suppositoria laporan

8
MAKALAH ILMU RESEP Kelas XII tentang “SUPPOSITORIA” Disusun oleh : Noris Arya Saputra Nurhalimah Putri i!iari "uti ahyuni ita Prati#i $ahrotunnisa XII PAPA%ER S&MNI%ERUM SMK 'ARMASI (HAK"I KEN)ANA (&*&R "ahun Pela+aran ,-../,-., SUPP&SI"&RIA

Upload: nisaazar

Post on 05-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

suppositoria laporan ilmu resep

TRANSCRIPT

MAKALAH ILMU RESEPKelas XIItentangSUPPOSITORIA

Disusun oleh : Noris Arya Saputra Nurhalimah Putri Widiari Tuti Wahyuni Wita Pratiwi Zahrotunnisa

XII PAPAVER SOMNIVERUMSMK FARMASI BHAKTI KENCANA BOGORTahun Pelajaran 2011/2012

SUPPOSITORIAA. PENGERTIAN

Suppositoria menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistemik.Suppositoria menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu.

B. MACAM - MACAM SUPPOSITORIA

1. Suppositoria Rektal / Analia / Suppositoria saja untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang2 g, Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao.2. Suppositoria Vagina / Ovula umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi (70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin, dan 10 bagian air). Disimpan dalam wadah tertutup rapat. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium.Supposioria kempa atau suppositoria sisipan adalah suppositoria vaginal yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dengan gelatin lunak.3. Suppositoria Urethral digunakan untuk saluran urine yang juga disebut bougie. Bentuknya ramping seperti pensil antara 7-14 cm, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya.

C. KEUNTUNGAN SUPPOSITORIA

Keuntungan penggunaan suppositoriadibanding penggunaan obat per oral atau melalui saluran pencernaan adalah :1. Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung.2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral.4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

D. TUJUAN PENGGUNAAN OBAT BENTUK SUPPOSITORIA

1. Untuk tujuan lokal baik pada penggunaan rectal / urethra seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya.2. Tujuan sistemik pada penggunaan rectal karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.3. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.4. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati.

E. BAHAN DASAR SUPPOSITORIA

Menurut Farmakope Indonesia IV,basis suppositoriayang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol.1. Syarat basis suppositoria yang ideal antara lain :a. Melebur pada temperatur rektalb. Tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasic. Dapat bercampur (kompatibel) dengan berbagai obatd. Tidak berbentuk metastabile. Mudah dilepas dari cetakanf. Memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasig. Bilangan airnya tinggih. Stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanani. Dapat dibentuk dengan tangan, mesin, kompresi atau ekstrusi

2. Penggolongan bahan dasar suppositoriaa. Bahan dasar berlemak : Oleum Cacaob. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : Gliserin Gelatin, Polietilenglikol (PEG)c. Bahan dasar lain : Pembentuk emulsi A/M. Misalnya campuran Tween 61 85% dengan gliserin laurat 15%

Suppositoria dengan bahan dasar lemaka. Lemak Coklat Lemak coklat diperoleh dari pengepresan biji masak tanpa bungkus dan telah disangrai dari theobroma cacao. Lemak coklat memiliki kontraktibilitas yang relatif rendah, sehingga pada saat pembekuannya akan mudah melekat pada cetakannya.Lemak coklat mempunyai beberapa kelemahan antara lain yaitu: dapat menjadi tengik, meleleh pada udara panas, menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat tertentu dan pemanasannya yang terlalu lama, terisomerisasi dengan titik leleh yang terlalu rendah dan tidak dikehendaki.

Kekurangan Ol. Cacao sebagai bahan dasar suppositoria. Meleleh pada udara yang panas Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama Titik leburnya dapat naik turun atau naik apabila ditambahkan bahan tertentu. Adanya sifat polimorfisme Sering bocor (keluar dari rectum karena mencair) selama pemakaian Tidak dapat bercampur dengan sekresi.

Karena ada beberapa keburukan Ol. Cacao tersebut, maka dicari pengganti Ol. Cacao sebagai bahan dasar suppositoria, yaitu : Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat diatur. Campuran cetilalkohol dengan Ol. Amygdalarum dalam perbandingan = 17 : 83 Ol. Cacao sintesis : Coa buta , Supositol

Suppositoria dengan bahan dasar PEGPolietilenglikol merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat bermacam-macam panjang rantainya. Bahan ini terdapat dalam berbagai macam berat molekul dan yang paling banyak digunakan adalah PEG 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, dan 6000. Pemberian nomor menunjukan berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya. PEG yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, dan 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat, dan kepadatannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Polietilenglikol luas penggunaannya dalam berbagai formulasi farmasetikal termasuk parenteral, topikal, ophthalmic oral dan rektal. Polietilenglikol ini stabil dalam air dan tidak mengiritasi kulit. Supositoria dengan bas is PEG tidak melebur ketika terkena suhu tubuh, tetapi perlahan-lahan melarut dalam cairan tubuh. Kelarutan PEG berdasar atas pembentukan jembatan hidrogen antara oksigen eter dengan molekul air. Kelarutan dalam air, higroskopis itas dan tekanan uapnya berkurang dengan meningkatnya berat molekul rata -rata. Kisaran luas dari titik leleh dan kelarutan memungkinkan formulasi supositoria dengan berbagai derajat kestabilan panas dan laju disolusi yang berbeda. Polietilenglikol mempunyai beberapa keuntungan antara lain : secara fisiologi inert, tidak terhidrolisis, tidak mendukung pertumbuhan jamur, mempunyai beberapa macam molekul.

Suppositoria dengan bahan dasar GelatinGliserol adalah zat cair kental yang rasanya manis. Gliserol memberikan kelenturan gel dan memperkuat perajutan perancah gel gelatin. Konsentrasi gliserol dalam masa supositoria pada basis gelatin harus serendah mungkin, oleh karena gliserol dalam konsentrasi tinggi aktif sebagai pencahar. Gelatin adalah makro molekul amfoter (protein) yang dibangun dari berbagai asam amino. Gelatin mengembang dalam air, larut dalam pemanasan. Keuntungan basis gliserol-gelatin ini adalah cepat larut dalam rektum, kerugiannya adalah supositoria basis gliserol-gelatin ini khusus dengan konsentrasi gliserol yang rendah merupakan media makanan yang baik untuk bakteri. Sediaan dari basis gliserol-gelatin harus dibuat segar dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Suppositoria dengan bahan dasar lainBasis yang termasuk kelompok ini adalah campuran bahan bersifat seperti lemak dan yang larut dalam air. Bahan-bahan ini diantaranya berbentuk emulsi, umumnya bertipe air dalam minyak atau mungkin dapat menyebar dalam cairan berair. Salah satu contohnya adalah polioksi 40 stearat. Bahan ini adalah campuran aster monostearat dan distearat dan polioksietilendiol dan glikol bebas. Panjang polimer rata -rata sebanding dengan 40 unit oksietilen. Bahan ini menyerupai lilin, putih kecoklatan, padat, dan larut dalam air, titik leleh antara 39 - 45 C. Basis ini mempunyai kemampuan menahan air atau larutan berair dan kadang - kadang digabungkan sebagai basis suppositoria yang hidrofilik.

F. METODE PEMBUATAN SUPPOSITORIA

Metode Pembuatan Suppositoriadapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu pencetakan dengan tangan, pencetakan kompresi, dan pencetakan dengan penuangan.1. Pencetakan dengan tangan (manual)Merupakan metode paling sederhana, praktis dan ekonomis untuk memproduksi sejumlah kecilsuppositoria. Caranya dengan menggerus bahan pembawa / basis sedikit demi sedikit dengan zat aktif, di dalam mortir hingga homogen. Kemudianmassa suppositoria yang mengandung zat aktif digulung menjadi bentuk silinder lalu dipotong-potong sesuai diameter dan panjangnya. Zat aktif dicampurkan dalam bentuk serbuk halus atau dilarutkan dalam air. Untuk mencegah melekatnya bahan pembawa pada tangan, dapat digunakan talk.2. Pencetakan dengan kompresi / cetak kempa / cold compressionPadapencetakan dengan kompresi, suppositoria dibuat dengan mencetak massa yang dingin ke dalam cetakan dengan bentuk yang diinginkan. Alat kompresi ini terdapat dalam berbagai kapasitas yaitu 1,2 dan 5 g. Dengan metode kompresi, dihasilkan suppositoria yang lebih baik dibandingkan cara pertama, karena metode ini dapat mencegah sedimentasi padatan yang larut dalam bahan pembawa suppositoria. Umumnya metode ini digunakan dalam skala besar produksi dan digunakan untuk membuat suppositoria dengan pembawa lemak coklat / oleum cacao. Beberapa basis yang dapat digunakan adalah campuran PEG 1450 heksametriol-1,2,6 6% dan 12% polietilen oksida 40003. Pencetakan dengan penuangan / cetak tuang / fusionMetode pencetakan dengan penuangansering juga digunakan untuk pembuatan skala industri. Teknik ini juga sering disebut sebagai teknik pelelehan. Cara ini dapat dipakai untuk membuat suppositoria dengan hampir semua pembawa. Cetakannya dapat digunakan untuk membuat 6 600 suppositoria. Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode ini ialah melelehkan bahan pembawa dalam penangas air hingga homogen, membasahi cetakan dengan lubrikan untuk mencegah melekatnya suppositoria pada dinding cetakan, menuang hasil leburan menjadi suppo, selanjutnya pendinginan bertahap (pada awalnya di suhu kamar, lalu pada lemari pendingin bersuhu 7-100C, lalu melepaskan suppo dari cetakan. Cetakan yang umum digunakan sekarang terbuat dari baja tahan karat, aluminium, tembaga atau plastik.Cetakan yang dipisah dalam sekat-sekat, umumnya dapat dibuka secara membujur. Pada waktu leburan dituangkan cetakan ditutup dan kemudian dibuka lagi saat akan mengeluarkan suppositoria yang sudah dingin. Tergantung pada formulasinya, cetakan suppo mungkin memerlukan lubrikan sebelum leburan dimasukkan ke dalamnya, supaya memudahkan terlepasnya suppo dari cetakan. Bahan-bahan yang mungkin menimbulkan iritasi terhadap membran mukosa seharusnya tidak digunakan sebagai lubrikan

G. PENGEMASAN SUPPOSITORIA

1. Dikemas sedemiakian rupa sehingga tiap suppositoria terpisah, tidak mudah hancur atau meleleh.2. Biasanya dimasukan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastic sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.

H. PEMERIKSAAN MUTU SUPPOSITORIAKontrol kualitas sediaan suppositoria anatara lain uji kisaran leleh, uji pencairan atau waktu melunak, uji kehancuran, uji ukuran partikel atau penghabluran, uji distribusi bahan obat dan uji disolusi. Berikut kontrol kualitas sediaan suppositoria yaitu :

1. Uji kisaran lelehUji ini disebut juga kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penanggas air dengan temperatur tetap (37C). Sedangkan uji kisaran meleleh mikro adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak. Alat yang biasa digunakan untuk mengukur kisaran leleh sempurna dari suppositoria adalah suatu Alat Disintegrasi Tablet USP. Suppositoria dicelupkan seluruanya dalam penanggas air yang konstan, dan waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna atau menyabar dalam air disekitarnya diukur.

2. Uji pencairan waktu melunakSuatu modifikasi dari metode yang dikembangkan oleh Krowezynski adalah uji suppositoria yang akhir lain yang berguna. Uji tersebut terdiri dari pipa-U yang sebagian dicelupkan ke dalam debagian penanggas air yang bertemperatur konstan. Penyampitan pada satu sisi menahan suppositoria tersebut pada tempatnya dalam pipa. Sebuah batangan dari kaca ditempatkan di bagian atas suppositoria, dan waktu yang diperlukan batangan untuk melewati suppositoria sampai penyempitan tersebut dicatat sebagai waktu melunak. Ini dapat dilaksanakan dalan berbagai temperatur dari 35,5 sampai 37oC sebagai suatu pemeriksaan pengawasan mutu, dan dapat juga dikaji sebagai suatu ukuran kestabilan fisika terhadap waktu. Suatu penanggas air dangan elemen pendingin dan pemanas harus digunakan untuk menjamin pengaturan panas dangan parbedaan tidak lebih dari 0.1C.

3. Uji KehancuranUji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau kerapuhan suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berdinding rangkap dimana sppositoria yang diujikan ditempatkan. Air 37oC dipompa melewati dinding rangkap ruang tersebut, dan suppositoria diisikan ke dalam dinding dalam yang kering, menopang lempeng di mana suatu batang diletakkan. Ujung lain dari batang tersebut terdiri dari lempeng lain di mana beban digunakan. Uji dihubungkan dangan penempatan 600 g di atas lempeng datar. Pada unterval waktu satu menit, 200 g bobot ditambahkan, dan dimana suppositoria rusak adalah titik hancurnya, atau gaya yang menentukan karakteristik kekerasan dan kerapuhan suppositoria tersebut.

4. Uji ukuran partikel atau penghabluranPenghabluran dikhawatirkan terjadi, jika bahan obat melarut dalam masa basis suppositoria yang dipanaskan dan pada saat pendinginannya atau juga pada saat penyimpanannya mengalami pengaruh kelarutan. Dibuat penampang melintang tipis dari suppositoria dan ukuran partikelnya diukur dibawah mikroskop dengan bantuan mikrometer okuler yang telah ditera. Pada penyimpanan suppositoria, pengujian diulangi dalam intrval waktu yang teratur.

5. Uji distribusi bahan obatUntuk menguji kandungan bahan obat dari suppositoria dalam suatu bacth (keseragaman kandungan), diambil sejumlah suppositoria yang mewakili bacth tersebut lalu ditimbang. Kadungan bahan obatnya ditentukan dengan metode yang cocok dan prosentual penyimpangan dari kandungan seharusnya ditentukan.