studi persepsi siswa tentang akhlak guru pai dan...
TRANSCRIPT
STUDI PERSEPSI SISWA TENTANG AKHLAK GURU PAI DAN
KORELASINYA DENGAN KETAATAN SISWA PADA TATA
TERTIB SEKOLAH SDN DONOROJO 2 DEMAK
TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
Maghfiroh
NIM : 093111441
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Maghfiroh
NIM : 093111441
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 17 Juli 2011
Deklarator
MAGHFIROH
NIM : 093111441
ABSTRAK
Maghfiroh. (NIM:093111441). Studi Persepsi Siswa tentang Akhlak Guru PAI
dan Korelasinya dengan Ketaatan Siswa pada Tata Tertib Sekolah SDN
Donorojo 2 Demak tahun 2011. Skripsi. Semarang. Program Strata 1 Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2011.
Berdasarkan ide dasar dan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
oleh peneliti, dalam relevansi tersebut terdapat permasalahan yang urgen untuk
dibahas, yaitu : (1) Bagaimana persepsi siswa tentang akhlak guru Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Donorojo 2 Demak tahun 2011 ? (2)
Bagaimana ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak
tahun 2011 ?
Pentingnya keteladanan akhlak guru terhadap ketaatan siswa dalam
melaksanakan tata tertib di sekolah merupakan fenomena pendidikan yang
menarik untuk dikaji. Berdasarkan uraian diatas terlihat keterkaitan antara akhlak
guru dan ketaatan siswa dalam melaksanakan tata tertib di sekolah
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey. Variabel penelitian
meliputi: variabel X yaitu akhlak guru PAI SDN Donorojo 2 Demak tahun
2011dan variabel Y yaitu ketaatan siswa pada tata tertib sekolah SDN Donorojo 2
Demak tahun 2011. Jumlah populasi 180 siswa, dan sampelnya 36 siswa. Metode
pengumpulan data menggunakan metode observasi dan angket. Data penelitian
yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif dengan rumus
statistik menggunakan product moment.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa: (1) Persepsi siswa tentang akhlak
guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Donorojo 2 Demak tahun
2011 memberikan penilaian baik, hal ini terbukti dari rata-rata jawaban angket
sebesar 34,19, (2) Ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2
Demak tahun 2011 dapat dikategorikan pada tingkatan yang cukup yaitu dengan
nilai rata-rata 34,91, (3) Hasil analisis statistik dengan menggunakan rumus
koefisien korelasi product moment menunjukkan nilai 0,92, sehingga baik pada
taraf signifikansi 5 % nilai koefisien korelasi observasi lebih besar dari pada
koefisien korelasi dalam tabel. Berarti bahwa terdapat korelasi yang positif dan
signifikan antara persepsi siswa tentang akhlak guru PAI dengan ketaatan siswa
pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011, dan dengan
demikian hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
dan masukan bagi para sivitas akademika, para mahasiswa, para tenaga pengajar
mata kuliah jurusan dan program studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang terutama dalam memberikan dorongan kepada mahasiswa agar
senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi secara lebih memadai.
MOTTO
﴾٢١ : األحزاب ﴿
“Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik
untuk kamu dan orang yang mengharap keridhaan Allah (kedatangan) hari
akhir, serta ia banyak mengingat Allah”. (Q.S. Al Ahzab : 21 )1
1 Soenardjo, et.al., Al Qur’an Surat Al Ahzab : 21, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:
Proyek Pengadaan Kitab Suci Depag RI, 1984/1985), hlm. 379.
PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecil ini kupersembahkan kepada orang-orang tercinta :
1. Ayah dan ibunda yang dengan seluruh pengorbanannya telah mengukir segala
asa, cita, dan harapan, semoga Allah berkenan membalas dengan jannah-Nya.
2. Suamiku tercinta (Mas Makhbub) yang selalu sangat sabar membimbing
dalam mengarungi kehidupan ini.
3. Anak-anakku tersayang (Mbak Dina dan Dik Farhan), kalian adalah bagian
dari kebahagiaan dan semangat dalam hidupku.
4. Sahabatku (Pak Hudarrohman, S.Pd.I) yang selalu membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis.
5. Kepala SD N Donorojo 2 Demak Bapak Eko Suprapto, S.Pd
6. Teman-teman seangkatan dalam program peningkatan kualifikasi S1 Guru
PAI di IAIN Walisongo Semarang
7. Pembaca budiman sekalian
Teriring do’a semoga segala kebaikan di balas oleh Allah SWT. Amien.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Studi Persepsi Siswa tentang
Akhlak Guru PAI dan Korelasinya dengan Ketaatan Siswa pada Tata Tertib
Sekolah SDN Donorojo 2 Demak Tahun 2011, dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar.
Demikian pula dalam proses penyusunannya, skripsi ini melibatkan
kontribusi dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, berkaitan dengan hal
tersebut dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak tersebut, khususnya kepada :
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan
izin dan fasilitas lainnya selama penyusunan skripsi ini dilakukan.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan bantuan
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. H. Shodiq, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah yang telah mendidik dan memberikan
ilmu serta pengetahuannya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik.
5. Kepala SDN Donorojo 2 Demak, yang telah membantu penulis dalam
melakukan penelitian sehingga penelitian tersebut berjalan dengan baik dan
lancar.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka
penyusunan skripsi ini.
Semoga bantuan dari semuanya itu dapat menjadi amal baik yang tidak
terputus-putus serta mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah swt. Akhirnya
semoga skripsi yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Agustus 2011
Penulis
Maghfiroh
NIM. 093111441
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………..
Abstrak ……………………………………………………………………….
Halaman Nota Pembimbing ………………………………………………….
Halaman Pengesahan ………………………………………………………...
Halaman Motto ………………………………………………………………
Halaman Persembahan ………………………………………………………
Kata Pengantar ………………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………..
Daftar Tabel …………………………………………………………………
Deklarasi ……………………………………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xii
xiii
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………..
A. Latar Belakang …………….……………………………..
B. Pembatasan Masalah ...…………………………………..
C. Rumusan Masalah ...……………………………………...
D. Manfaat Penelitian ………………………………….........
E. Metode Penelitian ………………………………………...
1. Jenis Penelitian ………………………………………..
2. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………
3. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………
4. Sumber Data Penelitian ……………………………….
5. Pengumpulan Data Penelitian …………………………
6. Analisis Data Penelitian ……………………………….
1
1
3
3
4
4
4
4
5
5
6
6
BAB II : LANDASAN TEORI …………………………………………..
A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an …………………............
1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an ……..…..
2. Dasar dan Tujuan Membaca Al-Qur’an ..........................
8
8
8
11
3. Kemampuan Dasar Membaca Al-Qur’an ….……………
B. Belajar Membaca Al-Qur’an .………………………………
1. Pengertian ……………………………………………....
2. Metode Belajar Membaca al-Qur’an ………………….
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Belajar
Membaca Al-Qur’an …………………………………..
4. Tehnik-teknik dalam Membaca …................................
5. Adab Membaca al-Qur’an ……………………………..
6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Membaca Al-
Qur'an ………………………………………………….
C. Kegiatan Pembelajaran Membaca al-Qur’an ………..........
1. Tujuan ………………………………………………….
2. Materi ………………………………………………….
3. Metode …………………………………………………
4. Evaluasi ………………………………………………..
5. Umpan Balik ………………………………………….
16
25
25
28
33
39
42
44
46
46
48
49
50
52
BAB III : HASIL PENELITIAN ……………………………………........
A. Data Kemampuan Membaca Al-qur’an …………………..
B. Data Penelitian Siswa SD Negeri Babalan 1 ………………
54
54
58
BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ……………..............
A. Kemampuan Membaca Al-qur’an …………………………
B. Problematika Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas 5 SDN
Babalan 1 …………………………………………………..
C. Solusi dalam Mengatasi Problematika Membaca Al-Qur’an
84
84
88
92
BAB V : PENUTUP ……………………………………………………..
A. Simpulan ………………………………………………….
B. Saran ………………………………………………………
C. Kata Penutup …………………………………………......
100
100
101
101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Hlm.
1. Daftar Nilai Tes Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas 5 SD Negeri
Babalan 1 ………………………………………………………...
57
2. Interval Nilai Tes Membaca Al-Qur’an ……………………….. 84
3. Status Pendidikan Orang Tua Peserta Didik Siswa Kelas 5 SD
Negeri Babalan 1 Wedung Demak ……………………………..
90
4. Keadaan Pekerjaan Orang Tua Peserta Didik Siswa Kelas 5 SD
Negeri Babalan 1 Wedung Demak ……………………………..
91
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seseorang yang telah menerima jabatan guru berarti ia telah menerima
tanggung jawab yang besar. Guru merupakan tumpuan harapan masyarakat
untuk mendidik, membimbing dan mengajar putra-putri mereka agar dapat
memikul tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik. Di samping
tugas-tugas pembentukan intelektual, seorang guru mempunyai tanggung
jawab untuk mewujudkan manusia yang berbudi luhur. Karena itu guru
menjadi contoh dan teladan dalam aspek kehidupan, baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Guru yang baik menurut Islam adalah yang memiliki kepribadian baik
sebagaimana akhlak Rasulullah SAW dapat menjadi teladan yang baik. Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah SWT pada Surat Al Ahzab ayat 21:
﴾٢١ : األحزاب ﴿
Artinya : “Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan
yang baik untuk kamu dan orang yang mengharap keridhaan
Allah (kedatangan) hari akhir, serta ia banyak mengingat
Allah”. (Q.S. Al Ahzab : 21 )1
Berkaitan dengan ayat tersebut, unsur-unsur kepribadian guru yang
baik dan harus dimiliki oleh setiap guru yaitu :
1. Perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak
stabil, optimis dan menyenangkan.
2. Tingkah laku atau moral guru merupakan contoh teladan yang sangat
penting bagi perkembangan siswa.
1 Al Qur’an Surat Al Ahzab : 21, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci Depag RI, 1984/1985), hlm. 379.
1
2
3. Sikap guru dalam menghadapi segala masalah yang dihadapinya, baik
kepada siswa, sesama guru, kepala sekolah dan kepala sekolah sendiri,
harus tepat dan bijaksana.2
Kepribadian yang tercermin dari seorang guru sedikit banyak akan
berpengaruh terhadap ketaatan siswa. Keutuhan pribadi yang baik dari guru
akan menimbulkan rasa segan dan kepatuhan siswa yang sangat dalam.
Pribadi yang taat dari guru akan sangat berhati-hati dalam mengelola setiap
tugas serta penuh tanggung jawab memenuhi kewajibannya. Dari sini maka
mata hati dan kegiatan siswa menjadi terarah pada hasil yang akan diraih
(achievements) sehingga mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi pada
siapa saja terutama pada gurunya.3
Ketaatan yang baik adalah kebiasaan yang berulang pada waktu dan
tempat yang sama. Kebiasaan yang baik harus dipupuk dan terus ditingkatkan
dari waktu ke waktu. Ketaatan sejati tidak dibentuk dalam waktu satu-dua
tahun, tetapi merupakan bentukan kebiasaan sejak masa kecil, kemudian
perilaku tersebut dipertahankan pada waktu remaja dan dihayati maknanya di
waktu dewasa dan dipetik hasilnya sehingga akan terwujud akhlak yang baik.4
Dalam konteks tersebut pembentukan ketaatan siswa merupakan suatu
keharusan dalam proses pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
dalam membentuk pribadi manusia Indonesia yang berbudi pekerti baik dan
berkepribadian luhur, selalu menghargai dan taat pada guru bukan hanya di
lingkungan sekolah saja. Terlebih lagi seorang guru bagi muridnya adalah
“ibarat banyangan dari kayu. Bayangan tak mungkin lurus apabila kayunya
bengkok”.5 Demikian pentingnya peran keteladanan guru, maka faktor
keteladanan ini tidak dapat dikesampingkan begitu saja dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan moral anak didik.
2 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 41. 3 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm.
88. 4 Ibid., hlm. 89. 5Abu Hamid Muhammad Al Ghazaly, Ihya Ulumiddin, terj. Jilid I, (Semarang As-syifa,
2000), hlm. 112.
3
Salah satu usaha yang harus dikerjakan untuk mengatasi hal tersebut
adalah diadakannya gerakan introspeksi dan meningkatkan keteladanan guru
di berbagai bidang studi, baik bidang study umum maupun khususnya pada
bidang study keagamaan. Dalam bidang studi keagamaan, sudah merupakan
idealitas yang harus dimiliki oleh setiap guru yang bersangkutan secara
kompeten yaitu ciri khas kepribadian sebagai seorang muslim. Ciri khas yang
dimaksudkan ialah “terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah
swt (akhlak yang mulia).”6 Untuk dapat memiliki kepribadian Islami serta
keteladanan sebagaimana yang dimaksud, ada beberapa syarat yang harus
dimiliki oleh seseorang yang hendak memposisikan dirinya sebagai seorang
guru, diantaranya yaitu : taqwa kepada Allah SWT. dan berkelakuan baik. 7
Terlebih lagi pada guru yang mengajar di tingkat sekolah dasar, sebab
pendidikan agama merupakan “usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis
dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran
Islam”8 Kemudian tentang predikat guru ini dapat diterjemahkan sebagai
“seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat
memudahkan dalam melaksanakan perannya membimbing muridnya”.9
Selanjutnya, dalam kaitannya sebagai pembimbing, guru dituntut harus juga
bersikap profesional untuk “memiliki sikap yang kontributif dan rasa
tanggung jawab”.10
Sehingga tanggung jawab tersebut juga memiliki unsur
psikologis yaitu “harus meliputi keseluruhan tingkah laku guru yang
berinteraksi dengan muridnya secara kognitif, afektif, dan spiritual”.11
Berkaitan dengan unsur psikologis tersebut, Wasty Soemanto juga
menjelaskan bahwa : “pekerjaan guru adalah lebih bersifat psikologis dari
6Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 195. 7Zakiah Daradjat, op.cit, hlm. 41. 8Zuhairi, et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2003), hlm. 27 9Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, Jakarta,
2006), hlm. 266 10
Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
Jakarta, 2005), hlm. 97. 11Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Dalam Abad 21, (Jakarta: Al Husna Zikra, 2000),
hlm. 77.
4
pada pekerjaan seorang dokter, insinyur, atau ahli hukum”12
Maka dapat
diartikan bahwa tugas seorang guru tidak hanya mengajar sebagai pengajar,
akan tetapi juga mendidik dan membimbing dalam tugasnya sebagai pendidik
sekaligus pembimbing bagi murid-muridnya. Dalam masalah kepribadian
guru, S. Nasution juga menguatkan pendapat-pendapat diatas, yaitu dalam
pendapatnya : “kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan
seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya”.13
Akhlak yang didasari iman tersebut akan melahirkan prinsip-prinsip
positif yang selalu akan direalisasikan oleh seorang guru, dan menafikan
aktivitas pada perbuatan yang berlawanan dengan prinsip yang dimiliki,
termasuk juga perbuatan-perbuatan yang terlarang untuk dilakukan bagi
muridnya.14
Pada sisi yang lain dalam rangka memberikan dan mewujudkan
keteladanan, guru (disamping orang tua murid) “harus membentuk kelakuan
moral anak agar anak mempunyai perspektif moral yang seimbang dan dapat
tumbuh bebas tanpa diganggu oleh rasa bersalah serta konflik batin”.15
Hal ini
adalah karena pendidikan akan keteladanan merupakan contoh terbaik dalam
pandangan anak yang akan ditiru dalam perilaku, dan tata santun mereka,
yang disadari atau tidak bahkan terpatri dalam jiwa dan perasaannya akan
gambaran seorang pendidik yang terpancarkan dari ucapan dan perbuatan
material dan spiritual. Oleh karena itu, “guru harus bertanggung jawab dalam
membentuk karakter muridnya.”16
Keteladanan tersebut diharapkan dapat
membentuk moral spiritual dan sosial anak.
Pentingnya keteladanan akhlak guru terhadap ketaatan siswa dalam
melaksanakan tata tertib di sekolah merupakan fenomena pendidikan yang
menarik untuk dikaji. Berdasarkan uraian diatas terlihat keterkaitan antara
akhlak guru dan ketaatan siswa dalam melaksanakan tata tertib di sekolah.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
12Wasty Soekamto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 7. 13Ramayulis, op.cit., hlm. 79. 14
Z.S. Nainggolan, Hadri Hasan., Sistem Pendidikan Menurut Al Ghazaly, terj. Fathiyah
Hasan Sulaiman, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 66. 15S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 155. 16Ramayulis, op.cit., hlm. 181.
5
STUDI PERSEPSI SISWA TENTANG AKHLAK GURU PAI DAN
KORELASINYA DENGAN KETAATAN SISWA PADA TATA TERTIB
SEKOLAH SDN DONOROJO 2 DEMAK TAHUN 2011.
B. Identifikasi Masalah
Suatu penelitian ilmiah di dalamnya terdapat identifikasi masalah yang
digunakan peneliti sebagai arahan, dasar dan tendensi atas penelitian yang
akan dilakukan. Beberapa permasalahan yang dapat dijadikan sebagai sasaran
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Akhlak guru PAI
2. Ketaatan siswa SDN Donorojo 2 pada tata tertib sekolah.
3. Korelasi antara akhlak guru PAI dengan ketaatan siswa pada tata tertib
sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Langkah untuk memperjelas tentang masalah yang akan dibahas dan
dianalisa dalam skripsi ini, maka penulis akan memberikan gambaran tentang
batasan-batasan masalahnya. Adapun batasan-batasan tersebut yaitu :
1. Akhlak guru PAI yang diteliti adalah tentang akhlak guru PAI di sekolah
dalam persepsi atau pandangan siswa.
2. Ketaatan siswa dibatasi pada ketaatan pada tata tertib sekolah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan ide dasar dan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan oleh peneliti, dalam relevansi tersebut terdapat permasalahan
yang urgen untuk dibahas, yaitu :
1. Bagaimana persepsi siswa tentang akhlak guru Pendidikan Agama Islam
di Sekolah Dasar Negeri Donorojo 2 Demak tahun 2011 ?
2. Bagaimana ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2
Demak tahun 2011 ?
6
3. Adakah korelasi antara akhlak guru PAI dengan ketaatan siswa pada tata
tertib sekolah di SDN donorojo 2 Demak tahun 2011 ?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan membawa manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis. Manfaat teoritis yang akan diperoleh antara lain :
1. Sebagai salah satu bahan informasi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa
fakultas Tarbiyah sebagai calon guru PAI yang nantinya akan mendidik
siswa-siswinya agar dapat memberikan contoh keteladanan dengan akhlak
yang baik kepada siswanya.
2. Sebagai bahan masukan bagi para calon guru PAI yang nantinya akan
menerapkan pembelajaran akhlak dan ketaatan siswa pada tata tertib di
sekolah.
3. Sebagai bahan kontribusi dan pertimbangan pada penelitian-penelitian
berikutnya yang membahas tentang akhlak guru dan ketaatan siswa pada
tata tertib di sekolah.
4. Hasil penelitian ini akan memberikan masukan kepada fakultas Tarbiyah
untuk menambah bahan pustaka.
Sedangkan secara praktis, manfaat yang nantinya akan diperoleh
diantaranya adalah :
1. Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pentingnya akhlak guru
khususnya guru PAI dan ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah.
2. Memberikan gambaran kepada guru tentang korelasi akhlak guru PAI
dengan ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN donorojo 2 Demak
tahun 2011.
3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada institusi di SDN Donorojo 2
Demak tentang korelasi akhlak guru PAI dengan ketaatan siswa pada tata
tertib sekolah di SDN donorojo 2 Demak tahun 2011 yang dapat dipakai
sebagai referensi untuk meningkatkan kualitas akhlak guru dan ketaatan
siswa pada tata tertib di sekolah.
7
4. Memberikan gambaran pemikiran kepada para siswa-siswi sebagai peserta
didik tentang akhlak guru dan ketaatan siswa di sekolah khususnya pada
guru dan siswa di SDN Donorojo 2 Demak untuk dapat memahami
tentang adanya hubungan pada keduanya sehingga lebih dapat
merealisasikan akhlak yang baik dan ketaatan pada tata tertib di sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Akhlak Guru PAI
a. Pengertian akhlak guru PAI
Pengertian akhlak secara etimologis diartikan sebagai sifat
yang dimiliki individu sebagai karakteristik pribadinya.1 Pengertian
akhlak menurut Muhibbin Syah diartikan sebagai susunan atau
kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan dan
sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata).2
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat memberikan definisi akhlak sebagai
aktualisasi dari emosional dan karakter seseorang dalam kehidupan
sehari-hari.3 Adapun menurut Agoes Dariyo, akhlak diartikan sebagai
kondisi psikologis seseorang yang diaktualisasikan dalam sikap dan
emosi.4
Adapun pengertian guru dapat diartikan sebagai seorang yang
memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam
melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya.5 Oleh karena
itulah setiap guru pada dasarnya harus memiliki “perasaan dan emosi
guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil, optimis dan
menyenangkan” dalam rangka memberikan pendidikan dan pengajaran
kepada siswanya.6
1 Wihadi Atmojo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm. 675 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 225. 3 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 2002), hlm. 27 4 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm.
11 5 Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)
hlm. 266. 6Ibid. hlm. 267
8
9
Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan
sebagai usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu
mendidik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.7
Sehubungan dengan itu, maka persoalan pokok dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah bagaimana dan dengan cara apa
kebaikan manusia itu dapat ditingkatkan dan dengan cara apa pula
kejahatan manusia itu mampu diredam sehingga tidak membahayakan
diri manusia itu sendiri dan lingkungannya.8 Adapun pengembangan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) secara umum berupa
hablum minallah dan hablum minannas, keterpaduan, pendidikan
seumur hidup, dan dakwah islamiyah.9 Adapun sasaran pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah aspek fisik dan mental spiritual
manusia secara terpadu meliputi aspek fisik, moral atau akhlak, rasio,
keindahan dan sosial kemasyarakatan.10
b. Unsur-unsur Guru PAI yang Ideal
Setiap individu memiliki motivasi untuk maju atau dorongan
untuk mengejar perkembangan yang lebih lanjut dan meningkat, yang
pada akhirnya mencapai aktualisasi diri, yaitu perilaku pribadi yang
dalam taraf optimal. Perilaku seseorang pada dasarnya adalah terarah
kepada tujuan, yang dilakukan oleh individu untuk memuaskan
kebutuhannya sebagaimana yang dihayati dalam dunianya, yaitu dunia
yang dirasakan dan diikuti dalam penghayatan dirinya.11
1) Perasaan dan Emosi Guru
Perilaku pada diri individu secara umum disertai ditunjang
oleh eksistensi emosi. Emosi ada sebagai bagian dari reaksi total
7 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel, 2003), hlm 27. 8 Muhammad Muhajir, Pendidikan Nasional & Pembangunan Bidang Agama, (Jakarta:
Dirjen Dikdasmen, 2005), hlm. 85 9 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), hlm. 29 10 Ibid. hlm. 30 11 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan Dan Penyuluhan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),
hlm. 75.
10
organisme terhadap phenomenalnya,12
dapat dikatakan secara
transparan bahwa, secara umum cara-cara bertingkah laku atau
berperilaku yang diambil oleh individu adalah sesuai dengan
konsep dirinya (self concept). Cara yang terbaik untuk mengubah
atau mendesain perilaku adalah terlebih dahulu melakukan
perubahan mengenai konsep dirinya. Oleh karena pada dasarnya
dalam diri manusia terdapat 2 (dua) potensi kekuatan, yaitu potensi
kebajikan dan potensi yang mendorong kepada kesalahan.13
Upaya mengubah konsep diri pada diri individu melalui
pengalaman baru dari sektor spsifik yang datang kepada seseorang
dengan suasana yang harmonis dan menarik, dimungkinkan akan
diterima oleh individu yang bersangkutan, kemudian dipakai untuk
mengubah konsep dirinya. sehingga terwujud suatu rangkaian
cybernatic adalah ilmu pengetahuan tentang kontrol dan
komunikasi dalam sistem mekanisme biologis dalam tubuh
makhluk hidup dan sistem teknis operasionil mesin-mesin. 14
Pada cybernatics di dalamnya memuat beberapa unsur yaitu
(1) Sikap yang merupakan predisposisi yang stabil, yang dapat
berkembang melalui belajar serta dapat dipengaruhi oleh perasaan
(emosi) yang mengadakan respons secara konsisten terhadap satu
atau sekelompok obyek, seseorang atau situasi tertentu, (2) akhlak
(personalitas) adalah organisasi yang unik dari sifat-sifat seseorang
ang bertahan lama.
Oleh karenanya, susunan dinamis daripada diri seseorang
yang terdiri dari sistem rohaniah-jasmaniah yang menentukan
tingkah laku dan fikiran yang bercorak khusus, yaitu 1) motivasi,
yaitu pemberian motif kepada orang lain. Motif tersebut
merupakan kondisi yang menggerakkan suatu organisme yang
12
Ibid. 13 HSM. Nasaruddin Latif, Teori & Praktek Da’wah Islamiyah, (Jakarta: Multi Yasa & Co,
1391 H), hlm. 95 14 Arifin, Psikologi Da’wah, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2001), hlm. 77
11
bertugas mengarahkan kepada suatu tujuan atau berbagai tujuan
dari suatu kelas tertentu. (2) kognisi, yaitu kekuatan jiwa
(rohaniah) untuk menciptakan sesuatu yang baru, 3) konasi,
merupakan kemampuan rohaniah yang dapat mendorong manusia
untuk berbuat atas dasar alasan atau tanpa alasan tertentu, 4) emosi
adalah kemampuan rohaniah yang menyebabkan dapat merasakan
sesuatu rangsangan, baik yang datang dari luar maupun dari yang
datang dari dalam dirinya.15
2) Moral Guru
Seorang guru harus memiliki moral yang mencerminkan
dirinya adalah sebagai pendidik sekaligus pengajar bagi siswa di
sekolah. Oleh karena itu, moralitas guru dapat membentuk akhlak
yang utuh, kokoh, dan tahan uji.16
Hal tersebut adalah bentuk kerja
mental sebagai reaksi atas pengaruh yang diterimanya dan melalui
pengalaman kejiwaan terjadi pembentukan berbagai daya rohani
yang menjadi ciri kepribadian seseorang.
Selain daya rohani, juga terdapat 3 (tiga) macam
pembentukan moralitas guru yang meliputi : 1) pembentukan hati,
yang terdiri dari pembentukan kata hati atau nurani, pembentukan
niat dalam melakukan setiap pekerjaan, dan pembentukan
kebersihan hati untuk menerima petunjuk, 2) pembentukan
kebiasaan, yang terdiri dari kebiasaan untuk berbuat ihsan terhadap
Allah SWT, kebiasaan untuk berbuat ihsan terhadap sesama
manusia, dan kebiasaan untuk berbuat ihsan terhadap mahluk Allah
lainnya.
Baik atau buruknya moral yang dimiliki oleh guru akan
menjadi cerminan bagi siswa yang dididiknya. Moralitas guru
menjadi dasar dari keteladanan yang dimiliki, dan moralitas
15 Ibid. hlm. 78
16 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm. 181.
12
tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam.17
Hal ini didasari pada
kenyataan bahwa guru pada dasarnya bukan saja hanya sebagai
pengajar, akan tetapi guru juga mempunyai peran sebagai pendidik
(dalam hal mendidik moralitas dan mentalitas yang ada pada
murid) baik di dalam maupun di luar sekolah.18
Selanjutnya, dalam kaitannya sebagai pembimbing, guru
dituntut harus juga bersikap profesional untuk memiliki sikap yang
kontributif dan rasa tanggung jawab.19
Dengan demikian, tanggung
jawab tersebut juga memiliki unsur psikologis yaitu harus meliputi
keseluruhan tingkah laku guru yang berinteraksi dengan muridnya
secara kognitif, afektif, dan spiritual.20
Berkaitan dengan unsur
psikologis tersebut harus dipahami pula oleh setiap guru bahwa
pekerjaan guru adalah lebih bersifat psikologis dari pada pekerjaan
seorang dokter, insinyur, atau ahli hukum21
Maka dapat diartikan
bahwa tugas seorang guru tidak hanya mengajar sebagai pengajar,
akan tetapi juga mendidik dan membimbing dalam tugasnya
sebagai pendidik sekaligus pembimbing bagi murid-muridnya.
Sedangkan tingkah laku dalam koridor akhlak yang baik, pada
pribadi guru juga harus memancarkan sikap-sikap dan sifat-sifat
yang normatif.22
Selain itu, akhlak yang baik merupakan pancaran dari iman
yang dimiliki seseorang, sebagaimana pendapat Al Ghazali bahwa :
Iman yang benar akan terpancar akhlak yang baik, dari akhlak yang
baik terwujudlah perbuatan yang saleh, termasuk di dalamnya
17Zakiah Daradjat, op.cit, hlm. 98. 18Ibid. hlm. 99 19Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 97. 20
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad 21, (Jakarta: Al Husna Zikra, 2000),
hlm. 77. 21Wasty Soekamto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 7. 22Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 8.
13
kesediaan beramar ma’ruf dan nahi munkar.23
Dalam masalah
akhlak guru ini, harus pula dipahami bahwa kepribadian guru
terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan
oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya.24
Akhlak yang didasari iman tersebut akan melahirkan
prinsip-prinsip positif yang selalu akan direalisasikan oleh seorang
guru dan menafikan aktifitas pada perbuatan yang berlawanan
dengan prinsip yang dimiliki, termasuk juga perbuatan-perbuatan
yang terlarang untuk dilakukan bagi muridnya.25
Hal ini adalah
karena pendidikan akan keteladanan merupakan contoh terbaik
dalam pandangan anak yang akan ditiru dalam perilaku dan tata
santun mereka, yang disadari atau tidak bahkan terpatri dalam jiwa
dan perasaannya akan gambaran seorang pendidik yang
terpancarkan dari ucapan dan perbuatan material dan spiritual.
Oleh karena itu, guru harus bertanggung jawab dalam membentuk
karakter muridnya.26
3) Sikap Guru dalam Menghadapi Masalah
Guru sebagai pendidik dan pengajar di sekolah dalam
menghadapi masalah yang terjadi pada siswanya harus memiliki
cara yang tepat dalam memberikan solusinya. Ada beberapa cara
yang dapat digunakan oleh guru dalam memberikan solusi untuk
mengatasi masalah yang terjadi pada siswa,27
yaitu :
a) Pemecahan masalah secara kreatif
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada 5 (lima)
cara yang terbaik untuk mengajarkan proses pemecahan
masalah kepada siswa adalah sebagai berikut :
23 Muh. Rifa’i, Akhlaq Seorang Muslim, terj. Muhammad Al Ghazaly, (Semarang:
Wicaksana, 2003), hlm. 65. 24S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 103. 25
Z.S. Nainggolan, Hadri Hasan., Sistem Pendidikan Menurut Al Ghazaly, terj. Fathiyah
Hasan Sulaiman, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 66. 26Ramayulis, op.cit., hlm. 181. 27 Wasty Soekamto, op.cit., hlm. 75.
14
(1) Mengenali problem dan menetapkan cara kerja yang biasa
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
(2) Menetapkan beberapa cara pemecahan untuk mencapai
tujuan akhir
(3) Mengevaluasi dan menetapkan cara pemecahan masalah
yang terbaik.
(4) Melaksanakan pemecahan permasalahan.
(5) Mengamati kembali apakah rencana-rencana tersebut
sejalan dengan tujuan yang diinginkan.28
b) Memberikan alasan secara deduktif dan induktif
Memberikan alasan secara deduktif ialah kemampuan
untuk menggunakan prinsip atau aturan umum guna mengatur
suatu tingkah laku tertentu, sedangkan memberikan alasan
secara induktif ialah kemampuan untuk membuat prinsip atau
kesimpulan secara umum dari hal-hal tertentu yang telah
terjadi.29
(1) Memberi Nasihat
Memberi nasihat merupakan memberikan saran,
untuk mengatasi problem berdasarkan pengalaman,
pengetahuan dan perasaan atau gambaran. Memberikan
suatu nasihat pada anak sangat baik terutama apabila hal
yang dirasakan baru bagi anak. Dalam memberikan nasihat
diperlukan 3 (tiga) cara yaitu :
(2) Memelihara hubungan baik, sebab nasihat akan mudah
diterima apabila hubungan orang tua dengan anak baik,
saling menghormati dan saling percaya.
(3) Memberikan dorongan untuk berbicara
(4) Memberikan nasihat seperlunya
28 Ibid. hlm. 76. 29 Ibid. hlm. 77.
15
(5) Memahami tingkah laku anak yang tidak benar.30
Untuk memahami tingkah laku anak dilakukan
melalui dua pokok pendekatan, yaitu pendekatan dari dalam
dan pendekatan dari luar. Pendekatan ini lebih menekankan
pada pengawasan tingkah laku yang dapat diamati, dan
pendekatan kausal, pada pendekatan ini yang mencari
bukan hanya pada pengawasan, tetapi juga pada
pemahaman terhadap sebab-sebabnya. Pada pendekatan
kausal ini mencari maksud dan motivasi terhadap suatu
tindakan dan mencari sebab akibat suatu tindakan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Guru
Pembentukan akhlak seorang guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) sebagai bagian dari individu secara personal adalah identik
dengan pembentukan akhlak seseorang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi akhlak seseorang termasuk akhlak guru, yaitu :
1) Faktor dari dalam
Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak dari
dalam dibedakan antara pengaruh bangun tubuh dan getah-getah
tubuh. Keadaan fisik tertentu seperti gemuk pendek atau tinggi
kurus, tubuh berotot atau berbadan lemah sering merupakan faktor
fisik yang menentukan.31
Contohnya : seseorang yang berbadan
kekar lebih cenderung akan merasa dirinya lebih kuat
dibandingkan dengan yang lain. Demikian juga dengan seorang
yang pendek dan kecil, maka dirinya akan cenderung merasa
rendah diri ketika berdekatan dengan orang lain.
2) Faktor dari luar
Pembentukan kepribadian dari luar (eksternal) juga
dipengaruhi oleh keadaan situasi/lingkungan dan juga oleh orang
sekitarnya, di antaranya adalah :
30 Ibid. hlm. 78. 31 Jalaluddin Rakhmat, op.cit, hlm. 42.
16
a) Keluarga (di rumah)
Keluarga adalah pertama yang berperan dalam
pembentukan akhlak, yaitu sikap anak terhadap kedua orang
tuanya, kepada semua anggota keluarganya. Contohnya : ketika
orang tua tidak mengajari sopan santun kepada anaknya, maka
anak tersebut akan bersikap kurang ajar kepada orang tua atau
saudaranya.
b) Lingkungan
Pengaruh lingkungan dalam pembentukan akhlak antara
lain dilatarbelakangi oleh kondisi lingkungan, aktivitas
lingkungan, hubungan dengan lingkungan, dan interdependensi
dalam lingkungan. Lingkungan adalah sarana berinteraksi
antara individu yang satu dengan yang lainnya sehingga
dimana seseorang masuk dalam lingkungan tertentu maka dia
akan memiliki kebiasaan dan akhlak yang dimiliki oleh
lingkungan tersebut. Contohnya : seseorang yang hidup di
lingkungan yang suka berkelahi, maka dia juga akan memiliki
sikap suka berkelahi.
c) Sosial Budaya
Faktor sosial budaya cukup berpengaruh dan
memberikan warna terhadap kepribadiannya. Hal ini dapat
dicontohkan ketika seseorang hidup di pesantren, maka dia
akan memiliki budaya pesantren.
d) Alam
Pengaruh alam dalam pembentukan akhlak anak antara
lain : geografis, tingkat kesuburan, daerah terbuka dan terisolir.
Contohnya : ketika seseorang hidup di daerah yang terisolir,
maka dia kurang suka bergaul dengan orang luar. 32
32 Ibid. hlm. 43.
17
d. Pengembangan Kualitas Akhlak Guru PAI
Akhlak guru PAI yang memiliki posisi sentral dalam
kapasitasnya sebagai faktor internal dalam memberikan motivasi
sekaligus sebagai konsep pribadi yang akan menjadi terjemahan dari
sikap yang diimplementasikannya khususnya di sekolah, eksistensinya
memerlukan pengembangan yang secara simultan harus lebih baik dari
waktu ke waktu berdasarkan dinamika positif yang berkaitan dengan
dunia pendidikan dan pengajaran khususnya pendidikan dan
pengajaran agama Islam dan perkembangan keagamaan siswa.
Pengembangan kualitas akhlak guru PAI tersebut salah
satunya dapat dilakukan melalui pemaknaan dan pengembangan
konsep diri sebagai sarana dan motivator pengembangan kepribadian
yang dimaksud. Pengembangan kepribadian guru PAI melalui
pemaknaan dilakukan dengan mengatur keseimbangan dan
keharmonisan hubungan baik dari perkataan, sikap maupun aktivitas
secara horisontal kepada sesama guru dan yang sederajat dan secara
hierarkis kepada siswa. Adapun pengembangan akhlak guru PAI
melalui pengembangan konsep diri dilakukan dengan memahami
konsep diri yang ada dalam diri pribadi guru yang bersangkutan
kemudian dirinya dapat mengimplementasikannya secara baik untuk
mewujudkan tujuan dilaksanakannya pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
1) Pengertian konsep diri
Konsep diri terdiri dari dua kata, konsep dan diri. Konsep
adalah gambaran mental dari objek.33
Sedangkan diri adalah
orang.34
Definisi konseptual konsep diri berarti gambaran mental
seseorang. Kemudian definisi operasional konsep diri adalah
pandangan dan perasaan tentang diri sendiri (persepsi diri).
Persepsi ini tentang konsep diri ini dapat bersifat sosial, fisik, dan
33 Wihadi Atmojo, op.cit, hlm. 520. 34 Ibid. hlm. 521
18
psikologis yang diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan
orang lain.35
Sebagaimana dikatakan oleh Muntholi’ah, konsep diri
dapat diartikan sebagai gambaran mental seseorang terhadap
dirinya, pandangan terhadap diri serta usaha untuk
menyempurnakan dan mempertahankan diri.36
Sedangkan menurut
Safarino, konsep diri merupakan pemikiran seseorang tentang ciri
khas dirinya yang meliputi ciri-ciri fisik, jenis kelamin,
kecenderungan tingkah laku, watak emosional, dan cita-cita.37
2) Aspek dasar konsep diri
Konsep diri pada hakekatnya meliputi 4 (empat) aspek
dasar yang terdiri dari :
a) Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri.
b) Bagaimana orang berfikir tentang dirinya sendiri.
c) Bagaimana orang menilai dirinya sendiri.
d) Bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk
menyempurnakan dan mempertahankan diri.38
Berdasarkan jenisnya, aspek dasar konsep diri dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu aspek fisik dan psikologis.
Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang
penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya
dalam hubungan dengan perilaku dan gengsi yang diberikan
tubuhnya di mata orang lain. Sedangkan aspek psikologis terdiri
dari dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidak
mampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
35 Jalaluddin Rahmat, op.cit., hlm. 99. 36
Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunung Jati,
2002), hlm. 27. 37 Ibid. hlm. 28. 38 Ibid., hlm. 29.
19
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
ialah keadaan jasmani atau fisik, perkembangan psikologis,
peranan keluarga, dan lingkungan sosial budaya.39
Sedangkan
menurut Clara R. Pudjiyogyanti, sebagaimana dikutip Muntholiah,
konsep diri dipengaruhi oleh citra fisik, jenis kelamin, peranan
perilaku orang tua, dan lingkungan sosial. Menurut Joan Rais
dikemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsep diri selain
lingkungan yaitu, jenis kelamin, harapan-harapan, suku bangsa,
nama dan pakaian. Adapun menurut E.B. Hurlock, sebagaimana
dikutip Muntholiah, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
yaitu pengalaman awal, pengaruh budaya, ciri-ciri fisik, daya tarik,
intelegensi, emosi kegagalan dan keberhasilan, nama, lembaga
sosial, pengaruh sekolah, pengaruh keluarga, dan tingkat
penyesuaian.40
2. Ketaatan Siswa pada Tata Tertib di Sekolah
a. Pengertian ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah
Istilah ketaatan berasal dari kata taat yang berarti patuh untuk
mengikuti.41
Istilah ketaatan siswa dapat diartikan sebagai ketaatan
kepada peraturan sekolah.42
Adapun istilah tata tertib di sekolah dapat
diartikan sebagai peraturan yang ada di sekolah dan diterapkan untuk
semua masyarakat sekolah untuk mewujudkan ketertiban dan
kedisiplinan di sekolah.43
Peraturan di sekolah yang dimaksudkan
adalah peraturan di sekolah, guru dan tata tertib lainnya, sehingga pada
pengertian ketaatan siswa yang dimaksud disini yaitu ketaatan pada
peraturan di sekolah.
39 Muntholiah, op.cit.,hlm. 41 40
Ibid., hlm. 39 41 Wihadi Atmojo, op.cit., hlm. 542 42 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 97. 43 Agoes Soejanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 16
20
Ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah juga merupakan salah
satu bentuk implementasi dari terwujudnya peraturan yang telah dibuat
dalam rangka mengatur dan menjaga keseimbangan sosial yang ada di
suatu lingkungan sosial. Dengan demikian ketaatan siswa tersebut
dapat pula diterjemahkan sebagai bentuk ketaatan yang telah terwujud
dan berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sebagai
hukum tertulis di lingkungan sosial sekolah.
Ketaatan siswa di sekolah tidak dapat terwujud dengan
sendirinya tanpa diupayakan oleh pihak sekolah dan guru. Pihak
sekolah dan guru harus senantiasa berupaya memberikan pemahaman
dan contoh yang nyata agar siswa dapat melaksanakan tata tertib
dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan hasil ketaatan siswa juga
bergantung pada upaya yang dilakukan pihak sekolah dan guru,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Najm : 39 :
سعى ما اال لإلنسان ليس وان
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang diusahakannya”.44
Relevansinya dengan ayat tersebut, M. Quraisy Shihab
memberikan penjelasan tentang ayat tersebut yaitu “bahwa seorang
manusia tidak memiliki selain apa yang telah diusahakannya secara
bersungguh-sungguh”.45
Masih dalam relevansinya dengan penegasan
pada ayat di atas, Allah SWT juga telah memperjelas tentang ikhtiar
atau usaha setiap manusia sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an
surat Ar Ra’du ayat 11 :
44 Al Qur’an dan Terjemahnya, T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, et.al., (Semarang:
Kumudasmoro Grafindo, 2004), hlm. 874.
45 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 432.
21
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa-apa yang ada pada
suatu kaum sehingga mereka (kaum tersebut) mengubahnya sendiri”.46
Dengan demikian telah jelas, bahwa usaha yang dilakukan oleh
pihak sekolah dan guru agar ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah
dapat terwujud dengan baik harus diupayakan semaksimal mungkin
dengan segala macam strategi dan teknik pedagosis yang diketahui
oleh guru dan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang ada.
b. Bentuk Ketaatan Siswa pada Peraturan di Sekolah
Aspek akhlak yang tercermin dari seorang guru sedikit banyak
akan berpengaruh terhadap ketaatan siswa khususnya ketaatan siswa.
Keutuhan pribadi yang baik akan menimbulkan rasa segan dan
kepatuhan siswa yangs angat dalam. Pribadi yang taat, sangat berhati-
hati dalam mengelola setiap tugas serta penuh tanggung jawab
memenuhi kewajibannya. Mata hati dan kegiatan siswa menjadi
terarah pada hasil yang akan diraih (achievements) sehingga mampu
menyesuaikan diri dalam berinteraksi pada siapa saja terutama pada
gurunya.47
Secara klasifikatif bentuk ketaatan siswa pada tata tertib di
sekolah terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu :
1) Taat melaksanakan tugas guru di sekolah.
2) Taat tidak membantah/menentang perkataan dan sikap guru di
sekolah.
3) Taat tidak melanggar peraturan yang dibuat oleh guru di sekolah.48
Adapun menurut Agoes Soejanto, bentuk kepatuhan dan
ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah terdiri dari 4 (tiga) hal yaitu :
1) Ketepatan hadir di sekolah tepat waktu.
2) Ketepatan hadir di kelas tepat waktu.
3) Mengerjakan tugas di sekolah dengan baik.
46 Al Qur’an dan Terjemahnya, op.cit, hlm. 354.
47 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm.
88. 48 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 101.
22
4) Berperilaku sesuai dengan tata tertib di sekolah..49
Kacamata psikologi pendidikan menyebutkan bahwa ketaatan
merupakan aspek khusus yang menyangkut kesadaran diri dalam
manusia, motivasi, kemauan untuk berbuat baik, maupun tuntutan
yang berlaku dapat menimbulkan kedisiplinan dalam diri manusia.50
Ketaatan yang baik adalah kebiasaan yang berulang pada waktu dan
tempat yang sama. Kebiasaan yang harus dipupuk dan terus
ditingkatkan dari waktu ke waktu. Ketaatan sejati tidak dibentuk dalam
waktu satu-dua tahun, tetapi merupakan bentukan kebiasaan sejak
masa kecil, kemudian perilaku tersebut dipertahankan pada waktu
remaja dan dihayati maknanya di waktu dewasa dan dipetik hasilnya
sehingga akan terwujud akhlak yang baik.51
Oleh karena itu
pembentukan ketaatan siswa pada guru merupakan suatu keharusan
dalam proses pendidikan di sekolah untuk mewujudkan tujuan
pendidikan dalam membentuk pribadi manusia Indonesia yang berbudi
pekerti baik dan berkepribadian luhur, selalu menghargai dan taat ada
guru bukan hanya di lingkungan sekolah saja.
Ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah merupakan salah satu
faktor penting dalam keteraturan siswa di lingkungan sekolah untuk
mengikuti peraturan yang ada dalam rangka menjamin kehidupan yang
tertib dan tenang, hingga kelangsungan hidup sosial itu dapat
tercapai.52
Ketaatan siswa pada guru merupakan suatu keharusan yang
wajib diimplementasikan oleh siswa di sekolah dalam rangka untuk
menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, hingga kelangsungan
hidup sosial itu dapat tercapai.53
Relevansi ketaatan siswa pada peraturan di sekolah, maka siswa
sebagai bagian dari elemen sekolah harus taat pada guru dengan
49 Agoes Soejanto, op.cit., hlm. 18. 50
Saronji Dahlan & Asy’ari, op.cit, hlm. 90. 51 Ibid. Ibid., hlm. 91. 52 Ibid. Ibid., hlm. 92. 53 Ibid.. Ibid., hlm. 93.
23
menyesuaikan pelaksanan peraturan dan ketentuan yang diberikan oleh
guru yang diselaraskan dengan kewajiban yang haruis dipenuhi siswa
di sekolah khususnya berkaitan dengan kewajiban yang diberikan oleh
guru untuk ditaati oleh siswa. Konsekuensinya bagi setiap siswa di
sekolah adalah harus dapat menyesuaikan diri terhadap peraturan-
peraturan yang dibuat oleh guru dan kewajiban lain yang diberikan
oleh guru kepada siswa.54
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketaatan Siswa pada Tata Tertib di
sekolah
Pada dasarnya kesadaran diri yang dimiliki setiap siswa harus
diterapkan secara implementatif agar perilaku kesehariannya taat
kepada nilai-nilai moral. Setiap siswa senantiasa harus bersedia dan
mampu untuk melakukan observasi diri agar siswa terhindar dari
perilaku agresif atau berperilaku tidak taat.
Sikap ketaatan dan ketidaktaatan siswa pada peraturan di
sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Keteladanan guru, sebab guru menjadi contoh bagi siswanya,
sebagai tokoh yang akan ditiru dan diteladani.
2) Moralitas guru, dimungkinkan agar siswa dapat mencontoh
moralitas yang dimiliki guru melalui sikap dan gerak yang
diperbuatnya.
3) Kepribadian guru, sebab eksistensi kepribadian guru menjadi dasar
dari keteladanan yang dimiliki, dan kepribadian tersebut harus
sesuai dengan ajaran Islam.
4) Kemampuan guru dalam mendidik, sebab guru pada dasarnya
bukan saja hanya sebagai pengajar, akan tetapi guru juga
mempunyai peran sebagai pendidik (dalam hal mendidik moralitas
dan mentalitas yang ada pada murid) baik di dalam maupun di luar
sekolah.
54 Ibid. Ibid., hlm. 94.
24
5) Profesionalisme guru, sebab guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, bagi siswa untuk mencapai tujuan
(pendidikan). 55
Ketaatan siswa pada tata peraturan di sekolah pada awalnya
hanya merupakan sebuah rangkaian teoretis kemudian oleh sekolah
diajarkan kepada peserta didik untuk dipahami, dimengerti dan
selanjutnya implementasikan secara nyata dalam kehidupannya sehari-
hari khususnya pada waktu berada di lingkungan sekolah dengan
demikian perilaku siswa pada guru dapat dibentuk dan diarahkan untuk
selanjutnya dapat dipakai sebagai sebagaimana dengan konsep
ketaatan yang telah diajarkan oleh guru dan dicerminkan melalui
kepribadian guru PAI pada waktu proses pembelajaran di dalam kelas
sehingga siswa dapat melaksanakan ketaatan pada peraturan dengan
baik dan benar.
3. Hubungan antara Akhlak Guru PAI dengan Ketaatan Siswa pada
Peraturan di Sekolah
Guru merupakan individu yang memiliki tugas dan tanggung
jawab besar dalam membentuk karakter siswa di samping mengantarkan
siswa menuju pada keberhasilan belajar. Harapan masyarakat untuk
mendidik, membimbing dan mengajar putra-putri mereka agar dapat
memikul tanggung jawabnya sebagai individu yang baik diberikan pada
guru untuk membenahinya melalui pembelajaran di sekolah. Demikian
pentingnya keberadaan guru bagi siswanya, sehingga guru juga harus
dapat menjadi cerminan yang baik bagi siswanya. Pada hakekatnya semua
yang dikatakan dan dilakukan oleh guru dapat diinduksi oleh siswa
sebagai bentuk cerminan bahkan teladan dalam kehidupannya, mengingat
perkembangan psikologis siswa masih dalam tarap labil dan lebih
cenderung pada konsep meniru dan meneladani.
Berkaitan dengan demikian besarnya eksistensi karakter guru,
maka guru harus lebih dulu memberikan contoh-contoh yang baik dalam
55Zakiah Daradjat, op.cit, hlm. 98.
25
berkata dan berperilaku yang baik dan benar sehingga siswa dapat meniru
dan melakukan hal yang baik pula sebagaimana yang dicontohkan oleh
gurunya. Pada gilirannya, siswa pun akan memiliki perasaan untuk
mengikuti dan patuh pada guru sebagai orang yang diikutinya, bukan
karena takut namun karena guru bagi siswa adalah pendidik, pengajar
sekaligus pembimbing kejiwaan siswa untuk menjadi individu yang
berkarakter baik dan benar.
Namun ironisnya, serring dijumpai adanya siswa yang tidak taat
dan patuh pada gurunya. Siswa menganggap guru adalah sebuah profesi
yang hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran di sekolah yang tidak
perlu dipatuhi dan ditaati tutur katanya. Padahal guru memiliki tanggung
jawab tidak hanya mendidik anak dalam kognisi saja, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana membentuk perilaku peserta didik menjadi lebih
baik dalam arti ranah afektif dan ranah psikomotor merupakan bagian
terpenting dalam mencapai keberhasilan pendidikan yang menjadi salah
satu tujuan siswa dalam menuntut ilmu di sekolah.
Apabila dilihat lebih dekat lagi, maka dapat diketahui bahwa
akhlak guru tersebut merupakan susunan atau kesatuan antara aspek
perilaku mental (pikiran, perasaan dan sebagainya) dengan aspek perilaku
behavioral (perbuatan nyata). Akhlak guru di samping sebagai manusia
pribadi (individu) yang sekaligus juga sebagai guru di sekolah apabila
dikonfirmasikan melalui pandangan struktural tentang akhlak manusia
terdiri yang diklasifikasikan atas tiga komponen, yaitu : id, ego, superego,
dimana ketiganya adalah kesatuan kepribadian seorang manusia dalam
rangka mewujudkan konsep diri aktual sebagai seorang guru yang
mencerminkan gambaran seseorang mengenai dirinya seperti yang diidam-
idamkannya. Dalam hal ini setiap guru tentu ingin menjadi seorang guru
yang terbaik untuk siswanya sebab pada kesadaran diri manusia terdapat
motivasi, kemauan untuk berbuat baik, maupun tuntutan yang berlaku
dapat menimbulkan kedisiplinan dalam diri manusia, yang selalu
diusahakannya untuk memperoleh dinamika dalam kehidupan yang lebih
26
baik dari sebelumnya sehingga setiap guru dapat memposisikan dirinya
untuk menjadi lebih dinamis dari waktu ke waktu.
Pembentukan perilaku ketaatan siswa di sekolah merupakan salah
satu hal yang urgen diimplementasikan oleh siswa di sekolah. Oleh karena
itu dalam rangka membentuk perilaku taat pada siswa, maka setiap guru
khususnya guru PAI harus lebih dahulu setiap guru memiliki unsur-unsur
akhlak sebagai seorang guru yang baik yaitu memiliki : 1) perasaan dan
emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil, optimis
dan menyenangkan, 2) tingkah laku atau moral guru merupakan contoh
teladan yang sangat penting bagi perkembangan peserta didik, 3) sikap
guru dalam menghadapi segala masalah yang dihadapinya, baik kepada
peserta didik, sesama guru, kepala sekolah dan kepala sekolah sendiri,
harus tepat dan bijaksana.56
Hal ini dimaksudkan karena guru adalah
sebagai teladan bagi siswanya di sekolah yang ditiru dan diikuti perkataan
dan perilakunya.
Akhlak yang tercermin dari seorang guru khususnya guru PAI,
eksistensinya secara implikatif akan berpengaruh terhadap ketaatan siswa
baik pada peraturan sekolah maupun kepada guru. Keutuhan pribadi yang
baik dari guru khsuusnya guru PAI, akan menimbulkan rasa segan dan
kepatuhan siswa yang sangat dalam. Pribadi yang taat dari guru akan
sangat berhati-hati dalam mengelola setiap tugas serta penuh tanggung
jawab memenuhi kewajibannya. Dari sini maka mata hati dan kegiatan
siswa menjadi terarah pada hasil yang akan diraih (achievements) sehingga
mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi pada siapa saja terutama
pada gurunya.57
Ketaatan tersebut idealnya adalah tidak dilaksanakan
karena perasaan takut, tetapi dilaksanakan karena perasaan sadar untuk
taat ada guru dan taat untuk berbuat baik dan benar sebagaimana
dicontohkan oleh guru melalui perkataan dan perilaku.
56 Zakiah Daradjat, op.cit, hlm. 41. 57 Toto Tasmara, op.cit, hlm. 88.
27
Berdasarkan beberapa referensi di atas, dapat dicari benang merah
bahwa ketaatan siswa tersebut tidak terlepas dari pengaruh yang diberikan
oleh guru khususnya guru PAI sebagai pendidik sekaligus pengajar di
sekolah, dimana apabila kepribadian guru PAI tersebut baik maka secara
teoretis dapat diprediksikan ketaatan siswa pun akan berjalan dengan baik.
Hal ini tentunya dapat dinyatakan apabila guru PAI memiliki kepribadian
yang kurang baik maka yang terjadi adalah kurang atau tidak adanya
ketaatan siswa kepada guru khususnya ketaatan siswa pada peraturan di
sekolah.
Dengan demikian, ketaatan siswa yang diarahkan oleh guru sebagai
pendidik, pengajar sekaligus pembimbing yaitu dalam hal ini guru PAI,
dalam proses pembelajaran yang berjalan dengan sistematika dan
kurikulum pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan
serta eksistensi peserta didiknya, maka ketaatan yang pada awalnya hanya
merupakan sebuah rangkaian teoretis kemudian oleh sekolah diajarkan
kepada peserta didik untuk dipahami, dimengerti dan selanjutnya
implementasikan secara nyata dalam kehidupannya sehari-hari khususnya
pada waktu berada di lingkungan sekolah. Sehingga perilaku siswa dapat
dibentuk dan diarahkan sebagaimana dengan konsep ketaatan yang telah
diajarkan oleh guru PAI pada waktu proses pembelajaran di dalam kelas
yang selanjutnya dapat diimplementasikan secara realistik dalam
kehidupan siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, di bawah ini akan
dipaparkan beberapa penelitian yang relevan sebagai kajian penelitian yang
relevan.
Pertama ialah penelitian yang dilakukan oleh Farid Rahmat Setiawan,
mahasiswa STAIN Kudus dalam skripsinya yang berjudul PENGARUH
SIKAP GURU TERHADAP SIKAP SISWA DALAM BELAJAR DI MI
NAHDLOTUTH THOLIBIN HONGGOSOCO KUDUS, pada tahun 2006.
28
Dalam penelitiannya tersebut ia memaparkan tentang sikap yang dilakukan
oleh guru dan siswa di MI Nahdlotuth Tholibin yang memuat berbagai macam
bentuk sikap guru dan siswa tersebut.
Menurut Farid Rahmat Setiawan, dalam penelitiannya ini ia
menyimpulkan bahwa sikap guru yang dilaksanakan dengan baik dan benar
sesuai dengan ketentuan dan tata tertib di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlotuth
Tholibin Honggosoco Kudus memiliki pengaruh terhadap sikap siswa dalam
belajar di MI Nahdlotuth Tholibin Honggosoco Kudus.58
Menurutnya, sikap
guru adalah salah satu sikap tauladan yang akan diikuti oleh siswa. Oleh
karena itu apabila sikap tersebut baik maka akan diikuti oleh sikap siswa yang
baik pula khususnya dalam menjalankan tata tertib di sekolah.
Kedua ialah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arifin
mahasiswa SETIAWS Semarang dalam skripsinya yang berjudul
PENGARUH KETELADANAN GURU TERHADAP PENINGKATAN
AKHLAQ SISWA MTs NU JOGOLOYO DEMAK, pada tahun 2002. Dalam
penelitiannya tersebut ia memaparkan tentang keteladanan guru yang
dilakukan oleh guru-guru dalam mengajar siswa serta hal-hal yang dapat
meningkatkan akhlaq siswa.
Menurut Muhammad Arifin, dalam penelitiannya ini ia menyimpulkan
bahwa keteladanan guru yang telah dijalankan di sekolah Madratsah
Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU) Jogoloyo Demak ini dapat
meningkatkan akhlaq siswa. Menurutnya, akhlaq siswa dapat diinsprirasikan
dari keteladanan guru di sekolah Oleh karena itulah, menurutnya keteladanan
guru harus diutamakan oleh guru dalam upaya meningkatkan akhlaq siswa
yang lebih baik dari waktu ke waktu.59
Ketiga ialah penelitian yang dilakukan oleh Nur Ahmad Latif
mahasiswa UNSIQ Wonosobo cabang Demak dalam skripsinya yang berjudul
58 Farid Muhammad Setiawan, NIM:201022, Pengaruh Sikap Guru Terhadap Sikap
Siswa dalam Belajar di MI Nahdlotuth Tholibin Honggosoco Kudus, (Kudus : Skripsi S1 Tarbiyah
PAI STAIN Kudus, 2006), hlm. 65.
59Muhammad Arifin, NIM:19910505, Pengaruh Keteladanan Guru terhadap
Peningkatan Akhlaq Siswa MTs Nu Jogoloyo Demak, (Semarang : Skripsi S1 Tarbiyah PAI IIWS
Semarang, 2002), hlm. 61.
29
STUDI KORELASI SIKAP GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGAJAR DENGAN SIKAP BELAJAR SISWA SD KATONSARI 01
DEMAK, pada tahun 2002. Dalam penelitiannya tersebut ia memaparkan
tentang sikap guru PAI yang diterapkan di sekolah tersebut dalam mengajar di
kelas serta segala sesuatu yang dapat meningkatkan sikap belajar siswa.
Menurut Nur Ahmad Latif, dalam penelitiannya ini ia menyimpulkan
bahwa sikap guru PAI yang telah diterapkan di sekolah Dasar (SD) Katonsari
01 Demak ini memiliki korelasi dengan sikap belajar siswa dan dapat
meningkatkan sikap belajar siswa. Menurutnya, sikap belajar siswa yang
berpusat dari semangat dan minat harus diupayakan siswa sedini mungkin
dalam rangka mewujudkan keberhasilan belajar siswa. Sehingga menurutnya,
sikap guru PAI yang telah dijalankan di sekolah dasar (SD) negeri Katonsari
01 Demak dapat meningkatkan sikap belajar siswa secara lebih baik dan
dinamis. Oleh karena itulah, menurutnya sikap guru PAI dalam mengajar di
kelas harus ditingkatkan dan dimaksimalkan pelaksanaannya demi
terwujudnya sikap belajar siswa yang nantinya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa yang bersangkutan.60
Dari beberapa pemikiran diatas baik dari skripsi yang disusun oleh
Farid Rahmat Setiawan, Muhammad Arifin, serta Nur Ahmad Latif, menurut
penulis semuanya merupakan kajian tentang sikap guru dan ketaatan siswa.
Namun penelitian yang mengkaji dan menganalisis secara langsung tentang
korelasi sikap guru PAI dengan ketaatan sikap siswa pada tata tertib sekolah di
SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011 belum pernah ada atau belum pernah
dilakukan sebelumnya.
Maka, dengan berdasar pada kajian pustaka yang dikemukakan oleh
beberapa peneliti yang telah disebutkan diatas, selanjutnya dalam penelitian
ini penulis mencoba meneliti tentang korelasi sikap guru PAI dengan ketaatan
sikap siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011
melalui pemaparan dalam skripsi ini.
60Nur Ahmad Latif, NIM. 1324220. Studi Korelasi Sikap Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Mengajar Dengan Sikap Belajar Siswa SD Katonsari 01 Demak, (Demak : Skripsi S1
Tarbiyah PAI UNSIQ WONOSOBOCabang Demak, 2002), hlm. 67.
30
C. Pengajuan Hipotesis
Secara teoritis, hipotesis ialah “jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris”.61
Adapun
secara teknis, hipotesis :”pernyataan mengenai populasi yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian”.62
Selanjutnya dalam penelitian pada skripsi ini peneliti memberikan
rumusan hipotesis bahwa “terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara
akhlak guru PAI dengan ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN
Donorojo 2 Demak tahun 2011.”
61 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 2002), hlm. 69. 62 M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002,
hlm). 158.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, memiliki beberapa
tujuan esensial yang dimaksudkan agar peneliti fokus pada materi penelitian.
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti, yaitu :
1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang akhlak guru Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Negeri Donorojo 2 Demak tahun 2011.
2. Untuk mengetahui ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN
Donorojo 2 Demak tahun 2011.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara akhlak guru PAI
dengan ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak
tahun 2011.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian tentang
studi persepsi siswa tentang akhlak guru PAI dan korelasinya dengan
ketaatan siswa pada tata tertib sekolah SDN Donorojo 2 Demak tahun
2011 adalah mulai bulan pebruari sampai dengan Maret 2011.
2. Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah
SDN Donorojo 2 Demak.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah “konsep yang mempunyai variasi nilai”.1 Dalam
penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan
1S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.133.
31
32
variabel terikat (dependent). Adapun kejelasan variabel-veriabel tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (Independent).
Akhlak guru PAI, dengan indikator sebagai berikut :
a. Ketepatan kehadiran guru mengajar
b. Tata cara berpakaian guru di sekolah
c. Tata cara berbicara guru di sekolah
d. Perilaku guru di sekolah
2. Variabel Terikat (dependent)
Ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah, dengan indikator sebagai
berikut :
a. Ketepatan kehadiran siswa di sekolah
b. Tata cara berpakaian siswa di sekolah
c. Tata cara berbicara siswa di sekolah
d. Perilaku siswa di sekolah
D. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah “suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang
ingin kita ketahui”.2
Penelitian yang dilakukan penulis bersifat penelitian lapangan (field
research) yaitu penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan secara
langsung yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas yang
diperoleh dari obyek penelitian atau suatu riset yang dilakukan pada terjadinya
gejala dalam suatu obyek penelitian.3 Gejala tersebut yaitu tentang studi
persepsi siswa tentang akhlak guru PAI dan korelasinya dengan ketaatan siswa
pada tata tertib sekolah SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011.
2S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.105 3Ibid., hlm.106.
33
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah “seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”.4 Penelitian ini
menetapkan bahwa yang dijadikan populasi adalah seluruh siswa SDN
Donorojo 2 Demak tahun 2010 secara keseluruhan mulai dari siswa kelas I
- VI sejumlah 180 anak.
2. Sampel
Secara definitif Sampel adalah “sebagai bagian dari populasi,
sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”.5
Adapun sampel yang diambil adalah sebanyak 20 % dari total populasi,
yaitu sebanyak 36 siswa. Menurut pendapat dari Suharsimi Arikunto,
yaitu: “untuk sekadar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat
diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih”.6
Maka berdasar pada kedua pendapat tersebut, jumlah anggota
sampel yang diambil oleh peneliti adalah terdiri dari : Siswa sebanyak 36
anggota sampel (20 % dari jumlah populasi total sebanyak 180). Jadi
jumlah sampel keseluruhan yang di tetapkan adalah 36 anggota sampel
tersebut, selanjutnya dilkasifikasikan dengan representatifitas sesuai
dengan teknis pengambilan sampel.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Kemudian cara pengambilan sampel siswa tersebut dilakukan
dengan cara stratified random sampling yaitu teknik dengan “membuat
lapisan-lapisan (strata), kemudian dari setiap lapisan diambil sejumlah
subyek secara acak. Jumlah subyek dari siap lapisan (strata) adalah sampel
4Ibid., hlm. 121.
Ibid., hlm. 121.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 120.
34
penelitian”.7 Dalam hal ini, adalah untuk mengambil anggota sampel dari
wakil kelas I sampai dengan kelas VI. Maka agar terdapat unsur
kesetaraan, ditetapkan untuk kapasitas wakil dari masing-masing kelas
adalah sebanyak 6 anggota sampel.
Sedangkan untuk penetapan anggota sampel tersebut, secara
terperinci, pelaksanaan undian tersebut adalah sebagai berikut : Pada
kertas kecil-kecil dituliskan nomor subyek (sejumlah banyaknya populasi
yaitu 180), satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian kertas digulung.
Dengan tanpa prasangka diambil 36 buah (20 % dari jumlah populasi 180)
gulungan kertas, dengan dibagi pada tingkatan kelas (masing-masing kelas
diambil 6 gulungan kertas). Sehingga nomor-nomor yang tertera pada
gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subyek
penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Upaya untuk mencapai data yang valid dan reliabel, maka harus
menggunakan sumber-sumber yang sesuai dan bisa dipercaya kebenarannya
serta berdasarkan metode yang sesuai. Sehubungan dengan pengumpulan data
ini, peneliti menggunakan sumber data yaitu dengan melakukan riset
Lapangan. Riset lapangan merupakan aktivitas peneliti dalam mengadakan
penelitian ini, untuk memperoleh data-data empiris yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan informasi dan data-data yang dimaksud. Adapun metode
yang digunakan peneliti adalah :
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah “pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang nampak pada obyek penelitian”.8 Metode
ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang studi persepsi
siswa tentang akhlak guru PAI dan korelasinya dengan ketaatan siswa
pada tata tertib sekolah SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011.
7Nana Sudjana, Metodologi Penelitian, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 73. 8S. Margono, op.cit., hlm. 158.
35
2. Metode Angket
Metode angket ialah “suatu metode pengumpulan informasi
dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara
tertulis pula oleh responden”9 Metode angket digunakan oleh peneliti
untuk disampaikan dan diajukan kepada responden sebagai anggota
sampel, dalam rangka upaya memperoleh data tentang studi persepsi siswa
tentang akhlak guru PAI dan korelasinya dengan ketaatan siswa pada tata
tertib sekolah SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011.
G. Teknik Analisis Data
Langkah untuk menganalisis data untuk membuktikan hipotesis dalam
penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan teknik uji hipotesis untuk
menganalisisnya dengan analisa statistik inferensial. Dalam analisa statistik
ini, peneliti menggunakan teknis korelasi product moment. Adapun
pertimbangan peneliti memakai teknik tersebut adalah dengan berdasar pada
kenyataan dalam penelitian ini, dimana kenyataan tersebut selaras menurut
penegasan Anas Sudijono yaitu :
1. Variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat
kontinu.
2. Sampel yang diteliti dalam penelitian ini bersifat homogen, atau setidak-
tidaknya mendekati homogen. 10
Adapun teknis analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
dilaksanakan oleh peneliti dalam dua tahap, yaitu :
1. Analisis Pendahuluan
Berdasarkan dari data yang sudah terkumpul, selanjutnya peneliti
melakukan pengolahan data sebagai tahapan analisis pendahuluan dengan
teknik sebagai berikut :
9Ibid., hlm. 167. 10Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
hlm. 178.
36
a. Editing, yaitu teknik pemeriksaan kembali kelengkapan jawaban yang
telah diperoleh.
b. Coding, yaitu teknik pemberian kode pada masing-masing jawaban
responden dengan cara mempertimbangkan kategori-kategori yang
sudah ada atau yang sudah disusun sebelumnya.
c. Tabulating, yaitu teknik memutuskan atau meletakkan data pada tabel
atau grafik untuk keperluan tersebut sesuai dengan jenis kodenya.11
2. Analisis Lanjut
Adapun dalam analisis lanjut ini, teknis analisis yang digunakan
adalah teknis korelasi product moment dengan memakai beberapa tahapan
sebagai berikut :
a. Menentukan rumus untuk mencari angka indeks korelasi “r” product
momentnya.
Berdasarkan data yang sedang dicari korelasinya tersebut,
maka rumus yang dipakai adalah :
N
YY
N
XX
N
YXXY
rxy2
2
2
2
Keterangan :
xyr : koefisien korelasi variabel X dan variabel Y.
X : jumlah skor dalam sebaran X
Y : jumlah skor dalam sebaran Y
XY : jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan
2X : junlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
2Y : junlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N : jumlah responden yang diteliti, sebanyak 36 responden.
11 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 145
37
b. Menentukan langkah untuk mencari angka indeks korelasi “r” product
momentnya.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah :
1) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan, yang terdiri dari 6
(enam) kolom.
Pada kolom 1 memuat subyek penelitian.
Pada kolom 2 memuat sekor variabel X
Pada kolom 3 memuat sekor variabel Y
Pada kolom 4 memuat hasil perkalian antara sekor variabel X dan
sekor variabel Y (kolom 2 dikalikan dengan kolom 3)
Pada kolom 5 memuat hasil pengkuadratan sekor variabel X (yaitu
X2)
Pada kolom 6 memuat hasil pengkuadratan sekor variabel Y (yaitu
Y2)
2) Menghitung mean dari variabel X (yaitu Mx) dengan
menggunakan rumus :
N
XMx
Keterangan :
Mx : mean dari variabel X
X : jumlah dari sekor-sekor (nilai-nilai) dari variebel X
N : jumlah responden (number of cases)
3) Menghitung mean dari variabel Y (yaitu My) dengan
menggunakan rumus :
N
YMy
Keterangan :
My : mean dari variabel Y
Y : jumlah dari sekor-sekor (nilai-nilai) dari variebel Y
N : jumlah responden (number of cases)
38
4) Menghitung angka indeks korelasi antara variabel X dan variebel Y
(yaitu rxy), dengan menggunakan rumus :
N
YY
N
XX
N
YXXY
rxy2
2
2
2
Keterangan :
xyr : koefisien korelasi variabel X dan variabel Y.
X : jumlah skor dalam sebaran X
Y : jumlah skor dalam sebaran Y
XY : jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan
2X : junlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
2Y : junlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N : jumlah responden yang diteliti, sebanyak 36 responden.
5) Melakukan pembuktian hipotesis
Pembuktian mengenai hubungan antara variabel X dan
variabel Y ditunjukkan dengan dua macam bentuk, yaitu :
a) Dengan cara kasar atau sederhana, yaitu dengan
dikonsultasikan pada pedoman pemberian interpretasi angka
indeks korelasi “r” product moment.
b) Dengan cara dikonsultasikan pada tabel harga kritik dari “r”
product moment.
c) Dengan cara dikonsultasikan melalui pembuktian di program
statistik SPSS.
Sehingga dari dua macam teknis pembuktian diatas, dapat
dibaca dipahami, dan dibuktikan apakah antara variabel X dan
variabel Y terdapat hubungan atau tidak, dan seberapa besar
hubungan tersebut, serta bagaimana hubunganya apakah kuat
(tinggi) ataukah lemah, ataukah tidak ada sama sekali.
BAB IV
ANALISIS STUDI PERSEPSI SISWA TENTANG AKHLAK GURU PAI
DAN KORELASINYA DENGAN KETAATAN SISWA PADA TATA
TERTIB SEKOLAH SDN DONOROJO 2 DEMAK TAHUN 2011
Untuk mengetahui lebih jauh tentang analisis korelasi akhlak guru PAI
dengan ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun
2011, maka penulis menggunakan analisis analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif ini dilaksanakan oleh penulis dengan menggunakan
rumus statistik korelasi product moment yang digunakan untuk mencari indeks
korelasi untuk menentukan benar atau tidaknya hipotesis yang telah diajukan
penulis. Dengan teknik ini diharapkan dapat menyajikan data-data yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk menarik suatu kesimpulan atau generalisasi yaitu
kesesuaian antara kenyataan yang ada di lapangan dengan tuntutan teori.
Adapun prosedur dalam analisis data ini dengan menggunakan tiga tahap,
yaitu :
1. Analisis Pendahuluan
2. Analisis Uji Hipotesis
3. Analisis Lanjut
A. Analisis Pendahuluan
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebenaran hipotesis yang
diajukan penulis, digunakan rumus product moment yaitu dengan
memasukkan hasil jawaban angket tentang persepsi siswa tentang akhlak guru
PAI SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011 (X) dan ketaatan siswa pada tata
tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011 (Y) adalah sebagai
berikut :
39
40
Tabel 1
Data Hasil Jawaban Angket Variabel
Persepsi Siswa Tentang Akhlak Guru PAI
NO
RESP
SKOR BUTIR SOAL KE : SKOR
TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 38
2 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 35
3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39
4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 34
5 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 37
6 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 34
7 4 1 2 3 4 4 4 4 3 4 33
8 4 4 2 3 4 4 2 2 3 2 30
9 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
10 3 4 4 3 4 1 4 1 3 4 31
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
12 4 4 2 3 4 2 1 4 3 1 28
13 2 1 4 3 3 4 4 4 4 4 33
14 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 31
15 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38
16 1 3 2 4 4 4 4 4 2 4 32
17 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 38
18 4 4 1 3 3 4 4 4 4 4 35
19 3 2 4 4 4 4 4 4 1 4 34
20 4 4 2 2 3 1 4 1 2 4 27
21 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 34
22 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38
23 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 35
24 2 3 1 4 4 4 4 4 4 4 34
25 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 37
26 3 3 3 4 4 4 2 1 3 2 29
27 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 37
28 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 37
29 2 2 4 3 2 4 1 4 1 1 24
30 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 37
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
32 4 4 2 4 4 4 2 4 3 2 33
33 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 36
34 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 36
35 4 4 2 1 1 1 4 2 3 4 26
36 4 4 4 4 2 2 2 4 4 2 32
Jml 116 122 104 126 134 128 128 127 118 128 1231
41
Tabel 2
Data Hasil Jawaban Angket Variabel
Ketaatan Siswa pada Tata Tertib di Sekolah
NO
RESP
SKOR BUTIR SOAL KE : SKOR
TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
2 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 35
3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39
4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 34
5 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 37
6 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 34
7 4 1 4 3 4 4 4 4 3 4 35
8 4 4 2 3 4 4 2 2 3 2 30
9 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
10 3 4 4 3 4 1 4 1 3 4 31
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
12 4 4 4 3 4 2 1 4 3 1 30
13 2 1 4 3 3 4 4 4 4 4 33
14 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 31
15 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38
16 1 3 2 4 4 4 4 4 2 4 32
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
18 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 38
19 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 37
20 4 4 2 2 3 1 4 1 2 4 27
21 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 34
22 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38
23 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 35
24 2 3 1 4 4 4 4 4 4 4 34
25 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 37
26 3 3 3 4 4 4 2 1 3 2 29
27 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 37
28 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 37
29 2 2 4 3 2 4 1 4 4 4 30
30 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 37
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
32 4 4 2 4 4 4 2 4 3 2 33
33 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 36
34 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 36
35 4 4 2 4 4 1 4 2 3 4 32
36 4 4 4 4 2 2 2 4 4 2 32
Jml 116 122 115 129 137 128 128 127 124 131 1257
42
Berdasarkan data hasil jawaban angket yang telah dijawab oleh
responden penelitian yang tertera pada tabel tersebut di atas, maka dapat
dideskripsikan :
1. Akhlak guru PAI
Jumlah siswa yang menjadi responden dan telah memberikan
jawaban pada soal angket tentang akhlak guru PAI, dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
a. Sebanyak 1 siswa memberikan skor 24 atau sebesar 2,77 %.
b. Sebanyak 1 siswa memberikan skor 26 atau sebesar 2,77 %.
c. Sebanyak 1 siswa memberikan skor 27 atau sebesar 2,77 %.
d. Sebanyak 1 siswa memberikan skor 28 atau sebesar 2,77 %.
e. Sebanyak 1 siswa memberikan skor 29 atau sebesar 2,77 %.
f. Sebanyak 1 siswa memberikan skor 30 atau sebesar 2,77 %.
g. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 31 atau sebesar 5,55 %.
h. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 32 atau sebesar 5,55 %.
i. Sebanyak 3 siswa memberikan skor 33 atau sebesar 8,33 %.
j. Sebanyak 5 siswa memberikan skor 34 atau sebesar 13,88 %.
k. Sebanyak 3 siswa memberikan skor 35 atau sebesar 8,33 %.
l. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 36 atau sebesar 5,55 %.
m. Sebanyak 5 siswa memberikan skor 37 atau sebesar 13,88 %.
n. Sebanyak 4 siswa memberikan skor 38 atau sebesar 11,11 %.
o. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 39 atau sebesar 5,55 %.
p. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 40 atau sebesar 5,55 %.
Nilai rata-rata (mean) dari skor tentang akhlak guru PAI adalah :
N
XM x
36
1231
= 34,19
43
Adapun klasifikasi skor tentang akhlak guru PAI adalah
sebagaimana tertera pada tabel berikut :
Tabel 3
Klasifikasi Skor tentang Akhlak Guru PAI
Skor
Kategori Persentase (%)
41 – 50 Sangat baik 0 %
31 – 40 Baik 83,33 %
21 – 30 Cukup baik 16.66 %
11 – 20 Kurang 0 %
0 – 10 Sangat kurang 0 %
Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas, maka dapat diketahui
bahwa persepsi siswa tentang akhlak guru PAI di SD Negeri Donorojo 2
Demak adalah baik.
2. Ketaatan siswa pada tata tertib sekolah
Jumlah siswa yang menjadi responden dan telah memberikan
jawaban pada soal angket tentang ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah
dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Sebanyak 1 siswa memberikan skor 27 atau sebesar 2,7 %.
b. Sebanyak 1 siswa memberikan skor 29 atau sebesar 2,7 %.
c. Sebanyak 3 siswa memberikan skor 30 atau sebesar 8,33 %.
d. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 31 atau sebesar 5,55 %.
e. Sebanyak 3 siswa memberikan skor 32 atau sebesar 8,33 %.
f. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 33 atau sebesar 5,55 %.
g. Sebanyak 4 siswa memberikan skor 34 atau sebesar 11,11 %.
h. Sebanyak 3 siswa memberikan skor 35 atau sebesar 8,33 %.
i. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 36 atau sebesar 5,55 %.
j. Sebanyak 6 siswa memberikan skor 37 atau sebesar 16,6 %.
k. Sebanyak 3 siswa memberikan skor 38 atau sebesar 8,33 %.
l. Sebanyak 2 siswa memberikan skor 39 atau sebesar 5,55 %.
m. Sebanyak 4 siswa memberikan skor 40 atau sebesar 11,11 %.
44
Nilai rata-rata (mean) dari skor tentang akhlak guru PAI adalah :
N
YM y
36
1257
= 34,91
Adapun klasifikasi skor tentang ketaatan siswa pada tata tertib di
sekolah adalah sebagaimana tertera pada tabel berikut :
Tabel 4
Klasifikasi Skor tentang Ketaatan Siswa pada Tata Tertib di Sekolah
Skor
Kategori Persentase (%)
41 – 50 Sangat baik 0 %
31 – 40 Baik 94,44 %
21 – 30 Cukup baik 5.55 %
11 – 20 Kurang 0 %
0 – 10 Sangat kurang 0 %
Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas, maka dapat diketahui
bahwa persepsi siswa tentang ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah SD
Negeri Donorojo 2 Demak adalah baik.
B. Analisis Uji Hipotesis
Dalam analisis uji hipotesis penulis memasukkan skor jawaban angket
tentang akhlak guru PAI dan skor jawaban angket tentang ketaatan siswa pada
tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011 ke dalam tabel kerja
sebagai berikut :
Tabel 5
Tabel Kerja Pengaruh Variabel X
terhadap Variabel Y
NO
RESP X Y X
2 Y
2 XY
1 38 40 1444 1600 1520
45
2 35 35 1225 1225 1225
3 39 39 1521 1521 1521
4 34 34 1156 1156 1156
5 37 37 1369 1369 1369
6 34 34 1156 1156 1156
7 33 35 1089 1225 1155
8 30 30 900 900 900
9 39 39 1521 1521 1521
10 31 31 961 961 961
11 40 40 1600 1600 1600
12 28 30 784 900 840
13 33 33 1089 1089 1089
14 31 31 961 961 961
15 38 38 1444 1444 1444
16 32 32 1024 1024 1024
17 38 40 1444 1600 1520
18 35 38 1225 1444 1330
19 34 37 1156 1369 1258
20 27 27 729 729 729
21 34 34 1156 1156 1156
22 38 38 1444 1444 1444
23 35 35 1225 1225 1225
24 34 34 1156 1156 1156
25 37 37 1369 1369 1369
26 29 29 841 841 841
27 37 37 1369 1369 1369
28 37 37 1369 1369 1369
29 24 30 576 900 720
30 37 37 1369 1369 1369
31 40 40 1600 1600 1600
32 33 33 1089 1089 1089
33 36 36 1296 1296 1296
34 36 36 1296 1296 1296
35 26 32 676 1024 832
36 32 32 1024 1024 1024
Jumlah 1231 1257 42653 44321 43434
Berdasarkan data yang tertera pada tabel di atas, maka dapat diketahui :
∑X = 1231 ∑Y = 1257 ∑X2 = 42653 ∑Y
2 = 44321 ∑XY = 43434
46
Setelah diketahui tabel kerja hubungan antara variabel X dan Y, maka
selanjutnya memasukkan data-data ke dalam rumus product moment dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
N
YY
N
XX
N
YXXY
rxy2
2
2
2
36
158004944321
36
151536142653
36
1257123143434
43890,254432142093,3642653
42982,41643434
430,75559,64
451,584
241064,93
451,584
490,983
451,584
= 0,92
Dari hasil penghitungan tersebut di atas dapat diketahui bahwa
koefisien korelasi antara variabel X (akhlak guru PAI) dan variabel Y
(ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun
2011) adalah xyr = 0,92.
C. Analisis Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa koefisien
korelasi antara variabel X (akhlak guru PAI) dan variabel Y (ketaatan siswa
47
pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011) adalah xyr =
0,92, maka hipotesis penelitian yang menyebutkan terdapat korelasi yang
positif dan signifikan antara akhlak guru PAI dengan ketaatan siswa pada tata
tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011, maka hipetssis tersebut
diterima.
Dalam analisis lanjutan, penulis menguji hasil korelasi antara kedua
variabel dengan menggunakan taraf signifikansi 5 %. Pada taraf signifikansi 5
% dengan jumlah responden (N) = 36 didapat tr = 0,374 sedangkan xyr = 0,92
atau xyr > tr , ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X
dan variabel Y, artinya ada korelasi positif antara kedua variabel.
Berdasarkan hasil analisis tersebut ternyata baik taraf signifikansi 5 %
besarnya koefisien korelasi hasilnya tetap lebih besar dari pada koefisien
korelasi dalam tabel (signifikan) yang berarti ada korelasi yang positif antara
kedua variabel yaitu akhlak guru PAI memilihi hubungan / korelasi yang
positif dan signifikan terhadap ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN
Donorojo 2 Demak tahun 2011. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian
ini dapat dikonklusikan bahwa semakin tinggi kualitas akhlak guru PAI di
SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011, maka semakin tinggi pula ketaatan siswa
pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011. Demikian
pula sebaliknya, semakin rendah kualitas akhlak guru PAI di SDN Donorojo 2
Demak tahun 2011, maka semakin rendah pula ketaatan siswa pada tata tertib
sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011.
Berdasarkan data yang diperoleh pada bab sebelumnya tentang akhlak
guru PAI di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011, telah diketahui bahwa siswa
telah memberikan penilaian yaitu sebanyak 1 siswa memberikan skor 24 atau
sebesar 2,77 %, sebanyak 1 siswa memberikan skor 26 atau sebesar 2,77 %,
sebanyak 1 siswa memberikan skor 27 atau sebesar 2,77 %, sebanyak 1 siswa
memberikan skor 28 atau sebesar 2,77 %, sebanyak 1 siswa memberikan skor
29 atau sebesar 2,77 %, sebanyak 1 siswa memberikan skor 30 atau sebesar
2,77 %, sebanyak 2 siswa memberikan skor 31 atau sebesar 5,55 %, sebanyak
48
2 siswa memberikan skor 32 atau sebesar 5,55 %, sebanyak 3 siswa
memberikan skor 33 atau sebesar 8,33 %, sebanyak 5 siswa memberikan skor
34 atau sebesar 13,88 %, sebanyak 3 siswa memberikan skor 35 atau sebesar
8,33 %, sebanyak 2 siswa memberikan skor 36 atau sebesar 5,55 %, sebanyak
5 siswa memberikan skor 37 atau sebesar 13,88 %, sebanyak 4 siswa
memberikan skor 38 atau sebesar 11,11 %, sebanyak 2 siswa memberikan
skor 39 atau sebesar 5,55 %, sebanyak 2 siswa memberikan skor 40 atau
sebesar 5,55 %. Sehingga dapat diketahui bahwa akhlak guru PAI di SDN
Donorojo 2 Demak tahun 2011 dapat dikategorikan baik dengan nilai rata-rata
34,19.
Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akhlak guru PAI di SDN
Donorojo 2 Demak tahun 2011 tersebut dapat dikatakan baik, namun masih
memerlukan dinamika yang lebih baik lagi. Hasil tersebut dikarenakan ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuhnya dan berkembangnya
kualitas akhlak guru PAI di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011.
Beberapa faktor yang harus diektahui dan dipahami oleh guru PAI
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuhnya dan berkembangnya
kualitas akhlak guru PAI yang juga sekaligus mempengaruhi pembentukan
akhlak seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai bagian dari
individu secara personal, yaitu :
1. Faktor dari dalam
Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak dari dalam
dibedakan antara pengaruh bangun tubuh dan getah-getah tubuh. Keadaan
fisik tertentu seperti gemuk pendek atau tinggi kurus, tubuh berotot atau
berbadan lemah sering merupakan faktor fisik yang menentukan.
Contohnya : seseorang yang berbadan kekar lebih cenderung akan merasa
dirinya lebih kuat dibandingkan dengan yang lain. Demikian juga dengan
seorang yang pendek dan kecil, maka dirinya akan cenderung merasa
rendah diri ketika berdekatan dengan orang lain.
49
2. Faktor dari luar
Pembentukan kepribadian dari luar (eksternal) juga dipengaruhi
oleh keadaan situasi/lingkungan dan juga oleh orang sekitarnya, di
antaranya adalah :
a. Keluarga (di rumah)
Keluarga adalah pertama yang berperan dalam pembentukan
akhlak, yaitu sikap anak terhadap kedua orang tuanya, kepada semua
anggota keluarganya. Contohnya : ketika orang tua tidak mengajari
sopan santun kepada anaknya, maka anak tersebut akan bersikap
kurang ajar kepada orang tua atau saudaranya.
b. Lingkungan
Pengaruh lingkungan dalam pembentukan akhlak antara lain
dilatarbelakangi oleh kondisi lingkungan, aktivitas lingkungan,
hubungan dengan lingkungan, dan interdependensi dalam lingkungan.
Lingkungan adalah sarana berinteraksi antara individu yang satu
dengan yang lainnya sehingga dimana seseorang masuk dalam
lingkungan tertentu maka dia akan memiliki kebiasaan dan akhlak
yang dimiliki oleh lingkungan tersebut. Contohnya : seseorang yang
hidup di lingkungan yang suka berkelahi, maka dia juga akan memiliki
sikap suka berkelahi.
c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya cukup berpengaruh dan memberikan
warna terhadap kepribadiannya. Hal ini dapat dicontohkan ketika
seseorang hidup di pesantren, maka dia akan memiliki budaya
pesantren.
d. Alam
Pengaruh alam dalam pembentukan akhlak anak antara lain :
geografis, tingkat kesuburan, daerah terbuka dan terisolir. Contohnya :
ketika seseorang hidup di daerah yang terisolir, maka dia kurang suka
bergaul dengan orang luar.
50
Setelah guru PAI dapat memahami dan menghayati faktor tersebut di
atas, maka harus pula dapat mengimplementasikan idealitas guru PAI yang
baik. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki motivasi untuk maju atau
dorongan untuk mengejar perkembangan yang lebih lanjut dan meningkat,
yang pada akhirnya mencapai aktualisasi diri, yaitu perilaku pribadi yang
dalam taraf optimal. Perilaku seseorang pada dasarnya adalah terarah kepada
tujuan, yang dilakukan oleh individu untuk memuaskan kebutuhannya
sebagaimana yang dihayati dalam dunianya, yaitu dunia yang dirasakan dan
diikuti dalam penghayatan dirinya. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
kriteria guru PAI yang ideal adalah guru PAI yang dapat mengendalikan :
1. Perasaan dan Emosi Guru
Perilaku pada diri individu secara umum disertai ditunjang oleh
eksistensi emosi. Emosi ada sebagai bagian dari reaksi total organisme
terhadap phenomenalnya, dapat dikatakan secara transparan bahwa, secara
umum cara-cara bertingkah laku atau berperilaku yang diambil oleh
individu adalah sesuai dengan konsep dirinya (self concept). Cara yang
terbaik untuk mengubah atau mendesain perilaku adalah terlebih dahulu
melakukan perubahan mengenai konsep dirinya. Oleh karena pada
dasarnya dalam diri manusia terdapat 2 (dua) potensi kekuatan, yaitu
potensi kebajikan dan potensi yang mendorong kepada kesalahan.
2. Moral Guru
Seorang guru harus memiliki moral yang mencerminkan dirinya
adalah sebagai pendidik sekaligus pengajar bagi siswa di sekolah. Oleh
karena itu, moralitas guru dapat membentuk akhlak yang utuh, kokoh, dan
tahan uji. Hal tersebut adalah bentuk kerja mental sebagai reaksi atas
pengaruh yang diterimanya dan melalui pengalaman kejiwaan terjadi
pembentukan berbagai daya rohani yang menjadi ciri kepribadian
seseorang.
Selain daya rohani, juga terdapat 3 (tiga) macam pembentukan
moralitas guru yang meliputi : 1) pembentukan hati, yang terdiri dari
pembentukan kata hati atau nurani, pembentukan niat dalam melakukan
51
setiap pekerjaan, dan pembentukan kebersihan hati untuk menerima
petunjuk, 2) pembentukan kebiasaan, yang terdiri dari kebiasaan untuk
berbuat ihsan terhadap Allah SWT, kebiasaan untuk berbuat ihsan
terhadap sesama manusia, dan kebiasaan untuk berbuat ihsan terhadap
mahluk Allah lainnya.
3. Sikap Guru dalam Menghadapi Masalah
Guru sebagai pendidik dan pengajar di sekolah dalam menghadapi
masalah yang terjadi pada siswanya harus memiliki cara yang tepat dalam
memberikan solusinya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru
dalam memberikan solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
siswa, yaitu :
a. Pemecahan masalah secara kreatif
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada 5 (lima) cara
yang terbaik untuk mengajarkan proses pemecahan masalah kepada
siswa adalah sebagai berikut :
1) Mengenali problem dan menetapkan cara kerja yang biasa
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
2) Menetapkan beberapa cara pemecahan untuk mencapai tujuan
akhir
3) Mengevaluasi dan menetapkan cara pemecahan masalah yang
terbaik.
4) Melaksanakan pemecahan permasalahan.
5) Mengamati kembali apakah rencana-rencana tersebut sejalan
dengan tujuan yang diinginkan.
b. Memberikan alasan secara deduktif dan induktif
Memberikan alasan secara deduktif ialah kemampuan untuk
menggunakan prinsip atau aturan umum guna mengatur suatu tingkah
laku tertentu, sedangkan memberikan alasan secara induktif ialah
kemampuan untuk membuat prinsip atau kesimpulan secara umum dari
hal-hal tertentu yang telah terjadi.
52
c. Memberi Nasihat
Memberi nasihat merupakan memberikan saran, untuk
mengatasi problem berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan
perasaan atau gambaran. Memberikan suatu nasihat pada anak sangat
baik terutama apabila hal yang dirasakan baru bagi anak. Dalam
memberikan nasihat diperlukan 3 (tiga) cara yaitu :
1) Memelihara hubungan baik, sebab nasihat akan mudah diterima
apabila hubungan orang tua dengan anak baik, saling menghormati
dan saling percaya.
2) Memberikan dorongan untuk berbicara
3) Memberikan nasihat seperlunya
4) Memahami tingkah laku anak yang tidak benar.
Untuk memahami tingkah laku anak dilakukan melalui dua
pokok pendekatan, yaitu pendekatan dari dalam dan pendekatan dari
luar. Pendekatan ini lebih menekankan pada pengawasan tingkah laku
yang dapat diamati, dan pendekatan kausal, pada pendekatan ini yang
mencari bukan hanya pada pengawasan, tetapi juga pada pemahaman
terhadap sebab-sebabnya. Pada pendekatan kausal ini mencari maksud
dan motivasi terhadap suatu tindakan dan mencari sebab akibat suatu
tindakan.
Secara klasifikatif bentuk ketaatan siswa pada guru terdiri dari 3 (tiga)
hal yaitu :
1. Taat melaksanakan tugas guru di sekolah.
2. Taat tidak membantah/menentang perkataan dan sikap guru di sekolah.
3. Taat tidak melanggar peraturan yang dibuat oleh guru di sekolah.
Ketaatan siswa pada tata tertib di sekolah merupakan salah satu faktor
penting dalam keteraturan siswa di lingkungan sekolah untuk mengikuti
peraturan yang ada dalam rangka menjamin kehidupan yang tertib dan tenang,
hingga kelangsungan hidup sosial itu dapat tercapai. Ketaatan siswa pada guru
merupakan suatu keharusan yang wajib diimplementasikan oleh siswa di
53
sekolah dalam rangka untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang,
hingga kelangsungan hidup sosial itu dapat tercapai.
Berdasarkan data yang diperoleh pada bab sebelumnya tentang
ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011,
telah diketahui bahwa siswa telah memberikan penilaian yaitu sebanyak 1
siswa memberikan skor 27 atau sebesar 2,7 %, sebanyak 1 siswa memberikan
skor 29 atau sebesar 2,7 %, sebanyak 3 siswa memberikan skor 30 atau
sebesar 8,33 %, sebanyak 2 siswa memberikan skor 31 atau sebesar 5,55 %,
sebanyak 3 siswa memberikan skor 32 atau sebesar 8,33 %, sebanyak 2 siswa
memberikan skor 33 atau sebesar 5,55 %, sebanyak 4 siswa memberikan skor
34 atau sebesar 11,11 %, sebanyak 3 siswa memberikan skor 35 atau sebesar
8,33 %, sebanyak 2 siswa memberikan skor 36 atau sebesar 5,55 %, sebanyak
6 siswa memberikan skor 37 atau sebesar 16,6 %, sebanyak 3 siswa
memberikan skor 38 atau sebesar 8,33 %, sebanyak 2 siswa memberikan skor
39 atau sebesar 5,55 %, dan sebanyak 4 siswa memberikan skor 40 atau
sebesar 11,11 %. Sehingga dapat diketahui bahwa ketaatan siswa pada tata
tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011 dapat dikategorikan baik
dengan nilai rata-rata 34,91.
Sikap ketaatan dan ketidaktaatan siswa pada peraturan di sekolah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Keteladanan guru, sebab guru menjadi contoh bagi siswanya, sebagai
tokoh yang akan ditiru dan diteladani.
2. Moralitas guru, dimungkinkan agar siswa dapat mencontoh moralitas yang
dimiliki guru melalui sikap dan gerak yang diperbuatnya.
3. Kepribadian guru, sebab eksistensi kepribadian guru menjadi dasar dari
keteladanan yang dimiliki, dan kepribadian tersebut harus sesuai dengan
ajaran Islam.
4. Kemampuan guru dalam mendidik, sebab guru pada dasarnya bukan saja
hanya sebagai pengajar, akan tetapi guru juga mempunyai peran sebagai
54
pendidik (dalam hal mendidik moralitas dan mentalitas yang ada pada
murid) baik di dalam maupun di luar sekolah.
5. Profesionalisme guru, sebab guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, bagi siswa untuk mencapai tujuan (pendidikan).
Ketaatan siswa pada tata peraturan di sekolah pada awalnya hanya
merupakan sebuah rangkaian teoretis kemudian oleh sekolah diajarkan kepada
peserta didik untuk dipahami, dimengerti dan selanjutnya implementasikan
secara nyata dalam kehidupannya sehari-hari khususnya pada waktu berada di
lingkungan sekolah dengan demikian perilaku siswa pada guru dapat dibentuk
dan diarahkan untuk selanjutnya dapat dipakai sebagai sebagaimana dengan
konsep ketaatan yang telah diajarkan oleh guru dan dicerminkan melalui
kepribadian guru PAI pada waktu proses pembelajaran di dalam kelas
sehingga siswa dapat melaksanakan ketaatan pada peraturan dengan baik dan
benar.
Pembentukan perilaku ketaatan siswa di sekolah merupakan salah satu
hal yang urgen diimplementasikan oleh siswa di sekolah. Oleh karena itu
dalam rangka membentuk perilaku taat pada siswa, maka setiap guru
khususnya guru PAI harus lebih dahulu setiap guru memiliki unsur-unsur
akhlak sebagai seorang guru yang baik yaitu memiliki : 1) perasaan dan emosi
guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil, optimis dan
menyenangkan, 2) tingkah laku atau moral guru merupakan contoh teladan
yang sangat penting bagi perkembangan peserta didik, 3) sikap guru dalam
menghadapi segala masalah yang dihadapinya, baik kepada peserta didik,
sesama guru, kepala sekolah dan kepala sekolah sendiri, harus tepat dan
bijaksana. Hal ini dimaksudkan karena guru adalah sebagai teladan bagi
siswanya di sekolah yang ditiru dan diikuti perkataan dan perilakunya.
Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikonklusikan
bahwa semakin tinggi kualitas akhlak guru PAI di SDN Donorojo 2 Demak
tahun 2011, maka semakin tinggi pula ketaatan siswa pada tata tertib sekolah
55
di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah kualitas akhlak guru PAI di SDN Donorojo 2 Demak tahun 2011, maka
semakin rendah pula ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo
2 Demak tahun 2011.
Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pemikiran penulis tersebut,
akhirnya dapat diberikan konklusi bahwa hipotesis penelitian ini yang
menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan pada akhlak
guru PAI dengan ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2
Demak tahun 2011, telah terbukti adanya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan data penelitian, analisis data, dan pembahasan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Persepsi siswa tentang akhlak guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar Negeri Donorojo 2 Demak tahun 2011 memberikan penilaian baik,
hal ini terbukti dari rata-rata jawaban angket sebesar 34,19.
2. Ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun
2011 dapat dikategorikan pada tingkatan yang cukup yaitu dengan nilai
rata-rata 34,91.
3. Hasil analisis statistik dengan menggunakan rumus koefisien korelasi
product moment menunjukkan nilai 0,92, sehingga baik pada taraf
signifikansi 5 % nilai koefisien korelasi observasi lebih besar dari pada
koefisien korelasi dalam tabel. Berarti bahwa terdapat korelasi yang positif
dan signifikan antara persepsi siswa tentang akhlak guru PAI dengan
ketaatan siswa pada tata tertib sekolah di SDN Donorojo 2 Demak tahun
2011, dan dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang
diharapkan dpat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi semua pihak,
yaitu kepada :
1. Guru PAI
a. Hendaknya guru PAI senantiasa memberikan motivasi dan perhatian
siswa dalam kompetensinya sebagai guru, sehingga siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan optimal.
56
57
b. Guru PAI semaksimal mungkin membantu kesulitan yang dialami
siswa, dan selalu memantau untuk mengetahui perkembangan baik
pada proses pembelajaran maupun pasca pembelajaran.
c. Guru PAI harus dapat meningkatkan kompetensinya dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran serta meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa secara dinamis.
2. Siswa.
a. Siswa hendaknya dapat menjadi siswa yang taat pada guru dan tata
tertib di sekolah sehingga dapat membantu kedisiplinan di sekolah.
b. Siswa hendaknya senantiasa mempelajari bahan atau materi pelajaran
yang akan diajarkan oleh guru serta senantiasa mengembangkannya
dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang akan
dicapai oleh siswa.
c. Siswa hendaknya dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di
sekolah sehingga tercipa efektifitas belajar, karena kelas merupakan
lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan
sekolah yang perlu diorganisasi untuk mewujdukan keberhasilan
belajar dan ketuntasan belajar siswa.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt.
Yang telah meningkatkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Namun
demikian, sebagaimana pada umumnya karya setiap manusia, tentu tidak ada
yang sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang kondusif dari para pembaca, mengingat skripsi yang penulis susun ini
masih jauh dari kesempurnaan. Semoga Allah swt. senantiasa memberikan
ridlo-Nya kepada kita semua, dan memberikan kemanfaatan yang besar pada
skripsi yang penulis susun dengan segenap kemampuan ini. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
______________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
Jakarta, 2006.
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, Jakarta: Grasindo, 2003.
Djamarah, Syaiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Dalam Abad 21, Jakarta: Al Husna Zikra,
2000.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Muhajir, Muhammad, Pendidikan Nasional & Pembangunan Bidang Agama,
Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2005.
Nainggolan, Z.S., Hadri Hasan., Sistem Pendidikan Menurut Al Ghazaly, terj.
Fathiyah Hasan Sulaiman, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Nasution, S., Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Karya, 2002.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.
Rifa’I, Muh., Akhlaq Seorang Muslim, terj. Muhammad Al Ghazaly, Semarang:
Wicaksana, 2003.
Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, Jakarta, 2005.
Soejanto, Agoes, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Soenardjo, et.al., Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab
Suci Depag RI, 1984/1985.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000.
Sudjana, Nana, Metodologi Penelitian, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001.
Sukardi, Dewa Ketut, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Rineka Cipta,
2001.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali, 2002.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000.
Zuhairi, et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Biro Ilmiah
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2003.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Daftar Pribadi
Nama Lengkap : Maghfiroh
Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 02 Pebruari 1974
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kalikondang Rt.04 Rw.II Kec. Demak Kab,
Demak
HP : 081 225 592 330
2. Riwayat Pendidikan
MI Roudlotut Tholibin Khitih : Lulus tahun 1986
MTs N Karangtengah : Lulus tahun 1989
PGAN Semarang : Lulus tahun 1992
D2 UNWAHAS Semarang : Lulus tahun 2003
Mahasiswi Kualifikasi DMS IAIN Walisongo Semarang Angkatan Tahun
2009/2010
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya
dan semoga dapat menjadi keterangan yang jelas.