studi kelayakan rencana jalur evakuasi dan logistik

12
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan p-ISSN:2085-1227 dan e-ISSN:2502-6119 Volume 8, Nomor 1, Januari 2016 Hal. 56-67 Dikirim/submitted: 7 Januari 2016 Diterima/accepted: 21 Januari 2016 Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik Bencana Poros Kerinci - Bungo, Provinsi Jambi Aditya Pandu Wicaksono 1 , Riswanda Daniswara 2 , Didik Raharyono 3 1 Program Studi Teknik Lingkungan FTM UPN Veteran Yogyakarta Jl. SWK 104 Condong Catur, Depok, Sleman 2 Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Yogyakarta 55281 3 Perkumpulan Peduli Karnivor Jawa Email: 1 [email protected] , 2 [email protected] , 3 [email protected] Abstrak Provinsi Jambi merupakan kawasan rawan bencana gunungapi, gempabumi, banjir, dan tsunami. Keanekaragaman potensi bencana ini menuntut pengelolaan bencana yang memadai bagi kabupaten-kabupaten di wilayahnya. Kabupaten Kerinci merupakan kawasan yang rawan gempabumi dan gunungapi. Posisinya yang jauh dari Jalur Lintas Sumatra menjadikan jalur evakuasi dan logistik bencana merupakan hal penting. Kabupaten Bungo sebagai wilayah terdekat dan strategis sebagai pusat logistik. Penempatan pusat logistik ini perlu disertai jalur evakuasi koridor Kabupaten Kerinci-Kabupaten Bungo. Adanya perencanaan ini diharapkan mampu mengurangi risiko terjadinya korban ketika terjadi bencana. Kajian terhadap rencana jalur evakuasi dan logistik ini penting untuk dilakukan karena melewati Kawasan Taman Nasional Kerinci. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56 /Menhut II/ 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, diharapkan jalur evakuasi dan logistik ini dapat sebagai zona pemanfaatan dalam taman nasional yang tidak merusak kondisi alami daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam penentuan rencana jalur evakuasi sedangkan penentuan kelayakan jalur evakuasi dan logistik menggunakan metode SWOT. Dari hasil kajian didapatkan bahwa (1) Kabupaten Bungo merupakan wilayah yang sesuai untuk dijadikan sebagai tempat pengembangan alternatif pusat logistik dengan mempertimbangakan posisi dan kondisi baik karakter bencana yang ada dan kondisi lingkungan eksisting yang ada. (2) Berdasarkan kajian yang dilakukan maka jalur evakuasi yang paling sesuai terletak di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang di Kabupaten Bungo dan terhubung ke Kecamatan Siluak Mukai di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. (3) Pembukaan lahan untuk jalur evakuasi tidak menyebabkan keanekaragaman hayati yang ada menjadi berkurang karena di dalam jalur evakuasi tidak ditemukan flora fauna yang langka yang dilindungi. (4) Kebijakan pengembangan alternatif pusat logistik memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan pembangunan daerah yang terdapat di Kabupaten Bungo walaupun memerlukan inventasi yang besar dalam pelaksanaannya. Kata Kunci : jalur evakuasi, kelayakan, logistik

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan

p-ISSN:2085-1227 dan e-ISSN:2502-6119

Volume 8, Nomor 1, Januari 2016 Hal. 56-67

Dikirim/submitted: 7 Januari 2016

Diterima/accepted: 21 Januari 2016

Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik Bencana

Poros Kerinci - Bungo, Provinsi Jambi

Aditya Pandu Wicaksono1, Riswanda Daniswara

2 , Didik Raharyono

3

1Program Studi Teknik Lingkungan FTM UPN Veteran Yogyakarta

Jl. SWK 104 Condong Catur, Depok, Sleman 2Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta

Jl. Babarsari 2 Yogyakarta 55281 3Perkumpulan Peduli Karnivor Jawa

Email: [email protected] ,

[email protected],

[email protected]

Abstrak

Provinsi Jambi merupakan kawasan rawan bencana gunungapi, gempabumi, banjir, dan tsunami. Keanekaragaman

potensi bencana ini menuntut pengelolaan bencana yang memadai bagi kabupaten-kabupaten di wilayahnya.

Kabupaten Kerinci merupakan kawasan yang rawan gempabumi dan gunungapi. Posisinya yang jauh dari Jalur Lintas

Sumatra menjadikan jalur evakuasi dan logistik bencana merupakan hal penting. Kabupaten Bungo sebagai wilayah

terdekat dan strategis sebagai pusat logistik. Penempatan pusat logistik ini perlu disertai jalur evakuasi koridor

Kabupaten Kerinci-Kabupaten Bungo. Adanya perencanaan ini diharapkan mampu mengurangi risiko terjadinya

korban ketika terjadi bencana. Kajian terhadap rencana jalur evakuasi dan logistik ini penting untuk dilakukan karena

melewati Kawasan Taman Nasional Kerinci. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56 /Menhut II/

2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, diharapkan jalur evakuasi dan logistik ini dapat sebagai zona

pemanfaatan dalam taman nasional yang tidak merusak kondisi alami daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling dalam penentuan rencana jalur evakuasi sedangkan penentuan kelayakan jalur evakuasi

dan logistik menggunakan metode SWOT. Dari hasil kajian didapatkan bahwa (1) Kabupaten Bungo merupakan

wilayah yang sesuai untuk dijadikan sebagai tempat pengembangan alternatif pusat logistik dengan

mempertimbangakan posisi dan kondisi baik karakter bencana yang ada dan kondisi lingkungan eksisting yang ada. (2)

Berdasarkan kajian yang dilakukan maka jalur evakuasi yang paling sesuai terletak di Kecamatan Limbur Lubuk

Mengkuang di Kabupaten Bungo dan terhubung ke Kecamatan Siluak Mukai di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. (3)

Pembukaan lahan untuk jalur evakuasi tidak menyebabkan keanekaragaman hayati yang ada menjadi berkurang

karena di dalam jalur evakuasi tidak ditemukan flora fauna yang langka yang dilindungi. (4) Kebijakan pengembangan

alternatif pusat logistik memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan pembangunan daerah yang terdapat di

Kabupaten Bungo walaupun memerlukan inventasi yang besar dalam pelaksanaannya.

Kata Kunci : jalur evakuasi, kelayakan, logistik

Page 2: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 57

ABSTRACT

The province of Jambi is considered as prone area to various disasters such as volcanic eruption, earthquake, flood,

and tsunami. Thus disaster management is essential to apply in districts in Jambi Province. As part of disaster

management, evacuation and logistics route during disaster relief have become important for remote areas such as

district of Kerinci which is outside of Sumatra Traffic Lane and also prone to earthquake and volcanic eruption.

Evacuation route has to be set up to connect district of Kerinci to district of Bungo as the closest area to Sumatra

Traffic Lane. Considering its distance to Sumatra Traffic Lane, Bungo is then strategically defined as center of logistics

during disaster relief. Despite the fact Kerinci – Bungo is disaster prone area, evacuation route and logistics planning

is vitally to be further assessed because the routes will pass through the Kerinci National Park. According to

Ministerial Regulation Number P.56/Menhut II/ 2006 on Guideline for National Park Zoning, the evacuation and

logistics route is expected to be utilization zone which does not cost the national park nature. This research uses

purposive sampling method to determine the evacuation route, while SWOT method is applied to conduct the feasibility

study on evacuation and logistics route. The feasibility study claimed that: 1) District of Bungo is a strategic area for

alternative development of logistics center by considering the position, disaster characteristics, and existing

environmental condition; 2) As the most feasible evacuation and logistics route, sub district of Limbur Lubuk

Mengkuang in Bungo is connected to sub district of Siluak Mukai in Kerinci; 3) The land clearing which is intended for

evacuation and logistics route does not harm and deplete natural resources of Kerinci National Park since the absence

of protected flora and fauna in the designated area; 4) The policy of alternative development of logistics center has

considerable impact on development of Bungo, even though it needs big investment.

