sustanabilitas fiskal jangka menengah

50
REFORMASI FISKAL : MENGAPA DAN BAGAIMANA? SRI MULYANI INDRAWATI KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

REFORMASI FISKAL : MENGAPA DAN BAGAIMANA?

SRI MULYANI INDRAWATI KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

Page 2: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Outline Kuliah

Mengapa Reformasi Fiskal dibutuhkan?

Strategi Reformasi Fiskal: 4 Kebijakan Utama

Tantangan-Tantangan dalam melakukan Reformasi

Ekonomi khususnya Reformasi Fiskal

2

Page 3: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

19

70

19

71

19

72

19

73

19

74

19

75

19

76

19

77

19

78

19

79

19

80

19

81

19

82

19

83

19

84

19

85

19

86

19

87

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

Mengapa Reformasi Fiskal harus dilakukan?

• Minimal 6+ % p.a

dibutuhkan untuk :

1. menciptakan lapangan kerja

bagi 1,8 juta new entrants

• 1% growth = 250 ribu-

300 ribu jobs

2. Mengurangi kemiskinan di

bawah 10 % dan mengurangi

near poor di bawah 30% dari

populasi.

• Minimal tumbuh 8% p.a

untuk memanfaatkan

secara optimal

demographic dividen guna

menghindari Middle

Income Trap

1997-1999:Asian Financial

Crisis

1974 1st Oil Boom

1979 2nd Oil Boom

Global Oil Shock

ReformasiStruktural Ke-1

1988 - 1996: Pertumbuhan

TinggiGlobal

Saving Glut

2008 – 2009:Global Financial Crisis

2012 - sekarangHarga komoditas melemah;

Rebalancing Ekonomi Tiongkok;Normalisasi Ekonomi AS;

Kondisi Geopolitik Tidak Menentu

Rata-rata pertumbuhan Sebelum AFC‘60 – ’97 : 7,2% p.a

Sumber: BPS, BKF diolah

Rata-rata pertumbuhan’02 – ’17 : 5,4% p.a

Kebutuhan untuk

mendukung

pertumbuhan ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

3

Page 4: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Mengapa Reformasi Fiskal harus dilakukan?

• Kondisi ekonomi global dan nasionaltidak selalu linier dan stabil. Indonesia perlu menjaga “fiscal

space/buffer” untuk ketahanan ekonomimenghadapi shock (counter cyclical)

Pengalaman AFC 1998 dan GFC 2008, ketahanan ekonomi tergantung padakesiapan dan ketahanan suatu negaramenghadapi krisis.

Fiscal Spaces sudah banyak digunakanuntuk mendukung perekonomian selamaperiode post AFC 1998 dan GFC 2008

• Masih ada contingent liability yang akan bisa menjadi beban fiscal pemerintah. Sistem Jaminan social Pemilikan pemerintah BUMN UU Bank Indonesia Jaminan terhadap Simpanan Masyarakat

• Ruang Fiskal harus dibangunteruatama pada saat ekonomi kondisibaik untuk melakukan counter cycicaldan antisipasi / penanganan krisisapabila terjadi

Untuk memperkuat ketahanan(resilience) ekonomi Indonesia

4

Page 5: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

0.36

0.35

0.38

0.410.410.410.41

0.410.41

0.39

0.39

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

• Mekanisme pasar tidak cukup dan

tidak mampu bekerja untuk

mengurangi kemiskinan.

Tidak cukup insentif bagi pelaku

ekonomi untuk menciptakan

kegiatan ekonomi bagi kelompok

rumah tangga berpendapatan

rendah.

• Kegagalan mekanisme pasar

cenderung menciptakan

pemusatan kekuatan ekonomi.

Catatan: pemilikan negara atas sumber daya

alam dan bad public governance (seperti

korupsi) sama potensinya seperti kegagalan

mekanisme pasar terhadap inequality

Ketimpangan (GINI Ratio)Angka Kemiskinan (%)

Gini Rasio September 20170,391, menurun dibanding posisi Maret 2017 0,393

Kebutuhan untuk mengurangikemiskinan dan memperbaikiketimpangan ekonomi.

Mengapa Reformasi Fiskal harus dilakukan?

5

16.6

15.4

14.2

13.3

12.512

11.4 11.3 11.210.7

10.12

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

Page 6: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Tetapi pengeluaran pemerintah terhadap PDB masih di bawah pola normal

y = 0.0005x + 25.888R² = 0.4072

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000

Pen

gelu

aran

Pem

erin

tah

seb

agai

per

sen

tase

PD

B

PPP GDP Per Capita (2011)

Gambar 1: Pengeluaran Pemerintah sebagai Persentase terhadap GDP Per Kapita (2011 PPP), 2011

Indonesia

6

Page 7: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Begitu pula penerimaan pemerintah per PDB jugadi bawah pola normal

y = 0.0005x + 21.803R² = 0.4799

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000

Ras

io P

ener

imaa

n P

emer

inta

h t

erh

adap

PD

B

PDB Per Kapita USD PPP

Rasio Penerimaan Pemerintah terhadap PDB dan PDB per KapitaUSD PPP, 2011

Indonesia

7

Page 8: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Fiscal Space Indonesia dibatasi oleh tingkat pendapatan yang rendah

Sumber: IMF, diolah

32

.6

27

.7

44

.6

21

.4

14

.1

33

.7

20

.8

53

.1

19

.3

22

.0

22

.3

36

.3

31

.4

22

.9

43

.0

30

.7

44

.5

28

.1

16

.6

38

.9

24

.2

50

.1

19

.7

19

.6 22

.7

39

.6

35

.5

29

.5

-10.4-3.0

0.1-6.7

-2.5 -5.2 -3.43.0

-0.4 2.4 -0.4 -3.3 -4.1 -6.5

Bra

zil

Ch

ina

Ge

rman

y

Ind

ia

Ind

on

esi

a

Jap

an

Mal

aysi

a

No

rway

Ph

ilip

pin

es

Sin

gap

ore

Thai

lan

d

Un

ite

d K

ingd

om

Un

ite

d S

tate

s

Vie

tnam

Revenue Expenditure Surplus/Deficit

Perbandingan Posisi Fiskal 2016 (general government, % of GDP)

8

Page 9: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Alokasi pengeluaran Pemerintah belum optimal untuk mendukungpertumbuhan ekonomi dan pemerataan

Sumber Nasional Kota Desa

Meningkatkan kesenjangan

Listrik * * 1,25

Telepon 1,19 1,54 2,29

Air bersih 1,50 1,26 1,36

SPP-Pendidikan 1,56 1,35 1,36

Bensin 1,91 1,68 2,49

Solar 3,00 2,51 5,90

Transportasi public * * 1,28

Netral terhadap perubahan kesenjangan

Listrik 1,09 0,96 *

Transportasi public 1,10 * *

Mengurangi kesenjanagan

Minyak tanah 0,20 -0,08 0,77

Transportasi public * 0,88 *

Sumber: Penghitungan LPEM FEUI, 2003

9

Page 10: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Outline Kuliah

Mengapa Reformasi Fiskal dibutuhkan?

Fourth Tracks Fiscal Reform Strategy

Tantangan-Tantangan dalam melakukan Reformasi

Ekonomi khususnya Reformasi Fiskal

Kontribusi apa yang dapat dilakukan oleh Mahasiswa

FEB UI10

Page 11: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Reformasi Kebijakan Fiskal: Empat Pilar Kebijakan

1. Menggenjot rasio penerimaan negara terhadap PDB melalui:

• Peningkatan penerimaan pajak non migas

• Optimalisasi penerimaan bukan pajak baik penerimaan sumber dayaalam maupun non sumber daya alam.

2. Perbaikan alokasi pengeluaran pemerintah

3. Efisiensi belanja negara:

• Efisiensi belanja pemerintah pusat

• Perbaikan mekanisme transfer belanja ke daerah dan dana desa.

4. Manajemen Utang Pemerintah

11

Page 12: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Track 1a: Tax Reform

1. Perluasan Basis Pajak• Pembayar pajak di Indonesia jauh dari harapan

• Pelajaran dari Tax Amnesty 2016-2017: kontributor pembayar tax amnesty adalah pembayar pajak yang telah

berkontribusi. Artinya pembayar pajak yang tergolong “patuh” pun tidak

membayar pajak seperti yang seharusnya.

Pembayar pajak baru masih minimal. Masih banyak penduduk Indonesia yang

seharusnya membayar pajak tetapi tidak patuh dan tidak membayar pajak.

2. Perbaikan tax administration• Sistem IT yang ada jauh dari memadai. Perlu perbaikan secara

menyeluruh untuk memperbaiki tax payer’s confidence dan integritas

sistem perpajakan

12

Page 13: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Kepatuhan Pajak Masih RendahJumlah Pegawai Pajak Juga Masih Terbatas

Jumlah Pegawai DJP : 42.733 orang

24.327.4 30.0 32.8

36.0 38.7

17.7 18.4 18.2 20.216.6 17.7

10.0 10.9 11.0 12.7 12.1 10.6

56%

59%60%

63%

73%

60%

40%

50%

60%

70%

80%

0 jt

10 jt

20 jt

30 jt

40 jt

50 jt

2013 2014 2015 2016 2017 2018*

WP TERDAFTAR WP TERDAFTAR WAJIB SPT REALISASI SPT RASIO KEPATUHAN

Pembayar pajak di Indonesia jauh dari harapan

13

*per April 2018 (ytd)

Page 14: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

10.4

10.8

10.9

11.5

11.8

15.6

16.0

22.2 23.3 2

5.0

Tio

ng

ko

k

Ind

on

esi

a

Am

eri

ka

Se

rik

at

Je

rma

n

Ka

na

da

Ma

lay

sia

Tha

ila

nd

Au

stra

lia

Pe

ran

cis

Ing

gri

s

Berujung Pada Tax Ratio Yang Rendah

Penerimaan Perpajakan

Sumber: Kemenkeu

658.7

619.9

723.3

873.9

98

0.5

1077.3

1146.9

1240.4

1283.6

1495.9

13.3%

11.1%

11.2%

11.8%

11.9% 11.9%

11.4% 10.7%

10.3%

11.0%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

11%

13%

15%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Nominal (Rp Tn) Rasio thd PDB (RHS)Perbandingan Tax Ratio (%)

Sumber: IMF, 2015 14

Page 15: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Penerimaan pajak Indonesia masih rendahterutama PPh perorangan

15

Page 16: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Struktur pajak masih belum seimbang – masih mengandalkanpenerimaan dari perusahaan – yang subject to business cycle

16

Page 17: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Tarif pajak masih kompetitif

17

Page 18: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Indonesia mempunyai potensi menaikkan penerimaanpajak dalam jangka menengah

IMF (2013)1 estimated Indonesia’s tax effort between 0.42-0.47 in 2011

IMF (2013)2 also estimated Indonesia’s total revenue gaps of 5.0% of GDP

IMF (2011, 2014)3 and Sugana-Hidayat (2013)4 estimated VAT gaps between 47-60% of the current revenue

1 Fenochietto, R and Pessino, C, “Understanding Countries’ Tax Effort, Working Paper 13/244, IMF, November 20132 ___,”Taxing Times”, Fiscal Monitor, World Economic and Financial Surveys, IMF, October 20133 FAD, “Revenue Mobilization in Developing Countries”, IMF, March 2011; IMF Mission, “Tax Policy and Administration: Setting the Strategy for the Coming Years”, Fiscal Affairs Department, IMF,

December 20144 Sugana, R and Hidayat A, “Analysis of VAT Revenue Potential and Gaps in Indonesia 2013”, Journal of Indonesian Economy and Development, University of Indonesia, July 2014.

Source: IMF2

Stochastic Frontier Analysis

18

Page 19: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Tujuan reformasi pajak

• Peningkatan penerimaan pajak per PDB dengan menutup“compliance gap”.

• Perbaikan iklim investasi dengan mengurangi biaya tax compliance dari wajib pajak.

• Efisiensi Tax Administration dengan meminimalkan biayapemerintah dalam menjalankan sistem perpajakan

• Membangun public trust and confidence terhadap integritassistem perpajakan.

19

Page 20: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Prinsip-prinsip reformasi pajak

• Simplicity: tax system and tax

administration should be easy to comply

• Predictability: tax law and regulation

should be clear, accessible and

consistently applied.

• Effectiveness: Tax Payer services and

enforcement programs should be tailored

to the specific characteristic of large,

medium and small tax payers.

• Integrity: zero tolerance for corruption

• Performance: There should be incentives

for high performance and accountability

for result.

• Transparency: Actions taken by tax

administration should be subject to

scrutiny and results widely publicized

• Efficiency : paper-based should be

minimized through investment in modern

technology.

• Quality : problems should be identified

and resolved before they become disputes

• Fairness: Dispute resolution should be

fast, lost cost and imparsial

• Professionalism : Tax officer should be

competent and highly motivated.

20

Page 21: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Sequencing reformasi perpajakan

• Tax administration reform harus menjadi fokus dan initial step dari reformasi pajak.

• Tax policy reform seperti penyederhanaan atau penurunantarif pajak akan menjadi prioritas kedua setelah tax administration reform dilakukan.

• Tanpa perbaikan tax administration reform, tax policy reform seperti pengurangan PPh korporasi akan menyulitkanpemenuhan tujuan peningkatan penerimaan pemerintah.

21

Page 22: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Arah Reformasi Perpajakan

KONDISI SEKARANG

Institusi perpajakan perlu

pembenahan: organisasi

dan SDM; sistem informasi,

basis data, dan proses bisnis;

dan regulasi.

Sinergi antar lembaga perlu

dioptimalkan.

Kepatuhan WP rendah.

TAX RATIO = 11%

KONDISI DIHARAPKAN

Institusi perpajakan yg kuat,

kredibel, akuntabel dengan

proses bisnis yg efektif dan

efisien untuk optimalisasi

penerimaan negara.

Sinergi antar lembaga

optimal

Kepatuhan WP yang tinggi

TAX RATIO = 14%

PILAR REFORMASI

Organisasi

Sumber Daya

Manusia

Teknologi

Informasi dan

Basis Data

Proses Bisnis

Peraturan Undang-

Undang

1) Tim Observer yang bertugas melakukan pengamatan, memberikan masukan dan pandangan

sesuai dengan latar belakang dan pengalaman dalam bidang yang dikuasainya (Perwakilan

Organisasi Internasional, Perwakilan Pelaku Usaha, Perwakilan Awak Media).

2) Tim Advisor yang bertugas memberikan masukan dan pandangan berdasarkan pengalaman,

teori, dan keilmuan (Praktisi Perpajakan).

Pihak Eksternal Yg Terlibat

22

Page 23: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

From the theory to actions : Inisiatif reformasi perpajakan hingga 2019

• Peningkatan Mutu Pelayanan

• Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum

• Memperkuat Kerjasama dengan Para Pihak

• Memberikan Kesempatan Wajib Pajak Memperoleh Keadilan Perpajakan

• Penguatan Institusi Perpajakan

• Penguatan Regulasi Perpajakan

• Penyiapan regulasi Automatic Exchange of Information (AEOI)

• Meningkatkan Kewibawaan Institusi dan Kepercayaan Wajib Pajak kepada Institusi Perpajakan Institusi yang Kuat Institusi yang Kredibel Institusi yang Akuntabel

• Melakukan Penataan Ulang Institusi Perpajakan Penataan Ulang Organisasi Penataan Ulang SDM Penataan Ulang Proses Bisnis Penataan Ulang Regulasi Perpajakan Pengadaan Core Tax System

Jangka Pendek Jangka Panjang

23

Page 24: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Track 1 b: Reformasi PNBPPenerimaan pajak sumber daya alam masih belum optimal khususnya penerimaan SDA non migas

Pendapatan Negara Bukan Pajak

Perkembangan PNBP cenderung meningkat saat harga minyak tinggi, seperti tahun 2012-2014. Selanjutnya, PNBP turun drastis pada tahun 2015 saat harga minyak turun;

Komposisi PNBP sedikit berubah, dominasi penerimaan SDA berkurang dan PNBP Lainnya meningkat (dilihat dari realisasi 2016);

Permasalahan PNBP a.l: masih relatif rendahnya harga beberapa komoditas utama dan lifting minyak yang sulit untuk meningkat; lemahnya penggeloaan PNBP sehingga pelayanan belum maksimal; dan beberapa harga dan tarif PNBP masih terlalu rendah.

Upaya perbaikan a.l: penguatan landasan hukum (law enforcement), peningkatan pelayanan dan kualitas pengelolaan PNBP, serta implementasi program Pemerintah.

24

226.4 240.8

100.9 64.9

111.8 103.7

34.0 40.3

37.6 37.1

44.3 44.7

69.7 87.7

81.7 117.9

108.1 83.8

24.6

29.7

35.3 41.9

47.7 43.3

3.7 3.8

2.2 2.1 2.21.9

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

0

100

200

300

400

500

600

2013 2014 2015 2016 2017 2018 (APBN)

Rp Triliun PersenPNBP SDA Pendapatan dari KND PNBP Lainnya Pendapatan BLU Rasio thd PDB

255,6 261,9 311,23 275,4354,8 398,6

Catatan:- PNBP 2018 dengan asumsi US$48/bbl, realisasi 2017 sudah di angka US$51,2/bbl- KND = Kekayaan Negara yang Dipisahkan.

Page 25: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Track 1 b: Reformasi PNBP

Upaya reformasi PNBP SDA:

1. Penguatan landasan hukum melalui revisi UU PNBP No.20/1997

2. Optimalisasi penerimaan negara atas pengelolaan SDA, al: perubahanskema pengusahaan SDA oleh kontraktor (melalui skema gross split dalammigas)

3. Penguatan BUMN dalam meningkatkan laba, dan sekaligus menjalankanpenugasan Pemerintah

4. Pengenaan PNBP atas pelayanan kepada masyarakat (K/L) diarahkan untuktidak meningkatkan beban biaya masyarakat

5. Penerapan sistem online dalam administrasi PNBP

25

Page 26: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Track 2: perbaikan alokasi anggaran

Fakta

• Belanja infrastruktur masih dibawah

kebutuhan untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi, penurunan

kemiskinan dan penurunan kemiskinan.

• Belanja subsidi yang tidak mencapai

sasaran seperti subsidi energi, pupuk

masih cukup dominan.

• Belanja untuk mendukung proteksi sosial

maupun kebutuhan nutrisi masih belum

memadai.26

Page 27: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Reform actions:

1. Perbaikan kualitas penyerapan belanja modal pemerintah.

2. Peningkatan alokasi anggaran infrastruktur (baik melalui K/L, Transfer keDaerah, dan Pembiayaan).

3. Mendorong efisiensi pemanfaatan anggaran infrastruktur sehingga menjadilebih terarah dan berorientasi hasil.

4. Memastikan belanja subsidi yang dialokasikan dalam APBN efektifmengurangi kemiskinan dan ketimpangan

5. Penajaman sasaran target penerima subsidi

6. Menyempurnakan mekanisme penyaluran subsidi pupuk melalui perbaikan data yang diselaraskan dengan NIK

7. Penguatan dan efektifitas Bansos a.l.;• Review besaran bantuan PIP, PKH;• Perluasan sasaran Bidik Misi & PKH

27

Page 28: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Penguatan Alokasi Belanja Negara Realokasi subsidi energi ke belanja yang lebih produktif: pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur

Sumber: MoF

Reformasi subsidi Tahun 2015, dengan implementasi subsidi tetap untuk solar (Rp. 1000/ltr) dan menghapus subsidi untuk premium. Mulai Juli 2016 subsidi tetap solar menjadi Rp. 500/ltr.

Konsisten meningkatkananggaran infrastruktur untukmendorong kapasitasproduksi dan daya saing;

Memenuhi anggaranpendidikan 20% mulai tahun2009, untuk peningkatanakses, kualitas dan distribusi;

Memenuhi anggarankesehatan 5% mulai 2016 untuk peningkatan akses, mutu layanan dan supply side serta menjaga efektiftasdan keberlanjutan program JKN.

332.4353.4

390.1370.4

426.7444.1

155.9 154.7

256.1269.1

400.9 410.4

46.159.7 65.9

92.3106.7 111

310

341.8

119.1106.8

89.9 94.5

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pendidikan Infrastruktur Kesehatan Subsidi Energi

Page 29: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

• Belanja modal cenderung menurun & masih rendah (dibawah 2% PDB);

• Porsi terbesar untuk jalan, irigasi dan jaringan namun untuk peralatan & mesin serta gedung & bangunan masih besar;

• Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peningkatan belanja modal sampai dengan 2,2% PDB

• Perbaikan kualitas belanja modal dilakukan dengan: (a) efisiensi belanja modal untuk peralatan dan mesin(a.l:kendaraan bermotor) serta pembangunan gedung kantor baru, dan; (b) diarahkan untuk belanja modal lebihproduktif antara lain pembangunan pelabuhan, bandara, jalan, bendungan, irigasi dan listrik.

Kualitas Belanja Modal yang Lebih Produktif

Perkembangan belanja modal

% PDB2012

LKPP

2013

LKPP

2014

LKPP

2015

LKPP

2016

LKPP

2017

APBN

Belanja Barang 1,7 1,9 1,7 2 2,1 2,2

Belanja Modal 1,8 2 1,5 1,9 1,4 1,4

Tax Ratio 11,9 11,9 11,4 10,7 10,9 10,9

%Defisit PDB -1,78 -2,22 -2,15 -2,59 -2.49 -2,57

29

Page 30: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Peningkatan Alokasi Infrastruktur Diiringi Peningkatan Peran Pemerintah Daerah

145.5168.5

154.6

256.3269.1

388.3410.7

1.8 1.9 1.52.2 2.1

2.9 2.9

9.8 10.2

8.7

14.2 14.5

18.7 18.5

01234567891011121314151617181920212223

0

100

200

300

400

500

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

ou

tlo

ok

20

18

AP

BN

Nominal (Rp Tn)

% thd PDB (RHS)

% thd Total Belanja (RHS)

Anggaran Infrastruktur

87.0%

5.0%8.0%

65.5%30.1%

12.8%

Belanja Pemerintah Pusat

Transfer ke Daerah & Dana Desa

Pembiayaan

Anggaran Infrastruktur dalam pos APBN

2018

2012

30

Page 31: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Peningakatan anggaran infrastruktur antara lain karena adanya mandatory

bagi Pemda untuk mengalokasikan 25 persen dari DTU untuk infrastruktur

31

Page 32: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Berbagai mekanisme dukungan dalam APBN

untuk akselerasi infrastruktur

Ab

ove

th

e lin

eB

elo

w t

he

lin

e

Penanaman Modal Negara pada BUMN

Penjaminan Subsidiary Loan Agreement Dana bergulir (al. FLPP)

Pembiayaan investasi kepada BLU LMAN

• Insentif Fiskal

• Tax Holiday

• Tax Allowance

PENDAPATAN NEGARA BELANJA NEGARA

PEMBIAYAAN

Transfer ke daerah dan Dana Desa(al. DAU (25%), DAK Fisik, Dana Desa)

Belanja K/L (kemen PU Pera, Kemenhub, Kemen ESDM,

Kementan dll)

Belanja Non K/L (al. VGF, Hibah, PSO)

PMN pada PT SMI & PT IIF (pembiayaan) serta PT PII (penjaminan)32

Page 33: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Upaya menuju subsidi yang tepat sasaran & efisienPenyempurnaan data dan mekanisme serta sinergi

33

2013 2014 2015 2016 2017 Outlook 2018 APBN

BBM 210 239.9 60.8 43.7 44.5 46.9

Listrik 99.9 101.8 58.3 63.1 45.4 47.7

Pangan (Rastra) 20.3 18.2 21.8 22.1 19.8

Pupuk 17.6 21 31.3 26.9 31.2 28.5

Benih 0.4 0.3 0.1 0.4 1.3

Bunga Kredit Program 1.1 2.8 1.9 5.1 13 18

PSO 0.4 0.3 3.2 3.7 4.3 4.4

0

50

100

150

200

250

Subsidi

BBM Listrik Pangan (Rastra) Pupuk Benih Bunga Kredit Program PSO

Page 34: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Studi empiris menunjukkan program perlindungan sosial belum optimal, namun upaya perbaikan terus dilakukan

Studi Kemenkeu tentang Benefit Incidence menunjukkan bahwa:

• Subsidi energi (listrik, solar, dan LPG 3 kg) lebih dinikmati oleh penduduk lebih kaya karenamenggunakan distribusi terbuka (non-targeted)

• Rastra dan bantuan sosial (PKH dan PIP) lebih dinikmati oleh penduduk lebih miskin.

• Dilihat dari dampak terhadap penurunan kemiskinan dan kesenjangan per rupiah anggaran, PKHdan PIP efektif dalam menurunkan kemiskinan dan kesenjangan.

KeteranganSubsidi

LPG

Subsidi

Listrik

Subsidi

SolarRastra PKH PIP

Nilai yang diterima RT (per tahun)* Rp17,7T Rp66,0T Rp2,1T Rp7,6T Rp2,6T Rp7,3T

Perubahan Kemiskinan (%) -0,53 -2,59 -0,01 -0,07 -0,39 -0,58

Perubahan Gini Ratio (poin) -0,26 -0,63 0,01 -0,17 -0,11 -0,21

Efektivitas Penurunan Kemiskinan (%/ tr Rp) 0,030 0,039 0,005 0,009 0,150 0,079

Efektivitas Penurunan Gini (poin / tr Rp) 0,015 0,010 -0,006 0,022 0,041 0,028

Sumber: Perhitungan PKEM BKF* menggunakan data SUSENAS 2014

34

Page 35: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINANBertujuan Untuk Memutus rantai kemiskinan antar generasi

35

anggaran penanggulangan kemiskinan

2018

target

Penanggulangankemiskinan dandukungan padamasyarakatberpendapatanrendah terusdiperkuat melaluiprogram bantuansosial, subsidi, dandana desa

283,7triliun

PKHProgramIndonesia Pintar

JKN bagiwargamiskin/PBI

BantuanPangan

BidikMisi

*) diluar subsidi pajak

Subsidi *) Dana Desa

17,3 10,5 25,5 20,8 4,1145,5

60,0

Program KeluargaHarapan

10 juta RTS

Program Indonesia Pintar

19,7 juta siswa

Penerima Bantuan Iuran dalam rangka JKN

92,4 juta jiwa

Penyediaan BantuanKelompok Usaha Ekonomi Produktif

117,7 ribu KK 74.958 Desa

Bantuan Pangan

15,6 juta KPM

• Perluasan Bantuan pangan non

tunai (pengalihan dari subsidi

rastra ke bansos)

Dana Desa

triliun

Page 36: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS SDMMewujudkan SDM Indonesia Yang Berkualitas Baik

36

Page 37: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Track 3: Efisiensi belanja pemerintah

• Belanja K/L masih belum efisien dan efektif – belum sepenuhnya mengikutiperformance based oriented.

Belanja Pendidikan yang meningkatkan secara dramatis sejak tahun 2006 belummempunyai dampak yang memadai terhadap perbaikan outcomes.

• Transfer ke daerah yang meningkat secara dramatis sejak tahun 2000 belummenghasilkan dampak yang seperti yang dijanjikan.

Dampak desentralisasi terhadap perbaikan jasa publik memang tidak memburuk tetapimasih dibawah potential frontier.

Begitu pula dengan dampak fiscal equalization walaupun sudah lebih baik tetapi belumoptimal hasilnya.

• Transfer dana desa : masih mencari bentuk yang tepat.37

Page 38: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Manajemen Utang PemerintahDikelola Dengan Bijak, Debt to GDP Ratio Indonesia cukup rendah

Page 39: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Manajemen Utang PemerintahDikelola Dengan Bijak, Debt to GDP Ratio Indonesia cukup rendah

53.69%

44.90%

37.03%33.40%

30.23%26.46%

24.50% 23.10% 22.95%24.88% 24.68%

27.45% 28.33% 28.29% 27.90%

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Debt to GDP Ratio Indonesia 2004-2017

Posisi Indonesia

Debt to GDP Ratio Indonesia 2000

Debt to GDP Ratio Indonesia 2018

http://www.visualcapitalist.com

89% 27,9%

Page 40: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Tantangan dalam pemanfaatan Anggaran Pendidikan

Alokasi anggaran pendidikan 20% dari belanja negara sudah diterapkan sejaktahun anggaran 2009 dan nilai nominalnya terus meningkat, namun beberapatantangan masih harus dituntaskan, antara lain:

• Sebagian besar anggaran pendidikan digunakan untuk belanja gaji dan TPG, sedangkan kualitas guru dan kualitas proses belajar mengajar perlu terusdibenahi.

• Jumlah sekolah/kelas yang rusak masih cukup besar, meskipunKemendikbud dan Pemda (melalui DAK) sudah mengalokasikan bantuanpembangunan kelas/sekolah baru.

• Jumlah siswa putus sekolah relatif besar, meskipun sudah ada program Kartu Indonesia Pintar.

40

Page 41: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Reform action

1. Konsolidasi dan sinergi antara Pemerintah Pusat (Kemendikbuddan Kemenag) dengan Pemerintah Daerah perlu diperkuatdalam mendukung kesuksesan program pendidikan;

2. Penghematan belanja barang non operasional di Kementerian Lembaga (K/L)

3. peningkatan TKDD perlu diarahkan pada perbaikan distribusidan penguatan kualitas belanja di daerah

4. peningkatan alokasi dana desa perlu diikuti dengan perbaikandistribusi serta akselerasi pembangunan dan pemberdayaanmasyarakat desa

41

Page 42: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

• Realisasi belanja K/L 2017 lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 dengan kinerja penyerapan terhadap pagu APBN yang lebih baik

• Perbaikan kualitas belanja Pemerintah Pusat tercermin dari:

Perbaikan pola penyerapan anggaran, peningkatan efisiensi belanja barang, dan peningkatan kinerja pada belanja modal

Menjamin pencapaian output outcome

Simplifikasi pertanggungjawaban anggaran untuk meningkatkan efisiensi;

• Subsidi dan bantuan sosial lebih tepat sasaran

• Penghematan bunga utang akibat perbaikan nilai tukar dan perbaikan kredibilitas APBN

Penguatan Kualitas Dan Efisiensi Belanja K/LPertumbuhan Alokasi belanja K/L dalam APBN 2017 lebih realistis, namun alokasi belanja barang

masih dominan dan belanja modal masih kecil

42

1. Belanja K/L 767,8 684,2 89,1 (6,5) 798,6 759,6 95,1 11,0

2. Belanja Non K/L 538,9 469,8 87,2 4,1 568,4 500,0 88,0 6,4

al. a. Pembayaran Bunga Utang 191,2 182,8 95,6 17,1 219,2 216,6 98,8 18,5

b. Subsidi 177,8 174,2 98,0 (6,3) 168,9 166,3 98,5 (4,6)

(1) Subsidi Energi 94,4 106,8 113,2 (10,3) 89,9 97,6 108,7 (8,6)

a. Subsidi BBM & LPG 43,7 43,7 100,0 (28,1) 44,5 47,0 105,7 7,7

b. Subsidi Listrik 50,7 63,1 124,5 8,2 45,4 50,6 111,5 (19,8)

(2) Subsidi Non Energi 83,4 67,4 80,9 0,8 79,0 68,6 86,9 1,8

1.306,7 1.154,0 88,3 (2,5) 1.367,0 1.259,6 92,1 9,1

Belanja Pemerintah Pusat

(triliun Rupiah)APBNP

LKPP

Audited

% thd

APBNPAPBNP

Realisasi

Sementara

JUMLAH

% thd

APBNP

growth

(%)

growth

(%)

2016 2017

Page 43: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Efisiensi Belanja Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)peningkatan TKDD perlu diarahkan pada perbaikan distribusi dan penguatan kualitas belanja di daerah

1. Anggaran transfer ke daerah dan dana desa meningkat tiap tahun, namundi sisi lain masih terjadi ketimpangan output ekonomi secara nasional yangmasih tinggi yaitu 0,78 (IW > 0,5).

2. Pulau Sumatera dan Jawa mempunyai tingkat ketimpangan yang rendahdibandingkan dengan pulau lain.

3. Kualitas belanja daerah cenderung belum ideal karena belanja pegawaicenderung masih tinggi

4. Perlunya perbaikan distribusi serta peningkatan dan pemerataan supplyside antar daerah terutama pada infrastruktur dan penyediaan layanandasar publik (DAU, DAK, dan Dana Desa).

5. Alokasi anggaran daerah lebih diarahkan untuk belanja bersifat produktif

0.610.53

0.24 0.26

0.49 0.52

0.84

0.76

0.11 0.13

0.48 0.44

0.810.78

2011 2012 2013 2014 2015

Indeks Wiliamson 2011-2015

Sumatera Jawa Balinustra Kalimantan Sulawesi Malpapua Nasional

292.4 308.6 344.7 411.3

480.6 513.3 573.7

623.1 710.3

764.9 29.7

32.9 33.1 31.8 32.2 31.1 32.4 34.5

38.2 36.8

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

200

400

600

800

1,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017APBN

PersenTriliun Rp

DBH DAUDAK Fisik DAK Non FisikDana Insentif Daerah Otsus dan Dana Keistimewaan D.IYDana Desa % thd Belanja Negara

44.4

35.8

20.4 21.220.9 22.8

14.320.2

2011 2015

Share Belanja Daerah per Jenis (%)

Pegawai

Barang/Jasa

Modal

Lain-Lain

43

Page 44: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Evaluasi Kebijakan Dana Desapeningkatan alokasi dana desa perlu diikuti dengan perbaikan distribusi serta akselerasi

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa

1. Pagu alokasi Dana Desa (DD) meningkat sangat signifikan (288,9%) dari sebesarRp20,77 T (2015) menjadi Rp60 T (2017).

2. Distribusi dana desa per pulau masih di dominasi oleh Sumatera dan Jawa karenajumlah desa terbanyak berada di Sumatera dan Jawa

3. Hampir 80% lebih pemanfaatan dana desa digunakan untuk pembangunan desa,antara lain untuk pembangunan jalan dan irigasi. Sedangkan pada pemberdayaanmasyarakat desa digunakan antara lain untuk BUMDesa, PAUD, dan pelatihan.

4. Pembangunan desa perlu diarahkan secara swakelola dan pemanfaatan input daridesa bersangkutan sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian desa.

5. Kapasitas SDM Perangkat Desa belum memadai dan jumlah tenaga pendampingmasih terbatas sehingga perlu peningkatan kapasitas dan kompetensi bagiperangkat desa maupun tenaga pendamping desa.

20.8 47.0 60.020.8 46.7

74,093

74,754

74,954

73,600

73,800

74,000

74,200

74,400

74,600

74,800

75,000

75,200

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

2015 2016 2017

Triliun rupiah

Pagu Dana Desa

Real Dana Desa

Jumlah Desa

6.3 6.5

1.3 1.8 2.4 2.5

14.1 14.6

2.94.1

5.4 5.9

18.0 18.6

3.85.3

6.9 7.5

Sumatera Jawa Bali dan NusaTenggara

Kalimantan Sulawesi Maluku danPapua

Distribusi Dana Desa per pulau 2015-2017 (Rp Triliun)

2015 2016 2017

Pemerintahan6,72%

Pembangunan82.11%

Pemberdayaan7.57%

Kemasyarakatan3.54%

Lain-lain0,07%

Tahun 2015 Tahun 2016 44

Page 45: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Outline Kuliah

Mengapa Reformasi Fiskal dibutuhkan?

Triple Tracks Fiscal Reform Strategy

Tantangan-Tantangan dalam melakukan Reformasi

Ekonomi khususnya Reformasi Fiskal

45

Page 46: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Tantangan-tantang untuk melakukan reformasi fiskal

1. Fiscal reform is political action. Meyakinkan politisi untuk melakukanreformasi tidak mudah.• Vested interests di semua level baik dalam birokrasi maupun executive dan

legislative branches.Praktek ini terjadi di seluruh dunia.

• Tantangan – some times you have to accept the second best solution even the second worst is better than the worst.

2. Fragmented decision making and implementations• Khususnya untuk sisi belanja – sebagian besar implementasi pengeluaran

pemerintah (APBN) dilakukan di tingkat daerah dan desa.

3. Talking in theory is easy but putting them into the reality is difficult

46

Page 47: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Penerimaan

Proyeksi &

Estimasi

Membuat estimasi

penerimaan yang akurat dan

kredibel

Peningkatan kapasitasmengumpulkan penerimaan

negara

Rasio penerimaan

perpajakan masih rendah

Belanja

Komitmen

Membuat keputusan belanja

yang strategis

Mengurangi kemiskinan,

kesenjangan, dan

pemerataan kesejahteraan

Memerangi inefisensi dan

korupsi

Pembiayaan

Sustainability

Reformasi sektor

keuangan, e.g. Melalui pendalaman pasar

keuanganMemprioritaskan belanja

produktif dan mendukung

pembangunanMendukung keuangan

inklusif

Diimbangi dengan

stabilitas sistem

keuangan

REFORMASI FISKAL YANG KOMPREHENSIF UNTUK OPTIMALISASI PENDAPATAN, BELANJA

YANG BERKUKALITAS, SERTA PEMBIAYAAN YANG SUSTAINABLE

Pengelolaan APBN memiliki banyak tantangan

47

Page 48: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Sumber: World Economic Outlook – IMF, Oktober 2016 & CEIC, diolah

Meski demikian, pengelolaan fiskal Indonesia salah satu yang

paling prudent, ditunjukkan oleh defisit yang rendah

3.6

1.1

-0.7 -0.8 -0.9 -1.6 -1.9 -2.2 -2.9 -3.0 -3.1 -3.2 -3.3-4.4 -4.5

-6.2 -6.7 -7.0 -7.7

3.9 3.52.4

1.5

9.6

5.6

1.6

3.92.7 3.3

-0.5

2.6 2.40.9

2.81.2 1.4

0.5

7.5

Sa

ud

i A

rab

ia

Ko

rea

Ru

ssia

Ge

rma

ny

Ch

ina

Ind

on

esi

a

Ca

na

da

Turk

ey

Au

stra

lia

Arg

en

tin

a

Ita

ly

So

uth

Afr

ica

Me

xic

o

Fra

nc

e

Bra

zil

Un

ite

d K

ing

do

m

Un

ite

d S

tate

s

Jap

an

Ind

ia

surplus/defisit fiskal (%) pertumbuhan PDB (%)

Rata-rata defisit & pertumbuhan satu dekade terakhir

48

Page 49: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

Sumber: World Economic Outlook – IMF, Oktober 2016, diolah

Sehingga utang publik Indonesia merupakan salah satu yang

paling rendah

Perbandingan Tingkat Utang (Rasio terhadap PDB dan tingkat perkapita)

85,635

62,020

32,224

7,200 6,017 4,945 4,226 2,917 2,501 2,468 1,665 1,339 1,157 997 934

250%

108%89%

78%

52% 57% 56% 52%32%

43%

17%

62% 68%

28% 33%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

Jap

an US

UK

Bra

zil

Arg

en

tin

a

Mal

aysi

a

Me

xico

S A

fric

a

Turk

ey

Thai

lan

d

Ru

ssia

Vie

tnam

Ind

ia

Ind

on

esi

a

Ph

ilip

pin

es

Utang Per kapita (US$) Rasio Utang (RHS)

49

Page 50: Sustanabilitas Fiskal Jangka Menengah

TERIMA KASIH

SRI MULYANI INDRAWATI PENGAJAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA