studi kelayakan rencana jalur evakuasi dan logistik
TRANSCRIPT
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
p-ISSN:2085-1227 dan e-ISSN:2502-6119
Volume 8, Nomor 1, Januari 2016 Hal. 56-67
Dikirim/submitted: 7 Januari 2016
Diterima/accepted: 21 Januari 2016
Studi Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik Bencana
Poros Kerinci - Bungo, Provinsi Jambi
Aditya Pandu Wicaksono1, Riswanda Daniswara
2 , Didik Raharyono
3
1Program Studi Teknik Lingkungan FTM UPN Veteran Yogyakarta
Jl. SWK 104 Condong Catur, Depok, Sleman 2Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta
Jl. Babarsari 2 Yogyakarta 55281 3Perkumpulan Peduli Karnivor Jawa
Email: [email protected] ,
Abstrak
Provinsi Jambi merupakan kawasan rawan bencana gunungapi, gempabumi, banjir, dan tsunami. Keanekaragaman
potensi bencana ini menuntut pengelolaan bencana yang memadai bagi kabupaten-kabupaten di wilayahnya.
Kabupaten Kerinci merupakan kawasan yang rawan gempabumi dan gunungapi. Posisinya yang jauh dari Jalur Lintas
Sumatra menjadikan jalur evakuasi dan logistik bencana merupakan hal penting. Kabupaten Bungo sebagai wilayah
terdekat dan strategis sebagai pusat logistik. Penempatan pusat logistik ini perlu disertai jalur evakuasi koridor
Kabupaten Kerinci-Kabupaten Bungo. Adanya perencanaan ini diharapkan mampu mengurangi risiko terjadinya
korban ketika terjadi bencana. Kajian terhadap rencana jalur evakuasi dan logistik ini penting untuk dilakukan karena
melewati Kawasan Taman Nasional Kerinci. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56 /Menhut II/
2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, diharapkan jalur evakuasi dan logistik ini dapat sebagai zona
pemanfaatan dalam taman nasional yang tidak merusak kondisi alami daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dalam penentuan rencana jalur evakuasi sedangkan penentuan kelayakan jalur evakuasi
dan logistik menggunakan metode SWOT. Dari hasil kajian didapatkan bahwa (1) Kabupaten Bungo merupakan
wilayah yang sesuai untuk dijadikan sebagai tempat pengembangan alternatif pusat logistik dengan
mempertimbangakan posisi dan kondisi baik karakter bencana yang ada dan kondisi lingkungan eksisting yang ada. (2)
Berdasarkan kajian yang dilakukan maka jalur evakuasi yang paling sesuai terletak di Kecamatan Limbur Lubuk
Mengkuang di Kabupaten Bungo dan terhubung ke Kecamatan Siluak Mukai di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. (3)
Pembukaan lahan untuk jalur evakuasi tidak menyebabkan keanekaragaman hayati yang ada menjadi berkurang
karena di dalam jalur evakuasi tidak ditemukan flora fauna yang langka yang dilindungi. (4) Kebijakan pengembangan
alternatif pusat logistik memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan pembangunan daerah yang terdapat di
Kabupaten Bungo walaupun memerlukan inventasi yang besar dalam pelaksanaannya.
Kata Kunci : jalur evakuasi, kelayakan, logistik
Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 57
ABSTRACT
The province of Jambi is considered as prone area to various disasters such as volcanic eruption, earthquake, flood,
and tsunami. Thus disaster management is essential to apply in districts in Jambi Province. As part of disaster
management, evacuation and logistics route during disaster relief have become important for remote areas such as
district of Kerinci which is outside of Sumatra Traffic Lane and also prone to earthquake and volcanic eruption.
Evacuation route has to be set up to connect district of Kerinci to district of Bungo as the closest area to Sumatra
Traffic Lane. Considering its distance to Sumatra Traffic Lane, Bungo is then strategically defined as center of logistics
during disaster relief. Despite the fact Kerinci – Bungo is disaster prone area, evacuation route and logistics planning
is vitally to be further assessed because the routes will pass through the Kerinci National Park. According to
Ministerial Regulation Number P.56/Menhut II/ 2006 on Guideline for National Park Zoning, the evacuation and
logistics route is expected to be utilization zone which does not cost the national park nature. This research uses
purposive sampling method to determine the evacuation route, while SWOT method is applied to conduct the feasibility
study on evacuation and logistics route. The feasibility study claimed that: 1) District of Bungo is a strategic area for
alternative development of logistics center by considering the position, disaster characteristics, and existing
environmental condition; 2) As the most feasible evacuation and logistics route, sub district of Limbur Lubuk
Mengkuang in Bungo is connected to sub district of Siluak Mukai in Kerinci; 3) The land clearing which is intended for
evacuation and logistics route does not harm and deplete natural resources of Kerinci National Park since the absence
of protected flora and fauna in the designated area; 4) The policy of alternative development of logistics center has
considerable impact on development of Bungo, even though it needs big investment.