Keywords: evacuation route, feasibility, logistic

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis memiliki potensi yang tinggi

terhadap kejadian bencana. Kejadian bencana dapat menyebabkan korban meninggal, korban luka

berat dan luka ringan, pengungsian dan masalah sanitasi lingkungan. Adanya wilayah yang berupa

kepulauan menyebabkan proses penanganan bencana harus dilakukan pada setiap daerah secara

terencana. Peningkatan upaya kesiapsiagaan kabupaten rawan bencana dapat dilakukan dengan

pemetaan sumber daya manusia, fasilitas kesehatan, sarana prasarana, logistik serta upaya

penanggulangan krisis kesehatan. Adanya peningkatan kesiapsiagaan dan persebaran pusat logistik

pada setiap daerah yang mempunyai kerentanan bencana tinggi memerlukan peran dari pemerintah

daerah.

Provinsi Jambi mempunyai beberapa ancaman bencana diantaranya gunungapi, gempabumi, banjir,

dan tsunami. Potensi bencana yang cukup beragam ini mengakibatkan perlunya pengelolaan

bencana yang dalam hal ini pembuatan rencana jalur evakuasi dan penempatan pusat logistik.

Daerah yang paling rawan terjadi bencana di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Kerinci yang

memiliki potensi bencana gempabumi dan gunungapi. Akan tetapi, belum ada rencana

penanggulangan bencana yang ada. Kabupaten Bungo merupakan kabupaten terdekat dari

Page 3: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

58 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan

Kabupaten Kerinci yang merupakan wilayah strategis untuk ditempatkannya pusat logistik. Adanya

penempatan pusat logistik ini perlu disertai jalur evakuasi koridor Kabupaten Kerinci-Kabupaten

Bungo. Adanya perencanaan ini diharapkan mampu mengurangi risiko terjadinya korban ketika

terjadi bencana.

Perencanaan jalur evakuasi sudah tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Provinsi Jambi tahun 2011-2030. Dalam dokumen tersebut terdapat beberapa daerah yang terdapat

koridor jalur evakuasi yakni Kabupaten Kerinci, Merangin, dan Kabupaten Bungo. Dalam hal ini

poros Kerinci-Bungo yang terdapat di Kabupaten Bungo merupakan daerah yang memiliki potensi

jalur evakuasi dan sebagai alternatif pengembangan pusat logistik. Hal ini disebabkan letak yang

sangat strategis baik secara regional maupun nasional juga mempunyai relatif aman dari bencana

jika dibandingkan daerah yang lain. Selain itu juga akses jalur evakuasi akan menghubungkan jalur

jalan provinsi yang akan dilakukan suatu pelebaran jalan yang akan menuju ke bandara atau bahkan

pelabuhan yang akan dibangun sebagai akses pendistribusian logistik apabila terjadi bencana

gempabumi dan gunungapi. Jalur ini jelas akan mempercepat proses evakuasi dan penyaluran

bantuan kepada masyarakat yang tinggal di Kabupaten Kerinci dan sekitarnya termasuk provinsi

Bengkulu.

Rencana jalur evakuasi bencana melewati kawasan Taman Nasional Kerinci. Berdasarkan Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor: P.56 /Menhut II/ 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional

didalamnya juga telah diatur bahwa perlu ada zonasi khusus dan zona pemanfaatan dalam taman

nasional. Zona khusus merupakan bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat

dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal

sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana telekomunikasi,

fasilitas transportasi dan listrik. Sedangkan zona pemanfaatan merupakan bagian taman nasional

yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata

alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Dalam peraturan ini juga berarti didalam taman nasional

dapat digunakan sebagai jalur evakuasi akan tetapi diusahakan tidak merusak kondisi alami daerah

tersebut.

Adanya pusat logistik di Kabupaten Bungo didasarkan oleh adanya keberadaan Kabupaten Kerinci

yang berada pada wilayah struktur patahan besar Sumatera yang disebut Patahan Semangko dan

juga sebagai salah satu wilayah yang memiliki gunungapi aktif yang berada dalam gugus ring of

fire. Adanya perencanaan pusat logistik diharapkan akan diikuti oleh perencanaan pengelolaan

Page 4: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 59

bantuan logistik. Pengelolaan bantuan logistik dilakukan pada status keadaan darurat dimulai

sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan sesuai dengan

penjelasan pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24

Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, khususnya dalam Pasal 6 dan Pasal 8 telah

mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana, yang antara lain adalah memberikan perlindungan pada

masyarakat dari dampak bencana, dan pemulihan kondisi dari dampak bencana, termasuk di

dalamnya adalah bantuan logistik pada saat status keadaan darurat.

Berdasarkan data demografi hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS, 2011), jumlah penduduk Kabupaten Bungo adalah sebanyak 302.558 orang yang

terdiri dari 155.213 orang laki-laki dan 147.345 perempuan dengan sex ratio sebesar 105,34.

Komposisi penduduk Kabupaten Bungo menunjukkan bahwa 31,01% penduduk berusia muda

(umur 0-14 tahun), 65,24% berusia produktif (umur 15-64 tahun), dan hanya 3,75 % yang berumur

65 tahun lebih. Adanya potensi sumberdaya manusia yang ada merupakan aset yang sangat penting

dalam pengelolaan dan keberlanjutan pusat logistik.

2. METODE PENELITIAN

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei instansional (data sekunder) dan

survei lapangan (data primer). Survei data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data dan

peta, uraian wilayah yang tersedia pada berbagai instansi terkait sebagai dasar perumusan masalah.

Survei data primer diawali dengan interpretasi Peta RTRW, Peta Rupabumi Indonesia, dan peta-

peta tematik lain. Metode sampling yang dilakukan menggunakan metode purposive sampling yang

dilakukan pada jalur jalan setapak yang sudah lama ditinggalkan. Selain itu adanya informasi aspek

lingkungan fisik yang terkait dengan kebencanaan juga sangat diperlukan sebagai penunjang

informasi yang memperkuat efektivitas pembukaan jalur evakuasi bencana. Survei lapangan

merupakan kegiatan pengumpulan data berdasarkan pengecekan di lapangan menggunakan GPS

pada lokasi alternatif jalur evakuasi, penempatan pusat logistik dan pembuatan peta teknis.

Penilaian kelayakan kabupaten rencana jalur evakuasi dan pusat logistik menggunakan metode

SWOT. Metode SWOT merupakan analisis kuantitatif yang mencakup strengths (kekuatan),

weakness (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (tantangan). Metode ini diaplikasikan

dalam perencanaan strategis (strategic planning) guna mengetahui faktor lingkungan yang bersifat

Page 5: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

60 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan

eksternal dan internal pada suatu usaha atau kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga

menghasilkan kesimpulan yang berguna untuk memberi masukan terhadap pengambilan keputusan

strategi dan memberi masukan prioritas strategi terhadap apa yang sebaiknya dilakukan terlebih

dahulu oleh pengambil keputusan. Metode ini diambil berdasarkan masukan dari berbagai pihak

yang ada termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat yang tinggal

di daerah sekitar. Bahkan masyarakat sekitar yang menunjukkan jalur yang dahulu pernah dilalui

masyarakat sekitar sebelum adanya ketetapan peraturan pemerintah yang terkait taman nasional.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Potensi Bencana Provinsi Jambi

diperkirakan sekitar 60 mm/tahun (Prawirodirdjo et al, 1997). Gempabumi yang terjadi di

Sumatera merupakan gempabumi yang terdapat pada wilayah struktur patahan besar yang disebut

Patahan Semangko. Patahan Sumatera pernah mengakibatkan gempabumi besar di Pulau Sumatera

seperti gempabumi Liwa tahun 1932, 1994, gempabumi Kerinci 1909, 1995 yang meninggalkan

kerugian jiwa dan materi yang cukup besar. Rekaman gempabumi-gempabumi besar yang pernah

terjadi dilaporkan berasal dari zona sumber subduksi di sepanjang barat daya Pulau Sumatera.

Gempabumi besar ini antara lain terjadi pada tahun 1833 (M=9.2), 1861 (M=8.2), 1907 (M=7.6),

gempabumi Bengkulu tahun 2000 (M=7.8), dan terakhir ádalah gempabumi Aceh (Mw=8.9).

Gambar 1. Sebagian Patahan Semangko

Patahan tersebut menyimpan energi yang besar dan apabila suatu saat energi tersebut dilepaskan

maka akan menimbulkan gempabumi. Apabila pelepasan energi tersebut secara tiba-tiba sekaligus

inilah yang sangat berbahaya karena akan menimbulkan gempabumi yang dahsyat, namun jika

energi tersebut dilepas berangsur sedikit demi sedikit maka gempabumi yang ditimbulkan tidak

terlalu berbahaya, bahkan kadang tidak dirasakan oleh manusia kecuali hanya tercatat oleh alat

seismograf.

