studi deskriptif tentang kemampuan guru rumpun pai dalam...
TRANSCRIPT
STUDI DESKRIPTIF TENTANG KEMAMPUAN GURU
RUMPUN PAI DALAM MENERAPKAN 8 KETERAMPILAN
MENGAJAR BAGI GURU MTs MU’ALIMIN MU’ALIMAT
REMBANG TAHUN AJARAN 2010-2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh :
NINA RIFA’ATUL AZIZAH
NIM. 073111161
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nina Rifa’atul Azizah
NIM : 073111161
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 25 November 2011
Saya yang menyatakan,
Nina Rifa’atul Azizah
NIM: 073111161
INS
Jl. Prof. D
Naskah skripsi dengan:
Judul : Studi De
dalam Me
Mu’alimin
Nama : Nina Rifa
NIM : 07311116
Jurusan : Pendidika
Program Studi : Pendidika
telah diujikan dalam sidan
IAIN Walisongo dan dapa
sarjana dalam Ilmu pendid
Ke
Pen
Pemb
Nasirudin, M.Ag
NIP. 196910121996
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISO
FAKULTAS TARBIYAH Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan, Semarang, Telp. (024)76
7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN
di Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun
m Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Gu
alimin Mu’alimat Rembang
a Rifa’atul Azizah
111161
didikan Agama Islam
didikan Agama Islam
sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Ta
n dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
pendidikan Islam.
Semarang,
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris,
Penguji I, Penguji II,
Pembimbing I, Pembimbing II,
M.Ag Dra. Ani Hidayati, M
21996031002 NIP. 19611205 199303
LISONGO
024)7601295 Fax.
mpun PAI
agi Guru MTs
ltas Tarbiyah
peroleh gelar
yati, M.Pd
99303 2 001
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 25 November
2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Studi Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI
dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs
Mu’alimin Mu’alimat Rembang
Nama : Nina Rifa’atul Azizah
NIM : 073111161
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diujikan dalam sidang
Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Pembimbing I,
Nasirudin M.Ag
NIP. 196910121996031002
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 25 November
2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Studi Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI
dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs
Mu’alimin Mu’alimat Rembang
Nama : Nina Rifa’atul Azizah
NIM : 073111161
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diujikan dalam sidang
Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Pembimbing II,
Dra. Ani Hidayati, M.Pd
NIP. 19611205 199303 2 001
vi
ABSTRAK
Judul : Studi Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam
Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin
Mu’alimat Rembang Tahun Ajaran 2010-2011
Penulis : Nina Rifa’atul Azizah
NIM : 073111161
Skripsi ini membahas tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam
menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan guru tersebut dalam
menerapkan 8 keterampilan mengajar guru.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari data, informasi dan untuk
mengetahui tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan
mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan yang
dilaksanakan di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan data guru pada
rumpun mata pelajaran PAI dan untuk mengetahui kemampuan guru rumpun mata
pelajaran PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Datanya diperoleh
dengan menggunakan metode observasi dan metode dokumentasi. Setelah data
terkumpul maka dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu
analisis data diwujudkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan guru rumpun PAI di MTs
Mu’alimin Mu'alimat Rembang dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar sudah
cukup mampu menerapkan 8 keterampilan mengajar guru dengan rincian 84,4%
untuk kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya, 75% keterampilan
memberi penguatan, 68,8% keterampilan mengadakan variasi, 83,3% keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, 75% keterampilan menjelaskan, 62,5%
keterampilan mengelola kelas, 95% keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil dan 75% untuk keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir akademik dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada beliau junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang menjadikan dirinya suri tauladan serta contoh yang mulia
beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa menjaga kesucian jiwanya
hingga akhir hayat.
Dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan motivasi dalam
proses penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih terutama
kepada:
1. Dr. Sujai, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo semarang
beserta stafnya yang telah memberi izin penulisan skripsi ini.
2. Nasirudin, M.Ag. selaku pembimbing I dan Dra. Ani Hidayati, M.Pd selaku
dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga ditengah
kesibukannya yang taramat padat. Terimakasih atas nasehat, motivasi, dan
bimbingan yang sunguh tiada ternilai harganya. Mudah-mudahan Allah
membalas segala kebaikannya.
3. Semua dosen fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberi
penulis bekal ilmu yang begitu besar dengan penuh kesabaran dan pengertian.
4. H. Suyono, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
beserta staf dan siswa-siswanya, yang telah berkenan memberi izin untuk
melaksanakan penelitian.
5. Bapak dan Ibu guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang selaku
guru mata pelajaran Fiqih, Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits dan Sejarah
Kebudayaan Islam yang telah membantu dalam proses penelitian.
viii
6. Ayahanda Damsiri S.H dan ibunda Sri Sarinastuti S.H yang selalu mencurahkan
kasih sayang dan selalu memberi semangat. Terimakasih atas jasa-jasamu yang
takkan pernah aku lupakan. Doamu selalu kuharapkan dalam setiap langkahku.
7. Kakakku Effi Hajrah Nurbaiti dan adik-adikku (M. Misbahul Munir dan Marsi
Ningsih (almh) yang selalu memberi kebahagiaan dan keceriaan dalam
kehidupanku.
8. Teman-temanku senasib seperjuangan (PAID 07) Mb Umi, Ulya, Hanik, Rizki
dan mb’ nurul yang menemaniku dalam studi baik dalam suka maupun duka.
9. Teman-teman kos J.30 dan I.32, mba’ fida, mb’ elis, mb’ nely, dewi, de’ isti, dan
de’ nur dan lain-lain. Kita selalu hidup bersama baik suka maupun duka di kos
tercinta.
10. Semua pihak yang mungkin belum dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
dalam lembar ini karena keterbatasan yang ada.
Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, penulis hanya bisa
berdo’a semoga bantuan dan bimbingan dari semua pihak menjadi amal ibadah yang
diterima disisi Allah SWT, dan semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.
Skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang
berharga dan bermanfaat pada diri sendiri khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya serta memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan di IAIN Walisongo
Semarang khususnya dalam ilmu Tarbiyah, dan bagi kita semua yang membacanya,
Amiin ya Rabbal ‘Alamin. Semarang, 25 November 2011
Penulis
Nina Rifa’atul Azizah
NIM. 073111161
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….. i
PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………………………………… ii
PENGESAHAN………………………………………………………………………….. iii
NOTA PEMBIMBING………………………………………………………………….. iv
ABSTRAK……………………………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….... vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ix
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………… 5
BAB II : LANDASAN TEORI............................................................................... 7
A. Kajian Pustaka………………………………………………………. 7
B. Kemampuan Guru PAI........................................................................ 10
1. Pengertian Guru PAI...................................................................... 10
2. Peran Guru PAI.............................................................................. 18
3. Tugas Guru PAI............................................................................. 22
C. 8 Keterampilan Mengajar Guru........................................................... 24
1. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru................................... 24
2. Jenis-jenis 8 Keterampilan Mengajar Guru................................ 26
a. Keterampilan Bertanya......................................................... 26
b. Keterampilan Memberi Penguatan....................................... 32
c. Keterampilan Mengadakan Variasi....................................... 36
d. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran.................. 38
e. Keterampilan Menjelaskan.................................................... 41
f. Keterampilan Mengelola Kelas............................................. 43
g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.......... 46
h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.....49
10
BAB III : METODE PENELITIAN........................................................................ 54
A. Jenis Penelitian………………………………………………………. 54
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….. 54
C. Sumber Penelitian…………………………………………................ 55
D. Fokus Penelitian………………………………………………........... 55
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….. 56
F. Teknik Analisis Data………………………………………………… 57
BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN............................................... 60
A. Gambaran Umum MTs Mu’alimin
Mu’alimat
Rembang……………………………..................................................60
1. Tinjauan Historis............................................................................ 60
2. Letak Geografis.............................................................................. 62
3. Visi dan Misi................................................................................... 63
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta didik.................................. 63
5. Sarana dan Prasarana...................................................................... 65
B. Analisis Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8
Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin
Mu’alimat
Rembang..............................................................................................67
BAB V : PENUTUP................................................................................................. 77
A. Kesimpulan………………………………………………………....... 77
B. Saran ………………………………………………………………… 77
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DARTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh panutan, dan identitas
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin.1 Kedudukan guru mempunyai arti penting
dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab
guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Kerangka
berpikir yang demikian menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya
dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam
menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif.2 Di antaranya adalah
keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Interaksi edukatif,
yaitu suatu interaksi antara guru dan siswa yang diikat oleh tujuan yang
mengandung nilai-nilai tinggi (keutamaan) dalam arti dapat mengeluarkan
dan mengembangkan potensi pikir, rasa, karsa, karya, cipta dan budi nurani
sebagai satu kesatuan yang utuh serta harmonis.3
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu rumpun bidang studi
di MTs, salah satunya di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Di MTs
tersebut terdapat empat guru mata pelajaran PAI, yaitu guru mata pelajaran
Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih dan SKI. Tujuan dari pembelajaran
PAI merupakan terbentuknya pribadi muslim yang cerdas dalam berfikir,
1 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 37.
2 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 99.
3 Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
hlm. 18.
2
bersikap dan bertindak. Dalam hal ini menguasai pengetahuan yang luas
yaitu membentuk manusia agamis yang berakhlakul karimah, menanamkan
aqidah keimanan, berbudi pekerti yang baik untuk menjadi manusia yang
taqwa kepada Allah SWT. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat berbagai
komponen yang saling berkait dan saling mempengaruhi, di antaranya adalah
guru. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa guru adalah sebagai salah
satu komponen pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam
pencapaian tujuan pendidikan khususnya guru Pendidikan Agama Islam.4
Kemampuan cara mengajar di depan kelas masih kurang dimiliki
guru-guru. Selama ini pembelajaran yang berlangsung di sekolah cenderung
menunjukkan guru lebih banyak ceramah, media belum dimanfaatkan,
pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kegiatan belajar kurang
bervariasi. Pembelajaran yang demikian ini tidak menunjukkan apapun
mengenai upaya dari gurunya, hanya menghabiskan waktu dan anggaran
tanpa kemajuan yang berarti. Pembaharuan dalam bidang pendidikan harus
dimulai dari bagaimana anak belajar dan bagaimana cara guru mengajar,
bukan dari ketentuan-ketentuan hasil. Mutu pendidikan menekankan pada
cara guru melaksanakan pembelajaran peserta didik aktif dan bermakna yaitu
pembelajaran komunikatif (communicative approach) dan pembelajaran yang
berorientasi pada lingkungan.5 Belajar diartikan sebagai suatu proses yang
terjadi karena adanya usaha untuk melakukan perubahan terhadap diri
manusia, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa
pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.6
4 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),
hlm. 99.
5 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm. 164-165.
6 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 166.
3
Kompetensi yang harus dimiliki setiap calon guru salah satunya
adalah kemampuan melaksanakan program pengajaran yang merupakan
salah satu kriteria keberhasilan pendidikan prajabatan guru, maka perlu ada
semacam instrumen penilaian yang dapat mengungkapkan aspek-aspek
keterampilan yang sifatnya dasar dan umum. Bersifat dasar artinya
keterampilan itu merupakan prasyarat bagi pelaksanaan tugas-tugas mengajar
dan mendidik secara efektif, sedangkan bersifat umum menunjukkan
kenyataan bahwa aspek-aspek keterampilan tersebut relatif paling sering
dipersyaratkan terlepas dari jenjang kelas, murid, dan jenis bidang
pengajaran yang sedang disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar.7
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat
melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di samping itu,
keterampilan dasar mengajar merupakan syarat mutlak agar guru bisa
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang akan dibahas
pada bab selanjutnya.8
Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan
merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang
dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf
perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber
dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran. Mengajar
bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan
pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks dan integratif dari sejumlah
keterampilan untuk menyampaikan pesan terhadap seseorang. Agar seorang
7 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm.
119.
8 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 33.
4
guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang
keahliannya, diperlukan tingkat keahlian yang memadai. 9
Sudah dijelaskan di atas bahwa, keterampilan mengajar diperlukan
bagi seorang guru. Keterampilan mengajar juga sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi
penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup
pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta
mengajar kelompok kecil dan perorangan.10 Beberapa keterampilan di atas
dapat dikatakan sebagai 8 keterampilan mengajar yang harus dimiliki
seorang guru.
Menerapkan 8 keterampilan merupakan keterampilan yang harus
dikuasai guru dalam pembelajaran. Karena menerapkan 8 keterampilan itu
bisa dikatakan juga sebagai sebuah metode bagi seorang guru, khususnya
guru mata pelajaran PAI dalam proses belajar-mengajar, dengan tujuan untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dan untuk
mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun dan penuh
partisipasi.11 Selain itu, dengan memiliki keterampilan mengajar guru dapat
mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada
peningkatan kualitas lulusan sekolah.12 Berdasarkan atas latar belakang itulah
yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang “Studi
Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8
Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang”.
9 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hlm. 14-17.
10 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 69.
11 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 78.
12 Hamzah B. Uno, Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 168.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8
Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mencari data, informasi dan untuk
mengetahui tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8
keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori dan penelitian
sesuai dengan tema dan judul skripsi. Utamanya pada masalah “Studi
Deskriptif Tentang Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8
Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
pada Tahun Ajaran 2010-2011”.
b. Secara Praktis
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan dan masukan serta informasi tentang sejauh
mana kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8
keterampilan mengajar.
2. Bagi peserta didik
Diharapkan para peserta didik dapat belajar lebih efektif dan
efisien dan tidak merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan
6
guru, setelah guru khususnya guru rumpun PAI menerapkan 8
keterampilan mengajar.
3. Bagi guru
Memberikan masukan pada guru mengenai pentingnya
penerapan 8 keterampilan mengajar bagi guru khususnya pada guru
rumpun PAI.
4. Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru yang
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Skripsi “Pengaruh Persepsi Siswa pada Keterampilan Mengajar Guru Aqidah
Akhlak terhadap Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTs Negeri Kudus”,
oleh Anifah (2009), hasil dari penelitian ini adalah Persepsi Siswa pada
Keterampilan Mengajar Guru Aqidah Akhlak Siswa MTs Kudus Tahun
Pelajaran 2008/2009, adalah tergolong baik, Hasil Belajar Aqidah Akhlak
Siswa MTs Negeri Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009 juga sangat baik dan
ada Pengaruh positif Persepsi Siswa pada Keterampilan Mengajar Guru
Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTs Negeri
Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009.1 Antara judul skripsi ini dengan judul
skripsi peneliti sendiri ada kesamaan. Kesamaannya, sama-sama membahas
tentang keterampilan mengajar seorang guru. Skripsi dari peneliti menjelaskan
tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan
mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Oleh karena itu
peneliti mengambil judul skripsi di atas, karena ada kesamaan antara kedua
skripsi tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang keterampilan atau
kemampuan mengajar guru.
Di samping terdapat persamaan antara judul skripsi ini dengan judul
skripsi peneliti, terdapat juga perbedaan antara kedua judul skripsi tersebut.
Perbedaannya, judul pada skripsi ini termasuk penelitian kuantitatif,
sedangkan judul pada skripsi peneliti termasuk penelitian kualitatif. Judul
pada skripsi ini membahas tentang Pengaruh Persepsi Siswa pada
Keterampilan Mengajar Guru Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Aqidah
1Anifah, Pengaruh Persepsi Siswa pada Keterampilan Mengajar Guru Aqidah Akhlak
terhadap Hasil Belajar Siswa MTs Negeri Kudus, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
8
Akhlak Siswa MTs Negeri Kudus. Sedangkan judul skripsi peneliti
menjelaskan tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8
keterampilan mengajar. Jadi, judul pada skripsi ini lebih ditekankan pada
siswanya atau pengaruh persepsi siswa tersebut pada keterampilan mengajar
guru terhadap hasil belajar siswa tersebut. Sedangkan pada judul skripsi
peneliti di sini lebih ditekankan pada guru tersebut, yaitu kemampuan guru
tersebut dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar.
2. Skripsi “Keterampilan Guru dalam Melatih Kecerdasan Emosional Siswa di
TK An-Nur Tugurejo Tugu Semarang”, oleh Anton Sutikno (2008), hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Keterampilan Guru Melatih Kecerdasan
Emosional dilatihkan melalui langkah-langkah: kemandirian, kedisiplinan,
pendampingan, menumbuhkan persahabatan antar teman dan orang lain,
mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan dan
belajar bergaul dengan teman dan orang lain.2 Judul dari skripsi peneliti
sendiri adalah Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8
Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’limat Rembang.
Antara judul skripsi ini dengan judul skripsi peneliti ada persamaannya, yaitu
sama-sama menjelaskan tentang keterampilan seorang guru. Oleh karena itu
peneliti mengambil judul skripsi di atas, karena ada kesamaan antara kedua
skripsi tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang keterampilan seorang guru
atau kemampuan guru dalam mengajar.
Selain ada persamaan antara kedua judul skripsi, terdapat pula
perbedaan di dalamnya. Perbedaannya, pada judul skripsi ini membahas
tentang bagaimana keterampilan guru dalam melatih kecerdasan emosional
siswa. Dan keterampilan guru di sini belum dijelaskan keterampilan yang
seperti apa yang digunakan guru tersebut dalam melatih kecerdasan emosional
2 Anton Sutikno, Keterampilan Guru dalam Melatih Kecerdasan Emosional Siswa di TK An-
Nur Tugurejo Tugu Semarang, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang, 2008).
9
siswa. Sedangkan yang terdapat pada judul skripsi peneliti sudah dijelaskan
keterampilan yang akan digunakan. Keterampilan yang dijelaskan
menggunakan 8 keterampilan mengajar guru, yang meliputi keterampilan
bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan
variasi, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
menjelaskan, keterampilan mengelola kelas, keterampilan membimbing
diskusi, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Kedua
judul skripsi di atas guru sama-sama memberi keterampilan pada siswa. Tapi
yang membedakannya, kalau judul skripsi ini guru memberikan keterampilan
pada siswa TK, sedangkan pada judul skripsi peneliti guru tersebut
memberikan keterampilan pada siswa MTs.
3. Skripsi “Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar Guru dan Pengaruhnya
terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh di Kelas V MI
Thariqatul Islamiyah Luwang Tayu Pati”, oleh Susmiyati (2009), hasil dari
penelitian ini adalah Persepsi Siswa tentang Cara Mengajar Guru PAI di MI
Thariqatul Islamiyah Luwang Tayu Pati Tahun Pelajaran 2008/2009
berdasarkan hitungan sudah cukup baik, motivasi belajar Fiqh Siswa juga baik
dan ada Pengaruh Positif dari Persepsi Siswa tentang Cara Mengajar Guru
terhadap Motivasi Siswa Kelas V MI Thariqatul Islamiyah Luwang Tayu Pati
Tahun Ajaran 2008/2009.3 Skripsi ini dan skripsi dari peneliti sendiri dengan
judul Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan
Mengajar Bagi Guru MTs Mu’limin Mu’alimat Rembang, juga ada kesamaan,
yaitu sama-sama meneliti tentang kemampuan guru. Karena menurut peneliti,
cara mengajar guru sama dengan kemampuan guru dalam mengajar. Oleh
karena itu peneliti mengambil judul skripsi di atas, karena ada kesamaan
3 Susmiyati, Persepsi Siswa tentang Cara Mengajar Guru dan Pengaruhnya terhadap
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh di Kelas V MI Thoriqotul Islamiyah Luwang Tayu
Pati, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang, 2009).
10
antara kedua skripsi tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang kemampuan
seorang guru atau cara mengajar guru.
Di samping terdapat persamaan antara judul skripsi ini dengan judul
skripsi peneliti, terdapat juga perbedaan antara kedua judul skripsi tersebut.
Perbedaannya, judul pada skripsi ini termasuk penelitian kuantitatif,
sedangkan judul pada skripsi peneliti termasuk penelitian kualitatif. Judul
pada skripsi ini membahas tentang Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar
Guru dan Pengaruhnya terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Fiqh di Kelas V MI Thariqatul Islamiyah Luwang Tayu Pati. Sedangkan judul
skripsi peneliti menjelaskan tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam
menerapkan 8 keterampilan mengajar. Jadi, judul pada skripsi ini lebih
ditekankan pada persepsi atau pendapat siswa tersebut tentang cara mengajar
guru dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa tersebut. Sedangkan
pada judul skripsi peneliti di sini lebih ditekankan pada guru tersebut, yaitu
kemampuan guru tersebut dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar.
B. Kerangka Teoritik
1. Kemampuan Guru PAI
a. Pengertian Guru PAI
Sebelum menjelaskan tentang pengertian guru PAI, perlu dijelaskan
terlebih dulu apa pengertian dari guru dan PAI. Dalam pengertian yang
sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didik. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.4 Pengertian dari guru menurut istilah inggris adalah
4 Syuaiban Muhammad, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 7.
11
The teacher is “learned”. He should know more than his students. However,
he recognizes that he does not know everything, and he is mainly a learner.
The teacher is an example tohis students. Yet, he also makes mistakes; he is
human. The teacher should be objective, but the teacher student relationship
is so close that it often may be difficult to be objective”.5 Arti seorang guru
menurut istilah inggris tersebut adalah guru sebagai seorang pengajar, dia
harus tahu lebih banyak daripada muridnya, akan tetapi dia mengakui atau
sadar bahwa dia tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia adalah seorang
pengajar yang utama. Guru adalah contoh bagi muridnya. Namun, dia juga
membuat kesalahan, dia adalah manusia, guru harus objektif, tetapi
hubungan antara guru dengan murid mempunyai hubungan yang lebih dekat
sehingga mungkin sulit objektif. Sedangkan guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di
masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya. Guru memang
menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang
menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur
guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik
mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Selain itu, agar guru mempunyai citra yang baik di masyarakat, maka
guru tersebut dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat
terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari,
apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru
meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi
arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru
5 Earl, V. Pollias and James D. Young, Teacher Many Thing, (USA: Fawself, 1998), hlm. 14.
12
berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-
temannya serta anggota masyarakat.6
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru
diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas memang
berat. Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung
jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah.
Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara kelompok
(klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut
guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak
didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah.7
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan sikap
merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Kualitas pengajaran sangat
tergantung dari cara menyajikan materi yang harus dipelajari. Selain itu,
bagaimana cara guru menggunakan peneguhan, bagaimana cara guru
mengaktifkan siswa supaya berpartisipasi dan merasa terlibat dalam proses
belajar, dan bagaimana cara guru memberikan informasi kepada siswa
tentang keberhasilan mereka, merupakan cara-cara yang biasa disampaikan.
Semua hal tersebut menuntut keterampilan didaktik guru.8
6 Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm.42-43.
7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 31-32.
8 Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 11.
13
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan. Tugas utama itu akan efektif jika guru
memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi,
kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau
norma etik tertentu.9
Sesuai dengan yang disebutkan di atas, bahwa guru adalah pendidik
profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para
orang tua. Para orang tua tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti
telah melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini mengisyaratkan
bahwa mereka tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang
guru, karena tidak sembarang orang bisa menjadi guru. Guru juga dapat
diartikan sebagai orang yang kerjanya mengajar. Karena mengajar
merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya.10
Namun pada dasarnya setiap orang adalah guru, contoh yang digugu
dan ditiru.11 Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami
kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati
anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-
masing anak.12 Keberhasilan siswa dalam pelajaran adalah hasil dari
seberapa baik guru merancang cara memberikan pelajaran dan mengecek
kemampuan siswa menguasai pelajaran tersebut.13
9 Sudarman Danim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 17.
10 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group,
2008), hlm.127.
11 Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif, (Bandung, Mizan, 2009), hlm. 18.
12 Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif, hlm. 20.
13 Harry K. Wong dan Rosemary T. Wong, Menjadi Guru Efektif The First Days of School,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 14.
14
Guru adalah sosok penting yang cukup menentukan dalam proses
pembelajaran. Walaupun sekarang ini ada berbagai sumber belajar
alternative yang lebih kaya, seperti buku, jurnal, majalah, internet, maupun
sumber belajar lainnya, tetapi guru tetap menjadi kunci untuk optimalisasi
sumber-sumber belajar yang ada. Guru tetap menjadi sumber belajar yang
utama. Tanpa guru, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan
maksimal. Guru merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak
ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam
proses pembelajaran dalam makna luas, toleran dan senantiasa berusaha
menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik. Secara prinsip,
mereka yang disebut sebagai guru bukan hanya mereka yang memiliki
kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh lewat jenjang pendidikan
di perguruan tinggi saja, tetapi yang terpenting adalah mereka yang
mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain
pandai dalam ukuran kognitif, afektif dan psikomotorik.14
Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup. Guru harus memiliki berbagai
keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode
etik guru, dan sebagainya. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran
akan tetapi mengayomi murid untuk lebih baik dan maju. Guru selalu
mengembangkan dirinya terhadap ilmu pengetahuan dan mendalami
keahliannya.15 Tetapi guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya
mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga
harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik
14 Wardono Jaka Rimba, “Keteladanan Guru PAI”, dalam http:// blogspot. Com/2011/06.
html, diakses 26 Oktober 2011.
15 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2007),hlm. 5-7.
15
jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat
pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat
menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam
kehidupannya sebagai objek semata yang harus patuh kepada kehendak dan
kemauan guru.16
Setelah membahas mengenai pengertian guru, kemudian akan dibahas
mengenai pengertian pendidikan agama atau pendidikan agama Islam.
Pengertian dari pendidikan menurut istilah inggris “Education is a process of
instilling something into human being”.17 Arti pendidikan dari istilah Bahasa
Inggris tersebut adalah pedidikan itu sebuah proses untuk memprogram
sesuatu ke dalam diri manusia. Maksud dari arti tersebut adalah pendidikan
itu suatu yang selalu berubah-ubah sesuai kondisi untuk menjadikan sesuatu
agar dapat diterima manusia menjadi hal-hal yang manusiawi. Jadi intinya
yang dimaksud dengan pendidikan adalah memanusiakan manusia supaya
lebih memiliki adab dan perubahan perilaku yang baik melalui suatu proses.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk membangun aspek keimanan dan
ketakwaan dan menjadi usaha-usaha sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.18
Sedangkan pengertian dari pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam meyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan
tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa. Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara
16
Soetjipto, Profesi Keguruan, hlm. 50.
17 Syed Muhammad Naquib, The Concept of Education in Islam, (Kuala Lumpur Malaisiya:
Art Printing Works, 1931), hlm. 13.
18 Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: t.p.,
2005), hlm. 39.
16
keseluruhan dalam lingkup Al-Qur’an dan al-hadits, keimanan, akhlak,
fiqh/ibadah, dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama
manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa
hablun minannas).Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.19
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena
itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya
haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan
melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga
dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik
yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat
kelak. Jadi, pendidikan agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan
bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan pimpinan untuk membantu
mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian
utama sesuai dengan ajaran agama.20
19
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130-132.
20 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, hlm. 135-138.
17
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah terdiri atas empat
mata pelajaran, yaitu Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah
Kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah
yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik
sendiri-sendiri. Al-Qur’an Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis
yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual,
serat mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek
akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan
keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-
nilai al-asma’ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk
melaksanakan akhlak untuk terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari. Aspek fikih menekankan pada kemampuan cara
melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek sejarah
kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi,
dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek
dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban
Islam.21
Jadi dapat disimpulkan, bahwa pengertian dari guru PAI adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif,
maupun potensi psikomotorik. Guru PAI juga berarti orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaan,
serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah.
21
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (ttp: t.p., 2008), hlm. 48-49.
18
Di samping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu
yang mandiri.22
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Q.S. Ali ‘Imran: 164
ô‰s)s9 £ tΒ ª!$# ’n? tã tÏΖÏΒ ÷σ ßϑø9 $# øŒ Î) y]yè t/ öΝ Íκ� Ïù Zωθ ß™u‘ ôÏiΒ ôΜÎγ Å¡ à�Ρr& (#θ è=÷Gtƒ öΝ Íκö� n=tæ
ϵÏG≈ tƒ# u öΝ Íκ� Åe2t“ ãƒuρ ãΝ ßγ ßϑÏk=yè ムuρ |=≈tGÅ3ø9 $# sπyϑò6 Ïtø: $# uρ β Î)uρ (#θ çΡ% x. ÏΒ ã≅ ö6 s% ’Å∀s9
9≅≈n=|Ê A Î7•Β ∩⊇∉⊆∪ )رة JK : انNOP ٣ال .(
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al
kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu,
mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Ali ‘Imran: 164).23
b. Peran Guru PAI
Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam tumbuh kembang
seorang anak. Keberhasilan seorang anak saat dewasa apakah dia akan
menjadi orang yang baik atau jahat, pintar atau bodoh, sukses atau
gagal, dipengaruhi oleh didikan guru mereka, selain didikan keluarga
dan pengaruh lingkungannya. Tidak ada seorang tokoh pun di dunia ini
yang ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Dia tidak akan
berhasil menjadi politikus andal, ilmuwan yang pintar, tentara yang
gagah berani, dan sebagainya, kecuali sebelumnya dia belajar banyak
dari seorang guru. Bahkan, Rasulullah SAW pun mengawali masa
kecilnya dalam bimbingan seorang guru, sekaligus ibu susunya, yaitu
22
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, hlm. 128.
23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Q.S. Ali ‘Imran: 164, (Bandung:
Jumanatul ‘Ali-Art, 2005), hlm. 71.
19
Halimatus Sa’diyah. Halimahlah yang mengajarkan kepada Rasulullah
tentang cara bertutur kata dan bersikap baik.24
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu,
guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama
dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan
memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-
perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar,
strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam
mengelola proses belajar-mengajar.
Guru juga berperanan sebagai pengelola proses belajar-mengajar,
bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-
mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar,
mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-
tujuan pendidikan yang mereka capai.25 Untuk membangun sebuah
lingkungan belajar bagi anak, diperlukan kemampuan guru dalam
menciptakan suasana yang kondusif sehingga anak dapat belajar dengan
menyenangkan. Lingkungan belajar yang dibangun, hendaklah dapat
merangsang minat dan memfasilitasi kegiatan belajar anak.26
Guru agama sebagai pengemban amanah pembelajaran Pendidikan
Agama Islam haruslah orang yang memiliki pribadi yang saleh. Hal ini
merupakan konsekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak
24
Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif, hlm. 16-17.
25 Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, hlm. 11-12.
26 Rita Mariyana, dkk., Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), hlm. 138.
20
didiknya menjadi anak saleh. Seorang guru agama sebagai penyampai
ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati peserta didik
sehingga semakin dekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya
sebagai khalifah di bumi ini. Semua ini tercermin melalui perannya
dalam sebuah proses pembelajaran, sebagai berikut:
1. Peran pendidik sebagai pembimbing
Peran pendidik sebagai pembimbing sangat berkaitan erat
dengan praktik keseharian. Untuk dapat menjadi seorang
pembimbing, seorang pendidik harus mampu memperlakukan para
peserta didik dengan menghormati dan menyayangi (mencintai).
Selain menghormati dan menyayangi peserta didik, pendidik juga
harus mampu dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta
didik dan mampu dalam mengatasi masalah yang ada pada peserta
didik.
Seorang guru untuk mengembangkan potensi pada peserta
didik, dengan cara memberikan kemudahan belajar bagi seluruh
peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan
menyenangkan.27 Dalam proses belajar mengajar, peserta didik pasti
mengalami masalah pada saat menerima pelajaran. Misalnya, peserta
didik lamban belajar atau peserta didik mengalami kesulitan dalam
memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk kompetensi, dan
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.28 Oleh karena itu,
guru yang berperan sebagai pembimbing peserta didik harus mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan mengatasi
27 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 36.
28 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 121.
21
masalah yang dialaminya, dengan tujuan untuk keberhasilan belajar
peserta didik.
2. Peran pendidik sebagai model
Dalam aktivitas dan proses pembelajaran, termasuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas ataupun di luar kelas memberikan kesan
segalanya berbicara terhadap siswa. Dengan demikian, tutur kata,
sikap, cara berpakaian, penampilan, alat peraga, cara mengajar, dan
gerak-gerik pendidik selalu diperhatikan oleh siswa. Tindak-tanduk,
perilaku, bahkan gaya pendidik dalam mengajar pun akan sulit
dihilangkan dalam ingatan setiap siswa.
Karakteristik pendidik selalu diteropong dan sekaligus
dijadikan cermin oleh siswa-siswanya. Baik itu karakter yang baik
seperti, kedisiplinan, kejujuran, keadilan dan kebersihan. Maupun
karakter yang jelek seperti, pendidik yang sering berlaku curang
kepada siswa, tidak akan berhasil dalam mendidik kejujuran kepada
siswa. Pendidik yang jorok tidak akan berhasil mengajarkan siswa
untuk hidup bersih. Pendidik yang tidak disiplin tidak akan berhasil
mengajarkan kedisiplinan.
3. Peran pendidik sebagai penasihat
Seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau emosional
dengan para siswa yang diajarnya. Dalam hubungan ini pendidik
berperan aktif sebagai penasihat. Peran pendidik bukan hanya
sekedar menyampaikan pelajaran di kelas lalu menyerahkan
sepenuhnya kepada siswa dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikannya tersebut. Namun, lebih dari itu, ia juga harus
22
mampu memberi nasihat bagi siswa yang membutuhkannya, baik
diminta ataupun tidak.29
c. Tugas Guru PAI
Selain sebagai aktor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan,
seorang guru juga memiliki tugas yang harus dilakukan sebagai seorang
guru kepada peserta didiknya, yaitu Pertama, guru bertugas sebagai
seorang pendidik, dengan mendidik murid-murid sesuai dengan materi
pelajaran yang diberikan kepadanya. Kedua, guru juga seorang
pemimpin kelas. Karena itu harus bisa menguasai, mengendalikan, dan
mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang
berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis,
egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan. Ketiga, guru sebagai
fasilitator, guru memfasilitasi murid untuk menemukan dan
mengembangkan bakatnya secara cepat dengan cara guru memberikan
bimbingan, arahan, dan visi hidup ke depan, sehingga anak didik
bersemangat mencari bakat unik dan potensi terbesarnya demi meraih
impian hidup di masa depan. Keempat, guru sebagai motivator, seorang
guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan
anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya. Ketika anak
didiknya mengantuk di dalam kelas, tidak semangat, dan keletihan
menerima pelajaran dari pagi sampai siang, guru yang cerdas akan
mampu membaca situasi ini. Ia akan menyegarkan dulu pikiran anak
didik dengan cerita dan motivasi hidup orang-orang sukses, setelah itu
baru melanjutkan pelajaran dengan tenang dan energik. Kelima, guru
sebagai administrator, dalam mengajar guru harus mengabsen terlebih
dahulu, mengisi jurnal kelas dengan lengkap mulai dari nama, materi
29
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003), hlm. 93-96.
23
yang disampaikan, kondisi siswa, dan tanda tangan. Ia juga membuat
laporan berkala sesuai dengan sistem administrasi sekolah. Keenam,
guru sebagai evaluator, sebaik apapun kualitas pembelajaran pasti ada
kelemahan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Di sinilah
pentingnya evaluasi seorang guru. Dengan evaluasi ini, guru diharapkan
lebih baik dalam segala hal, kapasitas intelektualnya, integritas
kepribadiannya, pendekatan metodologi pengajarannya yang lebih
segar, progresif, aktual dan performance yang lebih menarik dan
energik.30
Selain dari penjelasan di atas, guru diharapkan juga harus mempunyai
beberapa kompetensi atau kemampuan yang dimiliki seorang guru, yaitu
Pertama, kompetensi pedagogik. Kompetensi ini terdiri atas lima
subkompetensi, yaitu: memahami peserta didik secara mendalam,
merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
merancang dan mengevaluasi pembelajaran, dan mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. Kedua,
kompetensi kepribadian. Kompetensi ini terdiri dari lima
subkompetensi, yaitu: kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif,
berwibawa, dan berakhlak mulia. Ketiga, kompetensi sosial.
Kompetensi ini memiliki tiga subranah, yaitu: mampu berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, mampu berkomunikasi
secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan dan
mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat luar. Keempat, kompetensi profesional.
Kompetensi ini terdiri dari dua subranah, yaitu: menguasai substansi
30
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 39-54.
24
keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial:
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren
dengan materi ajar dan menguasai struktur dan metode keilmuan
memiliki indikator esensial meguasai langkah-langkah penelitian dan
kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.31
Dengan keempat kompetensi yang dimiliki guru tersebut, diharapkan
guru dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang guru kepada peserta
didiknya dalam proses belajar-mengajar. Agar mendapatkan hasil
maksimal, sesuai yang diharapkan baik dari guru sendiri maupun peserta
didiknya.
2. 8 Keterampilan Mengajar Guru
a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru
Keterampilan atau terampil adalah telaten, cekatan dan rapi dalam
melakukan sesuatu.32 Sedangkan pengertian dari mengajar adalah sebuah
keterampilan, sebuah seni yang harus dipelajari.33 Mengajar merupakan
suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan
informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan
harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada
seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidak
sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliput seluruh
kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Atau dapat
diartikan mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus),
bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses
31
Sudarman Danim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, hlm. 22-24.
32 M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 757.
33 Harry K. Wong dan Rosemary T. Wong, Menjadi Guru Efektif The First Days of School,
hlm.11.
25
belajar.34 Mengajar juga merupakan suatu proses mentransfer
pengetahuan, nilai dan keterampilan serat mengembangkan semua potensi
anak. Di sini kegiatannya termasuk menciptakan situasi belajar,
mengorganisasi lingkungan, menumbuhkan kegiatan belajar,
membimbing, mentransfer kebudayaan serta menanamkan nilai-nilai
keutamaan.35
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau
ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping dia harus
menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar
mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk
keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar.36 Keterampilan mengajar
merupakan kompetensi profesional yang kompleks, sebagai integrasi dari
berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney
mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi
penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup
pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta
mengajar kelompok kecil dan perorangan.37 Keterampilan itu adalah sama
halnya dengan kemampuan. Mengajar itu sama halnya dengan
menyampaikan ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Sedangkan
guru sendiri berperan sebagai pendidik. Jadi keterampilan mengajar guru
34
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), hlm. 11-13.
35 Chabib Thoha, PBM-PAI di Sekolah, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 1998), hlm. 222.
36 Purjatifis, “Keterampilan Dasar Mengajar”, dalam http://www. blogspot. com/, diakses 26
Oktober 2011.
37 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 69.
26
adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam mengajar dituntut
memiliki sebuah keterampilan atau kemampuan pada saat guru tersebut
mengajar menyampaikan ilmu pengetahuan. Dengan tujuan agar peserta
didik pada saat proses belajar-mengajar dan pada saat peserta didik
menerima pelajaran, mereka tidak merasa jenuh atau bosan dan juga tidak
tidur di dalam kelas. Oleh sebab itu, seorang guru benar- benar
diharapkan dapat memiliki sebuah keterampilan atau kemampuan untuk
membantu peserta didik dalam pembelajaran berlangsung dan dapat
membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.
b. Jenis-jenis 8 Keterampilan Mengajar Guru
1. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri,
sebab pada umumnya guru dalam pengajarannya melibatkan atau
menggunakan tanya jawab. Keterampilan bertanya merupakan
keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atau
balikan dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi,
pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan.
Dalam proses investigasi, misalnya, pertanyaan yang baik akan
menuntun kita pada jawaban yang sesungguhnya. Demikian juga
sebaliknya, pertanyaan yang jelek akan menjauhkan kita dari
jawaban yang memuaskan.38
Bagaimanapun tujuan pendidikan, secara universal guru
akan selalu menggunakan keterampilan bertanya kepada siswanya.
Cara bertanya untuk seluruh kelas, untuk kelompok, atau untuk
individu, memiliki pengaruh yang sangat berarti, tidak hanya pada
38
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 99-100.
27
belajar siswa, tetapi juga pada suasana kelas baik sosial maupun
emosional. Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan
kawannya, membantu siswa lebih sempurna dalam menerima
informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif
tingkat tinggi. Demikian guru tidak hanya akan belajar bagaimana
bertanya “bertanya” yang baik dan benar, tetapi juga belajar
bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas.
Kelancaran bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah
pertanyaan yang secara logis dan relevan diajukan guru kepada
siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan
bagi guru di dalam proses belajar mengajar. Komponen yang sangat
penting dalam bertanya antara lain harus jelas dan ringkas.39 Suatu
pertanyaan yang “baik” ditinjau dari segi isinya, tetapi cara
menyajikannya kepada murid tidak tepat (umpamanya tidak jelas
dalam menyampaikannya), akan mengakibatkan tidak tercapainya
tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik pertanyaan
harus pula dipahami dan dilatih, agar guru dapat menggunakan
pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajarnya Faktor-
faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan
antara lain adalah seperti berikut ini:
a) Kejelasan dan kaitan pertanyaan
Harap diusahakan agar pertanyaan yang dikemukakan itu
jelas maksudnya, serta nampak benar kaitannya antara jalan
pikiran yang satu dengan yang lainnya. Usahakan tidak
diselingi oleh kata-kata sisipan yang bersifat mengganggu,
misalnya: ee, em, anu dan lain-lain. Berikut ini disajikan
contoh pertanyaan yang tidak jelas maksud serta kaitannya.
39
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 106-107.
28
Guru: Nah, anak-anak sekarang akan, eh saya maksud siapa
dapat menjawab, em dapat menyebutkan, eh dapat
memberikan alasan mana, yang lebih baik
menggunakan kail atau membeli tombak untuk
mendapatkan ikan di laut?
Pertanyaan tersebut dikatakan tidak jelas maksudnya
karena menggambarkan jalan pikiran yang belum
terkonsolidasi dan bagaimana kaitannya antara menggunakan
kail dan membeli tombak. Pertanyaan tersebut semestinya
sebagai berikut:
Guru: Nah anak-anak, bagaimana menurut pendapatmu,
manakah yang lebih baik menggunakan kail atau
tombak untuk memperoleh ikan di laut?
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat dalam menerapkan kejelasan dan kaitan pertanyaan.
Karena, pertanyaan yang dikemukakan guru sudah jelas dan
tidak diselingi oleh kata-kata sisipan yang mengganggu.
b) Kecepatan dan selang waktu (pause)
Kecepatan menyampaikan pertanyaan, tergantung pada
jenis pertanyaan itu sendiri. Pada umumnya guru-guru muda
(belum berpengalaman) cenderung banyak melontarkan
pertanyaan daripada menerima jawaban, dan pertanyaan-
pertanyaannya diucapkan dengan cepat tanpa diselingi pause
untuk memberi kesempatan murid berpikir.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam kecepatan dan selang waktu pada saat
mengajukan pertanyaan. Karena, cepat dalam menyampaikan
29
pertanyaan dan diberi waktu berpikir untuk menemukan
jawabannya.
c) Arah dan distribusi (penyebaran)
Pertanyaan yang diajukan seharusnya kepada seluruh
murid, sehingga seluruh murid didorong untuk berusaha
menentukan jawabannya. Hanya dalam keadaan tertentu,
umpamanya untuk menarik pemusatan perhatian seorang siswa,
pertanyaan dapat langsung ditujukan kepada seorang murid.
Sesudah pertanyaan diajukan kepada seluruh siswa kelas, serta
memberikan waktu secukupnya kepada murid-murid untuk
berpikir, barulah ditunjuk seorang untuk menjawabnya. Hal ini
menyangkut pemerataan distribusi kesempatan untuk
menjawab pertanyaan.
Dalam mengajukan pertanyaan pada murid agar
diperhatikan sistim distribusinya, yaitu usahakan agar
pertanyaan itu didistribusikan secara merata seluruh kelas. Hal
ini berhubungan dengan sifat pemalu atau kurang berani yang
ada pada murid. Murid pemalu biasanya cenderung segan
menampilkan jawabannya secara sukarela.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang efektif dalam penyebaran pertanyaan pada murid,
karena guru tersebut memberikan pertanyaannya menyeluruh
pada semua murid.
d) Teknik penguatan
Pemakaian yang tepat dari teknik penguatan ini akan
menimbulkan sikap yang positif bagi murid serta meningkatkan
partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga
memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi.
30
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam teknik penguatan, karena guru
memberikan penguatan berupa acungan jempol dan tepuk
tangan pada murid yang berhasil menjawab pertanyaan.
e) Teknik menuntun (promting)
Promting questions dapat digunakan sebagai teknik untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban murid.
Pertanyaan ini bermaksud untuk menuntun murid agar isinya
dapat menemukan jawaban yang lebih benar.
Contoh:
Guru: Pada pertemuan yang lalu kita telah belajar tentang
hidup hemat khususnya peran hidup hemat dalam
kehidupan. Coba kamu habib, menurutmu dengan cara
apa dapat dilakukan hidup hemat?
Habib: Menunjukkan ekspresi berpikir
Guru: Silahkan ditinjau dari cara penggunaan harta atau uang!
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat
dalam menerapkan teknik ini, karena guru tersebut membantu
muridnya secara perlahan untuk menemukan jawaban yang
benar.
f) Teknik menggali (prabing question)
Prabing question adalah pertanyaan yang bersifat
menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari murid
guna mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga
yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan.
Contoh:
Guru: Setelah kemarin kita bersama-sama membagi zakat yang
terkumpul di Madrasah ini, bagaimana menurut
pendapatmu, Nisa’?
31
Nisa’: Sangat menarik, pak?
Guru: Faktor apa yang menarik?
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat
dalam menerapkan teknik ini, karena guru tersebut mampu
menggali pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang lebih
lanjut dan beralasan dari murid.
g) Pemusatan (Focussing)
Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
yang ruang lingkupnya luas, kemudian dilanjutkan ke pertanyaan
yang lebih khusus.
Contoh: “Meliputi jenis apa sholat sunnat itu?” (pertanyaan
luas), kemudian dilanjutkan ke pertanyaan sempit
“Kapan dilakukan sholat sunnat rawatib?”
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
efektif dalam pemusatan pertanyaan pada murid. Karena guru
memberikan pertanyaan yang ruang lingkupnya luas.
h) Pindah gilir (re- derecting)
Teknik pindah gilir digunakan untuk mengundang
partisipasi semua anak. Untuk itu teknik ini dilakukan dengan
cara, mengajukan pertanyaan ke seluruh kelas, kemudian
memilih siswa tertentu, dan dilanjutkan ke siswa yang lain.
Dalam menggunakan teknik pindah gilir agar tidak
menunjuk anak secara berurutan sesuai dengan urutan duduk
maupun urutan yang ada dalam absensi.40
40
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 108-113
32
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
efektif dalam pindah gilir pertanyaan pada murid. Karena guru
mengajukan pertanyaan secara menyeluruh pada semua murid.
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Menyadari pentingnya peranan penghargaan atas siswa
yang berprestasi, maka calon guru atau guru perlu menguasai
keterampilan dasar memberi penghargaan yang dalam bahasan ini
disebut “keterampilan dasar memberi penguatan”.41
Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru
dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa
yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.42
Apakah yang dimaksud dengan penguatan? Penguatan adalah
respons positif yang dilakukan guru atas perilaku positif yang
dicapai anak dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Atau
penguatan dapat diartikan pula sebagai respons terhadap suatu
tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali tingkah laku tersebut.
Memberi penguatan dalam kegiatan belajar mengajar
kelihatannya biasa saja. Yaitu memberi tanda persetujuan guru
terhadap tingkah laku siswa, yang dinyatakan dalam bentuk antara
lain: kata-kata membenarkan, pujian, senyuman, anggukan, atau
memberi hadiah secara material. Namun demikian, keterampilan ini
sulit dilakukan jika guru tidak memahami makna yang ingin dicapai
dalam keterampilan memberi penguatan. Untuk tujuan inilah,
keterampilan penguatan perlu mendapat perhatian sebab, respons
41 Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 116.
42 J.J. Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 58.
33
positif adalah penghargaan yang diberikan guru karena siswa
menunjukkan perilaku positif (berprestasi dalam belajarnya).
Dengan respons positif tersebut pada gilirannya memotivasi anak
untuk mempertahankan prestasi, bahkan meningkatkannya.43
Dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan
komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu:
a) Penguatan Verbal
Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk
respons atau tingkah laku siswa adalah penguatan verbal.
Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata; bagus, baik, betul,
benar, tepat dan lain-lain. Dapat juga berupa kalimat; misalnya
hasil pekerjaanmu baik sekali atau sesuai benar tugas yang kau
kerjakan.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam menggunakan penguatan verbal. Karena,
guru dalam merespons tingkah laku siswa menggunakan kata-
kata bagus, baik dan benar.
b) Penguatan Gestural
Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan
pemberian penguatan verbal. Ucapan atau komentar yang
diberikan guru terhadap respons, tingkah laku, pikiran siswa
dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, dengan senyum,
mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam,
menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan, dan
lain-lain. Semua gerakan tubuh tersebut adalah merupakan
bentuk pemberian penguatan gestural. Dalam hal ini guru dapat
mengembangkan sendiri, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku
43
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 116-117.
34
sehingga dapat memperbaiki interaksi guru dengan siswa yang
menguntungkan.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam menggunakan penguatan gestural dengan
melakukan tepuk tangan dan acungan jempol.
c) Penguatan Kegiatan
Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi
bila guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga
siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu
hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Perlu
diperhatikan di sini, bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas
hendaknya dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan
pelajaran yang dibutuhkan dan digunakan siswa. Contoh
penguatan kegiatan: pulang lebih dulu, diberi waktu istirahat
lebih, bermain, berolahraga, menjadi ketua, membantu siswa
lain, mendengarkan musik atau radio, melihat TV, dan lain-lain
yang menyenangkan.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam melakukan penguatan kegiatan dengan
memberikan tugas pada siswa sesuai pada tujuan pelajaran
yang dibutuhkan dan digunakan siswa.
d) Penguatan Mendekati
Perhatian guru kepada siswa, menunjukkan bahwa
guru tertarik, secara fisik guru mendekati siswa, dapat
dikatakan sebagai penguatan mendekati. Penguatan mendekati
siswa secara fisik dipergunakan untuk memperkuat penguatan
verbal, penguatan tanda, dan penguatan sentuhan. Contoh
penguatan mendekati: berdiri di samping siswa, berjalan dekat
siswa, duduk dekat kelompok diskusi, dan berjalan maju.
35
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam menggunakan penguatan mendekati
dengan berdiri di samping siswa dan berjalan mendekati siswa.
e) Penguatan Sentuhan
Erat sekali hubungannya dengan penguatan mendekati,
penguatan sentuhan adalah merupakan penguatan yang terjadi
bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk
bahu, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala,
menaikkan tangan siswa, yang semuanya ditujukan untuk
penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam menggunakan penguatan sentuhan
dengan menepuk bahu siswa.
f) Penguatan Tanda
Bila guru menggunakan berbagai macam simbol,
apakah itu benda atau tulisan yang ditujukan kepada siswa
untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku
atau kerja siswa, disebut sebagai penguatan tanda (token
reinforcement). Penguatan tanda yang berbentuk tulisan
misalnya komentar tertulis terhadap pekerjaan siswa, ijazah,
sertifikat, tanda penghargaan dan lain-lain, yang berupa tulisan.
Penguatan dengan memberikan suatu benda, misalnya: bintang,
piala, medali, buku, stiker, gambar, perangko, kembang gula,
dan lain-lain.44
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam menggunakan penguatan tanda dengan
44
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 102-104.
36
memberi penghargaan terhadap tingkah laku atau kerja siswa
berupa piala, medali dan buku.
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus
dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan
peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi.
Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi empat bagian, yakni variasi dalam gaya mengajar, variasi
dalam penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola
interaksi, dan variasi dalam kegiatan.
Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dengan
berbagai cara sebagai berikut:
a) Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil.
b) Memusatkan perhatian.
c) Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak).
d) Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik.
e) Variasi gerakan badan dan mimik.
f) Mengubah posisi; misalnya dari depan kelas, berkeliling di
tengah kelas, dan ke belakang kelas, tetapi jangan mengganggu
suasana pembelajaran.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat dalam menggunakan variasi gaya mengajar dengan variasi
suara, memusatkan perhatian, variasi gerak badan dan mimik
juga variasi mengubah posisi pada saat mengajar.
Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar dapat
dilakukan sebagai berikut:
37
a) Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat.
b) Variasi alat dan bahan yang dapat didengar.
c) Variasi dan bahan alat yang diraba dan dimanipulasi.
d) Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan
sekitar.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat
dalam menggunakan variasi media pembelajaran dengan
memakai televisi dan CD pada saat mengajar.
Variasi dalam pola interaksi dapat dilakukan sebagai
berikut:
a) Variasi dalam pengelompokkan peserta didik: klasikal,
kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.
b) Variasi tempat kegiatan pembelajaran: di kelas dan di luar kelas.
c) Variasi dalam pola pengaturan guru dengan peserta didik:
langsung (tatap muka), dan melalui media.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tidak
tepat dalam menggunakan variasi pola interaksi. Karena, variasi
guru dengan peserta didik kurang menguasai. Misal, pada saat
peneliti mengamati guru yang sedang mengajar, terdapat salah
satu siswa yang tidur di dalam kelas.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
sebagai berikut:
a) Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran.
b) Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar.
c) Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi.
d) Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.45
45
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 78-80.
38
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat
dalam menggunakan variasi kegiatan pembelajaran dengan
penggunaan media pembelajaran pada saat mengajar.
4. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan
keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan
bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif, efisien dan menarik. Keberhasilan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam membuka dan menutup
pelajaran mulai dari awal hingga akhir pelajaran. Keterampilan
membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan
pengantar atau pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari
siswa sehingga siswa siap mental dan tertarik mengikutinya.
Sedangkan keterampilan menutup pelajaran merupakan
keterampilan merangkum inti pelajaran pada akhir setiap penggal
kegiatan. Keterampilan ini sangat penting dalam membantu siswa
menemukan konsep, prinsip, dalil, hukum, atau prosedur dari inti
bahasan yang telah dipelajari.
Membuka pelajaran dilakukan tidak hanya pada setiap
awal pelajaran tetapi pada setiap penggal awal dan akhir pelajaran
atau setiap kali beralih ke hal atau topik baru. Misalnya dari
penggal pengertian sholat beralih ke penggal syarat dan rukun
sholat dan seterusnya. Beberapa cara yang dapat diusahakan guru
dalam membuka pelajaran adalah dengan: (a) menarik perhatian
siswa, (b) memotivasi siswa, (c) memberi acuan atau struktur
pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana
kerja dan pembagian waktu, (d) mengaitkan antara topik yang
39
sudah dikuasai dengan topik baru, atau (e) menanggapi situasi
kelas.
Dalam usaha menarik perhatian dan memotivasi siswa,
guru dapat menggunakan alat bantu seperti alat peraga atau surat
kabar atau gambar-gambar, guru dapat menceritakan kejadian
actual, guru dapat memberi contoh atau perbandingan yang
menarik. Tetapi hendaknya diperhatikan semua cara itu harus
relevan dengan isi dan indikator kompetensi hasil belajar yang akan
dipelajari siswa. Guru yang memiliki improvisasi seni atau cerita
lucu yang relevan akan dapat menarik perhatian dan motivasi
belajar siswa, namun cerita lucu pada awal pelajaran yang tidak
relevan dengan materi pelajaran serta dibuat-buat hanya menarik
siswa sesaat.
Dalam usaha mengaitkan antara pelajaran baru dengan
materi yang sudah dikuasai siswa, guru hendaknya mengadakan
apersepsi. Apersepsi merupakan mata rantai penghubung antara
pengetahuan siap siswa yang telah dimiliki oleh siswa untuk
digunakan sebagai batu loncatan atau titik pangkal menjelaskan hal-
hal baru atau materi baru yang akan dipelajari siswa. Dalam
membuka pelajaran guru dapat mempergunakan lebih dari satu cara
sekaligus.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat dalam membuka pelajaran dengan melakukan apersepsi dan
memotivasi siswa menggunakan media pembelajaran pada saat guru
mengajar. Tapi guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tidak tepat membuka pelajaran pada saat berinteraksi
dengan siswa.
Sedangkan yang dimaksud dengan menutup pelajaran
bukanlah mengucapkan salam penutup dan membaca hamdalah atau
40
do’a pada setiap selesai kegiatan pembelajaran, karena kegiatan-
kegiatan tersebut memang sudah seharusnya dilakukan setiap
mengakhiri suatu kegiatan. Akan tetapi yang dimaksud dengan
keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok
pelajaran supaya siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang
pokok-pokok materi dan hasil belajar yang telah dipelajari.
Menutup pelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari, ingin
mengetahui keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran, dan
menentukan titik pangkal untuk pelajaran berikutnya.
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat dalam menutup pelajaran dengan meninjau kembali pelajaran
yang telah diajarkan di awal pelajaran, efektif pada saat guru
mengevaluasi atau melakukan tes untuk mencoba sejauh mana
materi yang diserap oleh siswa pada saat guru meyampaikan
pelajaran. Guru tepat dalam mengadakan tindak lanjut dengan
memberi tugas pada siswa untuk dibahas minggu berikutnya.
Dari penelitian yang telah diadakan ternyata bahwa
kemajuan hasil belajar siswa meningkat paling besar jika pada akhir
pelajaran diberikan suatu ringkasan pokok-pokok materi yang telah
dipelajari. Seperti halnya kegiatan “membuka pelajaran” kegiatan
“menutup pelajaran” juga dilakukan bukan hanya pada setiap akhir
pelajaran, tetapi juga pada setiap akhir penggal atau pokok bahasan
selama satu pelajaran.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan seorang guru untuk
menutup pelajaran adalah merangkum atau meringkas isi pokok
pelajaran, memberikan dorongan psikologis dan atau sosial kepada
41
siswa, dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru
selesai.46
5. Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah Mendeskripsikan secara lisan tentang
sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan
hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek
penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar
pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh
sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat
mencapai hasil yang optimal.
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki
beberapa komponen yang harus diperhatikan. Komponen-
komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Perencanaan
Guru perlu membuat suatu perencanaan yang baik untuk
memberikan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan penjelasan, yaitu isi pesan yang
akan disampaikan dan peserta didik.
Yang berhubungan dengan isi pesan (materi standar):
tentukan garis besar materi yang akan dijelaskan, susunlah garis
besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang
mudah dipahami peserta didik dan siapkan alat peraga untuk
memberikan contoh (ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar
materi yang akan dijelaskan.
Sedangkan yang berhubungan dengan peserta didik:
memberikan suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang
akan menerima penjelasan tersebut, bagaimana kemampuannya,
46
Wahid Murni, dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, hlm. 53-57.
42
dan pengetahuan dasar apa yang telah dimilikinya. Ketika
merencanakan penjelasan harus sudah terbayang kondisi
penerima pesan, karena penjelasan berkaitan erat dengan usia,
jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, dan
lingkungan belajar.
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat dalam hal penyajian pada keterampilan menjelaskan
dengan menyampaikan materi yang pada segi bahasanya mudah
dipahami oleh siswa. Guru juga tepat dalam memberikan
penjelasan pada siswa dengan melihat kemampuan, usia dan
jenis kelamin siswa tersebut.
b) Penyajian
Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, dalam penyajian ada yang perlu
diperhatikan, yaitu bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak
didengar, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, tapi dapat
didengar oleh seluruh peserta didik, gunakanlah intonasi sesuai
dengan materi yang dijelaskan, gunakanlah bahasa Indonesia
yang baik dan benar, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu,
seperti “eu”, “mm”, “ya ya ya”, “ya toh” (hal ini perlu dilatih
dan dibiasakan), bila ada istilah-istilah yang khusus atau baru,
berilah definisi yang tepat dan perhatikanlah, apakah semua
peserta didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan
yang diberikan dapat dipahami serta menyenangkan dan dapat
membangkitkan motivasi belajar mereka.
Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru
memperhatikan gerak-gerik dan mimik peserta didik, apakah
penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan,
menyenangkan atau membosankan, dan apakah menarik
43
perhatian atau tidak. Untuk kepentingan tersebut, perhatikanlah
mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaan-
pertanyaan dan berilah kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan.
Berdasarkan balikan tersebut, guru perlu menyesuaikan
penyajian pembelajaran. Misalnya mengurangi kecepatan
bicara, menambah contoh atau ilustrasi, mengadakan
pengulangan terhadap hal-hal yang penting, dan mengadakan
variasi dengan teknik-teknik yang lain untuk meningkatkan
keefektifan pembelajaran.47
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat dalam memberikan penjelasan berupa penyajian,yaitu
bahasa yang digunakan jelas mudah dipahami siswa dan
mengurangi kecepatan bicara pada saat guru menjelaskan materi
kepada siswa.
6. Keterampilan Mengelola Kelas
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun
yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan
kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru menggunakannya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk
mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak
didik dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang
efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan
yang paling sulit dilakukan guru adalah pengelolaan kelas, lebih-
lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.
47
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 80-83.
44
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses interaksi
edukatif. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
interaksi edukatif. Yang termasuk ke dalam hal ini adalah misalnya
penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan
perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu
penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok
yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru
mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif
merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses interaksi
edukatif yang efektif.
Setiap guru masuk ke dalam kelas, maka pada saat itu pula
ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan
masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu
anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara
langsung. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa,
sehingga proses interaksi edukatif dapat berlangsung secara efektif
dan efisien. Misalnya, memberi penguatan, mengembangkan
hubungan guru dan anak didik, dan membuat aturan kelompok yang
produktif.48
48
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 144-145.
45
Komponen keterampilan mengelola kelas dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a) Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
1) Menunjukkan sikap tanggap, melalui sikap tanggap ini siswa
merasakan bahwa “guru hadir bersama dengan mereka” dan
“tahu apa yang mereka perbuat” (withiness). Kesan ini dapat
ditunjukkan dengan cara memandang kelas secara saksama,
gerak mendekati, memberikan pernyataan, dan memberikan
reaksi terhadap gangguan serta kekacauan siswa.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tidak tepat dalam melakukan sikap tanggap pada anak didik.
Karena, guru belum begitu tanggap terhadap kekacauan
pada anak didik. Bahkan pada saat guru mengajar, peneliti
tidak sengaja melihat ada salah satu anak didik yang sedang
tidur dalam kelas.
2) Membagi perhatian, pengelolaan kelas yang efektif ditandai
dengan pembagian perhatian yang efektif pula. Perbuatan
membagi perhatian dapat dikerjakan secara visual dan
verbal.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat dalam membagi perhatian pada pengelolaan kelas.
3) Memusatkan perhatian kelompok, perbuatan ini penting
untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu
dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa,
menuntut tanggung jawab siswa.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tidak tepat dalam memusatkan perhatian siswa pada saat
guru menyampaikan materi.
46
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5) Menegur, teguran verbal yang efektif harus memenuhi
persyaratan, diantaranya adalah tegas, jelas tertuju kepada
siswa yang mengganggu dan tingkah laku yang harus
dihentikan, menghindari peringatan yang kasar atau yang
mengandung penghinaan, menghindari ocehan yang
berkepanjangan.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tepat dalam menegur siswa yang mengganggu dan siwa
yang ramai di kelas pada saat jam pelajaran berlangsung.
Dengan cara, guru tersebut mendekati siswa dan memberi
peringatan jelas, tegas dan tidak ada unsur penghinaan.
b) Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi
belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud
agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal.49
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
tidak tepat dalam mengkondisikan belajar siswa secara baik dan
optimal.
7. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk
mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.
Hal-hal yang diperhatikan dalam membimbing diskusi
adalah sebagai berikut: (a) memusatkan perhatian peserta didik
49
J.J. Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar, hlm. 83-84.
47
pada tujuan dan topik diskusi, (b) memperluas masalah atau urunan
pendapat, (c) menganalisis pandangan peserta didik, (d)
meningkatkan partisipasi peserta didik, (e) menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, dan (f) menutup diskusi.
Untuk menyukseskan jalannya diskusi kelompok kecil,
terdapat beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin
diskusi, sebagai berikut:
1) Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara: (a)
merumuskan tujuan diskusi secara jelas, (b) merumuskan
kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, (c) menandai hal-
hal yang tidak relevan dengan topik diskusi, (d) merangkum
hasil pembicaraan.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
efektif dalam merumuskan tujuan masalah dan merangkum
masalah.
2) Memperjelas masalah atau urunan pendapat melalui: (a)
menguraikan kembali dan merangkum pendapat peserta didik,
(b) mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok
tentang pendapat setiap anggota.
Guru rumpun PAI MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif
dalam memperjelas masalah dan merangkum pendapat peserta
didik.
3) Menguraikan setiap gagasan anggota kelompok.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
efektif dalam menguraikan gagasan kelompok dari peserta didik.
4) Meningkatkan urunan peserta didik dengan cara: (a) mengajukan
pertanyaan kunci yang menantang, (b) memberi contoh secara
tepat, (c) menghangatkan suasana dengan pertanyaan yang
48
mengundang perbedaan pendapat, (d) memberikan waktu
berpikir, (e) mendengarkan dengan penuh perhatian.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang efektif
dalam memberi contoh, dan memberi waktu berpikir peserta didik
dalam diskusi.
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, melalui: (a)
memancing pendapat peserta yang kurang berpartisipasi, (b)
memberikan kesempatan pertama kepada peserta yang kurang
berpartisipasi, (c) mencegah terjadinya monopoli pembicaraan,
(d) mendorong peserta didik untuk mengomentari pendapat
temannya, (e) meminta pendapat peserta didik ketika terjadi
kebuntuan.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimat Rembang efektif dalam
mendorong peserta didik untuk ikut berpartisipasi mengomentari
pendapat temannya .
6) Menutup kegiatan diskusi, dengan cara: (a) merangkum hasil
diskusi, (b) tindak lanjut, (c) menilai proses diskusi yang telah
dilakukan.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tepat
dalam menutup diskusi dengan merangkum, mengevaluasi dan
mengadakan tindak lanjut.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan guru, agar diskusi
kelompok kecil dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran
adalah topik yang sesuai, pembentukan kelompok secara tepat,
pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik
dapat berpartisipasi secara aktif.50
50
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 89-91.
49
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Q.S. Ali ‘Imran: 159
$ yϑÎ6 sù 7π yϑôm u‘ zÏiΒ «! $# |MΖÏ9 öΝ ßγ s9 ( öθ s9 uρ |MΨ ä. $ ˆàsù xá‹Î=xî É= ù=s) ø9 $# (#θ‘Ò x�Ρ]ω ô ÏΒ y7 Ï9öθ ym ( ß# ôã$$ sù öΝ åκ÷]tã ö�Ï� øó tGó™$# uρ öΝ çλ m; öΝ èδ ö‘ Íρ$ x©uρ ’ Îû Í÷ö∆ F{$# ( # sŒ Î* sù |MøΒ z•tã ö≅ ©.uθtGsù ’n? tã «!$# 4 ¨β Î) ©!$#
�=Ïtä† t, Î#Ïj.uθ tGßϑø9 $# ∩⊇∈∪ )رة JK : انNOP ١٥٩ال.(
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali ‘Imran: 159).51
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
a) Rasional
Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, perlu suatu
perbuatan yang bersifat memanusiawikan pendidikan. Perbuatan ini
berarti bahwa perbedaan individual siswa perlu mendapatkan
perhatian yang memadai. Dalam pengajaran klasikal pada dasarnya
kebutuhan masing-masing siswa tidak dapat dilayani oleh guru
karena semua anak diperlakukan sama. Supaya setiap anak lebih
mendapatkan perhatian serta memungkinkan terjadinya hubungan
yang lebih akrab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa,
perlu direncanakan dan dilaksanakan bentuk pengajaran kelompok
kecil dan perorangan.
b) Pengertian
51
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Q.S. Ali ‘Imran:159, hlm. 71.
50
Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai
perbuatan guru dalam konteks belajar-mengajar yang hanya
melayani 3 – 8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang
untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat
dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil.
c) Peranan guru
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, guru
berperan sebagai:
1) Organisator kegiatan belajar-mengajar.
2) Sumber informasi bagi siswa.
3) Pendorong bagi siswa untuk belajar.
4) Orang yang mendiagnosa kesulitan siswa serta memberikan
bantuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
5) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa.
6) Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama seperti lainnya; ini berarti guru ikut menyumbangkan
pendapatnya untuk memecahkan masalah atau mencari
kesepakatan bersama sebagaimana siswa lain melakukannya.
d) Komponen keterampilan
Ada empat komponen yang perlu dikuasai guru untuk
pengajaran kelompok kecil dan perorangan, yakni:
1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
Prinsip yang penting dalam pengajaran kelompok
kecil dan perorangan adalah terjadinya hubungan yang
akrab antara guru dan siswa. Suasana ini dapat diciptakan
dengan cara:
a) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap
kebutuhan siswa.
51
b) Memberikan respons positif terhadap pikiran siswa.
c) Membangun hubungan saling mempercayai.
d) Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa
kecenderungan mengambil alih atau mendominasi
tugas siswa.
e) Mendengarkan secara simpati.
f) Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan
keterbukaan.
g) Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa merasa
aman, merasa dibantu, serta merasa menemukan
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’limat
Rembang tepat dalam mendekati siswa dan memberi
respons positif terhadap pemikiran siswa pada saat
memecahkan masalah yang dihadapi.
2) Keterampilan mengorganisasi
Keterampilan yang diperlukan dalam peran guru
sebagai organisator selama pelajaran berlangsung adalah:
a) Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, atau
masalah yang akan dipecahkan secara jelas.
b) Memvariasikan kegiatan yang mencakup penetapan
ruangan kerja, peralatan, cara kerja, aturan, dan waktu.
c) Membentuk kelompok yang tepat pada berbagai tugas
dan kebutuhan siswa.
d) Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat
kemajuan serta penggunaan materi dan sumber
sehingga dapat memberikan bantuan dengan tepat.
52
e) Membagi-bagi perhatian kepada berbagai tugas dan
kebutuhan siswa sehingga guru siap datang membantu
siapa saja yang memerlukannya.
f) Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi yang
dapat berupa laporan hasil dan kesimpulan dari
kegiatan.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang tepat dalam merumuskan tujuan masalah dan
menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut.
3) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Keterampilan ini diperlukan untuk membantu siswa
maju tanpa mengalami frustasi. Adapun beberapa
keterampilan yang menunjang adalah:
a) Memberikan penguatan
b) Mengembangkan supervisi proses lanjut, dikerjakan
setelah kegiatan berjalan lama, dan sifatnya selektif.
Interaksi yang muncul dapat berupa memberikan
bimbingan tambahan, melibatkan diri sebagai peserta
untuk memotivasi siswa, memimpin diskusi, dan
sebagai katalisator.
c) Mengadakan supervisi pemaduan, dikerjakan untuk
mengetahui dan menilai sejauh mana tujuan telah dapat
dicapai dalam rangka menyiapkan pelaksanaan
rangkuman, dan pemantapan. Pada akhirnya siswa
dapat saling belajar serta memperoleh wawasan yang
menyeluruh tentang kegiatan tersebut.
Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’limat
Rembang tepat dalam membimbing dan memudahkan
53
belajar siswa dengan cara memberi penguatan dan
memotivasi siswa untuk memimpin diskusi.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan merupakan keterampilan yang cukup
kompleks dan memerlukan penguasaan keterampilan-
keterampilan sebelumnya, yakni keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi,
menjelaskan, dan membimbing diskusi kelompok
kecil. Keberhasilannya sangat ditentukan oleh
pengetahuan, kemampuan, kreativitas, serta hubungan
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.52
52
J.J. Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar, hlm. 77-80.
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah menggunakan penelitian
kualitatif. Alasan menggunakan penelitian kualitatif adalah didasarkan pada
rumusan masalah pada penelitian ini. Rumusan masalahnya yaitu Bagaimana
Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8 Keterampilan Mengajar
Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif yaitu dengan cara menjelaskan atau menjabarkan
Bagaimana Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8
Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian tepatnya di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang Jl.
Pahlawan 43 Rembang. Dasar pertimbangannya sebagai berikut:
a. Lokasi sekolah yang strategis, mudah dijangkau oleh kendaraan umum
dan keadaan sekolah yang menarik.
b. Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap, dan semua pihak sekolah
yang bersedia membantu untuk mengadakan penelitian.
c. Suasana sekolah yang nyaman, tertib, dan rapi, sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan memudahkan peneliti
dalam mengadakan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan selama satu bulan atau 30 hari dengan surat
rekomendasi dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Sedangkan
55
pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data mulai tanggal 1 sampai 30
Oktober 2011 yaitu kepada guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang.
C. Sumber Penelitian
Sebelum menjelaskan sumber penelitian atau sumber data perlu
dijelaskan lokasi yang menjadi obyek pada penelitian ini. Obyek pada
penelitian ini adalah kemampuan guru rumpun PAI dalam menerapkan 8
keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Di
MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang ini di dalamnya terdapat 4 guru mata
pelajaran PAI, yaitu guru Al- Qur’an Hadits, guru Aqidah Akhlak, guru Fiqih
dan guru SKI. Sumber penelitian atau sumber data pada penelitian ini adalah
penelitian lapangan, dan sumber data yang peneliti gunakan adalah metode
observasi sebagai data utama atau data primernya dan dokumentasi sebagai
data pendukung atau data sekundernya, maka sumber datanya bisa berupa
benda atau proses sesuatu. Misal, peneliti mengamati bagaimana kemampuan
guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar, sumber
datanya adalah guru, sedangkan objek penelitiannya adalah kemampuan guru
tersebut dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar. Selain itu peneliti juga
membutuhkan data guru atau dokumentasi, khususnya guru rumpun PAI
sebagai pendukung untuk melengkapi data utama atau observasi. Agar
penelitian yang dilakukan peneliti hasilnya lebih lengkap dan sesuai dengan
apa yang diharapkan peneliti.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, pada penelitian ini akan
difokuskan pada studi deskriptif tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam
menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang.
56
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini atau teknik
pengumpulan data pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.1
Mengumpulkan data memang pekerjaan yang melelahkan dan kadang-kadang
sulit. Kadang-kadang dari jauh ke suatu sekolah, kantor, atau tempat,
disambut dengan dingin, bahkan kadang-kadang raut wajah yang kecut
merupakan suatu ujian mental yang tidak ringan, yang dapat membawa berat
keputusan dan kegagalan dalam penelitian. Maka mengumpulkan data
merupakan pekerjaan yang penting dalam meneliti.2 Dalam teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara), kuesioner (angket) dan dokumentasi.3
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini peneliti menggunakan
dua metode, yaitu:
1. Metode Wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang mengajukan
jawaban atas pertanyaan itu. Metode ini digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan di MTs Mu’alimin
Mu’alimat Rembang, misal data mengenai asal-usul sekolah dan apa yang
ada di dalamnya, selain itu juga untuk memperoleh data guru khususnya
1 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 62.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 223.
3 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 62-63.
57
guru rumpun mata pelajaran PAI, karyawan dan peserta didik yang ada
lingkup MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang.
2. Metode observasi. Observasi sama halnya dengan mengamati adalah
menatap kejadian gerak atau proses.4 Dalam arti, peneliti mengamati
kejadian atau gerak yang terjadi pada guru baik di dalam maupun di luar
kelas pada saat guru tersebut sedang mengajar. Peneliti menggunakan
metode observasi tersebut guna untuk memperoleh data pengamatan yang
dilakukan peneliti terhadap kemampuan guru rumpun PAI dalam
menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru di MTs Mu’alimin
Mu’alimat Rembang.
3. Metode dokumentasi. Dokumentasi adalah salah satu metode yang
digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,
lengger, agenda dan sebagainya.5 Metode dokumentasi digunakan peneliti
untuk memperoleh data MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, misal untuk
memperoleh data mengenai asal-usul sekolah dan apa yang ada di
dalamnya, selain itu juga untuk memperoleh data guru khususnya guru
rumpun mata pelajaran PAI, karyawan dan peserta didik yang ada lingkup
MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang.
F. Teknik Analisis Data
Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja
keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang
tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis,
sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok
dengan sifat penelitiannya.
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 230.
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 231.
58
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa “Data
analysis is the process of systematically searching and arranging the
interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to
increase your own understanding of them and to enable you to present what
you have discovered to others” Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan
kepada orang lain.6 Teknik analisis data pada penelitian ini digunakan untuk
menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan
data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode observasi dan metode dokumentasi.
Dalam analisis data kualitatif terdapat pula langkah-langkah di
dalamnya, yaitu:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir dengan jelas dengan jalan membuat agar kategori data
itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umun.7
6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 88.
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 248.
59
Dalam analisis data juga terdapat triangulasi. Yaitu, sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara ,
dan berbagai waktu. Triangulasi ada tiga, yaitu triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.8
Triangulasi digunakan untuk pengecekan keabsahan data
dengan melalui sumber, teknik pengumpulan data dan waktu.
Setelah peneliti mendapatkan data dari observasi atau pengamatan dan
data dokumentasi yang peneliti lakukan pada saat penelitian, kemudian
peneliti melakukan teknik analisis data dengan cara mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil data observasi dan
dokumentasi tersebut.
8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 372.
60
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
1. Tinjauan Historis
Sampai tahun 1968 di kota Rembang baru ada sebuah madrasah diniyah
yaitu Madrasah Diniyah An Nawawiyah (Ibtidaiyah) di Desa Tasik Agung
Rembang.1 Madrasah ini telah berjasa ikut mempersiapkan para Ulama Muda
di kota Rembang. Oleh Pimpinan GP Ansor Kabupaten Rembang (periode
1968-1970) keadaan tersebut dirasakan masih kurang, mengingat di kota
Rembang sebagai ibu kota Kabupaten II:
a. Belum ada madrasah tingkat menengah (Tsanawiyah dan Aliyah) yang
representatif sesuai dengan perkembangan zaman.
b. Belum ada madrasah dengan kurikulum yang memenuhi tuntutan zaman.
c. Belum ada pihak lain yang berkompeten yang mengupayakan pendidikan
madrasah untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah.
Maka Pimpinan Cabang GP Ansor Rembang waktu itu mengadakan
pertemuan dengan mengundang para Kiyai/Ulama kota Rembang dan para
aktifis Pemuda Ansor dengan acara “ Manaqiban” (Upacara pembacaan
manaqib Asy Syeh Abdul Qodir Jaelani), dan dilanjutkan sarasehan
membicarakan masalah pendidikan Islam di kota Rembang. Pertemuan ini
diselenggarakan di rumah Sdr. A. Siradj Hasan, Jl. Sudirman no 31 Rembang
(sekarang 37). Pertemuan tersebut menghasilkan satu kesepakatan akan
1 Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Sejarah Berdirinya Madrasah Mu’alimin &
Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011
61
mendirikan madrasah. Maka dibentuklah pada saat itu pula Panitia Pendiri,
dengan susunan sebagai berikut:
Ketua : Amiruddin, BA
Wakil Ketua : KH. Cholil Bisri
Sekretaris : Roestanam
Bendahara : Karyadi
Pembantu Umum : A. Siradj Hasan
H. Masmuk Zuhdi
Ahmad Kamil
H. Mansur Chafidz
Busyairi Asyhari
Adapun nama dan jenjang madrasah yang akan didirikan itu belum
diputuskan dan akan dimusyawarahkan pada pertemuan berikutnya. Pada
musyawarah berikutnya yang dihadiri oleh semua yang hadir waktu
pertemuan pertama berhasil diputuskan nama madrasah yang akan didirikan
yaitu “Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Rembang” dengan jenjang Pendidikan
Tsanawiyah dan Aliyah (SLTP dan SLTA). Sedang kurikulumnya
menggunakan kurikulum PGAP dan PGA plus kurikulum intern, yaitu:
1. Qiro’atul Qur’an dengan tajwidnya
2. Nahwu dan shorof
3. Aswaja (ahlus sunnah wal jama’ah).
Sistem dan metode pendidikan dan pengajarannya menggunakan sistem
dan metode campuran antara metode & sistem Madrasah (modern) dan
pondok pesantren (salaf). Dengan metode campuran ini diharapkan dapat
menghasilkan kader-kader bangsa dan agama yang mempunyai kepribadian
salaf dan mempunyai wawasan yang luas dan modern. Madrasah yang hendak
diselenggarakan ini dimaksudkan juga sebagai lembaga yang mempersiapkan
62
dan mencetak da’i-da’i yang memang dirasa masih kurang, terutama untuk
membina desa-desa yang dulunya menjadi menjadi basis PKI dan desa-desa
yang minus agama. Langkah pertama untuk mendapatkan murid dan menarik
masyarakat agar mau menyekolahkan putra-putranya di Madrasah ini, masing-
masing anggota Panitia mencari calon murid dengan menjanjikan bebas SPP
(biaya) dan bahkan diberi alat tulis secara cuma-cuma/gratis.
Alhamdulillah cara seperti ini berhasil mendapatkan siswa sebanyak 49
siswa. Gebrakan pertama ini ternyata mendapat tanggapan positif dari
masyarakat, terbukti tahun ajaran ke dua pemasukan siswa bertambah banyak
yaitu sejumlah 63 siswa baru dan bahkan dari pihak wali murid menuntut agar
madrasah mau menetapkan dan menarik SPP dari wali murid.
Demikianlah sejarah ringkas berdiri/perkembangan Madrasah Mu’alimin
& Mu’alimat Rembang, sebagai sebuah Madrasah Tsanawiyah/Aliyah/Aliyah
Swasta yang menggunakan Kurikulum Negara Plus, yang pertama-tama ada
dalam weilayahKabupaten Dati II Rembang.2
2. Letak Geografis
Madrasah Mu’alimin & Mu’alimat Rembang didirikan di atas tanah
seluas ±12.000 M² dan terletak di jalan Pahlawan No 43 Desa Kabongan
Kidul Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Adapun batas-batas
wilayahnya:
Sebelah Utara : Jalan menuju sekolahan MAN Rembang
Sebelah Timur : Halaman belakang Madrasah Mu’alimin Mu’alimat
Rembang
2 Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Sejarah Berdirinya Madrasah Mu’alimin &
Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
63
Sebelah Selatan : Makam Pahlawan
Sebelah Barat : Rumah Penduduk Kabongan Kidul
Dilihat dari letak geografis Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Rembang
sangat dekat dekat dengan pemukiman penduduk, tapi untuk menuju ke lokasi
Madrasah Mu’alimin Mu’alimat tersebut memang tidak ada kendaraan umum
seperti bis untuk menuju ke lokasi tersebut. Jadi baik guru, karyawan maupun
siswa ada yang naik motor dan ada juga yang jalan kaki, karena mondok di
pondok pesantren.3
3. Visi dan Misi
Visi Madrasah: Disiplin, Berkualitas dan Berakhlaqul Karimah
Misi Madrasah:
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan inovatif
b. Meningkatkan Kemampuan Akademis Guru
c. Meningkatkan pembinaan Kader Pemimpin yang handal
d. Meningkatkan manusia yang beriman, berilmu dan beramal sholeh
e. Membina Lingkungan Masyarakat untuk meningkatkan kepeduliannya
pada Pendidikan.4
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta didik
Usaha belajar mengajar tidak akan terwujud apabila hanya terdiri dari
peserta didik saja, untuk bisa terwujud harus ada yang mengajar, namun juga
kurang baik dalam pengelolaan administrasi tanpa dibantu oleh karyawan atau
tenaga administrasi. Karena yang peneliti teliti pada skripsi ini adalah guru,
karyawan dan peserta didik Madrasah Tsanawiyah dan bukan Madrasah
3 Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Letak Geografis Madrasah Mu’alimin & Mu’alimat
Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
4 Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Mu’alimin &
Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
64
Aliyah, maka dari itu peneliti hanya mencantumkan keadaan dari guru,
karyawan dan peserta didik MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang.5
a. Keadaan Guru
NO NAMA Status Ijazah Jurusan Akta IV
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
H. Suyono
H.M. Taslim, S Ag
Muchtar Lutfi, S Ag
Noor Reihanah Zulfa, S
Ag
K. Imam Sofwan
Suseno Adi, S Pd
Eka Meilia, S Pd
Sukardi
Drs. Sugeng Purwanto
Ir. Suijah
Ahmad Fauzi
Ahmad Hufron, SHI
Sri Wigati Noezoel
Alfiah, S Pd
Zakaria Al Ansori
M. Hardi Sugi Suyatno,
S Pd
Siti Patimah Wigati, S
Pd
Sudiono
Sakroni
GT
GTT
GTT
GTT
GTT
GTT
GTT
GT
PNS
GTT
GT
GTT
PNS
GTT
CPNS
GTT
GTT
GTT
S1
S1
S1
S1
PGA
S1
S1
MA
S1
S1
MA
S1
S1
D2
S1
S1
MA
S1
PAI
Akhwal Syahsiyah
Ekonomi
PAI
-
Matematika
Bhs Inggris
-
PAI
Peternakan
-
Akhwal Syahsiyah
Matematika
Bhs Arab
Bhs Indonesia
PPKN
-
POR
-
Akta IV
Akta IV
Akta IV
-
Akta IV
Akta IV
-
Akta IV
Akta IV
-
-
Akta IV
-
Akta IV
Akta IV
-
Akta IV
5 Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta didik
Madrasah Mu’alimin & Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
65
19
20
21
22
Maya Kartikasari, S Pd
Mochamad Ribkhan, S
Ag
Indah Oktadiana, S Pd
Moch. Sholechan, S Pd
GTT
GT
GTT
GTT
S1
S1
S1
S1
Fisika
Bhs Arab
Bhs Inggris
Penjaskes
Akta IV
Akta IV
Akta IV
Akta IV
b. Keadaan Peserta didik
KELAS
JUMLAH SISWA Keterangan
2008/2009 2009/2010 2010/2011
VII 119 115 92
VIII 109 110 109
IX 123 141 109
JUMLAH 393 366 310
c. Keadaan Karyawan
NO NAMA JABATAN IJAZAH Keterangan
1
2
3
4
5
6
Zumairoh
Siti Rosyidah
Subandi
Abdul Hamid
Lasmini
Supandoli
Ka TU
Bendahara
Agendaris
Kesiswaan
Staf Tata Usaha
Staf Tata Usaha
MA
MA
MA
MA
MA
MA
5. Sarana dan Prasarana
a. Tanah
1. Status Tanah : Milik Lembaga
66
2. Surat Kepemilikan tanah : Sertifikat / Akte No 772
3. Luas tanah : ±12.000 M²
b. Bangunan
1. Ruang Kelas : 756 m²
2. Ruang Media : 63 m²
3. Ruang Kantor : 42 m²
4. Ruang Kepala : 42 m²
5. Ruang Tata Usaha : 63 m²
6. Ruang BP : 32 m²
7. Ruang OSIS : 35 m²
8. Ruang Pramuka : 35 m²
9. Ruang UKS : 32 m²
10. Ruang Ibadah : 64 m²
11. Ruang Gudang : 21 m²
12. Ruang Komputer : 21 m²
13. Ruang Lab. Bahasa : - m²
14. Ruang Keterampilan : 63 m²
15. Ruang / Tempat Bermain: - m²
16. Ruang Jamban : 52 m²
17. Ruang Sirkulasi : - m²
18. Ruang Ganti Pakaian : 42 m²
19. Ruang Guru : 96 m²
20. Tempat Parkir : 172 m²
21. Rumah Penjaga : 70 m²
22. Kantin : 21 m²
23. Kamar Mandi/WC : 52 m²
24. Perpustakaan : 105 m²
25. Laborat IPA : 84 m²
26. Laborat Komputer : 63 m²
67
27. Koperasi : 32 m² 6
B. Analisis Kemampuan Guru Rumpun PAI dalam Menerapkan 8
Keterampilan Mengajar Bagi Guru MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
Pendidikan diselenggarakan dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Pertumbuhan
masyarakat yang semakin cepat menuntut pendidikan untuk selalu melakukan
inovasi agar tidak tertinggal dengan kemajuan tersebut. Problem masyarakat
yang semakin kompleks, menuntut para praktisi pendidikan mencari format
yang tepat dalam penyelenggaraan pendidikan di lembaga sekolah.
Era desentralisasi pendidikan dan pembelajaran mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap pelaksanaan pembelajaran. Sehingga untuk menyikapi
pembelajaran tersebut, para pelaksana pendidik harus mengadakan perubahan
pada pembelajaran peserta didik. Seperti halnya yang terjadi di MTs
Mu’alimin Mu’alimat Rembang. Pada kenyataannya bahwa Madrasah sebagai
lembaga pendidikan Islam, sebagai sekolah agama yang senantiasa mendapat
tempat dalam kebijaksanaan pada lingkungan Kemenag. Dengan demikian
pembelajaran diterapkan di lembaga tersebut dalam pelaksanaannya harus
berorientasi pada kebutuhan peserta didik dalam menghadapi tantangan
zaman.
Untuk melakukan perubahan pada pembelajaran peserta didik, di
dalamnya tidak terlepas dari peran seorang guru, khususnya guru Pendidikan
Agama Islam untuk membantu melaksanakan perubahan pada pembelajaran
tersebut. Karena, guru sangat berperan untuk mengembangkan minat, bakat,
kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam
pembelajaran atau dalam proses belajar-mengajar guru juga dituntut mampu
6 Data bersumber dari hasil Dokumentasi, Sarana & Prasarana Madrasah Mu’alimin &
Mu’alimat Rembang, tgl 18 Oktober 2011.
68
berperan aktif dalam proses pembelajaran tersebut, agar peserta didik juga
ikut aktif dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dan tidak
merasa jenuh atau bosan pada saat proses belajar-mengajar berlangsung.
Seorang guru juga bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi tidak
hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, seorang guru juga sekaligus
mentransfer nilai-nilai diantaranya yang terpenting adalah nilai-nilai ajaran
Islam. Walaupun sebenarnya tugas untuk membentuk pribadi peserta didik
menjadi pribadi yang luhur, berakhlak mulia, memiliki nilai-nilai yang
diharapkan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab semua guru, namun
guru PAI lah yang berperan lebih aktif untuk membentuk pribadi peserta didik
yang luhur dan berakhlak mulia. Sesuai dengan namanya, guru Pendidikan
Agama Islam, maka sepantasnya guru PAI menjadi guru yang mampu
memberikan keteladanan-keteladanan yang baik, sesuai yang di ajarkan
agama Islam, sehingga dari keteladanan inilah akan memperlihatkan
kewibawaan-kewibawaan yang luhur dan mulia yang dapat diteladani oleh
peserta didik. Tetapi sebaliknya, jika guru PAI sebagai pembentuk peserta
didik yang bertakwa, berakhlak mulia dan santun, tetapi guru itu sendiri tidak
memiliki kriteria yang harus ada sesuai dengan gelarnya yaitu guru
Pendidikan Agama Islam.
Untuk membuat peserta didik agar tidak jenuh atau bosan dalam
menerima pelajaran, maka guru dituntut mampu bersikap aktif, kreatif dan
inovatif pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Agar suasana belajar
menjadi menyenangkan. Sesuai dengan judul skripsi peneliti, yang mana judul
tersebut adalah membahas tentang kemampuan guru rumpun PAI dalam
menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Oleh sebab itu, agar tercipta
pembelajaran yang kreatif, profesional, dan menyenangkan, maka seorang
guru dituntut untuk bisa menerapkan 8 keterampilan mengajar guru yang
sudah dijelaskan pada bab dua.
69
Di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, jumlah guru PAI yang ada di
MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang tersebut ada empat guru rumpun
PAI.Yaitu, ada guru mata pelajaran Fiqih, Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak dan
Sejarah Kebudayaan Islam. Di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang sudah
ada mengenai 8 keterampilan mengajar bagi guru. Agar peneliti bisa
mengamati dan mengetahui apakah guru tersebut sudah menerapkan 8
keterampilan tersebut atau belum dan peneliti juga dapat mengamati
bagaimana cara guru menerapkan 8 keterampilan mengajar tersebut. Maka
dari itu peneliti mengadakan penelitian di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang, dengan cara mengamati guru tersebut dalam mengajar, khususnya
guru rumpun mata pelajaran PAI.
Dengan adanya 8 keterampilan mengajar tersebut, diharapkan guru
mampu untuk menerapkannya. Guru yang sudah mampu menerapkan 8
keterampilan mengajar tersebut, berarti guru tersebut sudah berhasil
menciptakan peserta didik dan suasana kelas yang aktif, kreatif dan
menyenangkan. Jadi, peserta didik tidak merasa jenuh dan mengantuk pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Dan peserta didik akan bersemangat
belajarnya, yang pada akhirnya akan mendapatkan nilai yang baik dan
memuaskan sesuai dengan yang diharapkan. Tapi, apabila guru tersebut belum
bisa atau belum mampu untuk menerapkan 8 keterampilan tersebut, berarti
sebaliknya guru tersebut belum berhasil menciptakan peserta didik dan
suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
Selain guru menerapkan tentang 8 keterampilan tersebut, di MTs
Mu’alimin Mu’alimat Rembang guru juga menerapkan suatu kegiatan yang
bisa disebut dengan kegiatan beramal. Di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang, setiap pagi hari peserta didik diminta untuk iuran sumbangan
seikhlasnya, kadang ada yang menyumbang seribu, dua ribu, bahkan ada yang
lima ribu. Hal tersebut dapat mengajarkan atau menjadikan peserta didik
menjadi anak yang luhur, berbudi pekerti yang baik dan berakhlak mulia.
70
Guru- guru di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, gurunya baik-baik dan
juga ramah-ramah. Pada saat guru menyampaikan materi pada peserta didik,
materi yang disampaikan sudah sesuai dengan bidang guru masing-masing.
Jadi guru tersebut tidak kesulitan untuk menyampaikan materi pada peserta
didik dan peserta didik juga dapat menerima materi yang disampaikan guru.
Apalagi ditambah dengan penerapan 8 keterampilan mengajar guru, yang
akan membantu peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Bagaimana cara mengetahui kemampuan guru rumpun PAI dalam
menerapkan 8 keterampilan mengajar bagi guru MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang?. Untuk mengetahuinya, dapat dilihat dari beberapa penjelasan atau
analisis dari peneliti mengenai pengertian 8 keterampilan mengajar guru
beserta kemampuan dari beberapa guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin
Mu’alimat Rembang dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar tersebut,
antara lain sebagai berikut:
1. Keterampilan bertanya adalah sebuah keterampilan atau kemampuan yang
harus dimiliki dan dikuasai seorang guru. Untuk menciptakan suasana
belajar yang efektif, aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran, yaitu
dengan cara menumbuhkan sifat keberanian pada peserta didik dalam
menjawab pertanyaan dari guru. Guru dalam mengajukan pertanyaan juga
harus jelas, tidak berbelit-belit dan pertanyaan tersebut dapat dipahami
oleh peserta didik. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang sudah mampu menerapkan keterampilan bertanya dengan
prosentase mencapai 84,4%. Guru Qur’an Hadits 80%, dapat dilihat guru
tersebut dalam menerapkan keterampilan bertanya pada kejelasan dan
kaitan pertanyaan dan kecepatan, selang waktu. Guru Fikih 84%, dapat
dilihat dari penyebaran pertanyaan dan penguatan. Guru SKI 75%, dapat
dilihat dari menuntun peserta didik dalam mencari jawaban dan pindah
gilir pertanyaan.
71
Hal tersebut dilakukan dengan cara memberi pertanyaan yang jelas pada
peserta didik, dan sesuai dengan materi yang disampaikan. Kemudian
guru memberi waktu kepada peserta didik untuk berpikir agar menemukan
jawaban, guru juga menuntun peserta didik untuk mendapatkan jawaban
yang benar. Setelah mendapatkan jawabannya, kemudian guru
mengajukan pertanyaan berikutnya pada peserta didik yang lain secara
bergiliran.
2. Keterampilan memberi penguatan adalah keterampilan yang dilakukan
guru dengan cara merespon kembali, memberi pujian atau hadiah kepada
peserta didik yang berprestasi dan melakukan hal-hal yang positif. Guru
rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat sudah menerapkan
keterampilan memberi penguatan dengan prosentase 75%. Guru Qur’an
Hadits 70%, dapat dilihat dari penguatan verbalnya, misal:berupa kata-
kata baik, bagus dan benar. Guru Fikih 75%, dapat dilihat dari penguatan
gesturalnya, misal tepuk tangan dan acungan jempol. Guru SKI 65%,
dapat dilihat dari penguatan mendekati peserta didik tersebut. Guru
melakukan penguatan dengan cara memberi pertanyaan kepada peserta
didik, kemudian peserta didik berhasil menjawab pertanyaan itu dengan
benar. Pada saat itu guru memberikan penguatan berupa acungan jempol
dan tepuk tangan pada peserta didik yang berhasil menjawab pertanyaan
tersebut dengan benar.
3. Keterampilan mengadakan variasi adalah keterampilan yang dimiliki guru
untuk mengatasi kejenuhan peserta didik pada saat menerima pelajaran.
Misalnya, variasi dalam gaya mengajar guru tersebut harus berbeda-beda
dan tidak boleh monoton. Kemudian variasi dalam berinteraksi kepada
peserta didik dan variasi pada media pembelajaran. Dalam keterampilan
variasi ini, guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang
mendapatkan prosentase 68,8%, karena belum semua menerapkan
keterampilan mengadakan variasi. Guru Qur’an Hadits 65%, dapat dilihat
72
dari variasi dalam gaya mengajar. Guru Fikih 68%, dapat dilihat dari
variasi interaksi dengan peserta didik. Guru SKI 60%, dapat dilihat dari
variasi media pembelajaran. Pada keterampilan variasi menggunakan
media pembelajaran, ada guru yang menggunakan media belajar dan ada
juga yang tidak menggunakan media belajar. Selain media belajar, guru
juga kurang mampu melakukan variasi dalam interaksi pada peserta didik.
Sehingga mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dalam menerima
pelajaran, bahkan ada peserta didik yang tertidur dalam kelas.
4. Membuka dan menutup pelajaran adalah merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan guru pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran. Dalam
membuka pelajaran dapat dilakukan dengan cara guru memberikan
motivasi, penjelasan pada materi dan perhatian kepada peserta didik.
Sedangkan menutup pelajaran, guru memberikan kesimpulan dan evaluasi
terhadap materi yang telah disampaikan pada peserta didik. Dalam
membuka pelajaran guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang sudah menerapkan keterampilan membuka dan menutup
pelajaran dengan prosentase 83,3%. Guru Qur’an Hadits 80%, dapat
dilihat dari melakukan apersepsi pada saat membuka pelajaran dan
menutup pelajaran dengan meninjau kembali, evaluasi dan tindak lanjut.
Guru Fikih 83%, dapat dilihat dari membuka pelajaran dan menutup
pelajaran. Guru SKI 75%, dapat dilihat dari membuka dan menutup
pelajaran. Guru membuka pelajaran melalui memberikan motivasi pada
peserta didik dengan mengadakan apersepsi. Yaitu, guru mengulas sedikit
mata pelajaran yang dipelajari minggu lalu dan mengaitkan pelajaran
minggu lalu dengan pelajaran yang akan dipelajari hari ini. Selain itu guru
juga memberi motivasi pada peserta didik dengan cara memutarkan film
bersejarah pada saat mata pelajaran SKI. Hingga pada akhir pelajaran,
guru menutup pelajaran dengan merangkum materi pelajaran yang
73
disampaikan, kemudian guru melakukan evaluasi dan tindak lanjut dengan
memberikan tugas pada peserta didik untuk dibahas minggu depan.
5. Keterampilan menjelaskan adalah keterampilan yang dimiliki guru dalam
menjelaskan materi ajar yang disampaikan kepada peserta didik. Guru
dalam menyampaikan materi ajar harus jelas mimik, intonasi suara dan
gerak-geriknya, agar peserta didik dapat memahami materi ajar yang
disampaikan oleh guru tersebut. Guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin
Mu’alimat Rembang sudah menerapkan keterampilan menjelaskan dengan
prosentase 75%. Guru Qur’an Hadits 70%, dapat dilihat dari hal
perencanaan pada materi. Guru Fikih 75%, dapat dilihat dari penyajiannya
dalam bahasa yang jelas dan dapat dipahami. Guru SKI 65%, dapat dilihat
dari perencanaannya pada materi dan peserta didik. Pada saat
menyampaikan materi pelajaran, guru tersebut sudah menyampaikannya
dengan jelas, lancar, tidak berbelit-belit dan materi yang disampaikan
sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sehingga meteri yang
disampaikan guru dapat dipahami oleh peserta didik.
6. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru dalam mengelola
kelas. Dalam pengelolaan kelas, guru harus dapat membuat suasana kelas
yang nyaman dan menyenangkan, agar peserta didik dalam kelas juga
merasa nyaman pada saat proses belajar-mengajar berlangsung dan
pembelajaran dalam kelas juga dapat kondusif. Pada keterampilan
mengelola kelas, guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang mendapatkan prosentase 62,5%, karena belum begitu mampu
menerapkan keterampilan tersebut. Pada saat guru mengajar, guru tersebut
kurang begitu tanggap terhadap keadaan peserta didiknya. Guru Qur’an
Hadits 60%, dapat dilihat pada saat mengelola kelas dan peserta didik.
Guru Fikih 62%, dapat dilihat dari mengkondisikan kelas. Guru SKI 55%,
dapat dilihat dari menegur peserta didik yang nakal. Pada saat peneliti
mengamati guru mengajar, peneliti mengetahui ternyata ada peserta didik
74
yang tidur dalam kelas, mungkin karena peserta didik tersebut merasa
jenuh dengan materi yang disampaikan oleh guru. Keterampilan
mengelola kelas di sini hampir sama dengan keterampilan mengadakan
variasi. Yaitu, sama-sama bertujuan mengkondisikan kelas dan peserta
didik pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Agar peserta didik
merasa nyaman dan tidak jenuh pada saat menerima pelajaran.
7. Membimbing diskusi kelompok kecil adalah suatu proses interaksi yang
dilakukan guru pada peserta didik dengan cara mengadakan diskusi.
Bertujuan agar peserta didik dapat belajar untuk mengungkapkan pendapat
yang dimiliki dan juga belajar untuk dapat memecahkan masalah. Guru
rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat sudah mampu menerapkan
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dengan prosentase
95%. Guru Qur’an Hadits 90%, dapat dilihat dari merumuskan masalah
dan memperjelas masalah. Guru Fikih 95%, dapat dilihat dari
membimbing diskusi dan meningkatkan urunan pendapat peserta didik.
Guru SKI 85%, dapat dilihat dari guru membimbing diskusi dan urunan
pendapat peserta didik. Guru melakukan kegiatan diskusi, pertama dengan
membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Kemudian tiap
kelompok diberi satu pertanyaan yang dituliskan di papan tulis untuk
didiskusikan dan menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Setelah
menemukan jawabannya, kemudian peserta didik diminta guru untuk
mengisi jawaban dari pertanyaan di papan tulis secara bergantian sesuai
dengan pembagian kelompoknya masing-masing. Pada akhir diskusi, guru
merangkum hasil diskusi dan menjelaskan sedikit inti dari hasil diskusi
tersebut.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah
keterampilan ini merupakan keterampilan yang dimiliki guru dalam
hubungan atau interaksi antara guru dengan peserta didik maupun antara
peserta didik dengan peserta didik. Pada keterampilan ini guru hanya
75
mengajar 3-8 peserta didik untuk kelompok kecil, dan hanya seorang
untuk perorangan. Dalam keterampilan ini, guru di MTs Mu’alimin
Mu’alimat Rembang sudah menerapkan mengajar kelompok kecil dan
perorangan dengan prosentase 75%. Guru Qur’an Hadits 70%, dapat
dilihat dari memberikan tugas. Guru Fikih 75%, dapat dilihat dari
membagi kelompok. Guru SKI 65%, dapat dilihat dari mengajar peserta
didik. Guru menerapkannya dengan cara memberikan tugas pada peserta
didik. Dari pemberian tugas tersebut dapat membantu hubungan yang
akrab antara guru dan peserta didik, juga akan memotivasi peserta didik
untuk belajar. Mengerjakan tugas sama artinya dengan mencari jawaban
atau memecahkan masalah. Dalam hal tersebut, guru rumpun PAI di MTs
Mu’alimin Mu’alimat Rembang juga ikut menyumbangkan pendapatnya
untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugasnya, dan
memudahkan peserta didik dalam belajar.
Dengan melihat paparan di atas, maka madrasah harus benar-benar
berusaha menjadikan peserta didiknya sebagai manusia yang berilmu
pengetahuan dan beriman bertakwa, serta mampu memahami, menguasai ilmu
pengetahuan di kelas dan mampu mempraktekannya dalam lapangan
masyarakat. Demikian juga bagi seorang guru khususnya guru rumpun PAI di
MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang, juga harus mampu menguasai dan
menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Agar dapat bermanfaat bagi
peserta didik supaya aktif, rajin dan disiplin dalam menerima pelajaran, dan
bagi gurunya dalam menyampaikan pelajaran pada peserta didik.
Jadi berdasarkan analisis di atas, guru rumpun mata pelajaran PAI di MTs
Mu’alimin Mu’alimat Rembang sudah cukup mampu menerapkan 8
keterampilan mengajar guru dengan rincian di atas. Maka dengan
diterapkannya 8 keterampilan mengajar di atas, diharapkan baik dari pihak
sekolah dan guru khususnya guru rumpun PAI benar-benar dapat menguasai
dan menerapkan 8 keterampilan mengajar tersebut dengan baik dan benar.
76
Sehingga dapat membantu peserta didik dalam menerima dan menguasai
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan dapat membuat peserta
didik agar selalu aktif, rajin dan disiplin dalam belajar. Pada akhirnya, baik
dari pihak sekolah, guru dan peserta didik akan mendapatkan hasil yang
maksimal dan memuaskan sesuai dengan yang diharapkan.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari penelitian mengenai bagaimana kemampuan
guru rumpun PAI dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan guru rumpun PAI di MTs Mu’alimin Mu’alimat
Rembang dalam menerapkan 8 keterampilan mengajar sudah cukup mampu
menerapkan 8 keterampilan mengajar guru dengan rincian 84,4% untuk kemampuan
guru dalam menerapkan keterampilan bertanya, 75% keterampilan memberi
penguatan, 68,8% keterampilan mengadakan variasi, 83,3% keterampilan membuka
dan menutup pelajaran, 75% keterampilan menjelaskan, 62,5% keterampilan
mengelola kelas, 95% keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan 75%
untuk keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
B. Saran-saran
1. Kepala Sekolah
Kepada Kepala Sekolah Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Rembang, untuk
lebih memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana
perkembangan dan keadaan yang ada di sekolah, keadaan guru, karyawan dan
peserta didik. Kepala Sekolah juga memberi masukan khususnya pada guru
agar guru tersebut lebih aktif dan memperhatikan kondisi peserta didik pada
saat proses belajar-mengajar berlangsung.
2. Guru
Guru hendaknya lebih meningkatkan profesionalisme sebagai pengajar,
khususnya pada kemampuan seorang guru terhadap menerapkan 8
keterampilan mengajar guru. Agar peserta didik ikut aktif dalam proses
pembelajaran dan peserta didik tidak merasa bosan pada saat menerima
pelajaran.
78
3. Peserta Didik
Peserta didik hendaknya selalu aktif, disiplin dan rajin dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga dapat menerima dan memahami
dengan baik materi yang disampaikan oleh bapak dan ibu guru.
4. Sekolah
Agar pelaksanaan proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan dengan
baik, maka harus didukung oleh para guru yang profesional dan dapat
menerapkan 8 keterampilan mengajar guru. Dengan dilengkapi sarana dan
prasarana pengajaran yang memadai dan ditetapkan peraturan-peraturan yang
harus dipenuhi oleh semua guru, peserta didik maupun karyawan sekolah
sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan secara baik dan lancar.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2002.
Asfandiyar, Andi Yudha, Kenapa Guru Harus Kreatif, Bandung, Mizan, 2009.
Dahlan, Al Barry M, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.
Danim, Sudarman, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta,
2010.
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama,
1995.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Q.S. Ali ‘Imran: 164, Bandung:
Jumanatul ‘Ali-Art, 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2000.
Earl, V. Pollias and James D. Young, Teacher Many Thing, USA: Fawself, 1998.
Fathoni, Muhammad Kholid, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, Jakarta:
t.p., 2005.
Hamzah B. Uno, Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Hasibuan, J.J dkk., Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009.
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Jamal, Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif,
Jogjakarta: Diva Press, 2010.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT
Rosdakarya, 2007.
Majid, Abdul, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Mariyana, Rita, dkk., Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Muhammad, Syuaiban, Undang-Undang Guru dan Dosen, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Misaka
Galiza, 2003.
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Murni, Wahid dkk., Keterampilan Dasar Mengajar, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2010.
Naquib, Muhammad Syed The Concept of Education in Islam, Kuala Lumpur
Malaisiya: Art Printing Works, 1931.
Nurdin, Muhamad, Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Group, 2008.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2, Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,
ttp: t.p., 2008.
Purjatifis, “Keterampilan Dasar Mengajar”, dalam http://www. blogspot. com/,
diakses 26 Oktober 2011.
Rimba, Wardono Jaka, “Keteladanan Guru PAI”, dalam http:// blogspot.
Com/2011/06. html, diakses 26 Oktober 2011.
Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung:
Alfabeta, 2009.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2010.
Soetjipto, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.
Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Thoha, Chabib, PBM-PAI di Sekolah, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 1998.
Usman, Moh. Uzer, , Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999.
Wong, Harry K. dan Rosemary T. Wong, Menjadi Guru Efektif The First Days of
School, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Yamin, Martinis Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a RPP Siklus I
Lampiran 1b RPP Siklus II
Lampiran 2a Lembar Evaluasi Siswa Siklus I
Lampiran 2b Lembar Evaluasi Siswa Siklus II
Lampiran 3 Pedoman Format Lembar Observasi Siswa
Lampiran 4a Tabel Hasil Test Siklus I
Lampiran 4b Tabel Hasil Test Siklus II
Lampiran 5 Tabel Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
Instrument Observasi 8 Keterampilan Mengajar Guru
A. Keterampilan Bertanya
No.
Komponen –
komponen
keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (tepat,
tidak tepat, efektif,
tidak ada respon)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kejelasan dan kaitan
pertanyaan
Kecepatan dan selang
waktu (pause)
Arah dan distribusi
(penyebaran)
Teknik penguatan
Teknik menuntun
(promting)
Teknik menggali
(prabing question)
Pemusatan (focussing)
Pindah gilir (re-
derecting)
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tepat
Tepat
Efektif
Tepat
Tepat
Tepat
Efektif
Efektif
Efektif : 4
Tepat : 3
Tidak tepat : 2
Tidak ada respons: 1
Prosentase: × 100% = × 100% = 84,4%
B. Keterampilan Memberi Penguatan
No.
Komponen –
komponen
keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (efektif,
tepat, tidak tepat,
tidak ada respon)
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penguatan verbal
Penguatan gestural
Penguatan kegiatan
Penguatan mendekati
Penguatan sentuhan
Penguatan tanda
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tepat
Tepat
Tepat
Tepat
Tepat
Tepat
Efektif : 4
Tepat : 3
Tidak tepat : 2
Tidak ada respons: 1
Prosentase: × 100% = × 100% = 75%
C. Keterampilan Mengadakan Variasi
No.
Komponen –
komponen
keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (efektif,
tepat, tidak tepat,
tidak ada respon)
1.
2.
3.
4.
Variasi dalam gaya
mengajar
Variasi dalam
penggunaan media
dan sumber belajar
Variasi dalam pola
interaksi
Variasi dalam
kegiatan pembelajaran
Ya
Ya
Ya
Ya
Tepat
Tepat
Tidak tepat
Tepat
Efektif : 4
Tepat : 3
Tidak tepat : 2
Tidak ada respons: 1
Prosentase: × 100% = × 100% = 68,8%
D. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
No.
Komponen –
komponen
keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (efektif,
tepat, tidak tepat,
tidak ada respon)
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Membuka Pelajaran:
Menarik perhatian siswa
Memotivasi siswa
Memberi acuan
Mengaitkan antara topik
yang sudah dikuasai
dengan topik baru
Menanggapi situasi kelas
Menutup pelajaran:
Meninjau kembali
Mengevaluasi
Tindak lanjut
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tepat
Tepat
Tepat
Tepat
Tidak tepat
Tepat
Efektif
Tepat
Efektif : 4
Tepat : 3
Tidak tepat : 2
Tidak ada respons: 1
Prosentase: × 100% = × 100% = 83,3%
E. Keterampilan Menjelaskan
No.
Komponen –
komponen
keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (efektif,
tepat, tidak tepat,
tidak ada respon)
1.
2.
Perencanaan
Penyajian
Ya
Ya
Tepat
Tepat
Efektif : 4
Tepat : 3
Tidak tepat : 2
Tidak ada respons: 1
Prosentase: × 100% = × 100% = 75%
F. Keterampilan Mengelola Kelas
No.
Komponen –
komponen
keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (efektif,
tepat, tidak tepat,
tidak ada respon)
1.
2.
3.
4.
5.
1.
Penciptaan dan
pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal:
Menunjukkan sikap
tanggap
Membagi perhatian
pengelolaan kelas
Memusatkan perhatian
kelompok atau perhatian
dari siswa tersebut
Memberikan petunjuk-
petunjuk yang jelas
Menegur siswa
Pengembalian kondisi
belajar yang optimal:
Respon guru terhadap
gangguan siswa yang
berkelanjutan
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak tepat
Tepat
Tidak tepat
Tepat
Tepat
Tidak tepat
Efektif : 4
Tepat : 3
Tidak tepat : 2
Tidak ada respons: 1
Prosentase: × 100% = × 100% = 62,5%
G. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Kecil
No.
Komponen –
komponen
keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (efektif,
tepat, tidak tepat,
tidak ada respon)
1.
2.
3.
4.
5.
Memusatkan perhatian
peserta didik pada tujuan
topik diskusi
Memperluas masalah
atau urunan pendapat
Menganalisis pandangan
peserta didik
Meningkatkan partisipasi
peserta didik
Menutup diskusi
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Efektif
Efektif
Efektif
Efektf
Tepat
Efektif : 4
Tepat : 3
Tidak tepat : 2
Tidak ada respons: 1
Prosentase: × 100% = × 100% = 95%
H. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan
No.
Komponen –
komponen
keterampilan
Ya
Tidak
Komentar (efektif,
tepat, tidak tepat,
tidak ada respon)
1.
2.
3.
Keterampilan
mengadakan pendekatan
secara pribadi
Keterampilan
mengorganisasi
Keterampilan
membimbing dan
memudahkan belajar
Ya
Ya
Ya
Tepat
Tepat
Tepat
Efektif : 4
Tepat : 3
Tidak tepat : 2
Tidak ada respons: 1
Prosentase: × 100 = × 100% = 75%
KUNCI JAWABAN TEST SIKLUS I
1. D 11. D
2. C 12. A
3. D 13. A
4. A 14. C
5. B 15. C
6. B 16. A
7. A 17. C
8. D 18. B
9. A 19. D
10. D 20. A
KUNCI JAWABAN TEST SIKLUS II
1. A 11. B
2. D 12. A
3. A 13. A
4. D 14. C
5. B 15. C
6. A 16. B
7. A 17. B
8. B 18. A
9. C 19. A
10. A 20. D
Pedoman Format Lembar Observasi Siswa
NO Nama Siswa Keaktifan Yang dilakukan Jumlah Keaktifan
A B C D
Keterangan :
A. Bertanya saat menemui kesulitan
B. Mendengarkan penjelasan guru
C. Hadir saat proses pembelajaran berlangsung
D. Dapat memberikan tanggapan atau pendapat saat diskusi berlangsung.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nina Rifa’atul Azizah
Tempat/ Tanggal lahir : Rembang, 03 Juli 1989
Alamat asal : Jl. Pemuda Km 1, Leteh Dukuh Kedungdoro RT. 05 RW. 03 Rembang
Alamat sekarang : Perum BPI Blok I.32 Purwoyoso Ngaliyan Semarang
Pendidikan formal :
1. SD Leteh III Rembang lulus tahun 2001
2. MTs Mu’alimin Mu’alimat Rembang lulus tahun 2004
3. MAN Lasem lulus tahun 2007
4. Fakultas Tarbiyah PAI IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2007
Pendidikan Non Formal: PonPes Nailun Najjah Lasem Rembang
Semarang, 25 November 2011
Penulis
Nina Rifa’atul Azizah
NIM. 073111161