ta temu 6

Upload: rahadiamuba

Post on 06-Mar-2016

32 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

pengaruh lobi pada standar akuntansi

TRANSCRIPT

1. Pengaruh Lobi pada Standar AkuntansiMwnurut Hodegs & Mellet, proses penyusunan standar merupakan proses politik yang di dalamnya terdapat berbagai pengaruh terhadap penyusunan standar. Proses tersebut tercermin dari berbagai lobi yang dilakukan oleh konstituen. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lobi dapat dilakukan denga menggunakan jumlah tanggapan tertulis atas suatu eksposure draft dalam standar akuntansi. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan upaya lobi dapat membuahkan berbagai hasil, seperti penarikan suatu standar, perubahan standar ataupun tidak membuahkan hasil sama sekali. Hal ini sejalan dengan The Interest Group Theory yang menyatakan keberadaaan penyusun standar tidak terlepas dari pengaruh konstituen yang memperjuangkan kepentingannya melalui penerbitan standar. Di Indonesia sendiri standar akuntansi dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) melalui due process procedure. Namun, dari proses keterlibatan konstituen tersebut muncul permasalahan yang cukup menarik untuk diteliti yaitu seberapa besar pengaruh lobi konstituen, apakah terdapat perbedaan pengaruh di antara konstituen dalam penyusunan PSAK, antara tanggapan yang bersifat substantif dan bersifat bahasa antar standar itu sendiri.Berdasarkan survey yang dilakukan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menghasilkan data berupa tanggapan tertulis atas 4 PSAK, yaitu PSAK 8, PSAK 38, PSAK 51, dan PSAK 57. Dengan membandingkan antara eksposure draft dan standar yang diterbitkan serta tanggapan tertulis tersebut dapat dilihat tanggapan yang diakomodasi oleh PSAK. Berdasarkan penelitian ini, pengaruh lobi konstituen terhadap penyusunan PSAK sangat rendah yaitu hanya sebesar 12,88% saja tanggapan yang diakomodasi, sedangkan jika dilihat dari masing-masing PSAK maka akan diperoleh hasil yang bervariasi. Hasil yang diperoleh antara lain tidak berpengaruh pada PSAK 8 dan PSAK 38, berpengaruh rendah pada PSAK 51 dan berpengaruh sedang pada PSAK 57. Tanggapan tersebut memberikan tanggapan yang posif karena memperjelas substantif dan kalimat dalam PSAK.Dari hasil penelitian selanjutnya didapatkan hasil bahwa kelompok yang paling banyak memberikan tanggapan adalah KAP bukan pembuat laporan keuangan, hal tersebut diduga karena adanya pandangan pelaku bisnis, dimana standar merupakan tanggung jawab IAI. Melalui uji beda proporsi dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh antar konstituen, hasil tersebut tidak konsisten dengan The Interest Group Theory. Selain itu juga tidak ditemukan perbedaan pengaruh antara tanggapan yang bersifat substantif dan yang bersifat bahasa. Namun, perbedaan pengaruh baru ditemukan jika dikakukan pengujian antar standar, dimana pengaruh lobi konstituen tergantung dari standarnya. Beberapa keterbatasan penelitian (Sumarsana 2013) antara lain : a. Penggunaan tanggapan tertulis sebagai ukuran lobi padahal lobi yang sebenarnya lebih sering dilakukan lewat jalur non formal. b. Tanggapan dipandang sebagai suara (vote) yang berarti cenderung tidak memperhatikan substansi tanggapan.c. Kekurangan data mengenai tanggapan konstituen atas eksposure draft.d. Masih sedikitnya referensi penelitian mengenai lobi konstituen di Indonesia.

2. Pengertian dan Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar AkuntansiKonsikuensi ekonomi merupakan yang bertujuan untuk menegaskan, meskipun kebijakan pada pasar sekuritas dikatakan kebijakan akuntansi dapat berdanpan pada nilai perubahan. Pemahaman konsep konsukensi dalam pemilihan kebijakan akuntansi sangat penting sangat penting, alasannya :a. Konsep tersebut menarik dalam keberadaannya, hal ini dikarenakan banyaknya kejadian-kejadian dalam penerapan akuntansi yang bersumber dari konsekuensi.b. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan argumen tentang kebijakan akuntansi yang akan digunakn pada kondisi yang berbeda. Dalam hal ini saran bahwa kebijakan akuntansi dikatakan tidak penting sangatlah bertentangan dengan pengalaman para akuntanc. Adanya konsekuensi ekonomi yang menimbulkan pertanyaan tentang mengapa mereka ada. Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusaan, khususnya kontrak mengenai kkonpensasi eksekutif dan kantrak hutang.