Keywords: evacuation route, feasibility, logistic
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis memiliki potensi yang tinggi
terhadap kejadian bencana. Kejadian bencana dapat menyebabkan korban meninggal, korban luka
berat dan luka ringan, pengungsian dan masalah sanitasi lingkungan. Adanya wilayah yang berupa
kepulauan menyebabkan proses penanganan bencana harus dilakukan pada setiap daerah secara
terencana. Peningkatan upaya kesiapsiagaan kabupaten rawan bencana dapat dilakukan dengan
pemetaan sumber daya manusia, fasilitas kesehatan, sarana prasarana, logistik serta upaya
penanggulangan krisis kesehatan. Adanya peningkatan kesiapsiagaan dan persebaran pusat logistik
pada setiap daerah yang mempunyai kerentanan bencana tinggi memerlukan peran dari pemerintah
daerah.
Provinsi Jambi mempunyai beberapa ancaman bencana diantaranya gunungapi, gempabumi, banjir,
dan tsunami. Potensi bencana yang cukup beragam ini mengakibatkan perlunya pengelolaan
bencana yang dalam hal ini pembuatan rencana jalur evakuasi dan penempatan pusat logistik.
Daerah yang paling rawan terjadi bencana di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Kerinci yang
memiliki potensi bencana gempabumi dan gunungapi. Akan tetapi, belum ada rencana
penanggulangan bencana yang ada. Kabupaten Bungo merupakan kabupaten terdekat dari
58 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
Kabupaten Kerinci yang merupakan wilayah strategis untuk ditempatkannya pusat logistik. Adanya
penempatan pusat logistik ini perlu disertai jalur evakuasi koridor Kabupaten Kerinci-Kabupaten
Bungo. Adanya perencanaan ini diharapkan mampu mengurangi risiko terjadinya korban ketika
terjadi bencana.
Perencanaan jalur evakuasi sudah tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Jambi tahun 2011-2030. Dalam dokumen tersebut terdapat beberapa daerah yang terdapat
koridor jalur evakuasi yakni Kabupaten Kerinci, Merangin, dan Kabupaten Bungo. Dalam hal ini
poros Kerinci-Bungo yang terdapat di Kabupaten Bungo merupakan daerah yang memiliki potensi
jalur evakuasi dan sebagai alternatif pengembangan pusat logistik. Hal ini disebabkan letak yang
sangat strategis baik secara regional maupun nasional juga mempunyai relatif aman dari bencana
jika dibandingkan daerah yang lain. Selain itu juga akses jalur evakuasi akan menghubungkan jalur
jalan provinsi yang akan dilakukan suatu pelebaran jalan yang akan menuju ke bandara atau bahkan
pelabuhan yang akan dibangun sebagai akses pendistribusian logistik apabila terjadi bencana
gempabumi dan gunungapi. Jalur ini jelas akan mempercepat proses evakuasi dan penyaluran
bantuan kepada masyarakat yang tinggal di Kabupaten Kerinci dan sekitarnya termasuk provinsi
Bengkulu.
Rencana jalur evakuasi bencana melewati kawasan Taman Nasional Kerinci. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor: P.56 /Menhut II/ 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional
didalamnya juga telah diatur bahwa perlu ada zonasi khusus dan zona pemanfaatan dalam taman
nasional. Zona khusus merupakan bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat
dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal
sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana telekomunikasi,
fasilitas transportasi dan listrik. Sedangkan zona pemanfaatan merupakan bagian taman nasional
yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata
alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Dalam peraturan ini juga berarti didalam taman nasional
dapat digunakan sebagai jalur evakuasi akan tetapi diusahakan tidak merusak kondisi alami daerah
tersebut.
Adanya pusat logistik di Kabupaten Bungo didasarkan oleh adanya keberadaan Kabupaten Kerinci
yang berada pada wilayah struktur patahan besar Sumatera yang disebut Patahan Semangko dan
juga sebagai salah satu wilayah yang memiliki gunungapi aktif yang berada dalam gugus ring of
fire. Adanya perencanaan pusat logistik diharapkan akan diikuti oleh perencanaan pengelolaan
Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 59
bantuan logistik. Pengelolaan bantuan logistik dilakukan pada status keadaan darurat dimulai
sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan sesuai dengan
penjelasan pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, khususnya dalam Pasal 6 dan Pasal 8 telah
mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, yang antara lain adalah memberikan perlindungan pada
masyarakat dari dampak bencana, dan pemulihan kondisi dari dampak bencana, termasuk di
dalamnya adalah bantuan logistik pada saat status keadaan darurat.
Berdasarkan data demografi hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS, 2011), jumlah penduduk Kabupaten Bungo adalah sebanyak 302.558 orang yang
terdiri dari 155.213 orang laki-laki dan 147.345 perempuan dengan sex ratio sebesar 105,34.
Komposisi penduduk Kabupaten Bungo menunjukkan bahwa 31,01% penduduk berusia muda
(umur 0-14 tahun), 65,24% berusia produktif (umur 15-64 tahun), dan hanya 3,75 % yang berumur
65 tahun lebih. Adanya potensi sumberdaya manusia yang ada merupakan aset yang sangat penting
dalam pengelolaan dan keberlanjutan pusat logistik.
2. METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei instansional (data sekunder) dan
survei lapangan (data primer). Survei data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data dan
peta, uraian wilayah yang tersedia pada berbagai instansi terkait sebagai dasar perumusan masalah.
Survei data primer diawali dengan interpretasi Peta RTRW, Peta Rupabumi Indonesia, dan peta-
peta tematik lain. Metode sampling yang dilakukan menggunakan metode purposive sampling yang
dilakukan pada jalur jalan setapak yang sudah lama ditinggalkan. Selain itu adanya informasi aspek
lingkungan fisik yang terkait dengan kebencanaan juga sangat diperlukan sebagai penunjang
informasi yang memperkuat efektivitas pembukaan jalur evakuasi bencana. Survei lapangan
merupakan kegiatan pengumpulan data berdasarkan pengecekan di lapangan menggunakan GPS
pada lokasi alternatif jalur evakuasi, penempatan pusat logistik dan pembuatan peta teknis.
Penilaian kelayakan kabupaten rencana jalur evakuasi dan pusat logistik menggunakan metode
SWOT. Metode SWOT merupakan analisis kuantitatif yang mencakup strengths (kekuatan),
weakness (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (tantangan). Metode ini diaplikasikan
dalam perencanaan strategis (strategic planning) guna mengetahui faktor lingkungan yang bersifat
60 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
eksternal dan internal pada suatu usaha atau kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga
menghasilkan kesimpulan yang berguna untuk memberi masukan terhadap pengambilan keputusan
strategi dan memberi masukan prioritas strategi terhadap apa yang sebaiknya dilakukan terlebih
dahulu oleh pengambil keputusan. Metode ini diambil berdasarkan masukan dari berbagai pihak
yang ada termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat yang tinggal
di daerah sekitar. Bahkan masyarakat sekitar yang menunjukkan jalur yang dahulu pernah dilalui
masyarakat sekitar sebelum adanya ketetapan peraturan pemerintah yang terkait taman nasional.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Potensi Bencana Provinsi Jambi
diperkirakan sekitar 60 mm/tahun (Prawirodirdjo et al, 1997). Gempabumi yang terjadi di
Sumatera merupakan gempabumi yang terdapat pada wilayah struktur patahan besar yang disebut
Patahan Semangko. Patahan Sumatera pernah mengakibatkan gempabumi besar di Pulau Sumatera
seperti gempabumi Liwa tahun 1932, 1994, gempabumi Kerinci 1909, 1995 yang meninggalkan
kerugian jiwa dan materi yang cukup besar. Rekaman gempabumi-gempabumi besar yang pernah
terjadi dilaporkan berasal dari zona sumber subduksi di sepanjang barat daya Pulau Sumatera.
Gempabumi besar ini antara lain terjadi pada tahun 1833 (M=9.2), 1861 (M=8.2), 1907 (M=7.6),
gempabumi Bengkulu tahun 2000 (M=7.8), dan terakhir ádalah gempabumi Aceh (Mw=8.9).
Gambar 1. Sebagian Patahan Semangko
Patahan tersebut menyimpan energi yang besar dan apabila suatu saat energi tersebut dilepaskan
maka akan menimbulkan gempabumi. Apabila pelepasan energi tersebut secara tiba-tiba sekaligus
inilah yang sangat berbahaya karena akan menimbulkan gempabumi yang dahsyat, namun jika
energi tersebut dilepas berangsur sedikit demi sedikit maka gempabumi yang ditimbulkan tidak
terlalu berbahaya, bahkan kadang tidak dirasakan oleh manusia kecuali hanya tercatat oleh alat
seismograf.
Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 61
Daerah yang sangat berpotensi terhadap kejadian gempabumi di Provinsi Jambi adalah daerah
Kabupaten Kerinci. Potensi gempabumi yang tinggi dapat dilihat dari adanya bidang sesar atau
patahan yang cukup banyak dan kompleks. Potensi gempabumi cukup besar bukan hanya
Kabupaten Kerinci tetapi Kabupaten Merangin, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Tebo. Pada
dasarnya Kabupaten Bungo juga memiliki patahan yang cukup banyak akan tetapi potensinya tidak
seperti kabupaten yang lain.
Sejarah kegempabumian di Provinsi Jambi yang terakhir tercatat di data BNPB terjadi pada tahun
2009 dengan kekuatan 7,9 SR. Gempabumi tersebut menimbulkan kepanikan, korban jiwa,
kerusakan pada bangunan: rumah, fasilitas dan sarana umum, sekolah, tempat usaha dan pekantoran
pemerintah. Lebih dari 100 ribu rumah diperkirakan rusak berat dan ribuan bangunan umum hancur
dan tidak dapat difungsikan kembali. Kejadian bencana ini mengganggu fungsi masyarakat, akses
warga terhadap kebutuhan dasar. Banyak daerah yang terisolir akibat terjadinya gempabumi juga
disertai oleh adanya tanah longsor. Kegiatan perekonomian setempat terganggu dan berpotensi
menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan dalam jangka pendek dan menengah.
Gempabumi memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya lain yang mungkin memiliki magnitud
lebih besar. Catatan sejarah di Provinsi Jambi belum menemukan bahaya erupsi gunungapi dan
tsunami sebagai bahaya sekunder gempabumi. Meskipun demikian, pengurangan risiko bencana
dengan mempertimbangkan bahaya sekunder tetap perlu dilakukan. Dengan mengambil kejadian
erupsi Gunungapi Sinabung sebagai perbandingkan, bahaya erupsi Gunungapi Kerinci memiliki
karakter yang hampir sama yaitu keduanya memiliki nilai 2 pada indeks erupsi gunungapi (VEI,
volcanic eruption index). Namun erupsi Gunungapi Sinabung yang terjadi saat ini mempunyai
anomali yaitu mempunyai magnitud VEI 4 dan berlangsung lama. Anomali karakter erupsi yang
demikian perlu dipertimbangankan dalam pengurangan risiko bencana di Provinsi Jambi.
Hasil kajian bahaya gempa dan jalur evakuasi serta penetapan alternatif pusat logistik ini
diperlukan untuk memberikan kriteria desain sebuah jalur evakuasi dari bahaya gempa dan
gunungapi serta masukan dalam peraturan dan petunjuk jalur evakuasi dalam rangka pembangunan
infrastruktur sebuah pusat logistik. Özdamar et al (2004) menyatakan perlunya perancangan
integerasi kejadian bencana alam dengan penanganan rantai-pasokan komoditi sehingga dalam
pengambilan keputusan tepat waktu-guna dan cepat. Pada umumnya kejadian bencana sarana dan
prasarana utama seperti listrik, transportasi dan komunikasi tidak berjalan dengan normal bahkan
bisa sama sekali tidak ada. Kabupaten Bungo dapat dijadikan tempat rantai-pasokan komoditi dan
62 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
sarana pengiriman ke tempat terkena bencana gempa dan gunungapi yang terdapat di Kabupaten
Kerinci bahkan dapat dijadikan sebagai pusat logistik alternative apabila terjadi bencana tsunami di
barat Provinsi Jambi. Aliran kegiatan ini merupakan reliasasi fisik yang mengutamakan efektivitas
bukan efisiensi dengan dukungan kebijakan. Selain itu kegiatan ini merupakan langkah yang baik
dalam mewujudkan kerjasama yang baik antar daerah untuk mewujudkan kehidupan berkelanjutan
berbasis bencana.
3.2. Kondisi Alam Rencana Jalur Evakuasi
Kondisi alam yang terdapat di jalur evakuasi ditinjau dari geologi, tanah, geomorfologi dan flora
faunanya. Adanya peninjauan kondisi fisik lingkungan yang ada merupakan faktor utama yang
menentukan kelayakan daerah tersebut untuk dijadikan jalur evakuasi. Berdasarkan kondisi
stratigrafi pada jalur evakuasi Kerinci - Bungo yang melintasi Kabupaten Bungo tepatnya
Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang, melintasi dua satuan yaitu Satuan Undifferentited Volcanic
Rocks (Qyu) dan Satuan Granit (Jgr). Satuan Undifferentited Volcanic Rocks (Qyu) terdiri dari
breksi volkanik, endapan lahar, breksi berfragmen tuff dan tuff. Satuan ini berasal dari kegiatan
volkanik Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh. Satuan ini terbentuk pada Zaman Kuarter dan
melampar diatas Satuan Granit (Jgr). Satuan Batuan lainnya yang dilintasi oleh Jalur Evakuasi di
wilayah Kabupaten Bungo yaitu Satuan Granit (Jgr) yang tersingkap secara spot-spot dan terletak di
bawah Satuan Undifferentited Volcanic Rocks (Qyu) secara stratigrafi. Satuan ini terdiri dari Granit
Biotit Hornblenda sampai Granodiorit, yang mempunyai ciri-ciri mempunyai bintik-bintik mineral
mafik, keterdapatan apatit pada beberapa tempat, dan merupakan batuan intrusi dengan jenis Stock.
Satuan ini menerobos pada Zaman Jura.
Gambar .2. (1) Singkapan Satuan Granit (Jgr) di lembah Sungai Batang Tebo, (2) Breksi Vulkanik
pada Satuan Undifferentiated Volcanic Rocks (Qyu) yang sudah lapuk dan mempunyai struktur
Speroidal Weathering
Kondisi geomorfologi yang dilewati Jalur Evakuasi Kerinci Bungo melewati 2 bentuk asal dan 4
bentuk lahan. Bentuk asal berupa Vulkanik dan Struktural. Bentuk asal vulkanik mempunyai bentuk
1 2
Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 63
lahan dataran fluvial-vulkanik yang terdapat di sekitar daerah pemukiman rendah Sungai Ipuh
merupakan dataran dengan penyusun material vulkanik akibat dari proses fluviatik. Bentuk asal
struktural memiliki bentuklahan punggungan bergelombang terjal, dataran bergelombang rendah,
dan dataran bergelombang rendah-tinggi. Bentuk asal ini terbentuk karena proses endogen yaitu
struktur geologi yang mempunyai peran membentuk bentuk lahan yang ada di daerah ini. Secara
umum vegetasi alami di ekosistem sepanjang jalur evakuasi mencerminkan flora-flora yang khas
dari kawasan Pulau Sumatera. Di kawasan Hutan Produksi dan Taman Nasional Kerinci Seblat
menunjukkan tipe hutan lahan kering, dengan topografi perbukitan.
Analisis Kondisi flora fauna didapatkan dengan cara observasi-cepat di sepanjang Jalur Evakuasi
Kerinci-Bungo. Informasi keberadaan jenis fauna bernilai konservasi di Areal Hutan Sepanjang
Jalur Evakuasi juga diperoleh dari masyarakat sekitar hutan. Keberadaan fauna terestrial langka
yang endemik Sumatera dapat dijadikan sebagai rujukan utama dalam penentuan Nilai Konservasi.
Dalam hal ini keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan gajah sumatera
(Elephas maximus sumatrae). Kedua mamalia besar ini tergolong critically endangered, dan
membutuhkan luasan tertentu sebagai daerah jelajah untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu
penilaian terhadap keberadaan, kondisi-kondisi habitat untuk mempertahankan proses penting
ekologi dan konektivitas ekologisnya dapat mengarahkan keputusan-keputusan dengan prinsip
kehati-hatian. Pendekatan prinsip kehati-hatian ini akan dipertahankan agar Jalur Evakuasi tidak
menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap kelangsungan hidup fauna langka yang endemik
Sumatera. Keberadaan dua fauna terestial bernilai konservasi tinggi dijumpai di Jalur Evakuasi
yang melintasi: kawasan Hutan Produksi, sebagian Hutan Areal Penggunaan Lain di Bungo dan
Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Gambar.3. (1) Jejak tapak kaki harimau sumatera di Jalur Evakuasi pada Hutan Area Penggunaan
Lain. (2)Kotoran gajah sumatera di Jalur Evakuasi kawasan Hutan Produksi.
1 2
64 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
3.3. Kelayakan Rencana Jalur Evakuasi dan Logistik Bencana Poros Kerinci – Bungo
Penilaian kelayakan rencana jalur evakuasi dan logistik bencana poros Kerinci – Bungo dilakukan
dengan analisis SWOT. Analisis ini merupakan tinjauan awal dalam pengambilan keputusan
sebelum dilakukan tinjauan yang lebih lanjut. Dalam analisis SWOT juga telah dilakukan
pertimbangan pada suatu permasalahan yang mungkin dapat ditimbulkan dan peluang
pemecahannya.
a) Kekuatan
1. Merupakan daerah yang aman terhadap bencana gempabumi dan gunungapi
2. Dapat menghubungkan Kabupaten Kerinci dengan memotong daerah Taman Nasional
dengan jarak terpendek daripada koridor yang lain yang sudah direncanakan di RTRW
dengan morfologi terlandai dan rendah (kurang dari 1500 mdpal)
3. Spesies tumbuhan endemik berkerapatan rendah
4. Memiliki lokasi yang strategis baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat regional
Pulau Sumatra serta aksesbilitas dengan jalur lintas Sumatra sangat dekat
5. Adanya payung hukum yang jelas di dalam RTRW
b) Kelemahan
1. Jumlah penduduk masih sedikit sehingga sedikit terhambat dalam pengajuan anggaran
2. Diperlukan dana yang besar dalam pembuatan jalur evakuasi
3. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai di dekat jalur evakuasi
belum ada
4. Tekstur tanah yang lempung berdebu menyebabkan konstruksi jalan harus dicor
5. Diperlukan pembangunan jembatan untuk menghubungkan Kabupaten Kerinci dan
Kabupaten Bungo yang membutuhkan biaya cukup besar
6. Belum adanya rencana kegiatan yang sama di Kabupaten Kerinci
7. Pembangunan pelabuhan dan fasilitas transportasi kurang didukung dengan anggaran
yang memadai
c) Peluang
1. Dapat mempercepat proses evakuasi bencana
2. Pembukaan jalur evakuasi tidak berpotensi mengubah keseimbangan ekosistem
3. Kesehatan masyarakat sekitar akan meningkat seiring dengan adanya pembangunan
fasilitas kesehatan dan bangunan logistik di dekat jalur evakuasi
Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 65
4. Masyarakat sangat antusias program ini dapat terlaksana untuk mendukung
pengembangan ekonomi.
5. Dibutuhkan peraturan yang ketat dalam mengatur perubahan penggunaan lahan di
sekitar jalur evakuasi
6. Diperlukan semacam titik bantu atau jejaring pusat logistik dan dibuat semacam
bangunan yang dapat dipergunakan untuk aktivitas masyarakat di dekat jalur evakuasi
7. Adanya pengetahuan tambahan terkait dengan keanekaragaman hayati yang terdapat di
taman nasional
8. Dapat dijadikan alternatif pusat logistik di tingkat kabupaten hingga regional Pulau
Sumatra
9. Perencanaan pembangunan bandara yang diperluas dengan landasan 2000 m sehingga
pesawat besar dapat masuk sedangkan bandara bukan merupakan bandara dengan
aktivitas yang ramai. Serta Adanya sungai dan dekat dengan jalur kereta api yang dapat
dijadikan alternatif transportasi.
10. Merupakan daerah yang sedang mengalami pertumbuhan sehingga tidak sulit mencari
lahan
11. Pertumbuhan perekonomian daerah dan masyarakat akan meningkat yang berarti juga
APBD Kabupaten Bungo akan semakin meningkat.
d) Ancaman
1. Semakin maraknya penebangan dan penambangan liar dan perubahan penggunaan lahan
akan semakin intensif sehingga menimbulkan berkurangnya lahan yang digunakan
sebagai tempat pertumbuhan biomassa
2. Adanya kesenjangan antara penduduk yang telah lama tinggal dengan pendatang.
3. Adanya pembangunan tidak diiringi dengan struktur bangunan yang kuat dan tidak
memperhatikan faktor lingkungan maka meningkatkan potensi bencana tanah longsor
4. Potensi degradasi lahan semakin besar.
Berdasarkan analisis SWOT tersebut dan disertai oleh maka rencana jalur evakuasi poros Kerinci-
Bungo dan logistik sangat layak. Walaupun layak tetapi tetap perlu adanya strategi dalam
meminimalisir efek samping yang mungkin dapat terjadi. Strategi tersebut diantaranya : (1). Dalam
proses pelaksanaan sebelumnya harus dilakukan penetapan peraturan dan strategi perlindungan
lahan yang bersifat mengikat dan tegas terkait pelanggaran yang akan terjadi terutama perubahan
penggunaan lahan. (2) Adanya perencanaan pembangunan wilayah di Kabupaten Bungo dan
66 Aditya, Riswanda, Didik Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
sekitarnya sebaiknya harus tetap berpihak pada kelestarian lingkungan untuk ketangguhan ekonomi
dan sosial sehingga diharapkan dapat menjadi percontohan daerah lain dalam konteks pembangunan
yang berkelanjutan. (3) Sebelum Kabupaten Bungo menetapkan jalur evakuasi terlebih dahulu perlu
adanya penelitian yang lebih mendalam terkait jalur evakuasi yang terdapat di Kabupaten Kerinci
yang menghubungkan jalur evakuasi yang telah direncanakan. (4) Agar pengawasan lingkungan
terjaga dengan baik berbasis pemberdayaan masyarakat, maka pembukaan jalur evakuasi sebaiknya
disertai dengan rencana daerah tersebut sebagai wisata alam, pendidikan dan penelitian
keanekaragaman hayati sebagai langkah dalam melindungi taman nasional. Hal ini jelas akan
mendatangkan pendapatan tambahan. (5) Selain itu, diperlukan pembuatan RPB (Rencana
Penanggulangan Bencana) di Kabupaten Bungo sehingga kedudukan jalur evakuasi dan logistik
untuk bencana gempabumi dan gunungapi memiliki status yang jelas dalam perencanaannya. Selain
itu dengan adanya RPB yang sesuai dengan rencana srategis BNPB diharapkan dapat bantuan
anggaran dari pusat sehingga tidak tergantung pada APBD.
4. KESIMPULAN
1. Berdasarkan karakter bencana dan aset yang berisiko terutama di Kabupaten Kerinci maka
daerah yang layak dijadikan sebagai jalur evakuasi yang secara administrasi terletak pada
Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang di Kabupaten Bungo dan terhubung ke Kecamatan
Siluak Mukai di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
2. Pembukaan lahan untuk jalur evakuasi tidak menyebabkan keanekaragaman hayati yang ada
menjadi berkurang karena di dalam jalur evakuasi tidak ditemukan flora fauna yang langka
yang dilindungi.
3. Kabupaten Bungo merupakan wilayah yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat
pengembangan alternatif pusat logistik dengan mempertimbangakan posisi dan kondisi baik
karakter bencana yang ada dan kondisi lingkungan eksisting yang ada.
4. Kebijakan pengembangan alternatif pusat logistik memiliki pengaruh yang besar dalam
meningkatkan pembangunan daerah yang terdapat di Kabupaten Bungo walaupun
memerlukan inventasi yang besar dalam pelaksanaannya.
Volume 8 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 67
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2010, Provinsi Jambi dalam Angka, Biro Pusat Statistik Provinsi Jambi.
Özdamar, L., E. Ekinci, B. Küçükyzici, 2004, Emergency Logistic Planning in Natural Disasters,
Annals of Operation Research 129, Issue 1, 217-245.
Prawirodirdjo, L., Y. Bocl, R. McCaffrey, J. Genrich, E. Calais, C. Stevens, S.S.O Puntodewo, C.
Subarya, J. Rais, P. Zwick, and R. McCaffrey Fauzi, 1997, Geodetic observations of
interseismic strain segmentation at the Sumatera subduction zone, Geophys. Res. Lett. 24,
2601-2604.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56 /Menhut II/ 2006 Tentang Pedoman Zonasi Taman
Nasional.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2011-2030
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana