surakarta 2006 - core · 2013-09-23 · berdasarkan penetapan pemerintah nomor 16/sd tanggal 15...
TRANSCRIPT
iv
Sistem pemungutan dan pengelolaan pajak hotel spesifikasi tentang pajak
rumah indekos di kabupaten Sukoharjo
Tugas Akhir
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Gelar Ahli Madya (AMd)
Program Studi D3 Akuntansi Perpajakan
Disusun oleh:
Asih Mahasti NIM F.3403012
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2006
ii
1
2
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Orang rugi itu adalah orang yang membuang-buang kesempatan untuk beriman, beramal dan saling nasihat-menasihati (Qs. Al Ashr(103):1-3) Ilmu hanya memaparkan fakta, Agamalah yang menentukan nilainya (Albrecht Ritschl, 1822-1889) Ketekunan dalam mencapai tujuan adalah rahasia keberhasilan (Benjamin Disraeli)
Karya kecil ini penulis persembahkan kepada: � Bapak –Ibu
� Keluarga Besar Eyang Wiryo Suwito
� Sahabat-sahabatku, pajak B 03
� Almamater
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang Maha Tinggi,
yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya. Salam dan Shalawat kepada Rosulullah Muhammad SAW, panutan paling brilian atas keteladanan luhur sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “SISTEM PEMUNGUTAN DAN PENGELOLAAN PAJAK HOTEL SPESIFIKASI TENTANG PAJAK RUMAH INDEKOS DI KABUPATEN SUKOHARJO”.
Penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh guna meraih gelar derajat Ahli Madya Akuntansi Perpajakan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
3
Penulis menyadari dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama banyak pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Dra. Salamah Wahyuni, SU selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta
2. Drs. Santoso Tri Hananto, Msi., Ak selaku Ketua Program D3 Akuntansi
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
3. Drs. Eko Arief Sudaryono, Msi., Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dengan kebaikan serta
kesabaran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini
4. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Sebelas Maret Surakarta
5. Seluruh staff dan karyawan Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten
Sukoharjo yang telah memberikan bantuan dan menyediakan data serta
masukan yang penulis butuhkan selama penelitian
6. Keluarga Besar Eyang Wiryo Suwito atas doa, dukungan dan curahan kasih
sayangnya
7. Bapak Ibu atas doa, pengorbanan dan limpahan kasih sayangnya
8. Adek-adek kecilku, G da kalian G rame De’!!
9. Mijn laatst haven, DANU, kuliah tuch diurusin!!!hehehe... Thanks 4 everything!!!
LUV U
10. Mijn Luvly Pren, Ambar, Rika, Ita! Makasih atas do’a, semangat,
kebersamaannya! Dah lulus nich, kapan nyusul pren???
4
11. Mijn Luvly Broer, Joey, Maz Bint, Maz Yust, Eko..dox!! Kapan
lulus Bro?? Dah tua lhoh,,,,,
12. Erni, Ryan, Nopita, Anggas, Candra, Tatanx, Dani, Budi_mbahe, Udin, Mami,
Deny, Little mom_Rika, Egis, Ana ‘n anak” pajak ’03 atas kebersamaan n waktu”
terindah yang telah kita lewati bersama!! Miz U All, Guys…
13. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan segala kritikan dan masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Besar harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, pembaca pada umumnya, serta dapat menjadi jembatan untuk peneliyian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, Juli 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL…………………….…………….………………….……… i
HALAMAN PERSETUJUAN ....…….……………….……………………..….. ii
HALAMAN PENGESAHAN .........………………….…………………………. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........…………….…………………………. iv
5
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…... v
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…viii
DAFTAR BAGAN……………………………...........................…..……….….. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………......………..…..........xii BAB I GAMBARAN UMUM
A. DESKRIPSI KABUPATEN SUKOHARJO………….................…… 1
1. Sejarah Kabupaten Sukoharjo……………………………………. 1
2. Tata Letak Kabupaten Sukoharjo………………………………… 2
B. STRUKTUR ORGANISASI BPKD SUKOHARJO..............……….. 2
1. Susunan dan Struktur Organisasi BPKD........................................ 3
2. Tugas Pokok dan Fungsi susunan BPKD........................................ 5
C. TATA KERJA BPKD SUKOHARJO…………......……………….... 8
D. LATAR BELAKANG.....……………………….…………….…….. 11
E. PERUMUSAN MASALAH………..........…………………………..12
F. TUJUAN PENELITIAN ……………………..…………………….. 13
G. MANFAAT PENELITIAN..................…………………………..…. 13
H. METODOLOGI PENELITIAN…..………………………………….14
BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI………………………………………………...16
1. Pengertian Pajak……....……………………………………….....16
2. Fungsi Pajak……..……………………………………................. 17
3. Sistem Pemungutan Pajak…………..……………………..…….. 17
4. Pengelompokan Pajak………………………………………….... 18
6
B. PAJAK HOTEL .................................................................................. 20
1. Dasar Hukum Pajak Hotel..............................................................20
2. Pengertian Pajak Hotel................................................................... 21
3. Objek dan Subjek Pajak Hotel....................................................... 23
4. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak.................................................. 24
C. PEMBAHASAN ................................................................................. 25
1. Prosedur Pemungutan dan Pengelolaan Pajak Rumah Indekos di
Kabupaten Sukoharjo..................................................................... 25
2. Efektifitas Penerimaan Pajak Rumah Indekos di Kabupaten
ukoharjo......................................................................................... 39
3. Rasio Realisasi Pajak Rumah Indekos Terhadap Target yang Telah
Ditentukan .....................................................................................40
4. Kontribusi Pajak Rumah Indekos Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2003-2005 ........42
5. Hambatan yang Dihadapai oleh Pemerintah Daerah dalam
Melakukan Pemungutan dan Pengelolaan Pajak Rumah
Indekos........................................................................................... 43
6. Upaya yang Dilakukan Pemerintah Daerah dalam Mengatasi
Hambatan yang Terjadi................................................................. 45
BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN ……………………………………………………... 47
B. KELEMAHAN……………………………………………………. 48
BAB IV PENUTUP
7
A. KESIMPULAN.................................................................................... 50
B. SARAN ............................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….... 53
LAMPIRAN
8
DAFTAR BAGAN
BAGAN Halaman
1.1 Susunan Organisasi Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo……………………….........…………………...... 10
2.1 Prosedur Pembayaran Pajak Hotel (Pajak Rumah Indekos) menurut Perda
Kabupaten Sukoharjo No.3 Tahun 2003.................................................... 38
9
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
2.1 Daftar Wajib Pajak Rumah Indekos Kabupaten Sukoharjo s/d Desember
2005................................................................................................................ 22
2.2 Daftar Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Rumah Indekos Kabupaten
Sukoharjo Tahun Anggaran 2003-2005......................................................... 40
2.3 Daftar Realisasi Penerimaan Pajak Rumah Indekos dan Kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2003-2005.................... 42
10
BAB I
GAMBARAN UMUM
A DESKRIPSI KABUPATEN SUKOHARJO
1. Sejarah Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo sebelum menjadi
Pemerintah Daerah Tingkat II yang memiliki otonomi sendiri, merupakan
Kewedanan yang sekarang disebut Pembantu Kepala Daerah (Bupati).
Sukoharjo merupakan salah satu Kewedanan dari 4 Kewedanan yang ada
di Surakarta, yaitu: Kewedanan Kartosuro, Surakarta, Bekonang, dan
Sukoharjo. Perkembangan selanjutnya Kewedanan Surakarta berubah
menjadi Hominto Surakarta/Kotapraja (sekarang Kotamadya) yang
terpisah dari Kabupaten Surakarta. Sedangkan Kabupaten Surakarta
berubah menjadi Kabupaten Sukoharjo yang meliputi Kawedanan
Kartosuro, Bekonang, dan Sukoharjo.
Berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor 16/SD tanggal 15 Juli
1946, tim yang dibentuk dengan SK Keputusan Daerah Tingkat II
Sukoharjo Nomor 433/851/1986 tanggal 24 Februari 1986 tentang Hari
Lahir Sukoharjo. Kemudian disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat
II Jawa Tengah Nomor 1883/480/1986 dan diundangkan dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo Nomor 3tahun 1987 Seri
D Nomor 2 tanggal 2 Januari 1987, maka tanggal 15 Juli 1946 ditetapkan
sebagai hari lahirnya Kabupaten Sukoharjo.
11
2. Tata Letak Kabupaten Sukoharjo
Dilihat dari peta Kabupaten Sukoharjo terletak disebelah tenggara
Jawa Tengah dan mempunyai batas daerah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kotamadya Surakarta
b. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Gunung Kidul
d. Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten
Sedangkan letak Kabupaten Sukoharjo secara geografis adalah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : 7º32’ 17,00”LS
b. Sebelah Timur : 110º51’ 33,70”BT
c. Sebelah Selatan : 7º33’ 32,00”LS
d. Sebelah Barat : 7º49’ 32,00”LS
B. STRUKTUR ORGANISASI BPKD SUKOHARJO
Instansi atau badan terdapat struktur organisasi. Dari struktur
organisasi akan terlihat tugas dan fungsi masing-masing bagian dan kepada
siapa bagian-bagian tersebut harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan
kinerja pekerjaannya.
Bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang
pengelolaan keuangan daerah diserahkan pada Badan Pangelola Keuangan
Daerah (BPKD). Sebelum pengelolaan keuangan daerah dipegang oleh
BPKD, tugas untuk mengelola keuangan daerah dipegang oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dipenda). Hal ini telah diatur dalam Ketetapan Peraturan
12
Daerah Tingkat II Sukoharjo Nomor 20 tahun 1990 tentang Pembentukan
organisasi dan tata kinerja Dipenda Kabupaten Sukoharjo. Dengan adanya
peraturan daerah pengganti Nomor 10 tahun 2001 tentang Pembentukan,
kedudukan organisasi, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi badan
pengelola keuangan daerah Kabupaten Sukoharjo maka tugas dan pengelolaan
tersebut dipegang oleh BPKD, dan Perda Kabupaten Sukoharjo nomor 20
tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku.
Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten
Sukoharjo Nomor 10 tahun 2001 tersebut, maka perlu diatur penjabaran tugas
pokok dan fungsi Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo.
Hal ini diatur dalam keputusan bupati Sukoharjo Nomor 21 tahun 2001
tentang penjabaran tugas pokok dan fungsi Badan Pengelola Keuangan Daerah
Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan keputusan ini, yang dimaksud dengan
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) adalah instansi yang tugasnya
membantu bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang
pengelola keuangan.
1. Susunan dan Struktur Organisasi BPKD
Susunan organisasi BPKD seperti dijelaskan dalam pasal 4
Keputusan Bupati Nomor 21 tahun 2001, adalah sebagai berikut:
a. Kepala Bagian
b. Sekretariat, terdiri atas:
1) Sub Bagian Kepegawaian
2) Sub Bagian Keuangan
13
3) Sub Bagian Umum
c. Bidang Perencanaan dan Penyusunan Anggaran, terdiri atas:
1) Sub Bidang Perencanaan Anggaran
2) Sub Bidang Penyusunan Anggaran Penerimaan
3) Sub Bidang Penyusunan Anggaran Belanja
d. Bidang Pendapatan, terdiri atas:
1) Sub Bidang Pendaftaran dan Pandapatan
2) Sub Bidang Penetapan
3) Sub Bidang Penagihan
4) Sub Bidang Pendapatan Lain lain
e. Bidang Perbendaharaan, terdiri atas:
1) Sub Bidang Belanja Rutin Non Pegawai
2) Sub Bidang Belanja Rutin Pegawai
3) Sub Bidang Belanja Modal/Pembangunan
f. Bidang Verifikasi, terdiri atas:
1) Sub Bidang Verifikasi Kas
2) Sub Bidang Verifikasi Belanja Rutin Non Pegawai
3) Sub Bidang Verifikasi Balanja Rutin Pegawai
4) Sub Bidang Verifikasi Belanja Modal/Pembangunan
g. Bidang Kas, terdiri atas:
1) Sub Bidang Penerimaan
2) Sub Bidang Pengeluaran
3) Sub Bidang Pengendalian Kas
14
h. Bidang Penatausahaan dan Akuntansi, terdiri atas:
1) Sub Bidang Tata Usaha Keuangan dan Pembukuan
2) Sub Bidang Pelaporan, Analisis Data Keuangan dan Sistem
Akuntansi
2. Tugas Pokok dan Fungsi susunan BPKD
a. Badan Pengelola Keuangan Daerah, mempunyai tugas pokok
membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang
pengelolaan keuangan daerah. Dalam pelaksanaan tugas pokok
tersebut, BPKD mempunyai fungsi:
1) Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang pengelolaan keuangan
daerah
2) Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.
b. Sekretariat mempunyai tugas pokok dan fungsi antara lain:
1) Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang pengelolaan keuangan
daerah
2) Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.
3) Koordinasi penyusunan program kerja, daftar usulan proyek, dan
daftar usulan kegiatan
4) Pengelolaan dan pelayanan administrasi pegawai dan keuangan
umum
5) Pengadaan barang habis pakai, barang cetakan, dan benda berharga
6) Pengelolaan urusan rumah tangga, pemeliharaan barang inventaris
15
7) Koordinasi terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
kesekertariatan yang dilaksanakan bidang bidang dan sub sub
bidang di lingkungan BPKD
c. Bidang Perencanaan dan Penyusunan Anggaran mempunyai tugas
pokok dan fungsi antara lain:
1) Penghimpunan dan perumusan peraturan perundang undangan,
pedoman serta petunjuk teknis perencanaan anggaran, penyusunan
anggaran penerimaan dan belanja.
2) Perumusan program kerja, program anggaran, rencana anggaran
pendapatan dan belanja, nota keuangan, naskah surat keputusan
otorisasi.
3) Analisa data pendapatan dan belanja
4) Pengaturan dan pengkoordinasian penelitian dan kredit anggaran
belanja
5) Koordinasi dengan unit kerja / instansi terkait.
d. Bidang Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas BPKD di bidang pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok
ini, bidang pendapatan melaksanakan fungsi pendapatan meliputi
keseluruhan aktivitas mengenai pendaftaran dan pendataan, penetapan,
penagihan dan pendapatan lain-lain yang diserahkan dan menjadi
tanggung jawab pada bidang pendapatan.
e. Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok dan fungsi antara
lain:
1) Penghimpunan dan perumusan peraturan perundang-undangan,
pedoman dan petunjuk teknis perbendaharaan
16
2) Penyusunan rencana/program kerja bidang perbendaharaan
3) Penelitian dan pengujian kebenaran SSP belanja rutin dan belanja
modal/pembangunan
4) Penerbitan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP)
5) Penyusunan rekomendasi dan penyiapan SK pengangkutan,
pemberhentian bendaharawan umum daerah, pemegang kas kas
dan bendaharawan.
6) Penyelesaian masalah tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti
rugi serta koordinasi dengan unit kerja/instansi terkait.
f. Bidang Verifikasi mempunyai tugas pokok dan fungsi antara lain:
1) Penghimpunan dan perumusan perundang-undangan, pedoman dan
petunjuk teknis verifikasi.
2) Penyusunan program kerja dan pengolahan data yangn
berhubungan dengan bidang verifikasi
3) Penelitian administrasi penerimaan dan pengeluaran kas
4) Koordinasi dengan unit kerja/instansi terkait.
5) Penelitian dokumen administrasi serta penyusunan bahan serta
penyusunan bahan pengesahan belanja rutin dan belanja modal
atau pembangunan.
g. Bidang Kas mempunyai tugas pokok dan fungsi antara lain:
1) Penghimpunan dan perumusan peraturan perundang-undangan,
pedoman dan petunjuk teknis penerimaan, pengeluaran dan
pengendalian kas.
17
2) Membukukan rekening atas nama Pemegang Kas Daerah pada
bank tertentu untuk menyimpan setoran penerimaan baik dalam
bentuk tunai transfer dan surat-surat berharga.
3) Pengendalian penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan
pembayaran uang dan atau surat berharga dalam rangka likuiditas
kas.
4) Pengelolaan penerimaan dan pengeluaran uang dan atau surat
berharga yang masuk dan keluar kas daerah.
5) Pemungutan dan penyetoran pajak negara sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
6) Koordinasi dengan unit kerja/instansi terkait
h. Bidang Penatausahaan dan Akuntansi mempunyai tugas pokok dan
fungsi antara lain:
1) Penghimpunan dan perumusan peraturan perundang-undangan,
pedoman dan petunjuk teknis penata usahaan dan akuntansi
keuangan.
2) Penyusunan program kerja, laporan realisasi anggaran, nota dan
penghitungan APBD, aliran kas, neraca keuangan daerah, laporan
informasi keuangan daerah dan neraca kebutuhan benda berharga.
3) Pengolahan dan analisa data keuangan.
4) Koordinasi dengan unit/instansi terkait.
C. TATA KERJA BPKD SUKOHARJO
1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok
tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan
18
sinkronasi dalam lingkungan unit organisasi masing-masing, maupun antar
satu organisasi dilingkungan pemerintah daerah dengan instansi lain diluar
pemerintah daerah dengan tugas masing-masing
2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi, serta bertanggung
jawab terhadap bawahannya masing-masing dan apabila terjadi
penyimpangan, dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai
dengan perundangan yang berlaku.
3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan masing-masing, serta mampu memberikan
bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahanya.
4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta
menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya.
5. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari
bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan
laporan lebih lanjut dan petunjuk kepada bawahan.
6. Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib
disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional
mempunyai hubungan kerja.
7. Dalam melaksanakan tugas, setiap pemimpin satuan organisasi dibantu
oleh satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian
bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat
berkala.
19Bagan 1.1
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD)KABUPATEN SUKOHARJO
KEPALA BPKD
SEKETARIAT
KASUBAGUMUM
KASUBAGKEPEGAWAIAN
KASUBAGKEUANGAN
BIDANGPERENCANAN
BIDANG PENDAPATANBIDANG
PERBENDAHABIDANG
VERIVIKASIBIDANG KAS
BIDANGPENATA USAHA
KASUBBIDPERENCANAAN
KASUBBIDPENYUSUNANA
NGGARAN
KASUBBID
PENYUSUNAN
KASUBBIDPENDAFTARAN
KASUBBID PENETAPAN
KASUBBID PENAGIHAN
KASUBBIDPENDAPATAN
KASUBBIDBELANJA
KASUBBIDBELANJA
KASUBBIDBELANJA
KASUBBIDVERIVIKASI
KASUBBIDVEREIVIKASI BELANJA
KASUBBIDVERIVIKASI
RUTIN
KASUBBIDVERIVIKASI
KASUBBIDPENERIMAA
KASUBBIDPENGELUAR
AN KAS
KASUBBIDPENGENDAL
IAN KAS
KASUBBIDATAU USAHA
KASUBBIDPELAPORAN
DAN ANALIASA
20
D. LATAR BELAKANG
Seiring dengan ditetapkannya UU No.22 tahun 1999 tentang
kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengelola pemerintahan dan
pembangunan daerahnya sendiri secara efektif dan efisien dan UU No.25
tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, yang telah dirubah dengan UU No.32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah
dalam rangka merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan
pada kabupaten/kota memerlukan pembiayaan. Pajak sebagai salah satu dari
sumber pendapatan daerah, yang artinya merupakan sumber pembiayaan
diharapkan mampu merealisasikan otonomi daerah tersebut.
Pajak merupakan suatu pungutan atau iuran rakyat kepada kas negara
berdasar undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
imbalan jasa (kontraprestasi) secara langsung yang ditujukan dan digunakan
untuk membiayai keperluan umum. ( Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH.)
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan asli daerah dan agar pemerintah dapat menangani kepentingan
daerah dengan otonomi daerah, maka pemerintah membuat kebijakan dengan
ditetapkannya UU No.34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No.18 tahun
1997 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah.
Pajak Hotel merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
cukup signifikan memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah,
21
diharapkan dapat meningkatkan perkembangan pembangunan daerah di
Kabupaten Sukoharjo yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan juga mampu meningkatakan Pendapatan Asli Daerah sehingga
Kabupaten Sukoharjo dapat mandiri dan dapat merealisasikan pelaksanaan
otonomi daerah.
Pajak Rumah Indekos merupakan bagian dari pajak hotel yang
mempunyai potensi menjanjikan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
kabupaten sukoharajo. Pajak Rumah Indekos ini diberlakukan pada rumah
indekos yan mempunyai jumlah kamar lebih dari sepuluh , dengan tarif
sebesar 5% dari total pembayaran yang dilakukan selama satu bulan.
Namun dalam pelaksanaannya terdapat kendala-kendala dalam upaya
memaksimalkan potensi daerah, khususnya pajak rumah indekos. Berdasarkan
persoalan tersebut, penulis ingin mengangkat judul:
“SISTEM PEMUNGUTAN DAN PENGELOLAAN PAJAK HOTEL
SPESIFIKASI TENTANG PAJAK RUMAH INDEKOS
DIKABUPATEN SUKOHARJO”
E. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan atas uraian latar belakang tersebut, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah prosedur pelaksanaan pemungutan dan pengelolaan Pajak Hotel
khususnya Pajak Rumah Indekos di Kabupaten Sukoharjo sudah sesuai
dengan peraturan yang berlaku?
22
2. Bagaimana kontribusi Pajak Rumah Indekos terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Sukoharjo?
3. Hambatan-hambatan apa sajakah yang menjadi kendala Pemerintah
Daerah selaku fiscus dalam pelaksanaan pemungutan dan pengelolaan
Pajak Rumah Indekos?
4. Kebijakan dan strategi apakah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pemungutan
dan pengelolaan Pajak Rumah Indekos?
F. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis adalah:
1. Ingin mengetahui apakah pelaksanaan pemungutan dan pengelolaan Pajak
Rumah Indekos sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Ingin mengetahui besarnya kontribusi Pajak Rumah Indekos terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo.
3. Ingin mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh BPKD dalam
melaksanakan pemungutan dan pengelolaan Pajak Rumah Indekos.
4. Ingin mengetahui kebijakan dan strategi yang dilaksanakan dan
dikembangakan oleh Pemerinatah Daerah dalam mengatasi hambatan yang
terjadi.
G. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi kantor BPKD Kabupaten Sukoharjo
Diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam
menentukan langkah kedepan, baik dalam perencanaan kegiatan maupun
23
dalam pelaksanaan pemungutan sehingga dapat meningkatkan pendapatan
daerah dari pajak hotel khususnya pajak rumah indekos.
2. Bagi Penulis
Dapat memahami pengaruh dari Pajak Hotel khususnya Pajak Rumah
Indekos terhadap pembangunan otonomi daerah di Kabupaten Sukoharjo
serta dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu perpajakan yang telah
dipelajari di dalam dunia kerja yang sesungguhnya tentang Pajak Hotel
khususnya Pajak Rumah Indekos
3. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan dasar bagi
penelitian dimasa yang akan datang, serta menambah perbendaharaan
kepustakaan FE UNS.
H. METODOLOGI PENELITIAN
1. Obyek penelitian
Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo
2. Sumber data
Data yang digunakan berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
instansi yang terkait (BPKD) berupa Undang-Undang Pajak, Surat
Keputusan dan buku-buku lain yang terkait.
3. Teknik pengumpulan data
a. Teknik wawancara
Dilakukan dengan mengadakan wawancara langsung dengan pihak
terkait yaitu BPKD Kab Sukoharjo
24
b. Teknik observasi
Dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung ke BPKD
Sukoharjo
c. Teknik dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data, laporan-laporan, dan
tulisan-tulisan dari petugas/pejabat yang berwenang.
d. Teknik Kepustakaan
Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengambil buku-buku
yang berhubungan dengan penelitian.
4. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan 2 metode
analisis yaitu:
a. Analisis Kualitatif
Yaitu proses analisis data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka
atau tidak menggunakan rumus-rumus penghitungan statistik. Analisis
ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan pajak rumah indekos.
b. Analisis Kuantitatif
Yaitu proses analisis yang menggunakan angka/rumus. Analisis ini
digunakan untuk memberikan informasi mengenai efektifitas
penerimaan pajak hotel khususnya pajak rumah indekos di Kabupaten
Sukoharjo.
25
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
B LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pajak
Pajak oleh beberapa ahli didefinisikan berbeda-beda tetapi pada
intinya mengandung pengertian yang sama.
a. Definisi pajak menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. (R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar
Ilmu Hukum Pajak,1991:2)
b. Definisi menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.(Mardiasmo,2003)
Dari beberapa definisi pajak tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
26
a. Iuran rakyat kepada kas negara
b. Berdasarkan Undang-undang dan sifatnya memaksa
c. Tanpa adanya timbal-balik atau kontraprestasi secara langsung dari
negara. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah
d. Dipergunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah pajak dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Fungsi Pajak
a. Fungsi budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran pemerintah.
b. Fungsi mengatur (regulered)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assesment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
b. Self Assesment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
27
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiscus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
4. Pengelompokkan Pajak
a. menurut golongannya
1) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan kepada orang lain. Misal:
Pajak Panghasilan
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan
pada pihak lain. Misal: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
b. menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Misal: Pajak
Penghasilan
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang pada awalnya memperhatikan
objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar,
kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun badan.
Misal: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah
28
c. menurut lembaga pemungutnya
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Misal: Pajak
Paenghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang wewenang pemungutannya berada
pada pemerintah daerah, baik tingkat propinsi, kabupaten dan
kotapraja yang pemungutannya digunalan untuk pembiayaan
rumah tangga daerahnya (Munawir,1990)
Pajak Daerah terdiri atas:
a) Pajak Daerah Tingkat I, terdiri dari:
(1) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
(2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan
Kendaraan di Atas Air
(3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
(4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
dan Air Permukaan
b) Pajak Daerah Tingkat II, terdiri dari:
(1) Pajak Hotel
(2) Pajak Restoran
(3) Pajak Hiburan
(4) Pajak Reklame
(5) Pajak Penerangan Jalan
29
(6) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian
Golongan C
(7) Pajak Parkir
B PAJAK HOTEL
1. Dasar Hukum Pajak Hotel
a. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah
b. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209)
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyeleseian
Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3684)
d. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048)
e. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajka
dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
30
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3686)
f. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839)
g. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952)
h. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4022)
i. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138)
j. Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Pajak Hotel (Lembaran Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2003
Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor
92)
2. Pengertian Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pungutan Daerah yang dikenakan atas
pelayanan di hotel atau penginapan.
31
Hotel atau Penginapan adalah bangunan yang khusus disediakan
bagi orang untuk dapat menginap atau istirahat dalam jangka waktu tetentu
dengan memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut
bayaran, termasuk bangunan yang menyatu yang dikelola dan dimiliki
oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
Pengusaha Hotel atau penginapan adalah perorangan atau badan
yang menyelenggarakan usaha hotel atau penginapan untuk dan atas
namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya.
Wajib Pajak adalah pengusaha hotel atau penginapan
Tabel 2.1 Daftar Wajib Pajak Rumah Indekos Kabupaten Sukoharjo s/d
Desember 2005
No. Nama Alamat
1 Kos Putri/ Bp. Dr. Sutopo Kartasura
2 Pondok Rembulan Kartasura
3 Pondok Barochah Kartasura
4 Pondok Pelangi Kartasura
5 Pondok Rahma Dewi Sukoharjo
6 Pondok Al Hidayah Sukoharjo
7 Puri Citra Putri Utama Sukoharjo
8 Pondok Asri Sukoharjo
9 Pondok Beta Sukoharjo
10 Pondok Al Hidayah I Sukoharjo
11 Pondok Al Hidayah II Sukoharjo
12 Pondok Al Hidayah III Sukoharjo
13 Pondok Al Hidayah IV Sukoharjo
32
14 Pondok Makmur Sukoharjo
15 Wisma Arimbi Kartasura
16 Putri Aminah Kartasura
17 Wisma Putri Fiqih Kartasura
18 Wisma Putri Mama Kartasura
19 Wisma Panti Sari Kartasura
20 Wisma Ratih II Kartasura
21 Wisma Widya Kartasura
22 Gubug Jati* Sukoharjo Keterangan * : penginapan
Catatan : Data wajib pajak setiap bulan dapat berubah sesuai dengan
bertambah/berkurangnya wajib pajak
3. Objek dan Subjek Pajak Hotel
a. Objek Pajak Hotel
Objek Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel atau penginapan. Objek Pajak Hotel meliputi:
1) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek, antara
lain hotel, motel, losmen, pesanggrahan (hostel), gubug/wisma
pariwisata (cottage), dan rumah penginapan termasuk rumah
indekos dengan jumlah kamar 10 atau lebih.
2) Pelayanan penunjang antara lain telepon, faximile, telex, foto copy,
pelayanan cuci, seterika, taksi dan pengangkutan lainnya yang
disediakan atau dikelola hotel atau penginapan.
3) Fasilitas olah raga dan hiburan antara lain pusat kebugaran (fitnes
centre), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, dan diskotik yang
disediakan atau dikelola hotel atau penginapan
33
4) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di
hotel atau penginapan
Dikecualikan dari objek Pajak Hotel adalah:
1) Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan fasilitas tempat
tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel atau penginapan.
2) Pelayanan tinggal di asrama dan pondak pesantren.
3) Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di hotel atau
penginapan yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel atau
penginapan dengan pembayaran.
4) Pertokoan, perkantoran, perbankan salon yang dipakai oleh umum
di hotel atau penginapan.
5) Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel atau
penginapan dan dapat dimanfaatkan oleh umum
b. Subjek Pajak Hotel
Subjek Pajak Hotel adalah orang atau badan yang melakukan
pembayaran atas pelayanan hotel atau penginapan
4. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak
Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada hotel atau penginapan.
Tarif pajak hotel:
c. Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10%
d. Khusus untuk tarif pajak rumah indekos ditetepkan sebesar 5%
34
C. PEMBAHASAN
1. Prosedur Pemungutan dan Pengelolaan Pajak Rumah Indekos di
Kabupaten Sukoharjo
Definisi Pemungutan sesuai dengan Undang-undang Nomor 34
tahun 2000 tentang perubahan atas undang undang Republik Indonesia
Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Dareah dan Retribusi Daerah, yaitu:
suatu rangkaian kegiatan mulai dari menghimpun data objek dan sebjek
pajak, penentuan besarnya pajak terutang sampai kegiatan penagihan pajak
kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya
Pendaftaran
Pendaftaran yang bertujuan untuk menjaring subjek pajak ini
dapat dilakukan oleh fiscus, dalam hal ini Pejabat atau Petugas Pajak
dari BPKD Kabupaten Sukoharjo (Official Assesment System) atau oleh
Wajib Pajak sendiri (Self Assesment System).
Pendaftaran diawali dengan penyuluhan oleh petugas pajak dari
BPKD Kabupaten Sukoharjo tentang peranan pajak dalam menunjang
pembiayaan pembangunan daerah, kemudian dilanjutkan dengan
pengisian formulir dengan jelas, lengkap dan benar serta ditandatangani
oleh Wajib Pajak atau kuasanya, selanjutnya pengusaha hotel atau
penginapan akan memperoleh NPWPD sebagai bukti pengusaha hotel
atau penginapan tersebut dikukuhkan sebagai Wajib Pajak.
35
NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah ) adalah Suatu
sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai identitas
(pribadi atau badan) dalam kepengurusan perpajakan.
Penghapusan NPWPD:
WP (pribadi) meninggal dunia atau pindah
WP (badan) telah dibubarkan secara resmi
Obyek pajak sudah tidak ada
WP (pribadi / badan) sudah tidak memenuhi syarat sebagai WP
Pendataan
Pendataan adalah kegiatan (baik yang dilakukan oleh fiscus atau
WP) untuk menghitung objek pajak dan perhitungan jumlah pajak
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Pendataan diawali dengan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) secara jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani
oleh Wajib Pajak atau kuasanya. SPTPD harus disampaikan kepada
Bupati paling lambat 15 hari setelah berakhirnya masa pajak.
Kendala yang dihadapi petugas pajak pada saat pendataan antara
lain respon Wajib Pajak yang kurang baik serta pemberian data yang
kurang relevan oleh Wajib Pajak
Penetapan
36
Penetapan adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang
akan dikenakan kepada Wajib Pajak berdasarkan data-data SPTPD dari
Wajib Pajak.
Berdasarkan SPTPD Bupati menetapkan pajak terutang dengan
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Dalam jangka
waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat
menerbitkan:
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) apabila:
Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang kurang atau tidak dibayar, dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% setiap bulan dihitung
dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnnya
pajak.
SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan,
dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar 2% setiap bulan dihitung dari pajak
yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
Kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi pajak yang terutang
dihitung secara jabatan, dan dikenakan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak ditambah
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% setiap bulan
37
dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT)
Diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabakan penambahan jumlah
pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil
Diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam
SKPDKB dan SKPDKBT tidak atau tidak sepenuhnya dibayar
dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan
menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa
denda 2% setiap bulan.
Kendala yang dihadapi oleh fiscus dalam melaksanakan
penetapan adalah wajib pajak enggan bahkan tidak mau
menandatangani Surat Ketetapan Pajak.
Pembayaran
Pembayaran pajak dilakukan oleh Wajib Pajak setelah
dilakukan penetapan dan penghitungan pajak yang terutang.
38
Pembayaran dapat dilakukan di Kas Daerah atau Pemegang Kas
Penerima/Pembantu Pemegang Kas Penerima sesuai waktu yang
ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas, tetapi
dapat diangsur dalam waktu tertentu serta dilakukan secara teratur dan
berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% setiap bulan dari
jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar, dengan persyaratan
sebagai berikut:
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati,
melalui Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah dengan
menyebut sekurang-kurangnya:
tanggal, bulan dan tahun surat permohonan,
nama dan alamat hotel/penginapan,
nama dan alamat pemilik hotel/penginapan,
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD),
besarnya pajak terutang,
pembayaran angsuran atau batas waktu penundaan pembayaran
yang dimohonkan,
alasan permohonan angsuran/penundaan yang jelas,
tanda tangan dan nama terang wajib pajak/pemohon.
39
Permohonan tersebut disampaikan selambat-lambatnya 7 hari setelah
SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) diterima dan dibuktikan
dengan tanda terima.
Pembayaran angsuran dilakukan di Kas Daerah atau
Pemegang Kas Penerima sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam
keputusan persetujuan Bupati dengan menggunakan SSPD. Bupati
selambat-lambatnya 15 hari sejak tanggal diterimanya surat
permohonan sudah harus memberikan keputusan. Apabila setelah
lewat 15 hari Bupati tidak memberikan keputusan, maka permohonan
dianggap dikabulkan.
Berdasarkan data-data yang diperoleh penulis, prosedur dalam
pembayaran pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku, tetapi dalam
pelaksanaannya belum sesuai dengan peraturan. Hal ini dikarenakan
Wajib Pajak tidak bersedia membayar pajak sebesar 5% dari jumlah
pembayaran, umumnya Wajib Pajak hanya bersedia membayar
separuhnya atau pembayaran pajak didasarkan atas negosiasi antara
fiscus dan Wajib Pajak. Fiscus melaksanakan negosiasi karena tidak
mau mengambil resiko dengan menerapkan peraturan yang berlaku,
lebih baik membayar pajak meskipun sedikit daripada tidak membayar
sama sekali.
Kendala yang dihadapi dalam proses pembayaran pajak rumah
indekos yaitu:
40
Wajib Pajak kurang mendukung adanya Pajak Rumah Indekos, hal ini
dikarenakan Wajib Pajak telah membayar iuran kepada aparat desa
setempat setiap bulannya.
Adanya pengaruh dari Wajib Pajak lain untuk tidak membayar pajak,
karena diluar wilayah Kabupaten Sukoharjo untuk rumah indekos
tidak dipungut pajak.
Adanya pengaruh dari aparat desa setempat, dalam hal ini adalah
kepala desa, untuk tidak membayar Pajak Rumah Indekos.
Adanya perdebatan antara dewan dan eksekutif yang menganggap
pajak rumah indekos tidak layak untuk dipungut.
Penagihan
Penagihan adalah serangkaian tindakan agar Penanggung
Pajak melunasi utang pajak dan Biaya Penagihan Pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang
yang telah disita.
Penagihan akan dilakukan apabila SKPD tidak atau kurang
dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima,
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% setiap bulan
dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).
Tetapi penagihan tidak akan dilakukan apabila Wajib Pajak melaporkan
sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.
41
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) adalah Surat untuk
melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga
dan atau denda.
Proses penagihan Pajak Daerah dilakukan apabila Wajib Pajak
tidak memenuhi kewajibannya dan melebihi jatuh tempo yang telah
ditetapkan. Adapun tahapan penagihan pajak adalah sebagai berikut:
Surat Teguran yaitu surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur
atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang
pajaknya.
Apabila utang pajak yang tercantum dalam STP, SKPKB,
SKPKBT tidak dilunasi samapi melewati 7 hari sejak saat jatuh
tempo pembayaran.
Surat Paksa yaitu surat perintah membayar utang pajak dan Biaya
Penagihan Pajak.
Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari
tanggal surat teguran maka akan diterbitkan surat paksa yang
disampaikan oleh Juru Sita Pajak Negara dengan beban biaya
penagihan paksa sebesar Rp 25.000,00, utang pajak harus dilunasi
dalam waktu 2 x 24 jam.
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yaitu surat yang diterbitkan
oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan.
42
Apabila utang pajk belum dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam
dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang Wajib
Pajak, dengan beban biaya pelaksanaan sita sebesar Rp 75.000,00
Lelang yaitu setiap penjualan barang di muka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha
pengumpulan peminat atau calon pembeli.
Dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang
pajak belum dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan
pelelangan melalui Kantor Lelang Negara.
Proses penagihan pajak dilakukan bila Wajib Pajak benar-
benar melalaikan kewajibannya dalam membayar pajak. Sesuai dengan
Perda Kabupaten Sukoharjo seharusnya penagihan dilakukan dengan
melibatkan satpol PP dan Badan Hukum yang berwenang, tetapi dalam
pelaksanaannya penagihan hanya dilakukan oleh Petugas Pajak dari
BPKD. Hal ini disebabkan antara lain karena terbatasnya jumlah
anggota tim pemeriksa pajak serta Wajib Pajak yang bersikap seolah-
olah cuci tangan, maksudnya yaitu Wajib Pajak bersedia menerima
peraturan-peraturan yang berlaku tetapi tidak mau melaksanakan, yaitu
membayar pajak yang terutang.
Pelelangan dalam pelaksanaannya belum pernah dilakukan
oleh BPKD Kabupaten Sukoharjo, hal ini disebabakan oleh
terbatasnya jumlah aparat pajak dan tidak adanya lembaga yang khusus
43
menangani tentang pelelangan, serta dari pihak fiscus sendiri kesulitan
dalam menentukan objek yang akan dilelang.
Pembukuan dan Pelaporan
Pengusaha Hotel, khususnya pengusaha rumah indekos wajib
menyelenggarakan pembukuan secara tertib, teratur, dan benar sesuai
dengan norma pembukuan yang berlaku untuk menghitung besarnya
pajak yang terutang.
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan laba rugi
pada setiap akhir tahun pajak
Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam
buku catatan pajak yang kemudian akan dibuat daftar penetapan,
penerimaan dan tunggakan pajak yang kemudian akan dilanjutkan
dengan laporan realisasi hasil penerimaan tunggakan pajak sesuai
dengan masa pajak.
Dalam pelaksanaannya sangat jarang atau bahkan tidak ada
wajib pajak hotel khususnya wajib pajak rumah indekos yang
menyelenggarakan pembukuan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
kesadaran wajib pajak dalam memahami arti pentingnya pajak dalam
menunjang pembangunan daerah, sehingga sebagian besar wajib pajak
44
menganggap pajak adalah beban karena wajib pajak tidak menikmati
secara langsung manfaat dari pajak.
Pemeriksaan dan penyidikan
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data atau keterangan lain untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pemeriksaan pajak dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Perpajakan Daerah
dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan Pajak
Daerah
Sasaran yang ingin dicapai oleh Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan pemeriksaan pajak yaitu:
Interpretasi peraturan yang tidak benar
Kesalahan hitung
Penggelapan atau manipulasi data
Tunggakan pajak
Kendala yang dihadapi oleh fiscus dalam melaksanakan
pemeriksaan pajak yaitu:
Wajib Pajak bersikap kurang terbuka, dalam arti Wajib Pajak
memberikan respon yang kurang baik terhadap fiscus.
45
Wajib Pajak tidak bersedia memberikan data yang dibutuhkan oleh
fiscus. Bila Wajib Pajak bersedia memberikan data yang
dibutuhkan oleh fiscus, data tersebut tidak akurat atau tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang diperlukan, sehingga dapat
membuat terang tentang tindak pidana perpajakan yang terjadi, dan
guna menemukan tersangka serta mengetahui besarnya pajak terutang
yang diduga digelapkan.
Penyidik dalam tindak pidana perpajakan adalah Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik pajak mempunyai
wewenang antara lain:
menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan
daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan
jelas;
meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;
meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
46
memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain,
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan atau dokumen yang dibawa;
memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan
daerah;
memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
menghentikan penyidikan;
melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan daerah menurut hukum yang
dapat dipertanggungjawabkan.
47
WP Mengisi SPTPD
Paling lambat 15 hari SKPD SSPD Menerbitkan
BUPATI
SKPD
Paling Lama 30 Hari
Surat teguran
Surat Paksa
Surat Perintah Melaksanakan Pernyataan
Penetapan Tanggal Pelelangan
Lelang
7 hari sejak jatuh tempo
> 21 hari
> 2 X 24 Jam
> 10 hari
Diserahkan pada WP
Bagan 2.1
PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK HOTEL (PAJAK RUMAH INDEKOS)
MENURUT PERDA KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2003
48
48
Bagan 2.1
PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK HOTEL (PAJAK RUMAH INDEKOS) MENURUT PERDA KABUPATEN SUKOHARJO
NOMOR 3 TAHUN 2003
WPMengisiSPTPD
Paling lambat 15 hariSKPD SSPD
MenerbitkanBUPATI
7 hari sejak jatuh tempo
Diserahkan pada WP
Paling lama 30 hari
STPD
Surat Teguran
Surat Paksa
Surat PerintahMelaksanakan Pernyataan
Penetapan Tanggal Pelelangan
Lelang
> 21 hari
> 2 X 24 Jam
> 14 hari
Sumber : BPKD Kabupaten Sukoharjo
49
49
Efektifitas Penerimaan Pajak Rumah Indekos di Kabupaten Sukoharjo
Tingkat efektifitas suatu pajak dapat diukur dengan cara
membandingkan realisasi yang dicapai dengan target yang telah
ditentukan. Penerimaan akan dikatakan efektif apabila realisasi yang
dicapai lebih besar dari target yang ditentukan dan penerimaan dikatakan
tidak efektif apabila target yang ditentukan lebih besar daripada realisasi
yang dicapai. Tingkat penerimaan dapat diukur dengan menggunakan
rumus:
P= %100XTrR
Keterangan:
P = Penerimaan Pajak
R = Realisasi Penerimaan
Tr = Target
Realisasi merupakan hasil pungutan dari penerimaan Pajak
Rumah Indekos,sedangakan target pajak rumah indekos adalah
kemampuan maksimal yang dicapai dari penerimaan pajak pumah indekos.
Target penerimaan ditetapkan dengan memperhatikan realisasi penerimaan
dari tahun sebelumnya yang sekaligus menunjukkan potensi yang dimiliki
oleh suatu daerah tertentu.
Pajak Rumah Indekos dikatakan efektif apabila selisih dari
realisasi penerimaan dengan target yang dianggarkan mengalami selisih
positif (lebih dari 100%) dan dikatakan tidak atau kurang efektif apabila
50
selisih dari realisasi dengan target yang dianggarkan mengalami selisih
negatif (kurang dari 100%).
Rasio Realisasi Pajak Rumah Indekos terhadap target yang telah ditentukan
Tabel 2.2 Daftar Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Rumah Indekos
Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2003-2005
Tahun Anggaran
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Sisa Kurang
(Rp)
Sisa Lebih (Rp)
Rasio Penerim
aan (%)
2003 1.000.000 2.380.000 - 1.380.000 238 2004 2.250.000 4.000.000 - 1.750.000 177,78 2005 4.000.000 4.690.000 - 690.000 117,25
Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo (data diolah) Keterangan : Realisasi tahun 2003 adalah data 6 bulan terakhir (Juli s/d Desember)
Perhitungan untuk Tahun 2003:
Target satu tahun = Rp 1.000.000,00 x 2
= Rp 2.000.000,00
Realisasi satu tahun = Rp 2.380.000,00 x 2
= Rp 4.670.000,00
Tingkat efektifitas penerimaan Pajak Rumah Indekos
P =
TrR x 100%
Contoh perhitungan:
Tahun 2003 = %100000.000.2000.760.4 x
= 238%
Tahun 2004 = %100000.250.2000.000.4 x
51
= 177.78%
Tahun 2005 = %100000.000.4000.690.4 x
= 117,25%
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa realisasi penerimaan Pajak Rumah Indekos dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan tetapi rasio penerimaan dari tahun ke tahun
mengalami penurunan. Pada tahun 2003 target yang ditetapkan sebesar Rp
2.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 4.760.000,00. Tahun 2004 target
yang ditetapkan sebesar Rp 2.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp
4.000.000,00. Untuk tahun 2005 target yang ditetapkan sebesar Rp
4.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 4.690.000,00. Kecenderungan
penurunan rasio penerimaan dapat dibuktikan dengan penurunan
prosentase penerimaan tiap tahunnya. Pada tahun 2003 rasio penerimaan
sebesar 238% dari target yang ditetapkan dengan selisih lebih sebesar Rp
1.380.000,00. Tahun 2004 rasio penerimaan turun menjadi 177,78% dari
target yang ditetapkan dengan selisih lebih sebesar Rp 1.750.000,00.
Tahun 2005 dengan selisih lebih sebesar Rp 690.000,00 rasio penerimaan
turun menjadi 117,25%. Penurunan rasio penerimaan ini disebabkan
karena sebagian besar Wajib Pajak yang melalaikan kewajiban
perpajakannya. Tetapi berdasarkan data dan perhitungan diatas,
penerimaan Pajak Rumah Indekos sudah termasuk dalam kategori efektif,
karena mempunyai selisih positif dari target yang ditetapkan.
52
Kontribusi Pajak Rumah Indekos terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2003-2005
Pajak Rumah Indekos merupakan salah satu komponen pajak
penyumbang terhadap Pendapatan Asli Daerah. Meskipun sumbangan
Pajak Rumah Indekos masih relatif sangat kecil, tetapi diharapkan akan
semakin meningkat di tahun-tahun mendatang. Untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi Pajak Rumah Indekos terhadap Pendapatan Asli
Daerah dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 2.3 Daftar Realisasi Penerimaan Pajak Rumah Indekos dan
Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2003-2005
Tahun
Anggaran Realisasi
Pajak Rumah Indekos
(Rp)
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
(Rp)
Rasio Penerimaan Pajak Rumah
Indekos terhadap Realisasi
Penerimaan PAD (%)
2003 4.760.000 19.929.269.513 0,024
2004 4.000.000 21.875.845.841 0,018
2005 4.690.000 33.590.630.519 0,014 Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Pajak Rumah
Indekos memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo. Selama tiga periode, Pajak Rumah
Indekos memberikan kontribusi rata-rata sebesar 0,019%. Rasio
Penerimaan Pajak Rumah Indekos terhadap Pendapatan Asli Daerah tiap
tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2003 Pajak Rumah Indekos
memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,024%,
53
pada tahun 2004 kontribusi yang diberikan turun menjadi 0,018 kemudian
pada tahun 2005 kontribusi Pajak Rumah Indekos menurun menjadi
0,014%. Penurunan kontribusi ini disebabkan karena Wajib Pajak Rumah
Indekos melalaikan kewajiban perpajakannya dan kurang tegasnya
peraturan pemerintah daerah serta kurangnya pengawasan dari fiscus
terhadap subjek dan objek Pajak Rumah Indekos sehingga penggalian
potensi Pajak Rumah Indekos kurang optimal.
Hambatan yang Dihadapi oleh Pemerintah Daerah Dalam Melakukan
Pemungutan dan Pengelolaan Pajak Rumah Indekos
Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh fiscus dalam
melaksanakan pemungutan pajak antara lain:
Rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak
Wajib Pajak beranggapan bahwa pajak adalah beban. Mereka tidak
menyadari bahwa hasil pembangunan daerah yang mereka nikmati
dibiayai dari pajak yang mereka bayar sehingga Wajib Pajak menjadi
enggan membayar kewajiban perpajakanya karena Wajib Pajak tidak
langsung menikmati hasil pembayaran pajak secara langsung.
Adanya provokator dari Wajib Pajak lain
Banyak rumah indekos baru yang belum atau bahkan sengaja tidak
mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak menghasut Wajib Pajak lain
untuk tidak membayar pajak.
Wajib Pajak tidak mendukung rumah indekos dikenakan pajak
Wajib Pajak beranggapan bahwa Pajak Rumah Indekos tidak layak
untuk dipungut sebab rumah indekos tidak menyediakan fasilitas-
54
fasilitas mewah seperti hotel. Wajib Pajak membandingkan dengan
hotel yang memang menyediakan fasilitas-fasilitas yang memang layak
untuk dipungut pajak. Disamping itu juga mengingat kebutuhan Wajib
Pajak yang semakin banyak sementara Wajib Pajak sudah membayar
iuran kepada kepala desa setempat membuat Wajib Pajak merasa
terbebani bila masih harus mambayar pajak.
Kurangnya pemahaman Wajib Pajak tentang Peraturan Daerah
Setiap ditetapkan peraturan-peraturan baru, Wajib Pajak menerima
tetapi dalam pelaksanaannya Wajib Pajak selalu menghindar. Wajib
Pajak tidak memahami peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah tentang aturan-aturan, sanksi-sanksi serta manfaat dan tujuan
membayar pajak, salah satunya disebabkan oleh kurangnya sosialisasi
dari BPKD pada Wajib Pajak.
Wajib Pajak memberikan data yang tidak kompeten atas omzet
penerimaannya
Wajib Pajak dalam setiap pemeriksaan tidak memberikan data yang
sesungguhnya, karena mereka takut apabila memberikan data yang
sesungguhnya maka pajak yang harus mereka bayar semakin besar
dengan begitu pendapatan mereka semakin sedikit karena dikurangi
untuk membayar pajak.
Terbatasnya anggota tim pemeriksa pajak
Anggota tim pemeriksa pajak yang jumlahnya terbatas menyebabkan
Wajib Pajak menunggak pembayaran pajak terutang.
55
Pembayaran Pajak Rumah Indekos hanya sebatas partisipasi
Mengingat kebutuhan pribadi Wajib Pajak yang semakin bertambah
tiap harinya membuat Wajib Pajak merasa tarif 5% yang ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah memberatkan mereka. Pada umumnya Wajib
Pajak hanya bersedia membayar separuh atau atas dasar negosiasi
dengan fiscus.
Upaya yang Dilakukan oleh Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi
Hambatan yang Terjadi
Sosialisasi kepada Wajib Pajak mengenai arti pentingya membayar pajak
dalam menunjang pembangunan daerah.
Memberikan keringanan pembayaran pajak yang terutang dengan cara
diangsur dan memberikan tenggang waktu pelunasan pajak yang
terutang.
Melakukan pendekatan kepada Wajib Pajak khususnya bagi Wajib Pajak
yang tidak membayar pajak kemudian dilanjutkan dengan penagihan.
Memberikan kesempatan pada Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan
atas ditetapkannya peraturan daerah apabila Wajib Pajak mempunyai
alasan yan tepat.
Pihak BPKD melakukan survei lapangan untuk mengetahui keadaan Wajib
Pajak yang sebenarnya.
Memberikan surat tagihan dan surat teguran pada Wajib Pajak agar segera
melunasi tunggakan pajaknya.
Memberikan toleransi pada Wajib Pajak dengan cara penetapan besarnya
pajak terutang berdasarkan kemampuan Wajib Pajak dalam membayar
pajak.
56
BAB III
TEMUAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai sistem pemungutan dan
pengelolaan Pajak Hotel khususnya Pajak Rumah Indekos serta kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo, penulis menemukan
beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain:
KELEBIHAN
Realisasi penerimaan Pajak Rumah Indekos selama tahun anggaran 2003-
2005 selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2003 target yang ditetapkan
sebesar Rp 2.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 4.760.000,00. Tahun
2004 target yang ditetapkan sebesar Rp 2.000.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp 4.000.000,00. Untuk tahun 2005 target yang ditetapkan sebesar
Rp 4.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 4.690.000,00.
Tingkat kinerja BPKD Kabupaten Sukoharjo sudah dikatakan baik dilihat dari
tingkat efektifitas penerimaan Pajak Rumah Indekos yang sudah dapat
dikatakan efektif karena selalu melebihi dari target yang ditetapkan atau
memiliki selisih positif dari target yang ditetapkan.
Pajak Rumah Indekos mempunyai prospek yang baik karena banyaknya
perusahaan yang berdiri dan adanya universitas yang cukup terkenal di
Kabupaten Sukoharjo berdampak pada semakin banyaknya rumah indekos
yang didirikan oleh penduduk disekitar perusahaan dan universitas
tersebut.
57
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo memberikan kesempatan pada wajib
pajak untuk mengajukan keberatan atas ditetapkannya Peraturan Daerah
apabila wajib pajak mempunyai alasan yang tepat.
KELEMAHAN
Belum deterapkannya peraturan dan sanksi sebagaimana diatur dalam PERDA
terhadap Wajib Pajak yang melalaikan kewajiban perpajakannya sehingga
banyak Wajib Pajak yang menunda-nunda pembayaran pajak terutangnya.
Adanya keringanan dari pemerintah bagi Wajib Pajak untuk menunda
pembayaran pajak terutang sampai batas waktu tertentu atau mengangsur
pembayaran menyebabkan Wajib Pajak menunda-nunda kewajibannya
serta mengesampingkan pembayaran pajak yang pada akhirnya membuat
Wajib Pajak melalaikan kewajibannya.
Belum adanya tindakan penyitaan apalagi pelelangan terhadap Wajib Pajak
yang tidak melakukan kewajiban perpajakannya. Hal ini disebabkan dari
pihak BPKD sendiri kesulitan dalam menentukan objek penyitaan serta
belum adanya lembaga khusus yang menangani tentang penyitaan dan
pelelangan, sehingga bila dilaksanakan akan menyita banyak waktu,
tenaga serta membutuhkan biaya yang banyak, bahkan melebihi jumlah
pajak yang seharusnya dibayar.
Kontribusi Pajak Rumah Indekos terhadap PAD Kab Sukoharjo setiap
tahunnya selama tahun anggaran 2003-2005 mengalami penurunan. Pada
tahun 2003 Pajak Rumah Indekos memberikan kontribusi sebesar 0,024%.
Pada tahun 2004 terjadi penurunan sebesar 0,006% menjadi 0,018%
58
sedangkan pada tahun 2005 terjadi penurunan sebesar 0,004 menjadi
0,014%. Hal ini desebabkan karena dalam pelaksanaan pemungutan Pajak
Ruma Indekos, BPKD mengalami beberapa kendala, misalnya tingkat
kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak masih rendah, adanya
provokator dari Wajib Pajak lain untuk tidak membayar pajak, Wajib
Pajak tidak mendukung rumah indekos dikenakan pajak, Wajib Pajak
memberikan data yang tidak kompeten atas penerimaannya, tingkat
pemahaman terhadap peraturan masih rendah, serta terbatasnya tim
pemeriksa pajak.
Penetapan target belum sesuai dengan potensi yang sebenarnya di lapangan
menyebabkan penerimaan tidak optimal.
59
BAB IV
PENUTUP
C KESIMPULAN
1. Pajak Rumah Indekos mulai diberlakukan pada pertengahan tahun 2003
dan diharapkan dapat meningkatkan PAD Kabupaten Sukoharjo dari
sektor pajak khususnya pajak hotel.
2. Realisasi penerimaan Pajak Rumah Indekos selama tahun anggaran 2003-
2005 setiap tahunnya mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp
2.380.000,00 pada tahun 2003, sebesar Rp 4.000.000,00 pada tahun 2004
dan sebesar Rp 4.690.000,00 pada tahun 2005.
3. Pelaksanaan pemungutan Pajak Rumah Indekos di Kabupaten Sukoharjo
dapat dikatakan efektif karena realisasi penerimaan Pajak Rumah Indekos
yang telah dicapai selama tahun anggaran 2003-2005 dapat melampaui
target yang ditetapkan. Pada tahun 2003 target yang ditetapkan sebesar Rp
2.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 4.760.000,00. Tahun 2004 target
yang ditetapkan sebesar Rp 2.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp
4.000.000,00. Untuk tahun 2005 target yang ditetapkan sebesar Rp
4.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 4.690.000,00.
4. Selama tahun anggaran 2003-2005, Pajak Rumah Indekos memberikan
kontribusi rata-rata terhadap PAD sesbesar 0,019%
5. Ratio penerimaan Pajak Rumah Indekos tiap tahun selama tahun anggaran
2003-2005 mengalami penurunan. Pada tahun 2003 rasio penerimaan
sebesar 238% dari target yang ditetapkan dengan selisih lebih sebesar Rp
60
1.380.000,00. Tahun 2004 rasio penerimaan turun menjadi 177,78% dari
target yang ditetapkan dengan selisih lebih sebesar Rp 1.750.000,00.
Tahun 2005 dengan selisih lebih sebesar Rp 690.000,00 rasio penerimaan
turun menjadi 117,25%.
6. Hambatan-hambatan yang dihadapi Pemerintah Daerah khususnya Badan
Pengelola Keuangan Daerah dalam pelaksanaan pemungutan dan
pengelolaan Pajak Rumah Indekos antara lain:
a. Rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak
b. Adanya provokator dari Wajib Pajak lain
c. Wajib Pajak tidak mendukung rumah indekos dikenakan pajak
d. Kurangnya pemahaman Wajib Pajak tentang Peraturan Daerah
e. Wajib Pajak memberikan data yang tidak kompeten atas omzet
penerimaannya
f. Terbatasnya anggota tim pemeriksa pajak
g. Pembayaran Pajak Rumah Indekos hanya sebatas partisipasi
7. Upaya-upaya yang dilakukan oleh BPKD dalam mengatasi hambatan yang
terjadi, antara lain:
a. Sosialisasi kepada Wajib Pajak mengenai arti pentingnya pajak dalam
menunjang pembangunan daerah
b. Memberikan keringanan pembayaran pajak yang terutang dengan cara
diangsur dan memberikan tenggang waktu pelunasan pajak yang
terutang
61
c. Melakukan pendekatan kepada Wajib Pajak khususnya bagi Wajib
Pajak yang tidak membayar pajak kemudian dilanjutkan dengan
penagihan
d. Memberikan kesempatan pada Wajib Pajak untuk mengajukan
keberatan atas ditetapkannya Peraturan Daerah apabila Wajib Pajak
mempunayai alasan yang tepat
e. Pihak BPKD melaksanakan survei lapangan untuk mengetahui keadaan
Wajib Pajak yang sebenarnya
f. Memberikan surat tagihan dan surat teguran pada Wajib Pajak agar
segera melunasi tunggakan pajaknya
g. Memberikan toleransi pada Wajib Pajak dengan cara penetapan
besarnya pajak yang terutang berdasarkan kemampuan Wajib Pajak
dalam membayar pajak.
D SARAN
Penulis memberikan saran yang nantinya mungkin akan bermanfaat
bagi Badan Pengelola Keuangan Daerah Kebupaten Sukoharjo dalam
meningkatkan pendapatan daerahnya khususnya dari sektor pajak.
1. Melaksanakan sosialisasi tentang arti pentingnya pajak guna menunjang
jalannya pembangunan daerah secara berkala dan terkoordinir.
2. Melaksanakan pemeriksaan terhadap wajib pajak secara mendadak dan
berkala.
3. Melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dalam hal upaya
meningkatkan penerimaan Pajak Rumah Indekos.
62
4. Meningkatkan SDM dari fiscus dengan memberi kesempatan untuk
mengikuti jenjang pendidikan formal atau pelatihan atau kursus, antara
lain pelatihan perpajakan, audit, keuangan dan juru sita pajak.
5. Dibentuknya tim audit untuk pemeriksaan pajak.
6. Memberikan penghargaan kepada petugas yang berprestasi.
7. Pendirian sarana dan prasarana yang berguna untuk umum khususnya
untuk masayarakat di Kabupaten Sukoharjo sebagai bukti bahwa
pembayaran pajak benar-benar digunakan untuk pembangunan daerah
yang akhirnya bermanfaat untuk masyarakat pada umumnya.
8. Penetapan target seharusnya sesuai dengan potensi yang sebenarnya ada
dilapangan, sehingga penerimaan dapat lebih dioptimalkan dan kinerja
BPKD Kabupaten Sukoharjo lebih ditingkatkan.
9. Sanksi terhadap wajib pajak yang melanggar peraturan dan melalaikan
kewajiban perpajakannya diterapkan secara tegas sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Chidir.1993. Hukum Pajak Elementer. Bandung : PT.Eresco
Burton,Richard dan Wirawan B.Ilyas.2004. Hukum pajak. Edisi Revisi. Jakarta : Salemba Empat
Bupati Sukoharjo, Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 9 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pajak Hotel
Kesit,Bambang Praloso. Pajak dan Retribusi Daerah.Yogyakarta:UII Pers
Mardiasmo.2002. Perpajakan.Yogyakarta : Andi
.2003. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogayakarta : Andi
Munawir.1982. Pokok-Pokok Perpajakan. Yogyakarta : Liberty
.1990. Perpajakan. Yogyakarta : Liberty
Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pajak Hotel
Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo Republik Indonesia
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Soeaidy,Sholeh dan Dedi Hamid.2002. Retribusi Daerah dan Pajak Daerah.Jakarta : Durat Bahagia
Suandy,Erly.2002. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat
Tjahyono,Achmad.1999. Perpajakan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Waluyo,Wirawan B.Ilyas.2002. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat