study excursie dialog peradaban lintas agama dan budaya...
TRANSCRIPT
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 1
STUDY EXCURSIE
Dialog Peradaban Lintas Agama dan Budaya :
Kebhinnekaan, Etnisitas, Gaya Hidup, dan Solidaritas Sosial Terbuka
Lamongan, 13 – 14 Oktober 2012
Oleh :
Ni Luh Desy Ayu Susilahati
021211131016
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga
Surabaya
2012
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 2
STUDY EXCURSIE
Dialog Peradaban Lintas Agama dan Budaya :
Kebhinekaan, Etnisitas, Gaya Hidup, dan Solidaritas Sosial Terbuka
Lamongan, 13 – 14 Oktober 2012
Pengantar :
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang Bhinneka Tunggal Ika yaitu masyarakat yang memiliki
berbagai macam suku, agama, ras, budaya, dan adat istiadat di dalamnya. Kunci utama masyarakat yang Bhinneka
Tunggal Ika adalah berpedoman pada budaya, etnisitas, dan keagamaan. Atribut kenegaraan dengan lambang
Garuda pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana tertulis dalam konstitusi Negara Republik
Indonesia 1945 Pasal 36A adalah merupakan pernyataan yang eksplisit untuk menegaskan kehidupan bhinneka di
Indonesia yang harus ditumbuh-kembangkan di nusantara ini. Berbasis pada konsep tersebut, maka kehidupan
masyarakat bhinneka di Indonesia adalah merupakan suatu keniscayaan yang harus terus ditumbuh-kembangkan.
Dalam penumbuhkembangan kehidupan masyarakat bhinneka, selayaknya terus diadakan peng-akomodiran
di berbagai bidang kebe-ragaman baik etnisitas, agama, bahasa, dan adat istiadat. Sehingga kebhinnekaan dan
keberagaman merupakan mozaik yang semakin memperindah peradaban kebangsaan Indonesia. Hal tersebut pula
yang hendak dicapai dalam kebangsaan Indonesia (nation state-Negara bangsa) yang digagas oleh para pendiri
Negara ini yakni suatu konsep yang dimaksudkan untuk mengakomodir dan memfasilitasi tumbuh-kembangnya
kebe-ragaman. Negara tidak berdiri di atas dan tidak untuk satu golongan etnis, ras, dan agama saja, melainkan
semua golongan.
Sebagai penghargaan atas keberagaman tersebut, maka tidak mungkin bangsa ini hanya dikelola oleh satu
golongan saja. Itulah sebabnya, Indonesia memiliki ideologi Pancasila yang menjadi landasan rumah bersama kita.
Pancasila menjadi rumah bagi tempat bertemunya keberagaman tersebut. Realitas inilah yang dimaknai sebagai
masyarakat yang bhinneka Tunggal Ika di Indonesia.
Dalam konteks pemahaman, barangkali sebagian bangsa Indonesia telah mengetahuinya, namun persoalan-
nya adalah kebhinnekaan ternyata tidak cukup hanya sekedar dipahami apalahi diketahui. Masyarakat bhinneka
membutuhkan seperangkat pemahaman agar tidak berhenti pada pengetahuan masyarakat tentang keberagaman
tersebut. Keberagaman dalam masyarakat kita tidak cukup kalau masyarakat mengetahui adanya perbedaan itu,
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 3
melainkan perlu adanya kesadaran bahwa memang kita berbeda-beda. Masyarakat haruslah didorong untuk memiliki
kesadaran tentang perbedaan itu dan menghargai serta menghormati keberadaan itu.
Realitas perbedaan inilah yang harus diketahui dan disadari oleh masyarakat kita, termasuk dosen dan
mahasiswa. Realitas perbedaan dalam masyarakat kita tidak cukup hanya diberikan penjelasan akan perbedaan,
melainkan juga bagaimana mahasiswa memperoleh pengalaman riil tentang situasi perbedaan tersebut untuk
membangun kebersamaan (togetherness).
Itulah sebabnya, proses penyadaran atas kesadaran kebhinnekaan tidak cukup hanya dilakukan dengan
pendekatan kognitif dalam ruang-ruang kelas. Belajar tidak boleh dipersempit hanya berada dalam ruang kelas,
tetapi juga belajar di luar kelas (outbond) dengn melihat dan memahami realitas keberagaman dan kebhinnekaan
tersebut “ Learning, not only in the class, but also in sociery “ (Paulo Preire). Proses belajar bukanlah sekedar
kemampuan untuk mencerdaskan akal budi, melainkan juga bagaimana membangkitkan kecerdasan rasa dan
spiritual bagi para peserta pembelajaran. Dalam rangka inilah kami mahasiswa diajak untuk melakukan Study
Excursie – Kuliah di lapangan tentang Penerapan kehidupan bhinneka di Kabupaten Lamongan Pripinsi Jawa Timur.
Kabupaten lamongan dikenal dengan latar kebudayaan Pesisir utara Pulau Jawa, yang merupakan asal muasal
dinamika kehidupan bhinneka yang dimotori oleh para wali yang menyerukan keagungan ajaran Tuhan.
Dari gambaran inilah Kabupaten Lamongan ditetapkan sebagai lokasi dalam studi lapangan tentang
dinamika dan penerapan kehidupan bhinneka.
Tujuan Kegiatan
Memberikan pengalaman riil kepada mahasiswa tentang kehidupan masyarakat bhinneka di lokasi kegiatan
Membangun kesadaran solidaritas bhinneka yang terbuka
Membentuk karakter mahasiswa sebagai insan yang bermoralitas bhinneka yang terbuka dan toleran
Waktu dan tempat Kegiatan
Hari / tanggal : Sabtu – Minggu, 13 – 14 Oktober 2012
Tempat : 1. Kantor Bupati lamongan
2. Desa “ Pancasila “ Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
3. Pondok Pesantren “ Sunan Drajat “ Paciran Kabupaten Lamongan
Peserta
Study Excursie ini diikuti oleh Mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang menempuh Matakuliah
PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) Semester Gasal 2012/2013 di Universitas Airlangga. Jumlah
peserta adalah Dosen dan Mahasiswa berjumlah 400 orang.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 4
Materi dan Nara Sumber
Nara Sumber dalam Study Excursie adalah :
1. Drs. Koko Srimulyo, M.Si (Direktur Kemahasiswaan Unviersitas Airlangga)
2. Bupati Lamongan
3. Budayawan-akademisi Kabupaten Lamongan
4. Tokoh masyarakat/Agama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
Konsep Pokok :
Desa Balun
Balun adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Lamongan bagian tengah tepatnya Kecamatan Turi
dan hanya mempunyai jarak 4 kilometer dari Kota Lamongan. Desa Balun merupakan daerah yang terletak di
dataran rendah yang banyak terdapat tambak dan bonorowo sehingga masuk daerah yang rawan banjir seperti
umumnya daerah lain di kabupaten Lamongan. Desa Balun juga dibelah oleh sebuah sungai yang bermuara di
Bengawan Solo.
Sejarah
Desa Balun merupakan salah satu desa tua yang syarat dengan berbagai nilai sejarah, termasuk tentang penyebaran
Islam oleh para santri murid Walisongo dan masih terkait dengan sejarah hari jadi Kota Lamongan. Di mana kata
Balun berasal dari nama “Mbah Alun” seorang tokoh yang mengabdi dan berperan besar terhadap terbentuknya desa
balun sejak tahun 1600-an.
Pasca G 30S PKI tepatnya tahun 1967 Kristen dan Hindu mulai masuk dan berkembang di Desa Balun. Berawal dari
adanya pembersihan pada orang-orang yang terlibat dengan PKI termasuk para pamong desa yang diduga terlibat.
Akibatnya terjadi kekosongan kepala desa dan perangkatnya. Maka untuk menjaga dan menjalankan pemerintahan
desa ditunjuklah seorang prajurit untuk menjadi pejabat sementara di desa Balun. Prajurit tersebut bernama Pak
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 5
Batih yang beragama Kristen. Dari sinilah Kristen mulai dapat pengikut, kemudian pak Batih mengambil teman dan
pendeta untuk membabtis para pemeluk baru. Karena sikap keterbukaan dan toleransi yang tinggi dalam masyarakat
Balun maka penetrasi Kristen tidak menimbulkan gejolak. Di samping itu kristen tidak melakukan dakwa dengan
ancaman atau kekerasan.
Kependudukan
Desa Balun adalah salah satu desa tua yang ada di kabupaten Lamongan yang masih memelihara budaya-budaya
terdahulunya. Di samping itu keanekaragaman agama semakin memperkaya budaya desa Balun dan yang menjadi
ciri khas adalah interaksi sosial di antara warganya yang multi agama (Islam, Kristen, Hindu). Sejak masuknya
Hindu dan Kristen tahun 1967 dan Islam sebagai agama asli belum pernah terjadi konflik yang berkaitan agama.
Meskipun secara jumlah agama mayoritas tetap Islam yaitu 75% 3498 orang dari 4.644 jumlah total penduduk) dan
agama yang paling sedikit adalah hindu yaitu 7% (289 orang) serta sisanya agama kristen 18% (857 orang), tekanan
ataupun perlakuan sewenang-wenang tentang agama tidak pernah ada. Masing-masing dari mereka saling menjaga.
Begitu pula tidak ada pengelompokan tempat tinggal berdasarkan agama, mereka campur dan menyebar merata.
Budaya
Interaksi sosial yang demikian itu melahirkan budaya-budaya yang khas, serta budaya asli juga dapat memengaruhi
interaksi multi agama yang terjadi. Interaksi sosial yang demikian itu melahirkan interpretasi pada simbol-simbol
budaya berbeda dengan daerah lain. Suatu misal pada saat datang kehajatan untuk menyumbang atau membantu
para perempuan banyak yang memakai kerudung (bukan jilbab) dan bapak-bapak banyak yang memakai songkok
atau kopyah, padahal agama mereka belum tentu Islam sebagaimana pada masyarakat yang lain. Hal ini berarti
kerudung dan kopyah lebih berarti sebagai simbol budaya yang diinterpretasikan menghormati pesta hajatan atau
acara ngaturi.
Budaya selamatan juga masih banyak dilakukan oleh masyarakat Balun. Biasanya selamatan menyambut bulan
Romadhon dan selamatan sebelum hari raya umat Islam. Bagi yang bukan agama Islam juga ikut mengadakan
selamatan, hal ini lebih dimaksudkan atau dimaknai sebagai tindakan sosial dari pada tindakan religius sebab
mereka bukan umat Islam. Mereka memaknai untuk merekatkan antar tetangga dan mengenai waktu mereka
selaraskan dengan pilihan umat Islam. Selamatan untuk orang meninggal juga masih dilakukan sebagian besar
masyarakat Balun, dan mengundang para tetangga dan kerabat termasuk mereka yang beragama Hindu dan Kristen.
Bagi mereka memennuhi undangan adalah sesuatu yang penting karena disitu terdapat kontrol sosial yang ketat.
Bagi mereka yang tidak datang harus pamitan sebelum atau sesudahnya.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 6
SEJARAH PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT
Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar memiliki nilai historis yang amat panjang karena keberadaan
pesantren ini tak lepas dari nama yang disandangnya yakni, Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah julukan dari Raden
Qosim putra kedua Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) dengan Nyi Ageng Manila (Putri Adipati Tuban Arya
Teja). Beliau juga memiliki nama Syarifuddin atau Ma’unat. Perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar dimulai
tatkala beliau diutus ayahandanya untuk membantu perjuangan Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu guna
mengembangkan syiar Islam di daerah pesisir pantai utara (Kabupaten Lamongan) saat ini.
Dengan berbekal ilmu kanuragan yang dimiliki K.H. Abdul Ghofur mengumpulkan para pemuda sambil
mengajarkan ilmu agama, ilmu kanuragan, serta ilmu pengobatan. Jumlah santri yang semula hanya beberapa orang,
menjadi puluhan dan terus berkembang secara pesat dari tahun ke tahun.
Selanjutnya perkembangan Pondok Pesantren Sunan Drajat dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1976 Madrasah Diniyah didirikan mengawali upaya dibangkitkannya Pondok PesantrenSunan Drajat
1977 Pondok Pesantren Sunan Drajat secara resmi didirikan pada tanggal 07 September 1977
1983 Pesantren berupaya mendirikan SMP 45, namun karena kurangnya minat pendidikan ini hanya mampu
bertahan selama 3 tahun dan selanjutnya diganti dengan MTs Al-Mu’awanah
1986 MTs Almu’awanah berdiri dengan izin Akte No. B.30008148 Tanggal 01 juli 1986
1991 MA Ma’arif 7 berdiri dengan Akte No.wm.06.04./.pp.0.3.2/001399/191 pada tgl 08 april 1991
1994 Madrasah Mu’allimin Mu’allimat berdiri dengan materi kurikulum nasional dengan ditambah muatan
lokal agama lebih banyak
1995 SMK (STM) NU-1 berdiri dengan Akte izin pendirian Nomor 1942/32. B tanggal 17 Juli 1995
1996 Madrasatul Qur’an berdiri pada tanggal 01 juli 1996 dengan kajian materi dan kurikulum
ditententukan sepenuhnya oleh pesantren
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 7
1997 Pada awal tahun tersebut, didirikanlah lembaga pendidikan SLTPN 2 Paciran berdasarkan Surat
Keputusan No.8757/104.15/PR/1997 tertanggal 11 Januari 1997 dan sekolah ini diresmikan pada tanggal
30 Agustus 1997 oleh Mendikbud Prof.Dr. Ing. Wardiman Joyonegoro
1997 Pada tanggal yang sama dengan pendirian SLTPN 2 Paciran, di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren
Sunan Drajat didirikan pula sekolah kejuruan SMK NU-2 Prodi Manajemen Bisnis
2001 Pada tahun ajaran 2001/2002 telah didirikan Universitas Islam Lamongan dengan status kampus PP.
Sunan drajat
2003 Didirikan Lembaga Pengembangan Bahasa Asing dengan program Bahasa Inggris dan Bahasa Arab
2003 Didirikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) sesuai dengan kondisi geografis Pondok
Pesantren Sunan Drajat yang ada di daerah pesisir pantai utara
Pembahasan (merefleksikan pengalaman empiris yang didapat) :
Pertama- tama, kita dikumpulkan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 sekitar pukul 07.00 di depan gedung
Rektorat Kampus C Universitas Airlangga untuk berangkat bersama-sama satu rombongan mahasiswa, dosen, dan
semua yang ikut terlibat dalam Study Excursie Universitas Airlangga dari semua perwakilan program studi yang ada
menuju Kota Lamongan, tetapi sebelum berangkat, kami melalukan registrasi ulang dan persiapan di kampus C
Universitas Airlangga, serta upacara pelepasan dan pemberangkatan oleh Rektor secara resmi dahulu yaitu dengan
diberikannya sambutan-sambutan dan menyanyikan lagu kebangsaan Universitas Airlangga yaitu Hymne Airlangga.
Setelah itu diadakan pembagian bis perfakultas dimana kami Fakultas Kedokteran Gigi mendapatkan bagian di bis 6
dan kami semua mahasiswa FKG berada dalam satu bis dan ditemani oleh Ibu Yayuk selaku dosen Matakuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Disana kami merasa sangat senang dan sepanjang perjalanan
kami bernyanyi serta berkenalan lebih dalam dengan semuanya dengan cara memperkenalkan data diri dan
menjelaskan tentang pengalaman yang pernah dialami yaitu pengalaman tentang adanya perbedaan agama, suku,
ras, budaya, dan adat-istiadat dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua dari kita karena perbedaan dan
keanekaragaman yang ada di Indonesia itu perlu untuk dikenal lebih dalam dan seharusnya dijadikan sebagai sarana
untuk semakin mempersatukan Bangsa ini bukan malah sebagai alasan untuk adanya perpecahan.
Sekitar pukul 10.35 kami rombongan Universitas Airlangga sampai di Kota Lamongan dan disambut oleh
semua sivitas Kota Lamongan dengan sangat baik dan ramah. Kami diterima di Ruang Sabha Dhaksa Adiyaksa yang
dekat dengan alun-alun Kota Lamongan dan kami dipersilahkan untuk mengisi daftar hadir yang sudah disediakan
sebelum kita duduk di ruangan. Agenda pertama yang kami lakukan disana adalah :
1. Sambutan dari Budayawan yang tinggal di Pasuruan, Jawa Timur
Sambutan ini berisikan ucapan selamat datang di Kota Lamongan kepada seluruh mahasiswa, dosen, dan
orang-orang yang terlibat dalam Study Excursie Universitas Airlangga ini.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 8
2. Menyanyikan Lagu
Setelah mendapatkan sambutan dari seorang Budayawan yang tinggal di Pasuruan, Jawa Timur maka sesi
agenda selamnjutnya adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan khusuk dan hikmat serta
dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Universitas Airlangga yaitu Hymne Airlangga.
3. Pembacaan deklarasi
Lalu dilanjutkan dengan pembacaan deklarasi oleh setiap perwakilan Program Studi yang mengikuti acara
Study Excursie ini.
4. Sambutan Ketua Panitia
Lalu, kami juga mendapatkan sambutan dari Ketua Panitian program pembelajaran di luar kelas ini yang
sekarang kita sering sebut dengan nama Study Excursie yang bertujuan untuk mengasah kepekaan
mahasiswa terhadap berbagai masalah yang ada di lapangan untuk lebih cepat dan tanggap dalam
menghadapinya dengan bertindak langsung dan sosialisasi langsung dengan masyarakat umum dan juga
dengan adanya program ini, kami mahasiswa juga dapat lebih mengenal tentang berbagai potensi yang
terpendam di dalam tubuh Indonesia Raya ini dan lebih memahaminya sebagai suatu keanekaragaman
bukan sebagai sarana pemecah.
5. Sambutan Kemahasiswaan Universitas Airlangga
Sambutan diberikan oleh Drs. Koko Srimulyo, M.Si. selaku perwakilan Universitas Airlangga yang dimana
isi sambutannya menjelaskan tentang arti dan makna dari diadakannya Study Excursie ini yaitu sebuah
pembelajaran di luar kelas yang merupakan studi pembelajaran di lapangan di luar perkuliahan. Beliau juga
menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keruntuhan Bhinneka Tunggal Ika apabila
dipupuknya sifat sombong, mengambil barang yang bukan miliknya (mencuri), iri dengan apa yang telah
dicapai oleh orang lain, dan hal-hal tersebut apabila dipupuk dan diteruskan maka akan menyebabkan
terjadinya kesenjangan sosial. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan dengan mengembangkan jiwa-jiwa
kepemimpinan di Universitas Airlangga khususnya dengan salah satu caranya yaitu melaksanakan latihan
kepemimpinan di setiap fakultas dan dilakukan dari semester awal hingga semester akhir dan seterusnya
juga.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 9
6. Sambutan Bupati Lamongan
Bapak Haji Fadeli, SH. Mm selaku Bupati Lamongan memberikan sambutan yang menurut saya sangat
positif dan bersifat membangun dimana wejangan-wejangan yang ia berikan antara lain ia sangat bangga
kedatangan tamu yang sangat beliau banggakan yaitu tamu dari Universitas Airlangga yang merupakan
kumpulan mahasiswa, dosen, dan semua sivitasnya adalah orang-orang yang berasal dari berbagai daerah
yang memiliki suku, agama, ras, kebudayaan, dan adat-istiadat yang berbeda-beda. Dan juga beliau sangat
senang karena Study Excursie ini diadakan di Kota Lamongan khususnya melaksanakan kunjungan ke
Desa “ Pancasila “ Balun dank e Pondok Pesantren Sunan Drajat. Beliau juga menjelaskan sedikit tentang
Desa Balun sebelum kita berangkat kesana, dimana Desa Balun dapat dikatakan sebagai Desa Pancasila
karena terdapat 3 Agama yaitu Agama Islam, Kristen, dan Hindu yang hidup rukun dan damai di desa
tersebut, dapat melaksanakan aktivitas dengan baik dan memiliki rasa toleransi yang sangat tinggi antara
satu agama dengan agama lainnya apalagi sesama agama. Selain itu beliau juga memaparkan beberapa
tempat suci yang ada di Kota Lamongan ini antara lain terdapat 273 pondok pesantren, 4200 mushola, 1670
masjid, 12 gereja dan 2 pura.
Lalu, setelah mendengarkan sambutan terakhir dari Bapak Haji Fadeli, SH. Mm selaku Bupati Lamongan
maka kegiatan dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan atau cinderamata dari kedua belah pihak dan
dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan ISHOMA (Istirahat Sholat Makan). Lalu, perjalanan dilanjutkan
menuju Desa “ Pancasila “ Balun.
Sekitar pukul 14.00 rombongan sampai di Desa Balun dan kami disambut dengan ramah dan baik oleh
semua sivitas warga di balai desa setempat. Disana kami mengadakan dialog yang berkaitan dengan
keanekaragaman Agama yang ada di desa tersebut dan kiat serta pesannya agar kerukunan dan kedamaian antar
umat Bergama tetap terjaga dengan baik dan harmonis. Dewasa ini banyak terjadi perbedaan persepsi antar agama
maka dilakukan kunjungan ke Desa Balun ini agar dapat mempererat dan memperkukuh perbedaan yang ada karena
Desa Balun yang dinobatkan sebagai Desa Pancasila atau Desa Percontohan menganut multicultural dimana ada 3
Agama yang mendiami satu desa. Pertama-tama kami mendapatkan sambutan dari kepala Desa yang memberikan
ucapan selamat datang kepada seluruh sivitas Universitas Airlangga yang mengunjungi Desa Balun. Desa ini
seringkali mendapatkan kunjungan seperti ini dan menjadi desa percontohan karena terdapat 3 Agama yang hidup
rukun dan damai serta memiliki tempat beribadah atau sembahyang yang dapat dikatakan saling berdekatan atau
bersebelahan, kadang kala juga terdapat agama yang berbeda di dalam satu atap keluarga. Desa ini memiliki visi
yaitu meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan ekonomi dengan jalan melakukan gotong royong dan
harapan yang sangat mulia yaitu agar warga-warga desa ini selalu bersatu. Penduduk Desa Balun banyak bekerja
sebagai petani, pedagang, buruh tani, TNI, dan beberapa sisanya tidak bekerja. Kepala Desa Balun ini bernama
Bapak Drs. Sudarjo dimana beliau sudah 2 kali masa jabatan menjabat sebagai Kepala Desa disini. Acara ini juga
dihadiri beberapa petinggi dan tokoh agama yaitu Bapak Edi Yunan Ahmadi selalu Camat Turi, Bapak kapten
Selamet Haryono selalu Bapak Danramil, Bapak AKP Wakyudi selaku perwakilan dari Polsek setempat, dan Bapak
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 10
Nursalim, SH. Mm selaku sekretaris kecamatan. Setelah sambutan-sambutan dari para petinggi kami mendapatkan
materi yang sangat berarti dari masing-masing tokoh agama yaitu Bapak Sumitro selaku Tokoh Agama Islam,
Bapak Adi Wijono selaku Tokoh Agama Hindu, Bapak Sutrisno selaku Tokoh Agama Kristen dan seorang
budayawan. Lalu setelah mendengarkan beberapa materi dari setiap tokoh agama maka diadakan sesi Tanya jawab
antara mahasiswa dan tokoh agama yang saat itu ada 4 pertanyaan yang dipertanyakan dan dijawab dengan baik
seputaran kehidupan dan keselarasan kehidupan anta umat beragama di Desa Balun ini. Setelah melalukan dialog
atau sesi Tanya jawab, kami dipersilahkan untuk melalukan peribadatan sesuai dengan agama masing-masing dan
setelah itu melanjutkan perjalanan ke Pondok pesantren sunan Drajat.
Sesampainya di Pondok Pesantren Sunan Drajat, kami dibagi menjadi beberapa kamar sesuai fakultas dan
ada beberapa fakultas yang digabungkan menjadi satu kamar. Di dalam satu kamar ada sekitar 25 orang yang
menempati untuk digunakan sebagai tempat bermalam atau istirahat. Setelah sampai di kamar, kami bersiap-siap
untuk membersihkan diri lalu mengadakan sesi wawancara dengan salah satu santri yang ada di Pondok Pesantren
ini guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai tempat ini. Kesan pertama saya setelah sampai disini
adalah saya bingung dengan keadaan pondok pesantren yang sangat ramai seperti ini dan keadaan kamar mandi
yang pintunya tidak bisa dikunci dan keadaan air yang asin yang menyulitkan untuk kita melakukan MCK, tetapi
saya tetap menjalaninya dengan senyuman dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
Melanjutkan ke sesi wawancara, saya dan kelompok saya mewawancarai seorang santri yang bernama Burhanudin
dimana ia adalah seorang mahasiswa yang baru melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Sunan Drajat ini.
Ia menjelaskan sejarah berdirinya pondok pesantren ini dan mengenai system pendidikan yang ada disini dimana
kegiatan pembelajaran disini dimulai dari pukul 07.00 sampai 13.30 untuk bersekolah lalu sampai jam 15.00 mereka
memiliki waktu untuk beristirahat dan dilanjutkan pukul 15.30 sampai 16.30 dengan kegiatan mengaji kitab lalu
ketika malam hari sekitar pukul 20.30 sampai pukul 21.30 diadakan les bahasa asing yaitu bahasa arab dan bahasa
inggris. Disini ada 2 tipe macam santri yaitu santri yang bersekolah dengan biaya sendiri dan santri yang sekolah
gratis disini tetapi mendapatkan ganjaran untuk membantu menyelesaikan bangunan asrama yang belum jadi.
Pondok pesantren ini telah berdiri kurang lebih selama 20 Tahun dan setiap tahunnya memiliki 9000 orang santri
baik perempuan maupun laki-laki. Apabila santri disini melanggar peraturan, maka dapat pula dikenakan ganjarang
yaitu :
- sanksi ringan seperti perbuatan ketinggalan jamaah maka akan dikenakan hukuman yaitu push up, sit up,
dan lain-lain
- sanksi sedang seperti perbuatan tidak mengaji makan akan dikenakan hukuman yaitu menyapu
- sanksi berat seperti membawa HP, merokok, mencuri barang orang lain maka akan dikenakan hukuman
yaitu membantu untuk menyelesaikan asrama yang belum jadi, kepala di gundul, dan membayar denda 50
ribu.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 11
Biaya sekolah para santri perbulannya adalah sekitar 180 ribu yang sudah termasuk di dalamnya biaya
pendidikan, makan 2 kali sehari, dan kamar untuk tidur atau beristirahat. Dimana jadwal makan mereka yaitu pagi
jam 06.00 sampai jam 07.00 dan siang jam 11.30 sampai jam 14.30. kesehatan siswa dan mahasiswa disini terjamin
karena telah dinaungi dan diasuransikan oleh lembaga ke klinik atau puskesmas terdekat dan juga ke rumah sakit
apabila ada penyakit yang tidak bias ditangani sembarangan. Di pondok pesantren ini memiliki budaya yang sangat
dipegang teguh oleh para santrinya yaitu toleransi, saling menghargai, dan kepemimpinan. Disini pula mereka
diajarkan pelajaran formal yaitu sekolah dan pelajaran tidak formal yaitu shalat. Lalu, keesokan harinya di hari
Minggu tanggal 14 Oktober 2012, kami diajak ziarah ke Makam Sunan Drajat yang letaknya tidak jauh dari pondok
pesantren dan setelah itu diadakan sesi diskusi dan Tanya jhawab mengenai Pondok Pesantren Sunan Drajat dan
kehidupan sehari-hari santrinya.
Simpulan dan saran :
Maka, beberapa kesimpulan yang dapat saya tarik dari 2 hari kegiatan Study Excursie di Kota Lamongan ini
yaitu,
1. Kita diajarkan untuk menghargai perbedaan suku, agama, ras, budaya dan adat-istiadat yang ada di Negara
Bhinneka Tunggal Ika kita yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Menyatukan berbagai sudut pandang yang berbeda agar tercipta suatu keharmonisan dan kerukunan hidup
umat beragama agar tercipta kedamaian.
3. Mendapatkan pengalaman nyata bahwa masyarakat Bhinneka Tunggal Ika itu memang sudah ada dan salah
satu penerapannya berada di Desa “ Pancasila “ Balun.
4. Memberikan kita motivasi agar lebih kompak dan menjalin solidaritas tanpa melihat latar belakang suku,
agama, ras, budaya, dan adat-istiadat karena pada dasarnya kita adalah satu.
5. Membentuk karakter mahasiswa khususnya sebagai insan yang bermoralitas Bhinneka Tunggal Ika yang
memiliki sikap toleransi dan terbuka yang tinggi untuk sesama.
Dan adapun saran yang dapat saya kemukakan disini adalah kita sebagai mahasiswa haruslah selalu memegang
teguh semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu juga karena kita hidup di
Indonesia dengan berbagai suku, agama, ras, budaya, dan adat-istiadat yang berbeda, sudah sepantasnya kita saling
menghargai dan memiliki sikap terbuka serta toleransi antar umat Bergama yang sangat tinggi demi menjaga tali
persaudaraan, kekeluargaan, dan kasih sayang yang sudah kita miliki dan untuk menciptakan suatu perdamaian di
Negara Kesatuan Republik kita ini.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 12
LAMPIRAN FOTO
Suasana ketika diskusi sedang
berlangsung di Desa “ Pancasila
“ Balun.
Tempat ibadah Agama Islam dan
Agama Hindu yang bersebelahan
dan ini adalah salah satu sikap
toleransi antar umat beragama yang
sangat baik
Tempat ibadah Agama Islam dan
Agama Hindu yang bersebelahan
dan ini adalah salah satu sikap
toleransi antar umat beragama yang
sangat baik
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 13
Air sumur yang dalamnya hanya 4
meter tetapi tidak pernah mengalami
kekeringan dan memiliki mitos
dimana saat penggaliannya keluar
ular sebesar pohon kelapa
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 14
LAMPIRAN FOTO
Ziaran ke Makan Sunan Drajat
yang letaknya tidak jauh dari
Pondok Pesantren Sunan
Drajat
Sebelum memasuki kawasan
Makan Sunan Drajat kita akan
melihat tulisan ini di bagian depan
Suasana diskusi yang tercipta
di Pondok Pesantren Sunan
Drajat sesaat sebelum
rombongan kembali ke
Surabaya
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ [email protected] 15
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Balun,_Turi,_Lamongan
http://yusli28.blogspot.com/2009/10/sejarah-pondok-pesantren-sunan-drajat.html
Buku Panduan Study Excursie