studi tentang pemahaman guru penjasorkes …/studi... · ktsp dan 39,9% tidak paham tentang acuan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
STUDI TENTANG PEMAHAMAN GURU PENJASORKES TERHADAP
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR
SE – KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2011
SKRIPSI
Oleh:
TAOFIK FAOJI
NIM : X4609035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
STUDI TENTANG PEMAHAMAN GURU PENJASORKES TERHADAP
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR
SE – KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2011
Oleh :
TAOFIK FAOJI
NIM : X4609035
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Penjaskesrek Jurusan Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarata.
Surakarta, Maret 2012
Pembimbing I
Drs. Heru Suranto, M.PdNIP. 19491109 198010 1 001
Pembimbing II
Djoko Nugroho, S.Pd, M.OrNIP. 19760822 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jum’at
Tanggal : Mei 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Drs. Agus Mukholid, M.Pd
Sekretaris : Sri Santoso Sabarini, S.Pd., M.Or
Anggota I : Drs. Heru Suranto, M.Pd
Anggota II : Djoko Nugroho, S.Pd., M.Or
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Taofik Faoji. STUDI TENTANG PEMAHAMAN GURU PENJASORKES TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR SE – KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP TAHUN PELAJARAN 2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari.2012.
Tujuan Penelitian adalah (1) Mengetahui Tingkat pemahaman guru penjas
orkes terhadap KTSP disekolah Se - Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap tahun
2011, (2) Pelaksanaan KTSP penjasorkes di sekolah Dasar Se -Kecamatan Kroya.
Penelitian ini menggunakan metode Studi Kasus. Populasi penelitian
adalah Guru Penjasorkes di SD Se - Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel tertentu karena semua anggota
populasi diteliti yaitu, 62 guru penjas SD.
Data penelitian berupa aspek – aspek yang mempengaruhi pemahaman
guru penjasorkes terhadap kurikulum KTSP yang meliputi Kurikulum, KTSP,
Konsep KTSP, Tujuan KTSP, Acuan KTSP, Pembelajaran Penjasorkes, Alokasi
Waktu, Konsep RPP yang diperoleh dengan angket dan wawancara. Analisa data
dalam penelitian ini menggunakan teknik persentase atau frekuensi relatif yang
kemudian data yang di peroleh nantinya diolah sesuai dengan tujuan dan
pertanyaan penelitian dengan memperhatikan aspek - aspek dalam angket yang
meliputi: mengecek kelengkapan data (verifikasi data), mentabulasikan masing -
masing item ke dalam aspek, menghitung persentase jawaban.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Masih adanya guru
yang kurang paham tentang hal yang berkaitan dengan kurikulum pembelajaran
penjasorkes. (2) Pemahaman guru dalam hal kepanjangan dan pengertian KTSP
sudah sangat baik. (3) Banyaknya guru penjasorkes yang kurang paham terhadap
konsep KTSP. (4) Masih rendahnya pemahaman guru penjasorkes terhadap
rincian waktu atau alokasi waktu dalam pembelajaran. (5) Masih ada guru yang
kurang pemahamannya terhadap konsep RPP dalam KTSP. Dimana aspek
pengertian Kurikulum 63,3% paham tentang kurikulum, dan 36,7% tidak paham
tentang kurikulum, aspek pengertian KTSP 61,6% paham tentang aspek
pengertian KTSP dan 38,4% tidak paham tentang KTSP, aspek Konsep KTSP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
54,6%, paham tentang konsep KTSP dan 45,4% tidak paham tentang konsep
KTSP, aspek tujuan KTSP 63% paham tentang tujuan KTSP dan 37% tidak
paham tentang tujuan KTSP, aspek acuan KTSP 60,1% paham tentang acuan
KTSP dan 39,9% tidak paham tentang acuan KTSP, aspek pembelajaran
penjasorkes 56,9% paham tantang pembelajaran penjasorkes dan 43,1% tidak
paham tentang pembelajaran penjasorkes, aspek alokasi waktu 60,9% paham
tentang alokasi waktu pembelajaran dan 391% tidak paham tentang alokasi waktu
pembelajaran kemudian aspek konsep RPP 59,5% paham tentang konsep RPP dan
40,5% tidak paham tentang konsep RPP. Pemahaman guru masih ada yang tidak
sama terhadap RPP.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
Kesuksesan adalah sebuah tujuan
Kesuksesan adalah sebuah idaman
Kesuksesan adalah sebuah harapan
Kesuksesan adalah sebuah keberhasilan
Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah
melakukan sesuatu yang ditakutunya.
Janganlah kamu merasa takut terhadap hal yang positif, karena
rasa takut akan membelenggu dan membuat mu menjadi lemah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
- Bapak - ibu yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayang dalam setiap
langkahku.
- Kakaku tercinta yang selalu mendukungku.
- Bapak / ibu dosen yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu.
- JPOK dan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
- Kawan – kawan seperjuangan di JPOK.
- Bapak & ibu kos.
- Orang tersayang yang menjadi penyemangat hidupku, terimakasih atas
dukungan dan motivasinya.
- Pembaca yang budiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikanrahmat dan ridho-Nya sehingga dapat menyelasaikan skripsi ini
dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Penulis menyadari dengan sepenuh
hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha
semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu mengucapkan
terima kasih yang sedalam - dalamnya kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang telah memberikan
dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
3. Dosen Pembimbing I, Drs. Heru Suranto, M. Pd, yang telah sabar dalam
memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Dosen Pembimbing II, Djoko Nugroho, S.Pd, M.Or, yang telah sabar dalam
memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Kroya yang telah memberikan bantuan
dan dorongan dalam terselesaikannya penelitian ini.
6. Guru pendidikan jasmani dan olahraga SD Se - Kecamatan Kroya yang telah
membantu dengan sepenuh hati selama pelaksanaan penelitian.
7. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi
sehingga terselesaikannya penulisan skripsi.
8. Teman – teman satu angkatan JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, Saya
mendoakan semoga amal dan bantuan saudara mendapat berkah yang melimpah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Akhirnya mengucapkan terima kasih dan berharap
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca semua.
Surakarta, Mei 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................... i
PENGAJUAN SKRIPSI.................................................................................... ii
PERSETUJUAN................................................................................................ iii
PENGESAHAN ................................................................................................ iv
ABSTRAK......................................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 3
D. Perumusan Masalah............................................................................ 4
E. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
F. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
1 Penjasorkes ( Pendidikan jasmani, Olahraga dan
Kesehatan)................ .................................................................... 5
a. Pengertian Penjasorkes............................................................ 5
b. Konsep Penjasorkes ................................................................ 6
2 Kurikulum ................................................................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Pengertian Kurikulum ............................................................. 10
b. Azas Kurikulum ...................................................................... 11
c. Fungsi Kurikulum ................................................................... 13
3 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .......................... 15
a. Konsep KTSP.......................................................................... 15
b. Tujuan KTSP........................................................................... 18
c. Prinsip dan acuan pengembangan KTSP ............................... 19
d. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ................ 20
4 Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD ...... 20
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 22
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 23
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 23
1. Tempat Penelitian ......................................................................... 23
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 23
B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 23
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 23
D. Rancangan Penelitian ......................................................................... 24
E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 24
1. Uji Validitas................................................................................ 24
2. Uji Reabilitas .............................................................................. 25
3. Analisis Data............................................................................... 26
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 27
A. Deskripsi Data ................................................................................... 27
B. Analisis Data ..................................................................................... 30
C. Pembahasan Analisis Data ................................................................ 36
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………………… 46
A. Kesimpulan ........................................................................................ 46
B. Implikasi ........................................................................................... 46
C. Saran ................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48
LAMPIRAN............................................................................................. 49
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Skema Kerangka berfikir ......................................................... 22
2. Gambar 2. Rancangan Penelitian .............................................................. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi - kisi Angket.................................................................................... 50
2. Instrumen Angket Guru .......................................................................... 52
3. Hasil Try Out 1 ....................................................................................... 60
4. Hasil Try Out 2................ . ....................................... ............................. 63
5. Hasil Try Out 3 ....................................................................................... 66
6. Foto Proses Penelitian ............................................................................ 73
7. Data Hasil Penelitian .............................................................................. 74
8. Angket Hasil Penelitian .......................................................................... 83
9. Daftar Nama Sekolah Dasar yang Belum Paham KTSP....................... 107
10. Surat Pengajuan Judul........................................................................... 108
11. Surat Validasi........................................................................................ 109
12. Surat Ijin Menyusun Skripsi.................................................................. 110
13. Ijin Menyusun Skripsi................ . ....................................... .................. 111
14. Permohonan Ijin Try Out...................................................................... 112
15. Permohonan Ijin Try Out Kepala UPT Kroya...................................... 113
16. Surat Ijin Try Out Kepala UPT Kroya...................................... ........... 114
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia
untuk meningkatkan kualitas manusia. Hal ini, karena pendidikan merupakan
proses yang memerlukan waktu, biaya dan melibatkan banyak faktor, Oleh karena
itu pendidikan harus terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
maka dalam pelaksanaan pendidikan harus berdasarkan kurikulum yang
ditetapkan oleh pemerintah. Kurikulum sebagai salah saatu substansi pendidikan
perlu dipahami terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi sekolan
atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan
untuk merancang dan menentukan materi ajar, kegiatan pembelajarandan
penilaian hasilpembelajaran. Pada saat ini kurikulum yang ditetapkan pemerintah
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus dilakukan secara
menyeluruh yang mencangkup pengembangan dimensi manusia Indonesia
seutuhnya, yakni aspek – aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan,
ketrampilan, seni, olahraga, dan perilaku. Pengembangan aspek – aspek tersebut
bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup( life skill ) yang
diwujudkan melalui pencapaian kompetensi pendidikan pada peserta didik untuk
bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil dimasa datang. Dengan demikian
peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang
dikembangkan melalui pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambumgan. Menyadari bahwa upaya meningkatkan mutu pendidikan
selama ini belum mencapai pada taraf yang memadai yang mampu meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat pada umumnya. Selama ini telah terjadi
kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan
dengan kemampuan aspek akademik dan lebih khusus lagi hanya aspek kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pandangan ini telah membawa dampak terabaikannya aspek – aspek moral,
akhlak, budi pekerti, seni dan olahraga serta kecakapan hidup.
Dalam pendidikan disekolah, salah satu proses pendidikan adalah
penjasorkes. Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
memfokuskan pembelajarannya pada pengembangan kebugaran jasmani,
ketrampilan gerak, stabilitas emosional, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Keshatan juga merupakan
suatu media untuk mendorong perkembangan ketrampilan motorik, kemempuan
fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai – nilai, serta pola hidup sehat
yang berguna untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan. Semua
ungkapan tersebut dapat terlaksana dan dijalankan dengan metode pembelajaran
yang baik yaitu aktif, inovatif, kreatif juga menyenangkan. Tentu saja semua itu
harus berdasarkan Kurikulum yang berlaku.
Untuk menghindari proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan
kurikulum yang dapat menghambat tujuan dari pembelajaran maka dari Kelompok
Kerja Guru penjasorkes kecamatan kroya selalu mengadakan pembinaan rutin tiap
tahun terhadap guru penjasorkes mengenai KTSP. KKG dalam mengadakan
pembinaan terhadap guru, tidak semua guru penjasorkes dilakukan pembinaan
karena untuk menghemat biaya. Tujuan pembinaan yaitu untuk memberikan
pemahaman kepada semua guru penjasorkes mengenai KTSP sehingga dapat
mencapai tujuan dari pendidikan.
Kurikulum KTSP yang sudah ditetapkan sejak tahun 2006 oleh pemerintah
seharusnya dapat dipahami oleh guru di seluruh sekolah dikecamatan kroya.
Tetapi dalam melaksanakan KTSP guru banyak mengalami kendala. Sekolah
dituntut untuk dapat memberikan suatu pelajaran kepada siswa, pelajaran yang
dimaksud adalah memberikan suatu pendidikan kepada siswa sesuai dengan
kurikulum yang digunakan, baik mengenai sarana dan prasarana maupun cara
mengajarnya. Terkait dengan sarana dan prasarana, tugas dari sekolah tersebut
untuk memberikan kebijakan, akan disesuaikan dengan materi yang ada.
Sedangkan untuk mengenai mengajarnya adalah tugas seorang guru mapel. Dia
harus bisa menyampaikan sesuai dengan kurikulum yang ada. KTSP dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
berjalan dengan lancar apabila sekolah dan guru penjasorkes paham dan mampu
melaksanakan. Tetapi dalam pemahaman dan pelaksanaan, guru masih sulit
karena keadaan sekolah dan daerah. Hal ini harus dikuasai tentu saja agar tujuan
dari pembelejaran tersebut dapat terlaksana.
Dari sekian banyak kendala, salah satunya adalah kurangnya pemahaman
guru terhadap KTSP. Untuk mengatasi kendala – kendala dalam menerapkan dan
memahami kurikulum yang dialami guru penjasorkes dikecamatan kroya, KKG
penjasorkes mengadakan pembinaan. KKG dalam melakukan pembinaan, tidak
semua guru penjasorkes akan dibina, tetapi hanya guru – guru penjasorkes yang
belum paham. Untuk tahun ini di kecamatan kroya belum diketahui guru – guru
penjasorkes yang belum paham terhadap KTSP, oleh karena itu perlu di teliti
terlebih dahulu untuk mengetahui guru – guru mana saja yang belum paham
terhadap KTSP. Setelah diketahui guru – guru yang tidak paham,selanjutnya akan
diberikan pembinaan oleh KKG. Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang
perlu diteliti yaitu dalam hal pemahaman guru penjasorkes terhadap Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
identifikasi masalah yang ada yaitu sebagai berikut:
1. Sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran.
2. Cara mengajar guru penjasorkes belum sesuai dengan kurikulum yang ada.
3. Pemahaman guru terhadap KTSP masih kurang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah: “ Pemahaman guru penjasorkes terhadap
KTSP di Sekolah Dasar Se - Kecamatan Kroya.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Seberapa persen pemahaman guru
Penjasorkes terhadap KTSP disekolah Se - Kecamatan Kroya tahun 2011?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemasalahan yang telah dikemukakann diatas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui :
1. Tingkat pemahaman guru penjasorkes terhadap KTSP disekolah se
kecamatan kroya tahun 2011.
2. Pelaksanaan KTSP penjasorkes di sekolah Dasar Se -Kecamatan Kroya.
F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang muncul diatas, penelitian ini bermanfaat
untuk:
1. Menyarankan guru – guru yang masih perlu diadakan pembinaan.
2. Sebagai bahan koreksi tentang seberapa besar pemahaman guru penjasorkes
terhadap KTSP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Penjasorkes(Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan)
a. Pengertian Penjasorkes
Berasal dari kata ’physical education’ yang digunakan di Amerika,
makna dari pendidikan jasmani adalah pendidikan, sedangkan arti dari
pendidikan, Aip Syarifudin dan Muhadi berpendapat, “ proses pengubahan
Penjasorkes dapat juga di artikan pendidikan jasmani , pendidikan jasmani
terjemah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha untuk
mendewasakan anak melalui upaya pengajaran dan latihan” (1999: 4).
Toho Cholik M. dan Rusli Lutan juga berpendapat, ”Penjasorkes adalah
pendidikan disekolah yang dilakukan melalui gerak tubuh dari siswanya.
Penjasorkes memang berbeda dengan pendidikan lainya, penjasorkes
menekankan pada gerak tubuh untuk mencapai tujuan pendidikan kepada
muridnya . pernyataan ini sesuai dengan “Pendidikan jasmani dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan
pendidikan melalui gerakan fisik” (2001: 2).
Menurut Aip Syarifudin dan Muhadi berpendapat “ Pendidkan jasmani
adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani , yang dirancang dan disusun secara
sistimatik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan
kemampuan dan kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang
positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan”
(1991: 4).
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui
aktivitasjasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani ,
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, aktif,
sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Pengalaman belajar yang disajikan akan
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana
cara melakukan gerakan yang aman, efisien, dan efektif.
Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa penjasorkes adalah
suatu jenis pembelajaran yang dilakukan di sekolah yang penyampaiaannya
melalui proses aktifitas fisik ataujasmani kepada siswanya, aktifitas fisik yang di
maksudkan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai. Penjasorkes juga
merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik,
kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai - nilai (
sikapmental – emosional –spiritual - sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat
yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang
seimbang. Dengan Pendidikan jasmani Olahraga Kesehatan siswa akan
memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang
menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan
memiliki kebugaranjasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki
pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia.
b. Konsep Penjasorkes
Seperti telah diuraikan di atas bahwa penjasorkes merupakan bagian dari
pendidikan secara umum dan salah satu sub system pendidikan, dan mempunyai
peran penting dalam perkembangan siswa di sekolah.seperti telah di tetapkan
dalam undang – undang RI No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional
bahwa tujuan pendidikan termasuk pendidikan jasmani di Indonesia adalah
pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Yang di maksud manusia Indonesia
seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatanjasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Pentingnya pembelajaran Penjasorkes di sekolah mengharuskan
peningkatan pembelajaran penjasorkes itu sendiri di sekolah, pemerintah sendiri
telah berusaha melakukan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan jasmani ,
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
seperti tertuang dalam GBHN 1983, yang termuat dalam Toho Cholik M. dan
Rusli Lutan (2001: 5) yakni :
“Pendidikan jasmani dan olahraga perlu ditingkatkan dan dimasyarakatkan sebagai cara pembinaan kesehatanjasmani dan rohani bagi setiap anggota masyarakat. Selanjutnya perlu ditingkatkan kemampuan prasarana dan sarana pendidikan jasmani dan olahraga, termasuk pendidik, pelatih dan penggeraknya, dan digalakan gerakan untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”.
Kedua pernyataan di atas akan terlaksana apabila terjadi suatu pengajaran
penjasorkes yang baik, penjasorkes dalam kenyataanya lebih dari
mengembangkan keterampilan olahraga tapi melibatakan aspek – aspek yang
berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui
partisipasinya. Dalam penjasorkes perlu adanya upaya – upaya inovasi untuk
meningkatkan keefektifan penjasorkes. Seperti dalam buku Pendidikan jasmani
dan Kesehatan, yang diambil contoh dari Negara Amerika Serikat dan Australia
yang menerapkan beberapa pemikiran dan upaya – upaya peningkatan yaitu (1)
model pengajaran reflektif, (2) olahraga disekolah sebagai kegiatan suplemen
pendidikan jasmani , (3) pendidikan jasmani secara menyeluruh (multilateral)
yang dimodifikasi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
Ketiga pemikiran atau upaya peningkatan di atas dapat diuraikan (Toho
Cholik M. dan Rusli Lutan, 2001: 6).sebagai berikut:
1) Model Pengajaran Reflektif
Model pengajaran ini dimaksudkan untuk mengganti model pengajaran
tradisional dengan suatu pengajaran yang efektif. seorang guru yang reflektif
mampu menggunakan atau memanfaatkan lingkunan yang ada secara optimal
sehingga dapat mnumbuhlkan pembelajaran yang aktif inovatif kreatif akan
tetapi juga menyenangkan.hal ini agar merangsang siswa untuk senang belajar.
“Di Victoria (Australia) suatu model pembelajaran alternative disebut
Classroom-based Physical Education Sessions atau (CPES). Model ini di
rancang untuk membantu anak dalam mengmbangkan suatu pengertian yang
lebih baik tentang diri mereka sebagai kemampuan fisik dalam hubungannya
dengan olahraga yang digemari termasuk media yang digunakan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Christoper Hickey (1995) dari Universitas La Trobe menggambarkan
CPES yang tercantum dalam buku (Toho Cholik M. dan Rusli Lutan, 2001: 7)
sebagai berikut : Dalam progam ini siswa dimintai untuk menjelaskan secara
luas tentang masalah – masalah termasuk kontruksi media dari kesegaran,
tingkah laku sportif dan kesamaan hak dalam pendidikan jasmani dan
olahraga.anak – anak diajak untuk terlibat aktif dalam proses pembuatan
keputusan dalam kelas dan belajar melalui diskusi dan pemecahan masalah.
Guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa dalam belajar.
Dalam pengajaran ini siswa di ajak untuk mengerti, mengintepretasikan dan
menjelaskan partisipasinya dan menjelaskan partisipasinya penjasorkes dalam
kaitannya dengan orang lain.
2) Olahraga di sekolah
Olahraga di sekolah dapat juga diartikan pendidikan jasmani oahraga
dan ditetapkan secara resmi sebagai suatu pendekatan alternative dalam
pengajaran pendidikan jasmani . banyak sekali nilai – nilai positif yang dapat
di terima dalam penjasorkes. dalam penjasorkes disekolah siswa lebih banyak
ditekankan kemandirian, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator.
3) Pendidikan jasmani secara menyeluruh
Progam penjasorkes di sekolah seharusnya di arahkan pada upaya
pengembangan pribadi anak secara menyeluruh. Hal ini agar dapat
meningkatkan kemempuan anak secara maksimal “Pendidikan menyeluruh
dalam pendidikan jasmani terbukti mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
tingkat kemampuan dan sikap dalam jangka waktu yang cukup lama dalam
diri siswa yang belajar.
Dari berbagai uraian di atas bisa disimpulkan tentang konsep pendidikan
jasmani sama halnya pengertian penjasorkes yang mengatakan bahwa “pendidikan
jasmani adalah pendidikan melalui gerak jasmani ”
Dalam konsep penjasorkes yang mengatakan bahwa pendidikan yang
dilakukan melalui aktivitas fisik, hal ini sama dengan konsep dari olahraga yang
dilakukan melalui aktifitas fisik juga, akan tetapi jika ditelusuri secara seksama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
maka akan diketahui bahwa penjasorkes dan olahraga berbeda. Seperti yang di
ungkapkan oleh “Antara pendidikan jasmani dan sport sering dikatakan ada
interface, tidak sama namun ada bagian – bagian yang sama.jelas keduanya adalah
aktivitas fisik”. Agar lebih jelas berbedaan dari keduanya di bawah ini. Harsuki,
MA (2002 : 48) menguraikan perbedaan konsep antara penjasorkes dan olahraga.
Tabel 1.Perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga
Penjasorkes Olahraga
Tujuan
Materi
Sifat latihan
Bentuk
Gerak
Kurang
Terampil
Peraturan
Peserta
Talent
scoting
Pendidikan (tumbuh kembang
keseluruhan kepribadian)
Berpusat pada anak (apa yang
dapat dilakukan anak) – gain
score
Multilateral
Tidak harus pertandingan
Seluas kehidupan sehari – hari
Mendapat perhatian esktra
Tak ada pembakuan permainan
Wajib
Dipakai untuk entry behavior
Kinerja motorik
Berpusat pada bahan latihan –
final score
Spesifik
Pertandingan
Terbatas pada gerak yang
bersangkutan
Terpaksa ditinggalkan
Dibakukan
Bebas
Untuk memilih atlit berbakat
Menurut pengertian diatas dapat dikatakan bahwa latihan pendidikan
jasmani perpusat pada anak didik, itu artinya seorang guru penjasorkes harus
menyajikan latihan yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak, guru
penjasorkes harus dengan cepat dan tepat dapat memodifikasi latihan apabila
ternyata terlalu berat ataupun terlalu ringan. dan arena guru itu terlalu banyak
mengelola siswa, maka jumlah itu pula beragam kemampuan siswanya, maka
yang penting adalah gain score, berapa jauh kemajuan anak yang dicapai oleh
setiap anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Kurikulum
a. Pengertian kurikulum
Dijelaskan Soedarminto, “kata kurikulum berasal dari bahasa yunani
curere yang berarti berlari, berlari yang dimaksud dalam dunia pendidikan adalah
langkah atau progam untuk menjalani suatu proses pendidikan” (1986: 1).
Bahasa Yunani makna arti kurikulum juga terdapat dalam kamus bahasa
inggris “the shorter oxford dictionary mendefinisikan ‘a course, especially,
aregular course of study as at a school or university’, sedangkan the Webster now
international dictionary mendefinisikan ‘aspecified course of study, as in a school
or colloge, as one leading to a degree’ dari kedua kamus tersebut kurang lebihnya
berarti: sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah
pebgetahuan yang harus dikuasai untuk mencapai tingkat atau gelar tertentu.
Definisi kurikulum tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 seperti dikutip
E Mulyasa (2007: ) adalah “seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu”.
Pendapat Rusly Ahmad, “kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang
mempunyai arti dan terarah, untuk mencapai tujuan tertentu dibawah pengawasan
sekolah” (1989: 6).
“Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses belajar dan
mengajar di dunia pendidikan” (Abdullahidi, 2006: 1).
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan
keadaandan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar
tuntas).Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan
nilai-nilai agama, sosial emosional ,kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian
dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut pendapat di atas banyak sekali pengartian yang terkandung akan
tetapi dari semua pendapat di atas dapat didefinisikan pengertian kurikulum
mengarah pada satu permasalahan yaitu tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan
dari pendidikan itu sendiri.
b. Azas Kurikulum
Kurikulum di buat tidaklah asal, akan tetapi dengan mempertimbangkan
banyak aspek, terutama aspek yang berhubungan erat dengan proses
pengembangan kurikulum itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Soedarminto, “untuk mengembangkan kurikulum ada beberapa factor yang harus
dipertimbangkan, antara lain adalah tujuan pendidikan, keadaan masyarakat, ilmu
jiwa belajar, serta orgasasi kurikulum” (1986: 5).
Keempat faktor yang dikemukaan diatas merupakan sebuah azas yang
dipertimbangkan, (Soedarminto, 1986: 5) juga menguaraikan keempat faktor
tersebut secara berurutan, yaitu azas fisiologis, azas sosiologis, azas psikologis,
dan azas organisatoris
1) Azas fisiologis
Suatu Negara pasti mempunyai tujuan pendidikan sendiri, hal ini
ditentukan oleh perbedaan filsafat dari masing – masing Negara
tersebut.filsafat yang di anut dicerminkan pada kurikulum yang dijalankan
suatu Negara tersebut . kurikulum senantiasa berhubungan erat dengan
filsafat pendidikan, karena filsafat merupakan induk dari semua
pengetahuan. luasnya fisafat dapat dirumuskan menjadi 6 kajian,(a)
Metafisika, yakni studi yang hakikat kenyataan atau realitas, (b)
Epistemologi, yakni studi tentang hakikat pengetahuan, (c) Aksiologi, yakni
studi tentang nilai, (d) Etika, yakni studi tentang hakikat kebaikan, (e)
Estetika, yakni studi tentang hakikat keindahan, (f) Logika, yakni studi
tentang hakikat penalaran. Filsafat menetukan tujuan yang ingin dicapai
dengan alat yang disebut kurikulum.
2) Azas sosiologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dalam azas ini tentu saja hubungannya dengan masyarakat, dalam
dunia pendidikan tidak hanya terpaku pada lingkungan sekolah, tapi juga
dengan lingkungan masyarakat disekitar, atau di daerah tersebut.kurikulum
dibuat juga dengan melihat kondisi dari masyarakat di deaerah tersebut, hal
ini agar siswa dapat siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
masyarakat sekitar, dan tidak hanya terpaku pada dunia pendidikan saja. .
disini harus dijaga keseimbangan antara kepentingan anak sebagai individu
dan sebagai anggota masyarakat.
3) azas psikologis
a) ilmu jiwa anak
Sekolah didirikan untuk anak, untuk itu kepentingan anak, yakni
memberi situasi belajar kepada anak –anak dimana mereka dapat
mengembangkan bakatnya. sebab itu sudah seharusnya anak itu sendiri
merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan
kurikulum.
Pendidikan seorang anak tentu saja berbeda dengan pendidikan
yang diterima oleh orang dewasa, hal ini dikarenakan oleh kondisi dari
kejiwaan dari seorang anak, jenis dan model pendidikan disesuaikan dari
umur anak tersebut, perbedaan jenjang umur tersebut mempengaruhi pola
pikirnya, suatu anak akan mengalami peningkatan pola pikir secara
bertahap, maka dari itu anak juga akan melewati kelas – kelas untuk
mencapai suatu kedewasaan berpikir. dengan alasan tersebut maka
kurikulum juga disusun melihat dari ilmu jiwa seorang anak.
b) ilmu jiwa belajar
Pendidikan disekolah diberikan dengan harapan agar tujuan
pendidikan dapat tercapai . tujuan itu akan tercapai jika pembelajaran yang
dilakukan dapat berhasil, keberhasilan dari belajar bukan hanya pengaruh
dari guru, akan tetapi bagaima model pembelajarannya juga
mempengaruhi . pada saat ini dikenal suatu Pembelajaran Aktif Inovatif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan . Model pembelajaran tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menentukan bahan pelajaran yang harus disajikan. Jadi terdapat hubungan
yang erat antara kurikulum dan ilmu jiwa belajar.
4) Azas Organisatoris
Azas ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni
organisasi kurikulum. Azas ini berhubungan erat dengan pendapat tersebut
di atas. Pembentukan organisasi ini dilakukan untuk menentukan materi
pengajaran yang harus disampaikan kepada siswa sesuai dengan jenjang
pendidikannya. Abdullah idi, “Sebagai konklusi dari uraian azas
organisatoris tersebut, ada 3 hal utama yang perlu diperhatikan yakni :(a)
tujuan bahan pelajaran, (b)sasaran bahan pelajaran, (c)pengorganisasian
bahan” (2006:94).
c. Fungsi Kurikulum
Kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam program – progam yang
diselenggarakan sekolah. Fungsi kurikulum tersebut memiliki cakupan yang
sangat luas, tidak hanya pada lingkungan sekolah saja. Seperti yang dikemukaan
oleh . Abdullah idi (2006: 205) Fungsi tersebut lebih kurang meliputi:
1). Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan – tujuan
pendidikan yang di inginkan sekolah yang di anggap cukup tepat dan
penting untuk dicapai . Dengan kata lain bila tujuan yang diinginkan tidak
tercapai maka orang cenderung untuk meninjau kembali alat yang
digunakan tersebut.
2). Fungsi kurikulum bagi anak. Kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun
yang disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan
mereka . Dengan begitu diharapkan akan mendapat sejumlah pengalaman
baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan
perkembanagan anak.
3). Fungsi kurikulum bagi Guru atau pendidik. Fungsi kurikulum bagi guru
mencakup beberapa hal, yaitu sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mengorganisir pengalaman belajar bagi anak didik, pedoman untuk
mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka
menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan, dan pedoman dalam
mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran.
4). Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah, yang pertama
sabagai pedoman dalam rangka mengadakan fungsi supervise yaitu
memperbaiki situasi belajar, sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi
supervise dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak
kearah yang lebih baik, sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi
superevisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki
situasi mengajar, sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih
lanjut, yang terakhir sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi
kemajuan belajar mengajar.
5). Fungsi kurikulum bagi orang tua murid, artinya orangtua dapat turut serta
membantu usaha sekolah dalam memejukan putra putrinya. Bantuan
orangtua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah, guru, dana
dan sebagainya.
6). Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan diatasnya. Fungsi kurikulum
bagi sekolah atasnya berkaitan dengan dua jenis fungsi yaitu keseimbangan
proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.
7). Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah. Dalam hal
ini terdapat dua hal yang dapat dilakukan yaitu pemakai lulusan ikut
memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan
yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtua/ masyarakat.
Berikutnya adalah ikut memberikan kritik atau saran yang membangun
dalam rangka menyempurnakan progam pendidikan di sekolah agar bias
lebih serasi dengan kebutuhan masyakat dan lapangan kerja.
Fungsi kurikulum yang sangat banyak ini dapat dijadikan acuan
bagi sekolah agar dapat menyusun lebih baik lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a. Konsep KTSP
KTSP merupakan kurikulum yang dijalankan pemerintah pada tahun
2006, kurikulum ini merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.
Pergantian ini dimaksudkan untuk menghadapi persaingan global berbasis
teknologi informasi, maka mutu output pendidikan di Indonesia harus segera di
perbaharui. Salah satu upaya meningkatkan mutu lulusan adalah mulai
diadakannya standarisasi lulusan.
Menyikapi pernyataan diatas pemerintah melakukan pembenahan system
pendidikan dengan menetapkan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) melalui
Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2005, menurut pasal 1 ayat (1) PP No 19
tahun 2005 tersebut, Standar Nasional Pendidikan adalah Kriteria minimal tentang
sisitem pendidikan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
menurut pasal 2 ayat (1), kedelapan SNP tersebut adalah : standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga pendidika,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan
standar penilaian pendidikan.
Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP tersebut, Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) Mengusulkan Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) kepada Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas)
dan mengembangkan panduan penyusunan KTSP yang di dalamnya terdapat
model – model Kurikulum satuan pendidikan. SI dan SKL yang di ajukan BNSP
tersebut kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No.22 dan permendiknas No.23 dan pelaksanaan Mengenai SI
dan SKL melalui Permendidknas No.24.
PP No.19 tahun 2005 tentang SNP, Permendiknas No.22 tentang SI,
Permendiknas No. 23 SKL, dan Permendiknas No. 24 tentang pelaksanaan SI dan
SKL serta mengacu pada Undung – Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan Nasional (Sisdiknas) maka pengembangan standar kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dan Kompetensi dasar kedalam kurikulum operasional tingkat satuan pendidikan
merupakan tanggung jawab satuan pendidikan masing – masing sekolah . Pada
prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan
sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,
dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas No 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan SI dan SKL . “Standar isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”
Menurut PP No. 19 Tahun 2005 pasal 1 ayat (15) mengemukaan bahwa
“KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing
– masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi
dasar yang dikembangkan oleh badan Standar Nasional Pendidikan”. Berdasarkan
hal tersebut KTSP disusun dengan harapan dapat meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia, memecahkan masalah kesenjangan pendidikan dengan
dunia kerja, dan dalam jangka panjang diharapkan dapat membawa masyarakat
dan bangsa keluar dari krisis berkepanjangan.
Penekanan terhadap suatu kompetensi yang disesuaikan dengan dunia
usaha atau keadaan ekonomi dari masyarakat disekitarnya akan memberi warna
terhadap suatu sekolah, sehingga sekolah yang satu akan berbeda karakteristiknya
dengan sekolah yang berada di daerah lain. Meskipun terdapat perbedaan
karakteristik di masing – masing sekolah, persamaan setiap sekolah harus
dimunculkan yaitu dengan tetap mengacu pada SNP yang dikembangkan dan
digariskan oleh BNSP.
Hal ini ditegaskan oleh E Mulyasa (2007) yang menyatakan:
”Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kependidikan, serta system penilaian . Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut : pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan professional, serta team kerja yang kompak dan transparan”(hlm 29)..
Pemberlakuan KTSP sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan
SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari
komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan
kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau
Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan
karyawan juga melibatkan komite sekolah. Dengan keterlibatan komite sekolah
dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi
masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan, dan kebutuhan masyarakat. KTSP
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan sekolah /
madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan
disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan Kabupaten / Kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP
mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum
yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pada SI dan SKL serta panduan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
KTSP juga dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, relevan dengan kebutuhan kehidupan
menyeluruh dan berkesinambungan.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa karakteristik KTSP adalah sebuah kurikulum yang mampu
mewadahi dan mengembangkan segala potensi yang ada di tiap – tiap daerah di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
wilayah Indonesia namun pelaksanaannya tetap mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang dikembangkan badab nasional Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP). Oleh karena itu melalui KTSP diharapkan dapat menciptakan
output yang mampu mengolah potensi di daerah masing – masing.
b. Tujuan KTSP
Menurut E Mulyasa, “Tujuan umum diterapkannya KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidkan melalui pemberian
wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum” (2007: 22).
Berdasarkan pendapat itu maka menyatakan bahwa KTSP menganut asas
desentralistik dengan tetap mengacu pada tujuan untuk melibatkan guru dari
masing – masing satuan pendidikan dalam proses penyusunan kurikulum. Para
guru diharapkan mampu menggali segala potensi yang ada di daerah masing –
masing untuk dijadikan dasar dalam menyusun kurikulum.
Tujuan KTSP oleh E Mulyasa (2007) secara khusus meliputi hal – hal
sebagai berikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
2) Meningkatakan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai(hlm.22)
Menurut pendapat di atas disimpulkan bahwa KTSP memliki dua tujuan
yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. Tujuan umum KTSP adalah
menciptakan kemandirian guru melalui pergantian sistem penyusuan kurikulum
dari sentalistik menjadi desentralistik. Tujuan KTSP secara khusus yaitu
meningkatkan mutu pendidikan. Baik tujuan umum ataupun khusus tetap
mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Prinsip dan acuan pengembangan KTSP
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdIknas, PP No. 19
tahun 2005 dan permendiknas No. 22, 23,dan 24 tahun 2006 prinsip KTSP sudah
dapat diketahui. Hal ini juga susuai dengan Masnur Muslich (2007: 11) yang
menyebutkan:
“KTSP di kembangkan berdasarkan prinsip prinsip berikut:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan.
2) Beragam dan terpadu. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni. 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5) Menyeluruh dan berkesinambungan 6) Belajar sepankang hayat 7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah”
Selain itu Masnur Muslich (2007: 11) juga menyebutkan tentang acuan
KTSP:
“KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional sebagai berikut:1) peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh 2) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan minat sesuai dengan tinkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman
potensi, minat, kecerdasan, intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik peeseta didik secara optimal sesuai tingkat perkembangannya.
3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki keragaman potensi potensi, kebutuhan, tantangan
dan keragaman karakteristik lingkungan. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah
4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional Pembangunan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan
tuntutan pembangunan daerah dan nasional. 5) tuntutan dunia kerja Kuirkulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali
peserta didik memasuki dunia kerja sesuaidengan tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerj, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7) Agama Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan
kerukunan umat beragama, serta memperhatikan norma agama yang berlaku dilingkungan sekolah.
8) Dinamika perkembangan global Kurikulum harus dikembangkan agar persta didik mampu bersaing
secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain. 9) Persatuan nasional dan nilai - nilai kebangsaan Kurikulum harus mendorong wawasan dan siakp kebangsaan dan
persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
10) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
11) Kesetaraan gender Kurikulum harus di arahkan kepada pendidikan berkeadilan dan
mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan gender 12) Karakteristik satuan pendidikan Kurikulum harus dikembangkan sesuai visi, misi, tujuan, kondisi,
dan ciri khas satuan satuan pendidikan”.
d. Komponen Kurikiulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP mempunyai empat komponen yaitu tujuan pendidikan dasar,
struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, silabus dan RPP.
4. Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD
Kurikulum pendidikan jamani tersusun dari pengalaman-pengalaman
yang dengan sadar dipilih dan diorganisasi untuk tujuan mengembangkan pribadi
anak dengan pemahaman-pemahaman perasaan terhadap nilai-nilai, ketrampilan-
ketrampilan atau kemampuan-kemampuan baru, fungsinya adalah untuk
merangsang pengalamanya agar dapat menghasilkan pertumbuhan dan
perkembangan jasmani , sosial, dan kejiwaan yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Ciri-ciri utama dari suatu program pendidikan jasmani yang baik sama
dengan setiap program pendidikan yang lain, karena pendidikan ekonomi,
pendidikan sains, pendidikan bahasa dan sebagainya misalnya menarik prinsip
dasarnya dari sumber-sumber yang sama seperti yang dilakukan oleh pendidikan
jasmani . Prinsip-prinsip ini berasal dari suatu analisis mengenai sifat dan
kebutuhan masyarakat, sifat individu, sifat proses belajar, dan prinsip-prinsip ini
berasal dari suatu analisis mengenai sifat dan dan kebutuhan masyarakat, sifat
individu, sifat proses belajar, dan prinsip-prinsip dasar dari pengembangan,
organisasi dan administrasi kurikulum. Pendidikan jasmani merupakan integral
dari proses pendidikan dan menarik prinsip-prinsipnya dari sumber-sumber yang
sama seperti yang dilakukan oleh bidang-bidang pendidikan lainnya.
Struktur materi penjasorkes dikembangkan dan disusun dengan
menggunakan model kurikulum kebugaranjasmani dan olahraga, dimana
pengertian sehat dan bugar menurut WHO: Holistic health extends the physical,
mental, and sosial aspects of the definition to include intellectual and spiritual
dimentions. Bugar = sehat yaitu kemampuan untuk bekerja kuat dan tahan lama
tanpa mengenal kelelahan yang berarti dan memiliki cadangan emosi untuk
menghadapi gangguan emosi.
Berdasarkan hasil studi yamg dilakukan oleh Ken Hartman dan Marshall
(1999), identifikasi kondisi yang memprihatikan, ditandai dengan: a.
Berkurangnya alokasi waktu dalam kurikulum, b. Hambatan dalam financial,
material, dan personil yang tak memadai, c. Status mata pelajaran dan
kepercayaan diri yang rendah, d. Terpinggirkannya pendidikan jasmani serta
penilaian rendah dari pihak pembuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas, maka
kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1
Pemahaman guru
terhadap KTSP
mencangkup
1. Pengartian kurikulum
2. Azas kurikulum
3. Fungsi kurikulum
4. Konsep KTSP
5. Tujuan KTSP
6. Prinsip KTSP
7. Komponen KTSP
Membuat angket
Uji validitas
Pelaksanaan
penelitian
Analisis data
Guru penjasorkes
yang belum
pahamdisarankan
untuk dilakukan
Pelaksanaan Try out
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar Se –
Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap tahun 2011.
2. Waktu Penelitian
2011 2012 Jenis Kegiatan
Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun1. Persiapan penelitian a. Membuat angket b. Try out c. Uji validitas dan reabilitas d. Ijin kepala UPT 2.Pelaksanaan penelitian a. Menyebar dan penarikan angket b. Analisis data 3.Penyusunan skripsi 4.Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi
B. Populasi
Populasi penelitian adalah Guru Penjasorkes di SD Se - Kecamatan Kroya
Kabupaten Cilacap. Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel tertentu
karena semua anggota populasi diteliti yaitu, 62 guru penjas SD.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dari penelitian ini menggunakan alat ukur :
1. Angket
Langkah - langkah yang dilakukan dalam pembuatan angket ini adalah
dengan menentukan Aspek, sub - aspek, kemudian Indikator - indikator yang
terdiri dari : aspek kurikulum, aspek KTSP, aspek konsep KTSP, aspek Ttjuan
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
KTSP, aspek acuan KTSP, aspek pembelajaran penjasorkes, aspek alokasi waktu,
aspek RPP Kemudian di jabarkan menjadi indikator setelah membuat butir – butir
pernyataan instrumen yang di peruntukkan buat guru dan selanjutnya diuji
cobakan dan kemudian dilakukan uju validitas dan uji reabilitas ssetelah itu di
gunakan untuk pengambilan data pada setiap responden.
2. Uji Validitas
Data di analisis secara kauntitatif dengan bantuan analisis diskriptif.
Instrumen di uji cobakan(try out) untuk keperluan validitas instrumen itu sendiri.
Setelah didapatkan instrumen - instrumen yang valid, baru digunakan untuk
memperoleh data langsung di lapangan atau subjek penelitian.
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji validitas tiap butir
instrumen menggunakan korelasi product moment pearson (Suharsimi Arikunto,
2000: 72). Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing - masing
butir dengan skor total, menggunakan rumus product moment pearson sebagai
berikut :
Suharsimi Arikunto (2000 : 72)
Dimana :
rxy = koetisien korelasi antara x dan y
x = Nilai masing-masing item
y = Nilai total
xy = Jumlah perkalian x dan y
x2 = Jumlah kuadrat x
xy2 = Jumlah kuadrat y
N = Jumlah subyek
Dari hasil perhitungan rhitung di kunsultasikan dengan rtabel pada taraf
signifikan 5% jika rhitung > rtabel, maka butir soal tersebut valid. Sebaliknya jika
rhitung < rtabel, maka butir soal tersebut tidak valid. Kemudian selanjutnya item yang
dipakai adalah item yang valid, item yang tidak valid di buang.
})(.{})(.{
.2222 YXNXN
XYXYNr
X
xyrxy =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Uji Reliabilitas
Reabilitas menyatakan kehandalan atau konsistensi pengukuran yang
dilakukan instrument (Kuisioner). Dalam penelitian ini uji reabilitas di hitung
berdasarkan koefisien Cronbach’s Alpha dengan menggunakan program SPSS 17
for Windows. Angka reabilitas Alpha (yang dapat diterima) berkisar antara 0 dan
1. Semakin mendekati 1 dikatakan bahwa reabilitas semakin tinggi. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha
> 0,6.1.
2. Wawancara
Informan dalam pelaksanaan wawancara ini adalah guru penjasorkes SD
Se - Kecamatan Kroya. Dalam melakukan proses wawancara bahan untuk
melakukan pertanyaan yang sudah di berikan atau dengan kata lain dengan
menyerderhanakan pertanyaan dalam bentuk angket atau tulis kedalam bentuk
pertanyaan lisan.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini akan dilaksanakan sebagai berikut :
23
Kisi- kisi angket
Angket
Try out
Uji validitas
Penentuan populasi
Guru penjasorkes se- Kecamatan Kroya yaitu 62 guru penjasorkes
Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
E. Teknik Analisis Data
Data di analisis secara kuantitatif dengan bantuan analisis statistik
diskriptif. Untuk kepentingan tersebut, masing - masing data yang diperoleh dari
analisis dokumen, di hitung frekuensi dan presentasinya dari setiap pilihan
jawaban atau untuk perilaku dalam setiap butir dan indikator. Untuk bebutuhan
analisis digunakan program komputer exel for windows.
Teknik analisis data diperlukan untuk mendiskripsikan hasil penelitian
tentang Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes di SD Se -
Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, maka teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik persentase atau frekuensi relatif. Kemudian data yang di peroleh
nantinya diolah sesuai dengan tujuan dan pertanyaan penelitian dengan
memperhatikan aspek - aspek dalam angket dan hasilnya dengan langkah -
langkah sebagai berikut:
1. Mengecek kelengkapan data (verifikasi data)
2. Mentabulasikan masing - masing item ke dalam aspek
3. Menghitung persentase jawaban dengan formula sebagai berikut:
Anas sudijono ( 2006 : 43)
P = X 100%
Dimana
f = frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Number of cases ( Jumlah Frekuensi/banyaknya individu)
p = angka presentas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari angket, dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Tabel 1: Data tentang pemahaman guru penjasorkes terhadap KTSP di SD se-Kecamatan Kroya dengan jumlah 62 Guru.
No Jumlah Jumlah No Aspek
Item Jawaban Benar
Seluruh Jawaban Benar
Rata-Rata
1 35 Pengertian 2 38
Kurikulum(4Item) 3 41 1
4 43
157 39.25
5 31 6 58
Pengertian 7 36
KTSP (6item) 8 38 9 35
2
10 31
229 38.2
11 31 Konsep KTSP 12 37
(5item) 13 35
14 36
3
15 30
169 33.8
Tujuan KTSP 16 36 4
(2item) 17 42 78 39
18 33
Acuan KTSP 19 42 (4item) 20 41
5
21 33
149 37.25
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Lanjutan table 1 : Data tentang pemahaman guru penjasorkes terhadap KTSP di SD se-Kecamatan Kroya dengan jumlah 62 Guru.
No Jumlah Jumlah No Aspek
Soal Jawaban Benar
Seluruh Jawaban Benar
Rata-Rata
22 35 23 31 24 30 25 36 26 34 27 39 28 35
Pembelajaran 29 36 Penjasorkes 30 36
(17soal) 31 41 32 29 33 37 34 33 35 40 36 39 37 28
6
38 41
600 35.3
39 34 Alokasi Waktu 40 33 7
(4Soal) 41 37
104 34.7
42 40 Konsep RPP 43 40
(4soal) 44 34 8
45 37
151 37.75
Jumlah 1637 1637 295,25 Rata - Rata 36,38 204,63 36,9
Dari tabel diatas dapat dijelaskan mengenai pemahaman guru penjasorkes
terhadap KTSPyang terdiri dari 8 aspek.
1. Dari aspek pengertian kurikulum jumlah itemnya adalah 4 item yaitu dari no 1-
4, sedangkan item item no.1 jumlah yang menjawab benar adalah 35 responden
(guru) dari 62 responden (guru), item no.2 adalah 38, item no.3 adalah 41, item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
no.4 adalah 43. Jumlah seluruh jawaban yang benar adalah 157. Untuk rata –
ratanya adalah 39,25.
2. Dari aspek pengertian KTSP, Jumlah itemnya adalah 6 item yaitu dari no 5-10 ,
item no 5 jumlah yang menjawab benar adalah 31 responden (guru) dari 62
responden (guru), sedangkan item no.6 adalah 58, item no.7 adalah 36, item
no.8 adalah 38, item no.9 adalah 35, item no.10 adalah 31. Jumlah seluruh
jawaban benar adalah 229. Untuk rata – ratanya adalah 38,2.
3. Dari aspek konsep KTSP, jumlah itemnya adalah 5 item yaitu dari no 11-15.
Item no 11 jumlah yang menjawab benar adalah 31 responden (guru) dari 62
respondedn(guru), sedangkan item no.12 adalah 37, item no.13 adalah 35, item
no.14 adalah 36, item no.15 adalah 30. Jumlah seluruh jawaban benar adalah
169. Untuk rata – ratanya adalah 33,8.
4. Dari aspek tujuan KTSP, jumlah itemnya adalah 2 item yaitu no 16-17. Item
no. 17 jumlah yang menjawab benar adalah 36 responden (guru) dari 62
responden (guru), sedangkan item no.17 adalah 42. Jumlah seluruh jawaban
benar adalah 78. Untuk rata – ratanya adalah 39.
5. Dari aspek acuan KTSP, jumlah itemnya adalah 4 item, yaitu no 18-21.
Sedangkan item no.18 jumlah yang menjawab benar adalah 33 responden
(guru) dari 62 responden (guru), sedangkan item no.19 adalah 42, item no.20
adalah 41, item no.21 adalah 33. Jumlah seluruh jawaban benar adalah 149.
Untuk rata – ratanya adalah 37,25.
6. Dari aspek pembelajaran penjasorkes, jumlah itemnya adalah 17 item yaitu dari
no.22-38. Sedangkan item no.22 jumlah yang menjawab benar adalah 35
responden (guru) dari 62 responden (guru), sedangkan item no.23 adalah 31,
item no.24 adalah 30, item no.25 adalah 36, item no.26 adalah 34, item no.27
adalah 39, item no.28 adalah 35, item no.29 adalah 36, item no.30 adalah 36,
item no.31 adalah 41, item no.32 adalah 29, item no.33 adalah 37, item no.34
adalah 33, item no.35 adalah 40, item no.36 adalah 39, item no.37 adalah 28,
item no.38 adalah 41. Jumlah seluruh jawaban benar adalah 600. Untuk rata –
ratanya adalah 35,3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
7. Dari aspek alokasi waktu, jumlah itemnya adalah 3 item yaitu dari no.39-41.
Sedangkan item no.39 jumlah yang menjawaban benar adalah 34, sedangkan
no.40 adalah 33, no.41 adalah 37. Jumlah seluruh jawaban benar adalah 104.
Untuk rata – ratanya adalah 37,4.
8. Dari aspek konsep RPP, jumlah itemnya adalah 4item yaitu dari no.42-45.
Sedangkan item no.42 jumlah jawaban benar adalah 40 responden (guru) dari
62 responden (guru), sedangkan item no.43 adalah 40, item no.44 adalah 34,
item no.45 adalah 37. Jumlah seluruh jawaban benar adalah 151. Untuk rata –
ratanya adalah 37,75.
B. Analisis Data
Dari derskripsi data diatas dianalisis menggunakan teknik persentase atau
frekuensi relatif. Kemudian data yang di peroleh dianalisis sesuai dengan tujuan
dan pertanyaan penelitian dengan memperhatikan aspek - aspek dalam angket.
Hasil analisis dari deskripsi data diatas adalah sebagai berikut :
1. Aspek pengertian kurikulum (4item)
Tabel 2: Hasil analisis tentang pengertian kurikulum.
NoButir Item % paham kurikulum % tidak paham kurikulum
1 56,5 43,5
2 61,3 38,7
3 66,1 33,9
4 69,4 30,6
Rata - Rata 63,3 36,7
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa aspek pengertian kurikulum
terdapat 4 item. Item no 1 guru yang paham adalah 56,5%, sedangkan yang tidak
paham 43,5%. Item no 2 yang paham adalah 61,3%, sedangkan yang tidak paham
38,7%. Item no 3 yang paham adalah 66,1%, sedangkan yang tidak paham 33,9%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Item no 4 yang paham adalah 69,4%, sedangkan yang tidak paham 30,6%. Data
yang paham diatas diperoleh dari jumlah jawaban benar dibagi jumlah guru
kemudian dikalikan 100%. Data yang tidak paham diatas diperoleh dari jumlah
jawaban salah dibagi jumlah guru kemudian dikalikan 100%.
2. Aspek pengertian KTSP (6item)
Tabel 3: Hasil analisis tentang pengertian kurikulum.
NoButir Item % paham tentang KTSP % tidak paham tentang KTSP
5 50 50
6 93,5 6,5
7 58,1 41,9
8 61,3 38,7
9 56,5 43,5
10 50 50
Rata - Rata 61,6 38,4
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa aspek pengertian KTSP terdapat 6
item. Item no 5 guru yang paham adalah 50%, sedangkan yang tidak paham 50%.
Item no 6 yang paham adalah 93,5%, sedangkan yang tidak paham 6,5%. Item no
7 yang paham adalah 58,1%, sedangkan yang tidak paham 41,9%. Item no 8 yang
paham adalah 61,3%, sedangkan yang tidak paham 38,7%. Item no 9 yang paham
adalah 56,5% sedangkan yang tidak paham 43,5%. Item no 10 yang paham adalah
50%, sedangkan yang tidak paham adalah 50%. Data yang paham diatas diperoleh
dari jumlah jawaban benar dibagi jumlah guru kemudian dikalikan 100%. Data
yang tidak paham diatas diperoleh dari jumlah jawaban salah dibagi jumlah guru
kemudian dikalikan 100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Aspek konsep KTSP (5 item)
Tabel 4: Hasil analisis tentang konsep KTSP
NoButir Item % paham konsep KTSP % tidak paham konsep KTSP
11 50 50
12 59,7 40,3
13 56,5 43,5
14 58,1 41,9
15 48,2 51,8
Rata - Rata 54,5 45,5
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa aspek konsep KTSP terdapat 5
item. Item no 11 guru yang paham adalah 50%, sedangkan yang tidak paham
50%. Item no 12 yang paham adalah 59,7%, sedangkan yang tidak paham 40,3%.
Item no 13 yang paham adalah 56,5%, sedangkan yang tidak paham 43,5%. Item
no 14 yang paham adalah 58,1%, sedangkan yang tidak paham 41,9%. Item no 15
yang paham adalah 48,2%, sedangkan yang tidak paham 51,8%. Data yang paham
diatas diperoleh dari jumlah jawaban benar dibagi jumlah guru kemudian
dikalikan 100%. Data yang tidak paham diatas diperoleh dari jumlah jawaban
salah dibagi jumlah guru kemudian dikalikan 100%.
4. Aspek tujuan KTSP (2item)
Tabel 5: Hasil analisis tentang konsep KTSP.
No Butir Item % paham tujuan KTSP % tidak paham tujuan KTSP
16 58,1 41,9
17 67,8 32,2
Rata - Rata 63 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa aspek tujuan KTSP terdapat 2
item. Item no 16 guru yang paham adalah 58,1%, sedangkan yang tidak paham
41,9%. Item no 17 yang paham adalah 67,8%, sedangkan yang tidak paham
32,2%. Data yang paham diatas diperoleh dari jumlah jawaban benar dibagi
jumlah guru kemudian dikalikan 100%. Data yang tidak paham diatas diperoleh
dari jumlah jawaban salah dibagi jumlah guru kemudian dikalikan 100%.
5. Aspek acuan KTSP (4item)
Tabel 6: Hasil analisis tentang acuan KTSP
No Butir Item % paham acuan KTSP % tidak paham acuan KTSP
18 53,2 46,8
19 67,8 32,2
20 66,1 33,9
21 53,2 46,8
Rata - Rata 60,1 39,9
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa aspek acuan KTSP terdapat 4
item. Item no 18 guru yang paham adalah 53,2%, sedangkan yang tidak paham
46,8%. Item no 19 yang paham adalah 67,8%, sedangkan yang tidak paham
32,2%. Item no 20 yang paham adalah 66,1%, sedangkan yang tidak paham
33,9%. Item no 21 yang paham adalah 53,2%, sedangkan yang tidak paham
46,8%. Data yang paham diatas diperoleh dari jumlah jawaban benar dibagi
jumlah guru kemudian dikalikan 100%. Data yang tidak paham diatas diperoleh
dari jumlah jawaban salah dibagi jumlah guru kemudian dikalikan 100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
6. Aspek pembelajaran penjasorkes (17item)
Tabel 7: Hasil analisis tentang pembelajaran penjasorkes.
No Butir Item % paham pembelajaran
penjasorkes
% tidak paham pembelajaran
penjasorkes
22 56,5 43,5
23 50 50
24 48,4 51,6
25 58,1 41,9
26 54,8 45,2
27 62,9 37,1
28 56,5 43,5
29 58,1 41,9
30 58,1 41,9
31 66,1 33,9
32 46,8 53,2
33 59,7 40,3
34 53,2 46,8
35 64,5 35,5
36 62,9 37,1
37 45,2 54,8
38 66,1 33,9
Rata - Rata 56,9 43,1
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa aspek pembelajaran penjasorkes
terdapat 17 item. Item no 22 guru yang paham adalah 56,5%, sedangkan yang
tidak paham 43,5%. Item no 23 yang paham adalah50%, sedangkan yang tidak
paham 50%. Item no 24 yang paham adalah 48,4%, sedangkan yang tidak paham
51,6%. Item no 25 yang paham adalah 58,1%, sedangkan yang tidak paham
41,9% Item no 26 guru yang paham adalah 54,8%, sedangkan yang tidak paham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
45,2%. Item no 27 yang paham adalah 62,9%, sedangkan yang tidak paham
37,1%. Item no 28 yang paham adalah 56,5%, sedangkan yang tidak paham
43,5%. Item no 29 yang paham adalah 58,1%, sedangkan yang tidak paham
41,9% Item no 30 guru yang paham adalah 58,1%, sedangkan yang tidak paham
41,9%. Item no 31 yang paham adalah 66,1%, sedangkan yang tidak paham
33,9%. Item no 32 yang paham adalah 46,8%, sedangkan yang tidak paham
53,3%. Item no 33 yang paham adalah 59,7%, sedangkan yang tidak paham
40,3% Item no 34 guru yang paham adalah 53,2%, sedangkan yang tidak paham
46,8%. Item no 35 yang paham adalah 64,5%, sedangkan yang tidak paham
35,5%. Item no 36 yang paham adalah 62,9%, sedangkan yang tidak paham
37,1%. Item no 37 yang paham adalah 45,2%, sedangkan yang tidak paham
54,8%. Item no 38 yang paham adalah 66,1%, edangkan yang tidak paham
33,9Data yang paham diatas diperoleh dari jumlah jawaban benar dibagi jumlah
guru kemudian dikalikan 100%. Data yang tidak paham diatas diperoleh dari
jumlah jawaban salah dibagi jumlah guru kemudian dikalikan 100%.
7. Aspek alokasi waktu (3item)
Tabel 8: Hasil analisis tentang alokasi waktu
NoButir Item % paham alokasi waktu % tidak paham alokasi waktu
39 54,8 45,2
40 53,2 46,8
41 59,7 40,3
Rata - Rata 55,9 44,1
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa aspek acuan KTSP terdapat 3
item. Item no 39 guru yang paham adalah 54,8%, sedangkan yang tidak paham
45,2%. Item no 40 yang paham adalah 53,2%, sedangkan yang tidak paham
46,8%. Item no 41 yang paham adalah 59,7%, sedangkan yang tidak paham
40,3%. Data yang paham diatas diperoleh dari jumlah jawaban benar dibagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
jumlah guru kemudian dikalikan 100%. Data yang tidak paham diatas diperoleh
dari jumlah jawaban salah dibagi jumlah guru kemudian dikalikan 100%.
8. Konsep RPP (4item)
Tabel 9: Hasil analisis tentang konsep RPP
No Butir Item % paham konsep RPP % tidak paham Konsep RPP
42 64,5 35,5
43 64,5 35,5
44 54,8 45,2
45 59,7 40,3
Rata – Rata 60,9 39,1
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa aspek konsep RPP terdapat 4
item. Item no 42 guru yang paham adalah 64,5%, sedangkan yang tidak paham
35,5%. Item no 43 yang paham adalah 64,5%, sedangkan yang tidak paham
35,5%. Item no 44 yang paham adalah 54,8%, sedangkan yang tidak paham
45,2%. Item no 45 yang paham adalah 59,7%, sedangkan yang tidak paham
40,3%. Data yang paham diatas diperoleh dari jumlah jawaban benar dibagi
jumlah guru kemudian dikalikan 100%. Data yang tidak paham diatas diperoleh
dari jumlah jawaban salah dibagi jumlah guru kemudian dikalikan 100%.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Aspek Pengertian Kurikulum.
Butir item yang digunakan untuk mengetahui Pengertian kurikulum yang
di ungkap dari guru penjasorkes adalah yang meliputi butir item no 1,2,3,4,.
Dengan hasil tampak pada tabel no 2 dengan rincian sebagai berikut, sebanyak 62
guru penjasorkes mempunyai nilai 35 (56,5%) paham bahwa kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
merupakan seperangkat rencana, nilai 27 (43,5%) tidak paham bahwa kurikulum
merupakan seperangkat rencana, nilai 38 (61,3%) paham bahwa kurikulum
merupakan pengaturan tentang kompetensi, nilai 24 (38,7%) tidak paham bahwa
Kurikulum merupakan pengaturan tentang kompetensi, nilai 41 (66,1%) paham
bahwa pencapaian kurikulum di sesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
daerah, nilai 21 (33,9%) tidak paham bahwa pencapaian kurikulum di sesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan daerah, dan nilai 43 (69,4%) paham bahwa
kompetensi disebut juga kemampuan, nilai 19 (30,6%) tidak paham bahwa
kompetensi disebut juga kemampuan.
Tabel 10: presentase aspek kurikulum
No Butir Item 1 2 3 4 Rata – rata
% paham kurikulum 56,5 61,3 66,1 69,4 63,3
% tidak paham kurikulum 43,5 38,7 33,9 30,6 36,7
2. Aspek Pengertian KTSP
Butir item no 5,6,7,8,9,10 tentang aspek KTSP . Dengan hasil tampak pada
tabel no 3 dengan rincian sebagai berikut, sebanyak 62 guru penjasorkes
mempunyai nilai 31 (50%) paham bahwa kurikulum yang digunakan saat ini
merupakan kurikulum 2006, nilai 31 (50%) tidak paham bahwa kurikulum yang
digunakan saat ini merupakan kurikulum 2006, nilai 58 (93,5%) paham bahwa
kurikulum yang berlaku secara nasional adalah KTSP, nilai 4 (6,5%) tidak paham
bahwa kurikulum yang berlaku secara nasional adalah KTSP, nilai 36 (58,1%)
paham bahwa sekolahan menggunakan kurikulum KTSP, nilai 26 (41,9%) tidak
paham sekolahan menggunakan kurikulum KTSP, nilai 38 (61,3%) paham bahwa
KTSP adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan, nilai 14 (38,7%) tidak paham
bahwa KTSP adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan, nilai 35 (56,5%) paham
bahwa KTSP di laksanakan masing – masing satuan pendidikan, nilai 27 (43,5%)
tidak paham bahwa KTSP di laksanakan masing – masing satuan pendidikan, dan
nilai 31 (50%) paham bahwa KTSP disusun masing – masing satuan pendidikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
nilai 31 (50%) tidak paham bahwa KTSP disusun masing – masing satuan
pendidikan.
Tabel11: presentase aspek KTSP
NO Butir Item 5 6 7 8 9 10 Rata- rata
% paham tentang
KTSP 50 93,5 58,1 61,3 56,5 50 61,6
% tidak paham
tentang KTSP 50 6,5 41,9 38,7 43,5 50 38,4
3. Aspek Konsep KTSP
Komponen diamati yang menyangkut aspek konsep KTSP yang terdiri dari
indikator Pembuatan KTSP menacu, KTSP berlaku tahun, Yang bertanggung
jawab terhadap SK dan KD. Untuk kebutuhan tersebut, selanjutnya data hasil
temuan dideskripsikan berdasarkan setiap butir pada indikator yang sama.
Butir item no 11,12,13,14,15 tentang aspek konsep KTSP. Sebagaimana
tampak pada tabel 4, secara keseluruhan menunjukan bahwa sebanyak 62 guru
penjasorkes mempunyai nilai 31 (50%) paham bahwa pembuatan KTSP mengacu
BNSP, nilai 31 (50%) tidak paham bahwa Pembuatan KTSP mengacu BNSP,
nilai 37 (59,7%) paham bahwa KTSP berlaku mulai 2006, nilai 25 (40,3%) tidak
paham bahwa KTSP berlaku mulai 2006, nilai 35 (56,5%) paham bahwa yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan standar kompetensi masing – masing
sekolah, nilai 27 (43,5%) tidak paham bahwa yang bertanggung jawab terhadap
pengembangan standar kompetensi masing – masing sekolah, nilai 36 (58,1%)
paham bahwa yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi dasar
masing – masing sekolah, nilai 26 (41,9%) tidak paham bahwa yang bertanggung
jawab terhadap pengembangan kompetensi dasar masing – masing sekolah, dan
nilai 30 (48,4%) paham bahwa KTSP dikembangkan sesuai kebutuhan sekolah,
nilai 32 (51,6%) tidak paham bahwa KTSP dikembangkan sesuai kebutuhan
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 12: presentase aspek konsep KTSP
NO Butir Item 11 12 13 14 15 Rata- rata
% paham konsep
KTSP 50 59,7 56,5 58,1 48,4 54,6
% tidak paham konsep
KTSP 50 40,3 43,5 41,9 51,6
45,4
4. Aspek Tujuan KTSP
Komponen diamati yang menyangkut aspek tujuan KTSP yang terdiri dari
indikator Tujuan umum KTSP, Tujuan khusus KTSP. Untuk kebutuhan tersebut,
selanjutnya data hasil temuan dideskripsikan berdasarkan setiap butir pada
indikator yang sama.
Butir item no 16,17 tentang aspek tujuan KTSP. Sebagaimana tampak
pada tabel 5, secara keseluruhan menunjukan bahwa sebanyak 62 guru
penjasorkes mempunyai nilai 36 (58,1%) paham bahwa tujuan umum KTSP
menetapkan kemandirian guru, nilai 26 (41,9%) tidak paham bahwa tujuan umum
KTSP menetapkan kemandirian guru, nilai 42 (67,2%) paham bahwa tujuan
khusus KTSP meningkatkan mutu pendidikan, nilai 20 (32,8%) tidak paham
bahwa tujuan khusus KTSP meningkatkan mutu pendidikan.
Tabel 13: presentase aspek tujuan KTSP
No Butir Item 16 17 Rata – rata
% paham tujuan KTSP 58,1 67,8 63
% tidak paham tujuan KTSP 41,9 32,2 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
5. Aspek Acuan KTSP
Komponen diamati yang menyangkut aspek acuan KTSP yang terdiri dari
indikator urutan pembelajaran penjas, mengawali pembelajaran dengan berdo’a,
mencantumkan kegiatan berdo’a didalam RPP. Untuk kebutuhan tersebut,
selanjutnya data hasil temuan dideskripsikan berdasarkan setiap butir pada
indikator yang sama.
Butir item no 18,19,20,21 tentang aspek acuan KTSP. Sebagaimana
tampak pada tabel 6, secara keseluruhan menunjukan bahwa sebanyak 62 guru
penjasorkes mempunyai nilai 33 (53,2%) paham bahwa mengawali pembelajaran
penjas dengan berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, dan pemanasan, nilai 29
(46,8%) tidak paham bahwa mengawali pembelajaran penjas dengan berbaris,
berdoa, presensi, apersepsi, dan pemanasan, nilai 42 (67,8%) paham bahwa dalam
mengajar selalu di awali dengan berdoa, nilai 20 (32,2%) tidak paham bahwa
dalam mengajar selalu di awali dengan berdoa, nilai 41 (66,1%) paham bahwa
dalam membuat RPP selalu mencantumkan kegiatan berdoa, nilai 21 (33,9%)
tidak paham bahwa dalam membuat RPP selalu mencantumkan kegiatan berdoa,
dan nilai 33 (53,2%) paham bahwa kegiatan berdoa dilakukan pada kegiatan
pendahuluan, nilai 29 (46,8%) tidak paham bahwa kegiatan berdoa dilakukan
pada kegiatan pendahuluan.
Tabel 14: presentase aspek acuan KTSP
NO Butir Item 18 19 20 21 Rata- rata
% paham acuan KTSP 53,2 67,8 66,1 53,2 60,1
% tidak paham acuan KTSP 46,8 32,2 33,9 46,8 39,9
6. Aspek Pembelajaran Penjasorkes
Komponen diamati yang menyangkut aspek pembelajaran penjasorkes
yang terdiri dari indikator pembelajaran yanag melatih kerjasama, pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
yang melatih sportivitas, kejujuran, pembelajaran yang melatih semangat,
pembelajaran yang melatih keberanian, pembelajaran yang melatih percaya diri.
Untuk kebutuhan tersebut, selanjutnya data hasil temuan dideskripsikan
berdasarkan setiap butir pada indikator yang sama.
Butir item no 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38 tentang aspek pembelajaran Penjasorkes. Sebagaimana tampak pada tabel 7,
secara keseluruhan menunjukan bahwa sebanyak 62 guru penjasorkes mempunyai
nilai 35 (56,5%) paham bahwa mengajar bola voli dalam satu semester satu kali,
nilai 27 (43,5%) tidak paham bahwa mengajar bola voli dalam satu semester satu
kali, nilai 31 (50%) paham bahwa mengajar sepak bola dalam satu semester satu
kali, nilai 31 (50%) tidak paham bahwa mengajar bola voli dalam satu semester
satu kali, nilai 30 (48,4%) paham bahwa mengajar sepak takraw dalam satu
semester satu kali, nilai 32 (51,6%) tidak paham bahwa mengajar sepak takraw
dalam satu semester satu kali, nilai 36 (58,1%) paham bahwa mengajar bola
basket dalam satu semester satu kali, nilai 26 (41,9%) tidak paham bahwa
mengajar bola basket dalam satu semester satu kali, nilai 34 (54,8%) paham
bahwa mengajar bola kasti dalam satu semester satu kali, nilai 28 (45,2%) tidak
paham bahwa mengajar bola kasti dalam satu semester satu kali, nilai 39 (62,9%)
paham bahwa mengajar rounders dalam satu semester satu kali, nilai 23 (37,1%)
tidak paham bahwa mengajar rounders dalam satu semester satu kali, nilai 35
(56,5%) paham bahwa mengajar sepak kippres dalam satu semester satu kali, nilai
27 (43,5%) tidak paham bahwa mengajar kippers dalam satu semester satu kali,
nilai 36 (58,1%) paham bahwa mengajar guling depan dalam satu semester satu
kali, nilai 26 (41,9%) tidak paham bahwa mengajar guling depan dalam satu
semester satu kali, nilai 36 (58,1%) paham bahwa mengajar guling belakang
dalam satu semester satu kali, nilai 26 (41,9%) tidak paham bahwa mengajar
guling belakang dalam satu semester satu kali, nilai 41 (66,1%) paham bahwa
mengajar head stand dalam satu semester satu kali, nilai 21 (33,9%) tidak paham
bahwa mengajar head stand dalam satu semester satu kali, nilai 29 (46,8%) paham
bahwa mengajar hand stand dalam satu semester satu kali, nilai 33 (53,2%) tidak
paham bahwa mengajar hand stand dalam satu semester satu kali, nilai 37 (59,7%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
paham bahwa mengajar kayang dalam satu semester satu kali, nilai 25 (40,3%)
tidak paham bahwa mengajar kayang dalam satu semester satu kali, nilai 33
(53,2%) paham bahwa mengajar sikap lilin dalam satu semester satu kali, nilai 29
(46,8%) tidak paham bahwa mengajar sikap lilin dalam satu semester satu kali,
nilai 40 (64,5%) paham bahwa mengajar lompat jauh dalam satu semester satu
kali, nilai 22 (35,5%) tidak paham bahwa mengajar lompat jauh dalam satu
semester satu kali, nilai 39 (62,9%) paham bahwa mengajar lompat tinggi dalam
satu semester satu kali, nilai 23 (37,1%) tidak paham bahwa mengajar lompat
tinggi dalam satu semester satu kali, nilai 28 (45,2%) paham bahwa mengajar
lempat turbo dalam satu semester satu kali, nilai 34 (54,8%) tidak paham bahwa
mengajar lempar turbo dalam satu semester satu kali, dan nilai 41 (66,1%) paham
bahwa mengajar lari dalam satu semester satu kali, nilai 21 (33,9%) tidak paham
bahwa mengajar lari dalam satu semester satu kali.
Tabel 15: presentase aspek Pembelajaran Penjasorkes
NO Butir Item 22 23 24 25 26 27 28 29
% paham pembelajaran
penjasorkes56,5 50 48,4 58,1 54,8 62,9 56,5 58,1
% tidak paham
Pembelajaran Penjasorkes 43,5 50 51,6 41,9 45,2 37,1 43,5 41,9
30 31 32 33 34 35 36 37 38 Rata - rata
58,1 66,1 46,8 59,7 53,2 64,5 62,9 45,2 66,1 56,9
41,9 33,9 53,2 40,3 46,8 35,5 37,1 54,8 33,9 43,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
7. Aspek Alokasi waktu
Komponen diamati yang menyangkut aspek alokasi waktu yang terdiri dari
indikator pendahuluan, inti dan penutup. Untuk kebutuhan tersebut, selanjutnya
data hasil temuan dideskripsikan berdasarkan setiap butir pada indikator yang
sama.
Butir item no 39, 40, 41 tentang aspek alokasi waktu. Sebagaimana
tampak pada tabel 8, secara keseluruhan menunjukan bahwa sebanyak 62 guru
penjasorkes mempunyai nilai 34 (54,8%) paham bahwa kegiatan pendahuluan
selama 15 menit, nilai 28 (45,2%) tidak paham bahwa kegiatan pendahuluan
selama 15 menit, nilai 33 (53,2%) paham bahwa kegiatan kegiatan inti selama 45
menit, nilai 29 (46,8%) tidak paham kegiatan inti selama 45 menit, dan nilai 37
(59,7%) paham bahwa kegiatan kegiatan penutup selama 10 menit, nilai 25
(40,3%) tidak paham kegiatan penutup selama 10 menit.
Tabel 16: presentase aspek alokasi waktu.
NO Butir Item 39 40 41 Rata- rata
% paham alokasi waktu 54,8 53,2 59,7 55,9
% tidak paham alokasi waktu 45,2 46,8 40,3 44,1
8. Aspek konsep RPP
Komponen diamati yang menyangkut aspek konsep RPP yang terdiri dari
indikator Urutan RPP, Membuat RPP, Mempersiapkan alat, Memberi tahu siswa
tentang materi yang akan dipelajari. Untuk kebutuhan tersebut, selanjutnya data
hasil temuan dideskripsikan berdasarkan setiap butir pada indikator yang sama.
Butir item no 42, 43, 44, 45 tentang aspek konsep RPP. Sebagaimana
tampak pada tabel 9, secara keseluruhan menunjukan bahwa sebanyak 62 guru
penjasorkes mempunyai nilai 40 (64,5%) paham bahwa alokasi waktu dalam satu
jam pelajaran penjasorkes 35 menit, nilai 22 (35,5%) tidak paham bahwa alokasi
waktu dalam satu jam pelajaran penjasorkes 35 menit, nilai 40 (64,5%) paham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
bahwa RPP adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, nilai 12 (35,5%) tidak
paham bahwa RPP adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, nilai 34 (54,8%)
paham bahwa urutan RPP adalah Identitas, SK, KD, Indikator, alokasi waktu,
tujuan pembelajaran, materi pembejaran, metode pembelajaran, langkah – langkah
kegiatan pembelajaran, sumber belajar, penilaian, nilai 28 (45,2%) tidak paham
bahwa urutan RPP adalah Identitas, SK, KD, Indikator, alokasi waktu, tujuan
pembelajaran, materi pembejaran, metode pembelajaran, langkah – langkah
kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan nilai 37 (59,7%) paham bahwa
penilaian dalam pembelajaran meliputi afektif, kognitif dan psikomotor, nilai 25
(40,3%) tidak paham bahwa penilaian dalam pembelajaran meliputi afektif,
kognitif dan psikomotor.
Tabel 17: presentase aspek konsep RPP.
NO Butir Item 42 43 44 45 Rata- rata
% paham konsep RPP 64,5 64,5 54,8 59,7 60,9
% tidak paham konsep RPP 35,5 35,5 45,2 40,3 39,1
9. Pemahaman guru penjasorkes terhadap KTSP secara keseluruhan.
Tabel 18. Presentase guru penjasorkes terhadap KTSP secara keseluruhan.
No Aspek % paham % tidak paham
1 Pengertian Kurikulum 63,3 36,7
2 Pengertian KTSP 61,6 38,4
3 Konsep KTSP 54,6 45,4
4 Tujuan KTSP 63 37
5 Acuan KTSP 60,1 39,9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Lanjutan table 18. presentase guru penjasorkes terhadap KTSP secara keseluruhan.
6 Pembelajaran penjasorkes 56,9 43,1
7 Alokasi waktu 55,9 44,1
8 Konsep RPP 60,9 39,1
Rata – rata 59,5 40,5
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari aspek pengertian kurikulum
jumlah keseluruhan guru yang paham adalah 63,3%, sedangkan yang tidak paham
adalah 36,7%. Aspek pengertian KTSP jumlah keseluruhan guru yang paham
adalah 61,6%, sedangkan yang tidak paham adalah 38,4%. Aspek konsep KTSP
jumlah keseluruhan guru yang paham adalah 54,6%, sedangkan yang tidak paham
adalah 45,4%. Aspek tujuan KTSP jumlah keseluruhan guru yang paham adalah
63%, sedangkan yang tidak paham adalah 37%. Aspek acuan KTSP jumlah
keseluruhan guru yang paham adalah 60,1%, sedangkan yang tidak paham adalah
39,9%. Dari aspek pembelajaran penjasorkes jumlah keseluruhan guru yang
paham adalah 56,9%, sedangkan yang tidak paham adalah 43,1%. Aspek alokasi
waktu jumlah keseluruhan guru yang paham adalah 55,9%, sedangkan yang tidak
paham adalah 44,1%. Aspek konsep RPP jumlah keseluruhan guru yang paham
adalah 60,9%, sedangkan yan tidak paham adalah 39,1%. Rata – rata jumlah
keseluruhan guru yang paham adalah 59,5%, sedangkan guru yang tidak paham
adalah 40,5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemahaman guru penjasorkes terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan di SD Se - Kecamatan Kroya. Secara rinci dapat dijelaskan bahwa
aspek pengertian Kurikulum 63,3% paham tentang kurikulum, dan 36,7% tidak
paham tentang kurikulum, aspek pengertian KTSP 61,6% paham tentang aspek
pengertian KTSP dan 38,4% tidak paham tentang KTSP, aspek Konsep KTSP
54,6%, paham tentang konsep KTSP dan 45,4% tidak paham tentang konsep
KTSP, aspek tujuan KTSP 63% paham tentang tujuan KTSP dan 37% tidak
paham tentang tujuan KTSP, aspek acuan KTSP 60,1% paham tentang acuan
KTSP dan 39,9% tidak paham tentang acuan KTSP, aspek pembelajaran
penjasorkes 56,9% paham tantang pembelajaran penjasorkes dan 43,1% tidak
paham tentang pembelajaran penjasorkes, aspek alokasi waktu 60,9% paham
tentang alokasi waktu pembelajaran dan 391% tidak paham tentang alokasi waktu
pembelajaran kemudian aspek konsep RPP 59,5% paham tentang konsep RPP dan
40,5% tidak paham tentang konsep RPP.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, secara rinci diperkirakan akan
menimbulkan implikasi sebagai berikut:
1. Guru penjasorkes yang belum paham terhadap pengertian kurikulum dan
KTSP secara umum akan mempengaruhi implementasi atau pelaksanaan
kurikulum tidak akan berjalan secara maksimaldan kemampuan siswa dalam
menyerap pembelajaran terhadap kurikulum yang berlaku tidak akan efektif.
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Guru yang belum paham terhadap konsep KTSP, tujuan KTSP dan acuan
KTSP maka masih ada kendala dalam menyampaikan pembelajaran dan
belum bisa menscapai tujuan pembelajaran sehingga siswa belum belajar
degan maksimal.
3. Belum bisa mencpai tujuan pembelajaran.
4. Dalam mengajar masih belum tersusun dengan baik dan dalam pembagian
alokasi waktu juga belum seimbang, sehingga alokasi waktu belum terpakai
secara efisien.
5. Terjadi perbaikan tentang pemahaman kurikulum bagi guru penjasorkes.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat dikemukakan anatara
lain sebagai berikut:
1. KKG segera melaksanakan penataran atau pembinaan terhadap terhadap guru
penjasorkes yang belum paham terhadap KTSP.
2. Pengembangan kurikulum bagi guru penjasorkes bisa lewat media seperti
lewat internet yang akan menambah wawasan dan kemampuan penguasaan
kurikulum KTSP yang sedang berlaku.
3. Untuk guru yang belum paham terhadap RPP, sebaiknya diberi contoh RPP.
4. Hasil penelitian ini merupakan gambaran secara umum pemahaman guru
penjasorkes di SD Se - Kecamatan Kroya terhadap kurikulum KTSP sehingga
diperlukan penelitian yang lain untuk mencari pemecahan dari berbagai
permasalahan yang telah dikemukakan.