super ringkas skenario d
TRANSCRIPT
Skenario Kasus A
Boy, 17 tahun, pelajar SMA, dikeroyok oleh sekelompok pelajar saat tawuran. Ia mengalami luka
tusukan obeng di dada kanan belakang. Saat ditolong oleh petugas kesehatan, ia mengeluh sesak napas.
Selain itu, ia mengeluh nyeri di perut dan lengan atas kanan karena dipukul berkali-kali. Setelah melakukan
pertolongan setingkat Bantuan Dasar Hidup (Basic Life Support), petugas kesehatan membawa Boy ke
UGD RS Muhammadiyah. Sesampai di UGD, Boy tertidur, namun tetap membuka mata bila dipanggil.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Boy tertidur, namun langsung membuka mata bila dipanggil, mampu menggerakkan tangan sesuai
perintah. Ia merasa bingung bila ditanya, namun kata-katanya masih terdengan jelas dan bisa dimengerti.
Tanda vital :
Terlihat sesak napas hebat (RR: 40 x/mnt), HR: 128 x/mnt, Temp: 36,60C, TD: 90/60 mmHg.
Kepala : dalam batas normal
Leher : terlihat trakea bergeser ke kiri, vena jugularis distensi, lainnya dalam batas normal.
Thorax :
- Inspeksi
o RR: 40 x/mnt, retraksi interkostal dan supraklavikula, gerak napas asimetris kanan tertinggal.
o Tampak luka tusuk pada toraks kanan di linea aksilaris posterior, setinggi ICS VIII.
- Auskultasi
o Bising napas: toraks kanan: vesikuler menjauh; toraks kiri: vesikuler normal.
o Bunyi jantung: terdengar jelas, frekuensi 128 x/mnt.
- Palpasi
o Nyeri tekan sekitar luka tusuk, tidak ada krepitasi.
o Stem fremitus tidak dapat diperiksa karena Boy panik.
- Perkusi: kanan hipersonor; kiri sonor
Abdomen :
- Inspeksi: tampak lebam di abdomen kanan atas, perut sedikit cembung dan tegang.
- Auskultasi: bising usus 1-2 x/mnt.
- Palpasi: nyeri tekan (+) di abdomen kanan atas.
Urogenitalia : dalam batas normal
Ekstrimitas atas:
- Lengan atas kanan tampak deformitas dan kebiruan. Bila digerakkan Boy menjerit kesakitan.
1
- Ekstremitas kiri dalam batas normal.
Ekstremitas bawah: dalam batas normal.
Identifikasi masalah
1. Boy, 17 tahun, pelajar SMA, dikeroyok dan mengalami luka tusukan obeng di dada kanan
belakang.
2. Saat ditolong oleh petugas kesehatan, ia mengeluh sesak napas.
3. Selain itu, ia mengeluh nyeri di perut dan lengan atas kanan karena dipukul berkali-kali.
4. Setelah dilakukan BHD, ia dibawa ke RSUMP. Sampai di UGD, ia tertidur namun tetap
membuka mata bila dipanggil.
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Boy tertidur, namun langsung membuka mata bila dipanggil, mampu
menggerakkan tangan sesuai perintah. Ia merasa bingung bila ditanya, namun kata-katanya masih
terdengan jelas dan bisa dimengerti.
6. Tanda vital : sesak napas hebat, RR: 40 x/mnt, HR: 128 x/mnt, temp: 36,60C, TD: 90/60 mmHg.
a. Leher : terlihat trakea bergeser ke kiri dan vena jugularis distensi.
b. Thorax
- Inspeksi : RR: 40 x/mnt, retraksi interkostal & supraklavikula, gerak asimetris kanan
tertinggal, dan tampak luka tusuk pada thorax kanan di linea aksilaris setinggi ICS VIII.
- Auskultasi : bising napas (thorax kanan: vesikuler menjauh), bunyi jantung (terdengar jelas
& frekuensi 128 x/mnt).
- Palpasi : nyeri tekan sekitar luka tusuk dan tidak ada krepitasi.
- Perkusi : kanan hipersonor, kiri sonor.
c. Abdomen
- Inspeksi : tampak lebam di abdomen kanan atas, perut sedikit cembung dan tegang.
- Auskultasi : bising usus 1-2 x/mnt.
- Palpasi : nyeri tekan (+) di abdomen kanan atas.
d. Ekstremitas atas : lengan atas kanan tampak deformitas dan kebiruan, jika digerakkan terasa
sakit.
3. Bagaimana kompetensi dokter umum?
4. Bagaimana pandangan islam terhadap kasus?
IV. HIPOTESIS
2
Boy, 17 tahun, pelajar SMA mengalami multiple trauma (tension pneumothorax, trauma abdomen,
dan fraktur humeri) karena dikeroyok.
V. SISTESIS
1. a. Bagaimana anatomi thorax?
Jawab:
o Dinding dada
Dinding dada merupakan kerangka pelindung untuk organ di dalamnya, yang terbesar adalah
jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga (costa 1-12) bersama dengan otot interkostal, serta
diafragma pada bagian caudal membentuk rongga thorax.
Kerangka thorax yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh:
Depan : Sternum dan tulang iga
Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis)
Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal
Bawah : Diafragma
Atas : Dasar leher
o Pleura
Pleura paru-paru terdiri dari pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi satu sisi
dari thorax (kiri dan kanan) sedangkan pleura viseralis melapisi seluruh paru (kanan dan kiri). Di
antara pleura parietals dengan viseralis ada tekanan negative sehingga pleura parietalis dan viseralis
3
selalu bersinggungan. Ruangan antara kedua pleura disebut rongga pleura. Bila ada hubungan
antara udara luar (tekanan 1 atm) dengan rongga pleura, misalnya karena luka tusuk, maka tekanan
positif akan memasuki rongga pleura, sehingga terjadi open pneumothorax dan paru (bersama
pleura viseralis) akan kuncup (collaps).
o Paru-paru
Paru‐paru merupakan organ pernapasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura
parietalis dan viseralis. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus, sedangkan paru‐paru kiri memiliki
2 lobus.
o Mediastinum
Mediastinum merupakan ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya, meliputi
jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, oesophagus, aorta decendens, ductus thoracica dan
vena cava superior, nervus vagus dan phrenikus serta sejumlah besar kelenjar limfe.
b. Bagaimana sikap dan tindakan saat pasien datang ke UGD RSMP karena dikeroyok?
Jawab:
Tindakan yang dilakukan dalam penanggulangan trauma:
1) Persiapan awal
Persiapan untuk penderita trauma, dibedakan dalam dua hal yaitu:
o Fase sebelum masuk rumah sakit
Persiapan ini terutama untuk mengkoordinasikan antara dokter rumah sakit yang akan
menerima dan selama transportasi berupa tindakan yang akan dilakukan yaitu: kontrol jalan
napas, pernapasan, penanggulangan perdarahan eksterna dan syok serta imobilisasi penderita.
o Fase rumah sakit
Rumah sakit sebaiknya sudah menyiapkan suatu rancang bangun, penyediaan personil terlatih,
obat-obatan dan alat-alat lainnya pada satu Instalasi Rawat Darurat (IRD).
2) Triase
Merupakan suatu sistim sortase penderita serta ketersediaan sumber daya untuk memberikan
pengobatan disesuaikan dengan prioritas ABC, A (Airway dengan memperhatikan vertebra
cervicalis), B (Breathing), C (Circulation dengan mengontrol perdarahan).
Dilakukan dua jenis triase, yaitu :
o Jumlah penderita tidak melebihi kapasitas rumah sakit
4
Penderita yang mempunyai problem sehingga dapat menyebabkan gangguan kehidupan serta
penderita yang mengalami cedera multiple didahulukan penanggulangannya.
o Jumlah penderita melebihi kapasitas rumah sakit baik fasilitas maupun stafnya. Pada keadaan
ini penderita yang mempunyai kemungkinan hidup, didahulukan.
3) Survey awal
Untuk menilai dan memberikan pengobatan sesuai dengan prioritas berdasarkan trauma yang
dialami.
c. Apa dampak luka tusuk di dada kanan belakang?
Jawab:
1) Open pneumo-thorax
Dapat timbul akibat trauma tajam sehingga ada hubungan udara luar dengan rongga pleura
mengakibatkan paru menjadi collapse. Apabila lubang yang terbentuk akibat trauma tersebut lebih
besar daripada 1/3 diameter trachea, maka pada inspirasi, udara lebih mudah melewati lubang pada
dinding dada dibandingkan melewati mulut, sehingga terjadi sesak yang hebat.
2) Tension Pneumothorax
Terjadi akibat trauma tajam yang membentuk fistula. Fistula yang terbentuk bersifat sebagai katup
sehingga terjadi one-way-valve. Udara dari luar masuk ke rongga pleura dan tidak bisa keluar
mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam rongga pleura sehingga paru sebelahnya akan
tertekan dan terjadi pergeseran mediastinum.
3) Hematothorax
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Tidak banyak yang dapat dilakukan
pra-RS pada keadaan ini. Satu-satunya cara adalah membawa penderita secepat mungkin ke RS
dengan harapan masih dapat terselamatkan dengan tindakan cepat di UGD.
b. Organ apa saja yang bisa terkena luka tusuk di dada kanan belakang?
Jawab:
Hepar dextra
Paru-paru dextra
Vesica Biliaris (Gall bladder)
2. a. Apa penyebab sesak napas pada kasus ini?
5
Jawab:
Kena keroyok à luka tusukà robekan pada pleura viseralis à fistula yang bersifat katup 1 arah (one
way valve) à hal ini membuat udara masuk ke rongga pleura saat inspirasi, tetapi tidak bisa keluar saat
ekspirasi à pleura semakin mengembang seiring waktu dan tekanannya terus bertambah à tension
pneumothoraxà gangguan ventilasi-perfusi à sesak napas.
Ada 2 mekanisme yang menyebabkan tidak adekuatnya suplai oksigen ke jaringan pada
pneumothoraks.
o Paru yang mengalami pneumothoraks kolaps dan paru sebelahnya terkompresi
o Tekanan udara yang tinggi pada pneumothorax mendesak jantung dan pembuluh darah besar.
b. Apa tindakan yang harus dilakukan pada pasien yang mengalami sesak napas?
Jawab:
Primary Survey
o Airway
- Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
- Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line immobilisasi
- Bersihkan airway dari benda asing.
o Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
- Menghilangkan tension pneumothorax dengan dekompresi dengan large-bore needle insertion
pada pada sela iga 2di garis midklavikula.
- Lalu pasang chest tube (WSD) di sela iga 5 sejajar garis midaxilaris anterior.
o Circulation
- Atasi syok dengan pemberian RL IV, 2 kateter perifer kaliber besar (14-16) diguyur
- Transfusi darah
c. Apa dampak sesak napas pada kasus ini jika tidak ditangani dengan segera?
Jawab:
o Gagal napas
o Hipoksia jaringan otak
o Kematian
3. a. Bagaimana anatomi abdomen dan lengan atas?
6
Jawab:
Anatomi Abdomen
o Anterior
1) Batas superior : garis antara papila mammae
2) Batas inferior : ligamentum inguinal + simfisis pubis
3) Batas lateral : linea aksilaris anterior
o Rongga abdomen terdiri dari:
1) Intraperitoneal
2) Retroperitoneal
3) Pelvis
o Kuadran Abdomen :
1) Abdomen kanan atas : kandung empedu, hati, duodenum, pankreas, epigastrium lambung,
pankreas, paru, kolon.
2) Abdomen kiri atas : limpa, kolon, ginjal, pankreas, paru.
3) Abdomen kanan bawah : appendix, adneksa, sekum, ileum, ureter.
4) Abdomen kiri bawah : kolon, adneksa, ureter, suprapubik Buli-buli, uterus, usus halus,
periumbilikal usus halus, pinggang/punggung pankreas, aorta,
ginjal.
Di dalam abdomen terdapat aorta dan cabang-cabangnya, dan vena porta yang penting.
Pada kasus à Nyeri tekan KkaA
o Diduga akibat perdarahan intraabdomen yang disebabkan oleh trauma tumpul (pukulan).
o Akibat dari luka tusuk yang mengenai organ pada KkaA.
Anatomi lengan atas
Bagian-bagiannya:
o Shoulder : regio scapula, regio axilla, regio pectorale
o Brachium : cubitus
o Antebrachium : antara siku (cubitus) dan pergelangan (carpus).
Surface Anatomy
o Axilla
• Abduksi brachium
7
• Lipatan anterior m. pectoralis major
• Lipatan posterior latissimus dorsi dan m. teres major tebal
• M. latissimus dorsi à lengan atas melawan suatu tahanan.
• Margo lateral scapula dapat diraba pada dinding posterior
• Medial costae & m. serratus anterior
• Lateral à m. biceps brachii & m. coracobrachialis
• Beberapa saraf-saraf besar dapat dirasakan (rolled)
• A. axillaris dapat dirasakan denyutnya
o Humerus
• Lateral à caput humeri bagian atas axilla
• Medial à Batas lateral costa I
• Anterior, lateral, dan posterior à ditutupi m. deltoideus
• Anterior bawah à m. biceps brachii dan m. Brachialis
• Supinasi à epycondylus lateral di anterior, caput posteromedial
• Epicondylus medialis lebih menonjol
o Fossa cubiti
• Tendo m. biceps brachii
• Denyutan a. brachialis di medial
• N. medianus teraba di posteromedial
• Vena-vena superficialis à v. basilica dan v. cephalica
o Olecranon
• Triangular
• Margo posterior ulna-proc.styloideus à garis yang membatasi anteromedial dan posterolateral.
8
b. Apa dampak dipukul berkali-kali pada bagian perut?
Jawab:
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diaphragm dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
menusuk. Trauma abdomen adalah semua jenis cedera fisik yang mengenai daerah abdomen yang
terjadi pada dinding abdomen. Organ vicera yang padat di dalam abdomen (hepar, lien, pankreas,
ginjal) terletak tinggi di dalam rongga abdomen dan sebagian besar terlindung oleh costa, sedangkan
organ yang berlumen (usus, vesica urinaria, ureter dan lambung) lebih terbuka terhadap trauma.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 trauma, yaitu:
1) Paksaan (benda tumpul)
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada
abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor,
cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari
50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2) Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada
abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya organ-
organ yang tidak mempunyai kelenturan (noncomplient organ) seperti hati, limpa, pankreas, dan ginjal.
Kerusakan intra abdominal sekunder untuk kekuatan tumpul pada abdomen secara umum dapat dijelaskan
dengan 3 mekanisme, yaitu:
1) Saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak
di antara struktur.
2) Isi intra-abdominal hancur di antara dinding abdomen
anterior dan columna vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini
dapat menyebabkan remuk, biasanya organ padat (spleen, hati,
ginjal) terancam.
3) Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan
tekanan intra-abdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya pada
ruptur organ berongga.
9
b. Apa dampak dipukul berkali-kali pada lengan atas kanan?
Jawab:
Dipukul berkali-kali à trauma tumpul, berupa benturan, deselerasi, kompresi (dalam kasus ini) bisa
menyebabkan:
Nyeri, pembengkakan, deformitas, nyeri tekan, krepitasi, fraktur, serta gerakan abnormal di tempat
fraktur.
4. Pertolongan apa saja yang diberikan setingkat BHD (Bantuan Hidup Dasar) dalam kasus ini?
Jawab:
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) merupakan permulaan respon kegawatdaruratan. Sebelum
melakukan tahapan tindakan BHD, harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban, yaitu:
1) Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
2) Memastikan kesadaran korban, dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahunya dengan
lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya
(Pak!! Bu!! Mas!! Atau Mbak!!)
3) Meminta pertolongan
Jika ternyata korban tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan
cara berteriak Tolong!! Untuk mengaktifkan system pelayanan medis lebih lanjut.
4) Memperbaiki posisi korban
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban harus dalam posisi terletang dan berada pada
permukaan yang rata dan keras.
5) Mengatur posisi sebagai penolong
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi,
penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.
Tahapan BHD:
1) A (Airway)
o Pemeriksaan jalan napas
Bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat
sumbatan, harus dibersihkan terlebih dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan
dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan
oleh benda keras dapat dikorek dengan jari telunjuk yang dibengkokkan.
o Membuka jalan napas
10
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, lakukan pembebasan jalan
napas oleh lidah dengan cara tengadah kepala topang dagu (head tild-chin lift) dan maneuver
pendorongan mandibula.
2) B (Breathing)
o Memastikan korban tidak bernapas
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan
hembusan napas korban. Prosedur ini tidak boleh dilakukan lebih dari 10 detik.
o Memberikan bantuan napas
Jika korban tidak bernapas, bantuan napasdapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke
hidung, dan mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan).
3) C (Circulation)
o Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban
Dapat ditentukan dengan meraba arteri carotis di daerah leher pasien. Raba dengan lembut
selama 5-10 detik. Jika teraba, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan
manuver head tild-chin lift.
o Memberikan bantuan sirkulasi
Bila tidak ada denyut jantung, dapat dilakukan kompresi jantung luar dengan teknik sebagai
berikut:
Jari telunjuk dan jari tengah menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu
dengan sternum.
Dari sternum, diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat
untuk meletakkan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas
telapak tangan lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban.
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan teratur
sebanyak 15 kali demgan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 - 2 inchi (3,8 – 5 cm).
Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang
kembali pada posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada.
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada atau merubah posisi tangan pada saat
melepaskan kompresi.
Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 15 : 2
5. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari keadaan umum?
11
Jawab:
Glasgow Coma Scale (GCS) dinilai dari 3 komponen utama yaitu:
1) E-score (kemampuan membuka mata/eye opening responses)
4 = membuka mata spontan
3 = dengan kata-kata akan membuka mata bila diminta
2 = membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri
1 = tidak membuka mata walapun dirangsang nyeri
2) V-score (memberikan respon jawaban secara verbal/verbal responses)
5 = memiliki orientasi yang baik, dapat menjawab pertanyaan dengan baik
4 = memberikan jawaban pertanyaan, tetapi jawabannya seperti bingung
3 = memberikan jawaban pertanyaan, tetapi jawabannya berupa kata-kata yang tidak jelas
2 = memberikan jawaban berupa suara yang tidak jelas,bukan merupakan kata.
1 = tidak memberikan jawaban berupa suara apapun
3) M-score (menilai respon motorik ekstremitas/motor responses)
6 = dapat menggerakkan seluruh ekstremitas sesuai perintah
5 = dapat menggerakkan ekstremitas secara terbatas karena nyeri
4 = respon gerak menjauhi rangsang nyeri
3 = respon gerak abnormal beripa fleksi ekstremitas
2 = respon gerak abnormal berupa gerak ekstensi
1 = tidak ada respon berupa gerak
Pada kasus
Boy tertidur namun membuka mata bila dipanggil à 3
Merasa bingung bila ditanya, namun kata-kata masih jelas dan dapat dimengerti à 4
Mampu menggerakkan tangan sesuai perintah à 6
GCS: 3 – 4 – 6
Derajat kesadaran Boy (GCS 13) à somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang, tetapi jatuh tertidur lagi, dan mampu
member jawaban verbal.
6. Bagaimana interpretasi dan mekanisme:
a. Tanda vital
Jawab:
12
o Respiration Rate (40x/mnt) : normalnya 12-20 x/menit; Roni mengalami takipnea. Luka tusuk yang
menembus pleura viseralis à menyebabkan udara dari alveolus masuk ke cavitas pleura à paru
terdesak à lama-lama kolaps à takipnea.
o Heart Rate 128x/mnt : normalnya 60-80 kali/menit pada usia Roni (18 tahun); Roni mengalami
takikardi, merupakan mekanisme kompensasi jantung untuk mencukupi kebutuhan oksigen di
organ-organ vital sehingga cukup untuk perfusi. Dapat juga merupakan tanda-tanda syok.
o Suhu tubuh (36,6 0 C) : normalnya 36,2 – 37,5˚ C; suhu tubuh Roni termasuk normal.
o Tekanan darah (90/60 mmHg) : tekanan darah normal 120/80 mmHg; Roni mengalami hipotensi à
dikarenakan tension pneumothoraks à tekanan intratorakal meningkat à penekanan pada vena
cava inferior dan superior à aliran darah balik ke jantung turun, preload turun dan afterload turun.
b. Leher
Jawab:
o Trakea terdorong ke kiri à akibat peningkatan tekanan pada rongga pleura oleh udara.
o Vena jugularis distensi à vena cava tertekan akibat terdorongnya mediastinum ke arah
kontralateral.
Mekanisme
dikeroyok à luka tusuk à robekan pada pleura viseral à terbentuk fistula one-way-valve à udara
yang masuk ke rongga pleura (antara pleura parietal dan viseral) dan tidak bisa keluar karena tertahan
katup à pleura semakin mengembang, tekanannya semakin tinggi à menekan ke segala arah à
mendesak mediastinum (jantung, aorta, dan arteri besar, vena cava, dan trakea) ke arah kontralateral à
vena jugularis distensi.
c. Thorax
Jawab:
Inspeksi
o Retraksi intercosta dan supraklavikula à kompensasi tubuh menggunakan otot-otot intercosta agar
mendapatkan O2 untuk perfusi ke organ dan jaringan.
o Gerakan dada asimetris kanan tertinggal à paru kanan kolaps atau tidak bisa mengembang akibat
ditekan oleh pleura yang berisi udara.
13
o Luka tusuk thorax kanan di linea aksilaris posterior setinggi ICS VIII à Kemungkinan organ yang
mungkin terkena selain paru dan diafragma ialah abdomen kuadran kanan atas (hepar dextra, ren
dextra, kandung empedu/gall bladder).
Auskultasi
o Bising nafas thorax kanan vesikuler menjauh à adanya udara pada rongga pleura dan paru kanan
kolaps akibat adanya penekanan oleh pleura terhadap paru.
o Suara jantung jelas, frek. 128x/mnt à takikardi, kompensasi dari hipoksia.
Palpasi
o Nyeri tekan di sekitar luka tusuk à pertimbangan adanya kerusakan otot antar iga, peradangan
yang mengiritasi serabut saraf nyeri, serta perdarahan intra abdomen.
o Tidak ada krepitasi à tidak terjadi fraktur costa.
Perkusi
o Perkusi sonor di dada kiri atas dan bawah à suara normal pada paru, rongga pleura paru kiri tidak
berisi udara.
o Perkusi hipersonor di dada kanan atas à adanya udara dalam rongga pleura.
d. Abdomen
Jawab:
Inspeksi
o Abdomen kanan atas lebam à trauma tumpul abdomen.
o Sedikit cembung dan tegang à distensi abdomen, kemungkinan perdarahan intraabdomen.
Auskultasi
o Bising usus 1-2x/menit à bising usus menurun (normal 5-12 kali/menit). Salah satu tanda
perdarahan intra abdomen.
Perkusi
o Nyeri tekan pada kuadran kanan atas à salah satu tanda perdarahan intra abdomen.
e. Ekstremitas atas
Jawab:
Lengan atas kanan tampak deformitas, kebiruan, dan sakit bila digerakkan à tanda fraktur humeri.
7. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus?
Jawab:
14
Anamnesis
o Boy mengeluh sesak napas.
o Selain itu ia mengeluh nyeri di perut dan lengan atas akibat dipukul berkali-kali.
Pemeriksaan fisik
o Ukur tanda vital dan kesadaran
GCS 13
RR : 40x/mnt, HR : 128 x/menit, TD : 100/60 mmHg, TD : 90/60, Temp : 36,60C
o Airway
Look à benda-benda asing di jalan napas.
Listen à dapat berbicara atau tidak, suara napas.
Feel à fraktur.
Kasus à tingkat kesadaran somnolen dengan nilai GCS 13 dan airway baik.
o Breathing
Look à pergerakan dinding dada, warna kulit, memar
Kasus à sesak napas hebat, retraksi intercosta dan supraklavikula, gerakan asimetris dinding
dada kanan tertinggal, dan tampak luka tusuk pada thorax kanan di linea aksilaris posterior di
ICS VIII.
Listen à bising napas, bunyi jantung, dan bunyi perkusi.
Kasus à vesikular paru kanan menjauh, suara jantung jelas teratur, perkusi sonor dada kiri, dan
perkusi hipersonor dada kanan atas.
Feel à krepitasi, dan nyeri tekan.
Kasus à tidak ada krepitasi dan terdapat nyeri tekan di sekitar luka tusuk.
o Circulation
Tingkat kesadaran
Warna kulit
Nadi
o Disability
Tingkat kesadaran (GCS)
Diagnosis fraktur humeri
o Look
- adanya deformitas (pemendekan atau bengkok) atau kelainan bentuk dibandingkan dengan yang
sehat
15
- adanya luka pada sekitar tempat trauma, adanya fragmen tulang yang keluar dari luka.
- adanya swelling/bengkak dan bekuan darah dibawah kulit (hematoma)
- adanya warna kebiruan atau warna pucat pada anggota gerak yang mengalami fraktur dengan
cedera vaskuler.
o Feel
- diraba adanya ketidakstabilan tulang, krepitasi
- diraba pembengkakan jaringan, kulit yang tegang, nyeri tekan
- diraba suhu permukaan kulit hangat atau dingin (pada patah tulang disertai putusnya pembuluh
darah atau kematian anggota gerak)
o Movement
- adanya gangguan fungsi gerak
Pemeriksaan penunjang
Perdarahan intra abdomen
o Focused Assessment With Sonography For Trauma (Fast)
Pemeriksaan Focused Assessment with Sonography for Trauma (FAST) telah diterima secara
luas sebagai alat untuk evaluasi trauma abdomen. Alatnya yang portabel sehingga dapat dilakukan
di area resusitasi atau emergensi tanpa menunda tindakan resusitasi, kecepatannya, sifatnya yang
non-invasif, dan dapat dilakukan berulang kali menyebabkan FAST merupakan studi diagnostik
yang
o Lavase Peritoneal Diagnostik (Diagnostic Peritoneal Lavage = DPL)
DPL sebagai tes diagnostik yang cepat, akurat, dan murah untuk deteksi perdarahan intra-
peritoneal pada trauma abdomen. Kerugiannya adalah bersifat invasif, risiko komplikasi
dibandingkan tindakan diagnostik non-invasif, tidak dapat mendeteksi cedera yang signifikan
(ruptur diafragma, hematom retroperitoneal, pankreas, renal, duodenal, dan vesica urinaria), angka
laparotomi non-terapetik yang tinggi, dan spesifitas yang rendah. Dapat juga didapatkan positif
palsu bila sumber perdarahan adalah imbibisi dari hematom retroperitoneal atau dinding abdomen.
Thorax
o Foto thorax à untuk menilai status thoraks
o CT scan paru à untuk menentukan organ yang cedera
16
Ekstremitas atas
o Foto ekstremitas atas à untuk menilai apakah fraktur atau tidak dan untuk mementukan jenis
fraktur.
8. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Jawab:
Multiple trauma (Tension pneumothoraks, perdarahan intra abdominal, fraktur humeri) dan Syok
hipovolemi.
Tension pneumothorax
Definisi
Tension pneumothorax adalah suatu keadaan medis yang mengancam nyawa dimana udara
terakumulasi di dalam kavum pleura setiap inspirasi dan tidak dapat keluar lagi sehingga
menyeebabkan peningkatan tekanan intrapleura, paru-paru mnjadi kolaps, mediastinum dan paru
terdorong ke sisi kontralateral, dan mengganggu venous return.
Etiologi
o Akibat komplikasi penggunaan ventilasi mekanik (ventilator) dengan ventilasi tekanan positif pada
penderita dengan kerusakan pleura visceral.
o Komplikasi dari pneumotorax sederhana akibat trauma torax tembus atau tajam dengan perlukaan
parenkim paru tanpa robekan.
o Kesalahan dalam pemasangan kateter subklavia atau vena jugularis interna.
o Defek atau perlukaan pada dinding dada yang ditutup dengan pembalut (eclusive dressings)
o Fraktur tulang belakang toraks yang mengalami pergeseran.
17
o Trauma tumpul dengan atau tanpa fraktur iga.
o Trauma lain, misalnya jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor.
Perdarahan intra abdomen
o Penyebab dari perdarahan intra abdominal:
Trauma pada organ padat seperti hati, limpa dan ginjal
Vascular akibat trauma atau ruptur aneurisma
Perdarahan gastrointestinal seperti varises esofagus, ulkus, dll.
Kelainan ginekologik seperti KET, ruptur kista ovarii, dan lain sebagainya
o Manifestasi Klinis
Nyeri abdomen
Tanda hipovolemia
Abdomen tegang akibat iritasi dari darah pada peritoneum
Trauma pada toraks yang menyebabkan syok perlu dicurigai terdapatnya perdarahan intra
abdomen.
Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan atau tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa.
Trauma yang menyebabkan patah tulang:
o Trauma langsung : benturan pada lengan atas à patah tulang humeri
o Trauma tidak langsung : jatuh bertumpu pada tangan à tulang klavikula dan radius distal patah.
Klasifikasi fraktur
o Menurut ada tidaknya hubungan patahan dengan dunia luar.
Fraktur tertutup (closed fracture).
Fraktur terbuka (opened fracture).
o Berdasarkan berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang, dibagi menjadi tiga derajat.
Derajat Luka FrakturI Laserasi < 2 cm Sederhana, dislokasi, fragmen minimal
IILaserasi > 2 cm, kontusi otot di sekitarnya.
Dislokasi fragmen jelas
IIILuka lebar, rusak berat atau hilangnya jaringan di sekitar luka
Kominutuf, segmental, fragmen tulang ada yang hilang
18
o Klasifikasi radiologi
Lokalisasi Menurut ekstensi
Difasial Metafisial Intra-artikuler Fraktur dengan dislokasi
Fraktur total Fraktur tidak total (fraktur
crack) Fraktur buckie atau torus Fraktur garis rambut Fraktur green stick
o Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced)
Syok
Syok adalah ketidaknormalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan
oksigenasi jaringan yang tidak adekuat.
Jenis-jenis syok:
o Syok hemoragik (hipovolemik)
Disebabkan kehilangan akut dari darah atau cairan tubuh.
Jumlah darah yang hilang akibat trauma sulit diukur dengan tepat karena sejumlah besar darah
dapat terkumpul dalam rongga perut dan pleura.
o Syok kardiogenik
20
Disebabkan berkurangnya fungsi jantung, antara lain akibat kontusio miokard, tamponade
jantung, pneumotoraks tension, luka tembus jantung, infark miokard.
Penilaian tekanan vena jugularis sangat penting dan sebaiknya ECG dapat direkam.
o Syok neurogenik
Ditimbulkan oleh hilangnya tonus simpatis akibat cedera sumsum tulang belakang (spinal cord).
Gambaran klasik adalah hipotensi tanpa disert takhikardiaa atau vasokonstriksi.
o Syok septik
Jarang ditemukan pada fase awal dari trauma, tetapi sering menjadi penyebab kematian
beberapa minggu sesudah trauma (melalui gagal organ ganda).
Paling sering dijumpai pada korban luka tembus abdomen dan luka bakar.
Etiologi
o Perdarahan
Terlihat à luka, hematemesis dari tukak lambung
Tidak terlihat à perdarahan dari saluran cerna seperti tukak duodenum, cedera limpa dan hati,
kehamilan ektopik, patah tulang pelvis, dan patah tulang besar atau mejemuk.
o Kombustio
o Cedera luas atau majemuk, misal luka bakar.
o Inflamasi luas seperti peritonitis umum (eksudat, infiltrat)
o Dehidrasi (suhu tinggi, keringat berlebihan)
o Kehilangan cairan usus (ileus, diare, muntah, fistel)
9. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus?
Jawab:
o Quick assissment : cek Airway dan Breathing dalam 10 detik
o Primary Assissment
Airway : bebaskan jalan napas
Breathing :
- Dekompresi segera
Large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula). Tujuannya membuat hubungan
rongga pleura dengan dunia luar dengan cara menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk
21
kerongga pleura dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena udara keluar melalui jarum tersebut.
- Water Sealed Drainage atau Chest Tube
WSD merupakan sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara
atau cairan dari cavum pleura (rongga pleura).
Tujuannya untuk mengalirkan atau drainage udara atau cairan dan rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negative rongga tersebut.
Cara pemasangan WSD:
o Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga (ICS) IV atau V di linea aksillaris
anterior dan media.
o Lakukan analgesia/anesthesia pada tempat yang telah ditentukan.
o Buat insisi kulit dan subkutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai m. intercostalis.
o Masukkan Kelly clamp melalui pleura parietalis, kemudian dilebarkan. Masukkan jari
melalui bubang tersebut untuk memastikan sudah sampai ke rongga pleura atau menyentuh
paru.
o Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan
Kelly forceps.
o Selang yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada.
o Selang disambung ke WSD yang telah disiapkan.
o Foto X-ray thorax untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.
22
Circulation :
- Atasi syok dengan pemberian RL IV, 2 kateter perifer kaliber besar (14-16) diguyur
- Transfusi darah
- Pasang monitor jantung
- Pasang PEA (Pulses Electric Activity)
o Pembidaian corpus humeri dextra untuk mengurangi gerakan, rujuk ke Sp.OT
o Rujuk untuk operasi intraabdomen ke Sp.B
Fraktur humeri
Tindakan pertolongan
- pasanglah bidai di sepanjang lengan atas, dan berikan balutan untuk mengikatnya. Kemudian
dengan siku terlipat dan lengan bawah merapat ke dada, lengan digantungkan ke leher
- apabila patah tulang dekat sendi siku, biasanya siku tidak dilipat. Dalam hal ini pasanglah bidai
yang juga meliputi lengan bawah. Dan lengan tidak digantungkan ke leher
10. Bagaimana komplikasi pada kasus?
Jawab:
o Tension pneumothoraks : Laserasi paru, kematian
o Perdarahan intraabdominal : Peritonitis, Ulkus, kematian
23
o Fraktur humeri : osteomyelitis, kematian
o Syok hipovolemi : kematian
11. Bagaimana prognosis pada kasus?
Jawab:
Dubia.
Baik, bila penanganannya cepat, segera, dan tepat.
12. Bagaimana kompetensi dokter umum?
Jawab: KDU 3B
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).
Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(kasus gawat darurat).
13. Bagaimana pandangan Islam terhadap kasus?
Jawab
“Dan taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal:46)
Ayat ini menyatakan bahwa ketaatan kepada Alah dan Rasul harus diikuti dengan tidak adanya
perpecahan dan pertengkaran, dan pertengkaran tersebut akan menghilangkan kekuatan sesuatu umat,
walaupun umat tersebut taat dalam beribadah.
24
Akibat dipukul berkali-kali
Trauma abdomen
Fraktur tulang lengan atas kanan
Hasil pemeriksaan fisikTampak lebam, cembung dan tegangBising usus 1-2 x/mntNyeri tekan (+)
Fraktur lengan atas
Saat inspirasi:udara dari luar masuk ke
dalam rongga pleura
Membentuk fistula yang mengalirkan udara ke
cavitas pleura
Robekan pada pleura viseral
Mengenai rongga thorax sampai rongga pleura
Luka tusuk di dada kanan bawah ICS 8
Saat ekspirasi:udara tersebut tidak dapat
keluar karena fistula bersifat katup (one-way-valve)
Perdarahan
Hemorrhagic intra abdomen
Syok hipovolemik
Kompensasi tubuh:Sesak napasTakikardiTakipneuRetraksi intercosta
Gangguan pada vena cava
TENSION PNEUMOTHORAX
Mendesak mediastinum
Deviasi trakea kontralateral
(kasus: ke kiri)
Penumpukan udara dalam rongga pleura
↑ tekanan pada rongga pleura
Jaringan paru kanan kolaps (hsil pem. fisik gerakan asimetris kanan tertinggal)
Hipoksia
Gangguan ventilasi-perfusi
Nyeri
14. Bagaimana patofisiologi penyakit yang diderita Boy pada kasus?
Jawab:
25
Skenario D
Gandis seorang anak perempuan berusia 4 tahun dengan berat badan 15 kg dibawa ibunya ke
Puskesmas Talang Banten karena kaki tangannya dingin seperti es, mulai gelisah dan tidak BAK sejak 12
jam yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu Gandis panas tinggi terus menerus dan sejak 1 hari yang lalu panas
turun disertai mimisan.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : keadaan apatis, TD tidak terukur, nadi filiformis, frekuensi napas : 44x/menit, capillary
refilled >3 detik.
Keadaan spesifik : kulit : kutis mamorata dan teraba dingin
Rumpled leed : (+)
Dari hasil pemeriksaan Dokter Puskesmas tersebut akan melakukan tindakan pertolongan pertama
yaitu memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian saat akan memberikan cairan resusitasi, akses
vena sulit didapat. Kondisi gandis kemudian memburuk, kesadaran menurun, frekuensi nafas 10x/menit,
nadi tidak teraba dan Gandis tidak tertolong.
Identifikasi Masalah
1. Gandis, perempuan, usia 4 tahun, berat badan 15 kg, akral dingin, gelisah, tidak BAK sejak 12 jam
lalu.
2. 3 hari yang lalu panasnya tinggi, 1 hari lalu panas disertai mimisan.
3. Keadaan umum : kesadaran apatis, TD tidak terukur, nadi filiformis, frekuensi napas 44 x/menit,
capillary refilled > 3 detik.
Keadaan spesifik : kulit : kutis marmorata dan teraba dingin ; rumpled leed (+)
4. Tindakan pertolongan pertama : memposisikan posisi hirup, akses vena sulit didapat, kondisi semakin
memburuk kesadaran menuru
5. RR 10x/menit, nadi tidak teraba dan gandis tidak dapat tertolong.
Kerangka Konsep
26
DHFRumple Leed (+)Kutis Marmorata
Syok Hipovolemik
Kesadaran menurun
Capillary Refilled > 3 detikRR meningkatNadi FiliformisTD tidak terukur
Belum sempat dilakukan pertolongan pertamaKondisi memburuk
Hipotesis
Gandis, perempuan usia 4 tahun, tidak dapat tertolong dikarenakan mengalami syok hipovolemik akibat
Dengue Hemorraghe Fever.
1. a. Bagaimana fisiologi dari berkemih ?
Jawab :
Jumlah Pengeluaran Urin pada Anak
Umur (Tahun) Volume Urin (ml/24 jam)Neonatus
- 1-2 hari- 4-12 hari- 15-60 hari
- 15-60- 100-300- 250-450
Anak- 1- 3- 5- 7-8- 15
- 500- 600- 700- 1000- 1500
27
Pada kasus ini usia Gandis berusia 4 tahun dengan berat badan 15 kg. Idealnya BB anak yaitu 16,2 kg,
dalam 24 jam kebutuhan cairan berkisar antara 1600 – 1800 ml, atau 100 ml/kgBB dalam 24 jam. Total
persentasi total cairan tubuh berdasarkan umur sekitar 65%. Maka kebutuhan cairan yang dibutuhkan
Gandis dalam 24 jam sesuai dengan BB-nya adalah sebesar 100 ml x 15 kg = 1500 ml.
b. Apa makna akral dingin, gelisah, tidak BAK sejak 12 jam lalu ?
Jawab :
Temuan Interpretasi
Akral dingintanda kegawatdarurataan, yaitu syok; penurunan aliran darah perifer untuk meningkatkan kebutuhan organ vital berupa otak dan jantung
Gelisah tanda kegawatdarurataan, yaitu syok; ketidakcukupan asupan darah ke otak yang menyebabkan terjadinya hipoksia otak
Tidak BAK 12 jam
tanda kegawatdarurataan, yaitu syok; adanya penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) karena terjadi aktivasi saraf simpatis yang mengakibatkan adanya konstriksi arteriol afferen sehingga Na dan H2O dalam sirkulasi.
Ketiga gejala di atas telah menunjukkan adanya tanda kegawatdaruratan pada Gandis, yaitu berupa
gangguan hemodinamik atau tanda Syok.
- kaki dan tangan dingin seperti es?Jawab: à ↑ permeabilitas pembuluh darahà kebocoran pembuluh darah kapilerà plasma darah keluar dari intravascular ke ekstravaskularà volume darah ↓à CO ↓ à aliran darah ke perifer ↓à kaki dan tangan dingin seperti es.
- gelisah?Jawab: ↑ permeabilitas pembuluh darahà kebocoran pembuluh darah kapilerà plasma darah keluar dari intravascular ke ekstravaskularà volume darah ↓à aliran darah yang membawa oksigen ke otak juga berkurangà gelisah
- tidak BAK sejak 12 jam yang lalu?Jawab: ↑ permeabilitas pembuluh darahà kebocoran pembuluh darah kapilerà plasma darah keluar dari intravascular ke ekstravaskularà volume darah ↓à CO ↓à suplai darah ke ginjal ↓à respon sekresi Renin Angiotensin Aldosteronà Retensi Na, Cl dan Airà BAK ↓
c. Bagaimana hubungan usia dan BB dengan tanda yang ditemukan pada Gandis ?
Jawab :
28
Tidak ada hubungan spesifik usia dan berat badan Gandis dengan tanda yang ditemukan. Namun, secara
epidemiologi usia anak dibawah 10 tahun yang mengalami DHF lebih sering mengalami Dengue Shock
Syndrome sehingga perlu perhatian khusus.
2. a. Apa makna dari siklus demam pada Gandis ?
Jawab :
Demam pada Gandis memiliki siklus demam yang khas terjadi pada Demam Berdarah Dengue. Demam
pada DBD mempunyai siklus demam disebut “Siklus Pelana Kuda” (lihat gambar)
Ciri-ciri demam pada DBD atau demam pelana kuda :
Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan
nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit.
Hari 4 – 5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan. Namun inilah fase kritis
kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
b. Apa makna demam menurun disertai mimisan ?
Jawab :
Temuan Interpretasi
Demam menurun
Memasuki fase penurunan demam (fase afebris) yang terjadi pada hari ke 3 sampai hari ke 5, dikatakan sebagai periode kritis (the time of defervescence), dimana terjadi perembesan plasma dan merupakan fase awal kegagalan sirkulasi yang dapat menyebabkan syok, anoksia, dan kematian.
29
Infeksi Terbentuk virus
kompleks antigen-antibodi
↑ permeabilitas dinding pembuluh
Perembesan plasma dari intravaskular ke
ekstravaskularEpistaksis
Perdarahan spontandemamdemam ↓
(fase kritis)
SYOK
Mimisan Adanya gangguan sirkulasi (hemostasis), perdarahan spontan yang terjadi akibat infeksi sistemik sehingga terjadi perembesan plasma di beberapa tempat, salah satunya rongga hidung.
Mekanisme :
Demam menurun menunjukkan memasuki fase afebris sebagai periode kritis pada hari ke 3 sampai hari
ke 5, dimana terjadi perembesan plasma dan merupakan fase awal kegagalan sirkulasi yang dapat
menyebabkan syok, anoksia dan kematian. Perdarahan spontan pada fase ini terjadi akibat infeksi
sistemik sehingga perembesan plasma ini salah satunya dapat ditemukan salah satu manifestasinya berupa
epistaksis.
3. a. Apa interpretasi keadaan umum?
Jawab :
Temuan Interpretasi
ApatisPenurunan kesadaran, keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
TD tidak terukur
Tanda syok, terjadinya hipotensi yang menunjukkan telah terjadi syok hipovolemik irreversible (normalnya TD sistolik pada anak usia 3-6 tahun yaitu 80 – 100 mmHg)
Nadi filiformis
Tanda syok, menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat, dalam keadaan syok dilakukan kompensasi pada tubuh dengan dilakukannya vasokonstriksi perifer sehingga terjadi penurunan kekuatan nadi dan isi pada perifer.
Frekuensi napas : 44x/menit
Takipnue, adanya usaha untuk memperoleh O2 lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan O2 di organ vital (otak, jantung) sebagai kompensasi dari syok hipovolemik sebagai vasokontriksi pembuluh darah (normalnya 20-30 x/menit untuk usia 2-5 tahun, menurut kriteria WHO untuk > 12 bulan RR >40 x/menit didiagnosis sebagai takipnue)
Capillary refilled >3 detik
Penurunan perfusi/aliran darah ke perifer, tanda dehidrasi berat, akan menyebabkan defisir cairan
30
intravascular (normal < 2 detik)
Tanda-tanda Syok :
Sistem Kardiovaskuler
- Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena perifer lebih
bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah.
- Nadi cepat dan halus (nadi filiform >112 x/menit).
- Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi
sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah (diastolik <60 mmHg).
- Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik.
- CVP rendah.
Sistem Respirasi
- Pernapasan cepat dan dangkal (respirasi > 32x/menit).
Sistem saraf pusat
- Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai menyebabkan
hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan
sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan.
Sistem Saluran Cerna
- Bisa terjadi mual dan muntah
Sistem Saluran Kencing
- Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien anak 1-2 cc/kgBB/jam
Adapun macam-macam penyebab terjadinya syok :
Jenis Syok PenyebabHipovolemik 1. Perdarahan
2. Kehilangan plasma (misal pada luka bakar) 3. Dehidrasi, misal karena puasa lama, diare, muntah, obstruksi usus dan lain-lain
Kardiogenik 1. Aritmia Bradikardi / takikardi
2. Gangguan fungsi miokard Infark miokard akut, terutama infark ventrikel kanan Penyakit jantung arteriosklerotik Miokardiopati
3. Gangguan mekanis Regurgitasi mitral/aorta Rupture septum interventricular Aneurisma ventrikel massif Obstruksi:
Out flow : stenosis atrium
31
Inflow : stenosis mitral, miksoma atrium kiri/thrombusObstruktif Tension Pneumothorax
Tamponade jantungEmboli Paru
Septik 1.Infeksi bakteri gram negative, misalnya: eschericia colli, klibselia pneumonia, enterobacter, serratia, proteus,dan providential.2. Kokus gram positif, misal: stafilokokus, enterokokus, dan streptokokus
Neurogenik Disfungsi saraf simpatis, disebabkan oleh trauma tulang belakang dan spinal syok (trauma medulla spinalis dengan quadriflegia atau para flegia)
Rangsangan hebat yang tidak menyenangkan, misal nyeri hebat Rangsangan pada medulla spinalis, misalnya penggunaan obat anestesi Rangsangan parasimpatis pada jantung yang menyebabkan bradikardi jantung
mendadak. Hal ini terjadi pada orang yang pingan mendadakakibat gangguan emosional
Anafilaksis Antibiotic Penisilin, sofalosporin, kloramfenikol, polimixin, ampoterisin B
Biologis Serum, antitoksin, peptide, toksoid tetanus, dan gamma globulin
Makanan Telur, susu, dan udang/kepiting
Lain-lain Gigitan binatang, anestesi local
Menurut beratnya gejala, dapat dibedakan 4 stadium syok;pembagian ini terutama berlaku untuk syok hipovolemik dan berhubungan dengan besarnya jumlah plasma yang hilang:
Stadium Plasma yang hilang Gejala
1. Presyok
(compensated)
10-15%
±750 ml
Pusing, takikardi ringan,
sistolik 90-100 mmHg
2. Ringan
(compensated)
20-25 %
1000-1200 ml
Gelisah, keringat dingin,
haus, diuresis berkurang,
takikardi > 100/menit,
sistolik 80-90 mmHg
3. Sedang
(reversible)
30-35 %
1500-1750 ml
Gelisah, pucat, dingin,
oliguri, takikardi >100/menit,
sistolik 70-80 mmHg
4. Berat
(irreversible)
35-50 %
1750-2250 ml
Pucat, sianotik, dingin,
takipnea, anuri, kolaps
pembuluh darah,
takikardi/tak teraba lagi,
32
sistolik 0-40 mmHg.
Patofisiologi Syok :
b. Apa interpretasi keadaan spesifik dan mekanisme ?
Jawab :
Cutis Marmorata adalah bercak-bercak kemerahan yang berbentuk menyerupai lingkaran (bulat-bulat
kemerahan) pada badan, tangan dan kaki. Penyebab cutis marmorata adalah respon pembuluh darah
terhadap suhu udara/lingkungan yang dingin dan biasanya akan menghilang setelah bayi dihangatkan.
Cutis marmorata bisa juga terjadi karena keadaan trombositopenia.
Teraba dingin kompensasi tubuh akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang di tandai dengan
kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ vital tubuh,
Rumpleed leed (+). Rumple leed test adalah salah satu untuk menentukan apakah terkena demam
berdarah atau tidak. Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan
pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan
fungsi trombosit. Prosedur pemeriksaan Rumple leed test yaitu:
1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100 mmHg (jika tekanan
sistolik < 100 mmHg, pump sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).
2. Biarkan tekanan itu selama 10 minit (jika tes ini dilakukan sebagai lanjutan dari test IVY, 5 menit
sudah mencukupi).
3. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis darah telah berhenti
jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi kembali lagi seperti warna kulit sebelum
diikat atau menyerupai warna kulit pada lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).
33
4. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm
distal dari fossa cubiti.
Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti, tes
Rumple Leed dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat
petechiae pada distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple Leed juga dikatakan positif
c. Dari keseluruhan gejala, tanda dan hasil pemeriksaan, apa kemungkinan diagnosis pada kasus
Gandis ?
Jawab :
Kasus ini dilakukan diagnosis banding berdasarkan derajat syok yang ada, yaitu :
Manifestasi KlinisShock
Compensated Uncompensated IrreversibleKehilangan darah (%) Hingga 25 25 – 40 >40Denyut Jantung Takikardi + Takikardi ++ Taki/bradikardi
Isi NadiNormal atau menurun
Menurun + Menurun ++
Tekanan darah sistolik NormalNormal atau menurun
Tak terukur
Capillary refillNormal atau meningkat
Meningkat + Meningkat ++
Warna kulit Dingin, pucat Dingin, mottledDingin, deathly pale
Frekuensi Nafas Takipnoe + Takipnoe ++ Susah bernafas
Status mental hanya dengan nyeri
Agitasi ringan letargiTidak berespon atau tidak kooperatif
Dilihat dari manifestasi klinis pada diagnosis banding ini, pada kasus lebih mendekati pada diagnosis
syok dekompensata (Uncompensated Shock).
d. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ?
Jawab :
A. Secara Laboratoris
1. Presumtif Positif (Kemungkinan Demam Dengue)
Apabila ditemukan demam akut disertai dua atau lebih manifestasi klinis berikut; nyeri kepala,
nyeri belakang mata, miagia, artralgia, ruam, manifestasi perdarahan, leukopenia, uji HI > 1.280
dan atau IgM anti dengue positif, atau pasien berasal dari daerah yang pada saat yang sama
ditemukan kasus confirmed dengue infection.
34
2. Corfirmed DBD (Pasti DBD)
Kasus dengan konfirmasi laboratorium sebagai berikut deteksi antigen dengue, peningkatan titer
antibodi > 4 kali pada pasangan serum akut dan serum konvalesens, dan atau isolasi virus.
B. Secara Klinis
Kasus DBD
1. Demam akut 2-7 hari, bersifat bifasik.
2. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa
• uji tourniquet positif
• petekia, ekimosis, atau purpura
• perdarahan mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan
• hematemesis atau melena
3. Trombositopenia < 100.00/pl
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
• Peningkatan nilai hematrokrit > 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.
• Penurunan nilai hematokrit > 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat Nilai Ht normal
diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
• Efusi pleura, asites, hipoproteinemi
S S D
Definisi kasus DBD ditambah gangguan sirkulasi yang ditandai dengan :
• Nadi cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, perfusi perifer menurun
• Hipotensi, kulit dingin-lembab, dan anak tampak gelisah.
e. Apa diagnosis kerja pada kasus ?
Jawab :
Shock Hypovolemic Decompensation ec. Dengue Hemorraghe Fever Grade IV (Dengue Shock
Syndrome)
35
Infeksi sekunder dg serotipe virus dengue
Antibodi heterolog mengenai virus lain
Infeksi primer dg serotipe virus dengue
Terbentuk kompleks antigen antibodi
Berikatan dg Fc reseptor di membran sel leokosit terutama
makrofag
Virus tidak dinetralisasi oleh tubuh
Virus bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag
Respon antibodi anamnestik (dalam
beberapa hari)
Proliferasi dan transformasi limfosit
dihasilkan titer tinggi antibodi IgG anti
dengue
Terbentuk virus kompleks antigen-
antibodi
aktivasi sistem komplemen
Pelepasan C3a dan C5a
↑ permeabilitas dinding PD
Perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular
hipovolemikSYOK
Hematokrit ↑, Na ↓, cairan di rongga serosa
(efusi pleura, asites)
Anoksia
Kematian
Pengeluaran adenosin di
phospat
Aktivasi sistem
koagulasi
Trombosit melekat satu sama lain
Agregasi trombosit
Trombosit dihancurkan oleh RES
trombositopenia
Pengeluaran platelet F III
Koagulasi konsumtif
↑ fibrinogen degredation
product
↓ faktor pembekuan
gg. fungsi trombosit
Aktivasi faktor Hageman
Aktivasi sistem kinin
asidosis
Perdarahan masif
f. Bagaimana patogenesis pada kasus ?
Jawab :
Patogenesis secara umum :
36
Infeksi sekunder dg
serotipe virus dengue
Virus bebas melakukan
replikasi dalam sel makrofag
Respon anamnestik
(dalam beberapa hari)
Terbentuk virus kompleks
antigen-antibodi
↑ permeabilitas dinding pembuluh
Perembesan plasma dari intravaskular ke ekstravaskular
Perdarahan spontan
Agregasi trombosit
trombositopenia
gg. fungsi trombosit
↓ faktor pembekuan
hipovolemik
↓ curah jantung
↓ CỎ
Aktivasi simpatis
Pengeluaran epineprin
↑ sekresi vasopresi,
RAS
Vasokonstriksi perifer
↓ aliran darah perifer
perfusi jaringan tidak
adekuat
Capillary refilling > 3
detik
Konstriksi arr. afferent
Menahan Na, H2O dlm sirkulasi
GFR ↓
Anuri
Akral dingin
↑ aliran darah ke sentral gagal
Hipoksia Otak
Gelisah, Apatis
Nadi filiformis
RR 44 x/menit
↑ usaha mendapatkan O2 untuk organ vital
TD tidak terukur
Pengeluaran sitokin, IL1, IL6, TNF, IFN
Hipotalamus anterior (PGE2 ↑)
↑ set point
demam demam ↓
Epistaksis, kutis marmorata,
rumple leed (+)
Syok Hipovolemik Fase II (dekompensata)
Patofisiologi pada kasus :
37
4. a. Bagaimana anatomi jalan napas pada anak usia 4 tahun ?
Jawab :
- Anak kecil memiliki kepala besar dan leher pendek sehingga cenderung menyebabkan fleksi leher
dan penyempitan jalan napas.
- Lidah relatif besar rentan menyebabkan obstruksi jalan napas pada anak-anak yang tidak sadar dan
menghalangi pandangan saat laringoskopi. Diameter saluran napas atas yang paling sempit adalah pada
bagian trakea dibawah laring (subglottic trachea).
Pernapasan anak dominan menggunakan abdomen. Otot yang paling berperan adalah otot diafragma
yang lebih mudah lelah. Paru-paru anak belum matang, jika dibandingkan dewasa, luas penampang
alveolus anak 10x lebih kecildibanding dewasa.
Pada anak kecil, epiglotitis berbentuk tapal kuda dan terproyeksi 45 ke arah posterior mengakibatkan
kesulitan untuk melakukan intubasi trakea. Faring tinggi dan anterior (setinggi vertebrae cervical II-III)
memudahkan instubasi dengan straight bladelaryngoscope kartilago krikoid merupakan bagian tersempit
dari saluran napas bagian atas yang menyilang dan dilapisi oleh epitel berlapis semu bersilia yang diikat
oleh jaringan ikat alveolar rentan edema dan sumbatan benda asing dan dapat menimbulkan distress
pernapasan.
Trakea masih pendek dan lunak sehingga overekstensi dan overfleksi leher akan menyebabkan
kompresi trakea. Selain itu, trakea yang pendek dan simetris dengan sudut carina menyebabkan risiko
bergesernya tube dan masuknya benda asing ke bronkus kanan dan kiri lebih tinggi.
Perbandingan ukuran trakea pada dewasa (A) dengan anak-anak (B)
b. Apakah tindakan dokter memposisikan posisi hirup telah benar dan bagaimana tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh dokter ?
Jawab :
Tindakan dokter memposisikan posisi hirup sudah tepat. Dalam penanganan kasus gawat darurat, airway
(jalan napas) harus menjadi prioritas pertama.
38
c. Berapa lamakah seharusnya “Golden hour” dalam penatalaksanaan kasus ini ?
Jawab :
Di samping pemberian ventilasi oksigen 100% secara cepat, maksimal 30 menit diberikan resusitasi
cairan segera. Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang utama
yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan cepat mengalami syok
dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam. Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur dan
tekanan nadi <20 mm Hg segera berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB/jam selama 30 menit,
bila syok teratasi turunkan menjadi 10 ml/kg BB.
d. Apa makna akses vena sulit dapat dan bagaimana tindakan lanjut yang dapat dilakukan ?
Jawab :
Akses vena sulit didapat memberikan makna bahwa vena perifer dalam keadaan kolaps sehingga
diperlukan cara akses lain untuk memberikan cairan pada Gandis yaitu vena section atau intraosseus.
Sebaiknya diberikan cairan kristaloid yang isotonis atau yang sedikit hipertonis. Cairan yang dapat
dipakai: Ringer Laktat (RL); Glukose 5% dalam half strength NACL 0,9%; RL-D5, dibuat dengan
menambahkan 6,25 cc RL dengan 6,25 cc D40%; atau NaCl 0,9% : D10% ditambahkan natrium
bikarbonas 7,5% sebanyak 2 cc/kgBB.
Plasma/plasma ekspander. Diperlukan pada penderita renjatan berat atau bila tidak segera mengalami
perbaikan dengan cairan kristaloid diatas. Bila dapat cepat disiapkan, diberikan sebagai pengganti cairan
pertama lalu setelah itu cairan pertama dilanjutkan lagi. Bila setelah pemberian cairan pertama nilai
hematokrit masih tinggi dan hitung trombosit masih rendah. Dosis 10-20 cc/kgBB dalam 1-2 jam. Bila
nadi/tekanan darah masih jelek atau Ht masih tinggi, dapat ditambahkan plasma 10 cc/kgBB setiap jam
sampai total 40 cc/kgBB. Yang digunakan seperti Plasbumin (human albumin 25%), Plasmanate (plasma
protein fraction 5%), plasmafuchsin, Dekstran L 40.
Dosis/kecepatan pemberian cairan kristaloid. Dosis yang biasa diberikan ialah 20-40 cc/kgBB
diberikan secepat mungkin dalam 1-2 jam. Untuk renjatan yang tidak berat, cairan diberikan dengan
kecepatan 20 cc/kgBB/jam dan dapat diulang hingga 2 kali, bahkan bila vena kolaps dimana pemberian
yang diharapkan tidak dapat dicapai, maka dapat diberikan dengan semprit secara cepat sebanyak 100-
200 cc. Untuk menentukan guyur tidaknya pemberian cairan, maka dilakukan pengukuran central venous
pressure (CVP/JVP) dengan pemasangan kateter vena sentralis biasanya pada v. Basilica lengan kiri atau
kanan, apabila nilai kurang dari 5 maka cairan diguyur sampai nilai=5 dan dipertahankan antara 5-8 cm
H20.
39
Syok Hipovolemik Fase II (dekompensata)
posisi hirup dilakukanakses vena tidak dapat ditemukan
Seharusnya dapat dilakukan akses intraoseus atau vena seksi
kegagalan sirkulasi
Syok Hipovolemik Fase III (irreversible)
Vasodilatasi arteriol + ↑ permeabilitas kapiler
Venous return semakin ↓
Depresi miokard
Cadangan ATP habis di jantung
Tubuh kehabisan
energi
Tidak mampu memenuhi asupan O2
untuk organ vital
RR 10 x/menit
Perfusi semakin buruk
Nadi tidak teraba
Kesadaran semakin
turun
anoksia
e. Apa makna kondisi menurun, kesadaran menurun, RR 10x/menit, nadi tidak teraba ?
Jawab :
Temuan Interpretasi
Kondisi menurunSyok tetap berlanjut dan tidak ada tanda perbaikan, masuk
ke fase syok irreversible (syok berat)
Kesadaran menurun
Kegagalan mekanisme kompensasi tubuh sehingga terjadi
kerusakan atau kematian sel dan disfungsi sistem multi
organ, asupan O2 ke otak tidak tercukupi sehingga terjadi
syok irreversible (syok berat)
RR 10x/menit
Tubuh kehilangan cadangan energi tinggi (ATP) terutama
jantung, sehingga sintesis ATP yang baru hanya 2%/jam,
tubuh kehabisan energi untuk usaha mendapatkan asupan
O2.
Nadi tidak teraba
Kerusakan/kematian sel dan disfungsi sistem multi organ
karena kegagalan kompensasi tubuh akibat syok yang
berlanjut sehingga terjadi perfusi yang semakin buruk.
Mekanisme :
40
f. Bagaimana tindakan seharusnya yang dokter dapat dilakukan sebelum kondisi Gandis semakin
memburuk ?
Jawab :
Tatalaksana pemberian cairan infus pada anak syok tanpa gizi buruk :
Pada anak dengan gizi buruk, volume dan kecepatan pemberian cairan berbeda, oleh karena itu cek
apakah anak tidak dalam keadaan gizi buruk
Pasang infus (dan ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium gawat darurat)
Masukkan larutan Ringer Laktat/Garam Normal — pastikan aliran infus berjalan lancar
Alirkan cairan infus 20 ml/kgBB secepat mungkin.
Umur/Berat Badan (20 ml/kgBB) Volume
Ringer Laktat/Garam Normal
2 bulan (< 4 kg) 75 ml
41
Syok Hipovolemik Fase II (dekompensata)
Prinsip Tatalaksana :Primary Survey :
Airway : posisi hirupBreathing : ventilasi O2 100% 2L/mnt
Circulation : Cairan kristaloid isotonis RL/NaCl 0,9% 10 –
20 ml/mnt bolus IV, 30 menitCairan koloid sbg lanjutan Dextran 40% 10 –
20 ml/mnt bolus IV, 30 menitSecondary Survey :
Cari etiologi (perlu transfusi darah/tidak)
posisi hirup dilakukanakses vena tidak dapat ditemukan
Seharusnya dapat dilakukan akses intraoseus atau vena seksi
kegagalan sirkulasi
Syok Hipovolemik Fase III (irreversible)
Keadaan memburukKesadaran menurunRR 10 x/menitNadi tidak teraba
2 – < 4 bulan (4 – < 6 kg) 100 ml
4 – < 12 bulan (6 – < 10 kg) 150 ml
1 – < 3 tahun (10 – < 14 kg) 250 ml
3 – < 5 tahun (14 – 19 kg) 350 ml
Nilai kembali setelah volume cairan infus yang sesuai telah diberikan
- Jika tidak ada perbaikan, ulangi 20 ml/kgBB aliran secepat mungkin
Nilai kembali setelah pemberian kedua
- Jika tidak ada perbaikan, ulangi 20 ml/kgBB aliran secepat mungkin
Nilai kembali setelah pemberian ketiga
- Jika tidak ada perbaikan, periksa apakah ada perdarahan nyata yang berarti:
Bila ada perdarahan, berikan transfusi darah 20 ml/kgBB aliran secepat mungkin (bila ada fasilitas)
Bila tidak ada perdarahan, pertimbangkan penyebab lain selain hipovolemik.
Bila sudah stabil rujuk ke rumah sakit rujukan dengan kemampuan lebih tinggi yang terdekat setelah
pasien stabil
Bila telah terjadi perbaikan kondisi anak (denyut nadi melambat, capillary refill < 2 detik)
Alur pada Kasus :
42
i. Bagaimana cara menentukan seseorang telah meninggal ?
Jawab :
Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti sirkulasi (jantung) total
dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi
jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan.
Henti jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada organisme
yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang terus berlangsung sesudah jantung pertama kali berhenti
mengakibatkan kematian dalam beberapa menit.
Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama
neokorteks. Mati otak (MO, kematian otak total) adalah mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa otak
lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.
Mati sosial (status vegetatif yang menetap, sindroma apalika)
Berdasarkan waktunya tanda kematian dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.
Berhentinya sirkulasi darah.
Berhentinya pernafasan.
2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
Perubahan pada mata
Perubahan pada kulit
Perubahan temperatur tubuh
a. Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh dan suhu
sekitarnya.
b. Dua jam berikutnya, penurunan suhu setengah dari nilai pertama.
c. Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai pertama
d. Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai terakhir atau 1/8 dari perbedaan suhu
intial tadi.
Lebam mayat
43
Kaku mayat
3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:
Proses pembusukan
Saponifikasi atau adiposera
Mumifikasi
j. Bagamana pandangan islam pada kasus ?
Jawab :
Kematian adalah suatu kepastian, seperti halnya pergantian siang dan malam.
” Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup . Dan Engkau
beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”(QS.Ali Imran:27).
Sehingga kematian tidaklah pantas untuk ditakuti. Adanya kematian bukanlah akhir dari kehidupan,
namun menjadi pintu untuk kehidupan selanjutnya bagi yang meninggal dan nasihat bagi kita yang masih
hidup . Nasihat agar lebih menghargai kehidupan.
k. Jika pasien ini tertolong, penatalaksanaan apa yang dilakukan terhadap Gandis ?
Jawab :
Primary Survey :
a. Airway : posisi hirup
b. Breathing : ventilasi O2 100% 2L/mnt
c. Circulation :
- Cairan kristaloid isotonis RL/NaCl 0,9% 10 – 20 ml/mnt bolus IV, 30 menit
- Cairan koloid sbg lanjutan Dextran 40% 10 – 20 ml/mnt bolus IV, 30 menit
Secondary Survey :
Cari etiologi (perlu transfusi darah/tidak)
Alur Tatalaksana pada kasus Sindrom Syok Dengue :
44