Page 6: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 61

Daerah yang sangat berpotensi terhadap kejadian gempabumi di Provinsi Jambi adalah daerah

Kabupaten Kerinci. Potensi gempabumi yang tinggi dapat dilihat dari adanya bidang sesar atau

patahan yang cukup banyak dan kompleks. Potensi gempabumi cukup besar bukan hanya

Kabupaten Kerinci tetapi Kabupaten Merangin, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Tebo. Pada

dasarnya Kabupaten Bungo juga memiliki patahan yang cukup banyak akan tetapi potensinya tidak

seperti kabupaten yang lain.

Sejarah kegempabumian di Provinsi Jambi yang terakhir tercatat di data BNPB terjadi pada tahun

2009 dengan kekuatan 7,9 SR. Gempabumi tersebut menimbulkan kepanikan, korban jiwa,

kerusakan pada bangunan: rumah, fasilitas dan sarana umum, sekolah, tempat usaha dan pekantoran

pemerintah. Lebih dari 100 ribu rumah diperkirakan rusak berat dan ribuan bangunan umum hancur

dan tidak dapat difungsikan kembali. Kejadian bencana ini mengganggu fungsi masyarakat, akses

warga terhadap kebutuhan dasar. Banyak daerah yang terisolir akibat terjadinya gempabumi juga

disertai oleh adanya tanah longsor. Kegiatan perekonomian setempat terganggu dan berpotensi

menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan dalam jangka pendek dan menengah.

Gempabumi memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya lain yang mungkin memiliki magnitud

lebih besar. Catatan sejarah di Provinsi Jambi belum menemukan bahaya erupsi gunungapi dan

tsunami sebagai bahaya sekunder gempabumi. Meskipun demikian, pengurangan risiko bencana

dengan mempertimbangkan bahaya sekunder tetap perlu dilakukan. Dengan mengambil kejadian

erupsi Gunungapi Sinabung sebagai perbandingkan, bahaya erupsi Gunungapi Kerinci memiliki

karakter yang hampir sama yaitu keduanya memiliki nilai 2 pada indeks erupsi gunungapi (VEI,

volcanic eruption index). Namun erupsi Gunungapi Sinabung yang terjadi saat ini mempunyai

anomali yaitu mempunyai magnitud VEI 4 dan berlangsung lama. Anomali karakter erupsi yang

demikian perlu dipertimbangankan dalam pengurangan risiko bencana di Provinsi Jambi.

Hasil kajian bahaya gempa dan jalur evakuasi serta penetapan alternatif pusat logistik ini

diperlukan untuk memberikan kriteria desain sebuah jalur evakuasi dari bahaya gempa dan

gunungapi serta masukan dalam peraturan dan petunjuk jalur evakuasi dalam rangka pembangunan

infrastruktur sebuah pusat logistik. Özdamar et al (2004) menyatakan perlunya perancangan

integerasi kejadian bencana alam dengan penanganan rantai-pasokan komoditi sehingga dalam

pengambilan keputusan tepat waktu-guna dan cepat. Pada umumnya kejadian bencana sarana dan

prasarana utama seperti listrik, transportasi dan komunikasi tidak berjalan dengan normal bahkan

bisa sama sekali tidak ada. Kabupaten Bungo dapat dijadikan tempat rantai-pasokan komoditi dan

Page 7: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

62 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan

sarana pengiriman ke tempat terkena bencana gempa dan gunungapi yang terdapat di Kabupaten

Kerinci bahkan dapat dijadikan sebagai pusat logistik alternative apabila terjadi bencana tsunami di

barat Provinsi Jambi. Aliran kegiatan ini merupakan reliasasi fisik yang mengutamakan efektivitas

bukan efisiensi dengan dukungan kebijakan. Selain itu kegiatan ini merupakan langkah yang baik

dalam mewujudkan kerjasama yang baik antar daerah untuk mewujudkan kehidupan berkelanjutan

berbasis bencana.

3.2. Kondisi Alam Rencana Jalur Evakuasi

Kondisi alam yang terdapat di jalur evakuasi ditinjau dari geologi, tanah, geomorfologi dan flora

faunanya. Adanya peninjauan kondisi fisik lingkungan yang ada merupakan faktor utama yang

menentukan kelayakan daerah tersebut untuk dijadikan jalur evakuasi. Berdasarkan kondisi

stratigrafi pada jalur evakuasi Kerinci - Bungo yang melintasi Kabupaten Bungo tepatnya

Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang, melintasi dua satuan yaitu Satuan Undifferentited Volcanic

Rocks (Qyu) dan Satuan Granit (Jgr). Satuan Undifferentited Volcanic Rocks (Qyu) terdiri dari

breksi volkanik, endapan lahar, breksi berfragmen tuff dan tuff. Satuan ini berasal dari kegiatan

volkanik Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh. Satuan ini terbentuk pada Zaman Kuarter dan

melampar diatas Satuan Granit (Jgr). Satuan Batuan lainnya yang dilintasi oleh Jalur Evakuasi di

wilayah Kabupaten Bungo yaitu Satuan Granit (Jgr) yang tersingkap secara spot-spot dan terletak di

bawah Satuan Undifferentited Volcanic Rocks (Qyu) secara stratigrafi. Satuan ini terdiri dari Granit

Biotit Hornblenda sampai Granodiorit, yang mempunyai ciri-ciri mempunyai bintik-bintik mineral

mafik, keterdapatan apatit pada beberapa tempat, dan merupakan batuan intrusi dengan jenis Stock.

Satuan ini menerobos pada Zaman Jura.

Gambar .2. (1) Singkapan Satuan Granit (Jgr) di lembah Sungai Batang Tebo, (2) Breksi Vulkanik

pada Satuan Undifferentiated Volcanic Rocks (Qyu) yang sudah lapuk dan mempunyai struktur

Speroidal Weathering

Kondisi geomorfologi yang dilewati Jalur Evakuasi Kerinci Bungo melewati 2 bentuk asal dan 4

bentuk lahan. Bentuk asal berupa Vulkanik dan Struktural. Bentuk asal vulkanik mempunyai bentuk

1 2

Page 8: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 63

lahan dataran fluvial-vulkanik yang terdapat di sekitar daerah pemukiman rendah Sungai Ipuh

merupakan dataran dengan penyusun material vulkanik akibat dari proses fluviatik. Bentuk asal

struktural memiliki bentuklahan punggungan bergelombang terjal, dataran bergelombang rendah,

dan dataran bergelombang rendah-tinggi. Bentuk asal ini terbentuk karena proses endogen yaitu

struktur geologi yang mempunyai peran membentuk bentuk lahan yang ada di daerah ini. Secara

umum vegetasi alami di ekosistem sepanjang jalur evakuasi mencerminkan flora-flora yang khas

dari kawasan Pulau Sumatera. Di kawasan Hutan Produksi dan Taman Nasional Kerinci Seblat

menunjukkan tipe hutan lahan kering, dengan topografi perbukitan.

Analisis Kondisi flora fauna didapatkan dengan cara observasi-cepat di sepanjang Jalur Evakuasi

Kerinci-Bungo. Informasi keberadaan jenis fauna bernilai konservasi di Areal Hutan Sepanjang

Jalur Evakuasi juga diperoleh dari masyarakat sekitar hutan. Keberadaan fauna terestrial langka

yang endemik Sumatera dapat dijadikan sebagai rujukan utama dalam penentuan Nilai Konservasi.

Dalam hal ini keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan gajah sumatera

(Elephas maximus sumatrae). Kedua mamalia besar ini tergolong critically endangered, dan

membutuhkan luasan tertentu sebagai daerah jelajah untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

penilaian terhadap keberadaan, kondisi-kondisi habitat untuk mempertahankan proses penting

ekologi dan konektivitas ekologisnya dapat mengarahkan keputusan-keputusan dengan prinsip

kehati-hatian. Pendekatan prinsip kehati-hatian ini akan dipertahankan agar Jalur Evakuasi tidak

menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap kelangsungan hidup fauna langka yang endemik

Sumatera. Keberadaan dua fauna terestial bernilai konservasi tinggi dijumpai di Jalur Evakuasi

yang melintasi: kawasan Hutan Produksi, sebagian Hutan Areal Penggunaan Lain di Bungo dan

Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Gambar.3. (1) Jejak tapak kaki harimau sumatera di Jalur Evakuasi pada Hutan Area Penggunaan

Lain. (2)Kotoran gajah sumatera di Jalur Evakuasi kawasan Hutan Produksi.

1 2

Page 9: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

64 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan

3.3. Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik Bencana Poros Kerinci – Bungo

Penilaian kelayakan rencana jalur evakuasi dan logistik bencana poros Kerinci – Bungo dilakukan

dengan analisis SWOT. Analisis ini merupakan tinjauan awal dalam pengambilan keputusan

sebelum dilakukan tinjauan yang lebih lanjut. Dalam analisis SWOT juga telah dilakukan

pertimbangan pada suatu permasalahan yang mungkin dapat ditimbulkan dan peluang

pemecahannya.

a) Kekuatan

1. Merupakan daerah yang aman terhadap bencana gempabumi dan gunungapi

2. Dapat menghubungkan Kabupaten Kerinci dengan memotong daerah Taman Nasional

dengan jarak terpendek daripada koridor yang lain yang sudah direncanakan di RTRW

dengan morfologi terlandai dan rendah (kurang dari 1500 mdpal)

3. Spesies tumbuhan endemik berkerapatan rendah

4. Memiliki lokasi yang strategis baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat regional

Pulau Sumatra serta aksesbilitas dengan jalur lintas Sumatra sangat dekat

5. Adanya payung hukum yang jelas di dalam RTRW

b) Kelemahan

1. Jumlah penduduk masih sedikit sehingga sedikit terhambat dalam pengajuan anggaran

2. Diperlukan dana yang besar dalam pembuatan jalur evakuasi

3. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai di dekat jalur evakuasi

belum ada

4. Tekstur tanah yang lempung berdebu menyebabkan konstruksi jalan harus dicor

5. Diperlukan pembangunan jembatan untuk menghubungkan Kabupaten Kerinci dan

Kabupaten Bungo yang membutuhkan biaya cukup besar

6. Belum adanya rencana kegiatan yang sama di Kabupaten Kerinci

7. Pembangunan pelabuhan dan fasilitas transportasi kurang didukung dengan anggaran

yang memadai

c) Peluang

1. Dapat mempercepat proses evakuasi bencana

2. Pembukaan jalur evakuasi tidak berpotensi mengubah keseimbangan ekosistem

3. Kesehatan masyarakat sekitar akan meningkat seiring dengan adanya pembangunan

fasilitas kesehatan dan bangunan logistik di dekat jalur evakuasi

Page 10: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 65

4. Masyarakat sangat antusias program ini dapat terlaksana untuk mendukung

pengembangan ekonomi.

5. Dibutuhkan peraturan yang ketat dalam mengatur perubahan penggunaan lahan di

sekitar jalur evakuasi

6. Diperlukan semacam titik bantu atau jejaring pusat logistik dan dibuat semacam

bangunan yang dapat dipergunakan untuk aktivitas masyarakat di dekat jalur evakuasi

7. Adanya pengetahuan tambahan terkait dengan keanekaragaman hayati yang terdapat di

taman nasional

8. Dapat dijadikan alternatif pusat logistik di tingkat kabupaten hingga regional Pulau

Sumatra

9. Perencanaan pembangunan bandara yang diperluas dengan landasan 2000 m sehingga

pesawat besar dapat masuk sedangkan bandara bukan merupakan bandara dengan

aktivitas yang ramai. Serta Adanya sungai dan dekat dengan jalur kereta api yang dapat

dijadikan alternatif transportasi.

10. Merupakan daerah yang sedang mengalami pertumbuhan sehingga tidak sulit mencari

lahan

11. Pertumbuhan perekonomian daerah dan masyarakat akan meningkat yang berarti juga

APBD Kabupaten Bungo akan semakin meningkat.

d) Ancaman

1. Semakin maraknya penebangan dan penambangan liar dan perubahan penggunaan lahan

akan semakin intensif sehingga menimbulkan berkurangnya lahan yang digunakan

sebagai tempat pertumbuhan biomassa

2. Adanya kesenjangan antara penduduk yang telah lama tinggal dengan pendatang.

3. Adanya pembangunan tidak diiringi dengan struktur bangunan yang kuat dan tidak

memperhatikan faktor lingkungan maka meningkatkan potensi bencana tanah longsor

4. Potensi degradasi lahan semakin besar.

Berdasarkan analisis SWOT tersebut dan disertai oleh maka rencana jalur evakuasi poros Kerinci-

Bungo dan logistik sangat layak. Walaupun layak tetapi tetap perlu adanya strategi dalam

meminimalisir efek samping yang mungkin dapat terjadi. Strategi tersebut diantaranya : (1). Dalam

proses pelaksanaan sebelumnya harus dilakukan penetapan peraturan dan strategi perlindungan

lahan yang bersifat mengikat dan tegas terkait pelanggaran yang akan terjadi terutama perubahan

penggunaan lahan. (2) Adanya perencanaan pembangunan wilayah di Kabupaten Bungo dan

Page 11: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

66 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan

sekitarnya sebaiknya harus tetap berpihak pada kelestarian lingkungan untuk ketangguhan ekonomi

dan sosial sehingga diharapkan dapat menjadi percontohan daerah lain dalam konteks pembangunan

yang berkelanjutan. (3) Sebelum Kabupaten Bungo menetapkan jalur evakuasi terlebih dahulu perlu

adanya penelitian yang lebih mendalam terkait jalur evakuasi yang terdapat di Kabupaten Kerinci

yang menghubungkan jalur evakuasi yang telah direncanakan. (4) Agar pengawasan lingkungan

terjaga dengan baik berbasis pemberdayaan masyarakat, maka pembukaan jalur evakuasi sebaiknya

disertai dengan rencana daerah tersebut sebagai wisata alam, pendidikan dan penelitian

keanekaragaman hayati sebagai langkah dalam melindungi taman nasional. Hal ini jelas akan

mendatangkan pendapatan tambahan. (5) Selain itu, diperlukan pembuatan RPB (Rencana

Penanggulangan Bencana) di Kabupaten Bungo sehingga kedudukan jalur evakuasi dan logistik

untuk bencana gempabumi dan gunungapi memiliki status yang jelas dalam perencanaannya. Selain

itu dengan adanya RPB yang sesuai dengan rencana srategis BNPB diharapkan dapat bantuan

anggaran dari pusat sehingga tidak tergantung pada APBD.

4. KESIMPULAN

1. Berdasarkan karakter bencana dan aset yang berisiko terutama di Kabupaten Kerinci maka

daerah yang layak dijadikan sebagai jalur evakuasi yang secara administrasi terletak pada

Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang di Kabupaten Bungo dan terhubung ke Kecamatan

Siluak Mukai di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

2. Pembukaan lahan untuk jalur evakuasi tidak menyebabkan keanekaragaman hayati yang ada

menjadi berkurang karena di dalam jalur evakuasi tidak ditemukan flora fauna yang langka

yang dilindungi.

3. Kabupaten Bungo merupakan wilayah yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat

pengembangan alternatif pusat logistik dengan mempertimbangakan posisi dan kondisi baik

karakter bencana yang ada dan kondisi lingkungan eksisting yang ada.

4. Kebijakan pengembangan alternatif pusat logistik memiliki pengaruh yang besar dalam

meningkatkan pembangunan daerah yang terdapat di Kabupaten Bungo walaupun

memerlukan inventasi yang besar dalam pelaksanaannya.

Page 12: Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik

Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 67

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2010, Provinsi Jambi dalam Angka, Biro Pusat Statistik Provinsi Jambi.

Özdamar, L., E. Ekinci, B. Küçükyzici, 2004, Emergency Logistic Planning in Natural Disasters,

Annals of Operation Research 129, Issue 1, 217-245.

Prawirodirdjo, L., Y. Bocl, R. McCaffrey, J. Genrich, E. Calais, C. Stevens, S.S.O Puntodewo, C.

Subarya, J. Rais, P. Zwick, and R. McCaffrey Fauzi, 1997, Geodetic observations of

interseismic strain segmentation at the Sumatera subduction zone, Geophys. Res. Lett. 24,

2601-2604.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56 /Menhut II/ 2006 Tentang Pedoman Zonasi Taman

Nasional.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2011-2030

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana