studi distribusi ukuran butir elektrum dan … 20090203.pdf · jtm vol. xvi no. 2/2009 99 studi...
TRANSCRIPT
JTM Vol. XVI No. 2/2009
99
STUDI DISTRIBUSI UKURAN BUTIR ELEKTRUM DAN
ASOSIASI MINERALISASI EMAS PADA URAT CIURUG,
PONGKOR, INDONESIA
Syafrizal
1, Teti Indriati
1, Kendra Valentin
2
Sari
Daerah Pongkor terletak di busur magmatis Sunda-Banda yang terbentuk akibat penunjaman lempeng Samudra
Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Mineralisasi emas dan perak di Gunung Pongkor ditemukan dalam
batuan gunung api yang tersusun oleh aglomerat, tufa breksi, dan lava andesit. Urat kuarsa merupakan petunjuk
utama adanya mineralisasi emas. Adanya karakteristik banding yang khas pada urat kuarsa disebut sebagai fasies
mineralisasi, dimana banding dalam konteks ini dapat diartikan sebagai munculnya lapisan urat kuarsa yang
mempunyai mineralogi dan tekstur tertentu. Terdapat 4 (empat) fasies pada endapan emas epithermal urat
Ciurug, yaitu, fasies CQ, MCQ, BMQ dan GSQ, dimana keberadaan elektrum yang berlimpah ada pada fasies
BMQ-GSQ dengan tekstur banded-colloform-breccia. Kehadiran elektrum pada endapan emas epithermal urat
Ciurug dibedakan ke dalam 3 tipe yaitu : 1) inklusi di dalam pirit 2) inklusi di dalam kalkopirit 3) coexist dengan
mineral-mineral sulfida (pirit, kalkopirit, galena, sfalerit, acanthite), dimana, elektrum paling banyak hadir
berupa tipe-1 dan tipe-3, sedangkan tipe-2 sangat jarang dijumpai kecuali pada level 600 m. Terdapat 2 (dua)
zona mineral bijih pada urat ciurug, yaitu, zona precious metal (logam berharga) dan zona base metal (logam
dasar). Zona precious metal terdapat pada level 600 m sampai level 515 m. Sedangkan zona base metal
diperkirakan terjadi pada level 515 m kebawah. Ukuran butir elektrum yang hadir sebagai coexist pada mineral-
mineral sulfida, ukurannya akan lebih besar daripada elektrum yang hadir sebagai inklusi. Ukuran butir elektrum
umumnya berkisar < 1 µm sampai 25 µm untuk elektrum yang berupa inklusi pada pirit, sedangkan untuk
elektrum yang coexist dengan mneral-mineral sulfida, ukuran butirnya dapat mencapai < 10 sampai 55 µm. Untuk
ukuran butir elektrum rata-rata adalah 1 sampai 25 µm.
Kata kunci : Gunung Pongkor, Epithermal, Ciurug, electrum
Abstract The Pongkor deposit is located in the Sunda-Banda magmatic arc that has developed by the sub-ducting Indo-
Asutralian Plate beneath Erusian Plate. Gold and silver mineralization in Gunung Pongkor area is hosted by
volcanic rock composing by agglomerate, tuff breccia and andesite lava. Quartz veins are the main guide of the
gold mineralization. The characteristics of quartz textures of veins referred to as facies mineralization, where the
banding of quartz vein is related with specific mineralogy and textures. The Epithermal Ciurug vein shows four
main mineralization stages (facies): CQ, MCQ, BMQ and GSQ. The gold appearances are abundant in BMQ-GSQ
faces showing banded-colloform-breccia textures. There are three types of gold occurrences in Ciurug vein, that
is: type-1 (electrum occurs as inclusion in pyrite), type-2 (electrum occurs as inclusion in chalcopyrite), type-3
(electrum coexists with pyrite, chalcopyrite, galena, sphalerite, and acanthite). Most of the electrum occurs as
type-1 and type-3. Otherwise, the electrum rarely occurs as type-1 except in the level 600 m. There are two types of
mineralization zone, which is precious metal horizon and base metal horizon. The precious metal horizon is
appear at between level 515 to 600 m and the base metal horizon is appear below level 515 m. The grain size of
electrum mainly ranges from <1 µm to 25 µm as inclusion in pyrite. Otherwise, the grain size of electrum ranges
from <10 µm to 55 µm as coexist with other sulfide minerals.
Key words : Gunung Pongkor, Epithermal, Ciurug, electrum
1) Kelompok Keahlian Eksplorasi Sumberdaya Bumi (KK-ESDB), FTTM-ITB
Email :[email protected]
2) Program Studi Teknik Pertambangan, FTTM-ITB
Email : [email protected]
I. PENDAHULUAN Secara administratif lokasi UBPE Pongkor
terletak di dalam wilayah kecamatan
Nanggung, Leuwiliang dan Cigudeg,
Kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat.
Endapan Pongkor terletak di sisi timurlaut
Bayah Dome (Gambar 1).
Cadangan Pongkor ditemukan pada tahun
1981, sebagai hasil eksplorasi secara sistematis
(Basuki dkk., 1994). Studi kelayakan telah
selesai dilakukan tahun 1991 dan mulai
dikembangkan pada tahun 1992 penambangan
pada daerah urat Ciguha dan Kubang Cicau
dimulai pada tahun 1994 dan di urat Ciurug
pada tahun 1998.
Endapan bijih berasosiasi dengan keadaan
vulkanik di Jawa Barat termasuk endapan
emas epithermal yang terletak di Bayah Dome,
seperti Cikotok, Cirotan dan Cikidang
(Marcoux dan Milesi, 1994; Milesi dkk.,
1999).
Syafrizal, Teti Indriati, Kendra Valentin
100
Bayah dome terletak di bagian barat pulau
Jawa, yang merupakan sumber utama dari
beberapa endapan epithermal. Endapan emas
yang penting kebanyakan muncul pada arah
Utara-Selatan (Gambar 2). Hal ini dikarenakan
adanya patahan-patahan yang searah Utara-
Selatan akibat pergerakan lempeng Sunda-
Banda. Jawa dan Sumatera merupakan bagian
dari Busur Sunda-Banda (Carlile dan Mitchell,
1994) yang terbentuk pada sisi utara zona
subduksi Indo-Australia-Eurasia.
Mengidentifikasi kemunculan mineral
elektrum serta melakukan pengukuran besar
butiran elektrum. Hasil dari penelitian ini
nantinya akan digunakan untuk mempelajari
hubungan fasies mineralisasi dengan
mineralisasi logam serta menentukan variasi
asosiasi keterdapatan elektrum dan variasi
ukuran butir elektrum.
II. KONDISI GEOLOGI Daerah Pongkor terletak di busur magmatis
Sunda-Banda yang terbentuk akibat
penunjaman lempeng Samudra Indo-Australia
ke bawah lempeng Eurasia. Mineralisasi emas
dan perak di Gunung Pongkor ditemukan
dalam batuan gunung api yang tersusun oleh
aglomerat, tufa breksi, dan lava andesit.
Geologi daerah Pongkor dan sekitarnya
tersusun dari batuan gunung api piroklastik
bersifat andesitik sampai dasitik yang dapat
dikelompokkan ke dalam satuan batuan tuf
breksi, aglomerat, andesit, breksi andesitik,
dan dasit (Gambar 3).
Satuan batuan tuf breksi menyebar di bagian
selatan terutama di sepanjang Sungai Cikaniki.
Satuan ini diterobos dan terpotong oleh urat
kuarsa yang mengandung emas. Satuan batuan
tuf breksi terutama disusun oleh tuf, tuf lapili,
tuf breksi, aglomerat, dan sisipan lempung.
Sisipan batuan tuf lebih banyak ditemukan
semakin ke sebelah barat laut. Tuf breksi
disusun oleh komponen-komponen andesit,
batu lempung lanauan, batuan tersilifikasi, dan
tuf yang berbentuk menyudut sampai
membundar tanggung berukuran 2-3 cm.
Komponen-komponen tersebut juga terdapat
dalam matriks dalam ukuran yang lebih halus.
III. MINERALISASI EMAS
EPITHERMAL Mineralisasi primer di daerah Pongkor
dikontrol oleh struktur dan muncul berupa
sistem urat. Endapan Pongkor terdiri dari 10
urat sub-paralel utama kuarsa-kalsit dengan
arah jurus umumnya berarah Baratlaut-
Tenggara. Sistem-sistem urat tersebut adalah
Pasir Jawa, Ciguha, Kubang Cicau, Ciurug,
Cadas Copong, Gunung Goong, Cimahpar,
Gudang Handak, Pamoyanan dan Cikoret
(Gambar 4). Kebanyakan dari urat-urat ini
menunjukkan pelapukan supergene yang
extensif (luas), menghasilkan pengkayaan
emas sekunder di zona bagian atas dari urat-
urat tersebut (Milesi dkk., 1999; Greffie dkk.,
2002; Syafrizal dkk., 2007).
Anomali kadar emas ditemukan dalam urat
kuarsa yang berada dalam suatu zona ubahan
hidrothermal yang meliputi daerah seluas ± 11
km x 6 km. Pada zona ubahan ini ditemukan
urat kuarsa yang berpola saling sejajar dengan
jurus umum arah Barat laut-Tenggara.
Endapan epitermal di Jawa Barat dapat
dikelompokkan menjadi dua tipe berdasarkan
kelompok mineral dan teksturnya (Marcoux
dan Milési, 1994) yaitu Tipe Cirotan dan Tipe
Pongkor.
Tipe Cirotan didominasi oleh tekstur breksiasi
(cockade) dengan karakteristik kelompok
mineral yang terdiri dari kandungan mineral
pirit dan logam dasar sulfida yang sangat kaya,
serta bijih yang kaya akan emas berasosiasi
dengan sejumlah mineral Sn, W dan Bi.
Mineral pengganggu biasanya sederhana
seperti kuarsa, kalsedon dan serisit dalam
jumlah yang sangat banyak, sedangkan mineral
karbonat hidrotermal lebih jarang ditemukan
(Milesi dkk., 1994). Endapan tipe ini dijumpai
di Cirotan, Cipalengseran, Lebak Sembada,
Sopal, Cimari, Ciusul, dan Cikotok.
Endapan tipe Pongkor menunjukkan struktur
banded yang simetris, dengan breksiasi yang
membatasi kontak dengan batuan samping.
Endapan ini dicirikan oleh kandungan sulfida
yang rendah, kehadiran mineral karbonat
sebagai mineral pengganggu dalam jumlah
besar (kalsit dan sedikit rhodokrosit), dan
biasanya memiliki mineralogi bijih yang jauh
lebih sederhana (Milesi dkk., 1999; Greffie
dkk., 2000; Warmada dkk., 2003; Syafrizal
dkk., 2005&2007). Tipe mineralisasi seperti
ini dijumpai pada daerah Ciawitali, Cikidang
dan Gunung Pongkor.
Endapan epitermal Pongkor merupakan
endapan epitermal low sulfidation dengan tipe
adularia-serisit (Basuki dkk., 1994; Milesi
dkk., 1999., Syafrizal dkk., 2005 & 2007) yang
berumur 2,05 ± 0,05 Ma berdasarkan
pentarikan isotop 40Ar/39Ar pada adularia
(Milesi dkk., 1999).
Studi Distribusi Ukuran Butir Elektrum dan Asosiasi Mineralisasi Emas pada
Urat Ciurug, Pongkor, Indonesia
101
IV. SAMPEL DAN METODOLOGI
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan
mineragrafi terhadap sayatan poles dan sayatan
tipis-poles yang dibuat dari urat Ciurug,
Pongkor level 700 m, 600 m, dan 515 m
dengan jumlah sampel sebanyak 66.
Sedangkan sampel yang berasal dari inti (core)
pemboran level 200-500 m sebanyak 22 buah.
Pengamatan Mineragrafi ini dilakukan untuk
mempelajari tekstur urat pembawa emas,
mengidentifikasi keberadaan mineral elektrum
sebagai unsur pokok bijih emas, mengamati
mineral-mineral yang menyertai elektrum serta
menghitung ukuran butir elektrum.
Pengamatan mineragrafi dilaksanakan di
Laboratorium Mikroskopi Bijih dan Optika
Kristal dengan menggunakan Mikroskop
polarisasi refleksi-refraksi Nikon Optiphot-Pol
dan Nikon Eclipse LV100POL .
Sayatan tipis-poles diamati menggunakan
mikroskop polarisasi refraksi sedangkan
sayatan poles diamati menggunakan
mikroskop polarisasi refleksi. Sayatan tipis-
poles digunakan untuk melakukan
pengamatan terhadap tekstur urat pembawa
emas maupun untuk mengamati hubungan
mineral-mineral dalam batuan yang
selanjutnya akan digunakan untuk menentukan
fasies mineralisasi urat Ciurug, Pongkor.
Sayatan poles digunakan untuk mengamati
mineral-mineral bijih utama dalam urat
Ciurug. Mineral-mineral bijih utama ini adalah
pirit, kalkopirit, sfalerit, galena, elektrum dan
acanthite. Elektrum adalah mineral pembawa
emas yang paling penting. Elektrum umumnya
muncul sebagai inklusi dalam pirit, inklusi
dalam kalkopirit, muncul berdampingan
dengan acanthite maupun coexist (muncul
bersamaan) dengan logam-logam dasar (base
metal).
4.1 Pengamatan Tekstur dan Fasies
Mineralisasi Pengamatan dilakukan secara megaskopis
dengan mengamati sampel-sampel yang
berasal dari endapan emas epithermal urat
Ciurug. Pengamatan ini dilakukan untuk
menentukan fasies mineralisasi dan tekstur
urat yang nantinya akan dibandingkan dengan
tekstur urat di bawah mikroskop polarisasi
refraksi. Beberapa gambar yang mewakili
tekstur urat dan fasies mineralisasi pada urat
Ciurug dapat dilihat pada Gambar 5.
Selain pengamatan tekstur, dilakukan juga
mapping mineral-mineral bijih pada sampel
(Gambar 6). Hasil mapping menunjukkan
bahwa elektrum kebanyakan muncul pada urat
kuarsa dengan tekstur banded, colloform,
maupun pada lokasi yang memiliki banyak
mineral sulfida disseminated (Gabar 6a).
Sedangkan pada mineral karbonat (umumnya
kalsit) jarang sekali ditemukan mineral
elektrum, Hal ini dikarenakan sifat mineral
karbonat pada endapan Pongkor ini sangat
khas sekali yaitu, barren terhadap mineral
elektrum (Gambar 6d). Mineral karbonat
umumnya muncul pada fasies awal, yaitu CQ
dan MCQ sedangkan mineral elektrum sendiri
terbentuk masih sangat sedikit pada fasies awal
(CQ dan MCQ).
Urat Ciurug memiliki tekstur yang beragam,
yaitu : tekstur masif, banded, colloform, comb
dan breccia. Pengamatan tekstur urat kuarsa di
bawah mikroskop dilakukan untuk
membandingkan dengan kenampakan tekstur
secara megaskospis dan memastikan jenis
fasies mineralisasinya. Beberapa foto tekstur
urat kuarsa yang mewakili urat Ciurug dapat
dilihat pada Gambar 7.
4.2 Pengamatan Mineragrafi Sayatan Poles Mineral-mineral bijih utama yang hadir pada
sampel urat Ciurug antara lain, elektrum, pirit,
kalkopirit, galena, sfalerit dan acanthite.
Mineral pirit terbentuk pada awal mineralisasi
dan umum pada semua tahapan mineralisasi.
Sedangkan mineral elektrum muncul pada
akhir mineralisasi. Mineral goethite dan
covellite merupakan mineral sekunder hasil
pengkayaan supergene, kemungkinan berasal
dari mineral pirit dan kalkopirit (Syafrizal
dkk., 2005), namun kedua mineral ini tidak
diidentifikasi pada laporan ini. Berikut ini
adalah beberapa foto sayatan poles di bawah
mikroskop polarisasi refleksi yang mewakili
Urat Ciurug (Gambar 8).
Penjelasan Gambar 7:
a. Tekstur breksiasi dimana fragmen-
fragmen yang berbentuk menyudut adalah
mineral lempung (berdasarkan hasil
pengamatan XRD). Mineral kuarsa dan
lempung dengan tekstur masif
mengelilingi tekstur breksiasi tersebut,
fasies BMQ-GSQ (L-600-VZ-01D). a.1)
Pengamatan di bawah nikol sejajar; a.2)
pengamatan di bawah nikol bersilang.
b. Tekstur colloform dan banded antara
kuarsa berbutir halus, kuarsa berbutir
kasar dan lapisan sulfida tipis (1-3 mm)
berwarna hitam, fasies BMQ-GSQ (L-
600-VZ-01D). b.1) Pengamatan di bawah
nikol sejajar; b.2) pengamatan di bawah
nikol bersilang.
Syafrizal, Teti Indriati, Kendra Valentin
102
c. Tekstur masif dan comb. Tekstur comb
dapat dilihat pada bentuk urat kuarsa yang
menyerupai sisir, sedangkan tekstur masif
dapat dilihat pada mineral kuarsa yang ada
di bagian atas dan bawah urat dengan
butiran halus, fasies BMQ ((L-600-VZ-
01E). c.1) Pengamatan di bawah nikol
sejajar; c.2) pengamatan di bawah nikol
bersilang.
d. Tekstur banded. Terjadi perulangan
lapisan antara mineral kuarsa dan mineral
opak yang memiliki butiran halus, fasies
BMQ (L-600-VZ-02G). d.1) Pengamatan
di bawah nikol sejajar; d.2) pengamatan di
bawah nikol bersilang.
e. Urat kalsit yang menerobos urat kuarsa,
keduanya menunjukkan tekstur masif,
fasies CQ-BMQ (L-600-VZ-02E). e.1)
Pengamatan di bawah nikol sejajar; e.2)
pengamatan di bawah nikol silang.
Penjelasan Gambar 8 :
a. Pirit (Py), Galena (Gl), Sfalerit (Sp) (L-
600-fasies BMQ-GSQ);
b. Pirit dengan bentuk euhedral mulai
digantikan oleh kalkopirit (Cpy) (L-515-
fasies CQ-MCQ);
c. Sfalerit dan elektrum (El) muncul sebagai
inklusi dalam pirit yang hadir bersamaan
dengan kalkopirit, acanthite dan sfalerit
(L-600-fasies BMQ);
d. Elektrum coexist dengan mineral-mineral
sulfida lainnya, yaitu sfalerit, kalkopirit,
dan pirit. Mineral kalkopirit hadir
menggantikan mineral pirit (L-600-fasies
BMQ-GSQ);
e. Elektrum dan acanthite muncul sebagai
inklusi dalam pirit yang coexist dengan
elektrum dan sfalerit (L-600-fasies BMQ-
GSQ);
f. Mineral kalkopirit yang coexist dengan
sfalerit, acanthite, dan galena (L-600-
fasies BMQ);
g. Mineral elektrum dan acanthite dalam
bentuk butiran-butiran yang tersebar
muncul sebagai inklusi dalam mineral pirit
(L-600-fasies CQ-BMQ);
h. Elektrum coexist dengan mineral pirit,
sfalerit dan acanthite (L-700- fasies CQ).
4.3 Pengamatan Elektrum di Bawah
Mikroskop
Pada endapan emas epithermal Pongkor,
kehadiran elektrum dibagi dalam beberapa
tipe, yaitu : tipe-1 (elektrum hadir sebagai
inklusi dalam pirit), tipe-2 (elektrum hadir
sebagai inklusi dalam kalkopirit), tipe-3
(elektrum coexist dengan mineral-mineral
sulfida, khususnya pirit, kalkopirit, sphalerit,
galena, dan/atau mineral perak
sulfida/acanthite). Berikut ini adalah foto-foto
yang menunjukkan kemunculan elektrum pada
urat Ciurug dan hubungan elektrum dengan
mineral sulfida lainnya (Gambar 9).
4.4 Distribusi Ukuran Butir Elektrum Distribusi ukuran butir elektrum urat Ciurug
disajikan dalam bentuk histogram. Kehadiran
elektrum sangat umum sebagai inklusi pada
mineral pirit dan coexist dengan mineral-
mineral sulfida, sedangkan kehadiran elektrum
berupa inklusi pada kalkopirit sangat jarang
dan hanya pada lokasi tertentu (Gambar 10).
Juga dapat dilihat bahwa pada level 500 m
kebawah tidak ditemukan adanya elektrum.
Kehadiran elektrum sangat dominan sebagai
inklusi terutama pada pirit, karena kehadiran
mineral pirit yang muncul dari fasies awal
sampai akhir, sehingga ketika ada fluida yang
membawa elektrum, mineral pirit inilah yang
membantu mengendapkan elektrum dengan
cara menyerapnya. sedangkan tipe-2 jarang
terjadi dan hanya pada 1 lokasi saja.
Penyebabnya adalah kehadiran kalkopirit yang
baru muncul pada fasies GSQ bersama
mineral-mineral sulfida yang lainnya sehingga
elektrum tidak sempat untuk ter-inklusi dalam
kalkopirit karena sudah terlebih dahulu
mengendap bersama mineral-mineral sulfida
lainnya.
Jika dilihat dari statistik ukuran butir elektrum
maka, ukuran butir mineral elektrum umumnya
berkisar antara < 1 sampai 35 µm untuk
elektrum yang merupakan inklusi pada pirit.
Namun, ukuran butir elektrum dapat mencapai
ukuran 10 sampai 55 µm (fasies BMQ-GSQ,
level 600), jika elektrum berupa coexist
dengan mineral-mineral sulfida, sedangkan
ukuran butir elektrum rata-rata secara
keseluruhan berkisar dari 1 µm sampai 25 µm.
Pada endapan Ciurug ini, diperkirakan terdapat
2 zona, yaitu zona precious metal (logam
berharga) dan zona base metal (logam dasar).
Jarak transisi antara zona precious metal
(logam berharga) menuju zona base metal
(logam dasar) dapat mencapai ±200 m
(Gambar 11).
Zona precious metal (logam berharga),
ditandai dengan hadirnya elektrum dalam
jumlah yang tinggi, pirit, kalkopirit, sfalerit,
acanthite dan sedikit galena. Zona ini terdapat
pada level 600 m. Hal inilah yang menjadi
alasan kenapa pada level ini keberadaan
mineral elektrum sangat melimpah
dibandingkan lokasi lainnya. Pada level 515 m
kebawah (level 500 m, 300 m, dan 200 m),
Studi Distribusi Ukuran Butir Elektrum dan Asosiasi Mineralisasi Emas pada
Urat Ciurug, Pongkor, Indonesia
103
kehadiran elektrum mulai berkurang secara
signifikan dan terjadi peningkatan jumlah
mineral pirit, kalkopirit, sfalerit, galena dan
acanthite sampai akhirnya semakin ke bawah
(level 300 m dan 200 m), kehadiran mineral-
mineral sulfida ini mulai menghilang. Hal
inilah yang menandakan terjadinya masa
transisi dari zona precious metal (logam
berharga) menuju zona base metal (logam
dasar). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
zona precious metal pada urat Ciurug yang
kaya akan mineral elektrum terdapat pada level
600 m sampai level 515 bagian tengah, setelah
itu semakin kebawah, urat Ciurug akan
didominasi oleh mineral-mineral base metals.
DAFTAR PUSTAKA
1. Basuki, A., Sumanagara, D. A. and
Sinambela, D., 1994. The Gunung-
Pongkor gold-silver deposit, West Java,
Indonesia. J. Geochem. Explor ., 50 , 371
– 391.
2. Carlile, J. C. and Mitchell, A. H. G.,
1994. Magmatic arcs and associated gold
and copper mineralization in Indonesia.
Jour. Geochem. Explor., 50, 91–142.
3. Garwin, S., Hall, R. and Watanabe, Y.,
2005. Tectonic setting, geology, and
gold and copper mineralization in
Cenozoic magmatic arcs of Southeast
Asia and the West Pacific. Econ. Geol.
100th Anniversary Volume, 891-930.
4. Griffie, C., Bailly, L. and Milesi, J. P.,
2002. Supergene alteration of primary
ore assemblages from low-sulfidation
Au-Ag epithermal deposit at Pongkor,
Indonesia, and Nazareno, Peru. Econ.
Geol., 97, 561-571.
5. Milési, J. P., Marcoux, E., Sitorus, T.,
Simandjuntak, M., Leroy, J. and Baily,
L., 1999. Pongkor (West Java): A
Pliocene supergene-enriched epithermal
Au-Ag-(Mn) deposit. Mineral. Deposita,
34, 131–149.
6. Marcoux, E. and Milési, J. P., 1994.
Epithermal gold deposits in West Java,
Indonesia: Geology, age and crustal
source. Jour. Geochem. Explor., 50, 393–
408.
7. Park, C.F., Guilbert, J.M., 1986. The
Geology of Ore Deposits, W.H.Freeman
Company, New York.
8. Syafrizal, Imai, A., Motomura, Y., and
Watanabe, K., 2005. Characteristics of
Gold Mineralization at the Ciurug Vein,
Pongkor Gold-Silver Deposit, West Java,
Indonesia, Resource Geology vol.55
p.225-338.
9. Syafrizal, Imai, A., and Watanabe, K.,
2007. Origin of Ore-forming Fluids
Responsible for Gold Mineralization of
the Pongkor Au-Ag Deposit, West Java,
Indonesia: Evidence from Mineralogic,
Fluid Inclusion Microther-mometry and
Stable Isotope Study of Ciurug-Cikoret
Veins, Resource Geology vol.57 p.136-
149.
10. Warmada, I. W., Lehmann, B. and
Simandjuntak, M. , 2003. Polymetallic
sulfides and sulfosalts of the Pongkor
epithermal gold-silver deposit, West Java,
Indonesia. Canad. Mineral, 41, 185–200.
Syafrizal, Teti Indriati, Kendra Valentin
104
Gambar 1. Lokasi endapan Pongkor dan endapan emas epithermal lainnya di Jawa Barat, Indonesia
(modifikasi dari Milesi dkk., 1999 dalam Syafrizal dkk., 2005).
Gambar 2. Interpretasi unsur-unsur tektonik dan distribusi endapan Au atau Cu-Au yang utama di
Indonesia (Garwin dkk., 2005).
Gambar 3. Peta geologi regional yang menunjukkan batas-batas kaldera, sesar utama dan lokasi urat
pembawa emas (Milesi dkk., 1999 dalam Syafrizal dkk., 2007)
Studi Distribusi
Gambar 4. Peta geologi dan sistem vein di Pongkor (Milesi dkk., 1999 dalam Syafrizal dkk., 2007)
Gambar 5. Foto yang menunjukkan beberapa tekstur urat dan fasies mineralisasi yang mewakili urat
Ciurug. A) Tekstur urat kuarsa masif, fasies BMQ (L
menunjukkan tekstur banded, fasies CQ
colloform dan banded, fasies BMQ (L
colloform dan breksiasi, memiliki lapisan sulfida tipis berwarna hitam (1
VZ-01D); E) Tekstur kuarsa masif yang berbatasan dengan breksiasi hidrotermal, fasies BMQ
(L-600-VZ-01C); F) Tekstur masif, banded, colloform dari urat ku
Distribusi Ukuran Butir Elektrum dan Asosiasi Mineralisasi Emas
Urat Ciurug, Pongkor, Indonesia
. Peta geologi dan sistem vein di Pongkor (Milesi dkk., 1999 dalam Syafrizal dkk., 2007)
. Foto yang menunjukkan beberapa tekstur urat dan fasies mineralisasi yang mewakili urat
urat kuarsa masif, fasies BMQ (L-515-VZ-03E); B) Urat kuarsa-kalsit yang
menunjukkan tekstur banded, fasies CQ-BMQ (L-600-VZ-02E); C) Urat kuarsa dengan tekstur
colloform dan banded, fasies BMQ (L-600-VZ-02I); D) Urat kuarsa dengan tekstur masif, banded,
olloform dan breksiasi, memiliki lapisan sulfida tipis berwarna hitam (1-3 mm), fasies GSQ (L
01D); E) Tekstur kuarsa masif yang berbatasan dengan breksiasi hidrotermal, fasies BMQ
01C); F) Tekstur masif, banded, colloform dari urat kuarsa, BMQ fasies (L-600
Ukuran Butir Elektrum dan Asosiasi Mineralisasi Emas pada
ongkor, Indonesia
105
. Peta geologi dan sistem vein di Pongkor (Milesi dkk., 1999 dalam Syafrizal dkk., 2007)
. Foto yang menunjukkan beberapa tekstur urat dan fasies mineralisasi yang mewakili urat
kalsit yang
02E); C) Urat kuarsa dengan tekstur
02I); D) Urat kuarsa dengan tekstur masif, banded,
3 mm), fasies GSQ (L-600-
01D); E) Tekstur kuarsa masif yang berbatasan dengan breksiasi hidrotermal, fasies BMQ-GSQ
600-VZ-01F).
Syafrizal, Teti Indriati, Kendra Valentin
Gambar 6. Foto yang menunjukkan tekstur urat kuarsa dan fasies mineralisasi urat Ciurug serta hasil
mapping mineral. Warna hijau adalah lokasi keterdapatan elektrum. Warna putih adalah lokasi logam
dasar sulfida. A) Tekstur urat kuarsa masif dan banded, menunjukkan butiran mineral sulfida yang
tersebar, fasies BMQ (L-600-VZ-01B); B) Tekstur urat kuarsa banded dan colloform, fasies BMQ (L
515-VZ-02A); C) Tekstur kuarsa banded dan colloform, fasies CQ
kuarsa-kalsit banded dan breccia, fasies CQ (L
Gambar 7. Foto sayatan tipis yang menunjukkan tekstur urat kuarsa di bawah mikroskop.
Syafrizal, Teti Indriati, Kendra Valentin
. Foto yang menunjukkan tekstur urat kuarsa dan fasies mineralisasi urat Ciurug serta hasil
mapping mineral. Warna hijau adalah lokasi keterdapatan elektrum. Warna putih adalah lokasi logam
stur urat kuarsa masif dan banded, menunjukkan butiran mineral sulfida yang
01B); B) Tekstur urat kuarsa banded dan colloform, fasies BMQ (L
02A); C) Tekstur kuarsa banded dan colloform, fasies CQ-MCQ (L-515-VZ-01B); D
kalsit banded dan breccia, fasies CQ (L-515-VZ-01F).
. Foto sayatan tipis yang menunjukkan tekstur urat kuarsa di bawah mikroskop.
106
. Foto yang menunjukkan tekstur urat kuarsa dan fasies mineralisasi urat Ciurug serta hasil
mapping mineral. Warna hijau adalah lokasi keterdapatan elektrum. Warna putih adalah lokasi logam
stur urat kuarsa masif dan banded, menunjukkan butiran mineral sulfida yang
01B); B) Tekstur urat kuarsa banded dan colloform, fasies BMQ (L-
01B); D) Tekstur
. Foto sayatan tipis yang menunjukkan tekstur urat kuarsa di bawah mikroskop.
Studi Distribusi
Gambar 8. Foto-foto yang menunjukkan kenampakan mineral bijih di bawah mikroskop polarisasi
Gambar 9. Foto yang menunjukkan kemunculan elektrum dalam sampel sayatan poles urat Ciurug. a)
elektrum sebagai inklusi di dalam Pirit (L
Kalkopirit (L-600-VZ-1B); c). Elektrum berasosiasi
berasosiasi dengan Acanthite (L-
(L-600-VZ-1D); f). Elektrum coexist dengan Pirit, Sfalerit dan Acanthite (L
Distribusi Ukuran Butir Elektrum dan Asosiasi Mineralisasi Emas
Urat Ciurug, Pongkor, Indonesia
foto yang menunjukkan kenampakan mineral bijih di bawah mikroskop polarisasi
refleksi.
. Foto yang menunjukkan kemunculan elektrum dalam sampel sayatan poles urat Ciurug. a)
elektrum sebagai inklusi di dalam Pirit (L-600-VZ-1D); b). Elektrum muncul sebagai inklusi dalam
1B); c). Elektrum berasosiasi dengan Acanthite (L-600-VZ-1D); d). Elektrum
600-VZ-1D); e). Elektrum coexist dengan mineral Pirit dan Sfalerit
1D); f). Elektrum coexist dengan Pirit, Sfalerit dan Acanthite (L-600-VZ-
Ukuran Butir Elektrum dan Asosiasi Mineralisasi Emas pada
ongkor, Indonesia
107
foto yang menunjukkan kenampakan mineral bijih di bawah mikroskop polarisasi
. Foto yang menunjukkan kemunculan elektrum dalam sampel sayatan poles urat Ciurug. a)
1D); b). Elektrum muncul sebagai inklusi dalam
1D); d). Elektrum
1D); e). Elektrum coexist dengan mineral Pirit dan Sfalerit
-1D).
Syafrizal, Teti Indriati, Kendra Valentin
Gambar 10. Histogram yang menunjukkan asosiasi mineral elektrum pada urat Ciurug. Ket. : Tipe
(elektrum sebagai inklusi pada pirit), Tipe
(Elektrum coexist dengan pirit, kalkopirit, galena, sfalerit
Gambar 11. Model geologi endapan urat precious metal dan base metal (Bucha
Syafrizal, Teti Indriati, Kendra Valentin
Histogram yang menunjukkan asosiasi mineral elektrum pada urat Ciurug. Ket. : Tipe
(elektrum sebagai inklusi pada pirit), Tipe-2 (elektrum sebagai inklusi pada kalkopirit), Tipe
(Elektrum coexist dengan pirit, kalkopirit, galena, sfalerit, acanthite).
Gambar 11. Model geologi endapan urat precious metal dan base metal (Buchanan, 1981 dalam
Guilbert, 1986.
108
Histogram yang menunjukkan asosiasi mineral elektrum pada urat Ciurug. Ket. : Tipe-1
2 (elektrum sebagai inklusi pada kalkopirit), Tipe-3
nan, 1981 dalam
Studi Distribusi Ukuran Butir Elektrum dan Asosiasi Mineralisasi Emas pada
Urat Ciurug, Pongkor, Indonesia
109