Munculnya Konsekuensi Ekonomi Dalam artikel Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of Economic Consequences" Berisikan salah satu akun yang paling persuasif dari konsekuensi ekonomi. Zeff mendefinisikan konsekuensi ekononomi sebagai suatu dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pembuatan keputusan pada bisnis, pemerintah dan kreditor. Dari definisi tersebut didapatkan esensi dimana laporan akuntansi dapat mempengaruhi keputusan riil yang dibuat oleh manajer maupun pihak pihak lain. Zeff juga mendokumentasikan beberapa contoh dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi atau telah mempengaruhi standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principle Board yang merupakan pendahulu FASB dan dengan pendahuluannya yaitu The Committee on Accounting Procedure.Zeff menyebutkan intervensi dahi pihak ketiga akan memperumit penyusunan pada standar akuntansi.apabila kebijakan akuntansi tidak penting, maka dalam pemilihan kebijakannya akan dilakukan secara ketat antara auditor yang bertugas mengimplementasikan standar dengan badan pembuat standar akuntansi, hal ini dikarenakan mereka merupakan bagian utama yang terlibat dalam pemilihan kebijakan akuntasi yang akan digunakan.Penerapan standar atau regulasi akuntansi memiliki efek ekonomi terhadap berbagai pihak. Beberapa contoh historis yang bisa menjadi bukti bahwa konsekuensi ekonomi dalam penyusunan standar akuntansi yaitu: a. Saat IAI yang kini menjadi (AICPA) (tahun 1941) yang didukung oleh kongres, menerapkan akuntansi persediaan LIFO dalam laporan keuangan, menetapkan nlai pasar wajar (the fair market value) digunakan dalam mencatat pengeluaran dividen saham. (ARB 11 tentang Corporate Accounting for Ordinary Stock Dividends).b. Saat CAP (tahun 1948) menetapkan historical cost accounting untuk depresiasi, sementara dalam penerapannya beberapa perusahaan telah menggunakan replacement cost depreciation (ARB 33).c. Saat tiga cabang dari American Electric Power Company menuntut di pengadilan federal (tahun 1958), agar AICPA dan juga CAP tidak mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa the Deferred Tax Credit account seharusnya diklasifikasikan sebagai kewajiban (ARB 44-Revised).d. Saat SEC (tahun 1965) meminta product line disclosure dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (segmental reporting), yang merupakan tekanan dari Sub-komisi Senat untuk Anti trust dan Monopoli pada saat itu. e. Saat APB, SEC, dan the bank regulatory agency (tahun 1968-1971) sepakat menggunakan GAAP untuk bank, setelah usaha perbankan mengajukan keberatan atas pencantuman bad-debt provisions and losses on the sales of securities untuk laba bersih bank komersial.Konsekuensi ekonomi terbukti cukup besar meskipun periode FASB masih tergolong pendek (Zeff, 1978) misalkan yang berkaitan dengan akuntansi untuk biaya R&D, self insurance, catastrophe reserve, development stage company, foreign currency fluctuations, leasing, dan lainnya. Adapun beberapa penelitian tentang konsekuensi ekonomi dari standar FASB antara lain :a. Translasi mata uang asing dalam SFAS No. 8 yang digantikan dengan SFAS No.52 karena adanya ketidaknyamanan manajemen dalam menerapkan SFAS 8 alasannya karena ukuran kinerja keuntungan dan kerugian transaksi yang dianggap tidak handal. b. SFAS No. 19 tentang penggunaan metode successfully efforts yang digunakan sebagai pengganti full costing untuk perusahaan migas. Penerapan SFAS 19 dianggap merugikan perusahaan migas pada skala kecil, hal ini dikarenakan laba perusahaan akan cenderung kecil, sehingga mereka mengajukan permohonan ke pemerintah dan SEC untuk menyampaikan keberatannya (Wibisana, 1992).Sebelum periode FASB telah dilakukan beberapa penelitian yang diantaranya oleh Chow (1983) mengenai dampak UU Pasar Modal pada 1933 & 1934 terhadap kekayaan pemegang saham dan bondholders. Efek dari konsekuensi ekonomi memang ada, salah satu buktinya yaitu efek negatif UU 1933 pada kekayaan shareholders, namun hal ini berdanpak positif kepada bondholders wealth meski sangat lemah. Beberapa penelitian mengenai economic consequences atas SFAS seperti dikutip dalam Scott (1966: 202-207), penelitian Collins & Salatka untuk SFAS 8 & 52 dengan model ERC, penelitian Lev untuk dapak SFAS 19 dengan model penelitian even. Selain itu ada satu riset mengenai argumen konsekuensi ekonomi, misalnya yang penelitian yang dilakukan Khurana dan Loudder (1994) tentang SFAS 106 Employers Accounting for Postretirement Benefits Other Than Pension, namun hal ini tidak menurunkan penolakan terhadap penerapan standar tersebut.

REFERENSIhttp://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-96232.pdfhttp://msa15.blogspot.com/2012/02/konsekuensi-ekonomi.htmlhttp://fauzanmisra.blogspot.co.id/2010/12/konsekuensi-ekonomi-pelaporan-keuangan.html4