitasnya baik itu malah diekspor 100
persen ke luar negeri.
108 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Beberapa Kemajuan di Bidang Kelautan
Kepala Sub-bidang Kerja Sama Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP), Shahandra
Hanitiyo dalam kesempatan yang
sama, mengungkapkan bahwa Indonesia
boleh berbangga karena ada beberapa
pencapaian di bidang kelautan.
Shahandra yang merupakan cucu Perdana
Menteri Indonesia, Djuanda Kartawidjaja,
pencetus Deklarasi Djuanda 13 Desember
1957 mengatakan lembaga kelautan dan
perikanan (KKP) kita sudah berdiri sejak
zaman Presiden Gus Dur, kurang lebih
sudah 15 tahun.
Ia kemudian menjelaskan sebelum ada KKP,
laut Indonesia banyak ilegal fishing, yang
kerugiannya hampir Rp 30 triliun tiap tahun.
Akan tetapi ia tidak memungkiri ketika tim
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
datang ke KKP, jumlah kerugian yang
terdata malah mencapai tiga kali lipat.
Bagaimanapun juga, kemajuan yang ia
maksud adalah data yang sudah berhasil
109 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
didokumentasikan dan transparansi yang
semakin terbuka.
Berdasarkan data dari Food and Agriculture
Organization (FAO), Indonesia berada di
peringkat kedua dalam bidang perikanan
tangkap, pertama Tiongkok. Itu harus
dipertahankan, yang berarti dunia mengakui
hasil laut Indonesia.
Terkait rencana Giant Sea Wall menurut
Shahandra, apapun upaya yang dilakukan
untuk menggerus wilayah laut, baik itu Giant
Sea Wall maupun reklamasi pantai, pasti
akan berdampak bagi laut.
“Saya masih ragu, mungkin secara
perekonomian akan menguntungkan, tetapi
dari segi kelautan pasti akan ada dampaknya
karena proyek itu menduduki wilayah laut,
misalnya merusak ekosistem laut,” kata dia.
Editor : Sotyati
110 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ini Tugas Pertama Menko Kemaritiman
27/10/2014 19:06 WIB
| Dika Irawan
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman,
Indroyono Soesilo diminta segera
mensinkronisasikan empat kementerian di
bawahnya, yaitu Kementerian Perhubungan,
Energi dan Sumber Daya Mineral,
Pariwisata, dan Kelautan Perikanan.
“Selama ini kementerian tersebut berjalan
sendiri-sendiri,” kata peneliti dari Pusat
Kajian Pembangunan Kelautan dan
Peradaban Maritim, Suhana, kepada
Geotimes di Jakarta, Senin (27/10).
Dengan kementerian perhubungan,
Kemenko Kemaritiman harus mulai
menyusun konektivitas transportasi antar
pulau.
“Bagaimana menghubungkan wilayah timur
yang memiliki bahan baku perikanan,
dengan wilayah barat yang memiliki
pengolahannya,” katanya.
Kemudian dengan Kementerian Pariwisata,
Kemenko Maritim segera memikirkan
111 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
pengembangan wisata berbasis kelautan
tanpa menyingkirkan nelayan sekitar.
Menurut Suhana, pengembangan wisata
kelautan selalu menafikan kehadiran
nelayan. “Selama ini kan, kalau ada potensi
wisata nelayan sering diusir,” katanya.
Selanjutnya dengan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, Kemenko Maritim
harus memastikan tak ada lagi pencemaran
di laut akibat pertambangan.
“Banyak pertambangan itu berada di wilayah
laut,” katanya.
Adapun Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kemenko Maritim harus
mengkoordinasikan pengembangan sistem
logistik, salah satunya membereskan
birokrasi yang berbelit-belit terkait sewa
kapal.
“Sebelumnya kan sewa kapal itu harus ijin ke
kementerian perhubungan dan kelautan
perikanan,” katanya. “Akibat hal itu urusan di
laut jadi berbelit-belit,” katanya.
112 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Selain itu, menurut Suhana, Undang-undang
Kelautan yang baru disahkan diminta segera
diterjemahkan ke dalam program kerja
kementerian.
“Undang-undang itu sebagai panduan
mewujudkan konsep kemaritiman yang
diusung,” katanya.
Adapun tentang sosok Indroyono Soesilo
yang menjabat Menteri Koordinator Maritim,
Suhana enggan berkomentar terlalu panjang.
“Kita belum bisa bandingkan, karena
kementeriannya saja baru ada sekarang,”
katanya.
Saat pengumuman kabinet Minggu lalu,
Presiden Joko Widodo menunjuk Indroyono
Soesilo sebagai menteri koordinator bidang
kemaritiman. Ia terakhir memegang jabatan
Direktur Badan Pangan dan Pertanian PBB.
http://geotimes.co.id/kabinet/10883-ini-tugas-
pertama-menko-kemaritiman.html
113 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Dorong Perikanan, Wilayah Timur Harus
Punya Pembangkit
Republika, Selasa, 04 November 2014
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cita-cita
menjayakan industri perikanan wilayah timur
harus didukung suplai energi yang cukup
termasuk listrik dan bahan bakar. Karena itu,
wilayah timur dinilai harus memiliki
pembangkit sendiri.
Dosen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan (ESL) IPB Suhana
mengatakan undang-undang kelautan yang
akhirnya disahkan membuka jalan untuk
menggarap energi laut, terutama oleh
Kementerian ESDM.
"Untuk wilayah timur yang banyak berupa
kepulauan, pembangkit seperti ini lebih
berkelanjutan dibandung air yang
terpengaruh El Nino dan La Nina," kata
Suhana di kantor Kadin, Selasa (4/11).
Ia mengatakan harus dipetakan dulu besaran
potensi energi gelombang per wilayahnya.
Negara maju di Eropa sudah banyak yang
114 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
menggunakan dan teknologi yang masuk
pun dari sana.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan
dan Perikanan Yugi Prayanto juga
sependapat dengan Suhana. Kadin
mendorong dibangunnya pembangkit energi
listrik di sentra produksi dan pengolahan
agar biaya operasi bisa ditekan.
Mengandalkan energi dari BBM akan
membengkakan biaya produksi. "Aliran listrik
yang stabil juga membantu berdirinya cold
storage untuk penyimpanan produk
perikanan,'' kata dia.
Mantan Wagub Gorontalo dan Wakil Ketua
Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia Tony
Uloli juga mendukung adanya pembangkit
listrik di wilayah timur. "Wilayah timur harus
buat pembangkit energi," kata dia.
Investasi di awal bisa jadi memang besar.
Berkaca pada negara-negara lainnya, ia
melihat potensi balik yang lebih baik.
115 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Target Produksi Ikan 38,2 juta ton pada
2019
August 23, 2014 by Inggit
Fokus utama pemerintahan baru di sektor
perikanan adalah mengoptimalisasi produksi
perikanan budi daya nasional dan produksi
perikanan tangkap di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan laut lepas.
Target produksi perikanan budi daya dan
nasional pada tahun 2019 adalah 38,2 juta
ton.
Menurut Wakil Ketua Kamar Dagang Industri
(Kadin) Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi
Prayanto, road map mengenai sektor maritim
di Indonesia untuk pemerintahan baru telah
mencapai tahap finalisasi.
“Kita targetkan perikanan budi daya dan
nasional bisa mencapai 38,2 juta ton di tahun
2019 dan menjadi salah satu komoditi
ketahanan pangan nasional,” katanya di
Jakarta, Jumat (22/8/2014).
Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana
116 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
menjelaskan, saat ini hasil ikan tangkap
Indonesia mencapai 5,8 juta ton per tahun,
hal tersebut telah melebihi syarat tangkap
ikan sebesar 80% yang jumlahnya 6,4 juta
ton.
“Karena sudah melebihi batas 80%, hitung-
hitungan kami angka 38,2 juta ton tersebut
bisa terealisasi dari sumbangan budi daya
ikan, tentunya sektor rumput laut menjadi
yang paling diperhitungkan,” ujarnya. Dia
menambahkan, produksi keseluruhan sektor
perikanan tangkap dan budidaya, termasuk
rumput laut mencapai 18 juta ton per tahun.
Menurut Suhana, hal yang perlu diperhatikan
dalam pertumbuhan sektor budi daya adalah
mengenai benih dan pakan. “Kalau teknologi
ini kita kembangkan terus, dalam rentang 5
tahun tidak menutup kemungkinan bisa
tercapai,” jelas Suhana. (jok)
http://thepresidentpostindonesia.com/2014/0
8/23/target-produksi-ikan-382-juta-ton-pada-
2019/
117 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Produksi Ikan Bisa Meningkat, Banyak
Infrastruktur Sektor Perikanan Masih Belum
Memadai
Kompas, Senin, 08 Desember 2014
Repro: KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
@KOMPAS cetak
Jakarta, baranews.co - Kebijakan
pelarangan alih muat kapal di tengah laut
dan moratorium izin baru kapal penangkap
ikan dapat meningkatkan produksi ikan.
118 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Namun, kebijakan itu perlu ditopang oleh
perbaikan dan pembangunan infrastruktur
sektor perikanan dan kemampuan nelayan
lokal.
Hal tersebut disampaikan para pemangku
kepentingan di sektor perikanan, seperti
pemerintah daerah, kelompok-kelompok
nelayan, dan otoritas kepelabuhanan, di
sejumlah daerah yang dihimpun Kompas,
akhir pekan lalu.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti, akhir pekan lalu, menyatakan,
tanpa moratorium izin kapal ikan dan
penghentian alih muatan kapal, pihaknya
tidak akan bisa menyelesaikan tugas
membenahi sektor perikanan.
”Kebijakan anti illegal fishing yang kita
canangkan telah menyumbangkan deflasi
pada perekonomian kita. Masyarakat bisa
membeli ikan tenggiri segar dengan harga
cukup murah. Banyak nelayan kecil yang
seharusnya paceklik ikan, tetapi masih dapat
tangkapan,” tutur Susi.
119 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
komoditas ikan segar menyumbang deflasi
untuk November 2014. Andilnya mencapai
0,02 persen dengan penurunan harga
sebesar 3,7 persen.
Kebijakan moratorium izin kapal asing dan
penanganan penangkapan ikan mulai
berdampak terhadap tangkapan nelayan di
Pontianak, Kalimantan Barat. Sebagai
contoh, tangkapan kapal Inka Mina yang
berkapasitas 32 gros ton kini mencapai 5-25
ton setiap minggu, dari hanya 1 ton.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kalimantan Barat Gatot Rudiyono, Minggu
(7/12), menyatakan, kebijakan moratorium
izin kapal dan penanganan penangkapan
memang berdampak. ”Untuk di pelabuhan-
pelabuhan ikan, pasokan bertambah antara
20 persen hingga 30 persen. Selama ini,
kendalanya, kapal-kapal asing sering
mencuri ikan di perairan Kalimantan Barat,”
ujar Gatot.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia
Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan
Riau, Tarmizi mengatakan, jika kebijakan
120 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
pelarangan alih muat kapal di laut dan
moratorium izin kapal penangkap ikan
dilakukan secara konsisten, hal tersebut
dapat meningkatkan produksi ikan. Namun,
masih banyak hal yang harus dilakukan
setelah kebijakan itu.
Kelompok-kelompok nelayan lokal harus
lebih disiapkan untuk mencari ikan dengan
kapal-kapal besar. Sebagai gambaran,
volume ekspor ikan dari Anambas ke
Malaysia dan Singapura mencapai 300 ton
per bulan.
Infrastruktur perikanan, seperti tempat
pelelangan ikan, dermaga ikan, dan tempat
pendinginan ikan (cold storage), harus
dibangun atau ditingkatkan. ”Distribusi bahan
bakar minyak tempat-tempat penyimpanan
BBM juga perlu ditambah,” kata Tarmizi.
Secara terpisah, Kepala Riset Pusat Kajian
Pembangunan Kelautan dan Peradaban
Maritim Suhana mengemukakan, hampir
mustahil memastikan pemberlakuan
moratorium izin kapal akan membawa
dampak signifikan hanya dalam satu bulan.
Kebijakan moratorium berlangsung seiring
121 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dengan kenaikan harga BBM. Itu membuat
nelayan sulit melaut.
Selain itu, lanjut Suhana, penghentian izin
kapal dan larangan alih muatan kapal ikan
sejauh ini belum diimbangi upaya pemerintah
memperkuat kapal ikan lokal sebagai
pengganti kapal-kapal asing. Dampak
penertiban izin kapal dan larangan alih
muatan kapal akan terlihat dalam kurun
waktu tiga bulan, sesuai masa trip satu kapal
ikan besar.
Produksi bertambah
Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara
Ambon AA Cholieq Syahid mengatakan,
sejak Oktober, produksi ikan yang tercatat di
PPN Ambon meningkat dibandingkan
dengan beberapa bulan sebelumnya. Hasil
produksi Oktober 2014 sebanyak 5.436 ton
dan meningkat pada November menjadi
6.479 ton. ”Ini (hasil produksi) terlihat
mencolok sebelum dan sesudah penertiban
perikanan tangkap mulai diberlakukan. Itu
berarti kebijakan itu sudah berdampak,”
katanya.
122 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Akibatnya, nilai produksi juga meningkat
mencapai Rp 122 miliar pada November,
dari yang sebelumnya Rp 114 miliar pada
Oktober. Jumlah kapal yang merapat di PPN
Ambon pada Oktober 41 buah dan
bertambah menjadi 46 buah pada
November.
Di Jawa Timur, nelayan di Kabupaten
Lamongan berharap harga ikan bisa stabil
meski pasokan melimpah. Dengan adanya
pabrik pengolahan, tangkapan ikan pun
dapat terserap.
Menurut Wakil Ketua Himpunan Nelayan
Seluruh Indonesia Lamongan Sudarlin, perlu
ada jaminan ikan dari nelayan bisa terserap.
”Makin banyak pabrik pengolahan dengan
produk yang beragam makin bagus karena
membuka kesempatan kerja,” ujar Sudarlin.
Di Cilacap, Jawa Tengah, keberadaan
Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap
belum optimal menunjang aktivitas perikanan
tangkap di perairan selatan Jawa Tengah.
Akibatnya, dari potensi perikanan laut di
Cilacap sebesar 72.000 ton,
pemanfaatannya baru 21 persen atau sekitar
14.982 ton.
123 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ketersediaan bahan bakar
Pengurus Asosiasi Pengusaha Kapal
Indonesia Cilacap, Sanpo, mengatakan,
keberadaan satu stasiun pengisian bahan
bakar bungker (SPBB) di Pelabuhan
Perikanan Samudra kurang untuk melayani
ribuan kapal.
Sebaliknya, di Padang, Sumatera Barat,
Kepala Pelabuhan Perikanan Samudra
Bungus, Padang, Asifus Zahid, menilai,
secara umum, semua fasilitas tersedia.
Fasilitas dermaga bongkar, tangki BBM,
kapasitas air bersih, dan pabrik es tetap
berfungsi.
Di Sumatera Barat, kurun 2009-2013, terjadi
peningkatan produksi dari 987,48 ton (2009)
menjadi 2.321,88 ton ikan (2013). Nilai
produksi meningkat dari Rp 51,2 miliar
(2009) menjadi Rp 75,2 miliar (2013).
Namun, muncul kekhawatiran terkait
ketidakmerataan distribusi ikan dan dampak
pengembangan pelabuhan akibat regulasi
pemerintah.
(LKT/ESA/FRN/ACI/GRE/ZAK/ZAL/FER)/KO
MPAS cetak
124 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Banyak Infrastruktur Sektor Perikanan
Masih Belum Memadai
Selasa, 09 Desember 2014
JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan
pelarangan alih muat kapal di tengah laut
dan moratorium izin baru kapal
penangkap ikan dapat meningkatkan
produksi ikan. Namun, kebijakan itu perlu
ditopang oleh perbaikan dan
pembangunan infrastruktur sektor
perikanan dan kemampuan nelayan lokal.
Hal tersebut disampaikan para pemangku
kepentingan di sektor perikanan, seperti
pemerintah daerah, kelompok-kelompok
nelayan, dan otoritas kepelabuhanan, di
sejumlah daerah yang
dihimpun Kompas, akhir pekan lalu.
125 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti, akhir pekan lalu, menyatakan,
tanpa moratorium izin kapal ikan dan
penghentian alih muatan kapal, pihaknya
tidak akan bisa menyelesaikan tugas
membenahi sektor perikanan.
”Kebijakan anti illegal fishing yang kita
canangkan telah menyumbangkan deflasi
pada perekonomian kita. Masyarakat bisa
membeli ikan tenggiri segar dengan harga
cukup murah. Banyak nelayan kecil yang
seharusnya paceklik ikan, tetapi masih dapat
tangkapan,” tutur Susi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
komoditas ikan segar menyumbang deflasi
untuk November 2014. Andilnya mencapai
0,02 persen dengan penurunan harga
sebesar 3,7 persen.
Kebijakan moratorium izin kapal asing dan
penanganan penangkapan ikan mulai
berdampak terhadap tangkapan nelayan di
Pontianak, Kalimantan Barat. Sebagai
contoh, tangkapan kapal Inka Mina yang
berkapasitas 32 gros ton kini mencapai 5-25
ton setiap minggu, dari hanya 1 ton.
126 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kalimantan Barat Gatot Rudiyono, Minggu
(7/12), menyatakan, kebijakan moratorium
izin kapal dan penanganan penangkapan
memang berdampak. ”Untuk di pelabuhan-
pelabuhan ikan, pasokan bertambah antara
20 persen hingga 30 persen. Selama ini,
kendalanya, kapal-kapal asing sering
mencuri ikan di perairan Kalimantan Barat,”
ujar Gatot.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia
Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan
Riau, Tarmizi mengatakan, jika kebijakan
pelarangan alih muat kapal di laut dan
moratorium izin kapal penangkap ikan
dilakukan secara konsisten, hal tersebut
dapat meningkatkan produksi ikan. Namun,
masih banyak hal yang harus dilakukan
setelah kebijakan itu.
Kelompok-kelompok nelayan lokal harus
lebih disiapkan untuk mencari ikan dengan
kapal-kapal besar. Sebagai gambaran,
volume ekspor ikan dari Anambas ke
Malaysia dan Singapura mencapai 300 ton
per bulan.
127 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Infrastruktur perikanan, seperti tempat
pelelangan ikan, dermaga ikan, dan tempat
pendinginan ikan (cold storage), harus
dibangun atau ditingkatkan. ”Distribusi bahan
bakar minyak tempat-tempat penyimpanan
BBM juga perlu ditambah,” kata Tarmizi.
Secara terpisah, Kepala Riset Pusat Kajian
Pembangunan Kelautan dan Peradaban
Maritim Suhana mengemukakan, hampir
mustahil memastikan pemberlakuan
moratorium izin kapal akan membawa
dampak signifikan hanya dalam satu bulan.
Kebijakan moratorium berlangsung seiring
dengan kenaikan harga BBM. Itu membuat
nelayan sulit melaut.
Selain itu, lanjut Suhana, penghentian izin
kapal dan larangan alih muatan kapal ikan
sejauh ini belum diimbangi upaya pemerintah
memperkuat kapal ikan lokal sebagai
pengganti kapal-kapal asing. Dampak
penertiban izin kapal dan larangan alih
muatan kapal akan terlihat dalam kurun
waktu tiga bulan, sesuai masa trip satu kapal
ikan besar.
128 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Produksi bertambah
Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara
Ambon AA Cholieq Syahid mengatakan,
sejak Oktober, produksi ikan yang tercatat di
PPN Ambon meningkat dibandingkan
dengan beberapa bulan sebelumnya. Hasil
produksi Oktober 2014 sebanyak 5.436 ton
dan meningkat pada November menjadi
6.479 ton. ”Ini (hasil produksi) terlihat
mencolok sebelum dan sesudah penertiban
perikanan tangkap mulai diberlakukan. Itu
berarti kebijakan itu sudah berdampak,”
katanya.
Akibatnya, nilai produksi juga meningkat
mencapai Rp 122 miliar pada November,
dari yang sebelumnya Rp 114 miliar pada
Oktober. Jumlah kapal yang merapat di PPN
Ambon pada Oktober 41 buah dan
bertambah menjadi 46 buah pada
November.
Di Jawa Timur, nelayan di Kabupaten
Lamongan berharap harga ikan bisa stabil
meski pasokan melimpah. Dengan adanya
pabrik pengolahan, tangkapan ikan pun
dapat terserap.
129 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Menurut Wakil Ketua Himpunan Nelayan
Seluruh Indonesia Lamongan Sudarlin, perlu
ada jaminan ikan dari nelayan bisa terserap.
”Makin banyak pabrik pengolahan dengan
produk yang beragam makin bagus karena
membuka kesempatan kerja,” ujar Sudarlin.
Di Cilacap, Jawa Tengah, keberadaan
Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap
belum optimal menunjang aktivitas perikanan
tangkap di perairan selatan Jawa Tengah.
Akibatnya, dari potensi perikanan laut di
Cilacap sebesar 72.000 ton,
pemanfaatannya baru 21 persen atau sekitar
14.982 ton.
Ketersediaan bahan bakar
Pengurus Asosiasi Pengusaha Kapal
Indonesia Cilacap, Sanpo, mengatakan,
keberadaan satu stasiun pengisian bahan
bakar bungker (SPBB) di Pelabuhan
Perikanan Samudra kurang untuk melayani
ribuan kapal.
Sebaliknya, di Padang, Sumatera Barat,
Kepala Pelabuhan Perikanan Samudra
Bungus, Padang, Asifus Zahid, menilai,
secara umum, semua fasilitas tersedia.
130 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Fasilitas dermaga bongkar, tangki BBM,
kapasitas air bersih, dan pabrik es tetap
berfungsi.
Di Sumatera Barat, kurun 2009-2013, terjadi
peningkatan produksi dari 987,48 ton (2009)
menjadi 2.321,88 ton ikan (2013). Nilai
produksi meningkat dari Rp 51,2 miliar
(2009) menjadi Rp 75,2 miliar (2013).
Namun, muncul kekhawatiran terkait
ketidakmerataan distribusi ikan dan dampak
pengembangan pelabuhan akibat regulasi
pemerintah.
(LKT/ESA/FRN/ACI/GRE/ZAK/ZAL/FER)
131 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
BAGIAN EMPAT : PROSPEK BISNIS IKAN
HIAS DAN RUMPUT LAUT
132 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
BISNIS IKAN HIAS: Indonesia Bisa Jadi
Eksportir Terbesar Dunia
Bisnis.com, JAKARTA — Peneliti Pusat
Kajian Pembangunan Kelautan dan
Peradaban Maritim sekaligus Dosen Institut
Pertanian Bogor (IPB) Suhana mengatakan
Indonesia sebaiknya mendorong
pengembangan ikan hias.
Selama ini pemerintah lebih banyak
memperhatikan pemasaran ikan konsumsi.
Dia mengatakan bahwa Indonesia sekarang
merupakan pusat ikan hias di Asean, dan
berada pada 3 besar negara eksportir ikan
hias terbesar di dunia, sehingga potensi
tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan
secara maksimal.
“Sebelumnya Singapura memang memimpin,
tapi sejak 2009 Indonesia mengubah ekspor
dengan langsung menuju ke negara tujuan
ekspor. Setelahnya, Indonesia menjadi pusat
ikan hias di Asean dengan berada di posisi 3
dunia,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu
(16/7/2014).
133 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Permasalahannya, lanjut Suhana,
pembudidaya ikan hias masih minim
pembinaan dari pemerintah.
“Meskipun, dengan minim pembinaan kita
sudah berada di posisi tiga dunia. Asumsi
saya, kita bisa jadi negara terbesar di dunia
jika pemerintah terus membina
pengembangan ikan hias di Indonesia dan
langsung tujukan ke negara tujuan ekspor. Di
jepang saja kita sudah nomor satu,” tuturnya.
Suhana mengatakan pemerintah juga perlu
memperhatikan benih unggul dan harus
diregenerasi agar mendapatkan benih-benih
baru yang berkualitas.
Dia juga mengatakan pengembangan ikan
hias seharusnya diperhatikan oleh Presiden
mendatang untuk menggenjot devisa negara.
“Kebetulan dua capres memiliki perhatian
yang luas terhadap maritim, tapi jangan
hanya di sektor konsumsi. Karena harus ada
produk baru, dan ikan hias ini bisa menjadi
lumbung penyumbang devisa yang potensial
karena 100% eskpor, sedangkan ikan
konsumsi masih ada yang kita impor,”
katanya.
134 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Berdasarkan catatan Bisnis, produksi ikan
hias memang mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Sejak 2009, produksi ikan
hias melonjak hingga 473,66 juta ekor.
Pada 2013 lalu, produksi ikan hias di
Indonesia mencapai 1.040 juta ekor, setelah
pada 2012 mencapai 938 juta ekor.
Adapun menurut data base statistik
perdagangan internasional, Un Comtrade,
Indonesia berada pada posisi ketiga
eksportir ikan hias dunia, di bawah Spanyol
dan Jepang.
Di bawah Indonesia, Republik Ceko dan
Malaysia melengkapi 5 besar eksportir ikan
hias di dunia.
Sumber :
http://industri.bisnis.com/read/20140717/99/2
43932/bisnis-ikan-hias-indonesia-bisa-jadi-
eksportir-terbesar-dunia
135 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Jualan ikan hias, Indonesia libas
Singapura
Reporter : Henny Rachma Sari | Senin, 22
September 2014
Merdeka.com - Wilayah perairan Indonesia
yang luas, menyimpan potensi ekonomi yang
besar di sektor perikanan. Potensi tersebut
bukan hanya ikan untuk konsumsi,
melainkan ikan hias. Saat ini, Indonesia
menjadi negara peringkat ke tiga sebagai
negara pengekspor ikan hias.
Anggota Tim Penyusun Roadmap atau
rancangan Kelautan dan Perikanan Kamat
Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia,
Suhana menuturkan keberadaan ikan hias,
dulu tidak pernah dilirik. Tetapi saat ini,
sebanyak 10,32 persen kebutuhan ikan hias
dunia, dipasok dari Indonesia setelah
Spanyol sebesar 16,62 persen dan Jepang
sebesar 13,03 persen.
"Dulu padahal posisi ini milik Singapura,
sekarang dia tidak lagi dan digantikan oleh
Indonesia. Ini potensi untuk bisa
meningkatkan devisa negara," ujar Suhana
dalam diskusi Bedah Roadmap Sektor
136 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Kelautan dan Perikanan Kadin untuk
Pemerintah di Menara Kadin, Jakarta
Selatan, Senin (22/9).
Dia menegaskan, selain ikan hias, ikan
konsumsi baik dari laut maupun air tawar
Indonesia memegang peranan penting di
dalam negeri untuk memenuhi pasokan
pangan. Paling tidak 31 persen masyarakat
Indonesia telah mengonsumsi ikan air tawar
dan 40 persen mengonsumsi ikan laut.
Untuk sektor perikanan budidaya telah
dikembangkan teknologi bioflok. Di mana
dengan usaha tersebut mampu membuat
kualitas ikan hasil budidaya jauh lebih baik
dan lebih hemat pakan. "Budidaya bisa
dilakukan di dalam ruangan. Ini sudah
berkembang baik di Indonesia," katanya. [arr]
137 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ekpor Ikan Hias Melonjak siknifikan Indopost, Rabu, 5 November 2014 - 07:03
Pertemuan Pembahasan Pengembangan
Usaha Ikan Hias, hasil kerja sama
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
melalui Badan Pengembangan SDM
Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP),
Selasa, 94/11)di Kantor Pusat BPSDM KP,
Jakarta.
10 2
JAKARTA-Hasil Sensus Pertanian 2013,
dari 16 bidang pada sektor pertanian yang
dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS),
bidang kelautan dan perikanan menempati
rata-rata pendapatan rumah tangga tertinggi
dibandingkan dengan kategori-kategori
lainnya. Kisarannya antara Rp 18-50 juta per
tahun. Sementara bidang lainnya (non
138 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
kelautan dan perikanan) hanya berkisar
antara Rp 8-20 juta. Dari seluruh kategori
tersebut, ikan hias menempati peringkat
tertinggi rata-rata pendapatan rumah tangga
per tahun jauh di atas bidang-bidang lainnya,
yaitu sebesar Rp 50 juta.
”Hasil ini sangat pantantastik bukan. Sangat
menarik untuk terus dikembangkan, saya
juga baru tahu hebatnya potensi ikan hias
kita,’’ kata Suseno Sukoyono, Kepada
BPSDM KP, di kantornya.
Perkembangan ikan hias yang pesat ini
salah satunya dikarenakan jenis ikan ini kian
diminati masyarakat, termasuk di wilayah
perkotaan. Salah satu persoalan masyarakat
urban adalah keterbatasan ruang, sehingga
mendorong komunitas di dalamnya lebih
kreatif dalam berusaha, termasuk berinovasi
dalam menciptakan dan mengembangkan
kegiatan. Menjadi fenomena menarik
sekarang ini adalah berkembangnya bisnis
ikan hias di kalangan kaum urban di wilayah
Depok, Bekas, Bogor dan Jakarta. Menarik,
karena usaha dilakukan di kawasan
perumahan, apartemen, kios dan ruko
dengan menggunakan lahan terbatas, dapat
139 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dilakukan sebagai pekerjaan sampingan,
tetapi menghasilkan omzet milyaran rupiah.
Untuk pasar tidak terbatas pada pasar
domestik, tetapi telah merambah ke
manca negara.
Mengatisipasi permasalahan yang terjadi
dan untuk meningkatkan kapasitas Sumber
Daya Manusia (SDM) pelaku utama/usaha di
bidang ikan hias, Badan Pengembangan
SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
menyusun langkah-langkah strategis melalui
kegiatan pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan kelautan dan perikanan. Selain
itu ada upaya-upaya memasyarakatkan /
mensosialisasikan bahwa ikan hias ke depan
agar menjadi komoditas andalan baru bagi
sektor kelautan dan perikanan. Hal ini juga
sejalan dengan tujuan Dewan Ikan Hias
Indonesia (DIHI) untuk meningkatkan
besarnya animo masyarakat dalam
menggeluti bisnis ikan hias.
Senada dengan Suseno, Deputi Bidang
Statistik Produksi BPS, Adi Lumaksono.
Mengatakan rumah tangga ikan hias yang
menempati pendapatan tertinggi di sektor
pertanian ini, ternyata menempati jumlah
140 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
jumlah rumah tangga buruh perikanan
terkecil. Sekitar 59 buah (tertinggi di bidang
penangkapan ikan di laut mencapai 60.368
buah), dan jumlah usaha rumah tangga
perikanan terkecil pula, yaitu 2.027 buah
(tertinggi di bidang penangkapan ikan di laut
mencapai 386.757).
Namun demikian, jumlah rumah tangga yang
menempati peringkat terendah ini dapat
mengantarkan Indonesia sebagai peringkat
ketiga eksportir ikan hias terbesar dunia. “Hal
ini menjadi angin segar dan menjadi
pendapatan baru bagi kelompok rumah
tangga,’ kata Adi.
Pengakuan senada juga terlontar dari
kademisi Ekonomi dan Politik Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Suhana. Menurut
Suhana, lima negarautama eksportir ikan
hias dunia (data 2013) mengalami
perubahan dari tahun 2009. Berdasarkan
data United Nations Commodity Trade (UN-
Comtrade), pada tahun 2009, total nilai
ekspor ikan hias dunia sebesar US$
322.763.153 dan total nilai ekspor ikan hias
Indonesia hanya US$
11.660.944. Lima besar eksportir ikan hias
141 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dunia diraih oleh Singapura, Spanyol,
Jepang, Malaysia, dan Thailand. Namun
pada 2013, dari total nilai ekspor ikan hias
dunia US$ 24.197.497, Indonesia menduduki
peringkat tiga ekportir ikan hias terbesar
dengan total nilai ekspor US$ 24.197.497,
setelah Spanyol dan Jepang. Pada peringkat
keempat diraih Ceko dan peringkat kelima
diraih Malaysia.
Dalam rangka penguatan ikan hias nasional,
menurut Suhana, terdapat beberapa strategi
antara lain penguatan peran masyarakat
(pembudidaya dan pengusaha ikan
hias) dan negara dalam peningkatan nilai
ekspor ikan hias
; penguatan SDM, infrastruktur (termasuk
penguatan benih ikan hias), transportasi, dan
teknologi; serta penguatan regulasi,
koordinasi lintas instansi dan
eksekusi kebijakan perikanan ikan
hias. Untuk masalah transportasi yang sering
disampaikan oleh DIHI, KKP melalui unit
kerja terkait akan segera membenahi,
sejalan dengan pemikiran Menteri Kelautan
dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, untuk
membuka bandara khusus angkutan ikan di
lokasi strategis yang tidak memerlukan biaya
142 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
besar. Selain itu, KKP juga berkoordinasi
dengan Kementerian dan lembaga terkait,
untuk meningkatkan transportasi
pengangkutan ikan, baik melalui darat, laut,
dan udara, guna meningkatkan perdagangan
ikan, khususnya ikan hias. (nel)
- See more at:
http://m.indopos.co.id/2014/11/ekpor-ikan-
hias-melonjak-
siknifikan.html#sthash.eCAuMTJv.dpuf
143 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Meraup Untung dari Bisnis Ikan Hias
Koran SINDO, Senin, 22 Desember 2014
Potensi perikanan Indonesia memang tidak
pernah habis, salah satunya ikan hias. Stok
ikan hias laut di Perairan Indonesia diprediksi
mencapai 3 miliar ekor, dengan potensi
lestari sekitar 1,5 miliar. Jika hal ini
diberdayakan, bisnis ikan hias akan sangat
menguntungkan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
terus menggalakan komersialisasi sektor
kelautan dan perikanan, termasuk industri
ikan hias nasional. Permintaan pasar yang
terus meningkat membuat sektor ikan hias
menjadi bisnis yang menjanjikan.
Salah satu caranya adalah membentuk
sentra-sentra ikan hias nasional di berbagai
daerah. Menteri Kelautan dan Perikanan
Susi Pudjiastuti sedang giat mendorong
144 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
pelaku usaha ikan hias Indonesia menjadi
pemain utama di dunia. Maka dari itu, perlu
ada strategi agar ikan hias menjadi pemain
utama.
Hal itu diungkapkan Susi saat berdialog
dengan pelaku ikan hias di Jakarta, Selasa
(11/11). “Saya sering menjumpai orang
Indonesia yang pintar dalam menangani
permasalahan perikanan, khususnya ikan
hias,” ujarnya.
Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan
(Balitbang KP) Achmad Poernomo dalam
acara Rekreasi Edukasi Informasi
Komunikasi Konservasi dan Atraksi Ikan
Hias (REIKKA) di Depok (6/11) mengatakan,
pada Desember 2014 kali pertama Indonesia
mengekspor ikan hias botia ke Singapura
sebanyak 10.000 ekor atau senilai Rp40 juta.
145 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Selain Singapura, Achmad mengungkapkan,
ikan hias asal Indonesia telah diekspor ke
Eropa, Amerika, Thailand, Yordania, Iran,
Kuwait, Jerman, India, Aljazair, Italia, dan
Rusia. Pertumbuhan kinerja ekspor ikan hias
dari tahun 1996–2013 mencapai 62,46%.
Komoditas ikan hias Indonesia diklaim
mampu bersaing hingga masuk ke pasar
Eropa dan Timur Tengah.
“Ikan hias Indonesia yang sudah merambah
pasar luar negeri di antaranya terumbu
karang, clownfish, kepe, butterflyfish.
Adapun, ikan hias tetra yakni 60%,” terang
Achmad. Achmad menjelaskan, salah satu
contoh ikan hias yang spesial dimiliki oleh
Indonesia adalah ikan pelangi. Sebab, ikan
ini hanya ditemukan di Madagaskar,
Australia, Papua Nugini, dan Indonesia yaitu
di Provinsi Papua Barat dan Sulawesi.
146 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ikan pelangi di dunia terdiri dari 76 jenis, ikan
pelangi asal Papua yaitu kurumoi
(Melanotaenia parva) memiliki warna yang
sangat indah. Kepopuleran membuat ikan
pelangi diperjualbelikan di luar negeri.
Potensi ekspor ikan hias, lanjut dia, masih
sangat terbuka. Dari 1.100 spesies ikan hias
air tawar yang ada di dunia, 400 spesies di
antaranya berasal dari Indonesia.
Indonesia juga memiliki 650 spesies ikan
hias laut, membuat Indonesia sebagai
produsen ikan hias terbesar di dunia.
Wilayah yang berpotensi memiliki ikan hias
adalah Laut Cina Selatan, Samudera Hindia,
Laut Makasar & Laut Flores, Teluk Tomini &
Laut Halmahera, serta Laut Banda. Sejak
tahun 2013 Indonesia masuk dalam tiga
besar pengekspor ikan hias terbesardidunia.
Komoditas yang dikirim ke luar negeri itu
meliputi ikan hias dan kerang hias. Saat ini
147 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
keduanya mempunyai prospek yang bagus.
Bahkan, Indonesia bisa mengalahkan
Singapura yang sebelumnya menguasai
pasar ikan hias dan sebagai negara eksportir
terbesar.
“Singapura terpuruk karena krisis Eropa.
Bahan baku untuk perawatan dan
pembudidayaan ikan hias juga mahal di
sana. Saat ini Singapura justru melakukan
investasi ikan hias di Indonesia,” jelas
Suhana, anggota Tim Penyusun Roadmap
Kelautan dan Perikanan Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) Indonesia. Menurut
dia, awalnya Indonesia mengekspor ikan
hias ke Singapura, kemudian Singapura
melakukan re-ekspor ke Eropa.
“Namun mulai dari tahun 2010, ada
perubahan orientasi pasar. Indonesia tidak
lagi mengekspor ke Singapura, melainkan ke
China. Kemudian China yang akan
148 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
melakukan re-ekspor ke Eropa dan Amerika.
Sejak berlakunya CAPTA, budi daya ikan
hias di Singapura berkurang,” ujarnya
kepada KORAN SINDOkemarin.
Pemerintah, melalui Kementerian Kelautan
dan Perikanan, ingin mengekspor ikan hias
hingga mencapai nilai Rp354 miliar. Suhana
menilai target tersebut sangat
memungkinkan, bahkan bisa melebihi.
Namun, ada beberapa halhal yang harus
diperhatikan untuk mencapai tujuan itu.
“Pemerintah harus memberikan pembekalan
atau pembinaan kepada para petani
pembudi daya ikan hias. Kemudian,
berdiplomasi ke negara tujuan ekspor yang
akan memberikan pemasukan devisa
negara,” jelas dosen Departemen Ekonomi
dan Politik Kelautan Institut Pertanian
Bogor (IPB) ini. Menurut Awan, penjual ikan
hias yang ditemui di Tempat Promosi Hasil
149 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Perikanan (TPHP) Cengkareng, akhirakhir ini
penjualan ikan hias untuk masyarakat sendiri
mengalami penurunan.
“Potensi pasar ikan hias cukup baik. Namun,
naiknya harga BBM juga memengaruhi biaya
modal usaha ini,” kata Awan yang memiliki
salah satu kios ikan hias di TPHP
Cengkareng. Awan mengungkapkan, dirinya
saat ini dapat menjual ikan hias ke daerah
luar Jawa contohnya Aceh dan Bangka.
Benih-benih ikan yang didapatkan pun
berasal dari berbagai macam daerah seperti
Parung dan Tulungagung. Walaupun
sekarang peminat ikan hias berkurang, ia
masih dapat mendapatkan pendapatan
sekitar Rp50 juta per bulan. Dina Angelina
Sumber : http://www.koran-
sindo.com/read/940491/162/meraup-untung-
dari-bisnis-ikan-hias
150 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
151 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
KKP Gandeng Asing Kembangkan Olahan
Rumput Laut
JAKARTA – Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) menjajaki kerja sama
dengan sejumlah negara asing untuk
mendongkrak kuantitas dan kualitas produksi
olahan rumput laut jenis karaginan, di
antaranya Swiss. Melalui kerja sama
tersebut diharapkan produksi karaginan di
Tanah Air akan melimpah, sehingga impor
karaginan yang pada 2013 mencapai
334.408 kilogram (kg) bisa ditekan.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan KKP Saut P Hutagalung
mengungkapkan, impor olahan rumput laut
jenis karaginan terus meningkat setiap
tahunnya. Pada 2012, impor karaginan
mencapai 247.767 kg dan meningkat
menjadi 334.408 kg pada tahun lalu. Kondisi
itu menyebabkan kuota impor karaginan
menjadi membengkak walaupun produksi
rumput laut di dalam negeri melimpah.
Keterbatasan teknologi dalam mengolah
rumput laut menjadi karaginan merupakan
masalah utama Unit Pengolahan Rumput
Laut (UPRL) dalam negeri. “Untuk
152 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
mengatasinya, kami sedang
mempertimbangkan melakukan joint venture
dengan negara asing untuk menggenjot
harga olahan rumput laut jenis karaginan
yang belum kompetitif di pasar
internasional,” kata dia, pekan lalu.
Saut mengungkapkan, saat ini terdapat 37
UPRL yang beroperasi di Indonesia.
Sebanyak 14 UPRL di antaranya mengolah
agar-agar, 21 UPRL mengolah rumput laut
menjadi semi karaginan, dan hanya dua
UPRL yang mengolah rumput laut hingga
menjadi karaginan. Kondisi ini tentu tidak
menguntungkan bagi Indonesia karena
ternyata harga karaginan
5-6 kali lipat dari semi karaginan.
“Masalahnya di teknologi, teknologi di
Indonesia hanya bisa menghasilkan olahan
coklat, di luar negeri bisa putih. Hal ini pula
yang membuat rumput laut Indonesia tidak
kompetitif, sementara di Filipina yang
menggandeng Denmark bisa membuat
karaginan putih,” kata Saut.
Dia mengatakan, kerja sama sejenis dengan
Filipina-Denmark tengah dikaji di Indonesia,
153 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
misalnya dengan Swiss, agar UPRL
memproduksi karaginan sehingga bisa
bersaing di pasar Internasional. Kerja sama
Filipina-Denmark mampu menghasilkan
karaginan yang harganya lebih murah
namun kualitasnya jauh lebih baik dari yang
diproduksi di Indonesia. “Beberapa
perusahaan domestik menjajakidengan
Swiss, sedang dipetakan. Kerja sama itu
menyangkut pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan tenaga kerja dalam membuat
karaginan, juga mengadopsi teknologinya,
sehingga karaginan Indonesia
melimpah dan bisa bersaing dengan produk
dari negara lain,” jelas Saut.
Di tempat terpisah, Kepala Riset Pusat
Kajian Pembangunan Maritim IPB Suhana
mengatakan, kualitas karaginan dalam
negeri perlu dinaikkan standarnya dan itu
memerlukan teknologi. Namun demikian,
idealnya KKP tidak perlu memfasilitasi kerja
sama UPRL di Indonesia dengan negara
asing, melainkan cukup melalui kerja sama
dengan perguruan tinggi dalam negeri,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPTT), dan Lebaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). “Indonesia punya orang-
154 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
orang yang mumpuni, hanya saja tidak
terekspos,” ungkap Suhana.
Suhana mengatakan, apabila berkerja sama
dengan negara lain akan memakan biaya
dan belum tentu teknologi dan ilmu dari
mereka bisa sepenuhnya diserap oleh
pelaku usaha dalam negeri. Sebaliknya,
melalui kerja sama dengan para ahli dalam
negeri, selain biayanya lebih murah juga
akan membuat semua pihak sama-sama
berkembang. Selain teknologi, pemerintah
perlu melakukan pendampingan bagi
pembudidaya rumput laut dari panen sampai
menjadi produk olahan. “Sekarang ini, begitu
panen rumput laut hanya dijemur dan
digeletakkan begitu saja, drhingga
kualitasnya kurang bagus. Setidaknya kalau
ada pendampingan dari pemerintah dapat
diperbaiki kualitasnya,” kata dia. ( Ivestor
Daily )
155 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Rumput Laut Indonesia Berdaya Saing
Tinggi
Rabu, 10 September 2014 | 02:09:11
Jakarta | Jurnal Asia. Kepala Riset Pusat
Kajian Kelautan dan Peradaban Maritim,
Suhana, mengatakan rumput laut Indonesia
memiliki daya saing yang tinggi sehingga
potensial untuk terus memenuhi kebutuhan
rumput laut dunia. Dia mengatakan hal
tersebut berdasarkan hasil analisis Revealed
Comparative Advantage (RCA), Indeks
Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan nilai
pangsa pasar (PI).
Rinciannya, Nilai RCA rumput laut pada
2013 mencapai 86,75, meningkat
dibandingkan 2009 yang bernilai 75,50. Nilai
ISP mencapai pada 2013 bernilai 0,98,
sementara pada 2009 bernilai 0,97. Nilai PI
pada 2003 adalah 0,67, sementara pada
2009 juga bernilai 0,67.
“Berdasarkan ketiga kriteria tersebut terlihat
bahwa rumput laut memiliki daya saing yang
tinggi. Artinya bahwa rumput laut memang
156 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
sangat potensial untuk terus dikembangkan,”
katanya, kemarin.
Hal tersebut selaras dengan data terbaru
yang dikeluarkan UN-Comtrade yang
menunjukan bahwa Indonesia menjadi
negara eksportir nomor satu rumput laut
dunia, dengan nilai US$162.456.415 atau
sekitar 21,79% dari total nilai ekspor rumput
laut dunia US$ 745.418.307. Di belakang
Indonesia, ada Chile (19,10%), Korea
Selatan (18,39% ), China (9,63%), dan Peru
(4,89%).
Namun, dia mengatakan perlu adanya
perbaikan yang menyeluruh dari produksi
hingga pemasaran agar industri ini semakin
terjamin.
Selain pembentukan tata ruang atau zonasi
zonasi, perlu diadakan sinkronisasi jenis
rumput laut yang diproduksi pembudidaya
dengan industri yang berkembang di
Indonesia. “Perlu ada perencanaan bersama
antara pihak industri dengan pembudidaya
rumput laut, dan tentunya pemerintah untuk
zonasi agar tidak tumpang tindih dengan
aktivitas lain,” tuturnya. KKP memang tengah
157 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
memfokuskan untuk menggenjot perikanan
budidaya hingga 2019. Rumput laut
diharapkan sebagai komoditas yang akan
memberikan kontribusi yang besar pada
sektor ini.
Berdasarkan rancangan awal rencana
pembangunan kelautan dan perikanan 2015-
2019, produksi rumput laut ditargetkan dapat
mencapai 19.544.000 juta ton, atau hampir
tiga kali lipat dari total produksi saat ini. (bc)
- See more at:
http://www.jurnalasia.com/2014/09/10/rumput
-laut-indonesia-berdaya-saing-
tinggi/#sthash.52UP8at5.dpuf
158 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
2015, Prospek Bisnis Ikan Hias Cerah
Rabu, 05 November 2014
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Prospek
bisnis ikan hias di tanah air semakin cerah.
Hal ini dikarenakan banyaknya sentra usaha
ikan hias bermunculan di berbagai tempat.
Selain itu penggemar ikan hias juga semakin
bertambah.
Ketua Komisi Ikan Hias Indonesia (KIHI)
Sugiarto Budiono mengatakan, tren bisnis
ikan hias selalu menunjukan tren positif
dalam 5 tahun belakangan ini. Pebisnis ikan
hias biasanya hanya memilih salah satu
usaha saja misalnya usaha ikan hias air
tawar atau usaha ikan hias air laut. "Namun
bisa saja menjual keduanya," katanya.
Namun dari dua usaha ikan hias tersebut,
ikan hias air laut yang memiliki pesona
tersendiri. Pasalnya tampilan ikan hias air
laut lebih mencolok daripada ikan hias tawar.
Sedangkan untuk perawatannya lebih mudah
ikan hias air tawar karena untuk ikan hias air
laut pebisnis harus menyediakan air laut
untuk mengganti aquarium.
159 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Di 2015, prospek ikan hias tetap cerah.
Karena harga jual ikan hias air tawar
maupun ikan hias air laut lebih stabil. Bahkan
jika ada ikan hias yang warnanya bagus
akan dijual dengan harga yang tinggi.
Peneliti Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana,
juga mengakui kalau Indonesia sudah
menjadi psuat ikan hiass di Asean dan
berada pada 3 besar negara eksportir ikan
hias terbesar di dunia sehingga potensi
tersebut harusnya bisa dimanfaatkan lebih
maksimal.
"Dahulu Singapura yang memimpin. Tapi
sejak 2009 Indonesia mengubah ekspor
dengan langsung menuju ke negara tujuan
ekspor. Selebihnya Indonesia menjadi pusat
ikan hias di Asean dan berada di posisi 3
besar dunia," katanya.
Indonesia berada di bawah Spanyol dan
Jepang atau di atas Republik Ceko dan
Malaysia. Meski demikian, agar greget bisnis
ikan hias kian terasa maka, pemerintah perlu
memberikan pembinaan teknis ikan hias.
Beberapa kebijakan ekspor yang sekiranya
masih menghambat perlu ditinjau ulang.
Misalnya kebijakan biaya pengiriman ekspor
ikan hias. Biaya kargo yang tinggi dari
160 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
maskapai penerbangan menyebabkan ikan
hias Indonesia sulit mengirim langsung
keluar negeri.
"Saat ini ekspor ikan hias Indonesia belum
bisa seperti Singapura yang memiliki sewa
khusus pesawat untuk mengirim ikan hias ke
sejumlah negara impor. Pemerintah RI dan
komunitas ikan hias semestinya punya solusi
bersama terkait pesawat khusus tersebut,"
katanya.
Meski masih menemui beberapa kendala
namun, sentra ikan hias sudah tersebar di
beberapa tempat di Indonesia. Kepala Balai
Litbang Budidaya Ikan Hias KKP Anjang
Bangun Prasetio mengatakan saat ini Depok
dan sejumlah kota di kawasan Indonesia
Timur dibidik menjadi sentra produksi ikan
hias laut dan tawar.
Kota Depok sudah menjadi sentra produksi
ikan hias sejak lama. Keberhasilan Depok
menjadi sentra produksi ikan hias
dikarenakan munculnya banyak
pembudidaya ikan hias di wilayah tersebut.
Bahkan sudah mampu untuk mencukupi
kebutuhan nasional dan ekspor.
Beberapa sentra produksi ikan hias di Depok
adalah di kawasan Bojongsari, Sawangan
161 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dan Cimanggis. Kawasan tersebut juga telah
banyak mengekspor hingga ke luar negeri
terutama Asia, Amerika dan Eropa.
Selain Depok ada sentra produksi ikan hias
antara lain di Belitung Timur, Jambi, Musi
Banyuasin Sumatra Selatan, Raja Ampat
dan Katingan Kalimantan Tengah. Adapun,
ikan hias yang tengah dikembangkan antara
lain Botia, Coral Reef dan Kardinal Banggai.
Saat ini pendapatan per kapita per tahun
untuk ikan hias di Indonesia mencapai Rp50
juta. Adapun, produksi ikan hias di Indonesia
setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Tercatat pada 2013 produksi ikan hias
mencapai 1.040 juta ekor atau meningkat
dari 2012 sebesar 938 juta ekor.
Penulis : Deni Muhtarudin
Editor : Ihsan
162 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Mantap, Ikan Hias Indonesia 3 Besar
Dunia
Harian Nasional, Senin, 22 September 2014
20:03 WIB
Bisnis ikan hias Indonesia masuk tiga besar
dunia (kaskus.co.id)
JAKARTA (HN) - Indonesia menduduki
peringkat ketiga di dunia sebagai
pengekspor ikan hias. "Saat ini Indonesia
masuk 3 besar dunia sebagai pengekspor
ikan hias," ujar Suhana, Anggota Tim
Penyusun Roadmap Kelautan dan Perikanan
Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
Indonesia, Senin (22/9) di Menara Kadin,
Jakarta.
Masuk ke dalam peringkat 3 besar di dunia,
menjadi suatu kebanggaan Indonesia karena
sebelumnya bisnis ikan hias tidak pernah
163 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dilirik orang. "Prestasi yang cukup
membanggakan masuk 3 besar dunia,
padahal sebelumnya ikan hias ini tidak
pernah dilirik orang," ungkapnya.
Selain itu, prestasi yang diraih Indonesia
sanggat membanggakan karena dapat
mengalahkan Singapura yang sebelumnya
terkenal akan ikan hiasnya. "Bicara ikan hias
pasti yang terlintas itu Singapura, tapi
sekarang Indonesia dapat mengalahkan
peringkat Singapura di level dunia. Bahkan
saat ini Singapura tidak masuk ke dalam 5
besar dunia," ujarnya lagi.
Lebih lanjut, Suhana yang juga menjabat
sebagai Dosen ekonomi poltik kelautan di
IPB menjelaskan bahwa saat ini Indonesia
memasok sekitar 10,32 persen untuk
kebutuhan ikan hias di dunia. "Untuk urutan
pertama ditempati oleh Spanyol sebesar
16,62 persen dan Jepang sebesar 13,03
persen," tambahnya.
Selain potensi ikan hias yang dapat
menambahkan devisa negara, Suhana juga
memaparkan mengenai potensi konsumsi
ikan yang ada di Indonesia, baik ikan air laut
164 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
maupun ikan air tawar. "Selain ikan hias,
Indonesia juga memiliki potensi di ikan air
laut ataupun ikan air tawar, keduanya juga
terbilang mempunyai potensi yang besar,"
paparnya.
Menurutnya lagi, saat ini 31 persen
masyarakat Indonesia telah mengkonsumsi
ikan air tawar dan 40 persennya
mengkonsumsi ikan air laut. "Yang paling
banyak itu jenis ikan pelagis, seperti ikan
tongkol, ikan kembung, dan lainnya. Jadi,
enggak perlu impor banyak ikan, sekarang
fokus saja ke produksinya," jelasnya. (sdp)
Reportase : Bonita Ningsih
Editor : Sandi Prastanto
165 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
KKP Genjot Bisnis Ikan Hias Lewat Pelatihan
Selasa, 04 November 2014 | 18:10
JAKARTA- Perkembangan bisnis ikan hias
yang pesat di kalangan kaum urban di
wilayah Depok, Bekasi, Bogor dan Jakarta
telah menjadi fenomena menarik sekarang
ini. Pasalnya, bisnis tersebut dilakukan di
kawasan perumahan atau apartemen
dengan lahan terbatas.
Mencermati hal tersebut Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan
Perikanan (BPSDM KP) Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) telah
menyusun langkah strategis melalui kegiatan
pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
kelautan.
“Disamping upaya-upaya memasyarakatkan
bahwa ikan hias ke depan agar menjadi
komoditas andalan baru bagi sektor kelautan
dan perikanan,”kata Kepala BPSDM KP,
Suseno Sukoyono di sela-sela pertemuan
dengan Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) di
Kantor Pusat BPSDM KP, Jakarta, Selasa
(4/11).
166 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Hadir pada kesempatan tersebut Deputi
Bidang Statistik Produksi BPS, Adi
Lumaksono sebagai narasumber.
Menurut Adi, rumah tangga ikan hias yang
menempati pendapatan tertinggi di sektor
pertanian ini, ternyata menempati jumlah
rumah tangga buruh perikanan terkecil, yaitu
59 buah (tertinggi di bidang penangkapan
ikan laut mencapai 60.368 buah).
Dan jumlah usaha rumah tangga perikanan
terkecil pula, yaitu 2.027 buah (tertinggi di
bidang penangkapan ikan di laut mencapai
386.757) .
Namun demikian, jumlah rumah tangga yang
menempati peringkat terendah ini dapat
mengantarkan Indonesia sebagai peringkat
ketiga eksportir ikan hias terbesar dunia.
Sementara itu, akademisi Ekonomi dan
Politik Kelautan IPB, Suhana menyebutkan,
lima negara eksportir ikan hias dunia tahun
2013 mengalami perubahan dari tahun 2009.
167 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Indonesia pada tahun 2009 belum termasuk
negara utama eksportir ikan hias dunia,
namun pada tahun 2013 Indonesia sudah
masuk kelompok lima besar tersebut.
Suhana mengungkapkan, lima besar
eksportir ikan hias dunia diraih oleh
Singapura, Spanyol, Jepang, Malaysia, dan
Thailand. Namun pada 2013, dari total nilai
ekspor ikan hias dunia US$ 24.197.497,
Indonesia menduduki peringkat tiga eksportir
ikan hias terbesar dengan total nilai ekspor
US$ 24.197.497, setelah Spanyol dan
Jepang. (rp)
http://www.satunews.com/read/21736/2014/1
1/04/kkp-genjot-bisnis-ikan-hias-le-
html#sthash.kk2nDdUv.dpuf
168 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Indonesia Kejar Jadi Eksportir Terbesar
Neraca, Rabu, 16/07/2014
Jakarta – Berdasarkan data 2014 Indonesia
menjadi negara eksportir nomer 3 untuk ikan
hias di bawah Spanyol dan Jepang, dengan
potensi ikan hias yang ada 240 jenis ikan
hias laut dan 226 jenis ikan hias air tawar
sangat memungkinkan Indonesia bisa
menjadi negara produsen dan eksportir
untuk komoditas ikan hias. Hanya saja
memang harus ada management dan
sinergitas antara pemerintah, pengusaha
dan pembudidaya.
“Ikan hias ke depan dapat menjadi
komoditas andalan baru bagi sektor kelautan
dan perikanan. Besarnya animo masyarakat
untuk menggeluti bisnis ini perlu menjadi
perhatian serius KKP. Bisnis ikan hias tidak
terbatas pada komoditas ikan hiasnya, tetapi
juga menyangkut tanaman hias dan
ornament pendukungnya, seperti aquarium,
blower, dan lainnya. Kami meyakini bahwa
bisnis ikan hias memiliki perputaran ekonomi
yang luar biasa serta menjadi trend baru bagi
masyarakat yang tinggal di wilayah
169 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
perkotaan,” kata Kepala Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan
Perikanan (BPSDM KP), Kementrian
Kelautan dan Perikanan yang juga sebagai
Ketua Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI),
Suseno Sukoyono pada acara Focus Group
Discussion (FGD) bertema “Bisnis Kaum
Urban Melalui Ikan Hias“, di Jakarta, Selasa
(15/7).
Untuk mengarah kesana, tentu saja perlu
dukungan dari pemerintah, pengusaha, dan
pembudidaya, tujuannya adalah agar
didapatkan kesepakatan bersama terkait
dengan produksi, dan market atau negara
tujuan ekspor. “Selama ini, ikan hias
Indonesia mendominasi di dunia, hanya saja
masalahnya ekspor kita biasanya tidak
langsung ke negara tujuan, sehingga diklaim
oleh negara lain,” imbuhnya.
Melihat fenomena itu, dia mengatakan,
pentingnya BPSDM KP merasa perlu untuk
ambil bagian dalam mewujudkan bisnis ikan
hias sebagai kekuatan baru ekonomi
kelautan dan perikanan. Menurutnya,
Indonesia hendaknya tidak terbatas sebagai
“surga” ikan hias, tetapi juga sebagai “raja”
ekportir ikan hias di seluruh dunia. “Makanya
170 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
upaya yang harus dilakukan tentu saja
dengan meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman selain produksi juga dalam
melakukan ekspor, oleh karenanya kami
bersama dengan pelaku usaha di ikan hias
akan memberikan pelatihan-pelatihan dan
sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat,”
tegasnya
Pada kesempatan yang sama Suhana, S.Pi,
M.Si, dosen mata kuliah Ekonomi Politik
Sumberdaya Alam, Program Studi
Ekonomi dan Lingkungan Institut
Pertanian Bogor (IPB) mengatakan dari
peneliti pada Pusat Kajian Pembangunan
Kelautan dan Peradaban Maritim,
mengatakan, lima negara utama eksportir
ikan hias dunia tahun 2013 mengalami
perubahan dari tahun 2009. Indonesia pada
tahun 2009 belum termasuk eksportir ikan
hias terbesar dunia, namun pada tahun 2013
Indonesia sudah termasuk kelompok 5 besar
dengan menempati peringkat ketiga setelah
Spanyol dan Jepang, yang kemudian diikuti
oleh Malaysia dan Ceko di urutan keempat
dan kelima. Untuk itu, salah satu
rekomendasi Suhana adalah meningkatkan
peran serta KKP melalui BPSDM KP dalam
171 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
mendorong tumbuhnya pelaku bisnis ikan
hias di Indonesia. “Sebenarnya masalahnya
adalah selama ini ekspor kita melalui negara
lain, padahal jika dilakukan langsung
kenegara tujuan Indonesia bisa menjadi
eksportir terbesar,” katanya.
Ungkapan itu dibenarkan oleh Hendra Iwan
Putra, salah satu eksportir ikan hias di
Indonesia yang mengatakan memang
kebanyak dari pengusaha eksportir ikan
banyak yang ekspor tidak langsung ke
negara tujuan. Itu dikarenakan karena
ongkos logistik yang mahal, disamping itu
penerbangan dari Indonesia tidak ada yang
langsung maka dari itu melalui negara lain.
“Jika memang ikan menjadi yang terbesar,
harapannya pemerintah mendatang mampu
membereikan solusi adanya penerbangan
langsung kenegara tujuan seperti Eropa,
Amerika, dan Timur Tengah dan tentu
dengan biaya yang lebih murah,” tegasnya.
[agus]
172 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Ekstrak Rumput Laut Terhambat Payung
Hukum
Jumat, 21 November 2014 | 08:50 WIB
Rumput laut cokelat
VARIA.id, Jakarta – Rumput laut cokelat
bisa menghasilkan Rp 224,2 miliar jika diolah
menjadi bahan baku farmasi dan kosmetik.
Selain berpotensi menghasilkan uang besar,
pengolahan cokelat akan memenuhi
kebutuhan industri kesehatan dan
kecantikan. Namun, selama ini cokelat hanya
diekspor gelondongan sehingga tak punya
nilai lebih.
“Penelitian kami menyebutkan, ekstrak dari
rumput laut cokelat berupa fukosantin dan
fukoidan itu bisa dikomersialkan. Tapi saya
173 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
bingung ini tak bisa diproduksi massal dan
komersial karena belum ada payung
hukumnya,” kata Kepala Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan Agus Heri Purnomo, di Jakarta,
Kamis, 20 Nopember 2014.
Menurut Heri, pengolahan di di pusat riset
untuk ekstraksi rumput laut cokelat sudah
dimulai tahun lalu. Saat ini perusahaan obat-
obatan seperti Kalbe Farma sudah melirik
hasil penelitian dari Kementerian Kelautan
dan Perikanan tersebut.
Hasil ekstrak dari rumput laut cokelat berupa
fukosantin dan fukoidan bisa menjadi
antikanker dan bahan dasar bagi industri
kosmetik. “Kalbe itu agresif sekali datang ke
kita untuk menjalin kerja sama,” kata Heri.
Saat ini Litbang Pengolahan Produk dan
Bioteknologi sedang mempersiapkan
landasan hukum berupa naskah kerja sama
dengan pihak swasta. Naskah tersebut
nantinya akan disodorkan ke Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
untuk dipermanenkan menjadi peraturan
174 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
menteri. Hal ini untuk mengatur pembagian
keuntungan dari pengolahan rumput laut
cokelat dengan swasta.
“Tapi kan kalau saya tidak mungkin
menyodorkan rancangan aturan ini, misalnya
langsung SMS ke Bu Susi. Kita punya
struktur birokrasi dalam hal regulasi,” kata
Heri tanpa bisa memberikan kepastian waktu
kapan Peraturan Menteri tersebut bisa
ditetapkan.
Produksi rumput laut untuk semua jenis
mencapai 185.900 ton pada 2013. Produk
sumber daya laut ini diekspor secara
gelondongan dengan tujuan negara utama
yaitu Tiongkok. Di Tiongkok, rumput laut
cokelat kemudian diolah/diekstrak untuk
bahan baku industri farmasi dan kosmetik
serta produk makanan ringan. Sebagian
besar bahan baku tersebut kembali diekspor
ke Indonesia.
Anak Tiri
Pengamat ekonomi kelautan dari Institut
Pertanian Bogor (IPB) Suhana menilai,
selama ini potensi rumput laut cokelat kurang
diperhatikan oleh pemerintah. Padahal, kata
175 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dia, peluang investasi di salah satu sumber
daya laut ini cukup besar mengingat
pertumbuhan industri terutama farmasi
makin besar.
Berdasarkan perhitungan Gabungan
Pengusaha Farmasi (GP Farmasi),
pertumbungan industri farmasi tiap tahun
mencapai sekitar 14 persen. Sedangkan nilai
jual produk farmasi di dalam negeri
mencapai Rp 50 triliun pada 2013 dan Rp 47
triliun pada 2012.
“Selama ini upaya pemerintah lebih banyak
ke arah produksi, tapi belum ke ekstraksi dan
pengolahan. Nah, ini salah satu hal yang
bisa menghambat laju dari industri ini,” lanjut
Suhana.
Hasil riset dari Litbang Pengolahan Produk
dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
bisa jadi langkah awal untuk pengembangan
pengolahan rumput laut cokelat. Pengolahan
ini juga mesti diiringi dengan kepastian
hukum yang membuat kenyamanan
kalangan pengusaha untuk berinvestasi.*
176 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Pasar Ekspor Rumput Laut Indonesia
Editor: Ch Ahmad
Read more:
http://www.varia.id/2014/11/21/ekstrak-
rumput-laut-terhambat-payung-
hukum/#ixzz3MRzBEyPH
K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a
Pasar Ekspor Rumput Laut Indonesia
Read more:
177 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
BAGIAN LIMA : MEMBANGUN LAUT,
MEMBANGUN MANUSIA
178 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
SDM Jadi Kunci Pengembangan Poros
Maritim
Neraca, Senin, 01/09/2014
Jakarta- Deklarasi Djuanda pada tanggal 13
Desember 1957 merupakan upaya konkrit
bangsa Indonesia dalam mendeklarasikan
seluruh perairan di Kepulauan Indonesia
menjadi kedaulatan mutlak Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Deklarasi Djuanda
bukan sekedar mengukuhkan identitas
Indonesia menjadi negara kepulauan
terbesar, namun juga menjadi penghubung
dari pulau-pulau terluar milik Indonesia.
Melihat sejarah perjuangan Deklarasi
Djuanda digagas, maka pengembangan
poros maritim Indonesia yang digagas oleh
pemerintahan baru Jokowi-Jusuf Kalla
haruslah mampu “Memanusiakan Manusia”.
Gagasan Memanusiakan Manusia dibahas
secara mendalam dalam Peluncuran dan
Bedah Buku “Bukan Bangsa Kuli” karya
Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk
Keadilan Perikanan (KIARA) Abdul Halim
179 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
yang dilaksanakan di Dapur Selera, Jakarta
Selatan, Jumat (29/8).
Suseno Sukoyono, Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan mengungkapkan,
mengelola sumber daya perikanan artinya
mengelola sumber daya manusia. “Manusia
yang merupakan khalifah di bumi ini menjadi
poros penting dalam memuliakan jati diri
bangsa sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia. Buku Bukan Bangsa Kuli ini
menekankan pembangunan kelautan dan
perikanan dengan fokus memanusiakan
manusia,” kata Suseno.
Di sisi lain, Muhammad Karim yang
merupakan Dosen Prodi Agribisnis
Universitas Trilogi melihat, wacana poros
maritim harus dikembalikan kepada
bagaimana mengelola sumber daya
manusia. “Ironisnya, Indonesia yang
merupakan lumbung keanekaragaman hayati
malah menjadi “kuli” di rumahnya sendiri.
Tentunya, permasalahan baru di Indonesia
akan bertambah jika saja Kementerian
Kelautan Perikanan akan dihapus dari
susunan kabinet Jokowi dan Jusuf Kalla”
180 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Setali tiga uang, Sekretaris Jenderal KIARA
menilai Indonesia telah melewati proses
panjang sejarah untuk mendapatkan
identitasnya sebagai negara kepulauan.
“Tentu akan menjadi ironi jika Jokowi-Jusuf
Kalla malah berniat menghapuskan
kementerian kelautan dan bisa disebut
langkah tersebut menjadi gerak mundur
bangsa yang menjadi lupa akan entitas
sejarahnya sendiri,” ungkap Halim.
Pernyataan Halim ini mempertegas apa yang
dia sampaikan sebelumnya. Dia
mengatakan, rencana Presiden terpilih 2014
Joko Widodo (Jokowi) menggabungkan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
dan Kementerian Pertanian (Kementan)
menjadi Kementerian Kedaulatan Pangan
sebagai sebuah kemunduran, meski sumber
daya perikanan merupakan bagian pokok
pangan bangsa. Rencana penggabungan
kedua kementerian tersebut bertentangan
dengan visi-misi jokowi selama ini yang
sangat mengedepankan visi pembangunan
sumber daya kelautan.
“Merujuk kepada UU No. 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara, maka
181 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Kementerian kelautan, dan perikanan
merupakan kementerian urusan
pemerintahan yang ruang lingkupnya telah
disebutkan dalam UUD 1945,” kata Abdul
Halim, Sekjen KIARA, sebagaimana
disampaikan dalam siaran pers bersama dua
lembaga itu ke redaksi Neraca.
Dalam pandangan Halim, walaupun tidak
harus dibentuk dalam satu kementerian
tersendiri tetapi pembentukan dan
pengubahan kementerian harus dengan
mempertimbangkan 8 (delapan) aspek.
Yakni, efisiensi dan efektivitas; cakupan
tugas dan proporsionalitas beban tugas;
kesinambungan, keserasian, dan
keterpaduan pelaksanaan tugas;
perkembangan lingkungan global; perubahan
dan/atau perkembangan tugas dan fungsi;
peningkatan kinerja dan beban kerja
pemerintah; kebutuhan penanganan urusan
tertentu dalam pemerintahan secara mandiri;
dan/atau kebutuhan penyesuaian
peristilahan yang berkembang.
“Presiden tidak dapat langsung
membubarkan Kementerian Kelautan Dan
Perikanan tetapi harus mendapatkan
182 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
pertimbangan dari DPR. Presiden dapat
menjadikan Kementerian Kedaulatan
Pangan, sebagai kementerian koordinasi
terkait dengan kepentingan sinkronisasi dan
koordinasi urusan kementerian khususnya di
bidang pangan,” lanjut Halim.
Menurut dia, penggabungan kementerian
dapat dilakukan tidak hanya dengan
mempertimbangkan aspek efisiensi
anggaran, melainkan harus berukuran pada
seberapa besar potensi yang akan dikelola
dan jalur koordinasi dengan pimpinan
nasional. “Di Norwegia, misalnya, melihat
potensi perikanan (keempat terbesar di
dunia) dan perdagangan yang besar, urusan
perikanan digabung menjadi Kementerian
Perdagangan, Industri dan Perikanan.
Dengan kementerian ini, pimpinan nasional
bisa fokus dan tidak kesulitan berkoordinasi
terkait perikanan. Jika Jokowi memaksa
penggabungan tersebut, akan lebih buruk
ketimbang Orde Baru,” ungkap Halim.
Suhana, Kepala Riset Pusat Kajian
Kelautan dan Peradaban Maritim
menegaskan, urusan kelautan tidak hanya
urusan pangan saja, tetapi banyak aspek
183 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
yang terkait. “Oleh karena itu, rencana
penggabungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan dengan Kementerian Pertanian
justru akan mengecilkan kembali berbagai
upaya yang telah dilakukan selama ini,
walaupun belum optimal,” jelas Suhana.
184 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Membangun Laut, Membangun Sumber
Daya Manusia
Suhana ; Peneliti pada Pusat Kajian
Pembangunan Kelautan dan Peradaban
Maritim
SINAR HARAPAN, 09 Agustus 2014
Pembangunan kelautan dalam lima tahun ke
depan akan mendapatkan nuansa baru. Itu
karena presiden terpilih dalam Pemilu 2014
kemarin memiliki visi kelautan yang sangat
besar.
Hal ini berbeda dengan presiden-presiden
sebelumnya, yang secara tersurat dalam
visi-misinya mengusung visi pembangunan
kelautan nasional dalam lima tahun ke
depan.
Namun, Jokowi-JK perlu me-review kembali
kebijakan-kebijakan kelautan yang dalam
sepuluh tahun terakhir cenderung tidak
mengalami perubahan signifikan.
Hal ini ditunjukkan dengan terus berulangnya
kebijakan-kebijakan kelautan nasional yang
diusung pemerintahan sejak awal Reformasi
185 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
sampai periode Kabinet Indonesia Bersatu
(KIB) Jilid 2.
Bahkan, dalam visi-misi Jokowi-JK pun
sebagian besar masih mengulang kebijakan
pemerintahan sebelumnya. Artinya, belum
ada terobosan baru yang akan diusung
dalam pembangunan kelautan lima tahun ke
depan.
Oleh karena itu, supaya tidak mengulang hal
yang sama, dalam masa transisi
pemerintahan KIB Jilid 2 ke pemerintahan
Jokowi-JK, perlu perumusan kebijakan
kelautan yang tepat dalam lima tahun ke
depan.
Berdasarkan catatan penulis, sejak awal
Reformasi sampai saat ini, ada beberapa hal
yang perlu mendapatkan perhatian serius
Jokowi-JK, dalam pembangunan kelautan
nasional.
Pertama, selama ini pendekatan dalam
pembangunan sektor perikanan lebih
mengedepankan pendekatan peningkatan
volume produksi. Jadi, berbagai program
untuk mendukung hal tersebut terus
186 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
dilakukan, seperti pengadaan kapal Inka
Mina 30-60 GT. Namun, kebijakan
peningkatan volume produksi perikanan
tersebut tidak diikuti peningkatan kualitas
hasil perikanan. Jadi, ikan-ikan hasil
tangkapan nelayan banyak yang bermutu
rendah karena penanganan setelah
tangkapnya tidak diperhatikan secara baik.
Oleh sebab itu, pemerintah dan para nelayan
sudah saatnya meninggalkan pendekatan
peningkatan volume produksi ikan dan
menggantinya dengan pendekatan
peningkatan kualitas hasil tangkapan
nelayan. Hal ini juga sejalan dengan upaya
pemerintah untuk terus meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
lebih baik.
Untuk itu, diperlukan dukungan ikan-ikan
hasil tangkapan yang berkualitas baik
tersebut. Penulis yakin yang dibutuhkan
nelayan kecil saat ini adalah bukan kapal
yang besar. Akan tetapi, bagaimana mereka
dapat menangkap ikan dengan kualitas yang
baik dan penyediaan infrastruktur pemasaran
ikan yang memadai serta menjamin kualitas
ikan hasil tangkapan nelayan.
187 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Jadi, ikan-ikan hasil tangkapan nelayan
dapat terjaga kualitasnya, mulai dari awal
menangkap sampai kepada konsumen akhir.
Dengan adanya peningkatan kualitas hasil
tangkapan nelayan, secara otomatis akan
meningkatkan nilai jual hasil tangkapan
nelayan. Ini jauh lebih penting daripada
meningkatkan volume ikan hasil tangkapan
melalui pengadaan kapal Inka Mina.
Kedua, perlu ada grand design industrialisasi
perikanan yang berpihak pada
pengembangan SDM di masa yang akan
datang. Indonesia akan lebih maju kalau
didukung SDM yang baik. SDM yang baik
bisa dibentuk dengan adanya asupan gizi
yang lebih baik.
Oleh karena itu, industrialisasi perikanan
nasional harus dapat mendukung
pengembangan SDM nasional yang lebih
baik. Namun, kalau industrialisasi perikanan
yang digalakkan pemerintah sejak awal
Reformasi sampai saat ini, penulis khawatir
SDM nasional ke depan akan semakin
terpuruk.
188 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Industrialisasi perikanan yang ada saat ini
lebih mementingkan pemgembangan SDM
negara lain, dibandingkan SDM negaranya
sendiri. Hal ini terbukti dengan target
industrialisasi perikanan untuk mengekspor
ikan-ikan kualitas baik dari Indonesia, seperti
tuna, cakang, udang, ikan-ikan karang, dan
ikan-ikan kualitas baik lainnya.
Sementara itu, kebutuhan konsumsi ikan
dalam negeri cukup disediakan ikan asin
dengan bahan baku impor dari negara lain.
Pertanyaannya sekarang, ahli gizi mana
yang dapat menjelaskan ikan asin dapat
meningkatkan kualitas SDM nasional.
Jokowi-JK beserta jajaran kabinet yang akan
mendukungnya nanti perlu
mengimplementasikan undang-undang
perikanan nasional secara baik dan
konsisten.
Dalam Pasal 25 B Ayat (2) UU No 45/2009
tentang Perubahan UU No 31/2004 tentang
Perikanan ditegaskan, pengeluaran hasil
produksi usaha perikanan ke luar negeri
(ekspor) dilakukan apabila produksi dan
pasokan di dalam negeri telah mencukupi
kebutuhan konsumsi nasional. Pasal 25 B ini
189 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
jelas sangat berpihak pada kepentingan
nasional. Namun, dalam implementasi di
lapangan belum diikuti kebijakan yang nyata.
Hal ini terbukti dengan kebijakan
industrialisasi perikanan yang lebih
mementingkan kebutuhan ikan negara lain.
Industrialisasi perikanan jangan hanya
dipandang bagaimana meningkatkan nilai
ekspor produk perikanan, tetapi perlu
memiliki agenda pembangunan SDM
nasional yang lebih baik. Oleh karena itu,
implementasi Pasal 25 B Ayat (2) tersebut
saat ini diperlukan guna meningkatkan
kualitas SDM nasional.
Ketiga, perlu terus dikembangkan wirausaha-
wirausaha baru berbasis sumber daya
kelautan dan perikanan. Hal ini guna
mengoptimalkan pemanfaatan potensi
sumber daya kelautan dan perikanan untuk
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
lingkungan. Banyak potensi bisnis di sektor
perikanan yang dapat dikembangkan secara
baik. Jadi, diperlukan keberpihakan
pemerintah untuk terus mendukung
pengembangan SDM yang bergerak di
sektor ini.
190 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
Dalam dua tahun terakhir, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikana (BPSDMKP) yang di
pimpin Dr Suseno sudah menginisiasi untuk
membentuk para wirausaha baru di sektor
perikanan, melalui program Pusat Pelatihan
Mandiri Kelautan dan Perikanan
(P2MKP).
Di beberapa wilayah yang penulis kunjungi,
program tersebut berhasil mendorong
kelompok atau individu yang bergerak di
bidang usaha perikanan. Bahkan, sebagian
besar dari yang berhasil tersebut telah dapat
memanfaatkan sumber daya ikan secara
utuh.
Artinya, satu ekor ikan yang diolah, tidak ada
satu bagian pun yang terbuang. Mulai dari
daging, kulit, kepala, dan sisik ikan
semuanya dapat dimanfaatkan secara baik
tanpa ada yang terbuang.
Berdasarkan hal tersebut penulis yakin
pembangunan kelautan dalam lima tahun ke
depan akan lebih efektif, dimulai dengan
terus mengembangkan kualitas dan
191 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
kuantitas SDM yang bergerak di bidang
kelautan, khususnya sektor perikanan.
Tanpa adanya upaya pengembangan SDM
tersebut pemerintahan Jokowi-JK akan
mengalami kondisi yang sama dengan
pembangunan kelautan tahun-tahun
sebelumnya. Misalnya saja, kegagalan
program bantuan kapal Inka Mina >30 GT
oleh pemerintahan SBY disebabkan
perencanaan yang tidak matang.
Pemerintah hanya memandang dengan
bantuan kapal tersebut nelayan dapat
meningkatkan produksi perikanannya.
Namun, ternyata tidak, karena para nelayan
penerima bantuan tersebut tidak diberikan
pembekalan kemampuan yang memadai.
Alhasil, penulis menekankan, pembangunan
kelautan lima tahun ke depan akan efektif
jika dimulai dengan mengedepankan
pembangunan SDM yang bergerak di bidang
kelautan dan perikanan. Oleh karena itu,
diperlukan keberpihakan dalam
pembangunan SDM tersebut.
192 | K l i p i n g P e m i k i r a n S u h a n a T a h u n 2 0 1 4
KONTAK SUHANA
Website : www.suhana.web.id Email : [email protected]
Facebook : suhana.nana Twitter : @suhanaipb
View publication statsView publication stats