tahapan layanan perpustakaan keliling dinas...
TRANSCRIPT
TAHAPAN LAYANAN PERPUSTAKAAN KELILING DINAS KEARSIPAN
DAN PERPUSTAKAAN DALAM GERAKAN LITERASI MASYARAKAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Umi Hani
NIM: 1113025100110
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1441H/2020M
i
ABSTRAK
Umi Hani (1113025100110). Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok dalam Gerakan Literasi
Masyarakat. Di bawah Bimbingan Amir Fadhilah, M.Si. Program
Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tahapan layanan
perpustakaan keliling dalam mendukung kegiatan gerakan literasi masyarakat
Kota Depok, dan untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan dalam
mengatasi hambatan yang dihadapi pustakawan dalam pelaksanaan kegiatan
gerakan literasi perpustakaan keliling. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang pengambilan datanya melalui
observasi atau pengamatan langsung dan wawancara dengan pustakawan. Untuk
pengambilan sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan layanan perpustakaan keliling
dalam pelaksanaan kegiatan gerakan literasi adalah 1) Tahapan persiapan yang
terdiri dari dua langkah yaitu penyediaan bahan literasi dan pelatihan fasilitator. 2)
Tahap Pelaksanaan yang terdiri dari satu langkah yaitu dengan pembelajaran. 3)
Tahap Evaluasi/tindak lanjut yang terdiri dari satu langkah yaitu dengan
mengadakan olimpiade literasi nasional. Adapun upaya dalam mengatasi
hambatan yang dihadapi pustakawan dalam melaksanakan perpustakaan keliling
adalah 1) Sumber Daya Manusia dalam hal ini adalah petugas, upaya yang
dilakukan adalah bekerjasama dengan K3S yang ada di kecamatan. Kemudian
pendamping, upaya yang dilakukan adalah dengan bekerja secara professional. 2)
Anggaran, upaya yang dilakukan dalam mengatasi buku yang kuranga dalah
dengan silang buku dan mengajukan kebagian pengadaan atau deposit. Upaya
untuk alat peraga adalah dengan menggunakan gaya staf perpustakan sendiri. Dan
upaya yang dilakukan dalam mengatasi alat akses adalah dengan membawa
apapun yang bisa digunakan untuk membawa buku ke lokasi jika akses jalan tidak
bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.
Kata Kunci: Tahapan Layanan, Perpustakaan Keliling, Gerakan Literasi
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat yang luar biasa dan karena berkat rahmatnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tahapan Layanan Perpustakaan
Keliling (DISKARPUS) Dalam Gerakan Literasi Informasi Masyarakat Kota
Depok” yang diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Perpustakaan. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dari penulisan
skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran-saran yang
membangun.
Dalam pelaksanaan penulisan skripsi penulis mendapatkan banyak bantuan
dari berbagai pihak yang mendukung baik secara moril, materil maupun tenaga.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Syaiful Umam, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Maryam, S.Ag., S.S., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
4. Bapak Amir Fadhilah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan
dan selaku dosen pembimbing penulis yang sudah bersedia membantu dan
mengarahkan penulis untuk dapat menyelesaikan skrispsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
memberikan banyak ilmunya kepada penulis.
6. Terima kasih kepada Ibu Irma Sari, S.Sos., Bapak Dedi Damhudi, SE.,
Bapak Yudha Kemal Bayhaqi, Bapak Antonirawan, Bapak Ade Aryanto,
Bapak Alfian selaku staf di bagian layanan perpustakaan keliling dan
seluruh staf perpustakaan yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian dan membantu dalam proses penyusunan skripsi
iii
7. Kedua orang tua penulis, Bapak H. Nawawi dan Ibu Nursiyah serta kakak-
kakak yang senantiasa sabar, memberikan do‘a, perhatian, kasih sayang,
semangat, dan dukungan kepada penulis hingga selesainya skripsi.
8. Terima kasih kepada teman-teman penulis Jamilah, Dita Irmayani, Sri
Mulyati dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang
selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
9. Terima kasih juga kepada teman-teman IPI 2013, khususnya IPI C yang
sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsinya.
10. Dan kepada semua pihak yang ikut terlibat yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala do‘a dan dukungannya.
Akhir kata penulis hanya dapat memanjatkan do‘a semoga Allah SWT.
Memberikan balasan yang setimpal pada semua pihak atas kebaikan dan
bantuannya.
Jakarta, 22 Juni 2020
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 5
D. Definisi Istilah .......................................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 7
BAB II ................................................................................................................ 8
TINJAUAN LITERATUR................................................................................. 8
A. Perpustkaan Umum .................................................................................. 8
1. Pengertian Perpustakaan Umum ........................................................... 8
2. Ciri-ciri Perpustakaan Umum ............................................................. 10
3. Tujuan Perpustakaan Umum .............................................................. 11
4. Tugas Perpustakaan Umum ................................................................ 11
5. Fungsi Perpustakaan Umum ............................................................... 12
B. Perpustakaan Keliling ............................................................................. 14
1. Pengertian Perpustakaan Keliling ....................................................... 14
2. Tujuan Perpustakaan Keliling ............................................................ 15
3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Keliling ............................................ 16
4. Jenis Perpustakaan Keliling ................................................................ 17
C. Literasi ................................................................................................... 17
1. Pengertian Literasi ............................................................................. 17
2. Prinsip Literasi ................................................................................... 20
3. Tingkatan Literasi .............................................................................. 20
v
4. Komponen Literasi............................................................................. 21
D. Gerakan Literasi ..................................................................................... 22
1. Pengertian Gerakan Literasi ............................................................... 22
2. Gerakan Literasi Nasional .................................................................. 23
3. Prinsip Gerakan Literasi Nasional ...................................................... 25
4. Strategi Gerakan Literasi Nasional ..................................................... 26
5. Tujuan dan Manfaat Gerakan Literasi Nasional .................................. 27
6. Pedoman atau Peta Jalan Pelaksanaan Gerakan Literasi Nasional ....... 28
7. Gerakan Literasi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok....... 32
E. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 33
BAB III ............................................................................................................. 37
METODE PENELITIAN ................................................................................ 37
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................................. 37
1. Data Primer ........................................................................................ 38
2. Data Sekunder.................................................................................... 38
B. Teknik Penentuan Informan .................................................................... 38
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 39
1. Observasi ........................................................................................... 39
2. Wawancara ........................................................................................ 39
3. Dokumentasi ...................................................................................... 40
4. Kajian Kepustakaan ........................................................................... 40
D. Teknik Analisis Data .............................................................................. 40
1. Reduksi Data ..................................................................................... 40
2. Penyajian Data ................................................................................... 41
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ....................................................... 41
E. Jadwal penelitian .................................................................................... 41
BAB IV ............................................................................................................. 42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 42
A. Profil Objek Penelitian ........................................................................... 42
1. Profil Perpustakaan Umum Kota Depok ............................................. 42
2. Sejarah Perpustakaan Keliling ............................................................ 43
vi
3. Visi dan Misi Perpustakaan Umum Kota Depok ................................. 44
4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan ......................................................... 45
5. Fasilitas Perpustakaan ........................................................................ 46
6. Struktur Organisasi ............................................................................ 52
B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 53
1. Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling Dalam Gerakan Literasi
Masyarakat Kota Depok ..................................................................... 53
2. Upaya Pustakawan Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi
Perpustakaan Keliling Dalam Gerakan Literasi Masyarakat Kota
Depok ................................................................................................ 65
C. Pembahasan ............................................................................................ 71
1. Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling Dalam Gerakan Literasi
Masyarakat Kota Depok ..................................................................... 71
2. Upaya Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi Perpustakaan Keliling
Dalam Gerakan Literasi Masyarakat Kota Depok ............................... 79
BAB V ............................................................................................................... 83
PENUTUP ........................................................................................................ 83
A. Kesimpulan ............................................................................................ 83
B. Saran ...................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 91
BIODATA PENULIS ..................................................................................... 124
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1: Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional ............................................ 29
Gambar 4. 1: Mobil Perpustakaan Keliling ......................................................... 46
Gambar 4. 2: Rak Koleksi Perpustakaan Keliling ............................................... 46
Gambar 4. 3: Ruang Aula ................................................................................... 47
Gambar 4. 4: Play Ground.................................................................................. 47
Gambar 4. 5: Rak Koleksi Terbaru ..................................................................... 47
Gambar 4. 6: Ruang Balita ................................................................................. 48
Gambar 4. 7: Loker dan Penitipan Tas ............................................................... 48
Gambar 4. 8: Ruang Layanan Anak.................................................................... 48
Gambar 4. 9: Ruang Koleksi Umum dan Ruang Baca ........................................ 49
Gambar 4. 10: Layanan Komputer dan Internet .................................................. 49
Gambar 4. 11: Ruang Referensi dan Depok Corner ............................................ 49
Gambar 4. 12: Ruang Teater .............................................................................. 50
Gambar 4. 13: Layanan Sirkulasi dan Layanan Keanggotaan ............................. 50
Gambar 4. 14: Kegiatan Kunjungan Perpustakaan Keliling ................................ 58
Gambar 4. 15: Kegiatan Perpustakaan Keliling di Car Free Day ......................... 59
Gambar 4. 16: Kegiatan perpustakaan Keliling di Puskesmas ............................. 60
Gambar 4. 17: Kegiatan Mendongeng dengan Forum PAUD ............................. 62
Gambar 4. 18: Kegiatan KOLECER di Taman Lembah Gurame ........................ 64
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1: Jadwal Penelitian .............................................................................. 41
Tabel 4. 1:Jadwal Layanan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan ......................... 43
Tabel 4. 2: Jadwal Perpustakaan Keliling ........................................................... 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia cenderung memperoleh informasi melalui
percakapan (lisan) daripada melalui bacaan (tulisan). Gejala ini dapat dilihat
dari kurangnya kemampuan literasi dikalangan masyarakat khususnya anak-
anak masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan literasi masyarakat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya semakin majunya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemajuan IPTEK saat ini sungguh
sangat terasa dan secara tidak langsung akan memberikan dampak yang
begitu besar bagi masyarakat baik dari segi positif maupun negatif. Salah satu
dampak negatif dari kemajuan IPTEK saat ini adalah kurangnya kemampuan
literasi dan minat baca masyarakat terutama anak-anak, hal ini dipengaruhi
oleh teknologi seperti ponsel, televisi, internet, faktor lingkungan tempat
tinggal dan adanya sifat malas pada anak-anak mengakibatkan sumber daya
manusia menurun. Teknologi tidak bisa lepas dari masyarakat baik anak-anak
maupun orang tua, bahkan masyarakat yang tinggal di pelosok-pelosok pun
dapat menikmati teknologi ini.
Situasi seperti ini menyebabkan kurangnya kemampuan masyarakat
dalam mencari informasi dan minat baca pada masyarakat, oleh karena itu
pemerintah harus melakukan upaya agar kegiatan literasi meningkat terutama
untuk anak-anak. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan
menerbitkan Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) No. 23 tahun 2015 yaitu tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Permendikbud ini diwujudkan dengan adanya kegiatan membaca 15 menit
sebelum mata pelajaran sekolah dilaksanakan, dan kegiatan ini juga bagian
dari penumbuhan karakter baik anak-anak, maka dari itu kegiatan ini resmi
dilakukan dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) secara nasional. Gerakan
Literasi Sekolah merupakan gerakan untuk membentuk karakter peserta didik
yang dipengaruhi perkembangan dan tahapan sosial. Perkembangan dan
tahapan sosial ini menjadi kunci untuk menumbuhkan keterampilan literasi
2
peserta didik.1 Gerakan literasi sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki
keterampilan membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran
sepanjang hayat.
Membaca dan menulis merupakan aktifitas yang sebagian besar
dilakukan oleh dunia pendidikan, oleh karena itu diperlukan kemampuan dan
kesadaran literasi. Kemampuan dan kesadaran literasi ini akan membantu
peserta didik dalam mengenal, memahami dan menerapkan ilmu yang ada di
sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan sehari-hari yang mencakup
rumah dan lingkungan.2 Budaya literasi harus ditanamkan sedini mungkin
karena kemampuan dan kesadaran literasi akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan di sekolah maupun di masyarakat.
Peran membaca sangat penting bagi kehidupan masyarakat di era
majunya teknologi dan berkembang pesatnya informasi saat ini.
Menumbuhkan kemampuan literasi harus dilakukan sedini mungkin agar
terbentuk masyarakat yang berbudaya membaca. Dalam membaca kita akan
memperoleh pengetahuan yang akan meningkatkan harkat dan martabat,
kinerja dan produktivitas serta memperoleh wawasan yang sangat luas.
Kegiatan litersi ini akan mengalami kesenjangan jika hanya dilakukan di
sekolah-sekolah saja, masyarakat yang kurang beruntung pun berhak untuk
mendapatkan pendidikan dari luar sekolah baik di kota maupun di desa,
dalam hal ini pemerintah dituntut dalam mencerdaskan suatu bangsa agar
tidak ada lagi kesenjangan pendidikan dalam mengatasi rendahnya literasi di
Indonesia.
Tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan
program Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang merupakan bagian dari
implementasi Permendikbud No. 23 Tahun 2015 dalam upaya mengatasi
kesenjangan pendidikan di bidang literasi. Gerakan Literasi Nasional adalah
1 Rokayah, ―Profil Kemampuan Literasi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Peserta Didik
Sekolah Dasar Kelas 4 & 5 Dalam Rangka Gerakan Literasi Sekolah,‖ Jurnal Wahana Pendidikan,
4, no. 1 (2017): 34.
2 Pangesti Wiedarti dan Kisyani Laksono, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah
(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016), 2.
3
salah satu kegiatan literasi yang dilakukan untuk memperkuat pelaku gerakan
literasi dengan menghimpun potensi dan memperluas keterlibatan publik
dalam meningkatkan budaya literasi. Gerakan ini tidak hanya melibatkan
pemerintah pusat, melainkan semua orang baik dari dunia usaha, perguruan
tinggi, pegiat literasi, guru maupun orang tua.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok (DISKARPUS) ikut
mendukung dalam menumbuhkan gerakan literasi masyarakat Kota Depok.
Untuk mendukung program gerakan literasi di tengah masyarakat,
DISKARPUS melakukan beberapa upaya diantaranya adalah DISKARPUS
gencar melakukan gerakan literasi terutama di sekolah-sekolah dengan tujuan
agar tumbuh budaya membaca di kalangan masyarakat Kota Depok kegiatan
gerakan literasi ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat Kota Depok
untuk turut ambil bagian dalam semangat gerakan membaca sejak usia dini.
Selain itu peningkatan sarana dan prasarana DISKARPUS agar menarik
masyarakat untuk aktif memanfaatkan informasi yang ada di perpustakaan.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok merupakan layanan di
bidang arsip dan perpustakaan yang ada di Kota Depok dan di dirikan pada
tahun 2008. Dalam penelitian ini penulis hanya memilih layanan di bidang
pepustakaan. Perpustakaan merupakan pusat sumber informasi yang sangat
dekat dan akrab dengan masyarakat, artinya perpustakaan menyediakan
informasi untuk masyarakat. Ada beberapa jenis perpustakaan yang berada
ditengah-tengah lingkungan masyarakat, salah satunya Perpustakaan Umum.
Perpustakaan umum merupakan sarana pendidikan bagi masyarakat sekitar
yang didalamnya terdapat berbagai macam bahan pustaka baik tercetak
maupun terekam. Pada perpustakaan umum, masyarakat bisa memanfaatkan
bahan pustaka untuk menambah pengetahuan. Perpustakaan umum melayani
seluruh masyarakat tanpa membedakan latar belakang, agama dan lain-
lainnya.
Perpustakaan umum memiliki keterbatasan dalam segi layanan kepada
pengguna salah satunya yaitu perpustakaan umum bersifat menetap, artinya
perpustakaan umum yang menetap hanya dapat dijangkau oleh pengguna
yang dekat dengan lokasi perpustakaan umum, sedangkan pengguna yang
4
tinggal di daerah pelosok karena faktor jarak yang jauh tidak dapat menikmati
layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Terbatasnya sarana dan prasarana
membuat masyarakat yang berada di pedesaan agak lambat dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Untuk mengatasai kesenjangan
informasi ini pemerintah berusaha untuk menyediakan layanan informasi bagi
masyarakat yang berada di pedesaan yaitu dengan menyediakan Perpustakaan
Keliling. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 5 Ayat 2 yang berbunyi sebagai
berikut:
“Masyarakat di daerah terpencil, terisolasi, atau terbelakang sebagai
akibat faktor geografis berhak memperoleh layanan perpustakaan secara
khusus“.3
Perpustakaan umum dituntut untuk menjalankan amanat ini, dalam hal
ini perpustakaan umum memiliki tugas untuk menyebarkan informasi berupa
buku-buku kepada masyarakat yang tidak terlayani oleh perpustakaan umum,
karena sifatnya menetap maka perpustakaan umum menyediakan
perpustakaan keliling.
Ali Abdul Wahid M dalam Riska mengemukakan bahwa perpustakaan
keliling adalah perpustakaan yang bergerak untuk melayani masyarakat dari
suatu tempat ke tempat lain yang belum terjagkau dari perpustakaan umum
yang menetap dengan membawa buku bacaan atau lainnya.4 Sedangkan
menurut Sutarno, perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang
memberikan layanan berkeliling dan mendatangi pemukiman penduduk
dengan jadwal tertentu dan bekerjasama dengan masyarakat atau swasta.5
3 Undang-Undang Republik Indonesia, ―Perpustakaan,‖ Pub. L. No. 43, § 1 (2007), 5,
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/29566/UU%20Nomor%2043%20Tahun%202007.pdf
.
4 Riska Dewita dan Malta Nelisa, ―Pengelolaan Perpustakaan Keliling di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat,‖ Jurnal Ilmu Informasi
Perpustakaan dan Kearsipan, 4, no. 1 (2015): 67.
5 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Sagung Seto, 2006), 43–44.
5
Kemudian agar kegiatan gerakan literasi informasi menyebar kepada
seluruh masyarakat Kota Depok, DISKARPUS menggunakan Perpustakaan
Keliling untuk memudahkan masyarakat yang jauh dari perpustakaan umum
dalam menumbuhkan literasi dan meningkatkan minat baca masyarakat.
Dengan adanya perpustakaan keliling diharapkan agar masyarakat Kota
Depok memiliki kemampuan literasi serta meningkatkan minat baca.
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kegiatan
gerakan literasi yang dilakukan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota
Depok melalui perpustakaan keliling dalam skripsi yang berjudul “Tahapan
Layanan Perpustakaan Keliling (DISKARPUS) Dalam Gerakan Literasi
Informasi Masyarakat Kota Depok”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penulis membatasi masalah pada tahapan kegiatan literasi perpustakaan
keliling dan cara mengatasi hambatan yang dihadapi perpustakaan keliling
dalam gerakan literasi masyarakat Perpustakaan Keliling Kota Depok.
Dari batasan masalah yang telah disebutkan diatas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tahapan layanan perpustakaan keliling dalam gerakan literasi
masyarakat Kota Depok?
2. Bagaimana upaya pustakawan mengatasi hambatan yang dihadapi
perpustakaan keliling dalam gerakan literasi masyarakat Kota Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan yang telah dIsebutkan diatas, tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan tahapan layanan perpustakaan keliling dalam
gerakan literasi masyarakat Kota Depok.
2. Untuk mendeskripsikan upaya pustakawan mengatasi hambatan yang
dihadapi perpustakaan keliling dalam gerakan literasi masyarakat Kota
Depok
6
Berdasarkan dari tujuan yang disebutkan, penelitian ini juga memiliki
beberapa manfaat antara lain:
1. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi
manajemen Perpustakaan Keliling Kota Depok dalam menjaring berbagai
informasi yang berkaitan dengan kebijakan gerakan literasi di Kota Depok.
2. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai media untuk
pengembangan referensi dan peningkatan wawasan akademis serta sebagai
bahan pijakan untuk melaksanakan penelitian lanjutan tentang tema yang
relevan.
D. Definisi Istilah
1. Perpustakaan Umum adalah suatu tempat yang menyediakan bahan
pustaka baik tercetak maupun non-cetak yang dibiayai dengan dana umum
untuk kepentingan masyarakat umum tanpa membedakan latar belakang,
agama, suku dan sebagainya.6
2. Perpustakaan Keliling
Perpustakaan Keliling adalah perpustakaan yang mendatangi pengguna di
daerah pemukiman yang jauh dari lokasi perpustakaan umum dengan
menggunakan kendaraan, baik melalui darat maupun laut.7
3. Literasi
Literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,
menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung, menggunakan
bahan bacaan dan menulis sesuai dengan berbagai konteks.8
4. Gerakan Literasi
Gerakan literasi adalah upaya yang dilakukan oleh para komunitas atau
pegiat literasi dalam memberantas buta aksara pada masyarakat, sehingga
6 Rachman Hermawan S dan Zulfikar Zen, Etika Perpustakaan: Suatu Pendekatan
Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006), 32.
7 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1991), 48.
8 United National Education, Scientific and Cultural Organization, The Plurality of
Literacy and its Implications for Policies and programmes (Paris: UNESCO, 2004), 13,
https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000136246.
7
dengan kegiatan ini masyarakat dapat mengembangkan kemampuan
literasi dan minat baca.9
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis akan menguraikan secara sistematis mulai
dari Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi
istilah, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini berisi tinjauan literatur yang digunakan oleh penulis
untuk mendukung hasil penelitian serta mempunyai
keterkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang
digunakan, yaitu jenis dan pendekatan penelitian, teknik
penentuan informan, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data serta jadwal penelitian..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang gambaran umum dari lembaga
yang diteliti, meliputi profil lembaga, visi-misi, struktur
organisasi, hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diteliti.
BAB V PENUTUP
Bada bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan
saran dari penulis terhadap masalah yang diteliti.
9 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional
(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2017), 9.
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustkaan Umum
1. Pengertian Perpustakaan Umum
Secara etimologis perputakaan berasal dari kata pustaka yang berarti
kitab atau buku. Kemudian istilah itu berkembang dan ditambahkan
dengan kata awalan ‗per‘ dan akhiran ‗an‘ sehingga menjadi
‗perpustakaan‘ yang berarti kumpulan kitab atau kumpulan buku-buku.10
Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia no. 43 pasal 1 tahun
2007 tentang perpustakaan, ―perpustakaan adalah institusi pengelola bahan
pustaka karya tulis, karya cetak dan/atau karya rekam secara professional
dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, dan rekreasi para pemustaka‖.11
Sedangkan
menurut Sulistyo Basuki, perpustakaan dapat diartikan sebagai sebuah
ruangan atau bangunan yang digunakan untuk menyimpan bahan pustaka
atau bahan pustaka lainnya yang disusun berdasarkan klasifikasi untuk
kebutuhan pengguna dan bukan untuk dijual.12
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa perpustakaan
adalah sebuah bangunan, gedung atau ruangan yang berisi karya-karya
manusia baik karya tercetak maupun karya terekam yang kemudian
disusun berdasarkan urutan tertentu dan digunakan oleh pemustaka.
Perpustakaan sangat penting bagi kehidupan dan kecerdasan bangsa,
karena perpustakaan dapat menjadi perantara untuk mendapat informasi
yang dibutuhkan. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan layanan
perpustakaan dan memenuhi kebutuhan masyarakat, perpustakaan
dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu perpustakaan nasional,
perpustakaan daerah, perpustakaan khusus, perpustakaan pergurua tinggi,
10 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Sangung
Seto, 2006), 11.
11 Undang-Undang Republik Indonesia, Perpustakaan, 13.
12 Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, 1991, 3.
9
perpustakaan sekolah, perpustakaan umum kab/kota, perpustakaan desa,
perpustakaan mobil keliling dan perpustakaan rumah ibadah.13
Salah satu jenis dari perpustakaan yang berada di Indonesia adalah
perpustakaan umum. Menurut UUD RI No. 43 Tahun 2007 pasal 1,
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukan bagi
masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa
membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-
ekonomi.14
IFLA (International Federation of Library Associations)
mendefinisikan perpustakaan sebagai berikut:
”A publik library is an organization established, supported and
funded by the community, either through local, regional or national
government or through some other from of community organization. It
provides acces to knowledge, information, lifelong learning, and works of
the imagination through a range of resources and services and is equally
available to all members of the community regardless of race, nationality,
age, gender, religion, language, disability, economic and employment
status and educational attainment”. Perpustakaan umum adalah sebuah
organisasi yang didukung dan didanai oleh masyarakat, baik melalui
pemerintah daerah, regional maupun nasional maupun komunitas
masyarakat lainnya. Perpustakaan memberikan akses pengetahuan,
informasi, pembelajaran sepanjang hayat, dan karya imajinasi melalui
berbagai sumber daya dan jasa, dan tersedia untuk semua anggota
masyarakat tanpa memandang ras, Negara, umur, jenis kelamin, agama,
bahasa, disabilitas, ekonomi, status pekerjaan dan tingkat pendidikan.15
Pengertian perpustakaan umum menurut Yusuf Taslimah adalah
perpustakaan yang seluruh atau sebagian dananya berasal dari masyarakat
13 Anwar Sudirman, Manajemen Perpustakaan (Riau: Indragiri Dot Com, 2019), 59–63.
14 Undang-Undang Republik Indonesia, Perpustakaan, 3.
15 Philip Gill, The Publik Library Service: IFLA/UNESCO Guidelines for Development
(Munchen: Saur, 2001), 1, http://www.ifla.org/files/assets/hq/publications/archive/the-public-
library-service/publ97.pdf.
10
dan penggunaannya tidak terbatas dan dapat digunakan oleh siapapun.16
Dan menurut Rachman Hermawan S dan Zulfikar Zen, perpustakaan
umum adalah perpustakaan yang melayani seluruh lapisan
masyarakattanpa membedakan latar belakang sosial, agama, dan lain
sebagainya. Konsep dari perpustakaan umum sendiri adalah didirikan dari
masyarakat, untuk masyarakat dan didanai oleh masyarakat. Namun ada
juga perpustakaan umum yang berasal dari pemerintah.17
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
umum adalah perpustakaan yang digunakan oleh semua lapisan tanpa
membeda-bedakan suku, agama, ras dan status sosial dan anggaran
perpustakaan umum juga didanai oleh msayarakat.
2. Ciri-ciri Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan milik masyarakat umum yang
biayanya bersumber dari masyarakat dan bahan pustakanya pun berbagai
macam jenis. Pepustakaan umum memiliki ciri-ciri diantaranya adalah:
a. Perpustakaan terbuka untuk siapapun, pelayanannya terbuka untuk
siapapun tanpa membedakan status suku, agama, pendidikan, sosial
dan lain-lain.
b. Penyelenggaraan perpustakaan didanai oleh masyarakat melalui dana
yang dihimpun oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota seperti
APBD maupun oleh masyarakat secara langsung baik perseorangan
maupun kelompok.
c. Layanan perpustakaan bersifat gratis atau cuma-cuma.
d. Jenis bahan pustakanya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.18
16 Yusuf Taslimah, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka,
1996), 17.
17 Hermawan S dan Zen, Etika Perpustakaan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik
Pustakawan Indonesia, 30.
18 Hermawan S dan Zen, 31.
11
3. Tujuan Perpustakaan Umum
Tujuan perpustakaan umum sangat bergantung kepada jenis atau
macam perpustakaan, pada umumnya tujuan perpustakaan umum adalah
untuk menyebarluaskan informasi kepada penggunanya. Tujuan
perpustakaan umum antara lain :
a. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menggunakan
bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesejahteraan.
b. Memfasilitasi informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang
berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.
c. Mendukung dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas
melalui pengadaan bahan pustaka dan informasi.
d. Bertindak sebagai agen kultural, sehingga menjadi pustaka utama
kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar.
e. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.19
4. Tugas Perpustakaan Umum
Tugas adalah sesuatu kewajiban yang harus dilakukan. Tugas
perpustakaan artinya menjalankan suatu kewajiban yang telah ditetapkan
untuk dilakukan di dalam perpustakaan. Berikut ini adalah tugas
perpustakaan umum:
a. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat
untuk melayani kebutuhan bahan pustaka untuk masyarakat.
b. Perpustakaan umum memfasilitasi bahan pustaka yang dapat
menumbuhkan minat baca masyarakat.
c. Mendorong masyarakat agar berpengalaman dalam memilih bacaan
yang sesuai dengan kebutuhan guna meningkatkan pengetahuan untuk
menunjang pendidikan formal, nonformal dan informal.
d. Memfasilitasi macam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca
agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik
sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.20
19 Hermawan S dan Zen, 31.
20 Taslimah, Manajemen Perpustakaan Umum, 18.
12
Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Umum, tugas perpustakaan umum adalah sebagai berikut :
a. Memfasilitasi sarana pengembangan kebiasaan membaca sejak usia
dini
b. Memfasilitasi sarana dan prasarana pendidikan seumur hidup
c. Mendukung sistem pendidikan formal, non formal dan informal
d. Memfasilitasi sarana pengembangan kreativitas diri anggota
masyarakat
e. Membantu terlaksananya pusat budaya masyarakat setempat sehingga
aspirasi budaya lokal dapat lestarikan dengan baik
f. Mengefesiensikan bahan pustaka dan juga mengakses informasi bahan
pustaka perpustakaan lain serta berbagai situs web
g. Melakukan kerja sama dan membentuk jaringan informasi
h. Menyediakan fasilitas belajar dan membaca
i. Menfasilitasi pengembangan literasi informasi dan komputer
j. Membina penyelenggaraan perluasan layanan perpustakaan proaktif
antara lain melalui perpustakaan keliling
k. Melakukan koordinasi pengembangan dan pembinaan perpustakaan di
wilayahnya,termasuk pengelolaan data profil perpustakaan.
5. Fungsi Perpustakaan Umum
Selain tugas perpustakaan, perpustakaan juga memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. Fungsi Edukatif : perpustakaan umum menyediakan berbagai jenis
bahan pustaka berupa karya bahan tercetak maupun bahan terekam
untuk dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan
secara mandiri. Budaya mandiri dapat menciptakan masyarakat untuk
gemar membaca dan belajar seumur hidup.
b. Fungsi Informatif : perpustakaan umum menyediakan buku-buku
referensi, bacaan ilmiah populer berupa buku dan majalah ilmiah,
serta data-data penting lainnya yang diperlukan pembaca.
c. Fungsi Kultural : perpustakaan umum menyediakan berbagai bahan
pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang terekam dalam bentuk
13
tercetak atau terekam. Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan
berbagai karya manusia yang dapat diikuti perkembangannya melalui
bahan pustaka perpustakaan setiap waktu.
d. Fungsi Rekreasi : perpustakaan umum bukan hanya menyediakan
bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa
buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan
dewasa. Bacaan fiksi dapat menambah dan menumbuhkan imajinasi
bagi pembacan dan banyak digemari oleh semua orang baik anak-anak
maupun dewasa.21
Sedangkan dalam artikel yang ditulis oleh Muchlis Alahudin, fungsi
perpustakaan umum dijabarkan sebagai berikut:
a. Perpustakaan bisa dianggap seperti lembaga pendidikan non formal,
melalui perpustakaan para pemustaka mendapat ilmu pengetahuan
baru.
b. Melalui perpustakaan berbagai penelitian dapat dilakukan dengan
memanfaatkan bahan pustaka, dan juga berbagai hasil-hasil penelitian.
c. Melalui perpustakaan, pemustaka dapat memperoleh informasi baik
bersifat umum maupun bersifat khusus, diantaranya bahan pustaka
referensi.
d. Melalui perpustakaan, pemustaka dapat memanfaatkan bahan pustaka
yang bersifat ekreasi seperti music, video dan lain-lain.
e. Sebagai lembaga yang melestarikan hasil karya manusia atau hasil
karya bangsa yang berupa literatur baik tercetak maupun terekam.
f. Melalui perpustakaan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.22
21 Taslimah, 11.
22 Muchlis Alahudin, ―Pengaruh Termal dalam Ruangan Perpustakaan Terhadap Kondisi
Buku dan Kenyamanan Pembaca: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Musamu Marauke,‖
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha, 3, no. 2 (2014): 152.
14
B. Perpustakaan Keliling
1. Pengertian Perpustakaan Keliling
Perpustakaan keliling yaitu bagian dari perpustakaan umum yang
mendatangi pemakai dengan menggunakan kendaraan (darat maupun air).
Biasanya tugas ini merupakan bagian perluasan jasa dari sebuah
perpustakaan umum untuk memungkinkan penduduk yang pemukimannya
jauh dari perpustakaan dapat memanfaatkan jasa perpustakaan. Secara
umum perpustakaan keliling berfungsi sebagai perpustakaan umum yang
melayani masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan perpustakaan
umum.
Menurut Rachman dan Zen, perpustakaan keliling adalah layanan yang
sediakan untuk masyarakat yang lokasinya jauh dari perpustakaan umum.
Perpustakaan keliling memberikan layanan bergerak mendatangi
penggunanya di pemukiman penduduk seperti sekolah, puskesmas dan
lain-lain.23
Sedangkan menurut Lasa perpustakaan keliling adalah
perpustakaan yang dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain
untuk memberikan layanan kepada masyarakat, terutama di daerah yang
belum ada perpustakaan umum.
Selain itu menurut Sulistyo Basuki, perpustakaan keliling adalah
perpustakan yang mengunjungi penggunanya dengan menggunakansarana
angkutan seperti mobil, motor atau perahu.24
Pendapat lain menurut
Perpustakan Nasional RI menyatakan bahwa perpustakaan keliling adalah
perpustakaan yang bergerak dengan membawa bahan bacaan untuk
melayani penggunanya dari satu tempat ke tempat lain yang belum
terjangkau oleh perpustakaan umum.25
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
keliling adalah perpustakaan bergerak yang menyediakan bahan bacaan
23 Hermawan S dan Zen, Etika Perpustakaan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik
Pustakawan Indonesia, 41.
24 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), 4.
25 Perpustakaan Nasional RI, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1992), 4.
15
dengan menggunakan mobil, motor atau perahu untuk penggunanya yang
jauh dari perpustakaan umum.
Di Indonesia terdapat berbagai jenis perpustakaan keliling, namun
secara garis besar terbagi atas 2 jenis, yaitu perpustakaan keliling darat dan
perpustakaan terapung. Perpustakaan keliling darat menggunakan
kendaraan beroda empat terdapat di berbagai tempat di Indonesia. Kini di
berbagai provinsi terdapat perpustakaan keliling menggunakan kendaraan
roda dua yang mengunjungi kawasan yang tidak selalu dapat dijangkau
oleh kendaraan roda empat. Perpustakaan roda dua terdapat di berbagai
ibukota provinsi termasuk Jakarta.
Perpustakaan keliling terapung atau perpustakaan terapung
menggunakan kapal motor untuk melayani pemakainya. Jenis ini terdapat
di Indonesia, antara lain Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sumatera
Selatan, dan Papua. Sayang kini banyak perpustakaan terapung yang tidak
beroperasi karena tiadanya biaya operasional.26
2. Tujuan Perpustakaan Keliling
Tujuan penyelenggaraan perpustakaan keliling adalah sebagai berikut:
a. Memeratakan layanan informasi dan bacaan kepada masyarakat
sampai ke daerah terpencil dan yang belum memungkinkan didirikan
perpustakaan menetap.
b. Membantu perpustakaan umum dalam mengembangkan pendidikan
informal kepada masyarakat.
c. Memperkenalkan buku-buku dan bahan pustaka lainnya kepada
masyarakat.
d. Memperkenalkan jasa perpustakaan kepada masyarakat, sehingga
tumbuh budaya memanfaatkan jasa perpustakaan masyarakat.
e. Meningkatkan minat baca dan mengembangkan cinta buku kepada
masyarakat.
26 Sulistyo Basuki, Materi Pokok Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
2010), 2.10.
16
f. Mengadakan kerjasama dengan lembaga masyarakat sosial,
pendidikan dan pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan
intelektual dan kultural masyarakat.27
3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Keliling
Fungsi utama perpustakaan keliling adalah mendekatkan informasi
kepada masyarakat desa, karena masyarakat desa belum mampu mencapai
informasi dengan caranya sendiri.28
Berdasarkan fungsinya, perpustakaan keliling mempunyai tugas khusus,
yaitu:
a. Membantu masyarakat yang jauh dari perpustakaan umum karena di
lokasi tersebut belum terdapat gedung perpustakaan.
b. Melayani masyarakat yang oleh situasi dan kondisi tertentu tidak
dapat datang atau mencapai pepustakaan menetap, misalnya karena
sedang di rawat di rumah sakit, menjalani hukuman di lembaga
pemasyarakatan, berada di panti asuhan atau rumah jompo dan lain
sebagainya.
c. Mempromosikan layanan perpustakaan umum kepada masyarakat
yang belum pernah mengenal perpustakaan.
d. Memberikan layanan yang bersifat sementara sampai di tempat
tersebut didirikan gedung perpustakaan umum menetap.
e. Sebagai sarana untuk membantu menemukan lokasi yang tepat untuk
membangun perpustakaan menetap.
f. Menggantikan fungsi perpustakaan menetap apabila situasi tertentu
memungkinkan didirikan perpustakaan menetap di tempat tersebut.
g. Melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan perpustakaan,
seperti : mendata/membuat bahan pustaka secara berkala, satu sampai
27 Mastini Hardjonoprakosa, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1992), 5.
28 Perpustakaan Nasional RI, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling, 1.
17
dua bulan sekali, agar pengunjung tidak bosan dan membuat laporan
kegiatan.29
4. Jenis Perpustakaan Keliling
Menurut Perpustakaan Nasional RI dalam Rakhmawati Rakib,
Perpustakaan keliling sesuai dengan fungsi dan sarana yang digunakan
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Perpustakaan Keliling Terapung (floating library)
Perpustakaan keliling terapung merupakan perpustakaan yang
mempergunakan sarana kapal motor. Daerah pelayanan perpustakaan
ini adalah daerah yang dialiri sungai atau daerah pantai yang hanya
mungkin untuk dialayani dengan kendaraan yang dapat melalui air.
Perpustakaan jenis ini dapat ditemukan pada perpustakaan terapung di
Provinsi Kepulauan Riau dan daerah Ternate Provinsi Maluku Utara
dalam bentuk kapal.
b. Perpustakaan Keliling Darat (mobile library)
Perpustakaan keliling darat erupakan perpustakaan keliling yang
memberikan layanan mempergunakan kendaraan beroda dua, roda
empat dan roda enam, seperti sepeda atau motor pintar, Mobil
Perputakaan Keliling (MPK), dan Perpustakaan Elektronik Keliling
(Pusteling).30
C. Literasi
1. Pengertian Literasi
Literasi berasal dari bahasa Latin ‗littera’ yang memiliki arti tulisan.
Literasi merupakan hak asasi manusia yang mendasar dan pondasi untuk
belajar sepanjang hayat. beraksaraan, yaitu kemampuan seseorang
membaca dan menulis. Seseorang dikatakan literate apabila ia memiliki
pengetahuan dalam setiap aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara
29 Supriyanto, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan (Jakarta: Ikatan Pustakawan
Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006), 108.
30 Rahmawati Rakib, ―Kajian Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Keliling Sebagai
Upaya Peningkatan Minat Baca Masyarakat Di Kelurahan Tinoor 1 Kecamatan Tomohon Utara
Kota Tomohon,‖ Acta Diurna, VI, no. 2 (2017): 6.
18
efektif dalam masyarakat. Pengetahuan yang diperoleh melalui membaca
dan menulis dapat dimanfaatkan bagi diri sendiri dan kemajuan bangsa.
UNESCO mendefinisikan bahwa Literacy is the ability to identify,
understand, interpret, create, communicate and compute, using printed
and written (and visual) materials associated with varying contexts.
Literacy involves a continuum of learning to enable an individual to
achieve his or her goals, to develop his or her knowledge and potential
and to participate fully in the wider society. Kemampuan untuk
mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan
menghitung, menggunakan bahan bacaan dan menulis sesuai dengan
berbagai konteks. Literasi melibatkan serangkaian pembelajaran untuk
memungkinkan seseorang mencapai tujuannya, mengembangkan
pengetahuan dan potensinya dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat
yang lebih luas.31
Menurut Alberta dalam Ibadullah, literasi bukan hanya sekedar
membaca dan menulis akan tetapi dapat menambah pengetahuan,
keterampilan, kemampuan yang akan membuat seseorang berpikir kritis,
mampu memecahkan masalah, mampu berkomunikasi secara efektif da
mampu mengembangkan potensi dan berpasrtisipasi dalam kehidupan
masyarakat.32
Dan menurut kern dalam Widyaningrum menyatakan bahwa
literasi adalah penggunaan praktek-praktek situasional, dan historis, serta
kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks.
Literasi memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang
hubungan-hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks
penggunanya serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis
tentang hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan maksud atau tujuan
literasi itu bersifat dinamis-tidak statis- dan dapat bervariasi di antara dan
di dalam komunitas dan kultur atau wacana. Literasi memerlukan
31 United National Education, Scientific and Cultural Organization, The Plurality of
Literacy and its Implications for Policies and programmes, 13.
32 Ibadullah Malawi dan Dewi Tryanasari, Pembelajara Literasi Berbasis Sastra Lokal
(Magetan: AE Medika Grafika, 2017), 8.
19
serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulisan dan lisan
pengetahuan genre dan pengetahuan kultural.33
Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi mempunyai arti: (1) Kemampuan
menulis dan membaca (2) Pengetahuan atau keterampilan dalam bidang
atau aktivitas tertentu (3) Kemampuan individu dalam mengolah informasi
dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.34
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, mampu
berkomunikasi secara efektif dan bersosialisasi dalam lingkungan
masyarakat. Literasi merupakan hak asasi manusia yang mendasar dan
pondasi untuk belajar sepanjang hayat.
Budaya literasi merupakan kebiasaan berpikir yang diikuti oleh
sebuah proses membaca-menulis yang pada akhirnya akan mengarah
kepada cara berpikir kritis, cara pemecahan masalah, pengembangan ilmu
pengetahuan, dan penciptaan suatu karya. Budaya literasi dapat tumbuh
karena di dalam diikuti oleh sebuah proses membaca-menulis yang pada
akhirnya akan mengarah kepada cara berpikir kritis, cara pemecahan
masalah, pengembangan ilmu pengetahuan, dan penciptaan suatu karya.
Budaya literasi dapat tumbuh karena di dalam kegiatan pembelajaran
siswa diajak untuk menulis apa yang ia lihat, dengar, dan pikirkan
sehingga muncul ide-ide yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
bentuk literasi yang lebih tinggi.
Untuk membantu pengembangan literasi, ada tiga komponen yang
beraksi secara dinamis dan berkelanjutan, yaitu motivasi, pembelajaran
membaca- menulis, dan membaca-menulis mandiri. Tanpa adanya
motivasi, pembelajaran membaca-menulis dan membaca-menulis mandiri
terasa tidak berjiwa karena tidak ada pendorong atau penyemangat
seseorang dalam mengembangkan literasinya. Begitu pula, tanpa
33 Lulut Widyaningrum, ―Membudayakan Literasi Berbasis Manajemen Sekolah:
Aplikasi Tantangan dan Hambatan,‖ DIMAS, 16, no. 1 (2016): 29.
34 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ―KBBI Daring,‖ KBBI Daring, 2016,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/literasi.
20
pembelajaran membaca-menulis, motivasi dan membaca-menulis mandiri
tidak akan terarah dengan baik.35
2. Prinsip Literasi
Berkaitan tentang pengertian literasi, prinsip yang terdapat dalam
literasi menurut Beers antara lain:
a. Tahapan dalam perkembangan literasi akan berjalan sesuai tahapan
dan dapat diprediksi.
b. Penerapan program literasi yang baik bersifat berimbang.
c. Program literasi dilaksanakan berdasarkan kurikulum sehingga
pembelajaran dan pembiasaan literasi di sekolah menjadi tanggung
jawab semua guru dalam mata pelajaran yang ada di kelas.
d. Tidak ada istilah untuk terlalu banyak membaca dan menulis
bermakna.
e. Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting.36
3. Tingkatan Literasi
Literasi tidaklah seragam karena literasi memiliki tingkatan-tingkatan
yang menanjak. Jika seseorang sudah menguasai satu tahapan literasi
maka ia memiliki pijakan untuk naik ke tingkatan literasi berikutnya.
Wells dalam Aas menyebutkan bahwa terdapat empat tingkatan literasi,
yaitu: performative, functional, informational, dan epistemic. Orang yang
tingkat literasinya berada pada tingkat performatif, ia mampu membaca
dan menulis, serta berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan
(bahasa). Pada tingkat functional orang diharapkan dapat menggunakan
bahasa untuk memenuhi kehidupan sehari-hari seperti membaca buku
manual. Pada tingkat informational orang diharapkan dapat mengakses
35 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Pelaksanaan Gerakan
Nasional Literasi Bangsa (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2016), 8–9.
36 Dyah Worowirastri Ekowati dan Beti Istanti Suwandayani, Literasi Numerasi Untuk
Sekolah Dasar (Malang: UMM Press, 2019), 5.
21
pengetahuan dengan bahasa. Sementara pada tingkat epistemic orang dapat
mentransformasikan pengetahuan dalam bahasa.37
4. Komponen Literasi
Kegiatan literasi identik dengan kemampuan membaca dan menulis,
namun literasi juga mencakup bagamana seseorang berkomunikasi dengan
masyarakat serta keterampilan berpikir dengan menggunakan sumber-
sumber dalam bentuk cetak, digital, visual maupun auditor. Di abad 21 ini,
kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
Clay dan Ferguso dalam Farid menjelaskan bahwa komponen literasi
informasi terdiri dari:
a. Literasi Dini (Early Literacy)
Kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan juga
berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosial di rumah.
b. Literasi Dasar (Basic Literacy)
Kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan
menghitung berkaitan dengan kemapuan analisis untuk
memperhitungkan, kemampuan melakukan persepsi pada informasi,
dan juga mengkomunikasikan seta menggambar sebuah informasi
berdasarkan pemahaman pribadi.
c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy)
Kemampuan dalam memahami cara membedakan bacaan fiksi dan
nonfiksi, memanfaatkan bahan pustaka referensi dan periodikal,
memahami penggunaan catalog, hingga memahami informasi ketika
sedang menyelesaikan sebuah tulisan.
d. Literasi Media (Media Literacy)
Kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda
seperti media cetak, media elektronik, media digital dan memahami
tujuan penggunaannya.
37 Aas Saomah, ―Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan Literasi,‖ 2017, 5,
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN
/196103171987032-AAS_SAOMAH/.
22
e. Literasi Teknologi (Technology Literacy)
Kemampuan memahami teknologi seperti perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), serta etika dan etiket dalam
memanfaatkan teknologi.
f. Literasi Visual (Visual Literacy)
Pemahaman tingkat lanjut antara literasi media, literasi teknologiyang
mengembangkan kemampuan dan juga kebutuhan belajar dengan
memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan
bermartabat.38
D. Gerakan Literasi
1. Pengertian Gerakan Literasi
Gerakan Literasi adalah suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan
oleh suatu komunitas untuk menumbuhkan kemampuan literasi
masyarakat. Di Indonesia, Gerakan Literasi identik dengan upaya
pemberantasan buta akasara. Upaya ini sudah dilakukan pada awal tahun
1900-an oleh organosasi sosial kemasyarakatan. Upaya ini terus dilakukan
dari tahun ke tahun oleh pemerintah maupun masyarakat sehingga angka
buta aksara penduduk Indonesia menurun.
Tahun 2015 angka buta aksara mencapai 3,56% atau 5,7 juta, angka
ini melebihi target yang ditetapkan pada tahun 2002 yaitu 5%. Hal ini
mendorong pemerintah untuk mengurangi angka buta aksara, melalui
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Permendikbud kemudian mendorong munculnya Gerakan Literasi
Sekolah, Gerakan Literasi Bangsa dan Gerakan Indonesia Membaca.39
Untuk mewadahi dan memfasilitasi gerakan literasi di lingkungan
Kemendikbud, pada tahun 2016 dibentuk Gerakan Literasi Nasional yang
meupakan perwujudan dari Literasi Sekolah (GLS) dan program lainnya
38 Farid Ahmadi dan Hamidulloh Ibda, Media Literasi Sekolah: (Teori dan Praktik)
(Semarang: Pilar Nusantara, 2018), 22.
39 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional,
11.
23
yang mendorong aktifnya gerakan literasi baik di sekolah maupun di
masyarakat.
2. Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Literasi Nasional (GLN) merupakan salah satu program
perioritas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diharapkan
dapat memacu peningkatan literasi di Indonesia. Gerakan Literasi Nasional
merupakan upaya untuk memperkuat sinergi antarunit utama pelaku
gerakan literasi dengan menghimpun semua potensi dan memperuas
keterlibatan publik dalam membudayakan iterasi di Indonesia. Gerakan ini
dilaksanakan secara menyeluruh dan serentak dari lingkungan keluarga
sampai ke masyarakat yang ada di Indonesia.40
Gerakan Literasi Nasional sudah digiatkan sejak Tahun 2016, sebagai
bagian dari implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan Literasi Nasional lahir dari semua
program literasi yang sudah berjalan di setiap unit utama yang ada di
dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuan utama Gerakan
Literasi Nasional adalah untuk menumbuhkan budaya literasi pada
lingkungan pendidikan mulai dari sekolah, keluarga hingga masyarakat
dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup. Gerakan Literasi Nasional mengembangkan
enam jenis litersi dasar yang dibutuhkan untuk hidup pada abad ke 21,
keenam jenis literasi dasar tersebut yaitu:
a. Literasi Baca Tulis
Kemampuan untuk memahami isi teks tetulis baik yang tersirat
maupun yang tersurat serta kemampuan untuk menuangkan gagasan
dan ide dalam tulisan dengan susunan yang baik.
b. Literasi Numerasi
Kecakapan untuk memnggunakan berbagai macam angka dan symbol
yang berkaitan dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah
praktis dan kecakapan untuk menganalisis informasi yang ditampilkan
40 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 3.
24
dalam berbagai bentuk grafik, tabel, dan bagan untuk memprediksi
dan mengambil keputusan.
c. Literasi Sains
Kecakapan memahami fenomena alam dan sosial disekitar kita dan
kecakapan untuk mengambil keputusanyang tepat secara ilmiah agar
kita dapat hidup dengan nyaman, sehat dan lebih baik.
d. Literasi Digital
Kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan
bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi.
e. Literasi Finansial
Pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman
tentang konsep, resiko, keterampilan dan motivasi dalam konteks
finansial.
f. Literasi Budaya dan Kewargaan
Kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap budaya dan
kemampuan dalam memahami hak dan kewajibannys sebagai warga
Negara.41
Secara umum Gerakan Literasi Nasional diselenggarakan melalui 3
ranah pendidikan, yaitu:
a. Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah dilakukan dengan menghubungkan
kegiatan-kegiatan sekolah, seperti ekstrakulikuler dan lain-lain.
Kegiatan ini dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas
yang didukung oleh orang tua dan masyarakat.
b. Gerakan Literasi Keluarga
Gerakan Literasi Keluarga dilakukan dengan menyediakan bahan-
bahan bacaan keluarga, pemahaman tentang pentingnya literasi
keluarga, dan pelaksanaan kegiatan literasi dengan berbagai macam
variasi keluarga.
41 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ―Gerakan Literasi Nasional,‖ Gerakan
Literasi Nasional, 2017, https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/.
25
c. Gerakan Literasi Masyarakat
Gerakan Literasi Masyarakat dilakukan dalam bentuk menyediakan
bahan bacaan di ruang publik, penguatan fasilitator literasi
masyarakat, perluasan akses terhadap sumber belajar, dan perluasan
pelibatan publik dalam berbagai bentuk kegiatan literasi.42
3. Prinsip Gerakan Literasi Nasional
Gerakan literasi dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Berkesinambungan
Gerakan literasi harus dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, tidak tergantung pada pergantian pemerintah.
Gerakan literasi harus menjadi program priorita pemerintah dengan
mengkampanyekan kepada lapisan masyarakat pemimpin, took
agama, cendekia, remaja, orang tua, dan lain-lain sehingga budaya
literasi terbentuk di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
b. Terintegrasi
Pelaksanaan gerakan literasi harus terintegrasi dengan program yang
dilakukan oleh Kemendikbud atau lembaga lain termasuk non
pemerintah. Dengan demikian gerakan literasi menjadi bagian yang
saling menguatkan dengan program lain.
c. Melibatkan Semua Pemangku Kepentingan
Gerakan literasi harus memberikan kesempatan dan peluang untuk
keterlibatan semua orang baik secara individu maupun kelembagaan,
dan mudah dilaksanakan baik di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat dengan kapasitas dan kemampuan masing-
masing.43
42 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Panduan Gerakan Literasi Nasional
(Jakarta, 2017), 8, https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/08/panduan-
gln.pdf.
43 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional, 7.
26
4. Strategi Gerakan Literasi Nasional
Untuk mewujudkan Gerakan Literasi Nasional baik di lingkungan
sekolah, keluarga maupun masyarakat dibutuhkan strategis yang
komprehensif dan terencana. Ada lima komponen strategi yang dapat
mendukung Gerakan Literasi Nasional antara lain:
a. Penguatan Kapasitas Fasilitator
Fasilitator literasi merupakan ujung tombak yang membantu dan
mendorong masyarakat dalam menumbuhkembangkan literasi. Pada
lngkungan keluarga, fasilitator yang terlibat adalah orang tua atau
anggota keluarga. Pada lingkungan sekolah, fasilitator meliputi guru,
pengawas, tenaga pendidik dan lain-lain. Sedangkan pada lingkungan
masyarakat, fasilitator yang terlibat adalah perpustakaan publik, taman
baca, pegiat literasi dan sebagainya. Oleh karena itu penguatan
fasilitator menjadi salah satu upaya yang dilakukan.
b. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
Peningkatan jumlah dan ragam bacaan bermutu merupakan syarat
penting dalam pelaksanaan GLN. Sumber belajar bermutu berupa
bacaan saat ini masih kurang, baik dari segi jumlah maupun kualitas
bacaan. Bahan bacaan yang tersedia tidak banyak pilihan, monoton
pada tema-tema tertentu saja. Sumber belajar yang berkualitas dan
memadai masih dianggap kurang mengingat luas wilayah dan jumlah
penduduk Indonesia. Oleh karena itu pengembangan bahan bacaan
harus dialihmediakan dalam bentuk digital, dengan begitu masyarakat
dapat memanfaatkan bacaan yang berkualitas dan mengembangkan
kegiatan literasi.
c. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta
Belajar
Selain ketersediaan sumber belajar, keberhasilan GLN perlu didukung
dengan adanya kemudahan akses. Agar masyarakat dapat menjangkau
sumber belajar dengan mudah diperlukan sarana dan prasarana yang
mendukung, seperti layanan taman baca dan pojok baca ditempat
umum. Semakin banyak kemudahan yang diakses oleh masyarakat,
27
semakin meningkat pula ketertarikan masyarakat untuk terlibat dalam
kegiatan literasi.
d. Peningkatan Pelibatan Publik
Kesuksesan GLN membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak.
Pelaksanaan GLN ini melibatkan semua pemangku kepentingan yang
meliputi Pemerintah provinsi, kota/kabupaten, Perpustakaan Nasional,
perguruan tinggi dan lain-lain pun ikut terlibat. Selain itu GLN
memerlukan keterlibatan masyarakat meliputi taman baca,
perpustakaan desa, dan lain sebagainya. Kesuksesan GLN dapat
dicapai apabila semua pihak memiliki kapasitas yang memadai untuk
melaksanakan program ini dengan perannya masing-masing.
e. Penguatan Tata Kelola
Mekanisme pengelolaan pada ranah sekolah, keluarga dan masyarakat
menjadi salah satu strategi penopang kesuksesan Gerakan Literasi
Informasi. Penguatan tata kelola yang dilakukan pegiat literasi
merupakan bentuk keseriusan dan komitmen dalam mewujudkan
kesuksesan gerakan ini. Penguatan tata kelola GLN ini dimaksudkan
agar para perumus kebijakan, pendanaan dan pelaksanaan tetap
terjamin, untuk itu diperlukan kejelasan tugas dan fungsi masing-
masing.44
5. Tujuan dan Manfaat Gerakan Literasi Nasional
Tujuan kegiatan GLN dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu:
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan kegiatan ini adalah menciptakan ekosistem
sekolah dan masyarakat yang berbudaya baca-tulis serta cinta sastra
dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup.
b. Tujuan Khusus
1) Literasi sekolah bertujuan menciptakan ekosistem sekolah
berbudaya baca-tulis.
44 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Panduan Gerakan Literasi Nasional, 17.
28
2) Literasi masyarakat bertujuan menciptakan lingkungan masyarakat
yang berbudaya baca-tulis.45
Sedangkan manfaat dari kegiatan literasi nasional adalah kegiatan ini
diharapkan tidak hanya memberi manfaat pada pembiasaan hal-hal yang
akan menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi sekolah literasi dan
masyarakat literasi tetapi juga pada penumbuhan budaya baca tulis.
Manfaat ini akan tampak dalam beberapa hal berikut:
a. Tersedianya bahan literasi yang bersumber dari kearifan bangsa, yaitu
bahan literasi yang bersumber dari cerita rakyat di semua wilayah
Indonesia;
b. Semakin banyak anak dengan budi pekerti yang terus tumbuh dengan
tingkat literasi tinggi;
c. Semakin banyak guru/pengajar yang mampu menumbuhkan budi
pekerti siswa/peserta didiknya karena tingkat peningkatkan;
literasinya pun mengalami peningkatkan; literasinya pun mengalami.
d. Adanya sekolah dengan ekosistem literasi yang dapat menjadi model
bagi sekolah lainnya;
e. Adanya komunitas baca di masyarakat yang membangun budaya
literasi sehingga komunitas baca itu menjadi model bagi komunitas
baca lain dan masyarakat di tempat komunitas itu ada menjadi
masyarakat yang berbudaya literasi; dan
f. Adanya kegiatan yang membantu siswa, anak-anak, guru, dan pegiat
komunitas baca untuk berbagi pengalaman terbaik agar bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang tinggi Literasinya.46
6. Pedoman atau Peta Jalan Pelaksanaan Gerakan Literasi Nasional
Dalam pelaksanaan kegiatan literasi ada beberapa panduan yang mana
dilaksanakan secara bertahap, adapun tahap tersebut adalah sebagai
berikut:
45 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Pelaksanaan Gerakan
Nasional Literasi Bangsa, 5.
46 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 6–7.
29
Gambar 2. 1: Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional47
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa Gerakan Literasi Nasional
mengikuti 3 tahap dan 4 langkah. Langkah penyediaan bahan literasi dan
pelatihan fasilitator adalah langkah pertama dan kedua, sedangkan
pembelajaran literasi adalah langkah ketiga dan merupakan tahap
pelaksanaan, dan selanjutnya olimpiade literasi nasional sebagai langkah
keempat dan merupakan tahap evaluasi dan tindak lanjut.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan terdiri dari 2 langkah yaitu penyediaan bahan
literasi dan pelatihan fasilitator literasi.
1) Penyediaan bahan literasi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan ini. Terdapat beberapa apa jenis bahan
bacaan yang tersedia dan sangat beragam. Penyediaan bahan
literasi digunakan untuk menciptakan budaya literasi di sekolah
maupun di masyarakat yang dapat dilakukan dengan beberapa cara
47 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 19.
30
yaitu pemilihan bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan yang
kedua penyelarasan buku berupa cerita rakyat yang sekarang ada
di sekolah dan di masyarakat dengan tujuan penumbuhan budi
pekerti. Di perpustakaan keliling kota Depok sudah menyediakan
buku bacaan dengan berbagai jenis tema baik cerita anak buku-
buku pelajaran maupun buku-buku umum.48
2) Pelatihan fasilitator literasi di rekrut dari guru di sekolah, guru di
komunitas bagian baca, dan duta bahasa yang dihasilkan badan
bahasa. Namun untuk fasilitator literasi di Dinas Kearsipan Dan
Perpustakaan Kota Depok adalah pustakawan atau staf
perpustakaan.49
Metode dalam pelatihan fasilitator adalah metode
diskusi dan curah gagasan (brain storming), dengan teknik-teknik
pelatihan yang dilaksanakan secara sekuensis (urut-waktu) sebagai
berikut: (1) pengenalan teori tentang literasi dan orientasi teks
bahan ajar; (2) pemberian tugas membaca teks (narasi) dengan
cara meringkas, mengkonversi dan mengkonstrusi ulang; (3)
menampilkan hasil dalam diskusi bersama peserta fasilitas untuk
perbaikan dan pematangan hasil; dan (4) penyusunan bahan
literasi secara bersama bagi pelaksanaan pembelajaran literasi di
sekolah dan komunitas.50
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan terdiri satu langkah yaitu pembelajaran
literasi. Setelah bahan literasi dan fasilitator tersedia, pembelajaran
literasi siap dilaksanakan. Namun untuk mendukung kegiatan
pembelajaran literasi perlu dilakukan serangkaian kegiatan pelatihan
fasilitator agar mereka paham terhadap pembelajaran literasi. Adapun
materi yang diberikan pada pelatihan ini meliputi materi membaca
naratif, meringkas teks, konversi teks dan bermain peran.51
48 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 22.
49 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 32.
50 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 33–34.
51 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 36.
31
Dalam hal ini fasilitator literasi dapat menggunakan bacaan yang
terdapat dalam buku tersebut dan membacakannya dengan suara keras
dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat mendengarkan
dan menikmati ceritanya. Kedua, membaca senyap, pada membaca
senyap, fasilitator literasi memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memilih bahan bacaan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri
sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut.
Ketiga, membaca bersama. Pada membaca bersama, terdapat tiga hal
yang dapat dilakukan. Terakhir, membaca mandiri. Pada membaca
mandiri, siswa/anak bertanggung jawab terhadap bacaan yang
dipilihnya sehingga peran fasilitator literasi kini menjadi seorang
pengamat, fasilator, dan pemberi respon.52
Di samping membaca naratif, diberikan pula teknik konversi teks
dan meringkas teks. Kedua hal itu termasuk ke dalam menulis
terpandu, peran fasilitator literasi adalah sebagai fasilator yang
membantu siswa/anak menemukan apa yang ingin ditulisnya dari
buku cerita yang dibacanya dan bagaimana menuliskannya kembali
dengan jelas, sistematis, dan menarik. Fasilitator literasi bertindak
sebagai pendorong dan pemberi saran. Pembelajaran bermain peran
dilakukan dalam rangka mempraktikkan apa yang ada dalam cerita
rakyat itu ke dalam pertunjukan panggung sandiwara. Fasilitator
literasi mengarahkan siswa/anak untuk membentuk kelompok dan
berlatih memerankan tokoh-tokoh dan memainkan cerita rakyat
tersebut dalam pementasan. Dari situ diharapkan siswa/anak makin
mengerti muatan budi pekerti dalam sebuah cerita.53
c. Tahap evaluasi/tindak lanjut
Dan pada tahap terakhir yaitu tahap evaluasi yang terdiri dari satu
langkah yaitu olimpiade literasi nasional. Evaluasi gerakan literasi
nasional bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tingkat
keberhasilan dan keterlaksanaan program dan kegiatan literasi dari
52 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 38–39.
53 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 39–40.
32
tiap-tiap indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Ada beberapa
kegiatan dalam Olimpiade Literasi Nasional ini, yaitu lomba membaca
naratif, lomba meringkas teks, lomba mengonversi teks, lomba
bermain peran, dan ada pula klinik literasi. Lomba membaca naratif
dalam hal ini adalah lomba membaca cerita. Peserta diminta tampil
membaca cerita dengan sumber cerita rakyat dari derah masing-
masing. Yang dilakukan dalam lomba meringkas teks adalah menulis
ulang sebuah cerita dengan lebih ringkas, pada kegiatan ini, peserta
diberi buku yang berbeda dari daerah asalnya, kemudian diberi waktu
untuk membaca, dan dilanjutkan dengan membuat ringkasan. Lomba
lainnya yang digelar pada Olimpiade Literasi Nasional adalah
konversi teks. Para peserta diminta membaca sebuah buku cerita untuk
kemudian menghasilkan teks baru dengan cara merekonstruksi dan
mengonversi teks cerita rakyat menjadi teks baru dengan genre yang
berbeda. Bermain peran atau sandiwara merupakan salah satu kegiatan
yang dilombakan dalam Olimpiade Literasi nasional ini. Pada lomba
ini, peserta dikelompokkan menjadi enam kelompok. Tiap-tiap
kelompok itu dilatih untuk memainkan sandiwara yang mengangkat
cerita dari tiga wilayah Indonesia tersebut. Peserta Olimpiade Literasi
Nasional berkesempatan mengunjungi klinik literasi ini pada saat-saat
tertentu, misalnya untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
GNLB, kebahasaan, dan kesastraan yang ditugaskan oleh narasumber,
atau untuk kepentingan menambah pengetahuan pribadi.54
7. Gerakan Literasi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok
Belakangan ini Indonesia menggalakan gerakan literasi, pada tahun
2015, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan menggalakan program gerakan literasi di sekolah yang
disebut Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan ini berupa pembiasaan wajib
membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar sekolah dilaksanakan. Namun
pada tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk
54 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Penilaian dan Evaluasi
Gerakan Literasi Nasional (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2017), 42–47.
33
kelompok kerja gerakan literasi nasional untuk mengkoordinasikan
berbagai kegiatan literasi yang dikelola oleh unit-unit terkait, misalnya
Gerakan Literasi Masyarakat (GLM) yang sejak tahun 2015
dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD Dikmas) sebagai tindak lanjut dari
program pemberantasan buta aksara. Gerakan Literasi Nasional
dilaksanaka berdasarkan pemahaman bahwa belajar tidak hanya dilakukan
di lingkungan sekolah saja, namun juga dapat dilakukan di lingkungan
masyarakat, yang diimplementasikan dalam literasi sekolah dan literasi
masyarakat. Dengan dasar itulah GLN menjangkau semua sasaran, bukan
hanya seluruh siswa dan guru yang ada di sekolah tapi juga untuk anak-
anak dan pegiat literasi yang ada di masyarakat.
Kemudian untuk mendukung gerakan literasi nasional, Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok membuat beberapa kegiatan
literasi seperti kegiatan Perpustakaan keliling, lomba mendongeng tingkat
Sekolah Dasar, bekerjasama dengan penggiat Taman Baca di sebelas
kecamatan Kota Depok, mendukung keberadaan Sudut Baca atau Pojok
Baca, lomba menulis dalam Festival Literasi, mendukung kegiatan Kotak
Literasi Cerdas (KOLECER) yang diluncurkan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan kegiatan literasi sudah berlangsung sejak tahun 2009,
sejak berjalannya perpustakaan keliling, namun belum adanya peraturan
dari Pemerintah Daerah, kemudian dilanjutkan dengan adanya kegiatan
GLN dari Kemendikbud pada tahun 2016, kegiatan KOLECER pada tahun
2018 dan dilanjutkan lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kota Depok
Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pembudayaan Gemar Membaca yang sudah
disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyar Daerah (DPRD) Kota Depok.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan literasi informasi.
1. Penelitian ini ditulis oleh Fudtri Hariyati, mahasiswi Jurusan Ilmu
Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam
34
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2017 yang berjudul
―Implementasi Program West Java Leader’s Reading Challenge Di
SMP Negeri 10 Depok”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi program WJRLRC di SMP Negeri 10 Depok. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
studi kasus dengan informan 4 orang. Hasil dari penelitian ini adalah
pengimplementasian kegiatan-kegiatan program WJLRC seperti
donasi buku, reading habbite, library clas, writing, speaking and
language, dan kegiatan membaca di perpustakaan. Selain itu faktor
pendukung program WJLRC yaitu kuatnya payung hokum, dsumber
daya manusia, dukungan pemerintah, petunjuk teknis dari
kemendikbud, masyarakat dan motivasi dari guru. Adapun faktor
penghambat dalam program WJLRC yaitu kurangnya minat baca anak
dan guru yang sibuk, media sosial, kegiatan ekstrakulikuler yang
padat dan perpustakaan yang sedang direnovasi. Perbedaan dalam
penelitian ini adalah jenis pendekatan penelitian dan obyek penelitian.
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan studi kasus sedangkan penulis menggunakan jenis
pendekatan kualitatif. Objek dalam penelitian ini dilakukan di
perpustakaan sekolah sedangkan penulis melakukan penelitian di
perpustakaan umum daerah melalui perpustakaan keliling.
2. Penelitian ini ditulis oleh M. Anas Fanani, mahasiswa Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Lampung pada tahun 2017 yang
berjudul ―Faktor-faktor Penghambat Gerakan Literasi Sekolah Di
SMP Negeri 2 Trimurjo tahun 2016/1017”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan gerakan literasi
sekolah di SMP Negeri 2 Trimurjo. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan subyek
siswa/i kelas VII dan kelas VIII serta tenaga pendidik. Hasil dari
penelitian ini yaitu terdiri dari 2 faktor diantaranya faktor internal,
yaitu kurangnya dana sedangkan dari faktor eksternal yaitu kurangnya
35
dukungan dari pemerintah. Perbedaan dalam penelitian ini adalah
jenis pendekatan penelitian dan obyek penelitian. Jenis pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
sedangkan penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Objek
dalam penelitian ini dilakukan di perpustakaan sekolah sedangkan
penulis melakukan penelitian di perpustakaan umum daerah melalui
perpustakaan keliling.
3. Penelitian ini oleh Jamilah, mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2019 yang berjudul “Strategi
Perpustakaan Institut Teknologi dan Bisnis dalam Mengembangkan
Literasi Informasi Mahasiswa untuk Menunjang Pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui strategi yang dilakukan oleh Perpustakaan Institut
Teknologi dan Bisnis Kalbis dalam mengembangkan literasi informasi
mahasiswa dan kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Institut
Teknologi dan Bisnis Kalbis dalam mengembangkan literasi informasi
mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah observasi,
wawancara, dokumentasi dan kajian pustaka.. Hasil dari penelitian ini
Perpustakaan Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis memiliki strategi
untuk mengembangkan literasi informasi dengan cara mendekati dan
bertanya langsung kepada pemustaka, mengajarkan penggunaan
Boolean Operators dan Google Syntax, memberikan pendidikan
pemakai kepada mahasiswa baru dengan mengenalkan OPAC; e-
journal serta fasilitas dan layanan lainnya dalam Kalbispheration
Days; dan mengajarkan teknik pengutipan melalui materi plagiarisme.
Adapun kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Institut Teknologi
dan Bisnis Kalbis dalam mengembangkan literasi informasi
mahasiswa ialah Penetapan waktu pelaksanaan kegiatan literasi
informasi yang tidak sesuai dengan harapan pemustaka; kurangnya
durasi waktu pelaksanaan kegiatan literasi informasi; belum
36
tersedianya sarana prasarana bagi Perpustakaan Institut Teknologi dan
Bisnis Kalbis untuk menunjang kegiatan literasi informasi; belum
adanya kerjasama antara pustakawan dengan dosen dalam
mengintegrasikan pengajaran literasi informasi ke dalam kurikulum
pembelajaran mahasiswa. Perbedaan dalam penelitian ini adalah objek
dalam penelitian ini dilakukan di perpustakaan perguruan tinggi
sedangkan penulis melakukan penelitian di perpustakaan keliling
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara atau langkah-langkah yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu masalah yang telah disebutkan dalam rumusan masalah.
Metode penelitian memuat metode dan proses penelitian sejak persiapan sampai
dengan penelitian berakhir.55
Berikut ini penulis akan menguraikan metode
penelitian yang akan digunakan dalam penilitian ini, yaitu meliputi: jenis dan
pendekatan penelitian, sumber data, teknik penentuan informan, teknik
pengolahan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan suatu peristiwa, kejadian dan gejala yang terjadi pada saat
ini. Penelitian deskriptif memfokuskan pada masalah aktual pada saat
penelitian berlangsung.56
Melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk
menjelaskan peristiwa dan kejadian yang menjadi perhatian tanpa adanya
perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
Teknik pendekatan data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (orang, lembaga, masyarakat
dan lainnya) berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya.57
Dengan kata lain data yang akan diperoleh lebih bersifat emik, yaitu
pemahaman dari kacamata informan, dan bukan semata-mata data yang
bersifat etik, yaitu pemahaman berdasarkan subyektivitas peneliti.
55 Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis (Yogyakarta:
Suaka Media, 2015), 45.
56 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah
(Jakarta: Kencana, 2011), 34–35.
57 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006), 63.
38
1. Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber yang diperoleh secara langsung
dari informan yang ditemui secara langsung. Sumber data primer adalah
sumber yang diperoleh secara langsung baik berupa benda, manusia
maupun situs.58
Sumber data primer yang didapatkan dalam penelitian ini
adalah melalui wawancara dengan pustakawan dan staf lapangan, selain
itu peneliti melakukan observasi dengan melakukan penelitian langsung
di lokasi penelitian untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung dari
sumbernya.59
Data ini berasal dari kepustakaan seperti buku-buku, jurnal,
dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
B. Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan sebagai narasumber untuk
memberi informasi tentang situasi dan kondisi di lapangan.60
Penentuan
informan dalam penenlitian ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Maksud pertimbangan tersebut adalah
orang tersebut dianggap paling tahu atau memahami tentang apa yang kita
harapkan.61
Agar data yang diperoleh akurat maka penulis menetapkan
informan sebagai berikut:
1. Informan merupakan penanggung jawab perpustakaan keliling
2. Informan merupakan administrasi perpustakaan keliling
3. Informan adalah petugas lapangan perpustakaan keliling
Agar data yang diperoleh akurat, maka penulis menetapkan 3 orang
staf peprustakaan keliling sebagai informan dalam penelitian ini, antara
lain sebagai berikut:
58 Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), 86.
59 Irawan, 87.
60 Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
132.
61 Helaluddin dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori &
Praktik (Makasar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), 64.
39
1. Ibu Irma Sari, S.Sos selaku Pustakawan bagian penanggung jawab
perpustakaan keliling
2. Dedi Damhudi, SE selaku staf perpustakaan keliling bagian
administrasi
3. Yudha Kemal Bayhaqi selaku staf perpustakaan bagian petugas
lapangan
C. Teknik Pengumpulan Data
Selain jenis dan pendekatan penelitian diperlukan juga teknik
pengumpulan data. Adapun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah mengumpulkan data baik berupa tentang kelakuan,
perilaku, sikap, tindakan, maupun keseluruhan interaksi antar manusia
yang dilakukan secara langsung dari lapangan.62
Dalam penelitian ini,
penulis mengamati langsung pelaksanaan gerakan literasi melalui
perpustakaan keliling di sekolah.
2. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono menyatakan bahwa “a meeting two person to
exchange information and ide through question and responses, resulting in
communication and joint contruction of meaning about a particular
topic”. Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan melalui tatap muka
antara dua orang atau lebih melalui tanya jawab untuk bertukar informasi
dan ide sehingga dapat menghasilkan komunikasi dan dapat
dikonstruksikan dalam suatu topik tertentu.63
Dalam penelitian ini, penulis
mewawancarai informan yang ikut terlibat dalam kegiatan gerakan literasi
yaitu penanggung jawab, administrasi dan staf lapangan.
62 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya
(Jakarta: Grasindo, 2010), 110.
63 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2008), 231.
40
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat
berbentuk catatan harian, biografi, peraturan, kebijakan, foto, patung, film,
dan lain-lain.64
Dalam penelitian ini, penulis akan mempelajari dokumen-
dokumen yang berisi informasi tentang partisipasi, gerakan literasi, dan
perpustakaan keliling.
4. Kajian Kepustakaan
Kajian pustaka merupakan penelitian yang datanya diambil seluruhnya
dari kepustakaan (buku, jurnal, laporan, dan lain-lain).65
Pada penelitian
ini penulis mengambil data dari buku, buku online, jurnal, jurnal online,
dan lain-lain.
D. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan teknik pengumpulan data, langkah selanjutnya ialah
teknik analisis data. Analisis data kualitatif merupakan analisis yang
dilakukan dengan menggunakan data-data seperti hasil wawancara atau
catatan laporan, referensi dari buku, film, gambar dan lain-lain.66
Sedangkan dalam proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan
model Miles and Huberman. Dalam Efendi analisis data model Miles and
Huberman meliputi data reduction, data display, dan drawing/verification.67
1. Reduksi Data
Tahap pertama dalam analisi data adalah reduksi data, reduksi data dapat
diartikan sebagai suatu proses pemilihan hal-hal pokok, merangkum dan
memfokuskan pada hal-hal penting sehingga data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah penulis dalam
mengumpulkan data. Data yang penulis peroleh dari hasil wawancara
maupun observasi tidak semua digunakan, akan tetapi data tersebut dipilih
untuk menentukan mana yang relevan dengan tema yang diteliti.
64 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2016), 82.
65 Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian, 65.
66 Irawan, 99.
67 Mukhlison Efendi, ―Rekonstruksi Pendidikan Islam: Studi Analisa Akunstasi
Pendidikan Dan Pengajaran Di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo,‖ Jurnal Cendikia, V, no. 1
(2007): 127.
41
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi tahapan selanjutnya adalah penyajian data,
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk naratif, grafik, matriks dan
bagan. Penyajian data berguna untuk mengambil informasi yang ada di
dalam kumpulan informasi tersebut. Dalam penelitian ini penulis
menyajikan data dalam bentuk naratif.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Tahap yang terakhir dalam analisis data adalah dengan menarik
kesimpulan/verifikasi, dengan adanya penarikan kesimpulan dapat
menjawab rumusan masalah yang sudah disebutkan sejak awal, yang
diharapkan dapat menemukan temuan baru yang belum pernah ada
sebelumnya.
E. Jadwal penelitian
Tabel 3. 1: Jadwal Penelitian
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Profil Perpustakaan Umum Kota Depok
Perpustakaan Umum Kota Depok merupakan bagian dari Dinas Arsip
dan Perpustakaan Kota Depok. Perpustakaan Umum Kota Depok berdiri
pada tahun 2008 di Jl. Margonda Depok no.54. Pada saat itu gedung
perpustakaan terletak di sebelah selatan Masjid Baitul Kamal Balaikota
Depok. Pada tanggal 21 Januari 2015 Perpustakaan Umum Kota Depok
pindah ke gedung yang terletak disebelah kiri Balaikota Depok. Mulai 27
April 2015 Gedung Perpustakaan Umum Kota Depok diresmikan Oleh
Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail dan telah dibuka untuk umum.
Gedung perpustakaan terdiri dari 3 lantai, lantai 1 terdiri dari ruang
aula, playground, lemari penghargaan, rak koleksi terbaru, dan ruang
balita. Lantai 2 terdiri dari layanan loker dan penitipan tas, ruang layanan
anak, ruang koleksi umum dan ruang baca umum, layanan komputer,
ruang pustakawan, layanan sirkulasi dan layanan keanggotaan. Dan lantai
3 terdiri dari Layanan Loker dan Penitipan Tas, Ruang Koleksi Referensi
dan Depok Corner, Ruang Petugas Referensi dan Ruang Teater. Namun,
pada saat ini beberapa ruangan dialihkan untuk Kantor Kepala Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan, Subbag Tata Usaha, Seksi Kearsipan, dan
Seksi Pengolahan Data.
Dengan diresmikannya gedung Perpustakaan Umum Kota Depok
diharapkan akan mampu meningkatkan minat baca masyarakat Kota
Depok. Gedung Perpustakaan Umum Kota Depok memiliki luas tanah ±
4.472,72 m² dan luas gedung ± 3.824,42 m².68
Total seluruh Sumber Daya
Manusia yang ada di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan adalah 25 orang
pegawai dengan 5 petugas lapangan dan 1 administrasi untuk perpustakaan
keliling. Pada awalnya Perpustakaan Umum Kota Depok mempunyai
68 Winda Junita, ―Sejarah Singkat Perpustakaan Umum Kota Depok,‖ Depok Corner,
2015, http://kap.depok.go.id/depokcorner/pojok_depok.
43
12.000 eksemplar buku dengan 4.500 judul buku yang dikoleksi.
Kemudian pada tahun 2016 ada penambahan koleksi buku dan sampai saat
ini terdpat sekitar 39.000 eksemplar buku.
Tabel 4. 1:Jadwal Layanan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
Hari Waktu
Senin – Kamis 08:00 – 15:00 WIB
Jumat 08:00 – 16:00 WIB
Sabtu 08:00 – 19:30 WIB
Minggu 08:00 – 15:00 WIB
2. Sejarah Perpustakaan Keliling
Perpustakaan keliling DISKARPUS berdiri pada tahun 2008, pada
awal tahun 2008 perpustakaan keliling DISKARPUS mengalami berbagai
macam masalah seperti sumber daya manusia, koleksi dan anggaran
sehingga menyebabkan segala kegiatan perpustakaan keliling terganggu.
Namun pada tahun 2009 perpustakaan keliling menjalankan kegiatan
kembali secara rutin. Perpustakaan Keliling merupakan salah satu layanan
dari perpustakaan umum kota Depok, layanan ini biasanya mengunjungi
sekolah-sekolah yang ada di Kota Depok dan juga pada saat keramaian
sedang terjadi seperti alun-alun, taman, dan lain-lain pada hari minggu
mulai pukul 06:00 – 09:00 WIB.
Perpustakaan Umum Kota Depok memiliki 4 armada mobil dan 1
motor baca, namun hanya 3 armada saja yang beroperasi. Masing-masing
armada mobil diperoleh dari pembelian Anggaran Pemerintah Bantuan
Daerah Kota Depok pada tahun 2013, 2015 dan 2017, sedangkan untuk
Motor Baca diperoleh dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Motor baca
digunakan untuk ke sekolah-sekolah yang tidak bisa dilewati mobil,
namun saat ini motor baca belum bisa beroperasi. Perpustakaan keliling
beroperasi di 11 kecamatan Kota Depok yaitu Beji, Bojongsari, Cilodong,
Cimanggis, Cinere, Cipayung, Limo, Pancoran Mas, Sawangan,
Sukmajaya dan Tapos. Koleksi tiap armada mobil minimal membawa 500
buku.
44
Tabel 4. 2: Jadwal Perpustakaan Keliling
Hari Waktu
Senin – Kamis 08:00 – 13:00 WIB
Minggu 06:00 – 09:00 WIB
3. Visi dan Misi Perpustakaan Umum Kota Depok
a. Visi
―Terwujudnya pelayanan di bidang kearsipan dan perpustakaan yang
Edukatif, Rekreatif dan prosfektif”
Visi tersebut mengandung pokok-pokok visi Edukatif, Rekreatif
dan Prosfektif dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Edukatif : Pelayanan bidang Kearsipan dan Perpustakaan harus
memberikan dampak yang bersifat mendidik dan sebagai ―sarana
cara pintar untuk pintar”.
2) Rekreatif : Sarana dan prasarana serta pelayanan bidang Kearsipan
dan Perpustakaan tidak membosankan dan monoton tetapi bersifat
rekreatif, suasana yang relax untuk mendorong minat baca aparatur
dan masyarakat dari seluruh lapisan.
3) Prosfektif : Pelayanan bidang kearsipan dan perpustakaan harus
memberikan dampak positif untuk mewujudkan masa depan yang
lebih baik bagi generasi muda maupun masyarakat Kota Depok
secara umumnya.
b. Misi
1) Mewujudkan sistem tatakelola kearsipan sebagai sumber informasi,
bukti sejarah, bukti hukum, bukti penyelenggaraan pemerintahan
serta sumber penelitian.
2) Mewujudkan pelayanan bidang perpustakaan yang edukatif,
Rekreatif dan Prosfektif berbasis teknologi informasi;
45
3) Mewujudkan kemampuan pengelolaan dan pengolahan data
penyelenggaraan pemerintahan yang baik melalui e-government.69
4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok mempunyai tugas dan
fungsi membantu walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan dan
tugas pembantuan bidang kearsipan dan perpustakaan. Dalam bidang
perpustakaan, perpustakaan memiliki tugas dalam melaksanakan urusan
Pemerintahan di bidang penyimpanan, pengadaan, pengolahan bahan
perpustakaan, layanan, teknologiinformasi dan komunikasi, pelestarian,
kerjasama, dan pengembangan sumber daya manusia. Dalam
melaksanakan tugas pokok dan sebagaimana yang dimaksud, perpustakaan
umum mempunyai fungsi di bidang perpustakaan sebagai berikut.
a. Pelaksanaan penyusunan program kerja yang mengacu pada rencana
strategis Dinas
b. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan perpustakaan tingkat kota serta
dinas instansi terkait
c. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan perpustakaan pada perangkat
daerah, kelurahan, Badan Usaha Milik Daerah (BUMN), Unit
Pelaksana Teknis (UPT), dan sekolah
d. Membuat kebijakan mengenai deposit, pengelolaan, penyusunan
bibliografi daerah dan katalog daerah
e. Membuat kebijakan mengenai pengembangan koleksi bahan pustaka
dan pendistribusian bahan pustaka
f. Membuat kebijakan mengenai pelaksanaan katalogisasi, klasifikasi,
verifikasi bahan perpustakaan, dan pemasukan data ke pangkalan data
g. Membuat kebijakan teknis mengenai layanan perpustakaan
h. Membuat kebijakan mengenai pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang berkaitan dengan bahan perpustakaan
69 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok, ―Visi Misi Kantor Arsip dan
Perpustakaan Kota Depok,‖ Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Pemerintah Kota Depok, 2017,
https://kap.depok.go.id/beta/visi-misi/.
46
i. Membuat kebijakan tentang pelestarian, pengembangan sumber daya
perpustakaan dan kerjasama dengan pihak terkait.70
5. Fasilitas Perpustakaan
Berikut ini adalah fasilitas yang ada di Perpustakaan Kota Depok:
a. Perpustakaan Keliling
Perpustakaan keliling ini bertugas untuk mengunjungi tempat-tempat
dimana terdapat banyak orang.
Gambar 4. 1: Mobil Perpustakaan Keliling
b. Rak Koleksi Perpustakaan Keliling
Berisi koleksi buku-buku perpustakaan keliling, koleksi buku terdiri
dari 70% untuk anak-anak dan 30% untuk masyarakat umum.
Gambar 4. 2: Rak Koleksi Perpustakaan Keliling
c. Ruang Aula
70 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok, ―Tugas Pokok dan Fungsi,‖ Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan Pemerintah Kota Depok, 2017, http://kap.depok.go.id/beta/tugas-
pokok-dan-fungsi/.
47
Ruangan ini digunakan untuk kegiatan perpustakaan seperti
mendongeng, seminar, bedah buku dan lain-lain.
Gambar 4. 3: Ruang Aula
d. Play Ground
Ruangan ini berisi mainan seperti perosotan, ayunan dan lain-lain,
ruangan ini hanya bisa digunakan untuk anak-anak.
Gambar 4. 4: Play Ground
e. Rak Koleksi Terbaru
Rak ini berisi koleksi-koleksi terbaru DISKARPUS.
Gambar 4. 5: Rak Koleksi Terbaru
f. Ruang Balita
48
Layanan ini hanya bisa digunakan oleh pengunjung balita dan
pendampingnya. Pada layanan ini terdapat alat permainan edukasi
(APE).
Gambar 4. 6: Ruang Balita
g. Layanan Loker dan Penitipan Tas
Layanan ini digunakan untuk pengunjung sebelum memasuki ruang
baca/ruang koleksi.
Gambar 4. 7: Loker dan Penitipan Tas
h. Ruang Layanan Anak
Pada layanan ini terdapat buku anak-anak dan diperuntukan untuk
pengunjung dengan usia maksimal 12 tahun.
Gambar 4. 8: Ruang Layanan Anak
i. Ruang Koleksi Umum dan Ruang Baca
49
Layanan ini terdapat buku-buku umum seperti agama, sosial, sains
dan lain-lain. Diruangan ini juga terdapat komputer untuk pemustaka
yang sudah memilki kartu anggota perpustakaan.
Gambar 4. 9: Ruang Koleksi Umum dan Ruang Baca
j. Layanan Komputer dan Internet
Layanan ini bisa digunakan oleh pemustaka dengan usia minimal 13
tahun dan sudah memiliki kartu anggota perpustakaan.
Gambar 4. 10: Layanan Komputer dan Internet
k. Ruang Koleksi Referensi dan Depok Corner
Pada ruangan ini terdapat Depok Corner yaitu koleksi buku-buku
tentang Depok dan buku-buku referensi seperti kamus, ensiklopedia,
undang-undang dan lain-lain.
Gambar 4. 11: Ruang Referensi dan Depok Corner
l. Ruang Teater
50
Ruangan ini bisa digunakan untuk menonton film-film yang tersedia
di perpustakaan.
Gambar 4. 12: Ruang Teater
m. Layanan Sirkulasi dan Layanan Keanggotaan
Layanan ini digunakan untuk peminjaman dan pengembalian buku
serta pembuatan kartu anggota.
Gambar 4. 13: Layanan Sirkulasi dan Layanan Keanggotaan
Berikut syarat yang perlu disiapkan saat ingin mendaftar menjadi
anggota perpustakaan depok antara lain :
1) Pegawai Negeri Sipil Kota Depok
a) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau Surat Izin Mengemudi
b) Mengisi formulir pendaftaran dengan benar dan lengkap sesuai
dengan identitas yang ada
2) Umum
a) Warga Negara Kota Depok
b) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau Surat Izin Mengemudi
c) Mengisi formulir pendaftaran dengan benar dan lengkap sesuai
dengan identitas yang ada
3) Pelajar
51
a) Warga Kota Depok atau Pendatang yang sedang menempuh
pendidikan di SD/SMP/SMA atau sederajat yang berada di
wilayah Kota Depok
b) Fotocopy Kartu Tanda Pelajar
c) Melampirkan surat keterangan yang berisi No. NISN atau
fotocopy KTP orangtua yang berdomisili di Kota Depok (bagi
pelajar yang tidak memiliki/belum memiliki Kartu Pelajar)
d) Mengisi formulir pendaftaran dengan benar dan lengkap sesuai
dengan identitas yang ada
4) Mahasiswa
a) Warga Kota Depok atau Pendatang yang sedang menempuh
pendidikan di universitas yang berada di wilayah Kota Depok,
seperti: Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, Bina
Sarana Informatika Depok, LP3I Depok, GICI, dan lain-lain)
b) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau Surat Izin Mengemudi
c) Fotocopy Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
d) Surat Keterangan Aktif sebagai Mahasiswa dari kampus yang
bersangkutan
e) Mengisi formulir pendaftaran dengan benar dan lengkap sesuai
dengan identitas yang ada.71
71 ―Persyaratan Menjadi Anggota Perpustakaan Umum Kota Depok,‖ depokita.com,
2017, https://depokita.com/persyaratan-menjadi-anggota-perpustakaan-umum-kota-depok/amp/.
52
6. Struktur Organisasi
KEPALA DINAS
Hj. Siti Chaerijah Aurijah, S.Pd, MM
HJ. SITI CHAERIJAH AURIJAH, S.PD, MM
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
Hani Hamidah S.Sos, M.Si
Seksi Pengolahan
Arsip Statis
Seksi Layanan,
Pemanfaatan & Jasa
Kearsipan
Seksi Pembinaan
Kearsipan
Seksi Pengolahan
Arsip Dinamis
Subbag
Umum dan
PEP
Subbag
Keuangan
BIDANG PEMBINAAN,
LAYANAN, PEMANFAATAN
DAN JASA ARSIPARIS
BIDANG
PENGELOLAAN
ARSIP
BIDANG
PERPUSTAKAAN
Seksi Deposit,
Akuisisi &
Pengolahan Koleksi
Seksi Layanan,
Pelestarian & Kerjasama
Perpustakaan
ARSIPARIS PUSTAKAWAN
1. Caturs Sri Astuti, S.Sos, MM
2. Ika Rostika Rahmayanti, S.PD
3. Irmasari, S.Sos
4. Nur Indrawati Pary, S.IP
5. Sri Noviningsih, S.Pd
53
B. Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian mengenai tahapan
layanan perpustakaan keliling DISKARPUS dalam gerakan literasi masyarakat Kota
Depok yang dilakukan dengan melakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kegiatan ini dapat mengajak masyarakat terutama anak-anak untuk gemar
membaca dan menulis serta meningkatkan kemampuan literasi.
1. Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling Dalam Gerakan Literasi Masyarakat
Kota Depok
Partisipasi merupakan keikutsertaan atau peran serta dalam mengikuti suatu
kegiatan, dalam hal ini DISKARPUS melalui Perpustakaan keliling melaksanakan
kegiatan gerakan literasi yang digiatkan oleh pemerintah dengan tujuan agar semua
kalangan masyarakat Kota Depok memiliki kemampuan literasi sejak dini, berikut
kegiatan Perpustakaan Keliling Kota Depok mulai dari persiapan, pelaksanaan
hingga evaluasi.
a. Tahapan Persiapan Pelaksanaan Layanan Perpustakaan Keliling Dalam
Gerakan Literasi Masyarakat Kota Depok
Sebelum melaksanakan suatu kegiatan diperlukan persiapan yang cukup,
dalam hal ini Perpustakaan Keliling DISKARPUS telah melakukan berbagai hal
untuk mengembangkan gerakan literasi pada masyarakat khususnya anak-anak,
antara lain:
1) Penyediaan Bahan Literasi
Salah satu sarana pendukung dalam kegiatan literasi adalah dengan
mempersiapkan penyediaan bahan-bahan literasi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, adapun kriteria yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan
bacaan literasi adalah jenis buku yang digunakan adalah buku non pelajaran
seperti majalah, novel, komik, cerita rakyat dan lain-lain. Fakta di lapangan
buku-buku yang disediakan sudah sesuai dengan pedoman. Hal ini
berdasarkan wawancara dengan staf administrasi mengenai penjelasan
tentang penyediaan bahan literasi, yaitu sebagai berikut:
54
―Penyediaan bahan buku tergantung tingkat
sekolahnya ya, biasanya kalau untuk TK itu dongeng
biasanya cerita tentang nabi-nabi segala macam gitu,
untuk tingkat SD itu cerita rakyat, dongeng, novel-
novel kelas 5 6, yang sering itu buku KPK terus kayak
komik, cerita-cerita tentang apa sih, pokoknya banyak
deh gitu. Nah kalau untuk kelas mahasiswa ya novel
juga terus biasanya ibu-ibu, mereka biasanya cari buku
masak atau pengrajin atau apa kalau bapak-bapak
biasanya yang sifatnya politik.”72
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh staf lapangan yang menyatakan
bahwa :
“Kalo untuk penyediaan buku ya paling kita pilih buku
yang khusus TK sama SD ya, kaya dongeng, fiksi trus
buku komik-komik, cerita rakyat gitu trus yang kayak
buku KPK ya pokoknya buat anak SD lah sama TK.”73
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa penyediaan
bahan literasi dalam pelaksanaan kegiatan gerakan literasi masyarakat Kota
Depok sudah sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Gerakan Literasi.
2) Pelatihan Fasilitator Literasi
Pelatihan fasilitator dalam hal ini adalah pustakawan atau staf
perpustakaan. Pelatihan ini bertujuan untuk memahami bagaimana
penerapan gerakan literasi di sekolah dan di masyarakat, materi yang
diberikan pada latihan ini yaitu membaca naratif, meringkas teks, konversi
teks dan bermain peran. Fakta di lapangan pelatihan yang dilakukan oleh
pustakawan hanya pelatihan untuk petugas perpustakaan sekolah dan
72 Dedi Damhudi, Wawancara Pribadi, 6 Juli 2020. 73 Yudha Kemal Bayhaqi, Wawancara Pribadi, 6 Juli 2020.
55
pelatihan mendongeng. Hal ini sesuai wawancara staff administrasi
perpustakaan keliling yaitu
“Untuk di Perpustakaan umum, kita ada pelatihan
untuk petugas perpustakaan sekolah, jadi sekolah kan
punya perpustakaan nanti kita ajarin seperti memakai
aplikasi inlislite, nanti di sana juga kita langsung
praktekkan bagaimana cara shelving atau apa
pokoknya kita ajarin semua aktivitas yang ada di
perpustakaan gitu kita biasanya ambil narasumber dari
Perpusnas dan itu tiap tahun ada, terus ada pelatihan
dongeng.”74
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh penanggung jawab perpustakaan
keliling mengenai pelatihan fasilitator yaitu sebagai berikut:
“Kita ada pelatihan, kalo pelatihan dongeng itu ada
diklat nya yang ngadain perpustakaan nasional, waktu
itu seminggu atau dua minggu gitu di perpustakaan
nasional.”75
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
fasilitator yang dilakukan hamper sesuai dengan pedoman yang ada, seperti
pelatihan mendongeng. Dalam buku pedoman, pelatihan fasilitator adalah
membaca dengan suara keras dan dalam hal ini adalah mendongeng.
b. Pelaksanaan Layanan Perpustakaan Keliling Dalam Gerakan Literasi
Masyarakat Kota Depok
Kegiatan literasi perpustakaan keliling yang dilakukan Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan Kota Depok merupakan program yang digalakan oleh Pemerintah
Pusat dan juga Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini bertujuan agar
74 Dedi Damhudi, Wawancara Pribadi. 75 Irma Sari, Hasil Wawancara Pribadi.
56
masyarakat khususnya anak-anak yang tidak terjangkau dengan perpustakaan
umum terbiasa dan gemar untuk membaca. Terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh pepustakaan keliling yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan Budaya Baca
Salah satu kemampuan literasi adalah dengan membaca. Kegiatan
membaca dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun selama sarana untuk
membaca tersedia. Dalam penelitian ini perpustakaan keliling mengunjungi
tempat-tempat yang ramai seperti sekolah, car free day, dan lain-lain. Dalam
Peraturan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan tentang budi pekerti
atau gerakan literasi sekolah, kegiatan membaca dilakukan selama 15 menit
sebelum kegiatan belajar sekolah dimulai, namun untuk kegiatan
perpustakaan keliling ini waktu yang digunakan untuk kegiatan membaca
antara satu sampai dua jam. Biasanyaa dalam waktu 30 menit siswa-siswi
sudah mulai bosan dengan membaca, oleh karena itu staf perpustakaan
melakukan games agar sisa-siswi tidak bosan. Kegiatan ini bertujuan agar
kemampuan membaca anak-anak meningkat. Kegiatan membaca di sekolah
merupakan kegiatan utama perpustakaan keliling dalam mendukung gerakan
literasi. Rutinitas yang dilakukan perpustakaan keliling di sekolah adalah
dengan mengajak siswa-siswi sekolah untuk membaca. Untuk Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanan (TK) dan siswa siswi
Sekolah Dasar (SD) pustakawan akan bercerita atau mendongeng. Selain itu,
setelah siswa-siswi selesai membaca salah satu dari mereka akan dipilih
untuk maju ke depan kelas, kemudian siswa-siswi yang terpilih tersebut
maju dan memperkenalkan fisik buku serta menceritakan kembali apa yang
siswa-siswi itu baca yang nantinya pustakawan akan memberi reward. Hal
ini berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab mengenai
kunjungan ke sekolah yang menyampaikan bahwa:
“Rutinitas yang dilakukan yaitu anak-anak membaca di
ruang kelas atau di luar kelas lalu mereka kembali
57
menceritakan buku yang mereka baca, kalo yang
tingkat PAUD atau TK biasanya pustakawan yang
bercerita. Kegiatan ini dilakukan supaya anak-anak
semangat membaca.”76
Pernyataan tersebut juga didukung oleh petugas administrasi yang
menyampaikan bahwa:
“Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan minat baca
anak, dan untuk menemukan rasa cinta masyarakat
terutama generasi muda pelajar ya terhadap buku, kalo
mereka udah cinta mereka pasti baca. Setelah
membaca biasanya kita ada presentasi artinya jika
anak-anak sudah selesai baca buku, kami akan random
memilih siapa-siapa yang dipanggil untuk maju ke
depan lalu menjelaskan judul bukunya apa? ceritanya
bagaimana? Yang penting mereka maju dulu, kadang-
kadang kita bawa souvenir, kalau ada kita kasih.”77
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa kunjungan ke sekolah ini
bertujuan untuk mengajak siswa-siswi senang membaca dan mencintai buku,
jika mereka sudah cinta maka mereka akan terbiasa untuk membaca, selain itu
agar siswa-siswi berani tampil di depan teman-temannya.
76 Irma Sari, Hasil Wawancara Pribadi, 4 September 2018.
77 Dedi Damhudi, Hasil wawancara pribadi, 9 Maret 2020.
58
Gambar 4. 14: Kegiatan Kunjungan Perpustakaan Keliling
Selain kegiatan membaca di sekolah perpustakaan keliling juga
melakukan kegiatan membaca di tempat keramaian. Kegiatan perpustakaan
keliling ini merupakan runtutaan dari kegiatan sebelumnya dan biasanya
kegiatan ini dikunjungi oleh masyarakat Kota Depok, dari anak-anak hingga
orang tua. Kegiatan ini berada di tempat-tempat yang biasa ramai dikunjungi
oleh masyarakat, seperti alun-alun Kota Depok, Grand Depok City, dan
Taman Lembah Gurame. Kegiatan ini dilakukan setiap hari minggu,
rutinitas yang dilakukan selain membaca adalah di sini perpustakaan keliling
menyediakan permainan-permainan tradisional dengan tujuan agar anak-
anak tidak bosan misalnya seperti congklak, ular tangga, dan lain-lain.
Selain itu terdapat juga kegiatan parenting yaitu kegiatan yang membahas
tentang bagaimana cara mendidik anak, dan lain-lain, kegiatan parenting
dilakukan oleh komunitas pegiat literasi, ada juga orang tua yang sedang
membacakan cerita kepada anaknya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan staf administrasi perpustakaan keliling mengenai kunjungan
perpustakaan keliling di tempat umum yang menyampaikan bahwa:
“Selain membaca, kita juga punya permainan-
permainan biasanya kita taro disitu, kalau permainan-
permainan gitu jadi kalau yang bosen dia bisa main
congklak, main ular tangga, ya itu untuk dipakai di
hari Minggu di sana menyediakan permainan
59
tradisional, untuk hari minggu kita juga ada
dongeng.”78
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa kunjungan perpustakaan
keliling ini mengajarkan masyarakat untuk membiasakan membaca, selain itu
anak-anak juga diperkenalkan dengan permainan tradisional yang mungkin saat
ini permainan tradisional itu sudah jarang dimainkan. Kegiatan ini juga
mengajarkan kedekatan antara anak dan orangtua.
Gambar 4. 15: Kegiatan Perpustakaan Keliling di Car Free Day
Selain kegiatan membaca di sekolah dan di tempat keramaian,
perpustakaan keliling juga melakukan kegiatan membaca di tempat
puskesmas atau pasar. Kegiatan ini merupakan kegiatan di luar jadwal yang
sudah di tentukan, kegiatan ini dilakukan atas dasar permintaan dari
masyarakat Kota Depok dalam memeriahkan acara yang dilakukan mereka.
Sama seperti kunjungan di tempat umum, kegiatan ini dikunjungi oleh
semua kalangan masyarakat Kota Depok. Kegiatan ini juga pernah
dilakukan di Puskesmas dengan tujuan agar pasien tidak bosan dalam
menunggu antrian di Puskesmas. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan penanggung jawab perpustakaan keliling yang mengatakan bahwa:
“Kalo sekolah itu libur kita ke puskesmas kalo engga
ke pasar, pasar tradisional, kalo hari sabtu kita libur,
mobil perpustakaan keliling hari minggu kita ada.”79
78 Dedi Damhudi.
79 Irma Sari, Hasil Wawancara Pribadi, 5 Maret 2020.
60
Pernyataan tersebut juga didukung oleh petugas administrasi yang
menyampaikan bahwa:
“Diluar jadwal kami, kami juga menerima permintaan
dari masyarakat kita sebut kunjungan spesial, entah itu
sekolah ataupun yang sifatnya ..... perkumpulan
masyarakat contoh kaya senam masal atau acara
posyandu atau apa, kalo memang itu nanti ada
permintaan dari lingkungan setempat misalkan
posyandu ini rw ini menginginkan kita hadir, kita akan
hadir.”80
Berdasarkan hasil wawancara di atas, kunjungan spesial perpustakaan
keliling ini menjelaskan bahwa menumbuhkan kemampuan literasi dapat
dilakukan dimana saja, dengan ketentuan harus adanya fasilitas yang
mendukung.
Gambar 4. 16: Kegiatan perpustakaan Keliling di Puskesmas
2) Dongeng
Selain kegiatan membaca yang sudah diuraikan di atas, kegiatan
gerakan literasi perpustakaan keliling selanjutnya adalah dongeng, kegiatan
rutin dongeng di hari minggu dengan waktu pelaksanaan dua minggu sekali.
Kegiatan ini juga bisa dilakukan di sekolah-sekolah namun tergantug
80 Dedi Damhudi, Hasil wawancara pribadi.
61
permintaan sekolah, jika sekolah menginginkan staf perpustakaan untuk
mendongeng, maka staf perpustakaan pun akan mendongeng. Kegiatan ini
dilakukan melalui kerjasama dengan Forum PAUD, nantinya petugas Forum
PAUD yang akan mendongeng dan perpustakaan keliling yang menyediakan
buku-buku ceritanya. Selain itu terkadang Ibu Walikota juga ikut
memeriahkan kegiatan ini dengan mendongeng. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan petugas administrasi yang menyampaikan bahwa:
“Kalau perpustakaan keliling untuk hari minggu juga
ada dongeng, itu biasanya kita kerja sama-sama
kampung dongeng kadang-kadang dari luar, kita
kerjasama sama forum PAUD, merekalah yang
meramaikan dan biasanya Bu wali dateng untuk
memeriahkan kegiatan ini, pendongeng nya juga ada.
Dan untuk dongeng juga bisa di kelas ya, tapi
tergantung permintaan mereka ya kadang-kadang
permintaan mereka itu satu paket sama tim dongeng,
biasanya kita siapin tim dongeng yang memang bisa
dongeng dari kita.”81
Pernyataan tersebut juga didukung oleh penanggung jawab perpustakaan
keliling mereka menyampaikan bahwa:
“Kita ada dongeng, kita bekerjasama dengan PAUD
Kota Depok, kadang-kadang Bu Wali mendongeng
dengan guru-guru PAUD yang ada, bekerjasama juga
dengan DPAPMK Kota Depok. Waktu pelaksanaanya
bisa tiap dua minggu sekali, tapi kalo perpustakaan
keliling setiap minggu.”82
81 Dedi Damhudi.
82 Irma Sari, Hasil Wawancara Pribadi, 5 Maret 2020.
62
Staf lapangan juga menyampaikan bahwa :
“Dongeng juga ada, kolaborasi sama forum PAUD,
itukan jatuhnya sama masuknya ke DPAPMK. Jadi
yang menyediakan dongeng itu dari forum PAUD kita
yang menyediakan membacanya gitu, iya memfasilitasi
bacaanya.”83
Berdasarkan hasil wawancara di atas, informan menyampaikan bahwa
kegiatan dongeng ini dilakukan atas kerjasama dengan Dinas Perlindungan
Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK).
Gambar 4. 17: Kegiatan Mendongeng dengan Forum PAUD
3) Kotak Literasi Cerdas (KOLECER)
Kotak Literasi Cerdas (KOLECER) adalah salah stau perpustakaan
mini yang diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat saat ini yaitu Bapak Ridwan
Kamil. Program ini diresmikan pada tahun 2018 yang bertujuan untuk
meningkatkan minat baca dan literasi kota-kota di Jawa Barat. Program ini
dilakukan di tempat-tempat keramaian seperti taman-taman, masjid dan lain-
lain. Kolecer ini ada di beberapa titik di Jawa Barat, untuk di Kota Depok
terdapat 3 kolecer, yaitu di taman lembah gurame, taman lapangan jawa dan
di taman bakti jaya. Kegiatan Kolecer ini bertujuan untuk meningkatkan
literasi baca masyarakat Kota Depok. Rutinitas kegiatan Kolecer selain baca
83 Yudha Kemal Bayhaqi, Hasil wawancara pribadi, 9 Maret 2020.
63
biasanya diskusi dengan pegiat literasi lainnya, atau diisi dengan aktivitas
anak-anak yang sedang mewarnai, selain itu Kolecer juga menerima buku
hibaan dari masyarakat. Hal ini berdasarkan wawancara dengan penanggung
jawab perpustakaan keliling yang mengungkapkan bahwa:
“Kolecer program dari provinsi, kita dapat 2 tahun
yang lalu artinya kotak literasi yang isinya buku-buku
dari provinsi buat dibaca masyarakat dan di taro kotak
yang berisi buku-buku di taman. Kolecer sampe tahun
ini ada 3 kotak, tempat di lembah gurame, taman depok
utara dan 1 lagi di daerah sugutamu.”84
Pernyataan tersebut di dukung juga oleh staf administrasi yang
menyatakan bahwa:
“Kolecer itu Kotak Literasi Cerdas, tujuannya sama
untuk menemukan minat baca masyarakat, kenapa
dinamakan kolecer? Karena kotak literasi cerdas
maksudnya buku itu nggak dibawa-bawa tetap di
bawah situ dalam pengawasan petugas gitu nah
teknisnya petugas bagaimana caranya yang penting
buku itu ada yang kedua untuk melihat sejauh mana
pedulinya masyarakat terhadap buku.”85
Dari hasil wawancara di atas, dapat disampaikan bahwa kolecer merupakan
program yang dibuat oleh Provinsi Jawa Barat. Kolecer di Kota Depok
dikelompokkan dalam kegiatan peprustakaan keliling karena berada di titik-titik
keramaian dengan koleksi minimal 80 sampai 100 buku.
84 Irma Sari, Hasil Wawancara Pribadi, 5 Maret 2020.
85 Dedi Damhudi, Hasil wawancara pribadi.
64
Gambar 4. 18: Kegiatan KOLECER di Taman Lembah Gurame
c. Evaluasi layanan perpustakaan keliling dalam gerakan literasi masyarakat
Kota Depok
Suatu kegiatan diperlukan adanya evaluasi agar dapat diketahui sejauh mana
pencapaian kegiatan yang sudah dilaksanakan. Hal ini juga berlaku untuk
kegiatan literasi perpustakaan keliling, dimana setiap tahun melakukan
evaluasi. Evaluasi dalam gerakan literasi adalah dengan mengadakan olimpiade
atau lomba. Fakta dilapangan bahwa untuk evaluasi yang sesuai dengan
pedoman gerakan literasi dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan belum
dilakukan oleh perpustakaan keliling, evaluasi berupa lomba tersebut dilakukan
oleh perpustakaan umum Kota Depok. Hal ini sesuai dengan wawancara
menurut staf administrasi yaitu:
“Untuk evaluasi kita ada lomba mendongeng biasanya
tiap tahun ada di perpustakaan umum dari tingkat kota
sampai tingkat nasional, tingkatannya SD, SMP, SMA,
dan ada umum. Lombanya dongeng, lomba puisi,
kadang lomba bercerita tentang apa pokoknya.”86
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh staf lapangan mengenai evaluasi
kegiatan perpustakaan keliling sebagai berikut:
“Untuk evaluasi seperti kegiatan perpustakaan ada di
Dinas itu langsung, lomba puisi tingkat SD, SMP,
86 Dedi Damhudi, Wawancara Pribadi.
65
SMA ada, trus ada lomba mendongeng tingkat SD,
SMP ada, ada semuanya, dan itu dilakukan setiap
tahun sekali untuk pelaksanaannya.”87
Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi gerakan
literasi perpustakaan keliling berdasarkan belum sesuai dengan pedoman
gerakan literasi. Bentuk perlombaan dilakukan Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan setiap satu tahun sekali yaitu lomba dongeng, lomba puisi dan
lain-lain.
2. Upaya Pustakawan Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi Perpustakaan
Keliling Dalam Gerakan Literasi Masyarakat Kota Depok
Selama berjalannya pelaksanaan kegiatan gerakan literasi perpustakaan keliling
terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan, antara lain adalah sumber daya
manusia dan anggaran kegiatan. Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi
Perpustakaan Keliling DISKARPUS melakukan beberapa upaya yang dilakukan
yaitu sebagai berikut:
a. Sumber Daya Manusia
Dalam sebuah program atau kegiatan pasti sering mengalami hambatan
yang diakibatkan oleh sumber daya manusia, baik sengaja maupun tidak
sengaja. Hal ini dapat dialami juga dalam kegiatan gerakan literasi
perpustakaan keliling. Dalam penelitian ini sumber daya manusia yang menjadi
hambatan adalah petugas dan pendamping. Sebelum staf perpustakaan keliling
membuat jadwal kunjungan di sekolah-sekolah Kota Depok, staf perpustakaan
bekerjasama dengan petugas setempat, bentuk kerjasama yang dilakukan adalah
dengan data-data sekolah baik baik PAUD, TK, SD Negeri maupun Swasta.
Namun dalam pelaksanaan kunjungan ke sekolah, data yang diberikan belum
update, misalkan ada sekolah baru namun belum di data.
87 Yudha Kemal Bayhaqi, Wawancara Pribadi.
66
Adapun upaya pustakawan dalam mengatasi hambatan tersebut adalah
dengan melakukan survey langsung ke sekolah-sekolah yang belum dikunjungi.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan staf administrasi sebagai berikut:
“Kami itu menyisir sekolah-sekolah yang ada di satu
kecamatan melalui K3S, K3S itu koordinasi pokoknya
itu merupakan rentetan sekolah atau organisasi dari
Dinas Pendidikan yang ada di tiap kecamatan,
biasanya ada melalui itu nanti lebih akurat nya lagi
kami menyisir atau survei langsung ke wilayah
tersebut.”88
Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya dalam
mengatasi hambatan petugas adalah dengan menyisir melalui Kegiatan
Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) atau survey langsung ke sekolah-
sekolah.
Selain petugas yang bekerja dibagian penyusunan data-data sekolah Kota
Depok, hambatan juga datang dari pendamping, pendamping dalam penelitian
ini adalah guru di sekolah. Petugas perpustakaan keliling hanya dua orang,
ketika pepustakaan keliling sudah sampai di sekolah pihak sekolah melepaskan
anak-anak begitu saja tanpa mendampingi, pihak sekolah hanya
mengkoordinasi kepada staf perpustakaan keliling untuk menentukan tempat
kegiatan, misalkan di aula, kelas, atau taman. Kerjasama dengan pihak sekolah
sangatlah penting, dengan memberikan pendamping sangatlah membantu staf
perpustakaan keliling pada saat pelaksanaan kegiatan gerakan literasi, hal ini
karena staf perpustakaan hanya ada dua orang sedangkan siswa yang mengikuti
kegiatan ini bisa lebih dari 30 orang.
Adapun upaya pustakawan dalam mengatasai hambatan tersebut adalah
dengan melakukan kegiatan secara professional, ada atau tidak adanya
88 Dedi Damhudi, Wawancara Pribadi.
67
pendamping dari sekolah, kegiatan literasi perpustakaan keliling tetap berjalan.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan staf administrasi sebagai berikut:
“Kalo itu solusinya kami berusaha bekerja secara
profesional aja karena kalo itu kan kaitan dengan
individu masing-masing sekolah, dia mau menerima
kami atau menyambut atau kurang welcome dengan
kami kami hanya bekerja profesional sesuai dengan
jadwal yang telah ditugaskan kepada kami.”89
Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya dalam
mengatasi hambatan pendamping adalah dengan tetap menjalankan kegiatan
literasi perpustakaan keliling.
b. Anggaran
Anggaran merupakan unsur utama dalam mendukung pelaksanaan kegiatan
literasi perpustakaan keliling, anggaran juga bisa menentukan berhasil atau
tidaknya suatu kegiatan. Anggaran yang cukup akan membantu keberhasilan
suatu kegiatan dan sebaliknya jika anggaran terbatas maka
pelaksanaan kegiatan kurang berhasil. Hal ini dialami oleh perpustakaan
keliling, terbatasnya anggaran menyebabkan sarana seperti buku, alat
pendukung, dan alat akses belum tercukupi.
Buku merupakan salah satu media yang paling mendukung dalam kegiatan
literasi ini, karena buku kaya akan sumber informasi. Banyak beragam macam
jenis buku dan tema tertentu yang akan memberikan pengetahuan. Perpustakaan
Keliling Kota Depok memiliki buku minimal 500 buku per armada. Koleksi
yang berada di perpustakaan keliling 30 persen untuk masyarakat umum dan 70
persen buku untuk anak-anak dan biasanya yang sering dibaca adalah buku
buku cerita.
89 Dedi Damhudi.
68
Fakta di lapangan buku-buku perpustakaan kurang multicultural, artinya
masih ada buku-buku yang belum memenuhi kebutuhan karena masih ada
masyarakat terutama anak-anak yang tidak menemukan buku yang dibutuhkan
seperti buku-buku tentang keagamaan, buku tentang keagamaan tidak harus
tentang satu agama saja tetapi buku tentang agama lain pun seharusnya
disediakan karena di Indonesia ini tidak hanya agama tertentu saja. Selain itu
buku-buku berbahasa Inggris pun masih kurang karena ada beberapa sekolah
elit yang menginginkan buku-buku bahasa Inggris di perpustakaan keliling.
Adapun upaya pustakawan dalam mengatasai hambatan dalam hal tersebut
adalah dengan melakukan silang buku, maksudnya ialah staf perpustakaan
mengambil buku dari mobil A ke mobil lain atau mengajukan ke bagian
pengadaan buku atau deposit melalui kasi layanan. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan staf lapangan sebagai berikut:
“Kalau untuk masalah bukunya paling solusinya kita
ambil dari mobil yang agak banyak atau bukunya agak
lebih inilah dari mobil ini ke mobil satu lagi itu tetap
jadi intinya bukunya kita putar aja gitu.”90
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh staf administrasi mengenai evaluasi
kegiatan perpustakaan keliling sebagai berikut:
“Untuk buku yang belum lengkap, kami dari pusling
sendiri melalui kasi layanan mengajukan ke bagian
pengadaan buku atau bagian deposit ya biasanya di
situ ada buku-buku entah itu buku sumbangan atau
pengadaan buku untuk tahun yang akan datang. Atau
juga kita lihat jadwal kita mau berangkat ke mana?
Biasanya kalau ke sekolah-sekolah muslim atau non
90 Yudha Kemal Bayhaqi, Wawancara Pribadi.
69
muslim ya buku kadang kita silang gitukan, nanti
bukunya itu kita tarik dari mobil ini ke mobil itu”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa solusi
dalam mengatasi masalah dalam hal buku adalah dengan silang mobil dan
mengajukan ke bagian pengadaan buku.
Selain buku yang kurang multikultural dan agar pelaksanaan kegiatan
gerakan literasi ini berjalan dengan baik, dibutuhkan sarana yang mendukung
agar kegiatan ini benar-benar mengenai sasaran. Dalam pelaksanaan kegiatan
ini, fakta di lapangan perpustakaan keliling masih kurang dalam menyediakan
sarana seperti alat-alat peraga untuk mendongeng.
Adapun upaya pustakawan dalam mengatasi hambatan dalam hal tersebut
adalah dengan melakukan peragaan atau gaya staf perpustakaan. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara menurut staf administrasi sebagai berikut:
“Nah kalo untuk alat peraga itu memang kita ada itu
sumbangan dari PNS kayak boneka-bonekaan yang
pakai tangan segala macam gitu, adapun sisanya kita
ya ala kadarnya aja ya, kalo pada saat kita
dongengnya gaya kita aja jadi nggak pakai alat
peraga, ya sama kaitannya dengan usulan yang kita
sampaikan memang itu beli cuma kadang-kadang
ditaruh di ruang baca anak biasanya seperti itu karena
itu resiko hilang, resiko rusak dan jadi kayak bukan
skala prioritas seolah-olah padahal itu penting juga.”91
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa solusi dalam
mengatasi hambatan dalam hal alat peraga adalah dengan menggunakan gaya
dari staf perpustakaan itu sendiri.
91 Dedi Damhudi, Wawancara Pribadi.
70
Selain itu kegiatan gerakan literasi perpustakaan keiling ini laksanakan di
tempat-tempat seperti sekolah, taman, pasar, puskesmas atau tempat-tempat
umum dimana ada keramaian. Dalam kegiatan tersebut sering mendapat
hambatan di alat akses seperti motor yang digunakan jika perpustakaan keliling
mendatangi sekolah yang akses jalannya tidak bisa dilalui kendaraan roda
empat.
Adapun upaya pustakawan dalam mengatasai hambatan dalam hal tersebut
adalah dengan melakukan dengan menggunakan alat manual seperti bak atau
dibawa sendiri dengan tangan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
staf administrasi sebagai berikut:
“Untuk alat akses kalau memang ada sekolah yang di
dalam atau gimana solusinya yang pertama buku kita
bawa kesana dengan alat manual misalkan dengan
pakai bak atau di gotong atau gimana gitu manual
yang penting sampai ke sana yang kedua kita kasih
hiburan buat anak-anak sambil dia melihat mobil
perpustakaan keliling sambil mereka ambil buku nanti
selesai baca mereka balikin lagi kalau memang tidak
terlalu jauh lokasinya, kalau jauh kita bawa sendiri ke
sana nanti petugas yang bawa, kalau memang nggak
jauh kadang-kadang mereka sendiri yang minta ke
mobil anak-anaknya sendiri gitu ya, selama ini sih
memang berjalan seperti itu. Juga dilihat kondisi cuaca
kalau memungkinkan kita yang bawa ke sana pokoknya
entah itu pakai plastik atau apa yang penting tugas kita
terlaksana gitu.”92
92 Dedi Damhudi.
71
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh staf lapangan mengenai solusi
alat akses dalam kegiatan perpustakaan keliling sebagai berikut:
“Saya ini yang ngasih surat udah tahu informasinya
duluan, kira-kira mau pakai mobil apa? Kalo
jalanannya lebar pakai mobilnya yang agak besar gitu,
kalau yang kecil ya pakai yang kecil kalo ngga masuk
juga paling kita parkir di gang gitu terus mau nggak
mau bukunya kita tenteng, bagaimanapun
hambatannya ataupun problemnya yang penting kita
sampai di sekolah itu karena memang udah ter
jadwal.”93
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa upaya dalam
mengatasi hambatan alat akses adalah dengan menggunakan bak, plastik atau
apapun, agar kegiatan gerakan literasi tetap berjalan.
C. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan membahas hasil penelitian yang diperoleh mengenai
tahapan layanan perpustakaan keliling DISKARPUS dalam gerakan literasi Kota
Depok. Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan mengenai:
1. Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling Dalam Gerakan Literasi Masyarakat
Kota Depok
Dalam mendukung gerakan literasi yang digiatkan oleh Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Kota
Depok melakukan berbagai upaya agar kegiatan literasi tersebut bisa menyebar ke
seluruh masyarakat Kota Depok, hal ini juga sesuai dengan Kebijakan Pemerintah
Daerah Kota Depok yang mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pembudayaan Gemar Membaca. Pada Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2018 tentang Pembudayaan Gemar Membaca bagian 1 pasal 6 menyebutkan bahwa:
93 Yudha Kemal Bayhaqi, Hasil wawancara pribadi.
72
a) Pembudayaan gemar membaca dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan,
dan masyarakat.
b) Pembudayaan gemar membaca yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memfasilitasi dan
mendorong pembudayaan kegemaran membaca dengan menyediakan bahan
bacaan bermutu, murah, dan terjangkau, serta menyediakan sarana dan
prasarana Perpustakaan yang mudah diakses.
c) Pembudayaan gemar membaca pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan mengembangkan dan memanfaatkan
perpustakaan sebagai proses pembelajaran.
d) Pembudayaan gemar membaca yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membina dan mengarahkan anak
dan/atau remaja untuk gemar membaca dengan menyediakan sarana
perpustakaan di tempat-tempat umum yang mudah dijangkau, murah, dan
bermutu.94
Selain itu pada pasal 13 menyebutkan bahwa:
a) Pembinaan Pembudayaan Gemar Membaca melalui kelompok masyarakat
dapat dilaksanakan di lingkup rukun tetangga, rukun warga, kelurahan,
kecamatan, musyawarah pimpinan kecamatan, posyandu, pembinaan
kesejahteraan keluarga, karang taruna, tempat ibadah, dan organisasi
masyarakat lainnya.
b) Pembinaan Pembudayaan Gemar Membaca melalui kelompok masyarakat
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dilingkungan
pemerintah maupun swasta.
c) Setiap pimpinan kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) memfasilitasi sarana prasarana.
94 Pemerintah Daerah Kota Depok, ―Pembudayaan Gemar Membaca,‖ Pub. L. No. 1, § 2 (2018), 7,
http://jdih.depok.go.id/assets/uploads/files/produk/2018pd3224001.pdf.
73
d) Pelaksanaan Pembudayaan Gemar Membaca oleh kelompok masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilaksanakan di ruang
tertutup atau ruang terbuka.95
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok yang telah disebutkan di atas,
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok sudah melaksanakan sesuai
aturan tersebut, baik dengan melengkapi sarana dan prasarana, penambahan
koleksi khususnya koleksi anak-anak maupun bekerjasama dengan taman baca
atau pegiat literasi di Kota Depok dalam pelaksanaan kegiatan literasi yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi dan minat baca pada
masyarakat khususnya anak-anak.
Adapun tahapan-tahapan layanan perpustakaan keliling dalam gerakan
literasi masyarakat Kota Depok menurut pedoman Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk gerakan literasi nasional adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahapan pertama adalah tahapan persiapan, tahapan persiapan yang dilakukan
dalam kegiatan gerakan literasi perpustakaan keliling adalah dengan langkah
penyediaan bahan literasi dan pelatihan fasilitator literasi.
1) Penyediaan bahan literasi
Ada beberapa kriteria dalam menentukan penyediaan bahan literasi
yaitu jenis buku yang dijadikan bahan literasi adalah buku cerita rakyat dan
isi dari buku tersebut haruslah berisi hal positif yang menjadikan
pembagiannya positif sehingga budi pekerti terus tumbuh.
Secara fisik jenis koleksi yang diperlukan untuk suatu perpustakaan bisa
dikelompokkan dalam kategori buku dan non buku. Kategori buku bisa
bermacam-macam jenisnya seperti buku non-fiksi yang terdiri dari cerita
kehidupan sehari-hari, kisah sejarah, ilmiah populer, majalah, surat kabar,
95 Pemerintah Daerah Kota Depok, 10–11.
74
ilmu pengetahuan, olahraga, seni, biografi atau otobiografi dan motivasi.
Sedangkan untuk kategori fiksi bisa terdiri dari cerpen, novel dan lain-lain.96
Fakta di lapangan bahwa penyediaan bahan literasi untuk kegiatan
gerakan literasi perpustakaan keliling Kota Depok sudah sesuai dengan
pedoman gerakan literasi. Jenis dan buku-buku yang ada di perpustakaan
keliling adalah seperti cerita rakyat, dongeng dan lain-lain. Untuk
masyarakat umum terdapat juga novel, cerpen, buku tentang masakan, buku
tentang politik, dan lain-lain.
2) Pelatihan fasilitator literasi
Fasilitator adalah para pejabat di Kemendikbud, Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota, perguruan tinggi, guru, kepala sekolah, pengawas
sekolah, UPT Kemendikbud, orang tua, dan pegiat literasi.97
Dalam
penelitian ini fasilitator yang dimaksud adalah pustakawan atau staf
perpustakaan. Pelatihan fasilitator terdiri dari dua tipe yaitu tipe A dan tipe
B. Pelatihan tipe A sasarannya adalah kepala dinas/kepala bidang/kepala
seksi Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk meningkatkan
kepedulian dan perubahan pola pikir. Sedangkan pelatihan tipe B sasarannya
adalah guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, pegiat literasi, orang tua,
dan UPT dari Kemendikbud untuk mengembangkan literasi melalui
fasilitator yang menjadi peserta dalam pelatihan baik di sekolah, keluarga
maupun di masyarakat. Dan untuk bahan pelatihannya terdiri dari peta jalan
GLN, modul panduan GLN, modul GLN, dan pedoman pelatihan calon
fasilitator serta pedoman penilaian dan evaluasi GLN. Adapun tujuan
pelatihan jalan fasilitator adalah untuk mengembangkan tim fasilitator GLN
yang mampu memfasilitasi proses peningkatan keterampilan peserta sebagai
96 Retnaningdyah dkk., Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama (Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), 14.
97 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Modul Dan Pedoman Pelatihan Fasilitator:
Gerakan Literasi Nasional (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2017), 5.
75
fasilitator bagi guru, kepala sekolah, dan komite sekolah, pengawas sekolah,
pegiat literasi dan UPT dari Kemendikbud.
Fakta di lapangan bahwa pelatihan fasilitator dalam hal ini adalah
pustakawan atau staf perpustakaan untuk kegiatan gerakan literasi
perpustakaan keliling Kota Depok sudah sesuai dengan pedoman gerakan
literasi. Pelatihan yang dilakukan memang bukan dari perpustakaan keliling
sendiri, namun pelatihan tersebut dilakukan oleh Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan. Akan tetapi pelatihan tersebut masih sesuai dengan pedoman
seperti membaca keras dan dalam hal ini adalah mendongeng.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahapan kedua yaitu tahapan pelaksanaan, dalam pelaksanaan kegiatan
gerakan literasi perpustakaan keliling adalah dengan kegiatan budaya baca.
Tarigan dalam Ismail menyatakan bahwa membaca adalah suatu keterampilan
yang kompleks, yang rumit, yang mencakup dan melibatkan serangkaian
keterampilan keterampilan yang lebih kecil. Kemampuan membaca yang baik
akan menunjang keberhasilan hal-hal lainnya.98
Adapun manfaat membaca antara lain adalah sebagai berikut:
1) Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan tata
kalimat. Dengan membaca, kita semakin memahami penggunaan bahasa
yang baik dan benar sesuai situasi atau konteks pembicaraannya.
2) Banyak buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintropeksi diri dan
melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita
dengan orang lain.
3) Membaca memicu imajinasi titik buku yang baik mengajak kita
membayangkan dunia beserta isinya lengkap dengan segala kejadian,
lokasi, dan karakternya. Bayangan yang terkumpul di tiap buku atau artikel
98 Ismail Kusmayadi dan Fathrah Hasanah, Think Smart Bahasa Indonesia Untuk Kelas X SMA/MA
(Bandung: Grafindo Media Pratama, t.t.), 24.
76
ini melekat dalam pikiran titik seiring berlalunya waktu, membangun
sebuah bentangan jaringan ide dan perasaan menjadi dasar bagi ide kreatif.
4) Membaca bermanfaat pula untuk berlatih menulis. Kita dapat menulis
berbagai hal karena terinspirasi oleh bacaan yang kita baca.99
Tahapan pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan gerakan literasi
perpustakaan keliling adalah membaca ditempat-tempat keramaian, seperti
sekolah, alun-alun dan lain-lain. Selain membaca terdapat juga kegiatan
mendongeng dan kotak literasi cerdas. Kegiatan yang dilakukan di sekolah
berupa membaca, setelah perpustakaan keliling dating kemudian pustakawan
dan pihak sekolah menentukan tempat dan memulai kegiatan membaca anak-
anak. Setelah membaca anak-anak akan di dipilih untuk berani maju kedepan
dan menceritakan kembali apa yang sudah dibaca. Selain di sekolah
perpustakaan juga mendatangi car free day atau alun-alun, kegiatan ini
dilakukan setiap hari minggu dengan rutinitas membaca dan untuk masyarakat
umum atau orang tua yang mendampingi anak-anak menceritakan buku kepada
anak-anaknya. Selanjutnya perpustakaan keliling mendatangi fasilitas-fasilitas
umum seperti puskesmas, pasar, posyandu, dan lain-lain. Kegiatan ini atas
permintaan masyarakat dan dilakukan ketika sekolah sedang libur.
Kegiatan gerakan literasi perpustakaan keliling selain membaca adalah
mendongeng. Mendongeng adalah menceritakan kembali kisah-kisah legenda,
fabel, kepahlawanan, atau cerita lainnya dengan ragam lisan. cerita yang di
dongeng kan bisa berupa kejadian yang lucu menegangkan, atau cerita yang
menyeramkan. Ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengembangkan
moral anak salah satunya yaitu melalui dongeng. Melalui mendongeng kita
dapat melakukan kontak batin dan sekaligus bisa berkomunikasi dengan anak
sehingga dapat membina hubungan penuh kasih saying. Mendongeng juga
bertujuan untuk:
99 Kusmayadi dan Hasanah, 24.
77
1) Merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi anak secara wajar
2) Mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif
3) Mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa
4) Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang buruk
dan tidak perlu dicontoh
5) Punya rasa hormat dan mendorong terciptanya kepercayaan diri dan sikap
terpuji pada anak-anak.100
Adapun tata cara yang perlu diperhatikan saat mendongeng adalah sebagai
berikut:
1) Cerita dongeng harus diambil dari dunia anak sesuai dengan usia mereka
2) Mengandung unsur nilai-nilai pendidikan dan hiburan
3) Usahakan selalu tercipta suasana gembira saat mendongeng
4) Bahasa harus sederhana, sesuai dengan tingkat pengetahuan anak-anak
5) Dalam mendongeng harus menghayati benar isi cerita yang dibawakan dan
meresapi seluruh bagian dari cerita yang didongengkan
6) Susunlah gambar-gambar peraga sesuai dengan urutan cerita dan jangan
sampai membingungkan
7) Hafalkan nyanyian yang akan dibawakan dengan irama tertentu untuk
menambah suasana
8) Senantiasa mengamati perkembangan reaksi emosi pada diri anak-anak,
seraya tetap mempertahankan kesan menyenangkan
9) Saat mendongeng usahakan mengucapkan kata-kata dengan jelas dan jangan
menggumam
10) Ajukan pertanyaan-pertanyaan pada anak-anak secara tiba-tiba dan libatkan
mereka dalam tokoh cerita yang didongengkan
100 Kusumo Priyono, Terampil Mendongeng (Jakarta: Grasindo, 2001), 15.
78
11) Usahakan selalu memelihara kerahasiaan jalan cerita sehingga perhatian
anak-anak tetap terpusat pada adeganyang dimainkan dan sesekali beri
kejutan untuk merangsang pengekspresian emosi mereka secara wajar.101
Kegiatan mendongeng bisa dilakukan baik di sekolah maupun di tempat-
tempat keramaian umum jika di sekolah kegiatan mendongeng dilakukan sesuai
permintaan dari pihak sekolah sedangkan kegiatan mendorong di tempat umum
biasanya dilakukan di hari Minggu setiap 2 minggu sekali. Kegiatan
mendongeng yang dilakukan perpustakaan keliling dalam kegiatan gerakan
literasi bekerjasama dengan Forum PAUD dan Dinas Perlindungan Anak dan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Kota Depok. Pendongeng dari
DPAPMK dan terkadang Ibu Walikota ikut mendongeng, sedangkan
perpustakaan keliling menyediakan buku-buku.
Selanjutnya adalah kegiatan Kotak Literasi Cerdas atau KOLECER,
KOLECER adalah perpustakaan mini yang akan dipasang di jalur-jalur
pedestrian atau biasa disebut dengan Street Library. KOLECER ini berbentuk
lemari kayu yang desainnya terinspirasi dari kotak telepon di negara Inggris.
Dalam satu KOLECER bisa memuat 80 buku. Buku bisa berasal dari mana
saja, Instansi, Yayasan atau Masyarakat luas yang mempunyai buku dan ingin
disumbangkan. Tujuan KOLECER adalah agar dapat menjadi wadah untuk
mempermudah masyarakat mengakses buku tanpa harus ke Perpustakaan
Umum. Selain itu kolecer juga bertujuan untuk meningkatkan literasi
masyarakat kota Depok. Rutinitas setiap hari yang dilakukan selain membaca
adalah diskusi, diskusi biasanya dilakukan oleh taman baca taman baca yang
ada di kota Depok, lalu bercerita, mewarnai dan lain-lain, selain itu ada juga
pelatihan pelatihan atau seminar seminar. Kegiatan ini bertujuan untuk
memancing masyarakat untuk datang ke kolecer. Untuk saat ini KOLECER
Kota Depok ada 3 Kotak yaitu di taman lembah gurame di daerah Pancoran
101 Kusumo Priyono, 19–20.
79
Mas, di taman lapangan jawa di daerah Beji, dan yang ketiga ada di taman bakti
jaya di Sukamaju Baru.
c. Tahap Evaluasi/Tindak Lanjut
Evaluasi adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
dan mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan- aturan yang
sudah ditentukan. Dari hasil evaluasi biasanya diperoleh tentang atribut atau
sifat-sifat yang terdapat pada individu atau objek yang bersangkutan. Selain
menggunakan tes, data juga dapat dihimpun dengan menggunakan angket,
observasi, dan wawancara atau bentuk instrumen lainnya yang sesuai.102
Evaluasi dalam gerakan literasi adalah dengan mengadakan olimpiade atau
lomba. Adapun beberapa lomba yang dmaksud adalah lomba membaca naratif,
lomba meringkas teks, lomba mengonversi teks, lomba bermain peran, dan
lomba klinik literasi.
Fakta dilapangan bahwa evaluasi kegiatan gerakan literasi sudah sesuai,
namun kegiatan perlombaan itu dilakukan oleh Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan Kota Depok. Evaluasi yang dilakukan perpustakaan keliling
hanya menentukan data-data sekolah yang belum dikunjungi, dan lain-lain.
2. Upaya Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi Perpustakaan Keliling Dalam
Gerakan Literasi Masyarakat Kota Depok
Suatu kegiatan akan mengalami suatu hambatan dalam setiap pelaksanaannya.
Dalam kegiatan ini staf perpustakaan keliling kota Depok menghadapi beberapa
hambatan pada saat pelaksanaan yaitu sumber daya manusia seperti petugas dan
pendamping serta anggaran kegiatan yang kurang dan menyebabkan kurangnya
sarana pendukung kegiatan seperti koleksi dan alat pendukung lainnya.
a. Sumber Daya Manusia
Sutarno menyebutkan bahwa sumber daya manusia di perpustakaan
merupakan salah satu pilar yang sangat penting dan menentukan keberhasilan
102 Agustanico Dwi Muryadi, ―Model Evaluasi Program Dalam Penelitian Evaluasi,‖ Universitas
Tunas Pembangunan Surakarta, Jurnal Ilmiah, 3, no. 1 (2017): 3.
80
suatu perpustakaan dalam menjalankan fungsinya, oleh sebab itu harus selalu
dikembangkan sesuai kebutuhan.103
Sumber Daya Manusia (SDM) pada perpustakaan memegang peranan
penting dalam keberhasilan perpustakaan menjalankan fungsinya serta berperan
dalam mewujudkan tujuan perpustakaan, maka dari itu SDM yang berkualitas
mutlak diperlukan.104
Namun, fakta di lapangan bahwa sumber daya manusia yang bekerjasama
dengan perpustakaan keliling dalam melaksanakan kegiatan literasi kurang
adanya kerjasama misalnya seperti petugas yang mengolah data-data sekolah
yang terkadang belum update misalkan di lapangan sudah ada sekolah baru
namun di data sekolah tersebut belum ada. Untuk mengatasi hambatan tersebut,
dapat dilakukan dengan menyisir sekolah-sekolah melalui K3S atau dengan
survey sekolah-sekolah secara langsung.
Selain itu, pendamping dari sekolah yang kurang kerjasama untuk
mendampingi anak-anak di sekolah dalam pelaksanaan kegiatan literasi
perpustakaan keliling. Upaya untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan
melakukan kegiatan secara profesional ada atau tidak adanya pendamping dari
sekolah kegiatan literasi perpustakaan keliling tetap berjalan.
b. Anggaran
Pada dasarnya semua perpustakaan apapun bentuknya, berapapun
jumlahnya, untuk dapat berjalan mengemban tugas dan fungsinya harus
didukung dengan ketersediaan biaya yang memadai.105
Anggaran erat
hubungannya dengan proses perencanaan lembaga, karena sumber daya dan
kegiatan akan memerlukan anggaran untuk mencapai tujuan perpustakaan atau
103 NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, 115. 104 Romdha Nugrahani, ―Manajemen Sumber Daya Manusia Perpustakaan Perguruan Tinggi Untuk
Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas,‖ Warta Perpustakaan Undip, 10, no. 2 (2017): 11. 105 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Samitra Media Utama, 2004), 77.
81
pusat informasi.106
Anggaran ini memuat rencana penerimaan, pengeluaran,
perkiraan kekayaan, modal, penghasilan, dan biaya yang akan datang. Angka-
angka yang menunjuk jumlah uang akan menjadi standart untuk pengukuran
kegiatan masa mendatang. 107
Agar penggunaan anggaran efektif, suatu anggaran harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Kemampuan prediksi
2) Saluran komunikasi, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas
3) Informasi yang akurat dan tepat waktu
4) Kesesuaian, bersifat menyeluruh, dan kejelasan informasi
5) Dukungan dalam organisasi dari semua pihak yang terlibat108
Sedangkan langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran
meliputi:
1) Penetapan tujuan
2) Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
3) Kerjasama dengan pihak-pihak yang terlibat
4) Pengkoordinasian dan peninjauan komponen
5) Persetujuan akhir
6) Pendistribusian anggaran yang disetujui109
Fakta di lapangan anggaran perpustakaan keliling masih belum memadai
dalam melaksanakan kegiatan literasi, kurang memadainya anggaran
menyebabkan sarana perpustakaan keliling mengalami masalah seperti
kurangnya buku-buku perpustakaan keliling, alat peraga dongeng dan alat akses
yang digunakan perpustakaan keliling.
106 Lasa HS, Manajemen Perpustakaan (Yogyakarta: Gama Media, 2005), 290.
107 HS, 290.
108 Jae K. Shim dan Joel G. Siegel, Bugdeting: (Pedoman Lengkap Langkah-langkah Penganggaran)
(Jakarta: Erlangga, 2000), 7.
109 Shim dan Siegel, 7.
82
Adapun upaya pustakawan dalam mengatasai hambatan tersebut adalah
untuk mengatasi buku-buku yang kurang dengan melakukan silang buku pada
mobil perpustakaan keliling. Untuk alat peraga upaya yang dilakukan adalah
dengan inisiatif atau kreativitas oleh pustakawan. Dan untuk alat akses upaya
yang dilakukan adalah dengan membawa buku-buku dengan tangan atau benda
apapun, agar kegiatan literasi tetap berjalan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tahapan layanan
perpustakaan keliling dalam gerakan literasi masyarakat Kota Depok dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling Dalam Gerakan Literasi Masyarakat Kota
Depok
Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan melalui perpustakaan keliling Kota Depok
ikut mendukung dalam program kegiatan gerakan literasi yang digiatkan oleh
pemerintah melalui Peraturan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, dalam
gerakan tersebut terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan sesuai dengan pedoman
yang ada. Tahapan tersebut diantaranya yaitu tahapan persiapan, tahapan
pelaksanaan, dan tahapan evaluasi.
Dalam tahapan persiapan yang harus dilakukan ada dua langkah yaitu
penyediaan bahan literasi dan pelatihan fasilitator literasi. Sedangkan untuk
pelatihan fasilitator literasi perpustakaan keliling tidak melakukan tetapi Dinas
Kearsipan Dan Perpustakaan melakukan pelatihan itu salah satunya pelatihan
dengan suara lantang atau dongeng. Pada tahap pelaksanaan kegiatan perpustakaan
keliling melakukan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan membaca, dongeng dan kotak
literasi cerdas. Dan pada tahap terakhir, tahap evaluasi perpustakaan keliling belum
sesuai dengan pedoman namun untuk perpustakaan umum sudah sesuai dengan
pedoman yaitu dengan mengadakan lomba-lomba seperti lomba dongeng, lomba
puisi, dan lain-lain yang dilakukan setiap satu tahun sekali.
2. Upaya Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi Perpustakaan Keliling Dalam Gerakan
Literasi Masyarakat Kota Depok
Dalam melakukan kegiatan literasi perpustakaan keliling tentunya memiliki
hambatan yang dihadapi diantaranya sumber daya manusia yang terdiri yang terdiri
84
dari petugas dan pendamping serta anggaran yang terdiri dari buku alat peraga dan
alat akses untuk mengatasi hambatan yang dihadapi staf perpustakaan keliling
melakukan berbagai cara diantaranya untuk hambatan sumber daya manusia yaitu
perpustakaan keliling menyisir nama-nama sekolah melalui K3S yang ada di
kecamatan, sedangkan untuk pendamping upaya yang dilakukan untuk mengatasi si
adalah dengan bekerja secara profesional artinya ada atau tidak adanya pendamping
dari sekolah kegiatan perpustakaan keliling tetap berjalan.
Kemudian upaya yang dilakukan pustakawan dalam mengatasi hambatan yang
berhubungan dengan anggaran seperti buku-buku adalah dengan cara mengajukan
judul-judul buku ke layanan pengadaan atau deposit. Atau melakukan silang buku
maksudnya mengambil buku-buku yang ada di perpustakaan keliling yang lain. Dan
untuk alat peraga, upaya yang dilakukan adalah pustakawan melakukan gaya sendiri
untuk mendongeng jika tidak alat jika tidak ada alat peraga yang mendukung.
Kemudian upaya dalam alat akses yang belum tersedia perpustakaan keliling
menggunakan bak plastik atau apapun agar kegiatan literasi perpustakaan keliling
tetap berjalan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis akan menyampaikan
beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak Dinas Kearsipan
dan Perpustakaan khususnya Perpustakaan Keliling Kota Depok. Adapun saran-saran
yang dapat peneliti berikan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan yang dilakukan oleh perpustakaan keliling hampir sesuai dengan
pedoman yang ada. Untuk langkah penyediaan bahan literasi sudah bagus namun
alangkah baiknya untuk pelatihan fasilitator mengikuti dengan pedoman yang ada.
Untuk tahapan pelaksanaan sebaiknya kegiatan yang dilakukan tidak hanya
membaca akan tetapi harus diadakan kegiatan lain khususnya kegiatan membaca di
puskesmas. Dan untuk evaluasi seharusnya perpustakaan keliling mengikuti
pedoman yang sudah ada.
85
2. Dalam mengatasi hambatan yang dihadapi perpustakaan keliling, untuk alat peraga
seharusnya staf perpustakaan membuat alat peraga sendiri misalkan dengan kertas
origami atau apapun sehingga alat peraga untuk mendongeng tidak harus dari
sumbangan PNS saja. Untuk alat akses seharusnya staf perpustakaan menyediakan
troli atau motor dengan dua roda agar kegiatan literasi tidak menghabiskan waktu.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Farid, dan Hamidulloh Ibda. Media Literasi Sekolah: (Teori dan Praktik).
Semarang: Pilar Nusantara, 2018.
Alahudin, Muchlis. ―Pengaruh Termal dalam Ruangan Perpustakaan Terhadap Kondisi
Buku dan Kenyamanan Pembaca: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Musamu
Marauke,‖ Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha, 3, no. 2 (2014).
Basuki, Sulistyo. Materi Pokok Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.
———. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.
———. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1994.
Dedi Damhudi. Hasil wawancara pribadi, 9 Maret 2020.
———. Wawancara Pribadi, 6 Juli 2020.
Dewita, Riska, dan Malta Nelisa. ―Pengelolaan Perpustakaan Keliling di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat,‖ Jurnal Ilmu
Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 4, no. 1 (2015).
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok. ―Tugas Pokok dan Fungsi.‖ Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan Pemerintah Kota Depok, 2017.
http://kap.depok.go.id/beta/tugas-pokok-dan-fungsi/.
———. ―Visi Misi Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Depok.‖ Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan Pemerintah Kota Depok, 2017. https://kap.depok.go.id/beta/visi-misi/.
Dyah Worowirastri Ekowati, dan Beti Istanti Suwandayani. Literasi Numerasi Untuk
Sekolah Dasar. Malang: UMM Press, 2019.
Efendi, Mukhlison. ―Rekonstruksi Pendidikan Islam: Studi Analisa Akunstasi Pendidikan
Dan Pengajaran Di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo,‖ Jurnal Cendikia, V, no. 1
(2007).
Gill, Philip. The Publik Library Service: IFLA/UNESCO Guidelines for Development.
Munchen: Saur, 2001. http://www.ifla.org/files/assets/hq/publications/archive/the-
public-library-service/publ97.pdf.
87
Hardjonoprakosa, Mastini. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1992.
Helaluddin, dan Hengki Wijaya. Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori &
Praktik. Makasar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019.
Hermawan S, Rachman, dan Zulfikar Zen. Etika Perpustakaan: Suatu Pendekatan
Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
HS, Lasa. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media, 2005.
Irawan, Prasetya. Logika Dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.
Irma Sari. Hasil Wawancara Pribadi, 4 September 2018.
———. Hasil Wawancara Pribadi, 5 Maret 2020.
J.R. Raco. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta:
Grasindo, 2010.
Junita, Winda. ―Sejarah Singkat Perpustakaan Umum Kota Depok.‖ Depok Corner, 2015.
http://kap.depok.go.id/depokcorner/pojok_depok.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. ―Gerakan Literasi Nasional.‖ Gerakan
Literasi Nasional, 2017. https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/.
———. ―KBBI Daring.‖ KBBI Daring, 2016. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/literasi.
———. Modul Dan Pedoman Pelatihan Fasilitator: Gerakan Literasi Nasional. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2017.
———. Panduan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, 2017.
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/08/panduan-gln.pdf.
———. Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Literasi Bangsa. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2016.
———. Pedoman Penilaian dan Evaluasi Gerakan Literasi Nasional. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2017.
———. Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, 2017.
Kusmayadi, Ismail, dan Fathrah Hasanah. Think Smart Bahasa Indonesia Untuk Kelas X
SMA/MA. Bandung: Grafindo Media Pratama, t.t.
88
Kusumo Priyono. Terampil Mendongeng. Jakarta: Grasindo, 2001.
Malawi, Ibadullah, dan Dewi Tryanasari. Pembelajara Literasi Berbasis Sastra Lokal.
Magetan: AE Medika Grafika, 2017.
Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Muryadi, Agustanico Dwi. ―Model Evaluasi Program Dalam Penelitian Evaluasi.‖
Universitas Tunas Pembangunan Surakarta, Jurnal Ilmiah, 3, no. 1 (2017).
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2006.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana, 2011.
NS, Sutarno. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Samitra Media Utama, 2004.
———. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sangung Seto,
2006.
———. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Nugrahani, Romdha. ―Manajemen Sumber Daya Manusia Perpustakaan Perguruan Tinggi
Untuk Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas,‖ Warta Perpustakaan
Undip, 10, no. 2 (2017).
Pemerintah Daerah Kota Depok. Pembudayaan Gemar Membaca, Pub. L. No. 1, § 2
(2018). http://jdih.depok.go.id/assets/uploads/files/produk/2018pd3224001.pdf.
Perpustakaan Nasional RI. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1992.
depokita.com. ―Persyaratan Menjadi Anggota Perpustakaan Umum Kota Depok,‖ 2017.
https://depokita.com/persyaratan-menjadi-anggota-perpustakaan-umum-kota-
depok/amp/.
Rakib, Rahmawati. ―Kajian Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Keliling Sebagai Upaya
Peningkatan Minat Baca Masyarakat Di Kelurahan Tinoor 1 Kecamatan Tomohon
Utara Kota Tomohon,‖ Acta Diurna, VI, no. 2 (2017).
89
Retnaningdyah, Pratiwi, Kisyani Laksono, dan mujiyem. Panduan Gerakan Literasi
Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
Rokayah. ―Profil Kemampuan Literasi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Peserta Didik
Sekolah Dasar Kelas 4 & 5 Dalam Rangka Gerakan Literasi Sekolah,‖ Jurnal
Wahana Pendidikan, 4, no. 1 (2017).
Saomah, Aas. ―Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan Literasi,‖ 2017.
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_
BIMBINGAN/196103171987032-AAS_SAOMAH/.
Shim, Jae K., dan Joel G. Siegel. Bugdeting: (Pedoman Lengkap Langkah-langkah
Penganggaran). Jakarta: Erlangga, 2000.
Sudirman, Anwar. Manajemen Perpustakaan. Riau: Indragiri Dot Com, 2019.
Sugiarto, Eko. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis. Yogyakarta:
Suaka Media, 2015.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2016.
———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2008.
Supriyanto. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Ikatan Pustakawan
Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006.
Taslimah, Yusuf. Manajemen Perpustakaan Umum. Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.
Undang-Undang Republik Indonesia. Perpustakaan, Pub. L. No. 43, § 1 (2007).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/29566/UU%20Nomor%2043%20Tahu
n%202007.pdf.
United National Education, Scientific and Cultural Organization. The Plurality of Literacy
and its Implications for Policies and programmes. Paris: UNESCO, 2004.
https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000136246.
Widyaningrum, Lulut. ―Membudayakan Literasi Berbasis Manajemen Sekolah: Aplikasi
Tantangan dan Hambatan,‖ DIMAS, 16, no. 1 (2016).
90
Wiedarti, Pangesti, dan Kisyani Laksono. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016.
Yudha Kemal Bayhaqi. Hasil wawancara pribadi, 9 Maret 2020.
———. Wawancara Pribadi, 6 Juli 2020.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
92
Lampiran 1: Data Wawancara
LAPORAN CATATAN LAPANGAN PENELITIAN
(Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling (DISKARPUS) Dalam Gerakan Literasi
Masyarakat Kota Depok)
a. Nama : Irmasari, S.Sos
b. Umur : -
c. Pendidikan : -
d. Pekerjaan : Penanggung Jawab Perpustakaan Keliling
e. Alamat : -
f. Kedudukan dalam
Lembaga : Pustakawan Ahli Muda
g. Kontak Person : 0812 8200 xxxx
M E T O D E
Tempat penelitian dalam karya ilmiah ini adalah di Perpustakaan Keliling
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (DISKARPUS) Kota Depok, Kecamatan
Pancoran Mas, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data penelitian terkait
dengan gerakan literasi perpustakaan keliling diawali dengan bertemu Ibu
Irma Sari, S.Sos di kantor DISKARPUS lantai 3.
Metode yang peneliti gunakan adalah wawancara dengan Ibu Irma Sari, S.Sos
selaku Penanggung Jawab Perpustakaan Keliling untuk mendapatkan data
awal tentang kegiatan literasi melalui perpustakaan keliling. Hasil wawancara
secara lengkap terangkum dalam tabel berikut:
F A K T A CATATAN ANALISIS
Bagaimana persiapan dalam penyediaan bahan Penyediaan buku tergantung
literasi?
Kita liat dari pemustakanya, pemustaka itu
tingkatnya apa? SD? SMP? Atau masyarakat
umum? Jadi isi dalam buku perpustakaan
keliling itu khususnya untuk anak SD dan
masyarakat umum. Khusus untuk anak-anak
nanti juga kan kita belum tentu muslim ada
juga yang non muslim, itu disediakan juga
buku untuk muslim dan non muslim. Jadi ya
kalo untuk SD buku-bukunya kaya dongeng,
cerita rakyat kalo untuk umum ada politik, trus
tentang tanaman, tentang obat-obatan, mereka
banyak yang nyari. Jadi isi dari buku itu
dipilah-pilah sesuai dengan kebutuhan di
pemustakanya.
kebutuhan pemustaka, dan
fakta di lapangan,
perpustakaan keliling
menyediakan buku
dongeng, cerita rakyat,
novel, buku tntang masakan,
tanaman, dan lain-lain.
Bagaimana persiapan dalam pelatihan
pustakawan?
Kita ada pelatihan, kalo pelatihan dongeng itu
ada diklat nya yang ngadain perpustakaan
nasional, waktu itu seminggu atau dua minggu
gitu di perpustakaan nasional. Kegiatan ini
dilakukan oleh ASN saja karena salah satu
persyaratannya harus S1 dan mempunyai NIP.
Pelatihan dongeng yang
diadakan oleh perpustakaan
nasional yang diikuti oleh
ASN.
Bagaimana pelaksanaan yang dilakukan
perpustakaan keliling dalam mendukung
gerakan literasi?
Kita itu ada kegiatan ya, kegiatan setiap bulan
yang sudah ada dan sudah terjadwal. Itu
Kegiatan literasi di
perpustakaan keliling
berupa kunjungan di
sekolah, kunjungan di
tempat umum. Kegiatan
kelilingnya kita perkecamatan, setiap hari itu
kita jalan setiap senin sampai kamis, jadi
Depok itu ada sebelas kecamatan dan tiap
kecamatan itukan punya sekolah, nah dari
semua sekolah di kecamatan itu kita lalui, kita
datengin, kita dateng baik MI, SD Negeri
maupun Swasta, PAUD juga. Kita kalo ada
permintaan boleh gitu kan, nah jadwal setiap
bulannya seperti itu. Kalo sekolah libur kita ke
puskesmas atau ke pasar, pasar tradisional
gitu, kalo hari sabtu kita libur, hari minggu
kita ada di GDC (Grand Depok City) ya CFD
kalo sekarang di alun-alun, 1 di Merdeka dan
1 lagi di Taman Gurame. Nah pas kita kesana
kita tuh mengajak untuk siswa -siswi itu
senang baca, mencintai buku dulu, abis dia
seneng, cinta, dia mau baca kan nah disitu kita
mengajak mereka sambil bercerita. Nah nanti
kita ada reward nih siapa yang berani gitu.
Jadi mereka dari buku yang mereka baca bisa
mereka ceritakan kembali gitu loh tapi sambil
baca gitu didepan teman-temannya sambil
perkenalkan bentuk fisik buku seperti apa gitu
kan.
literasi ini lebih ke budaya
membaca, jadi ketika mobil
perpustakaan keliling sudah
sampai di sekolah anak-
anak langsung disuruh baris
dan kemudian pustakawan
atau staf nya memberikan
buku satu per satu, setelah
selesai membaca anak-anak
dipilih agar maju ke depan
untuk menceritakan kembali
isi buku yang sudah dibaca.
Apakah ada kegiatan perpustakaan keliling
selain kunjungan di sekolah atau di keramaian
umum dalam mendukung gerakan literasi?
Ada, kita ada dongeng. Kita bekerjasama
Kegiatan lain selain
membaca adalah
mendongeng dan kotak
literasi cerdas. Biasanya Ibu
dengan PAUD Kota Depok, kadang-kadang Bu
Wali mendongeng dengan guru-guru PAUD
yang ada. Bekerjasama juga dengan DPAPMK
Kota Depok. Dan waktu pelaksanaannya bisa
2 minggu sekali, tapi kalo pusling setiap
minggu. Kita juga ada Kolecer, program dari
provinsi, kita dapat 2 tahun yang lalu artinya
kotak literasi yang isinya buku-buku dari
provinsi buat dibaca masyarakat dan di taro
kotak yang berisi buku-buku di taman. Kolecer
sampe tahun ini ada 3 kotak, tempat di lembah
gurame, taman depok utara dan 1 lagi di
daerah sugutamu.
Wali ikut mendongeng di
alun-alun Kota Depok.
Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam
kegiatan literasi perpustakaan keliling?
Literasi kan macem-macem ya? Salah satunya
mendongeng, itu tiap tahun di lombakan,
mendongeng untuk tingkat SD dan SMP, selain
itu lomba mewarnai untuk PAUD sama TK,
terus lomba baca puisi untuk SMP. Dari hasil
kita melakukan lomba itu untuk menarik minat
dan sosialisasi perpustakaan Kota Depok agar
masyarakat tahu dan berkunjung ke
Perpustakaan Kota Depok.
Kegiatan lomba dilakukan
dengan tingkat PAUD
sampai SMP, mulai dari
mewarnai, mendongeng dan
membaca puisi.
Hambatan apa saja yang dirasakan dalam
pelaksanaan kegiatan literasi perpustakaan
keliling?
Hambatan ya? Ngga ada sih ya, semuanya
Tidak ada kendala apapun,
semuanya aman dan tidak
ada masalah. Perpustakaan
keliling tetap berjalan walau
aman, tempat dan semuanya semuanya ngga
ada masalah, kalo hujan kita tetep jalan kalo
ngga ada perintah untuk ngga jalan pun tetap
kita perpustakaan keliling jalan, walaupun
hari minggu ya. Cuma karna kita ke pelosok
trus pake mobil ya macet lah gitu, kendalanya
hanya di transportasi perjalanan
situasi hujan.
Apakah sumber daya manusia yang dimliki
sudah cukup dalam melaksanakan kegiatan
literasi perpustakaan keliling?
Untuk sumber daya manusia sih ngga ada
masalah.
Sumber daya manusia tidak
ada masalah.
Apakah sarana yang ada sudah mendukung
dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan
keliling?
Kalo fasilitas kaya buku-buku gitu sih ngga
ada masalah ya, karna kami itu khusunya
untuk pusling koleksinya setiap seminggu
sekali di stock opname. Bila ada yang rusak
koleksinya nanti kami ganti dengan judul buku
yang baru.
Tidak ada masalah untuk
koleksi perpustakaan
keliling karena setiap
minggu melakukan stock
opname.
Bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan
dalam kegiatan gerakan literasi perpustakaan
keliling?
Karna hambatannya hanya dari transportasi
perjalanan, kita harus berangkat pagi-pagi
jam 8 teng dari sini karena kita kan ada apel
dulu.
Upaya yang dilakukan
pustakawan dan petugas
untuk mengatasi hambatan
ini adalah dengan berangkat
pagi-pagi agar terhindar
macet.
Rekomendasi untuk penggalian data lebih lanjut terkait dengan kegiatan
literasi perpustakaan keliling, peneliti disarankan untuk menghubungi Bapak
Dedi Damhudi, SE. Salah satu staf perpustakaan keliling dan biasa bertugas
sebagai administrasi dan staf lapangan juga.
LAPORAN CATATAN LAPANGAN PENELITIAN
(Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling (DISKARPUS) Dalam Gerakan Literasi
Informasi Masyarakat Kota Depok)
a. Nama : Dedi Damhudi, SE
b. Umur : -
c. Pendidikan : -
d. Pekerjaan : Staf Administrasi
e. Alamat : -
f. Kedudukan dalam
Lembaga : Staf Perpustakaan
g. Kontak Person : 0896 8900 xxxx
M E T O D E
Untuk melengkapi data sebelumnya, peneliti disarankan untuk menghubungi
Bapak Dedi Damhudi, SE untuk menggali data lebih lanjut mengenai kegiatan
literasi melalui perpustakaan keliling.
Metode yang peneliti gunakan adalah wawancara dengan Bapak Dedi
Damhudi, SE selaku staf perpustakaan bagian administrasi dan petugas
lapangan. Hasil wawancara secara lengkap terangkum dalam tabel berikut:
F A K T A CATATAN ANALISIS
Bagaimana persiapan dalam penyediaan bahan
literasi?
Penyediaan bahan buku tergantung tingkat
sekolahnya ya, biasanya kalau untuk TK itu
dongeng, biasanya cerita tentang nabi-nabi
segala macam gitu, untuk tingkat SD itu cerita
rakyat, dongeng, novel-novel kelas 5 6, yang
sering itu buku KPK terus kayak komik, cerita-
cerita tentang apa sih, pokoknya banyak deh
gitu. Nah kalau untuk kelas mahasiswa ya
novel juga terus biasanya ibu-ibu, mereka
biasanya cari buku masak atau pengrajin atau
apa kalau bapak-bapak biasanya yang sifatnya
politik.
Buku-buku yang ada di
perpustakaan keliling
bermacam-macam seperti
buku untuk anak-anak yaitu
cerita tentang ‗Aisyah‘,
‗Khadijah Binti Khowalid‘
dan lain-lain, sedangkan
buku untuk umum yaitu
buku tentang ‘25 masakan
serba santan, penataan
ruang, dan lain-lain.
Bagaimana persiapan dalam pelatihan
pustakawan?
Kita ada latihan untuk petugas perpustakaan
sekolah ada jadi sekolah kan punya
perpustakaan kenapa tugasnya kita biasanya
kita adakan pelatihan untuk petugasnya se-
kota Depok gitu nanti kita ajarin seperti
memakai aplikasi inlislite itu tiap tahun ada
sebenarnya tingkat SMP, SMA tingkat SD. Kita
juga ada kegiatan kayak macem pelatihan
untuk kaya cara mendongeng.
Pelatihan yang dilakukan
yaitu pelatihan petugas
perpustakaan sekolah dan
pelatihan mendongeng.
Bagaimana pelaksanaan yang dilakukan
perpustakaan keliling dalam mendukung
gerakan literasi?
Kegiatan gerakan literasi di
perpustakaan keliling yaitu
kunjungan di sekolah,
Adapun kegiatannya kalo kita sesuai dengan
yang udah ditetapkan di anggaran dasar dinas
gitu, kita punya target setahun itu kebetulan
tahun ini sebenernya 600 titik harus kita capai
titik lokasi pusling, entah itu di sekolah
ataupun tempat umum, tempat keramaian gitu,
di taman-taman pokoknya harus tercapai
selama setahun itu 600 titik. 1 hari kita
beroperasi 3 unit, 1 minggu itu 5 hari kerja,
kalo minggu itu yang di alun-alun sama taman
lembah gurame sama di kolecer gitu. Memang
jadwal itu kami yang bikin ya tapi kami juga
menerima apa namanya permintaan dari
masyarakat entah itu sekolah ataupun yang
sifatnya perkumpulan masyarakat contoh
acara posyandu atau apa, kalo memang itu
nanti ada permintaan dari lingkungan
setempat misalkan posyandu ini rw ini
menginginkan kita hadir, kita hadir, itu masuk
titik. Kalo di sekolah biasanya kita ada
persentase artinya gini kalau memang kita
dikasih waktu sama sekolah kita ngadain
persentase, contoh gini si anak misalkan sudah
baca buku selesai baca, nanti itu akan saya
akan random siapa-siapa yang saya panggil
maju ke depan tadi, yang penting mereka maju
dulu kadang-kadang kita bawa souvenir kan
atau apa? Apa kaya PIN atau apa gitu kalau
kunjungan di tempat
keramaian umum dan
kunjungan spesial, artinya
perpustakaan keliling
mendatangi tempat-tempat
sesuai dengan permintaan
masyarakat, misalnya di
puskesmas dan lain-lain.
ada kita kasih. Untuk presentasi di situ kelas
berapa aja sih sebenernya nanti kita lihat kira-
kira ada yang berani enggak maju ke depan
sebenarnya menguji mereka berani enggak
mereka berdiri di depan temen-temen gitu aja.
Apakah ada kegiatan perpustakaan keliling
selain kunjungan di sekolah atau di keramaian
umum dalam mendukung gerakan literasi?
Ya kita ada dongeng juga, kalo di sekolah
dongengnya untuk semua kelas ya, kalau
mereka minta, tergantung permintaan mereka.
Biasanya kita siapin tim dongeng yang
memang bisa dongeng dari kita kayak Bu
Irma, Bu Novi bisa dongeng, kalau kami kan
tim dongeng ecek-eceknya. Biasanya lebih
sering sih ke TK, PAUD itu sering kita, di SD
jarang. Kalo pusling untuk hari minggu juga
ada dongeng itu biasanya kita kerjasama
sama kampung dongeng kadang-kadang dari
luar, kita kerjasama sama forum PAUD,
merekalah yang meramaikan dan mereka juga
sebenarnya karna pada saat itu biasanya Bu
wali datang gitu kalau Bu wali bukan dongeng
bahasanya ya tapi meriahkan acara itu kalo
mendongeng pendongeng nya ada,
memeriahkan acara itu.
Kegiatan selanjutnya
dongeng, dongeng bisa
dilakukan di sekolah sesuai
permintaan sekolah,
dongeng rutin dilakukan di
alun-alun yang bekerjasama
dengan forum PAUD.
Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam
kegiatan literasi perpustakaan keliling?
Mengadakan lomba-lomba
ditiap tingkat setiap tahun
Kita ada lomba mendongeng biasanya tiap
tahun ada di perpustakaan umum dari tingkat
kota sampai tingkat nasional, tingkatannya SD,
SMP, SMA, dan ada umum. Lombanya
dongeng, lomba puisi, kadang lomba bercerita
tentang apa pokoknya. Kegiatan itu ikut
turunan dari perpustakaan provinsi, provinsi
itu turunan dari Perpustakaan Nasional.
sekali.
Hambatan apa saja yang dirasakan dalam
pelaksanaan kegiatan literasi perpustakaan
keliling?
Faktor penghambatnya pertama, memang
karena target kita pertama sekolah ya
terutama sekolah data kita memang kadang-
kadang kurang valid dan dari yang diberikan
dari Disdik (Dinas Pendidikan), misalnya data
sekolahnya dua tapi pas ke lapangan ternyata
sekolah jadi satu cuma kurang update, trus
ada juga pas kita dateng sekolahnya sepi, jadi
karena sekolahnya tutup gitu, kita udah bikin
jadwal jadikan ngotor-ngotorin jadwal aja
kan, trus itu yang pertama. Yang kedua pada
saat pelaksanaan kegiatan literasi ada
beberapa sekolah yang kurang mendukung
kegiatan kita literasi itu akan tetapi siswanya
antusias. Pihak sekolah terkadang ada yang
kurang mendukung.
Faktor penghambatnya data
kurang update dan
kurangnya kerjasama guru
untuk jadi pendamping
anak-anak saat pelaksanaan
kegiatan literasi berlangsung
Apakah sumber daya manusia yang dimliki Sumber daya manusia
sudah cukup dalam melaksanakan kegiatan
literasi perpustakaan keliling?
Petugas sudah mencukupi, kan itu petugas
intinya ya adapun yang mendampingi nanti
yang baik dari PNS maupun NON-PNS
pustakawan, mereka dimasukkan ke pusling
kalau pun mereka adanya di deposit gitu kan
nanti kita rolling jadi biar semua kebagian
kalo di dalem terus jenuh kasihan gitu.
Koordinasi dengan temen-temen juga udah
oke, kerjasama temen-temen udah oke, oke.
perpustakaan keliling sudah
mencukupi, baik staf
maupun pustakawan
Apakah sarana yang ada sudah mendukung
dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan
keliling?
Sebenernya fasilitasnya sudah mendukung
seperti kendaraan pusling, terus apa lagi ya,
tapi masih ada juga kekurangannya, misal
kaya buku, kadang-kadang buku juga kalau
kita ke sekolah-sekolah elit itu kadang-kadang
pernah ada sekolah buku itu kita tawarin ke
mereka ya trus mereka bilang “ih bukunya
gini-gini aja” karena mereka memang sekolah
elit dan pinter-pinter, anaknya pinter-pinter
gitu, kita jadi malu kadang-kadang makanya
itu kan fasilitas ya buku. Trus kita juga kurang
apa namanya alat-alat peraga pendukung
seperti untuk kegiatan mendongeng karena
untuk menarik apa menarik senang, menarik
Sarana dan prasarana sudah
mendukung, namun masih
ada beberapa yang belum
terpenuhi, seperti alat
peraga dan buku-buku
dengan tema tertentu.
perhatian anak gitu segala macam itu terbatas
sih itu aja ya. Oh iya, waktu itu kita dapet
motor baca kecil dari gubernur Jawa Barat, eh
roda tiga germo (gerobak motor) tetep gede
juga, kadang-kadang ya gitu kita butuh
fasilitas semuanya butuh kayak macam-macam
troli besar gitu.
Bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan
dalam kegiatan gerakan literasi perpustakaan
keliling?
Itu kendala data-data nama-nama sekolah
yang ada di dinas pendidikan, solusinya kami
itu menyisir sekolah-sekolah yang ada di 1
kecamatan itu misalkan bulan depan saya mau
ke kecamatan Cimanggis jadi di kecamatan
Cimanggis itu kami sisir sekolah-sekolah yang
ada di situ melalui apa namanya kalau di
kecamatan apa namanya? K3S, K3S itu
koordinasi pokoknya itu merupakan rentetan
sekolah atau organisasi dari dinas pendidikan,
ada di tiap kecamatan biasanya ada melalui
itu nanti lebih akurat nya lagi kami menyisir
ke wilayah tersebut langsung ke kecamatan itu.
Terus yang kedua pendamping yang
sekolah memang kalau itu solusinya kami
berusaha bekerja secara profesional aja
karena kalau itu kan kaitan dengan individu
masing-masing sekolah, dia mau menerima
Upaya dalam mengatasi
hambatan dalam sumber
daya manusia
- Petugas, meminta data
ke K3S yang ada
dikecamatan atau
menyisir sendiri
sekolah-sekolah yang
belum pernah
dikunjungi.
- Pendamping, bekerja
secara professional,
jika tidak ada
pendamping kegiatan
perpustakaan keliling
tetap berjalan.
kami atau menyambut atau kurang welcome
dengan kami kami hanya bekerja profesional
sesuai dengan jadwal yang telah ditugaskan
kepada kami, kalaupun sekolah tidak
menerima kami ya kami pulang gitu nggak
masa salah yang penting udah keluar kantor
berangkat ke tempat itu.
Untuk fasilitas yang apa namanya belum
lengkap kadang kurang buku kami dari pusling
sendiri melalui kasi layanan mengajukan ke
bagian pengadaan pengadaan buku atau
bagian deposit ya biasanya di situ ada buku-
buku entah itu buku sumbangan atau
pengadaan buku untuk tahun yang akan
datang untuk dilengkapi buku pusling dengan
judul atau kriteria untuk anak atau untuk
umum atau untuk anak atau untuk kesehatan
nanti itu ada listnya dari kami tergantung yang
dibutuhkan di masyarakat. Atau juga kita lihat
jadwal kita mau berangkat ke mana? Biasanya
kalau ke sekolah-sekolah muslim atau non
muslim ya buku kadang kita silang gitukan,
nanti bukunya itu kita tarik dari mobil ini ke
mobil itu.
Nah kalau untuk alat peraga itu memang
kita ada itu sumbangan dari PNS kayak
boneka-bonekaan yang pakai tangan segala
macam gitu, adapun sisanya kita ya ala
- Upaya untuk mengatasi
seperti buku yang
kurang lengkap adalah
dengan mengajukan ke
kasi atau ambil buku
dari mobil
perpustakaan keliling
yang lain.
- Untuk mengatasi alat
peraga yang kurang
adalah dengan
melakukan kreativitas
kadarnya aja ya mau kita aja gitu, kalau pada
saat kita dongengnya gaya kita aja jadi nggak
pakai alat peraga ya sama kaitannya dengan
apa namanya usulan yang kita sampaikan
memang itu beli cuma kadang-kadang ditaruh
di ruang baca anak biasanya seperti itu karena
itu resiko hilang, resiko rusak dan apa
namanya jadi kayak bukan skala prioritas
seolah-olah padahal itu penting juga
sebenarnya. Atau kita lihat jadwal kita mau
berangkat ke mana? Biasanya kalau ke
sekolah-sekolah muslim atau non muslim ya
kan atau tingkatnya apa SD SMP SMA nanti
setelah kita lihat jadwal itu besok kita
berangkat ke sekolah SD atau TK misalnya
nah sebelum berangkat itu biasanya bla bla
bla hari sebelumnya kita udah siapin buku
kadang kita silang gitukan nanti bukunya itu
kita tarik buku yang ada di sini
Untuk alat akses kemarin kita ngusulin
motor, pengen motor roda dua jadi motor baca
cuma kemaren dapat bantuan dari provinsi
motor baca namanya cuma roda tiga, gerobak
motor gitu itu kan tetap besar juga jadi solusi
kalau memang ada sekolah yang di dalam atau
gimana solusinya yang pertama buku kita
bawa kesana dengan alat manual misalkan
dengan pakai bak atau di gotong atau gimana
sendiri.
- Untuk mengatasi alat
akses adalah dengan
membawa buku
menggunakan bak atau
tangan atau plastik.
gitu manual yang penting sampai ke sana yang
kedua kita kasih hiburan buat anak-anak
sambil dia melihat mobil perpustakaan keliling
sambil mereka ambil buku nanti selesai baca
mereka balikin lagi kalau memang tidak
terlalu jauh lokasinya kalau jauh kita bawa
sendiri ke sana nanti petugas yang bawa,
kalau memang nggak jauh kadang-kadang
mereka sendiri yang minta ke mobil anak-
anaknya sendiri gitu ya selama ini sih memang
berjalan seperti itu.
Rekomendasi untuk penggalian data lebih lanjut terkait dengan kegiatan
literasi perpustakaan keliling, peneliti disarankan untuk menghubungi Bapak
Yudha Kemal Bayhaqi mengenai kegiatan literasi informasi di perpustakaan
keliling.
LAPORAN CATATAN LAPANGAN PENELITIAN
(Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling (DISKARPUS) Dalam Gerakan Literasi
Informasi Masyarakat Kota Depok)
a. Nama : Yudha Kemal Bayhaqi
b. Umur : -
c. Pendidikan : -
d. Pekerjaan : Petugas Lapangan
e. Alamat : -
f. Kedudukan dalam
Lembaga : Staf Perpustakaan
g. Kontak Person : -
M E T O D E
Untuk melengkapi data sebelumnya, peneliti disarankan untuk menghubungi
Bapak Yudha Kemal Bayhaqi untuk menggali data lebih lanjut mengenai
kegiatan literasi melalui perpustakaan keliling.
Metode yang peneliti gunakan adalah wawancara dengan Bapak Yudha
Kemal Bayhaqi selaku Staf Perpustakaan Keliling bagian petugas lapangan.
Hasil wawancara secara lengkap terangkum dalam tabel berikut:
F A K T A CATATAN ANALISIS
Bagaimana persiapan dalam penyediaan bahan
literasi?
Kalau untuk persiapan yang paling kita
sediain buku-buku yang mayoritas buku anak
kayak cerita rakyat, dongeng, fiksi, terus buku
komik-komik gitu yang kayak buku KPK,
pokoknya buat anak SD lah sama TK.
Penyediaan buku mayoritas
untuk anak SD dan TK
seperti cerita rakyat, fiksi,
dan lain-lain.
Bagaimana persiapan dalam pelatihan
pustakawan?
Kalo untuk pelatihan sebenarnya mah ada, apa
namanya sih? Kurang tahu karena kan
pustakawan itu ASN di sini, ya paling kaya
pelatihan dongeng gitu ya.
Pelatihan untuk pustakawan
yaitu pelatihan
mendongeng.
Bagaimana pelaksanaan yang dilakukan
perpustakaan keliling dalam mendukung
gerakan literasi?
Jadi kegiatan kita itu kunjungan-kunjungan
macem di sekolah, di tempat-tempat umum gitu
Kegiatan literasi di
perpustakaan keliling
berupa kunjungan di
sekolah dan tempat-tempat
umum.
kaya alun-alun, taman. Ya kegiatannya jadi
kita sampai ke lokasi, ke sekolah langsung
koordinasi dengan kepala sekolah, yang
pertama itu dulu ya kan kita kan tamu. Trus
setelah koordinasi dengan kepala sekolah
menanyakan apa rombel (rombongan
bealajar) ada berapa yang belajar di situ pagi
itu yang masuk, istilah nya kan per rombelnya
itu ada berapa siswa, rombongan belajarnya
yang kira-kira siap sama yang ngga siap,
biasanya kan sekolah ada yang pelajarannya
lagi dikejar gitu sama gurunya, nah berarti
kita ngga bisa, trus kita tanya teknisnya mau
gimana, mau di luar atau mau di dalam ruang
kelas gitu membacanya, udah setelah itu
langsung kita siapkan bukunya. Pokoknya baru
datang kita koordinasi dulu dengan sekolah
terutama emang kepala sekolah.
Apakah ada kegiatan perpustakaan keliling
selain kunjungan di sekolah atau di keramaian
umum dalam mendukung gerakan literasi?
Kita juga ada dongeng, kita kolaborasi
sama…. oh iya ama ini komunitas dongeng ya?
Apa sih yang dialun-alun? Forum paud,
kolaborasi sama forum paud, itukan jatuhnya
sama masuknya ke bpapmk. Jadi yang
menyediakan dongeng itu dari forum paud kita
yang menyediakan membacanya gitu, iya
Kegiatan selanjutnya
dongeng yang bekerjasama
dengan forum PAUD.
memfasilitasi bacaanya
Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam
kegiatan literasi perpustakaan keliling?
Untuk evaluasi seperti kegiatan perpustakaan
ada di dinas itu langsung tingkat dinas itu
mah, lomba puisi tingkat SD, SMP, SMA ada,
terus ada lomba mendongeng tingkat SD, SMP
ada, itu dilakukan setiap tahun sekali untuk
pelaksanaannya.
Pelaksanaan evaluasi
gerakan literasi seperti
lomba-lomba yang diadakan
oleh Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan Umum.
Hambatan apa saja yang dirasakan dalam
pelaksanaan kegiatan literasi perpustakaan
keliling?
Waktu nya aja paling macet, habis di
perjalanan. Biasanya kalo di kecamatan yang
jauh sih kalo deket mah ngga juga.
Lalu lintas dan lokasi yang
jauh menyebabkan
terhambatnya kegiatan
literasi perpustakaan
keliling.
Apakah sumber daya manusia yang dimliki
sudah cukup dalam melaksanakan kegiatan
literasi perpustakaan keliling?
Cukup sih kalo untuk sdm.
Sumber daya manusia sudah
cukup.
Apakah sarana yang ada sudah mendukung
dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan
keliling?
Kalo buat fasilitas sih kaya bukunya juga
kadang kurang ada yang jadi kan kalo anak-
anak kan beda ya ama kita mau yang ini mau
yang itu gitulah, judul-judulnya kurang ada
yang diresepinlah gitu, tapi kadang-kadang
buku umum pun bisa sampe dibaca sama anak
Fasilitas buku masih kurang
terutama untuk anak-anak.
SD gitu maksudnya buku-buku yang buat
mahasiswa tentang apa gitu bisa ampe dibaca.
Bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan
dalam kegiatan gerakan literasi perpustakaan
keliling?
Kalau untuk masalah bukunya paling gini
solusinya kita ambil dari mobil yang agak
banyak atau bukunya agak lebih inilah dari
mobil ini ke mobil satu lagi itu tetap jadi
intinya bukunya kita putar aja gitu. Kalau
untuk jalan sempit itu ya kita, saya ini yang
ngasih surat udah tahu informasinya duluan,
kira-kira mau pakai mobil apa? Jalanannya
lebar atau apa? Kalo lebar pakai mobilnya
yang agak besar, kalau yang kecil ya pakai
yang kecil, kalau mobil ngga masuk juga ya
paling kita parkir di gang, terus mau nggak
mau bukunya kita tenteng, bagaimanapun
hambatannya yang penting kita sampai di
sekolah itu karena memang udah ter jadwal.
Solusi dalam mengatasi
kurangnya buku yaitu
dengan mengambil buku
dari mobil A ke mobil lain
yang menyediakan banyak
buku. Dan jika mobil tidak
masuk ke sekolah maka staf
lapangan membawa buku
dengan cara menenteng.
Lampiran 2: Reduksi Data
REDUKSI DATA
No. Kategori Utama Kategori Sub Kategori Hasil Wawancara
1. Tahapan layanan
perpustakaan keliling
dalam gerakan literasi
masyarakat Kota
Depok
Persiapan Pelaksanaan
layanan perpustakaan
keliling dalam gerakan
literasi masyarakat Kota
Depok
Penyediaan
Bahan Literasi
“Penyediaan bahan buku tergantung tingkat
sekolahnya ya, biasanya kalau untuk TK itu
dongeng biasanya cerita tentang nabi-nabi
segala macam gitu, untuk tingkat SD itu cerita
rakyat, dongeng, novel-novel kelas 5 6, yang
sering itu buku KPK terus kayak komik, cerita-
cerita tentang apa sih, pokoknya banyak deh
gitu. Nah kalau untuk kelas mahasiswa ya
novel juga terus biasanya ibu-ibu, mereka
biasanya cari buku masak atau pengrajin atau
apa, kalau bapak-bapak biasanya yang sifatnya
politik.” DD
“Kalo untuk penyediaan buku ya paling kita
pilih buku yang khusus TK sama SD ya, kaya
dongeng, fiksi trus buku komik-komik, cerita
rakyat gitu trus yang kayak buku KPK ya
pokoknya buat anak SD lah sama TK.” YKB
Pelatihan
Fasilitator
Literasi
“Untuk di Perpustakaan umum, kita ada
pelatihan untuk petugas perpustakaan sekolah,
jadi sekolah kan punya perpustakaan nanti kita
ajarin seperti memakai aplikasi inlislite, nanti
di sana juga kita langsung praktekkan
bagaimana cara shelving atau apa pokoknya
kita ajarin semua aktivitas yang ada di
perpustakaan gitu kita biasanya ambil
narasumber dari Perpusnas dan itu tiap tahun
ada, terus ada pelatihan dongeng.” DD
“Kita ada pelatihan, kalo pelatihan dongeng
itu ada diklat nya yang ngadain perpustakaan
nasional, waktu itu seminggu atau dua minggu
gitu di perpustakaan nasional.” IS
Pelaksanaan layanan Kegiatan “Rutinitas yang dilakukan yaitu anak-anak
perpustakaan keliling
dalam gerakan literasi
masyarakat Kota Depok
Budaya Baca
membaca di ruang kelas atau di luar kelas lalu
mereka kembali menceritakan buku yang
mereka baca, kalo yang tingkat PAUD atau TK
biasanya pustakawan yang bercerita. Kegiatan
ini dilakukan supaya anak-anak semangat
membaca. Kalo di tempat umum rutinitasnya
sama, hanya membaca saja dan mereka
mengisi nama dan buku yang mereka baca buat
diketahui jumlah pemustaka yang membaca.
Kalo sekolah itu libur kita ke puskesmas kalo
engga ke pasar, pasar tradisional, kalo hari
sabtu kita libur, mobil perpustakaan keliling
hari minggu kita ada.” IS
“Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan minat
baca anak, dan untuk menemukan rasa cinta
masyarakat terutama generasi muda pelajar ya
terhadap buku, kalo mereka udah cinta mereka
pasti baca. Setelah membaca biasanya kita ada
presentasi artinya jika anak-anak sudah selesai
baca buku, kami akan random memilih siapa-
siapa yang dipanggil untuk maju ke depan lalu
menjelaskan judul bukunya apa? ceritanya
bagaimana? Yang penting mereka maju dulu,
kadang-kadang kita bawa souvenir , kalau ada
kita kasih.”
“Selain membaca, kita juga punya permainan-
permainan biasanya kita taro disitu, kalau
permainan-permainan gitu jadi kalau yang
bosen dia bisa main congklak, main ular
tangga, ya itu untuk dipakai di hari Minggu di
sana menyediakan permainan tradisional,
untuk hari minggu kita juga ada dongeng.”
“Diluar jadwal kami, kami juga menerima
permintaan dari masyarakat kita sebut
kunjungan spesial, entah itu sekolah ataupun
yang sifatnya perkumpulan masyarakat contoh
acara posyandu atau apa, kalo memang itu
nanti ada permintaan dari lingkungan setempat
misalkan posyandu ini rw ini menginginkan
kita hadir, kita akan hadir.” DD
Mendongeng “Kita ada dongeng, kita bekerjasama dengan
PAUD Kota Depok, kadang-kadang Bu Wali
mendongeng dengan guru-guru PAUD yang
ada, bekerjasama juga dengan DPAPMK Kota
Depok. Waktu pelaksanaanya bisa tiap dua
minggu sekali, tapi kalo perpustakaan keliling
setiap minggu.” IS
“Kalau perpustakaan keliling untuk hari
minggu juga ada dongeng, itu biasanya kita
kerja sama-sama kampung dongeng kadang-
kadang dari luar, kita kerjasama sama forum
PAUD, merekalah yang meramaikan dan
biasanya Bu wali dateng untuk memeriahkan
kegiatan ini, pendongeng nya juga ada. Dan
untuk dongeng juga bisa di kelas ya, tapi
tergantung permintaan mereka ya kadang-
kadang permintaan mereka itu satu paket sama
tim dongeng, biasanya kita siapin tim dongeng
yang memang bisa dongeng dari kita.” DD
“Dongeng juga ada, kolaborasi sama forum
PAUD, itukan jatuhnya sama masuknya ke
DPAPMK. Jadi yang menyediakan dongeng itu
dari forum PAUD kita yang menyediakan
membacanya gitu, iya memfasilitasi
bacaanya.” YKB
Kotak Literasi
Cerdas
“Kolecer program dari provinsi, kita dapat 2
tahun yang lalu artinya kotak literasi yang
isinya buku-buku dari provinsi buat dibaca
masyarakat dan di taro kotak yang berisi buku-
buku di taman. Kolecer sampe tahun ini ada 3
kotak, tempat di lembah gurame, taman depok
utara dan 1 lagi di daerah sugutamu.” IS
“Kolecer itu Kotak Literasi Cerdas, tujuannya
sama untuk menemukan minat baca
masyarakat, kenapa dinamakan kolecer?
Karena kotak literasi cerdas maksudnya buku
itu nggak dibawa-bawa tetap di bawah situ
dalam pengawasan petugas gitu nah teknisnya
petugas bagaimana caranya yang penting buku
itu ada yang kedua untuk melihat sejauh mana
pedulinya masyarakat terhadap buku.” DD
Evaluasi layanan
perpustakaan keliling
dalam gerakan literasi
masyarakat Kota Depok
Olimpiade
Literasi Nasional
“Kita ada lomba mendongeng biasanya tiap
tahun ada di perpustakaan umum dari tingkat
kota sampai tingkat nasional, tingkatannya SD,
SMP, SMA, dan ada umum. Lombanya
dongeng, lomba puisi, kadang lomba bercerita
tentang apa pokoknya.” DD
“Untuk evaluasi seperti kegiatan perpustakaan
ada di Dinas itu langsung, lomba puisi tingkat
SD, SMP, SMA ada, trus ada lomba
mendongeng tingkat SD, SMP ada, itu
dilakukan setiap tahun sekali untuk
pelaksanaannya.” YKB
2. Cara mengatasi
hambatan yang
dihadapi perpustakaan
keliling dalam gerakan
literasi masyarakat
Kota Depok
Sumber Daya Manusia Petugas “Kami itu menyisir sekolah-sekolah yang ada
di 1 kecamatan melalui K3S, K3S itu
koordinasi pokoknya itu merupakan rentetan
sekolah atau organisasi dari Dinas Pendidikan
yang ada di tiap kecamatan, biasanya ada
melalui itu nanti lebih akurat nya lagi kami
menyisir atau survei langsung ke wilayah
tersebut.” DD
Pendamping “Kalo itu solusinya kami berusaha bekerja
secara profesional aja karena kalo itu kan
kaitan dengan individu masing-masing sekolah,
dia mau menerima kami atau menyambut atau
kurang welcome dengan kami kami hanya
bekerja profesional sesuai dengan jadwal yang
telah ditugaskan kepada kami.” DD
Anggaran Kegiatan Koleksi Kurang
Multikultural
“Kalau untuk masalah bukunya paling
solusinya kita ambil dari mobil yang agak
banyak atau bukunya agak lebih inilah dari
mobil ini ke mobil satu lagi itu tetap jadi
intinya bukunya kita putar aja gitu.” YKB
“Untuk buku yang belum lengkap, kami dari
pusling sendiri melalui kasi layanan
mengajukan ke bagian pengadaan pengadaan
buku atau bagian deposit ya biasanya di situ
ada buku-buku entah itu buku sumbangan atau
pengadaan, buku untuk tahun yang akan
datang. Atau juga kita lihat jadwal kita mau
berangkat ke mana? Biasanya kalau ke
sekolah-sekolah muslim atau non muslim ya
buku kadang kita silang gitukan, nanti bukunya
itu kita tarik dari mobil ini ke mobil itu”. DD
Alat peraga “Nah kalo untuk alat peraga itu memang kita
ada itu sumbangan dari PNS kayak boneka-
bonekaan yang pakai tangan segala macam
gitu, adapun sisanya kita ya ala kadarnya aja
ya, kalo pada saat kita dongengnya gaya kita
aja jadi nggak pakai alat peraga, ya sama
kaitannya dengan usulan yang kita sampaikan
memang itu beli cuma kadang-kadang ditaruh
di ruang baca anak biasanya seperti itu karena
itu resiko hilang, resiko rusak dan jadi kayak
bukan skala prioritas seolah-olah padahal itu
penting juga.” DD
Alat Akses “Untuk alat akses kalau memang ada sekolah
yang di dalam atau gimana solusinya yang
pertama buku kita bawa kesana dengan alat
manual misalkan dengan pakai bak atau di
gotong atau gimana gitu manual yang penting
sampai ke sana yang kedua kita kasih hiburan
buat anak-anak sambil dia melihat mobil
perpustakaan keliling, sambil mereka ambil
buku nanti selesai baca mereka balikin lagi,
kalau memang tidak terlalu jauh lokasinya,
kalau jauh kita bawa sendiri ke sana nanti
petugas yang bawa, kalau memang nggak jauh
kadang-kadang mereka sendiri yang minta ke
mobil anak-anaknya sendiri gitu ya, selama ini
sih memang berjalan seperti itu. Juga dilihat
kondisi cuaca kalau memungkinkan kita yang
bawa ke sana pokoknya entah itu pakai plastik
atau apa yang penting tugas kita terlaksana
gitu.” DD
“Saya ini yang ngasih surat udah tahu
informasinya duluan, kira-kira mau pakai
mobil apa? Kalo jalanannya lebar pakai
mobilnya yang agak besar, kalau jalan kecil
pakai yang kecil, kalo ngga masuk juga paling
kita parkir di gang, terus mau nggak mau
bukunya kita tenteng, bagaimanapun
hambatannya yang penting kita sampai di
sekolah itu karena memang udah ter jadwal.”
YKB
Lampiran 3: Surat Izin Penelitian kepada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok
BIODATA PENULIS
UMI HANI. Lahir di Tangerang, anak terakhir dari pasangan Bapak H.
Nawawi dan Ibu Nursiyah, bertempat tinggal di Desa Banyu Asih,
Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Penulis menempuh
pendidikannya mulai dari SDN 1 Tegal Kunir Lor, SMP Islam Daar El
Arqam, dan SMAN 1 Mauk yang saat ini berubah nama menjadi
SMAN 2 Kabupaten Tangerang. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan
pendidikannya di Universitas Islam Negeri Jakarta dengan mengambil Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Selanjutnya penulis menyelesaikan kuliah
dengan menulis skripsi yang berjudul ―Tahapan Layanan Perpustakaan Keliling
(DISKARPUS) Dalam Gerakan Literasi Informasi Masyarakat Kota Depok‖. Penulis
pernah aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM ) Korps Suka Rela Palang Merah
Indonesia UIN Jakarta pada tahun 2013-2014. Semasa kuliah, penulis pernah PKL di
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Januari-Februari 2016
dan melakukan KKN di Desa Lontar Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang pada bulan
Juli-Agustus 2016.